ferdinandusnipa.files.wordpress.com…  · web view · 2012-11-24kita memerlukan akses yang besar...

64
BAB 8 PENGUMPULAN DATA KUALITATIF Pengumpulan data kualitatif tidak semata-mata berkaitan dengan penentuan apakah kita akan mengobservasi atau mewawancarai orang. Ada lima langkah dalam proses pengumpulan data kualitatif. Kita harus mengidentifikasi partisipan dan situs, mendapatkan akses, menentukan tipe data yang akan dikumpulkan, mengembangkan bentuk-bentuk pengumpulan data, dan melaksanakan proses tersebut sesuai dengan cara-cara yang etis. Pada akhir bab ini, anda diharapkan akan mampu: Mengidentifikasi pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam memilih partisipan dan situs; Mengetahui beberapa tingkat perizinan yang dipersyaratkan untuk bisa mengakses partisipan dan situs; Mengidentifikasi dan menimbang-nimbang berbagai alternatif data kualitatif yang akan dikumpulkan; Mengidentifikasi prosedur merekam data kualitatif; Mengenal beberapa pertimbangan administratif dan etis yang diperlukan dalam pengumpulan data kualitatif; Maria merasa senang berbicara dengan para siswa dan para guru SMA. Ia tidak keberatan menanyai mereka dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bersifat terbuka sepert “Apa-apa saja pengalaman anda (siswa dan guru) ketika membawa senjata ke sekolah?” Ia juga mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi untuk memperoleh pendapat mereka. Ia perlu mendengarkan mereka tanpa mencampurinya dengan pendapat dia sendiri dan ia perlu membuat catatan atau merekam apa-apa saja yang dikatakan mereka. Pase ini memerlukan waktu, akan tetapi Maria senang bercengkerama dengan mereka dan mendengarkan ide-ide mereka. Maria adalah contoh dari seorang peneliti kualitatif tipe natural. 121

Upload: lynhan

Post on 18-May-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB 8

PENGUMPULAN DATA KUALITATIF

Pengumpulan data kualitatif tidak semata-mata berkaitan dengan penentuan apakah

kita akan mengobservasi atau mewawancarai orang. Ada lima langkah dalam proses

pengumpulan data kualitatif. Kita harus mengidentifikasi partisipan dan situs, mendapatkan

akses, menentukan tipe data yang akan dikumpulkan, mengembangkan bentuk-bentuk

pengumpulan data, dan melaksanakan proses tersebut sesuai dengan cara-cara yang etis.

Pada akhir bab ini, anda diharapkan akan mampu:

Mengidentifikasi pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam memilih partisipan dan situs;

Mengetahui beberapa tingkat perizinan yang dipersyaratkan untuk bisa mengakses partisipan dan situs;

Mengidentifikasi dan menimbang-nimbang berbagai alternatif data kualitatif yang akan dikumpulkan;

Mengidentifikasi prosedur merekam data kualitatif; Mengenal beberapa pertimbangan administratif dan etis yang diperlukan dalam

pengumpulan data kualitatif;

Maria merasa senang berbicara dengan para siswa dan para guru SMA. Ia tidak keberatan menanyai mereka dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bersifat terbuka sepert “Apa-apa saja pengalaman anda (siswa dan guru) ketika membawa senjata ke sekolah?” Ia juga mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi untuk memperoleh pendapat mereka. Ia perlu mendengarkan mereka tanpa mencampurinya dengan pendapat dia sendiri dan ia perlu membuat catatan atau merekam apa-apa saja yang dikatakan mereka. Pase ini memerlukan waktu, akan tetapi Maria senang bercengkerama dengan mereka dan mendengarkan ide-ide mereka. Maria adalah contoh dari seorang peneliti kualitatif tipe natural.

Apa Saja Proses Pengumpulan Data Kualitatif?

Dari Bab 2 kita telah mengetahui bahwa pengumpulan data kualitatif terdiri dari

pengumpulan data dengan menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan yang umum, emerging

questions (pertanyaan-pertanyaan yang mencuat begitu saja) dalam rangka memancing

respon-respon dari para partisipan; mengumpulkan data-data berbentuk kata-kata (teks), atau

data-data berbentuk gambar; dan mengumpulkan informasi dari sejumlah kecil individu atau

situs. Secara khusus proses tersebut adalah:

Dalam penelitian kuantitatif kita secara sistematis mengidentifikasi partsipan dan

situs penelitian kita melalui pemilihan sampel secara acak (random); dalam

penelitian kualitatif, kita mengidentifikasi partisipan dan situs penelitian kita

121

berdasarkan pertimbangan apakah tempat-tempat atau individu- individu yang kita

pilih itu secara optimal membantu kita memahami fenomena sentral.

Baik dalam penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif, kita perlu

mendapatkan izin untuk memulai penelitian kita; akan tetapi dalam penelitian

kualitatif kita memerlukan akses yang besar terhadap situs karena kita perlu

mendatangi dan berada di situs tersebut untuk mewawancarai orang dan

mengobservasinya. Proses ini memerlukan partisipasi yang lebih besar terhadap

situs tersebut dibandingkan dengan penelitian kuantitatif

Dalam kedua pendekatan, kita juga mengumpulkan data seperti data-data

wawancara, data-data observasi dan dokumen. Dalam penelitian kualitatif,

wawancara atau observasi diupayakan tidak membatasi pandangan masing-masing

partisipan. Kita tidak akan menggunakan instrumen buatan orang lain sebagaimana

halnya yang terjadi dalam penelitian kuantatif dan mengumpulkan informasi yang

bersifat tertutup (closed-ended information). Sebaliknya dalam penelitian kualitatif,

kita mengumpulkan data-data dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka

(open-ended questions).

Dalam kedua pendekatan, kita perlu merekam informasi yang diberikan oleh

partisipan. Ketimbang menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya

oleh seseorang atau rancangan kita sendiri, dalam penelitian kualitatif, kita

merekam informasi atas dasar protokol yang kita rancang sendiri yang akan

membantu kita mengorganisasikan informasi tersebut sebagaimana diungkapkan

oleh para partisipan untuk setiap butir pertanyaan yang kita ajukan.

Akhirnya, kita harus melaksanakan prosedur pengumpulan data yang sensitif

terhadap tantangan-tantangan dan isu-isu etis dalam mengumpulkan informasi

langsung bersimuka dengan partisipan yang sering terjadi di rumah atau di tempat

kerja para partisipan. Dalam melakukan penelitian terhadap orang dalam

lingkungan mereka sendiri kita selaku peneliti kualitatif akan diperhadapkan

dengan tantangan-tantangan yang tidak akan ditemui dalam penelitian kuantitatif.

122

Siapa Partisipan dan Apa Situs yang akan Diteliti?

Dalam penelitian kualitatif, tujuan kita bukan untuk mengambil generalisasi dari

sampel ke populasi, akan tetapi mengembangkan eksplorasi yang mendalam tentang suatu

fenomena sentral (lihat Bab 2 bahagian :”Identifikasi Masalah Penelitian”. Justru itu, untuk

bisa memahami fenomena tersebut secara labih baik, si peneliti kualitatif dengan sengaja

memilih individu-individu atau situs-situs tertentu. Pembedaan antara “ pemilihan sampel

secara randon”(random sampling) dengan sampel bertujuan (purposeful sampling) bisa

dilihat pada Diagram 8.1. Dalam penelitian kuantitatif, fokusnya adalah sampel acak,

memilih individu-individu yang representatif, dan kemudian membuat generalisasi dari

individu-individu ini ke populasi. Sering proses ini berakhir dengan “menguji teori” dengan

menjelaskan populasi. Walaupun demikian, dalam penelitian kualitatif, kita memilih orang

atau situs didasarkan pada sejauh mana orang atau situs tersebut membantu kita memahami

fenomena sentral. Pemahaman seperti ini muncul melalui pemahaman yang rinci tentang

orang-orang dan situs-situs yang kita teliti. Proses ini menghasilkan informasi yang

memungkinkan individu “memahami” fenomena, atau menghasilkan pemahaman yang

membantu menyuarakan suara-suara individu-indvidu yang selama ini mungkin ‘bisu”.

Pengambilan Sampel Bertujuan (Sampling purposif)

Istilah penelitian yang digunakan dalam sampling kualitatif adalah purposive sampling

(pengambilan sampel secara purposif). Dalam purposive sampling, para peneliti dengan

sengaja memilih individu-individu dan situs-situs guna mempelajari atau memahami

fenomena sentral. Standar yang digunakan untuk memilih partisipan dan situs adalah apakah

partisipan atau situs tersebut information rich (sarat dengan informasi)(Patton, 1990, halaman

169). Pada setiap penelitian kualitatif, anda bisa menetapkan untuk diteliti sebuah situs

(misalnya kampus perguruan tinggi), beberapa buah situs (tiga buah kampus fakultas sastra

yang tergolong kecil), individu-individu atau kelompok (mahasiswa baru perguruan tinggi),

atau kombinasi (dua buah kampus fakultas sastra dan beberapa orang mahasiswa baru pada

kampus tersebut). Pemilihan sampel purposif berlaku untuk keduanya, individu-individu dan

situs.

Apabila anda melakukan penelitian dengan menggunakan sampel purposif (sampel

bertujuan), anda perlu mengidentifikasi strategi pemilihan sampel dan harus mampu

mempertahankan penggunaannya. Kepustakaan (literatur) mengidentifikasi beberapa strategi

pengambilan sampel purposif (lihat misalnya Miles & Huberman, 1994; Patton, 1990).

Seperti terlihat dalam Diagram 8.2, anda memiliki opsi untuk memilih satu dari sembilan

123

strategi yang biasanya digunakan oleh para peneliti bidang pendidikan. Strategi-strategi ini

dibedakan atas dasar apakah ia dipilih sebelum pengumpulan data dimulai atau setelah

pengumpulan data berlangsung (suatu pendekatan yang sejalan dengan konsep emerging

design). Selanjutnya, masing-masing strategi tersebut memiliki tujuan yang berbeda,

tergantung pada masalah dan pertanyaan penelitian yang ingin anda cari jawabnya dalam

penelitian anda. Semua strategi berlaku apakah untuk single time (satu kali memilih sampel)

atau multiple time (sampel dipilih beberapa kali) selama penelitian. Anda bisa

menggunakannya untuk memilih individu, atau kelompok, atau keseluruhan organisasi dan

situs (lihat Patton, 1990, untuk pembicaraan lanjutan).

Maximal Variation Sampling

Salah satu karakteristik dari penelitian kualitatif adalah untuk menampilkan perspektif

yang multi ragam dari para individu dalam melihat kompleksitas dunia ini (lihat bab 2

bahagian “mengidentifikasi masalah penelitian”). Dengan demikian, salah satu strategi

pemilihan sampel adalah membangun kompleksitas itu ke dalam penelitian kita melalui

pemilihan partisipan dan situs . Maximal variation sampling adalah strategi pengambilan

sampel bertujuan di mana si peneliti memilih kasus-kasus atau individu-individu tertentu

yang berbeda dalam berbagai karakteristik atau ciri (misalnya umur). Tentu saja sebelum

menentukan sampel, kita harus mengidentifikasi karakteristik sampel dan kemudian

menemukan stus-situs atau individu-individu yang memperlihatkan dimensi yang berbeda

dari karakteritik tersebut. Misalnya, si peneliti boleh jadi menemukan karakteristik komposisi

etnik dari berbagai SMA di suatu daerah tertentu.Dan kemudian dengan sengaja si peneliti

memilih tiga buah SMA yang memiliki karakteristik yang berbeda: satu SMA dengan siswa

yang didominasi oleh etnik Melayu, satu SMA yang didominasi oleh etnik Minangkabau, dan

satu SMA dengan berbagai etnik (Melayu, Minang, Jawa, batak, Cina dll).

Extreme Case Sampling

Kadang-kadang seseorang tertarik untuk meneliti sesuatu kasus yang luar biasa

mengganggu atau bermasalah ataupun sebaliknya sangat baik, atau kasus yang istimewa baik

karena suksesnya ataupun karena kegagalannya (Patton, 190). Extreme case sampling

adalah salah satu bentuk pemilihan sampel di mana anda meneliti sebuah outlier case atau

kasus yang memperlihatkan karakteristik istimewa. Si peneliti mengidentifikasi kasus-kasus

seperti ini dan mencari orang-orang atau organisasi yang dirujuk orang-orang lain karena

prestasinya atau karena karakteristiknya yang berbeda (misalnya pendidikan dasar tertentu

124

bagi anak marginal, program-program pendidikan untuk anak-anak austis dsb-nya yang akan

mendapat bantuan dari pemerintah).

Typical Sampling

Beberapa pertanyaan penelitian berkaitan dengan, “Apa yang normal?” atau “Apa yang

tipikal (khusus?)”. Typical sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif yang

memungkinkan seseorang peneliti meneliti seseorang individu atau situs yang tipikal. Apa

yang dimaksudkan dengan tipikal , tentu saja, terbuka untuk interpretasi yang berbeda. Anda

misalnya meneliti seorang dosen pada sesuatu fakultas ilmu sastra karena individu tersebut

telah bekerja di fakultas tersebut lebih dari 29 tahun dan telah merupakan bahagian yang tak

terpisahkan dari fakultas tersebut yang tidak ada duanya orang seperti itu di fakultas ini.

Theory or concept sampling

Anda mungkin memilih situs-situs atau orang-orang tertentu karena situs atau orang

itu membantu anda memahami sesuatu konsep atau teori. Theory or concept sampling

adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan sengaja memilih individu-individu atau

situs-situs tertentu karena individu-individu atau situs-situs tersebut diperkirakan akan

sangat membantu anda melahirkan atau menemukan sesuatu teory atau konsep-konsep

spesifik tertentu dalam ruang lingkup sesuatu theori. Untuk bisa menggunakan sampel

seperti ini, anda harus memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep tersebut atau teori

yang lebih luas diharapkan akan lahir atau muncul selama penelitian. Dalam penelitian

berkenaan dengan lima situs yang telah mengalami pembelajaran jarak jauh, misalnya,

kita memilih situs-situs ini karena dijadikannya situs tersebut sebagai sampel akan

membantu kita melahirkan teori tentang sikap mahasiswa terhadap pembelajaran jarak

jauh.

Homogeneous sampling

Anda berkemungkinan memilih situs-situs atau orang-orang tertentu karena situs atau

orang itu memiliki ciri atau karakteristik yang sama. Homogenous sampling adalah strategi

pemilihan sample purposif dengan jalan memilih situs-situs atau individu-individu tertentu

atas dasar keanggotaan dalam subkelompok yang memiliki karakteritik atau ciri-ciri yang

sama. Untuk dapat menggunakan strategi ini, kita perlu mengidentifikasi karakteristik atau

ciri tertentu dan kemudian menemukan individu-individu atau situs-situs yang memiliki

karaketristik atau ciri dimaksud. Contohnya, dalam masyarakat pedesaan, semua orang tua

125

yang memiliki anak-anak di sebuah sekolah berpartisipasi dalam kegiatan orang tua murid

yang dikoordinir oleh Komite Sekolah. Pemilihan mereka yang terlibat dalam

kegiatan/program ini merupakan salah satu perwujudan dari homgenous sampling karena

masing-masingnya merupakan anggota sub-kelompok dalam masyarakat yang memiliki

kesamaan tertentu.

Critical sampling

Kadang-kadang individu atau situs penelitian mewakili fenomena sentral secara

dramatis (Patton, 1990). Strategi pemilihan sampelnya di sini adalah meneliti sample kritis.

Critical sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan jalan memilih individu-

indvidu atau situs-situs khusus karena adanya kasus istimewa sehingga memungkinkan si

peneliti memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena yang diteliti. Misalnya,

tindak kekerasan yang dilakukan remaja di sekolah di mana seorang siswa dengan

menggunakan senjata api mengancam seorang guru.Hal ini merupakan insiden yang dramatis

yang memperlihatkan sejauh mana remaja-remaja tertentu terlibat dalam tindak kekerasan di

sekolah.

Opportunistic sampling

Setelah data-data terkumpul, si penelit boleh jadi memerlukan informasi baru untuk

menjawab pertanyaan penelitian secara lebih baik lagi. Opportunistic sampling adalah

strategi pemilihan sampel purposif dengan jalan memilih situs atau individu tertentu dalam

rangka mendapatkan informasi tambahan sebagai akibat dari terungkapnya hal-hal baru

setelah dilakukan pengumpuan dan analisis data. Strategi ini muncul pada saat penelitian

sudah berjalan. Si peneliti harus hati-hati karena bisa menyimpang dari tujuan awal

penelitian. Contohnya, anda mungkin mulai penelitian anda dengan menggunakan maximal

variation sampling dari sejumlah remaja hamil di sekolah. Dalam proses selanjutnya, anda

menemukan remaja hamil yang berencana akan membawa bayinya kelak kemudian hari ke

sekolah setiap hari. Karena data dan infromasi tentang remaja ini akan memberikan

pemahaman baru tentang penyeimbangan antara anak-anak dan sekolah, mengkaji kegiatan

remaja tersebut sehari-hari selama masa kehamilannya di sekolah dan pada bulan-bulan

setelah melahirkan diperlukan. Kasus seperti inilah yang disebut opportunistic sampling.

Snowball sampling

126

Pada situasi-situasi penelitian tertentu, si peneliti tidak tahu siapa orang-orang terbaik

yang harus diteliti karena belum dikenalnya dengan baik topik atau kompleksitas peristiwa

yang diteliti. Snowball sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif yang dilakukan

setelah penelitian berjalan dan ini dilakukan ketika si peneliti mendapatkan rekomendasi dari

para partisipan siapa-siapa saja individu lain yang perlu diteliti. Peneliti mungkin mengajukan

permintaan itu selama wawancara atau melalui percakapan informal dengan individu-

individu saat sedang berada di situs penelitian. Contoh, pada studi kasus “gunman incident”

(Asmussen & Creswell, 1995), si peneliti menanyakan kepada mereka-mereka yang

diwawancarai kalau ada mereka memiliki nama-nama orang lain yang direkomendasikan

untuk diwawancarai lagi yang mungkin bisa memberikan reaksi terhadap insisden tersebut.

Prosedur seperti ini menjadi pemilihan sampel purposisf atas individu-individu yang pada

awalnya tidak diantisipasi sebagai partisipan. Mewawancarai “pakar” psikologi yang dibawa

ke kampus untuk membantu individu-indvidu yang mengalami krisis merupakan contoh lain

dari snowball sampling ini.

Conforming atau disconforming sampling

Bentuk terakhir dari purposif sampling ini, juga digunakan setelah penelitian

berlangsung, adalah untuk memilih individu-individu atau situs-situs tertentu untuk

mengkonfirmasi atau mendiskonfirmasikan temuan-temuan awal. Conforming and

disconfirming sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif selama penelitian

berlangsung untuk menindaklanjuti sesuatu kasus khusus tertentu guna mengetes, mengecek

atau menelusuri selanjutnya temuan-temuan khusus. Walaupun pemilihan sampel seperti ini

berfungsi untuk memverifikasi keakuratan temuan selama penelitian berlangsung, ia juga

merupakan prosedur pemilihan sampel yang digunakan selama penelitian. Contoh, anda

menemukan bahwa pembantu dekan bidang akademis di sebuah fakultas memberikan

dukungan bagi para dosen dalam rangka pengembangan mereka untuk menjadi guru atau

mentor di sekolah menengah. Setelah melakukan wawancara awal dengan dekan, anda

selanjutnya perlu mngkonfirmasi peranan mentor melalui sampel dan meneliti para dosen

yang mungkin kebetulan mendapatkan penghargaan dari fakultas sebagai mentor yang

berprestasi.

Besar Sampel atau Jumlah Situs Penelitian

Jumlah orang dan situs yang disampel bervariasi dari satu penelitian kualitatif ke

penelitian kualitatif lainnya. Anda bisa rujuk beberapa penelitian kualitatif yang sudah

127

dipublikasikan dan lihat berapa jumlah situs atau partisipan yang digunakan para penelitinya.

Beberapa petunjuk dapat diungkapkan disini:

Umum dalam penelitian kualitatif untuk meneliti sejumlah kecil individu atau

kasus. Ini disebabkan karena kemampuan menyeluruh dari si peneliti untuk

memberikan gambaran yang mendalam akan terkuras oleh setiap kali penambahan

indivdu-individu atau situs-situs baru. Salah satu tujuan dari penelitian kualitatif

adalah untuk menyajikan kerumitan dari suatu situs atau informasi yang diberikan

oleh para individu.

Dalam beberapa kasus, anda bisa meneliti seorang individu atau sebuah situs.

Dalam kasus-kasus yang lain, jumlahnya bisa beberapa orang atau situs, bervariasi

antara 1 atau 2 sampai 30 atau 40. Karena keharusan untuk melaporkan secara rinci

masing-masing individu atau kasus, maka jumlah kasus yang makin besar akan

makin sulit dan bisa menghasilkan perspektif yang dangkal. Disamping itu,

pengumpulan data-data kualitatif dan kemudian menganalisisnya memakan waktu

yang cukup lama, dan setiap tambahan individu atau kasus hanya akan

memperpanjang waktu.

Pada bahagian 3, akan dibicarakan lagi beberapa rancangan khusus (seperti

etnografi, studi kasus, teori alas/grounded, dan penelitian naratif) dalam rangka

penelitian kualitatif. Sekali kita menetapkan prosedur atau rancangan penelitian

kita, pendekatannya akan menjurus pada pemilihan jumlah individu yang

diperlukan dalam penelitian tersebut. Ini bisa bervariasi dari satu orang individu

saja sampai pada keseluruhan kelompok orang.

Mari kita ambil beberapa contoh khusus untuk melihat berapa banyak individu atau

situs yang digunakan. Para peneliti kualitatif bisa jadi mengumpulkan data-data dari seorang

individu. Contoh, dalam penelitian studi kasus tentang Basil McGee, seorang guru mata

pelajaran IPA, Brickhouse dan Bodner (1992) menelusuri keyakinan guru tersebut tentang

IPA dan pengajaran IPA dan bagaimana keyakinannya itu membentuk cara-cara dia

mengajarkan IPA. Pada tempat lain, beberapa orang individu berpartisipasi dalam penelitian

kualitatif tipe teori alas/grounded. Para penelitinya meneliti 20 orang tua dari anak-anak yang

terkategori sebagai jenius (ADHD)(Reid, Hertzog, & Snyder, 1996). Pengumpulan data yang

lebih ekstensif digunakan dalam penelitian kualitatif etnografis budaya tentang kehidupan

fraternity (kehidupan sekelompok orang di asrama) yang terkait dengan ekploitasi dan

menjadikan wanita sebagai korban. Rhoads (1995) melakukan 12 kali wawancara formal dan

128

18 kali wawancara informal, disamping melakukan observasi dan mengumpulkan sejumlah

dokumen.

Seandainya anda Maria, dan anda mencoba mencari jawaban atas pertanyaan “Apa-apa saja

pengalaman para siswa ketika mereka membawa senjata ke sekolah?”, strategi purposif sampling apa

yang akan anda gunakan? Sebelum anda menjawab, tuliskanlah sekurang-kurangnya di ats kertas dua

kemungkinan. Coba ciptakan pilihan-pilihan didasarkan pada para siswa yang ada yang bisa dipilih

oleh Maria.

Salah satu pilihan adalah menggunakan maximal variation sampling dan mewawancarai

beberapa orang siswa yang berbeda sesuai dengan jenis pelanggaraan tentang senjata yang

dilanggarnya di sekolah. Contoh, seorang siswa boleh jadi telah menakut-nakuti seorang

siswa lainnya. Siswa yang lain boleh jadi memang telah menggunakan pisau dalam sebuah

perkelahian. Siswa yang lain lagi boleh jadi telah tertangkap tangan oleh guru menyimpan

sebilah pisau dalam locker-nya. Ketiga siswa yang berbeda ini mewakili tiga jenis

kepemilikan senjata di sekolah, dan masing-masingnya boleh jadi memiliki pandangan

yang berbeda tentang siswa yang membawa pisau ke sekolah.

Pilihan lainnya adalah menggunakan critical sampling. Anda mungkin mewawancarai

seorang siswa yang menggunakan pisau dalam berkelahi. Ini merupakan contoh dari

penggunaan senjata secara publik, dan mewakili sebuah tindakan yang dramatis yang perlu

diteliti

Bisakah anda pikirkan pendekatan-pendekatan lain dalam pemilihan sampel yang mungkin

dapat anda gunakan? Dan juga betapa banyak siswa yang harus anda teliti dan apa alasan

pilihan anda tersebut?

Bagaimana Cara Mendapatkan Akses terhadap Orang dan Situs?

Sama halnya dengan penelitian kuantitatif, mendapatkan akses pada orang dan situs

dalam penelitian kualitatif memerlukan izin pada tataran yang berbeda seperti

organisasi/lembaga, situs, para individu, dan badan pemberi izin. Yang paling penting adalah

negosiasi dengan para pejabat terkait dan menetapkan individu-individu pada situs yang bisa

memfasilitasi pengumpulan data kualitatif.

Mendapat Izin dari Pejabat Kelembagaan Kampus

Para peneliti yang minta izin untuk meneliti individu-individu dalam sebuah penelitian

kualitatif harus mengikuti keseluruhan proses permintaan izin dari kelembagaan kampus

sebagamana digambarkan pada salah satu bab terdahulu. Ke dalam langkah-lagkah ini

termasuk permintaan izin Yayasan, membuat deskripsi tentang kegiatan proyek penelitian,

129

merancang formulir izin, dan mendapatkan izin. Karena pengumpulan data kualitatif terdiri

dari pengumpulan informasi yang memerlukan waktu lama yang langsung melibatkan orang-

orang dan merekam pandangan-pandangan pribadi orang-orang itu secara mendetil, anda

perlu memberikan deskripsi yang rinci tentang prosedur yang akan dilalui kepada pejabat

yang akan memberi izin. Deskripsi yang rinci itu diperlukan karena pejabat pemberi izin

boleh jadi belum terbiasa dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian pendidikan dan

karena anda akan banyak menyita waktu orang-orang tersebut di rumah, di tempat kerja, atau

di situs penelitian dalam pengumpulan data.

Informasi Apa yang Ingin Dikumpulkan?

Aspek lain dari pengumpulan data kualitatif adalah mengidentifikasi jenis-jenis data

yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, kita

mengajukan pertanyaan-pertanyan yang bersifat umum kepada partisipan yang akan

memungkinkan mereka mengungkapkan pandangan mereka secara relatif tanpa terhambat

oleh perspektif kita sebagai peneliti. Tambahan lagi, kita akan mengumpulkan bermacam

ragam tipe informasi dan berkemungkinan pula kita bisa menambahkan bentuk-bentuk data

baru selama penelitian berlangsung dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian. Singkatnya, kita akan terlibat dalam pengumpulan data secara ekstensif,

menghabiskan banyak sekali waktu di situs penelitian di mana orang-orang beraktivitas,

bermain, atau terlibat dalam fenomena yang ingin kita teliti. Di situs tersebut, kita akan

mengumpulkan infromasi secara rinci untuk bisa mengungkapkan kerumitan dari fenomena

sentral yang kita teliti itu.

Kita bisa melihat keanekaragaman hakekat bentuk-bentuk data kualitatif ketika data-

data tersebut dikaitkan dengan kategori-kategori berikut:

Observasi

Wawancara dan angket

Dokumen

Bahan-bahan audiovisual

Contoh-contoh spesifik dari tipe data dalam keempat kategori ini terlihat dalam

Diagram 8.3. Variasi dalam pengumpulan data dalam keempat kategori ini akan muncul

secara terus menerus selama proses penelitian. Videotapes, portofolio siswa dalam situasi

pembelajaran, dan penggunaan e-mail menarik perhatian, pada masa-masa terakhir, sebagai

bentuk data.Tabel 8.1 memperlihatkan maasing-masing kategori pengumpulan data, jenis

data yang dihasilkannya, dan definisi tipe datanya. Coba perhatikan dengan seksama

130

keempat kategori pengumpulan data tersebut beserta kelebihan dan kelemahan masing-

masing.

Observasi

Ketika pendidik berpikir tentang penelitian kualitatif, dalam benak mereka selalu

tergambar proses pengumpulan data obervasi dalam setting sekolah tertentu. Tanpa diragukan

lagi observasi mewakili bentuk pengumpulan data yang sering digunakan, dimana si peneliti

mampu memainkan peranan yang berbeda dalam proses tersebut (Spradley, 1980a).

Observasi adalah proses pengumpulan informasi dari tangan pertama dan terbuka

melalui pengamatan terhadap orang dan tempat di sebuah situs penelitian. Sebagai sebuah

bentuk pengumpulan data, observasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya

antara lain mencakup kesempatan untuk merekam informasi pada suatu peristiwa syang

sedang terjadi dalam sebuah setting, meneliti tingkah laku aktual, dan meneliti individu-

individu yang memiliki kesukaran mengungkapkan gagasannya (seperti anak-anak pra-

sekolah). Diantara kelemahannya adalah kita akan dibatasi oleh situs-situs dan situasi dimana

kita bisa mendapat akses, dan pada situs-situs di mana kita berkemungkinan mendapat

kesukaran membangun hubungan dengan individu-individu. Ini bisa terjadi apabila individu-

individu tidak terbiasa dengan penelitian formal (seperti setting yang bukan di universitas).

Mengamati dalam sebuah setting mengharuskan dimilikinya keterampilan-keterampilan

mendengarkan yang baik dan perhatian yang cermat terhadap data-data visual yang rinci. Ia

juga mempersyaratkan kemampuan mengelola isu-isu seperti berkemungkinan tipu daya dari

orang yang diamati dan sikap risih orang yang diamati itu untuk pertama kali tanpa

dibangunnya hubungan personal dalam sebuah setting (Hemmersley & Atkinson, 1995).

Peranan Observasi

Walaupun adanya kesulitan-kesulitan potensial ini, observasi tetap merupakan salah

satu bentuk pengumpulan data kualitatif yang diterima. Untuk bisa menggunakannya kita

perlu mengadopsi peranan tertentu sebagai seorang pengamat. Tak satu peranan pun cocok

untuk semua situasi; peranan-peranan obervasi bervariasi tergantung pada kenyamanan kita

pada situs tertentu, hubungan personal dengan partisipan, dan bagaimana caranya terbaik bagi

kita untuk mengumpulkan data untuk bisa memahami fenomena sentral. Walaupun terdapat

131

banyak peranan (lihat Spradley, 1980-an), kita bisa menggunakan salah satu dari tiga peranan

penting.

Peranan sebagai Participant Observer. Untuk bisa secara benar mempelajari sesuatu

situasi kita bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan pada situs penelitian. Hal ini memberikan

peluang yang sangat bagus sekali untuk melihat pengalaman-pengalaman dari sudut pandang

partisipan. A Participant Observer adalah sebuah peranan observasi yang diadopsi oleh para

peneliti apabila mereka ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pada setting yang mereka amati.

Sebagai seorang partisipan, kita memainkan peranan sebagai “inside” observer yang terlibat

langsung dalam kegiatan-kegiatan pada situs penelitian. Pada waktu yang bersamaan kita

juga merekam informasi. Peranan ini mengharuskan kita minta izin untuk berpartisipasi

dalam kegiatan-kegiatan dan untuk memainkan peranan yang menyenangkan sebagai

observer di setting tersebut. Agak sukar memang membuat catatan-catatan sementara kita

terlibat dalam kegiatan, dan kita perlu berhenti sebentar untuk mencatat kegiatan tersebut

sebelum kita meninggalkan situs penelitian.

Peranan sebagai Non-Participant Observer. Dalam beberapa situasi kita mungkin

tidak familiar dengan situs dan orang untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan. A

non-participant observer adalah seorang pengamat yang mengunjungi sebuah situs dan

membuat catatan-catatan tanpa terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

partisipan. Pengamat yang non-partisipan adalah seseorang “outsider” yang mengunjungi

suatu tempat yang periperal guna mengamati dan merekam fenomena-fenomena yang diteliti

(seperti ruang kelas bagian belakang). Peranan seperti ini kurang memerlukan akses

ketimbang peranan sebagai partisipan, penjaga pintu (sekolah) dan individu-individu pada

situs penelitian bisa jadi akan lebih merasa nyaman dengan peranan pengamat sebagai non-

partisipan. Walaupun demikian dengan berpartisipasi secara tidak aktif, kita terhindar dari

pengalaman yang sesungguhnya dan pengamatan yang kita lakukan tidaklah sekongkrit

apabila kita langsung berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Peranan Pengamat Yang Berubah. Dalam banyak situasi, akan jauh lebih baik

mengubah-ngubah peranan, menjadikannya sukar mengklasifikasikan peranan kita sebagai

partisipatori atau non-partisipatori. Peranan pengamat yang berubah adalah suatu peranan

dimana para peneliti mengadaptasikan peranan mereka sesuai situasi yang ditemukan.

Contoh, kita pertama kali mungkin masuk ke sebuah situs dan melakukan observasi sebagai

non-partisipan, melihat-lihat ke sekeliling situs pada fase-fase awal penelitian. Kemudian

secara berangsur-angsur kita terlibat sebagai partisipan. Kadang-kadang sebaliknya yang

132

terjadi, yakni partisipan menjadi non-partisipan. Walaupun demikian memasuki sebuah situs

sebagai non-partisipan merupakan sebuah pendekatan yang sering digunakan. Setelah

beberapa saat, ketika hubungan personal sudah berkembang dengan partisipan kita mengubah

peranan kita menjadi partisipan dalam seting tersebut. Keterlibatan kita dalam kedua peranan

tersebut akan menyebabkan kita secara subjektif terlibat dalam seting dan pada waktu yang

sama melihat seting secara lebih objektif.

Berikut adalah sebuah ilustrasi dimana si peneliti mulai sebagai non-participan

kemudian mengubahnya sebagai partisipan selama proses pengamatan :

Seorang peneliti yang meneliti penggunaan laptop yang berfasilitas wireless dalam metoda pembelajaran multikultural menghabiskan tiga kali kunjungan pertama ke kelas mengobservasi dari bangku belakang. Ia mencoba mempelajari proses yang terjadi selama pembelajaran, interaksi instruktur dan siswa, dan pendekatan instruktur secara menyeluruh dalam pembelajaran. Kemudian pada kunjungan yang keempat, siswa mulai menggunakan laptop dan si pengamat menjadi sebagai partisipan melalui pembentukan tim belajar bersama dengan siswa yang menggunakan laptop dari mejanya untuk berinteraksi dengan websitenya insruktur.

Proses Observasi

Sebagaimana kita lihat dalam pembicaraan tentang berbagai peranan observasi si

peneliti kualitatif terlibat dalam suatu proses pengamatan apapun peranannya. Proses ini

secara umum digambarkan dalam langkah-langkah berikut :

1. Pilih situs yang akan diobservasi yang akan membantu anda memahami lebih baik

fenomena sentral. Dapatkan izin yang diperlukan untuk bisa mengakses situs

tersebut.

2. Masuki situs itu perlahan-lahan dengan melihat sekeliling; dapatkan pandangan

umum tentang situs tersebut; dan buat beberapa catatan terbatas, setidak-tidaknya

pada tahap awal ini. Lakukan observasi singkat pada tahap awal ini, karena

perhatian dan pikiran anda akan terkuras oleh semua kegiatan yang sedang

berlangsung. Memasuki situs secara pelan-pelan akan membantu anda membangun

hubungan dengan para individu yang ada di situs penelitian tersebut dan juga akan

membantu anda menyerap sebegitu banyaknya informasi.

3. Di situs tersebut, identifikasi siapa atau apa yang akan diobservasi, kapan

mengobservasinya, dan berapa lama mengobservasinya. Penjaga sekolah akan bisa

membantu memberikan arahan ketika anda membuat keputusan. Persyaratan-

persyaratan praktis mengenai situasi seperti lamanya waktu belajar atau durasi

kegiatan, akan membatasi partisipasi anda.

133

4. Tentukan, pada tahap awal ini, peranan anda sebagai pengamat. Pilih di antara

peranan-peranan sebagai partisipan atau non partisipan selama observasi anda pada

tahap-tahap awal ini. Pikirkan apakah akan lebih menguntungkan mengubah

peranan itu selama proses untuk bisa lebih banyak belajar tentang individu-

individu atau situs.Tak peduli apakah anda akan mengubah peranan, tapi pikirkan

baik-baik peranan apa yang akan anda mainkan dan apa alasannya.

5. Lakukan observasi berkali-kali untuk mendapatkan pemahaman yang paling baik

tentang situs dan individu-individu.Lakukan observasi secara umum dulu,

perhatikan landskap di mana peristiwa dan kegiatan berlangsung. Setelah anda

makin terbiasa dengan seting, anda bisa memulai mempersempit observasi anda

pada aspek-aspek yang lebih khusus (misalnya interaksi anak-anak dalam

kelompok-kelompok kecil selama pelajaran membaca). Perspektif luas-sempit

merupakan strategi yang bermanfaat tergantung pada banyaknya informasi yang

ada yang igin diobservasi.

6. Rancang cara-cara catatan akan direkan selama observasi. Data-data yang

direkam selama observasi disebut fieldnotes (catatan lapangan). Fieldnotes adalah

teks (kata-kata) yang direkam oleh si peneliti selama observasi dalam penelitian

kualitatif. Perhatikan contoh catatan lapangan seperti yang diperlihatkan oleh

Diagram 8.4. Dalam contoh ini, Siswa-pengamat terlibat dalam participant

observatioan ketika guru minta agar para siswa menggunakan waktu selama 20

menit mengobservasi sebuah objek seni yang sengaja dibawa oleh guru ke dalam

kelas. Objek ini tidaklah objek yang biasa dilihat para siswa. Objek itu berasal dari

Indonesia dan memiliki alas persegi empat terbuat dari bambu dan di atasnya

ditutup dengan bulu (rambut) kuda. Barangkali objek itu digunakan untuk sesuatu

kegiatan ritual keagamaan. Ini merupakan objek yang bagus untuk digunakan

sebagai wadah bagi kegiatan observasi karena susah mengenali dan

mendeskripsikannya. Si guru menyuruh para siswa mengobservasi objek tersebut

dan merekam atau membuat catatan lapangan, mendskripsikannya dan

memberikan repfleksi terhadapnya (menyangkut pemahaman, dugaan, tema) yang

muncul selama mengobservasi.

Seperti terlihat pada Figur 8.4, satu orang siswa merekam apa yang dia amati

melalui inderanya--menyentuh, melihat, mendengar bunyi, dan mencium bau--objek

tersebut, merekam apa-apa yang terpikirkan olehnya kira-kira setiap 5 menit.

134

Perhatikanlah bahwa catatan lapangan yang dibuat para siswa terlihat dalam kalimat-

kalimat dan notasi-notasi yang komlit berkenaan dengan kutipan (apa-apa yang

dikatakan oleh) siswa-siswa lainnya. Catatan-catatan yang terlihat pada kolom sebelah

kanan memperlihatkan bahwa si siswa ini mulai melakukan refleksi untuk

mendapatkan gagasan-gagasan yang lebih luas dari pengalaman dan catatan tentang

bagaimana siswa-siswa lainnya memberikan reaksi terhadap objek dimaksud. Judul

yang ada di atas catatan lapangan tersebut merekam informasi yang esensial tentang

waktu, tempat, dan kegiatan yang diamati.

7. Pikirkan informasi tentang apa yang akan anda rekam selama observasi. Contoh,

informasi tersebut boleh jadi mencakup potret partisipan, seting fisik, peristiwa-

peristiwa dan kegiatan-kegiatan tertentu, dan reaksi-reaksi pribadi (Bogdan &

Biklen, 1998). Pada saat mengobservasi kelas, misalnya, kita boleh merekam

kegiatan-kegiatan guru, para siswa, interaksi antara siswa dan guru, percakapan

antara siswa

8. Rekam catatan-catatan deskriptf dan reflektif. Descriptive fieldnotes (catatan-

catatan deskriptif) merekam deskripsi suatu peristiwa, kegiatan, dan orang-orang

(apa yang terjadi). Reflective fieldnotes (catatan-catatan reflektif) merekam

pemikiran pribadi yang dimiliki oleh si peneliti yang terkait dengan

pemahamannya, dugaan, atau gagasan-gagasan atau tema-tema yang lebih luas

yang muncul ketika observasi dilakukan (misalnya apa kesan anda tentang situs,

orang-orang, dan situasi).

9. Buat keberadaan anda diketaui, tapi tetap unobtrusive (tidak mengganggu).

Selama observasi berlangsung, sebaiknya anda diperkenalkan oleh seseorang bila

anda seorang outsider atau baru pada seting atau orang-orang yang ada. Bersikap

pasif saja, ramah, dan hormat kepada orang-orang yang ada di situs.

10. Setelah selesai mengobservasi, secara berangsur-angsur mundur dari situs.

Ucapkan terima kasih kepada partisipan dan beri tahu mereka tentang penggunaan

data yang anda kumpulkan dan tentang bisanya mereka mengakses ringkasan hasil

penelitian nantinya ketika penelitian ini sudah selesai.

Figur 8.5 membuat ringkasan lankah-langkah yang diutarakan di atas dalam bentuk

check list yang dapat anda gunakan untuk mengakses apakah anda siap untuk melakukan

observasi. Pertanyaan-pertanyaan dalam check list tersebut memperlihatkan urutan yang

sebaiknya anda pertimbangkan sebelum, selama, dan sesudah observasi.

135

Wawancara

Sama populernya dengan observasi dalam penelitian kualitatif adalah wawancara.

Wawancara kualitatif terjadi ketika si peniliti mengajukan kepada satu atau lebih partisipan

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum dan terbuka dan kemudian merekam jawaban

mereka tersebut. Setelah itu si peneliti mentranskripsikannya serta mengetikkan data-data

tersebut ke dalam file-file komputer untuk dianalisis.

Dalam penelitian kualitatif, anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka

sehingga para partisipan bisa menyuarakan pengalaman-pengalaman mereka lebih baik tanpa

ada hambatan dan pembatasan atas dasar perspektif si peneliti atau oleh temuan-temuan

penelitian terdahulu. Jawaban yang terbuka atas sebuah pertanyaan memungkinkan si

partisipan memilih opsi untuk menjawab. Contoh, dalam sebuah wawancara kualitatif

terhadap para atlit di SMA, anda mungkin mengajukan pertanyaan:”Bagaimana anda

menyeimbangkan partisipasi dalam atletik dengan tugas-tugas sekolah?”si atlit memberikan

jawaban terhadap pertanyaan ini tanpa dipaksa untuk menjawab dengan alternatif-alternatif

yang sudah ada. Si peneliti selalu merekam secara audio percakapan itu dan kemudian

mentraskripsikan informasi tersebut ke dalam kata-kata untuk keperluan analisis.

Wawancara dalam penelitian kualitatif memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa

kelebihannya adalah bahwa wawancara memberikan informasi yang bermanfaat ketika anda

tidak secara langsung mengamati si partisipan, dan wawancara juga memungkinkan si

partisipan untuk mendeskripsikan informasi pribadinya secara rinci. Dibandingkan dengan

pengamat, si pewawancara bisa mengajukan pertanyaan-pertanyan spesifik untuk

memancing informasi ini.

Beberapa kelemahannya adalah bahwa wawancara hanya memberikan informasi

yang sudah disaring melalui pandangan si pewawancara (misalnya si peneliti menyarikan

pandangan si partisipan di dalam laoran penelitian). Disamping itu, sama halnya dengan

observasi, data-data wawancara boleh jadi menipu dan oleh si pewawancara mungkin,

disengaja atau tidak, diberikan perspektif yang ingin didengar oleh si peneliti. Kelemahn

yang lain adalah bahwa kehadiran si peneliti boleh jadi berpengaruh terhadap bagaimana

orang yang diwawancarai memberikan jawabannya. Jawaban orang yang diwawancarai boleh

jadi juga tidak mengena, tidak mudah difahami, atau tidak jelas. Disamping itu, masalah-

masalah terkait dengan peralatan mungkin juga bermasalah, dan karenanya anda sebaiknya

mengatur peralatan yang digunakan untuk merekam dan mentranskripsikan (bila ada)

sebelum wawancara dilakukan. Selama masa wawancara, anda harus memberikan perhatian

terhadap percakapan anda dengan si partisipan. Perhatian ini bisa jadi berupa sedikit bicara,

136

mengontrol emosi, dan menggunakan pemecah kebekuan untuk mendorong individu-individu

berbicara. Atas dasar kesemuanya ini, masuk akallah apabila para peneliti yang kurang

berpengalaman menunjukkan keterkejutannya akan kesulitan yang dihadapi

Tipe-tipe Wawancara dan Pertanyaan-pertanyaan Terbuka dalam Angket

Sekali anda telah menetapkan wawancara sebagai alat pengumpul data, anda perlu

memikirkan apa bentuk wawancara yang paling baik untuk bisa memahami fenomena sentral

dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian anda.Ada sejumlah pendekatan

terhadap wawancara dan penggunaan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada angket.

Pendekatan wawancara mana yang akhirnya akan anda gunakan tergantung pada

keterjangkaun para individu, uang, waktu yang tersedia.

Wawancara satu lawan satu: Pendekatan yang paling banyak memakan waktu dan mahal

adalah melakukan wawancara secara individual. Pendekatan yang paling populer dalam

penelitian pendidikan, wawancara satu lawan satu, adalah proses pengumpulan data di mana

si peneliti mengajukan pertanyaan kepada dan merekam jawaban dari satu orang partisipan

pada suatu waktu tertentu. Dalam sebuah penelitian kualitatif, anda bisa saja menggunakan

wawancara satu lawan satu berkali-kali, seperti bertanya kepada para administrator, konselor

kesehatan para siswa untuk mengungkapkan kesannya atas insiden bersenjata (gunman

incident)(Asmussen & Creswell, 1995). Wawancara satu-lawan-satu memang ideal untuk

mewawancarai para partisipan yang tidak segan-segan berbicara, bicaranya mengena, dan

yang mau berbagi gagasan secara menyenangkan.

Wawancara kelompok terfokus: Kelompok terfokus bisa digunakan untuk mengumpulkan

data tentang pemahaman bersama dari sekolompok individu ataupun untuk memperoleh

pendapat dari orang-orang tertentu. Wawancara kelompok terfokus adalah proses

pengumpulan data melalui wawancara dengan sekelompok orang, biasanya antara empat

sampai enam orang. Si peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan yang bersifat umum dan

memancing tanggapan dari individu-individu di dalam kelompok. Wawancara kelompok

terfokus akan bermanfaat apabila interaksi antara para individu yang diwawancarai

menghasilkan informasi yang paling baik dan apabila orang-orang yang diwawancarai itu

terdiri dari orang yang sama dan kooperatif satu sama lain. Wawancara seperti ini juga

bermanfaat apabila waktu yang tersedia untuk mengumpulkan data terbatas dan para individu

137

sungkan-sungkan memberikan informasi (walaupun beberapa orang diantaranya boleh jadi

enggan memberikan informasi pada wawancara jenis apapun).

Ketika mengadakan wawancara kelompok terfokus, dorong pra partisipan untuk

berbicara dan bergiliran. Kelompok terfokus bisa jadi menantang bagi pewawancara yang

kurang menguasai wawancara berbentuk diskusi. Disamping itu, apabila wawancara

kelompok terfokus ini direkam dengan audiotape, si transkricptionist (orang yang

mentranskrpsikan) boleh jadi akan menemui kesulitan membedakan suara masing-masing

individu di dalam kelompok. Masalah lainnya adalah bahwa si peneliti sering memiliki

kesulitas membuat catatan karena sedemikian banyaknya hal yang terjadi. Perhatikan contoh

prosedur wawancara kelompok terfokus berikut:

Siswa sekolah menengah atas, yang disponsori oleh tim peneliti universitas, melaksanakan wawancara kelompok terfokus terhadap para siswa lainnya tentang penggunaan tembakau di beberapa sekolah (Plano Clark, dkk, 2001). Pada beberapa wawancara, dua orang siswa pewawancara – satu mengajukan pertanyaan dan satu lagi merekam jawaban – memilih enam orang siswa untuk diwawancarai dalam sebuah kelompok terfokus. Wawancara klompok terfokus ini berlangsung selama satu setengah jam dan pewawancara merekam wawancara tersebut dengan tape rekorder sambil juga membuat catatan selama wawancara. Karena kelompoknya kecil, transcriptionist tidak menemui kesulitan mentranskripsikan wawancara tersebut dan mengidentifikasi suara masing-masing individu. Masing-masing siswa pada awal wawancara itu menyebutkan nama mereka.

Wawancara melalui telefon. Bisa jadi tidak ada kemungkinan bagi anda untuk

mengumpulkan sekelompok orang untuk diwawancarai atau untuk mengunjungi individu-

individu satu demi satu. Para partisipan dalam sebuah penelitian boleh jadi secara geografis

tersebar dan tidak bisa datang ke sebuah lokasi untuk diwawancarai. Dalam situasi seperti ini,

anda bisa melakukan wawancara melalui telefon. Melakukan wawancara melalui telefon

adalah suatu proses pengumpulan data menggunakan telefon dan mengajukan sejumlah

pertanyaan yang bersifat umum. Wawancara melalui telefon mempersyaratkan agar si

pewawancara menggunakan telephone adaptor dan menyambungnya ke telefon dan ke tape

rekorder guna mendapatkan rekaman wwancara yang jelas. Salah satu kelemahan dari

wawancara jenis ini adalah bahwa si peneliti tidak memiliki kontak langsung dengan

partisipan. Ini menyebabkan komunikasi yang terbatas yang bisa jadi berpengaruh terhadap

kemampuan si peneliti memahami persepsi si partisipan tentang fenomena sentral. Disamping

itu, biaya telefon mungkin juga tinggi. Coba perhatikan contoh berikut tentang prosedur

wawancara melalui telefon:

138

Dalam sebuah penelitian berkenaan dengan pembantu dekan bidang akademik di lemabag-lemaga perguruan tinggi, Creswell dkk (1990) melakukan wawancara telefon terbuka yang berlangsung selama 45 menit masing-masing terhadap 200 orang pembantu dekan bidang akademik di kampus-kampus perguruan tinggi di AS. Si peneliti mula-mula mendapat izin dari para pembantu dekan bidang akademik ini untuk berpartisipasi dalam sebuah wawancara dengan mengontak mereka melalui surat. Si peneliti juga menjadwalkan waktu yang nyaman bagi mereka untuk berpartisipasi dalam wawancara melalui telefon. Kemudian si peneliti membeli tape rekorder dan telephone adaptor untuk dapat melakukan wawancara melalui telefon. Si peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti “Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk jabatan ini?” Wawancara menghasilkan transkrip sepanjang kira-kira 3.000 halaman. Analisis terhadap halaman-halaman ini menghasilkan laporan berkenaan dengan bagaimana para pembantu dekan bidang akademis ini mengembangkan program peningkatan profesional para dosen mereka pada masing-masing jurusan atau fakultas.

Wawancara melalui e-mail elektronik: Tipe wawancara lain yang bermanfaat dalam

pengumpulan data kualitatif yang cepat dari sekelompok orang yang secara geografis tersebar

adalah wawancara melalui e-mail. Wawancara tipe ini terdiri dari pengumpulan data yang

bersifat terbuka melalui wawancara dengan individu-individu dengan menggunakan

komputer dan internet. Apabila anda bisa mengumpulkan daftar alamat e-mail, bentuk

wawancara seperti ini akan memberikan akses yang cepat terhadap sejumlah besar orang dan

database yang kaya berbentuk teks untuk analisis kualitatif. Wawancara seperti ini juga akan

memungkinkan terjadi percakapan antara anda sebagai peneliti dan para partisipan sehingga

melalui percakapan selanjutnya anda bisa mengembangkan pemahaman anda tentang topik

atau fenomena sentral yang sedang anda teliti.

Walaupun demikian, wawancara melalui e-mail akan menimbulkan isu-isu etika

yang rumit, seperti apakah anda mendapat izin bagi para individu itu untuk berpartisipasi

dalam wawancara anda, dan apakah anda akan memproteksi kerahsiaan jawaban-jawaban

mereka. Disamping itu, hal tersebut mungkin akan sulit, dalam situasi atau kondisi tertentu,

mendapatkan daftar alamat e-mail yang terkini atau daftar nama orang-orang yang tepat

untuk menjawab pertanyaan anda. Contoh, bagaimana anda mencari alamat e-mail orang-

orang tertentu (mialnya anak-anak di bawah 10 tahun), yang barangkali tidak memiliki

alamat e-mail? Walaupun memiliki kelemahan seperti ini, wawancara melalui e-mail sebagai

salah satu bentuk pengumpulan data barangkali akan meningkat sejalan dengan makin

berkembangnya teknlogi informasi. Perhatikan contoh survai melalui e-mail terbuka berikut:

Empat orang peneliti mengkombinasikan sumberdaya untuk mengembangkan daftar e-mail para dosen yang mengajarkan mata kuliah mixed method of research (metoda penelitian kuantitatif dan kualitatif terpadu)(Creswell, Tashakkori, Jensen, &

139

Shapely, 2003). Mereka mulai dengan daftar e-mail 31 orang dosen dan mengirimkan wawancara terbuka kepada para dosen tersebut minta informasi berkenaan dengan praktek-praktek perkualiahan mereka. Misalnya, mereka mengajukan pertanyaan, “Pernahkan anda mengajarkan mata kuliah yang materinya menggabungkan metoda kuantitatif dan kualitatif?” “Kenapa, menurut pendapat anda, para mahasiswa mengikuti kuliah tentang metoda terpadu ini?” dan “Bagaimana penilaian anda terhadap metoda penelitian terpadu ini?”. Setelah menerima survai melalui e-mail ini, para partisipan menjawab masing-masing pertanyaan dengan jalan menuliskan apa-apa yang mereka alami dan mengirimkannya kembali dengan menggunakan fasilitas “reply” dari program e-mail. Prosedur ini menghasilkan database kualitatif berbentuk teks terbuka berkenaan dengan tanggapan dari banyak sekali individu yang telah mengikuti perkuliahan metoda penelitian terpadu (mixed reserach method).

Pertanyaan-pertanyaan terbuka dalam Angket

Dalam sebuah angket, anda bsa mengajukan beberapa buah pertanyaan terbuka dan

beberapa buah pertanyaan tertutup. Keuntungn dari pertanyaan-pertanyaan seperti ini adalah

bahwa pertayaan-pertanyaan tertutup yang sudah dipersiapkan sebelumnya bisa menjaring

informasi yang bermanfaat guna mendukung teori atau konsep yang terdapat di dalam

literatur. Walaupun demikian, jawaban-jawaban yang bersifat terbuka bisa memungkinkan

kita menelusuri alasan-alasan yang diberikan pada pertanyaan-pertanyaan tertutup dan

mengidentifikasi setiap komentar yang mungin diberikan orang diluar jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan angket tertutup. Kelemahan dari pendekatan ini adalah bahwa anda

akan memiliki banyak jawaban--ada yang panjang ada yang pendek--untuk dianalisis.

Biasanya, para peneliti kualitatif, akan mencari tema-tema yang tumpang tindih di dalam data

yang terbuka dan beberapa peneliti menghitung jumlah tema atau frekuensi tema itu yang

disebut-sebut oleh partisipan. Contoh, seorang peneliti boleh jadi mengajukan pertanyaan

tertutup yang diikuti oleh pertanyaan terbuka:

Bisakah anda mengatakan sejauh mana anda setuju atau tidak setuju terhadap

pernyataan ini: “Kebijakan yang mengatur pesta minum minuman keras di kampus

terhadap mahasiswa seharusnya lebih diperketat:

_____ Setuju sekali?

_____ Setuju?

_____ Abstain (tidak berpendapat)?

_____ Tidak setuju?

_____ Sangat tidak setuju?

Mohon jelaskan jawaban anda secara lebih rinci!

140

Dalam contoh ini, si peneliti mulai dengan pertanyaan tertutup dengan lima kategori

pilihan jawaban yang diikuti oleh sebuah pertanyaan terbuka di mana partisipan diminta

menjelaskan alasan terhadap jawabannya itu.

Pelaksanaan wawancara

Dari semua bentuk wawancara yang bermacam ragam itu, ada beberapa langkah

umum yang diikuti dalam melakukan wawancara atau dalam menyusun pertanyaan-

pertanyaan yang bersfat terbuka:

1. Identifikasi orang yang akan diwawancarai. Gunakan salah satu strategi

pemilihan sampel purposif yang telah dibicarakan pada bab terdahulu.

2. Tentukan jenis wawancara yang akan digunakan. Pilih salah satu yang

diperkirakan akan paling membantu dalam memahami pandangan partisipan

dalam menjawab setiap pertanyaan penelitian. Pertimbangkan apakah anda

akan menggunakan wawancara melalui telefon, wawancara kelompok

terfokus, wawancara satu-lawan satu, wawancara dengan e-mail, angket, atau

kombinasi dari semua: satu atau lebih bentuk ini.

3. Selama wawancara berlangsung, rekam pertanyaan dan jawabannya dengan

menggunakan tape rekorder. Ini akan memberikan kepada anda rekaman

yang akurat dari percakapan tersebut. Gunakan prosedur perekaman yang

baik, seperti penggunaan mikrofon yang kecil yang dicantolkan di kemeja

atau di kerahnya untuk wawancara satu-lawan satu, dan mikrofon dengan

arah yang cocok untuk wawancara kelompok terfokus. Siapkan tape rekorder

dan telephone adaptor untuk wawancara melalui telefon, dan anda harus

memahami secara menyeluruh tentang program-program terkait e-mail untuk

keperluan wawancara dengan e-mail.

4. Buat catatan-catatan singkat selama wawancara. Walaupun bunyinya

praktis untuk merekam sebuah wawancara dengan tape rekorder, tapi wanti-

wantilah untuk tetap membuat catatan kalau-kalau tape rekorder tidak

berfungsi. Anda simpan catatan-catatan ini dalam apa yang disebut protokol

wawancara, yang akan dibicarakan selanjutnya pada bahagian lain dalam

bab ini. Ingat bahwa catatan-catatan yang dibuat selama wawancara itu boleh

jadi belum lengkap karena tentu anda akan mengalamai kesulitan

mengajukan pertanyaan dan menuliskan jawaban yang dilakukan pada waktu

yang bersamaan. Tulisan dengan bentuk singkatan-singkatan (misalnya

141

ungkapan-ungkapan pendek diikuti oleh garis) bisa mempercepat proses

pencatatan ini.

5. Cari lokasi yang sunyi, tempat yang cocok untuk melakukan wawancara.

Bila mungkin, wawancara di lokasi yang bebas dari gangguan dan pilih

seting yang memudahkan melakukan rekaman audio. Ini berarti, misalnya,

bahwa lounge (ruang tunggu) guru/dosen yang sibuk bisa jadi bukan tempat

yang paling baik untuk wawancara karena suara-suara dan gangguan-

gangguan lain yang mungkin ada.

6. Mintakan izin atau restu terlebih dahulu dari para partisipan untuk

berparisipasi dalam penelitian ini. Dapatkan restu dari orang yang akan

diwawancarai dengan minta dia mengisi formulir pada saat anda sampai.

Sebelum memulai wawancara, beritahukan kepadanya tujuan penelitian,

waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan wawancara, rencana

penggunaan hasil wawancara, dan bisanya dia memiliki atau membaca

ringkasan penelitian nantinya.

7. Buat rencana tapi yang fleksibel. Selama wawancara, berpeganglah kepada

pertanyaan-pertanyaan, akan tetapi tetap fleksibel sambil bercakap-cakap

dengan orang yang diwawancarai. Selesaikan pertanyaan-pertanyaan itu

selama jangka waktu yang sudah ditentukan ((jika mungkin), hormati dan

sopan santunlah terhadapnya. Ingat bahwa kunci bagi wawancara yang baik

adalah menjadi pendengar yang baik.

8. Gunakan probes untuk mendapatkan informasi tambahan. Probes adalah

sub-pertanyaan yang termasuk pada pertanyaan induk yang ingin dicarikan

informasi tambahannya. Gunakan probe tersebut untuk mengklarifikasi hal-

hal tertentu atau minta orang yang diwawancarai menjelaskan gagasannya.

Probe ini bervariasi mulai dari mengekplorasi, menginformasi secara lebih

mendalam (elaborasi) sampai pada mengajukan pertanyaan kepada orang

yang diwawancarai untuk menjelaskan jawabannya secara lebih rinci

(klarifikasi). Tabel 8.2 memperlihatkan kedua tipe probe ini yang

menggunakan ilustrasi yang diambil dari studi kasus “gunmen incident”

untuk memperlihatkan contoh memberikan klarifikasi dan mengelaborasi.

9. Bersopan santun dan profesional ketika wawancara telah selesai. Akhiri

wawancara dengan mengucapkan terima kasih kepada partisipan, dan

142

yakinkan mereka akan kerahasiaan jawaban mereka dan tanyakan pada mereka

apakah mereka mau mendapatkan ringkasan dari hasil penelitian ini nanti.

Diagram 8.6 meringkaskan prosedur wawancara yang baik dalam sebuah cheklist yang

disadur dari Gay dan Airasian (2003). Pertanyaan-pertanyaan dalam cheklist itu

memperlihatkan urutan yang mungkin dapat anda ikuti sebelum, selama atau sesudah

wawancara.

Coba kita kembali ke pada Maria, yang perlu menentukan prosedur pengumpulan

data yang bagaimana yang akan dia gunakan. Karena ia sudah berpengalaman berbicara

dengan para siswa dan sejawatnya sesama guru, ia memutuskan bahwa wawancaralah yang

terbaik. Ia lantas melaksanakan wawancara kepada para siswa dan lima orang guru di sekolah

tersebut. Setelah mendapatkan restu dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/kota, dan

kepala sekolah yang bersangkutan, ia juga harus mendapakan restu dari para siswa (dan dari

orang tua atau wali mereka) serta para guru. Untuk memilih orang-orang ini, ia dengan

sengaja memilih indvidu-ndividu yang akan dijadikan sample yang akan berbicara dari

perspektif yang berbeda-beda (maximal variation sampling). Ia menyadari bahwa di sekolah

tersebut terdapat kelompok-kelompok yang berbeda, seperti “atlit”, penyanyi, pengurus

organisasi kesiswaan (OSIS), siswa-siswa biasa, dan “cheerleaders.” Ia mengidentifikasi

seorang siswa dari masing-masing kelompok tersebut, dengan harapan bahwa ia akan

mendapatkan perspektif yang beragam yang mewakili pendapat yang komplek tentang topik

berkenaan dengan kepemilikan senjata di sekolah.

Kemudian, ia memilih lima orang guru, masing-masing mewakili bidang (mata

pelajaran) yang berbeda-beda, seperti IPS, IPA, olah raga, musik/kesenian, dan drama

(bahasa). Setelah itu, ia merancang pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, seperti “

Bagaimana ceritanya kok senjata bisa ada di sekolah kita ini?” dan “Apa-apa saja jenis

senjata yang ada di sekolah kita ini?”. Ia perlu menjadwalkan wawancara, melaksanakannya,

merekam infomasi dengan tape rekorder, membuat beberapa catatan, menghormati pendapat

dan hak-hak para siswa, para guru yang berpartisipasi dalam wawancara dimaksud.

Sewaktu anda membaca prosedur tersebut, menurut anda apa kelebihan dan

kelemahan/ keterbatasannya? Catatlah masing-masing kelebihan dan kekurangnya.

Dokumen

Satu sumber informasi yang bermanfaat dalam penelitian kualitatif bisa jadi

dokumen. Dokumen terdiri dari arsif-arsif yang bersifat publik atau pribadi yang boleh jadi

143

diperoleh oleh para peneliti kualitatif tentang situs atau partisipan pada suatu penelitian, dan

ini mencakup koran, catatan-catatan rapat, buku harian (journal) pribadi dan surat-surat.

Kesemua sumber ini memberikan informasi yang sangat bermanfaat dalam rangka membantu

para peneliti memhami fenomena sentral dalam penelitian kualitatif. Sumber-sumber ini

mewakili dokumen-dokumen publik dan pribadi. Contoh dari dokumen publik adalah

catatan-catatan rapat, memo-memo resmi, arsif-arsif yang tergolong domainnya publik, dan

bahan-bahan arsif di perpustakaan. Dokumen-dokumen pribadi terdiri dari jurnal pribadi,

diary, surat-surat, catatan-catatan pribadi, dan peringatan-peringantan yang ditulis untuk diri

sendiri. Bahan-bahan seperti komentar-komentar e-mail dan data-data dari web site serta

dokumen-dokumen pribadi kesemuanya ini merupakan contoh dari sumber data yang makin

banyak digunakan oleh para peneliti kualitatif.

Dokumen merupakan sumber yang baik untuk data berbentuk teks (kata-kata) bagi

sebuah penelitian kualitatif. Sumber tersebut memiliki kelebihan tersendiri karena ia

merupakan bahasa dan kata-kata dari para partisipan itu sendiri, yang biasanya mendapat

pertimbangan yang matang sebelum diungkapkan. Ia juga siap untuk dianalisis tanpa perlu

ditranskripsikan seperti halnya data-data yang diperoleh dari observasi dan wawancara.

Pada sisi negatifnya, dokumen kadang-kadang susah dicari dan diperoleh. Informasi

dari sumber dokumen ini boleh jadi tidak bisa diperoleh secara publik. Informasi boleh jadi

disimpan pada suatu tempat yang jauh sehingga si peneliti harus melakukan perjalanan yang

tentu saja memakan waktu dan mungkin juga biayanya mahal. Selanjutnya, dokumen-

dokumen itu boleh jadi juga tidak lengkap, tidak autentik, atau tidak akurat. Contoh, tidak

semua catatan rapat lembaga pengelola sekolah itu akurat karena para pengurusnya boleh jadi

tidak mengecek atau meninjau ulang keakuratannya. Pada dokumen-dokumen pribadi, seperti

diary, atau surat-surat, tulisan tangannya bisa jadi susah dibaca, yang membuat informasi

yang terkandung di dalamnya susah untuk dimaknai.

Pengumpulan dokumen

Karena sedemikian banyaknya variasi dalam dokumn ini, ada beberapa prosedur

yang harus diikuti dalam mengumpulkannya. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam

pengumpulan dokumen bagi kepentingan penelitian kualitatif:

a) Identifikasi tipe dokumen yang berisikan informasi yang bermanfaat dalam rangka

menjawab pertanyaan penelitian kualitatif

144

b) Pertimbangkanlah dokumen-dokumen publik (seperti catatan-catatan rapat lembaga

pengelola sekolah) dan dokumen-dokumen pribadi (seperti diary) sebagai sumber

informasi bagi penelitian anda

c) Sekali dokumen tersebut sudah ditemukan, mintakan izin untuk menggunakannya dari

individu-individu yang bertanggung atas bahan-bahan tersebut

d) Apabila anda minta para partisipan membuat jurnal (catatan harian), berikan petunjuk

yang jelas berkenaan dengan prosedurnya. Petunjuk ini boleh jadi mencakup tentang

topik dan format yang digunakan, panjangnya catatan-catatan tersebut per butir

informasi, pentingnya pemikiran mereka dituliskan dari sisi legalitasnya

e) Apabila izin sudah didapatkan untuk menggunakan dokumen-dokumen tersebut, cek

akurasi, kesempurnaan, dan manfaatnya dalam rangka menjawab pertanyaan-

pertanyaan dalam penelitian anda.

f) Rekam informasi yang ada dalam dokumen. Proses ini bisa mengambil beberapa

bentuk, termasuk membuat catatan tentang dokumen atau, bila memungkinkan, men-

scannya secara optik sehingga fie-fie berbentuk teks (atau kata-kata) bisa dibuat dari

masing-masing dokumen tersebut. Anda bisa dengan mudah men-scan berita-berita

yang terdapat di koran-koran (pidato calon-calon presiden) dalam rangka membangun

data base berbentuk teks secara kualitatif.

Dari pengumpulan dokumen-dokumen pribadi si peneliti bisa mendapatkan sumber

informasi yang kaya. Contoh, dalam sebuah penelitian yang memanfaatkan jurnal yang

dibuat oleh para wanita:

Sumber penting untuk mempelajari wanita pada jabatan pengawas adalah jurnal atau diary yang mereka buat berkenaan dengan pengalaman-pengalaman mereka. Si peneliti meminta kepada tiga orang pengawas wanita untuk membuat diary selama enam bulan dan mencatat reaksi-reaksi mereka sebagai seorang wanita terhadap kapasitas mereka melaksanakan rapat-rapat resmi yang pada umumnya dihadiri oleh pria.

Jurnal-jurnal sepert ini berguna sekali untuk mempelajari kehidupan para wanita di

dunia kerja pada seting-seting kependidikan.

Bahan-bahan audio visual

Tipe terakhir dari data kualitatif yang perlu dikumpulkan adalah bahan-bahan audio

visual. Bahan-bahan audio visual terdiri dari gambar-gambar, bunyi-bunyian yang

dikumulkan oleh si peneliti dalam rangka membantu mereka memahami fenomena sentral

yang diteliti. Yang makin sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah gambar-

gambar, atau bahan-bahan audio-visual seperti foto, pita rekaman, gambar-gambar digital,

145

lukisan-lukisan dan gambar, unobtrusive measures, (yakni bukti yang disimpulkan dari

seting, seperti jejak-jejak fisik kayak jejak telapak kaki di salju; lihat pembicaraan Webb

(1966) tentang uobtrosive measures).Semua ini merupakan sumber informasi bagi penelitian

kualitatif. Salah satu pendekatan dengan menggunakan fotografi adalah teknik photo

elicitation. Dalam pendekatan ini, kepada para partisipan diperlihatkan gambar-gambar

(gambar-gambar mereka sendiri atau gambara-gambar yang diambil oleh si peneliti) dan

minta mereka berbicara tentang isi atau yang ditampilkan oleh gambar-gambar tersebut.

Gambar-gambar ini bisa jadi foto-foto pribadi atau album fofo-foto bersejarah (lihat Ziller,

1990).

Keuntungan dari menggunakan bahan-bahan audio-visual ini adalah bahwa orang

dengan mudah tertarik pada gambar-gambar karena dalam budaya kita gambar dapat

menyentuh perasaan seseorang. Gambar memberikan peluang bagi para partisipan untuk

dapat berbagi persepsi tentang realitas secara langsung dengan orang-orang lainnya. Gambar-

gambar seperti ditanyangkan oleh video-tapes dan filem, umpamanya, memberikan data yang

sangat ekstensif tentang kehidupan nyata sebagaimana divisualisasikan orang. Kelemahan

dari penggunaan gambar adalah bahwa gambar sukar dianalisis karena informasinya yang

sangat kaya (misalnya bagaimana anda menarik makna dari semua aspek yang ada dalam 50

buah gambar tentang para calon guru yang memberikan kesan kayak apa sih guru-guru IPA

itu). Disamping itu, anda sebagai seorang peneliti bisa juga berpengaruh terhadap data yang

dikumpulkan, Dalam memilih album foto untuk dikaji atau dalam menyuruh partispan agar

tipe gambar tertentu dibuat sketsanya, anda berkemungkinan memaksakan makna anda

sendiri tentang sesuatu fenomena kepada para partisipan, ketimbang mendapatkan pandangan

mereka sendiri. Ketika melakukan perekaman dengan videotape, anda akan berhadapan

dengan isu apa yang akan direkam, di mana kamera akan ditempatkan, dan perlunya anda

sensitif terhadap individu-individu yang malu dengan kamera.

Mengumpulkan bahan-bahan audio-visual

Walaupun adanya masalah-masalah potensial, bahan-bahan audio-visual menjadi

lebih populer dalam penelitian kualitatif, terutama dengan berkembang pesatnya teknologi.

Langkah-langkah yang diikuti dalam pengumpulan bahan-bahan audio-visual sama dengan

pengumpulan dokumen:

1) Tentukan bahan-bahan visual apa yang bisa memberikan berisi infomasi daa rangka

menjawab pertanyaan penelitian dan bagaimana bahan-bahan tersebut bisa memberi

146

nilai tambah terhadap bentuk-bentuk data yang ada seperti wawancara dan

observasi.

2) Identifikasi bahan-bahan visual yang ada dan dapatkan izin untuk menggunakannya.

Izin ini boleh jadi mempersyaratkan izin dari semua siswa di dalam kelas, misalnya,

menanda tangani formulir persetujuan dan minta agar orang tua mereka juga mengisi

formulir tersebut,

3) Cek akurasi dan otentisitas dari bahan-bahan visual tersebut apabila bukan anda

sendiri yang melakukan perekaman/pencatatan. Salah satu cara mengecek akurasi

tersebut adalah dengan mengontak dan mewawancarai fotografernya atau individu-

individu yang ada dalam gambar tersebut.

4) Kumpulkan data-datanya dan susun. Anda bisa juga menscan data-data secara optik

demi kemudahan memasukkan dan memanggilnya kembali (di komputer).

Untuk memberikan ilustrsi tentang penggunaan bahan-bahan visual ini,

perhatikanlah contoh di mana si peneliti mendistribusikan kamera guna mmendapatkan foto:

Peneliti memberikan kamera Polaroid kepada 40 orang siswa perempuan dan 40 siswa pria masing-masing kelas 4 SD untuk mata pelajaran IPA guna merekam pemahaman mereka tentang lingkungan. Para partisipan itu diminta mengambil foto-foto atau gambar-gambar yang memperlihatkan usaha-usaha pelestarian lingkungan di dalam masyarakat. Hasilnya, si peneliti mendapatkan 24 buah gambar dari msing-masing anak yang dapat digunakan untuk memahami bagaimana anak-anak muda ini melihat/menyikapi lingkungan. Bisa difahami bahwa fofo-foto tupai dan binatang-binatang piaraan (di luar rumah) mendominasi kumpulan gambar dalam data base ini.

Salah satu proses yang esensial dalam penelitian kualitatif adalah merekam data

(Lofland & Lofland, 1995). Proses ini mencakup mencatat informasi melalui research

protocol dalam pelaksanaan pengumpulan data sehingga kita mampu mengantisipasi

masalah-masalah yang mungkin timbul dan membuat kita sensitif terhadap isu-isu etika yang

akan berpengaruh terhadap kualitas data yang akan kita peroleh.

Penggunaan prototokol

Seperti sudah diungkapkan terdahulu, untuk dokumen-dokumen dan bahan-bahan

visual, proses perekaman informasi itu boleh jadi berlangsung secara informal (membuat

catatan) atau formal (secara optis melakukan scan terhadap bahan-bahan guna mendapatkan

file-file komputer berbentuk teks yang lengkap). Untuk wawancara dan observasi, para

peneliti kualitatif menggunakan protokol yang secara khusus dirancang. Protokol

147

perekaman data adalah formulir-formulir yang secara khusus dirancang dan digunakan oleh

para peneliti kualitatif untuk merekam/mencatat informasi selama observasi dan wawancara.

Protokol untuk wawancara

Selama wawancara berlangsung, penting kiranya dimiliki cara atau alat yang

digunakan untuk memberikan struktur pada wawancara serta untuk melakukan pencatatan

secara cermat. Seperti telah disebutkan, perekaman wawancara secara audio akan

memberikan rekaman wawancara yang rinci. Sebagai back-up, kita perlu membuat catatan

selama wawancara dan memiliki pertanyaan-pertanyaan yang sudah siap untuk diajukan.

Fungsi protokollah untuk mengingatkan kita terhadap pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan dan menunjukkan cara merekam catatan-catatan tersebut. Protokol wawancara

adalah sebuah formulir yang dirancang oleh si peneliti yang berisikan catatan atau petunjuk

tentang proses wawancara, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, dan ruang (bahagian

yang kosong tak berisi tulisan) untuk melakukan pencatatan atas respon-respon yang

diberikan oleh mereka-mereka yang diwawancarai.

Pengembangan dan rancangan protokol wawancara

Untuk bisa memahami secara lebih baik rancangan dan penampilan dari formulir ini,

perhatikanlah protokol wawancara kualitatif yang digunakan selama studi kasus “gunman

incident” (Asmussen & Crewell, 1995) sebagaimana diperlihatkan oleh Diagram 8.7.

Diagram ini memperlihatkan protokol bentuk ukuran kecil (kecil dari ukuran yang

sebenarnya); dalam protokol aslinya, ruang (bahagian yang kosong tak dituliskan) yang lebih

besar disediakan di antara masing-masing pertanyaaan untuk mencatat jawaban. Diagram 8.7

memberikan ilustrasi tentang komponen-komponen yang bisa dimasukkan ke dalam

rancangan protokol wawancara.

Protokol wawancara ini berisikan heading (judul) guna mencatat informasi yang

esensial tentang wawancara, pernyataan tentang tujuan penelitian, pemberitahuan agar

para partisipan menanda tangani formulir persetujuan wawancara, dan saran agar tape

rekorder sebelum digunakan, dicek terlebih dahulu. Informasi lain yang bisa

dimasukkan dalam judul ini antara lain organisasi (lembaga) di mana mereka yang

diwawancarai itu bekerja, latar belakang pendidikan dan jabatan mereka, lamanya

sudah mereka menempati jabatan itu, tanggal, waktu, dan lokasi di mana wawancara

dilakukan.

148

Setelah judul tersebut ada lima buah pertanyaan esensial yang singkat dan bersifat

terbuka untuk memberikan fleksibilitas dalam memberikan jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan dimaksud. Pertanyaan pertama berfungsi sebagai “ice breaker”

(kadang-kadang disebut “grand tour questions”, untuk membuat mereka relaks dan

termotivasi untuk berbicara. Pertanyaan ini seharusnya mudah difahami dan membuat

para partisipan mengungkapkan semua hal berkaiatan dengan pengalaman yang

mereka seperti “Mohon dideskripsikan apa peranan anda dalam insiden ini!”.

Pertanyaan terakhir dalam instrumen ini membantu si peneliti mencari orang-orang

lainnya untuk diwawancarai.

Pertanyaan-pertanyaan inti, yakni pertanyaan 2 sampai 4, berkaitan dengan

pertanyaan utama penelitian. Bagi anda yang baru dalam penelitian kualitatif, anda

boleh mengajukan lebih dari empat pertanyaan guna membantu memancing

pembicaraan partisipan lebih banyak lagi dan sampai akhirnya berlanjut pada momen

di mana tidak seorangpun yang berbicara. Walaupun demikian, makin banyak

pertanyaan yang anda ajukan, makin banyak yang bisa anda gali dalam rangka

memahami fenomena yang diteliti ketimbang sebatas apa yang disampaikan oleh

partisipan. Sering ada garis yang jelas antara pertanyaan-pertanyaan yang rinci dengan

pertanyaan-pertanyan yang bersifat umum. Justru itu akan jauh lebih baik apabila

butir-butir pertanyaan tersebut terlebih dahulu diuji cobakan untuk bisa memilih mana

yang terbaik diantaranya.

Disamping lima pertanyaan tersebut, anda mungkin menggunakan pertanyaan

pemancing (probe) untuk mendorong para partisipan memberikan klarifikasi dari apa

yang mereka katakan dan untuk mendorong mereka mengelaborasikan gagasan atau

pendapat mereka.

Beri jarak (ruang kosong) antara masing-masing pertanyaan sehingga si peneliti bisa

membuat catatan singkat tentang komentar yang diberikan oleh mereka yang

diwawancarai. Catatan-catatan yang anda buat harus singkat dan anda bisa

mengembangkan sendiri kesingkatan-kesingkatan yang dapat digunaan untuk

membuat catatan-catatan tersebut. Gaya merekam/membuat catatan-catatan ini

bervariasi antara sorang peneliti dengan peneliti lainnya.

Ada baiknya anda menghafal kata-kata dan urutan dari pertanyaan-pertanyaan yang

akan anda ajukan untuk meminimalisir kurangnya kesempatan untuk melakukan eye

contact. Siapkan transisi verbal dari satu pertanyaan ke pertanyaan lainnya. Ingat

bahwa para partisipan tidak selamanya memberikan respon secara langsung terhadap

149

sebuah pertanyaan yang anda ajukan. Ketika anda mengajukan pertanyaan 2,

misalnya, mereka bisa saja melompat ke jawaban untuk pertanyaan 4.

Komentar-komentar penutup mengingatkan anda untuk tidak lupa mengucapkan

terima kasih kepada para partisipan dan meyakinkan mereka akan kerahsaiaan

jawaban-jawaban mereka. Bahagian ini bisa mencakup catatan atau peringatan agar

anda menanyakan kepada mereka yang diwawancarai kalau-kalau mereka memiliki

pertanyaan tentang apapun, dan peringatan agar anda membicarakan dengan mereka

tentang pemanfaatan data dan penyebaran informasi berkenaan dengan penelitian itu.

Protokol Observasi

Sama halnya dengan wawancara, dalam observasipun kita perlu membuat protokol

obsevasi yang kita gunakan selama melakukan observasi. Protokol tersebut berlaku untuk

semua peranan observasi sebagaimana disebutkan terdahulu. Protokol observasi adalah

sebuah formulir yang dirancang oleh si peneliti sebelum pengumpulan data dilakukan yang

digunakan untuk membuat catatan-catatan lapangan selama observasi berlangsung. Pada

formulir ini si peneliti merekam/mencatat secara kronologis peristiwa-peristiwa yang terjadi,

gambaran rinci tentang individu atau para individu, sebuah, gambar atau peta dari seting,

kutipan-kutipan yang diucapkan oleh individu-individu. Sama halnya dengan wawancara,

rancangan dan pengembangan protokol observasi akan menjamin bahwa anda memiliki cara

yang terorganisir untuk merekam/mencatat dan memelihara catatan-catatan observasi.

Pengembangan dan rancangan protokol observasi

Anda telah melihat sampel dari protokol observasi yang diperlihatkan oleh Diagram

8.4., di mana para siswa membuat catatan tentang objek seni yang ditajakan kepada mereka

di dalam kelas. Protokol observasi sebagaimana yang diperihatkan oleh Diagram 8.4 ini akan

memungkinkan si peneliti kualitatif untuk merekam/mencatat informasi yang ia lihat di situs

di mana observasi berlangsung. Informasi itu berkaitan dengan deskripsi kegiatan di seting

dan refleksi tentang tema dan pandangan-pandangan pribadi si penliti yang muncul ketika

melakukan observasi. Contoh, perhatikan sekali lagi sampel protokol observasi pada Diagram

8.4. Sample ini mengilustrasikan komponen-komponen secara khusus ditemukan pada

formulir perekaman sebuah observasi:

Protokol berisikan judul di mana anda mencatat informasi tentang waktu,

tempat, seting, dan peranan anda dalam observasi.

150

Anda tuliskan semuanya dalam dua kolom setelah judul. Kolom ini membagi

halaman untuk mencatat dua jenis data: deskripsi kegiatan dan refleksi tentang

tema, kutipan-kutpan, dan apa-apa yang dialami oleh si peneliti.

Hakekat dari apa yang dideskripsikan bisa bervariasi. Diagram 8.4

mengilustrasikan beberapa topik untuk dideskripsikan, Contoh, anda bisa

memasukkan deskripsi tentang urutan kronologis dari peristiwa. Deskripsi ini

terutama sekali bermanfaat apabila si pengamat mau meneliti sebuah proses

atau peristiwa. Anda juga bisa mendeskripsikan individu-individu, seting

secara fisik, peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan (Bogdan & Biklen,

1998). Anda juga bisa membuat sketsa/gambar tentang situs guna

memfasilitasi ingatan terhadap rincian seting dalam rangka menulis laporan

akhir.

Catatan-catatan reflektif merekam pengalaman anda sendiri sebagai seorang

peneliti, seperti dugaan anda sendiri tentang hasil-hasil dan pendapat-pendapat

penting atau tema-tema yang muncul yang bermanfaat sewaktu melakukan

analisis nantinya.

Beberapa catatan penting tentang observasi

Saya biasanya minta mahasiswa pasca sarjana mempraktekkan pengumpulan data

kualitatif dengan jalan melakukan observasi terhadap sebuah seting. Salah satu seting favorit

saya adalah pusat rekreasi di kampus, di mana mereka bisa mengamati para mahasiswa

belajar memanjat “dinding”. “Dinding” ini adalah dinding buatan yang dibangun sedemikian

rupa sehingga para mahasiswa bisa belajar cara memanjat dinding (tebing) batu. Di situs ini,

kita biasanya menemukan para mahasiswa yang belajar bagaimana memanjat dinding dan

didampingi oleh seorang instruktur yang memberikan pelatihan memanjat. Dinding itu

sendiri tingginya sekitar 50 kaki dan memiliki tempat-tempat bergantung strategis untuk

membantu para pemanjat. Ia ditandai oleh spanduk warna warni yang diletakkan sedemikian

rupa sehingga dapat digunakan oleh si pemanjat menapaki dinding tersebut.Tujuannya adalah

agar para mahasiswa dapat memanjat sampai ke puncak dinding dan kemudian bergelayutan

ke bawah.

Sebelum observasi, para mahasiswa saya selalu bertanya apa-apa saja yang harus

mereka amati. Berikut beberapa petunjuk yang saya berikan kepada mereka:

Rancang sebuah protokol observasi dengan menggunakan Diagram 8.4

sebagai pedoman.

151

Pergi ke pusat rekreasi dan ke kaki dinding. Cari tempat yang nyaman untuk

duduk pada salah satu bangku di depan dinding tersebut, dan kemudian

lakukan pengamatan sekitar 10 menit tanpa merekam informasi apapun.

Pada awalnya, semata-mata mengamati dan menyesuaikan diri dengan iklim

seting.

Setelah 10 menit ini selesai, mulai memfokuskan perhatian pada satu

kegiatan di situs tersebut. Bisa jadi mahasiswa yang sedang menapaki

dinding, atau mahasiswa-mahasiswa lainnya menunggu giliran mereka

untuk memanjat.

Mulai melakukan pembuatan catatan lapangan deskriptif. Ingat kronologi

peristiwa, gambaran rinci tentang individu-individu, atau sketsa situs. Untuk

dapat memberikan simpul kreatif dari pelatihan ini, saya minta mereka

mendeskripsikan informasi yang mereka peroleh berkenaan dengan dua dari

empat hal: penglihatan, pendengaran, rabaan, atau penciuman.

Juga rekam catatan-catatan reflektif selama observasi berlangsung.

Setelah 30 menit berlalu, masa observasi berakhir, dan saya minta mereka

menuliskan laporan kualitatif tentang apa yang mereka amati, dengan

memadukan catatan-catatan deskriptif dan catatan-catatan reflektif.

Permintaan terakhir ini mengkombinasikan pengumpulan data (observasi),

analisis data (memberi makna terhadap catatan-catatan mereka), dan

penulisan laporan (mencoba mengarang narasi penelitian kualitatif).

Bagaimana Melaksanakan Kegiatan Pengumpulan Data?

Ketika mengumpulkan data, para peneliti yang melakukan penelitian kualitatif biasanya

berhadapan dengan isu-isu yang harus dituntaskan. Disamping itu, karena peneliti kualitatif

biasanya memasuki sebuah situs penelitian di mana para partisipan berada, berada di sana

untuk jangka waktu tertentu, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang detail, isu-isu

berkaitan dengan etika biasanya muncul yang harus diantisipasi sebelumnya.

Isu-isu lapangan

Sebelum penelitian, anda harus mengantisipasi isu-isu yang bakal timbul selama

pengumpulan data. Figue 8.8 memperlihatkan isu-isu dan kategori-kategorinya sesuai dengan

tipe data yang akan dikumpulkan. Isu-isu ini mencakup akses terhadap masalah-masalah

situs, observasi, wawancara, dokumen, jurnal dan penggunaan bahan-bahan audio-visual.

152

Akses: Antisipasilah banyaknya waktu yang diperlukan untuk merekruit partisipan

bagi penelitian anda dan kesulitan yang akan ditemui dalam merekrut mereka.

Beberapa strategi yang bermanfaat mencakup memberikan insentif berbentuk uang

bagi individu-individu yang berpartisipasi. Disamping tu, ingatkan para partisipan

satu atau dua hari sebelum pengumpulan data tentang waktu dan hari yang persis

ketika anda akan mengobservasi atau mewawancarai mereka. Buat tahapan

pengumpulan data sedemikian rupa sehingga mereka merasa nyaman memberikan

jawaban, dan jadwalkan itu semua sesuai dengan jadwal kegiatan mereka yang

lainnya. Realistiklah dalam hal jumlah waktu yang akan tersita oleh pengumpulan

data, dan beritahukan tentang waktu ini kepada masing-masing partisipan.

Observasi: Anda perlu tahu peranan yang anda mainkan dalam observasi (misalnya

sebagai partisipan atau non partisipan) dan jelaskan hal ini pada mereka. Usahakan

untuk tidak memberi perhatian tentang segala hal pada tahap awal pengamatan;

bentuk kesan umum pertama dan kemudian baru persempit ruang lingkup pengamatan

(pendekatan funnel = cerobong). Gunakan waktu untuk merekam catatan-catatan anda

secepatnya setelah anda melakukan pengamatan sehingga anda tidak sampai lupa

butir-butir penting dari informasi yang diperoleh (misalnya kutipan/ucapan)

partisipan.

Wawancara: Persiapkan peralatan yang diperlukan secara baik. Cek berfungsi atau

tak berfungsinya peralatan sebelum wawancara. Selama wawancara berlangsung,

gunakan “icebreaker” untuk membuka pembicaraan, jangan memaksakan pendapat,

jaga agar wawancara tidak melenceng ke mana-mana. Orang yang diwawancarai

boleh jadi tidak menjawab masing-masing pertanyaan secara berurutan, akan tetapi

jaga agar mereka menjawab masing-masing pertanyaan. Jadwalkan waktu anda

sedemikian rupa sehingga semua pertanyaan yang tercakup di dalam protokol

terlaksana. Ingat bahwa mentranskripsikan rekaman melalui tape rekorder sangat

banyak makan waktu, dan ini harus dijadwalkan dalam rencana kegiatan penelitian

anda secara keseluruhan.

Dokumen: Antisipasi banyaknya waktu yang diperlukan untuk menentukan,

mendapatkan izin guna memperoleh dan menggunakan dokumen-dokumen publik

dan pribadi bagi penelitian anda. Selalulah memiliki penglihatan yang kritis terhadap

dokumen-dokumen yang anda peroleh. Sejauh mungkin, cek dokumen-dokumen

tersebut apakah kredibel dan akurat. Apabila anda minta para partisipan membuat

jurnal, berikan petunjuk yang jelas tentang topik yang akan dimasukkan di dalam

153

jurnal mereka. Ingat bahwa anak-anak yang lebih muda`memerlukan petunjuk yang

lebih khusus ketimbang anak-anak yang sudah lebih agak besar. Minta agar para

partisipan menulis jurnal mereka itu dengan tulisan yang jelas dan mudah dibaca.

Bahan-bahan audio-visual : Apabila anda melakukan perekaman dengan video

rekorder, rencanakan jauh sebelumnya sehingga ruangan yang digunakan nantinya

benar-benar sunyi, tempatkan kamera di mana tidak terdapat gangguan, dan

diskusikan secara terbuka dengan para partisipan apakah mereka merasa nyaman bila

direkam dengan video rekorder. Apabila anda merencanakan mengumpulkan foto

para partisipan, berikan penjelasan yang jelas tentang apa perlunya mereka

mengumpulkan foto mereka atau foto seperti apa yang harus mereka kumpulkan.

Sama halnya dengan dokumen, apabila anda mengumpulkan artifak, lukisan, atau

relik, cek otentisitasnya sebagai sumber dari data penelitian anda.

Isu-isu Berkaitan dengan Etika dalam Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk penelitian kualitatif, si peneliti berupaya

mendapatkan deskripsi mendalam tentang sebuah fenomena. Partsipan boleh jadi diminta

untuk mendiskusikan secara rinci pengalaman-pengalaman pribadi mereka untuk sesuatu

jangka waktu tertentu. Proses ini memerlukan tingkat kepercayaan tertentu atas dasar adanya

keterbukaan yang tinggi dari si partisipan. Karena hekekat dari penelitian kualitatif ini, isu-

isu menyangkut etika boleh jadi muncul. Pembicaraan ini memperlihatkan beberapa isu etika

dan petunjuknya untuk itu yang harus diantisipasi apabila melakukan penelitian kualitatif. Ini

mulai dari mengidentifikasi beberapa petunjuk berkenaan dengan masalah-masalah etika dari

sisi praktek , dan kemudian meninjau isu-isu penting yang mungkin muncul, seperti

meginformasikan kepada para partisipan tujuan dari penelitian, menjauhkan diri dari praktek-

praktek kebohongan, berbagi informasi dengan para partisipan (termasuk peran anda sebagai

peneliti), menghormati situs penelitian, menggunakan praktek-praktek wawancara yang etis,

menjaga kerahsiaan dan bekerjasama dengan para partisipan.

Para pakar penelitian dan asosiasi-asosiasi profesional menawarkan daftar yang

komrehensif tapi tidak lengkap berkenaan dengan prinsip-prinsip etika yang boleh jadi bisa

menuntun para peneliti melaksanakan penelitian-penelitian tentang etika. Patton (2002)

menawarkan sebuah checklist tentang isu-isu etika secara umum yang harus

dipertimbangkan, seperti reciprocity (hubungan timbal balik), penilaian akan resiko,

kerahsiaan, permintaan izin, dan akses serta kepemilikan akan data. Kriteria yang diajukan

oleh AAA (lhat Glesne & Peshkin, 1992) membuat refleksi tentang standar yang tepat.

154

Contoh, para peneliti perlu memproteksi kerahsiaan para partisipan dengan jalan memberikan

nomer atau alias kepada masing-masing mereka dalam proses penganalisisan dan pelaporan

data. Dalam beberapa penelitian kualitatif, untuk melindungi kerahsiaan para partisipan, anda

cukup memberikan gambaran/pendapat kelompok secara bersama ketimbang difokuskan

pada sesorang individu.

Selanjutnya, untuk mendapatkan dukungan dari partisipan, anda perlu

memberitahukan kepada mereka bahwa mereka berpartisipasi dalam sesuatu penelitian dan

menyebutkan apa tujuan penelitian tersebut. Para peneliti tidak perlu berbohong tentang

penelitian tersebut. Bagaimana kalau penelitian itu berkaitan dengan topik yang sensitif, dan

para partisipan tidak mau berpartisipasi seandainya mereka sadar akan topik penelitiannya?

Isu seperti ini, penginformasian tentang tujuan penelitian, dibicarakan secara luas dalam

antropologi budaya, dan anda cukup mengacu kepadanya dengan jalan mengutarakan secara

umum informasi tentang penelitan anda dan bukan secara rinci atau detail. Pembohongan

juga merupakan isu dalam penelitian observasi. Para pakar dan peneliti mengajukan berbagai

pendapat, mulai dari oposisi keras sampai dengan penerimaan secara penuh, berkenaan

dengan apakah itu etis melakukan observasi secara terselubung (Patton, 2002). Asosiasi-

asosiasi profesional dan lembaga-lemabaga pemberi izin berhati-hati dan skeptis sekali

tentang pemberian izin terhadap observasi yang terselubung ini. Contoh-contoh yang

mencolok mata tentang praktek-praktek terselubung seperti ini pada masa-masa lalu

mengingatkan kita tentang pentingnya petunjuk-petunjuk etika ini. Contoh, Stanley Milgram

melakukan eksperimen di mana dia minta para partisipannya menerapkan shock treatment

(yang sebenarnya fiktif) kepada individu-individu untuk menilai kepatuhan kepada atasan.

Para peneliti meneliti anak-anak sekolah di Massachusetts yang diberikan sarapan pagi

dengan cereal yang diperkaya oleh isotop radioaktif, dan para peneliti mengetes pemberian

obat-obatan baru kepada narapidana di Philadelphia (Patton, 2002). Ini hanya sekedar contoh

di mana praktek-praktek terselubung digunakan, dan dewasa ini praktek-praktek semacam ini

tidak diizinkan lagi dalam penelitian. Disamping itu, terutama populasi yang rentan (anak-

anak, individu-individu yang dipenjarakan, orang-orang berkulit berwarna, mereka-mereka

yang berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah, dan mereka-mereka yang tingkat

pendidikannnya terbatas) merupakan populasi yang beresiko tinggi dan secara cermat dikaji

untuk bisa diizinkan sebagai partisipan oleh institutional review boards (badan pengkajian

dan pemberi izin). Permintaan para peneliti untuk mendapatkan informasi akan ditentukan

oleh pembatasan-pembatasan yang tepat dari sisi etika dengan tujuan untuk memberikan

proteksi kepada para partisipan.

155

Isu lain yang cenderung berkembang adalah apakah anda sebaiknya berbagi

pengalaman dengan para partisipan pada suatu seting wawancara, seperti misalnya ketika,

selama berlangsung penelitian tentang tingkah laku merokok para remaja siswa SMA, si

peneliti mengaku sulitnya perjuangan untuk berhenti merokok. Apakah si peneliti bersifat

“naif” dan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan partisipan yang sedang ia

teliti? Hal ini menjadi masalah besar apabila partisipan yang kita teliti terlibat dalam tingkah

laku yang berbahaya dan salah. Sejalan dengan ini, maka perlu rasanya didefenisikan secara

jelas peranan kita sebagai peneliti (bukan sebagai seorang terapist yang memberikan nasehat

atau seorang hakim yang sedang menilai sebuah perkara) karena hubungan pribadi yang

mendalam bisa jadi terbina melalui proses penelitian kualitatif (Patton, 2002). Pembatas

barangkali harus dibangun dengan jalan mendefenisikan hubungan kepenelitian bagi si

peneliti dan bagi si partisipan dan menentukan hubungan itu akan berakhir ketika proyek

penelitian berakhir.(Hatch, 2002). Informasi yang saling bertentangan juga mnimbulkan

masalah.Seharusnya, setelah sekian lama, wawancara atau observasi yang dilakukan

berulang kali, akan menghasilkan pandangan tentang pola dan akhirnya melahirkan temuan

yang kurang kontradiktif. Tentu saja, melaporkan temuan yang kontradiktif bisa jadi

merefleksikan situasi seakurat mungkin seperti yang ditemui pada beberapa penelitian

kualitatif.

Isu lain yang cenderung timbul berkaitan dengan situs penelitian adalah apakah anda

akan mengganggu individu-individu atau kelompok pada situs penelitian (misalnya

menyebabkan jadwal pendidikan jasmani dipadatkan karena adanya observasi). Anda

mungkin saja menyebabkan perubahan yang tak diharapkan dan permanen karena kehadiran

anda, seperti berpihak pada saat ada wawancara kelompok terfokus atau membuka nama-

nama orang selama pada saat wawancara melalui e-mail. Anda mungkin saja berbuat kurang

pantas yang menyebabkan timbulnya kesan yang buruk terhadap semua peneliti (misalnya

berprilaku kasar kepada penjaga gedung (sekuriti) atau gagal memainkan peranan sebagai

tamu pada situs penelitian.

Para partisipan sebenarnya “memberi” banyak ketika mereka memutuskan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian kualitatif, sering membuka pengalaman hidup dan

kehidupan pribadinya. Bagaimana sebaiknya para peneliti menghargai para partisipan atas

pandangan dan waktu yang telah mereka berikan? Apakah insentif ini berpengaruh terhadap

respon dan partisipasi dalam penelitian kualitatif? Para peneliti boleh jadi telah berupaya

memberikan penghargaan, walaupun kecil, atas partisipasi mereka. Pembayaran boleh jadi

dilakukan secara tunai atau boleh jadi dalam bentuk-bentuk lain seperti sertifikat atau kupon

156

atau hal-hal yang berkaitan dengan penelitian seperti transkrip, publikasi, kopian pita-pita

rekaman audio atau video.

Proses wawancara boleh jadi juga menimbulkan masalah dari sisi etika. Para

partisipan, pada saat wawancara, boleh jadi memberikan informasi yang sensitif dan secara

potensial bisa menyusahkan mereka. Para peneliti kualitatif hendaklah menyadari akan

potensi adanya kegoncangan emosi mereka pada saat memberikan informasi seperti ini. Sesi-

sesi debriefing (di mana para peneliti berdiskusi tentang apa-apa yang dirasakan dan dialami)

dan kelompok-kelompok pembantu bisa jadi akan bermanfaat membuat para peneliti

menyesuaikan dengan informasi yang diperoleh dari wawancara.

Kerahsiaan para partisipan merupakan hal yang paling penting. Tradisi penelitian

dewasa ini mewajibkan kita akan perlunya kehidupan dan pengalaman para partisipan

diungkapkan, akan tetapi data-data indivdu (pribadi) harus dirahsiakan. Atau apakah identitas

mereka harus juga dirahsiakan? Gelombang baru dalam praketk penelitian muncul di mana

para partisipan berkolaborasi dengan para peneliti unuk mengisahkan cerita mereka sendiri

(Patton, 2002). Dalam penelitian ini, para partisipan bisa bertindak sebagai co-researcher

(pembantu peneliti) yang membantu membangun dan mengesahkan keakuratan penelitian.

Dalam kasus-kasus seperti ini, para partisipan bisa juga mencantumkan nama mereka sendiri

ketimbang nama samaran. Apabila para partisipan memilih untuk menggunakan nama

mereka sendiri dan setelah mempertimbangkan secara matang konsekuensinya, bisa si

peneliti (atau pemberi izin penelitian) mewajibkan pembantu peneliti merahsiakan identitas

mereka? Dengan demikian, ada beberapa dilema tentang etika ini yang muncul yang boleh

jadi bertentangan dengan petunjuk etika yang dewasa ini berlaku. Para peneliti hendaklah

pandai-pandai memelihara standar etika sementara mengakomodasi secara tepat

perkembangan dalam praktek-praktek penelitian dewasa ini.

TINJAUAN ULANG ATAS STUDI KASUS “GUNMAN”

Mari kita gunakan studi kasus “gunman incident” untuk mengilustrasikan

langkah-langkah yang digunakan dalam proses pengumpulan data kualitatif (Asmussen &

Creswell, 1995). Pada bahagian “Reserach Study” (paragraf 11), para peneliti mengutarakan

langkah-langkah yang digunakan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dari

pengelola universitas dan badan pemberi izin. Berbeda dari penelitian tentang kekerasan

dalam televisi, para peneliti mengumpulkan informasi dari sejumlah kecil sumber dan tidak

menggunakan instrumen yang mengukur variabel. Mereka mengembangkan petunjuk

wawancara sendiri untuk menghimpun reaksi. Mengajukan lima buah pertanyaan saja dalam

157

wawancara, para peneliti memberi kesempatan kepada para partisipan untuk berbagi

pendapat atau pandangan. Mereka merekam data pada protokol wawancara, instrumen

perekam data yang dirancang sendiri oleh para peneliti (paragaf 11).

Mereka juga mengungkapkan bahwa mereka menjamin bahwa mereka tidak akan

terlibat dalam melakukan investigasi terhadap insiden bersenjata tersebut atau dalam

pemberian terapi terhadap para mahasiswa (paragraf 11). Singkatnya, prosedur pengumplan

data mereka—mengumpulkan data dari sedikit orang, dengan menggunakan pertanyaan-

pertanyaan yang bersifat umum, merekam data-data pada protokol mereka sendiri, dan

mengumpulkan data secara etis—memperlihatkan langkah-langkah yang diikuti dalam proses

pengumpulan data kualitatif.

158

159