v. hasil dan pembahasan -...
TRANSCRIPT
FTIP001640/047
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Enzim adalah protein yang memiliki aktivitas katalis karena kemampuannya
mengonversi substrat menjadi produk dengan cara menurunkan energi aktivasi.
Enzim invertase memiliki kemampuan katalis pada reaksi hidrolisis sukrosa menjadi
gula pereduksi (fruktosa dan glukosa). Parameter aktivitas enzim invertase adalah
kadar gula pereduksi yang terbentuk sebagai produk dari hasil reaksi invertasi
tersebut. Aktivitas inhibisi enzim invertase oleh ekstrak akar kawao terjadi apabila
kadar gula pereduksi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan larutan
sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao. Aktivitas enzim invertase
dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, pH, suhu dan lama
pemanasan. Oleh karena itu aktivitas inhibisi enzim invertase oleh ekstrak akar
kawao kemudian diujikan pada perubahan kondisi tersebut.
5.1 Pengaruh Konsentrasi Enzim Invertase
Konsentrasi enzim invertase dapat memengaruhi hidrolisis sukrosa menjadi
gula pereduksi. Kondisi tersebut akan dibandingkan dengan larutan sukrosa-invertase
dengan penambahan ekstrak akar kawao sebagai inhibitor. Pengaruh konsentrasi
enzim invertase terhadap aktivitas inhibisi oleh ekstrak akar kawao disajikan pada
Gambar 11 dan hasil analisisnya disajikan pada Lampiran 3.
FTIP001640/048
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
36
Gambar 11. Kurva Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Aktivitas Inhibisi EnzimInvertase oleh Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Air dan Etanol
Tabel 1. Nilai Keeratan, Derajat Keeratan dan Persamaan Regresi PengaruhKonsentrasi Enzim
Perlakuan R2 r ModelRegresi
Persamaan
Tanpa Ekstrak Akar Kawao 0,958 0,979 Linear y = 0,197x + 0,021Ekstrak Fraksi Larut Air 0,537 0,733 Linear y = 0,023x + 0,045
Ekstrak Fraksi Larut EtanolKonsentrasi enzim invertase tidak berpengaruh
terhadap konsentrasi gula pereduksi yangdihasilkan (H0 diterima)
Berdasarkan kurva yang ditunjukkan pada Gambar 11, tampak bahwa pada
larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao, semakin tinggi
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Kons
entr
asi g
ula
pere
duks
i (g/
L)
Konsentrasi enzim (mg/L)
Larutan Sukrosa-Invertase tanpa ekstrak akar kawao
Larutan Sukrosa-Invertase dengan Penambahan Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Air
Larutan Sukrosa-Invertase dengan Penambahan Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Etanol
FTIP001640/049
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
37
konsentrasi enzim maka semakin tinggi konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan
dari reaksi invertasi. Sedangkan pada larutan sukrosa-invertase dengan penambahan
ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol, konsentrasi gula pereduksi
yang dihasilkan relatif lebih rendah. Pada larutan sukrosa-invertase dengan ekstrak
akar kawao fraksi larut etanol menunjukkan kadar gula pereduksi yang relatif tetap.
Pada titik awal dimana konsentrasi enzim 0 mg/L (tanpa enzim invertase) konsentrasi
gula pereduksi yang dihasilkan tidak sama pada ketiga perlakuan. Hal tersebut
disebabkan karena ekstrak akar kawao mengandung senyawa glikosida yang dapat
terdeteksi sebagai gula pereduksi sehingga menyebabkan konsentrasi gula pereduksi
setelah penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol lebih
tinggi dibandingkan dengan larutan sukrosa saja.
Berdasarkan Tabel 1, tampak bahwa pengaruh konsentrasi enzim pada larutan
sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao memiliki kesesuaian yang
besar terhadap model regresi linier karena nilai R2 (koefisien determinasi) yang
didapatkan lebih besar dari 0,75 dan nilai r (koefisien korelasi) yang mendekati 1.
Nilai R2 menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi enzim terhadap konsentrasi gula
pereduksi hasil reaksi invertasi. Berdasarkan analisis regresi pada larutan sukrosa-
invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao menunjukkan 95,8 % reaksi invertasi
dipengaruhi oleh konsentrasi enzim. Sisanya sebanyak 4,2% dipengaruhi oleh faktor
lain seperti kestabilan suhu larutan dan pH selama percobaan. Pada larutan sukrosa-
invertase dengan penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air, konsentrasi enzim
hanya memengaruhi reaksi invertasi tersebut sebesar 53,7%. Sedangkan penambahan
FTIP001640/050
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
38
ekstrak akar kawao fraksi larut etanol mengakibatkan tidak ada pengaruh konsentrasi
enzim invertase terhadap reaksi invertasi.
Nilai r (koefisien korelasi) menyatakan besarnya hubungan keeratan
konsentrasi enzim terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan dari reaksi
invertasi. Berdasarkan nilai r pada larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan
ekstrak akar kawao menunjukkan hubungan yg sangat erat antara perubahan
konsentrasi enzim terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan dari reaksi
invertasi yaitu sebesar 97,9%. Setelah adanya penambahan ekstrak akar kawao fraksi
larut air terdapat hubungan yang erat antara konsentrasi enzim dengan konsentrasi
gula pereduksi yang dihasilkan, tetapi nilainya lebih rendah dibandingkan larutan
sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao yaitu sebesar 73,3%.
Sedangkan penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol tidak menunjukkan
keeratan hubungan yang berarti antara konsentrasi enzim dengan konsentrasi gula
pereduksi dari hasil reaksi invertasi.
Slope merupakan suatu nilai yang menunjukkan laju peningkatan atau
penurunan reaksi invertasi yang didasarkan pada perubahan konsentrasi enzim. Pada
reaksi invertasi, slope menunjukkan seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh
konsentrasi enzim terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan. Berdasarkan
persamaan regresi pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa setiap kenaikan konsentrasi
enzim sebanyak satu satuan mengakibatkan kenaikan 0,197 g/L gula pereduksi pada
larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao. Penambahan ekstrak
akar kawao fraksi larut air mengakibatkan berkurangnya laju reaksi invertasi
sehingga hanya menghasilkan gula pereduksi sebesar 0,023 g/L per satu satuan
FTIP001640/051
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
39
kenaikan konsentrasi enzim. Penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol
mengakibatkan kenaikan konsentrasi enzim tidak memengaruhi laju reaksi invertasi.
Hal tersebut menunjukkan adanya reaksi inhibisi enzim invertase oleh ekstrak akar
kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol dimana ekstrak akar kawao fraksi larut
etanol memiliki aktivitas inhibisi yang lebih baik.
Menurut Whitaker (1996), dalam Fennema (1996), hubungan antara
kecepatan reaksi dan kosentrasi enzim biasanya berhubungan secara linier ketika
faktor-faktor seperti konsentrasi substrat, suhu dan pH tetap konstan. Setidaknya ada
lima faktor pengecualian, dua diantaranya yang penting adalah batas kelarutan
substrat dan konversi substrat menjadi produk yang kurang baik atau adanya inhibitor
kompetitif. Hal ini yang menyebabkan pada perlakuan penambahan ekstrak akar
kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol hubungan antara konsentrasi enzim dan
pembentukan gula pereduksi tidak sesuai dengan model regresi seperti pada larutan
sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak. Ekstrak akar kawao bersifat inhibitor
sehingga menyebabkan substrat tidak terkonversi dengan baik menjadi produk (gula
pereduksi). Menurut Widipratomo (2006), akar kawao dalam bentuk serbuk memiliki
tipe inhibisi unkompetitif. Hal ini menyebabkan ekstrak akar kawao sebagai inhibitor
akan berikatan setelah kompleks enzim-substrat terbentuk.
Ekstrak akar kawao mengandung senyawa fitokimia yang bersifat
menghambat aktivitas enzim. Ekstrak akar kawao fraksi larut etanol memberikan
aktivitas inhibisi yang lebih baik karena pada penambahan enzim invertase dengan
konsentrasi yang sama menghasilkan kadar gula pereduksi yang paling rendah
dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya. Aktivitas inhibisi oleh ekstrak akar
FTIP001640/052
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
40
kawao fraksi etanol memberikan hasil yang lebih baik karena ekstrak tersebut
mengandung 18 senyawa fitokimia yang dominan dan merupakan golongan senyawa
terpene (Monoterpene, sesquiterpene) dan fenilpropene. Sedangkan ekstrak akar
kawao fraksi larut air hanya mengandung 3 jenis senyawa fitokimia, yaitu alkaloid
(8-Azabicyclo [3.2.1]octane-2-carboxylic acid, 3-hidroxy-8-methyl-, (exo,exo)-
(CAS) dan 4-Piperidinecarboxamide), amin dan triol (Triethanolamine) (Wulandari,
2011).
5.2 Pengaruh Konsentrasi Substrat
Substrat adalah media reaksi enzimatis yang memengaruhi produk yang
dihasilkan. Pada reaksi invertasi, substrat yang digunakan adalah sukrosa. Hasil
pengamatan aktivitas inhibisi oleh ekstrak akar kawao yang dipengaruhi konsentrasi
substrat disajikan pada Gambar 12 dan hasil analisis disajikan pada Lampiran 4.
Gambar 12. Kurva Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Inhibisi EnzimInvertase oleh Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Air dan Etanol
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 22.5 25Kons
entr
asi g
ula
pere
duks
i (g/
L)
Konsentrasi Substrat g/L
Larutan Sukrosa-Invertase tanpa Ekstrak Akar KawaoLarutan Sukrosa-Invertase dengan Penambahan Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut AirLarutan Sukrosa-Invertase dengan Penambahan Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Etanol
FTIP001640/053
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
41
Tabel 2. Nilai Keeratan, Derajat Keeratan dan Persamaan Regresi PengaruhKonsentrasi Substrat
Perlakuan R2 r ModelRegresi
Persamaan
Tanpa Ekstrak Akar Kawao 0,917 0,958 Linear y = 0,006x + 0,035Ekstrak Fraksi Larut Air 0,813 0,902 Linear y = 0,001x + 0,036Ekstrak Fraksi Larut Etanol 0,725 0,852 Linear y = 0,001x + 0,024
Berdasarkan kurva yang ditunjukkan pada Gambar 12, tampak pada larutan
sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao, semakin tinggi konsentrasi
substrat maka semakin tinggi konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan dari reaksi
invertasi. Sedangkan pada penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi
larut etanol, konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan relatif lebih rendah
dibandingkan larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao
dimana penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol menghasilkan kadar gula
pereduksi yang paling rendah dari perlakuan lainnya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa aktivitas inhibisi enzim invertase oleh ekstrak akar kawao fraksi larut etanol
memberikan hasil yang lebih baik.
Berdasarkan Tabel 2, tampak bahwa pengaruh konsentrasi substrat pada
larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao dan dengan
penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air memiliki kesesuaian yang besar
terhadap model regresi linier karena nilai R2 (koefisien determinasi) yang didapatkan
lebih besar dari 0,75 dan nilai r (koefisien korelasi) yang mendekati 1. Sedangkan
pada penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol terjadi penurunan nilai R2
dan r pada model regresi yang sama dengan perlakuan lainnya.
FTIP001640/054
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
42
Nilai R2 (koefisien determinasi) menyatakan besarnya pengaruh perubahan
konsentrasi substrat terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan dari reaksi
invertasi. Berdasarkan analisis regresi pada larutan sukrosa-invertase tanpa
penambahan ekstrak akar kawao menunjukkan bahwa 91,7% reaksi invertasi tersebut
dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi substrat. Sisanya sebesar 8,3% dipengaruhi
oleh faktor lain diantaranya adalah kondisi suhu dan pH pada saat percobaan.
Sedangkan setelah penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut
etanol, perubahan konsentrasi substrat hanya memengaruhi reaksi invertasi sebesar
81,3% dan 72,5%. Hal itu menunjukkan bahwa penambahan kedua jenis ekstrak akar
kawao mampu menurunkan pengaruh konsentrasi substrat terhadap pembentukan
gula pereduksi. Penurunan pengaruh konsentrasi substrat tersebut berarti
menunjukkan adanya aktivitas inhibisi enzim invertase oleh kedua jenis ekstrak
dimana aktivitas inhibisi oleh ekstrak akar kawao fraksi larut etanol lebih baik
daripada fraksi larut airnya.
Nilai r (koefisien korelasi) menyatakan besarnya hubungan keeratan
perubahan substrat terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan. Berdasarkan
nilai r pada semua perlakuan menunjukkan hubungan yang sangat erat antara
perubahan konsentrasi substrat terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan
namun pada larutan sukrosa-invertase dengan penambahan kedua jenis ekstrak akar
kawao mengakibatkan nilai keeratan hubungannya menurun. Hal itu menunjukkan
bahwa penambahan kedua jenis ekstrak akar kawao mampu menurunkan keeratan
hubungan antara konsentrasi substrat dengan pembentukan gula pereduksi.
FTIP001640/055
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
43
Slope merupakan suatu nilai yang menunjukkan laju peningkatan atau
penurunan reaksi invertasi yang didasarkan pada perubahan konsentrasi substrat.
Pada reaksi invertasi, slope menunjukkan seberapa besar kontribusi yang diberikan
oleh konsentrasi substrat terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan.
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa setiap penambahan satu satuan
konsentrasi substrat pada larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar
kawao mengakibatkan kenaikan 0,006 g/L gula pereduksi, sedangkan pada
penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol ke dalam
larutan hanya menghasilkan kenaikan 0,001 g/L gula pereduksi. Berkurangnya laju
reaksi invertasi tersebut menunjukkan adanya aktivitas inhibisi enzim invertase oleh
ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol.
Hasil analisis regresi pada ketiga perlakuan menunjukkan bahwa model
regresi yang didapat termasuk ke dalam regresi linier positif dimana meningkatnya
konsentrasi substrat akan meningkatkan konsentrasi gula pereduksi yang terbentuk.
Efek konsentrasi substrat terhadap kecepatan reaksi akan mencapai maksimum
apabila konsentrasi susbtrat lebih besar dari 100Km menurut persamaan Michaelis-
Menten. Pada konsentrasi substrat yang tinggi (1 M), susbtrat dapat menghambat
reaksi enzim invertase (Whitaker, 1996).
5.3 Pengaruh Suhu
Suhu memengaruhi kecepatan reaksi invertasi sukrosa dimana secara umum
setiap kenaikan suhu akan meningkatkan laju reaksi sebanyak 2 kali pada setiap
FTIP001640/056
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
44
kenaikan suhu 10° C. Hasil pengamatan aktivitas inhibisi yang dipengaruhi oleh suhu
disajikan pada Gambar 13 dan hasil analisisnya disajikan pada Lampiran 5.
Gambar 13. Grafik Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Inhibisi Enzim Invertase olehEkstrak Akar Kawao Fraksi Larut Air dan Etanol
Tabel 3. Nilai Keeratan, Derajat Keeratan dan Persamaan Regresi PengaruhSuhu
Perlakuan R2 rModel
Regresi Persamaan
Tanpa Ekstrak AkarKawao
0,579 0,761 Kuadratik y = 0,005x -0,00005x2 +0,042
Ekstrak Fraksi LarutAir
0,656 0,810 Kuadratik y = 0,002x -0,00001x2 +0,004
Ekstrak Fraksi LarutEtanol
Konsentrasi enzim invertase tidak berpengaruh terhadapkonsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan (H0 diterima)
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
15 25 35 45 55 65 75 85 95
Kons
entr
asi G
ula
redu
ksi (
g/L)
Suhu °C
Larutan Sukrosa-Invertase tanpa Penambahan Ekstrak Akar Kawao
Larutan Sukrosa-Invertase dengan Penambahan Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Air
Larutan Sukrosa-Invertase dengan Penambahan Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Etanol
FTIP001640/057
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
45
Berdasarkan analisis deskriptif dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 13,
tampak bahwa pada larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao,
meningkatnya suhu akan meningkatkan konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan
hingga suhu 45±2° C (suhu optimum) kemudian terus menurun mulai pada suhu
55±2° C. Penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol
mengakibatkan pergeseran suhu optimum reaksi invertasi menjadi 55±2° C.
Pergeseran suhu optimum tersebut terkait dengan struktur enzim yang dipengaruhi
oleh nilai parameter termodinamika yaitu entropi (S), energi bebas (G). Nilai-nilai
parameter ini berubah seiring dengan berubahnya suhu dan terkait dengan stabilitas
enzim. Penambahan inhibitor diduga memberikan pengaruh terhadap perubahan
parameter termodinamika tersebut yang menyebabkan pergeseran nilai suhu optimum
(Eijisink, et al., 2004).
Konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan pada larutan sukrosa-invertase
dengan penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol mulai
menurun pada suhu 65±2° C akibat kerusakan enzim itu sendiri. Enzim mengalami
kerusakan karena enzim merupakan protein yang dapat terdenaturasi pada suhu
tinggi. Denaturasi mengakibatkan enzim kehilangan sifat fungsionalnya sebagai
katalis dalam suatu reaksi.
Berdasarkan persamaan hasil analisis regresi yang disajikan pada Tabel 2 akan
didapatkan suhu optimum yang berbeda. Suhu optimum diartikan sebagai titik
maksimum ( = 0) pada persamaan regresi tersebut. Berdasarkan persamaan pada
larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao suhu optimum
FTIP001640/058
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
46
tercapai pada suhu 50° C, sedangkan pada larutan sukrosa-invertase dengan
penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air suhu optimum menjadi 100° C
(Kurva regresi korelasi dan perhitungan titik maksimum disajikan pada Lampiran 5).
Suhu optimum yang akan digunakan sebagai data hasil penelitian ini adalah suhu
optimum berdasarkan analisis deskriptif karena persamaan hasil analisis regresi
menghasilkan koefisien determinasi (R2) yang rendah dan nilainya lebih kecil dari
0,75.
Menurut Whitaker (1996), dalam Fennema (1996), suhu bukan hanya
memengaruhi kecepatan reaksi enzim tetapi juga stabilitas enzim, kesetimbangan
semua asosiasi/disosiasi reaksi (ionisasi, buffer, produk dan kofaktor (jika ada)),
asosiasi/disosiasi dari kompleks enzim-substrat, kelarutan substrat dan prototropik
inonisasi sisi aktif dari enzim dan kompleks enzim-substrat. Enzim pada umumnya
stabil pada suhu 20-35° C, tetapi kecepatan reaksinya akan menurun apabila suhu
terus meningkat. Enzim invertase memiliki suhu optimum 55° C (Chantarella, et.al.,
2003, dalam Whitaker, 2003). Berdasarkan hasil pengamatan, pada larutan sukrosa-
invertase tanpa penambahan ekstrak kondisi optimum terjadi pada suhu 45±2° C,
sedangkan pada penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut
etanol suhu optimum menjadi 55±2° C. Meskipun keduanya memiliki suhu optimum
reaksi invertasi yang sama, penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol tetap
menghasilkan kadar gula pereduksi yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan
sukrosa-invertase dengan penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air.
.
FTIP001640/059
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
47
5.4 Pengaruh pH
Nilai pH memengaruhi reaksi invertasi, dimana pada pH tertentu reaksi
tersebut dapat berlangsung secara optimum. Hasil pengamatan aktivitas inhibisi oleh
ekstrak akar kawao yang dipengaruhi pH disajikan pada Gambar 14 dan hasil
analisisnya disajikan pada Lampiran 6.
Gambar 14. Grafik Pengaruh pH terhadap Aktivitas Inhibisi Enzim Invertase olehEkstrak Akar Kawao Fraksi Larut Air dan Etanol
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kons
entr
asi g
ula
redu
ksi g
/L
pH
Larutan Sukrosa-Invertase tanpa Penambahan Ekstrak Akar Kawao
Larutan Sukrosa-Invertase dengan Penambahan Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Air
Larutan Sukrosa-Invertase dengan Penambahan Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Etanol
FTIP001640/060
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
48
Tabel 4. Nilai Keeratan, Derajat Keeratan dan Persamaan Regresi Pengaruh pH
Perlakuan R2 r ModelRegresi
Persamaan
Tanpa EkstrakAkar Kawao
0,399 0,632 Kuadratik y = 0,058x + - 0,004x2 - 0,083
Ekstrak FraksiLarut Air pH tidak berpengaruh terhadap konsentrasi gula pereduksi
yang dihasilkan (H0 diterima)Ekstrak FraksiLarut Etanol
Berdasarkan analisis deskriptif dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 14,
tampak bahwa pada larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao,
seiring meningkatnya pH maka konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan dari reaksi
invertasi juga meningkat hingga pH 7 (titik optimum) dan mulai menurun pada pH 8.
Pada perlakuan penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut
etanol, konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan
larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao dan memiliki titik
optimum pada pH 5 dan mulai menurun pada pH 6. Penambahan ekstrak akar kawao
fraksi larut etanol menghasilkan konsentrasi gula pereduksi yang lebih rendah
dibandingkan ekstrak akar kawao fraksi larut air.
Berdasarkan persamaan hasil analisis regresi yang disajikan pada Tabel 2 akan
didapatkan nilai pH optimum yang berbeda. Nilai pH optimum diartikan sebagai titik
maksimum ( = 0) pada persamaan regresi tersebut. Berdasarkan persamaan pada
larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan ekstrak akar kawao pH optimumnya
7,25 sedangkan pada larutan sukrosa-invertase dengan penambahan ekstrak akar
kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol pH tidak berpengaruh terhadap
FTIP001640/061
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
49
konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan (Kurva regresi korelasi dan perhitungan
titik maksimum disajikan pada Lampiran 6). Nilai pH optimum yang akan digunakan
sebagai data hasil penelitian ini diambil berdasarkan analisis deskriptif karena
persamaan hasil analisis regresi menghasilkan koefisien determinasi (R2) yang rendah
dan nilainya lebih kecil dari 0,75.
Menurut Shyu, Tzen dan Jeang dalam Hui (2006), kondisi pH yang sesuai
akan menghasilkan aktivitas reaksi yang optimum. Nilai pH yang tidak optimum akan
mengubah konformasi protein pada enzim sehingga menurunkan aktivitas enzim.
Enzim memiliki pH optimum masing-masing. Enzim invertase yang berasal dari
Saccharomyces cerevisiae menunjukkan aktivitas yang relatif tinggi pada rentan pH
yang luas yaitu 3,5-5,5 dengan pH optimum mendekati 4,5 dan juga stabil pada pH
netral. Berdasarkan hasil penelitian ini, pada larutan sukrosa-invertase tanpa
penambahan ekstrak pH optimum didapatkan antara pH 5-7. Sedangkan pada
perlakuan penambahan ekstrak akar kawao sebagai inhibitor, pH optimum adalah
pada pH 5.
5.5 Pengaruh Lama Pemanasan
Lama pemanasan pada suhu 95° C memengaruhi kestabilan invertase terhadap
reaksinya. Hasil pengamatan pengaruh lama pemanasan terhadap aktivitas inhibisi
invertase oleh ekstrak akar kawao disajikan pada Gambar 15 dan hasil analisisnya
disajikan pada Lampiran 7.
FTIP001640/062
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
50
Gambar 15. Kurva Pengaruh Lama Pemanasan terhadap Aktivitas Inhibisi EnzimInvertase oleh Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Air dan Etanol
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Korelasi Pengaruh Lama PemanasanPerlakuan Hasil Analisis Regresi Korelasi
Tanpa Ekstrak Akar Kawao Lama pemanasan tidak berpengaruh terhadapkonsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan
(H0 diterima)Ekstrak Fraksi Larut AirEkstrak Fraksi Larut Etanol
Berdasarkan kurva yang ditunjukkan pada Gambar 15, tampak bahwa pada
larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan maupun dengan penambahan ekstrak
akar kawao hanya menunjukkan hasil yang tinggi pada kondisi tanpa adanya
pemanasan (0 detik) dan menurun setelah pemanasan selama 5 menit sedangkan
konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan relatif konstan selama pemanasan 5-60
menit. Menurut Widipratomo (2006), aktivitas enzim dan aktivitas inhibisi enzim
invertase menurun stabilitasnya hingga 30 detik pemanasan, kemudian menjadi
inaktif pada waktu selanjutnya.
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0 10 20 30 40 50 60
Kons
entr
asi G
ula
Redu
ksi (
g/L)
Lama Pemanasan (menit)
Larutan Sukrosa-Invertase tanpa Penambahan Ekstrak Akar Kawao
Larutan Sukrosa-Invertase dengan Penambahan Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Air
Larutan Sukrosa-Invertase dengan Penambahan Ekstrak Akar Kawao Fraksi Larut Etanol
FTIP001640/063
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
51
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan pada Lampiran 5 pengaruh
lama pemanasan pada larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan maupun dengan
penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol tidak memiliki
kesesuaian yang besar terhadap model regresi manapun karena nilai R2 (koefisien
determinasi) yang didapatkan lebih kecil dari 0,75. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa reaksi invertasi pada larutan sukrosa-invertase tanpa penambahan maupun
dengan penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut air dan fraksi larut etanol tidak
dipengaruhi oleh lama pemanasan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa lama pemanasan tidak terdapat keeratan
hubungan dengan konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan dari reaksi invertasi.
Hasil pengujian ini juga menunjukkan lama pemanasan selama lebih dari 0 detik
telah menghambat reaksi invertasi sebelum adanya penambahan ekstrak akar kawao.
Suhu yang digunakan adalah 95±2° C bertujuan untuk mengetahui kestabilan reaksi
enzim invertase pada suhu tinggi. Enzim invertase tidak dapat bertahan pada suhu
tersebut setelah lebih dari 0 detik pemanasan disebabkan oleh rusaknya struktur
enzim yang merupakan protein dan mudah terdenaturasi pada suhu tinggi. Hal
tersebut didukung oleh hasil pengujian pada sub bab 5.3 yang menunjukkan bahwa
kemampuan hidrolisis sukrosa oleh enzim invertase menjadi rendah mulai pada suhu
65±2° C. Bailey dan Ollis (1988), menyatakan bahwa untuk kebanyakan denaturasi
protein, mulai terjadi pada suhu 45-50º C dan lebih meningkat pada suhu 55° C.
Denaturasi termal dari enzim merupakan proses yang dapat balik (reversible) atau
tidak dapat balik (irreversible).