analisis usahatani padi model pembangunan …/analisis... · analisis usahatani padi model...

100
ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus pada Kelompok Tani Marsudimulyo di Kabupaten Boyolali) SKRIPSI Oleh : Nungky Koes Dwi Hapsari H 0304089 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

(Kasus pada Kelompok Tani Marsudimulyo di Kabupaten Boyolali)

SKRIPSI

Oleh :

Nungky Koes Dwi Hapsari H 0304089

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

Page 2: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

(Kasus pada Kelompok Tani Marsudimulyo Kabupaten Boyolali)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Nungky Koes Dwi Hapsari

H 0304089

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

Page 3: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

ii

ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus pada Kelompok Tani Marsudimulyo Kabupaten Boyolali)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Nungky Koes Dwi Hapsari

H 0304089

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal : 22 Juni 2009

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji:

Ketua

Ir. Priya Prasetya, MS NIP. 1947 0103 197609 1 002

Anggota I

Ir. Agustono, M.Si NIP. 1964 0801 199003 1 004

Anggota II

Mei Tri Sundari, SP, MP NIP. 1978 0503 200501 2 002

Surakarta, 2009 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan,

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP 1955 1217 198203 1 003

Page 4: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh Subhanahu

Wa Ta’ala atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Usahatani Padi

Model Pembangunan Pertanian Berbasis Lokal Ditinjau Dari Peningkatan

Pendapatan Petani (Kasus pada Kelompok Tani Marsudimulyo di Kabupaten

Boyolali)” ini dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam

memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk

itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Catur Tunggal BJP, MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret.

3. Bapak Ir. Priya Prasetya, MS selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pem-

bimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan ke-

pada penulis sepanjang menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Ir. Agustono, MSi. selaku dosen pembimbing yang senantiasa mem-

berikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

5. Ibu Mei Tri Sundari, SP, MSi. selaku penguji tamu atas berbagai masukan

dan arahan kepada penulis.

6. Bapak, Ibu, dan Kakak yang senantiasa memberikan doa dan semangat dalam

setiap langkah penulis.

7. Bapak Ragil selaku Ketua Kelompok Tani Marsudimulyo Desa Tawangsari,

Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali yang telah membimbing dan

memberikan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian.

8. Jajaran pemerintah Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk dapat melakukan penelitian di wilayahnya.

Page 5: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

iv

9. Seluruh responden yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian

di Kecamatan Sambungmacan.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa Agrobisnis Angkatan 2004 serta kakak-

kakak dan adik-adik tingkat Jurusan Agrobisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan

semangat kepada penulis.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan

dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2009

Penulis

Page 6: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

v

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PEPENGESAHAN ................................................................. ii KATA PENGANTAR .................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................. v DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix RINGKASAN ............................................................................................... xii SUMMARY .................................................................................................. xiii I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4 D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 5

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 6 1. Tanaman Padi ................................................................................ 6 2. Usahatani Padi Model Pembangunan Pertanian Berbasis Lokal ... 7 3. Pupuk Organik .............................................................................. 7 4. Produktivitas .................................................................................. 9 5. Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Efisiensi, dan Kemanfaatan Usahatani

10 6. Biaya Usahatani ............................................................................ 10 7. Penerimaan Usahatani .................................................................... 12 8. Pendapatan Usahatani .................................................................... 12 9. Efisiensi dan Kemanfaatan............................................................. 13 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 14

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ............................................ 15 C. Hipotesis ............................................................................................. 20 D. Asumsi-asumsi ................................................................................... 20 E. Pembatasan Masalah ........................................................................ 20 F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel .............. 20

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian ................................................................... 24 B. Metode Pemilihan Sampel ................................................................ 24 C. Jenis dan Sumber Data...................................................................... 25 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 26 E. Metode Analisis Data ........................................................................ 26

Page 7: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

vi

Halaman IV. KEADAAN UMUM DAERAH

A. Keadaan Geografi ............................................................................. 31 1. Letak dan Batas Wilayah .............................................................. 31 2. Topografi Daerah .......................................................................... 32 3. Keadaan Iklim ............................................................................... 33 4. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan ............................................... 33

B. Keadaan Penduduk ........................................................................... 35 1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ............................. 35 2. Keadaan Penduduk Menurut Pencaharian ..................................... 37

C. Keadaan Pertanian ........................................................................... 38

V. ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL ............................................................................................. 40

B. Karakteristik Petani Sampel ........................................................... 43 C. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja ......................... 44 D. Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi .......................................... 51 E. Analisis Perbandingan Produktivitas, Pendapatan, Efisiensi, dan

Kemanfaatan Usahatani Padi ......................................................... 59

VI. PEMBAHASAN

A. Biaya Usahatani Padi dengan penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL .......................................................................... 62

B. Produktivitas, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL ........ 64

C. Efisiensi dan Kemanfaatan Usahatani Padi .................................. 66 D. Perkembangan dan Kendala Usahatani Padi dengan Penerapan

MPPBL pada Kelompok Tani Marsudimulyo, Kabupaten Boyolali.......................................................................... 67

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................... 71 B. Saran ............................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Boyolali, Kecamatan Teras, dan Desa Tawangsari Tahun 2007 .................... 34

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kabupaten Boyolali, Kecamayan Teras, dan Desa Tawangsari Tahun 2007 ................... 35

Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Matapencaharian di Kabupaten Boyolali dan Kecamatan Teras Tahun 2007 ................................... 37

Tabel 4. Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Boyolali dan Kecamatan Teras................................. 38

Tabel 5. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL ........................................... 43

Tabel 6. Rata-rata Sarana Produksi Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008.......... 45

Tabel 7. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008 dalam Satuan HKP......... 48

Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008 dalam Satuan HKP......... 50

Tabel 9. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008................................................................................................. 52

Tabel 10. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008..................................................................................... 54

Tabel 11. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008......... 56

Tabel 12. Rata-rata Biaya Mengusahakan Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008.......... 57

Tabel 13. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008 ........................ 58

Tabel 14. Rata-rata Produktivitas, Pendapatan, R/C Ratio dan Incremental B/C Ratio pada Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008............................... 61

Page 9: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Struktur Organisasi Kelompok Tani Marsudimulyo, Desa Tawangsari, Kabupaten Boyolali ................................................ 39

Page 10: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Identitas Petani responden Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL ...................................................................................... 75

Lampiran 2. Identitas Petani responden Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL ...................................................................................... 76

Lampiran 3. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008 ........................................................................................... 77

Lampiran 4. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 ................................................................................ 78

Lampiran 5. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008 ........................................................................................... 79

Lampiran 6. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 ... 80

Lampiran 7. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008 dalam Satuan HKP............................................................ 81

Lampiran 8. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 dalam Satuan HKP..................................................................... 83

Lampiran 9. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008 dalam Satuan HKP............................................................ 85

Lampiran 10. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 dalam Satuan HKP..................................................................... 87

Lampiran 11. Biaya sarana Produksi Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008 ........................................................................................... 89

Lampiran 12. Biaya sarana Produksi Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 ... 90

Lampiran 13. Biaya sarana Produksi Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008 ........................................................................................... 91

Page 11: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

x

Nomor Judul Halaman

Lampiran 14. Biaya sarana Produksi Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 ... 92

Lampiran 15. Biaya Tenaga Kerja Usahatani padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008 ........................................................................................... 93

Lampiran 16. Biaya Tenaga Kerja Usahatani padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 ... 95

Lampiran 17. Biaya Tenaga Kerja Usahatani padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008...... 97

Lampiran 18. Biaya Tenaga Kerja Usahatani padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 ................. 99

Lampiran 19. Biaya Lian-lain Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008...... 101

Lampiran 20. Biaya Lian-lain Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 ................. 102

Lampiran 21. Biaya Lian-lain Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008...... 103

Lampiran 22. Biaya Lian-lain Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 ................. 104

Lampiran 23. Luas Lahan, Produksi, Produktivitas, dan Penerimaan Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL............................... 105

Lampiran 24. Luas Lahan, Produksi, Produktivitas, dan Penerimaan Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL.................................. 106

Lampiran 25. Pendapatan Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008................. 107

Lampiran 26. Pendapatan Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 ............................ 108

Lampiran 27. Pendapatan Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Usahatani Tahun 2008................. 109

Lampiran 28. Pendapatan Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL dalam Satu Kali Musim Tanam per Ha Tahun 2008 ............................ 110

Lampiran 29. Standar Deviasi, Varians, dan UJI t ........................................... 111

Lampiran 30. Perhitungan R/C Ratio dan Incremental B/C Ratio ................... 117

Lampiran 31. Penentuan Tipe Iklim Daerah Sampel ....................................... 119

Page 12: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xi

Nomor Judul Halaman

Lampiran 32. Perhitungan Angka Beban Tanggungan .................................... 121

Lampiran 32. Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2007..................... 123

Lampiran 33. Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Teras Tahun 2003-2007 ......................... 124

Lampiran 34. Kuesioner ................................................................................... 125

Lampiran 35. Peta Administratif Kabupaten Boyolali ..................................... 131

Lampiran 36. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 132

Page 13: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xii

ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

(Kasus pada Kelompok Tani Marsudimulyo Kabupaten Boyolali)

Nungky Koes Dwi Hapsari

H 0304089

RINGKASAN

Skripsi ini disusun berdasar penelitian yang bertujuan mengkaji dan memban-dingkan produktivitas, pendapatan, dan efisiensi serta mengkaji usahatani yang membe-rikan manfaat lebih besar bagi petani antara usahatani padi dengan penerapan Model Pembangunan Pertanian Berbasis Lokal (MPPBL) dan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL.

Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif dan pelaksanaannya menggunakan teknik survey. Penelitian dilakukan di Kabupaten Boyolali. Penentuan lokasi penelitian yang dijadikan daerah sampel dilakukan secara sengaja atau purposive sampling dengan kriteria terdapat usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Desa Tawangsari yang terletak di Kecamatan Teras merupakan satu-satunya lokasi yang terdapat usahatani padi dengan penerapan MPPBL, maka dari itu Desa Tawangsari yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Sedangkan jumlah petani padi dengan penerapan MPPBL maupun tanpa penerapan MPPBL yang diambil sebagai sampel adalah 30 orang petani. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder dengan teknik wawancara, pencatatan, dan observasi.

Penggunaan sarana produksi pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL telah mengurangi penggunaan pupuk Urea sebesar 60 % (180.711,04 Kg/Ha), sudah tidak menggunakan pupuk TSP dan pupuk Phonska, serta pestisida kimia. Usahatani padi dengan penerapan MPPBL sudah mengikuti rekomendasi dari Departemen Perta-nian Kabupaten Boyolali yang menganjurkan panggunaan pupuk dan pestisida organik serta pengurangan pupuk anorganik sebesar 75 % secara keseluruhan.

Rata-rata produktivitas padi dengan penerapan MPPBL (75,25 Ku/Ha/MT) lebih tinggi daripada rata-rata produktivitas padi tanpa penerapan MPPBL (71,39 Ku/Ha/MT). Rata-rata pendapatan usahatani padi dengan penerapan MPPBL (Rp 11.487.549,84/Ha/MT) lebih besar daripada rata-rata pendapatan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL (Rp 7.350.528,58/Ha/MT).

Efisiensi usahatani padi dengan penerapan MPPBL (R/C Ratio = 2,11) maupun efisiensi usahatani padi tanpa penerapan MPPBL (R/C Ratio = 2,07) pada dasarnya sama. Sedangkan nilai Increamental B/C Ratio sebesar 1,56. Nilai tersebut menun-jukkan bahwa usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih menguntungkan daripada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL.

Dari hasil penelitian, saran yang diberikan untuk pemerintah daerah Kabupaten Boyolali adalah hendaknya pemerintah Kabupaten Boyolali dapat

Page 14: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xiii

memberikan pembi-naan dan penyuluhan tentang budidaya tanaman padi dengan penerapan MPPBL yang baik untuk menunjang usahatani padi dengan penerapan MPPBL, sehingga petani menjadi lebih paham akan arti dari pembangunan pertanian berbasis lokal dan pertanian yang alami. Pemerintah dapat memberikan bantuan saprodi untuk menunjang kegiatan usahatani padi bagi petani.

Page 15: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xiv

THE ANALYSIS OF RICE FARMING OF AGRICULTURE DEVELOPMENT BASED ON LOCAL RICE PLANT MODEL

TO WARDS THE INCREASING OF FARMERS INCOME (Case of Marsudimulyo Farmer’s Group in Boyolali Regency)

Nungky Koes Dwi Hapsari

H 0304089

SUMMARY

This script is arranged based on the research purposed to learn and compare the productivity, income, efficiency, and the benefit between rice farming with MPPBL application and rice farming without MPPBL application. The basic method of the research is discription method by employing the survey method. The research is done in Boyolali regency. The sampling technique used is purposive sampling with the criteria is there farming with application of MPPBL on it. Tawangsari village that located on Kecamatan Teras is the only one village that fulfill the criteria an location is the target of MPPBL application firstly on Boyolali Regency, so the Tawangsari village, was choosen as the research area. Even though the number of rice farmers sample who cultivate rice farming with MPPBL application either without MPPBL application is thirty farmers as a sample. The data taken were the primary and secondary data by using technique of interview, registration, and observation. The condition of production tool utilization on rice farming with MPPBL application was decrease Urea fertilizer as 60 % (180,711.04 Kgs/Ha), it doesn’t use TSP fertilizer, Phonska fertilizer, and chemical pestiside. The rice farming with MPPBL application was follow the Boyolali Regency Farming Departement suggestion that farmers should use organic fertilizer and pestiside, and reduc anorganic fertilizer until 75 % at all. The research result shows that productivity of rice farming with MPPBL aplication (75.25 Ku/Ha/PS) was larger than productivity of rice farming without MPPBL aplication (71.39 Ku/Ha/PS). The income of rice farming with organic manure (Rp 11,487,549.84/Ha/PS) was larger than the income of rice farming with MPPBL aplication (Rp 7,350,528.58/Ha/PS). The R/C Ratio of rice farming with MPPBL aplication was 2.11 and the R/C ratio of rice farming without MPPBL application was 2.07. It means that the rice farming with MPPBL aplication and without MPPBL aplication were efficient. The research result shows that the increamental B/C Ratio was 1.56. This value means that rice farming with MPPBL aplication gives more advantage than rice farming without MPPBL aplication. From the research result suggested that the local government should give explantation about rice plant cultivation with the good MPPBL application, so the farmers will understanding more about the meaning of agriculture based on the local rice plant development and the natural agriculture. The government also

Page 16: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xv

wishes to help with tools and infrastructure in order to back up the rice plant farmer work activity for farmers.

Page 17: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xvi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam

menopang pembangunan nasional, karena pembangunan pertanian merupakan

bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk menaikkan pendapat-

an petani. Menurut Soekartawi, (2001) pembangunan pertanian diarahkan un-

tuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan

industri di dalam negeri, meningkatkan ekspor, memperluas kesempatan kerja

dan mendorong kesempatan berusaha sekaligus untuk meningkatkan penda-

patan petani.

Pertanian berperan strategis dalam pembangunan nasional. Peran pen-

ting ini antara lain mencakup: (1). penghasil pangan (nabati, hewani) yang

permintaannya terus meningkat sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk dan

pendapatan masyarakat; (2). lapangan kerja; (3). penyedia bahan baku bagi

agroindustri yang cukup banyak macam dan ragamnya serta cukup besar efek

penggandanya (multiplier effect) bagi perekonomian nasional; (4). penghasil

devisa yang sangat diperlukan bagi kemajuan bangsa, dan (5). pasar potensial

bagi barang-barang yang dihasilkan oleh sektor industri dalam negeri

(Handoyo, 2008).

Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan me-

rupakan peluang berkembangnya pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Pertanian dengan sistem ini memberikan berbagai keuntungan yaitu :

1. Secara teknis mengembalikan kesuburan tanah.

2. Secara ekonomis menjanjikan keuntungan yang lebih besar.

3. Higienis (menyehatkan masyarakat)

(Anonim, 2006).

Peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan turut ber-

imbas pada sektor pertanian. Hal tersebut dapat dilihat dengan dikembang-

1

Page 18: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xvii

kannya teknologi pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Keunggulan

pertanian tersebut adalah meminimalkan atau bahkan menghilangkan sama

sekali residu-residu pestisida dan zat kimia berbahaya lainnya yang mungkin

terkandung dalam produk-produk pertanian. Sejalan dengan meningkatnya ke-

sadaran konsumen akan keamanan pangan, isu perlindungan lingkungan dan

isu pemberdayaan petani, pemerintah bersama stakeholder lainnya berupaya

untuk mempromosikan dan mengembangkan pertanian yang berkelanjutan.

Pertanian yang berkelanjutan merupakan kegiatan bercocok tanam yang

mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah lingkungan. Pertanian

tersebut berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama

pertanian berkelanjutan tersebut adalah penggunaan varietas lokal yang relatif

masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik.

Pestisida organik merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tum-

buhan maupun hewan. Contoh dari pestisida organik antara lain terbuat dari

daun tembakau dan urine sapi.

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu sentra daerah pertanian di

Jawa Tengah dan memiliki potensi untuk pengembangan pertanian yang ber-

kelanjutan khususnya tanaman padi. Hal ini didukung dengan iklim yang sesu-

ai budidaya tanaman padi dan luasnya areal lahan pertanian, terutama lahan

sawah, serta tersedianya air bagi perkembangan tanaman padi.

Pada kenyataannya sebagian besar petani di Kabupaten Boyolali masih

ada yang mengusahakan usahatani padinya dengan lahan yang sempit dan

penggunaan faktor-faktor produksi yang berasal dari luar usahataninya. Benih

yang digunakan petani masih berasal dari luar usahataninya. Petani juga masih

banyak yang menggunakan pupuk anorganik untuk memperoleh produksi

yang tinggi dalam waktu singkat. Sehingga masih banyak petani yang belum

mengusahakan padi dengan pupuk dan pestisida organik dengan alasan efisi-

ensi produksi.

Pertanian yang berkelanjutan telah dikembangkan Di Desa Tawangsari,

Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dalam 4 tahun terakhir yaitu sejak

tahun 2004. Salah satu cara yang ditempuh pemerintah Kabupaten Boyolali

Page 19: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xviii

untuk mengembangkan pertanian tersebut yaitu dengan penerapan Model

Pembangunan Berbasis Lokal untuk komoditas tanaman padi.

Usahatani padi Model Pembangunan Pertanian Berbasis Lokal merupa-

kan usahatani yang mengusahakan tanaman padi pada lahan sawah dengan

penggunaan pupuk organik, penggunaan pestisida organik, serta pengurangan

dosis pada pupuk anorganik. Pengurangan dosis pada penggunaan pupuk an-

organik sebesar 75 %. Dalam mengusahakan usahatani padi tersebut, benih

yang digunakan dalam usahatani padi tersebut berasal dari usahatani petani

sendiri. Varietas lokal yang dibudidayakan dalam model tersebut adalah padi

varietas lokal pandan wangi dan mentik.

Model yang diterapkan kepada petani tersebut dilakukan melalui pende-

katan interpersonal lewat suatu gabungan kelompok tani yang dinamakan ke-

lompok tani Marsudimulyo di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten

Boyolali.

B. Perumusan Masalah

Dalam rangka mewujudkan penerapan pembangunan pertanian yang

berkelanjutan di Kabupaten Boyolali, pemerintah dalam hal ini Departemen

Pertanian Kabupaten Boyolali menerapkan suatu Model Pembangunan Per-

tanian Berbasis Lokal. Model tersebut diterapkan kepada petani dengan tujuan

agar petani dapat menghasilkan padi alami dengan integrasi vertikal. Dimana

produk yang dihasilkan ditujukan untuk pasar menengah ke atas. Sedangkan

produksi padi konvensional ditujukan untuk pasar lokal. Sehingga diharapkan

para petani padi di Kabupaten Boyolali dapat meningkatkan pendapatannya

semaksimal mungkin.

Penerapan Model Pembangunan Pertanian Berbasis Lokal pada dasar-

nya memiliki suatu keunggulan dimana usahatani padi dengan penerapan

Model tersebut telah menggunakan pupuk dan pestisida organik dan pengu-

rangan pupuk anorganik serta pemenuhan benih secara mandiri. Akan tetapi

budidaya padi dengan penerapan Model Pembangunan Pertanian Berbasis

Lokal sangat rumit dan menurunkan produktivitas tanaman pada awal budida-

Page 20: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xix

yanya. Walaupun demikian, pada kenyataannya budidaya padi dengan peng-

gunaan pupuk dan pestisida organik jauh lebih praktis dan tidak membutuhkan

banyak biaya dan tenaga kerja untuk pemeliharaan tanaman.

Berawal dari hal tersebut, maka peneliti merumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah produktivitas padi dengan penerapan Model Pembangunan

Pertanian Berbasis Lokal (MPPBL) lebih besar daripada produktivitas

padi tanpa penarapan Model Pembangunan Pertanian Berbasis Lokal

(MPPBL) di Kabupaten Boyolali?

2. Apakah usahatani padi dengan Model Pembangunan Pertanian Berbasis

Lokal (MPPBL) dapat meningkatkan pendapatan petani padi di Kabu-

paten Boyolali?

3. Apakah penerapan usahatani padi dengan Model Pembangunan Pertanian

Berbasis Lokal (MPPBL) lebih efisien daripada usahatani padi tanpa

penerapan Model Pembangunan Pertanian Berbasis Lokal di Kabupaten

Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian analisis usahatani padi terhadap peningkatan pendapatan

petani di Kabupaten Boyolali bertujuan untuk :

1. Mengetahui dan membandingkan besarnya produktivitas padi dengan

penerapan MPPBL dengan produktivitas padi tanpa penerapan MPPBL di

Kabupaten Boyolali.

2. Mengetahui dan membandingkan besarnya pendapatan usahatani padi de-

ngan penerapan MPPBL dengan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

di Kabupaten Boyolali.

3. Mengetahui dan membandingkan besarnya efisiensi dari usahatani padi

dengan MPPBL dan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL di Kabupaten

Boyolali.

Page 21: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xx

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman

dan pengetahuan, disamping itu untuk menyusun skripsi, guna melengkapi

salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Perta-

nian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, hasil penelitian ini diharap-

kan dapat menjadi bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam

pembuatan kebijakan pertanian, khususnya dalam pembangunan sektor

pertanian.

3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tam-

bahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-

penelitian sejenis serta sebagai tambahan informasi dan pengetahuan.

Page 22: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxi

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Padi

Menurut AAK (1990), tanaman padi merupakan tanaman semusim

termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :

Genus : Oryza Linn

Famili : Gramineae (Poaceae)

Species : Ada 25 species, dua diantaranya ialah :

Oryza sativa L

Oryza glaberina Steund

Sedangkan subspecies Oryza sativa L. dua diantaranya ialah :

Indica (padi bulu)

Sinica (padi cere) dahulu dikenal Japonica.

Padi merupakan tanaman semi-aquatis yang cocok ditanam di la-

han tergenang. Meskipun demikian, padi juga baik ditanam di lahan tanpa

genangan, asal kebutuhan airnya dicukupi. Oleh karena itu, baik di Indone-

sia dan di negara lain padi ditanan didua jenis lahan utama, yaitu lahan

sawah dan ladang (lahan kering). Di Indonesia, padi ditanam di dua musim

yang berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau (Setyono, 1994).

Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda ya-

itu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan

hanya satu kali berproduksi; setelah berproduksi akan mati atau dimatikan.

Tanaman padi dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu :

1. Bagian vegetatif

Terdiri dari akar, batang dan daun.

2. Bagian generatif

Terdiri dari malai atau bulir dan bunga, buah dan bentuk gabah.

(AAK,1990).

Page 23: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxii

2. Usahatani Padi Model Pembangunan Pertanian Berbasis Lokal

Pembudidayaan padi secara organik bertumpu pada penggunaan

pupuk organik. Tidak semua varietas padi cocok untuk dibudidayakan

secara organik. Padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena

diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Walaupun merupakan

varietas unggul tahan hama dan penyakit tertentu, tetapi umumnya padi

hibrida hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal bila disertai dengan

aplikasi pupuk kimia dalam jumlah banyak.

Budidaya padi organik memiliki banyak keunggulan. Secara eko-

nomi, biaya produksi padi organik lebih rendah sedangkan nilai jual lebih

tinggi. Budidaya padi organik juga bermanfaat bagi kesehatan dan pro-

gram pelestarian alam (Anonim, 2008).

Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah varietas

lokal yang masih alami. Agar berproduksi optimal, jenis padi ini tidak me-

nuntut penggunaan pupuk kimia. Memang dampak pertanian modern yang

hanya menggunakan varietas unggul atau hibrida adalah merosotnya ke-

anekaragaman hayati varietas lokal (Andoko, 2002).

Usahatani padi dengan penerapan Model Pembangunan Pertanian

Berbasis Lokal merupakan usahatani padi yang mengusahakan tanaman

padi pada lahan sawah dengan penggunaan pupuk organik, pengurangan

dosis pupuk anorganik sebesar 75%, penggunaan pestisida organik sebagai

bahan tambahan unsur hara dalam tanah yang diusahakan, serta pengguna-

an benih yang berasal dari usahatani padi petani sendiri (Depertan, 2007).

3. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik

dan alami daripada bahan pembenah buatan atau sintesis. Pada umumnya

pupuk organik mengandung hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat

diperlukan pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002).

Dilihat dari bentuknya, ada dua macam pupuk organik, yaitu pupuk

organik padat dan pupuk organik cair. Sesuai namanya, pupuk organik

6

Page 24: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxiii

padat berbentuk padat dengan pengaplikasiannya melalui akar. Sementara

pupuk organik cair berbentuk cairan yang pengaplikasiannya melalui daun

(Andoko, 2002).

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa makhluk

hidup (dekomposisi) oleh mikroorganisme pengurai. Pupuk organik memi-

liki kandungan unsur hara yang lengkap tetapi umumnya dalam jumlah

yang sedikit. Pupuk organik mempunyai sifat-sifat penting terhadap per-

baikan tanah. Beberapa sifat penting tersebut antara lain :

a. Memperbaiki struktur tanah, dari berlempung yang liat menjadi ringan

atau remah.

b. Memperbaiki daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak terurai

c. Memperbaiki daya ikat air pada tanah

d. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara

e. Mengandung unsur hara lengkap walaupun jumlahnya sedikit, tergan-

tung bahan penyusun pupuk organik tersebut.

f. Membantu proses pelapukan bahan mineral

g. Menyediakan makanan bagi mikroba, serta

h. Menurunkan aktivitas mikroorganisme merugikan.

(Andoko, 2002).

Sifat baik pupuk organik terhadap kesuburan tanah adalah:

a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanam-

an dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah

tidak tentu dan relatif kecil.

Sedangkan sifat yang kurang baik dari pupuk organik adalah:

a. Bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah.

Hara yang seharusnya digunakan oleh tanaman berubah digunakan

oleh mikrobia. Dengan kata lain mikrobia bersaing dengan tanaman un-

tuk memperebutkan hara yang ada. Hara menjadi tidak tersedia (unava-

ilable) karena berubah dari senyawa anorganik menjadi senyawa organik

jaringan mikrobia, hal ini disebut immobilisasi hara. Makin banyak ba-

Page 25: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxiv

han organik mentah diberikan ke dalam tanah makin tinggi populasi

yang menyerangnya, makin banyak hara yang mengalami immobilisasi.

b. Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering

mengandung mikrobia patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk

bagi tanaman, hewan dan manusia.

(Nasih, 2006).

Pupuk hayati, pupuk organik, dan pupuk kimia adalah jenis pupuk

yang tegas perbedaanya. Namun saat ini ada kecenderungan untuk meng-

kombinasikan jenis-jenis pupuk tersebut. Misalnya ada produk pupuk yang

menyebut dirinya pupuk NPK organik. Pupuk ini merupakan pupuk kimia

yang dikombinasikan dengan pupuk organik. Ada juga yang menyebut se-

bagai pupuk bioorganik. Maksudnya adalah kombinasi antara pupuk orga-

nik dengan pupuk bio (hayati). Namun masih sedikit atau bahkan tidak ada

yang mengkombinasikan pupuk NPK dengan pupuk hayati. Karena um-

umnya mikroba tidak tahan jika disatukan dengan pupuk kimia dalam kon-

sentrasi tinggi (Isroi, 2007).

4. Produktivitas

Untuk mengetahui produktivitas dapat dilakukan dengan menggu-

nakan rumus sebagai berikut :

(1Ha)garapanlahanLuas(Ku/MT)tanammusimsatudalamproduksiHasil

tasProduktivi =

(Hernanto, 1991).

Usahatani yang bagus adalah usahatani yang produktif dan efisien,

artinya produktivitas usahataninya tinggi. Produktivitas merupakan kon-

sepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik meng-

ukur banyaknya hasil (output) yang diperoleh dari satuan input yang dibe-

rikan. Sementara kapasitas tanah adalah kemampuan tanah untuk menye-

rap tenaga dan modal untuk memberikan hasil produksi bruto yang sebesar

-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu (Daniel, 2002).

Page 26: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxv

5. Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Efisiensi, dan Kemanfaatan Usahatani

a. Biaya Usahatani

Biaya adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan

baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlang-

sung (Soekartawi, 1993).

Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai

atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak

dikeluarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan

untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembeli-

an input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan bawon panen.

Kadang-kadang juga termasuk biaya untuk iuran pemakaian air dan

irigasi, pembayaran zakat dan lain sebagainya (Daniel,2002).

Biaya produksi adalah sebagai biaya kompensasi yang diterima

oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang di-

keluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun

tidak tunai. Dalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan kedalam

beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang

dikerjakan, yaitu sebagai berikut:

1. Biaya uang dan biaya in natura. Biaya-biaya yang berupa uang tu-

nai, misalnya upah tenaga kerja untuk biaya persiapan atau pengga-

rapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk membeli

pupuk dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya-biaya panen,

bagi hasil, sumbangan, dan mungkin pajak-pajak dibayarkan dalam

bentuk natura.

2. Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang

besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi,

misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan

biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan

Page 27: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxvi

langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran-penge-

luaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya.

3. Biaya rata-rata dan biaya marginal. Biaya rata-rata adalah hasil

bagi antara biaya total dengan jumlah produksi yang dihasilkan.

Sedangkan biaya marginal, adalah biaya tambahan yang dikeluar-

kan petani atau pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu sa-

tuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu.

(Daniel, 2002).

Menurut Hadisapoetra (1973), biaya yang digunakan dalam

usahatani meliputi :

1) Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang diberikan da-

lam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali bunga

seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si

pengusaha (keuntungan pengusaha) dan upah tenaga keluarga sen-

diri. Yang termasuk biaya alat-alat luar adalah :

a) Jumlah upah tenaga kerja luar yang berupa uang, bahan makan-

an, perumahan, premi, dan lain-lain.

b) Pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan, dan

pengeluaran-pengeluaran lain yang berupa uang, misalnya un-

tuk pajak, pengangkutan, dan sebagainya.

c) Pengeluaran-pengeluaran tertentu berupa bahan untuk kepen-

tingan usahatani, misalnya untuk slametan dan sebagainya.

d) Pengurangan dari persediaan akhir tahun.

e) Penyusutan adalah pengganti kerugian atau pengurangan nilai

disebabkan modal tetap (aktiva tetap) seperti bangunan-

bangunan, alat-alat dan mesin-mesin, ternak, dan sebagainya

2) Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar ditambah dengan

upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan

upah yang dibayarkan kepada tenaga luar.

3) Biaya menghasilkan adalah biaya mengusahakan ditambah dengan

bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani.

Page 28: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxvii

b. Penerimaan Usahatani

Penerimaan (return) usahatani merupakan penerimaan yang

berupa semua hasil penjualan, barang yang dimakan, serta nilai-nilai

barang-barang atau jasa lain yang didapat (Hadisapoetra, 1973).

Penerimaan usahatani, yaitu penerimaan dari semua sumber

usahatani yang meliputi :

1. Jumlah penambahan inventaris

2. Nilai penjualan hasil

3. Nilai dari produk yang dikonsumsi sendiri oleh petani dan keluar-

ganya selama melakukan usaha dan keluaran selama melakukan

usahanya.

(Hernanto, 1991).

Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara harga pro-

duksi yang dijual dengan jumlah produksi yang diperoleh. Hal tersebut

dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

Penerimaan = Py . Y

Keterangan :

Py : Harga produksi (Rp./Kg)

Y : Jumlah produksi (Kg)

(Suratiyah, 2008).

Penerimaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil

usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya serta panen

dari peternakan dan barang olahannya. Penerimaan tunai dari

penjualan hasil usahatani dan segala keuntungan yang berhubungan

dengan kegiatan usahatani dimasukkan dalam laporan rugi laba

(Kadarsan, 1992).

c. Pendapatan Usahatani

Untuk mengetahui pendapatan usahatani menggunakan rumus :

PdU = PrU – BU

Page 29: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxviii

= H x Y - Bm

Keterangan :

PdU = Pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT)

PrU = Penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT)

BU = Biaya usahatani (Rp/Ha/MT)

H = Harga produksi per kg (Rp)

Y = Hasil produksi (Kg)

Bm = Biaya mengusahakan (Rp/Ha/MT)

(Hadisapoetra, 1973).

Pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan biaya alat-alat luar dan dengan modal dari luar. Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Untuk memperhitungkan nilai biaya dan pendapatan usahatani pada umumnya dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) Memperhitungkan keadaan keuangan usahatani dan petani pada

suatu waktu.

2) Memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan usahatani se-

lama satu tahun.

3) Memperhitungkan hubungan antara biaya dan pendapatan usaha-

tani pada akhir tahun.

(Hadisapoetra, 1973). d. Efisiensi dan Kemanfaatan

Menurut Soekartawi (1993), efisiensi diartikan sebagai upaya

penggunaan masukan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan pro-

duksi yang sebesar-besarnya.

Untuk mengetahui efisiensi usahatani, dapat diperhitungkan

dengan nilai ”R/C” ratio. “R/C” ratio merupakan perbandingan antara

total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar R/C ratio maka

akan semakin efisien usahatani tersebut dalam pengalokasian faktor-

faktor produksinya (Soekartawi, 2001).

Efisiensi produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang

dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Kalau efisi-

Page 30: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxix

ensi fisik ini kemudian kita nilai dengan uang maka kita sampai pada

efisiensi ekonomi. Apabila hasil bersih usahatani besar maka ini men-

cerminkan rasio yang baik dari nilai hasil biaya. Makin tinggi rasio ini

berarti usahatani makin efisien (Mubyarto, 1989).

Efisiensi ekonomis merupakan perbandingan antara hasil yang

diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam pengeluaran untuk

tenaga kerja, harus dihitung beberapa imbalan yang diterima dari se-

tiap HOK yang digunakan (Daniel, 2002).

Rasio B/C merupakan ukuran perbandingan antara hasil penju-

alan dengan biaya operasional. Dengan rasio B/C akan diperoleh ukur-

an kelayakan usaha. Bila nilai yang diperoleh lebih dari satu maka

usaha dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Namun bila kurang

dari satu maka usaha tersebut dikatakan tidak layak (Wordpress, 2008).

6. Penelitian Terdahulu

Menurut hasil penelitian Dwi Aprilia (2006) dengan judul “Anali-

sis Usahatani Padi Dengan Pupuk Organik Ditinjau Dari Segi Pening-

katan Pendapatan di Kabupaten Purworejo” dapat diketahui bahwa rata-

rata produktivitas usahatani padi organik (70,66 Ku/Ha/MT) lebih besar

daripada rata-rata produktivitas padi anorganik (56,49 Ku/Ha/MT). Rata-

rata biaya usahatani padi organik (Rp.4.236.009,02/Ha/MT) lebih tinggi

daripada biaya usahatani padi anorganik (Rp 2.964.478,08/Ha/MT), atau

30,02% lebih tinggi. Penerimaan usahatani padi organik (Rp

14.132.582,67/Ha/MT) lebih tinggi dibandingkan dengan penerimaan padi

anorganik (Rp 9.602.526,50/Ha/MT). Sedangkan pendapatan usahatani

padi organik (Rp 9.896.573,65/Ha/MT) lebih besar dibandingkan dengan

pendapatan padi anorganik (Rp 6.638.048,42/Ha/MT). Usahatani padi or-

ganik (R/C = 3,34) lebih efisien daripada usahatani padi anorganik (R/C=

3,24). Usahatani padi organik lebih memberikan kemanfaatan daripada

usahatani padi anorganik (B/C ratio sebesar 3,56).

Menurut hasil penelitian Irawati (2003), di Matesih Kabupaten

Karanganyar yang membandingkan padi organik dengan padi non organik

Page 31: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxx

dapat diketahui bahwa rata-rata produktivitas padi dengan pupuk organik

(72,34 Ku/Ha/MT) lebih tinggi daripada rata-rata produktivitas padi

dengan pupuk non organik (59,21 Ku/Ha/MT). Rata-rata biaya usahatani

padi organik (Rp 2.522.117,34/Ha /MT) lebih rendah daripada biaya

usahatani padi non organik (Rp 2.639.263,35/Ha/MT) atau 4,65 % lebih

rendah. Penerimaan padi organik (Rp 8.555.779,09/Ha/MT) lebih tinggi

dibandingkan dengan penerimaan padi non organik (Rp.7.941.214,53/Ha

/MT) atau 7,74 % lebih tinggi. Pendapatan usahatani padi organik (Rp

6.033.661,75/Ha/MT) lebih besar dibandingkan dengan pendapatan padi

non organik (Rp.5.301.951,17 /Ha/MT). Efisiensi usahatani padi organik

(R/C=3,39) lebih tinggi dibandingkan dengan efisiensi usahatani padi non

organik (R/C = 3,01). Usahatani padi organik lebih memberikan kemanfa-

atan daripada usahatani padi non organik (B/C ratio sebesar 6,25).

B. Kerangka Teori pendekatan Masalah

Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terda-

pat di suatu tempat yang diperlukan untuk produksi pertanian. Usahatani ha-

rus dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar seluruh bia-

ya yang telah dikeluarkan. Usahatani bertujuan untuk mendapatkan pendapat-

an bagi petani dalam pengelolaan lahannya. Dalam menyelanggarakan usaha-

tani, setiap petani berusaha agar hasil panennya tinggi sehingga menghasilkan

pendapatan yang dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Besarnya penda-

patan dari usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam

mengelola usahataninya.

Petani berusaha untuk meninimalkan biaya yang dikeluarkan dan me-

maksimalkan penerimaan yang diperolehnya dalam satu musim tanam terten-

tu untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya. Untuk menganalisis

pendapatan, diperlukan komponen pengeluaran yang menunjukkan biaya

yang dikeluarkan petani pada musim tertentu dan komponen penerimaan yang

menunjukkan nilai uang yang diterima petani dari penjualan produk usaha-

taninya tersebut.

Page 32: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxxi

Untuk mengetahui produktivitas padi dengan penerapan MPPBL dan padi tanpa penerapan MPPBL dihitung dengan cara membagi besarnya hasil produksi masing-masing usahatani padi dalam satu musim tanam dengan luas lahan garapan usahatani padi. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Produktivitas =Ha)1(garapanlahanLuas

(Ku/MT)tanammusimsatudalampadiproduksiHasil

Biaya usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya

mengusahakan. Biaya mengusahakan meliputi biaya alat-alat luar seperti bia-

ya pemenuhan bibit, pupuk, upah tenaga kerja luar, pajak, penyusutan dan

lain-lain yang ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri, yang diperhitung-

kan berdasarkan upah yang dibayarkan pada tenaga kerja luar.

Penerimaan merupakan nilai hasil usahatani yang diterima petani dari semua cabang usahatani yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, per-tukaran, atau penaksiran kembali. Dalam menaksir penerimaan usahatani ini semua komponen produk yang tidak dijual dinilai berdasarkan harga di tingkat petani.

Pendapatan usahatani dalam penelitian ini adalah Pendapatan bersih yang diperhitungkan dari penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya meng-usahakan. Dapat dirumuskan sebagai berikut :

PdU = PrU – BU = H x Y – BmU

Keterangan : PdU = Pendapatan usahatani (padi dengan penerapan MPPBL/tanpa pene-

rapan MPPBL) (Rp/Ha/MT) PrU = Penerimaan usahatani (padi dengan penerapan MPPBL/tanpa pene-

rapan MPPBL) (Rp/Ha/MT) BU = Biaya usahatani (padi dengan penerapan MPPBL/tanpa penerapan

MPPBL) (Rp/Ha/MT) H = Harga produksi (usahatani padi dengan penerapan MPPBL/tanpa pe-

nerapan MPPBL) (Rp) Y = Hasil produksi usahatani (padi dengan penerapan MPPBL/tanpa pe-

nerapan MPPBL) (Kg) BmU = Biaya mengusahakan usahatani (padi dengan penerapan MPPBL/

tanpa penerapan MPPBL) (Rp/Ha/MT) Pendapatan usahatani yang tinggi belum tentu memberikan efisiensi

usahatani yang tinggi pula. Maka untuk mengetahui efisiensi usahatani padi dengan penerapan MPPBL maupun tanpa penerapan MPPBL diperhitungkan dengan nilai R/C (Revenue Cost) ratio. Adapun R/C ratio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Page 33: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxxii

CR

RatioCR =

Keterangan :

R = Besarnya penerimaan usahatani padi dengan penerapan MPPBL

(Rp/Ha/MT).

C = Besarnya biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL (Rp/Ha/MT).

Kriteria :

R/C ratio ≤ 1, artinya usahatani padi dengan penerapan MPPBL tidak efisien

karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari hasil yang diterima.

R/C ratio > 1, artinya usahatani padi dengan penerapan MPPBL efisien karena

biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada hasil yang diterima.

Untuk mengetahui secara ekonomi usahatani manakah yang lebih layak untuk diusahakan antara usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan usaha-tani padi tanpa penerapan MPPBL digunakan analisis Increamental B/C Ratio. Increamental B/C Ratio ini merupakan perbandingan antara manfaat yang di-terima dengan biaya yang dikeluarkan. Increamental B/C Ratio dinyatakan dengan rumus :

ΔCΔB

=RatioB/CalIncreament

Keterangan :

=DB Selisih penerimaan usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan usa-

hatani padi tanpa penerapan MPPBL (Rp/Ha/MT).

=DC Selisih biaya usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan usahatani

tanpa penerapan MPPBL (Rp/Ha/MT).

Kriteria :

B/C > 1 Usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih memberikan tam-

bahan manfaat atau lebih menguntungkan.

B/C ≤ 1 Usahatani padi dengan penerapan MPPBL tidak memberikan man-

faat atau tidak menguntungkan.

Analisis statistika untuk menguji perbandingan pendapatan usahatani padi dengan penerapan MPPBL/tanpa penerapan MPPBL menggunakan uji t (t-test). Sebelum dilakukan uji t, dilakukan uji keragaman (uji-F) terlebih da-

hulu. Rumus uji keragaman (uji-F) tersebut adalah : 22

21

S

SFhitung =

Page 34: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxxiii

F tabel = f { a,(n-1),(n-2)}

Dimana :

S12 = Varian besar

S22 = Varian kecil

Besarnya S dapat dihitung dengan rumus :

( )1

1

2

-

-= å =

n

XXS

n

i i

Kriteria pengambilan keputusan :

a. Jika F hitung < F tabel (tingkat kepercayaan 95%, berarti dinyatakan

varians homogen). Jika n1 = n2 maka digunakan uji t-test dengan memakai

rumus polled varians atau separated varians dengan ketentuan dk = n1 +

n2 – 2. Dan jika n1 ≠ n2 maka digunakan rumus pooled varians.

b. Jika F hitung ≥ F tabel, berarti dinyatakan varian tidak homogen. Jika

n1=n2 maka digunakan uji t-test dengan memakai rumus polled varians

atau separated varians dengan ketentuan dk = n1 – 1 atau n2 – 1. Dan jika

n1 ≠ n2 maka digunakan rumus separated varians.

Pengujian dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 % atau α = 0,05 yang dapat

dihitung dengan rumus :

Ho : S1 = S2

Hi : S1 ≠ S2

Dengan kriteria pengujian :

a. Apabila F hit < F tab maka Hi ditolak, berarti variannya homogen.

b. Apabila F hit ≥ F tab maka Hi diterima, berarti variannya hereogen.

Rumus polled varians : ë û( ) ( )

( ) úû

ùêë

é+

-+-+-

-=

2121

222

211

21

112

11

nnnn

SdnSdn

XXhitungt

Rumus separated varians :

÷÷ø

öççè

æ+

-=

2

22

1

21

21

n

Sd

n

Sd

XXhitungt

Keterangan :

Page 35: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxxiv

1X = Rata-rata pendapatan pada usahatani padi dengan penerapan MPPB

(Rp/Ha/MT)

2X = Rata-rata pendapatan pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

(Rp/Ha/MT)

Sd12 = Varian pendapatan pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL

Sd22 = Varian pendapatan pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

n1 = Jumlah petani sampel usahatani padi dengan penerapan MPPBL

(orang)

n2 = Jumlah petani sampel usahatani padi tanpa penerapan MPPBL (orang).

(Sugiyono, 2001).

Hipotesis yang diajukan adalah :

Ho : m1 = m2

Hi : m1 ¹ m2

Dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis alternatif (Hi) diterima yang berarti

ada beda nyata. Jadi pendapatan usahatani padi dengan penerapan MPPBL

lebih tinggi daripada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL.

b. Jika t hitung ≤ t tabel, maka hipotesis alternatif (Hi) ditolak yang berarti

tidak ada perbedaan yang nyata. Jadi pendapatan usahatani padi dengan

penerapan MPPBL sama dengan pendapatan usahatani padi tanpa penera-

pan MPPBL.

C. Hipotesis

1. Produktivitas padi dengan penerapan MPPBL lebih tinggi daripada pro-

duktivitas padi tanpa penerapan MPPBL.

2. Usahatani padi dengan Model Pembangunan Pertanian Berbasis Lokal

(MPPBL) dapat meningkatkan pendapatan petani padi di Kabupaten

Boyolali.

Page 36: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxxv

3. Usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih efisien dan memberikan

kemanfaatan yang lebih besar daripada usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL.

D. Asumsi-Asumsi

1. Petani bertindak rasional dalam berusahatani, artinya petani selalu berusa-

ha untuk memperoleh pendapatan yang paling tinggi.

2. Variabel-variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini diabaikan

selama penelitian berlangsung.

3. Harga hasil produksi dan sarana produksi yang dimaksud dalam penelitian

disesuaikan dengan harga yang berlaku di daerah penelitian pada waktu

penelitian.

E. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dilakukan di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabu-

paten Boyolali pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL maupun usaha-

tani padi tanpa penerapan MPPBL untuk satu musim tanam yaitu pada musim

tanam 2008.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Usahatani padi dengan penerapan MPPBL adalah usahatani yang meng-

usahakan tanaman padi dengan menggunakan varietas pandan wangi atau

mentik pada lahan sawah dengan penggunaan pupuk organik yang berupa

pupuk kompos dan Bokashi, pengurangan dosis pupuk anorganik Urea,

TSP, dan Phonska sebesar 75 %, penggunaan pestisida organik Beviria se-

bagai bahan tambahan unsur hara dalam tanah yang diusahakan serta

penggunaan benih yang berasal dari usahatani padi petani sendiri.

2. Usahatani padi tanpa penerapan MPPBL adalah usahatani yang meng-

usahakan tanaman padi dengan menggunakan varietas IR64, Mbramo, atau

Ciherang pada lahan sawah dengan menggunakan pupuk anorganik (pupuk

dengan bahan kimia yang dibuat oleh pabrik), pestisida anorganik sebagai

bahan tambahan unsur hara dalam tanah yang diusahakan serta pengguna-

an benih yang berasal dari luar usahatani padi petani.

Page 37: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxxvi

3. Pestisida adalah semua zat kimia, bahan lain dan jasad renik yang diguna-

kan untuk memberantas hama penyakit, rerumputan, dan lain-lain yang

menggangu tanaman pokok.

4. Pestisida organik adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tum-

buhan maupun hewan yang digunakan untuk melawan atau mengendalikan

berbagai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman pokok.

5. Pupuk adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan

untuk menggantikan unsur hara yang habis terhisap tanaman dari tanah.

6. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup

(dekomposisi) oleh mikroorganisme pengurai yang dihitung dalam satuan

Kg dan dinilai dengan rupiah (Rp/Ha/MT). Misalnya pupuk kandang, pu-

puk kompos, pupuk hijau.

7. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan kimia yang

diproduksi oleh pabrik yang berkadar hara tinggi yang dihitung dalam

satuan Kg dan dinilai dengan rupiah (Rp/Ha/MT). Misalnya pupuk TSP,

KCl, Urea, SP-36.

8. Luas lahan adalah lahan yang digunakan dalam usahatani produksi padi

pada waktu dan luasan tertentu yang diukur dalam satuan hektar (Ha).

9. Benih adalah biji tanaman yang memiliki fungsi agronomis atau merupa-

kan komponen agronomi.

10. Benih padi mandiri adalah biji tanaman padi yang dipergunakan untuk

keperluan dan pengembangan usahatani padi dan berasal dari usahatani

padi yang diusahakan oleh petani itu sendiri.

11. Gabah kering giling adalah bulir tanaman padi yang telah dipisahkan dari

tangkainya dengan cara perontokan, selanjutnya dikeringkan dan siap un-

tuk digiling.

12. Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja yang digunakan dalam

proses usahatani padi baik itu tenaga kerja dalam maupun tenaga kerja

luar. Semua tenaga kerja tersebut dikonversikan dalam tenaga kerja pria

yang diukur dalam satuan kerja hari kerja pria (HKP). Nilai atau upah

tenaga kerja dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/HKP).

Page 38: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxxvii

13. Produktivitas padi adalah produksi padi yang dihasilkan pada satu musim

tanam (MT) (dalam bentuk gabah kering) per 1 hektar luas lahan garapan

yang digunakan, yang dinyatakan dalam satuan kuintal (Ku/Ha).

14. Biaya usahatani adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang di-

gunakan dalam proses produksi yang dapat diperkirakan besarnya dan

dapat diukur satuannya. Biaya yang dimaksud adalah biaya mengusahakan

yang meliputi biaya alat-alat luar seperti biaya pemenuhan bibit, pupuk,

upah tenaga kerja luar, pajak, penyusutan dan lain-lain yang ditambah

dengan upah tenaga kerja sendiri yang dinyatakan dalam satuan rupiah

(Rp/Ha/MT).

15. Penerimaan usahatani adalah nilai total hasil produksi yang berupa uang

yang diterima petani yang dihitung dengan mengalikan jumlah produksi

dengan harga jual produk per kilogram (Kg) yang dinyatakan dengan sa-

tuan rupiah (Rp/Ha/MT).

16. Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh petani dari hasil

perhitungan selisih antara total penerimaan petani dangan total biaya

mengusahakan yang dikeluarkan petani dalam kegiatan usahatani padi

dalam satu musim tanam yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Ha

/MT).

17. Efisiensi usahatani adalah perbandingan antara penerimaan usahatani padi

dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Digunakan untuk menghitung

apakah usahatani tersebut mengalami keuntungan atau kerugian dalam

pengelolaannya.

18. Pada penerapan usahatani padi MPPBL, peneliti merasa kesulitan untuk

mencari responden dengan kriteria yang ditetapkan, yaitu petani yang

mengusahakan usahatani padi dengan pengurangan pupuk anorganik sebe-

sar 75%. Maka yang dimaksud dengan petani responden usahatani padi

dengan penerapan MPPBL adalah petani padi yang menggunakan pupuk

organik dengan tambahan pupuk anorganik. Sedangkan yang dimaksud

dengan petani responden tanpa penerapan MPPBL adalah petani padi yang

manggunakan pupuk anorganik tanpa tambahan pupuk organik.

Page 39: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxxviii

METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode des-kriptif analitik, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemeca-han masalah aktual. Data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelas-kan, kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994).

Sedangkan teknik pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan meng-gunakan teknik survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu po-pulasi yang menggunakan kuisioner sebagai salah satu alat pengambil data po-kok (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Pemilihan Sampel

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Boyolali. Penentuan lokasi penelitian yang dijadikan daerah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu penentuan daerah sampel yang disengaja berdasarkan pertimbangan tertentu didasarkan pada ciri atau sifat yang sudah diketahui sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Desa Tawangsari yang terletak di Keca-matan Teras merupakan satu-satunya lokasi yang terdapat usahatani padi dengan penerapan MPPBL, maka dari itu Desa Tawangsari yang dijadikan sebagai lokasi penelitian.

2. Metode Pengambilan Sampel Responden

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), bila data dianalisis de-ngan statistik parametrik, maka jumlah sampel harus besar, karena nilai-nilai atau skor yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi nor-mal. Sampel yang tergolong sampel besar adalah sampel yang jumlahnya ≥ 30 kasus yang diambil secara random.

Kelompok tani Marsudimulyo beranggotakan 254 orang petani dimana 50 petani diantaranya telah mengusahakan usahatani padi dengan penerapan MPPBL. Dari anggota kelompok tani tersebut, sampel petani padi yang diambil dalam penelitian ini adalah petani padi dengan penerap-an MPPBL berjumlah 30 petani dan petani tanpa penerapan MPPBL ber-jumlah 30 petani. Sehingga jumlah keseluruhan responden berjumlah 60 petani padi dengan penerapan MPPBL/tanpa penerapan MPPBL.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling atau metode pengambilan sampel secara acak sederhana, yaitu sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan

24

Page 40: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xxxix

yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Pemilihan petani sampel, baik pe-tani padi dengan penerapan MPPBL maupun petani padi tanpa penerapan MPPBL dilakukan secara acak (random) dengan menggunakan cara peng-undian.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya maupun melalui observasi, yaitu melakukan penga-matan secara langsung terhadap obyek yang diteliti. Data yang diambil meliputi : karakteristik petani sampel, biaya-biaya usahatani, besarnya pro-duksi, dan penerimaan usahatani.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dengan cara mengutip laporan maupun dokumen lain dari lembaga atau instansi yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder ini diperoleh dengan cara pencatatan. Data sekunder meliputi : keadaan alam, keadaan penduduk, keadaan perekonomian, dan keadaan pertanian. Data sekunder diperoleh dari BPS dan Dinas-dinas yang terkait dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas ten-tang sistem pertanian padi dengan penerapan MPPBL terhadap peningkat-an pendapatan petani di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.

2. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara langsung kepada petani responden berdasarkan daf-tar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya.

3. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dari instansi atau lembaga yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui produktivitas padi dilakukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Page 41: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xl

Ha)1(garapanlahanLuas(Ku/MT)tanammusimsatudalampadiproduksiHasil

tasProduktivi =

(Hernanto, 1991)

2. Untuk mengetahui pendapatan usahatani padi menggunakan rumus :

PdU = PrU – BU

= H x Y - BmU

Keterangan :

PdU = Pendapatan usahatani (padi dengan penerapan MPPBL/tanpa pe-

nerapan MPPBL) (Rp/Ha/MT)

PrU = Penerimaan usahatani (padi dengan penerapan MPPBL/tanpa pe-

nerapan MPPBL) (Rp/Ha/MT)

BU = Biaya usahatani (padi dengan penerapan MPPBL/tanpa penerapan

MPPBL) (Rp/Ha/MT)

H = Harga produksi per kg (Rp)

Y = Hasil produksi (Kg)

BmU = Biaya mengusahakan usahatani (padi dengan penerapan MPPBL

/tanpa penerapan MPPBL) (Rp/Ha/MT)

(Hadisapoetra, 1973)

3. Untuk menilai efisiensi usahatani padi digunakan Revenue Cost Ratio. R/C

ratio dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan usahatani

dengan biaya usahatani. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai beri-

kut :

CR

RatioCR =

Keterangan :

R = Besarnya penerimaan usahatani padi dengan penerapan MPPBL atau

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL (Rp/Ha/MT)

C = Besarnya biaya yang dikeluarkan usahatani padi dengan penerapan

MPPBL atau usahatani padi tanpa penerapan MPPBL (Rp/Ha/MT)

Dengan kriteria sebagai berikut :

Page 42: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xli

R/C ratio ≤ 1, artinya usahatani padi dengan penerapan MPPBL tidak

efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih besar atau sama dengan

penerimaan yang diterima.

R/C ratio > 1, artinya usahatani padi dengan penerapan MPPBL efisien

karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada penerimaan

yang diterima.

(Soekartawi, 1995).

4. Untuk menilai kemanfaatan usahatani padi digunakan Increamental B/C

Ratio, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

CB

RatioCBalIncreamentDD

=/

Keterangan :

=DB Selisih penerimaan usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL (Rp/Ha/MT).

=DC Selisih biaya usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan usaha-tani padi tanpa penerapan MPPBL (Rp/Ha/MT).

Kriteria : B/C > 1 Usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih memberikan

kemanfaatan daripada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. B/C ≤ 1 Usahatani padi dengan penerapan MPPBL tidak memberikan

kemanfaatan daripada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. (Sutrisno, 1983).

5. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka dilakukan uji komparasi

dengan menggunakan uji t (t-test) pada tingkat kepercayaan 95%. Namun

sebelum uji t dilakukan, perlu dilakukan uji homogenitas/kesamaan

varians terlebih dahulu yaitu dengan uji Fhitung dapat diketahui dengan

rumus :

22

21

S

SFhitung = atau F hit =

terkecilterbesar

varvar

F tabel = f { a,(n-1),(n-2)}

Dimana :

S12 = Varian terbesar

S22 = Varian terkecil

Sedangkan besarnya S dapat dihitung dengan rumus :

Page 43: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xlii

( )1

2

-

-=å=

n

XXiS

n

ti

Kriteria pengambilan keputusan :

c. Jika F hitung < F tabel (tingkat kepercayaan 95 %), berarti dinyatakan

varian homogen. Jika n1 = n2 maka digunakan uji t-test dengan me-

makai rumus polled varians atau separated varians dengan ketentuan

dk = n1 + n2 – 2. Dan jika n1 ≠ n2 maka digunakan rumus pooled

varians.

d. Jika F hitung ≥ F tabel, berarti dinyatakan varian tidak homogen. Jika

n1=n2 maka digunakan uji t-test dengan memakai rumus polled varians

atau separated varians dengan ketentuan dk = n1 – 1 atau n2 – 1. Dan

jika n1 ≠ n2 maka digunakan rumus separated varians

Pengujian dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 % atau α = 0,05 yang

dapat dihitung dengan rumus :

Ho : S1 = S2

Hi : S1 ≠ S2

Dengan kriteria pengujian :

c. Apabila F hit < F tab maka Hi ditolak, berarti variannya homogen

d. Apabila F hit ≥ F tab maka Hi diterima, berarti variannya heterogen

Rumus polled varians : t hitung =( ) ( )

( ) ÷÷ø

öççè

æ+

-+-+-

-

2121

222

211

21

112

11nnnn

SnSn

xx

Rumus separated varians :

÷÷ø

öççè

æ+

-=

2

22

1

21

21

n

Sd

n

Sd

XXhitungt

Keterangan :

1X = Rata-rata pendapatan pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL (Rp/Ha/MT)

Page 44: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xliii

2X = Rata-rata pendapatan pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

(Rp/Ha/MT)

Sd12 = Varian pendapatan pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL

Sd22 = Varian pendapatan pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

n1 = Jumlah petani sampel usahatani padi dengan penerapan MPPBL

(orang).

n2 = Jumlah petani sampel usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

(orang).

Hipotesis yang diajukan adalah :

Ho : m1 = m2

Hi : m1 ¹ m2

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

a. Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis alternatif (Hi) diterima yang ber-

arti ada beda nyata. Jadi pendapatan usahatani padi dengan penerapan

MPPBL lebih tinggi daripada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL.

b. Jika t hitung ≤ t tabel, maka hipotesis alternatif (Hi) ditolak yang ber-

arti tidak ada perbedaan yang nyata. Jadi pendapatan usahatani padi

dengan penerapan MPPBL sama dengan pendapatan usahatani padi

tanpa penerapan MPPBL (Sugiyono, 2001).

Page 45: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xliv

IV. KEADAAN UMUM DAERAH

A. Keadaan Geografi

1. Letak dan Batas Wilayah

Secara administratif Kabupaten Boyolali terdiri 19 Kecamatan, 267

Desa/Kelurahan dan 890 Dusun. Secara astronomis, Kabupaten Boyolali

terletak antara 7o 9’ 00”− 7 o 36’36” LS dan 110 o 23’ 24” – 110 o 51” 00”

BT dengan jarak bentang Barat hingga Timur 48 Km dan Utara hingga

Selatan 54 Km. Kabupaten Boyolali mempunyai luas 101.510,1955 Ha

dengan ketinggian 75–1500 m dpl. Wilayah Kabupaten Boyolali dibatasi

oleh :

Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan

Sebelah Selatan : Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten

Karanganyar

Sebelah Barat : Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang

Sebelah Timur : Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kotamadya

Surakarta

Kecamatan Teras terdiri dari 13 Desa yang terletak antara 110o 22’–

110o 50’ BT dan 7o 36’ dengan luas wilayah 2,993.6276 Ha terletak pada

ketinggian + 75 – 400 m dpl.

Dengan batas-batas wilayah Kecamatan Teras adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Sambi dan Kabupaten Semarang

Sebelah Selatan : Kecamatan Sawit dan Kabupaten Klaten

Sebelah Barat : Kecamatan Mojosongo

Sebelah Timur : Kecamatan Banyudono dan Kecamatan Sawit

Desa Tawangsari sebagai daerah sampel penelitian merupakan salah

satu desa yang terletak di Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Desa

Tawangsari memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Krasak dan Desa Dlingo

Sebelah Selatan : Desa Mojolegi

31

Page 46: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xlv

Sebelah Barat : Desa Brajan

Sebelah timur : Desa Gumukrejo

2. Topografi Daerah

Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang

didasarkan pada ketinggian tempat. Pembagian lahan menurut ketinggian

tempat (topografi) sering dikategorikan sebagai lahan dataran pantai, data-

ran rendah, dan dataran tinggi. Pembagian klasifikasi ini menggambarkan

macam usaha pertanian yang diusahakan penduduk (Soekartawi, 1993).

Keadaan Topografi dapat ditunjukkan pada ketinggian suatu wila-

yah di atas permukaan laut (dpl). Ketinggian tempat di Kabupaten Boyo-

lali sangat bervariasi. Kabupaten Boyolali ± 2/5 daerahnya berupa dataran

sedang yang terletak pada Selatan dan Timur dengan ketinggian antara

75−400 m dpl, tempat kegiatan pertanian intensif berada. Sedangkan ± 3/5

daerahnya berupa pegunungan yang terletak pada bagian Barat dan Utara

dengan ketinggian antara 400−1500 m dpl. Daerah Kabupaten Boyolali

mempunyai iklim tropis basah. Berdasarkan jenis tanah, jenis tanah di

Kabupaten Boyolali bervariasi antara lain tanah litosol warna kelabu dan

coklat, tanah regosol warna coklat dan kelabu, tanah grumosol warna

kelabu tua, tanah mediteran warna coklat tua, dan tanah andosol warna

coklat dan kelabu tua. Pada lahan andosol biasanya berlereng sehingga

padi ditanam pada lereng yang diteras dan kadang-kadang sangat curam.

Wilayah Kecamatan Teras termasuk dalam dataran rendah dengan

ketinggian tempat rata-rata 156 m dpl. Suhu daerah ini berkisar antara

26oC–31oC. Jenis tanah di Kecamatan Teras sebagian besar mediteran

coklat tua atau lempung dan tanah regosol. Menurut Harjowinego (2005),

tanah regosol termasuk jenis tanah aluvial dimana bahan dasar tanah

regosol berasal dari batuan vulkanik dan endapan abu vulkanik dari letu-

san gunung berapi. Oleh karena itu tanah regosol termasuk tanah yang

subur dan cocok untuk dijadikan areal persawahan. Sedangkan tanah me-

diteran biasanya dapat dijumpai pada kaki lereng gunung. Tanah medite-

Page 47: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xlvi

ran sebagian besar mengandung unsur kapur, berguna untuk mencegah ke-

asaman pada tanah, sehingga baik digunakan sebagai lahan persawahan.

Desa Tawangsari termasuk dalam dataran rendah yang terletak pada

ketinggian + 200 m dpl dengan rata-rata suhu minimum 25oC dan rata-rata

suhu maksimum 36oC. Komoditi utama yang dihasilkan oleh masyarakat

di Desa Tawangsari adalah padi, karena sebagian besar wilayahnya dita-

nami padi sawah.

Daerah yang cocok untuk budidaya tanaman padi adalah daerah

dengan ketinggian antara 0−650 meter di atas permukaan laut dan suhu

antara 26,5oC−22,5oC (Siregar, 1981). Oleh karena itu Desa Tawangsari

merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan tanaman padi,

terutama padi sawah.

3. Keadaan Iklim

Keadaan iklim suatu daerah dapat ditentukan atas dasar jumlah hari

hujan, jumlah curah hujan, rata-rata bulan kering, rata-rata bulan basah,

ketinggian tempat dari permukaan laut, dan suhu udara.

Tipe iklim di Desa Tawangsari yang termasuk di Kecamatan Teras

diketahui dengan menggunakan perhitungan berdasarkan metode Schmit-

Ferguson, yaitu dengan cara membagi iklim berdasarkan jumlah bulan

kering (BK) dengan bulan basah (BB) dari data curah hujan selama 10

tahun terakhir, yaitu sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2007. Dari ha-

sil penghitungan pada Lampiran 31, diperoleh nilai Q sebesar 87,5 %. Hal

ini menunjukkan bahwa Kecamatan Teras memiliki tipe iklim D, yaitu

daerah bertipe iklim sedang (60≤Q<100). Tanaman padi dapat tumbuh di

berbagai tempat karena dapat dengan mudah menyesuaikan dengan ling-

kungannya (AAK, 1990), sehingga usahatani padi tentunya juga dapat di-

kembangkan di daerah ini, khususnya di Desa Tawangsari.

4. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan

Luas daerah dan tata guna lahan di Kabupaten Boyolali, Kecamatan

Teras, dan Desa Tawangsari dapat dijelaskan dalam Tabel 1. berikut ini :

Page 48: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xlvii

Tabel 1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Boyolali, Kecamatan Teras, dan Desa Tawangsari Tahun 2007

Kabupaten Boyolali Kecamatan Teras Desa

Tawangsari

No. Luas Wilayah Luas (Ha) %

Luas (Ha)

%

Luas (Ha) %

1. Lahan Sawah 22.946,75 22,61 1.427,53 47,31 130,28 50,55 a. Irigasi teknis 4.935,35 4,86 653,18 21,65 21,20 8,24 b. Irigasi setengah teknis 4.876,11 4,80 583,81 19,35 13,80 5,35 c. Irigasi sederhana 2.646,42 2,61 133,26 4,42 95,28 36,97

d. Tadah hujan/

sawah rendengan 10.488,88 10,33 57,29 1,90 0,00 0,00 e. lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Lahan Kering 78.563,54 77,39 1.589,98 52,69 127,46 49,45 a. Pekarangan/bangunan 25.028,98 24,66 826,36 27,39 91,36 35,45 b. Tegal/kebun 30.616,12 30,16 522,28 17,31 21,95 8,54 c. Ladang/tanah huma 1.114,21 1,10 227,57 7,54 0,00 0,00

d. ladang pengembalaan/

pangonan 983,33 0,97 0,00 0,00 0,00 0,00 e. Tambak 805,47 0,79 0,00 0,00 0,00 0,00 f. Hutan Negara 14.633,50 14,42 0,00 0,00 0,00 0,00 g. lainnya 5.381,93 5,30 13,78 0,46 14,15 5,49

Jumlah 101.510,29 100,00 3.017,51 100,00 257,74 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali Dalam Angka 2007

Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas di

Kabupaten Boyolali berupa lahan kering yang mencapai 78.563,54 Ha atau

sebesar 77,39 % dimana sebagian besar lahan kering tersebut berupa tegal

atau kebun. Sedangkan penggunaan lahan terluas di Kecamatan Teras juga

berupa lahan kering yaitu sebesar 1.589,98 Ha atau 52,69 % yang sebagian

besar digunakan sebagai pekarangan maupun bangunan. Walaupun luas

lahan sawah di Kecamatan Teras lebih kecil daripada lahan kering, akan

tetapi lahan sawah tersebut telah dimanfaatkan dengan baik. Hal tersebut

dapat dilihat dari sebagian besar lahan sawahnya sudah beririgasi secara

teknis dengan presentase sebesar 21,65 % dari lahan sawah yang dimiliki

di Kecamatan Teras. Luas lahan sawah yang sebagian besar telah beririga-

si ini menunjukkan bahwa Kecamatan Teras berpotensi untuk pengem-

bangan usahatani padi di Kabupaten Boyolali. Di desa Tawangsari lahan

Page 49: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xlviii

terluas berupa lahan sawah yaitu sebesar 130,28 Ha atau 50,55 % dari luas

wilayahnya. Sebagian besar lahan sawah tersebut berupa sawah dengan

irigasi sederhana. Sedangkan pada lahan kering sebagian besar wilayah di

desa Tawangsari digunakan sebagai pekarangan atau bangunan yang sebe-

sar 91,36 Ha atau sebesar 35,45 % dari laus wilayahnya.

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur

Keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dijelaskan dalam

Tabel 2. berikut ini :

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Boyolali, Kecamatan Teras dan Desa Tawangsari Tahun 2007

Kabupaten Boyolali Kecamatan Teras Desa Tawangsari

No. Golongan Umur Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. 0-14 tahun 235.213 24,91 11.183 24,92 768 24,98 2. 15-64 tahun 634.772 67,23 30.163 67,23 2.064 67,14 3. 65 tahun keatas 74.196 7,86 3.522 7,85 242 7,87

Jumlah 944.181 100,00 44.868 100,00 3074 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali dan Kecamatan Teras Dalam Angka 2007

Dari Tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Boyolali

jumlah golongan umur terbanyak adalah 15–64 tahun atau golongan umur

produktif sebanyak 634.772 orang atau 67,23 % dari jumlah penduduk

keseluruhan di Kabupaten Boyolali. Sedangkan golongan umur non pro-

duktif untuk umur 0–14 tahun di Kabupaten Boyolali berjumlah 235.213

orang atau 24,91 % dan untuk umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun

berjumlah 74.196 orang atau 7,86 % dari jumlah penduduk keseluruhan di

Kabupaten Boyolali.

Sedangkan di Kecamatan Teras, jumlah golongan umur terbanyak

adalah 15−64 tahun atau golongan umur produktif sebanyak 30.163 orang

atau sebesar 67,23 %. Untuk golongan umur non produktif, yaitu umur 0-4

tahun sebanyak 11.183 orang atau 24,92 % dan umur lebih dari atau sama

dengan 65 tahun sebanyak 3.522 orang atau 7,85 %.

Page 50: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xlix

Jumlah golongan umur terbanyak di Desa Tawangsari adalah umur

antara 15–64 tahun atau golongan umur produktif sebanyak 2.064 orang

atau sebesar 67,14 %. Untuk golongan umur non produktif, yaitu umur 0–

14 tahun sebanyak 768 orang atau 24,98 % Sebagian besar penduduk di Kabupaten Boyolali, Kecamatan Teras maupun di Desa Tawangsari termasuk usia

produktif. Pada penduduk usia produktif, masih dimungkinkan adanya keinginan untuk meningkatan ke-trampilan,

kemampuan dan menambah pengetahuan dalam mengelola usa-hataninya serta penyerapan teknologi baru untuk

memajukan usahatani-nya, terutama usahatani padi sawah. Usahatani padi sawah merupakan ke-giatan usahatani yang

dilakukan oleh sebagian besar petani. Dengan me-ningkatnya ketrampilan dan pengetahuan karena petani telah

menerapkan teknologi baru dengan tepat, maka diharapkan dapat meningkatkan pro-duktivitas padi sehingga dapat

meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Dari data pada Tabel 2. di atas dapat digunakan untuk menentukan

Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio (rasio ketergantungan

atau beban tanggungan), yaitu suatu bilangan yang menunjukkan perban-

dingan usia non produktif dengan usia produktif. Dari hasil perhitungan

pada Lampiran 32, diperoleh nilai Dependency Ratio di Kabupaten

Boyolali sebesar 48,74 % yang berarti setiap 100 orang usia produktif me-

nanggung 49 orang usia non produktif. Nilai Dependency Ratio di

Kecamatan Teras adalah sebesar 48,85 %, artinya bahwa setiap 100 orang

penduduk usia produktif menanggung 49 orang usia non produktif.

Sedangkan nilai Dependency Ratio di Desa Tawangsari adalah sebesar

48,93 %, hal tersebut berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia pro-

duktif menanggung 49 orang usia non produktif.

Sebagian besar penduduk memiliki matapencaharian sebagai peta-

ni. Besarnya angka beban tanggungan tentunya akan berpengaruh secara

tidak langsung terhadap pendapatan petani. Jika produktivitas padi me-

ningkat, namun peningkatan tersebut belum tentu dapat meningkatkan ke-

sejahteraan keluarga petani karena besarnya angka beban tanggungan

tersebut.

2. Keadaan Penduduk Menurut Pencaharian

Keadaan penduduk menurut matapencaharian di Kabupaten Boyo-

ali dan Kecamatan Teras dapat dijelaskan dalam Tabel 3. berikut :

Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Matapencaharian di Kabupaten Boyolali dan Kecamatan Teras Tahun 2007

Page 51: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

l

Kabupaten Boyolali

Kecamatan

Teras

No

Bidang Lapangan Usaha Jiwa % Jiwa %

1. Pertanian 237.746 46,65 10.268 48,24 2. Pengusaha 3.122 0,61 15 0,08 3. Industri 82.434 16,18 50 0,23 4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 16.240 3,19 829 3,89 5. Peternakan 31.428 6,17 4.861 22,84 6. Perdagangan 91.924 18,04 1.067 5,01 7. Pengangkutan 3.096 0,61 201 0,94 8. ABRI 344 0,07 165 0,77 9. Pensiunan 370 0,07 249 1,17 10. Jasa-jasa (buruh) 42.898 8,42 3.582 16,83 Jumlah 509.602 100,00 21.287 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali dan Data Monografi Kecamatan Teras Dalam Angka 2007

Berdasarkan Tabel 3. di atas dapat diketahui bahwa bidang mata

pencaharian pertanian menempati urutan pertama di Kabupaten Boyolali

yaitu sebesar 46,65 %, sedangkan di Kecamatan Teras sebesar 48,24 %.

Hal ini berarti sebagian besar penduduk di Kabupaten Boyolali dan Keca-

matan Teras menggantungkan hidupnya di bidang pertanian sebagai peta-

ni, dan buruh tani walaupun matapencaharian ini penuh dengan risiko dan

ketidakpastian.

Matapencaharian di bidang pertanian umumnya sebagai petani dan

buruh tani dan dilakukan secara turun temurun. Selain itu iklim dan lahan

pertanian turut mendukung tetap berlangsungnya kegiatan bercocok ta-

nam, dimana sebagian besar petani mengusahakan padi pada lahan mere-

ka, terutama padi sawah. Hasil dari usahatani padi sawah yang dilakukan

ini dijual setelah terpenuhinya kebutuhan pokok sehari-hari petani dan

keluarganya, yaitu kebutuhan akan beras sebagai bahan makanan.

C. Keadaan Pertanian

Desa Tawangsari yang terletak di Kecamatan Teras, Kabupaten Boyo-

lali merupakan daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian dilihat dari

luasnya lahan yang digunakan untuk sektor pertanian. Dilihat dari penduduk-

Page 52: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

li

nya, penduduk daerah ini juga masih mengandalkan sektor pertanian dengan

matapencahariannya sebagai petani maupun buruh tani.

Rata-rata luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman pangan di

Kabupaten Boyolali dan Kecamatan Teras Tahun 2003 − 2007 dapat dijelas-

kan dalam Tabel 4. berikut ini :

Tabel 4. Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Boyolali dan Kecamatan Teras Tahun 2003 - 2007

Kabupaten Boyolali Kecamatan Teras

No. Uraian

Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Ton/Ha)

Produksi (Ton)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Ton/Ha)

Produksi (Ton)

1. Padi 38.903,80 5,654 219.953,20 2.667,8 5,662 15.104,602. Jagung 25.911,20 4,688 121.466,80 868,0 5,858 5.084,603. Ketela Pohon 8.582,20 17,726 152.130,60 153,4 17,707 2.716,204. Kacang Tanah 5.583,00 1,548 8.641,00 18,4 1,569 28,875. Sayuran 7.290,40 8,149 59.406,76 78,4 4,191 328,60

Sumber : Analisis Data dari BPS Kabupaten Boyolali dan Data Monografi Kecamatan Teras Dalam Angka 2003 – 2007

Dari Tabel 4. di atas dapat kita ketahui bahwa di Kabupaten Boyolali

dan Kecamatan Teras, padi merupakan tanaman yang memiliki luas panen

terbesar dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Padi merupakan

komoditas utama yang ditanam terutama pada lahan sawah. Hal ini dikarena-

kan padi merupakan bahan penghasil beras sebagai bahan makanan pokok

penduduk setiap harinya. Selain dikonsumsi oleh petani dan keluarganya, hasil

panen usahatani padi sawah ini juga dijual agar memperoleh pendapatan bagi

keluarga petani.

Rata-rata produktivitas padi di Kecamatan Teras lebih besar daripada di

Kabupaten Boyolali. Hal ini dikarenakan bahwa topografi dan cuaca di

Kecamatan Teras sangat mendukung digunakan sebagai lahan untuk persawa-

han. Selain itu Kecamatan Teras yang terletak di kaki gunung Merapi memili-

ki tanah yang sangat subur sehingga para petani memilih untuk mengusahakan

tanaman padi di daerah tersebut. Dengan kondisi alam yang mendukung, maka

diharapkan produktivitas padi juga tinggi di Kecamatan Teras khususnya di

Page 53: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lii

Desa Tawangsari, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pen-

duduk Kabupaten Boyolali dan sekitarnya.

Desa Tawangsari merupakan salah satu daerah penghasil komoditas

padi di Kabupaten Boyolali. Untuk meningkatkan potensi pembangunan perta-

nian di Desa Tawangsari, maka para petani membentuk suatu kelompok tani

yang bernama kelompok tani Marsudimulyo. Jumlah anggota kelompok tani

Marsudimulyo sebanyak 254 orang petani. Dari 254 anggota kelompok tani

tersebut, 50 orang petani telah mengusahakan usahatani padi dengan pene-

rapan MPPBL. Dalam kelompok tani tersebut dibentuk suatu susunan organi-

sasi yang bertujuan untuk mengelola produksi pertanian di Desa Tawangsari

khususnya pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL. Struktur organisasi

tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Struktur Organisasi Kelompok Tani Marsudimulyo

Wakil : Sumanto

Bendahara : 1. Untung S. 2. Suroso

Seksi Usaha Saprotan : 1. Suparmo 2. Mualip 3. Sugeng W.

Ketua : Ragil Edy. D.

Sekertaris : 1. Sriyono 2. Rubadi

Seksi Unit Usahatani : 1. Zumeri 2. Jumari 3. Harjono 4. Saiman

Seksi Unit Pemasaran : 1. Drs. Sunaedi 2. Wiyono

Gambar 1. Struktur Orgasinasi Kelompok Tani Marsudimulyo

Page 54: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

liii

V. ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan

MPPBL

Usahatani padi sawah merupakan usahatani yang telah lama di usaha-

kan di Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali khususnya di Desa Tawangsari

walaupun terdapat banyak kendala yang dihadapi dalam mengusahakannya.

Seperti halnya pada padi sawah lainnya, kendala yang dihadapi di Desa

Tawangsari antara lain serangan hama dan penyakit tanaman, serta fluktuasi

harga jual hasil panen yang berupa gabah kering. Apabila kendala hama dan

penyakit tanaman muncul, petani masih dapat melakukan pencegahan maupun

penanggulangan dengan cara pemberian pestisida. Namun apabila kendala

yang dihadapi petani berupa fluktuasi harga jual hasil panen (gabah kering),

petani tidak dapat menentukan harga gabah yang akan dijual karena yang

menentukan harga gabah adalah pembeli atau penebas. Dengan berbagai ken-

dala yang dihadapi petani dalam mengusahakan padi sawah tersebut, petani

masih tetap mengusahakan tanaman padi karena padi adalah bahan penghasil

beras yang merupakan bahan pangan untuk dikonsumsi penduduk setiap hari-

nya, selain itu sebagian besar penduduk di Desa Tawangsari bermatapencaha-

rian sebagai petani padi.

Upaya peningkatan pendapatan padi sawah senantiasa dilakukan, akan

tetapi ada beberapa petani yang merasakan bahwa produksi padi semakin lama

semakin menurun. Penurunan produksi tersebut disebabkan antara lain oleh

penurunan kesuburan tanah karena penggunaan pupuk dan pestisida non

organik yang semakin tinggi, serta perilaku petani yang kurang memanfaatkan

potensi alam seperti jerami dan kotoran ternak sapi sebagai bahan pupuk

alami. Hal inilah yang melatar belakangi beberapa petani untuk menerapkan

usahatani padi dengan menggunakan pupuk dan pestisida alami. Selain itu

petani juga mendapatkan motivasi untuk mengusahakan padi sawah dengan

40

Page 55: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

liv

menggunakan pupuk dan pestisida organik karena harga jual beras tersebut

yang relatif lebih mahal daripada harga jual beras padi konvensional.

Dalam mengusahakan padi sawah dengan menggunakan pupuk dan

pestisida organik ini, para petani yang tergabung dalam kelompok tani Marsu-

dimulyo secara mandiri mengupayakan untuk mengembangkan padi sawah

dengan menggunakan pupuk dan pestisida organik serta pengurangan dosis

dan jenis pada pupuk anorganik. Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui lem-

baganya melakukan pendekatan secara interpersonal kepada kelompok tani

Marsudimulyo untuk mengembangkan padi dengan menggunakan pupuk dan

pestisida organik serta pengurangan dosis pada pupuk anorganik. Dari pende-

katan secara interpersonal tersebut, petani mendapatkan pengetahuan tentang

budidaya padi dengan pupuk organik sampai dengan pengelolaan pasca panen

serta pemasarannya. Setelah itu petani dibiarkan secara mandiri dalam penga-

daan benih, pupuk maupun pestisida organik untuk memenuhi kebutuhan sap-

rodi usahataninya. Oleh karena dalam pengusahaan benih dan pupuk berasal

dari petani itu sendiri, maka pemerintah Kabupaten Boyolali menyebutnya

dengan penerapan usahatani Model Pembangunan Pertanian Berbasis Lokal

(MPPBL). Untuk pemasarannya, kelompok tani Marsudimulyo mendirikan se-

buah KUD yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan benih, pupuk serta ber-

peran sebagai distributor pemasaran padi dengan penerapan MPPBL yang

dihasilkannya. Sasaran pemasaran dari usahatani padi dengan penerapan

MPPBL ini untuk sementara masih di daerah lokal dan kota-kota di sekitar

Kabupaten Boyolali. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya agen-agen pe-

nyalur untuk pemasaran beras dengan penerapan MPPBL.

Usahatani padi dengan penerapan MPPBL di Desa Tawangsari pada

awalnya masih kurang diminati oleh petani, karena budidayanya dianggap ku-

rang praktis dan membutuhkan lebih banyak biaya usahatani. Akan tetapi

setelah beberapa lama diusahakan, petani dengan penerapan MPPBL meng-

anggap bahwa lahan yang dibudidayakan lebih subur karena unsur hara yang

terkandung di dalamnya dapat terjaga. Setelah itu banyak petani yang meng-

usahakan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL mulai beralih ke usahatani

Page 56: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lv

padi dengan penerapan MPPBL, sehingga petani padi dengan penerapan

MPPBL mulai bertambah jumlahnya.

Dalam budidaya padi sawah dengan penerapan MPPBL ini, petani

menggunakan varietas alami atau lokal, bukan merupakan padi hibrida yang

diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Hal ini dikarenakan pada

umumnya padi hibrida hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal bila

disertai dengan aplikasi pupuk kimia dalam jumlah banyak. Sedangkan varie-

tas alami tidak menuntut penggunaan pupuk kimia. Varietas padi sawah yang

dibudidayakan dengan penerapan MPPBL antara lain pandan wangi dan men-

tik. Sedangkan varietas padi sawah yang digunakan dalam pembudidayaan

tanpa penerapan MPPBL adalah IR64, Mbramo, dan Ciherang.

Petani melakukan pergantian varietas dalam tiap musim tanamnya. Hal

ini ditujukan agar unsur hara yang terkandung dalam tanah dapat terus terjaga

selain untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang sama pada tiap

jenis varietas. Kebanyakan petani memperoleh benih dengan cara membeli

benih di KUD kelompok tani Marsudimulyo atau toko saprodi terdekat. Akan

tetapi sebagian petani sampel juga memperoleh benih padi dengan menyisakan

dari hasil panen yang lalu.

Cara bertanam padi dengan penerapan MPPBL pada dasarnya tidak

jauh berbeda dengan bertanam padi tanpa penerapan MPPBL. Perbedaannya

hanya pada pemilihan varietas dan perlakuan tanaman terhadap penggunaan

pupuk dasar dengan memilih varietas non hibrida dan pupuk yang berasal dari

alam. Macam pupuk organik yang digunakan dalam usahatani padi dengan

penerapan MPPBL antara lain pupuk kompos dan Bokashi. Sedangkan pupuk

anorganik yang masih digunakan adalah pupuk Urea. Pengendalian hama pe-

nyakit juga menggunakan pestisida alami. Pada usahatani padi tanpa penerap-

an MPPBL pupuk anorganik yang digunakan antara lain pupuk Urea, TSP,

dan Phonska. Sedangkan pestisida yang digunakan adalah Fastac dan Furadan.

Kegiatan budidaya padi dengan penerapan MPPBL juga sama dengan

budidaya padi tanpa penerapan MPPBL. Kegiatan budidaya padi tersebut an-

tara lain seperti pengolahan tanah, penyemaian, penanaman, pemupukan, pe-

Page 57: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lvi

nyiangan, pengendalian hama, pengolahan air, sampai dengan pemanenan dan

pengangkutan.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel merupakan gambaran secara umum tentang

keadaan dan latar belakang petani sampel yang berkaitan sekaligus berpeng-

aruh terhadap kegiatannya dalam berusahatani padi dengan penerapan MPPBL

maupun tanpa penerapan MPPBL. Hal ini meliputi luas lahan yang diusaha-

kan, umur petani, pendidikan petani, jumlah anggota keluarga petani, jumlah

keluarga yang aktif dalam usahatani, serta pengalaman petani dalam budidaya

padi. Karakteristik petani pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan

petani pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL di Desa Tawangsari,

Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dapat dijelaskan pada Tabel 5. berikut

ini :

Tabel 5. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL

No.

Uraian

Padi dengan Penerapan MPPBL

Padi tanpa Penerapan MPPBL

1. Jumlah petani responden (orang) 30 30 2. Rata-rata umur petani (th) 43 45 3. Rata-rata pendidikan petani (th) 9 9 4. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani

(orang) 5

5

5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani padi sawah (orang)

2

2

6. Rata-rata prosentase jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani (%)

38,12 36,09

7. Rata-rata luas lahan sawah yang digarap (m2) 3.800 3.383,33 8. Rata-rata pengalaman dalam usahatani padi

sawah (th) 20

16

9. Rata-rata pengalaman dalam usahatani padi dengan pupuk organik (th)

3 0

Sumber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 5. di atas dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani res-

ponden dengan penerapan MPPBL dan tanpa penerapan MPPBL masih terma-

suk dalam golongan penduduk usia produktif. Pada penduduk usia produktif,

masih dimungkinkan adanya keinginan untuk meningkatan ketrampilan, ke-

Page 58: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lvii

mampuan dan menambah pengetahuan dalam mengelola usahataninya serta

lebih mudah dalam penyerapan teknologi baru untuk memajukan usahatani-

nya, terutama usahatani padi sawah. Rata-rata pendidikan petani responden

yang mengusahakan padi dengan penerapan MPPBL maupun tanpa penerapan

MPPBL adalah sekitar 9 tahun.

Rata-rata jumlah anggota keluarga petani responden yang mengusaha-

kan padi dengan penerapan MPPBL maupun tanpa penerapan MPPBL adalah

berjumlah 5 orang. Sedangkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif

dalam usahatani padi sawah dengan penerapan MPPBL maupun tanpa pene-

rapan MPPBL sama yaitu dua orang. Rata-rata prosentase jumlah anggota

keluarga yang aktif dalam usahatani padi dengan penerapan MPPBL sebesar

38,12 %. Sedangkan prosentase jumlah anggota keluarga yang aktif dalam

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL sebesar 36,09 %.

Rata-rata luas sawah yang digarap petani padi responden yang meng-

usahakan padi dengan penerapan MPPBL yaitu seluas 3.800 m2. Sedangkan

rata-rata luas sawah yang digarap petani padi responden yang mengusahakan

padi tanpa penerapan MPPBL yaitu seluas 3.383,33 m2. Rata-rata pengalaman

berusahatani padi sawah untuk petani padi dengan penerapan MPPBL (+ 20

tahun), lebih lama dibandingkan dengan petani padi tanpa penerapan MPPBL

(+ 16 tahun). Semakin lama dalam berusahatani maka akan semakin bertam-

bah pula pengalaman dan pengetahuan petani untuk memperoleh pendapatan

yang lebih tinggi. Sedangkan rata-rata pengalaman petani dalam berusahatani

padi dengan penerapan MPPBL adalah sekitar 3 tahun.

Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja

Salah satu ciri usahatani padi dengan penerapan MPPBL adalah peng-

gunaan sarana produksi benih secara mandiri dalam pengusahaannya. Seba-

gian besar petani dengan penerapan MPPBL memperoleh benih dengan cara

membeli di KUD kelompok tani Marsudimulyo, akan tetapi ada sebagian peta-

ni memperoleh benih dengan menyisakan sebagian dari panen kemarin dan

sisanya membeli di KUD kelompok tani Marsudimulyo. Sarana produksi lain

yang digunakan adalah pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan antara

Page 59: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lviii

lain pupuk kompos yang terbuat dari jerami dan pupuk Bokashi. Sedangkan

pupuk anorganik yang ditambahkan adalah pupuk Urea. Untuk pengendalian

hama dan penyakit tanaman padi digunakan pestisida organik Beviria.

Sarana produksi yang digunakan dalam usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL meliputi benih yang menyisakan dari panen kemarin dan sebagian

lagi membeli dari KUD kelompok tani Marsudimulyo. Sarana produksi lain

yang digunakan dalam usahatani padi tanpa penerapan MPPBL adalah pupuk

kimia seperti Urea, TSP, Phonska. Pestisida yang digunakan antara lain Fastac

dan Furadan. Pupuk Urea mengandung unsur N yang berfungsi untuk pertum-

buhan akar, batang, dan daun. Pupuk TSP berfungsi untuk kesuburan tanah

dan pertumbuhan akar sehingga akar lebih mudah menyerap unsur hara dalam

tanah. Sedangkan pupuk Phonska merupakan pupuk majemuk yang mengan-

dung unsur N, P, dan K yang berfungsi untuk pembentukan bulir padi, mem-

percepat pertumbuhan tanaman, memperbanyak bunga dan biji padi, memper-

kuat tegaknya batang serta meningkatkan daya tahan tanaman. Pestisida Fas-

tac dan Furadan berguna untuk membunuh insektisida yang menyerang tanam-

an padi.

Tabel 6. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008

UT Padi Penerapan MPPBL

UT Padi tanpa Penerapan MPPBL

No

Uraian

Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1 Benih (Kg) 8,44 22,25 8,59 25,04 2 Pupuk a. Kompos (Kg) 7.500,00 14.360,80 0,00 0,00 b. Urea (Kg) 28,46 95,71 82,50 238,09 c. TSP (Kg) 0,00 0,00 75,58 224,05 d. Phonska (Kg) 0,00 0,00 115,40 346,79

3 Pestisida Organik a. Beviria (ltr) 0,15 0,40 0,00 0,00

4. Pestisida kimia a. Fastac (ltr) 0,00 0,00 1,23 3,66 b. Furadan (Kg) 0,00 0,00 0,88 2,57

Sumber : Analisis Data Primer

Page 60: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lix

Berdasarkan Tabel 6. di atas dapat diketahui bahwa penggunaan benih

pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL (22,25 Kg/Ha/MT) maupun

tanpa penerapan MPPBL (25,04 Kg/Ha/MT) hampir sama. Hal ini dikarena-

kan petani yang tergabung dalam kelompok tani Marsudimulyo telah menggu-

nakan metode System Rice Intensification (SRI), yaitu cara budidaya tanaman

padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem perakaran,

berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman, dan air. Tidak hanya petani padi

dengan penerapan MPPBL yang menggunakan sistem SRI, akan tetapi petani

padi tanpa penerapan MPPBL pun juga mengaplikasikan sistem tersebut. Hal

tersebut dikarenakan dalam kelompok tani Marsudimulyo, petani diberikan

pelatihan-pelatihan tentang budidaya padi yang baik. Dengan metode ini

petani hanya menanam bibit padi sedikit saja. Jika biasanya petani menanam

4-5 batang bibit padi, dengan metode ini kira-kira hanya 2 batang padi dalam

satu lubang penanaman. Benih padi yang di peroleh dari KUD kelompok tani

Marsudimulyo serta yang digunakan dalam usahatani penerapan MPPBL telah

melalui uji laboratorium, sehingga benih tersebut sudah bisa dipasarkan ke

petani.

Penggunaan pupuk organik pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL rata-rata telah mencapai 14.360,80 Kg/Ha. Hal ini berarti bahwa de-

ngan penggunaan pupuk organik yang terdiri dari pupuk kompos sebanyak

14.360,80 Kg/Ha dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik Urea se-

besar 142,38 Kg/Ha atau 60 % dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik

TSP serta Phonska sebesar 100 % dibandingkan penggunaan pupuk anorganik

pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Usahatani padi dengan pene-

rapan MPPBL menggunakan saprodi pupuk organik yang berupa Bokasi, akan

tetapi karena hanya 3 orang petani responden yang menggunakan pupuk

Bokasi dan jumlahnya relatif kecil, maka tidak diperhitungkan sebagai peng-

gunaan saprodi.

Usahatani padi dengan penerapan MPPBL menggunakan pupuk kom-

pos sebagai pupuk organik. Pupuk kompos tersebut terbuat dari jerami yang

diolah lebih lanjut. Menurut hasil wawancara dengan salah satu petani di Desa

Page 61: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lx

Tawangsari yang membuat pupuk kompos sendiri, cara pengolahan jerami

agar menjadi kompos sangat mudah dilakukan dengan biaya pengeluaran yang

cukup murah. Jerami hasil sisa panen dikumpulkan lalu dicampur dengan la-

rutan aktivator yang disebut dengan PROMI yang berguna untuk proses pe-

ngomposan yang dapat dibeli di toko saprodi terdekat. Setelah itu campuran

jerami tersebut difermentasi dengan cara menutup rapat dengan plastik selama

satu bulan hingga jerami terdekomposisi, lunak dan mengalami penyusutan.

Selanjutnya jerami akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan

dapat diaplikasikan menjadi pupuk organik pada lahan sawah. Pada usahatani

padi dengan penerapan MPPBL, pupuk kompos tersebut diberikan dua kali

yaitu sebelum bibit ditanam dan setelah penyiangan pertama. Pupuk kompos

yang digunakan dalam usahatani padi dengan penerapan MPPBL ini banyak

jumlahnya, agar menambah unsur hara yang ada di dalam tanah sehingga

lahan yang digunakan semakin subur. Pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL masih menggunakan penambahan pupuk anorganik yaitu pupuk Urea.

Sedangkan pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL digunakan pupuk

kimia, yaitu TSP, Urea, dan Phonska.

Pestisida yang digunakan dalam usahatani padi dengan penerapan

MPPBL merupakan pestisida hayati yaitu pestisida Beviria. Pestisida Beviria

terbuat dari bakteri Beviria sp. yang berguna sebagai pembasmi wereng coklat

yang sering menyerang batang tanaman padi. Petani memperoleh pestisida

hayati tersebut dari membelinya di toko saprodi terdekat.

Petani padi dengan penerapan MPPBL dalam kegiatan pengendalian

hama dan penyakit tanaman, hanya menggunakan pestisida hayati disamping

cara pengendalian secara mekanik yaitu dengan cara mengambil satu per satu

hama yang menyerang tanaman padi. Oleh karena itu jumlah rata-rata keselu-

ruhan pestisida yang digunakan petani padi dengan penerapan MPPBL seba-

nyak 0,40 Kg/Ha, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan yang digunakan peta-

ni padi tanpa penerapan MPPBL yang sebanyak 6,23 Kg/Ha.

Tenaga kerja pada kedua usahatani digunakan dalam pengolahan ta-

nah, persemaian, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama,

Page 62: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxi

pengairan, serta pemanenan dan pengangkutan yang dihitung berdasarkan

dengan penerapan MPPBL maupun tanpa penerapan MPPBL dapat dijelaskan

dalam Tabel 7. berikut :

Tabel 7. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008 dengan Satuan HKP

UT Padi dengan Penerapan MPPBL Per UT Per Ha

No

Uraian

TK TL TK TL 1 Pengolahan tanah I 0,10 1,83 0,31 4,74 2 Pengolahan tanah II 0,07 15,5 0,17 43,04 3 Persemaian 1,10 1,10 3,38 2,48 4 Penanaman 0,14 7,35 0,24 19,84 5 Pemupukan I 0,63 1,77 1,98 3,87 6 Pemupukan II 0,53 0,72 1,41 2,21 7 Pemupukan III 0,53 0,72 1,41 2,21 8 Penyiangan I 0,23 6,17 0,61 16,41 9 Penyiangan II 0,17 5,80 0,43 15,47

10 Pengendalian Hama I 0,47 0,92 1,39 2,67 11 Pengendalian Hama II 0,47 0,92 1,39 2,67 12 Pengairan I 1,43 0,53 3,93 1,44 13 Pengairan II 1,43 0,53 3,93 1,44 14 Pengairan III 1,43 0,53 3,93 1,44 15 Pemanenan dan Pengangkutan 0,43 20,50 1,27 55,21

Jumlah 9,16 65,16 25,73 175,14

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 7. di atas dapat diketahui bahwa pada usahatani padi

dengan penerapan MPPBL, rata-rata penggunaan tenaga kerja luar lebih ba-

nyak yaitu 175,14 HKP/Ha bila dibandingkan dengan rata-rata penggunaan

tenaga kerja keluarga yaitu 25,73 HKP/Ha. Hal itu disebabkan tenaga kerja

keluarga kurang mencukupi untuk penyelesaian kegiatan dalam berusahatani

karena di dalam satu keluarga petani, rata-rata hanya dua anggota keluarga

yang aktif dalam kegiatan usahatani. Pada kegiatan pemanenan dan pengang-

kutan paling banyak menggunakan tenaga kerja yaitu sebesar 55,21 HKP/Ha

apabila dibandingkan dengan kegiatan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan

agar kegiatan pemanenan segera selesai maka membutuhkan tenaga kerja yang

banyak pula. Panen yang terlambat dapat menurunkan produksi karena banyak

butir gabah yang sudah dimakan burung atau tikus. Sebaliknya jika panen

terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah dan di-

Page 63: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxii

peroleh beras yang mudah hancur saat digiling. Sedangkan kegiatan yang

paling sedikit menggunakan tenaga kerja adalah pada pengairan yaitu seba-

nyak 1,44 HKP/Ha. Kegiatan pemanenan dan pengangkutan dilakukan oleh

sekelompok petani pemanen yang telah melakukan kesepakatan dengan peng-

garap sawah atau dapat juga disebut dengan sistem borongan.

Pada kegiatan penanaman lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar

seorang wanita daripada pria. Hal tersebut dikarenakan anggapan bahwa wani-

ta lebih berhati-hati dalam bekerja dibanding dengan pria. Dalam kegiatan pe-

nanaman dibutuhkan kehati-hatian agar perakaran bibit yang ditanam tidak ru-

sak. Kegiatan penanaman membutuhkan tenaga kerja luar lebih banyak yaitu

19,84 HKP/Ha dibandingkan tenaga kerja keluarga yaitu 0,24 HKP/Ha.

Kegiatan pemupukan dalam usahatani padi dengan penerapan MPPBL

dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum bibit ditanam yang bertujuan untuk

menyuburkan tanah dan setelah penyiangan I yang bertujuan selain untuk per-

tumbuhan tanaman padi juga untuk pencegahan adanya hama penyakit yang

menyerang tanaman. Pada kegiatan pemupukan lebih banyak menggunakan

tenaga kerja luar daripada tenaga kerja keluarga terutama pada pemupukan I.

Untuk kegiatan penyiangan, kebutuhan tenaga kerja tergantung pada

banyak sedikitnya gulma yang tumbuh di lahan sawah. Jika gulma semakin

banyak, maka tenaga kerja juga semakin banyak. Penggunaan pupuk kompos

akan menambah kesuburan lahan yang juga turut mempercepat perkembangan

gulma. Sehingga tenaga kerja untuk penyiangan menjadi semakin banyak.

Kegiatan pengendalian hama dan pengairan juga lebih banyak meng-

gunakan tenaga kerja luar daripada tenaga kerja keluarga. Pada kegiatan peng-

endalian hama, hama yang sering muncul dalam usahatani padi dengan pene-

rapan MPPBL antara lain ulat, sundep, wereng, dan tikus. Biasanya petani

hanya menanggulangi munculnya hama tersbut dengan cara mekanik selain

membasminya dengan obat-obatan alami seperti pestisida Beviria. Pada kegi-

atan pengairan juga membutuhkan tenaga kerja karena irigasi yang digunakan

oleh petani masih setengah teknis dan musim kering yang kurang mendukung,

Page 64: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxiii

sehingga dibutuhkan tenaga untuk mengatur pengairan dalam usahatani padi

dengan penerapan MPPBL.

Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008 dengan Satuan HKP

UT Padi tanpa Penerapan MPPBL Per UT Per Ha

No

Uraian

TK TL TK TL 1 Pengolahan tanah I 0,00 1,63 0,00 4,76 2 Pengolahan tanah II 0,27 13,47 0,80 40,25 3 Persemaian 1,40 0,50 4,35 1,36 4 Penanaman 0,00 7,31 0,00 21,25 5 Pemupukan I 0,63 0,53 1,91 1,65 6 Pemupukan II 0,90 0,43 3,02 1,19 7 Pemupukan III 0,90 0,40 3,02 1,10 8 Penyiangan I 0,43 4,50 1,29 13,23 9 Penyiangan II 0,43 4,50 1,29 13,23

10 Pengendalian Hama I 0,70 0,57 2,53 1,57 11 Pengendalian Hama II 0,30 0,23 1,14 0,63 12 Pengairan I 0,90 0,91 3,06 2,62 13 Pengairan II 0,83 1,00 2,90 2,78 14 Pengairan III 0,83 1,00 2,90 2,78 15 Pemanenan dan Pengangkutan 0,10 13,06 0,25 41,31

Jumlah 12,63 50,07 34,11 149,71

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 8. di atas dapat diketahui bahwa pada usahatani padi

tanpa penerapan MPPBL rata-rata penggunaan tenaga kerja juga lebih banyak

menggunakan tenaga kerja dari luar daripada tenaga kerja keluarga. Hal terse-

but dikarenakan rata-rata tenaga kerja keluarga yang aktif dalam usahatani

jumlahnya tidak mencukupi untuk diikutsertakan dalam setiap kegiatan budi-

daya tanaman padi. Rata-rata anak dan isteri yang merupakan anggota keluar-

ga petani jarang membantu dalam kegiatan budidaya tanaman padi. Anak pe-

tani yang masih bersekolah belum aktif dalam usahatani, sedangkan anak yang

telah dewasa lebih memilih untuk merantau di luar kota. Apabila dibanding-

kan dengan usahatani padi dengan penerapan MPPBL, tenaga luar yang digu-

nakan lebih sedikit yaitu 149,71 HKP/Ha dibanding 175,14 HKP/Ha. Karena

usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih banyak menyerap tenaga ker-

ja, maka dapat menambah lapangan pekerjaan dibidang pertanian.

Page 65: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxiv

Kegiatan yang lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar dalam

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL adalah pada kegiatan pengolahan

tanah II yaitu sebanyak 40,25 HKP/Ha. Kegiatan penanaman juga membutuh-

kan tenaga kerja yang banyak yaitu rata-rata 21,25 HKP/Ha. Karena umur

bibit yang akan ditanam dapat mempengaruhi produktivitas padi, maka kegi-

atan penanaman membutuhkan waktu yang cepat. Selain itu penanaman juga

membutuhkan ketelitian dalam prosesnya agar perakaran tidak rusak saat di-

tanam sehingga pertumbuhan tanaman juga akan baik. Pada kegiatan penyi-

angan, usahatani padi tanpa penerapan MPPBL lebih sedikit menggunakan

tenaga kerja dibandingkan usahatani padi dengan penerapan MPPBL. Hal itu

dikarenakan penggunaan pupuk kimia yang lebih banyak pada usahatani padi

tanpa penerapan MPPBL dapat memperlambat pertumbuhan gulma pada

tanaman padi sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan juga sedikit.

Pada kegiatan pengendalian hama, usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluarga yaitu 3,67 HKP/Ha

dibandingkan dengan tenaga kerja luar yaitu sebesar 2,20 HKP/Ha. Sedangkan

pada kegiatan pengairan juga lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluar-

ga yaitu 8,86 HPK/Ha dibandingkan dengan tenaga kerja luar yang sebanyak

8,18 HKP/Ha. Hal tersebut dikarenakan tenaga kerja keluarga jumlahnya ma-

sih mencukupi untuk melakukan kegiatan pengendalian hama dan pengairan.

Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi

Biaya usahatani yang digunakan dalam usahatani padi dengan penera-

pan MPPBL maupun tanpa penerapan MPPBL yaitu menggunakan biaya

mengusahakan. Biaya mengusahakan terdiri dari biaya alat-alat luar ditambah

dengan upah tenaga kerja keluarga yang dihitung berdasarkan upah tenaga

kerja pada umumnya. Biaya mengusahakan dalam usahatani padi dengan pe-

nerapan MPPBL maupun tanpa penerapan MPPBL meliputi biaya pembelian

sarana produksi, pembayaran upah tenaga kerja luar dan keluarga, dan biaya

lain-lain yang dikeluarkan dalam rangka mengusahakan padi dengan penerap-

an MPPBL maupun tanpa penerapan MPPBL.

Page 66: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxv

Rata-rata biaya sarana produksi pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL dan tanpa penerapan MPPBL dalam satu kali musim tanam dapat

dijelaskan pada Tabel 9. berikut ini :

Tabel 9. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008

UT Padi dengan Penerapan MPPBL (Rp)

UT Padi tanpa Penerapan MPPBL (Rp)

No

Uraian

Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Benih (Rp) 50.640,00 134.090,92 43.086,17 127.567,74 2. Pupuk

a. Kompos (Rp) 1.609.500,00 4.410.668,60 0,00 0,00 b. Urea (Rp) 43.150,00 115.567,53 99.000,00 296.278,57 c. TSP (Rp) 0,00 0,00 146.442,71 434.099,95 d. Ponska (Rp) 0,00 0,00 230.809,33 693.570,79

3. Pestisida Organik a. Beviria (Rp) 2.966,67 8.260,32 0,00 0,00

4. Pestisida kimia a. Fastac (Rp) 0,00 0,00 24.666,67 73.194,44 b. Furadan (Rp) 0,00 0,00 22.083,33 64.236,11 Jumlah 1.706.256,67 4.668.587,37 566.088,21 1.688.947,61

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 9. di atas dapat diketahui bahwa rata-rata biaya

untuk sarana produksi pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL sebesar

Rp 1.706.256,67/usahatani atau Rp 4.668.587,37/Ha, lebih tinggi bila diban-

dingkan dengan rata-rata biaya pembelian sarana produksi pada usahatani

padi tanpa penerapan MPPBL yang besarnya Rp 566.088,21/usahatani atau

Rp 1.688.947,61/Ha. Hal tersebut dapat terjadi karena biaya untuk sarana pro-

duksi pupuk organik kompos pada usahatani dengan penerapan MPPBL mem-

butuhkan biaya dengan jumlah yang banyak yaitu sebesar Rp 1.609.500,00

/usahatani atau Rp 4.410.668,60/Ha. Sedangkan pada usahatani tanpa penerap-

an MPPBL tidak menggunakan sarana produksi berupa pupuk organik kom-

pos sama sekali.

Pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL sebagian besar petani

membeli sarana produksi benih dari KUD kelompok tani Marsudimulyo dan

sebagian lagi petani mendapatkannya dengan cara sebagian menyisakan dari

panen kemarin dan sebagian lagi membeli di KUD kelompok tani Marsudi-

mulyo. Karena benih padi dengan penerapan MPPBL rentan terhadap serang-

Page 67: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxvi

an hama dan penyakit, maka pengadaannyapun lebih banyak dibandingkan

dengan sarana produksi benih usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Rata-

rata biaya sarana produksi benih pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL yaitu Rp 134.090,92/Ha, lebih besar dibandingkan dengan biaya sara-

na produksi benih pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL yaitu sebesar

Rp 127.567,74/Ha.

Usahatani padi dengan penerapan MPPBL sudah tidak menggunakan

pupuk kimia yang berupa pupuk TSP dan Phonska, akan tetapi masih menggu-

nakan pupuk kimia Urea dengan pengurangan dosis yang relatif banyak yaitu

sekitar 60 % dari penggunaan pada usahatani padi tanpa peneraapn MPPBL

(238,09 Kg/Ha/MT). Rata-rata biaya penggunaan pupuk Urea pada usahatani

padi dengan penerapan MPPBL adalah Rp 43.150,00/usahatani atau Rp

115.567,53/Ha. Dimana biaya penggunaan sarana produksi pupuk Urea telah

berkurang sebesar Rp 180.711,04/Ha dibandingkan dengan usahatani padi

tanpa penerapan MPPBL. Walaupun demikian pengurangan pupuk anorganik

Urea belum sesuai dengan jumlah yang direkomendasikan yang sebesar 75 %.

Hal tersebut dikarenakan petani masih membutuhkan penambahan unsur N

yang terkandung dalam pupuk Urea yang berfungsi dalam pertumbuhan akar,

batang dan untuk kecerahan warna daun pada tanaman padi.

Biaya untuk pestisida pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL

lebih sedikit dibandingkan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Hal ini

disebabkan pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL pestisida biasanya

hanya digunakan pada pengendalian hama I, sedangkan pengendalian hama II

dilakukan secara fisik dan jarang menggunakan pestisida. Pestisida yang di-

gunakan dalam usahatani padi dengan penerapan MPPBL hanya mengguna-

kan pestisida hayati yaitu pestisida dari bahan-bahan yang alami. Petani biasa-

nya menggunakan pestisida Beviria yang berguna untuk pengendalian hama

wereng coklat yang menyerang tanaman padi terutama pada batangnya. Rata-

rata biaya yang digunakan untuk penyediaan sarana produksi pestisida hayati

Beviria sebesar Rp 2.966,67/usahatani atau Rp 8.260,32/Ha. Sedangkan pada

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL masih menggunakan sarana produksi

Page 68: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxvii

pestisida kimia yaitu Furadan dan Fastac. Rata-rata biaya pembelian sarana

produksi untuk pestisida Furadan dan Fastac sebesar Rp 64.236,11/Ha dan

Rp 73.194,44/Ha.

Usahatani padi dengan penerapan MPPBL relatif lebih banyak menge-

luarkan biaya tenaga kerja daripada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL.

Hal tersebut dikarenakan perbedaan perlakuan pemberian pupuk antara usaha-

tani padi dengan penerapan MPPBL dan usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL. Rata-rata biaya tenaga kerja usahatani padi dengan penerapan

MPPBL dan tanpa penerapan MPPBL dapat dijelaskan pada Tabel 10. berikut

ini :

Tabel 10. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan Usahatani Padi tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008

UT Padi dengan Penerapan MPPBL (Rp)

UT Padi tanpa Penerapan MPPBL (Rp)

No.

Uraian

Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Pengolahan tanah (I-II) 472.466,67 1.291.674,74 407.000,27 1.210.182,54 2. Penanaman 218.301,67 582.791,25 216.386,66 629.896,83 3. Pemupukan (I-III) 197.425,03 258.707,08 68.083,37 241.091,27 4. Penyiangan (I-II) 244.499,97 647.305,56 246.666,66 725.952,38 5. Pengendalian Hama (I-II) 68.666,66 201.928,52 40.666,67 130.932,54 6. Pengairan (I-III) 112.583,34 296.111,85 110.166,67 345.071,43 7. Pemanenan dan Pengangkutan 602.166,67 1.615.132,29 392.500,00 1.240.309,52

Jumlah 1.819.868,33 4.893.651,29 1.481.470,30 4.523.436,51

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 10. di atas dapat diketahui bahwa rata-rata biaya

tenaga kerja pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL adalah sebesar

Rp 1.819.868,33/usahatani atau Rp 4.893.651,29/Ha lebih besar dibandingkan

dengan rata-rata biaya tenaga kerja usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

yang besarnya Rp 1.481.470,30/usahatani atau Rp 4.523.436,51/Ha. Hal terse-

but dikarenakan bahwa dalam usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih

banyak menggunakan tenaga kerja dalam melakukan kegiatan usahataninya

dibandingkan dengan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Walaupun

upah yang diberikan bervariasi pada tiap kegiatan dalam usahatani padi, tetapi

rata-rata upah tenaga kerja harian yang berlaku di daerah penelitian adalah

Rp 25.000,00/orang/hari kerja untuk tenaga kerja pria dan Rp 20.000,00/orang

Page 69: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxviii

/hari kerja untuk tenaga kerja wanita. Sedangkan tiap harinya, tenaga kerja ter-

sebut bekerja selama kira-kira 7 sampai 8 jam/hari.

Rata-rata biaya tenaga kerja terbesar pada usahatani padi dengan pene-

rapan MPPBL maupun pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL adalah

pada kegiatan pemanenan dan pengangkutan yaitu sebesar Rp 1.615.132,29

/Ha pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan Rp 1.240.309,52/Ha

pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Hal tersebut dikarenakan

pemanenan dan pengangkutan membutuhkan waktu yang singkat agar tidak

menurunkan produksi karena banyak butir gabah yang sudah dimakan burung

atau tikus. Maka dari itu tenaga kerja yang dibutuhkan juga banyak sehingga

membutuhkan biaya yang banyak pula. Biaya pemanenan dan pengangkutan

biasanya dilakukan dengan sistem borongan. Untuk hasil panen padi usahatani

padi dengan penerapan MPPBL yang berupa gabah kering panen, biasanya

langsung di angkut ke KUD kelompok tani Marsudimulyo untuk di rontokkan

menjadi gabah kering giling yang kemudian digiling lagi menjadi beras dan

langsung dapat didistribusikan ke pembeli selanjutnya.

Kegiatan penanaman dan penyiangan juga membutuhkan biaya yang

besar karena kegiatan ini harus cepat di selesaikan. Kegiatan penanaman harus

memperhatikan kondisi bibit yang akan ditanam, sedangkan pada kegiatan pe-

nyiangan harus memperhatikan gulma agar tidak mengganggu pertumbuhan

dan perkembangan tanaman padi. Pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL rata-rata biaya tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan penanaman

sebesar Rp 218.301,67/usahatani atau Rp 582.791,25/Ha. Sedangkan rata-rata

biaya tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan penyiangan (I-II) adalah se-

besar Rp 244.500,00/usahatani atau Rp 647.305,56/Ha. Pada usahatani padi

tanpa penerapan MPPBL rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar

Rp 216.386,66/usahatani atau Rp 629.896,83/Ha untuk kegiatan penanam-

an. Sedangkan pada kegiatan penyiangan (I-II), rata-rata biaya tenaga kerja

yang harus dikeluarkan petani adalah sebesar Rp 246.666,66/usahatani atau

Rp 725.952,38/Ha.

Page 70: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxix

Besarnya biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani baik pada usaha-

tani padi dengan penerapan MPPBL maupun tanpa penerapan MPPBL dapat

dijelaskan dalam Tabel 11. berikut ini :

Tabel 11. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008

UT Padi dengan Penerapan MPPBL (Rp)

UT Padi tanpa Penerapan MPPBL (Rp)

No

Uraian

Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Pajak tanah 21.333,33 55.170,82 19.500,00 56.976,19 2. Iuran irigasi 17.500,00 46.779,55 15.500,00 47.333,33 3. Transportasi 44.966,67 119.936,51 21.500,00 61.746,03 4. Sewa Traktor 213.266,67 550.000,00 185.016,67 550.000,00 Jumlah 297.066,67 771.886,88 241.516,67 716.055,55

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 11. di atas dapat diketahui bahwa rata-rata biaya

lain-lain pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL (Rp 771.886,88/Ha)

lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata biaya lain-lain usahatani padi tanpa

penerapan MPPBL (Rp 716.055,55/Ha). Besarnya biaya pajak tanah selain di-

pengaruhi oleh luas tanah juga dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah dan

sulit tidaknya lokasi sawah tersebut dijangkau. Biaya transportasi dikeluarkan

petani untuk kegiatan pengangkutan hasil panen, dimana petani terkadang

menyewa mobil pick up untuk mengangkut panenan ke tempat penggilingan

yaitu di KUD kelompok tani Marsudimulyo.

Besarnya iuran irigasi usahatani padi dengan penerapan MPPBL rata-

rata sebesar Rp 17.500,00/usahatani atau Rp 46.779,55/Ha, sedangkan rata-

rata biaya iuran irigasi pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL yaitu

sebesar Rp 15.500,00/usahatani atau Rp 47.333,33/Ha. Besarnya iuran irigasi

ditentukan menurut kesepakatan antar petani anggota kelompok tani yaitu di-

tentukan berdasar luas sawah yang dimiliki petani tersebut.

Rata-rata biaya sewa traktor pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL (Rp 213.266,67/Usahatani) lebih besar daripada rata-rata biaya sewa

traktor pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL (Rp 185.016,67/Usaha

tani). Hal tersebut dikarenakan rata-rata luas lahan yang digunakan pada usa-

hatani padi dengan penerapan MPPBL lebih besar dibandingkan pada usaha-

Page 71: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxx

tani padi tanpa penerapan MPPBL. Tidak semua petani memiliki traktor

sendiri untuk kegiatan pengolahan tanah, tetapi sebagian petani menyewa trak-

tor dari petani lain. Biaya penyusutan peralatan traktor tidak diperhitungkan

dalam biaya lain-lain tetapi diperhitungkan sebagai biaya sewa traktor untuk

menghindari fungsi ganda dari traktor yaitu apakah traktor tersebut disewakan

atau masih dipakai oleh petani itu sendiri. Pada penyusutan alat yang berupa

cangkul, sabit, sosrok, dan alat semprot karena jumlah biaya pemyusutannya

relatif kecil maka tidak diperhitungkan dalam biaya lain-lain.

Biaya mengusahakan usahatani yang dikeluarkan petani pada usahatani

padi dengan penerapan MPPBL maupun tanpa penerapan MPPBL dapat

dijelaskan dalam Tabel 12. berikut ini :

Tabel 12. Rata-rata Biaya Mengusahakan Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008

UT Padi dengan Penerapan MPPBL (Rp)

UT Padi tanpa Penerapan MPPBL (Rp)

No

Uraian

Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Biaya Sarana Produksi 1.706.256,67 4.668.587,37 566.088,21 1.688.947,61 2. Biaya Tenaga Kerja 1.819.868,33 4.893.651,29 1.481.470,30 4.523.436,51 3. Biaya Lain-lain 297.066,67 771.886,88 241.516,67 716.055,55

Jumlah 3.823.191,67 10.334.125,54 2.289.075,18 6.928.439,67

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan data pada Tabel 12. di atas dapat diketahui bahwa rata-rata

biaya mengusahakan pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL sebesar

Rp 10.334.125,54/Ha lebih tinggi dibandingkan rata-rata biaya mengusahakan

pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL yang besarnya Rp 6.928.439,67

/Ha. Rata-rata biaya sarana produksi pupuk yang dikeluarkan usahatani de-

ngan penerapan MPPBL lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani padi tan-

pa penerapan MPPBL. Sarana produksi pupuk terutama pupuk organik kom-

pos yang dikeluarkan pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL membu-

tuhkan jumlah yang banyak sehingga biaya yang dikeluarkannya pun juga ba-

nyak. Hal tersebut yang menyebabkan tingginya rata-rata biaya mengusahakan

usahatani padi dengan penerapan MPPBL.

Pendapatan usahatani merupakan selisih dari penerimaan usahatani de-

ngan biaya mengusahakan usahatani. Penerimaan merupakan hasil perkalian

Page 72: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxi

produksi total dengan harga produk. Sedangkan biaya mengusahakan usaha-

tani terdiri atas biaya untuk pembelian sarana produksi, upah tenaga kerja luar

dan keluarga, dan biaya lain-lain yang dikeluarkan petani untuk pembiayaan

usahataninya.

Tabel 13. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008

UT Padi dengan Penerapan MPPBL

UT Padi tanpa Penerapan MPPBL

No

Uraian

Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Produksi (Ku) 28,64 75,25 24,08 71,39 2. Harga (Rp/Kg) 2.900,00 2.900,00 2.000,00 2.000,00 3. Penerimaan (Rp) 8.306.566,67 21.821.675,38 4.816.333,33 14.278.968,25 4. Biaya mengusahakan (Rp) 3.823.191,67 10.334.125,54 2.289.075,18 6.928.439,67 Pendapatan (Rp) 4.483.375,00 11.487.549,84 2.527.258,15 7.350.528,58

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan data pada Tabel 13. di atas dapat diketahui bahwa rata-rata

produksi usahatani padi dengan penerapan MPPBL sebesar 75,25 Ku/Ha/MT,

lebih besar dibandingkan dengan rata-rata produksi usahatani padi tanpa pene-

rapan MPPBL yang sebesar 71,39 Ku/Ha/MT. Hal tersebut dikarenakan ting-

kat kesuburan tanah yang lebih tinggi pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL dapat mempengaruhi besarnya produksi tanaman padi. Apabila dilihat

dari rata-rata harga produksi kedua usahatani dapat diketahui bahwa rata-rata

harga hasil panen (gabah kering giling) usahatani padi dengan penerapan

MPPBL lebih tinggi sekitar Rp 900,00/Kg dibandingkan usahatani padi tanpa

penerapan MPPBL. Hal itu dikarenakan kualitas hasil panen dari usahatani

padi dengan penerapan MPPBL lebih baik dibandingkan dengan usahatani

padi tanpa penerapan MPPBL, selain itu rasa beras dari usahatani padi dengan

penerapan MPPBL yang relatif lebih pulen dan aman bagi kesehatan karena

diusahakan secara alami dan tanpa pestisida kimia. Pembeli atau penebas

dapat menentukan harga dari gabah yang lebih tinggi dengan melihat kondisi

tersebut. Tingginya produktivitas dan harga jual ini akan mempengaruhi be-

sarnya penerimaan pada kedua usahatani.

Penerimaan usahatani dalam penelitian ini dihitung dengan cara meng-

alikan besarnya produksi padi dengan harga jualnya. Tingginya produktivitas

Page 73: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxii

dan harga jual dari usahatani padi dengan penerapan MPPBL yang menyebab-

kan rata-rata penerimaan usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih ting-

gi dibandingkan penerimaan pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL.

Rata-rata penerimaan usahatani padi dengan penerapan MPPBL yang sebesar

Rp 21.821.675,38/Ha, lebih besar dari pada usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL yang besarnya Rp 14.278.968,25/Ha.

Pendapatan usahatani padi dihitung dari selisih antara penerimaan de-

ngan biaya mengusahakan usahatani padi. Apabila penerimaan suatu usahatani

tinggi belum tentu pendapatan usahatani tersebut juga tinggi, hal tersebut ter-

gantung juga pada besar kecilnya biaya usahatani yang dikeluarkan oleh pe-

tani. Rata-rata pendapatan usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih

besar dibandingkan dengan rata-rata pendapatan usahatani padi tanpa pene-

rapan MPPBL, yaitu masing-masing sebesar Rp 11.487.549,84/Ha dan Rp

7.350.528,58/Ha.

Analisis Perbandingan Produktivitas, Pendapatan, Efisiensi, dan Keman-

faatan Usahatani Padi

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah produktivitas dan

pendapatan usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih tinggi daripada

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Selain itu usahatani padi dengan pe-

nerapan MPPBL lebih efisien dan memberikan kemanfaatan daripada usaha-

tani padi tanpa penerapan MPPBL. Besarnya produktivitas, pendapatan, R/C

Ratio, dan Incremental B/C Ratio pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL maupun tanpa penerapan MPPBL dapat dijelaskan pada Tabel 14.

berikut ini :

Page 74: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxiii

Tabel 14. Rata-rata Produktivitas, Pendapatan, R/C Ratio dan Incremental B/C Ratio pada Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL Musim Tanam 2008

Uji t No.

Uraian

UT Padi dengan Penerapan MPPBL

UT Padi tanpa Penerapan MPPBL

thitung ttabel

(α=0,05)

1. Produktivitas (Ku/Ha/MT)

75,25 71,39 3,28 1,70

2. Penerimaan (Rp/Ha/MT)

21.821.675,38 14.278.968,25

3. Biaya mengusahakan (Rp/Ha/MT)

10.334.125,54 6.928.439,67

4. Pendapatan (Rp/Ha/MT)

11.487.549,84 7.350.528,58

10,84 1,67

5. R/C Ratio 2,11 2,07 0,51 1,67 6. Incremental B/C Ratio 1,56

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 14. di atas dapat diketahui bahwa rata-rata produkti-

vitas padi dengan penerapan MPPBL yang sebesar 75,25 Ku/Ha/MT lebih be-

sar dari pada produktivitas padi tanpa penerapan MPPBL yang sebesar 71,39

Ku/Ha/MT. Menurut hasil uji statistika (lampiran 29) dapat diketahui bahwa

produktivitas padi pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL (75,25

Ku/Ha/MT) berbeda nyata dengan produktivitas padi pada usahatani padi

tanpa penerapan MPPBL (71,39 Ku/Ha/MT), maka dari itu dapat dikatakan

bahwa produktivitas usahatani dengan penerapan MPPBL lebih besar diban-

dingkan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL.

Besarnya pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara penerima-

an dari usahatani yang diperoleh petani dengan biaya mengusahakan usahatani

yang dikeluarkan oleh petani. Dari hasil uji statistika (lampiran 29), juga me-

nunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi dengan penerapan MPPBL yang

sebesar Rp 11.487.549,84/Ha/MT berbeda nyata dengan pendapatan usahatani

padi tanpa penerapan MPPBL yang sebesar Rp 7.350.528,58/Ha/MT, maka

dari itu dapat dikatakan bahwa pendapatan usahatani padi dengan penerapan

MPPBL (Rp 11.487.549,84/Ha/MT) lebih besar daripada pendapatan usahata-

ni padi tanpa penerapan MPPBL (Rp 7.350.528,58/Ha/MT).

Page 75: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxiv

Untuk mengetahui efisiensi usahatani padi dengan penerapan MPPBL

dan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL digunakan rumus R/C Ratio yaitu

dengan cara membandingkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan

biaya yang dikeluarkan masing-masing usahatani padi tersebut. Sedangkan un-

tuk mengetahui usahatani manakah yang memberikan kemanfaatan atau lebih

menguntungkan dapat diketahui dengan Incremental B/C Ratio.

Nilai R/C Ratio yang lebih dari satu menunjukkan bahwa suatu usaha-

tani dikatakan efisien. Sedangkan nilai R/C Ratio kurang dari satu menunjuk-

kan bahwa suatu usahatani dikatakan tidak efisien. Berdasarkan Tabel 14. di

atas dapat dikatakan bahwa nilai R/C Ratio usahatani padi dengan penerapan

MPPBL yang sebesar 2,11 dan nilai R/C Ratio usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL yang sebesar 2,07 sudah efisien, karena nilai R/C Ratio dari keduanya

lebih dari satu. Berdasarkan uji statistika yang telah dilakukan maka dapat

diketahui bahwa nilai R/C Ratio usahatani padi dengan penerapan MPPBL

(2,11) tidak berbeda nyata dengan nilai R/C Ratio usahatani padi tanpa pene-

rapan MPPBL (2,07), atau pada dasarnya efisiensi kedua usahatani tersebut

sama.

Nilai Increamental B/C Ratio merupakan perbandingan antara selisih

benefit (penerimaan) dengan selisih cost (biaya) antara usahatani padi dengan

penerapan MPPBL dan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Nilai Increa-

mental B/C Ratio dari kedua usahatani tersebut sebesar 1,56. Oleh karena nilai

Increamental B/C Ratio dari kedua usahatani lebih dari satu, maka usahatani

padi dengan penerapan MPPBL lebih memberikan kemanfaatan atau lebih

menguntungkan untuk diusahakan daripada usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL.

Page 76: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxv

VI. PEMBAHASAN

A. Biaya Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan

MPPBL

Usahatani padi dengan penerapan MPPBL merupakan suatu bentuk

usahatani yang mengusahakan tanaman padi pada lahan sawah dengan meng-

gunakan pupuk organik, pestisida organik serta pengurangan dosis dan jenis

pada pupuk anorganik, dimana pengaplikasian usahatani tersebut telah diterap-

kan oleh kelompok tani Marsudimulyo di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras,

Kabupaten Boyolali. Mengapa disebut dengan Model Pertanian Pembangunan

Berbasis Lokal, karena pemerintah Kabupaten Boyolali ingin berperan serta

dalam pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Salah satu komoditi yang

dipilih adalah tanaman padi. Usahatani padi yang diterapkan tersebut meng-

gunakan benih dan pupuk yang berasal dari usahatani petani sendiri. Dalam

usahatani padi dengan penerapan MPPBL, Departemen Pertanian Kabupaten

Boyolali merekomendasikan bahwa petani harus terus mengurangi dosis pu-

puk anorganik yang diberikan pada tanaman padi pada setiap musim tanam-

nya. Hal tersebut dimaksudkan untuk penerapan pertanian yang benar-benar

alami tanpa menggunakan unsur pupuk maupun pestisida kimia. Pada musim

tanam 2008 kelompok tani Marsudimulyo telah merekomendasikan pada seti-

ap anggotanya untuk mengurangi dosis pupuk anorganik yang diberikan pada

usahatani padinya sebesar 75 %.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa

usahatani padi dengan penerapan MPPBL telah mengurangi penggunaan pu-

puk Urea sebesar 60 % (180.711,04 Kg/Ha), sudah tidak menggunakan pupuk

TSP dan pupuk Phonska. Usahatani padi dengan penerapan MPPBL juga

sudah tidak menggunakan pestisida kimia dalam kegiatan pengendalian hama

dan penyakit, akan tetapi diganti dengan penggunaan pestisida organik Beviria

sebesar 8.260,32 Kg/Ha. Usahatani padi dengan penerapan MPPBL sudah

mengikuti rekomendasi dari Departemen Pertanian Kabupaten Boyolali yang

62

Page 77: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxvi

menganjurkan pangguanan pupuk dan pestisida organik serta pengurangan

pupuk anorganik sebesar 75 % secara keseluruhan, karena pada pelaksanaan-

nya petani sudah tidak menggunakan lagi pupuk kimia TSP dan Phonska, serta

pestisida kimia Fastac dan Furadan, walaupun pengurangan pupuk Urea masih

sebesar 60 % (180.711,04 Kg/Ha) dari jumlah pupuk yang direkomendasikan.

Pupuk anorganik Urea masih digunakan oleh petani karena petani masih mem-

butuhkan penambahan unsur nitrogen (N) yang terdapat pada pupuk Urea

yang berfungsi sebagai partumbuhan akar, batang dan untuk kecerahan warna

daun pada tanaman padinya. Petani padi dengan penerapan MPPBL juga telah

mengganti pestisida kimia seperti Furadan dan Fastac dengan pestisida hayati

seperti pestisida Beviria.

Tindakan menggunakan masukan-masukan organik dan mengurangi

masukan-masukan kimia yang dilakukan oleh petani dengan penerapan

MPPBL akan berpengaruh terhadap penggunaan tenaga kerja untuk melak-

sanakan kegiatan-kegiatan dalam usahataninya, biaya usahatani yang dikeluar-

kan, produktivitas padi, penerimaan, pendapatan usahatani padi serta tingkat

efisiensi dan kemanfaatan usahatani tersebut.

Penggunaan pupuk organik yang berupa pupuk kompos dalam usaha-

tani padi dengan penerapan MPPBL dan mengurangi jumlah pupuk kimia

akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja pada kegiatan pemupukan. Hal

tersebut dikarenakan pupuk kompos yang digunakan dalam jumlah yang ba-

nyak, sedangkan penggunaan pestisida kimia akan berpengaruh pada pengu-

rangan penggunaan tenaga kerja pada kegiatan pengendalian hama. Perbedaan

penggunaan sarana produksi yang berupa pupuk dan pestisida serta perbedaan

penggunaan tenaga kerja antara usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL menyebabkan biaya usahatani yang

dikeluarkan oleh masing-masing usahatani tersebut juga berbeda.

Penggunaan sarana produksi yang berupa pupuk kompos dalam jumlah

yang banyak menyebabkan rata-rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan

usahatani padi dengan penerapan MPPBL yang sebesar Rp 4.668.587,37/Ha

/MT menjadi lebih basar daripada rata-rata biaya sarana produksi yang dikelu-

Page 78: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxvii

arkan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL yang sebesar Rp 1.688.947,61

/Ha/MT. Sedangkan pada biaya tenaga kerja, penggunaan tenaga kerja yang

lebih banyak pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL menyebabkan

rata-rata biaya tenaga kerja usahatani tersebut sebesar Rp 4.893.651,29/Ha

/MT secara nominal lebih besar daripada rata-rata biaya tenaga kerja pada

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL yang sebesar Rp 4.523.436,51/Ha

/MT. Hal tersebut dikarenakan bahwa tenaga kerja yang digunakan dalam

kegiatan pemupukan dan pengendalian hama pada usahatani padi dengan pe-

nerapan MPPBL lebih banyak dibandingkan jumlah tenaga kerja yang

digunakan pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL.

Adanya perbedaan rata-rata biaya sarana produksi dan rata-rata biaya

tenaga kerja dari usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan usahatani padi

tanpa penerapan MPPBL menyebabkan rata-rata biaya mengusahakan atau

biaya usahatani padi masing-masing usahatani tersebut berbeda. Rata-rata

biaya usahatani padi dengan penerapan MPPBL sebesar Rp 10.334.125,54

/Ha/MT lebih tinggi dibandingkan rata-rata biaya usahatani padi tanpa pene-

rapan MPPBL yang sebesar Rp 6.928.439,67/Ha/MT.

B. Produktivitas, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi dengan

Penerapan MPPBL dan tanpa Penerapan MPPBL

Pada tahap awal usahatani padi dengan penerapan MPPBL yang meng-

gunakan pupuk dan pestisida organik tidak berdampak terhadap peningkatan

produktivitas padi, akan tetapi usahatani padi dengan penerapan MPPBL sem-

pat mengalami penurunan produktivitas lebih dari 25 persen dari produktivitas

padi sebelumnya. Jika semula produktivitas padi mencapai 4-7 ton/Ha, maka

produktivitas padi turun menjadi 4-5 ton/Ha. Namun setelah usahatani padi

dengan penerapan MPPBL dilakukan selama 2 tahun, produktivitas padi mulai

meningkat kembali dan kesuburan tanah juga mulai terjaga. Oleh karena pro-

duktivitas padi dengan penerapan MPPBL lebih tinggi dibandingkan dengan

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL, maka penerimaan usahatani padi

dengan penerapan MPPBL sebesar Rp 21.821.675,38/Ha/MT juga lebih tinggi

Page 79: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxviii

daripada penerimaan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL yang sebesar

Rp 14.278.968,25/Ha/MT.

Petani padi di Desa Tawangsari, Kabupaten Boyolali khususnya pada

kelompok tani Marsudimulyo ini telah mengusahakan usahatani padi dengan

penerapan MPPBL sekitar 4 tahun, namun masih belum banyak petani yang

menerapkan model tersebut. Akan tetapi dalam 3 tahun terakhir petani mulai

sadar akan pentingnya menjaga kondisi lahan pertanian yang semakin rusak

dan menambah unsur hara yang terkandung dalam tanah dengan menggunakan

bahan-bahan yang alami dalam proses pembudidayaan tanaman padi. Sehing-

ga rata-rata petani yang tergabung dalam kalompok tani Marsudimulyo telah

menerapkan usahatani padi dengan penerapan MPPBL kurang lebih selama 3

tahun. Adapun produktivitas padi yang telah dicapai dengan penerapan

MPPBL sekitar 6-8 ton/Ha/MT.

Produktivitas padi merupakan hasil produksi padi yang dihasilkan

dalam satu musim tanam per luas lahan garapan (1 Ha). Rata-rata produktivi-

tas padi dengan penerapan MPPBL sebesar 75,25 Ku/Ha/MT lebih besar di-

bandingkan rata-rata produktivitas padi tanpa penerapan MPPBL yang sebesar

71,39 Ku/Ha/MT. Hal tersebut dikarenakan pupuk organik yang digunakan

petani dapat menyebabkan lahan pertanian pada usahatani padi dengan pene-

rapan MPPBL lebih subur daripada lahan usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL. Harga jual hasil panen padi yang berupa gabah kering giling pada

usahatani padi dengan penerapan MPPBL sebesar Rp 2.900,00/Kg lebih tinggi

daripada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL yang sebesar Rp 2.000,00

/Kg. Sedangkan harga beras dengan penerapan MPPBL ditingkat konsumen di

Kabupaten Boyolali mencapai sekitar Rp 6.000,00/Kg hingga Rp 9.000,00/Kg.

Hal tersebut me-nunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh pengecer lebih

besar daripada keuntungan yang diperoleh petani yang disebabkan oleh

margin pemasaran.

Penerimaan usahatani padi dalam penelitian ini merupakan nilai uang

yang diterima petani dari hasil produksi usahatani padi yang diperoleh dari ha-

sil perkalian antara jumlah produksi (dalam bentuk gabah kering giling) deng-

Page 80: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxix

an harga jual produk per kilogram. Karena harga jual dan produktivitas yang

lebih besar pada usahatani dengan penerapan MPPBL tersebut, maka peneri-

maan usahatani padi dengan penerapan MPPBL juga menjadi lebih tinggi, ya-

itu sebesar Rp 21.821.675,38/Ha/MT jika dibandingkan dengan penerimaan

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL yang besarnya Rp 14.278.968,25/Ha

/MT.

Pendapatan usahatani dalam penelitian ini dihitung dari hasil selisih

antara penerimaan usahatani padi dengan biaya usahatani padi dalam satu

musim tanam. Besarnya pendapatan yang dihasilkan usahatani padi dengan

penerapan MPPBL sebesar Rp 11.487.549,84/Ha/MT lebih tinggi dibanding-

kan pendapaatan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL yang sebesar Rp

7.350.528,58/Ha/MT. Walaupun rata-rata biaya usahatani yang dikeluarkan

pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL jauh lebih basar dibanding

dengan rata-rata biaya usahatani pada usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL, namun pendapatan usahatani pada usahatani padi dengan penerapan

MPPBL masih lebih besar daripada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL.

Hal tersebut dikarenakan rata-rata penerimaan usahatani padi dengan penerap-

an MPPBL lebih tinggi daripada rata-rata penerimaan usahatani padi tanpa

penerapan MPPBL. Tingginya pendapatan usahatani padi dengan penerapan

MPPBL dibandingkan dengan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL me-

nunjukkan bahwa dengan penerapan MPPBL dapat meningkatkan pendapatan

petani padi.

C. Efisiensi dan Kemanfaatan Usahatani Padi

Untuk mengetahui efisiensi usahatani padi dengan penerapan MPPBL

maupun usahatani padi tanpa penerapan MPPBL digunakan R/C Ratio. R/C

Ratio dihitung untuk membandingkan besarnya penerimaan dengan biaya

yang dikeluarkan pada masing-masing usahatani padi tersebut. Nilai R/C Ratio

yang lebih besar dari satu menunjukan bahwa suatu usahatani dikatakan telah

efisien, namun apabila nilai dari R/C Ratio lebih kecil dari satu, maka suatu

usahatani tersebut tidak efisien. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilaku-

kan nilai R/C Ratio pada usahatani padi dengan penerapan MPPBL sebesar

Page 81: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxx

2,11, maka dari itu usahatani padi dengan penerapan MPPBL telah efisien. Se-

dangkan nilai R/C Ratio pada usahatani padi tanpa penerapan MPPBL sebesar

2,07, maka dari itu usahatani padi tanpa penerapan MPPBL juga telah efisien.

Namun berdasarkan hasil uji statistika yang telah dilakukan, dapat dikatakan

bahwa usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan usahatani padi tanpa pe-

nerapan MPPBL tidak berbeda nyata, atau pada dasarnya efisiensi kedua usa-

hatani tersebut sama.

Nilai Increamental B/C Ratio sebesar 1,56 menunjukkan kemanfaatan

secara ekonomi, dimana usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih mem-

berikan tambahan manfaat atau menguntungkan secara ekonomis kepada peta-

ni daripada usahaatni padi tanpa penerapan MPPBL.

D. Perkembangan dan Kendala Usahatani Padi dengan Penerapan MPPBL

di Kelompok Tani Marsudimulyo, Kabupaten Boyolali

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang

memiliki potensi dibidang pertanian khususnya pada tanaman padi sawah. Hal

itu didukung dengan masih cukup luasnya lahan persawahan, ketersediaan air

yang cukup dan topografi yang cocok untuk budidaya tanaman padi.

Petani padi di Kabupaten Boyolali khususnya di Desa Tawangsari me-

nanam padi secara konvensional rata-rata sudah selama 20 tahun. Petani ter-

sebut telah menanam padi secara turun-temurun. Tujuan petani menanam padi

yaitu selain untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi keluarganya,

juga untuk dijual sebagai sumber pendapatan. Apabila harga hasil panen turun,

petani tersebut biasanya menyimpan sebagian hasil panennya untuk dijual di-

musim selanjutnya selain digunakan untuk konsumsi keluarga. Apabila harga

hasil panen mengalami kenaikan maka petani akan menjual semua hasil panen

yang didapat untuk menambah pendapatan mereka.

Petani mulai sadar bahwa usahatani padi dengan penerapan MPPBL

sangat penting bagi mereka setelah petani mulai merasakan adanya dampak

pada kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang ber-

lebihan. Selanjutnya produk padi organik yang semakin digemari masyarakat

karena aman bagi kesehatan manusia. Rasa beras yang ditanam dengan pene-

Page 82: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxxi

rapan MPPBL juga relatif lebih empuk dan pulen jika dibandingkan dengan

beras yang ditanam tanpa penerapan MPPBL. Beberapa konsumen menilai

bahwa warna dan daya simpan beras yang ditanam dengan penerapan MPPBL

lebih baik. Oleh karena itu harga jual produksi padi dengan penerapan

MPPBL lebih mahal daripada produksi padi tanpa penerapan MPPBL.

Petani padi yang tergabung dalam kelompok tani Marsudimulyo me-

ngetahui tentang budidaya padi dengan penerapan MPPBL dengan mengikuti

pelatihan yang diberikan dalam kelompok tani tersebut. Pelatihan tersebut me-

rupakan cara yang diberikan pemerintah untuk mengajak para petani agar pe-

tani dapat mengetahui bagaimana menanam padi dengan penerapan MPPBL

secara benar sehingga kesuburan dan unsur hara yang ada dalam tanah tetap

terjaga serta ramah lingkungan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas dan pendapatan

usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih tinggi dibandingkan usahatani

padi tanpa penerapan MPPBL, pada dasarnya efisiensi usahatani padi dengan

penerapan MPPBL (R/C Ratio = 2,11) dan efisiensi usahatani padi tanpa pene-

rapan MPPBL (R/C Ratio = 2,07) adalah sama, serta usahatani padi dengan

penerapan MPPBL lebih memberikan tambahan manfaat dibandingkan usaha-

tani padi tanpa penerapan MPPBL (Incremental B/C Ratio = 1,56). Dari hasil

analisis tersebut dapat diketahui bahwa usahatani padi dengan penerapan

MPPBL mempunyai keunggulan dibandingkan dengan usahatani padi tanpa

penerapan MPPBL. Namun dalam pengaplikasiannya, usahatani padi dengan

penerapan MPPBL masih memiliki beberapa kendala sehingga belum dapat

menarik minat seluruh petani padi di Kabupaten Boyolali khususnya di Desa

Tawangsari. Kendala tersebut antara lain :

1. Hama dan penyakit tanaman padi

Timbulnya hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi yang berupa

wereng coklat, ulat, sundep, serta tikus pada usahatani padi dengan pene-

rapan MPPBL membutuhkan penanganan yang cukup serius. Karena peta-

ni tidak menggunakan pestisida kimia, mau tidak mau petani mengendali-

kan serangan hama dan penyakit tanaman tersebut dengan cara manual

Page 83: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxxii

yaitu mengambil satu per satu dan dimusnahkan disamping menggunakan

pestisida dari bahan alami yaitu Beviria sebagai pembasmi wereng coklat.

Maka dari itu usahatani padi dengan penerapan MPPBL membutuhkan

tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan usahatani padi tanpa

penerapan MPPBL.

2. Pengairan

Karena kondisi pengairan yang masih setengah teknis, air yang digunakan

petani padi dengan penerapan MPPBL masih tercampur bahan-bahan ki-

mia yang berupa zat yang terkandung dalam detergent. Walaupun dalam

jumlah yang sangat kecil, di daerah setempat airnya masih tercampur de-

ngan limbah penduduk di sekitar sawah.

3. Harga jual hasil panen

Harga jual gabah yang anjlok atau tidak stabil saat panen terutama pada

saat musim penghujan tiba, karena dalam kondisi cuaca yang tidak mendu-

kung kualitas dari gabah juga ikut turun sehingga harga jual juga manjadi

turun. Pada musim tanam sebelumnya (musim hujan 2008) harga jual

gabah turun menjadi Rp 2.500,00/Kg untuk usahatani padi dengan pene-

rapan MPPBL dan Rp 1.700,00/Kg untuk usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL. Hal tersebut tidak dapat dicegah oleh petani, karena yang menen-

tukan harga bukanlah petani melainkan pembeli atau penebas.

4. Pemasaran

Pemasaran produk dari usahatani padi dengan penerapan MPPBL selama

ini hanya lewat KUD kelompok tani Marsudimulyo, dan pembelinya pun

rata-rata masih dari daerah lokal. Sehingga harga jual dari produksi masih

kalah bersaing dengan daerah-daerah lain yang memproduksi beras dengan

penggunaan pupuk dan pestisida organik dalam usahataninya. Harga jual

beras dengan penerapan MPPBL ditingkat konsumen sebesar Rp 6.000,00

/Kg hingga Rp 9.000,00/Kg, sedangkan menurut Nurcahyo (2008), harga

jual beras organik yang berasal dari daerah Sragen dan Klaten rata-rata te-

lah mencapai Rp 7.000,00/Kg hingga Rp 10.000,00/Kg.

Page 84: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxxiii

5. Sarana dan prasarana

Dalam setiap proses kegiatan budidaya tanaman padi tentunya petani

membutuhkan sarana dan prasarana penunjang dari pemerintah di setiap

kegiatan usahataninya. Sarana dan prasarana tersebut antara lain berupa

peralatan seperti alat bajak sawah, alat pengggiling gabah, dan lain-lain

yang berguna untuk mempermudah pengerjaan usahatani oleh petani. Sela-

in itu petani mengharapkan bahwa harga pupuk organik (pupuk kompos)

maupun anorganik (Urea, TSP, dan Phonska) dapat stabil di tingkat petani.

Minimal dengan harga pupuk yang stabil, petani dapat memperkirakan be-

sarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam setiap musim tanam.

6. Kurangnya sosialisasi

Dalam usahatani padi dengan penerapan MPPBL masih banyak petani

yang belum paham akan arti penting dari pertanian alami yang ramah ling-

kungan sehingga masih banyak petani yang belum menerapkan usahatani

padinya dengan penerapan MPPBL. Hal tersebut dikarenakan peran serta

dari pemerintah Kabupaten Boyolai yang belum maksimal dalam membe-

rikan penyuluhan dan pembinaan pada petani padi. Penyuluhan tidak dila-

kukan secara kontinyu, pemerintah hanya memberikan penyuluhan tentang

budidaya tanaman padi dengan panerapan MPPBL pada awal pelaksanaan-

nya saja.

Page 85: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxxiv

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil ke-

simpulan sebagai berikut :

1. Kondisi penggunaan sarana produksi pada usahatani padi dengan pene-

rapan MPPBL telah mengurangi penggunaan pupuk Urea sebesar 60 %

(180.711,04 Kg/Ha), sudah tidak menggunakan pupuk TSP dan pupuk

Phonska, serta pestisida kimia. Usahatani padi dengan penerapan MPPBL

sudah mengikuti rekomendasi dari Departemen Pertanian Kabupaten

Boyolali yang menganjurkan panggunaan pupuk dan pestisida organik

serta pengurangan pupuk anorganik sebesar 75 % secara keseluruhan.

2. Rata-rata produktivitas padi usahatani padi dengan penerapan MPPBL

(75,25 Ku/Ha/MT), lebih besar dibandingkan rata-rata produktivitas padi

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL (71,39 Ku/Ha/MT).

3. Rata-rata pendapatan usahatani padi dengan penerapan MPPBL (Rp

11.487.549,84/MT/Ha) lebih tinggi daripada rata-rata pendapatan usahata-

ni padi tanpa penerapan MPPBL (Rp 7.350.528,58/MT/Ha), menunjukkan

bahwa usahatani padi dengan penerapan MPPBL dapat meningkatkan

pendapatan petani padi di Kabupaten Boyolali.

4. Efisiensi usahatani padi dengan penerapan MPPBL (R/C Ratio = 2,11)

maupun efisiensi usahatani padi tanpa penerapan MPPBL (R/C Ratio =

2,07) pada dasarnya sama.

5. Nilai Increamental B/C Ratio dari usahatani padi dengan penerapan

MPPBL dan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL sebesar 1,56, maka

dari itu usahatani padi dengan penerapan MPPBL lebih memberikan tam-

bahan manfaat atau lebih menguntungkan daripada usahatani padi tanpa

penerapan MPPBL.

Page 86: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxxv

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan

antara lain :

1. Petani padi yang belum mengusahakan usahatani padi tanpa penerapan

MPPBL sebaiknya mulai mengusahakan usahatani padi dengan penerapan

MPPBL karena usahatani ini efisien, dapat menambah lapangan pekerjaan

karena menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, dapat memberikan tam-

bahan manfaat atau menguntungkan untuk diusahakan, serta dapat menja-

ga dan memperbaiki kesuburan tanah.

2. Pemerintah Kabupaten Boyolali dapat memberikan pembinaan dan penyu-

luhan tentang budidaya tanaman padi dengan penerapan MPPBL yang

baik untuk menunjang usahatani padi dengan penerapan MPPBL, sehingga

petani menjadi lebih paham akan arti dari pembangunan pertanian berbasis

lokal dan pertanian yang alami. Pemerintah dapat memberikan bantuan

saprodi untuk menunjang kegiatan usahatani padi bagi petani.

71

Page 87: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxxvi

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius.Yogyakarta.

Andoko, Agus. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anonim. 2006. Padi Organik. Diakses lewat http://www.solo-kedu.com/wilayah/

tani_surakarta.htm. Pada tanggal 7 April 2008.

_______. 2008. Beras Organik. Diakses lewat http://marketinginvestasi@yahoo.

com. Pada tanggal 7 April 2008.

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Hadisapoetra, S..1973. Pembangunan Pertanian. Departemen Ekonomi Pertanian.

FP. UGM. Yogyakarta.

___________. 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. Fakultas Pertanian

UGM.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.

Handoyo, Johan. 2008. Menggagas Visi Pertanian 2030. Diakses lewat http://

www.Menggagas Visi Pertanian 2030.htm. Pada tanggal 7 April 2008.

Hardjowinego dan M. Luthfi. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia Publishing.

Malang.

Hernanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Isroi, 2007. Pupuk Hayati, Pupuk Organik, dan Pupuk Kimia. Diakses lewat

http://isroi.htm. Pada tanggal 10 juni 2008.

Kadarsan, H.W. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan

Agribisnis. PT Gramedia. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Mulyadi, S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia: dalam perspektif pembang-

unan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nasih, W.Y. 2006. Pupuk Organik. Diakses lewat http://nasih.staff.ugm.ac.id.

Pada tanggal 10 Juni 2008.

Nurcahyo, 2008. Petani Beras Organik Lebih Untung dari Konvensional. Diakses

lewat http://indonesiaindonesia.com Pada tanggal 12 Februari 2009.

Page 88: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxxvii

Singarimbun, M dan Effendi, S.I. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES.

Jakarta.

Soekartawi. 2001. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

_________. 1995. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

_________. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Surakhmad. 1994. Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito.

Bandung.

Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik:Pemasyarakatan dan

Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta.

Sutrisno, P. H. 1983. Dasar-dasar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi UGM.

Yogyakarta.

Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 89: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxxviii

Lampiran 29. Standar Deviasi, Varians dan Uji t

Hasil analisis perbandingan produktivitas, penerimaan, biaya,

dan pendapatan padi dengan pupuk organik dan padi dengan

pupuk non organik

1. Produktivitas Padi

Sebelum uji t, terlebih dahulu menghitung Fhitung pada kedua usahatani.

Sedangkan untuk mengetahui besarnya Fhitung, terlebih dahulu menghitung

besarnya standar deviasi produktivitas padi dengan penerapan MPPBL dan

padi tanpa penerapan MPPBL.

Diketahui :

Standar deviasi untuk produktivitas padi dengan penerapan MPPBL

(SD1) = 361,6718664

Varians untuk produktivitas padi dengan penerapan MPPBL

(S12) = 130.806,539

Standar deviasi untuk produktivitas padi tanpa penerapan MPPBL

(SD2) = 655,3526

Varians untuk produktivitas padi tanpa penerapan MPPBL

(S22) = 429.486,97

Sehingga :

28,3

130.806,54429.486,97

)kecil(SVarian

)besar(SVarianF

22

21

hitung

=

=

=

Ftabel = 1,85 , berdasarkan dk pembilang 30-1 = 29 dan dk penyebut 30-1 = 29

dengan a = 5 %. Jadi, Fhitung (3,28) lebih besar daripada Ftabel (1,85). Sehingga

varians heterogen. Karena varians heterogen dengan n1 = n2 , maka digunakan

uji t dengan rumus pooled varians atau separated varians.

Page 90: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

lxxxix

( ) ( )÷÷ø

öççè

æ+

-+-+-

-=

2121

222

211

21

hitung

n1

n1

2nnS1nS1n

XXt

X1 = 7.524,72 X2 = 7.139,49

S12 = 130.806,54 S2

2 = 429.486,97

n1 = 30 n2 = 30

Sehingga :

( ) ( )

2,82

136,70385,23

18.685,79

385,23

302

58,1212.455.122633.793.389,

385,23

301

301

23030429.486,97130130.806,54130

49,139.77.524,72t hitung

=

=

=

÷øö

çèæ+

=

÷øö

çèæ +

-+-+-

-=

n1 = 30, n2 = 30, dk = n1 -1 atau n2 - 1, maka t tabel (a = 0,05) = 1,70

Karena t hitung (2,82) > t tabel (1,70), maka dapat disimpulkan ada perbedaan

yang nyata antara produktivitas padi dengan penerapan MPPBL dan padi

tanpa penerapan MPPBL. Sehingga Ho ditolak dan Hi diterima.

2. Penerimaan Usahatani

Diketahui :

Standar Deviasi untuk penerimaan usahatani padi dengan penerapan MPPBL

(SD1) = 1.048.848,413

Varians untuk penerimaan padi dengan penerapan MPPBL

(S12) = 1,10008E+12

Standar deviasi untuk penerimaan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

(SD2) = 1.310.705,107

Varians untuk penerimaan padi tanpa penerapan MPPBL (S22) = 1,71795E+12

Page 91: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xc

Sehingga :

1,562

121,10008E121,71795E

)kecil(SVarian

)besar(SVarianF

22

21

hitung

=++

=

=

Ftabel = 1,85 , berdasarkan dk pembilang 30-1 = 29 dan dk penyebut 30-1 = 29

dengan a = 5 %. Jadi, Fhitung (1,562) lebih kecil daripada Ftabel (1,85). Sehingga

varians homogen. Karena varians homogen dengan n1 = n2 , maka digunakan

uji t dengan rumus pooled varians atau separated varians.

( ) ( )÷÷ø

öççè

æ+

-+-+-

-=

2121

222

211

21

hitung

n1

n1

2nnS1nS1n

XXt

X1 = 21.821.675,376 X2 = 14.278.968,25

S12 = 1,10008E+12 S2

2 = 1,71795E+12

n1 = 30 n2 = 30

Sehingga

( ) ( )

24,604

5306.563,741227.542.707,

729,549.329.981.93

1227.542.707,

302

581398205,41319024,3

122,707.542.7

301

301

23030121,71795E130121,10008E130

,2514.278.968-,37621.821.675t hitung

=

=

=

÷øö

çèæ+++

=

÷øö

çèæ +

-++-++-

=

EE

n1 = 30, n2 = 30, dk = n1 + n2 – 2 = 58, maka t tabel (a = 0,05) = 1,67

Karena t hitung (24,604) > t tabel (1,67), maka dapat disimpulkan ada perbedaan

yang sangat nyata antara penerimaan usahatani padi dengan penerapan

Page 92: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xci

MPPBL dan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Sehingga Ho ditolak dan

Hi diterima.

3. Biaya Usahatani

Diketahui :

Standar deviasi untuk biaya usahatani padi dengan penerapan MPPBL

(SD1) = 1.72.697,313

Varians untuk biaya padi dengan penerapan MPPBL

(S12) = 1,61976E+12

Standar deviasi untuk biaya usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

(SD2) = 1.089.806,03

Varians untuk biaya padi tanpa penerapan MPPBL

(S22) = 1,18768E+12

Sehingga :

36,1

1218768,1121,61976E

)kecil(SVarian

)besar(SVarianF

22

21

hitung

=++

=

=

E

Ftabel = 1,85 , berdasarkan dk pembilang 30-1 = 29 dan dk penyebut 30-1 = 29

dengan a = 5 %. Jadi, Fhitung (1,36) lebih kecil daripada Ftabel (1,85). Sehingga

varians homogen. Karena varians homogen dengan n1 = n2, maka digunakan

uji t dengan rumus poled varians atau separated varians.

( ) ( )÷÷ø

öççè

æ+

-+-+-

-=

2121

222

211

21

hitung

n1

n1

2nnS1nS1n

XXt

X1 = 10.334.125,55 X2 = 6.901.439,67

S12 = 1,61976E+12 S2

2 = 1,18768+12

n1 = 30 n2 = 30

Page 93: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xcii

Sehingga :

21,1189,986.30587,685.432.3

.05593.627.978

873.432.685,

302

581344426,3136973,4

873.432.685,

301

301

2-3030121)1,18768E-(30 121)1,61976E-(30

67,439.901.6,5510.334.125t

=

=

=

÷øö

çèæ+++

=

÷÷ø

öçèæ +

++++

-=

EE

n1 = 30, n2 = 30, dk = n1 – 1 atau n2 – 1, maka t tabel (a = 0,05) = 1,67

Karena t hitung (11,21) > t tabel (1,67), maka dapat disimpulkan ada perbedaan

yang nyata antara biaya usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan usaha-

tani padi tanpa penerapan MPPBL. Sehingga Ho ditolak dan Hi diterima.

4. Pendapatan Usahatani

Diketahui :

Standar deviasi untuk pendapatan usahatani padi dengan pupuk organik

(SD1) = 1.543.618,866

Varians untuk pendapatan padi dengan penerapan MPPBL

(S12) = 2,38276E+12

Standar deviasi untuk pendapatan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

(SD2) = 1.388.005,64

Varians untuk pendapatan padi tanpa penerapan MPPBL

(S22) = 1,92656E+12

Sehingga :

Page 94: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xciii

1,236

121,92656E122,38276E

)kecil(SVarian

)besar(SVarianF

22

21

hitung

=++

=

=

Ftabel = 1,85 , berdasarkan dk pembilang 30-1 = 29 dan dk penyebut 30-1 = 29

dengan a = 5 %. Jadi, Fhitung (1,236) lebih kecil daripada Ftabel (1,85). Sehingga

varian homogen. Karena varians homogen dengan n1 = n2 , maka digunakan uji

t dengan rumus pooled variasn atau separated varians.

( ) ( )÷÷ø

öççè

æ+

-+-+-

-=

2121

222

211

21

hitung

n1

n1

2nnS1nS1n

XXt

X1 = 11.487.549,831 X2 = 7.377.528,58

S12 = 2,61811E+12 S2

2 = 1,92656E+12

n1 = 30 n2 = 30

Sehingga

( ) ( )

84,10379.089,64

014.046.926,

111,43716E

01,926.046.4

302

581358702,51391,6

014.046.926,

301

301

23030121,92656E130122,61811E130

58,528.377.7,8311.487.549t hitung

=

=

+=

÷øö

çèæ+++

=

÷øö

çèæ +

-++-++-

-=

E

n1 = 30, n2 = 30, dk = n1 + n2 – 2 = 58, maka t tabel (a = 0,05) = 1,67

Karena t hitung (10,84) > t tabel (1,67), maka dapat disimpulkan ada perbedaan

yang nyata antara pendapatan usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan

usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Sehingga Ho ditolak dan Hi diterima.

5. Efisiensi Usahatani

Diketahui :

Page 95: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xciv

Standar deviasi untuk efisiensi usahatani padi dengan pupuk organik

(SD1) = 0,28

Varians untuk efisiensi dengan penerapan MPPBL

(S12) = 0,079

Standar deviasi untuk efisiensi usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

(SD2) = 0,29455

Varians untuk efisiensi padi tanpa penerapan MPPBL

(S22) = 0,0867

Sehingga :

097,1

0,08410,097

)kecil(SVarian

)besar(SVarianF

22

21

hitung

=

=

=

Ftabel = 1,85 , berdasarkan dk pembilang 30-1 = 29 dan dk penyebut 30-1 = 29

dengan a = 5 %. Jadi, Fhitung (1,097) lebih kecil daripada Ftabel (1,85). Sehingga

varian homogen. Karena varians homogen dengan n1 = n2 , maka digunakan uji

t dengan rumus pooled variasn atau separated varians.

( ) ( )÷÷ø

öççè

æ+

-+-+-

-=

2121

222

211

21

hitung

n1

n1

2nnS1nS1n

XXt

X1 = 2,11 X2 = 2,068

S12 = 0,097 S2

2 = 0,0867

n1 = 30 n2 = 30

Sehingga :

Page 96: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xcv

( ) ( )

51,00,0750,042

005,0

042,0

302

58516,229,2

0,042

301

301

230300,08671300,0841130

068,22,11t hitung

=

=

=

÷øö

çèæ+

=

÷øö

çèæ +

-+-+-

-=

n1 = 30, n2 = 30, dk = n1 + n2 – 2 = 58, maka t tabel (a = 0,05) = 1,67

Karena t hitung (0,51) > t tabel (1,67), maka dapat disimpulkan tidak ada perbe-

daan yang nyata antara efisiensi usahatani padi dengan penerapan MPPBL dan

efisiensi usahatani padi tanpa penerapan MPPBL. Sehingga Ho ditolak dan Hi

diterima.

Page 97: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xcvi

Lampiran 30. Penghitungan R/C dan B/C Ratio

Analisis R/C Ratio dan Increamental B/C Ratio usahatani padi dengan penerapan

MPPBL dan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL.

1. R/C Ratio

a. Padi dengan penerapan MPPBL

Rata-rata penerimaan usahatani padi dengan penerapan MPPBL

= Rp 21.821.675,376

Rata-rata biaya usahatani padi dengan penerapan MPPBL

= Rp 10.334.125,54

Maka

11,2

54,125.334.10376,675.821.21

/

=

=ratioCR

b. Padi tanpa penerapan MPPBL

Rata-rata penerimaan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

= Rp.14.278.968,25

Rata-rata Biaya usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

= Rp. 6.928.439,67

Maka :

069,2

67,439.928.625,968.278.14

/

=

=ratioCR

Nilai R/C Ratio kedua usahatani lebih besar dari 1, sehingga kedua usahatani

tersebut telah efisien.

2. Increamental B/C Ratio

Rata-rata penerimaan usahatani padi dengan penerapan MPPBL

= Rp 21.821.675,376

Rata-rata penerimaan usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

= Rp 14.278.968,25

Rata-rata biaya usahatani padi dengan penerapan MPPBL

= Rp 10.334.125,54

Page 98: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xcvii

Rata-rata biaya usahatani padi tanpa penerapan MPPBL

= Rp 6.928.439,67

557,1

87,685.405.3122,707.542.7

67,439.928.654,125.334.1025,968.278.14376,675.821.21

tantan

tantan

/

=

=

--

=

--

=

DD

=

MPPBLpenerapanpaMPPBLpenerapandenganiusahabiaya

MPPBLpenerapanpaMPPBLpenerapandenganpadiiusahapenerimaan

biayapenerimaan

RatioCBlIncrementa

Page 99: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xcviii

Lampiran 32. Penghitungan Angka Beban Tanggungan

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilakukan penghitungan Angka Beban

Tanggungan atau Dependency Ratio di Kabupaten Boyolali maupun Kecamatan

Teras Dependency Ratio (ratio ketergantungan atau beban tanggungan), yaitu

suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan usia non produktif dengan usia

produktif.

Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Boyolali dihitung sebagai berikut

:

%74,48

x100%772.634

196.74213.235

x100%tahun)65(15

tahun65tahun)14(0

x100%produktifUsiaPenduduk

ifnonproduktusiaPendudukTanggunganBebanAngka

=

+=

->+-

=

=

Sehingga diperoleh Angka Beban Tanggungan sebesar 48,74 %, artinya

setiap100 orang usia produktif menanggung 49 orang usia non produktif.

Angka Beban Tanggungan di Kecamatan Teras dihitung sebagai berikut :

%85,48

x100%30.163

3.52211.183

x100%tahun)65(15

tahun65tahun)14(0

x100%produktifUsiaPenduduk

ifnonproduktusiaPendudukTanggunganBebanAngka

=

+=

->+-

=

=

Sehingga diperoleh Angka Beban Tanggungan sebesar 48,85 %, artinya

setiap100 orang usia produktif menanggung 49 orang usia non produktif.

Sedangkan Angka Beban Tanggungan di Desa Tawangsari dihitung

sebagai berikut :

Page 100: ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN …/Analisis... · ANALISIS USAHATANI PADI MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS LOKAL DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Kasus

xcix

%93,48

x100%2.064

242768

x100%tahun)65(15

tahun65tahun)14(0

x100%produktifUsiaPenduduk

ifnonproduktusiaPendudukTanggunganBebanAngka

=

+=

->+-

=

=

Sehingga diperoleh Angka Beban Tanggungan sebesar 48,93 %, artinya

setiap100 orang usia produktif menanggung 49 orang usia non produktif.