propinsi sumatera selatan - bank indonesia...indeks harga konsumen kota palembang 158.33 159.67...

125
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Kantor Bank Indonesia Palembang Triwulan I - 2008

Upload: others

Post on 20-Jun-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Propinsi Sumatera Selatan

Kantor Bank Indonesia Palembang

Triwulan I - 2008

Page 2: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

i

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penyusunan ”Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I

2008” dapat diselesaikan. Kajian ini disusun selain untuk memenuhi kebutuhan internal Bank

Indonesia juga untuk kebutuhan pihak eksternal, yang menyajikan berbagai informasi

berkaitan dengan perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya

bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan laporan ini. Harapan kami,

hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada

masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih

meningkatkan penyajian laporan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya

serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran didalam

pengembangan ekonomi regional.

Palembang, Mei 2008

Ttd

Zainal Abidin Hasni

Pemimpin

Page 3: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

ii

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 4: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GRAFIK vii

INDIKATOR EKONOMI xi

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 9

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan (y-o-y) 9

SUPLEMEN 1 MENYIASATI IKLIM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BERAS 12

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan (q-to-q) 20

SUPLEMEN 2 OPTIMISME KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENURUN 21

1.3. Perkembangan PDRB Dari Sisi Penggunaan 35

1.4. Struktur Ekonomi 36

1.5 Perkembangan Ekspor Impor 39

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG 43

2.1. Inflasi Tahunan (y-o-y) 43

2.2. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang 50

2.3. Inflasi Triwulanan (q-t-q) 53

SUPLEMEN 3 TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH : LANGKAH LOKAL UNTUK

PERANGI INFLASI 54

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 65

3.1. Volume Usaha 65

3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 65

3.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan 66

Page 5: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

iv

SUPLEMEN 4 KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN SUMSEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF 70

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 75

SUPLEMEN 5 SUDAH SAATNYA SUMSEL PUNYA LEMBAGA PENJAMIN KREDIT DAERAH 76

3.5. Kualitas Kredit/Pembiayaan 81

3.6. Perkembangan Perbankan Syariah 82

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 85 4.1. Realisasi APBD 2007 85

4.2. Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) 87

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 91

5.1. Perkembangan Kliring 91

5.2. Perkembangan Perkasan 92

5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau 95

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 97

6.1. Ketenagakerjaan 97

6.2. Pengangguran 99

6.3. Pendapatan per Kapita 102

SUPLEMEN 6 UPAH BURUH TANI SUMSEL DI BAWAH GARIS KEMISKINAN 103

6.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 105

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 107

7.1. Pertumbuhan Ekonomi 107

7.2. Inflasi 109

7.3. Perbankan 110

Page 6: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Daftar Tabel

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Target Pengembangan Areal Kelapa Sawit Sumsel (Hektar) 16

Tabel 1.2. Kenaikan Biaya Input Sektor Properti 19

Tabel 1.3. Kendala Produksi Di Sentara Beras Sumsel 20

Tabel 1.4 Pagu Raskin Daerah Kabupaten/Kota di Sumsel 29

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Sektoral Tahun 2007-2008 (persen) 30

Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Propinsi Sumsel ADHK 2000 Menurut

Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen) 35

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Propinsi Sumsel ADHK 2000

Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen) 36

Tabel 1.8 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 (persen) 37

Tabel 1.9 Persentase PDRB Propinsi Sumsel Menurut Penggunaan Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2007-2008 (persen) 38

Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Triwulan I 2008 47

Tabel 3.1 Perkembangan Bank Syariah Di Sumsel 84

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Tahun 2007 (s.d November) (Rupiah) 86

Tabel 4.2 Persentase Realisasi Pendapatan APBD 2007 (%) 86

Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBD 2007 (s.d November) 86

Tabel 4.4 Dana Alokasi Umum di Propinsi Sumatera Selatan 88

Tabel 4.5 Dana Alokasi Khusus Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Selatan

Tahun 2008 (Juta Rp) 89

Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumsel 92

Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Miliar Rp) 93

Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Miliar Rp) 96

Page 7: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Daftar Tabel

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2007

vi

Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi Triwulan I 2007–Triwulan I

2008 97

Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Provinsi Sumsel Tahun 2007-2008 (persen) 100

Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Provinsi Sumsel Tahun 2007-2008 Atas Dasar

Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 (Rupiah) 102

Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Pertumbuhan Sumsel 107

Page 8: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen) 9

Grafik 1.2. Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel Tw I 2008 per Sektor Ekonomi ADHK 2000 Dengan Migas (persen) 10

Grafik 1.3 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 16

Grafik 1.4 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 16

Grafik 1.5 Perkembangan Harga Minyak Dunia WTI 2007-2008 17

Grafik 1.6 Laju Pertumbuhan Tahunan Sektor Pertanian Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen) 17

Grafik 1.7 Laju Pertumbuhan Tahunan Sektor Jasa-jasa Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen) 17

Grafik 1.8 Laju Pertumbuhan Tahunan Sektor Bangunan Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen) 18

Grafik 1.9 Laju Pertumbuhan Tahunan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen) 18

Grafik 1.10 Pertumbuhan Triwulanan (q-to-q) Kinerja Sub Sektor Pertanian ADHK 2000 (persen) 30

Grafik 1.11 Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektor Listrik, Gas, an Air Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen) 31

Grafik 1.12 Realisasi Pengadaan Semen Sumsel (dalam ton) 2007-2008 32

Grafik 1.13 Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektor PHR Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen) 33

Grafik 1.14 Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektor Keuangan Persewaan dan Jas Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen) 34

Grafik 1.15 Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektor Jasa-jasa Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen) 34

Grafik 1.16 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumsel 2007-2008 (persen) 36

Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumsel 2007-2008 (juta USD) 39

Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor CPO Propinsi Sumsel Tahun 2006-2007 (juta USD) 40

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumsel 2007-2008 (juta USD) 41

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Palembang 2007-2008 (persen) 43

Page 9: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

viii

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kelompok Bahan Makanan Palembang 2007-2008 (persen) 44

Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kelompok Makanan Jadi Palembang 2007-2008 (persen) 45

Grafik 2.4 Event Analysis Inflasi Kota Palembang 2007-2008 48

Grafik 2.5 Inflasi Tahunan (y-o-y) Kelompok Barang dan Jasa Palembang Triwulan I 2008 (persen) 49

Grafik 2.6 Perkembangan Harga Beras Dunia 49

Grafik 2.7 Perkembangan Harga Kedelai Dunia 49

Grafik 2.8 Perkembangan Harga Terigu Dunia 50

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Emas Dunia 50

Grafik 2.10 Perkembangan Harga Minyak Goreng Palembang Januari 2007-Maret 2008 (Rupiah/kg) 50

Grafik 2.11 Perkembangan Harga Beras Mingguan di Kota Palembang Januari 2007-Maret 2008 (Rupiah/kg) 51

Grafik 2.12 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/kg) 51

Grafik 2.13 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/kg) 52

Grafik 2.14 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/kg) 52

Grafik 2.15 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram 52

Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-to-q) Palembang 2007-2008 (persen) 53

Grafik 2.17 Perbandingan Inflasi Bulanan (m-to-m) Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008 58

Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan (q-to-q) Kelompok Barang dan Jasa Palembang Triwulan I 2008 (persen) 58

Grafik 2.19 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang (Maret 2007-Maret 2008) 59

Grafik 2.20 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-to-q) Kelompok Makanan Jadi Palembang 2007-2008 (persen) 60

Grafik 2.21 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-to-q) Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Palembang 2007-2008 (Persen) 62

Grafik 2.22 Exclusion Inflasi Palembang Triwulan I 2008 (persen) 62

Grafik 2.23 Disagregasi Inflasi Tahunan Palembang 2006-2008 (persen) 63

Grafik 3.1 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan di Propinsi Sumsel (Triliun Rp) 66

Page 10: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

ix

Grafik 3.2 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan di Provinsi Sumsel 2007-2008 (Triliun Rp) 67

Grafik 3.3 Pangsa Kredit/Pembiayaan Menurut Jenis Penggunaan di Propinsi Sumsel Triwulan I 2008 68

Grafik 3.4 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Berdasarkan Sektor Ekonomi di Propinsi Sumsel (Triliun Rp) 69

Grafik 3.5 Pangsa Kredit/Pembiayaan Menurut Kepemilikan Bank di Provinsi Sumsel Triwulan I 2008 75

Grafik 3.6 Penyaluran Kredit/Pembiayaan UMKM di Propinsi Sumsel (Triliun Rp) 75

Grafik 3.7 Penyaluran Kredit/Pembiayaan UMKM di Provinsi Sumsel Triwulan I 2008 Menurut Plafon Kredit/Pembiayaan (Triliun Rp) 80

Grafik 3.8 Pangsa Kredit UMKM Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Sumsel Triwulan I 2008 (persen) 80

Grafik 3.9 Kualitas Kredit/Pembiayaan Perbankan di Propinsi Sumsel Triwulan I 2008 (persen) 81

Grafik 3.10 Kredit/Pembiayaan Bermasalah (Gross) Berdasarkan Sektor Ekonomi di Propinsi Sumsel Triwulan I 2008 (persen) 82

Grafik 3.11 Perkembangan Perbankan Syariah 2007-2008 83

Grafik 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan (persen) 85

Grafik 5.1 Perputaran Kliring Perbankan Sumsel 2007-2008 92

Grafik 5.2 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007-2008 94

Grafik 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau 2007-2008 (Miliar Rp) 96

Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan I 2008 98

Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung Menurut Lapangan Pekerjaan di Provinsi Sumsel Triwulan I 2008 100

Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 101

Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu 105

Grafik 7.1 Inflasi dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Tahun 2004-2008 (persen dan saldo bersih) 110

Page 11: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

x

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionallay blank

Page 12: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Indikator Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

xi

INDIKATOR EKONOMI

A. INFLASI DAN PDRB

2008Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21 10.87

PDRB Dengan Migas-Harga Konstan (Miliar Rp) 13,005 13,672 14,476 14,108 13,957 - Pertanian 2,407 2,799 3,248 2,710 2,683 - Pertambangan & Penggalian 3,284 3,358 3,346 3,405 3,307 - Industri Pengolahan 2,372 2,401 2,498 2,530 2,488 - Listrik, Gas dan Air Bersih 64 65 68 69 69 - Bangunan 989 1,006 1,037 1,057 1,042 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,776 1,877 2,017 1,993 1,983 - Pengangkutan dan Komunikasi 585 604 637 661 660 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 532 546 556 562 584 - Jasa 995 1,017 1,070 1,122 1,141

Pertumbuhan PDRB (yoy%) 5.23 5.64 5.47 6.96 7.32

Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 609.64 629.88 640.33 529.69 493.30

Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) 768.70 1,072.37 928.06 572.38 476.04

Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 39.25 28.23 72.32 18.02 27.87

Volume Impor Non Migas (Ribu Ton) 90.78 63.00 105.53 82.69 72.71

INDIKATOR2007

Page 13: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Indikator Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

xii

B. PERBANKAN

2008Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I*)

PERBANKANBank Umum:Total Aset (Rp Triliun) 27.03 27.86 30.04 32.89 31.28DPK (Rp Triliun) 20.65 20.89 22.03 24.13 23.77 - Tabungan (Rp Triliun) 7.11 7.86 8.64 10.18 10.08 - Giro (Rp Triliun) 4.62 4.98 5.26 4.75 4.50 - Deposito (Rp Triliun) 8.93 8.05 8.13 9.20 9.19

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 13.06 15.18 15.58 16.39 16.65 - Modal Kerja 5.76 6.87 7.37 7.96 7.49- Konsumsi 2.96 3.55 3.13 3.18 3.51- Investasi 4.33 4.77 5.08 5.25 5.66- LDR 63.24 72.67 70.72 67.92 70.05

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan sektor ekonomi 13.06 15.18 15.58 16.39 16.65 - Pertanian 1.72 1.89 2.16 2.05 1.92- Pertambangan 0.32 0.32 0.02 0.03 0.03- Industri 1.71 2.52 1.98 2.48 2.56- Listrik, gas, dan air 0.31 0.37 0.44 0.42 0.39- Konstruksi 0.87 0.98 1.24 1.19 1.16- Perdagangan 2.58 3.02 3.27 3.53 3.49- Pengangkutan 0.23 0.24 0.23 0.25 0.25- Jasa dunia usaha 0.72 0.82 0.95 0.98 0.97- Jasa sosial 0.26 0.26 0.21 0.22 0.22- Lainnya 4.33 4.77 5.08 5.25 5.66

- NPL Gross (%) 2.07 2.50 1.82 1.72 2.04 - NPL Net (%) 0.37 0.80 0.33 0.50 0.66

Kredit UMKM (Rp Triliun) 8.41 9.23 10.08 10.42 10.80 Kredit Mikro (< Rp 50 Juta) (Rp Triliun) 3.86 4.02 4.17 4.12 4.39Kredit Kecil (Rp 50 Juta < X < Rp 500 Juta) (Rp Triliun) 2.26 2.62 3.04 3.27 3.44Kredit Menengah (Rp 500 Juta < X < Rp 5 Miliar) (Rp Triliun) 2.30 2.60 2.87 3.03 2.97

BPR:Total Aset (Rp Triliun) 0.25 0.29 0.32 0.34 0.38 DPK (Rp Triliun) 0.19 0.22 0.24 0.26 0.29 Kredit (Rp Triliun) 0.15 0.17 0.19 0.21 0.22 Rasio NPL Gross (%) 11.02 11.03 8.78 8.06 7.30 Rasio NPL Net (%) 8.33 8.67 6.55 5.88 5.18 LDR 77.85 76.81 79.80 79.23 76.00

Bank Umum Syariah:Total Aset (Rp Triliun) 0.59 0.64 0.72 0.80 0.83 DPK (Rp Triliun) 0.33 0.34 0.40 0.52 0.56 - Tabungan 0.15 0.17 0.19 0.27 0.29 - Giro 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 - Deposito 0.16 0.14 0.17 0.21 0.23 Pembiayaan (Rp Triliun) 0.42 0.48 0.57 0.64 0.70

*) Data Februari 2008

INDIKATOR2007

Page 14: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2008

1

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) Tw-I Sumatera Selatan

diperkirakan sebesar 7,32 persen (dengan migas) atau 9,89 persen

tanpa migas. Pertumbuhan tahunan tersebut meningkat dibanding

triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 6,96 persen (dengan

migas) atau 9,28 persen (tanpa migas).

Secara triwulanan (q-to-q), pertumbuhan ekonomi Sumsel

pada Tw-I diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 1,07 persen

dengan migas atau 0,39 persen tanpa migas. Kontraksi ini dipengaruh

oleh faktor musiman, cuaca dan realisasi anggaran pemerintah.

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel

secara tahunan (y-o-y) pada Tw-I masih didominasi oleh konsumsi,

baik konsumsi rumah tangga maupun swasta nirlaba dan konsumsi

pemerintah masing-masing sebesar 7,36 persen, 8,36 persen dan 9,31

persen. Tingginya konsumsi pemerintah merupakan dampak dari

kenaikan gaji PNS yang berkisar 20 persen yang mulai berlaku bulan

Januari 2008.

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I 2008

Pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) Tw-I Sumatera Selatan diperkirakan sebesar 7,32 persen (dengan migas) atau 9,89 persen tanpa migas.

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (y-o-y) pada Tw-I masih didominasi oleh konsumsi.

Page 15: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

2

Dilihat dari sisi sektoral, struktur ekonomi Propinsi Sumsel

pada triwulan I 2008 masih tetap didominasi oleh sektor primer

dengan pangsa sebesar 42,79 persen atau sedikit menurun dibanding

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 43,05 persen. Sektor

sekunder mempunyai pangsa 30,07 persen yang sedikit menurun

dibanding triwulan sebelumnya sebesar 30,12 persen. Sedangkan

pangsa sektor tersier mengalami peningkatan dibanding triwulan

sebelumnya yakni dari sebesar 26,83 persen menjadi 27,13 persen.

Ekspor Sumsel pada Tw-I (data hingga Februari ) 2008 tercatat

sebesar USD 493,3 juta atau menurun 19,08 persen dibanding

triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dibandingkan triwulan

sebelumnya, ekspor pada Tw-I menurun sebesar 32,16 persen (qtq).

Berdasarkan komoditasnya, pangsa ekspor terbesar dicapai oleh karet

sebesar 57,92 persen diikuti oleh CPO 30,16 persen. Berdasarkan

volume, ekspor pada Tw-I tercatat sebesar 476.041 ton atau menurun

sebesar 38,07 persen dibanding triwulan yang sama tahun

sebelumnya (y-o-y) atau menurun sebesar 44,65 persen dibanding

triwulan sebelumnya (q-t-q).

Realisasi impor pada Tw-I tercatat sebesar USD 27,87 juta atau

menurun 28,99 persen dibanding triwulan yang sama tahun

sebelumnya(y-o-y), namun meningkat 8,3 persen dibanding triwulan

sebelumnya (q-to-q). Peningkatan nilai impor secara triwulanan ini

terkait dengan peningkatan penggunaan komponen impor terutama

mesin, perlengkapan transportasi dan produk industri.

Perkembangan Inflasi

Inflasi kota Palembang Triwulan I 2008 (Tw-I) mencapai 10,87 persen

(yoy) dan secara triwulanan mencapai 3,11 persen (qtq). Tekanan

inflasi triwulan ini lebih besar dibandingkan tahun lalu yang tercatat

sebesar 8,21 persen, namun secara triwulanan, laju inflasi Tw-I lebih

rendah dibanding inflasi triwulan IV 2007 yang mencapai 3,28 persen

(qtq).

Ekspor Sumsel pada Tw-I (data hingga Februari ) 2008 tercatat sebesar USD 493,3 juta.

Inflasi kota Palembang mencapai 10,87 persen (yoy) dan secara triwulanan mencapai 3,11 persen (qtq).

Struktur ekonomi Propinsi Sumsel pada triwulan I 2008 masih tetap didominasi oleh sektor primer.

Realisasi impor pada Tw-I tercatat sebesar USD 27,87 juta.

Page 16: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2008

3

Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok bahan makanan

sebesar 18,19 persen diikuti oleh kelompok makanan jadi 15,18 persen

dan sandang 12,84 persen. Secara triwulanan, inflasi tertinggi pada

kelompok bahan makanan dialami oleh komoditas tempe dan tahu

mentah terkait dengan kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku.

Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada triwulan ini adalah

angkutan dalam kota, beras, dan minyak tanah dengan bobot masing-

masing sebesar 5,71 persen, 5,52 persen, dan 3,17 persen.

Berdasarkan disaggregasi inflasi, pada triwulan ini inflasi inti

(core inflation) tercatat sebesar 2,10 persen sedangkan inflasi non inti

(non core inflation) tercatat sebesar 4,19 persen. Administered prices

mencatat laju inflasi sebesar 2,94 persen dan volatile foods sebesar 5,48

persen.

Perkembangan Perbankan Daerah

Total aset perbankan pada Tw-I (data Februari tahun 2008) tercatat

sebesar Rp31,28 triliun. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

mencapai Rp23,78 triliun, meningkat sebesar 15,12 persen dari tahun

lalu (y-o-y) namun menurun sebesar 1,51 persen dari triwulan

sebelumnya (q-t-q). Penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan

mengalami peningkatan sebesar 27,51 persen (y-o-y) dari Rp13,06

triliun menjadi Rp16,68 triliun. Demikian pula secara triwulanan

meningkat sebesar 1,58 persen (q-t-q). Penyaluran kredit UMKM

tercatat sebesar Rp10,80 triliun, meningkat sebesar 28,33 persen (y-o-y)

dibanding tahun lalu atau meningkat sebesar 3,67 persen (q-t-q)

dibanding triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan kredit/pembiayaan yang lebih tinggi dibanding

pertumbuhan DPK pada Tw-I menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR)

mengalami peningkatan dari 67,88 persen pada Tw-IV menjadi 70,01

persen pada Tw-I. Persentase tingkat NPL (gross) pada Tw- I tercatat

sebesar 2,03 persen atau sedikit meningkat dibanding triwulan

sebelumnya yang sebesar 1,72 persen.

Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok bahan makanan.

Total aset perbankan pada Tw-I (data Februari tahun 2008) tercatat sebesar Rp31,28 triliun.

Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan I 2008 tercatat sebesar 70,01 persen.

Page 17: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

4

Perkembangan Keuangan Daerah

Realisasi penerimaan Pemda Propinsi Sumatera Selatan pada semester I

2007 tercatat sebesar 34,49 persen dari anggaran atau sebesar

Rp756,84 miliar dari yang dianggarkan sebesar Rp2.194,24 miliar.

Dilihat dari sisi nominal, pangsa terbesar dari realisasi anggaran berasal

dari Dana Perimbangan yaitu sebesar Rp383,53 miliar. Sedangkan

realisasi PAD pada semester I 2007 tercatat sebesar Rp369,89 miliar

atau sebesar 42,12 persen dari yang dianggarkan sebesar Rp878,09

miliar. Sementara realisasi belanja sampai dengan semester I 2007

tercatat sebesar Rp436,43 miliar, atau baru mencapai 18,95 persen

dari yang dianggarkan sebesar Rp2.302,40 miliar.

Dana Alokasi Umum tahun 2008 yang diterima oleh Propinsi

Sumatera Selatan berjumlah Rp545,77 miliar, meningkat 6,97 persen

dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp510,19 miliar.

Berdasarkan Kabupaten/Kota, daerah yang paling banyak

mendapatkan DAU tahun 2008 adalah Kota Palembang yaitu sebesar

Rp716,13 miliar yang meningkat 8,57 persen dibanding tahun

sebelumnya yang sebesar Rp659,61 miliar. Sementara daerah yang

mendapatkan DAU paling kecil adalah Kabupaten termuda di

Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Empat Lawang sebesar Rp109,19

miliar.

Sementara itu Dana Alokasi Khusus tahun 2008 tertinggi

diperoleh oleh Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp62.590 milliar

dengan alokasi terbesar diperuntukkan bagi nilai pendidikan sebesar

Rp21.752 juta.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Perputaran kliring di pada triwulan I 2008 tercatat sebanyak 192,855

lembar dengan nilai nominal Rp6,45 triliun. Dibandingkan tahun

sebelumnya angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 28,93

persen dari sisi warkat dan sebesar 34,64 persen dari sisi nominal.

Perputaran kliring di pada triwulan I 2008 tercatat sebanyak 192,855 lembar dengan nilai nominal Rp6,45 triliun.

Realisasi penerimaan daerah pada semester I 2007 tercatat sebesar Rp756,84 miliar dan realisasi belanja sebesar Rp436,43 miliar

DAU Sumsel tahun 2008 sebesar Rp545,78 miliar

Page 18: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2008

5

Secara triwulanan terjadi peningkatan volume warkat sebesar 7,97

persen (q-t-q) dari sebanyak 178.616 lembar dan berdasarkan nilai

nominalnya meningkat 13,84 persen dari sebesar Rp5,67 triliun pada

Tw-IV 2007. Peningkatan aktivitas kliring tersebut menunjukkan kembali

pulihnya aktivitas perekonomian setelah libur panjang pada akhir tahun

2007 yang sedikit banyak berpengaruh pada aktivitas ekonomi terutama

penggunaan layanan kliring.

Kegiatan perkasan di Sumsel pada Tw-I mencatat inflow sebesar

Rp2,13 triliun yang meningkat 8,29 persen dibanding triwulan I 2007

(y-o-y) yang sebesar Rp1,97 triliun, namun secara triwulanan

menunjukkan penurunan 14,25 persen dibanding triwulan IV 2007 yang

sebesar Rp2,49 triliun. Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar

Rp2,39 triliun yang meningkat 35,25 persen dibanding triwulan I 2007

(y-o-y) yang sebesar Rp1,77 triliun, namun secara triwulanan juga

menunjukkan penurunan 35,93 persen dari sebesar Rp3,73 triliun pada

triwulan IV 2007. Dengan melihat angka inflow dan outflow, net-

outflow selama triwulan I 2008 sebesar Rp256,72 miliar, sedangkan

pada triwulan I 2007 justru tercatat mengalami net-inflow sebesar

Rp203 miliar. Namun semikian net-inflow Tw-I lebih rendah

dibandingkan triwulan IV 2007 sebesar 79,34 persen dari sebesar

Rp1.242,78 miliar.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Pada Tw-I jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.401.625 orang,

atau mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 3.383.281 orang. Peningkatan angkatan kerja tersebut selain

terkait dengan peningkatan jumlah penduduk usia kerja, juga

disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk yang

menyelesaikan jenjang pendidikan yang ditempuh dan siap

memasuki dunia kerja.

Pada Tw-I jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.401.625 orang.

Kegiatan perkasan di Sumsel pada Tw-I mencatat inflow sebesar Rp2,13 triliun sedangkan outflow sebesar Rp2,39 triliun.

Page 19: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

6

Tingkat pengangguran terbuka pada Tw-I 2008 tercatat sebesar

9,61 persen, naik dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,34

persen. Sementara tingkat setengah pengangguran mengalami

sedikit peningkatan dari sebesar 38,54 persen menjadi sebesar 38,71

persen.

Pada Tw-I, pendapatan perkapita atas dasar harga konstan

2000 (dengan migas) mencapai Rp1.656.796. Angka ini mengalami

penurunan 1,39 persen dibanding dengan Tw-IV 2007 yang mencapai

Rp1.680.196. Sementara itu, pendapatan per kapita regional atas dasar

konstan tanpa migas juga mengalami penurunan sebesar 0,72

persen dari Rp1.278.896 menjadi Rp1.269.732.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup,

melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara

seluruh dunia. Dari 30 propinsi yang diukur IPM-nya, Propinsi Sumsel

menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2

pada tahun 2005. Nilai tersebut sebagai akumulasi dari angka harapan

hidup yang mencapai 68,3 tahun dan pengeluaran riil per kapita yang

disesuaikan sebesar Rp 610.300. Di bidang pendidikan, rata-rata lama

sekolah yang merepresentasikan tingkat pendidikan di Sumsel

tergolong moderat, rata-rata lama sekolah penduduk Sumsel pada

tahun 2005 tercatat sebesar 7,5 tahun. Sementara persentase angka

melek huruf cukup baik yaitu mencapai 95,90 persen.

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Sesuai dengan karakteristik siklikal, pertumbuhan ekonomi Sumatera

Selatan Tw-I I diperkirakan akan tumbuh positif. Berdasarkan proyeksi

dan mempertimbangkan kondisi ekonomi terkini, diperkirakan

pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) pada triwulan II 2008 akan

berada pada kisaran 5,01 persen. Sedangkan secara triwulanan

(q-to-q) pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terkontraksi pada

kisaran 2,87 persen.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 9,61 persen

IPM Sumsel menempati peringkat 13

Diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) pada triwulan II 2008 akan berada pada kisaran 5,01 persen.

Pada Tw-I, pendapatan perkapita atas dasar harga konstan mencapai Rp1.656.796.

Page 20: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2008

7

Diproyeksikan inflasi tahunan pada triwulan II 2008 akan

berada pada level double digit. Hal yang masih perlu diwaspadai

hingga saat ini adalah ketersediaan pasokan barang dan jasa, faktor

distribusi, dan lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu

seperti pada kelompok pendidikan. Berdasarkan proyeksi dan dengan

mempertimbangkan perkembangan harga serta determinan utama

inflasi di Sumatera Selatan, maka diperkirakan tekanan inflasi tahunan

(y-o-y) pada triwulan II 2008 mencapai 10,82 persen, sedangkan inflasi

triwulanan (q-to-q) diperkirakan akan mencapai 0,80 persen.

Inflasi pada triwulan II 2008 diproyeksikan sebesar 10,82 persen (y-o-y).

Page 21: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

8

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 22: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

9

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Secara Tahunan (y-o-y)

Pada triwulan I 2008 (Tw-I) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera

Selatan atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 diperkirakan sebesar Rp13,96 triliun

(dengan migas) atau Rp10,73 triliun (tanpa migas). Sementara itu PDRB atas dasar harga

berlaku tercatat sebesar Rp30,76 triliun (dengan migas) atau Rp20,17 triliun (tanpa migas).

Grafik 1.1

Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000

Dengan Migas (persen)

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Pada triwulan I sektor ekonomi yang mencapai pertumbuhan tahunan tertinggi

adalah sektor jasa-jasa 14,64 persen diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi

12,66 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) 11,70 persen. Sektor

pertanian pada Tw-I mencatat pertumbuhan tahunan 11,43 persen yang meningkat

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

1

5.235.64 5.47

6.967.32

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2007 2008

Pertumbuhan ekonomi

tahunan (y-o-y) Tw-I Sumatera

Selatan diperkirakan sebesar 7,32

persen (dengan migas) atau 9,89

persen tanpa migas. Pertumbuhan

tahunan tersebut meningkat

dibanding triwulan sebelumnya yang

tercatat tumbuh 6,96 persen

(dengan migas) atau 9,28 persen

(tanpa migas). Secara tahunan,

semua sektor ekonomi mencatat

pertumbuhan dan pertumbuhan

terendah terjadi pada sektor

pertambangan dan penggalian

sebesar 0,68 persen.

Page 23: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

10

dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 10,76 persen. Pertumbuhan pada sektor jasa-

jasa di Sumsel terjadi karena meningkatnya permintaan terhadap jasa sebagai imbas dari

meningkatnya kegiatan ekonomi dan pertumbuhan jasa pemerintah yang didorong oleh

peningkatan belanja pegawai.

Grafik 1.2 Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB

Propinsi Sumsel Tw I 2008 per Sektor Ekonomi ADHK 2000 Dengan Migas (persen)

11.43

4.9

7.22

5.43

11.7

9.8

0.68

0 2 4 6 8 10 12

Pertanian

Pertambangan

Industri

LGA

Bangunan

PHR

Pengangkutan

Keuangan

Jasa

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Pertumbuhan pada sektor pengangkutan dan komunikasi terutama disumbang oleh

pertumbuhan sub sektor komunikasi yang tumbuh sebesar 22,19 persen. Sub sektor

pengangkutan pada Tw-I tumbuh sebesar 7,6 persen, atau meningkat dibanding triwulan

sebelumnya yang sebesar 5,86 persen. Peningkatan tersebut disebabkan penggunaan jasa

pengangkutan oleh masyarakat terutama angkutan udara terkait dengan libur panjang

yang terjadi pada bulan Februari dan Maret serta perayaan tahun baru Cina/Imlek yang

jatuh pada bulan Februari 2008. Selain itu, kegiatan konvensi seperti pertemuan organisasi

tingkat nasional yang diselenggarakan di Sumsel, konferensi maupun pertandingan

olahraga tingkat nasional seperti bola basket memberikan kontribusi dalam pertumbuhan

14.64

12.66

Page 24: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

11

sub sektor tersebut. Di sisi lain, pertumbuhan penggunaan sarana komunikasi seluler seiring

dengan peningkatan layanan produk-produk telekomunikasi maupun promosi dari operator

seluler masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan sub sektor komunikasi.

Pertumbuhan sektor PHR ditopang oleh pertumbuhan sub sektor hotel sebesar

21,49 persen, restoran 18,46 persen dan perdagangan besar dan eceran 11,07 persen.

Pertumbuhan pada sektor PHR ini terkait dengan peningkatan permintaan dan konsumsi

masyarakat.

Pertumbuhan sektor pertanian pada Tw-I terutama disumbang oleh pertumbuhan

sub sektor tanaman bahan makanan 18,41 persen, diikuti oleh tanaman perkebunan 12,57

persen, peternakan dan hasil-hasilnya 5,39 persen dan sub sektor perikanan 4,92 persen.

Untuk sub sektor tanaman bahan makanan, dalam hal ini padi, pemerintah propinsi pada

tahun 2008 terus berupaya untuk mendukung pencanangan Sumsel sebagai lumbung

pangan. Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura

Propinsi Sumatera Selatan diketahui bahwa target produksi beras pada tahun 2008 sebesar

1.972.460 ton atau menargetkan kenaikan sebesar 13,56 persen, lebih tinggi dari realisasi

produksi tahun 2007 yang sebesar 1.739.924 ton (lihat Suplemen 1. Menyiasati Iklim Untuk

Meningkatkan Produktivitas Beras). Sementara sub sektor kehutanan mencatat kontraksi

pertumbuhan sebesar 0,13 persen. Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari masa

panen tanaman bahan makanan yang terjadi pada pertengahan maret dan insentif produksi

berupa tingginya harga komoditas pertanian di pasar dunia, terutama Crude Palm Oil (CPO)

dan harga karet alam seiring dengan masih tingginya harga minyak dunia hingga Tw-I.

Harga rata-rata CPO dunia pada selama Tw-I tercatat sebesar USD1,148.52 /metrik

ton, atau meningkat 102,77 persen dibanding triwulan lalu sebesar USD566,43 /metrik ton,

meningkat 29,37 persen dibanding harga pada bulan Desember 2007 yang sebesar USD

887,78 /metrik ton (q-t-q) (Grafik 1.3). Sementara itu, harga karet dunia juga menunjukkan

trend peningkatan, dimana pada Tw-I tercatat sebesar USD298,16 sen/kg, yang meningkat

10,17 persen dibanding harga pada triwulan I 2007 (y-o-y) yang sebesar USD 270,63

sen/kg atau meningkat 16,31 persen dibanding harga pada bulan Desember 2007 yang

sebesar USD 256,35 sen/kg (q-t-q) (Grafik 1.4).

Page 25: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

12

MENYIASATI IKLIM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BERAS

Sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar. Berdasarkan data dari BPS Propinsi Sumatera Selatan, pada triwulan I 2008 total jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 3.074.847 orang, tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian mencapai 1.936.313 orang atau sebesar 62,97 persen. Sub sektor tanaman bahan makanan terutama padi merupakan salah satu sub sektor yang banyak digeluti oleh masyarakat di sektor pertanian selain tentu saja sub sektor lain yang sedang naik daun yakni sub sektor tanaman perkebunan. Secara nasional sasaran kuantitatif pembangunan pertanian di antaranya adalah peningkatan produksi komoditas pertanian utama untuk tahun 2008 dan 2009 (lihat Tabel 1. Target Kenaikan Produksi Komoditas Pertanian 2008 - 2009).

Tabel 1 Target Kenaikan Produksi Komoditas Pertanian 2008 - 2009

No. Komoditas Target Kenaikan 2008 Kenaikan Tahun 2009 (%/tahun)

1 Padi 60 – 61 juta ton 5

2 Jagung 15,9 – 16,5 juta ton 4,23

3 Kedelai 0,85 – 0,90 juta ton 6,5

4 Tebu (gula) 2,74 juta ton 7,09

5 Daging (sapi) 372 ribu ton 3,01

Sumber : Ditjen PLA Departemen Pertanian

Di Propinsi Sumatera Selatan, pemerintah Sumsel yang mencanangkan Sumsel sebagai lumbung pangan juga meningkatkan target produksi sektor pertanian dalam hal ini padi. Berdasarkan informasi dari Dinas tanaman pangan dan hortikultura Propinsi Sumatera Selatan, pada tahun 2007 realisasi produksi beras Sumsel tercatat sebesar 1.739.924 ton beras dan pada tahun 2008 ditargetkan mencapai 1.972.460 ton beras atau meningkat 13,56 persen. Demikian pula informasi yang diperolah dari 10 Kabupaten/Kota di Sumsel, sebagian besar meningkatkan target produksi beras untuk tahun 2008 dengan peningkatan yang bervariasi berkisar antara 0,36 – 60 persen (tabel 1. Realisasi produksi beras 2007 dan target produksi 2008).

Tabel. 2 Realisasi Produksi Beras 2007 dan Target Produksi 2008

Propinsi Sumatera Selatan (Ton) No. Kabupaten/Kota 2007 2008 Kenaikan (%)

1 Ogan Komering Ulu Timur 415,509 430,316 3.56

2 Ogan Komering Ulu Selatan 49,093 76,372 55.57

3 Ogan Komering Ulu 26,425 30,432 15.16

4 Ogan Ilir 259,566 259,566 0.00

5 Pagar Alam 771,754 887,517 15.00

6 Banyuasin 358,484 409,500 14.23

7 Lahat 122,193 78,256 -35.96

8 Musi Banyuasin 128,744 131,686 2.29

9 Muara Enim 107,849 108,242 0.36

10 Lubuk Linggau 10,927 13,522 23.75

11 Sumsel 1,739,924 1,972,460 13.36 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi dan Kabupaten di Sumsel

Suplemen 1

Page 26: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

13

Selama tahun 2007 realisasi produksi beras berdasarkan Kabupaten/Kota, dicapai oleh Kota Pagar Alam dengan realisasi sebesar 771.754 ton sementara yang terendah adalah Kota Lubuk Linggau sebesar 10.927 ton. Dalam rangka mencapai target produksi beras, salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi iklim dimana sektor pertanian secara umum dan produksi beras secara khusus sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Terkait dengan isu yang berkembang saat ini yakni tentang pengaruh perubahan iklim terutama karena terjadinya pemanasan global yang menyebabkan terjadinya pergeseran karakteristik periode musim hujan dan musim kemarau. Pergeseran karakteristik periode musim juga berpengaruh terhadap pergeseran musim tanam yang telah terjadi selama 5 tahun terakhir dimana awal musim tanam bergeser 1-2 minggu, bahkan di daerah di pantai utara pulau Jawa, musim tanam bergeser 1-2 bulan. Selain pergeseran musim tanam, dampak lain adalah terjadinya kekeringan di beberapa daerah sekaligus banjir di daerah lain pada waktu yang sama dengan intensitas dan luasan yang semakin meningkat. Berdasarkan data dari Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (Ditjen PLA) Departemen Pertanian, bencana banjir dan kekeringan yang terjadi di Indonesia pada musim hujan periode Oktober 2007 hingga Februari 2008 seluas 22.270 hektar yang terkena banjir, 77.792 hektar mengalami puso (gagal panen) dan kerugian yang ditanggung sebanyak 501.194 ton gabah kering panen.

Tabel 3. Bencana Banjir dan Kekeringan

Banjir (hektar) Kekeringan (hektar)

Tahun Terkena Puso Kerugian *) Terkena Puso Kerugian *)

1998 143.344 33.152 275.952 180.701 32.557 310.929

2006 322.476 136.080 866.796 267.088 63.034 527.224

2007 196.261 72.362 485.709 295.552 17.348 365.944

MH 2007/2008 **) 22.720 77.792 501.194 - - - *) Gabah Kering Panen (dalam ton) **) Periode Oktober 2007 – Februari 2008 Sumber : Ditjern PLA Departemen Pertanian

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh DirJen Pengelolaan Lahan dan Air Departemen Pertanian yang disampaikan pada acara ”Round Table Discussion & Exhibition Penyusunan Rencana Aksi Migitasi dan Antisipasi Dampak Pemanasan Global di Regional sumatera dan Kalimantan untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan” yang diselenggarakan di Palembang tanggal 14-15 Maret 2008, langkah yang perlu dilakukan oleh instansi terkait dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim tersebut dengan manajemen usaha tani terpadu yang terdiri dari : a. Manajemen Data dan Informasi

1. Mengefektifkan pemanfaatan informasi prakiraan iklim sebagai bahan analisis terjadinya perubahan iklim.

2. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan data pengamatan dari stasiun yg ada untuk mempelajari fenomena iklim & sumberdaya air wilayah dg akurasi, validasi dan kontinuitasnya.

Page 27: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

14

3. Meningkatkan pemanfaatan peta wilayah rawan kekeringan sbg informasi awal memantau kekeringan dalam iklim normal.

4. Mengembangkan sistem deteksi dini kekeringan (early detection system for draught) secara spasial dan temporal.

5. Pengembangan sistem data base tanah, air dan iklim di setiap tingkat daerah otonomi.

6. Sosialisasi Cetak Biru Pengelolaan Banjir dan Kekeringan.

b. Manajemen Teknologi Usaha Tani

1. Melakukan analisis dampak anomali iklim terhadap pergeseran musim. 2. Pengembangan kalender tanam untuk mengoptimalkan saat dan masa tanam. 3. Melakukan pengaturan dan penerapan pola tanam berdasarkan kondisi agroklimat

setempat. 4. Melakukan percepatan tanam dengan menerapkan teknologi tepat guna antara lain

dengan sistem usaha tani Tanpa Olah Tanah (TOT). 5. Introduksi teknologi budidaya hemat air dengan penerapan System Rice

Intensification (SRI) yang dapat mereduksi gas rumah kaca hingga 45 persen dan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan mengintroduksi sistem irigasi berselang yang menurunkan emisi gas metan 80 persen.

6. Menginstruksi varietas padi genjah yang toleran dengan salinitas, kekeringan dan rendaman.

c. Manajemen Sarana dan Pra Sarana irigasi

1. Memperbaiki saluran irigasi untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan air irigasi dengan rehabilitasi/ perbaikan prasarana irigasi.

2. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya air alternatif baik air permukaan atau air tanah dg teknologi pompa.

3. Mobilisasi pompa dengan gerakan partisipatif bagi daerah yang masih tersedia sumber air.

4. Mengoptimalkan sistem gilir-giring dalam distribusi air irigasi. 5. Pengembangan Tata Air Mikro dengan memanfaatkan susutnya air rawa pada

musim kemarau.

d. Manajemen Konservasi 1. Meningkatkan daya dukung DAS dg mencegah kerusakan & memperbaiki

catchment area melalui upaya konservasi lahan. 2. Melakukan konservasi air dg pemanenan hujan dan aliran permukaan. 3. Mengembangkan Teknologi Dam Parit yang dibangun pd alur sungai untuk

menambah kapasitas tampung sungai, memperlambat laju aliran & meresapkan air ke dalam tanah (recharging).

4. Mengembangkan Sumur Resapan.

Page 28: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

15

e. Manajemen Kelembagaan 1. Memberdayakan kelompok tani dalam mengatur jadwal tanam dan menentukan

awal musim tanam. 2. Meningkatkan kemampuan petugas lapang sebagai pendamping petani melalui

pelatihan, sekolah lapangan dan bentuk transfer teknologi lainnya. Dengan target yang telah ditetapkan baik oleh pemerintah di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota untuk meningkatkan produksi beras tersebut dan tantangan yang dihadapi akibat perubahan iklim sebagai dampak dari pemanasan global, diperlukan sinergi dari semua pihak terkait untuk secara bersama berkomitmen dan bertindak mencapai target tersebut.

Page 29: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

16

Tabel 1.1 Target Pengembangan Areal Kelapa Sawit Sumsel (Hektar)

2006 2007 2008 2009 2010Perluasan lahan 5,000 25,000 30,000 30,000 27,000 117,000

Peremajaan tanaman - 2,140 4,500 5,000 1,788 13,428

Tahun Jumlah Kegiatan

Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Selatan

Seiring dengan membaiknya harga CPO di pasar dunia tersebut serta untuk

meningkatkan produktivitas tanaman sawit di Sumsel ditargetkan pengembangan areal

kelapa sawit yang meliputi perluasan dan peremajaan. Target perluasan lahan di Sumsel

pada tahun 2008 seluas 30.000 hektar dan peremajaan seluas 4.500 hektar ( lihat Tabel 1.

Target Pengembangan Areal Kelapa Sawit Sumsel).

Target perluasan lahan sawit pada tahun 2008 tidak mengalami perubahan

dibanding tahun 2007 namun target perluasan lahan pada tahun 2008 meningkat sebesar

11,11 persen.

Kenaikan harga karet alam dunia seiring dengan trend harga minyak dunia yang

sampai dengan Tw-I masih tetap menunjukkan peningkatan. Harga minyak dunia (WTI)

pada Tw-I tercatat sebesar USD 105,34 /barel, atau meningkat tajam sebesar 73,83 persen

dibanding harga pada triwulan I 2007 (y-o-y) dan meningkat 14,81 persen dibanding akhir

tahun 2007 yang tercatat sebesar USD 91,76/barel (q-t-q).

Grafik 1.3 Perkembangan Harga CPO

di Pasar Internasional

1148.52

566.43

768.51750.04

887.78

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2007 2008

USD

/ M

etrik

Ton

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.4 Perkembangan Harga Karet

di Pasar Internasional

270.63

241.52229.97

256.35

298.16

-

50

100

150

200

250

300

350

Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2007 2008

USD

Cen

t / M

etrik

Ton

Sumber: Bloomberg

Page 30: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

17

Grafik 1.5. Perkembangan Harga Minyak Dunia WTI 2007-2008

Sumber: Bloomberg

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 9,84 persen disebabkan

oleh semakin kondusifnya tingkat suku bunga kredit perbankan dan kompetisi bank dalam

menjaring nasabah serta ekspansi dan inovasi produk yang ditawarkan oleh perbankan dan

layanan jasa lainnya.

0

20

40

60

80

100

120

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2007 2008

Grafik 1.6 Laju Pertumbuhan Tahunan Sektor

Pertanian Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 dengan Migas (persen)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2007 2008

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 1.7 Laju Pertumbuhan Tahunan Sektor Jasa-jasa Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 dengan Migas (persen)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2007 2008

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Page 31: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

18

Grafik 1.8

Laju Pertumbuhan Tahunan Sektor Bangunan Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000

Dengan Migas (persen)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2007 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Sektor bangunan pada Tw-I tumbuh sebesar 5,43 persen atau sedikit melambat

dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 5,56 persen. Perlambatan pertumbuhan

tersebut terkait dengan siklus anggaran pemerintah dimana pada triwulan pertama belum banyak

realisasi belanja untuk pembangunan proyek-proyek yang didanai dari APBD maupun APBN.

Kendala yang dihadapi oleh sektor bangunan adalah peningkatan harga bahan

bangunan maupun biaya lain terkait dengan sektor bangunan. Hal tersebut dikonfirmasi dengan

informasi yang diperoleh dari Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di Palembang yang

menunjukkan bahwa selain peningkatan harga bahan bangunan yang rata-rata di atas 10 persen,

juga terjadi kenaikan antara lain, harga BBM, upah pekerja, biaya perijinan, birokrasi serta

keterbatasan lahan dan akses listrik PLN yang masih sulit, menjadi kendala bagi pertumbuhan

sektor bangunan. Kondisi sedemikian menyulitkan pengembang untuk tidak menaikkan harga

rumah.

Sementara salah satu hal yang mendukung pertumbuhan sektor bangunan adalah

peraturan menteri perumahan rakyat yang mendukung pengadaan rumah untuk masyarakat

dengan penghasilan terbatas dengan skim kredit perumahan rakyat bersubsidi. Namun demikian

untuk tahun 2008 pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga Rumah Sehat

Sederhana dari 49 juta menjadi 55 juta.

Grafik 1.9 Laju Pertumbuhan Tahunan Sektor

Pengangkutan dan Komunikasi Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000

Dengan Migas (persen)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2007 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Page 32: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

19

Tabel 1.2 Kenaikan Biaya Input Sektor Properti

No Komponen Input Kenaikan Harga 1 Semen 30 s.d 50 persen 2 Besi Beton 50 s.d 75 persen 3 Kayu Balokan 10 s.d 20 persen 4 Batu 10 s.d 15 persen 5 Batu Bata/Batu Tela 10 s.d 15 persen 6 Daun Pintu 10 s.d 15 persen 7 Genteng 10 s.d 15 persen 8 Seng 10 s.d 15 persen 9 Tukang Bukan Mandor 20 s.d 30 persen

Sektor lain yang mengalami pertumbuhan cukup baik adalah sektor listrik, gas

dan air bersih, mampu tumbuh sebesar 7,22 persen atau sedikit menurun dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh 7,80 persen. Perlambatan pertumbuhan tersebut terutama

dikarenakan perlambatan sesuai siklus pertumbuhan sub sektor gas kota dari yang sebesar

13,73 persen pada Tw-IV menjadi 10,83 persen pada Tw-I. Sementara itu, sub sektor listrik

dan air bersih masing-masing tumbuh 6,53 persen dan 9,89 persen. Berdasarkan informasi

dari PDAM Tirta Musi, pertumbuhan sektor air bersih terkendala oleh relatif tingginya angka

losses yang merupakan pendapatan yang hilang. Hanya sebesar 52,86 persen dari jumlah air

bersih yang dialirkan setiap bulannya yang dapat ditagih dan menjadi pendapatan PDAM,

selebihnya merupakan losses, baik karena masalah teknis seperti kebocoran pipa maupun

pencurian air atau sebab lain.

Sektor industri pengolahan pada Tw-I mengalami peningkatan pertumbuhan dibanding

periode sebelumnya yaitu dari 2,94 persen menjadi 4,9 persen. Pertumbuhan tersebut

disumbang oleh pertumbuhan sub sektor industri pengolahan non migas sebesar 6,65 persen,

sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,57 persen. Pertumbuhan

pada sektor industri non migas ditengarai oleh peningkatan harga jual produk industri non

migas, terkait dengan kendala kenaikan harga bahan baku. Sementara itu, sub sektor industri

migas mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar minus 1,35 persen yang sedikit tumbuh

dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar minus 2,88 persen yang masih

disebabkan oleh permasalahan kapasitas produksi yang terbatas, karena kurangnya input

bahan baku.

Page 33: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

20

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Secara Triwulanan (q-t-q)

Secara triwulanan (q-to-q), pertumbuhan ekonomi Sumsel pada Tw-I diperkirakan

mengalami kontraksi sebesar 1,07 persen dengan migas atau 0,39 persen tanpa migas.

Kontraksi ini dipengaruh oleh faktor musiman, cuaca dan realisasi anggaran pemerintah.

Sektor pertanian diperkirakan masih mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar minus 1

persen akibat penurunan produksi tanaman perkebunan dan perikanan karena faktor

cuaca. Sementara sub sektor tanaman bahan makanan diperkirakan tumbuh positif sebesar

60,12 persen, seiring dengan panen yang terjadi pada sentra-sentra produksi padi. Sektor

peternakan dan hasil-hasilnya juga diperkirakan tumbuh positif meskipun pertumbuhannya

relatif rendah. Kontraksi pertumbuhan yang terjadi tercermin dari hasil Survei Konsumen

yang menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen di Palembang yang menurun (lihat

Suplemen 2. OptimismeKeyakinan Konsumen Palembang Menurun).

Berdasarkan hasil SKDU terhadap sektor pertanian khususnya tanaman bahan

makanan yang dilaksanakan di Ogan Komering Ulu Timur, tepatnya di Belitang diperoleh

informasi bahwa produktivitas sub sektor tanaman bahan makanan pada Tw-I diperkirakan

meningkat pada kisaran 15-20 persen. Meskipun demikian, masih terdapat kendala yang

dihadapi oleh petani di berbagai wilayah yang membatasi pertumbuhan yakni curah hujan

yang tinggi yang mengakibatkan meluapnya sungai dan menggenangi lahan siap panen,

serangan hama tikus, kelangkaan pupuk terutama SP36 dan urea yang memaksa petani

membeli dengan harga yang lebih mahal.

Tabel 1.3 Kendala Produksi Di Sentra Beras Sumsel

Sentra Produksi Kendala Produksi Musi Rawas 1. Hama Tungro

2. Harga Pupuk Relatif Mahal (Urea) 3. Hama Tikus 4. Tindak Pencurian Ternak

Belitang 1. Hama Tikus 2. Jalan/Transportasi Rusak 3. Kelangkaan Pupuk SP36

Sumber : Hasil SKDU, diolah

Meningkatnya produksi padi masih belum sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat

Sumsel karena banyak yang dibeli oleh pedagang beras di luar Sumsel. Berdasarkan

informasi dari Bulog Divre Sumsel-Babel, penyerapan beras petani oleh Bulog yang dimulai

pada minggu ketiga Februari hingga akhir Tw-I baru terealisasi sebanyak 2.750 ton dari

target sebanyak 100 ribu ton. Dari 70 mitra kerja Bulog yang tersebar di Palembang,

Page 34: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

21

OPTIMISME KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENURUN

I. Perkembangan Umum Tingkat Keyakinan Konsumen Palembang selama triwulan I - 2008 secara umum menurun dibanding dengan triwulan - IV 2007. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir triwulan I -2008 mencapai 112.06, sedangkan Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini (IKESI) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masing-masing mencapai 109.56 dan 114.56.

Grafik 1

IKK, IKESI, IEK periode 2007-2008

-

20

40

60

80

100

120

140

Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2007 2008

Inde

ks

IKK IKE IEK

Opt

imis

Pes

imis

Selama triwulan I - 2008, beberapa hal yang menjadi concern bagi

konsumen Palembang masing-masing; penghasilan, ketersediaan dan harga barang dan jasa (lihat grafik 2)

Grafik 2

Pembentuk Keyakinan Konsumen periode 2007-2008

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agus

t

Sep

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Mar

2007 2008

Inde

ks

Penghasilan saat inidibandingkan 6 bln yang lalu

Ekspektasi penghasilan 6bulan yad

Ketersediaan lapangan kerjasaat ini

Ketersediaan lapangan kerja6 bulan yad

Ketepatan waktu pembelian(konsumsi) barang tahanlama

Kondisi ekonomi 6 bulanyad

Opt

imis

Pes

imis

Suplemen 2

Page 35: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

22

II. Keyakinan Konsumen Bulan Januari 2008

IKK pada bulan Januari mencapai 106.89, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 101.67 dan 112.11. Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 125, indeks Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 143.5, indeks Ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 80, indeks Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 99.67, indeks Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 100, dan indeks Kondisi ekonomi 6 bulan yang lalu yang akan datang sebesar 93.67.

2.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi

Sebagian besar responden (sebesar 43 persen) berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 39 persen mengatakan kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 18 persen mengatakan kondisi ekonomi lebih baik (lihat tabel 1).

Tabel 1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden

Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu

Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama

Lebih Buruk

Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 38 86 93 217

Rp3-5 juta 15 23 23 61

>Rp 5 juta 1 8 13 22

Jumlah Responden 54 117 129 300

2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Sebagian besar responden (sebesar 45 persen) mengatakan bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang menyatakan ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebesar 31 persen, sedangkan yang berpendapat lebih baik sebesar 25 persen. Responden SEK pada bulan Januari sebagian besar (sebesar 72 persen) merupakan responden yang pengeluarannya berkisar Rp1 sd. 3 juta. Secara umum, untuk semua kelas berdasarkan pengeluaran per bulan, responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk (lihat tabel 2).

Page 36: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

23

Tabel 2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden

Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu

Pengeluaran per Bulan

Lebih Baik Sama

Lebih Buruk

Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 54 65 98 217

Rp3-5 juta 17 22 22 61

>Rp 5 juta 3 5 14 22

Jumlah Responden 74 92 134 300

2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan

Sebagian besar responden (sebesar 53 persen) menyatakan bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara yang menyatakan naik sebesar 36 persen, sedangkan yang menyatakan lebih buruk sebesar 11 persen. Lebih banyaknya persentase responden yang menyatakan penghasilan lebih baik daripada 6 bulan yang lalu besar kemungkinan ditopang dengan adanya penyesuaian penghasilan antara lain melalui penyesuaian penghasilan dan kenaikan Upah Minimum Provinsi.

Tabel 3 Pendapat Responden terhadap Penghasilannya Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden

Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu

Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah

Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 74 119 24 217

Rp3-5 juta 27 28 6 61

>Rp 5 juta 7 12 3 22

Jumlah Responden 108 159 33 300

2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang

Sebagian besar responden (sebesar 83 persen) menyatakan bahwa harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan dan 16 persen responden mengatakan stabil, sedangkan hanya sebagian kecil berpendapat akan mengalami penurunan.

Page 37: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

24

Tabel 4 Pendapat Responden terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan

Mendatang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden

Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan datang

Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah

Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 174 41 2 217

Rp3-5 juta 56 4 1 61

>Rp 5 juta 20 2 0 22

Jumlah Responden 250 47 3 300

III. Keyakinan Konsumen Bulan Februari 2008 IKK pada bulan Februari mencapai 99.72, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 94.67 dan 104.78. Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 124.33, indeks Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 135.67, indeks Ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 67, indeks Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 86, indeks Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 92.67, dan indeks Kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang sebesar 92.67.

3.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi

Sebagian besar responden (sebesar 56 persen) berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 35 persen mengatakan kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 30 persen mengatakan kondisi ekonomi lebih baik (lihat tabel 5).

Tabel 5 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden

Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan

Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 23 81 131 235

Rp3-5 juta 4 15 28 47

>Rp 5 juta 2 8 8 18

Jumlah Responden 29 104 167 300

Page 38: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

25

3.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Sebagian besar responden (sebesar 52 persen) mengatakan bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang menyatakan ketersediaan lapangan pekerjaan sama sebesar 29 persen, sedangkan lebih baik sebesar 19 persen. Responden SEK pada bulan Februari sebagian besar (sebesar 78 persen) merupakan responden yang pengeluarannya berkisar Rp1 sd. 3 juta. Secara umum, untuk semua kelas berdasarkan pengeluaran per bulan, responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk (lihat tabel 6).

Tabel 6 Pendapatan Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding

6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah

Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 45 68 122 235

Rp3-5 juta 7 14 26 47

>Rp 5 juta 5 5 8 18

Jumlah Responden 57 87 156 300

3.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan

Lima puluh tujuh persen responden mengatakan penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu, yang menyatakan naik 34 persen, dan yang menyatakan lebih buruk sebesar 9 persen (lihat tabel 7).

Tabel 7 Pendapat Responden terhadap Penghasilannya Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden

Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan

Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 81 133 21 235

Rp3-5 juta 14 27 6 47

>Rp 5 juta 6 11 1 18

Jumlah Responden 101 171 28 300

Page 39: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

26

3.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang

Sebagian besar responden (sebesar 83 persen) menyatakan bahwa harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan dan 15 persen responden mengatakan stabil, sedangkan hanya sebagian kecil berpendapat akan mengalami penurunan. Pada setiap kelompok responden berdasarkan jumlah pengeluaran per bulan, sebagian besar responden mengatakan harga akan naik, terlebih lagi pada responden pada kelompok pengeluaran Rp1 sd. 3 juta (lihat tabel 8).

Tabel 8 Pendapat Responden terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada

3 bulan yang akan datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah

Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 199 31 5 235 Rp3-5 juta 35 11 1 47 >Rp 5 juta 16 2 0 18 Jumlah Responden 250 44 6 300

IV. Keyakinan Konsumen Bulan Maret 2008 IKK pada bulan Maret mencapai 98,99, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 92,44 dan 105,33. Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 121, indeks Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 135, indeks Ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 64, indeks Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 86.67, indeks Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 92.33, dan indeks Kondisi ekonomi 6 bulan yang lalu yang akan datang sebesar 94.33. 4.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi

Sebagian besar responden (sebesar 55 persen) berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 31 persen mengatakan kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 16 persen mengatakan kondisi ekonomi lebih baik (lihat tabel 9).

Page 40: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

27

Tabel 9 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden

Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan

Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 34 70 127 231

Rp3-5 juta 10 19 30 59

>Rp 5 juta 1 1 8 10

Jumlah Responden 45 90 165 300

4.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Sebagian besar responden (sebesar 53 persen) mengatakan bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang menyatakan ketersediaan lapangan pekerjaan adalah sama seperti 6 bulan silam sebesar 31 persen, sedangkan yang berpendapat lebih baik sebesar 16 persen. Responden SEK pada bulan Maret sebagian besar (sebesar 77 persen) merupakan responden yang pengeluarannya berkisar Rp1 sd. 3 juta. Secara umum, untuk semua kelas berdasarkan pengeluaran per bulan, responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk (lihat tabel 10).

Tabel 10

Pendapatan Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden

Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan

Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 39 73 119 231

Rp3-5 juta 10 20 29 59

>Rp 5 juta 0 1 9 10

Jumlah Responden 49 94 157 300

4.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan

Sebagian besar responden (sebesar 50 persen responden) menyatakan bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara yang menyatakan naik sebesar 35 persen, sedangkan yang menyatakan lebih buruk sebesar 14 persen (lihat tabel 11).

Page 41: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

28

Tabel 11 Pendapat Responden terhadap Penghasilannya Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden

Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan

Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 81 119 31 231

Rp3-5 juta 22 27 10 59

>Rp 5 juta 3 5 2 10

Jumlah Responden 106 151 43 300

4.4 Prakiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang

Sebagian besar responden (sebesar 78 persen) menyatakan bahwa harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan, 20 persen responden mengatakan stabil, sedangkan yang berpendapat harga akan mengalami penurunan hanya sebesar 2 persen (lihat tabel 12).

Tabel 12

Pendapat Responden terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden

Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan datang Pengeluaran per Bulan

Naik Tetap Turun Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 184 43 4 231

Rp3-5 juta 43 15 1 59

>Rp 5 juta 8 2 0 10

Jumlah Responden 235 60 5 300

Tabel 13 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Palembang

Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb MarIKK 97.33 101.56 104.50 98.06 109.72 113.78 108.67 108.72 115.39 112.06 106.89 99.72 98.89IKESI 87.00 90.89 95.33 90.00 99.89 102.11 97.89 103.44 110.67 109.56 101.67 94.67 92.44

IEK 107.67 112.22 113.67 106.11 119.56 125.44 119.44 114.00 120.11 114.56 112.11 104.78 105.33

2007 2008

Page 42: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

29

Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir dan Ogan Komering Ulu sudah dilakukan

kontrak dengan 41 mitra dengan target pemenuhan 5.050 ton gabah dengan harga

pembelian sebesar Rp4.000 untuk beras/kg dan Rp2.600 untuk gabah/kg. Kendala yang

dihadapi oleh Bulog terkait dengan penyerapan beras petani adalah kadar air yang melebihi

14 persen dan tingkat broken melebihi 20 persen.

Terkait dengan program pemerintah untuk beras miskin (raskin), berdasarkan

informasi dari Bulog Divre Sumsel, pada tahun 2008 pagu alokasi raskin untuk

Kabupaten/Kota di Sumsel sebesar 6.827,67 ton/bulan atau meningkat 23,58 persen

dibanding pagu tahun 2007 yang tercatat sebanyak 5.524,92 ton/bulan.

Tabel 1.4 Pagu Raskin Daerah Kabupaten/Kota di Sumsel

1 Ogan Komering Ilir 707,540 897,670

2 Ogan Ilir 379,840 462,510

3 Musi Banyuasin 342,530 351,510

4 Banyuasin 685,750 911,720

5 Palembang 710,080 993,960

6 Lahat 542,510 365,080

7 Empat Lawang - 214,720

8 Pagar Alam 72,940 92,110

9 Muara Enim 480,820 541,650

10 Prabumulih 62,320 85,490

11 Ogan Komering Ulu 197,620 269,320

12 Ogan Komering Ulu Selatan 313,260 357,770

13 Ogan Komering Ulu Timur 443,480 616,040

14 Musi Rawas 488,540 541,020

15 Lubuk Linggau 97,690 127,100

Sumsel 5,524,920 6,827,670

Pagu 2007 (kg/bulan)

Kabupaten/KotaPagu 2008 (kg/bulan)

No.

Sumber: Bulog Divre Sumsel

Di sub sektor tanaman perkebunan yang pada Tw-I masih terkontraksi sebesar

22,59 persen, komoditas karet dan sawit yang masih tetap menjadi primadona komoditas

hasil perkebunan di Sumsel. Pada Tw-I, fase akhir dari musim gugur daun dan curah hujan

yang tinggi menyebabkan produksi karet menurun. Sementara itu, untuk sawit, kondisi

cuaca cukup mendukung produksi namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi

terutama oleh para pelaku usaha yang membatasi pertumbuhan yakni (i) perizinan untuk

Page 43: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

30

perluasan lahan, (ii) belum cairnya kredit dalam rangka revitalisasi perkebunan, (iii)

pencurian hasil kebun, (iv) buruknya infrastruktur (jalan raya dan jembatan), (v) mahalnya

harga pupuk (NPK, Urea), (vi) tidak tersedianya bibit sawit bersertifikat dalam jumlah yang

banyak, dan (vii) peraturan pemerintah yang dirasakan kurang kondusif dalam hal law

enforcement bagi pabrik-pabrik CPO yang tidak memiliki kebun.

Grafik 1.10 Pertumbuhan Triwulanan (q-to-q)

Kinerja Sub Sektor Pertanian ADHK 2000 (persen)

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Sub sektor peternakan pada Tw-I tumbuh positif sebesar 1,97 persen, sementara

sub sektor kehutanan terkontraksi sebesar 12,36 persen, demikian pula dengan sektor

perikanan yang masih terkontraksi 8,51 persen disebabkan oleh belum kondusifnya cuaca

untuk kegiatan penangkapan ikan.

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Sektoral

Tahun 2007 –2008 (persen )

2008

I II III IV I

1 Pertanian -1.60 16.27 16.03 -16.57 -1.00

2 Pertambangan & Penggalian -2.23 2.24 -0.36 1.78 -2.90

3 Industri Pengolahan -3.48 1.22 4.05 1.26 -1.64

4 LGA -0.01 1.80 3.97 1.91 -0.60

5 Bangunan -1.26 1.73 3.12 1.91 -1.38

6 PHR 0.20 5.73 7.42 -1.17 -0.49

7 Pengangkutan & Komunikasi -1.52 3.11 5.56 3.76 -0.25

8 Keuangan 4.15 2.51 1.84 1.12 4.01

9 Jasa-jasa 1.14 2.16 5.21 4.83 1.74

PDRB dengan Migas -1.40 5.13 5.88 -2.54 -1.07

PDRB Tanpa Migas -0.94 6.21 8.12 -3.93 -0.39

SektorNo.2007

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

*) Angka sangat sementara **) Angka sangat sangat sementara

60.12

1.97

-22.59

-8.51

-12.36

-40 -20 0 20 40 60 80

Tabama

Perkebunan

Peternakan

Kehutanan

Perikanan

Page 44: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

31

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor industri pengolahan pada Tw-I

mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,64 persen yang disebabkan oleh kontraksi

pertumbuhan pada industri migas sebesar 2,06 persen dan industri non migas sebesar 1,53

persen. Kontraksi pertumbuhan pada industri migas disebabkan oleh penurunan produksi

minyak di Sumsel yang berpengaruh pada penurunan pasokan minyak mentah yang akan

diolah oleh kilang minyak. Berdasarkan informasi dari Kilang Musi dan PT. Pertamina E&P di

Prabumulih, lebih dari 60 persen minyak mentah yang diolah di Kilang Musi sebagian besar

berasal dari luar Sumsel. Sementara itu, juga terdapat kendala lain yakni pendangkalan alur

sungai Musi sepanjang 100 km yang menghalangi lalu lintas kapal pengangkut minyak

dengan kapasitas besar.

Kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor industri pengolahan

disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku industri secara umum terutama pada industri

makanan, serta kenaikan biaya bahan bakar yakni minyak tanah sebagai dampak yang

sebetulnya tidak diinginkan dari kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Masih terdapat

pula kekahawatiran ketidakamanan kompor gas gratis yang dibagikan oleh pemerintah

menjadikan masyarakat masih memilih menggunakan kompor minyak tanah meskipun

telah memperoleh pembagian kompor gratis. Selain itu, kelangkaan minyak tanah yang

terjadi pada Tw-I akibat tidak cukupnya pasokan baik di depot maupun di tingkat pengecar

mengakibatkan kenaikan harga.

Grafik 1.11 Laju Pertumbuhan Triwulanan

Sektor Listrik, Gas, dan Air Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen)

-0.06

1.80

3.97

1.91

-0.60-1

0

1

2

3

4

5

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2007 2008 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Dikarenakan faktor siklikal,

pertumbuhan sektor listrik, gas & air

bersih pada Tw-I diperkirakan negatif.

Sub sektor listrik diperkirakan tumbuh

negatif sebesar minus 1,66 persen,

setelah pada triwulan sebelumnya

sempat tumbuh positif dengan

pertumbuhan tertinggi di sektor listrik

yakni sebesar 2,29 persen.

Page 45: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

32

Kontraksi pertumbuhan sub sektor listrik pada Tw-I disebabkan masih

terkendalanya peningkatan kapasitas daya listrik PLN di Sumsel dalam memenuhi

permintaan pelanggan dan calon pelanggan. Berdasarkan informasi dari PT. PLN Wilayah

S2JB, ketersediaan kapasitas listrik di Sumsel sebesar 596 MW, sementara beban puncak

kebutuhan listrik sebesar 381 MW, sehingga surplus listrik di Sumsel tertinggi mencapai

`85 MW dan terendah 112 MW. Surplus tersebut disalurkan ke Lampung, Bengkulu dan

Jambi dengan sistem interkoneksi, sehingga belum semua daerah di Sumsel teraliri listrik

khususnya remote area dimana perkebunan dan pabrik biasanya beroperasi. Kondisi

tersebut memaksa pelaku usaha mengeluarkan biaya tambahan untuk pembelian genset

dan solar sehingga biaya energi yang dikeluarkan lebih mahal dibanding menggunakan

listrik PLN.

Sektor bangunan, pada Tw-I diperkirakan tumbuh negatif sesuai dengan siklusnya

dimana pada triwulan I hampir belum ada realisasi belanja pemerintah untuk

pembangunan proyek-proyek infrastruktur. Hal yang sama juga terjadi di sektor bangunan

swasta. Berdasarkan informasi dari Real Estate Indonesia (REI) Sumsel terungkap bahwa

estimasi pembangunan rumah pada Tw-I lebih rendah dibandingkan triwulan I 2007.

Realisasi pembangunan rumah pada triwulan I 2007 mencapai 3.000 unit sedangkan pada

Tw-I 2008 diprediksi hanya dapat tercapai sebanyak 2.000 unit. Kendala yang dihadapi

oleh sektor bangunan adalah kenaikan harga bahan bangunan seperti semen, besi beton,

kayu balokan, batu, batu bata/batu tela, daun pintu, genteng, seng, dan tukang bukan

mandor. Kenaikan harga bahan bangunan terutama harga semen yang terjadi sejak

triwulan IV 2007 hingga Tw-I tersebut menyulitkan para pengembang untuk

merealisasikan proyek-proyeknya. Kelangkaan semen diduga terjadi akibat tindak

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Realisasi Pengadaan Semen Sumatera Selatan (dalam ton), 2007-2008

Realisasi 191,374 226,950 275,729 271,458 175,404

Tw I 2007 Tw II 2007 Tw III 2007 Tw IV 2007 Tw I 2008

Grafik 1.12 Realisasi Pengadaan Semen Sumatera Selatan (dalam ton) 2007-2008

Page 46: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

33

penimbunan oleh oknum. Kendala lain adalah terbatasnya akses listrik dari PLN di Sumsel

dimana pengembang diharuskan untuk menyediakan perangkat sambungan listrik dan

kemudian harus dihibahkan kepada PLN.

Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial yang dilakukan oleh Bank

Indonesia Palembang, dikonfirmasi bahwa permintaan terhadap rumah selama Tw-I relatif

belum banyak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya. Meskipun demikian,

terdapat potensi permintaan yang tinggi untuk rumah tipe kecil sebagai dampak positif dari

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 03/PERMEN/M/2007 tentang KPR

Bersubsidi yang diperuntukkan bagi golongan masyarakat berpendapatan terbatas.

Sementara itu, untuk rumah tipe menengah dan besar belum banyak mengalami

peningkatan permintaan.

Grafik 1.13 Laju Pertumbuhan Triwulanan

Sektor PHR Propinsi Sumsel 2007-2008 ADHK 2000 Dengan Migas (persen)

0.20

5.73

7.42

-1.17-0.49

-2

0

2

4

6

8

10

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2007 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Kota Palembang terkait dengan Visit Musi 2008 yang launching-nya dilakukan pada awal

Januari 2008 dan juga perayaan Imlek. Occupancy rate hotel di Palembang dilaporkan

cukup tinggi yakni sekitar 80 persen, meskipun terdapat kendala terutama masih

lemahnya daya dukung sektor transportasi untuk kegiatan tourisme. Peningkatan

pertumbuhan sub sektor hotel tersebut juga diikuti oleh peningkatan kinerja sub sektor

Sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR) pada Tw-I mencatat

kontraksi pertumbuhan triwulanan yaitu

sebesar minus 0,49 persen. Kontraksi

pertumbuhan tersebut terutama

dikarenakan oleh kontraksi pertumbuhan

sub sektor perdagangan besar dan eceran

sebesar minus 0,88 persen terkait dengan

kembali normalnya konsumsi masyarakat

pasca lebaran, Idul Adha, Natal dan tahun

baru. Sementara itu, sub sektor hotel dan

restoran masih tumbuh positif masing-

masing sebesar 3,34 persen dan 3,81

persen terkait dengan mulai meningkatnya

jumlah wisatawan di Sumsel terutama di

Page 47: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

34

restoran dimana Sumsel khususnya Kota Palembang mempunyai potensi sebagai daerah

tujuan wisata kuliner.

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh negatif sebesar minus 0,25 persen,

dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh positif 3,76 persen dengan alasan yang sama

dengan sektor PHR. Kontraksi pertumbuhan di sektor ini seiring dengan kontraksi pada sub

sektor pengangkutan sebagai dampak dari penurunan kegiatan pengangkutan pasca

perayaan hari raya keagamaan pada akhir tahun 2007 dan perayaan tahun baru, juga

kondisi cuaca yang kurang mendukung kegiatan pelayaran. Sebaliknya, sub sektor

komunikasi masih tumbuh positif diperkirakan sebesar 4,72 persen sebagai dampak dari

pertumbuhan penggunaan seluler.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, tumbuh sebesar 4,01 persen

atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,12 persen. Tingkat

suku bunga perbankan yang semakin rendah serta kompetisi antar bank dalam

menawarkan produk kondisif mendukung pertumbuhan sektor ini.

Sektor jasa-jasa, tumbuh sebesar 1,74 persen atau lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 4,83 persen. Masih rendahnya pertumbuhan ini tidak

lepas dari masih minimnya realisasi belanja pemerintah daerah serta kegiatan usaha swasta

yang belum banyak pada awal tahun.

Grafik 1.15 Laju Pertumbuhan Triwulanan

Sektor Jasa-jasa Propinsi Sumsel 2007-2008

ADHK 2000 Dengan Migas (persen)

1.14

2.16

5.21

4.83

1.74

0

1

2

3

4

5

6

Tw I T w II Tw III Tw IV Tw I

2007 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 1.14 Laju Pertumbuhan Triwulanan

Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Propinsi Sumsel 2007-2008

ADHK 2000 Dengan Migas (persen)

4 .15

2 .51

1.84

1.12

4.01

0

1

2

3

4

5

T w I T w II T w III T w IV T w I

2007 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Page 48: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

35

1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan

Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (y-o-y) pada Tw-I masih didominasi

oleh konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun swasta nirlaba dan konsumsi

pemerintah masing-masing sebesar 7,36 persen, 8,36 persen dan 9,31 persen. Tingginya

konsumsi pemerintah merupakan dampak dari kenaikan gaji PNS yang berkisar 20 persen yang

mulai berlaku bulan Januari 2008.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang sebesar 7,36 persen terdiri dari

pertumbuhan konsumsi makanan dan non makanan masing-masing sebesar 7,14 persen.

Konsumsi rumah tangga tersebut terkait dengan komponen makanan yang masih

mendominasi pengeluaran rumah tangga. Selama Tw-I Indeks Keyakinan Konsumen

menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya meskipun masih dalam level

pesimis kecuali indeks ekspektasi konsumen yang masih berada pada level optimis

meskipun nilainya menurun dibanding triwulan sebelumnya.

Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Propinsi Sumsel

ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 – 2008 (persen) 2008

I II III IV I

1 Konsumsi Rumah Tangga 7.35 7.99 7.74 6.92 7.36

2Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba

4.63 4.40 5.58 7.77 8.36

3 Konsumsi Pemerintah 6.18 5.02 7.21 9.15 9.31

4 PMTDB 11.97 10.85 8.89 8.03 7.37

5 Perubahan Stok -56.11 -67.26 -74.50 35.76 62.96

6 Ekspor Barang & Jasa -7.27 -8.53 -8.68 10.60 13.82

7 Impor Barang & Jasa 15.34 14.86 6.55 8.88 9.67

Total 5.23 5.64 5.47 6.62 7.32

PenggunaanNo.2007

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Dari kegiatan perdagangan, ekspor tumbuh 13,82 persen meningkat dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,60 persen. Sementara itu, impor mencatat

pertumbuhan tahunan sebesar 9,67 persen meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 8,88 persen sebagai konsekuensi meningkatnya konsumsi barang-barang impor

sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Secara triwulanan (q-t-q) semua komponen tumbuh negatif disebabkan oleh

penurunan permintaan agregat baik konsumsi maupun ekspor. Komponen impor yang

Page 49: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

36

justru tumbuh positif sebesar 2,15 persen yang mencerminkan bahwa kebutuhan terhadap

komponen barang dan jasa yang dipenuhi dari luar Sumsel justru meningkat.

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Propinsi Sumsel

ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 – 2008 (persen) 2008

I II III IV I

1 Konsumsi Rumah Tangga -1.01 2.52 2.61 2.67 -0.60

2 Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba -0.61 1.76 2.69 3.76 -0.06

3 Konsumsi Pemerintah -2.49 1.33 5.04 5.16 -2.34

4 PMTDB -2.09 2.94 3.85 3.21 -2.69

5 Perubahan Stok -17.52 -22.36 -44.71 388.38 -18.90

6 Ekspor Barang & Jasa -0.93 6.41 5.93 2.59 -1.57

7 Impor Barang & Jasa -1.49 2.56 2.57 2.06 2.15

Total -1.40 5.13 5.88 -2.54 -1.07

PenggunaanNo.2007

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Penurunan tingkat konsumsi baik rumah tangga, swasta nirlaba maupun pemerintah

tidak terlepas dari faktor siklikal yakni menurunnya tingkat permintaan terhadap barang dan

jasa yang mencapai puncaknya pada triwulan IV-2007. Sementara itu, kontraksi

pertumbuhan pada ekspor dan pertumbuhan positif pada impor menyebabkan ekspor netto

pada Tw-I tercatat sebesar minus 3,75 persen, atau menurun dibanding net ekspor pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 0,53 persen.

1.4. Struktur Ekonomi

Grafik 1.16

Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumsel 2007-2008 (persen)

0 15 30 45 60

I 2007

II 2007

III 2007

IV 2007

I 2008

Primer Sekunder Tersier

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Dilihat dari sisi sektoral, struktur

ekonomi Propinsi Sumsel pada triwulan I

2008 masih tetap didominasi oleh sektor

primer dengan pangsa sebesar 42,79 persen

atau sedikit menurun dibanding triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 43,05

persen. Sektor sekunder mempunyai pangsa

30,07 persen yang sedikit menurun

dibanding triwulan sebelumnya sebesar

30,12 persen. Sedangkan pangsa sektor

tersier mengalami peningkatan dibanding

triwulan sebelumnya yakni dari sebesar

26,83 persen menjadi 27,13 persen.

Page 50: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

37

Tabel 1.8 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumsel

Tahun 2007 – 2008 (persen)

2008**

I II III IV I

1 Pertanian 17.59 18.93 20.30 16.58 16.50

2 Pertambangan & Penggalian 24.72 24.62 23.69 26.47 26.29

Sektor Primer 42.31 43.55 43.99 43.05 42.79

3 Industri 23.36 22.70 22.42 23.60 23.72

4 LGA 0.57 0.55 0.53 0.51 0.50

5 Bangunan 6.15 6.01 5.97 6.01 5.85

Sektor Sekunder 30.08 29.26 28.92 30.12 30.07

6 PHR 11.92 11.95 12.01 11.76 11.81

7 Pengangkutan 4.21 4.07 4.06 4.04 3.98

8 Keuangan 3.49 3.45 3.34 3.38 3.49

9 Jasa-jasa 7.99 7.72 7.69 7.65 7.85

Sektor Tersier 27.61 27.19 27.10 26.83 27.13Total 100 100 100 100 100

SektorNo. 2007*

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

*) Angka sangat sementara **) Angka sangat sangat sementara

Penurunan sektor primer terutama dikarenakan oleh penurunan kontribusi kedua

sektor ekonomi dalam sektor primer yakni sektor pertanian dari sebesar 16,58 persen

menjadi 16,50 persen dan sektor pertambangan dan penggalian dari 26,47 persen

menjadi 26,29 persen.

Penurunan pada sektor primer terkait dengan masih berlangsungnya fase akhir

musim gugur daun yang berpengaruh pada produksi karet serta cuaca yang kurang

kondusif untuk penangkapan ikan serta penurunan produksi minyak dan gas di Sumsel.

Sedangkan pada sektor sekunder, penurunan kontribusi disumbangkan oleh penurunan

konstribusi sektor bangunan yakni dari 6,01 persen menjadi 5,85 persen terkait dengan

belum banyaknya aktivitas pembangunan pada awal tahun terutama yang dibiayai oleh

anggaran pemerintah. Sektor listrik, gas dan air juga mengalami sedikit penurunan yakni dari

0,51 persen menjadi 0,50 persen terkait dengan telah mulai berjalannya konversi dari minyak

tanah ke gas. Sedangkan sektor industri pengolahan mengalami peningkatan kontribusi yakni

dari 23,60 persen menjadi 23,72 persen terkait dengan peningkatan aktivitas pengolahan

industri non migas.

Page 51: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

38

Konstribusi sektor tersier pada Tw-I meningkat disumbang oleh peningkatan semua

sektor ekonomi pada sektor tersier kecuali sedikit penurunan yang terjadi pada sektor

pengangkutan dan komunikasi yakni dari 4,04 persen menjadi 3,98 persen.

Dari sisi penggunaan, secara struktural, konsumsi masih memperlihatkan peran yang

sangat dominan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Selatan pada Tw-I

2008. Kontribusi konsumsi pada Tw-I yang mencapai 66,09 persen yang sedikit meningkat

dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 65,66 persen. Kontribusi konsumsi rumah

tangga tercatat sebesar 58,12 persen yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 57,72 persen terkait dengan peningkatan harga-harga barang konsumsi. Demikian

pula dengan konsumsi swasta nirlaba tercatat sebesar 1,09 persen dari sebesar 1,04 persen

pada triwulan sebelumnya, sedangkan konsumsi pemerintah kontribusinya sedikit menurun

yakni dari 6,90 persen menjadi 6,88 persen seiring dengan siklus realisasi anggaran

pemerintah sebagai stimulus fiskal.

Tabel 1.9

Persentase PDRB Propinsi Sumsel Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2007 - 2008 (persen) 2008**

I II III IV I

I. 90.61 89.45 89.05 87.87 87.29

a. 68.40 66.84 66.53 65.66 66.09

1 Konsumsi Rumah Tangga 60.41 58.85 58.59 57.72 58.12

2 Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 1.13 1.08 1.04 1.04 1.09

3 Konsumsi Pemerintah 6.86 6.91 6.90 6.90 6.88

b. 22.21 22.61 22.52 22.21 21.20

II. 12.37 13.46 13.40 11.88 11.66

a. 40.95 40.96 40.79 40.74 40.91

b. 28.58 27.50 27.39 28.86 29.25

Ekspor Barang & Jasa

Impor Barang & Jasa

Komponen Konsumsi

Penggunaan

Komponen Eksternal

PMTDB

2007*

Komponen Internal

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

*) Angka sangat sementara **) Angka sangat sangat sementara

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) menunjukkan sedikit

penurunan dari 22,21 persen menjadi 21,2 persen yang menyiratkan kondisi ekonomi,

kondisi investasi dan prospek yang dipandang masih belum optimal. Kebijakan pemerintah

dan beberapa peraturan daerah yang kurang kondusif, serta kondisi infrastruktur yang

dipandang masih menjadi kendala bagi pengembangan usaha.

Page 52: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

39

Kontribusi ekspor netto yang pada Tw-I tercatat sebesar 11,66 persen yang

menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 11,88 persen. Penurunan kontribusi

sektor eksternal pada Tw-I disebabkan oleh pertumbuhan impor yang lebih besar dari

peningkatan ekspor. Kontribusi komponen ekspor sedikit meningkat dari sebesar 40,71

persen pada Tw-IV 2007 menjadi sebesar 40,91 persen pada Tw-I (meningkat 1,24 persen).

Sementara impor mengalami peningkatan sebesar 2,38 persen, dari sebesar 27,43 persen

menjadi 29,81 persen pada Tw-I 2008.

1.5. Perkembangan Ekspor Impor

Ekspor Sumsel pada Tw-I (data hingga Februari ) 2008 tercatat sebesar USD 493,3 juta atau

menurun 19,08 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar

USD609,64 juta. Sementara dibanding triwulan sebelumnya, ekspor pada Tw-I menurun

sebesar 32,16 persen (qtq) dari sebesar USD727,18 juta. Berdasarkan komoditasnya, pada

Tw-I pangsa ekspor terbesar dicapai oleh karet sebesar 57,92 persen diikuti oleh CPO 30,16

persen.

Berdasarkan volume, ekspor pada Tw-I tercatat sebesar 476.041 ton atau menurun

sebesar 38,07 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-o-y) yang

tercatat sebesar 768.702 ton dan menurun sebesar 44,65 persen dibanding triwulan

sebelumnya (q-t-q) yang sebesar 860.033 ton.

Grafik 1.17

Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumsel 2007 - 2008 (juta USD)

609 630 640727

493

0

500

1000

I 07

II 07

III 0

7

IV 0

7

I 08

Sumber : DSM Bank Indonesia

Korea terkait dengan kebutuhan untuk produksi ban mendorong stabilnya permintaan.

Peningkatan produktivitas melalui peremajaan karet yang telah tua dan proses pengolahan

Harga komoditas karet dan sawit

di pasar dunia yang masih tetap tinggi,

diharapkan menjadi pendukung

tingginya kinerja komoditas primadona

Sumsel tersebut. Harga minyak dunia

yang masih tetap bertengger di atas USD

100/barel masih tetap menjadi

pendukung tingginya permintaan

terhadap karet alam. Permintaan dari

negara industri seperti Cina, Jepang dan

Page 53: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

40

sesuai dengan standar mutu internasional merupakan sebuah keharusan agar tetap mampu

berkompetisi di pasar internasional.

Pada Tw-I nilai ekspor CPO tercatat sebesar UDS148,78 juta atau meningkat 161,23

persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-o-y) atau meningkat 0,52

persen dibanding triwulan sebelumnya (q-t-q). Peningkatan nilai ekspor CPO tersebut tidak

terlepas dari tingginya harga CPO dunia serta permintaan terhadap CPO. Sementara dilihat

dari volumenya, pada Tw-I tercatat sebanyak 131.380,77 ton, yang meningkat 59,76

persen dibanding Tw-I 2007 (y-o-y) namun menurun 8,18 persen dibanding Tw-IV 2007

(q-t-q).

Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor CPO Propinsi Sumsel Tahun 2006-2007

(juta USD)

56.95

101.58

56.56

148.02 148.78

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Tw I

07

Tw II

07

Tw II

I 07

Tw IV

07

Tw I

08

Sumber : DSM Bank Indonesia

Jika dilihat berdasarkan negara tujuan ekspor, RRC merupakan negara tujuan utama

ekspor Sumatera Selatan pada Tw-I dengan pangsa terbesar 33,56 persen diikuti oleh

Amerika Serikat sebesar 16,08 persen dan Jepang 6,69 persen. Berdasarkan negara

pembeli, Singapura menduduki peringkat pertama dengan pangsa 79,76 persen sedangkan

RRC pangsa sebesar 4,36 persen dan Malaysia 2,73 persen. Dominasi Singapura sebagai

negara pembeli tersebut terkait dengan banyaknya ekspor dari Sumsel yang melalui broker

di Singapura. Berdasarkan cara pembayaran ekspor, sebesar 5,09 persen dengan

pembayaran dimuka, 4,08 persen menggunakan Sight L/C, 1,46 persen dengan wesel

inkaso, 11,42 persen dengan perhitungan kemudian, 0,25 persen dengan usance L/C dan

77,7 persen dengan cara pembayaran lain seperti TT karena biasanya antara eksportir dan

pembeli sudah mempunyai hubungan baik.

Page 54: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

41

Perkembangan Impor

Realisasi impor pada Tw-I tercatat sebesar USD 27,87 juta atau menurun 28,99 persen

dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya(y-o-y) yang sebesar USD39,25 juta,

namun meningkat 8,3 persen dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar USD25,61 juta

(q-to-q). Peningkatan nilai impor secara triwulanan ini terkait dengan peningkatan

penggunaan komponen impor terutama mesin, perlengkapan transportasi dan produk

industri.

Berdasarkan negara pemasok, pangsa terbesar impor Sumsel berasal dari negara

Malaysia yakni sebesar 25,96 persen, diikuti oleh Hongkong 9,79 persen dan Thailand 9,58

persen.

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Impor

Propinsi Sumsel 2007-2008 (juta USD)

38.0028.00

72.00

25.61 27.87

01020304050607080

Tw I

07

Tw II

07

Tw II

I 07

Tw IV

07

Tw I

08

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.20

Net Ekspor Propinsi Sumsel 2007-2008 (juta USD)

568702

465

570602

0

1000

Tw I 20

07

Tw II

2007

Tw III

200

7

Tw IV

07

Tw I 08

Sumber : DSM Bank Indonesia

Page 55: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

42

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 56: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

43

2.1. Inflasi Tahunan (y-o-y)

Inflasi kota Palembang Triwulan I 2008 (Tw-I) mencapai 10,87 persen (yoy) dan secara

triwulanan mencapai 3,11 persen (qtq). Tekanan inflasi triwulan ini lebih besar

dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar 8,21 persen, namun secara triwulanan, laju

inflasi Tw-I lebih rendah dibanding inflasi triwulan IV 2007 yang mencapai 3,28 persen

(qtq).

Berdasarkan kelompok, pada Tw-I inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok

bahan makanan yakni sebesar 18,19 persen diikuti oleh kelompok makanan jadi 15,18

persen dan sandang 12,84 persen. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencatat

laju inflasi 8,95 persen, kelompok perumahan 7,74 persen, kelompok kesehatan 3,5 persen

dan kelompok transportasi 1,59 persen.

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y)

Palembang 2007-2008 (persen)

0

2

4

6

8

10

12

Jan Mar Mei Jul Sept Nov Jan Mar

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG2

Seperti pada triwulan

sebelumnya, kelompok bahan makanan

tercatat memiliki bobot yang terbesar

dalam pembentukan inflasi Palembang.

Pada Tw-I bobot kelompok bahan

makanan mencapai 28,51 persen, yang

meningkat dibanding bobot pada

triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar sebesar 27,97 persen.

Berdasarkan sub kelompok pada bahan

makanan, pada Tw-I padi-padian, umbi-

umbian dan hasilnya mencatat bobot

7,16 persen, diikuti oleh ikan segar 4,27

persen dan bumbu-bumbuan 2,92

Page 57: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

44

Pada Tw-I kelompok bahan makanan mencatat inflasi tahunan sebesar 18,19 persen

(yoy) yang meningkat cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 13,16

persen. Tingginya angka inflasi tersebut disumbangkan oleh sub kelompok kacang-

kacangan yang mencatat laju inflasi sebesar 104,49 persen, yang disumbangkan terutama

oleh kenaikan harga pada tempe dan tahu masing-masing 128,13 persen dan 110,72

persen (yoy) yang tidak terlepas dari tingginya harga kedelai.

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y)

Kelompok Bahan Makanan Palembang 2007-2008 (persen)

02468

101214161820

Jan Mar Mei Jul Sept Nov Jan Mar

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Sub kelompok bumbu-bumbuan mencatat laju inflasi ketiga terbesar pada

kelompok bahan makanan yakni sebesar 31,02 persen. Terbatasnya pasokan bawang

merah disebabkan oleh kondisi cuaca dan gagal panen di sentra produksi bawang merah di

Jawa, menyebabkan kenaikan harga bawang merah sebesar 100,45 persen. Hal serupa

terjadi pada cabe merah maupun cabe rawit, yang sebelumnya pada Desember 2007

tercatat deflasi 26,42 persen dan 10,84 persen, namun pada Tw-I 2008 tercatat mengalami

inflasi masing-masing sebesar 37,96 persen dan 34,19 persen disebabkan oleh tingginya

curah hujan yang berimbas pada penurunan produksi cabe.

Sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya mencatat laju inflasi 29,27 persen, yang

meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 19,81 persen. Kenaikan harga

yang terjadi pada telur ayam ras, telur puyuh, telur itik, dan susu baik susu bubuk, susu

kental manis, susu untuk balita maupun susu untuk bayi menyumbang terjadinya inflasi

pada sub kelompok tersebut.

Sub kelompok lemak dan

minyak kembali mencatat kenaikan

inflasi yaitu mencapai 59,54 persen,

setelah pada akhir tahun 2007

sempat menurun yakni sebesar 49,19

persen (yoy). Kembali meningkatnya

harga minyak goreng sebagai

dampak dari kenaikan harga CPO di

dunia, menjadi pemicu kenaikan

inflasi pada sub kelompok tersebut,

demikian pula kelancaran distribusi

nya.

Page 58: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

45

Pada sub kelompok sayur-sayuran juga mengalami inflasi. Inflasi sayur-sayuran

sebesar 16,96 persen, sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar

15,71 persen. Masih tingginya curah hujan menyebabkan produksi sayuran terganggu yang

berakibat pada kenaikan harga.

Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y)

Kelompok Makanan Jadi Palembang 2007-2008 (persen)

10.18

8.488.14

11.8512.8

14.4113.3712.84

12.24

15.8

11.9710.13

13.59

10.9311.74

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Jan Mar Mei Jul Sept Nov Jan Mar

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

telah menyumbang tingginya inflasi pada sub kelompok tembakau dan minuman

beralkohol.

Sub kelompok makanan jadi mencatat laju inflasi sebesar 19,15 persen. Komoditas

yang mencatat laju inflasi pada sub kelompok makanan jadi adalah roti manis, donat,

pempek, martabak, mie, roti tawar sebagai imbas dari kenaikan tajam harga bahan

pokoknya yaitu tepung terigu yang tercatat sebesar 66,29 persen.

Kelompok sandang pada Tw-I mencatat laju inflasi tahunan 12,84 persen yang

terutama disumbang oleh sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya yang

mencatat inflasi 39,46 persen. Sementara sub kelompok sandang anak-anak, sandang laki-

laki dan sandang wanita meskipun mencatat kenaikan harga namun tidak terlalu tinggi dan

masih pada level single digit, yakni masing-masing sebesar 8,89 persen, 6,38 persen dan

4,52 persen.

Berdasarkan kelompok barang, pada

triwulan I 2008, setelah kelompok

bahan makanan, kelompok makanan

jadi juga mencatat inflasi yang tertinggi

kedua yakni sebesar 15,80 persen.

Angka tersebut lebih tinggi dibanding

inflasi triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 10,93 persen.

Berdasarkan sub kelompok pada

kelompok bahan makanan, sub

kelompok tembakau dan minuman

beralkohol mencatat inflasi 21,25

persen. Kenaikan harga rokok baik

rokok kretek, rokok kretek filter

maupun rokok putih yang cukup tinggi

Page 59: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

46

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada Tw-I mencatat laju

inflasi tahunan sebesar 7,74 persen yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 6,27 persen. Sub kelompok yang mencatat laju inflasi tertinggi pada kelompok

perumahan adalah biaya tempat tinggal yakni sebesar 12,25 persen yang meningkat

dibanding triwulan sebelumnya 11,25 persen. Kenaikan harga yang terjadi pada mayoritas

bahan bangunan menjadi pemicu inflasi pada sub kelompok tersebut seperti besi beton

yang harganya meningkat 71,85 persen, semen 44,17 persen, tukang bukan mandor 28,48

persen, kayu balokan 16,97 persen, batu 14,45 persen, batu bata/batu tela 12,73 persen,

daun pintu 12,12 persen, genteng 11,26 persen dan seng 10,85 persen.

Sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mencatat inflasi sebesar 8,22 persen

yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya 4,66 persen. Peningkatan tersebut

terutama disumbang oleh kenaikan tarif jasa pembuangan sampah sebesar 31,25 persen,

kenaikan harga sabun cuci batangan 18,99 persen, pengharum cucian 16,55 persen serta

pembasmi nyamuk bakar 14,58 persen. Sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air

mencatat inflasi tahunan 4,51 persen yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya 2,52

persen. Kenaikan harga lilin sebesar 17,85 persen dan minyak tanah 11,67 persen sebagai

dampak dari implementasi konversi energi dari minyak tanah ke gas yang menyebabkan

kelangkaan minyak tanah, menjadi pemicu utama inflasi pada sub kelompok ini. Sementara

sub kelompok perlengkapan rumah tangga mencatat inflasi yang cukup rendah yakni 1,89

persen, tidak jauh berbeda dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,23 persen. Komoditas

yang mencatat kenaikan harga cukup tinggi adalah kompor minyak tanah yakni sebesar

11,64 persen dan sprei 8,93 persen.

Kelompok kesehatan pada Tw-I mencatat laju inflasi sebesar 3,5 persen yang sedikit

meningkat dibanding triwulan sebelumnya 3,81 persen. Sub kelompok yang menyumbang

inflasi terutama obat-obatan yang mencatat laju inflasi tahunan 7,29 persen, diikuti oleh

perawatan jasmani dan kosmetika 6,34 persen, jasa perawatan jasmani 2,03 persen dan

jasa kesehatan 1,48 persen. Dari sub kelompok obat-obatan, disumbang terutama oleh

kenaikan harga obat flu sebesar 25,01 persen, jamu 25 persen dan vitamin 15,16 persen.

Inflasi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika disumbangkan oleh sabun

mandi 17,9 persen, lipstik 7,85 persen, minyak rambut 6,72 persen, pasta gigi 6,48 persen

dan hand body lotion 5,68 persen.

Page 60: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

47

Tabel 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan

Triwulan I 2008 No. Komoditas Bobot 1 Angkutan dalam kota 5,71 2 Beras 5,52 3 Minyak tanah 3,17 4 Tarif listrik 2,91 5 Bensin 2,87 6 Rokok kretek filter 2,51 7 Minyak goreng 2,50 8 Kontrak rumah 2,32 9 Sewa rumah 2,18 10 Daging ayam ras 1,91

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Kelompok pendidikan pada Tw-I mencatat inflasi tahunan 8,95 persen, yang

meningkat dibanding inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,71 persen. Sub

kelompok jasa pendidikan mengalami kenaikan harga tertinggi yaitu sebesar 19,76 persen,

sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 19,75 persen.

Inflasi pada sub kelompok tersebut berasal dari kenaikan biaya pendidikan menjelang

pergantian tahun ajaran sekolah, baik biaya pendidikan SD, SLTP, maupun SLTA yang

masing-masing sebesar 37,26 persen, 36,65 persen dan 52,34 persen. Sementara itu,

perlengkapan/peralatan pendidikan dan rekreasi mencatat inflasi masing-masing sebesar

0,94 persen dan 1,49 persen terkait kenaikan harga buku soal latihan, majalah berkala dan

tabloid.

Page 61: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

48

Grafik 2.4

Event Analysis Inflasi Kota Palembang 2007-2008

0.19

0.64

-0.20

-0.65

0.74 0.76

1.10 1.111.01

1.41

0.24

1.61

0.91

0.35

1.83

-1

-1

0

1

1

2

2

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar

0

2

4

6

8

10

12

mtm yoy

% m-t-m % y-o-y

Deflasi hargabahanmakanan

Kenaikanhargabahanmakanan, susu, dantahunajaran baru

Kenaikanhargabahanmakanan, puasa

Kenaikan hargabahanmakanansecara umum

Kenaikanhargarokok dankacang-kacangan

Kenaikanhargaminyakgoreng

Kenaikanbiayatempattinggal, tukangbukanmandordan semen

Kenaikanhargabahanmakanan(tempe, tahu)

Keterangan: Data dan Informasi diolah dari BPS Propinsi Sumatera Selatan

Kelompok transportasi mencatat inflasi sebesar 1,59 persen, yang sedikit menurun

dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,62 persen. Penurunan laju inflasi tersebut

disumbangkan oleh penurunan harga yang terjadi pada sub kelompok transportasi yakni

dari 1,26 persen menjadi 1,17 persen. Meskipun terdapat peningkatan harga pada sub

kelompok sarana dan penunjang transportasi dari 12,54 persen menjadi 13,36 persen yang

disumbang oleh peningkatan harga accu, kenaikan tarif cuci mobil, kenaikan tarif parkir

dan kenaikan harga ban dan serta ban luar mobil.

Page 62: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

49

Grafik 2.5 Inflasi Tahunan (y-o-y)

Kelompok Barang dan Jasa Palembang Triwulan I 2008 (persen)

10.87

18.19

15.8

7.74

12.84

3.5

8.95

1.59

02468

101214161820

UMUM

BAHANMAKANANMAKANAN JADI

PERUMAHAN

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN

TRANSPORTASI

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Tingginya laju inflasi bahan makanan tersebut juga dipengaruhi oleh tingginya

harga komoditas bahan makanan di pasar dunia seperti beras, kedelai dan terigu serta

kenaikan harga emas pada kelompok sandang (grafik 2.6. Perkembangan harga beras

dunia, grafik 2.7. Perkembangan harga kedelai dunia, grafik 2.8. Perkembangan harga

terigu dunia dan grafik 2.9. Perkembangan harga emas dunia)

Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras Dunia

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

309.73 313.07 318.67356.98

439.98

-50

100150200250300350400450500

Mar

Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

2007 2008

US$

/MT

7.20 7.848.95

11.1812.89

-2

468

1012

1416

Mar

Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

2007 2008

US$

/Bus

hel

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Kedelai Dunia

Page 63: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

50

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

2.2. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang

Grafik 2.10 Perkembangan Harga Minyak Goreng

Palembang Januari 2007 – Maret 2008 (Rupiah/kg)

Meningkatnya kembali harga minyak goreng tersebut terkait dengan kenaikan

harga CPO di pasar internasional. Berdasarkan data dari Bloomberg, pada bulan Maret

2008 harga CPO mencapai USD1148.52/metrik ton atau meningkat 29,37 persen

dibanding bulan Desember 2007 yang tercatat sebesar USD887.78/metrik ton.

Berdasarkan hasil Survei Pemantauan

Harga (SPH) yang dilakukan oleh

Bank Indonesia Palembang secara

mingguan di beberapa pasar di

Palembang terdapat tendensi

kenaikan harga. Harga minyak

goreng mulai bulan Februari 2008

telah menunjukkan penurunan,

tetapi pada bulan Maret kembali

meningkat dan mencapai kisaran

Rp12.000/kg (grafik 2.10).

I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV

J a n Fe b M ar Ap r M ei Jun Ju l A g s S e p O kt N ov De s Jan F eb M ar

4.545.27

7.589.01

10.87

-

2

4

6

8

10

12

Mar

Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

2007 2008

US$

/Bus

hel

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Terigu Dunia

654.46 655.43 713.61807.11

960.89

-

200

400

600

800

1,000

1,200

Mar

Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

2007 2008

US$

/OZ

Grafik 2.9. Perkembangan Harga EmasDunia

Page 64: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

51

Grafik 2.11 Perkembangan Harga Beras Mingguan di Kota Palembang

Januari 2007 – Maret 2008 (Rupiah/kg)

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

I II III IV V I II III IVI II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IV V I II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IV

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

IR 64 I IR 64 II Rojolele Cianjur Kepala Secara umum, pergerakan harga beras di Palembang secara rata-rata menunjukkan

tren sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya. Hal tersebut terkait dengan panen

yang terjadi pada beberapa sentra beras pada Tw-I, meskipun selama Tw-I sendiri terjadi

pergerakan harga beras dimana pada akhir Maret harga beras IR 64 II sedikit meningkat

dibanding akhir Februari (grafik 2.11). Secara rata-rata harga beras pada bulan Maret 2008

menurun sebesar 8,26 persen dibanding bulan Desember 2007. Berdasarkan jenis beras,

beras IR 64 I harganya meningkat sebesar 3,68 persen dibandingkan rata-rata harga pada

bulan Desember 2007. Sementara itu, harga beras IR 64 II menurun 5,73 persen, beras

rojolele menurun 2,32 persen dan beras cianjur kepala harganya menurun 24,94 persen.

Harga komoditas lain, yakni harga daging sapi, minyak goreng dan emas cenderung

memperilhatkan tendensi peningkatan.

Grafik 2.12 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

stSe

ptO

ktN

ovD

es Jan

Feb

Mar

2007 2008

Pasar Cinde

6,400

6,500

6,600

6,700

6,800

6,900

7,000

7,100

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

stSe

ptO

ktN

ovD

es Jan

Feb

Mar

2007 2008

Pasar Lemabang

Page 65: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

52

Grafik 2.13 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)

Grafik 2.14 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/kg)

Grafik 2.15 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram)

4 3 , 0 0 04 4 , 0 0 04 5 , 0 0 04 6 , 0 0 04 7 , 0 0 04 8 , 0 0 04 9 , 0 0 05 0 , 0 0 05 1 , 0 0 05 2 , 0 0 0

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

stS

ept

Okt

Nov

Des Ja

nFe

bM

ar

2 0 0 7 2 0 0 8

P a s a r C in d e

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

stS

ept

Okt

Nov

Des Ja

nFe

bM

ar

2007 2008

Pasar Lemabang

-20,00040,00060,00080,000

100,000120,000140,000160,000180,000200,000

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

stSe

ptO

ktN

ovD

es Jan

Feb

Mar

2007 2008

Pasar Cinde

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

stSe

ptO

ktN

ovD

es Jan

Feb

Mar

2007 2008

Pasar Lemabang

00

00

00

00

00

00

00

00

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

st

Sept

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Mar

2007 2008

Pasar Lemabang

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

st

Sept

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Mar

2007 2008

Pasa r C inde

Page 66: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

53

2.3. Inflasi Triwulanan (q-to-q)

Secara triwulanan, inflasi Tw-I mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada Tw-I 2008 angka inflasi triwulanan tercatat sebesar 3,11 persen, sementara pada

triwulan sebelumnya sebesar 3,28 persen, dan sedikit lebih rendah dibanding angka inflasi

nasional Tw-I yang tercatat sebesar 3,41 persen.

Namun demikian, berdasarkan series data angka inflasi Palembang yang masih

berada di atas angka inflasi nasional merupakan hal yang perlu untuk diwaspadai dan dikaji

faktor-faktor penyebabnya (lihat Suplemen 3. Tim Pengendalian Inflasi Daerah : Langkah

Lokal untuk Perangi Inflasi). Dan selanjutnya untuk dilakukan upaya-upaya dalam rangka

mengendalikan angka inflasi tersebut.

Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-to-q)

Palembang 2007-2008 (persen)

0.63

3.283.233.11

0.85

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Page 67: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

54

TIM PENGENDALIAN INFLASI LANGKAH LOKAL UNTUK PERANGI INFLASI

Tujuan Bank Indonesia sebagai diamanatkan oleh undang-undang yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut BI mempunyai tugas utama yakni menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter tersebut, BI berwenang menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Tingkat inflasi mencerminkan kenaikan harga barang-barang secara umum. Inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara garis besarnya dibagi menjadi dua yakni tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter hanya mampu untuk mempengaruhi inflasi dari sisi permintaan, yang lazim disebut dengan inflasi inti (core inflation) atau underlying inflation, yang bersifat permanen dan persisten. Tingka inflasi inilah yang menjadi acuan Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan moneter. Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia menggunakan inflasi inti sebagai sasaran operasional dikarenakan inflasi inti dapat memberikan signal yang tepat dalam memformulasikan kebijakan moneter. Melalui inflasi inti, Bank Indonesia akan mengetahui kecenderungan inflasi yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang. Kemudian melalui inflasi IHK, akan diperolah informasi mengenai inflasi jangka pendek yang belum tentu direspons dengan kebijakan suku bunga.

Inflasi non inti (non core inflation) secara definisi dapat diartikan inflasi oleh gangguan dari penawaran dan berada di luar kendali otoritas moneter bersifat sesaat atau sering disebut noises inflation. Terhadap inflasi non inti tersebut, kebijakan moneter oleh Bank Indonesia tidak akan berdampak apa-apa, karena yang diperlukan adalah kebijakan lain yakni kebijakan fiskal dan sektor riil. Sehingga koordinasi antar lembaga sangat penting dalam menangani inflasi non inti. Sebagai contoh, respon kebijakan terhadap kenaikan inflasi yang disebabkan oleh tindak kriminal penimbunan oleh oknum tertentu jelas berbeda dengan kasus inflasi yang disebabkan oleh depresiasi nilai rupiah. Kenaikan inflasi karena tindak kriminal spekulasi harus ditindaklanjuti dengan upaya pemberantasan spekulan atau meninjau kembali kebijakan tata niaga beras. Contoh lain, kenaikan inflasi karena naiknya harga karena pasokan terganggu akibat serangan hama wereng atau tikus, jelas harus direspon dengan upaya dinas-dinas terkait untuk menemukan cara efektif untuk memberantas hama.

Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan. Inflasi daerah yang mempunyai kontribusi yang relatif besar yakni sebesar 73 persen dari inflasi. Sumber tekanan inflasi di daerah sangat tergantung dan dipengaruhi oleh karakteristik daerah masing-masing. Dengan mempertimbangkan besarnya kontribusinya serta dalam rangka mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional, pengendalian inflasi di daerah merupakan sebuah keharusan dan bukan hanya menjadi tanggung jawab Bank Indonesia melainkan juga kebutuhan dari Pemerintah Daerah dan institusi terkait di daerah, khususnya inflasi yang disebabkan oleh gangguan penawaran.

Suplemen 3

Page 68: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

55

Secara umum penyebab inflasi di setiap kota relatif identik yakni (1) tekanan nilai tukar, (2) tingginya ekspektasi dan (3) adanya kenaikan administered price. Namun ada pula faktor-faktor lain yang membentuk perilaku pembentukan harga di suatu daerah, antara lain, adalah faktor shocks pasokan terjadi karena berbagai hal yaitu (1) kelangkaan pasokan, (2) buruknya infrastruktur untuk distribusi, (3) rantai distribusi (span of distribution) yang panjang, (4) perilaku penimbunan dan pungli, serta (5) pengaruh musiman. Inflasi volatile food ditengarai menjadi penyebab tingginya inflasi di daerah.

Kondisi dan faktor-faktor penyebab inflasi di daerah

Secara umum tekanan inflasi disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor fundamental dan non-fundamental. Faktor fundamental merupakan faktor pembentuk inflasi inti dan merupakan komponen inflasi bersifat permanen, terdiri dari: (1) ekspektasi inflasi, (2) kesenjangan penawaran dan permintaan serta (3) faktor eksternal. Sementara itu, faktor non-fundamental yang merupakan komponen inflasi bersifat sementara dan pembentuk inflasi non inti (kejutan) dapat berupa kejutan (shock) yaitu: (1) kejutan (shock) pasokan dan (2) kebijakan kenaikan administered prices (tarif dasar listrik), cukai rokok serta harga BBM (Bagan 1).

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

11.00

12.00

DE

NP

AS

AR

BA

TAM

SU

RA

KA

RTA

AM

BO

NS

UR

AB

AY

AM

ALA

NG

SA

MP

ITJA

KA

RTA

CIR

EB

ON

MA

KA

SS

AR

PA

LAN

GK

AR

AY

AS

EM

AR

AN

GP

ON

TIA

NA

KP

UR

WO

KE

RTO

PA

NG

KA

L P

INA

NG

SE

RA

NG

/CIL

EG

ON

JEM

BE

RM

ATA

RA

MB

ALI

KP

AP

AN

BA

ND

UN

GK

ED

IRI

SA

MA

RIN

DA

MA

NA

DO

BA

ND

AR

LA

MP

UN

GB

AN

JAR

MA

SIN

TER

NA

TEP

EK

AN

BA

RU

PA

LUTE

GA

LY

OG

YA

KA

RTA

LHO

KS

EU

MA

WE

SIB

OLG

AB

EN

GK

ULU

PE

MA

TAN

G S

IAN

TAR

KU

PA

NG

GO

RO

NTA

LOJA

MB

IM

ED

AN

PA

DA

NG

TAS

IKM

ALA

YA

PA

DA

NG

SID

EM

PU

AN

JAY

AP

UR

AP

ALE

MB

AN

GK

EN

DA

RI

BA

ND

A A

CE

H

yoy %

Rata-rata Inflasi Kota (tahun 2004-2007)

Nasional

Total bobot untuk 34 kota yang inflasi rata-ratanya diatas nasional sebesar

50,9%

(sumber : BPS)

Grafik 1 Rata-Rata Inflasi Nasional dan 34 Daerah, 2004-2007

Page 69: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

56

Bagan 1 Faktor-faktor Penyebab Tekanan Inflasi

Faktor Fundamental

Faktor non-fundamental

Fokus dan Strategi Pengendalian Inflasi di Daerah

Dalam kurun waktu 2003-2008, inflasi Palembang selalu berada di atas angka nasional (grafik 1). Secara rata-rata tahun 2003-2008, inflasi tahunan Palembang tercatat sebesar 10,20 persen, lebih tinggi dari inflasi nasional 8,55 persen. Demikian pula untuk inflasi bulanan, rata-rata inflasi Palembang sebesar 0,81 persen,lebih tinggi dari rata-rata inflasi nasional yang sebesar 0,69 persen. Inflasi tahunan (y-o-y) Maret 2008 Palembang tercatat sebesar 10,87 persen, yang lebih tinggi dibanding inflasi nasional 8,17 persen (grafik 2).

Grafik 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Palembang 2003-2008 (persen)

� Ekspektasi inflasi � Kesenjangan permintaan

dan penawaran � Eksternal

SHOCKS � Kejutan (shocks) pasokan � Kebijakan administered

prices (TDL, cukai rokok, harga BBM)

Inflasi Inti

Inflasi Non Inti (Kejutan)

Inflasi IHK

Komponen inflasi bersifat permanen

Komponen inflasi bersifat sementara

Page 70: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

57

Dilihat berdasarkan disagregasi inflasi tahunan Palembang, secara rata-rata tahun 2003-2008 administered price mencatat inflasi terbesar yakni sebesar 14,08 persen diikuti oleh inflasi non inti 11,56 persen, inflasi volatile foods 9,4 persen dan inflasi inti 9,1 persen. Pada Maret 2008 volatile food mencatat inflasi terbesar yakni sebesar 19,46 persen diikuti oleh inflasi non inti 11,97 persen, inflasi inti 9,84 persen, administered price 5,45 persen.

Grafik 2 Disagregasi Inflasi Tahunan Palembang 2003-2008 (persen)

Upaya Pengendalian Inflasi di Daerah

Dari fakta-fata di atas terlihat bahwa di Palembang, menunjukkan bahwa faktor inflasi di Palembang lebih banyak dipicu oleh faktor non-moneter. Sehingga perlu upaya bersama dalam upaya mengendalikan angka inflasi. Bank Indonesia dalam rangka pengendalian inflasi di Palembang, tengah merintis bekerjanya suatu mekanisme koordinasi antar instansi. Mekanisme koordinasi antar instansi diformal dalam sebuah tim yang bernama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sebelum meluncurkan ide pendirian TPID, Bank Indonesia Palembang melakukan serangkaian kegiatan (seminar dan pertemuan koordinasi) termasuk penelitian inflasi sebagai berikut:

1. Seminar Prospek Perekonomian pada Tahun 2008 diselenggarakan pada tanggal 12 Desember 2007 di Kantor Bank Indonesia Palembang, yang salah satunya mengangkat topik mengenai kondisi inflasi Palembang.

2. Pertemuan koordinasi inflasi dilaksanakan pada hari yang sama yakni tanggal 12 Desember 2007 yang melibatkan instansi pemerintah dan instansi terkait lain dalam rangka membentuk tim pengendalian inflasi

3. Focus Group Discussion inflasi yang diselenggarakan pada tanggal 27 Desember 2007 kerjasama Bank Indonesia Palembang dengan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menemukan faktor-faktor pemicu inflasi di Palembang.

4. Temu Koordinasi TPID Inflasi diselenggarakan pada tanggal 26 Maret 2008 di Bank Indonesia Palembang

5. Penelitian Inflasi kerjasama Bank Indonesia Palembang dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Selatan, bertujuan untuk menemukan faktor pemicu inflasi di Palembang. Penelitian dilaksanakan mulai bulan April dan dijadwalkan selesai pada bulan Juni 2008

Page 71: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

58

Grafik 2.17 Perbandingan Inflasi Bulanan (m-to-m)

Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008 ( persen)

-1

0

1

2

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Mar

2 0 0 7 2 0 0 8

P a le m b a n g N a s io n a l

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan (q-to-q)

Kelompok Barang dan Jasa Palembang Triwulan I 2008 (persen)

3.11

5.115.57

2.32

3.38

0.370.030.23

0

1

2

3

4

5

6 UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI

PERUMAHAN

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN

TRANSPORTASI

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

hasil-hasilnya 3,71 persen, ikan diawetkan 1,53 persen dan padi-padian, umbi-umbian dan

hasilnya 0,44 persen. Sementara sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sayur-

sayuran 11,52 persen, ikan segar 4,31 persen, buah-buahan 3,27 persen dan bahan

makanan lainnya 1,63 persen.

Berdasarkan kelompok

barang, inflasi kelompok bahan

makanan pada Tw-I tercatat

sebesar 5,11 persen, atau

menurun dibanding triwulan

sebelumnya yang sebesar 6,9

persen. Inflasi bahan makanan

pada Tw-I berasal dari kenaikan

harga yang terjadi pada sub

kelompok kacang-kacangan

68,09 persen, lemak dan minyak

22,67 persen, bumbu-bumbuan

9,21 persen, telur, susu dan hasil-

hasilnya 7,65 persen, daging dan

Page 72: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

59

Berdasarkan komoditas, secara triwulanan inflasi tertinggi pada kelompok bahan

makanan dialami oleh tempe sebesar 97,3 persen, diikuti oleh tahu mentah 63,88 persen.

Hal tersebut terkait dengan kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe

dan tahu. Dalam sub kelompok lemak dan minyak, kenaikan harga minyak goreng 24,98

persen dan margarine 17,88 persen menjadi pemicu inflasi. Sedangkan pada sub kelompok

bumbu-bumbuan, komoditas yang mencatat inflasi triwulanan tertinggi adalah cabe merah

45,37 persen diikuti oleh cabe rawit 39,93 persen, tempoyak 14,54 persen dan lada 12,82

persen. Sementara bawang merah yang pada triwulan IV 2007 mencatat angka inflasi

triwulanan yang sangat tinggi yakni sebesar 151,64 persen, pada Tw-I mencatat deflasi

sebesar 17,08 persen. Deflasi pada bawang merah tersebut sejalan dengan hasil survei

pemantauan harga yang dilakukan secara mingguan oleh Bank Indonesia Palembang yang

mencatat deflasi 27,56 persen (q-t-q).

Grafik 2.19 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH

di Kota Palembang (Maret 2007 – Maret 2008)

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4

M are t April M ei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb M aret

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

Inflas i SPH (M ingguan)Inflas i BPS (Bulanan)

Keterangan : Data dan informasi diolah dari BPS Propinsi Sumsel dan SPH Bank Indonesia Palembang

Page 73: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

60

Grafik 2.20 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-to-q)

Kelompok Makanan Jadi Palembang 2007-2008 (persen)

1.13

3.39

2.77

5.57

3.24

0

1

2

3

4

5

6

Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV Tw IV

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

rokok kretek filter 5,73 persen dan bir 2,97 persen.

Inflasi pada sub kelompok makanan jadi dipicu oleh kenaikan harga makanan

berbasis bahan baku terigu yakni roti tawar 15 persen, donat 14,29 persen, tekwan/model

13,33 persen, biskuit 9,18 persen, roti masis 7,14 persen, kue basah 6,25 persen dan

pempek 4,35 persen serta mie 1,98 persen sebagai imbas dari kenaikan harga terigu yang

cukup tinggi pada Tw-I yakni sebesar 26,62 persen.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mencatat inflasi triwulanan

sebesar 2,32 persen yang sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar

2,45 persen. Kenaikan biaya bahan bakar, penerangan dan air menjadi kontributor terbesar

inflasi pada kelompok ini yakni sebesar 4,44 persen diikuti oleh penyelenggaraan rumah

tangga 3,81 persen, biaya tempat tinggal 0,97 persen dan perlengkapan rumah tangga

0,63 persen. Komoditas penyumbang inflasi pada kelompok perumahan sebagian besar

merupakan bahan bangunan seperti besi beton 46,04 persen, batu 14,45 persen, semen

dan kayu balokan. Selain itu pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air, lilin

mencatat inflasi sebesar 17,85 persen dan minyak tanah sebesar 11,67 persen.

Kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau, pada

Tw-I mencatat laju inflasi sebesar 5,57

persen, meningkat dibanding triwulan

sebelumnya yang sebesar 2,77 persen.

Inflasi tersebut disumbangkan oleh

kenaikan harga yang terjadi pada sub

kelompok tembakau dan minuman

beralkohol 9,13 persen, diikuti oleh

makanan jadi 4,74 persen dan minuman

tidak beralkohol 3,07 persen. Tingginya

inflasi pada sub kelompok tembakau

dipicu oleh kenaikan harga rokok kretek

15,35 persen, rokok putih 9,99 persen,

Page 74: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

61

Kelompok sandang pada Tw-I mencatat laju inflasi sebesar 3,38 persen, yang sedikit

menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 4,05 persen. Komoditas yang

memicu inflasi pada kelompok ini masih sama seperti periode sebelumnya yakni barang

pribadi dan sandang lainnya sebesar 15,20 persen terutama disumbang oleh kenaikan

harga emas sebesar 18,34 persen, seiring dengan kenaikan harga minyak dunia. Sementara

sub kelompok sandang menunjukkan tingkat harga yang relatif stabil dipengaruhi oleh

normalnya tingkat permintaan masyarakat terhadap sandang. Kenaikan harga pada

sandang wanita 0,38 persen dan sub kelompok sandang pria bahkan mencatat deflasi

sebesar 0,20 persen.

Kelompok kesehatan pada Tw-I mencatat inflasi yang cukup rendah yakni sebesar

0,37 persen, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,34 persen. Sub

kelompok yang menyumbang inflasi terutama adalah perawatan jasmani dan kosmetika

1,59 persen diikuti oleh obat-obatan 0,12 persen. Dilihat dari komoditasnya, inflasi pada

kelompok kesehatan terjadi pada sabun mandi, hand body lotion, obat flu, lipstik, pasta

gigi dan parfum.

Kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga mengalami penurunan inflasi yaitu dari

0.22 persen pada Tw-IV menjadi 0,03 persen terkait dengan normalnya tingkat permintaan

terhadap komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga dipengaruhi oleh faktor musiman

dimana pada Tw-I belum terjadi pergantian tahun ajaran baru sekolah dan liburan sekolah.

Laju inflasi yang terjadi pada Tw-I hanya disumbang oleh sub kelompok rekreasi 0,16

persen disebabkan oleh kenaikan harga tabloid. Sementara sub kelompok lain tidak terjadi

inflasi.

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada Tw-I juga mengalami

penurunan laju inflasi yaitu dari 0,47 persen persen pada Tw-IV menjadi 0,23 persen. Sub

kelompok sarana dan penunjang transportasi mencatat laju inflasi 1,97 persen yang

disumbang oleh kenaikan harga ban dalam mobi, ban luar mobil dan accu. Sub kelompok

jasa keuangan mencatat inflasi sebesar 0,53 persen dan sub kelompok transportasi

mencatat inflasi sebesar 0,15 persen disebabkan oleh kenaikan tarif kartu ATM dan kartu

kredit serta harga bensin.

Page 75: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

62

Grafik 2.21 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-to-q)

Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Palembang 2007-2008 (persen)

0.26

0.47

0.300.23

0.57

0

0.5

1

Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Dilihat dari sisi disagregasi inflasi tahunan pada Tw-I, pembentukan inflasi pada Tw-I

core inflation tercatat sebesar 9,84 persen. Non core inflation tercatat sebesar 11,97

persen, administered price mencatat laju inflasi sebesar 5,45 persen dan volatile food

mencatat inflasi tahunan yang tinggi yakni sebesar 19,46 persen, terkait dengan kenaikan

harga terutama bahan makanan.

Grafik 2.22 Exclusion Inflasi Palembang Triwulan I 2008

(persen)

5.48

2.94

3.112.1

4.19

Core IHK Non Core Administered Volatile

Secara triwulanan, disagregasi

inflasi pada Tw-I, inflasi inti (core

inflation) tercatat sebesar 2,10 persen.

Inflasi non inti (non core inflation)

tercatat sebesar 4,19 persen,

administered price mencatat laju inflasi

sebesar 2,94 persen dan volatile food

sebesar 5,48 persen.

Inflasi inti merupakan inflasi

yang konsisten dengan fundamental

ekonomi secara langsung dipengaruhi

oleh kebijakan moneter. Atau dengan

Page 76: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

63

kata lain inflasi yang merupakan sinyal dari permintaan (demand) yang bersifat persisten,

yang diperoleh dari tingkat inflasi IHK setelah dikeluarkan komponen bahan makanan

yang harganya sangat berfluktuasi (volatile foods) dan barang-barang yang harganya

banyak ditentukan oleh pemerintah (administered price). Inflasi inti inilah sejatinya yang

dapat dikendalikan dengan kebijakan moneter oleh otoritas moneter, sementara

selebihnya di luar wewenang otoritas moneter.

Grafik 2.23 Disagregasi Inflasi Tahunan Palembang 2006-2008 (persen)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Jan-

06Fe

b-06

Mar

-06

Apr-

06M

ay-

Jun-

06Ju

l-06

Aug-

Sep-

Oct

-06

Nov

-D

ec-

Jan-

07Fe

b-07

Mar

-07

Apr-

07M

ay-

Jun-

07Ju

l-07

Aug-

Sep-

Oct

-07

Nov

-D

ec-

Jan-

08Fe

b-08

Mar

-08

2006 2007 2008

Core

Non Core

Volatile Foods

Administered Price

IHK

Page 77: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Inflasi Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

64

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 78: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

65

3.1. Volume Usaha

Pada Tw-I (data Februari tahun 2008) tercatat sebesar Rp31,28 triliun atau meningkat 15,72

persen dibanding triwulan I 2007 yang sebesar Rp27,03 triliun (y-o-y) namun dibanding

triwulan sebelumnya menurun 4,9 persen dari sebesar Rp32,89 triliun (q-to-q). Berdasarkan

pangsanya, meskipun mengalami sedikit penurunan bank pemerintah masih tetap

mendominasi yaitu mencapai 68,84 persen dari sebesar 71,28 persen pada Tw-IV-2007.

Sementara itu, pangsa bank swasta nasional menunjukkan tren peningkatan, di mana pada

Tw-IV 2007 pangsa pasarnya mencapai 27,56 persen dan pada Tw-I mencapai 29,69

persen. Untuk pangsa pasar BPR masih tetap berada pada kisaran 1 persen meskipun

mengalami sedikit peningkatan dari 1,05 persen menjadi 1,23 persen.

3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh perbankan di Sumsel pada Tw-I tercatat

sebesar Rp23,78 triliun atau meningkat 15,12 persen dibanding triwulan I 2007 (y-o-y) yang

sebesar Rp20,65 triliun, namun dibanding triwulan IV 2007 menurun sebesar 1,51 persen

dari Rp24,14 triliun (q-t-q). Penurunan DPK tersebut seiring dengan penurunan volume

usaha perbankan yang disebabkan oleh konversi investasi dari produk perbankan kepada

produk-produk sekuritas karena tingkat suku bunga simpanan yang bertendensi menurun.

Berdasarkan komposisinya, pangsa terbesar DPK merupakan tabungan sebesar

42,41 persen, diikuti oleh deposito sebesar 36,64 persen, dan giro sebesar 18,95 persen.

Berdasarkan komponennya, pada Tw-I giro tercatat sebesar Rp4,51 triliun, deposito Rp9,19

triliun dan tabungan Rp10,08 triliun. Secara tahunan (y-o-y), peningkatan penghimpunan

dana pihak ketiga terjadi pada komponen deposito dan tabungan, masing-masing sebesar

41,92 persen, 2,91 persen, sementara giro mengalami penurunan pertumbuhan tahunan

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

3

Page 79: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

66

sebesar 2,49 persen. Secara triwulanan (q-to-q), terjadi penurunan pada semua komponen

DPK, dimana giro menurun 5,26 persen, deposito 0,15 persen dan tabungan 0,98 persen.

Grafik 3.1 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan

di Provinsi Sumsel (Triliun Rp)

4.62 4.98 5.27 4.76 4.51

8.93 8.06 8.13 9.2 9.19

7.11 7.86 8.6410.18 10.08

0

5

10

15

20

25

30

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

3.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan

Penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan pada Tw-I meningkat sebesar 27,51 persen

(y-o-y) dari sebesar Rp13,06 triliun, dan meningkat 1,58 persen dibanding triwulan IV 2007

(q-to-q) dari sebesar Rp16,39 triliun menjadi Rp16,68 triliun. Pertumbuhan

kredit/pembiayaan yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan DPK pada Tw-I menyebabkan

Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan dari 67,88 persen pada Tw-IV menjadi

70,01 persen pada Tw-I. Persentase tingkat NPL (gross) pada Tw- I tercatat sebesar 2,03

persen atau sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,72 persen.

Dari total kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan pada Tw-I, terdiri dari

kredit/pembiayaan dalam bentuk rupiah sebesar Rp14,77 triliun atau 88,74 persen, dan

dalam valuta asing (valas) sebesar Rp1,89 triliun atau sebesar 11,36 persen. Penyaluran

kredit/pembiayaan dalam bentuk rupiah pada Tw-I tersebut meningkat dibanding pangsa

pada Tw-IV yang mencapai 88,01 persen atau sebesar Rp14,42 triliun. Sementara

Page 80: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

67

kredit/pembiayaan dalam valuta asing menurun dari Tw-IV yang pangsanya tercatat sebesar

11,36 persen atau sebesar Rp1,7 triliun. Peningkatan pangsa rupiah tersebut disebabkan

oleh peningkatan permintaan kredit/pembiayaan konsumsi seperti kredit/pembiayaan

multiguna, KPR dan kredit/pembiayaan kendaraan.

Grafik 3.2 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan

di Provinsi Sumsel 2007 – 2008 (Triliun Rp)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Valas 1.57 2.58 1.60 1.98 1.89

Rupiah 11.49 12.71 14.00 14.42 14.77

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Dilihat dari jenis penggunaan, penyaluran kredit/pembiayaan masih tetap

didominasi kredit/pembiayaan modal kerja diikuti oleh kredit/pembiayaan konsumsi dan

kredit/pembiayaan investasi. Kredit/pembiayaan modal kerja tercatat sebesar Rp7,49 triliun

dengan pangsa sebesar 44,96 persen. Kredit/pembiayaan modal kerja pada Tw-I tersebut

meningkat 29,89 persen dibanding triwulan I 2007 (y-o-y), namun menurun 6,02 persen

dibanding Tw-IV 2007 (q-t-q). Kredit/pembiayaan konsumsi pada Tw-I tercatat sebesar

Rp5,66 triliun atau sebesar 33,98 persen, dan kredit/pembiayaan investasi sebesar Rp3,51

triliun dengan pangsa sebesar 21,06 persen. Pangsa kredit/pembiayaan modal kerja pada

Tw-I meningkat dibanding Tw-IV 2007 yang mempunyai pangsa 48,60 persen. Untuk

kredit/pembiayaan investasi dan kredit/pembiayaan konsumsi pada Tw-I mengalami

peningkatan pangsa dibanding Tw-IV 2007 yang masing-masing sebesar 19,39 persen dan

32,01 persen.

Page 81: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

68

Grafik 3.3 Pangsa Kredit/pembiayaan Menurut Jenis

Penggunaan di Provinsi Sumsel Triwulan I 2008

KMK44.96%

Investasi21.06%

Konsumsi33.98%

(q-to-q) dari sebesar Rp3,53 triliun padaTw-IV. Selama tahun 2006 sampai dengan triwulan

laporan, penyaluran kredit/pembiayaan di sektor ini selalu menjadi yang paling dominan.

Kinerja yang cukup menggembirakan ini tentu memberikan banyak peluang ekspansi bagi

perbankan dalam menyalurkan kredit/pembiayaannya.

Pada Tw-I sektor pertanian menempati urutan kedua perolehan penyaluran

kredit/pembiayaan dengan pangsa sebesar 11,51 persen atau Rp1,92 triliun. Angka

tersebut mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 11,35 persen dari sebesar Rp1,72

triliun namun menurun 6,35 persen dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp2,05

triliun (q-t-q). Meningkatnya kinerja sektor pertanian secara tahunan tersebut terkait

dengan peningkatan harga-harga komoditas pertanian terutama komoditas tanaman

perkebunan seperti karet, sawit dan kopi serta tanaman bahan makanan seperti kedelai dan

jagung menjadi daya tarik bagi kalangan perbankan untuk menyalurkan kredit/pembiayaan

pada sektor pertanian.

Peningkatan pangsa

kredit/pembiayaan investasi pada Tw-I

merupakan hal yang menggembirakan

karena merupakan salah satu indikasi

peningkatan aktivitas sektor riil.

Berdasarkan sektoral, maka

kredit/pembiayaan terutama

disalurkan pada sektor perdagangan

hotel dan restoran yang mencapai

20,98 persen dari total

kredit/pembiayaan. Kredit/pembiayaan

pada sektor ini tercatat Rp3,49 triliun,

meningkat 35,48 persen (y-o-y) dari

sebesar Rp2,58 triliun pada triwulan I

2007, namun menurun 1 persen

Page 82: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

69

Grafik 3.4 Perkembangan Kredit/pembiayaan Berdasarkan

Sektor Ekonomi di Propinsi Sumsel (Triliun Rp)

-1

0

1

2

3

4

I 07 II 07 III 07 IV 07 I 08

Trili

un R

p

Pertanian Pertambangan Industri LGA

Konstruksi Perdagangan Transportasi Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Line 10

Sektor industri menempati urutan urutan ketiga dengan pangsa sebesar 15,36 persen

dengan outstanding sebesar Rp2,56 persen. Jumlah tersebut meningkat sebesar 49,87 persen

(y-o-y) dan meningkat 3,05 persen (q-t-q). Pertumbuhan pada sektor industri tersebut

ditunjang oleh pertumbuhan industri pengolahan terutama pengolahan non migas.

Berdasarkan kepemilikan bank, penyaluran kredit/pembiayaan pada Tw-I didominasi

oleh Bank Pemerintah dengan pangsa sebesar 55,77 persen, diikuti oleh Bank Swasta

Nasional sebesar 38,54 persen, Bank Asing dan Campuran 4,40 persen dan BPR 1,29

persen. Peningkatan kredit pada triwulan I 2008 tercermin pula dari hasil Survei Kredit

Perbankan di wilayah Palembang yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang (lihat

Suplemen 4. Kredit/Pembiayaan Perbankan Sumsel Triwulan I 2008 Tetap Ekspansif).

Page 83: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

70

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN SUMSEL TRIWULAN I 2008

TETAP EKSPANSIF

Hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) di wilayah Palembang pada triwulan I 2008

menunjukkan proyeksi perkembangan kredit/pembiayaan yang menggembirakan. Survei

Kredit/pembiayaan Perbankan wilayah Palembang pada triwulan I 2008 menyertakan 102

bank yang terdiri dari bank umum dan syariah (bank pelapor Laporan Bank Umum atau

Syariah – LBU/S) serta bank perkreditan rakyat (BPR/S) sebagai responden. Dari 102 bank

responden, tercatat sebanyak 62 bank yang mengembalikan kuesioner tersebut. Secara

garis besar, permintaan kredit perbankan diproyeksi mengalami peningkatan seiring dengan

bergulirnya roda perekonomian di awal tahun.

Perkiraaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Triwulan I-2008

Permintaan kredit perbankan selama triwulan I rata-rata meningkat pada kisaran 1 persen

sd.10 persen (lihat tabel 1). Sebanyak 49 kantor bank mengatakan kreditnya tumbuh dalam

kisaran 1 persen sd. 10 persen, 6 kantor bank mengatakan bahwa kreditnya meningkat

tajam di atas 10 persen (terdiri 1 bank pemerintah, 3 BUSN, dan 2 BPR), sedangkan 4

kantor bank mengatakan kreditnya relatif konstan. Sebaliknya terdapat 2 kantor bank

mengalami penurunan kredit pada kisaran 1 persen sd. 10 persen, sedangkan 1 kantor

bank mengalami penurunan tajam dengan kisaran lebih dari 10 persen (1 BUSN).

Tabel 1 Permintaan Kredit di Triwulan I-2008 dibanding Triwulan sebelumnya

Permintaan kredit dibanding Triwulan sebelumnya

Status Bank Meningkat tajam (>10%)

Meningkat (>1% sd. 10%)

Sama (-1% sd 1%)

Menurun (-1% sd. -

10%)

Menurun tajam (>-

10%)

Bank Pemerintah 1 26 2 0 0

BUSN 3 14 0 1 1

Bank Campuran 0 1 0 0 0

BPR/S 2 8 2 1 0

Total 6 49 4 2 1

Sebagian besar kantor bank mengatakan bahwa penyaluran kredit pada triwulan I

berupa kepada modal kerja (lihat Tabel 2). Secara lebih rinci, penggunaan kredit

sebagian besar diperuntukan bank kepada modal kerja (36 kantor bank), kemudian

disusul untuk konsumsi (22 kantor bank), dan kemudian investasi (4 kantor bank).

Suplemen 4

Page 84: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

71

Pola penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaan yang lebih berat kepada

kredit modal kerja merupakan ciri dari perbankan Sumsel yang sudah berlangsung

cukup lama.

Tabel 2 Penyaluran Kredit Berdasarkan Penggunaan Tw I-2008

Prioritas jenis penggunaan kredit Status Bank

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Bank Pemerintah 16 1 12

BUSN 10 2 7

Bank Campuran 1 0 0

BPR/S 9 1 3

Total 36 4 22

Peningkatan kredit perbankan menurut para responden terutama disebabkan oleh

peningkatan prospek usaha debitur (50 persen) kemudian rendahnya tingkat suku

bunga yang menopang terciptanya ekspansi kredit (33,33 persen). Selain itu, alasan

persyaratan kredit yang ringan juga merupakan faktor yang telah mendorong

ekspansi kredit (7.41 persen), membaiknya kondisi perekonomian (1.85 persen), dan

faktor lainnya (7.4 persen).

Tabel 3 Alasan Utama Peningkatan Permintaan Kredit Pada Triwulan I-2008

Alasan utama peningkatan permintaan kredit (jika naik)

Status Bank Persyaratan kredit ringan

Tingkat suku

bunga kredit rendah

Prospek Usaha

Nasabah yang

meningkat

Lain-lain

Kondisi perekonomian

membaik

Bank Pemerintah 2 11 10 3 1

BUSN 0 6 10 1 0

Bank Campuran 0 0 1 0 0

BPR/S 2 1 6 0 0

Total 4 18 27 4 1

Penyaluran Kredit/Pembiayaan Baru Triwulan II-2008

Tidak berbeda dengan triwulan I, permintaan kredit pada triwulan II nanti diperkirakan

meningkat pada kisaran 1 persen sd. 10 persen atau sebanyak 88.71 persen dari perbankan

(lihat tabel 4). Terdapat 5 kantor bank atau 8.06 persen memprediksi peningkatan kredit di

atas 10 persen, sedangkan yang memprediksi relatif konstan sebanyak 2 kantor bank atau

sebanyak (3.23 persen).

Page 85: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

72

Tabel 4 Perkiraan Permintaan Kredit Triwulan Mendatang

Perkiraan permintaan kredit di Tw mendatang

Status Bank Meningkat tajam (>10%)

Meningkat (>1% sd. 10%)

Sama (-1% sd

1%)

Menurun (-1% sd. -10%)

Menurun tajam (>-10%)

Bank Pemerintah 2 27 0 0 0

BUSN 2 15 2 0 0

Bank Campuran 0 1 0 0 0

BPR/S 1 12 0 0 0

Total 5 55 2 0 0

Untuk triwulan yang sama, diprediksikan juga penyaluran kredit berdasarkan penggunaan

masih pada kredit modal kerja, kemudian kredit konsumsi dan kredit investasi (lihat tabel 5).

Didominasinya penyaluran kredit pada modal kerja dan bukannya pada konsumsi

merupakan salah satu cerminan bahwa kegiatan investasi baru belum banyak tumbuh di

Sumsel. Selain itu, dapat juga merupakan indikasi bahwa kegiatan ekonomi masih

dijalankan oleh pelaku-pelaku usaha lama atau belum adanya pelaku usaha baru yang

memanfaatkan pembiayaan perbankan dari Sumsel.

Tabel 5 Penyaluran Kredit Baru Berdasarkan Penggunaan

Prioritas jenis penggunaan kredit pada Tw mendatang Status Bank

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Bank Pemerintah 19 2 8

BUSN 10 2 7

Bank Campuran 1 0 0

BPR/S 9 1 3

Total 39 5 18

Faktor utama yang dikemukakan oleh kalangan perbankan yang diperkirakan menopang

pertumbuhan kredit pada triwulan II-2008 adalah meningkatnya prospek usaha nasabah.

Jumlah kantor bank yang mengatakan demikian adalah sebanyak 32 atau secara prosentase

sebesar 61.54 persen. Rendahnya tingkat suku bunga juga merupakan faktor yang

diperkirakan mendorong peningkatan kredit di triwulan mendatang. Hal tersebut

dikemukakan oleh 11 kantor bank atau sebanyak 21.57 persen, kemudian disusul oleh

faktor lainnya (lihat tabel 6).

Page 86: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

73

Tabel 6 Alasan Utama Peningkatan Kredit Triwulan Mendatang

Alasan utama peningkatan kredit di Tw mendatang (jika naik)

Status Bank Persyaratan kredit ringan

Tingkat suku bunga

kredit rendah

Prospek Usaha Nasabah yang

meningkat Lain-lain

Perekonomian membaik

Bank Pemerintah 4 7 12 1 1

BUSN 0 4 11 0 0

Bank Campuran 0 0 1 0 0

BPR/S 2 0 8 0 0

Total 6 11 32 1 1

Semua bank yang disurvei mengatakan bahwa pada triwulan I telah terjadi pemberian

kredit baru yang besarnya bervariasi namun dalam kisaran 1 persen sd. 10 persen (lihat

tabel 7 dan 8). Pemberian kredit baru merupakan salah satu indikasi peningkatan

intermediasi kredit. Namun dari sisi magnitude, laju pertumbuhan kredit masih dirasakan

tidak terlalu tinggi.

Tabel 7 Pemberian Kredit Baru Triwulan I-2008

Apakah ada pemberian kredit

baru dalam triwulan laporan

Status Bank

Ya Tidak ada

Bank Pemerintah 29 0

BUSN 19 0

Bank Campuran 1 0

BPR/S 13 0

Total 62 0

Sebagian besar kredit baru tumbuh pada kisaran 1 persen sd. 10 persen atau secara

prosentase sebanyak 88.71 persen. Terdapat pula kantor bank yang mengalami penurunan

jumlah kredit baru yang disalurkan pada triwulan I-2008 dibandingkan triwulan IV-2008.

Tabel 8 Jumlah Realisasi Penyaluran Kredit Baru Pada Triwulan I-2008

Jumlah realisasi penyaluran kredit baru

Status Bank Meningkat tajam (>10%)

Meningkat (>1% sd. 10%)

Sama (-1% sd 1%)

Menurun (-1% sd. -10%)

Menurun tajam (>-10%)

Bank Pemerintah 0 28 1 0 0

BUSN 3 15 0 0 1

Bank Campuran 0 1 0 0 0

BPR/S 0 11 1 0 1

Total 3 55 2 0 2

Page 87: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

74

Peningkatan kredit baru menurut perbankan paling dominan dikarenakan sisi permodalan

bank cukup menunjang terjadi ekspansi kredit. Jumlah kantor bank yang mengatakan

demikian sebanyak 21 kantor bank atau sebanyak 39.62 persen. Faktor pendukung kedua

adalah membaiknya kualitas portfolio kredit yakni sebanyak 19 kantor bank yang

menjawab atau secara prosentase sebanyak 35.85 persen. Faktor selebihnya disebabkan

oleh likuiditas bank yang berlebih serta faktor-faktor lain-lainnya (lihat tabel 9).

Tabel 9 Alasan Internal Peningkatan Realisasi Penyaluran kredit Baru

Alasan Internal peningkatan realisasi penyaluran kredit baru

Status Bank Permodalan bank cukup

Kualitas portfolio kredit

meningkat

Likuiditas berlebih Lainnya

Bank Pemerintah 11 10 3 3

BUSN 4 7 3 1

Bank Campuran 0 1 0 0

BPR/S 6 1 3 0

Total 21 19 9 4

Page 88: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

75

Grafik 3.5 Pangsa Kredit/pembiayaan Menurut Kepemilikan Bank

di Provinsi Sumsel Triwulan I 2008 Asing dan Campuran

4.40%

BPR1.29%

Swasta Nasional 38.54%

Pemerintah55.77%

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Grafik 3.6 Penyaluran Kredit/pembiayaan UMKM di

Provinsi Sumsel (Triliun Rp)

10.4210.0810.80

9.23

8.41

0

2

4

6

8

10

12

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Untuk meningkatkan penyaluran kredit/pembiayaan di sektor UMKM, diperlukan

adanya langkah khusus terkait kelemahan UMKM dalam hal ketidakmampuan

menyediakan agunan kredit (lihat Suplemen 5. Sudah Saatnya Sumsel Punya Lembaga

Penjaminan Kredit Daerah).

Penyaluran kredit/pembiayaan dari

perbankan kepada Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM) pada

Tw-I tercatat sebesar Rp10,8 triliun.

Angka tersebut meningkat sebesar

28,33 persen (y-o-y) dari

sebelumnya sebesar Rp8,41 triliun

dan meningkat 3,67 persen

dibanding triwulan sebelumnya

yang sebesar Rp10,42 triliun. Dari

jumlah kredit/pembiayaan MKM

tersebut, pangsa terbesar dicapai

oleh usaha mikro yakni sebesar

40,66 persen diikuti oleh usaha

kecil 31,85 persen dan usaha

menengah 27,49 persen.

Page 89: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

76

SUDAH SAATNYA SUMSEL PUNYA LEMBAGA PENJAMIN KREDIT DAERAH

Lembaga penjamin kredit merupakan salah satu infrastruktur sektor finansial yang kehadirannya diperlukan dalam rangka meningkatkan akses kepada layanan perbankan bagi pengusaha golongan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), memitigasi risiko kredit, dan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan pada umumnya. Kini, isu mengenai kehadiran lembaga penjamin kredit bukan hanya merupakan isu nasional, tetapi juga merupakan isu yang berkembang di daerah. Lembaga penjamin kredit di daerah lebih dikenal sebagai Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD). Isu ini berkembang seiring dengan kritik terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi yang belum dapat menjawab dua isu penting yakni: pro poor dan pro job. Kedua isu penting tersebut diyakini dapat teratasi salah satunya melalui peningkatan kapasitas UMKM. Peningkatan kapasitas UMKM antara lain dengan meningkatkan akses para pengusahanya untuk mendapat layanan kredit perbankan.

Pemerintah pada tanggal 26 Januari 2008 mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan. Lembaga penjamin yang dimaksud dalam PP tersebut adalah kegiatan pemberian jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial penerima kredit dan/atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Lembaga penjaminan juga telah menjadi salah satu pilar dalam mencapai visi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yakni mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk mencapai visi tersebut, API mempunyai enam pilar yakni masing-masing: (i) struktur perbankan yang sehat, (ii) sistem pengaturan yang efektif, (iii) sistem pengawasan yang independen dan efektif, (iv) industri perbankan yang kuat, (v) infrastruktur pendukung yang mencukupi, (vi) perlindungan konsumen. Pilar kelima dari API adalah infrastruktur pendukung yang mencukupi dimana pengembangan skim penjaminan kredit adalah untuk meningkatkan akses kredit bagi masyarakat.

Tinjauan teoritis

Bebczuk (2003) menjelaskan bahwa dalam setiap pemberian kredit sebenarnya terdapat ketidakpastian (uncertainty) yakni, pertama, terhadap kemampuan membayar debitur. Ketidakpastian ini diantisipasi melalui melakukan estimasi kemungkinan kembalinya pinjaman secara penuh (probability of full reimbursement) dan penyesuaian pengenaan suku bunga. Kedua, kemungkinan debitur untuk melanggar perjanjian kredit yang sulit untuk diketahui oleh lender. Dalam hal ini, debitur dapat berupaya untuk mengelabui lender mengenai kondisi usahanya sebenarnya, atau ketika pinjaman sudah diberikan maka debitur kemungkinan dapat saja menggunakan dana tersebut untuk kepentingan yang lain atau menyembunyikan hasil usaha yang sebenarnya dari proyek atau bidang usahanya yang dibiayai. Permasalahan-permasalahan dimaksud dikenal sebagai asymmetric information problem.

Suplemen 5

Page 90: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

77

Lebih lanjut Bebczuk menjelaskan asymmetric information problem terdiri dari beberapa bentuk yakni: (i) adverse selection, (ii) moral hazard, dan (iii) monitoring cost. Adverse selection adalah permasalahan pada lender ketika lender atau dapat juga disebut bank, tidak mampu membedakan proyek-proyek dengan masing-masing risiko yang melekat. Moral hazard adalah permasalahan yang terjadi ketika debitur menggunakan dana dari bank untuk kepentingan penggunaan lain di luar yang telah diperjanjikan dengan bank. Selanjutya, monitoring cost, adalah permasalahan dimana debitur mengambil keuntungan atas ketidakmampuan bank dalam menilai pendapatan sebenarnya dari usaha yang dibiayai bank, dengan mengatakan pendapatan yang diterima lebih rendah daripada kondisi sebenarnya. Berdasarkan kerangka waktu, terjadinya asymmetric problem dijelaskan oleh tabel 1.

Tabel 1 Bentuk dan Kerangka Waktu Terjadinya Asymmetric Information Problem

Kerangka Waktu Sebelum penyaluran kredit Setelah penyaluran kredit

Pemilihan proyek atau bidang usaha yang akan dibiayai

Adverse selection Monitoring costs

Setelah pemilihan proyek atau bidang usaha

Moral hazard

Dalam kondisi terjadi asymmetric information problem, terdapat beberapa mekanisme proteksi yang biasa dilakukan oleh bank dalam rangka memitigasi risiko, masing-masing sebagai berikut: (i) credit rationing, (ii) signalling yang dalam bentuk agunan (colleteral), internal funds, dan contractual clauses.

Credit rationing merupakan kondisi bahwa bank secara sengaja tidak merespon permintaan kredit antara lain dengan cara menaikkan suku bunga dikarenakan bank merasa proyek-proyek yang akan dibiayai berisiko tinggi atau secara ekstrim melakukan penjatahan penyaluran kredit. Credit rationing merupakan mekanisme yang tidak efisien, namun merupakan cara yang paling mudah bagi bank untuk meminimalisir risiko. Mekanisme yang lain untuk menghilangkan asymmetric information adalah agunan, internal funds, dan credit rationing. Debitur yang mempunyai agunan biasanya menggunakannya agar proyeknya menjadi lebih prospektif di mata bank. Kemampuan debitur menyediakan agunan merupakan salah satu signal dari debitur bahwa proyeknya cukup aman untuk dibiayai oleh bank. Penggunaan sebagian dana pribadi debitur (internal funds) dalam pembiayaan sebuah proyek juga merupakan signal dari debitur bahwa risiko proyeknya sebagian sudah dimitigasi. Terakhir, contractual clauses adalah bentuk mekanisme memitigasi asymmetric information. Dalam perjanjian kredit pada umumnya berisi beberapa klausula yang dirancang untuk mengamankan hak dari bank. Bunyi klausula-klausula dari perjanjian kredit biasa sangat tergantung pada sifat risiko yang melekat dari proyek yang dibiayai bank (low risk atau high risk). Signal untuk proyek yang berisiko rendah biasanya berupa pengenaan tingkat suku bunga yang relatif rendah, atau yang disebut sebagai klausula positif (positive clauses). Di sisi lain, untuk proyek yang berisiko tinggi maka biasanya terdapat klausula negatif (negative clauses), misalnya dimungkinkannya bank untuk mengatur debitur untuk meminta persetujuan terlebih dahulu sebelum mengambil kebijakan strategis perusahaan, semisal membagikan dividen, pemindahan aset, atau penerbitan surat utang.

Page 91: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

78

Grafik 1 Kondisi Asymmetric Information Problem dan Mekanisme Penghapusannya

Secara grafis asymmetric information secara sederhana dideskripsikan sebagai berikut:

Pada grafik di atas, dijelaskan bahwa asymmetric information problem terjadi pada titik merah yang ditandai dengan rendahnya pasokan kredit dan tingginya suku bunga bunga. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, terjadinya asymmetric information problem disebabkan oleh adverse selection, moral hazard, atau monitoring cost. Asymmetric information problem menyebabkan mekanisme pasar tidak berjalan sempurna sehingga faktor produksi, dalam hal ini sumber pembiayaan, tidak teralokasi sebagaimana semestinya. Jika kondisi tersebut tidak dikoreksi maka terjadilah apa yang disebut dengan kegagalan pasar (market failure). Untuk meniadakan kegagalan pasar harus dilakukan koreksi. Koreksi atas kegagalan pasar dalam pasar keuangan adalah tugas pemerintah (pusat maupun daerah) dan pihak-pihak terkait termasuk Bank Indonesia.

Koreksi atas kegagalan pasar memindah titik keseimbangan dari titik merah menuju titik biru atau titik ekuilibirum baru. Di ekuilibirum baru, tingkat suku bunga lebih rendah dan pasokan kredit lebih banyak. Hal tersebut ditandai dengan pergeseran kurva penawaran kredit dari S0 ke S1 dan pergeseran kurva permintaan kredit dari D0 ke D1, sehingga kredit bergeser dari L0 menuju L1.

Peran LPKD dalam menghilangkan asymmetric information guna meningkatkan fungsi intermediasi bank (UMKM) dan penciptaan lapangan pekerjaan

Bank Indonesia memandang bahwa pendirian LPKD di Sumsel merupakan suatu kebutuhan yang memiliki prioritas utama untuk melengkapi infrastruktur (institutional infrastructure) pendukung lembaga keuangan sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 2 Tahun 2008 dan API. Diharapkan pendirian LPKD di Sumsel dapat meminimalisir asymmetric information di

Page 92: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

79

kalangan perbankan atau dengan kata lain risiko pemberian kredit sudah dapat dimitigasi atau disebar antara LPKD dan perbankan. Sehingga dengan demikian, eksistensi LPKD dapat memberikan ruang yang lebih luas kepada bank untuk melakukan ekspansi kredit. Bagi Sumsel, ekpansi kredit perbankan sangat diperlukan untuk menggerakkan perekonomian setempat. Hal ini dikarenakan selama ini loan to deposit ratio Sumsel masih relatif rendah, yakni sekitar 80 persen. Selain untuk memacu pertumbuhan ekonomi, ekspansi kredit perbankan diharapkan juga dapat menjalankan roda usaha serta menciptakan lapangan pekerjaan guna memangkas pengangguran. Angka pengangguran di Sumsel berkisar pada 9 persen.

Rekomendasi kebijakan

Untuk mempercepat terbentuknya LPKD di Sumsel terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Daerah :

1. Meminta persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk pendirian LPKD yang statusnya sebagai Badan Usaha Milik Daerah.

2. Bekerja sama dengan perusahaan penjaminan yang sudah ada, misalnya ASKRINDO, serta melibatkan satu bank umum yang fokus membiayai UMKM. Kerja sama tersebut dituangkan dalam memorandum of understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang mengatur, antara lain, penentuan mekanisme kerja sama, misalnya cakupan risk-sharing, besarnya premi, mekanisme pembayaran penjaminan, dan sebagainya.

3. Berkoordinasi dengan Bank Indonesia Pusat maupun Palembang untuk meminta fasilitasi dalam hal penjajakan pendirian LPKD.

Page 93: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

80

Grafik 3.7 Penyaluran Kredit/pembiayaan UMKM di Provinsi Sumsel Triwulan I Tahun 2008

Menurut Plafond Kredit/pembiayaan (Triliun Rp)

4 . 3 9

3 . 4 4

2 . 9 7

0 5

M i k r o

K e c i l

M e n e n g a h

Grafik 3.8

Pangsa Kredit/pembiayaan UMKM Menurut Sektor Ekonomi

di Provinsi Sumsel Triwulan I 2008 (Persen)

Pertanian ,

0.50

Pertambangan , 0.23

Listrik, 0.05

Industri, 2.08

Jasa Sosial, 1.43

Jasa Dunia Usaha, 7.29

Konstruksi, 3.93

Perdagangan 25.86

Transportasi 1.62

Seperti halnya DPK dan total kredit/pembiayaan, penyaluran kredit/pembiayaan UMKM juga

didominasi oleh Kota Palembang yang mencapai Rp6,33 triliun atau 58,65 persen dari total

kredit/pembiayaan UMKM yang disalurkan di Sumsel. Dilihat berdasarkan jenis

penggunaannya, kredit/pembiayaan UMKM yang disalurkan di Sumsel didominasi oleh

kredit/pembiayaan konsumsi yang mencapai Rp5,62 triliun dengan pangsa 52,04 persen.

Berdasarkan sektor ekonomi,

pangsa terbesar kredit/pembiayaan

UMKM disalurkan ke sektor

perdagangan, hotel dan restoran (25,86

persen dari total kredit/pembiayaan

UMKM) yaitu sebesar Rp2,79 triliun.

Sedangkan sektor ekonomi lain

pangsanya masih di bawah 10 persen.

Sektor ekonomi Jasa Dunia Usaha pada

Tw-I memperoleh kucuran

kredit/pembiayaan sebesar 7,29 persen

dari total kredit/pembiayaan UMKM.

Pangsa tersebut sedikit menurun

dibanding pangsa pada triwulan

Page 94: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

81

Diikuti oleh kredit/pembiayaan modal kerja sebesar Rp4,05 triliun dengan pangsa 37,55

persen dan kredit/pembiayaan investasi sebesar Rp1,12 triliun dengan pangsa 10,40 persen.

3.5. Kualitas Kredit/Pembiayaan

Kualitas kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan di Sumsel sebagian besar masuk

kategori kredit/pembiayaan lancar, yakni sebesar 93,80 persen, meskipun sedikit menurun

dibanding pangsa pada triwulan sebelumnya yang sebesar 94,86 persen. Dengan batas

toleransi 5 persen, maka Non Performing Loan (NPL) gross perbankan di Sumsel masih

dalam batas yang wajar, yaitu sebesar 2,03 persen meskipun sedikit meningkat dibanding

posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,72 persen.

Grafik 3.9 Kualitas Kredit/pembiayaan Perbankan

di Provinsi Sumsel Triwulan I 2008 (persen)

94,21

0,32

1,28

0,22

3,97

0 20 40 60 80 100

Lancar

DPK

Kurang Lancar

Diragukan

Macet

Persentase kredit/pembiayaan bermasalah terbesar masih terjadi pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang tercatat sebesar 0,66 persen (gross) dari total

kredit/pembiayaan. Hal tersebut terkait dengan pangsa kredit/pembiayaan terbesar yang

disalurkan ke sektor PHR. Sementara itu bila dibandingkan dengan jumlah

kredit/pembiayaan yang disalurkan ke sektor PHR, persentase kredit/pembiayaan

bermasalah (gross) tercatat sebesar 2,57 persen dan masih berada pada kisaran yang

rendah.

Page 95: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

82

Grafik 3.10 Kredit/pembiayaan Bermasalah (Gross) Berdasarkan Sektor Ekonomi

di Provinsi Sumsel Triwulan I 2008 (Persen)

Industri, 0.22

Listrik, 0

Konstruksi, 0.18Perdagangan, 0.66

Transportasi , 0.1

Jasa Dunia Usaha, 0.12

Jasa Sosial, 0.02

Pertambangan , 0Pertanian , 0.34

Lain-lain, 0.38

Selain sektor PHR, dibandingkan dengan total penyaluran kredit, persentase

kredit/pembiayaan bermasalah juga terjadi pada sektor lainnya yang mencatat NPL gross

sebesar 0,38 persen terhadap total kredit/pembiayaan. Sementara jika dibanding jumlah

kredit/pembiayaan yang disalurkan ke sektor lainnya, kredit/pembiayaan bermasalah

tercatat hanya sebesar 1,07 persen. Angka kredit/pembiayaan bermasalah tersebut

dipengaruhi oleh semakin meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan konsumsi yang

produknya beragam kepada masyarakat termasuk produk kartu kredit/pembiayaan.

3.6. Perkembangan Perbankan Syariah

Pada Tw-I Perbankan Umum Syariah menunjukkan kinerja yang menggembirakan dilihat

dari indikator aset, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran

pembiayaan. Pada Tw-I (data Februari 2008) total aset tercatat sebesar Rp 829,25 miliar

yang meningkat 40,37 persen dibanding triwulan I 2007 yang sebesar Rp590,78 miliar

(y-o-y). Secara triwulanan juga meningkat sebesar 3,10 persen dibanding posisi Desember

2007 yang sebesar Rp804,34 miliar.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Tw-I tercatat sebesar Rp563,95 miliar

atau meningkat 69,79 persen dibanding triwulan I 2007 yang sebesar Rp332,14 miliar

(y-o-y) dan meningkat 8,58 persen dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp519,39

miliar (q-t-q). Dana investasi tidak terikat mendominasi pangsa penghimpunan DPK yakni

Page 96: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

83

sebesar 88,75 persen atau sebesar Rp500,48 miliar yang terdiri dari komponen tabungan

mudarabah sebesar Rp274,97 miliar dengan pangsa 48,76 persen dari DPK dan deposito

mudarabah sebesar Rp225,52 miliar dengan pangsa 39,99 persen. Sementara itu, simpanan

wadiah memiliki pangsa sebesar 11,25 persen dengan pencapaian sebesar Rp63,47 miliar,

terdiri dari giro wadiah sebesar Rp48,45 miliar dengan pangsa 8,59 persen dan tabungan

wadiah sebesar Rp15,12 miliar dengan pangsa 2,66 persen dari total penghimpunan DPK.

Grafik 3.11 Perkembangan Perbankan Syariah di Sumsel 2007-2008

(Miliar Rp)

339.69401.90

519.39563.59

419.44481.19

572.07

651.13700.57

590.78642.71

829.25

717.51

804.34

332.14

0

200

400

600

800

1,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Aset DPK Pembiayaan

Sejalan dengan peningkatan aset dan penghimpunan DPK, penyaluran pembiayaan

pada Tw-I juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yakni sebesar 67,03 persen

dibanding triwulan I 2007 (y-o-y) dari sebesar Rp419,44 miliar dan meningkat 9,27 persen

dibanding posisi bulan Desember 2007 (q-t-q) yang mencapai Rp641,13 miliar. Dari total

penyaluran pembiayaan pada Tw-I yang mencapai Rp700,57 miliar, pangsa terbesar dicapai

oleh piutang mudarabah 56,36 persen atau sebesar Rp394,82 miliar, diikuti oleh

pembiayaan mudarabah sebesar Rp241,35 miliar dengan pangsa 34,45 persen dan

pembiayaan musyarakah sebesar Rp35,76 miliar dengan pangsa 5,10 persen. Sementara,

piutang qardh dan piutang istishna pangsanya masih relatif kecil yakni masing-masing

sebesar 3,14 persen dengan nilai nominal Rp22 miliar dan 0,95 persen dengan nilai nominal

Rp6,63 miliar.

Page 97: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

84

Pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih besar dibanding pertumbuhan

penghimpunan DPK pada Tw-I, menyebabkan angka Loan to Depostit Ratio (LDR)

meningkat dari sebesar 123,44 persen pada Tw-IV 2007 menjadi 124,23 persen. Tingkat

LDR yang lebih dari 100 persen tersebut mencerminkan bahwa masih banyak peluang

penyaluran pembiayaan yang terbuka bagi kalangan perbankan untuk lebih meningkatkan

fungsi intermediasi perbankan.

Tabel 3.1 PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI SUMATERA SELATAN

2007 2008 INDIKATOR Mar Jun Sep Des Feb

Total Aset 590,782 642,713 717,505 804,344 829,252 Dana Pihak Ketiga 332,142 339,689 401,899 519,390 563,953 1. Simpanan Wadiah 25,970 29,943 41,759 48,678 63,470 - Giro Wadiah 25,199 28,758 38,606 44,131 48,453 - Tabungan Wadiah 771 1,185 3,153 4,547 15,017 2. Dana Investasi tidak terikat 306,172 309,746 360,140 470,712 500,483 - Tabungan Mudharabah 149,411 165,900 185,383 260,706 274,968 - Deposito Mudharabah 156,761 143,846 174,757 210,006 225,515 Komposisi Pembiayaan 419,440 481,188 572,071 641,126 700,571 - Piutang Murabahah 287,304 315,896 345,604 367,477 394,817 - Piutang Istishna 276 65 2,530 6,563 6,631 - Piutang Qardh 9,826 9,506 10,115 17,618 22,007 - Pembiayaan Mudharabah 114,849 147,618 196,017 219,873 241,352 - Pembiayaan Musyarakah 7,185 8,103 17,805 29,595 35,764

Page 98: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

85

4.1. Realisasi APBD 2007

Sampai dengan laporan ini disusun realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan tahun 2007

belum dipublikasikan, namun demikian terdapat beberapa Kabupaten yang telah

mempublikasikan APBD masing-masing yaitu Kabupaten Lahat, Kota Lubuk Linggau dan

Kabupaten Musi Rawas.

Berdasarkan data dari BAPPEDA Kabupaten Lahat, Kapupaten Musi Rawan dan

Kota Lubuk Linggau, realisasi APBD sampai dengan bulan November 2007 sebagai berikut:

(i) realisasi pendapatan tercatat sebesar Rp1,44 triliun atau mencapai 82,54 persen dari

yang dianggarkan sebesar Rp1,74 triliun. Sementara itu (ii) realisasi belanja dari Kabupaten

Lahat dan Kota Lubuk Linggau tercatat baru sebesar 673,51 miliar atau 59,58 persen dari

yang dianggarkan sebesar Rp1,13 triliun.

Grafik 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan (persen)

Sumber: BAPPEDA Lubuk Linggau, Lahat dan Musi Rawas

Sementara dilihat dari prosentase realisasi terbesar dicapai oleh Dana Perimbangan

83,93 persen diikuti oleh PAD 83,59 persen dan lain-lain pendapatan yang sah 56,40

persen (Tabel 4.1.)

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4

Dana Perimbangan

92.70%

Lain-lain Pendapatan

3.43%PAD

3.87%

Dilihat dari nominalnya,

realisasi pendapatan tersebut

pangsa terbesar dicapai oleh

dana perimbangan 92,7

persen, diikuti oleh

Pendapatan Asli Daerah 3,87

persen dan lain-lain

pendapatan yang sah 3,43

persen (grafik 4.1).

Page 99: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

86

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Tahun 2007 (s.d November) (Rupiah)

Sumber: BAPPEDA Lubuk Linggau, Lahat dan Musi Rawas

Berdasarkan realisasi pendapatan tiap Kabupaten/Kota, persentase terbesar dicapai

oleh Kabupaten Lahat yakni 85,49 persen atau sebesar Rp578,07 miliar dari yang

dianggarkan sebesar Rp 676,15 miliar. Diikuti oleh Kabupaten Musi Rawas mencapai 83,75

persen atau sebesar Rp619,62 miliar dari sebesar Rp739,82 miliar yang dianggarkan.

Sementara realisasi pendapatan di Kota Lubuk Linggau mencapai 73,66 persen atau sebesar

Rp240,63 miliar dari Rp326,70 miliar yang dianggarkan.

Tabel 4.2 Persentase Realisasi Pendapatan APBD 2007 (%)

Sumber: BAPPEDA Lubuk Linggau, Lahat dan Musi Rawas

Dari realisasi belanja APBD Kabupaten Lahat dan Kota Lubuk Linggau, sampai

dengan November 2007 mencapai 59,58 persen, atau sebesar Rp673,51 miliar dari Rp 1,13

triliun yang dianggarkan. Realisasi belanja tidak langsung mencapai 79,18 persen atau

sebesar Rp366,81 miliar dari yang dianggarkan Rp463,26 triliun, sementara belanja tidak

langsung mencapai 45,97 persen atau sebesar Rp306,7 miliar dari Rp667,13 miliar yang

dianggarkan.

Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBD 2007 (s.d November)

Sumber: BAPPEDA Lubuk Linggau dan Lahat

Uraian Anggaran Realisasi %

PENDAPATANPendapatan Asli Daerah 66,639,011,236.00 55,703,263,327.20 83.59 Dana Perimbangan 1,588,625,305,177.00 1,333,318,610,337.00 83.93 Lain-lain Pendapatan yang Sah 87,405,674,096.00 49,294,125,062.05 56.40

Jumlah Pendapatan 1,742,669,990,509.00 1,438,315,998,726.25 82.54

Uraian Kab. Lahat Kab. Musi Rawas Kota Lubuk LinggauPendapatan Asli Daerah 119.28 79.83 47.32 Dana Perimbangan 85.98 84.36 78.65 Lain-lain Pendapatan yang Sah 60.87 74.83 3.15

Pendapatan 85.49 83.75 73.66

Uraian Anggaran Realisasi %

Belanja Tidak Langsung 463,262,152,585 366,812,810,379 79.18 Belanja Langsung 667,130,231,446 306,696,636,520 45.97

Jumlah Belanja 1,130,392,384,030 673,509,446,898 59.58

Page 100: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

87

Masih rendahnya realisasi belanja sampai akhir tahun menunjukkan masih belum

optimalnya penyerapan dana APBD, dan ntuk meningkatkan kinerja dari stimulus fiskal

diperlukan perencanaan pengeluaran yang merata dan tidak terkonsentrasi pada akhir

tahun sehingga dapat menimbulkan peluang bagi spekulan.

Berdasarkan data dari Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, realisasi APBD

sampai dengan semester I 2007 menunjukkan bahwa realisasi penerimaan Pemda Propinsi

Sumatera Selatan pada semester I 2007 mencapai 34,49 persen dari anggaran atau sebesar

Rp756,84 miliar dari yang dianggarkan sebesar Rp2.194,24 miliar. Dilihat dari sisi nominal,

pangsa terbesar berasal dari Dana Perimbangan yaitu sebesar Rp369,89 miliar miliar atau

42,12 persen dari yang dianggarkan sebesar Rp878,09 miliar.

Sementara realisasi belanja sampai dengan semester I 2007 tercatat sebesar

Rp436,43 miliar, atau baru mencapai 18,95 persen dari yang dianggarkan sebesar

Rp2.302,40 miliar.

4.2. Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)

Berdasarkan informasi dari Departemen Keuangan, Dana Alokasi Umum (DAU)

untuk Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 sebesar Rp545,77 miliar, yang

meningkat 6,97 persen di banding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp510,20

miliar. Secara rinci DAU untuk masing-masing Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan seperti

terlihat pada tabel 4.4.

Page 101: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

88

Tabel 4.4 Dana Alokasi Umum di Propinsi Sumatera Selatan

Ribuan Rp

NO KABUPATEN/KOTA 2007 2008

Pertumbuhan (%)

1 KAB. LAHAT 370.487.000 302.847.323 (18,26)

2 KA. MUSI BANYUASIN 190.145.000 177.096.271 (6,86)

3 KAB.MUSI RAWAS 410.612.000 450.423.694 9,70

4 KAB. MUARA ENIM 335.566.000 399.913.302 19,18

5 KAB. OGAN KOMERING ILIR 462.135.000 510.395.426 10,44

6 KAB. OGAN KOMERING ULU 296.154.000 329.680.459 11,32

7 KOTA PALEMBANG 659.611.000 716.129.540 8,57

8 KOTA PAGAR ALAM 163.339.000 186.301.466 14,06

9 KOTA LUBUK LINGGAU 191.501.000 210.989.638 10,18

10 KOTA PRABUMULIH 161.515.000 180.935.827 12,02

11 KAB. BANYUASIN 384.981.000 429.915.555 11,67

12 KAB. OGAN ILIR 260.428.000 288.510.604 10,78

13 KAB. OKU TIMUR 326.475.000 358.855.952 9,92

14 KAB. OKU SELATAN 224.738.000 255.050.238 13,49

15 KAB. EMPAT LAWANG - 109.189.031 -

SUMATERA SELATAN 510.197.000 545.776.133 6,97

Sumber: Departemen Keuangan

Berdasarkan Kabupaten/Kota, daerah yang paling banyak mendapatkan DAU tahun

2008 adalah Kota Palembang yaitu sebesar Rp716,13 miliar yang meningkat 8,57 persen

dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp659,61 miliar. Sedangkan daerah yang

mendapatkan DAU paling kecil adalah Kabupaten termuda di Sumatera Selatan yaitu

Kabupaten Empat Lawang sebesar Rp109,19 miliar.

Sementara itu Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2008 tertinggi diperoleh oleh

Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp62.590 milliar dengan alokasi terbesar diperuntukkan

bagi pendidikan sebesar Rp21.752 juta.

Page 102: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

89

Tabel 4.5 Dana Alokasi Khusus Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Selatan

Tahun 2008 (Juta Rupiah)

KABUPATEN/

KOTA

NILAI PEND

NILAI KES.

NILAI KEPEND.

NILAI JALAN

NILAI IRIGASI

NILAI AIR

BERSIH

NILAI PERIK.

NILAI PERT.

NILAI PRASAR

ANA

NILAI LINGK. HIDUP

NILAI KEHUT

NILAI TOTAL

KAB. LAHAT 18.292 9.238 - 6.236 4.301 4.280 1.772 3.605 - 803 575 49.102

KAB. MUSI BANYUASIN

14.251 11.334 - 9.746 1.542 2.974 1.943 4.956 - 2.390 - 49.136

KAB.MUSI RAWAS 21.752 12.963 763 10.585 4.653 3.233 2.265 5.215 - 1.161 - 62.590

KAB. MUARA ENIM

2.642 2.124 - 2.035 1.012 698 586 1.325 - 201 - 10.623

KAB. OGAN KOMERING ILIR

21.723 11.616 931 8.473 1.370 3.258 3.736 4.411 2.954 1.370 900 60.742

KAB. OGAN KOMERING ULU

15.911 6.717 - 5.115 1.554 2.278 2.443 4.306 - 694 - 39.018

KOTA PALEMBANG

2.569 1.900 - 1.869 - 587 554 769 - 139 - 8.387

KOTA PAGAR ALAM

10.752 5.802 - 6.079 1.341 1.992 1.448 2.165 2.292 602 - 32.473

KOTA LUBUK LINGGAU

9.843 3.699 553 4.972 245 1.761 1.633 1.718 - 621 - 25.045

KOTA PRABUMULIH

13.102 4.860 - 3.454 889 1.633 1.449 1.705 1.823 684 - 29.599

KAB. BANYUASIN

16.703 11.650 1.396

6.423 969 2.858 2.029 4.306 - 943 753 48.030

KAB. OGAN ILIR

12.235 6.560 538 7.976 1.243 2.849 3.532 3.071 1.503 822 - 40.329

KAB. OKU TIMUR 16.457 9.185 554 7.653 1.525 3.167 2.047 3.288 1.975 758 620 47.229

KAB. OKU SELATAN

11.030 7.461 554 5.239 1.837 2.150 3.053 2.909 1.416 720 - 36.369

KAB. EMPAT LAWANG

- - - 9.555 12.474 - - - - - - 22.029

Sumber: Departemen Keuangan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 153/PMK.07/2007 tentang peta

kapasitas fiskal dalam rangka penerusan pinjaman luar negeri pemerintah kepada daerah

dalam bentuk hibah. Kapasitas fiskal merupakan gambaran kemampuan keuangan daerah

yang dicerminkan melalui pendapatan daerah (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana

darurat, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran

tertentu) dikurangi dengan belanja pegawai, serta dikaitkan dengan jumlah penduduk

miskin. Berdasarkan peta kapasitas fiskal tersebut daerah dikelompokkan menurut indeks

Page 103: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

90

kapasitas fiskal menjadi empat kelompok yaitu daerah berkapasitas fiskal sangat tinggi,

tinggi, sedang dan rendah. Penghitungan kapasitas fiskal menganut rumus:

KF = (PAD + BH + DAU + LP) - BP

Jumlah Penduduk Miskin

KF = Kapasitas Fiskal

PAD = Pendapatan Asli Daerah

BH = Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

DAU = Dana Alokasi Umum

LP = Lain-lain pendapatan daerah yang sah kecuali Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu

BP = Belanja Pegawai

Indeks daerah berdasarkan hasil perhitungan dikategorikan dalam :

1. Indeks >= 2 = kapasitas fiskal sangat tinggi

2. 1=< indeks< 2 = kapasitas fiskal tinggi

3. 0,5 = < indeks < 1 = kapasitas fiskal sedang

4. Indeks < 0,5 = kapasitas fiskal rendah

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kapasitas fiskal propinsi, Sumatera Selatan

termasuk dalam kategori kapasitas fiskal rendah, sementara dalam tingkatan

kabupaten/kota, 9 kabupaten /kota termasuk kategori rendah yaitu Kabupaten Lahat,

Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan komering Ilir,

Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan

Komering Ulu Timur dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Dua

kabupaten/kota yang termasuk dalam kapasitas fiskal kategori sedang yaitu Kabupaten

Ogan Komering Ulu dan Kota Lubuk Linggau, sementara Kota Prabumulih merupakan

satu-satunya Kota yang termasuk dalam kapasitas fiskal kategori tinggi.

Page 104: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

91

5.1. Perkembangan Kliring

Grafik 5.1 Perputaran Kliring Perbankan Sumsel

2007 – 2008

0

25

50

75

Jan

Mar

Mei

Juli

Sept

Nov

0

1

2

3

Lembar (ribu) Nilai (triliun)

lembar dan berdasarkan nilai nominalnya meningkat 13,84 persen dari sebesar Rp5,67

triliun pada Tw-IV 2007. Peningkatan aktivitas kliring tersebut menunjukkan kembali

pulihnya aktivitas perekonomian setelah libur panjang pada akhir tahun 2007 yang sedikit

banyak berpengaruh pada aktivitas ekonomi terutama penggunaan layanan kliring.

Sementara cek/bilyet giro (BG) kosong, pada Tw-I tercatat sebanyak 1.612 lembar

cek/BG kosong yang dikliringkan dengan nilai nominal sebesar Rp51,61 miliar. Angka

tersebut dilihat dari jumlah warkat mengalami penurunan baik secara tahunan maupun

triwulanan, namun dari nilai nominalnya justru mengalami peningkatan. Dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya (y-o-y) jumlah warkat cek/BG menurun 19,36 persen

dari sebanyak 1.999 lembar, namun secara nominal meningkat 32,51 persen dari sebesar

Rp38,95 miliar menjadi Rp51,61 miliar. Secara triwulanan, jumlah cek/BG kosong yang

Perputaran kliring di Sumsel pada Tw-I

menunjukkan peningkatan jumlah warkat

maupun nominalnya baik secara tahunan

maupun triwulanan. Pada Tw- I jumlah

warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak

192.855 lembar dengan nilai nominal

Rp6,45 triliun. Secara tahunan, volume

warkat meningkat 28,93 persen dibanding

triwulan I 2007 yang sebanyak 149.581

lembar dan secara nominal meningkat

34,64 persen dari sebesar RpRp4,8 triliun

(y-o-y). Secara triwulanan terjadi

peningkatan volume warkat sebesar 7,97

persen (q-t-q) dari sebanyak 178.616

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN5

Page 105: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

92

dikliringkan menurun 5,45 persen dari sebanyak 1.705 lembar menjadi 1.612 lembar,

namun nominalnya meningkat sebesar 49,07 persen dari sebesar Rp34,62 miliar pada Tw-

IV 2007 menjadi Rp51,61 miliar.

Tabel 5.1

Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera Selatan

2008

I II III IV IPerputaran Kliring

1. Lembar Warkat 149.584 148.396 168.762 178.616 192.855

2. Nominal (Triliun Rp) 4,8 4,75 4,74 5,67 6,46

Cek/Bilyet Giro Kosong

1. Lembar Warkat 1.999 935 1.225 1.705 1.612

2. Nominal (MIliar Rp) 38,95 18,33 45,78 34,62 51,61

Ketarangan2007

Dilihat secara bulanan, aktivitas kliring tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan

jumlah warkat sebanyak 67.062 lembar dan nilai nominal sebesar Rp2,28 triliun. Pada

bulan Januari tercatat sebanyak 65.457 lembar senilai Rp2,21 triliun dan bulan Maret

sebanyak 60.336 lembar senilai 1,98 triliun.

Sementara dari jumlah cek/bilyet giro kosong dari jumlah warkat maupun nominal

terbesar terjadi pada bulan Maret yakni sebanyak 579 lembar senilai Rp21,58 miliar. Pada

bulan Januari tercatat sebanyak 525 lembar senilai Rp15,09 miliar dan bulan Februari

sebanyak 508 lembar senilai Rp14,93 miliar.

5.2. Perkembangan Perkasan

Kegiatan perkasan di Sumsel pada Tw-I mencatat inflow sebesar Rp2,13 triliun yang

meningkat 8,29 persen dibanding triwulan I 2007 (y-o-y) yang sebesar Rp1,97 triliun,

namun secara triwulanan menunjukkan penurunan 14,25 persen dibanding triwulan IV

2007 yang sebesar Rp2,49 triliun. Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp2,39

triliun yang meningkat 35,25 persen dibanding triwulan I 2007 (y-o-y) yang sebesar Rp1,77

triliun, namun secara triwulanan juga menunjukkan penurunan 35,93 persen dari sebesar

Rp3,73 triliun pada triwulan IV 2007. Dengan melihat angka inflow dan outflow, net-

outflow selama triwulan I 2008 sebesar Rp256,72 miliar, sedangkan pada triwulan I 2007

justru tercatat mengalami net-inflow sebesar Rp203 miliar. Namun semikian net-inflow Tw-I

Page 106: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

93

lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2007 sebesar 79,34 persen dari sebesar Rp1.242,78

miliar.

Tabel 5.2

Kegiatan Perkasan di Sumsel (Miliar Rp)

2008

I II III IV IInflow 1.970,35 1.067 1.497,71 2.488,13 2.133,61Outflow 1.767,35 2.831,09 1.971,25 3.730,91 2.390,33Net Outflow (kecuali Tw I 2007) 203 *) 1.764,09 473,54 1.242,78 256,72

Ketarangan2007

Keterangan: *) Net inflow

Sama halnya dengan dinamika sistem pembayaran non tunai, peningkatan kegiatan

perkasan merupakan salah satu indikator peningkatan kegiatan ekonomi. Hal tersebut

selain terkait akibat kenaikan harga barang juga kegiatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

yang terjadi di beberapa daerah selama Tw-I yakni di Lubuk Linggau tanggal 14 Januari

2008, Pagar Alam 5 Februari 2008 dan Prabumulih 13 April 2008. Pilkada tersebut sedikit

banyak meningkatkan permintaan uang kas terkait dengan kegiatan kampanye yang

dilakukan oleh para calon seperti pemasangan spanduk dan baliho, belanja iklan di media

cetak maupun elektronik serta kegiatan lain yang dilakukan dalam rangka kampanye.

Sementara itu, dibanding triwulan IV 2007, penurunan kegiatan perkasan secara

triwulanan (q-t-q) lebih bersifat musiman (seasonal) yang ditandai dengan penurunan

inflow dan outflow terkait dengan penurunan tingkat permintaan masyarakat terhadap

penggunaan uang cash pasca lebaran, Idul Adha, Natal dan tahun baru. Selain faktor

musiman, banyaknya libur panjang yang terjadi pada triwulan IV 2007 merupakan salah

satu penyebab meningkatnya permintaan uang tunai oleh masyarakat.

Page 107: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

94

Grafik 5.2 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel

2007- 2008 (Miliar Rp)

(3,000)

(2,000)

(1,000)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

Jan

Feb

Mar

Triw

ulan

I

Apr

Mei

Jun

Triw

ulan

II Jul

Agu

st

Sept

Triw

ulan

III

Okt

Nov

Des

Triw

ulan

IV Jan

Feb

Mar

2007 2008

INFLOW OUTFLOW NET INFLOW

Terkait dengan uang palsu, berdasarkan laporan dari perbankan dan masyarakat

terdapat beberapa temuan uang palsu namun secara kuantitas masih tergolong rendah.

Besarnya rasio uang palsu dengan uang yang masuk ke Bank Indonesia sebesar 0,000141

persen. Secara komposisi, 72,33 persen temuan uang palsu tersebut dilaporkan oleh

perbankan, sedangkan sisanya 27,67 persen dilaporkan oleh masyarakat. Berdasarkan

komparasi rasio, rasio temuan uang palsu pada Tw-I menurun baik dibandingkan dengan

triwulan I 2007 maupun triwulan IV 2007 yang masing-masing tercatat sebesar 0,000252

persen dan 0,000280 persen.

Rendahnya rasio angka temuan uang palsu tersebut merupakan salah satu indikator

yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah lebih mengenal ciri-ciri keaslian rupiah. Dalam

rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian rupiah, Bank

Indonesia Palembang secara rutin melakukan sosialisasi baik kepada kalangan perbankan,

akademisi dari tingkat SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, maupun Ibu rumah tangga

dengan harapan agar masyarakat dapat lebih waspada terhadap peredaran uang palsu.

Page 108: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

95

Kegiatan sosialisasi meliputi bagaimana mengetahui ciri-ciri keaslian uang yang secara

populer dapat dilakukan masyarakat melalui 3D (dilihat, diraba, diterawang). Kegiatan

sosialisasi dilakukan baik di Kota Palembang maupun di Kabupaten-kabupaten. Selain itu

untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan para kasir, Bank Indonesia secara

rutin mengirimkan para kasir untuk memperdalam pengetahuan dalam penanganan tindak

pidana pemalsuan uang. Bank Indonesia juga secara kooperatif membantu aparat hukum

dalam penyelesaian proses perkara yang terkait dengan tindak pidana pemalsuan uang.

5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau

Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, di Sumsel juga terdapat

kegiatan kas titipan yang dilaksanakan di Kota Lubuk Linggau. Kas titipan tersebut

dilaksanakan mulai tahun 2005 yang ditandai dengan penandatangan Memorandum of

Understanding (MoU) antara Bank Indonesia Palembang dengan PT.BRI Cabang Lubuk

Linggau yang ditunjuk sebagai bank penyelenggara kas titipan. Pertimbangan

penyelenggaraan kas titipan di Lubuklinggau dilatarbelakangi oleh relatif tingginya

kebutuhan terhadap uang kas serta jarak yang cukup jauh dari Kota Palembang sehingga

menyulitkan distribusi uang kartal.

Pada Tw-I tercatat outflow sebesar Rp357,42 miliar atau meningkat 34,69 persen

dibanding triwulan I 2007 (y-o-y) yang tercatat sebesar Rp263,4 miliar, namun menurun

20,56 persen dibanding triwulan IV 2007 yang tercatat sebesar Rp449,92 miliar. Inflow

pada Tw-I tercatat sebesar Rp438,66 miliar atau meningkat 32,67 persen dibanding

triwulan I 2007 (y-o-y) yang tercatat sebesar Rp330,63 miliar, namun menurun 0,82 persen

dibanding triwulan IV 2007 (q-t-q) yang tercatat sebesar Rp442,23 miliar.

Page 109: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

96

Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau

(Miliar Rp)

2008

I II III IV IInflow 330.62 266.54 296.13 442.28 438.66Outflow 265.37 306 289.52 449.92 357.42Net Outflow (kecuali Tw I 2007) 65.26 39,46 *) 6.61 7,64 *) 81.24

Ketarangan2007

Keterangan: *) Net outflow

Secara keseluruhan, pada Tw-I tercatat net-inflow sebesar Rp81,24 miliar meningkat

24,49 persen dibanding triwulan I 2007 (y-o-y) yang tercatat sebesar Rp65,26 miliar,

namun menurun 1.164 persen dibanding triwulan IV 2007 (q-t-q) yang mencatat net-

outflow sebesar Rp7,64 miliar.

Grafik 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau

2007- 2008 (Miliar Rp)

-

50

100

150

200

250

2007 2008

Inflow Outflow Net Inflow/Net Outflow

Page 110: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

97

6.1. Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumsel pada Tw-I 2008 masih tetap belum banyak

menunjukkan perubahan yang berarti. Lambannya transformasi tenaga kerja dari sektor

primer ke sektor sekunder, produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta

pertumbuhan angkatan kerja yang lebih besar dari pertumbuhan lapangan kerja,

menyebabkan pengangguran masih menjadi persoalan yang dilematis di Sumsel.

Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi

Triwulan I 2007 – Triwulan I 2008

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

1. Pertanian 2.018.767 63,48 1.957.467 63,31 1.896.167 63,15 1.933.405 63,05 1.936.313 62,97

2. Pertambangan 25.233 0,76 24.353 0,76 23.473 0,74 22.453 0,73 22.491 0,73

3. Industri 117.133 3,74 136.006 3,74 154.879 3,72 113.422 3,70 112.491 3,64

4. Listrik, Gas dan Air 13.131 0,61 9.732 0,63 6.333 0,64 19.801 0,65 20.594 0,67

5. Kontruksi 101.667 2,75 99.619 2,68 97.571 2,66 81.094 2,64 79.445 2,58

6. Perdagangan 354.869 15,93 367.594 15,76 380.319 15,73 482.544 15,74 485.760 15,80

7. Transportasi 129.081 3,73 137.155 3,79 145.229 3,83 117.880 3,84 118.291 3,85

8. Lembaga Keuangan 10.727 0,56 17.615 0,59 24.502 0,61 18.780 0,61 19.137 0,62

9. Jasa 267.277 8,45 298.161 8,72 329.045 8,92 277.032 9,03 280.777 9,13

Jumlah 3.037.885 100,00 3.047.702 100,00 3.057.518 100,00 3.066.413 100,00 3.074.847 100,00

Tw-I 2008 **)Tw-IV 2007 r)SEKTOR

Tw-I 2007 Tw-II 2007 r) Tw-III 2007 r)

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Pada Tw-I jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.401.625 orang atau meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3.383.281 orang. Peningkatan

angkatan kerja tersebut selain terkait dengan peningkatan jumlah penduduk usia kerja,

juga disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk yang menyelesaikan

jenjang pendidikan yang ditempuh dan siap memasuki dunia kerja. Peningkatan jumlah

angkatan kerja tersebut diiringi oleh sedikit peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) dari 68,88 persen pada Tw-IV 2007 menjadi 68,94 persen pada Tw-I.

Demikian pula jumlah penduduk yang bekerja sedikit meningkat dari 3.066.413 orang

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 6

Page 111: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

98

pada Tw-IV 2007 menjadi 3.074.847 orang pada Tw-I. Sementara itu, berdasarkan sektor

ekonomi, distribusi sektoral menunjukkan bahwa konsentrasi tenaga kerja masih terdapat

di sektor pertanian yang menyerap 62,97 persen tenaga kerja, meskipun angka ini sedikit

menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 63,05 persen dan tetap

membuktikan bahwa sektor pertanian masih tetap menjadi tumpuan utama bagi sebagian

besar masyarakat Sumatera Selatan.

Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja

Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan I 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

bagi masyarakat untuk menggeluti sektor pertanian. Selain itu, kondisi cuaca yang cukup

mendukung bagi sub sektor tanaman bahan makanan khususnya padi juga menjadi daya

tarik bagi masyarakat untuk menanam padi. Sementara, sektor pertambangan yang

termasuk dalam sektor primer, pada Tw-I tidak mengalami peningkatan penyerapan tenaga

kerja, dikarenakan karakteristik sektor pertambangan yang padat modal.

Sektor sekunder berupa sektor industri pengolahan pada Tw-I menyerap tenaga kerja

sebesar 3,64 persen, yang sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya 3,7 persen.

Sementara sektor llistrik gas dan air juga hanya mengalami sedikit peningkatan penyerapan

tenaga kerja yakni dari 0,65 persen pada Tw-IV 2007 menjadi 0,67 persen pada Tw-I. Demikian

pula dengan sektor bangunan yang pada Tw-I hanya mampu menyerap 2,58 persen tenaga

62.97

0.73

3.64

0.67

2.58

15.80

3.85

0.62

9.13

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, dan Air

Bangunan

Perdagangan

Pengangkutan

Keuangan

Jasa-jasa

Selama beberapa periode

terakhir, sektor pertanian masih

tetap menjadi sektor yang

mendominasi penyerapan tenaga

kerja di Sumsel. Masih terbatasnya

lapangan kerja di sektor formal di

luar sektor pertanian, menyebabkan

masyarakat menjadikan sektor

pertanian sebagai pilihan karena

tidak terlalu membutuhkan skill dan

pendidikan yang tinggi serta lebih

fleksibel. Selain itu, masih tingginya

harga-harga komoditas pertanian

terutama tanaman perkebunan

seperti karet, sawit, dan kopi

menjadi daya tarik tersendiri untuk

Page 112: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

99

kerja atau menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,64 persen. Penurunan

penyerapan tenaga kerja pada ketiga sektor ekonomi tersebut diantaranya terkait dengan

kinerja sektor sekunder dalam menyerap tenaga kerja belum dapat diharapkan karena belum

banyaknya realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang didanai oleh pemerintah yang

bersifat padat karya.

Berbeda dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor primer dan sekunder yang

justru menurun pada Tw-I, kinerja penyerapan tenaga kerja pada sektor tersier mengalami

peningkatan meskipun tidak terlalu besar. Sektor perdagangan tercatat menyerap 15,80

persen tenaga kerja atau sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar

15,74 persen, hal ini terkait dengan peningkatan aktivitas perdagangan. Sektor

transportasi, pergudangan dan komunikasi juga sedikit meningkat yakni dari 3,84 persen

pada Tw-IV 2007 menjadi 3,85 persen. Peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor

transportasi tersebut disebabkan oleh peningkatan kinerja sub sektor pergudangan sebagai

imbas peningkatan kegiatan perdagangan serta sub sektor komunikasi sebagai dampak dari

semakin maraknya persaingan antar operator seluler dalam menawarkan produknya.

Melihat perkembangan kinerja lapangan pekerjaan dalam penyerapan tenaga kerja sampai

dengan Tw-I ini, dapat disimpulkan bahwa daya serap tenaga kerja sektoral masih belum

mengalami perubahan dan transformasi tenaga kerja dapat dikatakan masih berjalan di

tempat. Ke depan, upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan ini perlu

menjadi perhatian agar tidak menimbulkan permasalahan sosial yang lebih besar lagi.

6.2. Pengangguran

Pengangguran merupakan masalah yang melekat pada aspek

ketenagakerjaan. Penduduk yang menganggur a d a l a h p e n d u d u k y a n g sedang

mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja),

sudah mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta yang tidak mungkin

mendapatkan pekerjaan.

Page 113: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

100

Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007 – 2008 (persen)

Tingkat 2008

Pengangguran Tw I Tw II r) Tw III Tw IV r) Tw I **)

Pengangguran Terbuka (%) 10,40 9,87 9,34 9,34 9,61

Setengah Pengangguran (%) 39,15 38,84 38,53 38,54 38,71

2007

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Dari tahun 2007 hingga Tw-I 2008, tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami

fluktuasi, dan berada di atas angka 9 persen. Tingkat pengangguran terbuka yang pada Tw-

IV 2007 tercatat sebesar 9,34 persen, pada Tw-I mengalami peningkatan menjadi 9,61 persen.

Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung

Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan I 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

setengah pengangguran, tidak terjadi pada Tw-I, bahkan tingkat setengah pengangguran

juga mengalami peningkatan.

Berdasarkan sektor ekonominya, prosentase tingkat setengah pengangguran

terbesar terjadi pada sektor pertanian yakni sebesar 47,81 persen terkait dengan

karakteristik sektor pertanian yang sangat dipengaruh oleh musim sehingga beban kerjanya

47.81

9.26

25.55

12.77

11.12

18.81

8.46

10.25

42.44

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, dan Air

Bangunan

Perdagangan

Pengangkutan

Keuangan

Jasa-jasa

Seiring dengan

meningkatnya angka TPT, tingkat

setengah pengangguran juga

mengalami sedikit peningkatan yakni

dari 38,54 persen pada Tw-IV 2007

menjadi 38,71 persen pada TW-I.

Kenaikan yang terjadi baik pada

tingkat pengangguran terbuka

maupun tingkat setengah

pengangguran menunjukkan kondisi

lapangan kerja di sektor formal

maupun informal yang terbatas.

Kenaikan tingkat pengangguran

terbuka yang dapat ditampung pada

lapangan kerja dengan waktu kerja

kurang dari 35 jam seminggu yang

ditunjukkan oleh penurunan tingkat

Page 114: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

101

juga mengikuti siklus musim. Meskipun sub sektor tanaman bahan makanan mengalami

peningkatan kinerja terkait dengan musim panen yang terjadi pada Tw-I, yang berdampak

pada peningkatan kemampuan untuk menyerap tenaga kerja, namun kinerja sektor

tanaman perkebunan, masih hampir sama dengan Tw-IV. Hal ini terkait dengan musim

gugur daun dan curah hujan yang tinggi yang berdampak pada berkurangnya produktivitas

tanaman karet karena hasil sadapan berkurang sehingga meningkatkan angka setengah

pengangguran.

Jumlah jam kerja normal dan di atas normal lebih banyak terdapat pada lapangan

pekerjaan yang banyak kegiatan formalnya seperti pertambangan, industri, listrik, gas

dan air, keuangan, konstruksi, serta transportasi dan komunikasi. Pada sektor transportasi,

meskipun di dalamnya banyak terdapat kegiatan yang informal namun pada umumnya

kegiatan di sektor ini membutuhkan jam kerja yang lama. Sebaliknya, terdapat pula sektor-

sektor yang secara umum mempekerjakan tenaga kerja dengan jam kerja di atas normal,

seperti sektor pertambangan, sektor industri, sektor listrik gas dan air bersih, sektor

keuangan, sektor transportasi dan komunikasi.

Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni Juli

Agu

st

Sep

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

2007 2008

menurun dibanding posisi Desember 2007 yang

sebesar 83.

Seperti triwulan

sebelumnya, masih terbatasnya

lapangan pekerjaan tersebut juga

seiring dengan konfirmasi yang

diperoleh dari hasil survei

konsumen yang diselenggarakan

di kota Palembang. Dari hasil

survei tersebut, konsumen rumah

tangga menengah ke atas yang

menjadi responden survei merasa

semakin pesimis dengan

ketersediaan lapangan kerja. Hal

tersebut tercermin dari indeks

lapangan kerja saat ini yang pada

Maret 2008 tercatat sebesar 64,

Page 115: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

102

6.3. Pendapatan per Kapita

Pada Tw-I pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku (dengan migas)

Propinsi Sumatera Selatan tercatat sebesar Rp 3.684.703 atau meningkat 0,77 persen

dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp3.656.596. Namun jika tanpa

memperhitungkan komponen migas, pendapatan per kapita meningkat sebesar 0,91 persen

yaitu dari Rp2.385.407 menjadi Rp2.407.017.

Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008

Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Dalam Rupiah) 2008 **)

I II III IV I

Harga Berlaku

Dengan migas 2.971.105 3.173.562 3.461.178 3.656.596 3.684.703

Tanpa migas 2.034.628 2.175.160 2.410.544 2.385.407 2.407.017

Harga Konstan

Dengan migas 1.561.030 1.638.793 1.729.570 1.680.196 1.656.796

Tanpa migas 1.168.322 1.239.127 1.335.388 1.278.896 1.269.732

PDRB2007 *)

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Dengan mengeliminasi faktor harga, maka akan didapat besaran pendapatan

perkapita atas dasar konstan 2000 (dengan migas). Pada Tw-I, pendapatan perkapita

atas dasar harga konstan 2000 (dengan migas) mencapai Rp1.656.796. Angka ini

mengalami penurunan 1,39 persen dibanding dengan Tw-IV 2007 yang mencapai

Rp1.680.196. Sementara itu, pendapatan per kapita regional atas dasar konstan tanpa

migas juga mengalami penurunan sebesar 0,72 persen dari Rp1.278.896 menjadi

Rp1.269.732.

Penurunan pendapatan per kapita pada Tw-I tersebut erat kaitannya dengan

rasio kenaikan harga barang dan jasa yang lebih besar dibandingkan dengan

peningkatan pendapatan yang diterima masyarakat sehingga daya beli mengalami

penurunan. Satu hal yang perlu mendapat perhatian semua pihak adalah

rendahnya upah buruh di wilayah Sumsel (lihat Suplemen 6. Upah Buruh Tani

Sumsel di Bawah Garis Kemiskinan)

Page 116: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

103

UPAH BURUH TANI SUMSEL DI BAWAH GARIS KEMISKINAN

Buruh tani merupakan salah satu pelaku usaha di sektor pertanian. Berdasarkan Badan

Pusat Statistik, hasil Sensus Pertanian 2003 , jumlah rumah tangga pertanian mencapai 24.8

juta, meningkat 19.4 persen dibandingkan angka tahun 1993, dimana jumlah rumah

tangga buruh pertanian meningkat sebesar 49.8 persen dan jumlah rumah tangga buruh

pertanian naik menjadi 13.4 juta

Buruh tani didefinisikan sebagai seseorang yang melakukan suatu

kegiatan/pekerjaan di sawah atau ladang pertanian dengan tidak menanggung risiko

terhadap hasil panen dan bertujuan untuk mendapatkan upah/imbalan. Berdasarkan

konsep BPS, buruh tani dimaksud adalah buruh laki-laki dan tidak dikaitkan dengan kriteria

umur, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Pekerja buruh tani meliputi: (i) mencangkul,

(ii) menanam, dan (iii) menyiangi. Grafik berikut memperlihatkan perkembangan upah

buruh tani pedesaan di Sumsel dari tahun 2000 sd. 2006. Hingga laporan ini dibuat belum

didapat data terkini mengenai upah buruh tani.

Perkembangan Upah Buruh Tani Pedesaan di Sumsel, 2000-2006

0

5000

10000

15000

20000

25000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

dal

am R

up

iah

per

set

eng

ah h

ari

Mencangkul Menanam Menyiangi

Suplemen 6

Page 117: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

104

Berdasarkan data BPS, upah rata-rata buruh tani (per setengah hari) masing-masing sebagai berikut:

a. Mencangkul sebesar Rp23.668, b. Menanam sebesar Rp20.139, c. Menyiangi sebesar Rp20.175.

Apakah upah rata-rata buruh tani di Sumsel cukup layak? Simulasi sederhana di bawah

bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata upah buruh tani di Sumsel berada di bawah

atau di atas garis kemiskinan setelah memperhitungkan jumlah anggota keluarga buruh.

Sesuai hasil simulasi untuk semua jenis pekerjaan di atas menunjukkan bahwa upah

buruh tani masih berada di bawah garis kemiskinan yang pada tahun 2006 di Sumsel

sebesar Rp185.253 per bulan. Jumlah selisih terbesar dengan garis kemiskinan adalah jenis

pekerjaan menanam, diikuti oleh menyiangi, sedangkan yang terendah selisihnya adalah

mencangkul. Pada tahun 2006 terdapat 1.429.000 penduduk miskin di Sumsel.

Kemiskinan tersebut diperparah oleh laju inflasi yang tiap tahun terus meningkat terutama

kenaikan harga-harga pada kelompok bahan makanan.

Page 118: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

105

Grafik 6.4Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan

6 bln yang lalu

0

50

100

150

Jan

Feb

Mar Apr M

eiJu

ni Juli

Agust Se

pOkt Nov Des Ja

nFe

bM

ar

Inde

ks

nya di masa mendatang namun optimisme tersebut mengalami penurunan yang

tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu dari sebesar

141,33 pada Desember 2007 menjadi 121 pada Maret 2008. Demikian pula

dengan indeks ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, mengalami

penurunan dari 143,67 pada bulan Desember 2007 menjadi 135 pada Maret 2008.

6.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah

pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf , pendidikan dan standar hidup

untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah

sebuah wilayah dapat dikatakan sebagai wilayah maju, berkembang atau terbelakang, juga

untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Dari 30 propinsi yang diukur IPM-nya, Propinsi Sumsel menempati peringkat IPM

nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2 pada tahun 2005. Nilai tersebut sebagai akumulasi

dari angka harapan hidup yang mencapai 68,3 tahun dan pengeluaran riil per kapita yang

disesuaikan sebesar Rp 610.300. Di bidang pendidikan, rata-rata lama sekolah yang

merepresentasikan tingkat pendidikan di Sumsel tergolong moderat, rata-rata lama sekolah

penduduk Sumsel pada tahun 2005 tercatat sebesar 7,5 tahun. Namun satu hal yang

menggembirakan adalah pendidikan telah cukup dinikmati secara merata oleh penduduk

Sumsel yang dibuktikan dengan persentase angka melek huruf yang mencapai 95,90

persen.

Berdasarkan hasil

survei konsumen yang secara

bulanan dilakukan oleh Bank

Indonesia Palembang

terhadap konsumen rumah

tangga, meskipun konsumen

masih memandang optimis

terhadap pendapatan yang

diterimanya baik pada masa

sekarang maupun ekspektasi-

Page 119: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

106

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 120: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

107

7.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih tetap tergantung sektor primer yaitu

terutama sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada triwulan II

diperkirakan kinerja sektor pertanian akan mengalami peningkatan dibanding dengan Tw-I

terkait dengan peningkatan pada sub sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan. Di

beberapa sentra produksi beras diperkirakan masih akan berlangsung musim panen,

meskipun terdapat faktor yang berpotensi mengganggu seperti tingginya curah hujan yang

menyebabkan banjir dan puso (gagal panen) serta rusaknya beberapa ruas jalan di sentra

produksi padi.

Tren masih meningkatnya harga

pangan dunia yang berbasis biji-bijian

merupakan peluang yang baik bagi

masyarakat yang bergerak di sektor

pertanian dan perkebunan, sehingga

diperlukan kesigapan petani dalam

memanfaatkan peluang tersebut.

Ketidaksiapan petani dalam

mengantisipasi kenaikan harga pangan

tersebut justru akan menambah beban

karena tingkat pendapatan relatif tetap.

PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

7

Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Pertumbuhan Sumsel

Produksi Harga Penjualan/EksporPertaniana. Tanaman bahan makanan ++ + 0b. Perkebunan + +++ +

Pertambangana. Pertambangan non migas - +++ ++

PHRa. Perdagangan eceran + + ++b. Hotel + + ++

Pengangkutana. Pengangkutan 0 + 0

+++ Sangat Baik++ Baik+ Cukup Baik0 Normal- Cukup Buruk-- Buruk--- Sangat Buruk

Sektor/Sub Sektor

Keterangan

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Palembang

Page 121: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

108

Sub sektor tanaman perkebunan diperkirakan mengalami peningkatan produksi

meskipun pada kisaran yang masih rendah terkait dengan berlalunya musim gugur daun

sehingga produksi karet diperkirakan akan meningkat. Harga karet di pasar dunia yang

masih terus meningkat juga berdampak positif terhadap pendapatan petani. Disamping itu,

sawit juga diperkirakan akan meningkat produktivitasnya selain terdorong oleh harga CPO

di pasar dunia yang tinggi juga karena peningkatan produksi sebagai akibat dari perluasan

lahan dan peremajaan tanaman sawit. Sub sektor perikanan diperkirakan juga akan

meningkat kinerjanya terkait dengan kondisi cuaca yang cukup kondusif untuk kegiatan

penangkapan ikan.

Selain faktor-faktor di atas, faktor lain yang berpotensi membatasi pertumbuhan

sektor pertanian adalah kondisi iklim global pada masa sekarang yang sulit diprediksi

sebagai dampak dari pemanasan global. Hal tersebut harus disikapi dengan melakukan

antisipasi dan mitigasi misalnya untuk sub sektor tanaman bahan makanan, dengan

memperhitungkan baik saat yang tepat untuk menanam, pengembangan varietas yang

tahan terdapat perubahan iklim dan penyakit, serta pengelolaan sumber daya alam secara

tepat dan bijak baik pengolahan lahan maupun pemanfaatan sumber energi dan air.

Selain sektor pertanian, sektor lain yang diperkirakan meningkat adalah sektor

bangunan dimana pada triwulan II, realisasi fiskal dari pemerintah untuk pembiayaan

proyek infrastruktur juga sudah mulai berlangsung. Sejalan dengan itu, kegiatan sektor

swasta dalam pembangunan properti juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan

peningkatan permintaan terhadap rumah didukung oleh peraturan menteri perumahan

rakyat mengenai KPR bersubsidi bagi golongan masyarakat berpendapatan terbatas.

Liburan dan pergantian tahun ajaran baru sekolah yang akan terjadi pada akhir triwulan II

diperkirakan akan meningkatkan permintaan masyarakat di bidang pendidikan.

Sesuai dengan karakteristik siklikal, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan Tw-II

diperkirakan akan tumbuh positif. Berdasarkan proyeksi dan mempertimbangkan kondisi

ekonomi terkini, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) pada triwulan II 2008

akan berada pada kisaran 5,01 persen. Sedangkan secara triwulanan (q-to-q) pertumbuhan

ekonomi diperkirakan akan terkontraksi pada kisaran 2,87 persen. Angka proyeksi

pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa faktor yakni realisasi belanja

pemerintah daerah yang masih belum mencapai puncaknya, masih tingginya harga barang

Page 122: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

109

dan jasa domestik serta tingkat pendapatan masyarakat yang relatif tidak berubah

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kondisi ketenagakerjaan pada triwulan II juga diperkirakan masih belum banyak

mengalami perubahan, meskipun diperkirakan terjadi penurunan pengangguran

dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor pertanian. Meskipun terdapat kendala yang

membatasi yakni masih terbatasnya tingkat lapangan kerja yang tersedia dan kondisi

pekonomian dunia yang masih lesu serta peningkatan harga komoditas pokok seperti

bahan pangan dan bahan bakar terutama minyak tanah yang semakin memberatkan

masyarakat.

Dari kegiatan perdagangan, kinerja ekspor pada Tw-II diperkirakan akan mengalami

peningkatan terkait dengan faktor musiman yang masih berpengaruh pada peningkatan

produksi karet yang pada gilirannya meningkatkan kinerja industri pengolahan karet. Selain

karet, ekspor sawit juga berpotensi meningkat meskipun terdapat kendala yang membatasi

tingkat produktivitas yaitu kebijakan pemerintah di bidang perijinan, law enforcement yang

masih lemah terhadap pabrik yang tidak mempunyai kebun.

7.2. Inflasi

Mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan pergerakan harga serta ketersediaan

barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan berada

pada level yang moderat dan menurun dibanding Tw-I dengan catatan tidak terdapat

perubahan harga pada barang-barang administered price. Tekanan inflasi diperkirakan akan

berasal dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga terkait dengan pergantian tahun

ajaran baru dan libur sekolah, terutama dari sub kelompok kursus, biaya pendidikan dan

peralatan sekolah. Selain itu dari kelompok sandang juga diperkirakan akan mengalami

inflasi terkait dengan kebutuhan seragam sekolah. Kelompok bahan makanan diperkirakan

masih tetap menjadi pemicu inflasi terkait dengan kenaikan harga beberapa komoditas

pangan seperti beras, kedelai, tepung terigu, serta minyak goreng meskipun kenaikannya

lebih rendah dibandingkan kenaikan pada Tw-I. Dari kelompok perumahan, inflasi

diperkirakan akan dipicu oleh kenaikan harga minyak tanah yang pasokannya semakin

berkurang terkait dengan konversi mitan ke elpiji yang menyebabkan kelangkaan minyak

tanah.

Page 123: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

110

Diproyeksikan inflasi tahunan pada triwulan II 2008 akan berada pada level double

digit. Hal yang masih perlu diwaspadai hingga saat ini adalah ketersediaan pasokan barang

dan jasa, faktor distribusi, dan lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu seperti

pada kelompok pendidikan. Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan

perkembangan harga serta determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka

diperkirakan tekanan inflasi tahunan (y-o-y) pada triwulan II 2008 mencapai 10,82 persen,

sedangkan inflasi triwulanan (q-to-q) diperkirakan akan mencapai 0,80 persen.

Grafik 7.1 Inflasi dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Tahun 2004-2008 (persen dan Saldo Bersih)

-5

-2.5

0

2.5

5

7.5

10

Jan

Mei

Sep

Jan

Mei

Sep

Jan

Mei

Sep

Jan

Mei

Sept Jan

%

60

75

90

105

120

SB

Inflasi IKK

7.3. Perbankan

Berdasarkan rencana bisnis perbankan, diperkirakan kinerja perbankan pada Tw-I Iakan

mengalami peningkatan dibandingkan Tw-I, baik dari penghimpunan dana pihak ketiga

maupun penyaluran kredit. Tingkat suku bunga perbankan yang semakin turun dan

persaingan dari perbankan untuk menawarkan produk pembiayaan diperkirakan akan

meningkatkan ekspansi penyaluran kredit. Hal tersebut juga didukung oleh prediksi akan

meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat terutama kredit konsumsi seperti kredit

multiguna, KPR dan kredit pemilikan kendaraan.

Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan yang dilakukan terhadap perbankan di

Sumatera Selatan mengkonfirmasi hal tersebut. Diperoleh hasil bahwa permintaan kredit

pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat meskipun masih dalam kisaran

Page 124: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

111

yang tidak terlalu tinggi (1-10 persen). Berdasarkan jenis penggunaannya, maka kredit

terutama masih ditujukan untuk modal kerja, diikuti dengan konsumsi dan investasi.

Peluang penyaluran kredit pada awal tahun masih terbuka, dan diperkirakan akan terus

meningkat terkait dengan peningkatan permintaan masyarakat.

Selain penyaluran kredit, penghimpunan dana pihak ketiga melalui giro, deposito

dan tabungan juga diperkirakan akan meningkat pada kisaran 1–10 persen. Dana pihak

ketiga diperkirakan akan didominasi tabungan, diikuti deposito dan giro. Selain pelayanan

yang ditawarkan dalam penghimpunan dana dan penyaluran kredit, fasilitas jasa perbankan

yang ditawarkan, inovasi produk dan layanan berbasis teknologi diharapkan akan

meningkatkan kinerja penghimpunan dana oleh perbankan ditengah persaingan dengan

produk sekuritas dan alternatif investasi lain. Selain itu, tingkat suku bunga yang semakin

rendah dan promosi dan layanan yang diberikan diharapkan akan meningkatkan

penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan.

Page 125: Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Indeks Harga Konsumen Kota Palembang 158.33 159.67 164.83 170.24 175.54 Laju inflasi Tahunan (yoy%) Kota Palembang 6.55 6.84 9.24 8.21

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008

112

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank