karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/... · web viewoleh karena itu...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN CONTENT CURRICULUM DALAM PROSES
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu PendidikanBachtiar S. Bachri
Universitas Negeri SurabayaKampus Lidah [email protected]
Abstrak: Perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi-bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan. Sedangkan content curriculum menurut Saylor dan Alexander (1974) meliputi fakta-fakta, observasi data, persepsi, penginderaan, desain, pemecahan masalah yang berasal dari pikiran manusia,dari pengalaman dan hasil konstruk pikiran yang diatur, diorganisasi dalam bentuk gagasan, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip, rencana dan pemecahan masalah. Menjadi tugas pendidik/pengajar dalam hal ini adalah guru dan/atau dosen untuk mengidentifikasi dan melakukan dengan baik implementasi pengembangan content kurikulum dalam proses perencanaan pembelajaran.
Kata Kunci: Content Curriculum, Perencanaan Pembelajaran.
1. LATAR BELAKANG
Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas
sejumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum
dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, diantaranya adalah pada pembelajaran yang
merupakan implementasi dari kurikulum. Oleh karena itu pembelajarandapat dikatakan sebagai
pelaksanaan dari sejumlah perencanaan yang telah dikembangkan dalam kurikulum.
Pembelajaran merupakan peristiwa yang kompleks, yang melibatkan sejumlah komponen
yang terangkai secara sistemik. Oleh karena itu peristiwa pembelajaran memerlukan perencanaan
yang sistematis, agar pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan suatu prosespembelajaran sangat ditentukan oleh
rencana yang dibuat guru, oleh karena itu, komponen-komponen dalam perencanaan pembelajaran
harus disusun atau dikembangkan secara sistematis dan sistemik. Dalam membuat perencanaan
pembelajaran ini guru harus berorientasi pada kurikulum yang berlaku.
Pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu
agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Pengaturan ini dituangkan dalam bentuk
perencanaan pembelajaran. Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan proyeksi atau perkiraan
mengenai apa yang akan dilakukan. Demikian halnya dalam perencanaan pembelajaran, di
dalamnya harus dilakukan proses memperkirakan (memproyeksikan) mengenai tindakan apa yang
akan dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan secara efektif.
Pengembangan kurikulum berdasarkan beberapa kebutuhan, dilakukan melalui berbagai
model yang telah dikemukakan oleh para ahli. Model-model tersebut dikembangkan untuk
memenuhi keberagaman kebutuhan yang menjadi tuntutan pengembangan kurikulum. Setiap
model pengembangan memunculkan tahap pengembangan content kurikulum sebagai
implementasi dari penetapan tujuan yang telah dilakukan sebelumnya.
Jika dilihat dari model proses secara prosedural, maka hal tersebut menunjukkan urutan
langkah setelah perumusan tujuan, namun sebenarnya lebih dalam dapat dicermati bahwa
pengembangan content kurikulum merupakan inti kegiatan pembelajaran, oleh karena itu tahapan
ini memerlukan perencanaan yang mendalam, sebagai kegiatan inti pembelajaran.
2. PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah yang
dibahas adalah: Bagaimana implementasi pengembangan content kurikulum dalam proses
perencanaan pembelajaran?
Permasalahan ini dianggap penting karena akan dapat memberikan penjelasan tentang
hubungan kurikulum dan pembelajaran, selain itu melalui pembahasan yang cermat akan diketahui
bagaimana interaksi dan keterkaitan antara proses perencanaan pembelajaran dengan proses
pengembangan kurikulum. Dalam tataran pelaksana pendidikan/pembelajaran di tingkat sekolah,
pola yang dikenal selama ini adalah perencanaan pembelajaran, sehingga mereka merasa alergi
dengan pengembangan kurikulum. Hal ini tidak dapat dihindari, sebab paradigma mengenai
pengembangan kurikulum yang dimiliki, bahwa kurikulum adalah merupakan ”given”, sehingga
dalam tataran sekolah tinggal melaksanakannya saja.
Dalam persepktif pengembangan kurikulum, pemahaman seperti itu sudah harus mulai
ditinggalkan, sebab proses pengembangan kurikulum juga merupakan salah satu tugas para
pelaksana pendidikan/pembelajaran ditingkat sekolah. Terlebih dengan dikembangkannya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memfasilitasi para pelaksana di sekolah
untuk mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum bukan merupakan kegiatan
eksklusif para pengambil kebijakan departemental atau tingkat institusi nasional, namun perlu
dilakukan dalam tataran sekolah sebagi ujung tombak kegiatan pembelajaran. Dalam konteks
perencanaan pembelajaran sebenarnya para guru telah melakukan pengembangan kurikulum yang
melibatkan semua komponen pembelajaran baik secara makro maupun mikro.
3. KAJIAN TEORITIK
Pemahaman tentang makna kurikulum, dapat telusuri melalui beberapa pengertian dari
konsep kurikulum itu sendiri. Dalam kaitan dengan permasalahan yang dibahas diatas, kurikulum
dianggap sebagai suatu substansi, (Nana syaodih, 2006:27) yakni suatu rencana kegiatan belajar
bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu
kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan
ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan
sebagai dokumen tertulis hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan pemegang
kebijaksanaan pendidikan dan masyarakat.
Dalam pengertian yang sama, yakni memandang kurikulum sebagai materi dan isi
pelajaran, Hamalik (2000:2) menjelaskan bahwa: Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang
harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata
pelajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa
lalu yang telah disusun secara sistematis dan logis.
Dari pengertian diatas maka selain dijelaskan bahwa kurikulum memiliki berbagai dimensi
dan dapat dilihat dari berbagai aspek berdasarkan sudut pandang, maka kurikulum dapat
dipandang sebagai serangkaian materi / bahan ajar yang perlu dikuasai siswa untuk menguasai
kemampuan tertentu.
Kurikulum sebagai serangkaian bahan pembelajaran, tentu bukan merupakan suatu objek
yang berdiri sendiri, terlebih jika dikaitkan dengan proses pengembangan kurikulum yang
dilakukan dalam model pengembangan kurikulum. Keterkaitan dengan komponen lain tentu ada,
yakni bahwa pengembangan isi kurikulum dilakukan berdasarkan komponen kurikulum.
Pengetahuan merupakan inti isi kurikulum. Beberapa ahli menyamakan isi dan pengetahuan,
namun ahli lain membedakan pengetahuan dan isi.
3.1. Komponen Kurikulum
Sebagai sebuah sistem, kurikulum memiliki komponen yang saling terkait. Menurut
Mulyani Sumantri (2007), komponen kurikulum tergambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 : Komponen kurikulum
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa komponen kurikulum terdiri dari tujuan,
metode, materi dan evaluasi. Gambar diatas tidak hanya menunjukkan komponen kurikulum
namun juga menjelaskan hubungan antar komponen tersebut. Tiap komponen kurikulum saling
berinteraksi satu dengan yang lain, dan interaksi tersebut dapat terjadi secara langsung tanpa
menunggu sebuah proses atau prosedur yang mendahuluinya. Artinta tujua langsung dapat
berinteraksi dengan evaluasi, metode dapat berhubungan langsung dengan materi, demikian
seterusnya dengan komponen.
Tokoh lain (Sukmadinata, 2006:102-112) menjelaskan bahwa kurikulum memiliki
komponen sebagai berikut:
a. Tujuan
b. Bahan ajar
c. Strategi Mengajar
d. Media Mengajar
e. Evaluasi Pengajaran
f. Penyempurnaan Pengajaran
Sama halnya dengan pendapat sebelumnya, komponen kurikulum yang dijelaskan Nana
Syaodih diatas menjelaskanbahwa suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian, dimana kesesuaian
tersebut meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan,
kondisi dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar komponen-komponen kurikulum,
yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai
dengan proses isi dan tujuan kurikulum.
Dari kedua penjelasan tokoh kurikulum diatas menunjukkan bahwa kurikulum memiliki
komponen-komponen yang saling saling berkaitan dan berkesesuaian sehingga sinergi yang
dimiliki dari kesesuaian tersebut dapat digunakan untuk mencapai tujuan dari kurikulum itu
sendiri dalam pelaksanaan.
3.2. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang
diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara
efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, Roger A. Kaufman (Harjanto 1997: 2)
mengemukakan bahwa "Perencanaan adalah suatu proyeksi (perkiraan) tentang apa yang
diperlukan dalam rangka mencapai tujuan dan bernilai.
Berkaitan dengan pengertian perencanaan secara umum tersebut, selanjutnya akan
dikemukan beberapapendapat atau pandangan para ahli mengenai perencanaan pembelajaran.
Ibrahim (1993) mengatakan bahwa “Secara garis besar perencanaan pembelajaran mencakup
kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara apa
yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi-bahan apa yang akan disampaikan,
bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Banghart dan Trull (Sagala: 2003) yang menyatakan
bahwa “Perencanaan adalah awal dari semua proses yang rasional, dan mengandung sifat
optimisme yang didasarkanatas kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam
permasalahan dalam konteks pembelajaran. Perencanaan pembelajaran diartikan sebagai proses
penyusunan materipelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau
metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa satu semester
yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan".
Berdasarkan beberapa pemahaman pengertian diatas maka dapat dirumuskan bahwa
perencanaan pembelajaran adalah suatu rangkaian yang saling berhubungan dan saling menunjang
antara berbagai unsur atau komponen yang ada di dalam pembelajaran, atau dengan pengertian
lain, yaitu suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau
komponen-komponen pembelajaran. Unsur atau komponen yang dimaksud adalah:
a. Ke mana pembelajaran tersebut akan diarahkan?
b. Apa yang harus dibahas dalam proses pembelajaran tersebut?
c. Bagaimana cara melakukannya?
d. Bagaimana pula mengetahui berhasil tidaknya proses pembelajaran tersebut?
Perencanaan pembelajaran selanjutnya dituangkan dalam model pembelajaran
(instructional design). Desain pembelajaran diperoleh dari sebuah proses sebelumnya yang
terpisah, mereka adalah perencanaan dan desain pembelajaran. Tiap proses didalamnya
mengandung sejumlah kegiatan,misalnya tentang identifikasi hasil belajar, alat penilaian dan
strategi pembelajaran yang digunakan. Tentunya dalam tahapan tersebut juga dipertimbangkan
keuntungan yang akan diperoleh guru dalam upaya meraih kualitas pembelajaran dengan
memperhatikan keterbatasan diri dan lingkungan belajar yang ada. Dari kedua proses tersebut
dihasilkan model desain pembelajaran yang dibuat dari dan untuk guru yang melaksanakan
pembelajaran tersebut.
Secara rinci kegiatan yang dilakukan guru pada tahap awal adalah melakukan desain
terhadap pembelajaran yang akan dilakukan. Langkah awal dalam desain adalah perencanaan,
dimana perencanaan tersebut dilakukan berdasarkan apa yang akan dialami oleh guru.
Perencanaan merupakan langkah penting yang akan membawa banyak fungsi. Peran yang amat
penting adalah mentransfer kurikulum dalam pembelajaran di dalam kelas. Kurikulum sekolah
dapat berupa kurikulum yang dikembangkan secara regional (district) atau nasional. Sementara
kurikulum sekolah diharapkan dapat menunjukkan pada siswa tentang pengetahuan dan
keterampilan yang akan didapatnya selama mengikuti kegiatanpembelajaran.
Hubungan antara perencanaan pembelajaran dan instructional model dijelaskan oleh Neil
Shaumbaugh & Susan G. Magliaro (2005:167) sebagai berikut:
Gambar 2: Hubungan antara perencanaan dan pengembangan instruksional
Gambar diatas menjelaskan bahwa perencanaan – desain pembelajaran dan pelaksanaan di
kelas merupakan kegiatan yang terpisah, namun kegiatannya merupakan tahap
mengimplementasikan kurikulum kedalam pembelajaran.
3.3. Model Pengembangan Kurikulum
Model adalah barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya. Dalam konteks untuk
mengkonkritkan sebuah proses, desain model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Dengan demikian yang dimaksud
dengan model pengembangan kurikulum adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan kurikulum untuk mencapai tujuan belajar tertentu
sehingga ia berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses dan prosedur pengembangan kurikulum.
Untuk mengimplementasikan hal tersebut berbagai model pengembangankurikulum telah
dilahirkan oleh para ahli diantaranya adalah model Tyler, Taba dan Print. Untuk pembahasan yang
berkaitan dengan permasalahan yang diangkat diatas, maka perlu dicermati beberapa model
pengembangan kurikulum tersebut.
Model pengembangan kurikulum menurut Ralph Tyler. (periksa lampiran)
a. Mengidentifikasi tujuan umum
b. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
c. Menyeleksi pengalaman belajar
d. Mengorganisasikan pengalaman
e. Mengarahkan dan mengurutkan pengalaman-pengalaman belajar
f. Evaluasi pengalaman belajar
Model Tyler ini secara sederhana terdiri dari 6 tahap yang merupakan pendekatan
hierarkikal dalam pengembangan kurikulum. Langkah pertama mengawali pengembangan
kurikulum hingga dicapainya perumusan tujuan pembelajaran yang spesifik yang kemudian
dilanjutkan dengan pengembangan materi / bahan ajar yang berbentuk kegiatan yakni menyeleksi
dan mengorganisasaikan pengalaman belajar. Memang tidak semata menjelaskan tentang bahan,
namun aktivitas yang dimaksud sebagai pengalaman belajar adalah dengan mempelajari atau
dalam rangka menguasai bahan pembelajaran. Kemudian diakhiri dengan mengarahkan dan
mengurutkan pengalaman belajardan mengevaluasi pengalaman tersebut.
Model pengembangan kurikulum menurut Hilda Taba (periksa lampiran)
a. Experimental production of pilot units
1. Diagnnosis needs
2. Formulating specific objectives
3. Selecting content
4. Organizing content
5. Selecting learning experiences
6. Organizing learning experiences
7. Evaluating
8. Checking for balance and sequence
b. Testing of experimental units
c. Revising and consolidating
d. Developing a framework
Model Taba ini terdiri dari empat langkah besar yang masing-masing memiliki tahapan,
dimana content curriculum nampak dalam selecting & organizing content.
Model pengembangan kurikulum menurut Murray Print. (periksa lampiran)
a. Analisis Situasional
b. Sasaran dan Tujuan
c. Isi Kurikulum
d. Aktivitas Belajar
e. Evaluasi Pembelajaran
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan olem Murray Print ini dikenal dengan
model berputar, artinya model diawali dengan langkah pertama berupa analisis situasional
kemudian berproses seperti sebuah siklus menuju pada langkah selanjutnya, begitu seterusnya
hingga langkah terakhir dan kembali pada langkah pertama lagi. Dalam model Pront ini jelas
dikemukakan tentang isi kurikulum yang dikembangkan setelah perumusan tujuan pula, dengan
demikian isi kurikulum merupakan pengembangan atau penerjemahan dari tujuan yang telah
ditetapkan
3.4. Content Curriculum
Salah satu komponen penting daripada kurikulum adalah materi atau isi yang berupa
informasi, data, pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang hendak diwariskan, diajarkan
kepada peserta didik. Pengetahuan merupakan inti isi kurikulum. Beberapa ahli menyamakan isi
dan pengetahuan, namun ahli lain membedakan pengetahuan dan isi. Isi tidak lain daripada
rekaman pengetahuan (simbol, grafik, rekaman suara) sedangkan pengetahuan merupakan makna
atau arti sebagai konsekuensi transaksi daripada materi. Pengetahuan yang dipergunakan disekolah
adalah pengetahuan verbal.
Dalam hidup sehari-hari banyak sekali sumber bahan atau informasi berupa surat kabar,
percakapan, radio, TV dan lain sebagainya. Individu bebas menyerap,menyeleksi informasi
berdasarkan minat, tujuan, kepentingan dan pengalamannya. Belajar dalam hal ini bersifat
informal, belajar dari pengalaman. Namun hal ini tidaklah cukup bagi kehidupan yang beradab
dan berkembang seperti saat sekarang ini. Saylor dan Alexander menyatakan bahwa materi
kurikulum meliputi fakta-fakta, observasi data, persepsi, penginderaan, desain, pemecahan
masalah yang berasal dari pikiran manusia, dari pengalaman dan hasil konstruk pikiran yang di
atur, diorganisasi dalam bentuk gagasan, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip, rencana dan
pemecahan masalah.
HAL 6 HILANG
Gambaran aktivitas siswa akan terlihat pada rencana kegiatan atau dalam rumusan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang terdapat dalam perencanaan pembelajaran. Kegiatan
belajar dan mengajar yang dirumuskan oleh guru harus mengacu pada tujuan pembelajaran.
Sehingga perencanaan pembelajaran merupakan acuan yang jelas, operasional, sistematis sebagai
acuan guru dan siswa berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Materi pelajaran merupakan isi atau bahan yang dipelajari siswa harus direncanakan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Syaodih dan Ibrahim (2003), ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pembelajaran, antara lain:
a. Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan intruksional.
b. Materi pembelajaran hendaknya sesuai pendidikan/ perkembangan siswa pada umumnya.
c. Materi pembelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan.
d. Materi pembelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat factual maupun konseptual.
Isi kurikulum (content curriculum) sebagai salah satu komponen penting dari kurikulum
merupakan sejumlah kompetensi yang harus dikuasai siswa sebagai bentuk pencapaian tujuan
yanbg telah ditetapkan. Dalam proses perencanaan pembelajaran, sejumlah kompetensi yang
perlu dikuasai melalui sejumlah pengalaman belajar yang dikondisikan dan diorganisasikan,
dirancang dan dirumuskan sehingga memunculkan model pembelajaran yang secara langsung
dapat diimplementasikan (aplicable).
5. KESIMPULAN
a. Pengembangan kurikulum dilakukan melalui tahapan yang dituangkan dalam model
pengembangan kurikulum
b. Beberapa model pengembangan kurikulum memiliki kesamaan dalam tahapan yang dilakukan
c. Analisis kebutuhan dan perumusan tujuan merupakan langkah awal dalam pengembangan
kurikulum
d. Pengembangan isi kurikulum (content curriculum) dilakukan berdasarkan tujuan yang telah
ditentukan
e. Untuk melakukan pembelajaran, isi kurikulum diimplementasikan dalam perencanaan
pembelajaran untuk melahirkan model pembelajaran.
f. Perencanaan pembelajaran merupakan penerjemahan pengembangan isi kurikulum yang telah
dilakukan dalam pengembangan kurikulum
6. REKOMENDASI
a. Guru sebagai pelaksana pembelajaran di kelas perlu mencermati, memperhatikan proses
pengembangan kurikulum untuk mengetahui pengembangan isi kurikulum yang diajarkan di
dalam kelas
b. Pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, karena
dalam perencanaan telah tergali beberapa pemikiran mendalam tentang pelaksanaan
pembelajaran yang akan dilakukan.
c. Perancang pembelajaran perlu meletakkan perumusan tujuan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran
d. Pengalaman belajar dan isi kurikulum dikembangkan dari tujuan yang telah dirumuskan, bukan
sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Rohani, A. (1991). Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, O. (2000). Model-model Pengembangan Kurikulum, Bandung: Yayasan Al Madani Terpadu
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar.
http://jurnal-teknologi-pendidikan.tp.ac.id/implementasi-pengembangan-content-curriculum-dalam-
proses-perencanaan-pembelajaran.pdf