karyati.files.wordpress.com€¦ · web viewoleh : karyati. pendahuluan. latar belakang....

31
Oleh : Karyati PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process). Karena sesuatu dikatakan hasil belajar jika memenuhi tiga ciri yaitu: Pertama, belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi- motivasi untuk memliki pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan- tahapan dalam belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen. Kedua, hasil belajar diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara spontanitas, instan, namun bertahap (sequensal). Ketiga, belajar membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang sifanya manusia . Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran. Komponen terdiri dari identitas mata pelajaran, kompetensi dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut serta sumber bahan yang digunakan. Agar guru dapat pengetahuan, keterampilan dan perilakunya dalam proses pembelajaran siswa. Kepala sekolah secara arif dan bijaksana menyikapi manajemen berbasis kurikulum berbasis kompetensi melalui network kinerja guru. 1

Upload: phamdat

Post on 27-May-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Oleh : Karyati

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya

memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai

sumber untuk belajar pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan

guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses

belajar (learning process). Karena sesuatu dikatakan hasil belajar jika memenuhi tiga ciri yaitu:

Pertama, belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa dirinya sedang belajar, timbul dalam

dirinya motivasi-motivasi untuk memliki pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan

dalam belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen. Kedua, hasil belajar diperoleh

dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara spontanitas, instan, namun

bertahap (sequensal). Ketiga, belajar membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang sifanya

manusia .

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang

telah ditentukan pada silabus pembelajaran. Komponen terdiri dari identitas mata pelajaran,

kompetensi dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat

media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut serta sumber bahan yang digunakan. Agar guru

dapat pengetahuan, keterampilan dan perilakunya dalam proses pembelajaran siswa. Kepala sekolah

secara arif dan bijaksana menyikapi manajemen berbasis kurikulum berbasis kompetensi melalui

network kinerja guru.

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai seorang guru adalah evaluasi pembelajaran.

Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggungjawab guru dalam pembelajaran, yaitu

mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.

Kompetensi tersebut sejalan pula dengan instrumen penilaian kemampuan guru, dimana salah

satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Dan banyak lagi model yang

menggambarkan kompetensi dasar yang harus guru miliki. Hal ini menunjukkan bahwa pada semua

model kompetensi guru (teacher competency) selalu menggambarkan dan mensyaratkan adanya

kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran, sebab kemampuan melakukan evaluasi

pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki guru atau calon guru. Hasil

dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini terdiri

dari dua pengertian; Pertama, evaluasi berisi suatu skala nilai moral. Kedua, evaluasi berisi suatu

perangkat kriteria praktis.

1

B. Perumusan Masalah

Agar terfokus atau terarah pada pembahasan Memahami Manajemen Pembelajaran maka

penulis hanya merumuskan sebagai berikut :

1. Apa prinsip perencanaan pembelajaran?

2. Apa tujuan dan fungsi perencanaan pembelajaran?

3. Bagaimana untuk mengetahui ketercapaian sasaran pelaksanaan pembelajaran yang telah

ditetapkan?

4. Apa tujuan fungsi evaluasi pembelajaran?

C. Tujuan

Tujuan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran adalah :

1. Mengembangkan perilaku jujur, cerdas dan bertanggungjawab

2. Mengembangkan nilai-nilai religius

3. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

4. Mendorong partisifasi aktif peserta didik

5. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

6. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

7. Mengembangkan minat, bakat dan kreativitas siswa

8. Menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam pembelajaran

9. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam

10. Menggambarkan proses dan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik sesuai dengan

kompetensi dasar

11. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berahlak mulia, demoratis, menghormati

hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society)

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah :

1. Mengetahui kemajuan dan perkembangan siswa kearah tujuan yang telah ditentukan

2. Mengukur kemampuan siswa

3. Menilai efektivitas kurikulum

4. Menentukan keberhasilan kurikulum

2

BAB II

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya merupakan aktifitas yang dilakukan secara tertata dan teratur,

berjalan secara logis dan sistematis, mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati sebelumnya.

Setiap kegiatan pembelajaran bukan merupakan proyeksi keinginan dari guru secara sebelah pihak,

akan tetapi merupakan perwujudan dari berbagai keinginan yang dikemas dalam suatu kurikulum.

Menurut William H. Newman dalam bukunya “Administrative Action Techniques of

Organization and Management” mengemukakan bahwa : Perencanaan adalah menentukan apa yang

dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-

penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode,

prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.1

Sedangkan menurut asumsi Terry (Majid, 2006:16). Ia menyatakan bahwa perencanaan adalah

menetapkan pekerjaan yang dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang telah

digariskan. Perencanaan mencakup pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan kemampuan

mengadakan visualisasi dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola untuk masa mendatang.

Sedangkan pengajaran dapat diartikan suatu proses yang dilakukan para guru untuk membimbing,

membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar dengan kata lain

pengajaran adalah suatu cara bagaimana menyiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.

Dalam konteks pengajaran, perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses

penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode

pengajaran dan penilaian dalam alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada saat tertentu untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Permendiknas nomor 41/2007, Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus

dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar

kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran,

materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan

sumber belajar. 2

Pengembangan kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang

melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,

1 Dheanurulagustina.blogsport.com2 Pengembangan silabus, Diklat Bimtek KTSP 2009, DEPDIKNAS DIT. Pembinaan SMA, h: 3

3

lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi, Pengalaman belajar

dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada

peserta didik dan Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:

1. Memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional

2. Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai

kompetensi dasar

3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi

pembelajaran

4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur yang

mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan peserta didik dan

materi.

B. Prinsip Perencanaan Pembelajaran

Seorang guru yang ingin melibatkan diri dalam kegiatan perencanaan harus mengetahui

prinsip-prinsip perencanaan, seperti yang dikemukakan (Hermawan: 2007) meliputi :

1. Menetapkan apa yang dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya dalam

implementasi pembelajaran.

2. Membatasi sasaran atas tujuan intruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk

hasil yang maksimal melalui proses target pembelajaran.

3. Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran.

4. Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan

pembelajaran.

5. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang

berkaitan dengan pembejaran kepada pihak yang berkepentingan.

Jika prinsip-prinsip ini terpenuhi secara teoritik perencanaan pembelajaran itu akan

memberikan penegasan untuk mencapai tujuan sesuai scenario yang sudah disusun. Sedangkan

berdasarkan asumsi Jumhana (2006). Prinsip-prinsip yang harus dijadikan dasar dalam merancang

pembelajaran, baik untuk perencanaan pembelajaran yang masih bersifat umum maupun

perencanaan pembelajaran yang lebih spesifik adalah bahwa perencanaan tersebut harus memenuhi

unsur :

1. Ilmiah yaitu keseluruhan materi yang dikembangkan atau di rancang oleh guru termasuk kegiatan

yang menjadi muatan dalam silabus dan rencana pelaksanaan dan pembelajaran, harus benar dan

dapat di pertanggung jawabkan secara keilmuan. 4

2. Relevan yaitu bahwa setiap materi memiliki ruang lingkup atau cakupan dan sistematikanya atau

urutan penyajianya.

3. Sistematis yaitu unsur perencanaan baik untuk perencanaan jenis silabus maupun perencanaan

untuk rencana pelaksanaan pembelajaran, antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya

harus saling terkait, mempengaruhi, menentukan dan suatu dan suatu kesatuan yang utuh untuk

mencapai tujuan atau kompetensi.

4. Konsisten yaitu adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, Indikator, materi

pokok pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.

5. Memadai yaitu cakupan indikator materi pokok, pengalaman, sumber belajar dan sistem penilaian

cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

6. Aktual dan kontekstual yaitu cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir

dalam kehidupan nyata, dan pristiwa yang terjadi.

7. Fleksibel yaitu keseluruhan kompenen silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran harus

dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi

yang di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8. Menyeluruh yaitu komponen silabus rencana pelaksanaan pembelajaran harus mencakup

keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

C. Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan kualifikasi kemampuan yang harus dicapai

oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Rumusan kualifikasi kemampuan yang harus

dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut dalam pembelajaran ada “perubahan perilaku”

(change of behavior). Adapun jenis perubahan perilaku tersebut secara garis besarnya meliputi bidang

pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).

Tercapainya tujuan pembelajaran dengan indikator perubahan yang terukur baik dari segi

pengetahuan, sikap maupun keterampilan, tidak berarti bahwa hanya sebatas itulah tujuan

pembelajaran tersebut. Tercapainya tujuan pembelajaran, merupakan tahap awal atau sebagai

perantara untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih luas dan komplek.

Selain memiliki tujuan, perencanaan pembelajaran memiliki fungsi, yang menurut Kostelnik

adalah sebagai berikut:

5

1. Mengorganisir pembelajaran yaitu proses mengelola seluruh aspek yang terkait dengan

pembelajaran agar tertata secara teratur, logis dan sistematis untuk memudahkan melakukan

proses dan pencapaian hasil pembelajaran secara efektif dan efesien.

2. Berpikir lebih kreatif untuk mengembangkan apa yang harus dilakukan siswa; yaitu melalui

perencanaan, proses pembelajaran dapat dirancang secara kreatif, inovatif. Dengan demikian

proses pembelajaran tidak dikesankan sebagai suatu proses yang monoton atau terjadi sebagai

suatu rutinitas.

3. Menetapkan sarana dan fasilitas untuk mendukung pembelajaran; melalui perencanaan, sarana

dan fasilitas pendukung yang diperlukan akan mudah diidentifikasi dan bagaimana menelolanya

sehingga sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dapat terpenuhi untuk menunjang terjadinya proses

pembelajaran yang lebih efektif.

4. Memetakan indikator hasil belajar dan cara untuk mencapainya; yaitu melalui perencanaan yang

matang, guru sudah memiliki data tentang jumlah indikator yang harus dikuasai oleh siswa dari

setiap pembelajaran yang dilakukannya. Dengan demikian guruoun tentu saja sudah

membayangkan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai setiap indicator tersebut.

5. Merancang program untuk mengakomodasi kebutuhan siswa secara lebih spesifik; yaitu melalui

perencanaan, hal-hal penting yang terkait dengan kebutuhan, karakteristik, dan potensi yang

dimiliki siswa akan teridentifikasi dan merencanakan tindakan yang dianggap tepat untuk

meresponnya.

6. Mengkomunikasikan proses dan hasil pembelajaran; yaitu melalui perencanaan segala sesuatu

yang terkait dengan kepentingan pembelajaran sudah dikomunikasikan, baik secara internal yaitu

terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dengan tugas-tugas pembelajaran, maupun dengan

pihak eksternal yaitu pihak-pihak mayarakat (stake holder).

Pada garis besar, perencanaan pembelajaran itu bertujuan untuk mengarahkan dan

membimbing kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

Sagala (Hernawan, 2007) bahwa: Tujuan perencanaan bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip

fundamental tetapi juga mengembangkan sikap yang positif terhadap program pembelajaran,

meneliti dan menentukan pemecahan masalah pembelajaran. Secara ideal tujuan perencanaan

pembelajaran adalah menguasai sepenuhnya bahan dan materi ajar, metode dan penggunaan alat

dan perlengkapan pembelajaran, menyampaikan kurikulum atas dasar bahasan dan mengelola

alokasi waktu yang tersedia dan membelajarkan siswa sesuai yang diprogramkan.

Tujuan perencanaan itu memungkinkan guru memilih metode mana yang sesuai sehingga

proses pembelajaran itu mengarah dan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Bagi guru,

setiap pemilihan metode berarti menentukan jenis proses belajar mengajar yang dianggap efektif

6

untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Hal ini juga mengarahkan bagaimana guru

mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dipilihnya.

Dengan demikian betapa pentingnya tujuan itu diperhatikan dan dirumuskan dalam setiap

pembelajaran, agar pembelajaran itu benar-benar dapat mencapai tujuan sebagaimana yang

tertuang dalam kurikulum.

Terdapat juga beberapa fungsi yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (Hernawan, 2007)

bahwa pada garis besarnya perencanaan pembelajaran berfungsi sebagai berikut:

1. Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan

hubungannya dengan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu.

2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pembelajarannya terhadap

pencapaian tujuan pendidikan.

3. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaraan yang diberikan dan prosedur yang

digunakan.

4. Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa , minat-minat siswa dan

mendorong motivasi belajar.

5. Mengurangi kegiataan yang bersifat trial dan error dalam mengajar dengan adanya organisasi

yang baik dan metode yang tepat.

6. Membantu guru memelihara semangat mengajar dan senantiasa memberikan bahan-bahan

yang up-todate pada siswa.

BAB III

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

7

A. Model Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke peserta

didik. Pelaksanaan pebelajaran merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah

ditentukan pada silabus pembelajaran komponennya terdiri dari identitas mata pelajaran, kopetensi

dasar, materi pokok beserta uraiannya, langkah pebelajaran, alat media yang digunakan, penilaian

dan tindak lanjut serta sumber bahan yang digunakan.

Model pelaksanaan pembelajaran yaitu :3

1. Kegiatan pendahuluan, kegiatan ini pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus

ditempuh guru dan siswa pada setiap pelaksanaan pembelajaran, fungsinya untuk menciptakan

suasana awal pebelajaran yang kondusif dan efektif. Penciptaan kondisi awal pembelajaran

dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran siswa, menumbuhkan kesiapan

belajar siswa, menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar

siswa, membangkitkan perhatian siswa dan melaksanakan apersepsi.

2. Kegiatan inti pembelajaran, kegiatan ini menekankan pada proses pembentukan pengalaman

siswa (learning experiences). Pengalaman tersebut bisa dalam bentuk tatap muka dengan guru

melalui metode dan model yang digunakan dalam pembelajaran. Dan bisa juga dalam bentuk

nontatap muka, kegiatan belajar yang dilakukan siswa daam berinteraksi dengan sumber belajar

lain yang bukan kegiatan interaksi guru dan siswa. Selain itu dalam kegiatan inti ada eksporasi,

elaborasi dan konfirmasi.

3. Kegiatan akhir (penutup) dan tindak lanjut, kegiatan ini guru memberikan refleksi yaitu

menyimpulkan materi yang sudah dibahas dalam kegiatan inti, kegiatan ini selain kegiatan

penutup, juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan

tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar siswa. Waktu yang

tersedia pada kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu guru harus mengatur dan memanfaatkan

waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran

yaitu; melaksanakan dan mengkaji penilaian, melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui

kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali,

bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Membaca pelajaran tertentu dan memberikan

motivasi atau bimbingan atau bimbingan belajar siswa. Mengemukakan materi

4. Mengemukakan materi yang dibahas pada waktu yang akan datang, dan menutup kegiatan

pembelajaran.

3 Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas “Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran IPS Terpadu SMP/MTS” Jakarta, h.18 8

B. Pelaksanaan Pembelajaran Kondusif dan Efektif

Suatu pembelajaran agar dapat mencapai hasil yang efektif perlu diciptakan kondisi yang

kondusif.4 Kondisi tersebut dapat dicapai dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti:

1. Memotivasi peserta didik dengan melakukan berbagai kegiatan pembelajaran yang bersifat

interaktif.

Motivasi merupakan suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah

kepada pencapaian tujuan. Motivasi memiliki peranan penting dalam proses belajar. Hal tersebut

didasarkan pada beberapa hal, diantaranya: Siswa harus senantiasa didorong untuk bekerja dan

berusaha sesuai dengan tuntutan belajar, siswa harus didorong untuk bekerja sama dalam belajar.

Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar, maka perhatian dan hasil belajarnya akan

lebih baik. Motivasi dapat dapat dibedakan menjadi dua yaitu motif intrinsik dan motif ektrinsik.

Motivasi intrinsik yaitu dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa adanya pengaruh atau

intervensi dari pihak lain. Motivasi ekstrinsik yaitu dorongan yang muncul dari luar dirinya.

Teknik yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa yaitu: Memberitahu tujuan

pembelajaran, menjelaskan kegunaan dan pentingnya topik, menjelaskan hubungan topik yang

telah dipelajari dengan topik yang sekarang dipelajari, menjelaskan garis besar isi topik, memberi

pujian/hadiah, menciptakan kondisi lingkungan kelas dan sekolah yang menyenangkan.

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat

prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai

model ARCS. Di dalam model yang dikemukakan ada empat kategori kondisi motivasional yang

harus diperhatikan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik, bermakna, dan

memberikan tantangan. Keempat kondisi motivasional tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Perhatian (Attention)

Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu, oleh sebab itu rasa ingin tahu ini perlu

mendapat rangsangan, sehingga siswa akan memberikan perhatian. Strategi untuk merangsang

minat dan perhatian siswa yaitu: Gunakan metode pembelajaran yang bervariasi, Gunakan

media, bila dirasa tepat gunakan humor dalam pembelajaran, gunakan peristiwa nyata, anekdot,

dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep, gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.

b. Relevansi (Relevance)

Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dan kebutuhan siswa. Motivasi

terpelihara apabilamereka menganggap apayang dipelajari memenuhi kebutuhan.

4 Unik Ambar Wati “Modul Pelaksanaan Pembelajaran “, h. 16

9

Strategi untuk menunjukkan relevansi pembelajaran yaitu: Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari akan

membantu mereka melaksanakan tugas dengan lebih baik di kemudian hari, berikan contoh, tes,

latihan yang langsung berhubungan dengankehidupan sehari-hari siswa.

c. Kepercayaan diri (Confidence)

Keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang

merupakan syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan

meningkat dengan sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil.

Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri: Memperbanyak

pengalaman berhasil pada siswa, misal menyusun materi pembelajaran dari materi yang mudah

ke materi yang sulit, menyusun materi pembelajaran ke bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga

siswa tidak terlalu dituntut mempelajari terlalu banyak konsep sekaligus, menyampaikan tujuan

pembelajaran dan kriteria tes, sehingga membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas apa

yang diharapkan, memberikan umpan balik positif agar mereka tahu perkembangan prestasi

yang telah dicapai. Menumbuh-kembangkan kepercayaan diri siswa baik dengan ucapan verbal

maupun melalui sikap,

d. Kepuasan (Satisfaction)

Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan

termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan serupa. Strategi untuk meningkatkan

kepuasan yaitu, Gunakan pujian secara verbal, minta kepada siswa yang telah paham untuk

membantu teman-temannya yang belum berhasil, Bandingkan prestasi siswa dengan

prestasinya sendiri di masa lalu, bukan dengan siswa lain.

2. Menjelaskan materi bidang studi

Materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dikembangkan

berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD)

pada standar isi yang harus dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah

ditentukan. Contoh sederhana materi pembelajaran adalah sebagai berikut. Untuk Kompetensi Dasar

(KD): Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota/propinsi). Materi

pembelajaran yang berkaitan dengan KD ini meliputi Mengidentifikasi adat/kebiasaan dalam di

masyarakat, bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan budaya antar daerah, pentingnya persatuan

dan keragaman. Namun, seberapa dalam dan seberapa luas materi pembelajaran ini untuk siswa kita,

maka kita harus memahami hakikat materi pembelajaran, scope dan sequence materi, dan konteks

ragam pengetahuan.

10

a. Pengetahuan (knowledge)

Merujuk pada informasi yang harus dikuasai dan disimpan dalam pikiran siswa. Isi materi

pembelajaran yang berupa pengetahuan meliputi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Kadang-

kadang kita sulit memberi pengertian pada keempat materi pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu,

perhatikan perbedaan-perbedaan pada tabel kualifikasi isi materi pembelajaran.

b. Keterampilan (skill)

Menunjuk pada tindakan –tindakan (fisik dan nonfisik) yang dilakukan seseorang dengan cara yang

kompeten untuk mencapai sesuatu. Materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan

antara lain kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan, menggunakan

peralatan, dan teknik kerja. Ditinjau dari level terampilnya seseorang, aspek keterampilan dapat

dibedakan menjadi gerak awal, semi rutin, dan rutin (terampil). Keterampilan perlu disesuaikan

dengan kebutuhan siswa/peserta didik dengan memperhatikan aspek bakat, minat, dan harapan

siswa itu agar mampu mencapai penguasaan keterampilan bekerja (pre – vocational skill) yang

secara integral ditunjang oleh keterampilan hidup (life skill).

c. Sikap (attitude)

Menunjuk pada kecendurungan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang

diyakini kebenarannya oleh siswa. Materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai adalah

materi yang berkenaan dengan sikap ilmiah, antara lain: Nilai–nilai kebersamaan, mampu bekerja

berkelompok dengan orang lain yang berbeda suku, agama, dan strata sosial; Nilai kejujuran,

mampu jujur dalam melaksanakan observasi, eksperimen, tidak memanipulasi data hasil

pengamatannya; Nilai kasih sayang, tak membeda-bedakan orang lain yang mempunyai karakter

sama dan kemampuan sosial ekonomi yang berbeda semua sama-sama makhluk Tuhan; Tolong

menolong, mau membantu orang lain yang membutuhkan tanpa meminta dan mengharapkan

imbalan apapun; Semangat dan minat belajar, mempunyai semangat, minat, dan rasa ingin tahu;

Semangat bekerja, mempunyai rasa untuk bekerja keras, belajar dengan giat; Mau menerima

pendapat orang lain bersikap legowo, mau di kritik, menyadari kesalahannya sehingga saran dari

teman /orang lain dapat diterima.

BAB IV

EVALUASI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Evaluasi

Dalam dunia pendidikan kita sering mendengar kata evaluasi. Tidak banyak orang yang

mengetahui bahwa hakikat dari evaluasi dan bahkan apa itu itu evaluasi terkadang disalah artikan

11

oleh seroang guru. Padahal seorang guru memiliki salah satu kewajiban yakni melakukan evaluasi

kepada program pembelajaran yang telah dilakukan.

Bloom (1971) mendefinisikan evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk

menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh

mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Sejalan dengan itu, Stufflebeam (1971), mengatakan

bahwa evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang

berguna untuk menilai alternatif keputusan.

Evaluasi adalah suatu proses untuk merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi

yang sangat diperlukan untuk membuat beberapa alternatif dalam mengambil keputusan. Sesuai

dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses

yang sengaja dilaksanakan untuk memeperoleh informasi atau data; berdasarkan data tersebut

kemudian dicoba membuat keputusan. Dimana informasi data yang dikumpulkan itu haruslah data

yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan. 5

Guba dan Lincoln (1985 : 35), mendefinisikan evaluasi sebagai “a process for describing and

evaluand and judging its merit and worth”. (suatu proses untuk menggambarkan evaluan (orang yang

dievaluasi) dan menimbang makna dan nilainya). Sax (1980 : 18) juga berpendapat “evaluation is a

process through which a value judgement or decision is made from a variety of observations and from

the background and training of the evaluator”. (evaluasi adalah suatu proses dimana pertimbangan

atau keputusan suatu nilai dibuat dari berbagai pengamatan, latar belakang serta pelatihan dari

evaluator). Dari dua rumusan tentang evaluasi ini, dapat kita peroleh gambaran bahwa evaluasi

adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti)

daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan.6

Dalam sistem pembelajaran, evaluasi merupakan salah komponen penting dan tahap yang harus

ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dapat

dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan

kegiatan pembelajaran. Di sekolah, kita sering mendengar bahwa guru sering memberikan ulangan

harian, ujian akhir semester, ujian blok, tagihan, tes tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan sebagainya.

Istilah-istilah ini pada dasarnya merupakan bagian dari sistem evaluasi itu sendiri.

B. Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Dalam konteks yang lebih luas lagi, Sax (1980 : 28) mengemukakan tujuan evaluasi dan

pengukuran adalah untuk “selection, placement, diagnosis and remediation, feedback : norm-

5 Adven-upi 2012 blogsport.com6 Drs. Zainal Arifin, M.Pd “Evaluasi Pembelajaran” Pendis Kemenag, Modul 2012. H. 8-9

12

referenced and criterion-referenced interpretation, motivation and guidance of learning, program and

curriculum improvement : formative and summative evaluations, and theory development”. (seleksi,

penempatan, diagnosis dan remediasi, umpan balik : penafsiran acuran-norma dan acuan-patokan,

motivasi dan bimbingan belajar, perbaikan program dan kurikulum : evaluasi formatif dan sumatif,

dan pengembangan teori).7

Tujuan evaluasi berbeda dengan tujuan dari ujian. Secara sederhana evalusi digunakan untuk

memeperbaiki sistem dengan cara memberi penilaian berdasarkan data yang diambil dari suatu atau

sekelompok objek. Sedangkan ujian dapat dilakukan tanpa ada tujuan untuk memeperbaiki nilai.

Ujian juga dapat dilakukan hanya untuk menyaring dan menentukan kelas dari kumpulan objek.

Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, Norman E. Gronlund (1976) merumuskan pengertian

evaluasi sebagai berikut: “Evaluation is a systematic process of determining the extent to which

instructional objectives are achieved by pupils”. (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk

menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai

oleh siswa).

C. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Cronbach (1963 : 236) menjelaskan “evaluation used to improved the course while it is still

fluid contributes more to improvement of education than evaluation used to appraise a product

already on the market”. Cronbach nampaknya lebih menekankan fungsi evaluasi untuk perbaikan,

sedangkan Scriven (1967) membedakan fungsi evaluasi menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan

fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi

diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang

dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari

sistem secara keseluruhan. Fungsi ini baru dapat dilaksanakan jika pengembangan program

pembelajaran telah dianggap selesai. Fungsi evaluasi memang cukup luas, bergantung kepada dari

sudut mana kita melihatnya. Bila kita lihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi adalah :

1. Secara psikologis, peserta didik boleh mengetahui kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai. Peserta didik adalah manusia yang belum dewasa. Mereka masih

mempunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan pendapat orang-orang dewasa

(seperti orang tua dan guru) sebagai pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi

tertentu. Dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya, mereka pada umumnya tidak berpegang

kepada pedoman yang berasal dari dalam dirinya, melainkan mengacu kepada norma-norma yang

7 Ibid h. 2213

berasal dari luar dirinya. Dalam pembelajaran, mereka perlu mengetahui prestasi belajarnya,

sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan.

2. Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu

untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti peserta didik dapat berkomunikasi dan

beradaptasi terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya. Lebih jauh dari

itu, peserta didik diharapkan dapat membina dan mengembangkan semua potensi yang ada dalam

masyarakat. Hal ini penting, karena mampu-tidaknya peserta didik terjun ke masyarakat akan

memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi pendidikan yang bersangkutan. Untuk itu, materi

pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta

didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta

membantu guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.

4. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompok, apakah ia

termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai. Hal ini berhubungan dengan sikap dan

tanggung jawab orang tua sebagai pendidik pertama dan utama di lingkungan keluarga. Anda dan

orang tua perlu mengetahui kemajuan peserta didik untuk menentukan langkah-langkah

selanjutnya.

5. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program

pendidikannya. Jika peserta didik sudah dianggap siap (fisik dan non-fisik), maka program

pendidikan dapat dilaksanakan. Sebaliknya, jika peserta didik belum siap, maka hendaknya

program pendidikan tersebut jangan dulu diberikan, karena akan mengakibatkan hasil yang kurang

memuaskan.

6. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka

menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas. Melalui evaluasi, kita dapat

mengetahui potensi peserta didik, sehingga dapat memberikan bimbingan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan. Begitu juga tentang kenaikan kelas. Jika peserta didik belum menguasai

kompetensi yang ditentukan, maka peserta didik tersebut jangan dinaikkan ke kelas berikutnya

atau yang lebih tinggi. Kegagalan ini merupakan hasil keputusan evaluasi, karena itu kita perlu

mengadakan bimbingan yang lebih profesional.

7. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta

didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan

peserta didik itu sendiri. Hasil evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang semua

hasil usaha yang dilakukan oleh institusi pendidikan. Sementara itu, Stanley dalam Oemar Hamalik

(1989:6) mengemukakan secara spesifik tentang fungsi tes dalam pembelajaran yang

14

dikategorikan ke dalam tiga fungsi yang saling berinterelasi, yakni “fungsi instruksional, fungsi

administratif, dan fungsi bimbingan”.

1. Fungsi intruksional

a. Proses konstruksi suatu tes merangsang kita untuk menjelaskan dan merumuskan kembali

tujuan-tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) yang bermakna. Jika kita terlibat secara aktif

dalam perumusan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan indikator), maka kita akan

terdorong untuk memperbaiki program pengalaman belajar bagi peserta didik, di samping akan

memperbaiki alat evaluasi itu sendiri. kita juga akan merasakan bahwa kompetensi dasar dan

indikator yang telah dirumuskan itu akan bermakna bagi kita dan peserta didik, sehingga akan

memperkaya berbagai pengalaman belajar.

b. Suatu tes akan memberikan umpan balik kepada guru. Umpan balik yang bersumber dari hasil

tes akan membantu kita untuk memberikan bimbingan belajar yang lebih bermakna bagi peserta

didik. Tes yang dirancang dengan baik dapat dijadikan alat untuk mendiagnosis diri peserta didik,

yakni untuk meneliti kelemahan-kelemahan yang dirasakannya sendiri.

c. Tes-tes yang dikonstruksi secara cermat dapat memotivasi peserta didik melakukan kegiatan

belajar. Pada umumnya setiap peserta didik ingin berhasil dengan baik dalam setiap tes yang

ditempuhnya, bahkan ingin lebih baik dari teman-teman sekelasnya. Keinginan ini akan

mendorongnya belajar lebih baik dan teliti. Artinya, ia akan bertarung dengan waktu guna

menguasai materi pelajaran yang akan dievaluasi itu.

d. Ulangan adalah alat yang bermakna dalam rangka penguasaan atau pemantapan belajar

(overlearning). Ulangan ini dilaksanakan dalam bentuk review, latihan, pengembangan

keterampilan dan konsep-konsep. Pemantapan, penguasaan dan pengembangan ingatan

(retention) akan lebih baik jika dilakukan ulangan secara periodik dan kontinu. Kendatipun

peserta didik dapat menjawab semua pertanyaan dalam tes, tetapi ulangan ini tetap besar

manfaatnya, karena penguasaan materi pelajaran akan bertambah mantap.

2. Fungsi Administratif

a. Tes merupakan suatu mekanisme untuk mengontrol kualitas suatu sekolah atau suatu sistem

sekolah. Norma-norma lokal maupun norma-norma nasional menjadi dasar untuk melihat

untuk menilai keampuhan dan kelemahan kurikuler sekolah, apalagi jika daerah setempat tidak

memiliki alat yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi secara periodik.

b. Tes berguna untuk mengevaluasi program dan melakukan penelitian. Keberhasilan suatu

program inovasi dapat dilihat setelah diadakan pengukuran terhadap hasil program sesuai

15

dengan tujuan khusus yang telah ditetapkan. Percobaan metode mengajar untuk menemukan

cara belajar efektif dan efisien bagi para peserta didik, baru dapat dilaksanakan setelah

diadakan serangkaian kegiatan eksperimen, selanjutnya dapat diukur keberhasilannya dengan

tes.

c. Tes dapat meningkatkan kualitas hasil seleksi. Seleksi sering dilakukan untuk menentukan bakat

peserta didik dan kemungkinan berhasil dalam studinya pada suatu lembaga pendidikan.

Apakah seorang calon memilih keterampilan dalam mengemban tugas tertentu, apakah

peserta didik tergolong anak terbelakang, dan sebagainya. Hasil seleksi sering digunakan untuk

menempatkan dan mengklasifikasikan peserta didik dalam rangka program bimbingan. Anda

juga dapat menggunakan hasil tes untuk menentukan apakah peserta didik perlu dibimbing,

dilatih, diobati, dan diajari.

d. Tes berguna sebagai alat untuk melakukan akreditasi, penguasaan (mastery), dan sertifikasi. Tes

dapat dipergunakan untuk mengukur kompetensi seorang lulusan. Misalnya, seorang calon

guru sudah dapat dikatakan memiliki kompetensi yang diharapkan setelah dia mampu

mendemonstrasikan kemampuannya di dalam kelas. Untuk mengetahui tingkat penguasaan

kompetensi, kemudian memberikan sertifikat, diperlukan pengukuran dengan alat tertentu,

yaitu tes.

3. Fungsi bimbingan

Tes sangat penting untuk mendiagnosis bakat-bakat khusus dan kemampuan (ability) peserta

didik. Bakat skolastik, prestasi, minat, kepribadian, merupakan aspek-aspek penting yang harus

mendapat perhatian dalam proses bimbingan. Informasi dari hasil tes standar (standarized test)

dapat membantu kegiatan bimbingan dan seleksi ke sekolah yang lebih tinggi, memilih

jurusan/program studi, mengetahui kemampuan, dan sebagainya. Untuk memperoleh informasi

yang lengkap sesuai dengan kebutuhan bimbingan, maka diperlukan alat ukur yang memadai,

seperti tes.

D. Jenis Evaluasi Pembelajaran

Dilihat dari pengertian, tujuan, fungsi, prosedur dan sistem pembelajaran, maka pada

hakikatnya pembelajaran adalah suatu program. Artinya, evaluasi yang digunakan dalam

pembelajaran adalah evaluasi program, bukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar hanya

merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu program, evaluasi pembelajaran

dibagi menjadi lima jenis, yaitu :

16

1. Evaluasi perencanaan dan pengembangan. Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendisain

program pembelajaran. Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam

penyusunan program pembelajaran. Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan

kebutuhan. Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi program dan

tercapainya keberhasilan program pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum

program sebenarnya disusun dan dikembangkan.

2. Evaluasi monitoring, yaitu untuk memeriksa apakah program pembelajaran mencapai sasaran

secara efektif dan apakah program pembelajaran terlaksana sebagaimana mestinya. Hasil

evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui kemungkinan pemborosan sumber-sumber dan waktu

pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat dihindarkan.

3. Evaluasi dampak, yaitu untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu program

pembelajaran. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator

ketercapaian tujuan program pembelajaran.

4. Evaluasi efisiensi-ekonomis, yaitu untuk menilai tingkat efisiensi program pembelajaran. Untuk

itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam

program pembelajaran dengan program lainnya yang memiliki tujuan yang sama.

5. Evaluasi program komprehensif, yaitu untuk menilai program pembelajaran secara menyeluruh,

seperti pelaksanaan program, dampak program, tingkat keefektifan dan efisiensi.

Sedangkan penilaian proses dan hasil belajar, dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu

penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, dan penilaian penempatan.

1. Penilaian Formatif (formative assessment), Penilaian ini untuk memantau kemajuan belajar

peserta didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feedback) bagi

penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang

memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar peserta didik dan proses pembelajaran guru

menjadi lebih baik. Soal-soal penilaian formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar,

bergantung kepada tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program pembelajaran yang akan

dinilai.

Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran, bukan

untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik. Penilaian formatif sesungguhnya

merupakan penilaian acuan patokan (criterion-referenced assessment). Apa yang dimaksudkan

dengan penilaian formatif seperti yang diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya

bukan sebagai penilaian formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk

menentukan tingkat hasil belajar peserta didik. Kiranya lebih tepat jika penilaian pada akhir

satuan pelajaran itu dipandang sebagai penilaian sub-sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan

17

proses pembelajaran, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat

penyusunan program tahun berikutnya.

Hasil penilaian formatif bermanfaat bagi guru dan peserta didik, yaitu :

a. Manfaat bagi guru yaitu: Pertama, Guru akan mengetahui bahan pelajaran dikuasai

olehpeserta didik. Jika guru mengetahui tingkat keberhasilan kelompok peserta didik dalam

menguasai materi pelajaran, maka guru dapat membuat keputusan, apakah suatu materi

pelajaran itu perlu diulang atau tidak. Jika harus diulang, guru juga harus memikirkan

bagaimana strategi pembelajaran yang akan ditempuh, apakah pembelajaran kelompok/kelas,

individual atau keduanya. Kedua, Guru dapat memperkirakan hasil penilaian sumatif. Penilaian

formatif merupakan penilaian hasil belajar dari kesatuan-kesatuan kecil materi pelajaran,

sedangkan penilaian sumatif merupakan penilaian hasil belajar dari keseluruhan materi yang

sudah disampaikan. Dengan demikian, beberapa hasil penilaian formatif dapat dipergunakan

sebagai bahan untuk memperkirakan penilaian sumatif.

b. Manfaat bagi peserta didik yaitu: Pertama, dalam belajar berkelanjutan, peserta didik harus

mengetahui susunan tingkat bahan-bahan pelajaran. Penilaian formatif dimaksudkan agar

peserta didik dapat mengetahui apakah mereka sudah mengetahui susunan tingkat bahan

pelajaran tersebut atau belum. Kedua, melalui penilaian formatif peserta didik akan

mengetahui butir-butir soal mana yang sudah betul-betul dikuasai dan butir-butir soal mana

yang belum dikuasai. Hal ini merupakan balikan (feed-back) yang sangat berguna bagi peserta

didik, sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana yang harus dipelajari kembali secara

individual.

2. Penilaian Sumatif (summative assessment), Istilah “sumatif” berasal dari kata “sum” yang

berarti “total obtained by adding together items, numbers or amounts” . Penilaian sumatif

berarti penilaian yang dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran

dianggap telah selesai. Contohnya adalah ujian akhir semester dan ujian nasional. Penilaian

sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui apakah peserta didik sudah dapat

menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan atau belum. Tujuan penilaian sumatif

adalah untuk menentukan nilai (angka) berdasarkan tingkatan hasil belajar peserta didik yang

selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Hasil penilaian sumatif juga dapat dimanfaatkan

untuk perbaikan proses pembelajaran secara keseluruhan. Sejak diberlakukannya Kurikulum

2004 dan sekarang KTSP, penilaian sumatif termasuk penilaian acuan patokan/PAP (criterion-

referenced assessment), dimana kemampuan peserta didik dibandingkan dengan sebuah

18

kriteria, dalam hal ini kompetensi. Cakupan materinya lebih luas dan soal-soalnya meliputi

tingkat mudah, sedang, dan sulit.

3. Penilaian Penempatan (placement assessment) Pada umumnya penilaian ini dibuat sebagai

prates (pretest). Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah

memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program

pembelajaran dan hinggamana peserta didik telah menguasi kompetensi dasar sebagaimana

yang tercantum dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan yang

pertama masalahnya berkaitan dengan kesiapan peserta didik menghadapi program baru,

sedangkan tujuan yang kedua berkaitan dengan kesesuaian program pembelajaran dengan

kemampuan peserta didik. Luas lahan pratek lebih terbatas dan tingkat kesukaran soalnya

relatif rendah. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa prates digunakan untuk menentukan

apakah peserta didik telah memiliki kemampuan-kemampuan minimal untuk mempelajari

suatu unit materi pelajaran atau belum sama sekali. Pratek seperti ini adalah criterion-

referenced assessment yang fungsi utamanya adalah untuk mengidentifikasi ada-tidaknya

prerequisite skills. Prates dibuat untuk menentukan hinggamana peserta didik telah menguasi

materi pelajaran atau memperoleh pengalaman belajar seperti tercantum dalam program

pembelajaran, dan sebenarnya tidak berbeda dengan tes hasil belajar. Dalam hal seperti itu

prates dibuat sebagai norm-referenced assessment.

4. Penilaian Diagnostik (diagnostic assessment), Penilaian ini dianggap penting agar Anda dapat

mengetahui kesulitan belajar peserta didik berdasarkan hasil penilaian formatif sebelumnya.

Untuk itu, Anda memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan

kesulitan bagi peserta didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan.

Penilaian diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tujuannya adalah

untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik.

Dengan kata lain, apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan

tertentu untuk dapat mengikuti materi pelajaran lain. Penilaian diagnostik semacam ini

disebut juga test of entering behavior.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses pembelajaran berlangsung dalam suasana tertentu yakni situasi belajar mengajar.

Dalam situasi ini, terdapat faktor-faktor yang saling berhubungan yaitu ; tujuan pembelajaran, siswa

yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang diajarkan, metode pembelajaran, alat bantu mengajar,

19

prosedur penilaian, dan situasi pengajaran. Dalam proses pengajaran tersebut, semua faktor

bergerak secara dinamis dalam suatu rangkaian yang terarah dalam rangka membawa para

siswa/peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengajaran merupakan suatu pola yang di

dalamnya tersusun suatu prosedur yang direncanakan dan terarah serta bertujuan. Dalam istilah

lain, kegiatan pembelajaran terdiri dari : tahap perencanaan, pelaksanaan / implementasi, dan

evaluasi.

Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga

tidak lepas dari perencanaan pengajaran dan pemelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam

pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai

operasionalisasi dari sebuah kurikulum. Suatu kenyataan yang terjadi dalam kehidupan pembelajaran

dewasa ini bahwa hasil pembelajaran banyak dipengaruhi oleh proses pembelajaran siswa,

perencanaan pembelajaran, dan penataan lingkungan baik belajar maupun sosial dalam kelas, yang

selanjutnya akan berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran kurang

memberdayaan lingkungan belajar, lingkungan belajar siswa di sekolah baik di kelas maupun di

lingkungan kelas kurang ditata sedemikian rupa yang mendukung proses pembelajaran di kelas, dan

para guru dalam mengajar menggunakan model atau pendekatan pembelajaran mengikuti yang

sedang dikembangkan namun tidak dibarengi dengan setting kelas yang dituntut oleh model atau

pendekatan yang digunakan.

Berdasarkan penjelasan pada bab IV, maka fungsi evaluasi pembelajaran adalah : Pertama,

untuk perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran. Sebagaimana kita ketahui bahwa

pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen, seperti tujuan, materi, metode,

media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta. Dengan demikian, perbaikan dan

pengembangan pembelajaran harus diarahkan kepada semua komponen pembelajaran tersebut.

Kedua, untuk akreditasi. Dalam UU.No.20/2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 22 dijelaskan bahwa “akreditasi

adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan”. Salah satu komponen akreditasi adalah pembelajaran. Artinya, fungsi akreditasi

dapat dilaksanakan jika hasil evaluasi pembelajaran digunakan sebagai dasar akreditasi lembaga

pendidikan.

B. Daftar Pustaka

Adven-upi 2012. blogsport.com “Pengertian dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran”

Ambar Wati Unik 2013 “Pelaksanaan Pembelajaran yang Kondusif dan Efektif “, Jakarta

Arifin Zainal, Drs, M.Pd, 2012 “Evaluasi Pembelajaran” Pendis Kemenag Jakarta20

DEPDIKNAS DIT. 2009 Pembinaan SMA, “Pengembangan silabus”, Diklat Bimtek Jakarta

Dheanurulagustina.blogsport.com 2011 ”Perencanaan Pebelajaran”

Pusat kurikulum, Balitbang depdiknas 2007 “Model Pengembangan silabus Mata Pelajaran dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu” Jakarta

21