inflasi tahunan (yoy) kabupaten di gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah...

36
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 15 BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,31% (y.o.y). Penurunan inflasi pada triwulan I-2013 terutama disokong oleh menurunnya tekanan inflasi inti (core inflation). 2.1 INFLASI GORONTALO Pengaruh tekanan harga pada triwulan I-2013 nampaknya menurunkan angka inflasi periode laporan menjadi 5,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 5,31% (y.o.y). Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan I-2012 lebih disebabkan oleh berkurangnya tekanan inflasi inti (core inflation). Data disagregasi inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 menunjukkan adanya penurunan pada kelompok core inflation, dimana pada periode laporan tercatat sebesar 3,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,47% (y.o.y). Penurunan ini dipicu oleh penurunan harga emas perhiasan yang pada triwulan I- 2013 terkorekasi cukup tajam. Sementara itu, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) mengalami peningkatan menjadi 3,06% (y.o,y) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,03% (y.o.y). Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo MAR JUNI SEP DES MAR Total Inflasi 5.90% 5.95% 5.40% 5.31% 5.18% Core Inflation 9.71% 8.44% 5.64% 5.47% 3.18% Volatile Food 1.71% 3.50% 6.07% 6.61% 9.70% Administered Price 4.12% 4.31% 3.89% 3.03% 3.06% Total Inflasi -0.58% 0.32% -1.18% 0.54% 1.07% Core Inflation 0.53% 0.16% 0.03% 0.23% 1.04% Volatile Food -2.81% 0.67% -3.48% 1.12% 1.67% Administered Price 0.33% 0.15% -0.28% 0.35% 0.22% Disagregasi 2012 Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Bulanan (mtm) 2013 Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) Di sisi lain, kelompok volatile food atau bahan makanan yang harganya bergejolak pada triwulan I-2013 mengalami inflasi sebesar 9,70% (y.o.y), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 6,61% (y.o.y). Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas subkelompok bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan bawang putih sebagai dampak penerapan kebijakan pembatasan impor komoditas hortikultura di tingkat nasional.

Upload: hoangthuy

Post on 18-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 15

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,18% (y.o.y) lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,31% (y.o.y). Penurunan inflasi

pada triwulan I-2013 terutama disokong oleh menurunnya tekanan inflasi inti (core inflation).

2.1 INFLASI GORONTALO

Pengaruh tekanan harga pada triwulan I-2013 nampaknya menurunkan angka inflasi

periode laporan menjadi 5,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2012 yang

tercatat sebesar 5,31% (y.o.y). Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan I-2012 lebih

disebabkan oleh berkurangnya tekanan inflasi inti (core inflation).

Data disagregasi inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 menunjukkan adanya

penurunan pada kelompok core inflation, dimana pada periode laporan tercatat sebesar

3,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,47%

(y.o.y). Penurunan ini dipicu oleh penurunan harga emas perhiasan yang pada triwulan I-

2013 terkorekasi cukup tajam. Sementara itu, inflasi harga yang diatur pemerintah

(administered price) mengalami peningkatan menjadi 3,06% (y.o,y) dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 3,03% (y.o.y).

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo

MAR JUNI SEP DES MAR

Total Inflasi 5.90% 5.95% 5.40% 5.31% 5.18%

Core Inflation 9.71% 8.44% 5.64% 5.47% 3.18%

Volatile Food 1.71% 3.50% 6.07% 6.61% 9.70%

Administered Price 4.12% 4.31% 3.89% 3.03% 3.06%

Total Inflasi -0.58% 0.32% -1.18% 0.54% 1.07%

Core Inflation 0.53% 0.16% 0.03% 0.23% 1.04%

Volatile Food -2.81% 0.67% -3.48% 1.12% 1.67%

Administered Price 0.33% 0.15% -0.28% 0.35% 0.22%

Disagregasi2012

Inflasi Tahunan (yoy)

Inflasi Bulanan (mtm)

2013

Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

Di sisi lain, kelompok volatile food atau bahan makanan yang harganya bergejolak pada

triwulan I-2013 mengalami inflasi sebesar 9,70% (y.o.y), jauh meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 6,61% (y.o.y). Peningkatan ini terutama

didorong oleh kenaikan harga komoditas subkelompok bumbu-bumbuan seperti bawang

merah dan bawang putih sebagai dampak penerapan kebijakan pembatasan impor

komoditas hortikultura di tingkat nasional.

Page 2: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo

2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Core Inflation atau inflasi inti mengalami penurunan tekanan pada triwulan I-2013.

Pada triwulan inflasi core inflation tercatat sebesar 3,18% (y.o.y) menurun dibandingkan

triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 5,47% (y.o.y). Penurunan ini terutama dipicu oleh

menurunnya inflasi pada kelompok yang tergolong core inflation seperti kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami deflasi sebesar 0,14% (y.o.y) pada

triwulan laporan, dibandingkan dengan triwulan IV-2012 yang tercatat inflasi sebesar 0,61%

(y.o.y). Penurunan juga terjadi pada kelompok sandang, terutama pada subkelompok

barang pribadi dan barang lain yang mengalmi inflasi sebesar 3,83% (y.o.y) pada triwulan I-

2013 menurun dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 5,19% (y.o.y).

Adapun komoditas yang mengalami penurunan pada triwulan laporan adalah emas

perhiasan yang pada triwulan laporan sempat terkoreksi tajam menjadi Rp.465.000,00.

Penurunan ini disinyalir karena pengaruh harga emas internasional yang pada saat itu

mengalami sempat terkontraksi.

Sementara itu hasil Survei Konsumen (SK) pada triwulan I-2013 juga

menginformasikan adanya penurunan pola konsumsi masyarakat yang tercermin dari

penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Bulan Maret 2013 menjadi sebesar

142,4 dibandingkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebelumnya yang tercatat sebesar

152,1. Adanya penurunan konsumsi masyarakat cenderung menurunkan angka inflasi pada

periode laporan.

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

JAN MAR MEI JULI SEPT NOV JAN MAR MEI JULI SEPT NOV JAN MAR

2011 2012 2013

year

on

ye

ar

Core Inflation

Volatile Food

Administered Price

Page 3: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 17

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.2 Perkembangan Indikator Survei Konsumen

Di sisi lain, faktor fundamental lainnya seperti ekspektasi inflasi masyarakat masih sejalan

dengan tren inflasi pada triwulan I-2013, sekalipun dalam perkiraan terdapat sedikit

peningkatan angka inflasi sebagaimana ditunjukkan dalam grafik 2.3 berikut:

Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.3 Perbandingan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual

2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL

Inflasi pada kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile food)

mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,70% (y.o.y) pada triwulan I-2013, dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat 6,61% (y.o.y). Kenaikan tersebut dirasakan sangat

signifikan karena tercatat paling tinggi dalam kurun waktu setahun terakhir.

(dalam %)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

i

Juli

Ag

ust

Se

pt

Ok

t

No

v

De

s

Jan

Fe

b

Ma

r

2012 2013

Nil

ai

Ind

ek

s

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen

Indeks Keyakinan Konsumen

5.54

5.024.74

4.164.59

5.51

4.27 4.163.88 3.94

7.43

5.77

7.11

3.27

4.08

5.90 5.95

5.40 5.31 5.18

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

Tw

.IV

-10

Tw

.I-1

1

Tw

.II-

11

Tw

.III-1

1

Tw

.IV

-11

Tw

I-1

2

Tw

II-

12

Tw

III-1

2

Tw

. IV

-12

Tw

I-1

3

IRT SKDU

Inflasi (y.o.y.)

(dalam %)

Page 4: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Peningkatan inflasi volatile food pada triwulan laporan terutama dipicu oleh kenaikan

harga pada kelompok bahan makanan. Pemberlakukan kebijakan pembatasan impor

hortikultura di tingkat nasional berpengaruh pada berkurangnya pasokan. Alhasil, komoditas

bumubu-bumbuan seperti bawang putih dan bawang pada hampir semua wilayah di

nusantara mengalami lonjakan harga yang sangat tinggi tak terkecuali di Gorontalo. Harga

bawang putih di pasaran bahkan menembus level Rp.70.000,00 per kg, sementara harga

bawang merah meroket hingga mencapai Rp.50.000,00 per kg.

Sementara itu kelompok administered price sedikit mengalami peningkatan inflasi

pada triwulan I-2013. Inflasi pada kelompok ini tercatat sebesar 3,06% (y.o.y) naik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,03% (y.o.y). Peningkatan terjadi

pada kelompok perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar pada sub kelompok bahan

bakar penerangan dan air yang mengalami peningkatan dari 0,80% (y.o.y) menjadi 1,35%

(y.o.y) pada triwulan I-2013. Adapun komoditas yang tercatat mengalami kenaikan harga

antara lain bensin non subsidi (Pertamax).

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)

Pada triwulan I-2013, Gorontalo mengalami inflasi sebesar 5,18% (y.oy) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebsar 5,31% (y.o.y)

penurunan ini terutama disebabkan karena meningkatnya tekanan harga pada kelompok

bahan makanan, kelompok makan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok sandang

dan kelompok kesehatan.

Tabel 2.2

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Kelompok / Sub kelompok MAR JUNI SEPT DES MAR

UMUM 5.91 5.95 5.40 5.30 5.18

BAHAN MAKANAN 1.90 3.58 6.02 6.66 9.62

MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 6.01 7.04 7.11 5.48 7.91

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 12.67 10.47 7.59 7.05 1.70

SANDANG 9.44 7.11 0.44 1.83 1.92

KESEHATAN 3.81 2.92 2.83 5.02 5.10

PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 3.72 4.26 0.88 0.61 -0.14

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 3.18 3.00 2.18 1.74 1.21

Kelompok / Sub kelompok MAR JUNI SEPT DES MAR

UMUM -0.57 0.32 -1.18 0.54 1.07

BAHAN MAKANAN -2.77 0.67 -3.47 1.14 1.63

MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0.62 0.39 -0.17 0.37 1.83

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 0.69 -0.07 0.07 0.26 0.65

SANDANG 0.08 0.33 0.37 0.40 0.11

KESEHATAN 0.00 0.18 0.36 0.66 0.56

PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 0.00 0.02 0.00 0.00 0.02

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.28 0.24 -0.47 0.04 0.40

Tahunan (y.o.y)

Bulanan (m.t.m)

2012

2012

2013

2013

INFLASI GORONTALO TAHUN 2012-2013

DIRINCI MENURUT KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK PENGELUARAN

(%)

Page 5: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 19

Inflasi pada kelompok bahan makanan pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 9,62%

(y.o.y) jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar

6,66% (y.o.y). Peningkatan ini dipicu karena melonjaknya harga komoditas bumbu-bumbuan

khususnya bawang putih dan bawang merah sebagai dampak kurangnya pasokan akibat

pemberlakuan kebijakan pembatasan impor hortikultura. Kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau pada triwulan laporan mengalami peningkatan inflasi sebesar 7,91%

(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 5,48%

(y.o.y). Kenaikan ini terutama dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas makanan jadi

sebagai dampak meningkatnya harga bumbu-bumbuan.

Sementara itu, kelompok sandang sedikti mengalami kenaikan inflasi pada triwulan I-

2013 dengan angka 1,92% (y.o.y) meningkat dibandingkan triwulan IV-202 yang tercatat

inflasi sebesar 1,83% (y.o.y). Sejalan dengan hal tersebut, tekanan inflasi pada kelompok

kesehatan juga sedikit meningkat yang tercatat sebesar 5,10% (y.o.y) pada triwulan I-2013

dibanndingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,02% (y.o.y).

Page 6: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

BOX 2: HASIL KAJIAN PANGAN STRATEGIS DI PROVINSI

GORONTALO: ANALISA KETAHANAN, PERDAGANGAN ANTAR

DAERAH, DISPARITAS HARGA DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Ketahanan pangan dilihat dari aspek ketersediaan pangan yang cukup, baik dalam jumlah

maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau oleh seluruh rumah tangga merupakan

sasaran utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia dan Provinsi Gorontalo khususnya.

Bagi Bank Indonesia, ketahanan pangan menjadi menjadi penting karena terkait kestabilan

harga yang bermuara pada tercapainya inflasi yang rendah dan stabil. Ketahanan pangan erat

kaitannya dengan pola perdagangan antar daerah dan variasi harga antar daerah karena

proksi ketahanan pangan dilihat dari tingkat harga yang terbentuk dari mekanisme penawaran-

permintaan.

Analisis ketahanan (ketersediaan) pangan di suatu daerah yang dimodelkan dengan

ekonometrika data panel spasial diperoleh hasil bahwa variable pendapatan perkapita

penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap pola surplus defisit. Sementara itu dalam

penelitian juga diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh hubungan spasial antara daerah

karena faktor kedekatan geografis.

Pada komoditas beras surplus defisit dipengaruhi oleh produktivitas lahan, pendapatan

perkapita penduduk dan infrastruktur jalan. Beberapa kabupaten di Gorontalo yang

terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan

Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi defisit beras cenderung dialami oleh Kabupaten

Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Kabupaten Boalemo selaku sentra beras mengalami defisit

karena disinyalir terdapat perdagangan hasil produksi ke daerah lain. Surplus defisit pada

komoditas cabe merah hanya dipengaruhi oleh pendapatan perkapita penduduk. Beberapa

kabupaten di Gorontalo yang mengalami surplus cabe merah adalah Kabupaten Gorontalo

Utara dan Kabupaten Gorontalo. Sedangkan yang mengalami kondisi defisit cabe merah adalah

Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato

selaku sentra cabe merah di Gorontalo terindikasi defisit karena hasil produksi cabe merah

langsung dijual ke kabupaten lain sehingga pada kedua kabupaten tersebut mengalami defisit.

Sementara itu, pada komoditas bawang merah dipengaruhi oleh pendapatan perkapita

penduduk dan harga barang input seperti bibit, pupuk dan saprodi. Kabupaten yang

mengalami surplus bawang merah adalah Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo

Utara, sedangkan yang mengalami kondisi defisit bawang merah adalah Kabupaten Boalemo,

Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo.

Page 7: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 21

Surplus defisit minyak goreng dipengaruhi oleh pendapatan perkapita penduduk dan harga

barang input seperti biaya transportasi dari Sulawesi Utara (Bitung) ke Gorontalo. Sementara

itu harga minyak goreng dari provinsi lain/harga barang impor juga mempengaruhi surplus

defisit minyak goreng karena harga minyak goreng di Gorontalo dipengaruhi oleh harga di

Sulawesi Utara. Beberapa kabupaten di Gorontalo yang mengalami surplus minyak goreng

adalah Kabupaten Boalemo, Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Sedangkan

kabupaten yang cenderung mengalami defisit minyak goreng adalah Kabupaten Pohuwato,

Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara. Pada komoditas gula pasir dipengaruhi

oleh pendapatan perkapita penduduk dan infrastruktur jalan. Kondisi surplus defisit

kabupaten/kota menunjukkan bahwa Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Gorontalo dan

Kabupaten Gorontalo Utara cenderung mengalami kondisi surplus gula pasir sedangkan

Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo mengalami defisit gula

pasir.

Hasil analisa derajat variasi harga menunjukkan kecenderungan tren yang semakin menurun

atau dengan kata lain terjadi konvergensi harga sebagai dampak menyempitnya variabilitas

harga yang mendekati rata-rata. Terjadinya konvergensi tersebut diduga karena integrasi antar

kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo. Sementara itu hasil estimasi faktor-faktor penyebab

variasi harga secara umum dipengaruhi oleh variabel pendapatan perkapita penduduk dan

harga barang input. Variabel Jarak ke Sentra Ekonomi (JarKon) pada umumnya tidak

mempengaruhi variasi harga antar daerah disebabkan karena sebagian besar pasokan

komoditas strategis dalam penelitian ini berasal dari wilayah provinsi di sekitar Gorontalo seperti

Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, sementara jarak ke sentra ekonomi yang diukur adalah

Sulawesi Selatan. Hanya komoditas bawang merah yang secara signifikan dipengaruhi oleh

variabel JarKon karena memang bawang merah dipasok dari Sulawesi Selatan.

Dalam hal pola perdagangan antar daerah atau jalur distribusi, pada umumnya menggunakan

jalur tata niaga normal yang melibatkan produsen, pengepul, pedagang besar, pedagang grosir

dan pedagang pengecer dan terakhir ke tingkat konsumen. Infrastruktur penunjang pemasaran

pada umumnya dalam kondisi yang baik, namun demikian pedagang masih menghadapi

kendala berupa (i) ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman, (ii) kerusakan infrastruktur

dan (iii) keterbatasan jumlah armada pengangkut serta (iv) biaya pengangkutan yang tinggi.

Page 8: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 9: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 23

BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Pada triwulan I-2013, indikator perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan

perkembangan yang baik. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada bank umum

tercatat sebesar Rp.3,21 triliun atau tumbuh sebesar 11,65% (y.o.y). Pada BPR,

pengimpunan DPK adalah sebesar Rp18,19 miliar atau tumbuh sebesar 10,47% (y.o.y).

Sementara itu penyaluran kredit yang menggambarkan fungsi intermediasi pada bank umum

tercatat sebesar Rp.5,79 triliun atau tumbuh sebesar 22,20% (y.o.y). Pada BPR, kredit yang

disalurkan mencapai Rp.26,95 miliar atau tumbuh sebesar 25,56% (y.o.y).

Rasio penyaluran kredit terhadap DPK (LDR) pada triwulan laporan mencapai

179,91% pada bank umum dan 148,09% pada BPR. Sementara itu rasio kredit bermasalah

(NPL) pada bank umum masih relatif terjaga dengan persentase 3.17%, sedangkan pada

BPR tercatat tinggi pada angka 11,93%.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI

Pada triwulan I-2013, fungsi intermediasi yang dilakukan oleh industri perbankan

berjalan dengan baik yang tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum

sebesar 179,91% dan BPR sebesar 148,09%. Namun demikian, tingginya angka LDR

tersebut perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini disebabkan karena dalam upaya penyaluran

kreditnya, perbankan harus mendapatkan dana dari daerah lain untuk disalurkan di

Gorontalo. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan masyarakat untuk menyimpan

dananya di bank masih relatif rendah, dibandingkan dengan pemanfaatan

kredit/pembiayaan dari bank. Sementara itu, dilihat dari jenis penggunaannya, kredit pada

bank umum sebagian besar masih di dominasi oleh kredit konsumsi dengan share sebesar

60,23% dari total kredit, sementara pada BPR jenis penggunaan kredit lebih di dominasi

oleh kredit modal kerja dengan share sebesar 49,96%. Secara sektoral, kredit pada sektor

perdagangan besar dan eceran masih mendominasi penyaluran secara sektoral pada bank

umum dan BPR dengan porsi masing-masing sebesar 27,14% dan 34,51%.

3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Data perkembangan jumlah bank di Provinsi Gorontalo hingga triwulan I-2013 adalah

sebagai berikut: bank umum konvensional sebanyak 13 bank, bank umum syariah sebanyak

3 bank dan BPR sebanyak 4 bank. Sementara itu, jaringan kantor bank umum di Provinsi

Gorontalo hingga triwulan laporan antara lain 20 kantor cabang, 35 kantor cabang

pembantu, 2 kantor fungsional, 11 kantor kas serta 24 kantor unit. Sedangkan jaringan

kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas.

Page 10: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil diserap oleh perbankan dari masyarakat

pada triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp.3,21 triliun atau tumbuh sebesar 11,65% (y.o.y).

Growth DPK tersebut meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat 11,59% (y.o.y). Peningkatan growth jumlah DPK tersebut terutama di dorong oleh

kenaikan seluruh komponen DPK antara Giro, Deposito dan Tabungan yang masing-masing

mengalami ekspansi secara tahunan sebesar 26,09%, 1,63% dan 13,18%. Di lihat dari

komponen DPK, pangsa tabungan dalam keseluruhan DPK masih sangat tinggi yaitu

mencapai 54,66% pada periode laporan. Namun demikian hal tersebut mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 65,25%. Graifik 3.2

menunjukkan komposisi pembentuk DPK pada triwulan IV-2012. Sementara itu

pertumbuhan DPK ditunjukkan oleh Grafik 3.1.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)

Tabel 3.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum

Sementara itu, penghimpunan DPK pada BPR pada triwulan laporan tercatat

sebesar Rp.18,19 miliar atau tumbuh sebesar 10,47%. Pertumbuhan DPK tersebut menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh tahunan sebesar 26,15%.

17.52%

27.82%54.66%

Giro

Deposito

Tabungan

IndikatorTw IV-2012

(miliar)

Tw I-2013

(miliar)

Growth Tw IV-

2012 (yoy)

Growth Tw I-

2013 (yoy)

Dana Pihak ketiga 3,040 3,219 11.59% 11.65%

Giro 331 564 5.82% 26.09%

Deposito 725 895 -0.56% 1.63%

Tabungan 1,984 1760 17.93% 13.18%

Sumber : Bank Indonesia

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

11.5

5%

14.1

7%

17.6

6%

19.1

1%

19.3

9%

-7.8

2%

11.4

2%

-9.0

3%

-1.9

9%

14.8

3%

17.5

9%

64.4

6%

13.2

2%

1.43

%

12.5

1%

21.5

3%

9.00

%

29.8

9%

19.9

9%

43.9

8%

25.7

9%

6.31

%

6.99

%

5.82

%

18.2

6%

28.7

7%

26.0

9%

JAN FEB MARAPR MEI JUN JULI AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MARAPR MAY JUN JUL AGSSEPTOKTNOV DES JAN FEB MAR

2011 2012 2013

- Giro

- Deposito

- Tabungan

Page 11: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 25

Penurunan tersebut nampaknya didorong oleh seluruh komponen pembentuk DPK yakni

deposito dan tabungan yang tumbuh tahunan masing-masing sebesar 14,06% dan 5,50%.

3.1.3 PENYALURAN KREDIT

Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan kepada masyarakat pada

triwulan I-2013 mencapai Rp.5,79 triliun atau tumbuh sebesar 22,20% (y.o.y). Angka ini

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.5,53

triliun atau secara tahunan tumbuh sebesar 24,57%.

Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan I-2013 terutama ditopang oleh kredit

konsumsi, dimana pada periode laporan baki debet kredit tercatat sebesar Rp.3,48 triliun

atau tumbuh sebesar 47,84% (y.o.y). Sementara itu kredit investasi mengalami penurunan

penyaluran menjadi sebesar Rp.555 miliar atau terkontraksi sebesar 23,42% (y.o.y) pada

triwulan laporan, di sisi lain kredit modal kerja mengalami peningkatan menjadi sebesar

Rp.1,74 triliun atau tumbuh tahunan sebesar 5,65%. Pertumbuhan kredit berdasarkan

penggunaan dapat dilihat pada grafik 3.3.

Selanjutnya, bila dilihat dari pangsa penggunaan kreditnya, kredit konsumsi masih

mendominasi penyaluran kredit perbankan dengan share sebesar 60,23% pada triwulan

laporan. Di sisi lain, kredit modal kerja menempati urutan kedua dengan pangsa 30,18%,

diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa 9,59%. Pertumbuhan kredit penggunaan dan

pangsa masing-masing jenis kredit terhadap total kredit di Gorontalo, dapat dilihat pada

grafik 3.3 dan 3.4 berikut ini.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan

30.18%

9.59%60.23%

Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MAY JUL SEPT NOV JAN MAR

2011 2012 2013

- Investasi

- ModalKerja

- Konsumsi

Page 12: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Bank Umum

Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit BPR pada triwulan laporan telah

mencapai Rp.26,95 miliar atau tumbuh sebesar 25,56% (y.o.y). Peningkatan penyaluran

kredit BPR ditopang oleh peningkatan hampir seluruh komponen penggunaan kredit antara

lain kredit modal kerja yang tercatat sebesar Rp.13,46 miliar atau tumbuh sebesar 17,43%

(y.o.y) serta kredit konsumsi yang tercatat sebesar Rp.13,09 miliar atau tumbuh 35,97%

(y.o.y). Adanya peningkatan kredit konsumsi BPR pada triwulan laporan mengindikasikan

bahwa kecenderungan masyarakat untuk konsumsi masih diimbangi dengan

kecenderungan untuk menjalankan usaha/bisnis. Sejalan dengan hal tersebut, kredit

investasi juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp.390 juta, atau tumbuh sebesar 6,23% (y.o.y). Masih rendahnya penyaluran

kredit investasi ini disinyalir karena pengetahuan masyarakat akan skim kredit ini masih

relatif rendah sehingga belum memanfaatkannya secara optimal.

Secara sektoral, penyaluran kredit bank umum masih didominasi oleh sektor

perdagangan besar dan eceran dengan baki debet sebesar Rp.1,57 triliun, dengan pangsa

kredit 27,14% terhadap total kredit. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar 4,19%

(y.o.y) namun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,74%

(y.o.y). Di sisi lain, pada sektor lainnya yang mengalami perlambatan adalah pada sektor

listrik, gas dan air bersih yang terkontraksi sebesar 39,24% (y.o.y) serta sektor administrasi

pemerintahan, pertahanan, & jaminan sosial wajib yang mengalami perlambatan sebesar -

32,25% (y.o.y). Perlambatan tersebut diduga pada kedua sektor usaha tersebut masih

belum berjalan secara optimal. Grafik 3.5 dan 3.6 menunjukkan pertumbuhan kredit sektoral

dan komposisi kredit sektoral bank umum.

IndikatorTw IV-2012

(miliar)

Tw I-2013

(miliar)

Growth Tw IV-

2012 (yoy)

Growth Tw I-

2013 (yoy)

Kredit Penggunaan 5,532 5,792 24.57% 22.20%

Modal Kerja 1,719 1748 -25.00% -23.42%

Investasi 565 555 21.81% 5.65%

Konsumsi 3,248 3489 42.66% 47.84%

Sumber : Bank Indonesia

Page 13: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 27

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.5 Grafik 3.6

Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral

Seperti halnya dengan bank umum, pada BPR sektor utama yang disalurkan kredit

adalah sektor perdagangan besar dan eceran dimana pada periode laporan tercatat

sebesar Rp.9,3 miliar dengan pangsa sebesar 34,51% terhadap portofolio kredit BPR.

Sementara dari segi growth, sektor tersebut tumbuh sebesar 15,73% (y.o.y) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 23,32% (y.o.y).

Dilihat dari segi kategori debiturnya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada

bank umum hingga triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp.2,01 triliun atau tumbuh sebesar

0,66% (y.o.y) dengan pangsa kredit sebesar 34,74% dari total kredit di Gorontalo. Baki

debet kredit UMKM sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp.1,99 triliun atau tumbuh 3,82% (y.o.y). Dilihat dari komposisinya, kredit

skala kecil memiliki outstanding terbesar diantara skala kredit lainnya dengan nilai Rp.934

miliar. Sementara kredit skala menengah dan mikro masing-masing memiliki baki debet

sebesar Rp.636 miliar dan Rp.442 miliar. Share kredit skala kecil adalah 46,43%,

sementara kredit skala mikro dan menengah memiliki pangsa masing-masing sebesar

21,97% dan 31,63% terhadap total kredit UMKM. Rasio kredit bermasalah (NPL) kategori

debitur UMKM pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 7,23%, dengan rasio NPL terbesar

pada kredit skala kecil yaitu 14,69% diikuti skala menengah dan mikro masing-masing

sebesar 10,76% dan 3,41%. Grafik 3.7 menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM.

Page 14: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.7

Pertumbuhan Kredit UMKM

Data Kredit Usaha Raktyat (KUR) dari Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian menunjukkan bahwa outstanding KUR hingga posisi triwulan I-2013 tercatat

sebesar Rp.155 miliar namun tumbuh terkontraksi sebesar 12,02% (y.o.y) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 11,65% (y.o.y). Sementara itu, jumlah

debitur yang memperoleh KUR sejak awal penyalurannya di Gorontalo telah mencapai

53.408 debitur dengan nilai nominal (komulatif) penyaluran mencapai Rp.550 miliar. Adapun

bank penyalur KUR di Provinsi Gorontalo pada saat ini adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank

Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia, Bank Sulut dan Bank Syariah

Mandiri. Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Gorontalo ditunjukan sebagaimana

grafik 3.8 berikut.

Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Grafik 3.8 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Page 15: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 29

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan tercermin dari indikator yang menggambarkan risiko kredit

antara lain rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum

dan risiko likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga (DPK)

perbankan dan angka rasio kredit/pembiayaan terhadap dana pihak ketiganya (LDR). Rasio

NPL bank umum pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 3,17% sementara LDR tercatat

sebesar 179,91%.

3.2.1 RISIKO KREDIT

Risiko kredit perbankan sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non

Performing Loans (NPLs) pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 3,17% atau mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,99%. Kenaikan

angka NPLs pada industri perbankan Gorontalo perlu diwaspadai karena berpotensi

meningkatkan risiko kredit sebagai ekses intermediasi yang dilakukan. Dilihat secara

sektoral, rasio kredit bermasalah mengalami lonjakan yang tajam pada sektor pertanian,

perburuan dan kehutanan dengan angka NPLs sebesar 27,40% pada triwulan I-2013 jauh

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,92%. Sementara itu

sektor konstruksi juga mengalami kenaikan rasio kredit bermasalah dari 8,19% pada

triwulan IV-2013 menjadi 22,28% pada triwulan laporan. Sementara itu, rasio kredit

bermasalah (NPLs) untuk BPR tercatat sebesar 11,93%, atau mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,88%. Grafik 3.9 dan 3.10

menunjukkan perkembangan NPL bank umum dan NPL bank umum dilihat dari masing-

masing sektornya.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.9 Grafik 3.10 Perkembangan NPL Bank Umum NPL Bank Umum Per Sektor

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

JAN

FE

B

MA

R

AP

R

ME

I

JUN

JULI

AG

T

SE

P

OK

T

NO

V

DE

S

JAN

FE

B

MA

R

AP

R

MA

Y

JUN

JUL

AG

S

SE

PT

OK

T

NO

V

DE

S

JAN

FE

B

MA

R

2011 2012 20130% 5% 10% 15% 20% 25% 30%

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN

PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

LISTRIK, GAS DAN AIR

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

PERANTARA KEUANGAN

REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN…

KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

Page 16: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Di sisi lain, sektor perikanan sedikit mengalami lonjakan NPLs dengan angka 12,74%

pada triwulan laporan, dibandingkan dengan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar

12,37%. Grafik 3.11 menunjukkan share konsentrasi kredit berdasarkan sektornya.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit

3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS

Indikator risiko likuiditas yang diindikasikan dari jangka waktu komposisi Dana Pihak

Ketiga (DPK) serta Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan tendensi peningkatan yang

tercermin dari meningkatnya pangsa komposisi dana jangka pendek perbankan (tabungan)

dan meningkatnya indikator Loan to Deposit Ratio (LDR). Dilihat dari komposisi DPKnya,

terlihat bahwa komposisi dana jangka menengah-panjang (giro-deposito) relatif lebih sedikit

bila dibandingkan dengan dana jangka pendeknya (tabungan). Pada triwulan I-2013, pangsa

tabungan atas DPK menempati urutan pertama dengan pangsa sebesar 54,66% menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang memiliki pangsa sebesar 65,25% Sementara itu,

dana jangka menengah-panjang (giro dan deposito) memiliki pangsa masing-masing

sebesar 17,52% dan 27,82%. Berkurangnya proporsi dana jangka pendek dan penambahan

share dana jangka menengah panjang akan mengurangi potensi risiko likuiditas yang

dihadapi oleh perbankan. Meskipun potensi risiko likuiditas yang dihadapi perbankan

semakin berkurang ke depan, industri perbankan perlu senantiasa meningkatkan porsi

penghimpunan dana dana jangka menengah-panjang seperti giro dan deposito. Grafik 3.12

menunjukkan perkembangan portofolio DPK bank umum.

Page 17: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 31

Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.12

Perkembangan Portofolio DPK

Rasio kredit/pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan atau lebih

dikenal dengan rasio LDR merupakan indikator risiko likuiditas yang perlu diwaspadai oleh

perbankan. Pada triwulan laporan, tercatat LDR bank umum sebesar 179,91% menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 181,94%. Walaupun LDR bank

umum mengalami penurunan, namun tren perkembangan LDR menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan risiko likuiditas yang dihadapi perbankan di Gorontalo. Rata-rata LDR

pada bank umum di Gorontalo telah melampaui 165% dan pada posisi Bulan Maret 2013

telah mencapai 179,91%. Hal ini mencerminkan bahwa untuk mengimbangi ekspansi

kreditnya, perbankan harus mendapatkan dana dari luar wilayah Gorontalo. Kondisi ini perlu

mendapatkan perhatian lebih, sebab untuk menjaga keseimbangan operasionalnya

perbankan tidak hanya dituntut untuk menyalurkan pembiayaan, namun juga harus

mempertimbangkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) agar rasio LDR tetap terjaga.

Mempertimbangkan kebijakan branchless banking yang saat ini mulai didengungkan,

agaknya perlu bagi perbankan untuk mempersiapkan diri terkait operasionalisasinya. Grafik

3.13 berikut menunjukkan perkembangan LDR perbankan gorontalo.

145%

150%

155%

160%

165%

170%

175%

180%

185%

JAN

FEB

MA

R

APR

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OKT

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

APR

MA

Y

JUN

JUL

AG

S

SEPT

OKT

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

2011 2012 2013

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %)

Page 18: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

3.2.3 RISIKO PASAR

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan, tercermin dari indikator pergerakan suku

bunga dan kurs rupiah. Pada posisi akhir triwulan I-2013, tercatat angka BI Rate sebesar

5,75%, masih belum mengalami perubahan sejak ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur

(RDG) BI pada Bulan Februari Tahun 2012 yang lalu. Angka BI Rate tersebut

mencerminkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia relatif stabil selama tahun 2012

hingga triwulan I-2013.

Sementara itu, kurs rupiah terhadap dollar hingga akhir triwulan I-2013 mengalami

pelemahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada akhir Bulan Maret 2013 tercatat kurs

rupiah terhadap dollar sebesar Rp.9.719,- melemah dibandingkan posisi akhir Bulan

Desember 2012 yang tercatat Rp.9.670,-. Grafik 3.14 menunjukkan perkembangan kurs

rupiah terhadap USD dan BI rate.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.14

Perkembangan Kurs Rupiah terhadap USD dan BI-Rate

Rp7,800.00

Rp8,000.00

Rp8,200.00

Rp8,400.00

Rp8,600.00

Rp8,800.00

Rp9,000.00

Rp9,200.00

Rp9,400.00

Rp9,600.00

Rp9,800.00

Rp10,000.00

5.20%

5.40%

5.60%

5.80%

6.00%

6.20%

6.40%

6.60%

6.80%

7.00%

BI RATE (%)

KURSTENGAH

Page 19: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 33

BOX 3: PENGEMBANGAN KARAWO di TAHUN 2013

Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir (2011-2012), Bank Indonesia bekerja sama dengan

stakeholders eksternal, telah melakukan serangkaian upaya dan kegiatan untuk mendorong

pengembangan karawo sebagai salah satu icon Gorontalo. Hasil nyata yang dirasakan pun

kian terlihat. Penggunaan karawo menyebar luas, tidak hanya sebatas himbauan

pemerintah namun diimplementasikan oleh seluruh instansi struktural maupun vertikal yang

ada di Gorontalo.

Memasuki triwulan pertama tahun 2013 yang

penuh dengan harapan, kegiatan pengembangan

karawo pun membuka lembaran baru. Penjualan

karawo diharapkan tidak hanya di wilayah

Gorontalo, namun mulai merambah ke luar

Gorontalo. Untuk menggapai hal tersebut,

berbagai aspek perlu dibenahi dan dikembangkan.

Oleh karenanya Bank Indonesia berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berbagai

pihak untuk merintis jalan melalui serangkaian pelatihan antara lain: pengelolaan website,

manajemen usaha dan pengelolaan gerai karawo. Disamping itu, digelar pula pelatihan

menjahit tingkat dasar dan terampil untuk meningkatkan kapasitas usaha pengrajin karawo.

Pelatihan tersebut merupakan langkah lanjutan pasca Festival Karawo kedua yang

diselenggarakan pada Bulan Desember 2012 lalu. Setelah penguatan demi penguatan

teknis dilakukan kepada para pengrajin karawo, kini saatnya menginjak pada

pengembangan yang lebih mendalam. Dengan berbagai pelatihan yang telah dilakukan oleh

Bank Indonesia, diharapkan para pengrajin tidak hanya menguasai aspek teknis produksi

semata, namun juga aspek SDM, keuangan hingga pemasaran karawo. Sejalan dengan hal

tersebut, semangat pengembangan karawo tidak hanya dirasakan oleh Bank Indonesia dan

pemerintah daerah, namun juga oleh para pengrajin yang menamakan dirinya Gapokciwo

(Gabungan Kelompok Pecinta Karawo). Sebuah wadah yang berasal dari dari dan untuk

pengrajin yang berupaya memajukan karawo.

Page 20: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 21: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 35

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2013

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya persentase

realisasi dimaksud didorong Belanja Tidak Langsung terutama Belanja Hibah. Sementara

untuk realisasi penerimaan APBD sama dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada triwulan I-2013, kenaikan penerimaan kurang diimbangi penyerapan belanja sehingga

mendorong terjadinya kontraksi fiskal terhadap jumlah uang beredar di masyarakat.

4.1 PENDAPATAN DAERAH

Pada triwulan I-2013, persentase realisasi terhadap target anggaran pendapatan

APBD Pemerintah Provinsi mencapai 29,75%.

Dilihat dari strukturnya, persentase realisasi terbesar terjadi pada Pendapatan Asli

Daerah (25,90%) yang disumbang oleh kenaikan persentase realisasi pajak daerah.

Sementara untuk persentase realisasi Dana Perimbangan mencapai 31,77%.

Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD

triwulan I-2013 sebesar 74,63% relatif sama dibandingkan pangsa dana perimbangan pada

triwulan I-2012 sebesar 73,89%. Sementara pangsa pembiayaan mandiri dari PAD tercatat

15,99% meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,38%.

Tabel 4.2

Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)

Nominal Pencapaian

(%)Nominal

Pencapaian

(%)

Pendapatan Asli Daerah 161.639.396.184 39.066.992.323 24,17 190.742.155.014 49.400.636.744 25,90

Pajak daerah 150.012.733.985 36.985.596.579 24,65 176.259.292.815 47.213.860.608 26,79

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - -

Retribusi Daerah 100.000.000 - - 275.000.000 14.078.065 5,12

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.526.662.199 2.081.395.744 18,06 14.207.862.199 2.172.698.071 15,29

Dana Perimbangan 630.131.540.835 200.778.207.044 31,86 725.527.944.314 230.506.689.442 31,77

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 23.983.008.835 6.731.439.044 28,07 30.230.153.314 174.550.442 0,58

Dana Alokasi Umum 582.140.302.000 194.046.768.000 33,33 652.284.261.000 217.428.080.000 33,33

Dana Alokasi Khusus 24.008.230.000 - - 43.013.530.000 12.904.059.000 30,00

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 121.630.890.000 31.862.468.000 26,20 121.930.890.000 28.947.958.000 23,74

Jumlah Pendapatan 913.401.827.019 271.707.667.367 29,75 1.038.200.989.328 308.855.284.186 29,75

I-2013

APBD 2013 APBD 2012

I-2012

Pendapatan Daerah

Nominal Komposisi

(%)Nominal

Komposisi

(%)

Pendapatan Asli Daerah 161.639.396.184 39.066.992.323 14,38 190.742.155.014 49.400.636.744 15,99

Pajak daerah 150.012.733.985 36.985.596.579 13,61 176.259.292.815 47.213.860.608 15,29

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - -

Retribusi Daerah 100.000.000 - - 275.000.000 14.078.065 0,00

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.526.662.199 2.081.395.744 0,77 14.207.862.199 2.172.698.071 0,70

Dana Perimbangan 630.131.540.835 200.778.207.044 73,89 725.527.944.314 230.506.689.442 74,63

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 23.983.008.835 6.731.439.044 2,48 30.230.153.314 174.550.442 0,06

Dana Alokasi Umum 582.140.302.000 194.046.768.000 71,42 652.284.261.000 217.428.080.000 70,40

Dana Alokasi Khusus 24.008.230.000 - - 43.013.530.000 12.904.059.000 4,18

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 121.630.890.000 31.862.468.000 11,73 121.930.890.000 28.947.958.000 9,37

Jumlah Pendapatan 913.401.827.019 271.707.667.367 100,00 1.038.200.989.328 308.855.284.186 100,00

I-2013

APBD 2013 APBD 2012

I-2012

Pendapatan Daerah

Page 22: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

4.2 BELANJA DAERAH

Pada triwulan I-2013, persentase realisasi terhadap target anggaran belanja APBD

Pemerintah Provinsi mencapai 18,63% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 15,67%.

Dilihat dari strukturnya, kenaikan persentase realisasi terbesar terjadi pada Belanja

Tidak Langsung (24,63%) yang disumbang oleh kenaikan persentase realisasi belanja

hibah. Sementara untuk persentase realisasi Belanja Langsung mencapai 13,07%.

Kenaikan belanja hibah sebagai dampak program subsidi pendidikan oleh Pemerintah

Daerah.

Tabel 4.3

Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Dilihat dari pangsanya, komposisi terbesar penyerapan belanja daerah masih terjadi

pada Pos Belanja Tidak Langsung sebesar 63,60% dengan persentase penyerapan

terbesar pada belanja hibah (25%) dan belanja pegawai (27%). Yang patut mendapat

perhatian adalah komposisi belanja modal yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Nominal Komposisi

(%)Nominal

Pencapaian

(%)

Belanja Tidak Langsung 466.387.095.206,40 106.525.837.505,00 72,43 519.125.857.305 127.862.494.922 24,63

Belanja Pegawai 241.569.991.136,40 50.089.873.831,00 34,06 275.667.239.585 55.242.956.733 20,04

Belanja Subsidi 4.500.000.000,00 - - 4.500.000.000 - -

Belanja Hibah 139.830.890.000,00 41.526.260.236,00 28,24 138.710.890.000 51.005.001.300 36,77

Belanja Bantuan Sosial 5.600.000.000,00 1.060.000.000,00 0,72 1.000.000.000 143.500.000 14,35

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 54.676.214.070,00 12.371.034.144,00 8,41 74.705.181.720 16.749.201.089 22,42

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa15.210.000.000,00 1.478.669.294,00 1,01 18.210.000.000 4.715.482.800 25,90

Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000,00 - - 6.332.546.000 6.353.000 0,10

Belanja Langsung 472.014.731.812,80 40.543.312.895,09 27,57 559.676.063.689 73.167.596.765 13,07

Belanja Pegawai 36.893.361.512,00 3.268.830.827,00 2,22 37.762.107.500 4.511.559.917 11,95

Belanja Barang dan Jasa 289.417.165.499,80 32.913.149.258,09 22,38 331.298.951.796 47.072.628.466 14,21

Belanja Modal 145.704.204.801,00 4.361.332.810,00 2,97 190.615.004.393 21.583.408.382 11,32

Jumlah Belanja 938.401.827.019,20 147.069.150.400,09 100,00 1.078.801.920.994 201.030.091.687 18,63

I-2013

APBD 2013 APBDP 2012

I-2012

Belanja Daerah

Nominal Komposisi

(%)Nominal

Komposisi

(%)

Belanja Tidak Langsung 466.387.095.206,40 106.525.837.505,00 72,43 519.125.857.305 127.862.494.922 63,60

Belanja Pegawai 241.569.991.136,40 50.089.873.831,00 34,06 275.667.239.585 55.242.956.733 27,48

Belanja Subsidi 4.500.000.000,00 - - 4.500.000.000 - -

Belanja Hibah 139.830.890.000,00 41.526.260.236,00 28,24 138.710.890.000 51.005.001.300 25,37

Belanja Bantuan Sosial 5.600.000.000,00 1.060.000.000,00 0,72 1.000.000.000 143.500.000 0,07

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 54.676.214.070,00 12.371.034.144,00 8,41 74.705.181.720 16.749.201.089 8,33

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa15.210.000.000,00 1.478.669.294,00 1,01 18.210.000.000 4.715.482.800 2,35

Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000,00 - - 6.332.546.000 6.353.000 0,00

Belanja Langsung 472.014.731.812,80 40.543.312.895,09 27,57 559.676.063.689 73.167.596.765 36,40

Belanja Pegawai 36.893.361.512,00 3.268.830.827,00 2,22 37.762.107.500 4.511.559.917 2,24

Belanja Barang dan Jasa 289.417.165.499,80 32.913.149.258,09 22,38 331.298.951.796 47.072.628.466 23,42

Belanja Modal 145.704.204.801,00 4.361.332.810,00 2,97 190.615.004.393 21.583.408.382 10,74

Jumlah Belanja 938.401.827.019,20 147.069.150.400,09 100,00 1.078.801.920.994 201.030.091.687 100,00

I-2013

APBD 2013 APBDP 2012

I-2012

Belanja Daerah

Page 23: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 37

4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN

UANG BEREDAR

Kinerja fiskal selama triwulan I-2013 belum menunjukkan perubahan yang signifikan

terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa

6,41%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,77%. Pangsa konsumsi

pemerintah terhadap sektor riil mengalami kenaikan dibandingkan triwulan I-2012, hal ini

terkait program hibah subsidi pendidikan yang dilakukan Pemerintah Daerah.

Demikian juga untuk pangsa Belanja Modal terhadap sektor riil pada triwulan I-2013

mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini

berimplikasi pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi triwulan I-2013.

Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo

sampai dengan akhir triwulan I-2013 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena

realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD.

Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Nominal %PDRB Nominal %PDRB

Konsumsi Pemerintah 792.697.622.218 142.707.817.590 5,72 888.186.916.601 179.446.683.305 6,41

Belanja Pegawai 278.463.352.648 53.358.704.658 2,14 313.429.347.085 59.754.516.650 2,13

Belanja Subsidi 4.500.000.000 - - 4.500.000.000 - -

Belanja Hibah 139.830.890.000 41.526.260.236 1,66 138.710.890.000 51.005.001.300 1,82

Belanja Bantuan Sosial 5.600.000.000 1.060.000.000 0,04 1.000.000.000 143.500.000 0,01

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 54.676.214.070 12.371.034.144 0,50 74.705.181.720 16.749.201.089 0,60

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 15.210.000.000 1.478.669.294 0,06 18.210.000.000 4.715.482.800 0,17

Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000 - - 6.332.546.000 6.353.000 0,00

Belanja Barang dan Jasa 289.417.165.500 32.913.149.258 1,32 331.298.951.796 47.072.628.466 1,68

Pembentukan Modal Tetap Bruto 145.704.204.801 4.361.332.810 0,17 190.615.004.393 21.583.408.382 0,77

Belanja Modal 145.704.204.801 4.361.332.810 0,17 190.615.004.393 21.583.408.382 0,77

APBDP 2013 I-2013I-2012

APBDP 2012 Belanja Daerah

Realisasi %PDRB Realisasi %PDRB

Pendapatan 913.401.827.019,20 271.707.667.366,64 10,89 1.038.200.989.328,20 308.855.284.185,67 11,03

Pendapatan Asli Daerah 161.639.396.184,20 39.066.992.322,64 1,57 190.742.155.014,20 49.400.636.743,67 1,76

Dana Perimbangan 630.131.540.835,00 200.778.207.044,00 8,05 725.527.944.314,00 230.506.689.442,00 8,23

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 23.983.008.835,00 6.731.439.044,00 0,27 30.230.153.314,00 174.550.442,00 0,01

Dana Alokasi Umum 582.140.302.000,00 194.046.768.000,00 7,78 652.284.261.000,00 217.428.080.000,00 7,76

Dana Alokasi Khusus 24.008.230.000,00 - - 43.013.530.000,00 12.904.059.000,00 0,46

Dana Darurat - -

Dana Penyesuaian 121.630.890.000,00 31.862.468.000,00 1,28 121.930.890.000,00 28.947.958.000,00 1,03

Belanja 938.401.827.019,20 147.069.150.400,09 5,89 1.078.801.920.994,20 201.030.091.687,00 7,18

Belanja Pegawai 278.463.352.648,40 53.358.704.658,00 2,14 313.429.347.085,27 59.754.516.650,00 2,13

Belanja Subsidi 4.500.000.000,00 - - 4.500.000.000,00 - -

Belanja Hibah 139.830.890.000,00 41.526.260.236,00 1,66 138.710.890.000,00 51.005.001.300,00 1,82

Belanja Bantuan Sosial 5.600.000.000,00 1.060.000.000,00 0,04 1.000.000.000,00 143.500.000,00 0,01

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 54.676.214.070,00 12.371.034.144,00 0,50 74.705.181.719,70 16.749.201.089,00 0,60

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa15.210.000.000,00 1.478.669.294,00 0,06 18.210.000.000,00 4.715.482.800,00 0,17

Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000,00 - - 6.332.546.000,00 6.353.000,00 0,00

Belanja Barang dan Jasa 289.417.165.499,80 32.913.149.258,09 1,32 331.298.951.796,23 47.072.628.466,00 1,68

Belanja Modal 145.704.204.801 4.361.332.810 0,17 190.615.004.393 21.583.408.382 0,77

Surplus/Defisit (25.000.000.000) 124.638.516.967 5,00 (40.600.931.666) 107.825.192.499 3,85

APBDP 2013 I-2013

APBDP 2012 I-2012

APBD

Page 24: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 25: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 39

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Aliran uang kartal dari kas titipan BI di Bank Mandiri Gorontalo pada triwulan laporan

menunjukkan net outflow sebesar Rp.231,24 miliar. Sementara itu pada triwulan I-2013

ditemukan adanya laporan temuan uang palsu pecahan Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah)

sebanyak 142 lembar di wilayah Kabupaten Pohuwato. Di sisi lain, pertumbuhan kliring dan

RTGS dari sisi nilai mengalami kontraksi pada triwulan laporan masing-masing sebesar

3,20% (q.t.q) dan 21,62% (q.t.q) dibandingkan triwulan sebelumnya.

5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI

5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW)

Perkembangan transaksi pembayaran tunai dilihat dari aliran uang kartal pada posisi

triwulan I-2013 mengalami net inflow sebesar Rp.231,34 miliar yang berarti jumlah uang

yang masuk dalam khasanah kas titipan Bank Indonesia (Rp.859,69 miliar) lebih besar

dibandingkan uang yang keluar dari khasanah kas titipan (Rp.628,45 miliar). Grafik 5.1

menggambarkan hal tersebut.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.1 Net inflow/outflow Kas Titipan Gorontalo Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan

Namun demikian jika dilihat dari perkembangan bulanan, pada posisi Bulan Maret

2013 terjadi net outflow dalam aliran uang kartal di Gorontalo, sebagaimana ditunjukkan

oleh Grafik 5.2. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Gorontalo cenderung

mengeluarkan uang lebih untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok sebagai respon

inflasi bulanan yang pada Bulan Maret 2013 tercatat sebesar 1,07% (m.t.m).

(200,000)

(150,000)

(100,000)

(50,000)

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

Jan

Mar

Me

i

Jul

Sep

t

No

v

Jan

Mar

Me

i

Jul

Sep

t

No

v

Jan

Mar

2011 2012 2013N

etf

low

(R

p.J

uta

)

Seto

ran

-Ba

yara

n (

Rp

.Ju

ta)

Setoran

Bayaran

Net Flow

(250,000)

(200,000)

(150,000)

(100,000)

(50,000)

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2010 2011 2012 2013

Rp

. Ju

ta

Net Flow

Page 26: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR

Penyediaan uang kartal layak edar (ULE) pada posisi triwulan I-2013, mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat Uang Layak Edar (ULE) pada

triwulan I-2013 sebesar Rp.84,68 miliar menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp.99,44 miliar. Sementara itu, jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau

uang lusuh yang ada dalam kas titipan Bank Indonesia meningkat pada triwulan laporan dari

Rp.5,85 miliar (posisi triwulan IV-2012) menjadi Rp.15 miliar. Sebagian besar uang layak

edar yang ada di bank adalah nominal pecahan kertas Rp.100.000,00, sementara uang

tidak layak edar yang ditemukan kebanyakan berdenominasi Rp.10.000,00. Penurunan

jumlah persediaan Uang Layak Edar (ULE) pada triwulan laporan disebabkan karena

tingginya permintaan masyarakat untuk membelanjakan uangnya pada triwulan laporan

sebagai dampak inflasi yang relatif tinggi. Tabel 5.1 menunjukkan penyediaan uang kartal di

kas titipan Gorontalo.

Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu)

Layak edar Tidak Layak Edar Layak edar Tidak Layak Edar

Uang Kertas 100,000 38,500,000 1,500,000 40,000,000 32,200,000 1,200,000 33,400,000

50,000 26,050,000 2,000,000 28,050,000 23,900,000 2,000,000 25,900,000

20,000 9,780,000 700,000 10,480,000 5,980,000 3,000,000 8,980,000

10,000 8,940,000 500,000 9,440,000 3,400,000 6,500,000 9,900,000

5,000 9,615,000 500,000 10,115,000 10,410,000 850,000 11,260,000

2,000 6,022,000 600,000 6,622,000 3,644,000 1,200,000 4,844,000

1,000 527,000 50,000 577,000 155,000 250,000 405,000

Total 99,434,000 5,850,000 105,284,000 79,689,000 15,000,000 94,689,000

Uang Logam 1000

500

100

50 2,000 5,000,000

Total 2,000 - 2,000 5,000,000 - 5,000,000

TOTAL UANG 99,436,000 5,850,000 105,286,000 84,689,000 15,000,000 99,689,000

Jenis Pecahan (Rp)Tw. I 2013

Jumlah (ribu)Tw. IV 2012

Jumlah (ribu)

Sumber : Bank Indonesia

Page 27: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 41

5.1.3 UANG PALSU

Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo

Pecahan / Tahun Emisi Temuan Uang Palsu

100.000 / 2004 142

100.000 / 1999 0

50.000 / 2005 0

50.000 / 1999 0

50.000 / 1993 0

20.000 / 2004 0

10.000 / 2005 0

Jumlah 142

Periode Triwulan I-2013

Sumber : Bank Indonesia

Pada triwulan I-2013 ditemukan adanya laporan temuan uang palsu dari

masyarakat Gorontalo sebanyak 142 lembar. Temuan ini merupakan yang terbesar dalam

kurun waktu 5 tahun terakhir. Adanya tindak kejahatan ini perlu mendapatkan perhatian

yang serius dari berbagai pihak karena dapat merugikan masyarakat. Edukasi dan

sosialisasi publik mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah perlu senantiasa dilakukan.

5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO

Perputaran warkat kliring non BI dilihat dari pertumbuhan jumlah warkatnya jauh

mengalami penurunan pada triwulan I-2013 yang tercatat sebesar -5,89% (q.t.q)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 2,15% (q,t,q). Sejalan dengan itu, dari segi

pertumbuhan nominalnya mengalami kontraksi sebesar 3,20% (q.t.q) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 11,21% (q.t.q). Grafik 5.3 dan 5.4 menunjukkan

perputaran kliring di Gorontalo dan rata-rata perputaran kliring per hari.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

0

50

100

150

200

250

300

350

Jan Mar May Juli sept Nov Jan Mar May Juli sept Nov Jan Mar

2011 2012 2013

No

min

al

(Rp

.Ju

ta)

Le

mb

ar

Nominal (Kanan)

Lembar (Kiri)

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

Jan Mar May Juli sept Nov Jan Mar May Juli sept Nov Jan Mar

2011 2012 2013

No

min

al (

Rp

.Ju

ta)

Lem

bar

Nominal (Kanan)

Lembar (Kiri)

Page 28: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Sementara itu, persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari dari

sisi jumlah lembaran cek/bilyet giro pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 1,33%,

menurun dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 1,44%. Di sisi lain,

persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari dilihat dari sisi jumlah

nominal pada triwulan I-2013 menurun menjadi 1,40% dibandingkan triwulan IV-2012

yang tercatat sebesar 1,86%. Grafik 5.5 menunjukkan persentase rata-rata penolakan

cek & bilyet giro kosong per hari dari sisi jumlah lembaran dan nominalnya.

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Jan

Mar

May

Juli

sept

Nov

Jan

Mar

May

Juli

sept

Nov

Jan

Mar

20

11

20

12

20

13

Nominal (%)

Lembar (%)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo

5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)

Pada triwulan I-2013, transaksi yang dilakukan melalui RTGS (dari dan ke Gorontalo)

dari sisi nilai rata-rata tercatat sebesar Rp.663 miliar atau terkontraksi sebesar 21,62%

(q.t.q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,88% (q.t.q). Sementara

itu, bila dilihat dari volumenya, rata-rata transaksi RTGS pada triwulan laporan adalah

sebanyak 1222 kali, dengan pertumbuhan negatif sebesar 29,35% (q.t.q) jauh lebih rendah

dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 9,17% (q.t.q). Penurunan transaksi

melalui RTGS pada triwulan I-2013 ini diperkirakan karena siklus ekonomi pada triwulan I

relatif belum optimal, sehingga transaksi melalui RTGS baik nilai maupun volumenya masih

sedikit.

Page 29: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 43

Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia

Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

Pertumbuhan (qtq) -5.62% 0.73% -4.92% 0.76% -5.20% 0.74%

Oktober 324 1073 469 667 793 1740

November 287 946 470 649 757 1595

Desember 400 1058 588 796 988 1854

Rata-rata tw IV-2012 337 1026 509 704 846 1730

Pertumbuhan (qtq) 29.12% 5.85% 30.40% 14.41% 29.88% 9.17%

Januari 246 779 467 471 714 1250

Februari 212 728 407 471 618 1199

Maret 208 717 448 500 657 1217

Rata-rata tw I-2013 222 741 441 481 663 1222

Pertumbuhan (qtq) -34.04% -27.72% -13.41% -31.72% -21.62% -29.35%

Bulan

FROM TO FROM + TO

Volume Volume Volume

Page 30: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

BOX 4 : SECURITY FEATURES dan CIRI-CIRI KEASLIAN UANG

RUPIAH

Menyikapi tingginya kasus pemalsuan uang rupiah pada triwulan laporan, maka beberapa hal yang

perlu diperhatikan masyarakat terkait Uang Rupiah Asli adalah sebagai berikut.

I. Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah

Dalam melaksanakan tugas pokok di bidang pengedaran uang, Bank Indonesia selalu berupaya

agar uang yang dikeluarkan dan diedarkan memiliki ciri-ciri dan unsur pengaman yang cukup

mudah dikenali oleh masyarakat namun di pihak lain dapat melindungi uang dari unsur

pemalsuan. Keaslian uang dapat dikenali melalui ciri-ciri yang terdapat baik pada bahan yang digunakan

untuk membuat uang (kertas, plastik atau logam), disain dan warna masing-masing pecahan

uang, maupun pada teknik pencetakan uang tersebut. Dalam penetapan ciri-ciri uang dianut

suatu prinsip bahwa semakin besar nilai nominal uang maka semakin banyak unsur pengaman

(Secutiy Features) dari uang tersebut sehingga aman dari usaha pemalsuan. Security features selain berfungsi sebagai alat pengamanan, baik dalam bentuk kasat mata

maupun tidak kasat mata juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu : a. Fungsi estetika, agar uang tampak menarik. b. Untuk membedakan antara satu pecahan dengan pecahan lainnya, atau antara satu mata

uang dengan mata uang lainnya.

II. Unsur Pengaman pada Uang Kertas Rupiah Unsur pengaman pada uang kertas meliputi bahan uang dan teknik cetak. Pemilihan unsur

pengaman merupakan suatu aspek yang penting agar uang sulit dipalsukan. Perlu disadari

bahwa sulitnya uang untuk dipalsukan tidak semata-mata tergantung pada unsur pengaman,

tetapi juga dipengaruhi oleh gambar disain, warna maupun teknik cetak. Unsur pengaman pada uang kertas Rupiah dapat dibedakan berdasarkan unsur pengaman

yang terbuka (covert security features) dan tidak terbuka (covert security features).

Kebanyakan unsur pengaman adalah yang terbuka dan dapat dilihat dengan mudah oleh

masyarakat. Pendeteksian unsur pengaman tersebut dapat dilakukan dengan mata telanjang

(kasat mata), perabaan tangan (kasat raba), maupun dengan menggunakan peralatan sederhana

seperti kaca pembesar dan ultra violet. Pendeteksian unsur pengaman yang tidak terbuka hanya

dapat dilakukan dengan suatu mesin yang memiliki sensor tertentu yang memiliki tingkat

kepastian dan kecepatan yang cukup tinggi untuk mengetahui unsur pengaman tersebut. Dalam melakukan pemilihan unsur pengaman uang kertas, pada umumnya mempertimbangkan 2

hal utama yaitu: a. Semakin besar nominal pecahan diperlukan unsure pengaman yang lebih baik, kompleks,

dan canggih. b. Unsur pengaman yang dipilih didasarkan pada hasil penelitian dan mempertimbangkan

perkembangan teknologi.

Page 31: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 45

III. Karakteristik Uang Logam Rupiah

Beberapa karakteristik tertentu yang perlu diperhatikan dalam uang logam Rupiah antara lain: a. Setiap pecahan uang logam mudah dikenali baik secara kasat mata dan kasat raba. b. Uang logam menggunakan bahan yang tahan lama dan tidak mengandung zat yang

membahayakan. c. Uang logam yang dikeluarkan dalam ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar atau tidak terlalu

berat. d. Uang logam Rupiah berbentuk bulat, dengan bagian samping bergerigi atau tidak bergerigi.

IV. Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah

Secara sederhana, ciri-ciri keaslian uang rupiah dapat dikenali melalui 3 cara atau yang lebih

dikenal dengan istilah 3D (Dilihat, Diraba dan Diterawang). Berikut ini disampaikan cara mengenali

keaslian uang kertas rupiah.

1. Dilihat

a. Warna terlihat terang dan jelas

b. Terdapat benang pengaman yaitu bahan yang ditanam pada kertas uang dan tampak

sebagai suatu garis melintang apabila diterawang kearah cahaya atau terlihat seperti

dianyam.

c. Pada uang pecahan tertentu seperti Rp100.000 Tahun Eminsi 2004, Rp50.000 Tahun

Emisi 2005, Rp20.000 Tahun Emisi 2004 dan Rp10.000 Tahun Emisi 2005 pada bagian

sudut kanan bawah terdapat tinta OVI (Optical variable Ink) yaitu hasil cetak dalam

dengan menggunakan tinta khusus yang dapat berubah warna apabila dilihat dari sudut

pandang tertentu.

2. Diraba

a. Cetak Intaglio yaitu hasil cetakan yang terasa kasar apabila diraba dan terdapat pada

angka, huruf dan gambar pada setiap uang.

b. Kode tunanetra yaitu kode tertentu untuk mengenali jenis pecahan bagi tunanetra. Di

setiap uang terletak di bagian muka diatas tulisan Bank Indonesia.

3. Diterawang

a. Tanda air adalah suatu gambar tertentu yang dibuat dengan cara menipiskan dan

menebalkan serat kertas untuk membentuk suatu image (umumnya gambar pahwalan)

dan akan terlihat bila diteerawangkan kearah cahaya.

b. Rectoverso, yaitu hasil cetak yang beradu tepat atau saling mengisi antara gambar di

bagian muka uang dengan gambara yang dibagian belakang uang.

Sumber : www.bi.go.id

Page 32: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Page 33: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 6 KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 47

BAB 6 : KESEJAHTERAAN

Jumlah pengangguran di Gorontalo per-Februari 2013 mengalami penurunan

dibandingkan 2012. Sementara angka kemiskinan menurut data 2012 masih berkisar

17,33%. Indeks Pembangunan Manusia Gorontalo sendiri relatif masih rendah

dibandingkan Provinsi lainnya di Sulawesi.

6.1. PENGANGGURAN

Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo pada bulan Februari

2013 tercatat sebanyak 480.382 jiwa atau meningkat dibanding angkatan kerja pada periode

Agustus 2012 yang tercatat hanya 466.073 jiwa. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh

meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja dimana pada Februari 2013 mencapai

459.689 atau naik 3,13% dibanding posisi Agustus 2012 yang tercatat sebanyak 445.729

jiwa. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Gorontalo mengalami penurunan dimana pada

bulan Februari 2013 tercatat sebanyak 4,31%, menurun dibandingkan TPT posisi Agustus

2012 yang tercatat 4,36%.

Tabel 6.1.

Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Jika dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian

nampaknya masih menjadi lapangan usaha sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo

yaitu 161.467 orang (Februari 2013). Jumlah tersebut menurun 4% jika dibandingkan

dengan Agustus 2012. Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang

cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan yaitu 105.067 jiwa atau sebesar 22% dari

total tenaga kerja. Tenaga kerja sektor ini tumbuh 24,5% dibandingkan bulan Agustus 2012.

Februari Agustus Februari Agustus Februari

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 717.600 725.153 732.021 738.885 746.698

Angkatan Kerja 458.579 465.027 471.128 466.073 480.382

Bekerja 437.459 445.210 448.489 445.729 459.689

Tidak Bekerja 21.120 19.817 22.639 20.344 20.693

Bukan Angkatan Kerja 259.021 260.126 260.893 272.812 266.316

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 63,90 64,13 64,36 63,08 64,33

Tingkat Pengangguran Terbuka 4,61 4,26 4,81 4,36 4,31

20132011 2012Ketenagakerjaan

Page 34: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 6 KESEJAHTERAAN

48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Tabel 6.2.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo

6.2. KEMISKINAN

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo hingga Maret 2012 tercatat sebanyak

186.907 jiwa (17,33% dari jumlah penduduk), mengalami penurunan dibandingkan posisi

Maret 2011 yang tercatat sebanyak 198.270 jiwa (18,75% dari jumlah penduduk).

Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2012 sebesar Rp

203.907 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp16.692 perkapita per

bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2011 yang tercatat sebesar Rp183.637 perkapita

per bulan.

Tabel 6.3.

Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas

6.3. RASIO GINI

Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks

gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan

pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan

strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan

tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik

adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke

bawah dan 20% teratas.

Februari Agustus Februari Agustus Februari

Pertanian 179.933 158.973 163.806 168.496 161.467

Industri 40.584 44.015 37.619 37.986 24.092

Perdagangan 64.022 65.851 61.079 67.142 80.068

Jasa Kemasyarakatan 87.087 91.393 91.741 84.390 105.067

Lainnya 65.833 84.978 94.244 87.715 88.995

Total 437.459 445.210 448.489 445.729 459.689

201320122011Ketenagakerjaan

Maret September Maret

Jumlah Penduduk Miskin 198.270 192.396 186.907

Persentase 18,75 18,02 17,33

Garis Kemiskinan Rp187.215 Rp195.685 Rp203.907

Perkotaan Rp194.161 Rp202.305 Rp209.422

Pedesaan Rp183.637 Rp192.274 Rp201.065

Kemiskinan2011 2012

Page 35: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 6 KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 49

Tabel 6.4.

Rasio Gini Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas

6.4. IPM (INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA)

Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai dengan data terakhir

tahun 2011 adalah sebesar 70,82 dengan tren semakin meningkat sejak tahun 2006. IPM

Gorontalo relatif lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di Sulawesi.

Tabel 6.5.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Tabel 6.6

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota

Tahun 2006-2007

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Indeks Pembangunan Manusia 2008 2009 2010 2011

Sulawesi Barat 68,55 69,18 69,64 70,11

Sulawesi Tenggara 69,00 69,52 70,00 70,55

Gorontalo 69,29 69,79 70,28 70,82

Sulawesi Tengah 70,09 70,70 71,14 71,62

Sulawesi Selatan 70,22 70,94 71,62 72,14

Sulawesi Utara 75,16 75,68 76,09 76,54

Page 36: Inflasi Tahunan (yoy) kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi

BAB 6 KESEJAHTERAAN

50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan