ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · web viewmenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan...

50
BAB 15 RANCANGAN PENELITIAN ETNOGRAFIK Istilah etnografi secara harfiah bermakna “menulis tentang kelompok-kelompok orang”. Dengan menggunakan rancangan kualitatif ini, anda bisa mengidentifikasi sekelompok orang, meneliti mereka di dalam rumah, tempat kerja mereka, mencatat bagaimana mereka bertingkah laku, berpikir dan berbicara serta mengembangkan gambaran umum tentang kelompok tersebut. Bab ini mendefenisikan penelitian etnografis, mengidentifikasi ketika anda menggunakannya, menilai karakteristik-karakteristik kuncinya, mengajukan langkah-langkah dalam melaksanakan dan mengevaluasinya. Pada akhir bab ini, anda diharapkan akan mampu: Mengdefenisikan penelitian etnografi dan mengidentifikasi ketika ia digunakan; Membedakan antara tiga jenis rancangan penelitian etnografis; Mengidentifikasi tema-tema kultural di dalam sebuah penelitian etnografis; Mengidentifikasi karakteristik dari sebuah kelompok yang memiliki budaya yang sama; Menjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi. Mendeskripsikan beberapa bentuk data etnografis yang dikumpulkan melalui kerja lapangan; Mendeskripsikan tiga komponen dari penelitian etnografi: deskripsi, tema dan interpretasi; Mengilustrasikan aspek-aspek dari konteks yang dilaporkan di dalam etnografi; 215

Upload: dangngoc

Post on 12-May-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

BAB 15

RANCANGAN PENELITIAN ETNOGRAFIK

Istilah etnografi secara harfiah bermakna “menulis tentang kelompok-kelompok orang”.

Dengan menggunakan rancangan kualitatif ini, anda bisa mengidentifikasi sekelompok

orang, meneliti mereka di dalam rumah, tempat kerja mereka, mencatat bagaimana mereka

bertingkah laku, berpikir dan berbicara serta mengembangkan gambaran umum tentang

kelompok tersebut. Bab ini mendefenisikan penelitian etnografis, mengidentifikasi ketika

anda menggunakannya, menilai karakteristik-karakteristik kuncinya, mengajukan langkah-

langkah dalam melaksanakan dan mengevaluasinya.

Pada akhir bab ini, anda diharapkan akan mampu:

Mengdefenisikan penelitian etnografi dan mengidentifikasi ketika ia digunakan;

Membedakan antara tiga jenis rancangan penelitian etnografis;

Mengidentifikasi tema-tema kultural di dalam sebuah penelitian etnografis;

Mengidentifikasi karakteristik dari sebuah kelompok yang memiliki budaya yang

sama;

Menjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa

yang diteliti dalam sebuah etnografi.

Mendeskripsikan beberapa bentuk data etnografis yang dikumpulkan melalui kerja

lapangan;

Mendeskripsikan tiga komponen dari penelitian etnografi: deskripsi, tema dan

interpretasi;

Mengilustrasikan aspek-aspek dari konteks yang dilaporkan di dalam etnografi;

Mengidentifikasi pendekatan-pendekatan yang digunakan para etnografer untuk

mendokumentasikan refleksivitas mereka;

Mengidentifikasi langkah-langkah dalam melakukan sebuah penelitian etnografi;

Mengidentifikasi kriteria yang bermanfaat untuk mengevaluasi sebuah laporan

penelitian etnografis;

Maria memilih untuk melakukan penelitian kualitatif etnografi untuk proyek penelitian

pada pasca sarjananya. Komite Sekolah telah melakukan pertemuan berkali-kali

sepanjang tahun itu dan telah menentukan cara-cara penelitiannya akan dilakukan.

Sebagai seorang anggota penguji, Maria, memiliki sudut pandangan alamiah yang

menguntungkan untuk mengobservasi bagaimana panitia bekerja. Ia mengamati

bagaimana orang-orang bertindak, bagaimana mereka berbicara, dan bagaimana mereka

berinteraksi dalam praktek keseharian seperti memulai bekerja tepat pada waktu. Maria

215

Page 2: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

melakukan sebuah kajian etnografis. Ia mengajukan pertanyaan ini, “Apa-apa saja

keyakinan, nilai, dan sikap yang dimiliki bersama oleh komite sekolah tentang

kepemilikan senjata di sekolah?” Melalui jawaban tersebut, Maria akan mendapatan

pandangan yang mendalam tentang bagaimana sebuah komite sekolah bergulat dengan

masalah-masalah terkait dengan senjata di sekolah.

APA YANG DIMAKSUDKAN DENGAN PENELITIAN ETNOGRAFI?

Ethnographic design (rancangan etnografis) adalah prosedur penelitian kualitatif untuk

mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan pola-pola bertingkah laku,

berkeyakinan, dan berbahasa yang diyakini bersama oleh sebuah kelompok kultural

tertentu yang telah bertumbuh- kembang pada jangka waku yang lama. Dalam defenisi ini

yang menjadi pusatnya adalah kultur (budaya). A culture (budaya) adalah “ segala

sesuatu yang berkaitan dengan tingkah laku dan keyakinan manusia” (LeCompte,

Preissle, Tesch, 1993, halaman 5). Ia bisa mencakup bahasa, ritual, stuktur perekonomian

dan politik, tahap-tahap kehidupan, interaksi, dan gaya berkomunikasi. Untuk bisa

memahami pola-pola kelompok yang memiliki budaya yang sama ini, si etnografer

biasanya menghabiskan banyak waktu “di lapangan” mewawancarai, mengobservasi, dan

mengumpulkan dokumen-dokumen tentang kelompok orang yang berbudaya yang sama

itu guna memahami tingkah laku, keyakinan dan bahasa mereka.

Kapan Anda Melakukan Penelitian Etnografi?

Anda melakukan penelitian etnografi apabila kajian tentang sesuatu kelompok

memberikan pemahaman tentang sebuah isu yang lebih luas cakupannya. Anda juga

melakukan penelitian etnografi ketika anda memiliki kelompok yang memiliki budaya

yang sama untuk diteliti – kelompok yang sudah hidup dalam kebersamaan dalam waktu

yang cukup lama dan telah tertanam dalam diri mereka masing-masing nilai-nilai,

keyakinan-keyakinan, dan bahasa yang sama. Anda menangkap “aturan-aturan”

bertingkah laku, seperti hubungan-hubungan informal antara masing-masing para guru

yang berkumpul di tempat-tempat favorit mereka untuk bersosialisasi (Pajak & Blase’,

1984). Kelompok yang berbudaya sama ini boleh jadi terkerangka secara sempit (seperti

para guru, siswa , atau staf) atau terkerangka secara lebih luas (seperti keseluruhan

sekolah dan prestasinya, inovasi, atau kekerasan). Kelompok yang berbudaya sama itu

boleh jadi berbentuk keluarga, seperti pada penelitian etnografis tentang anak berusia

duabelas tahun yang menderita down syndrome dan keluarganya Harry et al., 1998).

216

Page 3: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Kelompok yang berbudaya sama itu boleh jadi merupakan reprsentasi atau ilustrasi dari

proses-proses, perisitiwa-peristiwa, atau aktivitas-aktivitas yang lebih luas (seperti

berpartisipasi dalam program pasca sarjana). Seting-seting kehidupan di asrama

merupakan situs di mana pria sering mengeksploitasi dan menjadikan wanita sebagai

korban. Dalam etnografi kritis, Rhoads (1995) meneliti budaya sebuah kehidupan

berasrama dan praktek-prakteknya yang menyebabkan wanita tidak berdaya dan menjadi

marginal.

Etnografi juga bisa memberikan gambaran peristiwa keseharian yang detil, seperti

pemikiran dan aktivitas-aktivitas dari sebuah komite yang bertugas mencari orang untuk

dipekerjakan sebagai kepala sekolah baru (Wolcot, 1974; 1994). Anda melakukan sebuah

kajian etnografi ketika anda memiliki akses yang berjangka panjang terhadap kelompok

yang berbudaya sama ini sehingga anda bisa membangun rekaman yang detil tentang

tingkah laku dan keyakinan mereka untuk jangka waktu tertentu. Anda boleh jadi

merupakan partisipan di dalam kelompok atau cuma sebagai pengamat, akan tetapi anda

mengumpulkan catatan lapangan secara ekstensif, mewawancarai banyak orang, dan

mengmpulkan surat-surat dan dokumen-dokumen untuk membangun rekaman dari

kelompok yang berbudaya sama tersebut.

Bagaimana Penelitian Etnografis ini Berkembang?

Etnografi sebagaimana dipraktekkan di dalam dunia pendidikan telah dibentuk oleh

antrolopologi budaya, dengan penekanan pada isu-isu terkait dengan penulisan budaya,

dan bagaimana laporan-laporan etnografis perlu dibaca dan difahami saat ini. Faktor-

faktor ini merupakan jantung bagi pemahaman praktek-praktek terkini dalam etnografi

(misanya Bogdan & Biklen, 1998: Denzin, 1997: LeCompte et al., 1993: Walcott, 1999).

Akar dari etnografi pendidikan terletak pada antropologi budaya. Pada penghujung abad

19 dan awal abad 20, para antropolog mengkaji budaya-budaya “primitif” melalui

kunjungan-kunjungan ke negara-negara lain dan dengan bergumul dengan masyarakatnya

untuk periode waktu yang ekstensif. Mereka menghindarkan diri dari “menjadi natif “

(penduduk asli) dan mengidentifikasikan diri mereka secara dekat sekali dengan orang-

orang yang mereka teliti sehingga mereka bisa menulis sebuah kisah yang “objektif”

tentang apa yang mereka lihat dan dengar. Pada waktu-waktu tertentu, kisah-kisah ini

dibandingkan dengan budaya-budaya lain yang jauh di benua lain, terutama dengan cara-

cara hidup orang Amerika. Contoh, Margareth Mead, seoang antropolog terkemuka,

217

Page 4: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

mengkaji pengasuhan anak, remaja, dan pengaruh budaya terhadap kepribadian di Samoa

(Mead, 1028).

Observasi dan wawancara menjadi prosedur standar dalam pengumpulan data “di

lapangan”. Juga, dibawah para sosiolog di Universitas Chcago pada tahun 1920-an

sampai 1950-an, penelitian difokuskan pada pentingnya penelitian tentang kasus tunggal

– apakah kasusnya tentang seseorang individu, kelompok, tetangga, atau unit budaya

yang lebih besar. Contoh, para sosiolog Chicago melakukan analisis kualitatif terhadap

dokumen-dokumen pribadi dan publik dalam rangka membangun pandangan hidup dari

para imigran Polandia (Thomas & Znaniecki, 1927). Dengan penekanan pada kehidupan

perkotaan, mereka menggambarkan kehidupan sehari-hari di kota-kota Amerika Serikat:

daerah kumuh Yahudi, taxi-dance hall (ruang dansa para sopir taksi), pencuri profesional,

para gembel, dan anak-anak nakal (Bogdan & Biklen, 1998). Dengan menggaribawahi

kehidupan para indvidu ini, mereka memberikan perspektif “insider” dengan jalan

melaporkan kisah-kisah detil dari indvidu-individu yang sering termarginalisasikan di

dalam masyarakat.

Bidang kajian antropologi pendidikan interdisiplier yang masih bayi ini mulai mengkristal

selama tahun 1950-an dan berlanjut sampai tahun 1980-an (LeCompte et al., 1993). Jules

Henry menggambarkan kelas-kelas di sekolah dasar dan sekolah menengah sebagai tribes

(suku bangsa) dengan ritual-ritual, budaya, struktur sosialnya, dan George dan Louise

Spindler mengkaji pembuatan keputusan pendidikan, isi kurikulum, dan pengajaran

(LeCompte et al., 1993). Para antropolog pendidikan memfokuskan diri mereka pada sub

kelompok budaya, seerti:

Kisah perjalanan karir dan kehidupan atau analisis peran para individu;

Microetnografis tentang kelompok-kelompok kerja dan kelompok-kelompok

hobi dalam skala kecil;

Kajian-kajian terhadap kelas-kelas tunggal yang diabstraksikan sebagai

masyarakat-mayarakat dalam kelompok kecil;

Kajian-kajian terhadap faisilitas-fasilitas sekolah atau fasilitas-fasilitas dinas

pendidikan yang mendekati unit-unit ini sebagai sebuah masyarakat yang diskrit

(terpisah) (LeCompte et al., 1993, halaman 14).

Dalam penelitian seperti ini, para etnografer pendidikan mengembangkan dan

memperhalus prosedur-prosedur yang dipinjam dari antropologi dan sosiologi. Dari

tahun 1980-an sampai dewasa ini, para antropolog dan antropolog pendidikan telah

mengidentifikasi tekhnik-tekhnik guna memberikan fokus terhadap kelompok budaya,

218

Page 5: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

melakukan observasi, menganalsis data, dan menuliskan laporan penelitian (misalnya

Petterman, 1998; Walcott, 1992. 1994, 1999).

Peristiwa yang membatasi etnografi, menurut Denzin (1997), adalah publikasi

buku yang berjudul Writing Culture (Clifford & Marcus, 1986). Para etnografer telah

“menulis dengan cara mereka sendiri” (Denzin, 1997, halaman xvii) semenjak itu sesuai

dengan isi buku tersebut. Clifford an Marcus mengangkat dua buah isu yang sangat

menggugah minat banyak orang terhadap etnografi pada umumnya dan dalam bidang

penelitian pendidikan. Pertama terkait dengan krisis representasi. Krisis ini terdiri dari

penilaian kembali tentang bagaimana para etnografer memberikan interpretasi terhadap

kelompok-kelompok yang mereka teliti. Denzin berargumetasi bahwa kita tidak bisa lagi

melihat si peneliti sebagai reporter yang objektif yang membuat pernyataan-pernyataan

yang bersifat omnipresent (hadir di mana-mana) tentang individu-individu yang dia teliti.

Sebaliknya, si peneliti hanyalah merupakan satu suara dari banyak suara – individu-

individu seperti si pembaca, para partisipan, dan gate-keeper (para penjaga) – yang perlu

didengar. Ini memicu krisis kedua: legitimasi. “Dalih-dalih” validitas, reliabilitas dan

objektivitas dari “normal science” tidak lagi bisa mewakili standar. Para peneliti perlu

mengevaluasi masing-masing penelitian etnografis dalam batas-batas standar yang

fleksibel yang melekat pada kehidupan para partisipan, pengaruh-pengaruh kesejarahan

dan budaya; dan kekuatan-kekuatan interaktif bersumber ras, jender, dan kelas.

Ditilik dari sisi ini, etnografi perlu memasukkan perspektif yang diramu dari

pemikiran-pemikiran feminist, pandangan-pandangan berbasis ras, perspekspektif seks,

dan teori kritis, dan ia perlu juga sensitif terhadap ras, kelas, dan jender. Etnografi

dewasa ini menjadi “messy” (carut marut) dan akhirnya menampilkan diri dalam

berbagai bentuk seperti (seni) pertunjukan, puisi, drama, novel, atau narasi pribadi

(Denzin, 1997).

APA TIPE-TIPE RANCANGAN ENOGRAFIS?

Dengan perkembangan seperti digambarkan di atas, pendekatan eklektif menjadi suatu

ciri dari penelitian etnografis pendidikan saat ini. Bagi seorang peneliti yang baru

terhadap etnografi, panjangnya daftar tidak menjadi penting ketimbang fokus terhadap

bentuk-bentuk utama seperti yang dipublikasikan dalam laporan-laporan penelitian

pendidikan. Tanpa diragukan lagi, penelitian etnografis tidak selamanya cocok (pas)

untuk kategori-kategori, akan tetapi ada tiga bentuk yang jelas:

Etnografi Realis

219

Page 6: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Studi kasus

Etnografi Kritis

Etnografi Realis

Etnografi realis adalah sebuah pendekatan yang populer yang digunakan oleh para

antropologi budaya. Dicirikan oleh Van Maanen (1988), ia mencerminkan sebuah

pandangan tertentu yang diambil oleh si peneliti terhadap para individu yang sedang

diteliti. Etnografi realis adalah sebuah kisah yang ditampilkan secara objektif dari suatu

situasi, biasanya ditulis dari sudut padangan orang ketiga, yang melaporkan secara

objektif informasi yang dipelajari dari para partisipan di situs (lapangan). Dalam

rancangan etnografis ini:

Para etnografer realis menarasikan penelitiannya dalam suara orang ketiga yang

tidak memihak dan melaporkan observasinya terhadap para partisipan serta

pandangan mereka. Si etnografer tidak menawarkan refleksi-refleksi pribadi

dalam laporan penelitiannya dan tetap berada di latar belakang sebagai pelapor

“fakta” yang “omniscient” (yang serba tahu).

Si peneliti melaporkan data-data objektif dalam gaya yang terukur tanpa

terkontaminasi oleh bias pribadi, tujuan-tujuan politis, dan pertimbangan. Si

peneliti boleh memberikan detil keseharian dari orang-orang yang sedang diteliti.

Si etnografer juga menggunakan kategri-kategori standar berkaitan dengan

deskpripsi budaya (seperti kehidupan di lingkungan keluarga, kehidupan di

lingkungan kerja, jejaring sosial, sistem status).

Para etnografer mengungkapkan pandangan-pandangan para partisipan melalui

pengeditan secara ketat kutipan-kutipan dan memberikan kata-kata akhir berupa

interpretasi dan penyajian budaya (Van Maanen, 1988).

Jenis etnografi seperti ini sudah lama menjadi tradisi dalam antropologi budaya dan

pendidikan. Contoh, Wolcott (1974, 1994) menggunakan pendekatan realis terhadap

etnografi untuk meneliti aktivitas-aktivitas sebuah komite yang ditunjuk untuk

menyeleksi seorang kepala sekolah. Penelitian tersebut berkaitan dengan proses yang

dialami oleh sebuah komite pemilihan sekolah ketika mereka mewawancarai para

calon. Wolcott memulai dengan seorang calon sampai akhirnya individu terakhir

diidentifikasi. Dengan mengikuti deskprisi proses wawancara ini, Wolcott

memberikan interpretasi terhadap tindakan-tindakan komite dalam batas-batas

220

Page 7: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

kurangnya pengetahuan profesional, tingkah laku mereka yang tak kondusif, dan

keengganan sekolah untuk beruah.

Sebagai seorang etnografer yang realis, Wolcott memberikan sebuah kisah

tentang keputusan yang dibuat oleh komite seolah-olah ia sedang milihat ke dalam

dari luar, melaporkan prosedur secara objektif, dan juga mencakup pandangan para

partisipan. Interpretasi pada akhirnya menampilkan penyajian pandangan Wolcott

tentang pola-pola yang dia lihat yang dilakukan oleh komite pemilihan kelompok

budaya.

Studi Kasus

Para penulis sering menggunakan istilah studi kasus sehubungan dengan etnografi

(misalnya lihat LeCmpte & Schensul, 1999). Studi kasus merupakan sebuah tipe

etnografi yang penting, walaupun ia sebenarnya berbeda dengan etnografi dalam

beberapa hal penting. Para peneliti studi kasus boleh jadi memfouskan diri pada program,

peristiwa, atau aktivitas yang melibatkan individu-individu ketimbang semata-mata

kelompok (Stake, 1995). Juga, ketika para peneliti studi kasus meneliti sebuah

kelompok, mereka boleh jadi lebih tertarik pada mendeskripsikan aktivitas-aktivitas

kelompok ketimbang mengidentifikasi pola-pola bertingkah laku yang diperlihatkan oleh

kelompok tersebut. Para etnografer berusaha menemukan pola-pola kebersamaan yang

bekembang sebagai sebuah kelompok yang saling berinteraksi untuk jangka waktu

tertentu. Akhirnya, para peneliti studi kasus akan cenderung kurang mengidentifikasi

tema-tema budaya untuk dikaji pada awal dari sebuah penelitian, terutama dari sisi

antropologi; sebaliknya, mereka akan terfokus pada eksplorasi mendalam tentang

“kasus” aktual.

Walaupun beberapa orang peneliti mngidentifikasi “kasus” sebagai sebuah objek

kajian (Stake, 1995), yang lainnya menganggap ini sebagai prosedur inkuiri (seperti

Merriam, 1998). Studi kasus adalah sebuah eksplorasi mendalam tentang bounded

system (suatu sistem tertutup) seperti aktivitas, peristiwa, proses, atau individu berbasis

pengumpulan data yang ekstensif (Creswell, 2007). Bounded (tertutup) bermakna bahwa

kasus itu terpisah (berdiri sendiri) untuk diteliti dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas

fisik tertentu.

Penting kiranya diingat bahwa tipe-tipe kasus yang sering diteliti oleh para

peneliti kualitatif adalah:

221

Page 8: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

“Kasusnya” bisa jadi seseorang individu, beberapa orang individu secara terpisah

atau dalam sebuah kelompok;

“Kasusnya” boleh jadi merupakan repsentasi sebuah proses yang terdiri dari

serentetan langkah (seperti proses pengembangan kurikulum perguruan tinggi)

yang terdiri dari serentetan aktivitas;

Seperti diperlihatkan pada Diagram 15.1, sebuah kasus boleh jadi dipilih untuk

diteliti karena kasus tersebut luar biasa dan memiliki manfaat di dalam dan untuk

dirinya sendiri. Apabila kasus itu sendiri diminati, kasus tersebut disebut intrinsic

case (kasus intrinsik). Penelitian tentang sekolah bilingual (dwibahasa)

mengilustrasikan bentuk studi kasus seperti ini (Stake, 2000). Alternatif lain

adalah fokusnya diberikan pada isu spesifik, dengan sebuah atau lebih kasus yang

digunakan untuk mengilustrasikan sebuah isu. Tipe kasus seperti ini disebut

instrumental case (kasus instrumental), karena kasus tersebut diarahkan untuk

memenuhi tujuan untuk mengiluminasikan isu tertentu. Studi kasus “gunman

incident” (Asmussen & Creswell, 1995) menggambarkan sebuah kasus

instrumental dari sebuah kampus dalam rangka memperlihatkan reaksi kampus

terhadap tindakan kekerasan di kampus. Studi-studi kasus boleh jadi juga

mencakup kasus-kasus jamak, yang disebut collective case studies (Stake,

1995), di mana kasus-kasus jamak dideskripsikan dan dibandingkan dalam rangka

memberikan pemahaman terhadap sesuatu isu. Seorang peneliti studi kasus boleh

jadi meneliti beberapa sekolah guna mengilustrasikan pendekatan-pendekatan

alternatif terhadap pilihan sekolah bagi para siswa.

Para peneliti berupaya mengembangkan sebuah pemahaman mendalam tentang

kasus dengan jalan mengumpulkan bermacam ragam bentuk data (seperti gambar,

klipingan, videotape, dan e-mail). Memberikan pemahaman yang mendalam

memerlukan hanya beberapa kasus saja yang diteliti, karena untuk setiap kasus

yang diteliti, si peneliti akan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk

menelusuri secara mendalam setiap kasus tersebut.

Si peneliti juga menempatkan “kasus” atau “kasus-kasus” itu di dalam konteks

yang lebih luas, seperti seting-seting geografis, politik, sosial, atau ekonomi

(seperti konstelasi keluarga yang terdiri dari kakek nenek, saudara kandung, dan

anggota-anggota keluarga yang “diadopsi”).

Sebuah contoh dari studi kasus adalah penelitian oleh Kos (1991) tentang

empat orang siswa sekolah menengah yang memiliki ketidakmampuan membaca.

222

Page 9: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kesulitan

membaca pada para remaja. Peneliti memberikan tutorial kepada keempat siswa

tersebut, mengamati kegiatan membacanya sendiri dan kegiatan membacanya di

kelas, melakukan wawancara, dan mengumpulkan catatan-catatan sekolah untuk

masing-masing siswa dimaksud. Keempat anak tersebut, yang umurnya berada antara

13 dan 15 tahun, tidak bisa membaca bahan-bahan bacaan lebih tiggi dari bahan-

bahan bacaan untuk anak-anak kelas 3. Setelah mendeskripsikan masing-masing

anak, peneliti mengidentifikasi empat tema yang mencuat tentang maing-masing anak

tersebut: tingkah lau membaca, pengalaman-pengalaman negatif dan mengesalkan

(frustrated), rasa khawatir (anxiety) terhadap bacaan, dan riwayat membacanya di

taman kanak-kanak dan kelas satu. Dari analisis tentang kasus-kasus individual ini,

peneliti kemudian membandingkan keempat anak tersebut dan menemukan bahwa

keempat siswa tersebut menyadari kelemahan-kelemahan (kekurangan-kekurangan)

mereka, memperlihatkan koneksi antara ketidakmampuan membaca dan stress

(tekanan), dan ketidakmampuan mengintegrasikan berbagai ragam strategi membaca.

Studi kasus ini memperlihatan sebuah penelitian berkenaan dengan empat

buah bounded system (sistem terpisah) – individu-individunya spesifik—dan

penilaian terhadap pola-pola tingah laku masing-masing individu dan keempat

mereka. Si peneliti memfokuskan diri pada isu tentang ketidakmampuan membaca

dan melakukan pengkajian mendalam tentang keempat kasus ini dalam rangka

mengilustrasikan isu tentang ketidakmampuan membaca ini. Berbagai bentuk data

dikumpulkan, dan analisisnya terdiri dari pengembangan deskripsi dan tema-tema.

Contoh lain adalah studi kasus oleh Padula dan Miller (1999) tentang empat

orang wanita yang kembali kuliah sebagai mahasiswa program doktor. Dalam studi

kasus ini, para peneliti mengajukan pertanyaan tentang keputusan mereka untuk

kembali ke bangku kuliah, bagaimana mereka mendeskripsikan pengalama-

pengalaman mereka berkuliah, dan bagaimana pengalaman-pengalaman mereka

selama mengikuti program pasca sarjana tersebut mengubah kehidupan mereka.

Melalui wawancara dan observasi terhadap para wanita ini, para peneliti menemukan

beberapa tema yang mencuat tentang keyakinan-keyakinan yang mereka pegang.

Contoh, para wanita tersebut meyakini bahwa pengalaman-pengalaman di pasca

sarjana tidak akan memenuhi kebutuhan mereka, mereka membandingkan diri

mereka sendiri dengan mahasiswa-mahasiswa yang masih muda belia, dan mereka

223

Page 10: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

merasakan adanya kebutuhan umum untuk menyelesaikan perkuliahan mereka

secepat mungkin.

Etnografi Kritis

Ketika Denzin (1997) berbicara tentang krisis kembar antara reprsentasi dan

legitimasi, ia sebenarnya memberikan respon terhadap perubahan yang menyolok di

dalam masyarakat, seperti masyarakat menjadi lebih multi-nasional, bergabung dengan

perekonomian dunia, dan mengubah aspek-aspek demografis menjadi kelompok-

kelompok yang lebih multi ras. Faktor-faktor ini telah mnciptakan sistem kekuasaan,

prestise, keistimewaan, dan otoritas yang berperan memarjinalkan individu-individu dari

berbagai kelas, ras, dan jender dalam masyarakat. Dengan berakar pada pemikiran

Jerman tahun 1920-an, masalah historis yang ditimbulkan oleh dominasi, elienasi, dan

perjuangan sosial sekarang memainkan peranan dalam penelitian pendidikan dan dan

ilmu-ilmu sosial.

Bibliografi sekarang memadukan pendekatan “kritis” (Carspecken, 1995;

Carspecken & Apple, 1992; Thomas, 1993) untuk menampung perspektif advokasi di

dalam etnografi. Critical ethnographies (etnografi kritis) adalah sejenis penelitian

etnografis di mana para peneliti tertarik pada pemberian advokasi dalam rangka

emansipasi kelompok-kelompok yang terminalkan di dalam masyarakat (Thomas, 1993).

Para peneliti kritis biasanya adalah individu-individu yang berpikiran politis yang

mencoba mencari, melalui penelitian mereka, advokasi terhadap ketidaksederajatan dan

dominasi (Carspecken & Apple, 1992). Contoh, para etnografer kritis boleh jadi meneliti

sekolah-sekolah yang memberikan keistimewaan-keistimewaan kepada kelompok-

kelompok siswa tertentu, menciptakan situasi-situasi ketidaksederajatan diantara

masing-masing anggota dari berbagai kelas sosial, dan memperbesar “suara” cowok dan

para cewek menjadi partisipan yang bisu di daam kelas.

Komponen utama etonografi kritis disarikan dalam Diagram 15.2. Faktor-faktor ini,

seperti orientasi bernilai sama (tanpa membedakan), pemberdayaan orang dengan jalan

memberikan mereka lebih banyak otoritas, menantang status quo, dan perhatian terhadap

kekuasaan dan kontrol, memainkan peranan dalam sebuah etnografi dalam karakterisk

proseduralnya, seperti berikut:

Peneliti-peneliti etnografi kritis mengkaji isu-isu sosial terkait dengan

kekuasaan, pemberdayaan, ketidaksederajatan, ketidakadilan, dominasi,

224

Page 11: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

represi (penindasan), hegemoni, dan victimization (membuat orang lain jadi

korban);

Para peneliti melakukan penelitian etnogafi kritis untuk menjaga agar

penelitian mereka itu tdak selanjutnya malah memarjinalkan individu-

individu yang sedang diteliti. Dengan demikian, para peneliti berkerjasama,

secara aktif berpartisipasi, bernegosiasi dengan para partisipan dalam

menuliskan laporan akhir mereka, menggunakan kecermatan dan kehati-

hatian dalam memasuki dan meninggalkan situs, dan secara timbal balik

melakukan pengecekan terhadap para partisipan.

Etnografer kritis harus memiliki kesadaran diri tentag interpretasinya, mengetahui

bahwa interpretasi-interpretasinya itu memberikan refleksi kesejarahan dan

kebudayaan. Interpretasi hanya bisa tentatif dan mempertanyakan dan menjadi bahan

bagaimana para pembaca dan partisipan akan memandanganya.

Para peneliti kritis memposisikan diri mereka, di dalam teks, agar refleksif dan sadar

akan peranan mereka, dan berada di depan dalam menulis laporan penelitian mereka.

Ini bermakna mereka harus mengidentifikasi adanya bias dan nilai; mengakui

pandangan-pandangan orang lain, dan membedakan antara penyajian tetkstual oleh si

peneliti, para partisipan,, dan para pembaca. Seorang etnografer bukan lagi seorang

pengamat yang “objektf”, seperti pada pendekatan realis.

Posisi yang netral ini juga bermakna bahwa si etnografer akan merupakan advokat

bagi perubahan guna membantu menstransformasikan masyarakat sehingga orang-

orang menjadi merasa kurang tertekan dan termanijalkan.

Pada akhirnya, laporan enografi kritis akan menjadi sebuah pendekatan penelitian

yang “messy, multimethod” (berantakan; multi metoda), penuh dengan kontradiksi,

faktor-faktor yang tidak dapat diperhitungkan, dan penuh ketegangan) (Denzin,

1997).

Penelitian etnografis kritis tentang sebuah sekolah dasar “inklusif” (Keyes,

Haney-Maxwell, & Capper, 1999) mengilustrasikan banyak diantara aspek ini.

Tujuannya secara menyeluruh adalah untuk mendeskripsikan dan mendefenisikan

peranan kepemimpinan adminsitratif pada sebuah sekolah inklusif dengan para siswa

yang banyak mengalami peristiwa disablity classification (kegagalan

mengklasifikasi), seperti kognitif, emosional, pembelajaran, berbicara, dana bahasa.

Dengan tujuan untuk menghasilkan teori baru yang akan memberdayakan para

225

Page 12: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

individu di sekolah, para peneliti memulai dengan sebuah kerangka pemberdayaan

kepemimpinan: pemberian dukungan, fasilitasi, dan peluang.

Didasarkan pada kerja lapangan yang ekstenif yang terdiri dari membuntuti

kepala sekolah (Marta), mengobservasi ruang-ruang kelas, melakukan wawancara

secara individual dan wawancara kelompok terfokus, dan meganalisis pengumuman-

pengumuman mingguan, para peneliti mengkompilasi sebuah gambaran tentang

kepemiminan Maria yang mencakup sistem keyakinan sprititual pribadi. Spiritualitas

Maria memungkinkannya menilai perjuangan pribadi, mendukung martabat para

individu, memadukan masalah pribadi dan masalah profesi, meyakini bahwa bekerja

keras, dan memberi penekanan pada pentingnya mendengarkan dan berkhayal. Pada

akhirnya, Keyes et al., (1999) memberikan sebuah “visi keadilan yang ditopang oleh

“keyakinan-keyakinan” spirtual (halaman 233) dan kmudian mengajukan pertanyaan-

pertanyaan konklusif ”Reformasi sekolah untuk apa?” dan “Pemberdayaan

kepemimpinan untuk siapa” (halaman 234).

Sebagai sebuah kajian etnografis tentang sebuah sekolah yang menerapkan

perspektif kritis, proyek kegiatan ini memfokuskan diri pada isu pemberdayaan yang

dirasakan oleh para siswa dan para guru yang termarjinalkan di sekolah. Kepala

sekolah secara aktif berupaya mencari partisipasi kolaboratif melalui dialog-dialog

bersama dengan para guru dan para siswa. Para peneliti mengadvokasi demi

wujudnya sebuah prubahan dan menggarisbawahi ketegangan yang memungkinankan

terbukanya pertanyaan-pertanyaan baru ketimbang menutup pembicaraan. Walaupun

pandangan para peneliti tidak dibuat secara eksplisit di dalam teks, perhatian dan

minat mereka terhadap perubahan dan terhadap visi baru dalam kepemimpian sekolah

bagi para individu dengan berbagai kegagagalan/ketidakmpuan seperti dinyatakan

terdahlu jelas adanya.

APA KARAKTERISTIK KUNCI DARI RANCANGAN ETNOGRAFIS

Dengan keanekaragaman pendekatan terhadap etnografi seperti diidentifikasi

pada pendekatan realis, studi kasus, dan pendekatan krits, tidak mudah mengidentifikasi

karakteristik umum yang dimiliki bersama. Walaupun demikian, bagi mereka-mereka

yang mempelajari etnografi, karakteristik berikut biasanya merupakan tanda bagi sebuah

kajian etnografis:

Tema-tema budaya

Kelopmok yang berbuda sama

226

Page 13: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Pola-pola bertingkah laku, berkeyakinan, dn berbahasa yang sama

Kerja lapangan

Deskripsi, tema, dan interpretasi

Konteks atau seting

Refleksibilitas si peneliti

Tema-tema kultural

Para etnografer biasanya meneliti tema-tema kultural yang diramu dari

antropologi budaya. Para etnografer tidak memasuki lapangan mengambil secara

serampangan segala sesuatu yang mungkin ditemukan. Sebaliknya, mereka tertarik untuk

menambah/mengembangkan pengetahuan tentang budaya dan mengkaji tema-tema

spesifik tentang budaya. Sebuah cultural theme (tema budaya) dalam etnografi adalah

posisi umum, tersurat atau tersirat diakui atau diharapkan keberadaannya di dalam

masyarakat atau kelompok (lihat Spradley, 1980b, untuk pembicaraan tentang tema-tema

budaya). Sama seperti dalam semua penelitian kualitatif, tema ini tidak berperan

mempersempit lingkup penelitian; sebaliknya ia menjadi sebuah lensa yang lebih luas

yang digunakan oleh para peneliti ketika mereka pada awalnya memasuki lapangan

guna meneliti sebuah kelompok, dan mencari manifestasinya. Seperti dikatakan oleh

Wolcott, kita bisa melihat “culture at work” (halaman 25).

Apa-apa saja tema-tema budaya ini? Tema-tema budaya tersebut dapat

ditemukan dalam buku-buku teks pengantar antropologi budaya. Wolcott (1999)

menyatakan buku-buku teks pengantar yang berbicara tentang tema-tema dalam

antropologi budaya, seperti oleh Kessing (1958), Haviland (1993), atau Howard (1996).

Tema-tema tersebut juga bisa ditemukan di dalam kamus-kamus tentang konsep-konsep

antropologi budaya, seperti oleh Winthrop (1991). Pendekatan lain adalah mencari tema-

tea budaya dalam kajian-kajian antropologis tentang pendidikan. Para penulis

mengenalkannya berupa judul-judul atau pada awal penelitian. Anda bisa lihat tema-

tema tersebut dalam rumusan tujuan penelitian (purpose statement) di dalam etnografi

atau di dalam rumusan pertanyaan penelitian berupa “fenomena sentral” (lihat bab 5).

Contoh, berikut adalah beberapa tema kultural yang ditelusuri oleh penulis:

Persistence (ketekunan) dalam penyelenggaraan pendidikan jarak jauh

(Graland, 1993)

“Munculnya” tahap-tahap pengembangan identitas gay (Rhoads, 1997)

Pengembangan ketrampilan-ketramplian sosial para siswa di Jepang

227

Page 14: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

(LeTendre, 1999).

Enkulturasi pada program pendidikan anak usia dini di lingkungan Maori di

Selandia Baru (Bauermeister, 1998)

Kelompok Berbudaya Sama

Para etnografer belajar dari penelitian tentang kelompok yang berbudaya sama

pada sebuah situs tunggal. Jarang terjadi para peneliti meneliti indvidu-individu secara

perorangan, seperti dalam penelitian Wolcott (1974, 1994) studi kasus tunggal tentang

seorang kepala sekolah. Dalam penelitiaan tentang sebuah kelompok, para etnografer

mengidentifikasi situs tunggal (misalnya ruang kelas di sekolah dasar), mengidentifikasi

sebuah kelompok di sana (misalnya kelompok membaca), dan mengumpulkan data

tentang kelompok (misalnya mengobservai waktu membaca). Ini membedakan etnografi

dari bentuk-bentuk lain penelitian kualitatif (misalnya penelitian naratif) yang

memfokuskan diri pada individu-individu ketimbang pada kelompok-kelompok orang.

Sebuah culture-sharing group (kelompok yang berbudaya sama) dalam etnografi

adalah dua atau lebih individu yang memiliki kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan

bahasa . Contoh, kelompok-kelompok yang diteliti dalam etnografi ini adalah:

47 orang siswa dalam pendidikan jarak jauh tentang mata-mata kuliah terkait

dengan pengelolaan sumberdaya dan lingkungan (Garland, 1993)

16 orang calon guru sekolah dasar (Goodman & Adler, 1985)

40 orang mahasiswa dalam sebuah organisasi yang mengidentifikasikan diri

mereka sebagai gay atau bisexual (Rhoads, 1997)

Kelompok-kelompok seperti ini biasanya memiliki karakteristik tertentu, seperti

terlihat pada Tabel 15.2. Kelompok-kelompok bisa bervariasi atas dasat besar kecilnya

kelompok, akan tetapi individu-individu di dalam kelompok perlu memenuhi basis

reguler dan berinteraksi pada jangka waktu tertentu (misalnya lebih dar dua minggu

sampai empat bulan) dalam rangka terbentuknya pola-pola bertingkah laku, berpikir, atau

berbicara. Kelompok ini sering merupakan representasi dari kelompok yang lebih besar,

seperti kelompok membaca dalam lingkup kelas tiga.

Sering, para etnografer meneliti kelompok-kelompok yang belum mereka kenal

sehingga bisa melihat mereka dengan cara-cara “baru dan berbeda seolah-olah mereka

itu luar biasa dan unik” (LeCompte et al., 1993), halaman 3). Individu-individu kadang-

kadang simpang siur tentang makna kelompok budaya dan kelompok etnik. Kelompok-

kelompok etnik (suku bangsa) adalah individu-individu yang mengidentifikasi diri

228

Page 15: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

mereka sendiri sebagai indvidu-individu dalam pengelompokan sosiopolitik yang

mengakui identititas publik, seperti di Amerika Serikat misalnya, Hispanik, para

pendatang dari Asia Pasific, dan orang-orang Amerika yang berasal dari Arab

(LeCompte & Schensul, 1999). Penggunaan label-label etnik seperti ini bisa

menimbulkan masalah dalam sebuah kajian etnografi karena label-label tersebut boleh

jadi bukan merupakan istilah yang digunakan oleh para indvidu tersebut.

Pola-pola Tingkah Laku, Keyakinan dan Bahasa yang Sama

Para peneliti etnografis berupaya mencari pola-pola tingkah laku, keyakinan dan

bahasa yang sama yang diadopsi bersama oleh kelompok yang berbudaya sama dalam

jangka waktu tertentu. Karakteristik ini memiliki beberapa elemen . Pertama, kelompok

yang berbudaya sama itu perlu mengadopsi pola-pola yang sama yang dapat di bedakan

oleh seorang etnografer. Sebuah shared pattern (kesamaan pola) dalam etnografi

merupakan interaksi sosial yang umum yang menstabilkan sebagai suatu kesepakatan

dan ekspektasi dari keklompok (Spidler & Spindler, 1992). Kedua, kelompok memiliki

kebersamaan dalam satu atau kombinasi tingkah laku, keyakinan, dan bahasa.

Tingkah laku dalam etonografi adalah sebuah tindakan yang diambil oleh

seorang indidividu dalam sebuah seting budaya. Contoh, Wolcott (1974, 1994)

meneliti bagaimana komite penseleksian kepala sekalah bertidak ketika

melakukan penseleksian seorang kandidat.

Keyakinan dalam etnografi adalah bagaimana seseorang individu berpikir

tentang atau mempersepsikan tentang sesuatu dalam sebuah seting budaya.

Contoh, Padula dan Miller (1999) menemukan bahwa mahasiswa wanita calon

doktor dalam psikologi memiliki kesamaan perhatian dan keprihatinan bahwa

mereka tidak mampu menginvestasikan terlalu banyak energi unyuk keluarga

mereka.

Bahasa dalam etnografi adalah bagaimana seseorang individu berbicara

dengan orang-orang lain dalam sebuah seting budaya. Dalam sebuah penelitian

naratif tentang kisah hidup dua orang wanita Afrika Amerika, Nelson (1990)

menganalisis code-swiching (alih bahasa), beralih dari Bahasa Inggeris baku

ke Bahasa Inggeris non baku (Black English). Sara, contohnya, menggunakan

struktur klausa paralel yang repetitif yang ditemukan dalam tradisi-tradisi

gereja orang hitam ketika ia berkata “It is pain, suffering, determination,

229

Page 16: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

preseverance” (rasanya menyakitkan, menderita, determinasi, perseverance)

(halaman 147).

Pola-poa yang dimiliki secara besama ini menimbulkan beberapa

pertanyaan praktis yang oleh etnografer perlu dklarifikasi dalam sebuah penelitian.

Berapa lamakah kelompok itu perlu tinggal bersama-sama untuk bisa “share”

(membangun kebersamaan) tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, kajian

khusus harus dilakukan. Tanpa diragukan lagi, makin lama kelompok itu hidup

bersama, akan makin banyak individu yang akan mengadopsi kesamaan tingkah

laku dan cara-cara berpikir dan semakin mudah bagi si etnografer untuk memilih

pola-pola tersebut. Walaupun demikian, tekhnik-tekhnik penilaian tersedia dalam

rangka pengumpulan data secara cepat dari sebuah kolompok yang boleh jadi

telah membentuk keyakinan bersama dalam waktu yang singkat (LeCompte &

Schensul, 1999). Anggota-anggota yang hidup di asrama (fraternity) boleh jadi

telah membentuk keyakinan-keyakinan bersama dengan sumpah baru secara cepat

atau komite-komite sekolah boleh jadi telah mengembangkan pemahaman

bersama melalui “pengunduran diri bersama dari komite” yang memungkinkan

seorang etnografer untuk bisa melakukan penilaian pola-pola secara cepat.

Isu lain adalah apakah pola-pola itu ideal (apa yang seharusnya terjadi),

aktual (apa yang sebenarnya terrjadi), atau proyektif (apa yang mungkin telah

terjadi). Ketika seorang etnografer melakukan observasi atau wawancara, contoh-

contoh dari ketiga pola ini boleh jadi mencuat dari data. Seorang etnografer yang

mengunjungi ruang kelas kelas tiga sekolah dasar boleh jadi ketemu dengan

kelompok membaca dan melihat apa yang sudah terjadi, mewawancarai gurunya

untuk mengidentifikasi apa yang mungkin telah terjadi, dan berkonsultasi dengan

koordinator kurikulum tentang apa yang yang diharapkan oleh dinas pendidikan

telah terjadi.

Kerja Lapangan

Etnografer mengumpulkan data melalui kebersamaan dengan para partisipan di

lapangan dalam periode waktu tertent di mana mereka hidup, bekerja dan bermain. Untuk

bisa memahami dengan baik pola-pola dari sebuah kelompok budaya, seorang etnografer

perlu menghabiskan waktu cukup lama dengan kelompok tesebut. Pola-pola tersebut tidak

bisa secara mudah dikenali/dibedakan melalui angket atau perjumpaan-perjumpaan

singkat. Sebaliknya, si etnografer harus “pergi masuk ke lapangan”, hidup dengan atau

230

Page 17: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

berkunjung berkali-kali menemui orang-orang yang diteliti, dan secara berangsur-angsur

menemukan caa-cara budaya di mana kelompok tersebut bertingkah laku, atau berpikir.

Field work (kerja lapangan) di dalam etnografi bermakna bahwa si peneliti

mengumpulkan data-data di dalam seting di mana para partisipan berlokasi dan di mana

pola-pola kebersamaan dapat diteliti. Pengumpulan data ini mencakup:

Data-data emic adalah informasi yang diberikan oleh para partisipan di dalam

penelitian. Emic sering mengacu pada konsep-konsep tataran pertama, seperti

bahasa lokal, konsep-konsep, dan cara-cara berekspresi yang diperlihatkan oleh

anggota-anggota kelompok berbudaya sama (Schwandt, 2001). Di dalam penelitian

etnografis tentang sup ayam bagi para tuna wisma, Miller, et al., (1998)

mewawancarai dan merekam “kisah-kisah” yang diceritakan oleh Michael, Dan,

Sarah, dan Robert dan menggunakan kutipan-kutipan dari individu-individu ini

untuk membangun perspektif mereka.

Data-data etic adalah informasi yang merupakan reprsentasi dari interpretasi si

etnografer terhadap perspektif para partisipan. Etic biasanya mengacu pada konsep-

konsep tataran kedua, seperti bahasa yang digunakan oleh para ilmuwan soisal atau

pendidik ketika mereka mengacu pada fenomena yang sama seperti diungkapkan

oleh para partisipan (Schwandt, 2001). Dalam penelitian tentang sup ayam (Miller,

et aj., 1990), para pengarang membentuk tema-tema sebagai interpretasi mereka

terhadap data-data partisipan yang memperlihatkan bagaimana sup ayam itu

berfungsi.

Data-data negosiasi terdiri dari informasi yang disepakati oleh para partisipan dan

peneliti untuk digunakan dalam sesuatu penelitian. Negosiasi terjadi pada tahapan-

tahapan yang berbdea dari peneitan, seperti persetujuan untuk memasuki situs

peneitian, sama menghormati individu-individu pada situs penelitian, dan

mengembangkan perencanaan untuk feed bacak dan saling memberi dan menerima

dengan para ndividu. Lagi-lagi dalam penelitian sup ayam untuk para tuna wisma

(Miller, et al., (1998), para pengarang berupaya melalui gate keeper (penjaga) untuk

bisa mendapatkan izin memasuki situs penelitian, membantu mengadvokasi para

tuna wisma melalui lembaga-lembaga untuk medapatkan pendanaan dan

berpartisipasi untuk memberikan makan siang secara teratur.

Selama kerja lapangan, si etnografer menggunakan berbagai tekhnik penelitia untuk

mengumpulkan data. Tabel 15.3, yang merupakan daftar kompsit dari LeCompte dan

terutama seklai data-data kualitatif dan sedikit data-dta kuantitatif. Dari kemungkinn-

231

Page 18: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

kemungikinan ini, observasi dan wawancara tak terstruktur merupakan tehnik yang

paling populer di antara para etnografer. Untuk melihat keanekaragaman pengumpulan

data yang digunakan oleh etngrafer pada sebuah penelitian, perhatikan bentuk-bentuk

berikut yang digunakan oleh Rhoads (1995) dalam penelitian etnografisnya tentang

kehidupan fraternity (asrama):

12 kali wawancara ormal, terstruktur yang memakan waktu sekitar 1 samapi 2

jam

18 kali wawancara yang kurang formal dicatat dngan tulisan tangan

Partisipasi dalam pesta-pesta asrama secara terbuka dan ritual-ritual tertutup

yang terbuka hanya pada beberapa orang outsider

Diskusi yang berketerusan dengan para partisipan kunci yang menjelaskan

sifnifikansi dari berbagai praktek fraternity

Mengkaji berbagai dokumen, termasuk buku petunjuk universitas Greek, minutes

(catatan-catatan) rapat pada chapter, makalah-makalah chapter, dan kebijakan

pertanggung jawaban asrama.

Deskripsi, Tema, dan Interpretasi

Para peneliti etnografis mendeskripsikan an menganalisis kelompok berbudaya

sama dan membuat sebuah interpretasi tentang pola-pola yang terlihat dan terdengar.

Selama pengumpuan data, si etnografer memulai menempa penelitian. Ini terdiri dari

menganalisis data untuk keperluan deskripsi tentang para individu dan situs-situs dari

kelompok yang berbudaya sama itu; menganalisis pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan

bahasa, menarik beberapa kesimpulan tentang makna yang dipelajari dari penelitiin

tentang orang=orang dan situs (Wolcott, 1994).

Sebuah descrption in ethnography (deskripsi di dalam etnografi) adalah sebuah

uraian rinci tentang individu-individu dan pemandangan untuk menggambarkan apa yang

sedang terjadi di dalam kelompok berbudaya sama. Deskripsi ini perlu dirinci dan kaya,

dan ia perlu diidentifikasi secara khusus. Ia berfungsi menempatkan pembaca secara

figuratif dalam seting, membawa pembaca kepada pemandangan yang sesungguhnya

dalam rangka membuatnya ril. Ini mencakup membangunkan kesadaran pembaca

melalui penggunaan kata sifat, kata benda, dan kata kerja yang memancing bunyi-

bunyian, pemandangan, perasaan, dan penciuman. Untuk bisa melakukan ini semua, si

peneliti harus memilih beberapa rincian (detil) untuk dimasukkan sementara

mengeluarkan yang lain-lainnya. Ini berari bahwa mendeskripsikan peristiwa, aktivitas,

232

Page 19: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

dan tempat tanpa elenceng terlalu jauh dari pemandangan yang menjadi pusat perhatian

dan orang-orang yang pola-pola kebersamaannya perlu diidentifikasi

(ditangkap).Gambaran-gambaran dari etnografi yang “mendeskripsikan” biasanya

panjang dan rinci. Kadang-kadang, para etnografer atau peneliti studi kasus memberikan

sebuah deskripsi yang bersumber dari gaambaran umum tentang seting tkhusus ternetntu

di mana sebuah peristiwa terjadi. Contoh, perhatikan Diagram 15.3, yaang memetakan

gambaran deskrpitif yang terdapat dalam studi kasus “gunman incident” (Asmussen &

Creswell, 1995). Para peneeliti memulai dengan medeskripsikan kota, kemudian

menyempit ke deskripsi tentang kampus, dan akhirnya terfokterhadap kandidat. us pada

ruang kelas di mana insiden terjadi.

Dalam contoh yang lain, misalnya, Wolcott (1994) mendeskripsikan seorang

kandidat untuk posisi kepala sekolah yang berakhir pada “Tuan Fifth” dalam kompetisi:

Para anggota komite bersahabat dalam sambutan dan pendahuluanm pada wawancara. Ia diminta untuk memilih satu dari beberapa buah kursi yang nyaman di dalam ruangan pertemuan tersebut, sekonyong-konyong direktur personalia berguyon, “ Tidak akan ada kenyamanan seperti ini lagi”. Setelah pendahuluan yang merakyat , direktur pendidikan dasar mengajukan pertanyaan, “Apa-apa saja yang telah anda lakukan dan bagaimana anda terlibat?” (halaman 129)

Dalam gambaran deskriptif singkat ini, Wolcott menggambarkan perasaan

kekurangsopanan dan kegelisahan, melihat bersama-sama penampilan ruangan,

mengaitkan bahasa yang digunakan oleh komite, dan memberikan perasaan yang

dirasakan oleh komite terhadap para kandidat.

Perbedaan antara deskripsi dan analisis tema tidak selalu jelas. Analisis tema

bergerak dari melaporkan “fakta” menuju pada pemberian interpretasi tentang orang dan

aktivitas. Sebagai bagian dari memaknai informasi, thematic data analysis in

etnography terdiri dari penyaringan bagaimana segala sesuatu berfungsi dan kemudian

menamai aspek-aspek esensial yang terdapat di dalam tema pada seting kultural. Sejalan

dengan proses yang diidentifikasi pada bab 9 tentang pendeskripsian dan pengembangan

tema dari data, si etnografer memilah-milah teks (atau gambar/imej), melakukan

pengkodean terhadapnya, dan merumuskan seperangkat kecil tema-tema yang tidak

tumpang tindih. Walaupun demikian, dalam sebuah etnografi, tema-tema ini memiiki

kesamaan dengan pola-pola bertingkah laku, berpikir, dan berbicara. Kesulitannya

terletak pada mengurangi tema-tema menjadi seperangkat kecil saja dan memberikan

bukti yang cukup bagi masing-maasing tema tersebut. Tema-tema tersebut jelas kentara

di dalam kajian etnografi seperti diperlihatkan berikut:

233

Page 20: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Dalam sebuah penelitian etnografi tentang penanggulangan konflik antara anak-

anak yang “ berkembang secara khusus” dan anak-anak dengan ketidakmapuan

berintegrasi di sekolah, Malloy dan McMurray (1996) menemukan beberapa

konflik terkait dengan tujuan, oppposisi, strategi, hasil (outcome), dan peranan

guru.

Sebuah studi kasus yang mengkaji perspektif calom guru ilmu-ilmu sosial (IPS)

di sekolah dasar (Goodman & Adler, 1985). Para calon guru melihat studi-studi

sosial sebagai non mata pelajaran, hubungan kemanusiaan, indoktrinasi

kewarganegaraan, pengetahuan sekolah, inti yang terpadu dari kurikulum sekolah

dasar, dan pendidikan untuk aksi sosial.

Setelah deskripsi dan anlisis menyusul interpretasi. Dalam interpretation in

ethnography, si etnografer membuat inferensi dan menarik konklusi tentang apa yang

sudah dipelajari. Fase dari analisis ini merupakan yang paling subjektif. Si peneliti

mengaitkan dua-duanya deskripsi dan tema dan kembali lagi pada potret yang lebih besar

dari apa yang sudah dipelajari tersebut, yang sering mencerminkan kombinasi antara

pembuatan penilaian pribadi oleh si peneliti, kembali ke bahan kepustakaan tentang tema

kultural, dan pengajuan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang didasarkan pada data.

Ini boleh jadi juga mencakup pengungkapan masalah-masalah yang muncul selama

kerja lapangan yang membuat penanganannya menjadi tentatif dan hipotetis. Dalam

kajian etnografi tentang Raul, anak berusia 12 tahun dengan ketidakmampuan, dan

saudara-saudaranya, keluaganya, dan teman-temannya (Harry, et al., 1998), interpretasi

terdiri dari refleksi oleh si pengarang tentang perbedaan-perbedaan antara ekslusif dalam

seting-seting non keluarga dan penerimanaan tanpa syarat di dalam kelauarga.

Konteks atau Seting

Para etnografer menyajikan deskripsi, tema dan interpretasi dalam konteks atau

seting kelompok yang berbudaya sama. The context bagi seorang etnografer adalah

seting, situasi, lingkungan yang berada di sekitar kelompok budaya yang sedang dipelajari.

Ini bermakna bahwa konteks itu bertataran jamak dan berkait-kelindan satu sama lain,

memiliki unsur-unsur kesejarahan, keagamaan, politik, ekonomi, dan lingkugan

(Fetterman, 1998). Konteks ini boleh jadi lokasi fisik seperti deskripsi sekolah, kondisi

bangunan, warna dinding ruang kelas, atau suara yang terdengar dari aula. Ia boleh jadi

juga berupa konteks kesejarahan dari inidividu-individu di dalam kelompok, apakah

234

Page 21: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

mereka sama-sama mengalami penindasan, didominasi, atau orang-orang yang muncul

dan tampil di dalam kelompok yang merasa bangga dengan tempat tinggal baru mereka. Ia

boleh jadi juga berupa kondisi sosial dari individu-individu, kebersamaan yang cukup

lama dalam membina kekerabatan, status mereka seperti profesi, atau pendapatan dan

mobilitas geografis. Kondisi ekonomis yang boleh juga tercakup di dalamnya tingkat

penghasilan, kelas pekerja atau blue-collar background (latar belakang sebagai pegawai

berkrah-putih), atau sistem keuangan yang membuat individu-individu berada di bawah

garis kemiskinan.

Refleksibilitas Peneliti

Para peneliti etnografis membuat interpetasi dan menulis laporan penelitian mereka

secara refleksif. Reflexivity in ethnograpgy mengacu pada peneliti yang sadar akan dan

secara terbuka membicarakan peranannya di dalam penelitian sedemikian rupa sehingga

para partisipan dan situs penelitian mendapat penghormatan dan penghargaan. Karena

penelitian etnografis mengharuskan si peneliti untuk tinggal dalam waktu yang cukup

lama di situs penelitian, maka ia menaruh perhatian cukup bear terhadap dampak

penelitian terhadap situs dan individu-individu. Si peneliti melakukan negosiasi untuk bisa

memasuki situs penelitian dengan individu-individu kunci dan merencanakan untuk

meninggalkan situs nantinya tanpa terganggu sama seperti pada saat ia masuk. Sebagai

individu-individu yang memiliki riwayat dan latar belakang budaya sendiri-sendiri, para

peneliti menyadari bahwa interpretasi mereka hanyalah salah satu kemungkinan, dan

laporan mereka tidak memiliki otoritas istimewa dibandingkan dengan interpretasi yang

mungkin juga dimiliki oleh para pembaca, partisipan, dan peneliti lainnya. Justru tu,

penting diingat agar para etnografer menempatkan diri mereka dalam laporan mereka saja

dan mengidentifikasi titik tolak atau titik pandang mereka (Denzin, 1997). Mereka lakukan

ini melalui pembicaraan dengan diri mereka sendiri, mencari kesamaan pengalaman, dan

menyebutkan bagaimana interpretasi mereka membentuk dan membangun pembicaraan

mereka tentang situs dan kelompok-kelompok berbudaya sama tersebut. Seorang peneliti,

yang meneliti pengembangan identitas remaja puteri melalui bacaan-bacaan majalah untuk

anak belasn tahun (Finders, 1996), mendokumntasikan peranannya sebagai berikut:

Saya tidak mau terlihat sebagai seorang guru atau seseorang yang memiliki otoritas (halaman 73)

Saya mendapatkan kepercayaan mereka secara berangsur-angsur dan menegosiasikan hubungan yang tidak sesuai dengan pola-pola yang sudah ada dengan orang-orang dewasa lain yang signifkan (halaman 73).

235

Page 22: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Pada beberapa kesempatan, seorang gadis tidak mengizinkan melihat sebuah catatan yang dia perkirakan “terlampau cabul”. Saya tidak melaporkan insiden seperti ini sebagai tulisan di dinding kamar mandi atau pura-pura sakit untuk menghindar dari ujian (halaman 74)

Menjadi refleksif juga bermakna bahwa kesimpulan-kesimpulan yang dibuat penulis

sering tentatif atau inkonklusif, yang selanjutnya menjurus pada pertanyaan-pertanyaan

baru untuk dijawab. Penelitian boleh jadi berakhir dengan pertanyaan-pertanyaan yang

memerlukan jawaban atau perspektif jamak atau sudut pandangan yang harus

dipertimbangkan oleh i pembaca.

APA LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ETNOGRAFIS?

Barangkali jumlah prosedur dalam melaksanakan penelitian etnografis sama

banyaknya dengan jumlah para etnografer itu sendiri. Semenjak masa-masa awal

antropologi budaya ketika para peneliti ‘dikirim” ke pulau-pulau terpencil tanpa panduan

untuk melakukan penelitian etnografis, sampai saat ini kita telah memiliki prosedur,

sekalipun telah memiliki prosedur umum, untuk memandu sebuah kajian antropologi.

Pendekatan yang sangat terstruktur dapat ditemukan pada karya Spradley (1980b), yang

telah mengajukan 12 tahap “urutan penelitian pengembangan” untuk melaksanakan sebuah

kajian etnografi. Seperti diperlihatkan oleh Diagram 15.4, urutan ini mulai dengan peneliti

mengidentifikasi informan (sekarang orang seperti itu disebut “partisipan”; lihat bab 10

tentang menulis secara sensitif). Kemudian si etnografer berputar-putar antara

pengumpulan data dan membuat analisis data dari berbagai jenis, seperti sebuah

taksonomi, atau sebuah tabel perbandingan untuk menelusuri hubungan-hubungan antara

gagasan-gagasan (lihat komponensial analisis Spradley). Pengrang-pengarang lain

disamping Spradley juga telah mengajukan petunjuk-petunjuk, seperti Fetterman (1998),

LeCompte & Schensul (1999), dan Wolcott (1999).

Disebalik pendekatan Spradley yang sangat terstruktur, kami mengajukan serentetan

langkah yang menyajikan sebuah template umum ketimbang prosedur tetap untuk

melaksanakan etnografi. Disaming itu, pertimbangan-pertimbangan dari para etnografer

sendiri dan para peneliti studi kasus berbeda secara prosedural, dan akan dibandingkan

untuk mencari kesamaan dan perbedaan diantara ketiga bentuk etnografi: realis, studi

kasus, dan kritis. Sebuah tinjauan umum terhadap langah-langkah yang digunakan pada

masing-masing tipe rancangan diperlihatkan oleh Diagram 15.4.

236

Page 23: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Langah 1: Mengidentifikasi Tujuan dan Tipe rancangan, dan Mengaitkan Tujuan dengan Masalah Penelitian

Langkah-langkah pertama dan yang paling penting dalam melakukan penelitian

adalah mengidentifikasi kenapa anda melakukan penelitian, rancangan bentuk apa yang

anda akan gunakan, dan bagaimana tujuan anda terkait dengan masalah penelitian anda.

Faktor-faktor ini perlu diidentifikasi dalam ketiga bentuk etnografi dan studi kasus. Tujuan

penelitian anda dan tipe masalah yang anda ingin teliti akan secara signifikan berbeda

tergantung pada apakah anda akan melakukan penelitian etnografi realis, studi kasus atau

kritis.

Dalam etnografi realis, fokusnya diletakkan pada pemahaman tentang kelompok

berbudaya sama dan dengan menggunakan kelompok tersebut, pemahaman yang lebih

mendalam terhadap tema budaya akan dapat dikembangkan. Kelompok berbudaya sama

boleh jadi keseluruhan sekolah atau sebuah ruang kelas. Tema-temanya boleh jadi

mencakup topik-topik seperti enkulturasi, akulturasi, sosialisasi, pendidikan

terlembagakan, pembelajaran dan kognisi, dan perkembangan anak dan orang dewasa

(LeCompte et al., 1993).

Untuk studi kasus, fokusnya diletakkan pada pengembangan pemahaman yang

mendalam tentang suatu kasus, seperti peristiwa, aktivitas, atau proses. Dalam dunia

pendidikan, ini sering mencakup kajian tentang seorang individu atau beberapa orang

individu, seperti para siswa atau para guru. Pertimbangan penting yang tak boleh

dilupakan adalah bagaimana anda mengunakan kasus tersebut, seperti menilai secara

instrinsik manfaat memhami sebuah isu, atau memberikan informasi atau membandingkan

beberapa kasus.

Dalam etnografi kritis, tujuannya berubah secara dramatis dari tujuan-tujuan yang

digunakan di dalam etnografis realis atau proyek studi kasus. Seorang etnografer kritis

berupaya menjawab masalah-masalah terkait dengan ketidaksederajatan di dalam

masayarakat atau sekolah, merancang untuk menggunakan penelitian guna memberikan

advokasi dan mengupayakan adanya perubahan, secara khusus mengidentifikasi isu-isu

spesifik (seperti ketidaksederajatan, dominasi, penindasan, atau pemberdayaan) untuk

ditlit.

Langkah 2: Membicarakan Masalah-masalah terkait dengan Persetujuan dan Akses

Dalam langkah ini, ketiga jenis rancangan mengikuti prosedur yang sama. Anda

perlu mendapatkan persetujuan dari badan pemberi izin (lihat bab 6). Anda juga perlu

237

Page 24: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

mengidentifikasi jenis sampling bertujuan yang ada dan yang paling relevan untuk

menjawab pertanyaan penelitian. Dalam proses ini, identifikasi situs penelitian anda dan

kemudian identifikasi pula penjaga (gate keeper) yang bisa memberikan akses pada anda

ke situs dan para partisipan. Dalam semua penelitian, anda perlu menjamin dihormati dan

dihargainya situs, secara aktif merancang penelitian untuk terus melakukan kerja sama

timbal balik dengan para indvidu di lokasi situs. Ini bermakna bahwa anda menjmin dan

menjaga agar situs tidak terganggu secara berlebihan dan mengikuti praktek-praktek etika

yang baik seperti menjamin privasi dan anonimitas, tidak menipu para individu, dan

memberitahukan kepada semua partisipan tentang tujuan penelitian anda.

Langkah 3: Gunakan Prosedur Pengumulan Data yang Tepat

Pada Tabel 15.4 dapat dilihat bahwa ketiga rancangan ini memiliki ciri yang sama,

dengan penekanan pada pengumupulan data yang ekstensif sekali, menggunakan prosedur

majemuk dalam pengumpuan data, keterlibatan secara aktif semua partisipan dalam proses

penelitian.

Dalam etnografi realis, karena anda akan meghabiskan banyak waktu dengan para

individu di lapangan, (misalnya sampai 4 bulan atau lebih), anda perlu memasuki situs

secara berangsur-angsur dan sedapat mungkin secara tidak kentara (unobtrusive) .

Membangun hubungan (rapport) dengan penjaga dan partisipan-partisipan kunci penting

sekali untuk kontak yang berjangka panjang. Dalam laporan-laporan etnografi realis,

penekanan diberikan pada pembuatan catatan-catatan lapangan dan pengamatan terhadap

“cultural scence” (pemandangan budaya). Wawancara dan artifak seperti gambar, reliks,

dan simbol-simbol juga merupakan bentuk-bentuk data yang penting. Data apa saja yang

bisa membantu mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang pola-pola yang

diayomi bersama oleh kelompok budaya tertentu akan sangat bermanfaat.

Dalam studi kasus, tujuan penelitia adalah untuk mengembangkan pemhaman yang

mendalam tentang sebuah kasus atau sebah isu, dan para peneliti mengumplkan sebanyak-

banyaknya jenis data demi mengembangkan pemahaman ini. Contoh, dalam “gunman

incident” (Asmussen &Creswell, 1995), yang dibicarakan pada bab 1, para penulis

menyuguhkan sebuah tabel dalam paragraf 11 yang memperlihatkan 13 sumber informasi,

mencakup wawancara, observasi, dokumen, dan bahan-bahan audividual. Tebel tersebut

secara khusus memfokuskan pada sumber-sumber pengumpulan data dengan memberi

penekanan pada jangkauan pengumpulan data.

238

Page 25: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Dalam etnografi kritis, pengumpulan data kurang terfokus pada waktu di lapangan

atau pada jangkauan data dan lebih pada kolaborasi aktif antara para peneliliti dan

partisipan selama penelitian. Karena tujuan dari etnografi kritis adalah untuk membantu

membawa perubahan yang berpengaruh terhadap kehidupan para partisipan, para

partisipan perlu terlibat dalam memahami diri mereka sendiri dan langkah-langkah apa

yang harus diambil untuk meningkatkan kesederajatan mereka, untuk memberikan

pemberdayaan, atau untuk mengurangi ketertindasan yang mereka alami. Kolaborasi

tersebut boleh jadi melibatkan para partisipan dalam merancang penelitian, merumuskan

masalah penelitan, mengumpulkan data, atau menganalisis data yang sudah terkumpu. Ia

boleh jadi juga mencakup pelibatan partisipan secara aktif menulis laporan akhir penelitian

bersama-sama dengan anda.

Langkah: 4 Menganalisis dan Menginterpretasi Data dalam sebuah Rancangan

Dalam semua rancangan etnografi, anda akanterlibat dalam proses pengembangan

deskripsi, analisis data dalam rangka menemukan tema-tema, dan memberikan interpretasi

dalam rangka memaknai informasi. Ini merupakan prosedur yang biasa dilalui dalam

analisis dan interpretasi pada semua penelitian kualitatif. Walaupun demikian, perbedaan

tie rancangan penelitian etnografi bervariasi dalam pendekatannya terhadap prosedur

tersebut.

Dalam etnografi kritis, anda perlu mempertimbangkan keseimbangan antara

deskripsi, analisis, dan interpretasi sehingga masing-masingnya menjadi unsur yang

penting dalam analisis anda. Selanjutnya, anda bisa mendisukusikan di dalam interpretasi

anda tersebut bagaimana anda memahami tema-tema kultural, secara aktif melakukan

refleksi tentang informasi yang ditemui di dalam bahan kepustakaan, dan mengajukan

gagasan bagaimana penelitian anda memberikan kontribusi terhadap pemahaman tema

kulural dimaksud. Dalam studi kasus, sekali lagi analisis mengikuti deskripsi, analisis, dan

interpretasi, akan tetapi prosedur analisis bervarasi tergantung pada apakah anda meneliti

kasus tunggal atau kasus jamak. Prosedur studi kasus untuk kasus jamak adalah

menganalisis masing-masing kasus secara terpisah dan kemudian melakukan analisis antar

studi kasus (lihat Stake, 1995) untuk mengidentifikasi tema-tema umum dan tema-tema

yang berbeda di antara kasus-kasus tersebut masing-masing.

Langkah 5: Menyusun Laporan Sesuai dengan Rancangan

239

Page 26: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Etnografi realis ditulis sebagai sebuah laporan informasi yang objektif tentang

kelompok berbudaya sama. Pandangan pribadi dan bias anda akan tetap berada di latar

belakang, pembicaraan pada akhir laporan akan menandakan bagaimana penelitian itu

memberikan kontribusi terhadap pengetahuan berkenaan dengan tema kultural yang

didasarkan pada pemahaman terhadap pola-pola yang sama dalam bertingkah laku,

berpikir dan bebahasa dari kelompok berbudaya sama itu. Walaupun demikian, studi kasus

boleh jadi memberi penekanan pada deskripsi yang rinci tentang suatu kasus. Anda

menuliskan sebuah studi kasus secara keseluruhan dalam rangka memberikan fokus

terhadap deskripsi ketimbang pengembangan tema, seperti studi kasus deskriptif yang

dilakukan oleh Stake (1995) tentang “Harper School”. Studi kasus yang lain

menyeimbangkan antara deskripsi dan tema, seperi studi kasus “gunman incident” oleh

Asmussen dan Crewell (1995). Salah satu faktor tambahan yang membedakan antara studi

kasus dari rancangan etnografi yang lain adalah penulis boleh berdiskusi dalam rangka

membuat generalisasi temuan-temuan terhadap kasus-kasus yang lain, terutama apabila si

peneliti mengkaji stud-studi kasus jamak. Walaupun para peneliti kualitatif merasa enggan

membuat generalisasi terhadap temuan-temuan penelitian mereka, penggunaan studi-studi

kasus jamak memberikan beberapa kemampuan untuk mengidentifikasi temuan-tmuan

yang bersifat umum bagi semua kasus dengan menggunakan analisis antar kasus. Apabila

ini terjadi, para peneliti sudi kasus bisa menyarankan bahwa temuan-tmuan mereka bisa

digeneralisasikan, akan tetapi klaim mereka dibaut secara ebih moderat.

Dalam etnografis kritis, para peneliti mengakhiri laporan penelitian mereka dengan

isu “kritis” yang tadinya teah mengawali penelitian tersebut, dan kemudian mendiskusikan

bagaimana mereka dan para partisipan berubah atau mengambil manfaat dari penelitian

tersebut. Termasuk ke dalam “call for action” (ajakan untuk berbuat) oleh para etnografer

kritis boleh jadi merupakan refleksi tentang perubahan-perubahan yang mereka dan para

partisipan telah alami. Tanpa diragukan lagi, dalam semua bentuk penelitian, para peneliti

berubah, akan tetapi para etnografer kritis , sebagai para peneliti yang mawas diri,

memberi penekanan pada bagaimana mereka dan para partisipan berubah.

BAGAIMANA ANDA MENGEVALUASI PENELITIAN ETNOGRAFIS?

Kriteria untuk menilai sebuah penelitian etnografi mulai dengan menerapkan standar

yang digunakan di dalam penelitian kualitatif seperti diungkapkan pada bab 10.

Kemudian, faktor-aktor spesifik perlu dipertimbangkan dalam bidang etnografi.

240

Page 27: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Perhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut ketika anda membaca sebuah penelitian

etnografis atau mengkaji sebuah penelitian yang telah anda lakukan:

Apakah kelompok berbudaya sama atau kasus yang diteliti teridentifikasi

secara jelas dan spesifk?

Apakah ada pola-pola yang diidentifikasi untuk kelompok atau kasus

tersebut?

Apakah kelompok atau kasus itu dideskripsikan secara rinci?

Apakah jelas kelihatan konteks yang ada di seputar kelompok atau kasus itu?

Apakah si penulis melakukan refleksi tentang peranannya dalam penelitian?

Apakah peneliti membuat interpretasi dengan lingkup yang lebih luas tentang

makna dari pola-pola atau kasus tersebut?

Apakah interpretasi itu muncul secara wajar (tidak dibuat-buat) dari deskripsi

dan tema?

Dari membaca sebuah etnografi, apakah pembaca memiliki pemahaman

tentang bagaimana sebuah budaya berfungsi ditilik dari sudut pandang

partisipan dan peneliti?

Apakah si penelti mengecek akurasi penelitian dengan jalan menggunakan

prosedur, seperti triangulasi antar sumber data atau membawa laporan

penelitian kembali pada para partisipan untuk ditinjau ulang?

MENERAPKAN APA YANG TELAH ANDA PELAJARI:SEBUAH PENELITIAN ETNOGRAFIS

Untuk menerapkan gagasan dalam bab ini, mula-mula baca penelitian etnografis

pada halaman 469 oleh Flinders (1996), perhatikan anotasi pada garis pinggir yang

mengidentifikasi karakteristik kunci dari sebuah penelitian etnografis sebagaimana

diperlihatkan dalam bab ini, dan karakteristik penelitian kualitatif. Penelitian ini dipilih

karena ia mengikuti prosedur penelitian etnografis (yaitu adanya kelompok yang

diidentifikasi secara jelas, pemahaman terhadap pola-pola tingkah laku, dan pengumpulan

data-data observasi, dan mengilustrasikan sebuah contoh dari etnografi kritis dengan

fokus kajian tentang isu jender dan mengadvokasi perubahan-perubahan tertentu dalam

kelas bahasa dan sastra.

Ketika anda meakukan tinjauan terhadap laporan penenlitian ini, cari unsur-unsur

dari proses penelitian:

Masalah penelitian dan penggunaan penelitian kualitatif

241

Page 28: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Penggunaan bahan kepustkaan

Tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian

Tipe-tipe prosedur pengumpulan data etnografis

Tipe-tipe prosedur analisis dan intepretasi data etnografis

Struktur penulsian laporan secara menyeluruh

Masalah Penelitin dan Penggunaan Penelitian Kualitatif

Lihat paragraf 02 – 03

Masalah penelitian atau isu yang dikaji dinyatakan di dalam paragraf 02 ketika

peneliti mengacu pada topik-topik yang sempit dan peranan dengan lingkup terbatas bagi

wanita yang disajikan di dalam majalah anak-anak belasan tahun. Tambahan dari itu,

adalah masalah terkait dengan rasa diri (sense of self) yang dibangun oleh para remaja

putri melalui bacaan terhadap majalah ini.

Peneitian ini memperlihatkan tanda-tanda kunci bagi sebiah penlitian kualitatif:

Sebuah eksplorasi terhadap sebuah masalah tentang bagaimana anakanak wanita

belaasan tahun membangun sense of self (paragraf 02)

Penggunaan secara minimal bahan kepustakaan dan penerapannya dalam

mendiskusikan masalah pada awal penelitian (paragraf 03)

Pertanyaan-pertanyan terbuka dan luas tentang kegiatan membaca remaja putri

terhadap majalah-majalah belasan tahun (paragraf 03)

Pengumpuan data dari sejumah kecil partisipan – empat orang remaja putri muda

(paragraf 04)

Pengumpulan kata-kata (teks) dari para remaja dan penggunaan bentuk-bentuk

pengumpulan data oleh sipeneliti sendiri (paragraf 06)

Analisis teks melalui pelaporan kata-kata dari para remaja (misalnya lihat

paragraf 10)

Deskripsi dan analisis tema tentang pengembangan isu, the queens reading

“Zines”, dan reading “fluff” (paragraf 10 – 14)

Interpretasi terhadap temuan-temuan dalam konteks dan makna yang lebih luas

berkenaan dengan pengajaran sub bahagian sastra (parafgraf 42 – 50)

Selanjutnya, peneitianjuga memperlihatkan karakteristik dari sebuah etnografi kritis:

Penelitian mengkaji konsep teoritis berkenaan dengan peran sosial (paragraf 03)

dan isu tentang rentannya (vulnerability) pembaca remaja (paragraf 47)

242

Page 29: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Para peneliti membahas kepercayaan dan hubungan yang dineggosiaisikan

dengan para remaja yang tidak akan memarjinalkan mereka selanjutnya. Dengan

cara ini, si peneliti secara terbuka membahas posisinya (paragraf 07)

Peneliti menjadi sensitif terhadap peran wanita di dalam konteks-koneks sosial,

politi, dan pembangunan sekolah dan membaca (lihat paragraf 03)

Si penelti juga menjadi advokat bagi kebutuhan para remaja dengan

merekomendasikan perubahan-perubahan dalam pengajaran sub-sastra (lihat

paragraf 42 – 50)

Peneliti membiarkan penelitian dengan beberapa pertanyaan tambahan, seperti

apakah yang akan terjadi terrhadap sakah satu dari remaja tersebut, Cleo, karena

“tidak ada tempat baginya” (paragraf 50)

Penggunaan Bahan Kepustakaan

Lihat paragraf 03

Seperti ayaknya dalam penelitian-penelitian kualitatif, bahan kepustakaan dalam

laporan penelitian ini memainkan peranan kecil. Ia mencatat bacaan bahan

keustakaan oleh remaja putri dan ia memerlihatkan “percakapan” (Paragraf 03)

Rumusan Tujuan Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

Lihat paragraf 03

Pada akhir paragraf 03 kita menemukan rumusan umum tujuan penelitian oleh si

penulis yang akan ditambahkan oleh penelitian pada pembahasan yang sedang

berlangsung tentang perspektif para remaja putri membaca majalah-majalah anak belasan

tahun dan berbicara bagaimana melek huruf membentuk (dan menghambat) peran-peran

sosial. Penulis mengajukan pertanyaan, “Bagaimana para remaja (muda) putri membaca

bahan-bahan kepustakaan di luar fiksi (paragraf 03).

Tipe-tipe Prosedur Pengumpulan Data Etnografi

Lihat paragraf 04, 06 – 08

Observasi partisipan, wawancara, dan pengumpulan artifak-artifak tertulis menjadi

bentuk-bentuk data utama yang dikumpukan. Proses ini mencakup pengumpulan data

selama satu tahun dan terdiri dari observasi partisipan, wawancara, dan pengumpulan

artifak-artifak tertulis dari para partisipan baik di dalam maupun di luar sekolah.

243

Page 30: ferdinandusnipa.files.wordpress.com  · Web viewMenjelaskan tipe-tipe dari pola-pola kesamaan tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang diteliti dalam sebuah etnografi

Tipe-tipe Prosedur Analisis dan Interpretasi Data Etnografi

Analisis Data ----- lihat paragraf 10 – 41

Interpretasi ------- lihat paragraf 42 – 50

Penulis mengaitkan dekripsi dan pengembangan tema. Ini dapat dilihat dalam

paragraf 16, contohnya, di mana si penulis mula-mula mendeskripsikan pola-pola

bertingkah laku yang sama dari para remaja, mendokumentasikan deskripi rinci tentang

bacaan yang dilakukan oleh para gadis tersebut dalam batas-batas tema “Menyeberangi

Batas-batas Perkembangan: Membaca Zine sebagai upacara membaca. Dalam tema ini,

kita mendengar tentang inklusi dan eksklusi para anggota dari queens (ratu) dan

bagaimana para gadis tersebut berupaya mencari jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan mereka dari majalah. Kita bertemu dengan Lauren, Angie, Tiffany, dan Cleo.

Interprepratsi mengakhiri penelitian dengan si penulis melakukan refleksi tentang

makna yang lebh luas dari majalah-majalah anak belasan tahun dalam pengajaran

membaca. Penulis yakin bahwa majalah-majalah ini perlu ada di dalam kelas dan dilihat

sebagai tulisan-tulisan sosial yang membentuk kehidupan para remaja putri.

Struktur Penulisan Secara Menyeluruh

Dalam banyak hal, penelitian ini terstruktur secara tradisional dengan

memberikan penekanan pada sebuah masalah, pengumpulan data, analisis data, dan

interpretasi data serta rekomendasi. Apa yang membuatnya tidak biasa adalah konsep

kultural – peran sosial – yang digarisbawahi pada awal penelitian dan advokasi oleh si

peneliti demi sebuah perubahan yang diberi penekanan pada akhir laporan. Unsur-unsur

in secara jelas menjadi bahagian dari sebuah pendekatan kritis dalam etnografi.

244