v2n2 perumusan kebijakan izin pemanfaatan ruang di kota dili

10
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N2 | 253 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang di Kota Dili Filomeno Martins da Silva (1) , Denny Zulkaidi (1) Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB. (2) (2) Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB. Abstrak Saat ini pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Dili belum dilaksanakan secara baik oleh lembaga pemerintah yang terkait dengan perizinan pembangunan. Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan pembangunan melalui pemberiaan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili, belum mengikuti standarisasi yang baik layaknya ada di negara lain. Hal ini disebabkan oleh perangkat kebijakan tentang perizinan yang ada tidak lengkap dan belum terintegrasi dengan baik dalam setiap instansi pemerintah. Penyebab lainnya adalah belum adanya dokumen rencana tata ruang kota, belum adanya undang-undang penataan ruang yang berfungsi untuk mengatur pembangunan dan pengzoningan kawasan, serta tidak adanya peraturan tentang bangunan.Tujuan penelitian ini adalah merumuskan kebijakan izin pemanfaatan ruang yang lengkap dan terpadu di Kota Dili, dengan menggunakan metode pendekatan analisis kualitatif deskriptif. Cakupan kajian melihat pada persoalan perizinan, kelembagaan, aturan perundangan dan sumber daya manusiadi setiap lembaga pemerintah yang mengeluarkan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili. Langkah pertama dalam perumusan kebijakan izin pemanfaatan ruang dimulai dengan melakukan identifikasi persoalan dari setiap direktorat pemberi izin pembangunan, kemudian melakukan penstrukturan persoalan yang dilanjutkan dengan perumusan solusi kebijakan pada persoalan-persoalan tersebut. Selanjutnya dilakukan perumusan kebijakan izin pemanfaatan ruang yang secara tepat dan menyeluruh untuk pengendalian pembangunan dalam pemanfaatan ruang di Kota Dili.Kebijakan izin pemanfaatan ruang yang dirumuskan adalah dalam bidang prosedurdanjenisperizinan, kelembagaaan, peraturan perundangan dan sumberdaya manusia. Kata Kunci : persoalan perizinan, kelembagaan, peraturan perundangan dan SDM (sumberdaya manusia) Pendahuluan Salah satu bentuk tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam mengendalikan pembangunan ialah melalui perangkat perizinan. Melalui perizinan pemerintah mencampuri, mengarahkan, bahkan juga mengendalikan berbagai aktivitas dan sepak terjang warganya, khusunya dalam pemanfaatan ruang perkotaan (Pudyatmoko, 2009). Kebijakan didefinisikan sebagai tindakan yang didesain secara sengaja yang relatif stabil yang dilakukan oleh aktor atau sejumlah aktor untuk menyelesaikan persoalan atau hal-hal yang menjadi perhatian bersama atau publik (Anderson, 2006). Kebijakan izin pemanfaatan ruang bertujuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan serta menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum (Zulkaidi, 1999). Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan pembangunan melalui pemberiaan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili, selama ini tidak dilakukan mengikuti standarisasi yang baik layaknya ada di negara lain. Hal ini disebabkan oleh perangkat kebijakan tentang perizinan yang ada tidak lengkap dan belum terintigrasi dengan baik dalam setiap instansi pemerintah. Penyebab lainnya adalah belum adanya dokumen rencana tata ruang kota, belum adanya undang-undang penataan ruang yang berfungsi untuk mengatur pembangunan dan penzoningan kawasan, serta tidak adanya peraturan tentang bangunan.

Upload: bagus-juna

Post on 11-Apr-2016

279 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

umum

TRANSCRIPT

Page 1: V2N2 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang Di Kota Dili

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N2 | 253

Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang di Kota Dili Filomeno Martins da Silva(1), Denny Zulkaidi

(1) Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB.

(2)

(2) Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB.

Abstrak

Saat ini pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Dili belum dilaksanakan secara baik oleh lembaga pemerintah yang terkait dengan perizinan pembangunan. Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan pembangunan melalui pemberiaan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili, belum mengikuti standarisasi yang baik layaknya ada di negara lain. Hal ini disebabkan oleh perangkat kebijakan tentang perizinan yang ada tidak lengkap dan belum terintegrasi dengan baik dalam setiap instansi pemerintah. Penyebab lainnya adalah belum adanya dokumen rencana tata ruang kota, belum adanya undang-undang penataan ruang yang berfungsi untuk mengatur pembangunan dan pengzoningan kawasan, serta tidak adanya peraturan tentang bangunan.Tujuan penelitian ini adalah merumuskan kebijakan izin pemanfaatan ruang yang lengkap dan terpadu di Kota Dili, dengan menggunakan metode pendekatan analisis kualitatif deskriptif. Cakupan kajian melihat pada persoalan perizinan, kelembagaan, aturan perundangan dan sumber daya manusiadi setiap lembaga pemerintah yang mengeluarkan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili. Langkah pertama dalam perumusan kebijakan izin pemanfaatan ruang dimulai dengan melakukan identifikasi persoalan dari setiap direktorat pemberi izin pembangunan, kemudian melakukan penstrukturan persoalan yang dilanjutkan dengan perumusan solusi kebijakan pada persoalan-persoalan tersebut. Selanjutnya dilakukan perumusan kebijakan izin pemanfaatan ruang yang secara tepat dan menyeluruh untuk pengendalian pembangunan dalam pemanfaatan ruang di Kota Dili.Kebijakan izin pemanfaatan ruang yang dirumuskan adalah dalam bidang prosedurdanjenisperizinan, kelembagaaan, peraturan perundangan dan sumberdaya manusia.

Kata Kunci : persoalan perizinan, kelembagaan, peraturan perundangan dan SDM (sumberdaya manusia)

Pendahuluan

Salah satu bentuk tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam mengendalikan pembangunan ialah melalui perangkat perizinan. Melalui perizinan pemerintah mencampuri, mengarahkan, bahkan juga mengendalikan berbagai aktivitas dan sepak terjang warganya, khusunya dalam pemanfaatan ruang perkotaan (Pudyatmoko, 2009). Kebijakan didefinisikan sebagai tindakan yang didesain secara sengaja yang relatif stabil yang dilakukan oleh aktor atau sejumlah aktor untuk menyelesaikan persoalan atau hal-hal yang menjadi perhatian bersama atau publik (Anderson, 2006). Kebijakan izin pemanfaatan ruang bertujuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang melanggar ketentuan perencanaan dan

pembangunan serta menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum (Zulkaidi, 1999).

Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan pembangunan melalui pemberiaan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili, selama ini tidak dilakukan mengikuti standarisasi yang baik layaknya ada di negara lain. Hal ini disebabkan oleh perangkat kebijakan tentang perizinan yang ada tidak lengkap dan belum terintigrasi dengan baik dalam setiap instansi pemerintah. Penyebab lainnya adalah belum adanya dokumen rencana tata ruang kota, belum adanya undang-undang penataan ruang yang berfungsi untuk mengatur pembangunan dan penzoningan kawasan, serta tidak adanya peraturan tentang bangunan.

Page 2: V2N2 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang Di Kota Dili

Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang di Kota Dili

254 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota BSAPPK V2N2

Upaya pemerintah untuk mengarahkan aktivitas pembangunan pemanfaatan ruang perkotaan selama ini tidak berjalan dengan baik, karena kebijakan yang ada belum banyak menyelesaikan persoalan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili. Maka tujuan penelitian ini adalah melakukan perumusan kebijakan izin pemafaatan ruang yang lengkapdan terpadu di Kota Dili, sehingga pelaksanaan pembangunan berjalan dengan baik dan terkendali.Kebijakan izin pemanfaatan ruang yang dirumuskan di Kota Dili adalah dalam bidang perizinan, kelembagaaan, peraturan perundangan dan sumberdaya manusia.

Metodologi Penelitian

Dalam upaya pencapaian tujuan studi, metode pendekatan studi melalui analisis kebijakan yang bertujuan untuk memahami persoalan kebijakan kemudian mengkonsepkannya untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai variasi-variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dari masukan dan proses kebijakan. Analisis persoalan kebijakan difokuskan pada mekanisme pemberian izin, aturan perundangan, kelembagaan, serta tugas dan fungsi pada lembaga pemerintah yang mengurus izin pemanfaatan ruang di Kota Dili. Perumusan persoalan meliputi empat fase yang saling berhubungan, yaitu pengenalan persoalan (situasi persoalan), pencarian persoalan (meta persoalan), pendefinisian persoalan (persoalan substantif) dan spesifikasi persoalan (persoalan formal), (Dunn, 2004).

Data yang diperlukan dalam penelitian ini, menggunakan undang-undang, dokumen-dokumen program kerja, dan wawancara dengan pembuat kebijakan dan administrator untuk mengidentifikasikan, mendefinisikan, dan menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Dari hasil studi tersebut kemudian penulis memberikan solusi berupa perumusan kebijakan yang tepat untuk persoalan yang dikaji dengan menggunakan metodeanalisis deskriptif kualitatif.

Landasan Teori

Pemahaman Teoritik tentang Kebijakan Publik

Thomas R. Dye (1981), mendefinisikan kebijakan publik sebagai Whatever government choose to do or not to do (apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan). Pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka harus ada tujuan, dan kebijakan publik ini harus meliputi semua tindakan pemerintah, bukan hanya mencerminkan perwujudan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja. Menurut Anderson (2006), kebijakan dapat didefinisikan sebagai tindakan yang didesain secara sengaja yang relatif stabil yang dilakukan oleh aktor atau sejumlah aktor untuk menyelesaikan persoalan atau hal-hal yang menjadi perhatian bersama.

Analisis Kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan di dalam proses kebijakan, (Dunn, 2004).Untuk mengkaji suatu kebijakan, apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak, atau apakah suatu kebijakan akan menyelesaikan suatu perpersoalan dan membawa suatu yang lebih baik, maka dilakukan analisis kebijakan yang dapat dibedakan dengan 3 cara yaitu; analisis prospektif, analisis retrospektif dan analisis terintegrasi (Dunn, 2004)

Perumusan kebijakan merupakan langkah yang diambil oleh manajer publik untuk menghasilkan kebijakan yang mengikat publik sebagai aturan main yang harus ditaati oleh semua pihak di lingkungan kekuasaannya, dan selalu disebut sebagai keputusan publik. Untuk merumuskan kebijakan publik pada dasarnya ditempuh dalam proses perumusan kebijakan. Menurut Dunn, (2004) menyebutkan bahwa langkah awal melakukan perumusan kebijakan adalah mengidentifikasikan persoalan dan kemudian merumuskan persoalantersebut secara tepat.

Page 3: V2N2 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang Di Kota Dili

Filomeno Martins da Silva

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N2 | 255

Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pengendalian dilakukan melalui kegiatan pengawasan, dalam hal ini adalah usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Pengendalian dilakukan dengan penertiban adalah usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud. Pengendalian pemanfaatan ruang selain melalui kegiatan pengawasan dan penertiban juga meliputi mekanisme perizinan (Ditjen Bangda Depdagri, dalam Lucianawati, 1999).

Menurut Kivell(1993), bentuk pengendalian penggunaan lahan kedalam dua kelompok bahasan yaitu pengendalian perencanaan (planning control) dan pengendalian bangunan (building control). Pengendalian perencanaan menurutnya dapat berupa suatu rencana pembangunan (development plan). Bagian dari pengendalian bangunan menurutnya adalah peraturan-peraturan bangunan. Berhubung dengan hal itu, maka pengendalian dan pengawasan pengembangan lahan didasarkan kepada: • Kebijaksanaan umum pertanahan (land

policy) • Rencana tata ruang yang pengembangannya

telah dilandasi oleh kesepakatan bersama masyarakat,

• Komitmen rasional mengenai pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk kepentingan perkembangan sosial dan ekonomi

• Kriteria pengakomodasian dinamika perkembangan masyarakat.

Izin pemanfaatan Ruang

Sistem perizinan muncul karena salah satu tugas pemerintah yaitu mengatur. Perizinan akan dibuat dalam bentuk peraturan yang harus dipatuhi masyarakat yang berisikan larangan dan perintah. Dengan izin ini akan dipergunakan oleh penguasa sebagai instrument untuk

mempengaruhi hubungan dengan para warganya agar mau mengikuti cara yang dianjurkan, untuk mencapai tujuan yang konkrit. Menurut Hadjon (1999), tujuan pemerintah mengatur sesuatu hal dalam peraturan perizinan adalah :

• Keinginan mengarahkan atau mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu (misalnya izin bangunan)

• Keinginan mencegah bahaya/kerusakan bagi lingkungan (misalnya izin lingkungan)

• Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu (misalnya izin tebang, izin membongkar monumen)

• Keinginan membagi benda-benda yang sedikit jumlahnya (misalnya izin menghuni di daerah padat penduduk)

• Keinginan untuk menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitasnya (misalnya pengurus organisasi harus memenuhi syarat-syarat tertentu).

Gambaran Umum

Kota Dili secara administrasi teritorial merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Dili. Wilayah Kabupaten Dili mencakup pulau Atauro, yang sekitar 30 kilometer ke arah utara pantai Kota Dili. Pada arah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aileu, ke arah barat, Kabupaten Liquica dan ke arah timur, Kabupaten Manatuto. Kabupaten Dili adalah salah satu kabupaten terbesar di Timor Leste dengan memiliki enam sub-kabupaten (kecamatan) yang terdiri atas 48 suco (desa) dan 243 aldeia (kampung).

Sebagai ibu kota negara, Kota Dili memiliki jumlah penduduk sekitar 221.280 jiwa (Sensus Penduduk, 2010), atau sekitar 24 % lebih besar dari total penduduknya pada tahun 2001. Luas areanya mencapai 13.637,97 ha., dengan fungsi utama adalah sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian Negara Timor Leste. Kota Dili sebagai kota kabupaten dengan pertumbuhan penduduk yang relative tinggi, dimana penduduknya tersebar dalam 4 (empat) kecamatan yakni: Kecamatan Cristo Rei dengan

Page 4: V2N2 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang Di Kota Dili

Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang di Kota Dili

256 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota BSAPPK V2N2

jumlah penduduk sebanyak 55.195 jiwa, Kecamatan Dom Aleixo dengan jumlah penduduk 105.328 jiwa, Kecamatan Nain Feto dengan jumlah penduduk sebanyak 26.672 jiwa dan Kecamatan Vera Cruz dengan jumlah penduduk mencapai 34.085 jiwa.

Untuk mengendalikan pertumbuhan serta pembangunan kota, instansi pemerintah terkait hanya berpegang pada Surat Keputusan Perdana Menteri No. 17/PM/2003 tentang pembentukan kesatuan kerja untuk melakukan evaluasi dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perangkat kebijakan yang ada masih bersifat parsial dan tidak terintegrasi dengan baik dalam setiap lembaga pemerintah. Akibatnya dalam pelaksanaan sering kali tidak sesuai dengan kebijakan pembangunan yang diamanatkan dalam surat keputusan perdana menteri kepada instansi pemerintah yang diberi tugas dalam mengendalikan pemanfaatan ruang melalui perizinan.

Lembaga yang terlibat dalam pemberian izin pemanfaatan ruang adalah Direktorat Perumahan, Bangunan dan Perencanaan Kota, Direktorat Pertanahan, Direktorat Perdagangan dan Jasa, Direktorat Pariwisata, Direktorat Lingkungan Hidup dan Otoritas Masyarakat Lokal (Aparatur Desa).Tujuan pembentukan tim kerja tersebut sebagai langkah untuk menindaklanjuti surat keputusan yang ada dengan melakukan berbagai tugas dan fungsi untuk mengendalikan pembangunan perumahan di sekitar Kota Dili termasuk pengendalian pemanfaatan ruang perkotaan melalui perizinan.

Lembaga Pemerintah yang Terkait denganIzin Pemanfaatan Ruang

Dalam kajian ini, akan diuraikan mengenai lembaga pemerintah terkait dengan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili. Pelaksanaan perizinan pada setiap lembaga pemerintah untuk melakukan pengendalian pembangunan, selama ini dilakukan tanpa didasari dengan produk perencanaan yang dapat dijadikan sebagai acuan atau arahan pembangunan. Sehingga dalam pemanfaatan ruang di Kota Dili

setiap lembaga pemerintah dalam pemberian izin tidak berdasarkan pada sistem penataan ruang yang baik untuk melakukan pengendalian pembangunan.

a. Direktorat Nasional Perumahan, Bangunan dan Perencanaan Kota

Lembaga ini merupakan sebuah direktorat yang terdapat dalam lingkungan Sekretaris Negara Bidang Pekerjaan Umum, Kementerian Infrastruktur. Susunan organisasi dan tata kerja direktorat ditetapkan melaui Ketetapan Hukum No 1 Tahun 2011 Tentang Struktur Organisasi Kementerian Infrastruktur, Republik Demokratik Timor Leste. Sebagai direktorat yang berada langsung dibawah Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum (DJPU), tugas pokok Direktorat Nasional Perumahan, Bangunan dan Perencanaan Kota adalah mendukungan pelaksanaan teknis pada DJPU di bidang perumahan, bangunan dan perencanaan kota termasuk rencana detail tata ruang perkotaan, juga rencana detail wilayah, taman dan ruang publik

b. Direktorat Pertanahan Nasional

Lembaga ini merupakan direktorat yang berfungsi sebagai pelaksanaan adminsitrasi pertanahan di semua wilayah Timor Leste. Secara struktur organisasi, instansi ini berada dibawah Kementerian Kehakiman yang susunan dan tata kerja organisasinya dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah No 12/2008 tentang Struktur Organisasi Kementerian Kehakiman. Secara struktur organisasi, Direktorat Pertanahan Nasional disebut juga sebagai Direktorat Nasional Pertanahan, Properti dan Jasa Kadastral yang bertugas untuk mengelola dan menyelenggarakan administrasi dibidang pertanahan sedangkan fungsinya adalah merumuskan kebijakan dan perencanaan pengaturan kepemilikan tanah, melaksanakan pengurusan hak atas tanah dalam rangka memilihara tata tertib di bidang pertanahan.

Page 5: V2N2 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang Di Kota Dili

Filomeno Martins da Silva

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N2 | 257

c. Direktorat Perdagangan dan Industri

Dalam Ketetapan Hukum No 13/2011, Direktorat Jenderal Perdagangan dan Industri, yang selanjutnya disingkat DGCI (Director Genderal Comercio e Industria), bertanggung jawab untuk memastikan arahan dan tujuan serta pelaksanaan kebijakan perdagangan dan industri yang bertujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan lingkungan kelembagaan yang lebih menguntungkan bagi daya saing bisnis dan inovasi, perlindungan hak kekayaan intelektual dan industri dalam mencapai tugas-tugas.Direktorat Nasional Perdagangan dan Jasa Dalam Negeri merupakan sebuah direktorat yang menangani izin usaha dalam negeri. Misi utama dari direktorat ini adalah Mendorong dan mengembangan sektor dunia usaha dalam negeri yang menguntungkan dan berdayasain bisnis di Timor Leste.

d. Direktorat Pariwisata

Direktorat Pariwisata secara struktural pemerintah berada di bawah Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. Direktorat Nasional Pariwisata, selanjutnya disebut DNT, adalah organ pusat pemerintahan yang memiliki misi untuk mengembangkan, mengatur, melaksanakan, mengkoordinasi dan mengevaluasi kebijakan yang ditetapkan dan disetujui oleh Dewan Menteri untuk bidang Pariwisata.

e. Direktorat Lingkungan Hidup

Direktorat Nasional Lingkungan Hidup, berada langsung di bawah Sekretaris Negara Lingkungan Hidup, Kementerian Ekonomi dan Pembangunan melalui Ketetapan Hukum No 9 Tahun 2008. Kementerian Ekonomi dan Pembangunan mencakup struktur organisasi berdasarkan layanan dan organisasi yang aktif dalam bidang ekonomi, pengembangan sektor keuangan mikro dan koperasi, serta Lingkungan Hidup.Direktorat Nasional Lingkungan Hidup, selanjutnya disebut DNMA. Visi dari lembaga ini

adalah mempelajari, menerapkan dan memantau kebijakan pembangunan, dan melindungi kawasan konservasi, serta mengembangkan, menerapkan dan menegakkan peraturan dan standar pada lingkungan hidup.

f. Aparatur Desa

Dalam Bab I Pasal 5 Konstitusi Republik Demokratik Timor Leste menyebutkan bahwa dalam hal pelaksanaan pemerintah daerah, negara mengakui asas desentralisasi bagi pelaksanaan pemerintahan daerah. Aparatur desa secara struktur pemerintahan berada di bawah Kementerian Administrasi Negara dan Manajemen Teritorial yang termuat dalam Ketetapan Hukum No 2 Tahun 2011. Pada kenyataannya aparatur desa telah memainkan peran utama dalam organisasi masyarakat, dalam upaya pencapaian pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengizinkan pengoperasian struktur masyarakat, sudah diatur dalam konstitusi untuk kegiatan tugas pokok dan fungsi kepala desa serta aparatur desa.

Pembahasan dan Analisis

Langkah pertama dari hasil perumusan kebijakan izin pemanfaatan ruang dimulai dengan melakukan identifikasi persoalan dari setiap direktorat pemberi izin pembangunan, kemudian melakukan struktur persoalan yang dilanjutkan dengan solusi kebijakan pada persoalan-persoalan tersebut. Selanjutnya melakukan perumusan kebijakan izin pemanfaatan ruang yang secara tepat dan menyeluruh untuk pengendalian pembangunan dalam pemanfaatan ruang di Kota Dili.

Identifikasi Persoalan

Langkah awal dalam perumusan kebijakan izin pemanfaatan ruang perkotaan di Kota Dili, dimulai dengan melakukan identifikasi persoalan yang didapat dari setiap responden yang diwawancarai dari setiap direktorat. Berikut ditampilkan dalam tabel 1 di bawah ini :

Page 6: V2N2 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang Di Kota Dili

Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang di Kota Dili

258 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota BSAPPK V2N2

Tabel 1 Indentifikasi Persoalan

No Lembaga Sumber Persoalan 1 Direktorat

Perumahan, Bangunan dan Perencanaan Kota

Bpk. Celso da Silva, Jabatan Kasi

Belum ada aturan tentang Bangunan

Belum ada aturan tentang IMB Penerbitan IMB tidak berdasarkan hukum

Bpk Justino, Jabatan Kasi

Belum ada aturan tentang IMB Masyarakat belum diinformasikan mengenai pengurusan IMB Masyarakat ada yang sudah tau tapi tidak mau mengurusi IMB (tidak perduli)

Bpk Hermenegildo, Jabatan Kabag

Belum ada aturan tentang IMB Tidak Punya Master Plan atau Rencana Tata Ruang Kota Koordinasi antar lembaga kurang

Ibu Rosa Vong, Jabatan Direktur

Kekurangan Staf teknik dan staf lapangan Fasilitas tidak memadai Kapasitas SDM minim Belum ada perangkat hukum Tidak ada master plan kota Sulit melakukan pengendalian bangunan

2 Direktorat Petanahan Nasional

Bpk Antonio, Jabatan Kabag

Aturan formal yang mengatur izin lokasi secara khusus belum ada Koordinasi kurang Kekurangan staf teknik

3 Direktorat Perindustrian dan Perdagangan

Bpk Claudio, Jabatan Kasi

Kekurangan staf teknik

Bpk Ernesto Monteiro, Jabatan Dirjen

Tidak memiliki produk perencanaan kota Kurang Koordinasi

4 Direktorat Pariwisata Nasional

Bpk Jose Quintas, Jabatan Direktur

Tidak ada Prosedur Perizinan yang jelas Tidak memiliki peraturan tentang izin di bidang pariwisata Belum ada tata ruang Koordinasi dengan lembaga lain belum maksimal Masih kurang staf teknik

5 Direktorat Lingkungan Hidup

Bpk Egidio Guimaraes Jabatan Direktur

Masih kekurangan staf lapangangan

6 Aparatur Desa Jose Aranhado Kepala Desa, Suco Vila Verde

Membangun tanpa meminta izin ke aparat desa

Sumber : Hasil Wawancara, 2012

Struktur Persoalan Izin Pemanfaatan Ruang

Sturuktur persoalan yang ada merupakan setumpuk persoalan yang distrukturkan dari identifikasi persoalan, kemudian dilakukan reduksi pada setiap jawaban yang dianggap sama untuk diformalkan. Setiap narasumber

mengungkapkan persoalan yang hampir sama pada setiap direktorat pemberi izin pembangunan, sehingga dilakukan reduksi untuk mencari persamaan persoalan dalam melaksanakan tugas dan fungsi di setiap lembaga. Struktur persoalannya adalah:

Page 7: V2N2 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang Di Kota Dili

Filomeno Martins da Silva

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N2 | 259

• Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan pembangunan melalui pemberiaan izin pemanfaatan ruang, tidak di dukung oleh perangkat hukum yang memadai, yakni belum ada peraturan tentang Izin Mendirikan Bangunan, Izin Lokasi, Izin Pengembang Pariwisata dan Tidak ada peraturan tentang Bangunan

• Belum ada dokumen rencana tata ruang kota, belum adanya undang-undang penataan ruang dan belum adanya peraturan tentang bangunan

• Prosedur dan mekanisme perizinan yang masih lemah

• Persoalan kelembagaan pada organisasi pemerintah belum terkoordinasi dengan baik,

• Minimnya sumber daya manusia (SDM) pemerintah baik kualitas maupun kuantitas dalam mengurusi persoalan perizinan

• Kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai persoalan perzinan pembangunan kepada masyarakat serta

Solusi Persoalan Izin Pemanfaatan Ruang di Kota Dili

Solusi persoalan yang direkomendasikan berdasarkan pada persoalan-perosalan yang terdapat pada setiap direktorat pemberi izin pembangunan. Berawal dari setumpuk persoalan yang diidentifikasi dan distrukturkan secara formal, kemudian dilakukan pencarian solusi. Solusi yang diberikan berdasarkan pada persoalan-persoalan yang sudah dianggap tepat karena dihimpun dari setiap narasumber di setiap direktorat pemberi izin pembangunan. Solusi yang diberikan mencakup pada Persoalan Peraturan, Persoalan Kelembagaan, Persoalan Sumber Daya Manusia, dan Persoalan Perizinan.

Langkah tindakan solusi persoalan diurutkan kemudian diklasifikasikan secara hirarki prioritas dalam mengendalikan pembangunan dalam pemanfaatan ruang di Kota Dili.Dari uraian strukturpersoalan di atas, maka solusi persoalannya adalah:

Prioritas pertama yang harus diambil adalah Direktorat Perumahan, Bangunan dan

Perencanaan Kota perlu segera membuat produk rencana kota sebagai pedoman dalam mengarahkan pembangunan beserta perangkat hukumnya. Kemudian baru merumuskan peraturan dan perundang-undangan mengenai izin mendirkan bangunan serta perangkat hukum tentang bangunan. Begitu juga Direktorat Pertanahan Nasional dan Direktorat Nasional Pariwisata harus merumuskan perangkat hukum tentang prosedur perizinan di setiap lembaganya.

Prioritas kedua hirarki solusi persoalan adalah setiap direktorat perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai produk perencanaan, dan berbagai perangkat hukum yang menjadi dasar pelaksanaan perizinan di setiap direktorat kepada masyarakat.

Prioritas yang ketiga adalah sejalan dengan dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat, setiap direktorat perlu melakukan peningkatan kemampuan dan pengetahuan kepada staf dalam bidang masing-masing melalui pelatihan dalam perizinan dan pengedalian pembangunan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Selain itu perlu melakukan perekrutan pegawai baru yang berkompetensi sesuai dengan kebutuhan pada setiap direktorat.

Dan yang terakhir setiap direktorat perlu melakukan koordinasi satu dengan yang lain guna melakukan pengendalian pembangunan melalui perizinan secara baik dan terkoordinasi di Kota Dili.

Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang di Kota Dili

Dari semua uraian persoalan, melaui identifikasi persoalan, struktur persoalan, dan solusi persoalan kebijakan pemanfaatan ruang di Kota Dili maka selanjutnya adalah melakukan Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang di Kota Dili. Perumusan kebijakan dilihat dari jenis persoalan, terdapat empat yaitu :

Pertama, untuk menghadapi persoalan peraturan; perumusan kebijakannya meliputi:

Page 8: V2N2 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang Di Kota Dili

Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang di Kota Dili

260 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota BSAPPK V2N2

• Dewan Menteri mengeluarkan dan menetapkan perangkat peraturan tentang Bangunan yang menyeluruh dan terperinci

• Dewan Menteri mengeluarkan dan menetapkan perangkat aturan mengenai mekanisme perizinan meliuputi Izin Mendirikan Bangunan, Izin Lokasi dan Izin Pengembangan Pariwisata yang menyeluruh dan terperinci, beserta sanksinya

• Dewan Menteri menetapkan dan mengesahkan Produk Perencanaan Tata RuangKota beserta perangkat hukum yang membekali produk perencanaan tataruanguntuk Kota Dili.

Kedua, untuk menghadapi persoalan kelembagaan; perumusan kebijakannya meliputi:

• Dewan Menteri menetapkan Surat Keputusan Bersama untuk semua Direktorat tentang koordinasi dalam pengendalian pembangunan melalui izin pemanfaatan ruang di Kota Dili

• Dewan Menteri merekrut pegawai baru yang kompeten untuk setiap direktorat sesuai bidangnya masing-masing

• Setiap Direktorat diinstruksikan untuk melakukan pengadaan fasilitas kantor guna menunjang pekerjaan di lingkungan direktoratnya masing-masing

Ketiga, untuk menghadapi persoalan sumberdaya manusia; perumusan kebijakannya meliputi:

• Setiap Direktorat diinstruksikan untuk melakukan penambahan dan peningkatan kapasitas stafnya melalui pelatihan dalam bidang pelayanan administrasi, dan kemampuan teknis lapangan di lingkungan direktoratnya masing-masing

Keempat, persoalan perizinan; perumusan kebijakannya meliput:

• Setiap Direktorat menginstruksikan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan konsekuensi apabila

tidak mengurusi izin pembangunan di setiap direktorat pemerintah sesuai dengan amanat perundang-undangan yang berlaku

• Setiap Direktorat diinstruksikan untuk melakukan penyampaian kepada masyarakat mengenai dampak dan konsekuensi apabila tidak mengurusi izin pembangunan di setiap direktorat pemerintah sesuai dengan amanat perundang-undangan yang berlaku

• Kepala Desa diinstruksikan untuk melakukan teguran dan pemberhentian pembangunan berdasarkan kewenangannya di lingkungan desa.

Kesimpulan

Dari uraian pembahasan perumusan kebijakan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili, maka dapat disimpulkan bahwa :

• Kebijakan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili, yang dilaksanakan oleh setiap lembaga pemberi izin dalam mengendalikan pembangunan secara keseluruhan belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh belum adanya peraturan yang mengatur mekanisme perizinan di setiap direktorat, kecuali Direktorat Lingkungan Hidup dan Direktorat Perdagangan dan Perindustrian. Sedangkan penyebab lainnya adalah belum adanya produk perencanaan kota yang bisa digunakan sebagai dasar untuk mengarahkan pembangunan, dan penzoningan kawasan serta belum adanya peraturan tentang bangunan

• Persoalan kelembagaan menjadi salah satu penyebab tidak terkendalinya pembangunan di perkotaan. Mulai dari koordinasi antara direktorat yang belum dilakukan secara baik, hingga kekurangan staf dan ketersediaan fasilitas pendukung yang menunjang pekerjaan di setiap direktorat terkait dengan pengendalian pembangunan dalam pemanfaatan ruang di Kota Dili

• Ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam mengurusi persoalan perizinan di setiap lembaga yang masih minim, juga mempengaruhi tidak

Page 9: V2N2 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang Di Kota Dili

Filomeno Martins da Silva

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N2 | 261

terkendalinya pembangunan dalam pemanfaatan ruang di Kota Dili

• Persoalan sosialisasi mengenai izin pembangunan dari pemerintah kepada masyarakat yang belum dilakukan oleh setiap direktorat pemberi izin, sehingga menyebabkan ketidaktahuan masyarakat mengenai persoalan perizinan dalam pembangunan

• Berdasarkan pada persoalan maka perumusan kebijakan izin pemanfaatan ruang di Kota Dili adalah :

Dewan Menteri menetapkan dan mengesahkan Produk Perencanaan Tata Ruang Kota beserta perangkat hukum yang membekali produk perencanaan untuk Kota Dili

Dewan Menteri mengeluarkan dan menetapkan perangkat aturan mengenai mekanisme perizinan, meliputi Izin Mendirikan Bangunan, Izin Lokasi dan Izin Pengembangan Pariwisata yang menyeluruh dan terperinci, beserta sanksinya

Dewan Menteri mengeluarkan dan menetapkan perangkat peraturan tentang Bangunan yang menyeluruh dan terperinci

Dewan Menteri menetapkan Surat Keputusan Bersama untuk semua Direktorat tentang koordinasi dalam pengendalian pembangunan melalui izin pemanfaatan ruang di Kota Dili

Dewan Menteri merekrut pegawai baru yang kompeten untuk setiap direktorat sesuai bidangnya masing-masing

Setiap Direktorat diinstruksikan untuk melakukan pengadaan fasilitas kantor guna menunjang pekerjaan di lingkungan direktoratnya masing-masing

Setiap Direktorat diinstruksikan untuk melakukan penambahan dan peningkatan kapasitas stafnya melalui pelatihan dalam bidang pelayanan administrasi, dan kemampuan teknis lapangan di lingkungan direktoratnya masing-masing

Setiap Direktorat diinstruksikan untuk melakukan sosialisasi mengenai Izin Mendirikan Bangunan, Izin Lokasi, dan Izin Pengembangan Pariwisata kepada masyarakat, melalui pamflet, brosur, media elektronik, media masa ataupun mendatangi langsung setiap lingkungan masyarakat desa

Setiap Direktorat diinstruksikan untuk melakukan penyampaian kepada masyarakat mengenai dampak dan konsekuensi apabila tidak mengurusi izin pembangunan di setiap direktorat pemerintah sesuai dengan amanat perundang-undangan yang berlaku

Kepala Desa diinstruksikan untuk melakukan teguran dan pemberhentian pembangunan berdasarkan kewenangannya di lingkungan desa.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Denny Zulkaidi. selaku pembimbing atas bimbingan dan arahan selama penelitian.

DaftarPustaka

Anderson, James E. 2006. Public Policy Making: An Introduction, Boston: Houghton Mifflin Company

Dye, Thomas R. 2005. Understanding Public Policy, Eleventh Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall

Dunn, William N. 2004. Analisis Kebijakan Publik: Pengantar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hadjon, P.M.dkk.1999. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Kivell, Philip. 1993. Land and the City Patterns and Processes of Urban Change, London : Routledge

Lucianawati, Marlina. 1999. Rumusan Prosedur Administrasi Perijinan Perubahan Pemanfaatan Lahan. Tugas Akhir. Bandung: Jurusan Teknik Planologi, ITB

Zulkaidi, Denny. 1999. Pemahaman Perubahan Pemanfaatan Lahan Kota sebagai Dasar Bagi Kebijakan Penanganannya. Jurnal PWK ITB Bandung.

Page 10: V2N2 Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang Di Kota Dili

Perumusan Kebijakan Izin Pemanfaatan Ruang di Kota Dili

262 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota BSAPPK V2N2

Peraturan Perundangan

Undang-Undang Dasar Republik Demokratik Timor Leste. 2002.

Undang-Undang Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Ketetapan Hukum Republik Demokratik Timor Leste No 1 Tahun 2011, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Lingkungan Kementerian Infrastruktur.

Ketetapan Hukum Republik Demokratik Timor Leste No 12 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Lingkungan Kementerian Kehakiman.

Ketetapan Hukum Republik Demokratik Timor Leste No 13 Tahun 2011, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Lingkungan Kementerian Perdagangan dan Perindustrian.

Ketetapan Hukum Republik Demokratik Timor Leste No 9 Tahun 2008, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Lingkungan Sekretaris Negara Lingkungan Hidup, Kementerian Ekonomi dan Pembangunan.

Ketetapan Hukum Republik Demokratik Timor Leste No 2 Tahun 2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Lingkungan Kementerian Administrasi Negara dan Manajemen Teritorial.

Ketetapan Hukum Republik Demokratik Timor Leste No 5 Tahun 2011, tentang Izin Lingkungan. Direktorat Lingkungan Hidup.

Ketetapan Hukum Republik Demokratik Timor Leste No 24 Tahun 2011, tentang Izin Usaha. Direktorat Perdagangan dan Perindustrian.