vica wijayanti toxic

9
VICA WIJAYANTI E2A007131 FKM (REGULER 1) TOXICOLOGI 1. PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI BATIK KE LINGKUNGAN Polutan berupa bahan toksik yang dibuang ke perairan, sungai, dan lingkungan sekitar industri (sampah padat dan sampah cair) a. Sumber pencemaran Pada saat menggunakan boiler menghasilkan limbah padat (50-70 kg/hari) Pada saat pengecatan dengan air panas menghasilkan limbah cair (200 m 3 /hari) b. Jenis bahan toksik dan polutan lain yang digunakan Pada proses pembuatan batik menggunakan bahan kimia antrakinon merupakan gugus benzene. Zat pewarna seperti melamine, pigmen putih, pigmen kuning, emulsifion, sal –fd (pasta warna), spandex l. c. Bahan kimia (pewarna) yang digunakan 1. Melamine 2. Pigmen putih, pigmen kuning, emulsifion, sal –fd(pasta warna), spandex l. 3. Sinarcion Golden yellow 4. Chloranyl black B133 5. Procion Blue PX5R

Upload: vicawijayanti

Post on 02-Jul-2015

128 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vica Wijayanti Toxic

VICA WIJAYANTI

E2A007131

FKM (REGULER 1)

TOXICOLOGI

1. PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI BATIK KE LINGKUNGAN

Polutan berupa bahan toksik yang dibuang ke perairan, sungai, dan lingkungan sekitar

industri (sampah padat dan sampah cair)

a. Sumber pencemaran

Pada saat menggunakan boiler menghasilkan limbah padat (50-70 kg/hari)

Pada saat pengecatan dengan air panas menghasilkan limbah cair (200 m3/hari)

b. Jenis bahan toksik dan polutan lain yang digunakan

Pada proses pembuatan batik menggunakan bahan kimia antrakinon merupakan gugus

benzene.

Zat pewarna seperti melamine, pigmen putih, pigmen kuning, emulsifion, sal –fd (pasta

warna), spandex l.

c. Bahan kimia (pewarna) yang digunakan

1. Melamine

2. Pigmen putih, pigmen kuning, emulsifion, sal –fd(pasta warna), spandex l.

3. Sinarcion Golden yellow

4. Chloranyl black B133

5. Procion Blue PX5R

6. Procion Red PX8B

7. Sinarcion Orange V3R

Rata-rata banyaknya pewarna yang digunakan perhari adalah ±50 kg tiap pewarna.

Proses pencampuran warna, untuk warna-warna tertentu di campur dengan menggunakan

minyak tanah.

Melamin merupakan senyawa polimer yang merupakan gabungan monomer formaldehide

(formalin) dan fenol yang apabila komponen penyusun melamin tersebut dalam komposisi

Page 2: Vica Wijayanti Toxic

yang seimbang kelihatan aman tetapi harus diwaspadai seringkali dalam pembuatan

melamin proses pencampurannya sering kali tak terkontrol. Apabila komposisi antara

formaldehide dengan fenol tidak seimbang maka akan terjadi residu, yaitu monomer

formaldehide atau fenol yang tidak bersenyawa sempurna. Sisa monomer formaldehide

inilah yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Bahaya Melamin

Pengaruh akut/segera pada mereka yang teracuni formalin adalah gejala iritasi dan alergi

(mis: mata berair, kemerahan, mual, muntah, diare, kencing campur darah, rasa terbakar,

gatal, pusing bahkan bisa tidak sadarkan diri).

Sedangkan pengaruh kronis dari keracunan formalin dapat mengakibatkan iritasi yang

parah, kerusakan fungsi hati, ginjal, syaraf dan organ lainnya. Pada hewan coba formalin

mempunyai efek karsinogenik (menyebabkan kanker/ keganasan), pada manusia diyakini

akan menimbulkan efek serupa. Sebagai efek kronis, efek ini tidak tampak segera tapi

baru muncul setelah terjadi akumulasi formalin karena konsumsi / terpapar cemaran

formalin dalam jangka lama.

d. Pemanasan

Steamer yaitu alat pemanas dengan suhu 1200C yang berfungsi untuk mematikan warna.

Boiler → untuk memanaskan batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar mesin

Menurut Perda Provinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004 Mengenai Baku Mutu

Air Limbah, khususnya untuk baku mutu air limbah industri tekstil dan batik ,

temperatur air limbah yang harus dibuang kelingkungan tidak boleh melebihi

38°C. Sedangkan pada industri batik, limbah air panas yang berasal dari mesin

pemanas/boiler langsung dibuang ke lingkungan tanpa melalui proses pendinginan

terlebih dahulu. Pencemaran air limbah panas (thermal pollution) adalah masukan dalam

jumlah besar air yang mengalami pemanasan dari satu atau sejumlah industri yang

menggunakan sumber yang sama sehingga temperatur airnya melebihi kondisi normalnya

serta dapat menyebabkan efek merugikan pada kehidupan perairannya.

Page 3: Vica Wijayanti Toxic

e. DAMPAK PROSES PRODUKSI

Proses produksi batik ini menimbulkan air buangan yang besar, dimana air buangan

mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak tinggi dan beracun (mengandung

limbah B3 yang tinggi).

Pencemaran limbah batik berasal dari penggunaan zat kimia sebagai pewarna, pewarna

kimiawi sama sekali tak bisa terurai dan bisa menyebabkan kanker.

Zat-zat tersebut dapat terhisap, tertelan atau diserap melalui kulit tanpa timbul persaan

curiga pada pemakai produk batik atau pada para pekerja.

Uap solvent dapat masuk kedalam tubuh terutama melalui inhalasi, walaupun absorpsi

melalui kulit dapat pula terjadi. Uap tersebut akan diabsorpsi dari paru-paru ke dalam

darah, dan didistribusi terutama ke jaringan-jaringan yang mengandung banyak lemak ,

lipid, misalnya sistem syaraf pusat, hati, dan sum-sum tulang. Menghirup beberapa bahan

kimia dapat menyebabkan iritasi terhadap saluran pernapasan atau alveoli paru,

tergantung pada solubilitas dari bahan kimia tersebut. Kontak bahan kimia iritan dengan

permukaan kulit dapat menyebabkan berbagai jenis dermatitis.

f. DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN INDUSTRI

Pada proses pencucian di industri batik menimbulkan air limbah yang besar pula, dimana

air buangan mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak tinggi dan beracun

(mengandung limbah B3 yang tinggi). Limbah itu, dapat mencemari air sungai dan tentu

saja tidak dapat dimanfaatkan kembali. Lebih dari itu, air sungai yang telah tercemar jika

nantinya meresap ke sumur sebagai sumber utama mata air untuk kehidupan sehari-hari,

jika dikonsumsi terus-menerus, tentu dalam tempo lama akan berakibat fatal pada

kesehatan.

KARAKTERISTIK LIMBAH BATIK :

Kadar limbah batik Baku Mutu Limbah (perda jateng no.10 tahun 2004)

TSS = 132,33 mg/l TSS = 50 mg/L

BOD 5 = 266,12 mg/l BOD 5 = 60 mg/L

COD = 432,33 mg/l COD = 150 mg/L

pH = 8-12 pH = 6-8

Debit limbah = 200 m3/hari Debit = 100 m3/Hari

Page 4: Vica Wijayanti Toxic

B. PEJANAN PESTISIDA DAN EFEK KESEHATAN PADA PETANI HORTIKULTURA

Perkebunan ini tidak menggunakan pestisida karena pestisida akan mempengaruhi

kualitas teh yang berdampak tidak diterima di pasaran karena tidak memenuhi standar

internasional dengan alasan tidak akan laku terjual.

1. Bahan kimia yang dipakai :

ROUND UP

Herbisida roundup merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan

tanaman seperti ilalang. Jenis herbisida ini, berbasis glifosat yang paling banyak digunakan

di seluruh dunia, termasuk tanaman rekayasa genetis yang dapat ditolerir.

Bahan yang terkandung : isopropilamina glisofat 486 gr/L

Efek kesehatannya : muntah, diare, masalah kehamilan dan reaksi pada kulit

Dampak terhadap lingkungan:

• Kerusakan lingkungan yang tidak langsung dalam sifat resistensi yang muncul dari

beberapa jenis target ilalang.

• Jika didaerah yang curah hujan sangat tinggi, herbisida dapat merembes ke sungai yang

digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, termasuk minum, bagi penduduk di sekitar

perkebunan.

• Tidak dapat terserap oleh tanah yang berpasir

2. Pupuk yang digunakan :

Pupuk daun (GANDASIL-D)

Fungsinya untuk merangsang pertumbuhan bunga

Kelebihannya yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibanding pupuk yang

diberikan lewat akar. Akibatnya, tanaman akan lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah

tidak rusak. Oleh karena itu, pemupukan lewat daun dipandang lebih berhasil guna dibanding

lewat akar

Cara pemberian pupuk :

• Pemupukan lewat daun dilakukan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air dengan

konsentrasi tertentu.

• Setelah itu, larutan pupuk disemprotkan ke pemukaan daun dengan mengikuti dosis

sesuai anjuran di label kemasan

Page 5: Vica Wijayanti Toxic

• Penyemprotan pupuk dilakukan dengan menggunakan alat semprot (sprayer). Lubang

keluarnya air (nosel) juga diatur sedemikian rupa agar ait tidak keluar seperti kabut

(mist).

• Penyemprotan sebaiknya diarahkan ke permukaan atas daun.

• Penyemprotan dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 10.00 atau sore hari pukul 15.00 –

18.00. (Jika penyemprotan dilakukan saat matahari terik, air akan cepat menguap,

sehingga konsentrasi pupuk menjadi lebih pekat. Hal inilah yang membuat daun tanaman

terbakar. Penyemprotan pada saat hujan sebaiknya tidak dilakukan. Sebab, pupuk akan

tercuci oleh air hujan sebelum sempat menempel pada permukaan daun. Akibatnya

pemupukan akan sia-sia saja)

Pupuk kandang

Pupuk kandang sebagai ganti pupuk urea juga masih digunakan, tapi hanya sedikit, biasanya

digunakan pada musim. Penggunaan pukan sebagai pupuk bagi tanaman dapat bermanfaat

dalam mengurangi pencemaran lingkungan karena pukan tersebut tidak dibuang disembarang

tempat yang dapat mengotori lingkungan dan badan perairan umum. Selain itu penggunaan

pukan bermanfaat dapat mengurangi logam-logam berat yang bersifat racun bagi tanaman

dan juga dapat dipergunakan dalam mereklamasi lahan yang tercemar, seperti lahan-lahan

bekas tambang kemarau.

Pupuk NPK

Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali dalam setahun.

Efek negative pemberian pupuk terhadap lingkungan :

• Berbagai organisme penyubur tanah musnah karena pupuk organic

• Kesuburan tanah yang merosot/ tandus

• Keseimbangan ekosistem tanah yang rusak

• Unsur nitrogen yang ada dalam pupuk ini mudah larut. Pemberian nitrogen berlebih di

samping menurunkan efisiensi pupuk, juga dapat memberikan dampak negative di

antaranya meningkatkan gangguan hama dan penyakit akibat nutrisi yang tidak

seimbang. 

Page 6: Vica Wijayanti Toxic

DAFTAR PUSTAKA :

1. Anonim. 2005. Penggunaan Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit.

http://dte.gn.apc.org/66ipes.htm. Diakses tanggal 12 Juni 2010 pukul 09:50 WIB.

2. Mediyansyah. 2009. http://lestarimandiri.org/id/beranda/arsip-berita/78-arsip-berita. Diakses

tanggal 12 Juni 2010 pukul 09:50 WIB.

3. Arafah dan M. P. Sirappa. 2009. Kajian Penggunaan Jerami Dan Pupuk N, P, Dan K Pada

Lahan Sawah Irigasi. http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=7906 Diakses

tanggal 10 Juni 2010 pukul 12:45 WIB.

4. Anonim.2007.Kebisingan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/

123456789/1435/1/07002749.pdf

5. Huboyo, Haryono Setiyo dan Badrus Zaman. ANALISIS SEBARAN TEMPERATUR DAN

SALINITAS AIR LIMBAH PLTU-PLTGU BERDASARKAN SISTEM PEMETAAAN

SPASIAL (STUDI KASUS : PLTU-PLTGU TAMBAK LOROK SEMARANG).

www.eprints.undip.ac.id/516/1/hal_40-45__haryono_dkk_.pdf

6. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air

Limbah