· web viewcrude palm oil) yang menjadi salah satu komoditi ekspor terbesar dari indonesia....
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis) merupakan tanaman dengan banyak manfaat.
Tanaman ini menjadi bahan baku dalam industri penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Produk andalannya adalah CPO (Crude
Palm Oil) yang menjadi salah satu komoditi ekspor terbesar dari Indonesia. Selain
menghasilkan minyak goreng sebagai bahan pangan, proses industri minyak
kelapa sawit juga memiliki manfaat lain sebagai berikut:
a. Sebagai bahan bakar alternatif Biodisel
b. Sebagai nutrisi pakanan ternak (cangkang hasil pengolahan)
c. Sebagai bahan pupuk kompos (cangkang hasil pengolahan)
d. Sebagai bahan dasar industri lainnya (industri sabun, industri kosmetik,
industri
e. makanan)
f. Sebagai obat karena kandungan minyak nabati berprospek tinggi
g. Sebagai bahan pembuat particle board (batang dang pelepah).
Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa,
dan Sulawesi. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti
sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak
kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong
pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa
sawit. (Departemen Perindustrian, 2007).
Komoditas kelapa sawit salah satu komoditas perkebunan yang merupakan
kontributor penerimaan devisa negara yang dapat diandalkan Hal ini dapat dilihat
dari nilai ekspor produk kelapa sawit dan turunannya mencapai US$ 11,61 milyar
naik 17,75% atau US$ 2,5 milyar pada tahun sebelumnya, demikian juga dengan
volume sebanyak 21,2 ton CPO meningkat 14,23% dari tahun sebelumnya.
Menurut data dari BPS, diperkirakan ekspor produk kelapa sawit dan turunannya
akan terus mengalami kenaikan baik volume maupun nilainya, dapat di lihat pada
Tabel 1. Tujuan Negara ekspor minyak sawit antara lain : China, Belanda, India,
Malaysia, Amerika, Italia, Jerman dan lainnya. (Yanuar, 2011)
Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Kelapa Sawit Tahun 2006 sd 2010
Sumber: Badan Pusat Statistik
Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar
di dunia, luas areal dan produksi kelapa sawit berdasarkan publikasi dari data
statistik Ditjen Perkebunan adalah seluas 8,04 juta ha dengan produksi 19,76 juta
ton CPO pada tahun 2010 yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesian,
penyebaran paling banyak adalah di daerah Sumatera diperkirakan seluas 5,29
Juta hektar. Perkebunan Besar milik swasta masih dominan debanding dengan
perkebunan milik rakyat maupun Negara, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status Pengusahaannya 2006 s.d
2011
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dalam era sistem informasi masa kini, perusahaan perkebunan banyak
menggunakan teknologi informasi dalam memperlancar usaha serta meningkatkan
efisiensi dan efektifitas bisnis. Salah satu teknologi yang banyak dimanfaatkan
adalah ERP (Enterprise Resource Planning). ERP sangat berguna untuk
mengintegrasikan proses produksi dan distribusi sehingga dapat memberikan nilai
tambah bagi konsumen.
Masalah-masalah kecil yang berdampak besar bagi perusahaan pun kerap
terjadi, misalnya pihak manajemen yang melakukan transaksi penjualan tanpa
mengetahui persis jumlah CPO yang tersedia di pabrik mereka. Belum lagi
kebocoran yang terjadi di lapangan tidak dapat terkontrol oleh pihak manajemen.
“Tanpa pengawasan yang terintegrasi, losses di lapangan bisa mencapai 8%,”
tegas Yudi. (Simandjuntak, 2007)
Solusi dari permasalah ini adalah menerapkan ERP yang memantau setiap
proses bisnis yang berlangsung di industri kelapa sawit dari hulu ke hilir, Dengan
aplikasi ini, perusahaan dapat mengintegrasikan dan mengontrol setiap proses
bisnis yang berlangsung, mulai dari perkebunan, pabrik pangolahan, kantor
cabang, dan kantor pusat. Perusahaan juga dapat menghitung setiap aktivitas yang
dilakukan, membandingkan kondisi sebelum dan keadaan sesudah sebuah
aktivitas dilaksanakan. (Simanjuntak, 2007).
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan
Enterprise Resource Planning dalam budidaya kelapa sawit.
1.3 Manfaat penulisan
Tulisan ini diharapkan memberi manfaat bagi berbagai pihak:
a. Manfaat bagi pembaca adalah menambah wawasan mengenai penggunaan
teknologi informasi, khususnya ERP, dalam mengembangkan usaha
perkebunan kelapa sawit.
b. Manfaat bagi penulis adalah mengetahui penerapan ERP dalam
perkebunan kelapa sawit dan mengetahui manfaat yang dapat diperoleh
dari penerapan ERP tersebut.
c. Manfaat bagi pengusaha perkebunan kelapa sawit adalah memperoleh
informasi mengenai penerapan ERP yang dapat membantu
mengembangkan bisnis perkebunan kelapa sawit.
d. Manfaat bagi pemerintah adalah membantu mengembangkan usaha
perkebunan kelapa sawit sehingga dapat meningkatkan ekspor kelapa
sawit ke luar negeri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi dan Teknologi Informasi dalam Perusahaan
Sistem adalah suatu perangkat dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Menurut W.
Geral Cole (Baridwan, 1991) prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan
kerani (clerical), biasanya melibatkan bebrapa orang dalam suatu bagian atau
lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan seragam terhadap transaksi-
transaksi pemisahan yang sering terjadi. Menurut Steven (Baridwan, 1991) sistem
adalah suatu kesatuan (entity) yang terdiri dari bagian-bagian (disebut sub sistem)
yang saling berkaitan dengan tujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Sistem informasi juga dapat diartikan sebagai suatu pengaturan orang, data,
proses, presentasi informasi dan teknologi informasi yang saling berinteraksi
untuk mendukung dan meningkatkan operasi sehari-hari dalam bisnis dan
mendukung kebutuhan pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dari
manajer dan pemakai.
Sistem informasi dan teknologi memegang peranan yang penting dalam
proses bisnis.Sistem informasi dan Teknologi informasi digunakan semaksimal
mungkin untuk mendukung proses bisnis sehingga menjadi lebih efektif dan
efisien.
Ada tiga tujuan diterapkannya sistem informasi dalam perusahaan yaitu :
a. Untuk mengambil dan menyimpan data tentang aktivitas bisnis dan
transaksi perusahaan dengan efektif dan efisien.
b. Untuk menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan.
c. Untuk melakukan control agar data-data disimpan dan diproses dengan
akurat.
2.2 Pengertian ERP
O’ Brien (2011) menyatakan bahwa
“Enterprise resource planning (ERP) is a cross-functional enterprise system
that integrates and automates many of the internal business processes of a
company, particularly those within the manufacturing, logistics, distribution,
accounting, finance, and human resource functions of the business.”
ERP merupakan sistem lintas fungsional perusahaan yang berguna untuk
mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses bisnis internal perusahaan, yakni
meliputi manufaktur, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan, dan fungsi sumber
daya manusia. Menurut Brady (2001), ERP adalah sebuah sistem yang membantu
untuk mengatur proses bisnis seperti marketing, produksi, pembelian, dan
accounting dalam suatu kesatuan yang terintegrasi. Berdasarkan definisi di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa ERP merupakan suatu sistem pendukung
proses bisnis guna mengintegrasikan data yang ada.
ERP berfungsi sebagai tulang punggung vital dalam sistem informasi
perusahaan. ERP membantu perusahaan mencapai efisiensi, kecepatan dan
response yang diperlukan untuk sukses dalam lingkungan bisnis yang dinamik.
Software ERP terdiri dari modul-modul terintegrasi yang memberikan pandangan
lintas fungsional bagi proses-proses bisnis utama perusahaan, antara lain
produksi, pemrosesan pesanan, dan penjualan. Selain itu ERP juga mencakup
sumber daya antara lain uang tunai, bahan baku, kapasitas produksi, dan sumber
daya manusia.
Akan tetapi, mengimplementasikan sistem ERP secara tepat adala proses
yang sulit dan membutuhkan biaya besar yang telah mengakibatkan masalah
serius dan kehilangan keuntungan bagi beberapa perusahaan. Mereka menganggap
enteng perencanaan, pengembangan, serta pelatihan yang dibutuhkan untuk
mendesain kembali proses bisnis mereka agar dapat mengakomodasi sistem ERP
yang baru.
Seiring perkembangan software ERP, kini telah tersedia modul-modul yang
dapat dihubungkan dengan Web. Selain itu juga tersedia software E-business siap
pakai. Hal ini telah membuat ERP lebih fleksibel dan user friendly serta
memudahkan komunikasi dengan partner-partner bisnis. (O’Brien, 2011)
Syarat terpenting dari sistem ERP adalah Integrasi. Integrasi yang dimaksud
adalah menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software dalam satu logical
database, sehingga memudahkan semua departemen berbagi informasi dan
berkomunikasi. Database yang ada dapat mengijinkan setiap departemen dalam
perusahaan untuk menyimpan dan mengambil informasi secara real-time.
Informasi tersebut harus dapat dipercaya, dapat diakses dan mudah
disebarluaskan. (Poernomo, 2011)
2.3 Keuntungan dan kerugian ERP
Tentang keuntungan sistem ERP bagi perusahaan, terdapat persepsi umum
yang mungkin belum tepat, yaitu bahwa implementasi sistem ERP akan
meningkatkan fungsionalitas perusahaan dengan cepat. Tercapainya harapan yang
tinggi berupa penghematan biaya dan peningkatan layanan, sangat bergantung
pada seberapa jauh kita memilih sistem ERP yang sesuai dengan fungsionalitas
perusahaan dan seberapa optimal kita melakukan modifikasi dan konfigurasi
ulang atas proses-proses yang ada pada sistem agar sesuai dengan kultur bisnis,
strategi, dan struktur perusahaan.
Adapun beberapa keuntungan dari penggunaan sistem informasi terpadu
dalam konsep ERP ini antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
a. ERP menawarkan sistem terintegrasi di dalam perusahaan, sehingga
proses dan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih efektif
dan efisien.
b. ERP juga memungkinkan melakukan integrasi secara global. Halangan
yang tadinya berupa perbedaan valuta mata uang, perbedaan bahasa, dan
perbedaan budaya, dapat dijembatani secara otomatis, sehingga data dapat
diintegrasikan.
c. ERP tidak hanya memadukan data dan orang, tetapi juga menghilangkan
kebutuhan pemutakhiran dan koreksi data pada banyak sistem komputer
yang terpisah.
d. ERP memungkinkan manajemen mengelola operasi, tidak hanya sekedar
memonitor saja. Dengan ERP, manajemen tidak hanya mampu untuk
menjawab pertanyaan ’Bagaimana keadaan kita ?’; tetapi juga mampu
menjawab pertanyaan ’Apa yang kita kerjakan untuk menjadi lebih
baik ?’.
e. ERP membantu melancarkan pelaksanaan manajemen supply chain
dengan kemampuan memadukannya.
Secara keseluruhan sistem ERP diharapkan dapat meningkatkan tulang
punggung fungsionalitas, baik pada bagian operasional maupun antarmuka
dengan konsumen secara simultan. Untuk mencapai keuntungan tersebut,
perusahaan harus melakukan serangkaian proses dan usaha, beberapa diantaranya
dapat mendatangkan masalah, sehingga sering dianggap sebagai salah satu risiko
yang harus ditanggung ketika implementasi ERP. (Islamiyah, 2009)
2.4 Tujuan Dan Peranan ERP Dalam Organisasi
Tujuan sistem ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi
secara keseluruhan. ERP merupakan software yang ada dalam
organisasi/perusahaan untuk:
a. Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis
b. Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise
c. Menghasilkan informasi yang real-time
d. Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan
implementasi
Sumber: Poernomo, 2011.
Gambar 1: Konsep Dasar ERP
2.5 Implementasi ERP
Implementasi sistem ERP tergantung pada ukuran bisnis, ruang lingkup
dari perubahan dan peran serta pelanggan. Dalam hal ini, Perusahaan akan
membutuhkan jasa konsultasi, kustomisasi dan jasa pendukung. Migrasi data
adalah salah satu aktifitas terpenting dalam menentukan kesuksesan dari
implementasi ERP.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Perkebunan Kelapa Sawit
3.1.1 Sejarah Kelapa Sawit
Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili
palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak
kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika
barat di antara Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika,
Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24
meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil
dan apabila masak,berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging
dan kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan
minyak goreng, sabun,dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak,
khususnya sebagai salahsatu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya
digunakan sebagai bahan bakardan arang.
Urutan dari turunan Kelapa Sawit:
Kingdom : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Jenis : Elaeis
Spesies : E. Guineensis
3.1.2 Perkembangbiakan Kelapa Sawit
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang
pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)
dan bakal akar (radikula).
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya
kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit
yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur
mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar‐besar dan kandungan
minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang
namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera
adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul
sebab melengkapi kekurangan masing‐masing induk dengan sifat cangkang buah
tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase
daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya
dapat mencapai 28%. (Tim Penyusun, 2007)
3.1.3 Hasil Kelapa Sawit
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah
menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah
harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi.
Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur
90°C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan
cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan
cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan
ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan
ternak dan difermentasikan menjadi kompos. (Tim Penyusun, 2007)
3.1.4 Perkembangan Industri Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan salah satu sumber penghasil devisa non migas bagi
indonesia. Pemerintah Indonesia memacu pengembangan areal perkebunan kelapa
sawit demi mendorong produksi ekspor CPO.
Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak
lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,
terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk
pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan
wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta.
3.1.5 Lahan Produksi Industri Kelapa Sawit di Indonesia
Lahan produksi kelapa sawit di Indonesia tersebar di pulau Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, serta Papua. Tanaman kelapa sawit membutuhkan
suhu cukup tinggi sehingga banyak perkebunan kelapa sawit banyak terdapat di
dataran rendah dan di daerah pesisir pantai. Penyebaran perkebunan kelapa sawit
dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber: BKPM
Gambar 2: Peta Wilayah Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit
3.2 Penerapan ERP Dalam Perkebunan Kelapa Sawit
Terdapat banyak software ERP yang dapat diaplikasikan dalam industri
perkebunan kelapa sawit, antara lain SAP WCS Plantation, Oracle JD Edwards
Grower Management, serta ADem Sawit dari Adempiere. Masing-masing
software ini dikembangkan dengan basis pemrograman yang berbeda.
3.2.1 Software SAP dalam Industri Kelapa Sawit
Software SAP yang diaplikasikan untuk industri kelapa sawit adalah WCS
Plantation. Salah satu perusahaan di Indonesia yang mengimplementasikan
program ERP ini adalah PT Triputra Agro Persada. Solusi WCS Plantation
merupakan solusi khusus bagi industri perkebunan yang merupakan
pengembangan dari solusi inti SAP Enterprise Resources Planning (ERP) dengan
penambahan WCS Vertical Solution. Gabungan kedua solusi ini mampu
memberikan keunggulan yang dapat diintegrasikan seluruh sistem dalam proses
bisnis perkebunan dari site project hingga back office.
SAP ERP merupakan solusi yang mendukung fungsi proses bisnis dan
efisiensi operasional perusahaan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan khusus
bagi berbagai macam industri. Kehadiran WCS Vertical Solution terdiri dari
modul Estate Management yang digunakan untuk menangani kegiatan agronomi
& perkebunan, serta modul Checkroll yang digunakan untuk mengakomodir
penggajian dari Buruh Lepas Harian (BHL) yang ada di kebun.
Solusi SAP WCS Plantation dapat digunakan untuk mendukung operasional
kebun, mill maupun proses finansial dan pembelian baik di site maupun di kantor
pusat. Dalam sistem ini akan diimplementasikan solusi SAP ERP ECC 6.0 dengan
beberapa modul, yang mencakup modul Finance (FI), Controlling (CO), Material
Management (MM), Sales & Distribution (SD), Production (PP); dan WCS
Vertical Solution yang meliputi modul Estate Management & Checkroll. PT
Triputra Agro Persada mengharapkan implementasi berjalan sukses dan
direncanakan Go Live pada kuartal ke 4 tahun 2012. (Yono, 2012)
3.2.2 Software JD Edwards Grower Management
Software JD Edwards Grower Management merupakan software ERP untuk
perkebunan kelapa sawit dengan basis Oracle. Perusahaan yang pertama kali
mengimplementasikan JD Edwards Grower Management adalah PT Agro
Indomas di bawah naungan Goodhope Asia Holdings Ltd. yang merupakan induk
perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Malaysia dan Indonesia.
Software JD Edwards Grower Management memungkinkan perusahaan
untuk menangkap rincian dan atribut penting terkait blok tanah yang dikelola.
Sistem akan memberikan informasi mengenai beragam kegiatan yang dilakukan
sepanjang siklus pertumbuhan, mulai dari rencana pra-tanam sampai data
mengenai perawatan umum. Software ini menyederhanakan teknologi informasi
dan pelaporan melalui sebuah aplikasi enterprise yang terintegrasi.
Penggunaan solusi Oracle di perusahaan perkebunan Indonesia
sesungguhnya dipicu oleh kesuksesan sang induk perusahaan, Goodhope,
menggunakan Oracle E-Business Suite Financials, Oracle Inventory Management,
dan Oracle Purchasing di anak perusahaannya di Sri Lanka. Goodhope akan
mengimplementasikan Oracle E-Business Suite Human Capital Management dan
Oracle Payroll di operasional perkebunannya di Sri Lanka, Indonesia dan
Malaysia. (Juwono, 2011).
3.2.3 Software ADem Sawit dari Adempiere
Adempiere, adalah proyek yang diprakarsai komunitas untuk
mengembangkan dan mendukung solusi bisnis sumber terbuka dengan
menyedikan fungsionalitas sebuah enterprice resource planning (ERP), customer
relationship management (CRM), dan suplay chain managemnet (SCM). Proyek
ADempiere didirikan bulan September 2006 sebagai tindak lanjut ketidak
sepakatan para pengembang compiere dengan perusahaan komersil dibelakangnya
: Compiere inc. Pengembang proyek ADempiere adalah murni open source
menggunakan kode basis seputar proyek compiere (Anonim 2, 2012)
Software ERP untuk perkebunan kelapa sawit dari Adempiere bernama
ADemSAWIT. AdemSawit adalah ADempiere yang sudah diconfigurasi dan
dimodifikasi sehingga bisa memenuhi kebutuhan ERP di lingkungan industri
perkebunan Kelapa sawit. Istilah ADemSAWIT ini sendiri muncul secara tidak
sengaja dimana bagi orang orang perkebunan ternyata sangat sulit untuk
mengingat kata "ADempiere", dan setelah diperhalus menjadi AdemSawit
ternyata dapat langsung diingat. Dengan ADemSAWIT, perusahaan perkebunan
bisa merasakan seolah olah menggunakan aplikasi ERP yang memang khusus
dirancang untuk perkebunan Kelapa sawit.
Pada dasarnya secara umum, proses bisnis di industri perkebunan kelapa
sawit adalah sama dengan bisnis di bidang lainnya, terutama untuk proses di
backoffice seperti purchasing, sales, inventory, accounting, dll. Hal yang
membedakan adalah adanya kebutuhan untuk mendukung operasional kebun
dimana hal ini belum tersedia secara langsung di Adempiere. Untuk itulah
diperlukan configurasi khusus serta beberapa modifikasi terhadap Adempiere agar
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 3: Tampilan Software ADemSAWIT
Berikut merupakan modul-modul yang tersedia dalam ADemSAWIT :
a. Purchasing
Di industri perkebunan, biasanya satu kantor akan menangani beberapa
Estate (sebutan untuk suatu area lokasi perkebunan), dimana kebutuhan barang
akan dipenuhi oleh kantor pusat/cabang tersebut. Pada cara konvensional atau cara
manual, dari Estate akan menerbitkan SPP (Surat Permintaan Pembelian) yang
setelah di setujui oleh kepala kebun, akan di Fax ke Kantor pusat/cabang bagian
Purchasing, untuk selanjutnya di lakukan proses pembelian barang.
Di Adempiere, pihak kebun bisa langsung memasukkan permintaan
pembelian melalui Requisition, dimana selanjutnya permintaan pembelian ini akan
menunggu approval dari kantor pusat, apabila disetujui maka akan di convert
menjadi PO, dilanjutkan dengan material receipt, invoicing dan payment.
b. Sales
Penjualan di industri Kelapa sawit umumnya tidak terlampau sulit, karena
produk yang dijual umumnya hanya 1 product yaitu CPO. Sehingga bisa
dikatakan hampir tidak ada issue di area penjualan, karena prosedurnya cukup
standard. Hanya saja yang perlu sedikit diperhatikan bahwa adanya penjualan
dengan prepay order (pembayaran dimuka).
c. Pembibitan
Pembibitan pada dasarnya seperti proses produksi di pabrik, hanya saja
disini waktu produksinya lebih lama yaitu 1(satu) tahun dengan komponen
komponen biaya yang dimasukkan tiap bulan. Proses pembibitan diawali dengan
Pembelian Kecambah, untuk dirawat hingga siap tanam umur 12 bulan, dimana
setiap bulan dilakukan perawatan sesuai standard prosedur perawatan bibit yang
bisa memerlukan material/produk, serta biaya biaya yang harus dicatat setiap
bulannya.
d. TBM dan TM
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 4: Tampilan TBM dan TM
Transaksi pada area TBM merupakan catatan aktivitas dan material yang
digunakan selama merawat kebun TBM, ini bisa berupa tenaga kerja, material
(pupuk, pestisida, bahan kimia, dll), resource (mesin, kendaraan), dan lain lain.
Catatan kegiatan di di tulis didalam Buku Harian Mandor. Di adempiere, catatan
kegiatan dari Buku Harian mandor ini bisa di input sehingga sistem bisa langsung
menghitung, berapa banyak biaya yang sudah dikeluarkan untuk merawat suatu
area kebun.
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 5: Tampilan Transaksi Harian Mandor
Transaksi di area TM, pada dasarnya serupa dengan TBM, hanya saja disini
ada transaksi tambahan berupa perhitungan panenan. Perhitungan panen di setiap
perusahaan memiliki formula yang berbeda beda yang mengacu kepada peraturan
dan policy perusahaan.
e. Accounting
Yang menarik dari penggunaan ADempiere di indutri perkebunan adalah
kita bisa mendapatkan laporan accounting, tanpa harus menginput ulang transaksi
ke dalam software Accounting seperti yang banyak dilakukan oleh perusahaan
perkebunan saat ini. Dan memang ini adalah kelebihan dari aplikasi ERP.
Penggunaan Adempiere di perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan
effisiensi pada proses bisnis perusahaan perkebunan. Meskipun ADempiere
aslinya memang tidak dirancang secara khusus untuk industri perkebunan, akan
tetapi dengan sedikit kreativitas serta penyesuaian disana sini Adempiere bisa di
implementasikan dengan baik. Dimana dalam hal ini juga menuntut perusahaan
perkebunan untuk lebih flexibel dan bersedia beradaptasi dengan fasilitas dan fitur
yang ada di Adempiere. (Santosa, 2009).
3.2.4 Implementasi lebih mendalam software ERP ADemSAWIT dalam
perkebunan kelapa sawit
3.2.4.1 Pemeliharaan Bibit (Nursery)
Proses pembuatan bibit kelapa sawit diawali dengan kecambah (bisa
membeli dari vendor atau membuat sendiri) untuk kemudian di rawat setiap bulan
hingga menjadi bibit siap tanam usia 12 bulan.
Proses ini bisa diawali dengan pembelian kecambah, kemudian
dikelompokkan dalam lot per lot , dimana tiap lot akan di identifikasi tanggal
tanam, jumlah bibit, jumlah bibit yang jadi. Tidak semua bibit akan menjadi bibit
siap tanam, karena dalam perjalanannya, akan ada sebagian bibit yang akhirnya di
buang karena mati, rusak atau kualitas tidak memenuhi standard. ADemSawit
akan mencatat ini semua, beserta biaya biaya material, resource, dan lain lain yang
dibutuhkan, sehingga pada akhirnya bisa dihasilkan laporan akuntansi untuk divisi
pembibitan ini, dimana bisa diketahui total biaya yang dikeluarkan untuk masing
masing lot.
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 6: Proses Pembibitan
3.2.4.2 Proses Pembelian Barang (Purchasing)
Seperti sudah di bahas sebelumnya, Di Industri perkebunan, biasanya satu
kantor akan menangani beberapa Estate (sebutan untuk suatu area lokasi
perkebunan), dimana kebutuhan barang barang tertentu akan dipenuhi oleh kantor
pusat/cabang tersebut. Pada cara konvensional atau cara manual, dari Estate akan
menerbitkan SPP (Surat Permintaan Pembelian) yang setelah di setujui oleh
kepala kebun, akan di Fax ke Kantor pusat/cabang bagian Purchasing, untuk
selanjutnya di lakukan proses pembelian barang. Proses ini di Adempiere bisa
diakomodasi seperti diagram berikut:
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 7: Proses Purchasing
Di Adempiere, pihak kebun bisa langsung memasukkan permintaan
pembelian melalui Requisition, dimana selanjutnya permintaan pembelian ini
akan menunggu approval dari kantor pusat, apabila disetujui maka akan di convert
menjadi PO, dilanjutkan dengan material receipt, invoicing dan payment.
Selain hal diatas, proses approval dari Penerbitan PO juga bisa dilakukan
secara berjenjang dan secara online. Sebagai contoh, untuk pembelian barang
dengan nilai PO sampai dengan Rp. 5000.000,- (lima Juta Rupiah) cukup di
approve oleh manager kebun, selanjutnya untuk pembelian hingga Rp
25.000.000,- bisa dilakukan oleh Direktur, dan untuk nilai diatasnya harus
disetujui oleh Presiden Direktur di kantor pusat, dan seterusnya.
Proses pengiriman PO juga bisa di integrasikan dengan email dimana PO
bisa langsung dikirim sebagai attachment dalam format PDF, serta bisa di lakukan
pengarsipan dalam format PDF dan anda bisa memanggilnya sewaktu waktu, ini
jauh lebih effisien dibanding anda harus menyimpan berlembar lembar dokumen
PO secara manual.
Untuk memudahkan proses approval, ADemSawit juga menyediakan proses
notifikasi sehingga orang yang berwenang (yang memberikan approval) ketika
login ke sistem bisa tau bahwa ada dokumen yang menunggu approval darinya.
Di beberapa perusahaan perkebunan ada yang menerapkan RFQ (Request
For Quotation) untuk pembelian barang barang tertentu, hal ini juga bisa
diakomodasi di ADempiere, karena tersedianya fitur ini. Untuk item tersebut
harus dibuatkan RFQ terlebih dahulu, menginput respon dari tiap vendor, serta
terakhir menerbitkan PO Untuk Vendor yang dipilih.
Selain hal tersebut diatas, sisanya adalah hal hal yang umum yang biasa
dihadapai dalam proses pembelian, seperti satu pricelist untuk satu vendor, receipt
material secara partial, dll dimana hal ini bisa dilakukan di ADempiere.
Berikut ini beberapa Snapshot Permintaan Pembelian :
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 8: Proses Permintaan Pembelian
Permintaan Pembelian tidak bisa diproses lebih lanjut sebelum mendapatkan
Approval.
Gambar 9: Proses menunggu approval
Permintaan Pembelian yang sudah di approve bisa di proses menjadi purcahse
Order.
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 10: Pemrosesan menjadi Purchase Order
Hal hal diatas membuat Purchasing di Adempiere (atau ADemSawit)
mampu mengakomodasi kebutuhan kebutuhan pembelian barang di Perkebunan.
3.2.4.3 Perawatan Kebun TBM & TM
Inti dari operasional perkebunan Kelapa sawit adalah di kebun TBM dan
TM, dimana disini kebun akan dikelompokkan berdasarkan blok blok, dimana
masih masing akan memiliki kode Blok kebun. Untuk tiap tiap blok akan
dilakukan aktivitas kegiatan sesuai agenda dan jadwal untuk masing masing blok.
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 11: Snapshot TBM & TM
Di AdemSawit, semua Aktivitas dan Transaksi (material dan resource) yang
dilakukan di tiap blok kebun ini akan di input di window Transaksi Harian
Mandor, dimana datanya bisa diambil dari Buku Harian Mandor.
a. Transaksi Kebun TBM
Transaksi pada area TBM merupakan catatan aktivitas dan material yang
digunakan selama merawat kebun TBM, ini bisa berupa tenaga kerja, material
(pupuk, pestisida, bahan kimia, dll), resource (mesin, kendaraan), dan lain lain.
Catatan kegiatan di di tulis didalam Buku Harian Mandor. Di adempiere, catatan
kegiatan dari Buku Harian mandor ini bisa di input sehingga sistem bisa langsung
menghitung, berapa banyak biaya yang sudah dikeluarkan untuk merawat suatu
area kebun
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 12: Transaksi Harian Mandor Kebun TBM
b. Transaksi Kebun TM
Transaksi di area TM, pada dasarnya serupa dengan TBM, hanya saja disini
ada transaksi tambahan berupa perhitungan panenan.Perhitungan panen di setiap
perusahaan memiliki formula yang berbeda beda yang mengacu kepada peraturan
dan policy perusahaan.
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 13: Transaksi Harian Mandor TM
Semua transaksi dapat dicatat dimana pada akhir periode kita bisa
mendapatkan laportan akunting, total biaya, biaya per blok dan per Ha kebun, dll.
3.2.4.4 Fitur Fitur ADemSawit
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 14: Login pada AdemSawit
ADempiere merupakan aplikasi ERP sudah memiliki modal fitur yang
sangat lengkap dan sudah terbukti berhasil di implementasikan di banyak bidang
industri. Namun fitur fitur dasar Adempiere tentu belum cukup untuk bisa
digunakan mengakomodasi seluruh kebutuhan industri perkebunan. Untuk itu
diperlukan beberapa tambahan modul dan fitur agar dapat mengakomodasi
kebutuhan industri perkebunan kelapa sawit secara maksimal.
1. Modul PENGADAAN
Modul Pengadaan barang terdiri dari beberapa fitur sebagai berikut:
a. Permintaan Barang (dengan approval online)
Mencatat permintaan barang dari blok/afdeling/estate serta menyampaikan
ke kantor pusat untuk di approve/disetujui secara online.
b. Generate Permintaan barang menjadi PO
Permintaan barang yang sudah di approve, bisa di generate menjadi PO
dan bisa dikelompokkan berdasarkan supplier dan lain lain.
c. Prosedur Lelang online
Prosedur untuk melakukan pelelangan terhadap pengadaan barang kepada
para supplier yang diikutsertakan pada kegiatan lelang, penawaran bisa
dilakukan secara online melalui web sehingga lebih effisien.
d. Purchase Order
Purchase Order digunakan untuk mencatat pembelian yang dilakukan
kepada Supplier, proses ini akan menghasilkan dokumen PO yang bisa
dikirim ke supplier secara hardcopy atau secara online via email dalam
bentuk PDF.
e. Penerimaan barang
Penerimaan barang dari satu PO dapat dilakukan sekaligus ataupun secara
parsial, shingga memudahkan proses penerimaan.
f. Pencatatan AP (invoice) Supplier
Proses ini digunakan untuk mencatan tagihan dari Supplier dan
mengakuinya sebagai hutang.
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 15: Pencatatan Invoice Supplier
2.Modul PENJUALAN
Modul penjualan memiliki fitur fitur sebagai berikut:
a. Quotation
Membuat surat penawaran
b. Sales Order
Membuat surat penjualan (Sales order)
c. Shipment/pengiriman barang
Pengiriman barang berdasarkan Sales Order, dilengkapi DO/surat jalan dll.
d. Mendukung Multi Price list, Multi Currency, sales commision dll
3.Modul MATERIAL MANAGEMENT
a. Mendukung Multi Gudang
Mendukung multigudang serta mendukung sistem lokasi penyimpanan
barang sehingga memudahkan proses penyimpanan barang dalam jumlah
banyak (misal spareparts).
b. Mendukung Multi Satuan
Mendukung semua satuan dan mendukung konversi seperti pcs menjadi
dosin, pack, dst
c. Transaksi mutasi antar gudang
Mendukung transaksi antar gudang
d. Fitur Stok Opname (Physical Inventory)
Fitur Stok Opnamebisa di generate per gudang atau locator (lokasi
gudang) untuk memudahkan proses penghitungan.
e. Fitur pembebanan (dari persediaan menjadi biaya)
Memudahkan proses penggunaan material dan melakukan konversi dari
account persediaan menjadi biaya
.
4.Modul Finance & Accounting
a. Account Payable (AP)
Mencatat mulai dari pengakuan hutang kepada supplier/vendor,
penjadwalan pembayaran hingga proses pembayaran.
b. Account Receivable (AR)
Mencatat mulai dari pengakuan piutang kepada customer, pencetakan
aging report serta proses penerimaan pembayaran.
c. Bank Statement
Mencatat account, balance serta transaksi AP/AR dari masing masing
account bank.
d. General Ledger (GL)
Modul general Ledger digunakan untuk transaksi jurnal pada financial
account sesuak kebutuhan prosedur akuntansi.
e. Cash journal
Modul cash journal digunakan untuk merawat transaksi kas/tunai
5.Estate Management
a. Pre-Nursery & Nursery Management
Memanage dan mencatat biaya yang dikeluarkan untuk merawat tanaman
mulai dari kecambah, bibit usia 1 bulan, 3 bulan dst. Dimana hasil
akhirnya bisa diketahui berapa cost yang sudah diskeluarkan untuk masing
masing bibit.
Laporan : Total/parsial operasional cost, Laporan HPP
b. Activity Management
Mencatat semua aktivitas dan kegiatan di kebun beserta bahan dan biaya
yang digunakan, hasil akhirnya dapat diketahui total biaya per ha kebun,
serta total biaya per Ton panenan.
Setiap kebun akan dibuatkan RKB/RKT (Rencan kerja Bulanan/Rencana
Kerja tahunan) dimana ini akan menjadi acuan budget bulanan/tahunan
untuk tiap blok. Dimanan nantinya dapat di bandingkan dengan realisasi/
aktual budget yang dikeluarkan (sesungguhnya)
Laporan: Budget per blok/divisi/estate , Realisasi perblok/divisi/estate
c. Vehicle & Machine Running Account
Mencatat seluruh kegiatan kendaraan serta mesin dimana biayanya akan
dialokasikan kepada masing masing aktivitas dalam rangka untuk
memonitor biaya operasional kendaraan dan mesin/alat berat.
d. Workshop Running Account
Mencatat seluruh kegiatan berupa jam kerja, material dan jasa yang
digunakan, dan progress pekerjaan dalam rangka untuk memonitor biaya
operasional workshop.
6.MILLS MANAGEMENT
a. Weight bridge
Mencatat data yang masuk dari mesin timbang untuk digunakan sebagai
data penerimaan TBS. (dalam pengembangan)
b. Product Storage Reading
Mencatat jumlah stok terakhir dari CPO storage berdasarkan hasil analisa
suara(sound) yang akan di konversi menjadi Kilo menggunakan table tanki
dan suhu. (dalam pengembangan)
c. Harian Laboratorium
Laporan harian dari laboratorium dari analisa tandan buah segar dari estate
atau laporan pemrosesan dari Mill. (dalam pengembangan)
d. Penerimaan TBS
Mencatat penerimaan tandan buah segar dari Estate
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 16: Pencatatan penerimaan tandan buah segar
7.PLANTATION BUDGET
a. Field Budget
Field Budget adalah budget berdasarkan Rencan Kerja Tahunan dari blok
yang bersangkutan.
b. Oil-Palm Production Budget
Produksi CPO dan Kernel adalah Berdasarkan kapasitas mesin produksi
serta berdasarkan penerimaan tandan buah segar dari estate maupun
pembelian.
c. Vehicle Budget
Forcast alokasi biaya kendaraan dan alat berat meliputi gaji, bahan bakar,
dan aktivitas vehicle dan alat berat yang bersangkutan.
d. Workshop Budget
Forecast alokasi biaya workshop meliputi gaji, bahan bakar, dan aktivitas
workshop yang bersangkutan.
8.PLANTATION PAYROLL
Aplikasi payroll yang diturunkan dari standard penggajian perkebunan.
Mencatat perhitungan gaji, adjustment, pajak pph21, tunjangan, dan
potongan berdasarkan pada policy perusahaan. Terintegrasi dengan modul
financial accounting. (dalam pengembangan).
9.LAND MANAGEMENT
Untuk mencatat kondisi aktual kebun seperti topography, jenis tanah, type
area, dan lai lain termasuk sertifikasi dokumen.
Sumber: Santosa, 2009
Gambar 17: Land Management
10. INFRATRUCTURE & BUILDING MANAGEMENT
Merawat operasional infrasturktur dan bangunan seperti: gedung, jalan,
jembatan, parit, dll
11. PROJECT MANAGEMENT
Untuk merawat aktivitas project dan progress nya baik fisikal maupun
financial progress.
3.2.5 Tantangan dalam penerapan ERP
Tantangan terbesar penerapan ERP di industri-industri kelapa sawit di
Indonesia terletak pada “kesadaran” pelaku industri ini bahwa mereka
membutuhkan peningkatan efi siensi dan efektivitas dalam setiap proses bisnis
yang berlangsung.
Sebagai perbandinga, di Malaysia semua industri kelapa sawit telah
memanfaatkan IT. Mereka mendapat sokongan penuh dari pemerintah Malaysia
yang membangunkan infrastruktur komunikasi di wilayah-wilayah perkebunan
dan pengolahan kelapa sawit. “Walaupun dari luas areal lahan dan produksi CPO
Indonesia melampaui Malaysia, namun dari segi keuntungan, Malaysia masih jauh
di atas Indonesia,” kata Yudi. Perusahaan juga harus mempersiapkan perangkat -
perangkat yang dibutuhkan untuk menunjang aplikasi ini. Perangkat yang
palingkritikal, selain penyiapan SDM yang melek IT, adalah jaringan komunikasi
data. VSAT merupakan solusi jaringan komunikasi data bagi lokasi perkebunan
dan kantor cabang yangbiasanya terletak jauh dari kota dan belum terjangkau
jaringan komunikasi terrestrial.
Selain memanfaatkan VSAT sebagai pendukung aplikasi ERP, perkebunan
dapat menggunakannya untuk percakapan VoIP, videoconference, video
surveillance, dan lain-lain. Sementara itu, untuk site-site yang hanya
menggunakan aplikasi transaksional, yang tidak membutuhkan bandwidth yang
besar, dapat menggunakan jaringan VPN Ezy dengan berbagai pilihan akses yang
tersedia. (Setyadiwicaksono, 2011)
Menurut Nurcahyo (2012), Ada beberapa tantangan utama untuk bisa
mengimplementasikan ERP secara sukses:
a. It’s a lot of work
Mengimplementasikan ERP sebagai sebuah proses pengambilan keputusan
baru merupakan pekerjaan besar yang melibatkan sangat banyak orang di seluruh
perusahaan, termasuk general management. Seluruh perusahaan harus belajar
bagaimana menangani demand dan supply dengan cara baru. Kecepatan aliran
informasi dengan Enterprise Software (ES) disatukan dengan pendekatan ERP
akan menimbulkan pergeseran besar dalam cara berpikir perusahaan. Ini artinya
pekerjaan yang banyak.
b. It’s a do-it-yourself project
Implementasi yang berhasil harus dilakukan secara internal. Dengan kata
lain, seluruh pekerjaan yang terlibat harus dikerjakan oleh orang-orang di
perusahaan itu sendiri. Tanggung jawab tidak bisa diberikan kepada orang luar,
seperti konsultan atau supplier software. Tidak akan berhasil. Konsultan memiliki
peran memberikan pengetahuannya, tapi hanya orang-orang di dalam perusahaan
yang tahu benar segala sesuatu di perusahaannya, dan memiliki otoritas untuk
merubah segala sesuatu.
Jika tanggung jawab implementasi dipisahkan dari tanggung jawab
operasional, maka siapa yang harus bertanggung jawab atas hasil? Jika hasil tidak
ada, maka implementer akan menuduh pengguna yang tidak menjalankannya
secara benar, sementara user akan menuduh implementer yang tidak
mengimplementasikan secara benar. Jadi sebuah prinsip kunci dari implementasi
adalah:
IMPLEMENTERS = USERS
c. It’s not priority number one
Masalahnya, orang-orang yang harus melakukannya telah sangat sibuk
dengan prioritas utama mereka, yaitu menjalankan bisnis. Semua aktifitas lain
tentu harus berada dibawahnya, karena jika tidak maka bisnis tidak berjalan.
Implementasi ERP tidak bisa menjadi prioritas nomor satu, tapi harus memiliki
prioritas yang sangat tinggi, misalnya nomor dua.
d. It’s people-intensive
ERP seringkali disalah-artikan sebagai sistem computer. Tidak benar. ERP
adalah sistem manusia yang dibuat mungkin oleh software dan hardware
computer.
e. It requires top management leadership and participation
Jika tujuannya adalah untuk menjalankan bisnis yang lebih baik, maka
general manager dan staf harus terlibat karena mereka sendirilah yang memiliki
pengaruh nyata atas bagaimana bisnis harus dikelola. Perubahan yang dibuat pada
tingkat yang lebih rendah dalam organisasi tidak akan banyak memberikan
manfaat.
f. It involves virtually every department within the company
Tidak cukup hanya departemen manufaktur, logistik atau material yang ikut
serta. Hampir semua departemen dalam perusahaan harus terlibat dalam
menerapkan ERP, seperti pemasaran, teknik, penjualan, keuangan, dan sumber
daya manusia.
g. It requires people to do their jobs differently
Sebagian besar perusahaan yang menerapkan ERP harus menjalani
perubahan besar dalam perilaku. ERP membutuhkan seperangkat nilai-nilai baru.
Banyak hal-hal yang harus dilakukan berbeda, dan ini adalah jenis transformasi
yang tidak mudah untuk dicapai.
Banyak orang mengasumsikan bahwa perubahan besar perangkat lunak
seperti ES cukup untuk mencapai hasil yang besar. Sebenarnya, sistem ini hanya
menggerakkan informasi lebih cepat dan lebih dalam di perusahaan. Jika proses
pekerjaan aktual tidak berubah, maka kemudian informasi yang buruk akan
bergerak lebih cepat dan dengan momentum yang berbahaya bagi seluruh
perusahaan.
Para pengguna berpengalaman mengatakan bahwa menerapkan ERP lebih
sulit daripada membangun sebuah pabrik baru, memperkenalkan produk baru,
atau memasuki pasar yang sepenuhnya baru. Disinilah letak tantangannya.
Kabar baiknya, telah ada jalan untuk memenuhi tantangan ini.
Mengimplementasikan ERP secara sukses, telah menjadi hal yang dapat
dipastikan – jika dijalankan secara benar. ERP tidak pernah gagal, jika
diimplementasikan secara benar.
3.2.6 Mengatasi Tantangan dalam Penerapan ERP
Untuk mengatasi tantangan dalam penerapan ERP dibutuhkan sebuah jadwal
implementasi yang agresif, terfokus pada perolehan manfaat maksimum dalam
waktu minimum. Sebuah pertanyaan muncul : “Berapa lama yang dibutuhkan
untuk mengimplementasikan seluruh fungsi ERP di seluruh perusahaan, mulai
dari awal hingga akhir?“
Pertama-tama, sangat sulit untuk mengimplementasikan ERP di seluruh
perusahaan dalam waktu kurang dari satu tahun. Mengapa? Karena begitu banyak
pekerjaan yang harus dilakukan, dan lebih lagi, pekerjaan ini bukan prioritas
utama. Namun, untuk perusahaan skala kecil atau sedang, jika memakan waktu
lebih dari 2 tahun, maka pasti ada hal yang salah. Dalam waktu 2 tahun, akan
semakin sulit untuk menjaga intensitas, antusiasme, dan dedikasi yang
dibutuhkan. Dunia berubah terlalu cepat.
Jadi secara umum, waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 18 bulan. Mungkin ada
sebagian orang yang menganggap waktu 18 bulan terlalu agresif atau ambisius.
Tentu tidak. Ini sebabnya:
a. Intensitas dan Antusiasme
Karena ERP harus diimplementasikan oleh orang-orang yang juga
menjalankan bisnis, maka prioritas utama mereka adalah menjalankan bisnis, yang
merupakan tugas full-time juga. Jadi tanggung jawab implementasi ini akan
mengharuskan mereka bekerja lebih banyak dan lebih lama.
Dengan proyek yang terlalu panjang, maka orang-orang ini akan menjadi
berkecil hati. Hasilnya tidak terlihat, terlalu jauh di masa depan. Namun, dengan
jadwal yang agresif, maka orang-orang ini akan dapat melihat kemajuannya sejak
awal. Mereka bisa mengharapkan peningkatan dalam waktu yang cukup singkat.
b. Prioritas
Hampir tidak mungkin bagi ERP untuk dapat memegang prioritas tinggi
selama 3-4 tahun. Jika prioritas makin turun, begitu juga peluang untuk sukses.
Pendekatan yang paling baik adalah menetapkan ERP sebagai prioritas yang
sangat tinggi, mengimplementasikannya secara cepat dan sukses, kemudian
meraih keuntungan darinya.
c. Perubahan tidak terduga
Perubahan ini mungkin terjadi dalam 2 bentuk: pergantian orang atau
perubahan lingkungan kerja. Masing-masing menjadi ancaman bagi kesuksesan
proyek ERP.
Pergantian orang jelas sekali memberikan dampak besar. Orang baru belum
tentu memiliki pemahaman yang sama. Implementasi yang sedang separuh jalan
bisa terancam rusak dengan pergantian kebijakan atau pengambilan keputusan
yang berbeda.
Perubahan lingkungan bisa saja berupa peningkatan tajam dalam bisnis
(“Kami terlalu sibuk untuk ERP”), atau penurunan tajam dalam bisnis (“Kami
tidak dapat lagi mendukung ERP”). Begitu juga regulasi pemerintah, tekanan
persaingan, dll.
Keduanya mungkin terjadi dalam rentang waktu yang singkat, apalagi
dalam periode yang panjang.
d. Jadwal Selip
Dalam proyek besar seperti implementasi ERP, sangat mudah terjadi jadwal
selip. Dalam banyak kasus, jadwal yang ketat dan agresif akan lebih jarang selip
daripada jadwal yang longgar dan tidak agresif.
e. Keuntungan / Manfaat
Mengambil waktu yang lebih lama dari yang diperlukan, akan mengurangi
keuntungan. Biaya lost-opportunity untuk keterlambatan satu bulan, umumnya
adalah sebesar $100.000. Bayangkan kerugian yang terjadi jika terjadi penundaan
selama satu tahun. (Nurcahyo, 2012)
3.2.7 Manfaat PenerapanSistem ERP
Menurut Poernomo (2011), penerapan sistem ERP memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Menawarkan sistem terintegrasi didalam perusahaan, sehingga proses dan
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.
b.Memungkinkan melakukan integrasi secara global.
c. Menghilangkan kebutuhan pemutakhiran dan koreksi data seperti yang
terjadi pada sistem yang terpisah.
d.Memungkinkan manajemen mengelola operasi dan tidak memonitor saja
dan lebih mampu menjawab semua pertanyaan yang ada.
e. Membantu melancarkan pelaksanaan manajemen rantai pasok sert
memadukannya.
f. Memfasilitasi hubungan komunikasi secara internal dan eksternal dalam dan
luar organisasi.
g.Dapat menurunkan kesenjangan antara pemrograman dengan cara
perawatan sistem yang sah.
h. Dapat menurunkan kompleksitas aplikasi dan teknologi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penerapan ERP dalam Industri kelapa sawit dapat menggunakan berbagai
software yang tersedia, antara lain software WCS Plantation, Software JD
Edwards Grower Management, dan software ADemSAWIT. Masing-masing
software dikembangkan dengan menggunakan basis program yang berbeda.
Tantangan dalam penerapan ERP dalam industri perkebunan kelapa sawit
antara lain adalah harus melibatkan hampir semua pekerja dalam perusahaan serta
diperlukan strategi implementasi yang agresif.
Manfaat yang diperoleh dengan penerapan ERP dalam industri perkebunan
kelapa sawit antara lain adalah menawarkan sistem terintegrasi dalam perusahaan
sehingga sehingga proses dan
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien,
serta membantu melancarkan pelaksanaan manajemen rantai pasok serta
memadukannya
4.2 Saran
Penggunaan ERP memberi peluang untuk meningkatkan efisiensi serta
efektifitas usaha dalam industri perkebunan kelapa sawit. Akan tetapi, penerapan
ERP harus dilakukan dengan strategi yang tepat agar dapat menghasilkan
keuntungan. Sebaiknya perusahaan-perusahaan industri perkebunan kelapa sawit
di Indonesia mulai membuka wawasan untuk dapat mengimplementasikan
software-software ERP dalam rangka meningkatkan proses bisnis mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Alphamedia Consulting’s Blog. http://blog.alphamedia.co.id/2009/12/ademsawit-adempiere-untuk-kebun-kelapa.html . [16 September 2012].
Anonim. 2012. Komoditi Kelapa Sawit. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/ . [16 September 2012].
Baridwan, Zaki. 1991. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua. BPFE: Yogyakarta.
Brady, Monk, Wagner. 2001. Concepts in Enterprise Resource Planning, Course Technology. Thomson Learning.
Islamiya, Shofawaty Nur. 2009. Analisis dan Implementasi Modul Voucher Financial Management Pada Open ERP. Universitas Gunadarma: Depok.
Juwono, Wiwiek. 2011. Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Terapkan Solusi ERP Oracle. http://www.tabloidpcplus.com/2011/05/berita-teknologi/perkebunan-kelapa-sawit-indonesia-terapkan-solusi-erp-oracle/ . [16 September 2012].
Nurcahyo, Widyat. 2012. Tantangan Implementasi ERP. http://widyatnurcahyo.wordpress.com/2011/05/17/tantangan-implementasi-erp/. [16 September 2012].
O’Brien & Marakas. 2011. Management Information System Tenth Edition. New York. Mc.Graw-Hill Companies.
Poernomo, Yoeda Hari. 2011. E-Business : Enterprise Resource Palnning (ERP). STMIK AMIKOM: Yogyakarta.
Santosa, A.B. 2009. ADemSAWIT, ADempiere Untuk Kebun Kelapa Sawit. http://www.ademsawit.com/2009/12/ademsawit-adempiere-untuk-kebun-kelapa.html .[16 September 2012].
Setyadiwicaksono, T. W. 2011. Studi Pustaka dan Kasus Penerapan ERP dalam Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia serta Beberapa Perusahaan Agribisnis. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Simanjuntak, Sutan. 2007. Meningkatkan Produktivitas Industri Perkebunan Dan Pengolahan Kelapa Sawit Dengan IT. http://sutan.simandjuntak.com/?p=267. [15 September 2012].
Tim Penyusun. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Departemen Perindustrian: Jakarta.
Yanuar. 2011. Ekspor Produk Kelapa Sawit Terus Naik. http://ditjenbun.deptan.go.id/ . [15 September 2012].
Yono, Yossie. 2012. Triputra Agro Persada Luncurkan Implementasi WCS Plantation Berbasis SAP. http://chip.co.id/news/read/2012/05/01/2158424/Triputra.Agro.Persada.Luncurkan.Implementasi.WCS.Plantation.berbasis.SAP . [16 September 2012].