v. analisis usahatani padi untuk mendukung … · 2015-08-28 · analisis ekonomi usahatani padi...

28
V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM 5.1. Pendahuluan Kejadian iklim ekstrim berupa kekeringan membawa dampak yang sangat merugikan bagi petani khususnya pada usahatani berbasis padi. Hasil penelitian Boer (2008b) memperlihatkan areal pertanaman padi yang terkena kekeringan meningkat secara signifikan selama El-Nino. Areal yang terkena kekeringan dengan luasan lebih dari 2000 Ha banyak tersebar terutama di Provinsi Jawa Barat. Hadi (2000) menyebutkan bahwa kekeringan menempati urutan pertama sebagai penyebab gagal panen yang menyebabkan akumulasi defisit/hutang dalam jumlah besar sehingga kebutuhan konsumsi keluarga petani dan kebutuhan investasi selanjutnya (usahatani, dan lain-lain) terancam tidak terpenuhi secara normal. Untuk menghadapi kekeringan maupun bencana lainnya, petani pada umumnya memiliki cara tersendiri untuk bisa bertahan hidup. Berdasarkan hasil penelitian Hadi (2000) diketahui bahwa petani telah menerapkan berbagai strategi walaupun dalam kenyataannya risiko dan ketidakpastian itu tidak dapat dihilangkan sepenuhnya. Seperti strategi finansial, pemasaran, produksi, kredit informal dan membeli asuransi pertanian formal berupa polis dari lembaga asuransi untuk menutup semua atau sebagian kerugian yang diperkirakan akan terjadi. Namun di Indonesia, sistim asuransi pertanian ini belum berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan model asuransi masih bersifat konvensional sehingga sulit untuk merumuskan pembayaran premi dan masih minimnya dukungan regulasi. Salah satu model asuransi pertanian yang berpeluang untuk dikembangkan di Indonesia adalah Asuransi Indeks Iklim. Asuransi indeks iklim merupakan sistim asuransi yang memberikan pembayaran pada pemegang polis ketika terpenuhi kondisi cuaca/iklim yang tidak diharapkan yang dinyatakan dengan indeks iklim tanpa harus ada bukti kegagalan panen. Dalam sistem asuransi indeks iklim yang diasuransikan ialah indeks iklimnya dan bukan tanamannya. Pembayaran dilakukan berdasarkan apakah

Upload: duongtuyen

Post on 13-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG

PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM

5.1. Pendahuluan

Kejadian iklim ekstrim berupa kekeringan membawa dampak yang sangat

merugikan bagi petani khususnya pada usahatani berbasis padi. Hasil penelitian

Boer (2008b) memperlihatkan areal pertanaman padi yang terkena kekeringan

meningkat secara signifikan selama El-Nino. Areal yang terkena kekeringan

dengan luasan lebih dari 2000 Ha banyak tersebar terutama di Provinsi Jawa

Barat. Hadi (2000) menyebutkan bahwa kekeringan menempati urutan pertama

sebagai penyebab gagal panen yang menyebabkan akumulasi defisit/hutang dalam

jumlah besar sehingga kebutuhan konsumsi keluarga petani dan kebutuhan

investasi selanjutnya (usahatani, dan lain-lain) terancam tidak terpenuhi secara

normal.

Untuk menghadapi kekeringan maupun bencana lainnya, petani pada

umumnya memiliki cara tersendiri untuk bisa bertahan hidup. Berdasarkan hasil

penelitian Hadi (2000) diketahui bahwa petani telah menerapkan berbagai strategi

walaupun dalam kenyataannya risiko dan ketidakpastian itu tidak dapat

dihilangkan sepenuhnya. Seperti strategi finansial, pemasaran, produksi, kredit

informal dan membeli asuransi pertanian formal berupa polis dari lembaga

asuransi untuk menutup semua atau sebagian kerugian yang diperkirakan akan

terjadi. Namun di Indonesia, sistim asuransi pertanian ini belum berkembang

dengan baik. Hal ini disebabkan model asuransi masih bersifat konvensional

sehingga sulit untuk merumuskan pembayaran premi dan masih minimnya

dukungan regulasi. Salah satu model asuransi pertanian yang berpeluang untuk

dikembangkan di Indonesia adalah Asuransi Indeks Iklim.

Asuransi indeks iklim merupakan sistim asuransi yang memberikan

pembayaran pada pemegang polis ketika terpenuhi kondisi cuaca/iklim yang tidak

diharapkan yang dinyatakan dengan indeks iklim tanpa harus ada bukti kegagalan

panen. Dalam sistem asuransi indeks iklim yang diasuransikan ialah indeks

iklimnya dan bukan tanamannya. Pembayaran dilakukan berdasarkan apakah

Page 2: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

99

indeks iklim yang ditetapkan dicapai pada periode pertumbuhan tanaman yang

diasuransikan (Boer, 2010c).

Di Indonesia, asuransi indeks iklim yang berbasis usahatani padi belum

dikembangkan. International Finance Corporation (IFC 2009) telah melakukan

studi kelayakan asuransi indeks iklim di Indonesia bagian timur tetapi masih

terbatas pada usahatani jagung. Oleh karena itu penelitian dan pengkajian tentang

asuransi indeks iklim untuk usahatani padi di Indonesia perlu dikembangkan

mengingat padi merupakan tanaman pangan utama bagi sebagian besar rakyat

Indonesia dan rawan terhadap kekeringan.

Terkait dengan sistim asuransi, dalam asuransi indeks iklim diperlukan

suatu indeks berdasarkan parameter iklim yang dipilih yaitu curah hujan. Untuk

membangun indeks iklim diperlukan data dan informasi tentang kelayakan

usahatani padi yang dinyatakan dalam nilai Revenue Cost Ratio (R/C). Hal ini

penting untuk mendapatkan nilai threshold produksi padi sebagai bagian dari

penentuan indeks iklim. Selain itu, dalam sistim asuransi, pembayaran premi

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh peserta asuransi. Besar

kecilnya premi ditentukan oleh besar kecilnya risiko usahataninya. Semakin besar

risikonya, maka pembayaran premi juga semakin mahal. Data dan informasi ini

diperoleh melalui survey dan wawancara tentang kesediaan membayar

(Willingness to Pay) oleh petani.

Penelitian ini merupakan hasil survey dan wawancara dengan petani dalam

rangka memperoleh data dan informasi yang terkait dengan usahatani padi di

salah satu kabupaten sentra padi di Propinsi Jawa Barat, yaitu di Kabupaten

Indramayu. Selain sebagai sentra produksi padi, Kabupaten Indramayu memiliki

wilayah sangat rentan terhadap anomali iklim, sehingga peluang terjadinya

bencana akibat kejadian iklim ekstrim seperti kekeringan cukup besar. Kejadian

kekeringan di Kabupaten Indramayu menempati urutan pertama sebagai penyebab

gagal panen di Kabupaten Indramayu (Boer et al. 2010b).

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut di atas, maka

penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1) menentukan tipe usahatani padi, 2)

menghitung ambang batas (threshold) hasil padi (kg/ha) dan 3) menentukan

Page 3: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

100

tingkat kesediaan membayar (Willingness to Pay, WTP) oleh petani untuk

mendukung pengembangan asuransi indeks iklim.

5.2. Metodologi

5.2.1. Survey Lapang dan Wawancara

Pengumpulan data dilakukan melalui survey, konsultasi serta diskusi

dengan beberapa instansi terkait, yaitu dengan Dinas Pertanian dan Perikanan,

Dinas PU Pengairan dan Dinas Ketahanan Pangan.

Data usahatani padi diperoleh dari survey dan wawancara petani. Sebagai

panduan dalam wawancara dengan petani dan kelompok tani, maka disusun

quisoner yang memuat berbagai pertanyaan terkait dengan usahatani padi. Pada

tahap pertama dilakukan survey dan wawancara terhadap 150 petani responden di

tiga kecamatan, yaitu : Cikedung, Lelea dan Terisi. Survey tahun pertama

dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum karakteristik petani dan

usahatani padi secara umum. Sejumlah 150 orang petani yang diwawancara pada

tahun pertama mewakili 5 tipe irigasi, yaitu : teknis, setengah teknis, swadaya,

sederhana PU dan tadah hujan (Tabel 7).

Tabel 7. Daftar lokasi wawancara petani pada survey pertama

No. Kecamatan Desa Tipe Irigasi

1 Lelea

Langgeng Sari Teknis

Telaga Sari Setengah Teknis

Tempel Kulon Swadaya

Pengauban Sederhana PU

Tunggul Payung Tadah Hujan

2 Cikedung

Cikedung dan Cikedung Lor Teknis

Mundak Jaya Setengah Teknis

Cikedung Lor Swadaya

Amis Sederhana PU

Loyang Tadah Hujan

3 Terisi

Manggungan Teknis

Karang Asam Setengah Teknis

Jati Munggul Swadaya

Manggungan Sederhana PU

Jati Munggul Tadah Hujan

Pada survey kedua dilakukan wawancara terhadap 80 petani responden di

empat kecamatan, yaitu : Cikedung, Lelea, Terisi dan Kandanghaur (Gambar 43)

Page 4: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

101

dan mencakup 22 desa (Tabel 8). Lokasi responden dipilih pada lahan yang

mewakili wilayah yang endemik kekeringan yaitu di lahan irigasi ujung dan tadah

hujan. Survey dan wawancara tahap kedua lebih difokuskan untuk analisis

usahatani padi (R/C dan B/C) serta kesediaan membayar (Willingness to Pay).

Kuisoner wawancara selengkapnya disajikan dalam lampiran 5.

Tabel 8. Daftar lokasi wawancara petani pada survey kedua

Nama Kecamatan Nama Desa Jenis Irigasi

1. Cikedung 1. Amis Tadah hujan

2. Loyang Tadah hujan

3. Jatisura Tadah hujan

4. Mundak Jaya Irigasi ujung

2. Kandanghaur 1. Parean girang Irigasi ujung

2. Ilir Irigasi ujung

3. Karang Mulya Irigasi ujung

4. Karang Anyar Irigasi ujung

5. Karang Sinom Irigasi ujung

6. Wira Kanan Irigasi ujung

7. Waira Panjunan Irigasi ujung

3. Lelea 1. Tempel Kulon Irigasi ujung

2. Cempeh Irigasi ujung

3. Pangauban Irigasi ujung

4. Lelea Irigasi ujung

5. Tunggul Payung Tadah hujan

4. Terisi 1. Jati Mulya Tadah hujan

2. Plasa Kerep Irigasi ujung

3. Cikamurang Tadah hujan

4. Manggungan Irigasi ujung

5. Kendayakan Irigasi ujung

6. Jatimunggul Tadah hujan

Page 5: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

102

Gambar 43. Lokasi penelitian di kecamatan Cikedung, Lelea, Terisi dan

Kandanghaur (Sumber peta : Dinas PU Pengairan Kabupaten

Indramayu 2009)

5.2.2. Analisis Usahatani Padi

Analisis usahatani padi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis

Pendapatan Biaya (Revenue Cost Ratio, C/R), Analisis Keuntungan-Biaya (Benefit

Cost Ratio, B/C) serta kesediaan membayar (Willingness to Pay).

Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan

pendapatan dan pengeluaran selama satu musim tanam. Nilai ini diperlukan untuk

mengetahui batas (threshold) produksi padi untuk menentukan indeks iklim.

Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh petani maka

digunakan persamaan sebagai berikut :

Pd = TRi – Tci

Di mana : Pd=Pendapatan petani padi, TRi=Total Revenue atau Total Penerimaan

(Rp), TCi=Total Cost atau Total Biaya (Rp). Nilai total penerimaan kemudian

digunakan untuk menilai kelayakan usahatani. Usahatani dianggap layak secara

finansial maupun secara ekonomi jika nilai Revenue and Cost Ratio (R/C) lebih

dari satu. Formulasi R/C menurut Nurmanaf et al. (2005) adalah :

R/C=TR/TC

Benefit Cost Ratio (B/C) dinyatakan dengan persamaan :

R/C=(TR-TC)/TC

Page 6: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

103

dimana : R/C=Revenue and cost Ratio, TR=total penerimaan usahatani padi,

TC=total biaya usahatani padi.

Model ini dihitung berdasarkan data survey kebutuhan dan biaya per

hektar tanaman padi. Komponen yang digunakan untuk menghitung nilai ekonomi

usaha tani adalah biaya input seperti jumlah dan harga benih, pupuk, pestisida,

dan sebagainya. Selain itu juga komponen biaya lainnya yaitu upah untuk

persemaian, gegaleng, penyiangan, penyemprotan, sewa lahan, air, PBB, swadaya,

pengolahan tanah, tanam dan sebagainya.

Ambang batas (threshold) produksi diperoleh ketika petani tidak

mendapat keuntungan maupun tidak rugi dalam usahataninya. Kondisi ini

dicerminkan pada saat nilai R/C=1. Threshold produksi padi ini digunakan

sebagai bagian dalam penentuan indeks iklim. Selain itu, terkait dengan

pengembangan asuransi indeks iklim, dalam penelitian ini dilakukan juga

wawancara petani tentang kesediaan membayar (Willingness to Pay) yang

besarannya dinyatakan dalam bentuk persentase maupun nominal. Quisoner

wawancara untuk menggali informasi tentang kesediaan membayar ini

selengkapnya disajikan dalam Lampiran 5 bagian VIII.

5.3. Hasil dan Pembahasan

5.3.1. Karakteristik Petani dan Usahatani Padi

Usia, Pendidikan dan Pekerjaan Responden

Untuk mengetahui karakteristik petani di lokasi penelitian, maka telah

dilakukan survey pertama dan wawancara petani di Kecamatan Cikedung, Lelea

dan Terisi yang mencakup 13 desa. Tipe lahan yang diusahakan petani responden

mewakili 5 tipe yaitu : irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi PU, swadaya

dan tadah hujan dengan jumlah responden 150 orang.

Usia responden didominasi oleh usia lebih dari 30 tahun. Dari keseluruhan

responden 21.3% berusia 45-49 tahun, 16.7% berusia 35-39 tahun, 16.0% berusia

40-44 tahun, 13.3% berusia 50-54 tahun, 8.7% berusia 30-34 tahun, 6.7% berusia

55-59 dan 2% berusia 25-29 tahun. Dari distribusi ini terlihat bahwa kegiatan

Page 7: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

104

pertanian di wilayah studi sebagian besar masih dilakukan oleh petani usia

produktif (15-55 tahun)(Gambar 44a).

Tingkat pendidikan responden bervariasi mulai dari tidak sekolah sampai

dengan Sarjana. Dari keseluruhan responden persentase yang tamat SD adalah

dominan, yaitu 38.4%. Diikuti tidak tamat SD (25.2%), tamat SMP (19.9%),

tamat SMU (9.3%), tidak sekolah (4%), diploma/sarjana (2.6%) dan yang

pendidikan (0.7%) (Gambar 44b).

Pekerjaan Utama responden didominasi sebagai petani (91.4%), meskipun

ada juga yang mempunyai pekerjaan lain seperti wiraswasta (5.3%), pedagang

(2%) dan aparat pemerintah (0.7%) (Gambar 44c).

Gambar 44. Persentase usia (a), pendidikan (b) dan pekerjaan utama (c) responden

Pola Tanam dan Komoditas

Pola tanam yang sebagian besar dilakukan oleh petani adalah padi-padi-

bera yaitu 83.4%. Selain itu pola tanam yang diterapkan adalah padi-padi-palawija

(6%), padi-bera (5.3%), padi-palawija-bera (2%), padi-palawija-sayur (1.3%) dan

padi-palawija-padi (0.7%) (Gambar 45). Komoditas yang ditanam selain padi

Page 8: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

105

yang merupakan komoditas utama (90.7%) adalah padi-palawija (4%), padi

kacang hijau (2.6%), padi-kacang hijau-timun (0.7%) (Gambar 46).

Gambar 45. Persentase pola tanam yang pada umumnya dilakukan petani

Gambar 46. Persentase jenis komoditas yang umumnya di tanam petani

Varietas dan Luas Lahan

Varietas Ciherang merupakan varietas padi yang paling banyak ditanam

petani baik pada MH (72.7%) maupun MK-1 (76%). Alasannya hasil bagus, tahan

hama wereng, umur pendek, harga jual tinggi dan hemat air. Diskripsi varietas

Ciherang disajikan dalam Lampiran 1. Varietas lain yang biasa ditanam pada MH

adalah IR 64 (1.3%), Kebo (22.7%), Bestari, Merauke dan Inpari, masing-masing

0.7%., sedangkan pada MK-1, selain Bestari dan Inpari, petani juga menanam

kacang hijau dan widas (Gambar 47).

Luas lahan yang dimiliki petani cukup beragam mulai kurang dari 0.5 Ha

hingga lebih dari 5 Ha. Petani memiliki lahan garapan paling banyak adalah untuk

luasan lebih dari 0.5 sampai dengan 1 Ha, yaitu sebanyak 42%. Untuk luasan

garapan ≤ 0,5 Ha dimiliki oleh 22% petani. Berikutnya berturut-turut adalah >1.5-

Page 9: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

106

2 Ha (10.7%), >1-1,5 Ha (10%), >2-2,5 Ha (4%), >3-3,5 Ha (4%), >2.5-3 Ha

(3.3%), >3.5-4 Ha (2.7%) dan hanya satu orang petani yang memilik lahan lebih

dari 4 Ha dan 6 Ha (0.7%) (Gambar 48).

Gambar 47. Persentase pilihan varietas yang ditanam petani pada MH dan MK

Gambar 48. Persentase kepemilikan lahan

Produksi Padi

Produksi padi bervariasi sesuai dengan jenis lahan petani. Untuk lahan

irigasi teknis, rata-rata produksi padi yang diperoleh paling tinggi dibandingkan

dengan jenis lahan lainnya, yaitu 5,909 ton/ha. Irigasi setengah teknis 4,862

ton/ha, swadaya 4,857 ton/ha, irigasi PU (SPU) 4,696 ton/ha dan tadah hujan

3,921 ton/ha. Hal ini disebabkan pada lahan irigasi teknis, pasokan air lebih

tersedia dibandingkan lahan yang lain. Selain itu kondisi saluran irigasi relatif

lebih baik, sehingga tidak banyak air yang terbuang. Hal ini sesuai dengan batasan

tentang sawah irigasi teknis, yaitu sawah yang memperoleh pengairan dimana

saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian

Page 10: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

107

irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Jaringan seperti ini

biasanya terdiri dari saluran induk, sekunder dan tersier. Saluran induk, sekunder

serta bangunannya dibangun, dikuasai dan dipelihara oleh Pemerintah (Ditjen

Sarana dan Prasarana Pertanian, 2012). Namun dalam distribusi airnya, irigasi ini

masih dibedakan lagi berdasarkan golongannya. Golongan 1 adalah wilayah yang

mendapat pasokan air irigasi pertama dan berlanjut ke golongan 2, 3, 4 dan 5.

Golongan 4 dan 5 ini merupakan wilayah irigasi ujung yang rawan terhadap

kekeringan. Demikian juga dengan lahan sawah tadah hujan dimana sumber

airnya hanya berasal dari curah hujan. Lahan ini juga cukup rawan terhadap

kekeringan. Oleh karena itu pada survey kedua difokuskan pada petani di lahan

irigasi ujung dan tadah hujan.

Berdasarkan hasil survey dan wawancara petani, produksi maksimum yang

bisa dicapai pada MH di lahan irigasi teknis adalah 7,58 ton/ha, SPU 8,5 ton/ha,

swadaya dan setengah teknis 7 ton/ha dan tadah hujan bisa mencapai 6 ton/ha,

sedangkan produksi minimum pada umumnya kurang dari 4 ton/ha (Gambar 49).

Gambar 49. Produksi padi pada setiap tipe lahan pada MH

Hasil survey kedua di 4 kecamatan (Cikedung, Lelea, Terisi dan

Kandanghaur) terhadap 80 responden menghasilkan data dan informasi tentang

produksi padi pada setiap musim pada tipe lahan tadah hujan dan irigasi. Fluktuasi

produksi padi pada MH di lahan irigasi ujung rata-rata sekitar 6 ton/ha dan pada

lahan tadah hujan sekitar 5 ton/ha. Pada MK dilahan irigasi ujung produksinya

sekitar 4 ton/ha dan pada tadah hujan 3 ton/ha (Tabel 9).

Page 11: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

108

Tabel 9. Produksi padi di 4 kecamatan pada setiap jenis lahan dan musim

(Ton/Ha)

Kecamatan MH MK

Irigasi

Ujung

Tadah

Hujan

Irigasi

Ujung

Tadah

Hujan

Cikedung

Max 6.429 6.500 5.000 5.000

Min 3.800 3.500 2.667 2.000

Rata-rata 5.078 4.683 3.745 3.342

Lelea

Max 7.714 6.300 6.900 4.480

Min 4.000 3.600 2.857 2.000

Rata-rata 5.769 4.733 5.011 3.436

Terisi

Max 7.143 5.714 5.500 4.200

Min 4.200 4.000 2.857 2.500

Rata-rata 5.864 4.903 4.468 3.550

Kandanghaur

Max 7.500 7.000 6.000 4.714

Min 4.375 5.000 1.857 1.071

Rata-rata 5.685 5.686 3.743 3.229

Risiko Pendapatan Petani

Risiko yang harus ditanggung petani yang mengakibatkan gagal panen

pada umumnya disebabkan oleh bencana terkait iklim seperti kekeringan, banjir

dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Berdasarkan hasil survey

dan wawancara petani, maka bencana terkait iklim yang menjadi penyebab utama

gagal panen di Kecamatan Cikedung, Lelea dan Terisi adalah kekeringan, yaitu

79.8%, sedangkan gagal panen akibat serangan OPT 15.6% dan akibat banjir

sekitar 5.6 % (Gambar 50a).

Menurut petani, kekeringan pada umumnya berlangsung selama 1-8 bulan.

Bulan terparah dengan periode kekeringan yang sangat panjang (8 bulan) dialami

oleh sekitar 1.6% petani responden. Berdasarkan hasil survey, petani mengalami

kekeringan yang paling sering adalah selama 6 bulan, yaitu sekitar 32% petani.

Kekeringan selama 3 dan 5 bulan juga cukup banyak dialami petani responden,

yaitu masing-masing 17.2% dan 19.5% (Gambar 50b). Petani mengalami

kekeringan antara 1-8 tahun sekali. Berdasarkan lamanya kejadian kekeringan ini

Page 12: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

109

memperlihatkan bahwa lokasi penelitian ini mengalami kekeringan yang cukup

intens. Apabila terjadi kekeringan, petani pada umumnya mengatasinya dengan

pompanisasi, sumur bor dan penggantian tanaman atau ada sebagian yang pasrah

menunggu sampai hujan turun.

Gambar 50. Persentase penyebab gagal panen (a) dan lama kekeringan (b)

Terkait dengan aspek kredit, sebagian besar petani (51%) telah

memanfaatkan fasilitas kredit, sedangkan 37% tidak atau belum melakukan kredit

(Gambar 51a). Sementara sumber kredit yang dominan adalah Bank (65%) yang

meliputi BRI, KUR, dan Bank keliling. Selebihnya berturut-turut adalah

saudara/teman/tetangga (27%), Gapoktan/kelompok tani (5%), koperasi (2%) dan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) (1%) (Gambar 51b). Petani

meminjam uang pada umumnya setiap musim yaitu pada saat mau tanam dan

dikembalikan setelah panen.

65%

27%

2% 5% 1%

Sumber kredit

Bank (BRI, KUR, Keliling) Saudara/teman/tetangga

Koperasi Gapoktan/kelompok tani

PNPM

Gambar 51. Persentase akses terhadap kredit (a) dan sumber kredit (b)

Untuk mengetahui respon dari pihak Bank terhadap model asuransi indeks

iklim, maka dilakukan wawancara terhadap perwakilan dari Bank BNI cabang

Page 13: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

110

Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Berdasarkan wawancara diperoleh informasi

bahwa rata-rata petani yang mengajukan kredit setiap tahunnya adalah sekitar

4.2% dengan rata-rata besar kredit per petani 5 juta rupiah. Laju pengembalian

kredit cukup bagus yaitu 93%. Apabila petani tidak dapat mengembalikan kredit

biaanya pihak bank mengadakan restrukturisasi atau penjadwalan kembali jangka

waktu kredit. Sehubungan dengan model asuransi indeks iklim, pihak bank

menyatakan tertarik untuk menawarkan produk ini kepada petani. Mekanisme

pembayaran yang dianggap baik oleh bank adalah individu atau kelompok

tergantung pada sifat kreditnya.

Mengacu pada data Bank Indonesia, nilai penyaluran kredit untuk sektor

pertanian dan kehutanan di Indonesia meningkat signifikan dalam tahun 2010-

2011. Pada tahun 2009, nilai kredit untuk sektor ini mencapai Rp. 7.6 triliun.

Angka tersebut melonjak menjadi Rp. 16.7 triliun tahun 2011. Namun apabila

dibandingkan dengan total kredit, porsi penyaluran kredit di sektor pertanian dan

kehutanan terus menurun. Tahun 2011 kredit di sektor ini hanya menyumbang

5.7% dari total kredit, atau turun dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 23%

(Koran Tempo, 3 Oktober 2012). Hal ini disebabkan tingginya risiko di sektor

pertanian.

5.3.2. Kelayakan Usahatani Padi

Untuk memperoleh informasi tentang usahatani padi, maka dilakukan

survey kedua di Kecamatan Cikedung, Lelea, Terisi dan Kandanghaur dengan

jumlah responden 80 orang. Petani responden adalah petani yang melakukan

usahataninya di lahan sawah irigasi ujung dan tadah hujan, karena berdasarkan

hasil survey pertama, tipe lahan inilah yang rawan terhadap kekeringan.

Hasil survey karakteristik petani menunjukkan bahwa petani responden

sebagian besar berusia antara 30-60 tahun. Secara rinci berdasarkan

pengelompokkan usia, maka berturut-turut adalah 41-50 tahun (34%), 51-60 tahun

(30%), 31-40 tahun (24%), 61-70 tahun (10%) dan usia 20-30 tahun sebanyak 2%

(Gambar 52a). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pertanian masih didominasi

oleh petani dengan usia produktif (15-55 tahun) yaitu sekitar 71.3%. Pendidikan

responden didominasi oleh tamatan SD (49%), berikutnya berturut-turut adalah

Page 14: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

111

SMP (24%), SMA (13%), tidak tamat SD (10%), tidak sekolah (3%) dan ada satu

petani yang tamatan D2 (1%) (Gambar 52b).

Gambar 52. Persentase usia (a) dan pendidikan (b) responden

Dari 80 responden, rata-rata kepemilikan lahannya adalah 1.8 hektar.

Luasan terkecil adalah 0.1 hektar dan terbesar adalah 8.5 hektar. Berdasarkan

klasifikasi luas kepemilikan lahan, maka persentase tertinggi adalah luas lahan

0.5-1 Ha (40%) (Gambar 53a). Berdasarkan persentase luas lahan lahan, maka

sebagian besar responden memiliki lahan yang kurang dari 2 Ha. Berdasarkan

survey dan wawancara, 61% responden atau 49 petani memiliki lahan irigasi

ujung, dan 31 petani atau 39% memiliki jenis lahan tadah hujan. Rata2

kepemilikan lahan pada jenis lahan irigasi ujung adalah 1,9 Ha dengan kisaran

0.4-7 Ha. Sementara untuk lahan tadah hujan, rata-rata luas lahannya adalah 1.7

Ha, dengan kisaran 0.1-8,5 Ha (Gambar 53b).

Gambar 53. Persentase luas kepemilikan lahan (a) dan luas tiap jenis lahan (b)

(a) (b)

Page 15: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

112

Klasifikasi Tipe Usahatani Padi

Untuk mengetahui karakteristik usahatani padi, maka dilakukan

pengelompokkan tipe petani berdasarkan besarnya biaya input dan produksinya.

Selanjutnya masing-masing dihitung anomalinya dan diplot masing-masing untuk

MH, MK serta MH dan MK (Gambar 54). Hasil analisis memperlihatkan adanya

4 tipe petani dalam usahatani padi di lokasi penelitian, yaitu : 1) petani dengan

anomali biaya input dan anomali produksi positif, 2) petani dengan anomali biaya

input positif dan anomali produksi negatif, 3) petani dengan anomali biaya input

dan anomali produksi negatif, dan 4) petani dengan anomali biaya input negatif

dan anomali produksi positif.

Pada tipe 1, petani harus mengeluarkan biaya input yang cukup tinggi

untuk menghasilkan produksi yang tinggi pula. Pada tipe 2, meskipun petani

mengeluarkan biaya input yang cukup tinggi tetapi produksinya tidak cukup

tinggi. Pada tipe 3, petani mengeluarkan biaya input yang rendah dan produksi

yang dihasilkan juga rendah. Pada tipe 4, petani mengeluarkan biaya input yang

rendah tapi menghasilkan produksi yang cukup tinggi. Sebagai gambaran

persentase petani tipe 1 pada setiap musim adalah 24% (MH), 30% (MK) dan

23% (MH dan MK). Tipe 2, persentasenya adalah 15% (MH), 13% (MK) dan

18% (MH dan MK). Untuk tipe 3, persentasenya paling tinggi dibandingkan tipe

lainnya, yaitu 35% (MH), 32% (MK) dan 36% (MH dan MK), sedangkan untuk

tipe 4, persentasenya adalah 26% (MH), 25% (MK) dan 24% (MH dan MK)

(Tabel 10). Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar petani di lokasi penelitian

adalah tipe 3. Pada MH, petani tipe 4 cukup besar (26%). Biaya input yang rendah

tetapi produksi tinggi pada tipe 4 ini sangat dibantu oleh faktor curah hujan,

sedangkan pada MK, tipe 1 persentasenya cukup besar (30%). Hal ini dikarenakan

untuk mengejar produksi yang tinggi sementara ketersediaan air terbatas, petani

harus mengeluarkan biaya input yang cukup tinggi. Selain biaya berupa pupuk

dan lain-lain, biaya untuk irigasi juga cukup besar. Proporsi rata-rata biaya, rata-

rata produksi dan anomalinya pada MH dan MK disajikan dalam Gambar 55 dan

56. Klasifikasi ini memberikan gambaran bahwa usahatani padi memberikan

beberapa pilihan untuk mencapai produksi yang tinggi. Untuk mengetahui apakah

Page 16: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

113

usahatani padi masih memberikan keuntungan dan layak diusahakan, maka

dilakukan analisis R/C dan B/C.

Gambar 54. Klasifikasi usahatani padi pada MH, MK serta MH dan MK

Tabel 10. Persentase tipe petani berdasarkan biaya input dan produksi

MH MK MH dan MK

Tipe 1 24 % 30 % 23 %

Tipe 2 15 % 13 % 18 %

Tipe 3 35 % 32 % 36 %

Tipe 4 26 % 25 % 24 %

Gambar 55. Proporsi antara biaya input dan anomalinya (a) serta produksi dan

anomalinya (b) pada MH

Page 17: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

114

Gambar 56. Proporsi antara biaya input dan anomalinya (a) serta produksi dan

anomalinya (b) pada MK

Karakteristik Usaha Tani Padi

Analisis usahatani padi di Kabupaten Indramayu dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana nilai ekonomi yang dihasilkan petani terhadap usaha

budidaya tanaman padi nya, apakah sudah memberikan keuntungan atau rugi atau

hanya balik modal saja. Untuk mengetahui hal tersebut, maka digunakan analisis

dengan Revenue Cost Ratio (R/C). R/C merupakan perbandingan antara biaya

input dengan pendapatan yang diperoleh.

Musim Hujan (MH). Pada MH, petani pada umumnya mulai tanam pada

bulan Oktober hingga awal Januari. Pupuk utama yang digunakan adalah Urea

dan TSP dengan dosis rata-rata 1,5 kuintal per hektar, serta Ponska 1 kuintal per

hektar. Pupuk Urea, TSP dan Ponska pada umumnya diberikan dua kali selama

masa tanam yaitu sekitar 15 hari setelah tanam (HST) dan 30 HST. Pada lahan

irigasi ujung, rata-rata biaya input yang dikeluarkan petani adalah Rp. 9 juta per

hektar lahan. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan hasil perhitungan usahatani padi

dari hasil percobaan lapang (demplot) hasil penelitian Impron et al. (2011), yaitu

sebesar Rp. 9.3 juta per hektar. Pada lahan tadah hujan, biaya input sedikit lebih

rendah yaitu Rp. 8.7 juta per hektar. Biaya produksi ini termasuk tinggi

dibandingkan biaya rata-rata sebesar 5-6 juta rupiah/hektar/musim (Pasaribu,

2012). Besarnya biaya ini disebabkan pada lahan irigasi ada penambahan biaya

irigasi sehingga menambah biaya input. Selain itu juga ada biaya sewa lahan.

Pupuk dan obat-obatan yang digunakan petani juga cukup intensif dengan

berbagai jenis produk, sehingga juga menambah biaya produksi. Berdasarkan data

dan informasi dari Dinas Pertanian serta wawancara petani, biaya sewa lahan

Page 18: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

115

sawah di Kabupaten Indramayu adalah senilai dengan 3.5 hingga 4 ton gabah per

hektar per tahun. Apabila harga gabah di Kabupaten Indramayu sebesar Rp.

500000 per kuintal (data Bulan Januari 2012), maka biaya sewa lahannya berkisar

antara Rp. 17500000 hingga Rp. 20000000 per hektar per tahun. Produksi padi

pada MH di lahan irigasi ujung berkisar antara 4-7 ton/ha. Sebagai pembanding,

percobaan demplot (Impron et al. 2011) diperoleh hasil sebesar 6.9 ton/ha. Harga

gabah di tingkat petani berkisar antara Rp. 2800-3900/kg, dengan rata-rata Rp.

3300/kg. Untuk panen padi dari demplot (Impron et al. 2011) diperoleh harga

gabah basah pada MH sekitar Rp. 3700/kg dan GKG sekitar Rp. 4000/kg.

Musim Kemarau (MK). Pada MK, petani pada umumnya melakukan

tanam mulai bulan Maret sampai dengan Juni. Pupuk yang digunakan pada MK

sebagian besar sama dengan MH, baik dosis maupun pemberiannya. Pemakaian

pestisida dan obat-obatan sangat intensif, baik pada MH maupun MK. Dari survey

dan wawancara petani, diperoleh data dan informasi bahwa ada berbagai merek

dagang yang digunakan petani yang sebagian besar hanya karena iklan atau ikut

sesama teman yang terlebih dulu menggunakan. Petani bingung dengan begitu

banyaknya produk obat-obatan pembasmi hama. Pengetahuan terhadap khasiat

obat-obatan juga masih terbatas. Selama ini hanya bertanya ke toko/kios penjual

obat-obatan. Harga obat-obatan tersebut juga cukup mahal. Oleh karena itu, biaya

input petani menjadi besar. Biaya input pada MK di lahan irigasi sekitar Rp. 8.9

juta per hektar. Di lahan tadah hujan sekitar Rp. 7.9 juta per hektar. Pada lahan

irigasi ada tambahan biaya untuk pengadaan air irigasi. Produksi padi pada MK di

lahan irigasi ujung sekitar 4.3 ton per hektar dan pada lahan tadah hujan sekitar

3.4 ton per hektar. Untuk harga gabah pada MK relatif lebih tinggi dibandingkan

MH, yaitu Rp. 3000-4500/kg. Sebagai perbandingan dari hasil panen demplot

(Impron et al. 2011) diperoleh harga gabah basah MK sebesar Rp. 4200/kg dan

GKG Rp. 4500/kg. Berdasarkan hasil penelitian Boer et al. (2011) diperoleh

informasi, bahwa harga gabah dalam rentang waktu satu tahun di Kabupaten

Indramayu mengalami fluktuasi yang berpola (selalu terjadi setiap tahunnya),

yaitu pada saat panen raya harga gabah cenderung selalu rendah dibandingkan

harga gabah pada saat musim paceklik. Musim panen raya terjadi pada retang

waktu bulan Febuari s.d April, sedangkan pada musim paceklik terjadi pada

Page 19: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

116

rentang waktu bulan September sampai dengan November. Hasil penelitian

Hidayati et al. (2011) berdasarkan wawancara dengan petani menunjukkan

kisaran harga gabah Rp 4700 Oktober-Nopember dan Rp 3000 pada Februari-

Maret.

Baik pada MH maupun MK, petani di Kabupaten Indramayu, pada

umumnya masih menggunakan kearifan lokal, yaitu pranata mangsa untuk

menentukan saat tanam. Berdasarkan pengetahuan tersebut (pranata mangsa), para

petani terutama petani padi mengatur jadwal tanam mereka dalam jangka satu

tahun. Sebagian besar petani merencanakan pola tanam satu tahun dengan pola

padi-padi-palawija (tanam padi 2 kali), namun ada juga yang menanam dengan

pola padi-padi-padi terutama pada tipe golongan irigasi I yang mendapatkan

kepastian distribusi air (stok air selalu tersedia). Variasi komoditas tanam,

sebenarnya tergantung dari keadaan kawasannya, dalam hal ini menyesuaikan tipe

irigasinya. Tipe irigasi I umumnya menggunakan pola padi-padi-padi atau padi-

padi-palawija, tipe irigasi II dan III umumnya menggunakan pola padi-padi-

palawija, sedangkan tipe irigasi IV umumnya menggunakan pola padi-padi-

palawija atau padi-palawija-palawija. Hal ini tergantung dari ketersediaan airnya

atau keadaan iklim tertentu (kemarau/ hujan panjang).

Analisa Pendapatan Biaya (Revenue Cost Ratio, C/R) dan Analisa Manfaat

Biaya (Benefit Cost Ratio, B/C)

Dalam mengusahakan suatu komoditi, seorang petani akan dihadapkan

pada dua pilihan, yaitu apakah komoditas yang akan diusahakan menguntungkan

atau tidak. Dengan adanya dua pilihan tersebut, petani akan semakin selektif

dalam memilih komoditas mana yang akan diusahakannya. Untung rugi komoditi

yang diusahakan dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan dan besarnya

penerimaan yang didapatkan. Besarnya biaya produksi tersebut dipengaruhi oleh :

1) Skala usahatani, 2) efisiensi penggunaan modal, tenaga kerja, alat-alat dan

sarana produksi, 3) produktifitas dan 4) cara pemasaran, harga dan sebagainya

(Nurmalinda et al. 1994). Terkait dengan usahatani padi di Kabupaten Indramayu,

untuk mengetahui apakah usahatani padi tersebut memberikan keuntungan dan

Page 20: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

117

layak diusahakan atau tidak, maka diperlukan suatu indikator yaitu berupa nilai

R/C dan B/C.

Nilai R/C dan B/C dianalisis berdasarkan komponen biaya dan produksi

serta harga. Biaya meliputi tenaga kerja, sarana dan lain-lain termasuk sewa lahan,

iuran dan sebagainya. Komponen tenaga kerja menyerab biaya yang paling besar

dibandingkan sarana dan komponen lainnya. Persentase masing-masing

komponen pada MH adalah tenaga kerja 62.9%, sarana 27.6%, lain-lain (10.6%),

sedangkan pada MK, tenaga kerja 60.8%, sarana 27.7%, lain-lain (13.5%). Hasil

penelitian Ariani (2009) juga menyebutkan bahwa biaya tenaga kerja untuk

usahatani padi mencapai lebih dari 60%. Dari komponen tenaga kerja ini, biaya

terbesar adalah untuk panen. Hal ini dikarenakan petani masih menggunakan

sistim bawon dengan perbandingan 5:1 atau 6:1. Untuk biaya sarana yang

meliputi benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan, persentasenya sekitar 27 % dari

total biaya keseluruhan. Sebagai pembanding, biaya usahatani padi untuk sarana

produksi di Kabupaten Banten sekitar 21.2-25% (Ariani et al. 2009) dan di

Kabupaten Karawang tahun 2005 sekitar 22-25% (Andriati dan Sudana 2007).

Revenue Cost Ratio, R/C. Rasio biaya terhadap pendapatan (Revenue Cost

Ratio, R/C) usahatani padi merupakan perbandingan antara pendapatan dengan

biaya input usahatani padi. Parameter ini digunakan untuk menilai apakah

usahatani padi yang dilakukan memberikan keuntungan secara ekonomi dan layak

untuk diusahakan. Jika nilai R/C >1, maka usahatani padi memberikan

keuntungan dan layak diusahakan. Jika R/C < 1, usahatani padi yang dilakukan

belum layak dan belum menguntungkan secara ekonomi. Apabila nilai R/C=1,

maka usahatani padi tersebut impas, artinya tidak untung dan tidak rugi. Nilai

R/C=1 inilah yang akan digunakan untuk menentukan batas ambang (threshold)

produksi padi.

Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa nilai R/C petani contoh di

Indramayu pada MH sebagian besar lebih dari 1. Nilai R/C berkisar dari 0.9

hingga 3.4. Artinya ada petani yang secara ekonomi rugi dalam penerimaan,

meskipun secara sosial merasa untung karena masih bisa panen. Petani dengan

R/C<1 ini adalah petani yang sewa lahan dan produksinya tidak terlalu tinggi.

Rata-rata R/C sebesar 2.1. Nilai ini memberi gambaran bahwa untuk setiap biaya

Page 21: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

118

yang dikeluarkan pada awal kegiatan usahatani sebesar Rp. 1000 akan

memperoleh pemasukan atau penerimaan sebesar Rp. 2100 pada akhir kegiatan

usahatani.

Untuk MK, nilai R/C berkisar dari 0.6 hingga 3.2, dengan rata-rata 1.8.

Nilai R/C pada MK relatif lebih kecil dibandingkan dengan MH. Hal ini

disebabkan produksi padi pada MK lebih rendah dibandingkan pada MH.

Meskipun harga gabah lebih tinggi pada MK dibandingkan MH, tetapi belum

dapat meningkatkan pendapatan petani seperti pada MH. Untuk menyiasati situasi

ini, pada umumnya petani mempunyai cara tersendiri untuk memperoleh

keuntungan, yaitu dengan menyimpan sebagian gabah yang dihasilkan pada MH

untuk dijual pada MK dimana harganya lebih tinggi. Dengan mengambil nilai

gabah rata-rata sebesar Rp. 3000 (MH) dan Rp. 3400 (MK), maka secara umum

analisa kelayakan usahatani padi di lokasi penelitian menghasilkan nlai R/C

sebesar 1.94 pada MH dan 1.70 pada MK (Tabel 11). Sebagai perbandingan, hasil

penelitian usahatani padi sawah pada MH di Kabupaten Karawang nilai R/C nya

1.54-1.70, sedangkan pada MK 1.41 hingga 1.58 (Andriati dan Sudana 2007), dan

di Provinsi Banten pada MH sebesar 1.9 hingga 2.3 (Ariani et al. 2009).

Tabel 11. Analisis kelayakan usahatani padi di lokasi penelitian

Uraian MH MK

Total biaya 8,370,800 8,067,282

Produksi (ton/ha) 5.4 4.0

Nilai produksi 16,200,000 13,719,000

R/C 1.94 1.70

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata nilai R/C, baik pada MH dan MK

pada umumnya nilainya >1, artinya secara ekonomi usahatani padinya

memberikan keuntungan dan layak untuk diusahakan, meskipun ada juga petani

yang belum memperoleh keuntungan dari usahataninya yang ditunjukkan oleh

nilai R/C kurang dari 1. Ada pula petani yang untung di MH, tetapi kurang untung

di MK. Meskipun demikian karena bertani adalah pilihan hidup (way of life) bagi

petani, maka baik untung maupun rugi tetap berusahatani (Pasaribu 2012).

Persamaan yang menghubungkan produksi padi dan R/C pada MH

menunjukkan trend yang meningkat, demikian juga pada MK (Gambar 57). Trend

Page 22: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

119

yang meningkat mengindikasikan bahwa usahatani yang dilakukan di lokasi

penelitian akan semakin menguntungkan seiring dengan meningkatnya produksi

padi. Peningkatan produksi padi pada MK lebih besar pengaruhnya dalam

peningkatan R/C. Hal ini ditunjukkan oleh gradien garis trend yang lebih besar

pada MK dibandingkan pada MH. Batas ambang (threshold) produksi padi

diperoleh pada saat nilai R/C sama dengan 1, yaitu sebesar 4523.9 pada MH dan

2839.3 pada MK. Nilai threshold produksi ini akan digunakan dalam penentuan

indeks curah hujan untuk pengembangan asuransi indeks iklim. Untuk masing-

masing kecamatan nilai R/C dibedakan untuk MH dan MK (Tabel 12). Nilai

threshold berbeda-beda untuk setiap wilayah dan setiap musim. Hal ini

disebabkan nilai threshold ditentukan oleh nilai R/C yang diperoleh pada wilayah

tersebut pada MH, MK maupun MH dan MK.

Gambar 57. Hubungan produksi padi dan R/C pada MH dan MK

Tabel 12. Nilai threshold produksi padi pada MK dan MH (Kg/Ha)

Kecamatan MK MH

Cikedung 2710.8 4034.5

Lelea 2844.2 4575.2

Terisi 2906.3 5075.5

Kandanghaur 3016.7 4782.7

Benefit Cost Ratio, B/C. Rasio keuntungan terhadap pendapatan (Benefit

Cost Ratio) usahatani padi merupakan suatu parameter yang menunjukkan apakah

usahatani yang dilakukan meningkatkan pendapatan petani atau tidak. Rasio

Page 23: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

120

antara selisih pendapatan dan biaya input per pendapatan menghasilkan nilai baik

positip maupun negatip. Nilai negatip bila pendapatan lebih kecil dari biaya input,

sebaliknya nilai positip jika pendapatan lebih besar dari biaya input.

Hasil analisis menunjukkan nilai B/C pada MH berkisar antara -0.07

hingga 2.37, dengan rata-rata 1.1. Pada MK diperoleh kisaran nilai B/C -0.41

hingga 2.15 dengan rata-rata 0.84. Secara umum nilai B/C pada MK lebih rendah

dari MH. Perbedaan yang sering muncul adalah pada faktor produksi dan harga

gabah. Pada MH produksi tinggi tetapi harga gabah relatif rendah, sedangkan pada

MK, produksi padi rendah tetapi harga gabah cukup tinggi. Sementara luas tanam

relatif sama antara MH dan MK. Selain itu, pada MK biasanya ada penambahan

biaya irigasi untuk lahan yang beririgasi. Namun faktor produksi dan biaya inilah

yang pada umumnya berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani.

Berdasarkan hubungan antara produksi dan B/C diperoleh trend yang

cenderung meningkat baik pada MH maupun MK (Gambar 58). Peningkatan

produksi pada MK berpengaruh lebih besar terhadap nilai B/C dibandingkan pada

MH.

Gambar 58. Hubungan produksi padi dan B/C pada MH dan MK

Walaupun secara ekonomi usahatani padi di lokasi penelitian

menguntungkan dan layak diusahakan, namun petani belum terbiasa mengelola

keuangan dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil wawancara yang

Page 24: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

121

memperlihatkan bahwa 51% petani tidak terbiasa menyimpan uang dari hasil

panennya. Sementara sekitar 31% petani sudah terbiasa menyimpan uang, dan ada

yang menyimpan dalam bentuk gabah (3%) dan dalam bentuk perhiasan (1%)

(Gambar 59).

Menurut Simatupang dan Rusastra (2004) sebagian besar petani padi

adalah keluarga miskin yang lebih mendahulukan pemenuhan kebutuhan pokok

saat ini daripada masa mendatang, sehingga penggunaan modal untuk membiayai

ongkos usahatani dan investasi bukan merupakan prioritas utama. Meskipun

sebagian besar petani belum mampu menyisihkan hasil panennya untuk ditabung,

dan petani hampir setiap musim atau tahun melakukan kredit (pinjam uang) untuk

usahataninya, namun menurut petani usahatani padi ini masih tetap memberikan

keuntungan dibandingkan komoditas lainnya. Selain itu, petani tidak punya

pilihan lain selain mengusahakan lahannya untuk usahatani padi.

Gambar 59. Persentase kebiasaan petani menyimpan uang dalam usahataninya

5.3.3. Kesediaan Membayar (Willingnes to Pay, WTP)

Kesediaan membayar merupakan hal penting dalam pengembangan

asuransi indeks iklim. Hal ini terkait dengan kemampuan petani dalam

pembayaran premi yang harus dilakukan dalam sistim asuransi.

Terkait dengan finansial petani, untuk melakukan usahataninya, petani

pada umumnya memimjam uang baik setiap musim atau setiap tahun ketika akan

memulai tanam. Hasil survey dan wawancara menunjukkan bahwa sekitar 65%

petani sudah terbiasa dengan fasilitas kredit, 10% tidak melakukan kredit dan

hanya 2% petani yang kadang-kadang melakukan kredit (Gambar 60a). Bank

merupakan tempat yang paling banyak dituju petani (40%) untuk memperoleh

pinjaman uang. Selebihnya petani mendapat pinjaman dari kelompok

Page 25: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

122

tani/gapoktan/RT (12.5%), saudara (11.3%), tetangga/teman (7.5%), pegadaian

(1.3%) dan anak (1.3%). Sekitar 26.5% petani tidak melakukan peminjaman

(Gambar 60b). Pengembalian pinjaman biasanya dilakukan setelah panen.

Mekanisme kredit ini dilakukan petani hampir setiap musim atau setiap tahun,

yaitu pada saat akan memulai tanam.

Gambar 60. Persentase akses kredit petani (a) dan sumber kredit (b) dalam

usahatani padi

Hasil wawancara terhadap 80 responden di lokasi penelitian, diperoleh

gambaran bahwa sebagian besar petani (82.5%) bersedia atau sanggup membayar

premi, dengan besaran yang bervariasi. Hanya 7.5% petani yang tidak bersedia

membayar, tergantung yang lain (3.75%) dan yang tidak menjawab (6.25%).

Pembayaran secara musiman paling banyak disanggupi oleh petani setelah mereka

memperoleh hasil panen. Ada beberapa petani juga yang sanggup dengan cara

mencicil tiap bulan dengan kisaran 10000-50000/bulan. Sekitar 8.75% petani

bersedia membayar premi 10% dari nilai input. Data hasil wawancara

memperlihatkan bahwa petani bersedia membayar hingga Rp.500000,-

/Ha/Musim.

Berdasarkan survey kesediaan membayar yang dilakukan di lokasi

penelitian, diperoleh bahwa persentase paling besar (28.4%) petani bersedia

membayar sebesar 200-300 ribu rupiah per musim. Selanjutnya 25.4% bersedia

membayar 100-200 ribu rupiah per musim, 16% bersedia membayar kurang dari

100 ribu rupiah per musim, 13.4% bersedia membayar 300-400 dan 400-500 ribu

rupiah per musim, dan hanya 3% yang tidak bersedia membayar premi.

Berdasarkan plot frekuensi WTP, maka persentase kesediaan membayar yang

paling besar adalah 200-300 ribu rupiah per musim (Gambar 61).

Page 26: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

123

Gambar 61. Frekuensi kesediaan membayar premi oleh petani

Prospek tentang asuransi iklim ini juga dikaji dengan melakukan diskusi

dan pengisian quisoner dengan para penyuluh pertanian dalam forum Workshop

“Pendayagunaan Informasi Iklim Untuk Kemandirian Pangan di Kabupaten

Indramayu” yang dilaksanakan di kantor Bapeda Kabupaten Indramayu pada

tanggal 12 Juni 2012. Point yang ditanyakan antara lain tentang prospek asuransi

iklim, kendala utama yang mungkin dihadapi, lembaga apa yang disarankan untuk

mengelola asuransi (koperasi, Bank, kelompok tani, lainnya) serta berapa kira-kira

kemampuan dalam membayar premi. Hasil workshop menunjukkan bahwa 68%

responden menyatakan asuransi iklim memiliki prospek yang bagus, menarik dan

menjajikan. Lembaga pengelola yang banyak diharapkan responden adalah Bank

(52%). Kendala utama yang dikemukakan responden seandainya asuransi

dilaksanakan adalah perlunya sosialisasi (32%) (Gambar 62).

Page 27: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

124

Gambar 62. Prospek dan kendala asuransi indeks iklim di Kabupaten Indramayu

5.4. Simpulan

Petani di lokasi penelitian didominasi oleh usia produktif (15-55 tahun)

dalam melaksanakan usahataninya (71.3%). Pendidikan responden sebagian besar

(49%) tamatan SD. Lahan yang dimiliki sebagian besar petani (40%) adalah

seluas 0.5-1 Ha. Pola tanam dominan adalah padi-padi-bera. Fluktuasi produksi

padi pada MH di lahan irigasi ujung rata-rata sekitar 6 ton/ha dan pada lahan

tadah hujan sekitar 5 ton/ha. Pada MK dilahan irigasi ujung produksinya sekitar 4

ton/ha dan pada tadah hujan 3 ton/ha.

Tipe petani yang paling banyak dijumpai adalah petani yang masih

mengeluarkan biaya input rendah dan produksi juga relatif rendah (tipe 3).

Pada MH di lahan irigasi ujung, rata-rata biaya input yang dikeluarkan

petani adalah Rp. 9 juta/Ha (MH) dan Rp. 8.9 juta/Ha (MK). Pada lahan tadah

hujan sebesar Rp. 8.7 juta/Ha (MH) dan Rp. 7.9 juta/Ha (MK). Analisis usahatani

pada MH menghasilkan R/C 0.9 hingga 3.4, dengan rata-rata 2.1, sedangkan pada

Page 28: V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG … · 2015-08-28 · Analisis ekonomi usahatani padi dihitung dengan metode perbandingan ... usaha tani adalah biaya input seperti jumlah

125

MK 0.6 hingga 3.2 dengan rata-rata 1.8. Sementara nilai B/C pada MH berkisar

antara -0.07 hingga 2.37, dengan rata-rata 1.1, dan pada MK diperoleh kisaran

nilai B/C -0.41 hingga 2.15 dengan rata-rata 0.84. Artinya secara ekonomi

usahatani padi di lokasi penelitian masih menguntungkan dan layak untuk

diusahakan. Namun keuntungan ini belum diikuti oleh kebiasaan menabung hasil

panennya.

Untuk melakukan usahataninya, petani pada umumnya memimjam uang

baik setiap musim atau setiap tahun ketika akan memulai tanam. Sekitar 65%

petani sudah terbiasa dengan fasilitas kredit, 10% tidak melakukan kredit dan

hanya 2% petani yang kadang-kadang melakukan kredit. Bank merupakan tempat

yang paling banyak dituju petani (40%) untuk memperoleh pinjaman uang.

Selebihnya petani mendapat pinjaman dari kelompok tani/gapoktan/RT (12.5%),

saudara (11.3%), tetangga/teman (7.5%), pegadaian (1.3%) dan anak (1.3%).

Sekitar 26.5% petani tidak melakukan peminjaman

Pemberian wacana tentang Asuransi Indeks Iklim disambut baik oleh

petani. Sebagian besar petani (82.5%) bersedia atau sanggup membayar premi,

dengan besaran yang dominan 200-300 ribu rupiah per musim per hektar.

Hasil workshop menunjukkan bahwa 68% responden menyatakan asuransi

iklim memiliki prospek yang bagus, menarik dan menjajikan. Lembaga pengelola

yang banyak diharapkan responden adalah Bank (52%). Kendala utama yang

dikemukakan responden seandainya asuransi dilaksanakan adalah perlunya

sosialisasi (32%).