· web viewbab ii. perkembangan inflasi daerah. inflasi banten pada triwulan iii-2015 mencapai...

27
BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy). Turunnya inflasi di triwulan ini disebabkan koreksi harga kelompok Volatile Foods yang berlanjut selama bulan Juli hingga September 2015 seperti bawang merah, aneka cabai dan daging ayam ras. Selain itu, inflasi juga diredam oleh penurunan tarif listrik, bensin (pertamax) dan bahan bakar rumah tangga pada kelompok Administered Price. Meskipun demikian, inflasi dari kelompok inflasi inti masih meningkat dengan kenaikan tarif rumah sakit, biaya pendidikan dan makanan jadi. Secara spasial, Kota Serang masih mengalami inflasi yang lebih tinggi dari kota sampel inflasi lainnya yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Inflasi Kota Serang pada triwulan ini sebesar 8,34% (yoy), sementara Kota Tangerang dan Kota Cilegon mengalami inflasi masing-masing sebesar 8,11%(yoy) dan 8,08%(yoy). 2.1. KONDISI UMUM Tingkat inflasi Provinsi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), turun dari triwulan II-2015 yaitu 8,91%. Turunnya kelompok Volatile Foods 1 dan Administered Price 2 pada triwulan III-2015 berhasil meredam inflasi ke tingkat yang lebih rendah. Faktor domestik berupa musim panen di triwulan III-2015 memberikan dampak pada turunnya harga bumbu- bumbuan dari kelompok Volatile Foods. Selain itu, faktor eksternal berupa pelemahan harga komoditas energi secara global berpengaruh kepada penurunan harga bensin pertamax, gas dan tarif listrik. Meskipun demikian, secara spasial inflasi Provinsi Banten masih berada di atas nasional dan tertinggi di Pulau Jawa. Deviasi inflasi antara 1 Volatile Foods adalah kategori bahan makanan yang harganya berfluktuasi. 2 Administered Prices adalah kategori barang yang harganya mengacu kepada ketetapan pemerintah.

Upload: dangdat

Post on 25-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy). Turunnya inflasi di triwulan ini disebabkan koreksi harga kelompok Volatile Foods yang berlanjut selama bulan Juli hingga September 2015 seperti bawang merah, aneka cabai dan daging ayam ras. Selain itu, inflasi juga diredam oleh penurunan tarif listrik, bensin (pertamax) dan bahan bakar rumah tangga pada kelompok Administered Price. Meskipun demikian, inflasi dari kelompok inflasi inti masih meningkat dengan kenaikan tarif rumah sakit, biaya pendidikan dan makanan jadi.

Secara spasial, Kota Serang masih mengalami inflasi yang lebih tinggi dari kota sampel inflasi lainnya yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Inflasi Kota Serang pada triwulan ini sebesar 8,34% (yoy), sementara Kota Tangerang dan Kota Cilegon mengalami inflasi masing-masing sebesar 8,11%(yoy) dan 8,08%(yoy).

2.1. KONDISI UMUMTingkat inflasi Provinsi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), turun dari triwulan II-2015 yaitu 8,91%. Turunnya kelompok Volatile Foods1 dan Administered Price2 pada triwulan III-2015 berhasil meredam inflasi ke tingkat yang lebih rendah. Faktor domestik berupa musim panen di triwulan III-2015 memberikan dampak pada turunnya harga bumbu-bumbuan dari kelompok Volatile Foods. Selain itu, faktor eksternal berupa pelemahan harga komoditas energi secara global berpengaruh kepada penurunan harga bensin pertamax, gas dan tarif listrik. Meskipun demikian, secara spasial inflasi Provinsi Banten masih berada di atas nasional dan tertinggi di Pulau Jawa. Deviasi inflasi antara Provinsi Banten dengan provinsi lainnya didorong oleh kenaikan inflasi komponen volatile foods dan core sehingga tingkat inflasi Banten menjadi semakin tinggi. Dengan kata lain, harga bahan makanan di Provinsi Banten relatif lebih mahal dibandingkan dengan Provinsi 1 Volatile Foods adalah kategori bahan makanan yang harganya berfluktuasi.2 Administered Prices adalah kategori barang yang harganya mengacu kepada ketetapan pemerintah.

Page 2:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

lain di Pulau Jawa. Inflasi core3 Provinsi Banten secara historis juga berada pada posisi tertinggi se-Jawa yang disebabkan terutama oleh tingginya harga sewa rumah dan harga makanan jadi.

3 Core adalah kategori barang dan jasa yang merupakan komponen inti yang dikonsumsi masyarakat.

Page 3:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

Grafik II.1. Inflasi per Provinsi di Pulau Jawa (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Grafik II.2. Inflasi Core per Provinsi (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Grafik II.3. Inflasi Volatile Foods Per Provinsi (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Grafik II.4. Inflasi Administered price per Provinsi

Sumber : BPS, diolah

2.2. INFLASI BULANAN (% month to month)Rata-rata inflasi bulanan Provinsi Banten selama triwulan III-2015 mencapai 0,28% (mtm), sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata pada triwulan III-2014 yaitu 0,19% (mtm). Tingkat konsumsi masyarakat pada triwulan III-2015 cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2014 yang disebabkan meningkatnya konsumsi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha serta pergantian tahun ajaran sekolah. Meskipun demikian, koreksi harga bahan makanan pada bulan Agustus dan September 2015 dapat meredam laju inflasi setelah sebelumnya pada bulan Juli 2015 naik tajam pada momen hari raya Idul Fitri.

Pada periode laporan terdapat kenaikan inflasi cukup signifikan pada kelompok kesehatan; dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Komoditas tarif kesehatan yang mengalami kenaikan harga yaitu tarif rumah sakit dan jasa dokter spesialis. Selain itu, pada triwulan III-2015 juga bertepatan dengan tahun ajaran baru sekolah yaitu di bulan Juli 2015.

Page 4:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

Tabel II.1. Inflasi Bulanan Triwulan III-2015

Kelompok BarangTw III - 2014 Tw III - 2015

Juli Ags Sep Rata-rata Juli Ags Sep Rata

-rataUmum 0.2

5 0.27 0.05 0.19 0.83 0.72 (0.08) 0.49

Bahan Makanan 0.23 0.26 0.29 0.26 2.08 0.23 (1.48

) 0.2

8Makanan Jadi, Rokok & Tembakau

0.12 0.20 0.15 0.16 0.60 0.45 0.43 1.4

8Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

0.04 0.04 0.02 0.03 0.07 0.02 0.09 0.1

7Sandang 0.0

2 0.02 0.03 0.02 (0.07)

(0.32) 0.48 0.0

9Kesehatan 0.0

1 0.10 0.04 0.05 0.65 5.83 0.75 7.23

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.12 0.02 (0.0

9) 0.02 0.23 2.57 0.66 3.46

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan

0.25 0.27 0.05 0.19 1.12 0.22 0.10 1.4

4Sumber : BPS, diolah

Grafik II.5. Inflasi Bulanan per Kelompok Barang (%mtm)

Sumber: BPS, diolah

Grafik II.6. Andil Inflasi Bulanan Kelompok Barang (%mtm)

Sumber : BPS, diolah

2.2.1. Inflasi Bulan Juli 2015 (%month to month)

Provinsi Banten pada bulan Juli 2015 mengalami inflasi sebesar 0,83% (mtm). Inflasi tersebut secara bulanan lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan Juni 2015 yang tercatat 0,60% (mtm). Adapun andil masing-masing komponen yang mendorong naiknya inflasi bulan Juli 2015 adalah volatile food sebesar 0,41%, administered price sebesar 0,26% dan core sebesar 0,01%. Dari ketiga komponen tersebut, hanya

Page 5:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

komponen core yang lebih rendah inflasinya jika dibandingkan dengan bulan Juni 2015.Komoditas yang memberikan andil inflasi pada bulan Juli 2015 mayoritas merupakan kebutuhan menjelang Hari Raya Idul Fitri seperti bahan makanan dan angkutan publik. Komoditas pada komponen volatile foods yang mendorong inflasi paling besar adalah daging ayam ras dengan inflasi 15,43% (mtm). Komoditas bawang merah masih tercatat mengalami koreksi harga sehingga terjadi deflasi hingga 11,51%(mtm). Pada komponen administered price yang memberikan andil inflasi terbesar adalah angkutan antar kota dengan inflasi sebesar 14,09% (mtm), sementara pada komponen core yang memberikan andil inflasi terbesar adalah sepatu anak dengan inflasi sebesar 29,24% (mtm).

Grafik II.7. Tingkat Inflasi dan Andil per Sub Kelompok Barang Juli 2013-2015

Sumber : BPS, diolah

KOMODITAS INFLASI ANDIL

DAGING AYAM RAS 15,43 0,30ANGKUTAN ANTAR KOTA 14,09 0,12ANGKUTAN UDARA 22,67 0,08ROKOK KRETEK 3,98 0,06

KOMODITAS DEFLASI ANDIL

BAWANG MERAH (11,51) (0,08)BANDENG/BOLU (4,14) (0,02)

TARIF JALAN TOL (13,65) (0,02)

CUMI-CUMI (4,30) (0,01)Tabel II.2. Tingkat Inflasi dan Andil per Sub Kelompok Barang Juli 2013-2015

Sumber : BPS, diolah

Secara umum, komponen core di bulan Juli 2015 memiliki inflasi yang sangat rendah di tengah konsumsi yang secara historis mengalami kenaikan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Hal ini merupakan dampak dari membaiknya ekspektasi inflasi selain dari dampak melambatnya ekonomi yang diduga menahan konsumsi masyarakat. Di sisi lain, kelompok sandang yang mengalami deflasi menunjukkan bahwa konsumsi sandang dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri tidak setinggi pola historisnya.

2.2.2. Inflasi Bulan Agustus 2015 (%month to month)

Provinsi Banten pada bulan Agustus 2015 mengalami inflasi sebesar 0,72% (mtm). Inflasi tersebut secara bulanan lebih rendah dibandingkan inflasi bulan Juli 2015 yang tercatat 0,83% (mtm). Adapun komponen yang memberikan andil inflasi terbesar bulan ini adalah komponen core 0,64%, diikuti volatile foods 0,05% dan

Page 6:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

administered price 0,04%. Dari ketiga komponen tersebut, hanya inflasi komponen core yang meningkat dibandingan bulan Juli 2015.Kelompok yang memberikan andil inflasi pada bulan Agustus 2015 terbesar adalah kelompok pendidikan dan kesehatan. Komoditas komponen core yang memberikan andil inflasi terbesar adalah tarif rumah sakit (13,46%mtm) dan biaya pendidikan, termasuk di dalamnya biaya bimbingan belajar dan buku pelajaran. Pada komponen volatile foods, komoditas dengan andil inflasi terbesar adalah cabai merah dengan inflasi 11,63% (mtm). Di sisi lain harga bawang merah masih mengalami deflasi terbesar hingga -23,42%(mtm). Sementara itu tarif angkutan antar kota turun sebesar -0,66%(mtm), jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan tarif menjelang Idul Fitri sebesar 14,09%(mtm).

Grafik II.8. Tingkat Inflasi dan Andil bulanan per Sub Kelompok Barang Agustus 2013-2015

Sumber : BPS, diolah

KOMODITAS INFLASI ANDIL

TARIP RUMAH SAKIT 13,46 0,21BIMBINGAN BELAJAR 34,48 0,14CABAI MERAH 11,63 0,11BAWANG PUTIH 15,45 0,06KOMODITAS DEFLASI ANDILBAWANG MERAH (23,42) (0.10)MINYAK GORENG (1,44) (0.02)AIR KEMASAN (1,40) (0.01)BERAS (0,31) (0.01)

Tabel II.3. Tingkat Inflasi dan Andil per Sub Kelompok Barang Agustus 2013-2015

Sumber : BPS, diolah

2.2.3. Inflasi Bulan September 2015 (% month to month)

Provinsi Banten pada bulan September 2015 mengalami deflasi sebesar -0,08% (mtm) setelah sebelumnya inflasi sebesar 0,72%(mtm) pada bulan Agustus 2015. Deflasi pada bulan September 2015 adalah yang terendah dibandingkan rata-rata inflasi historis September sejak tahun 2011 hingga 2014 yaitu 0,02%(mtm). Deflasi bulan September 2015 terutama disebabkan oleh deflasi kelompok volatile foods yang mencapai -1,53%(mtm). Penurunan harga bahan makanan disebabkan melimpahnya pasokan untuk daging ayam ras, bawang merah, cabai merah dan minyak goreng. Peningkatan konsumsi masyarakat pada momen Hari Raya Idul Adha di bulan September 2015 ini dapat diimbangi dengan tercukupinya pasokan bahan makanan.

Sementara itu kelompok core memberikan andil inflasi sebesar 0,07%(mtm), lebih rendah dibandingkan bulan lalu yang dipengaruhi oleh penurunan harga sandang

Page 7:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

wanita. Demikian pula dengan kelompok administered price yang memberikan andil inflasi sebesar 0,42%(mtm), juga lebih rendah dibandingkan bulan lalu yang dipengaruhi oleh penurunan harga bensin (pertamax), LPG 12 kg dan tarif listrik.

Grafik II.9. Tingkat Inflasi dan Andil per Sub Kelompok Barang Septmber 2013-2015

Sumber : BPS, diolah

KOMODITAS INFLASI ANDIL

SEWA RUMAH 1,25 0,07TERI 12,22 0,02MAKANAN RINGAN 5,09 0,02KUE BASAH 8,61 0,02

KOMODITAS DEFLASI ANDILDAGING AYAM RAS (9,73) (0,21)BAWANG MERAH (12,47) (0,05)MINYAK GORENG (2,78) (0,03)CABAI MERAH (2,11) (0,02)Tabel II.4. Tingkat Inflasi dan Andil per Sub Kelompok Barang Septmber 2013-

2015Sumber : BPS, diolah

2.3. INFLASI TRIWULANAN (quarter to quarter)Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan III-2015 mengalami inflasi sebesar 1,47%(qtq), lebih rendah dari inflasi triwulan II-2015 sebesar 2,05% (qtq). Lebih kecilnya inflasi pada periode laporan terutama disebabkan oleh lebih kecilnya peningkatan harga di semua kelompok barang/jasa kecuali kelompok kesehatan dan pendidikan, rekreasi dan olahraga.

Tabel II.5. Inflasi Triwulanan (%qtq) Triwulan III-2015

Deskripsi2014 2015

III Andil IV And

il I Andil II Andil III And

ilUmum 2,1

92,1

8 4,9

5 4,9

5(0,5

6) (0,5

6)2,0

42,0

41,4

71,4

7Bahan Makanan 2,7

20,5

8 7,5

9 1,6

5(1,9

7) (0,4

2)3,7

80,8

20,8

30,1

9Mamin, Rokok & Tembakau 4,1

10,7

8 3,1

4 0,6

1 1,5

4 0,30 2,72

0,53

1,48

0,29

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB

2,08

0,47

2,96

0,66

1,69 0,38 0,7

50,1

70,1

70,0

4Sandang 2,1

00,1

0 1,2

4 0,0

6 0,5

2 0,03 0,85

0,04

0,09

0,00

Kesehatan 1,18

0,06

1,36

0,07

2,32 0,13 0,9

60,0

57,2

30,4

1Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

1,68

0,15

0,48

0,04

1,76 0,15 0,2

70,0

23,4

60,3

0Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan

0,28

0,05

10,81

1,95

(6,19)

(1,07)

2,52

0,44

1,44

0,25

Sumber : BPS, diolah

Secara umum, inflasi pada kelompok bahan makanan pada triwulan III-2015 yaitu 0,83%(qtq) jauh lebih kecil dari sebelumnya 3,78%(qtq) pada triwulan II-2015. Beberapa komoditas yang mengalami koreksi harga dari triwulan II-2015 antara lain

Page 8:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

daging, ikan segar, telur dan susu, buah-buahan dan bumbu-bumbuan. Demikian juga dengan makanan jadi, inflasi yang terjadi lebih kecil dibandingkan triwulan lalu. Harga minuman tidak beralkohol turun cukup jauh yaitu dari 3,60%(qtq) menjadi 0,52%(qtq) akibat penurunan harga gula pasir setelah pemerintah mengeluarkan kembali ijin impor untuk triwulan III 2015. Sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami penurunan harga akibat pengaruh basis harga di triwulan II-2015 sudah mengalami kenaikan harga PPN rokok sehingga laju inflasi di triwulan III-2015 tidak setinggi triwulan sebelumnya.

Grafik. II.10. Inflasi (qtq)sub kelompok-Bahan Makanan

Sumber : BPS, diolah

Grafik. II.11. Inflasi (qtq) sub kelompok- Makanan Jadi, Minuman,

dan TembakauSumber : BPS, diolah

Pada kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar, tingkat inflasi untuk sub kelompok bahan bakar dan penerangan melemah akibat penurunan harga LPG 12 kg dan tarif listrik. Hal tersebut menyebabkan perubahan harga relatif kecil pada triwulan III-2015 yaitu 0,03%(qtq). Demikian juga dengan inflasi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga cenderung kecil karena kenaikan upah pembantu rumah tangga telah terjadi pada triwulan II-2015. Sementara itu komponen sandang wanita pada triwulan III-2015 mengalami deflasi sebesar -0,95%(qtq).

Grafik II.12. Inflasi (qtq) sub kelompok- Perumahan, Listrik, Air,

Grafik II.13. Inflasi (qtq) sub kelompok- Sandang

Page 9:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

Gas dan Bahan BakarSumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

Kelompok kesehatan dan pendidikan pada triwulan III-2015 mengalami inflasi yang cukup tinggi terutama untuk jasa kesehatan, termasuk di antaranya kenaikan tarif rumah sakit mencapai 9,85%(qtq). Sedangkan untuk jasa perawatan jasmani yang pada triwulan III-2015 meningkat hingga 29,61%(qtq) akibat kenaikan harga tarif perawatan rambut dan jasa salon lainnya. Kelompok jasa pendidikan dan kursus juga mengalami kenaikan harga bertepatan dengan tahun ajaran baru sekolah. Sedangkan untuk biaya olahraga yang mengalami inflasi hingga 22,30%(qtq) disebabkan oleh naiknya tarif sewa lapangan golf dan pakaian olahraga. Kelompok transportasi masih mengalami inflasi yaitu 1,89%(qtq) akibat kenaikan harga angkutan udara dan angkutan antar kota (bus) menjelang hari Raya Idul Fitri. Meskipun demikian, apabila dibandingkan triwulan II-2015, tingkat harga bensin (pertamax), solar dan bahan pelumas/oli jauh lebih murah.

Grafik II.14. Inflasi (qtq) sub kelompok- Pendidikan & Kesehatan

Sumber : BPS, diolah

Grafik II.15. Inflasi (qtq) sub kelompok- Transportasi, Komunikasi dan Jasa

KeuanganSumber : BPS, diolah

2.4. INFLASI TAHUNAN (year on year)Secara tahunan, inflasi Provinsi Banten pada triwulan II-2015 sebesar 8,14%(yoy). Kelompok bahan makanan memberikan kontribusi inflasi terbesar dengan laju inflasi mencapai 10,56%(yoy). Kelompok lain yang tercatat masih mengalami inflasi tinggi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mencapai 9,24%(yoy) dan kelompok transportasi, jasa keuangan dan komunikasi mencapai 8,42%(yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan III-2014, inflasi triwulan III-2015 mengalami peningkatan signifikan, utamanya disebabkan peningkatan inflasi kelompok bahan makanan; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga; dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Peningkatan inflasi kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh naiknya harga inflasi sub kelompok

Page 10:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

bumbu-bumbuan sebesar 39,79% (yoy) yang didorong oleh kenaikan harga aneka cabai dan bawang putih. Kenaikan harga bawang putih pada triwulan ini mencapai 158,53%(yoy) akibat kurangnya pasokan bawang putih impor. Sementara itu, kenaikan harga cabai merah mencapai 77,23%(yoy). Sub kelompok bahan makanan lainnya yang mengalami inflasi adalah sub kelompok daging dan hasil-hasilnya; padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya.

Tabel II.6. Inflasi Tahunan Provinsi Banten (yoy)

Kelompok Barang Dan Jasa2014 2015

IIIAndil

IVAndil I Andi

l II Andil

III Andil

Umum 6,12 6,12 10,20

10,20 7,45 7,45 8,91 8,91 8,14 8,14

Bahan Makanan 4,41 0,95 12,63 2,70 7,65 1,64 12,6

7 2,68 10,56 2,25

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

12,53 2,30 12,5

7 2,35 11,39 2,15 12,0

7 2,31 9,24 1,80Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 7,46 1,67 8,75 1,97 8,07 1,82 7,72 1,75 5,70 1,29Sandang 4,09 0,21 4,73 0,24 4,48 0,22 4,78 0,24 2,72 0,14Kesehatan 4,30 0,24 4,49 0,25 5,62 0,31 5,95 0,33 12,3

7 0,68Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 4,65 0,41 4,33 0,38 4,36 0,39 4,26 0,38 6,11 0,54Transpor,Komunikasi dan Jasa Keuangan 1,90 0,34 12,9

3 2,31 5,20 0,92 7,18 1,27 8,42 1,46Sumber : BPS, diolah

Grafik II.16. Inflasi Tahunan Kel. Bahan Makanan Periode Tw III-2014 s.d Tw III-

2015Sumber : BPS, diolah

Grafik II.17. Inflasi Tahunan Kel. Makanan Jadi, Tembakau, dan Minuman

Tidak Beralkohol Periode Tw III-2014 s.d Tw III-2015

Sumber : BPS, diolah

Inflasi kelompok makanan jadi pada triwulan III-2015 mengalami inflasi yang lebih rendah akibat peningkatan harga makanan jadi tidak setinggi pada triwulan III-2014. Hal tersebut didorong oleh lebih murahnya harga bahan baku makanan berupa ikan segar, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan dan makanan lainnya.Biaya transportasi pada triwulan III-2015 mengalami inflasi sebesar 11,52%(yoy) karena naiknya tarif angkutan udara sebesar 28,46%(yoy), angkutan antar kota

Page 11:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

(23,89%,yoy) dan tarif kereta api (9,77%,yoy). Naiknya tarif transportasi umum seiring dengan momen Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha yang dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat Provinsi Banten untuk bepergian keluar kota atau mudik lebaran. Harga solar dan bensin (termasuk pertamax) juga mengalami inflasi masing-masing 25,46%(yoy) dan 9,61%(yoy) sehingga meningkatkan tarif angkutan dalam kota sebesar 21,29%(yoy). Berbeda dengan naiknya tarif transportasi menjelang hari raya Idul Fitri pada tahun 2014, mencapai puncaknya pada triwulan IV yang mencapai 17,97%(yoy).

Grafik II.18. Inflasi Tahunan Kelompok- Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan

BakarSumber : BPS, diolah

Grafik II.19. Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

KeuanganSumber : BPS, diolah

Grafik II.20. Inflasi Tahunan Kelompok Sandang

Triwulan II 2014 dan 2015Sumber : BPS, diolah

Grafik II.21. Inflasi Tahunan Kel. Kesehatan, dan Pendidikan, Rekreasi

dan OlahragaSumber : BPS, diolah

2.5. INFLASI MENURUT KOTA

Tabel II.7. Inflasi Per Kota Inflasi di Provinsi BantenWilayah Inflasi Triwulanan (QtQ) Inflasi Tahunan (YoY)

Page 12:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

2014 2015 2014 2015TW

ITW II

TW III

TW IV TW I TW

IITW III TW I TW

IITW III

TW IV

TW I

TW II

TW III

Banten1,98

0,69

2,19

5,02

(0,56)

2,05

1,47 9,62 8,5

36,12

10,20

7,45

8,91

8,14

Tangerang1,91

0,64

2,17

5,01

(0,58)

2,05

1,46

10,40

9,08

6,32

10,04

7,34

8,85

8,11

Serang2,50

0,74

2,45

5,19

(0,74

)2,49

1,24 8,44 7,6

96,05

11,28

7,76

9,63

8,34

Cilegon1,78

0,90

2,05

4,88

(0,24)

1,53

1,73 6,62 6,3

85,05 9,93 7,7

48,4

18,0

8

Sumber : BPS, diolah Paling Tinggi Paling Rendah

Pada triwulan III-2015, inflasi Kota Serang mencapai 8,34%(yoy) tertinggi dibandingkan Kota Tangerang (8,11%,yoy) dan Kota Cilegon (8,08%, yoy) bahkan merupakan yang tertinggi di Pulau Jawa. Sementara itu, inflasi triwulanan pada periode laporan tertinggi terjadi pada Kota Cilegon sebesar 1,73%(qtq), diikuti oleh Kota Tangerang yaitu 1,46%(qtq) dan Kota Cilegon 1,24%(qtq).

Tabel II.8. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar Triwulan III-2015 Per Kota Inflasi

SERANG CILEGON TANGERANGKomoditas Inflas

iAndi

l Komoditas Inflasi Andil Komoditas Inflas

i AndilAngkutan Dalam Kota

54.68 0.96 Beras 15.30 0.7

8Daging Ayam Ras 48.60 0.7

8Bensin 8.6

4 0.36 Sewa Rumah 12.52 0.54 Tarip listrik 18.26 0.68

Nasi dengan Lauk 14.60 0.34 Bensin 11.45 0.5

1Angkutan dalam kota 16.66 0.59

Rokok Kretek Filter 11.73 0.31 Telur Ayam Ras 42.82 0.4

5 Cabai merah 92.58 0.58

Tarip Rumah Sakit 21.77 0.30 Nasi dengan Lauk 17.33 0.4

3 Bensin 9.48

0.41

Komoditas Deflasi Andil Komoditas Deflas

i Andil Komoditas Deflasi Andil

Daging Ayam Ras (5.68) (0.09) Angkutan Dalam

Kota (5.82) (0.10) Bawang merah (20.87

) (0.09)

Tomat Buah (28.83) (0.07) Minyak Goreng (4.76

) (0.08

) Minyak goreng (5.97)

(0.07)

Minyak Goreng (6.53) (0.07) Kacang Panjang (16.06

) (0.08

) Lele (13.98)

(0.05)

Jeruk (6.81) (0.05) Telepon Seluler (6.54

) (0.07

) Bawal (25.59)

(0.05)

Batu Bata/Batu Tela (5.72) (0.04) Tomat Buah (23.66)

(0.04) Jagung manis (15.22

) (0.04

)Sumber : BPS, diolah

2.5.1 Kota Tangerang

Inflasi di Kota Tangerang pada triwulan III-2015 mencapai 8,11%(yoy), paling besar dipengaruhi oleh kelompok core/inti yang mengalami inflasi sebesar 3,14%(yoy). Hal

Page 13:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

ini dipengaruhi oleh pergerakan harga jasa kesehatan, pendidikan dan biaya tempat tinggal yang dominan mempengaruhi inflasi di Kota Tangerang pada triwulan III-2015. Berdasarkan survey biaya hidup yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2012, pengeluaran satu keluarga selama satu bulan adalah sebanyak Rp4.698.563 yang mana pengeluaran terbesar yaitu digunakan untuk keperluan biaya sewa rumah, listrik dan gas sebanyak 24,74%. Hal ini menunjukkan kecenderungan tingginya harga properti tempat tinggal di Kota Tangerang. Selain itu, harga daging ayam ras, tarif listrik, angkutan dalam kota, cabai merah dan bensin juga turut mempengaruhi inflasi pada triwulan III-2015.

Grafik II.22. Diagram Kelompok Komoditas Penyumbang Inflasi

Kota TangerangTw III-2015

Sumber : BPS, diolah

Kota Tangerang Nilai Konsumsi

%

U m u m / t o t a l 6,037,654.71

100%

Bahan makanan 1,278,626.69

21.18%

Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau

1,135,002.41

18.80%

Perumahan,air,listrik,gas & bahan bakar

1,397,181.91

23.14%

Sandang 260,625.10

4.32%

Kesehatan 372,380.90

6.17%

Pendidikan, rekreasi dan olah raga

539,634.92

8.94%

Transpor,komunikasi dan jasa keuangan

1,054,204.57

17.46%

Tabel II.9. Komponen Nilai KonsumsiKota Tangerang Tw III-2015

Sumber : BPS, diolah

2.5.2 Kota SerangInflasi di Kota Serang pada triwulan III-2015 juga paling besar dipengaruhi oleh kelompok core/inti dengan inflasi sebesar 4,46%(yoy). Kelompok makanan jadi dan minuman memberikan andil terbesar tingginya inflasi kelompok Inti di Kota Serang. Berdasarkan nilai konsumsinya atau besarnya pengeluaran rumah tangga, menunjukkan bahwa sebesar 23,01% dari total pengeluaran digunakan untuk membeli makanan jadi, salah satunya adalah nasi dengan lauk. Selain itu, inflasi di Kota Serang juga sangat dipengaruhi oleh kelompok administered price yaitu rokok hingga 2,70%(yoy), hal ini berbeda dengan dua kota inflasi lainnya.

Page 14:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

Grafik II.23. Diagram Kelompok Komoditas Penyumbang Inflasi

Kota Tangerang Tw III-2015Sumber : BPS, diolah

Kota Serang Nilai Konsumsi

%

U m u m / t o t a l 6,276,146.11

100%

Bahan makanan 1,325,514.00

21.12%

Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau

1,444,414.12

23.01%

Perumahan,air,listrik,gas & bahan bakar

1,255,665.58

20.01%

Sandang 393,486.55

6.27%

Kesehatan 330,093.24

5.26%

Pendidikan, rekreasi dan olah raga

476,422.01

7.59%

Transpor,komunikasi dan jasa keuangan

1,050,382.21

16.74%

Tabel II.10 Komponen Nilai KonsumsiKota Serang Tw III-2015

Sumber : BPS, diolah

2.5.3 Kota CilegonSeperti halnya di Kota Tangerang dan Serang, inflasi di Kota Cilegon pada triwulan III-2015 terutama dipengaruhi oleh kelompok core/inti sebesar 3,87%(yoy) diikuti kelompok volatile foods sebesar 2,43%(yoy). Pengeluaran penduduk kota Cilegon untuk kelompok bahan makanan adalah yang terbesar dengan pangsa mencapai 25,93% dari pengeluaran rumah tangga. Bahan makanan seperti beras dan telur ayam ras mengalami inflasi sebesar 15,30%(yoy) dan 42,82%(yoy). Seperti halnya dengan Kota Serang, kelompok makanan jadi dan rokok juga berperan cukup besar dalam inflasi di kota Cilegon.

Grafik II.24. Diagram Kelompok Komoditas Penyumbang Inflasi

TahunanKota Cilegon Tw III-2015

Sumber : BPS, diolah

Kota Cilegon Nilai Konsumsi

%

U m u m / t o t a l 5,623,381.27 100%Bahan makanan 1,457,944.55 25.93

%Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau

1,170,901.47 20.82%

Perumahan,air,listrik,gas & bahan bakar 1,055,067.69 18.76

%Sandang 309,218.78 5.50%Kesehatan 216,784.98 3.86%Pendidikan, rekreasi dan olah raga 439,622.68 7.82%Transpor,komunikasi dan jasa keuangan 974,026.62 17.32

%

Tabel II.11. Komponen Nilai KonsumsiKota Cilegon Tw III-2015

Sumber : BPS, diolah

Page 15:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

2.6. DISAGREGASI INFLASI1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013 2014 2015 (3.00)

2.00

7.00

12.00

17.00

22.00

8.14

10.83

5.80

11.93

Inflasi IHK VF Core AP

Grafik II. 25. Disagregasi Inflasi Provinsi Banten (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Grafik II.26. Perbandingan Disagregasi Inflasi Banten dan Rata-rata Inflasi

BantenSumber : BPS, diolah

Berdasarkan disagregasinya, tingkat inflasi tahunan tertinggi terjadi pada komponen administered price yaitu 11,93%(yoy), diikuti kelompok volatile foods sebesar 10,83%(yoy) dan kelompok core sebesar 5,80%(yoy). Deviasi inflasi komponen volatile foods dan administered price antara triwulan III-2015 dengan rata-rata inflasi dalam empat tahun terakhir, menunjukkan selisih yang cukup lebar akibat beberapa faktor antara lain peningkatan konsumsi di Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha dan tingginya biaya transportasi pada musim mudik lebaran.

2.6.1. Komponen Volatile Foods Komponen volatile foods pada triwulan III-2015 mengalami inflasi sebesar 10,83% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi di triwulan II-2015 yang mencapai 13,06%(yoy). Komoditas volatile foods yang memberikan kontribusi inflasi terbesar adalah daging ayam ras, cabai merah, bawang putih, beras dan telur ayam ras. Permintaan daging ayam ras dan telur ayam ras mengalami peningkatan menjelang perayaan Idul Fitri di bulan Juli 2015. Harga bibit ayam atau Days Old Chicken (DOC) pada triwulan III-2015 lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2014 yang salah satunya dipengaruhi oleh lebih mahalnya biaya pakan, perawatan dan transportasi. Dibandingkan triwulan sebelumnya harga daging ayam ras pada periode laporan mengalami penurunan akibat berlebihnya pasokan. Kementrian Perdagangan Republik Indonesia menyebutkan bahwa secara nasional, tingkat kebutuhan daging ayam ras mencapai 42 juta ekor/minggu, sementara persediaan mencapai 60 juta ekor/minggu. Di Provinsi Banten, daging ayam ras merupakan salah satu komoditas yang tercatat surplus produksi. Data dari neraca pangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Banten tahun 2014, menyebutkan bahwa daging ayam ras di Provinsi Banten surplus sebesar 33.153 ton/tahun, sementara telur ayam ras mengalami defisit sebesar 36.713 ton/tahun.

Page 16:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

Tabel II.12. Komoditas Kelompok Volatile Foods Penyumbang Inflasi dan Deflasi di Tw III-2015

VOLATILE FOODS VOLATILE FOODS

Komoditas Inflasi

Andil Komoditas Defla

si AndilDaging ayam ras

35.27 0.55 Minyak

goreng (5.97) (0.07)

Cabai merah 77.23 0.44 Bawang

merah (11.00) (0.05)

Bawang putih 158.53 0.25 Lele (13.98) (0.03)

Beras 6.04 0.24 Tomat buah (36.21) (0.03)Telur ayam ras

12.97 0.12 Jagung

manis (15.22) (0.03)

Bandeng/bolu 20.93 0.10 Bawal (25.59) (0.03)Mie kering instant 17.47 0.09 Udang basah (3.70) (0.01)

Jeruk 13.14 0.06 Susu bubuk (2.11) (0.01)

Kembung 14.14 0.04 Rampela hati ayam (4.58) (0.00)

Susu untuk balita

4.40 0.04 Ketimun (2.17) (0.00)

Sumber : BPS, diolah

Komoditas penyumbang inflasi lainnya dari kelompok volatile food adalah cabai merah. Provinsi Banten mengalami defisit aneka cabai hingga 5.209 ton/tahun, sehingga harga cabai merah di Provinsi Banten sangat bergantung pada pasokan. Tingginya harga cabai merah pada periode laporan yang mencapai 77,23%(yoy) salah satunya juga disebabkan oleh berkurangnya lahan yang dapat ditanami cabai merah akibat musim kemarau.

Komoditas utama lainnya adalah beras yang pada periode laporan mengalami inflasi sebesar 6,04%(yoy). Namun karena nilai konsumsi beras yang tinggi, kenaikan harga tersebut menyebabkan andilnya terhadap inflasi menjadi relatif tinggi yaitu 0,24%. Naiknya harga beras juga merupakan dampak dari berkurangnya produksi padi pada bulan September 2015 akibat musim kemarau.

Tabel II.13. Data Produksi dan Konsumsi Komoditas Pangan Provinsi BantenKomoditas Produksi

(Ton)Total

Ketersediaan (ton)

Konsumsi (ton)

Surplus/ Defisit (ton)

Beras 2.175.275 1.348.667 1.245.378 Surplus 23.069Jagung 14.575 14.575 18.770 Defisit 4.195Kacang Tanah 12.999 12.999 4.065 Surplus 8.934Kedelai 6.395 6.395 90.382 Defisit 83.987Cabai 11.528 11.528 16.737 Defisit 5.209Bawang Merah 1.230 1.230 62.167 Defisit 60.937Gula Pasir - - 58.939 Defisit 58.939

Page 17:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

Daging Sapi 38.326 38.326 27.019 Surplus 11.307Daging Ayam 114.807 114.807 81.654 Surplus

33.153Telur Ayam 50.631 50.631 88.110 Defisit 36.713Minyak Goreng - - 94.686 Defisit 94.686

Sumber : BKPP Provinsi Banten

Grafik II.27. Perkembangan HargaDays Old Chicken

Periode 2013-2015Sumber : Poultry Indonesia

Grafik II.28. Perkembangan Produksi Padi

Provinsi BantenTahun 2015

Sumber : BKPP Provinsi Banten

Page 18:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

2.6.2. Komponen Administered Price

Inflasi komponen administered price pada triwulan III-2015 sebesar 11,93%(yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan III-2014 yaitu 8,08%(yoy). Kenaikan harga bensin (pertamax) dan solar pada bulan Mei 2015 sebesar 9,61%(yoy) dan 25,46%(yoy) memberikan dampak pada kenaikan harga angkutan dalam kota sebesar 21,29%(yoy) di triwulan III-2015. Tarif listrik termasuk salah satu komoditas administered price utama penyumbang inflasi. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 31 Tahun 2014 tentang tarif tenaga listrik yang disediakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara, mengatur bahwa penyesuaian tarif listrik akan dilakukan setiap bulan sejak tanggal 1 Januari 2015. Sementara itu, kenaikan harga komoditas rokok kretek dan rokok kretek filter disebabkan oleh naiknya harga rokok di tingkat pengecer. Sedangkan inflasi bahan bakar rumah tangga (LPG) merupakan dampak lanjutan dari kenaikan harga LPG 12 kg di triwulan II-2015. Angkutan udara dan angkutan antar kota (bus) mengalami kenaikan harga sebesar 28,46%(yoy) dan 23,89%(yoy) akibat kenaikan tarif transportasi di musim mudik lebaran pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Tabel II.14. Komoditas Komponen Administered Price Penyumbang Inflasi dan Deflasi Terbesar

KOMODITASINFLA

SIANDI

LANGKUTAN DALAM KOTA 21.29 0.65TARIP LISTRIK 15.89 0.55BENSIN 9.61 0.42ROKOK KRETEK 16.19 0.25ROKOK KRETEK FILTER 9.17 0.21BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 9.54 0.19ANGKUTAN ANTAR KOTA 23.89 0.19ANGKUTAN UDARA 28.46 0.11ROKOK PUTIH 10.77 0.07SOLAR 25.46 0.01ANGKUTAN DALAM KOTA 21.29 0.65TARIP LISTRIK 15.89 0.55BENSIN 9.61 0.42

Sumber : BPS, diolah

2.6.3. Komponen Core

Inflasi komponen core pada triwulan III-2015 sebesar 5,80% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2015 yaitu 6,00% (yoy). Inflasi komponen inti pada periode laporan dipengaruhi oleh kenaikan harga sewa rumah, tarif rumah sakit dan makanan jadi berupa nasi dengan lauk. Naiknya harga sewa rumah sebesar 5,96%(yoy) yang terjadi di Kota Cilegon disebabkan semakin banyaknya permintaan sewa

Page 19:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

rumah oleh karyawan pabrik dan pegawai ekspatriat. Selain itu, dengan tarif listrik dan harga perabot rumah tangga yang meningkat sepanjang tahun 2015, turut mempengaruhi penyesuaian harga sewa kamar.

Sementara itu kenaikan tarif inap rumah sakit sebesar 16,74%(yoy) yang terjadi di Kota Serang dan Tangerang merupakan penyesuaian tarif yang memang dilakukan setiap tahun. Selanjutnya kenaikan harga makanan jadi di Provinsi Banten terutama di Kota Serang dan Cilegon sangat dipengaruhi oleh harga bahan makanan, bahan bakar gas dan sewa tempat usaha yang semuanya menunjukan peningkatan harga.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2013 2014 2015

100

105

110

115

120

125

130

9,000

10,000

11,000

12,000

13,000

14,000

15,000 IHK Core Core TradedCore Non Traded Nilai Tukar

Grafik II.27. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kelompok Core dan Nilai Tukar

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Pada grafik II.27 tentang perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) komponen core dan nilai tukar memperlihatkan bahwa terdapat korelasi positif antara tingkat inflasi komponen core baik traded4 maupun non traded5 terhadap nilai tukar rupiah. komoditas penyumbang inflasi utama komponen core adalah nasi dengan lauk diikuti dengan sewa rumah, kopi manis, mie dan air kemasan. Nilai konsumsi untuk komoditas nasi dengan lauk dan sewa rumah di Provinsi Banten relatif tinggi karena banyaknya pendatang dari luar daerah.

Sementara itu, komoditas core yang memberikan sumbangan deflasi adalah sandang dan peralatan elektronik seperti komputer tablet, telepon seluler dan laptop yang mendekati akhir tahun harganya akan menurun karena persaingan brand dan teknologi sehingga harganya cenderung turun. Diperkirakan tingkat inflasi komponen core pada triwulan IV-2015 akan mengalami bias ke atas karena ekspektasi masyarakat cenderung beranggapan bahwa harga barang di akhir tahun akan meningkat.

Tabel II.15. Komoditas Komponen Core Penyumbang Inflasi dan Deflasi Terbesar

4 Core Traded adalah kategori dari komoditas inflasi inti yang diperdagangkan.5 Core Non Traded adalah kategori dari komoditas inflasi inti yang tidak diperdagangkan.

Page 20:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

KOMODITASINFLA

SIANDI

L KOMODITASDEFLA

SIANDI

LSEWA RUMAH 5.96 0.3

3LAPTOP/NOTEBOOK (6.12

)(0.02)

TARIP RUMAH SAKIT 16.74

0.24

BESI BETON (6.67)

(0.01)

NASI DENGAN LAUK 7.16 0.17

SANDAL KULIT 20.28 (0.01)

BIMBINGAN BELAJAR 42.86

0.13

SEPEDA (12.25)

(0.01)

REKREASI 12.41

0.11

TELEPON SELULER (1.68)

(0.01)

MIE 5.92 0.11

KOMPUTER TABLET (9.88)

(0.00)

KOPI MANIS 14.17

0.09

SEPEDA ANAK (6.28)

(0.00)

AYAM GORENG 9.88 0.09

SABUN CREAM DETERGEN

(1.30)

(0.00)

DOKTER UMUM 17.41

0.09

BAJU KAOS BERKERAH (2.04)

(0.00)

ROTI MANIS 18.75

0.08

T-SHIRT (8.07)

(0.00)

Sumber : BPS, diolah

BOKS - EL NINO BERKEPANJANGAN, BANTEN WASPADAI PRODUKSI PANGAN

El Nino merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai memanasnya suhu permukaan laut di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3.4) atau anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya). Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat memaparkan bahwa El Nino di Banten tahun ini terjadi sejak bulan Mei dan diprediksi hingga bulan Desember 2015 atau Januari 2016, dengan taraf moderate (sedang). Pengaruh El Nino di Indonesia yaitu berkurangnya curah hujan secara drastis, sehingga berdampak negatif bagi sektor pertanian.

Page 21:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

Kondisi 30 Juni 2015Kondisi 30 Juli 2015

Kondisi 20 Agustus 2015

Berdasarkan hasil liaison dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten diketahui bahwa puncak musim kemarau tahun 2015 di Banten terjadi pada bulan Agustus 2015. Sampai dengan pertengahan Agustus 2015 telah terjadi kekeringan ekstrim di Kabupaten Tangerang, Serang dan Pandeglang. Lahan sawah yang mengalami kekeringan di Banten adalah seluas 22.884 hektar dengan potensi gagal panen sejumlah 2.392 hektar atau sekitar 10,45%. Potensi gagal panen tersebar di beberapa kota/kabupaten yang mengalami kekeringan yaitu Kabupaten Pandeglang seluas 2.103 hektar, Kabupaten Lebak seluas 244 hektar, Kabupaten Tangerang seluas 34 hektar dan Kota Serang seluas 11 hektar.

Dampak El Nino tahun ini tidak lebih parah dibandingkan tahun 2012 dengan luas lahan padi yang mengalami kekeringan sejumlah ±42.000 ha dan puso ±13.00 ha. Adapun rincian luas lahan dan daerah yang mengalami kekeringan dan puso tahun 2015, sebagai berikut :

Keterangan gambar :Kondisi cuaca di Banten, sampai dengan 30 Juni 2015 belum terlihat kekeringan ekstrim namun pada 31 Juli 2015 terlihat ada kekeringan ekstrim di Tangerang dan masih terjadi hujan di daerah Lebak, Pandeglang serta Serang;Pada 20 Agustus 2015, kekeringan ekstrim meluas dari daerah Tangerang ke daerah Serang dan Pandeglang.Sumber : BMKG wilayah II Ciputat,

Periode Juni 2015

Periode Juli 2015

Periode Agustus 2015

Tabel II.16. - Luas Lahan Pertanian Yang Mengalami Kekeringan dan Potensi Gagal Panen

Posisi September 2015

Page 22:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

Sumber : BKPP Provinsi Banten

Dampak resiko El-Nino terhadap produksi pangan di Provinsi Banten, yaitu : Penurunan produksi tanaman pangan; Penurunan pendapatan petani ; Kerawanan pangan ; dan Peningkatan kenaikan harga pangan.Untuk menanggulangi kekeringan dan puso yang terjadi, Pemerintah Provinsi Banten melakukan berbagai upaya diantaranya :1. Langkah antisipasi secara teknis seperti :

Menyebarkan informasi keterkaitan dengan prakiraan iklim Kerjasama antar-daerah terutama bagi daerah yang defisit surplus penghasil

daging ayam, telur ayam dan daging sapi Melakukan percepatan tanam dengan memanfaatkan ketersediaan air, Melakukan penanaman varietas yang memerlukan air relatif sedikit, Menerapkan sistim usaha tani hemat air, Menanam palawija hemat air dan pola tanam sesuai spesifikasi lokasi. Menyiapkan bantuan benih tahan kekeringan dan benih palawija untuk rotasi

tanaman padi, Pengawalan dan monitoring secara intensif pada daerah-daerah yang

berpotensi terkena kekeringan dengan gerakan khusus sosialisasi menghadapi El Nino.

Meningkatkan koordinasi pemerintah Daerah dan Pusat secara intensif, sehingga cadangan beras nasional dalam posisi aman melalui pemantauan produksi beras di berbagai sentra pada musim panen (Maret-Juni) maupun pengadaan beras BULOG.

Penguatan koordinasi penyelenggaraan pasar murah, pasar penyeimbang, operasi pasar dan kegiatan lainnya yang dapat mengatasi tekanan inflasi karena faktor musiman.

Terkait meningkatnya intensitas El-Nino, menyiapkan dukungan sarana produksi pertanian (benih, pupuk, pompa, pengering gabah), mengoptimalkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) berikut sosialisasi kepada daerah-daerah yang

Page 23:  · Web viewBAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH. Inflasi Banten pada triwulan III-2015 mencapai 8,14% (yoy), membaik dibandingkan tingkat inflasi triwulan II-2015 yaitu 8,91%(yoy)

berpotensi mengalami kekeringan termasuk kerjasama dengan daerah lain yang mengalami surplus pangan.

2. Sedangkan Untuk menangani dampak El Nino, BKPP memiliki beberapa program yaitu: Program Raskin (Beras untuk rumah tangga miskin) Pengelolaan dan Penanganan Kerawanan dan Kewaspadaan Pangan

BKPP melakukan sosialisasi lingkungan bebas rawan pangan, apresiasi sistem kewaspadaan pangan dan gizi, serta monitoring dan evaluasi kerawanan pangan dan kewaspadaan pangan.

Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)Program ini dilakukan untuk menghadirkan lembaga ekonomi petani yang mampu berperan sebagai pembeli gabah minimal pada tingkat HPP. Selain itu lembaga ini juga diharapkan dapat menyimpan gabah dengan baik, mengolahnya menjadi beras, dan memasarkan pada saat harga cukup tinggi sehingga nantinya dapat memperoleh keuntungan yang optimal. Lembaga ini juga akan mengelola cadangan pangan secara berkelanjutan dengan menyalurkan beras bagi anggota yang memerlukan saat paceklik dan menerima pengembalian plus jasa pengelolaannya saat panen raya.

Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dan Cadangan Pangan MasyarakatBKPP mengumpulkan cadangan pangan yang berasal dari pemerintah desa, kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat. Cadangan ini untuk menanggulangi masalah pangan dan akan disalurkan dengan melihat kondisi wilayah.

Cadangan pangan masyarakat dikumpulkan oleh kelompok lumbung pangan. Cadangan ini berfungsi untuk menjamin penyediaan pangan bagi penduduk rawan pangan dan bantuan pangan pada kondisi darurat (bencana alam). Besaran cadangan pangan yang harus dijaga adalah untuk konsumsi 2 bulan anggota kelompok dan keluarganya.

Program Diversifikasi PanganAdalah program penganekaragaman jenis pangan yang dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat Provinsi Banten. Komoditas yang digalakkan adalah Jagung, Ubi, Singkong, Gandum, Ikan, Daging, Susu, dan Kacang-Kacangan. Salah satu slogan yang diusung adalah “One Day No Rice”.

Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)