penerapan usahatani padi organik di desa …
TRANSCRIPT
PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK DI DESA
BONTOJATI KECAMATAN PASIMASUNGGU TIMUR
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
MUH SAFRI
1059600578 10
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK DI DESA
BONTOJATI KECAMATAN PASIMASUNGGU TIMUR
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
MUH SAFRI
105960057810
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjanah Pertanian
Strata Satu(S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa
Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur
Kabupaten Kepulauan Selayar
Nama Mahasiswa : Muh Safri
Nomor Induk Mahasiswa : 1059600578 10
Konsentrasi : Penyuluh dan Komunikasi Pertanian
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Abubakar Idhan, MP Asriyanti Syarif, SP. M.Si
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi
Agribisnis
Ir. Saleh Molla, M.M Amruddin S.Pt,M.Si
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK DI DESA BONTOJATI
KECAMATAN PASIMASUNGGU TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN
SELAYAR
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, November 2014
MUH SAFRI
105960057810
ABSTRAK
MUH SAFRI. 105960057810. Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa
Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar.
Dibimbing oleh ABUBAKAR IDHAN dan ASRIYANTI SYARIF.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan usahatani padi organik
di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan
Selayar. Penelitian ini berlangsung dua bulan yakni bulan Agustus-September
2014. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriftif.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang ada di Desa Bontojati
yang mengusahakan usahatani padi organik. Sampel yang digunakan yaitu 22
orang petani (20%) dari 112 orang petani. Teknik sampel secara acak sederhana
(simple random sampling) metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
wawancara langsung dengan petani, dengan menggunakan kuisioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan usahatani padi organik di
Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar
sudah berjalan, walaupun pengelolaan dan penerapan padi organik berada pada
kategori sedang. Disebabkan karena masih menggunakan pupuk kimia sebesar
50%.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ballabulo tanggal 7 April 1990, dari Ayah
Malahama dan Ibu Dg Tabeang. Penulis merupakan anak
terakhir dari enam bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Sekolah Dasar
Negeri 1 Ujung, tamat tahun 2003 kemudian melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 2 Pasimasunggu Timur, tamat pada tahun 2006, kemudian melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Pasimasunggu Timur, tamat pada tahun 2009 dan
pada tahun 2010, penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi
yang berjudul “Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan
Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum wr.wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa
Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar”
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjanah serta menjadi aplikasi
pengetahuan dan ilmu penulis selama berada di bangku kuliah pada Jurusan
Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih setulus-tulusnya
kepada:
1. Bapak Ir. Abubakar Idhan, M.P, selaku Pembimbing I dan Ibu Asriyanti
Syarif, SP. M.Si, selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
2. Bapak Ir. Irwan Mado, MP, selaku penguji pertama dan Ibu Reni Fatmasari,
SP., M.Si, selaku penguji dua.
3. Bapak Ir. Saleh Molla, MM selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Amruddin. S.Pt, M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Segenap dosen pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar.
6. Teristimewah kedua orang tua saya Alh. Ayahanda Malahama dan Ibunda
Denta Beang serta segenap keluarga yang telah mendidik, mendoakan,
senantiasa memberikan nasehat, semangat dan bantuan baik moril maupun
material.
7. Buat sahabat-sahabat yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
Ikzar, Saenal, Ikbal, Mudak, Salman, Burhan, Carlos, Firman, dan teman-
teman seperjuangan jurusan Agribisnis angkatan 2010, serta teman-teman
pondok bambu penulis banyak mengucapkan terimah kasih.
8. Buat semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak sempat disebutkan satu-persatu terima kasih atas bantuannya.
Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Penulis pun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga Allah
SWT memberi lindungan bagi kita semua.
Makassar, November 2014
Muh Safri
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSATAKA
2.1. Pengelolaan Padi Organik ................................................................................ 4
2.2. Teknologi Budidaya Padi Organik ................................................................... 8
2.3. Implementasi Pertanian Organik ...................................................................... 9
2.4. Produksi ......................................................................................................... 10
2.5. Kerangka Pikir ............................................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 14
3.2. Teknik Penentuan Sampel .............................................................................. 14
3.3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 14
3.4. Analisis Data .................................................................................................. 15
3.5. Defenisi Operasional ...................................................................................... 16
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi .................................................................................. 17
4.1.1. Letak Geografis dan Administratif ........................................................... 17
4.1.2. Keadaan Iklim dan Topografi ................................................................... 17
4.1.3. Penggunaan Lahan .................................................................................... 18
4.2. Keadaan Penduduk ......................................................................................... 19
4.2.1. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur .............................. 19
4.2.2. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 20
4.2.3. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.......................... 20
4.2.4. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................ 21
4.3. Sarana dan Prasarana ..................................................................................... 21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Umur Responden ........................................................................................... 23
5.2. Luas Lahan ..................................................................................................... 24
5.3. Tingkat Pendidikan ........................................................................................ 25
5.4. Pengalaman Berusahatani .............................................................................. 26
5.5. Jumlah Tanggungan Keluarga ....................................................................... 27
5.6. Usaha Padi Organik ....................................................................................... 29
5.7. Pengelolaan Padi Organik .............................................................................. 30
5.8. Penerapan Padi Organik ................................................................................. 31
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 34
6.1. Kesimpulan .................................................................................................... 34
6.2. Saran .............................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
1. Pola Penggunaan Lahan ........................................................................................ 18
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ................................................. 19
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................................... 20
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................................. 21
5. Sarana dan Prasarana ............................................................................................ 22
6. Jumlah Petani Responden Menurut Kelompok Umur .......................................... 23
7. Jumlah Petani Responden Menurut Luas Lahan ................................................... 24
8. Jumlah Petani Menurut Tingkat Pendidikan ......................................................... 25
9. Jumlah Petani Menurut Pengalaman Berusahatani ............................................... 26
10. Jumlah Petani Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga ..................... 28
11. Pengelolaan Padi Organik ..................................................................................... 29
12. Penerapan Padi Organik ........................................................................................ 31
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
1. Wawancara Responden ......................................................................................... 54
2. Padi Sebelum Panen .............................................................................................. 54
3. Padi Setelah Panen ................................................................................................ 55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
Teks
1. Kuisioner Penelitian .............................................................................................. 35
2. Identitas Petani Responden ................................................................................... 40
3. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengelolaan Padi Organik ........................................ 41
4. Rekapitulasi Hasil Analisis Penerapan Padi Organik ........................................... 42
5. Pengambilan Dokumentasi Pada Responden dengan Wawancara ....................... 44
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian memiliki dua kebijaksanaan pokok yaitu : (1).
Mengembangkan ketahanan pangan yang berdasar pada kemampuan produksi,
sesuai daya dukung sumber daya alam yang dimiliki, kesesuaian komoditas serta
kelembagaan dan budaya lokal, (2). Mengembangkan agribisnis yang berorientasi
global dengan mengembangkan keunggulan kompetitif sumber daya alam dan
sumber daya manusia daerah yang bersangkutan (Panggabean, 2000).
Prioritas pembangunan pertanian dewasa ini adalah mengembalikan
swasembada pangan, peningkatan ekspor non migas dan menambah perolehan
devisa, yang sekaligus memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan
petani. Dengan strategi seperti ini pertanian diharapkan memberi kontribusi
signifikan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada masa pemulihan pasca krisis multi dimensi yang melanda bangsa
Indonesia saat ini, maka produk-produk pertanian diperhadapkan oleh berbagai
gejolak ekonomi. Salah satu gejolak ekonomi yang berhubungan dengan perilaku
petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah gejolak harga
(Ritonga, dkk., 2000).
Di Sulawesi Selatan, sentra produksi padi tersebar di beberapa kabupaten
yaitu Bantaeng, Sinjai, Bone, Sidrap, Soppeng, Selayar, Takalar dan Wajo. Padi
merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang dapat tumbuh disembarang
tempat dan tidak terlalu banyak menuntuk persyaratan lingkungan yang ideal.
2
Namun demikian untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman ini
memerlukan syarat-syarat yang harus di penuhi, syarat itu antara lain meliputi
sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah, sifat fisik tanah yaitu sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi pertumbuhan padi seperti tekstur, struktur keadaan, dan komposisi
serta air, sedangkan sifat kimia tanah menggambarkan kekayaan tanah akan
unsur-unsur hara yang dibutuhkan dan dapat diserap oleh tanaman yang
dibudidayakan (Basri, 2001).
Kebutuhan padi akan terus berkembang seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk dan perkembangan industri. Kebutuhan pasar yang besar belum dapat
diimbangi oleh peningkatan produksi, meskipun sumber daya alam, ketersediaan
lahan, sumber daya manusia, teknologi dan kondisi agroklimat cukup mendukung.
Pada umumnya produktivitas padi yang dihasilkan oleh petani masih
rendah, karena pengetahuan dan keterampilan teknis budidaya yang dimiliki
masih kurang mendukung. Pembinaan pengelolaan usahatani perlu ditingkatkan
usahatani padi ke depan diharapakan semakin produktif.
Padi organik adalah padi yang dibudidayakan tanpa penggunaan bahan-
bahan anorganik, seperti penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintesis. Untuk
memenuhi pendapatan petani maka muncul padi organik, yakni padi yang
disahkan oleh suatu badan independen untuk ditanam dan diolah menurut standar
organik yang ditetapkan (Ryan, 2007).
Upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas padi telah
ditempuh dengan beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan daya dukung
lahan dan pengembangan benih padi unggul misalnya non hibrida atau varietas
3
lapang. Namun sampai saat ini produktivitas usahatani padi di Desa Bontojati
masih rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu melakukan suatu penelitian
tentang bagaimana Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa Bontojati
Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam
pelaksanaan penelitian ini adalah : “Bagaimana penerapan usahatani padi organik”
di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan
Selayar?
1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui
penerapan usahatani padi organik” di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu
Timur Kabupaten Kepulauan Selayar ?
Kegunaan penelitian ini diharapkan sebagai :
1. Bahan informasi bagi pihak pemerintah dalam menentukan kebijaksanaan
dalam sistem penerapan usahatani padi organik di Desa Bontojati Kecamatan
Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar pada masa yang akan
datang.
2. Bahan referensi dan kajian bagi peneliti selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Padi Organik
Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam
padi secara konvensional, perbedaannya hanyalah pemilihan varietas dan
penggunaan pupuk dasar.
Pertanian organik biasanya diawali dengan pemilihan bibit atau benih
tanaman non-hibrida, selain untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, bibit
non-hibrida sendiri secara teknis memang memungkinkan untuk ditanam secara
organik. Ini dikarenakan bibit non-hibrida dapat hidup dan berproduksi optimal
pada kondisi yang alami. Sementara bibit atau benih hibrida biasanya
dikondisikan untuk dibudidayakan secara non-organik, seperti harus
menggunakan pupuk kimia atau pemberantasannya hanya dengan pestisida kimia
(Andoko, 2009).
Adapun pengelolaan budidaya padi organik menurut Andoko:
1. Pemilihan Varietas, varietas padi yang cocok ditanam secara organik yaitu
unggul. Agar berproduksi optimal, jenis padi ini tidak menuntut penggunaan
pupuk kimia, memang dampak pertanian modern yang hanya menggunakan
varietas unggulan atau hibrida adalah merosotnya keanekaragaman hayati
varietas, untunglah dari berbagai survei diperoleh bahwa masih ada beberapa
tempat di Indonesia yang sawah pertaniannya ditanami varietas unggulan, oleh
karena itu untuk keperluan penanaman padi organik tidak terlalu sulit
mendapatkan benihnya.
5
2. Persemaian, langka awalnya adalah melakukan seleksi benih, bermutu
merupakan syarat untuk mendapat hasil panen yang maksimal, umumnya
benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni, kering, sehat, bebas dari
penyakit dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak di kehendaki.
Berdasarkan persemaian dibuat dengan ukuran panjang bedengan 500-600 cm
atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut
tidak terlalu panjang, lebar bedengan 100-150 cm dan tinggi bedengan 20-30
cm, selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara pencangkulan ulang menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil dan selanjutnya diinjak-injak sampai halus,
bersamaan dengan penghalusan ini, lahan sawah dapat ditambahkan dengan
pupuk kandang (kotoran sapi/) sebanyak 40 kg.
3. Pengolahan Lahan, pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan tanah
pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur
tanah) yang dikehendaki oleh tanaman, pengolahan tanah sawah terdiri dari
beberapa tahap yaitu pembersihan, pencangkulan, pembajakan, dan
penggaruan. Penggaruan berguna meratakan dan menghancurkan gumpalan-
gumpalan tanah menjadi butiran tanah yang lunak dan halus.
4. Penanaman , umur bibit berpengaruh terhadap produktifitas, umur bibit terbaik
untuk dipindahkan adalah 18-25 hari (tergantung jenis padinya), bibit berdaun
5-7 helai, batang bagian bawah besar dan kuat, pertumbuhan bibit seragam
(pada jenis padi yang sama) dan bibit tidak terserang hama dan penyakit dapat
segerah di pindahkan ke lahan yang telah disiapkan jarak tanam yang paling
banyak di gunakan di Indonesia adalah 25 cm x 25 cm dan 30 cm x 30 cm.
6
5. Pemeliharaan, pemeliharaan tanaman padi terdiri dari penyulaman dan
penyiangan, pengairan, serta pemupukan, yang harus diperhatikan dalam
penyulaman (penggantian bibit yang rusak) yaitu bibit yang digunakan harus
jenis yang sama. Penyulaman tidak boleh melampaui 10 hari setelah tanam,
dan selain tanaman pokok (tanaman pengganggu) supaya dihilangkan.
Pengairan di sawah dapat dibedakan atas pengairan secara periodik,
pemupukan tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan hara yang berperan
sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan/produksi, pupuk
yang sering digunakan oleh petani berupa pupuk alam (organik) dan pupuk
buatan (anorganik). Pupuk organik yang digunakan sebagai pupuk dasar
berupa pupuk kandang atau kompos sebanyak 5 ton/ha, terkadang untuk
memperoleh pupuk kandang sebanyak 5 ton agak sulit, sebagai gantinya dapat
digunakan pupuk yang telah di fermentasi atau bokashi yang penggunaannya
lebih hemat jika dibandingkan dengan pupuk kandang atau kompos, cukup
1,5-2 ton/ha. Setelah itu dilakukan pemupukan susulan tahap pertama
dilakukan saat tanaman berumur 15 hari sebanyak satu ton/ha, pemupukan
susulan untuk tahap kedua pada saat tanaman berumur 25-60 hari (Andoko,
2009).
6. Pengendalian Hama dan Penyakit, pada budidaya padi organik pengendalian
hama dan penyakit dapat dilakukan dengan melakukan varietas yang tahan
dan dapat pula dilakukan dengan secara terpadu antara teknik budidaya,
biologis, fisik, (perangkat/umpan), dan kimia (pestisida organik).
7
7. Panen, sekitar 10 hari sebelum panen sawah harus dikeringkan agar masaknya
padi berlangsung serentak selain itu keringnya sawah akan lebih memudahkan
pemaneman. Pemaneman padi harus dilakukan pada saat yang tepat, panen
yang terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah,
yaitu banyak butiran hijau atau butiran berkapur, bila ini yang terjadi nantinya
akan memperoleh beras yang mudah hancur saat digiling. Panen padi dapat
dihitung berdasarkan umur tanaman, kadar air gabah, atau hari setelah
berbunga (hsb), tanda-tandanya adalah 95% mulai tampak kuning dan kadar
air gabah berkisar antara 21-26% (Agus dan Suparyono, 1993).
8. Pasca Panen, setelah dipanen gabah harus segerah dirontokkan dari malainya,
tempat perontokan dapat langsung di lahan atau di halaman rumah, perontokan
ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia atau mesin,
bila menggunakan mesin perontokan dilakukan dengan menyentuhkan malai
padi ke gerigi alat yang berputar, sementara perontokan dengan tenaga
manusia dilakukan dengan cara batang padi di pukul-pukul ke kayu hingga
gabah berjatuhan, untuk mengantisipasi agar gabah tidak terbuang saat
perontokan maka tempat perontokan harus diberi alas dari anyaman atau terpal
supaya seluruh gabah dapat tertampung. Agar tahan lama disimpan dan dapat
digiling menjadi beras maka gabah harus dikeringkan, pengeringan gabah
umumnya dilakukan dibawah sinar matahari, pengeringan bertujuan
menurunkan kadar air sampai suatu tingkat tertentu ( Agus dan Suparyono,
1993).
8
2.2 Teknologi Budidaya Padi Organik
Padi organik merupakan padi yang dibudidayakan secara organik, oleh
karena tanpa bahan kimia, padi organik tersebut pun terbebas dari residu pupuk
kimia dan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi manusia (Andoko, 2009).
Menurut Santosa (2005) secara umum budidaya padi organik mempunyai
kelebihan sebagai berikut :
1. Hemat air (tidak digenangi), kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air
untuk cara konvensional.
2. Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan
ekologi tanah.
3. Membantu petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli dilahannya
sendiri, tidak tergantung pada pupuk dan pestisida kimia buatan pabrik yang
semakin mahal dan terkadang langka.
Meskipun produksi padi organik sama dengan non-organik, secara ekonomi
beras organik harganya lebih tinggi. Apalagi ditunjang dengan semakin
banyaknya orang yang peduli akan kebutuhan pangan yang terbebas dari pestisida
kimiawi.
Varietas padi, tidak semua cocok untuk dibudidayakan secara organik. Padi
hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses
pemuliaan di laboratorium serta hanya dapat tumbuh dan berproduksi secara
optimal bila disertai dengan aplikasi pupuk kimia dalam jumlah banyak sehingga
hal ini menimbulkan ketergantungan petani terhadap pemanfaatan pupuk dan
pestisida kimia.
9
Varietas yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis antara lain
adalah pandan angin, dan lestari. Agar produksi optimal jenis padi tidak menuntut
penggunaan pupuk kimia (Andoko, 2009).
Kelebihan beras pandan wangi antara lain warna beras lebih putih dan tidak
berdebu, rasa nasi lebih hambar, warna nasi lebih putih dan wangi, dan beras
cukup satu kali cuci sudah bersih. Sedangkan kelebihan padi/beras lestari antara
lain bulir padi lebih banyak, rumpun padi lebih tebal, warna nasi lebih putih dan
kenyal, ukuran nasi lebih besar dan mudah diserap.
2.3 Penerapan Pertanian Organik
Di Indonesia pertanian organik baru dikenal awal tahun 1990-an padahal
sebenarnya pertanian organik di Indonesia bukan lagi hal baru. Sudah sejak lama
para leluhur kita bercocok tanam secara alami tanpa menggunakan pupuk buatan
pabrik dan pestisida kimia. Sistem pertanian yang berbasis bahan hing input
energi (bahan fosil) seperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak sifat-sifat
tanah dan akhirnya menurunkan produktifitas tanah untuk waktu yang akan
datang. Di sisi lain konsep pertanian organik menitiberatkan pada keterpaduan
dalam menjamin daur hara yang optimum (Johannsen et al, 2005).
Pertanian yang insentif merusak kesuburan tanah dan tidak
berkesinambungan sebaliknya praktek pertanian organik dapat menghasilkan
pangan secara berkesinambungan sehingga membantu masyarakat untuk
menghasilkan bahan pangan murah dan juga mengandung hanya sedikit bahan
pencemar. Sehingga mengurangi resiko keracunan makanan. Di samping itu
sistem pertanian organik lebih mengutamakan pencegahan dari pada
10
pemberantasan hama dan penyakit, sehingga dapat mengurangi penggunaan
pestisida yang dapat merusak lingkungan, biaya produksi lebih murah, tidak
merusak kesuburan tanah dan kesinambungan ketersediaan bahan organik, serta
tidak merugikan makhluk hidup lain. Sistem pertanian juga dapat memperbaiki
sifat kimia tanah dengan peningkatan P tersedia, N total, K tersedia, kandungan
karbon, asm humat, asam zulfat dan menjaga kestabilan pH tanah (Utami dan
Handayani, 2003).
2.4 Produksi
Hutabarat dan Heseini (2006) menyatakan bahwa produksi adalah proses
menggunakan sumberdaya untuk menghasilkan barang-barang, jasa atau kedua-
duanya. Produsen dapat menggunakan salah satu atau ketiga faktor produksi
(tenaga kerja, modal dan bahan baku) dengan kombinasi berbeda guna
menghasilkan satu atau banyak produk.
Produksi adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya berbagai
faktor produksi sekaligus dalam hal ini tanah, tenaga kerja dan modal, di samping
manajemen berfungsi sebagai koordinasi dari ketiga faktor produksi tersebut
Hutabarat dan Heseini (2006). Sedangkan Herudjito (2000) mengatakan bahwa
dalam menunjang keberhasilan agribisnis, maka tersedianya bahan baku pertanian
secara kontinue dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Tersedianya produksi
ini dipengaruhi oleh luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen dan faktor sosial
ekonomi produsen.
Optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah
bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Di dalam
11
terminologi ilmu ekonomi maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi
3 macam yaitu : (1) Efisiensi teknis, (2) Efesiensi alokasi (efesiensi harga), dan
(3) Efesiensi ekonomi.
Menurut Kurniawan (2008) bahwa secara umum pencapaian sistem
produksi dan sistem usahatani berkelanjutan ditentukan oleh empat faktor penentu
utama yaitu: (1) Kebijaksanaan pemerintah, (2) Dukungan eksternal (Kredit,
subsidi, Pemasaran, penyuluhan dan pelayanan lainnya), (3) Partisipasi petani
yang ditentukan oleh tujuan sumberdaya, kemampuan dan pengetahuan (4)
Ketersediaan teknologi maju (budidaya, pengolahan dan penyimpanan).
2.5 Kerangka Pikir
Padi organik telah mendapat perhatian untuk dibudidayakan kembali
setelah bertahun-tahun petani tergantung pada bibit hibrida dan pestisida kimiawi
yang merupakan imbas dari revolusi hijau, sadar akan dampak buruk yang
ditimbulkan dari revolusi hijau petani pun akhirnya berusaha mengembalikan
sistem bercocok tanam padi organik yang lebih rama lingkungan. Padi organik
merupakan suatu inovasi di bidang pertanian yang layak dikembangkan karena
memiliki keunggulan dari segi rasa, dan aspek kesehatan. Dari segi rasa beras
organik lebih embuk dan tidak cepat basi yakni 24 jam jika dibandingkan dengan
beras lain yang mampu bertahan selama 12 jam, meskipun harganya sedikit lebih
mahal, akan tetapi ditinjau dari aspek kesehatan beras organik tidak mengandung
toxin atau unsur yang bersifat racun dan dapat membahayakan kesehatan
manusia.
12
Inovasi padi organik merupakan informasi penting yang memperkenalkan
jenis padi yang bersifat ramah lingkungan, dan tidak memanfaatkan pupuk dan
pestisida kimia yang dapat merusak struktur tanah serta memiliki dampak negatif
dari aspek kesehatan. Informasi ini diperkenalkan kepada masyarakat tani melalui
media dan penyuluhan yang bertujuan untuk mengajak dan mengubah pola pikir
para petani untuk tidak bergantung pada pemanfaatan pupuk dan pestida kimia
yang harganya relatif mahal. Semakin seringnya petani mengikuti penyuluhan
maka semakin muda pula mereka menerima inovasi yang diberikan oleh
penyuluh sehingga petani akan dapat menerapkan pada usahatani mereka.
13
Adapun skema kerangka berfikir dapat dilihat dalam bentuk berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa
Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan
Selayar.
Penerapan Pengelolaan
Usahatani Padi Organik
Pertanian Orgnik
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur
Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan Lokasi ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa desa ini merupakan salah satu daerah
penghasil padi organik di Kabupaten Kepulauan Selayar. Waktu pelaksanaan
penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan dari bulan Agustus sampai September
2014.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi objek penelitian ini yaitu petani dan padi organik
yang terdapat di Desa Bontojati. Populasi yang menjadi objek pada penelitian ini
yaitu 112 yang terdapat di Desa Bontojati. Jumlah sampel pada penelitian ini
sebanyak 22 orang petani organik dengan persentase (20%). Pengambilan sampel
dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Dengan demikian
maka peneliti memberi hak yang sama pada setiap subjek dari populasi untuk
memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini teknik pengambilan data dilakukan dalam pengambilan data
primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan petani responden dengan menggunakan kuisioner. Sedangkan data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti
15
Kantor Desa Bontojati, Dinas Perindustrian dan Pertambangan, Badan Ketahanan
Pangan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Selayar.
3.4 Analisis Data
Didalam menganalisis data yang ada sehingga mampu menjawab rumusan
masalah adalah dengan menggunakan analisis deskriptif. Untuk mengetahui
penerapan usahatani padi organik dengan menggunakan teknik scoring yaitu
dengan memberikan skor pada setiap item pertanyaan. Item pertanyaan atau
kuisioner terdiri dari tiga alternatif pilihan yaitu kategori tinggi (skor 3), kategori
sedang (skor 2) dan kategori rendah (skor 1). Skor tersebut kemudian dijumlahkan
untuk menyatakan kriteria tinggi, sedang dan rendah. Untuk menentukan kisaran
dari setiap skor, digunakan pada interval setiap kegiatan dengan rumus scoring
(Sugiono. 2005) :
Dimana :
Skor Maksimun = 3
Skor Minimun = 1
Jumlah Kelas = 3
1 + 0,66 = 1,66
1, 67 + 0,66 = 2,33
2,34 + 0,66 = 3,00
16
Jadi Kategori :
Rendah = 0 – 1,66
Sedang = 1,67 – 2,33
Tinggi = 2,34 – 3,00
3.5 Defenisi Operasional
Untuk mendapat gambaran yang jelas tentang defenisi penelitian ini,
berikut digambarkan definisi operasional :
1. Padi organik adalah padi yang dibudidayakan secara organik tanpa bahan
kimia.
2. Penerapan usahatani padi organik adalah suatu tindakan atau pelaksanaan
usahatani padi yang menggunakan bahan organik sebagai sumber hara bagi
tanaman, pemberantasan hama dan penyakit tanpa menggunakan kimia
sintesis.
3. Pengelolaan padi organik adalah kegiatan untuk mengubah keadaan tanah
pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur
tanah) yang dikehendaki oleh tanaman secara alami.
4. Petani padi organik adalah petani yang membudidayakan tanaman padi,
dengan cara mengurangi atau bahkan, tidak menggunakan sumber unsur hara
dari kimia sintesis.
5. Usahatani padi organik adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan
tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman yang
dibudidayakan secara oragnik tanpa menggunakan bahan kimia.
17
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi
4.1.1 Letak Geografis dan Administratif
Kecamatan Pasimasunggu Timur merupakan salah satu wilayah dari 11
kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar. Secara geografis
Pasimasunggu Timur terletak ± 65 Mil Laut, dibagian Selatan Ibukota Kabupaten
Kepulauan Selayar.
Desa Bontojati merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan,
Desa ini berjarak ± 30 km dari Ibukota Kecamatan dan 62 mil laut dari Ibukota
Kabupaten. Luas wilayah Desa Bontojati ± 30 km² yang terdiri atas 3 Lingkungan
yaitu Lingkungan Ballabulo Timur, Lingkungan Ballabulo Tengah dan
Lingkungan Ballabulo Barat. Secara Geografis Desa Bontojati mempunyai batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lembang Baji’;
- Sebelah Barat berbatasan dengan Bontoharu;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bontobulaeng;
4.1.2 Keadaan Iklim dan Topografi
Wilayah Desa Bontojati mempunyai curah hujan rata-rata 1000 mm/tahun.
Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt Ferguzon termasuk tipe iklim B dengan
18
Kategori 7 bulan basah 4 bulan kering, sedangkan suhu udara rata-rata 32°c. Desa
Bontojati bertopografi daratan rendah dengan ketinggian 30 m dari permukaan
laut ( DPL ).
4.1.3 Penggunaan Lahan
Lahan yang terdapat di Desa Bontojati umumnya digunakan sebagai sawah
tadah hujan, tegalan dan kebun campuran. Pola penggunaan lahan di Desa
Bontojati dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu
Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014
No Pola Penggunaan Lahan Luas Lahan
( Ha )
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
Sawah Tadah Hujan
Bangunan dan Pemukiman
Tegalan
Kebun Campuran
Lain-Lain
523,40
39,40
52,58
78,62
10,00
74,34
5,59
7,47
11,17
1,42
Jumlah 704,00 100,00
Sumber : Data Sekunder setelah diolah 2014
Tabel 1 menunjukkan bahwa pola penggunaan lahan di Desa Bontojati
adalah sawah tadah hujan 523,40 Ha (74,34%). Hal ini disebabkan karena
sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah disektor pertanian. Kebun
campuran sebesar 78,62 Ha (11,17%) dan tegalan 52,58 Ha (7,47%), bangunan
dan pemukiman yaitu 39,49 Ha (5,59%) meliputi perkantoran, gedung sekolah,
rumah ibadah, perkebunan dan sebagainya.
19
4.2 Keadaan Penduduk
4.2.1 Penyebaran Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Umur penduduk sangat dipengaruhi aktivitas seseorang dalam mengelolah
bidang usahanya. Penduduk yang usianya lebih muda relatif memiliki kemampuan
fisik yang lebih kuat dan termotivasi meningkatkan aktivitasnya dibandingkan
dengan penduduk yang usianya lebih tua. Mengenai jumlah penduduk Desa
Bontojati dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Bontojati
Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014
No Kelompok Umur
(Tahun)
Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
1
2
3
0-14
15-54
≥ 55
124
819
386
9,33
61,62
29,04
Jumlah 1329 100,00
Sumber : Data Sekunder setelah diolah 2014
Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok umur 0-14 tahun berjumlah 124
jiwa (9,33%). Kelompok ini merupakan kelompok umur yang belum produktif
yang umumnya masih berstatus sebagai pelajar atau usia prasekolah. Kelompok
umur 15-54 tahun sebanyak 819 jiwa (61,62) dimana kelompok ini tergolong
umur yang produktif yang bekerja pada berbagai bidang. Kelompok 55 tahun
keatas sebanyak 386 jiwa (29,04%) yang merupakan kelompok umur yang tidak
produktif.
20
4.2.2 Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin memberikan klasifikasi tertentu dalam jenis pekerjaan.
Peranannya akan dapat menentukan bagi perkembangan wilayah baik skala
regional maupun skala nasional. Mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Bontojati
Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014
No Jenis Kelamin Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
1
2
Laki-Laki
Perempuan
620
709
46,66
53,34
Jumlah 1329 100,00
Sumber : Data Sekunder setelah diolah 2014
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Bontojati brdasarkan
jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 620 jiwa (46,66%), dan perempuan
sebanyak 709 jiwa (53,34%). Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir
seimbang walaupun jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah
penduduk laki-laki dengan selisih sebanyak 6,68% yang tergolong dari tingkatan
usia yakni, anak-anak,dewasa dan orang tua.
4.2.3 Penyebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menjadi salah satu tolak ukur majunya suatu wilayah
atau masyarakat. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pola pikir dalam
bertindak dan mengambil keputusan dalam kegiatannya, terutama dalam
pengelolaan usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas
pula pengetahuan yang dimiliki, dan sebaliknya semakin rendah tingkat
21
pendidikan maka akan lambat pula untuk menerima suatu informasi. Mengenai
tingkat pendidikan penduduk Desa Bontojati dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bontojati,
Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
TK
SD/Sederajat
SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
D2
S1
S2
Lain-Lain
35
205
170
177
7
10
1
724
2,63
15,43
12,79
13,31
0,53
0,75
0,08
54,48
Jumlah 1329 100,00
Sumber : Data Sekunder setelah diolah 2014.
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki
oleh Desa Bontojati terbesar adalah sekolah dasar dengan jumlah 205 orang
(15,43%), sedangkan tingkat pendidikan terakhir atau tinggi yang dimiliki oleh
masyarakat berada pada tingkat S2 dengan jumlah 1 orang (0,08%.)
4.2.4 Penyebaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
4.3 Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dan sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, karena berhubungan berbagai segi kehidupan
jasmani maupun rohani. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut tentunya akan
22
memperlancar kegiatan masyarakat., khususnya kegiatan peningkatan kerja dan
mutu pertanian di daerah tersebut. Sarana dan prasarana pada Tabel 5.
Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur
Kabupaten Kepulauan Selayar, 2014.
No Jenis Sarana
dan Prasarana
Jumlah Satuan
1
2
3
4
5
Bidang Sosial :
- Kantor Desa
- Mesjid/Musallah
- TPA
Bidang Ekonomi :
- Traktor
- Penggilingan padi
Bidang perhubungan :
- Jalan Desa Aspal
- Jalan Desa Tanah
- Jembatan
Bidang Pendidikan :
- TK
- SD
Bidang Kesehatan :
- Pustu
- Posyandu
1 buah
2 buah
2 buah
30 buah
4 buah
2 km
1 km
4 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Sumber : Data Kantor Desa Bontojati 2014.
Tabel 5 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Desa
Bontojati cukup memadai dalam melakukan berbagai kegiatan sosial, ekonomi
perhubungan, pendidikan dan kesehatan.
23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Umur Responden
Umur merupakan salah salah faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan petani dalam berusahatani. Umur mempengaruhi fisik dan pola pikir
petani. Pada umumnya petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang
lebih baik dibandingkan dengan petani yang umurnya relatif tua. Seseorang yang
muda relatif lebih cepat menerima hal-hal yang baru, berani mengambil resiko,
dan lebih dinamis. Sedangkan yang relatif tua mempunyai kapasitas pengelolaan
yang matang dan memiliki banyak pengalaman dalam mengolah usahataninya,
sehingga ia sangat hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh umur responden berkisar antara 33 tahun
sampai 59 tahun. Umur responden disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Petani Responden Menurut Kelompok Umur di Desa Bontojati
Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.
No Kelompok Umur
(Tahun)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1
2
3
33-41
42-50
51-59
10
7
5
45,46
31,82
22,72
Jumlah 22 100,00
Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa dari 22 orang responden terdapat 10
orang (45,46%) yang umur 33-41 tahun, 7 orang (31,82%) yang umur 42-50 tahun
dan 5 orang (22,72%) yang berumur 51-59 tahun. Hal ini menggambarkan
responden yang umur tua dan muda hampir sebanding. Umur muda identik
24
dengan umur produkif dan umur yang relatif lebih tua identik dengan umur yang
kurang atau tidak produktif.
5.2 Luas Lahan
Luas lahan merupakan kepemilikan lahan oleh petani yang digunakan
untuk uasahatani padi yang biasanya dinyatakan dalam satuan are. Luas lahan
usahatani mempengaruhi hasil produksi, karena luas lahan garapan petani lebih
memungkinan untuk memaksimalkan tingkat produksi sekaligus dapat
meningkatkan kualitas usahataninya. Identitas petani responden berdasrkan luas
lahan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Petani Responden Menurut Luas Lahan di Desa Bontojati
Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.
No Luas Lahan Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1
2
0,4-1,2
1,3-2,1
15
7
68,18
31,82
Jumlah 22 100,00
Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar luas lahan petani responden
dengan jumlah responden masih sempit 0,4-1,2 sebanyak 15 orang responden
dengan persentase (68,18%). Sementara petani yang berlahan 1,3-2,1 sebanyak 7
orang responden dengan persentase (31,82%). Hal ini menunjukkan bahwa petani
responden memiliki lahan yang sempit cenderung lebih mudah menerapkan padi
organik dibandingkan dengan petani responden yang memiliki lahan yang luas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, beberapa petani
responden yang memiliki lahan luas tidak semata-mata menerapkan padi organik
25
pada seluruh areal persawahan mereka. Awalnya petani responden melakukan
percobaan yakni hanya mengaplikasikan pada sebagian kecil lahan mereka, untuk
mengukur resiko kegagalan jika menerapkan inovasi baru tersebut, kemudian
setelah percobaan tersebut dianggap berhasil, maka proses yang dilakukan dengan
menambah luas areal penanaman hingga mencapai luas areal keseluruhan.
Sedangkan petani yang memiliki lahan sempit dapat dengan mudah menerapkan
teknologi baru dikarenakan resiko kegagalan dan kerugian yang dialami tidak
terlalu besar jika dibandingkan dengan petani responden yang memiliki lahan
luas.
5.3 Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal responden merupakan jenjang sekolah yang ditempuh
oleh responden yang diperhitungkan dari sistem pendidikan sekolah yang telah
berhasil ditamatkan oleh responden.
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah tahun sukses atau lamanya
pendidikan formal yang pernah diikuti oleh petani. Tingkat pendidikan merupakan
faktor yang mendorong seseorang untuk berfikir dan bertindak secara rasional,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya lebih relatif dan kritis.
26
Tabel 8. Jumlah Petani Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bontojati Kecamatan
Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.
No Lama Pendidikan
(Tahun)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1
2
3
SD
SLTP
SLTA
12
4
6
54,55
18,18
27,27
Jumlah 22 100,00
Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.
Tabel 8 menunjukkan bahwa petani responden yang merasakan pendidikan
hanya sampai tingkatan SD berjumlah 12 orang dengan persentase (54,55%), pada
tingkatan SLTP berjumlah 4 orang dengan persentase (18,18%) dan tingkatan
SLTA berjumlah 6 orang dengan persentase (27,27%). Tingkatan pendidikan
sangat mempengaruhi proses dan keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan.
Hal ini menggambarkan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan petani pola
pikir juga semakin luas dan tentunya akan lebih cepat dalam menerima apa yang
disampaikan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkat pendididkan yang
rendah akan sulit untuk memahami apa yang disampaikan sehingga hal ini akan
mempersulitkan pembangunan (Van De Ban, 2006).
5.4 Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani yang dimaksud adalah mulai diperhitungkan
sejak seorang petani mulai terlibat dalam kegiatan usahatani. Pengalaman
berusahatani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan
bekerja dan berfikir petani dalam mengelolah usahataninya. Pengalaman usahatani
responden dapat dilihat jelas dalam Tabel 9.
27
Tabel 9. Jumlah Petani Menurut Pengalaman Berusahatani di Desa Bontojati,
Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.
No Pengalaman berusahatani
(tahun)
Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
1
2
3
12-21
22-31
32-41
14
7
1
63,64
31,82
4,54
Jumlah 22 100,00
Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.
Terlihat pada Tabel 9 bahwa pengalaman berusahatani responden yang
berada pada 12-21 yakni sebanyak 14 orang petani responden dengan persentase
(63,64%), yang memiliki pengalaman berusahatani 22-31 yakni sebanyak 7 orang
responden dengan persentase (31,82%) dan yang memiliki pengalaman 32-41
sebanyak 1 orang responden dengan persentase (4,54%). Hal ini menggambarkan
bahwa petani responden memiliki pengalaman yang cukup untuk menentukan dan
mengembangkan usahatani selanjutnya. Lama berusahatani sangat erat kaitannya
dengan umur petani. Petani yang umurnya lebih tua dan memiliki pengalaman
berusahatani yang lebih banyak cenderung lebih berhati-hati dalam menyerap
teknologi baru yang ditawarkan dari luar, sebaliknya petani yang berumur lebih
mudah dengan pengalaman berusahatani yang sedikit cenderung lebih terbuka
dalam menerima hal baru yang ditawarkan karena kurangnya pengalaman yang
dimiliki dalam mengelolah usahatani serta resiko kegagalan yang akan
didapatkannya dilapangan. Hal ini, yang menyatakan bahwa petani yang telah
lama bergulat dalam dunia usahataninya dapat meningkatkan kemampuan petani
serta memberikan modal yang besar dalam menentukan usahataninya agar lebih
maju (Utami, 2003).
28
5.5 Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah semua orang yang tinggal suatu rumah
dengan biaya dan kebutuhan hidup lainnya ditanggung kepada keluarga.
Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya manusia pertanian yang
dimiliki oleh petani, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam
usahataninya. Jumlah anggota keluarga dapat menambah sumber tenaga kerja
dalam mengerjakan peroses produksi namun disatu sisi jumlah yang terlalu
banyak dapat menyebabkan biaya beban hidup juga bertambah terutama anggota
keluarga yang tidak aktif bekerja. Jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Petani Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Desa
Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan
Selayar 2014.
No Jumlah Tanggungan
Keluarga (orang)
Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
1
2
3
2-3
4-5
6-7
11
9
2
50,00
40,91
9,09
Jumlah 22 100,00
Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.
Pada Tabel 10 terlihat bahwa petani responden di Desa Bontojati memiliki
jumlah tanggungan keluarga yakni 2-3 orang sebanyak 11 petani responden
(50%), sedangkan 4-5 orang sebanyak 9 petani responden (40,91%) dan 6-7 orang
sebanyak 2 petani responden (9,09%). Hal ini menekankan bahwa keluarga yang
harus dibiayai hidupnya oleh petani responden pada umumnya tidak begitu
banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan pun terbilang relatif sedikit.
29
6.2 Pengelolaan Padi Organik
Sistem pertanian organik merupakan inovasi baru yang dikeluarkan oleh
Dinas Pertanian. Sebelumnya sistem pertanian dengan “intensifikasi pertanian”,
konsep dimana petani meningkatkan produksi dengan menggunakan pupuk
anorganik, dan pestisida. Oleh karena itu implementasi sistem pertanian organik
pada tanaman padi di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten
Kepulauan Selayar. Pengelolaan padi oranik dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pengelolaan Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu
Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.
No Uraian Nilai Kategori
1
2
3
4
5
6
Penggunaan pupuk kimia sebagai starter pada
awal pertumbuhan tanaman.
Peran pemerintah dalam penyediaan bibit
yang cocok dibudidayakan secara organik.
Peran kelompok tani dalam penyediaan bibit
padi organik.
Keaktifan menerima informasi tentang padi
organik
Kontak antara penyuluh dengan kelompok
tani dalam pengelolaan usahatani padi organik
Motivasi dalam pengelolaan usahatani padi
organik
1,82
2,27
1,73
2,5
2,23
2,18
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Jumlah 12,73
Rata-rata 2,12 Sedang
Sumber : Data Primer Setelah diolah 2014
Pada Tabel 11, menunjukkan bahwa petani masih menggunakan pupuk
kimia pada awal pertumbuhan tanaman tanaman walaupun porsinya 50% dan 50%
30
pupuk organik. Persen 50% ini berlangsung pada awal penerapan pertanian
organik, memasuki tahun kedua penerapan pertanian organik persinya bergeser
30% pupuk kimia dan 70% pupuk organik. Hal ini dapat dipahami karena mereka
sebelumnya telah terbiasa menggunakan pupuk kimia selama bertahun-tahun
dengan proses intensifikasi pertanian.
Pemerintah melalui penyuluh pertanian memberikan himbauan kepada
petani untuk melaksanakan pertanian organik melalui penyuluhan dan penyediaan
bibit yang cocok dibudidayakan secara organik. Walaupun pun staternya belum
merata kepada seluruh petani. Kelompok tani juga berperan cukup aktif
membantu anggota kelompok tani dalam pengelolaan padi organik.
Keaktifan menerima informasi tentang padi organik berada pada kategori
tinggi dengan nilai 2,5. Hal ini tidak lepas dari peranan penyuluh pertanian yang
senantiasa memberikan informasi pengetahuan tentang padi organik, dukungan
informasi juga diperoleh dari keluarga, teman yang berada dalam satu kelompok
tani senantiasa memberikan informasi pengetahuan mengenai usahatani padi
organik.
Petani melakukan kontak dengan anggota kelompok tani dan penyuluh,
berada pada kategori sedang dengan nilai 2,23, guna mendukung pengelolaan padi
organik. Kelompok tani dan penyuluh cukup intensif mengadakan pertemuan
guna memperluas informasi tentang padi organik.
Motivasi petani dalam pengelolaan usahatani padi organik berada pada
kategori sedang dengan nilai 2,18. Petani setelah mendapat informasi dalam
31
penyuluh partanian dan kelompok tani, cukup termotivasi untuk melakukan
pengelolaan usahatani padi organik.
6.3 Penerapan Padi Organik
Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara
individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Penerapan padi organik dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Penerapan Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu
Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.
No Uraian Nilai Kategori
1
2
3
4
5
6
Tingkat kesulitan penerapan padi
organik
Pemahaman teknologi budidaya
padi organik
Keuntungan membudidayakan
padi organik
Penggunaan pupuk kandang
Penggunaan pupuk bokasi
Kelanjutan sistem pertanian
organik
2,27
1,82
2,41
1,82
2,18
2,55
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Jumlah 13,05
Rata-rata 2,17 Sedang
Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.
Tabel 12, menunjukkan bahwa penerapan padi organik cukup mengalami
kesulitan disebabkan karena petani telah terbiasa menggunakan pupuk kimia dan
menggunakan pestisida sehingga petani untuk merubah kebiasaan dengan sistem
organik membutuhkan waktu yang cukup lama merubah pemikiran dan tradisi
32
cara pertanian an organik. Menurut petani, mereka merasa praktis menggunakan
pupuk kimia dibandingkan menggunakan pupuk organik. Selain itu ada beberapa
distributor yang menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang menawarkan
pupuk an-norganik kepada petani.
Pemahaman teknologi budidaya padi organik berada pada kategori sedang
disebabkan karena penyuluh cukup intensif memberikan masukan tentang
teknologi budidaya padi organik baik melalui pemberian informasi dan
demonstrasi. Menurut petani, penyuluh memberikan penyuluhan tentang hal ini,
dilakukan 2 kali dalam sebulan. Selain itu petani memahami teknologi budidaya
padi organik dengan bantuan anggota kelompok tani.
Pemahaman teknologi budidaya padi organik yang mereka dapatkan
berupa penggunaan pupuk organik, penggunaan musuh alami untuk mengatasi
hama, dan penggunaan benih yang cocok dibudidayakan secara organik.
Petani mendapatkan keunggulan dengan menanam secara organik.
Menurut mereka setelah usahatani dengan sistem ini baru berlangsung selama 1-2
tahun. Namun mereka merasakan, menguntungkan karena kualitas padi yang
dihasilkan, walaupun produksinya tidak sebesar dengan menggunakan sistem
pertanian an-organik. Selain itu kesuburan tanah terjaga, tanah menjadi
gembur/subur, memiliki unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Penerapan sistem pertanian organik pada usahatani padi organik
menggunakan pupuk kandang dan pupuk bokashi. Dari hasil wawancara dengan
petani penggunaan pupuk kandang dan pupuk bokshi berada pada kategori
sedang. Petani lebih banyak menggunakan pupuk bokashi dari pada pupuk
33
kandang. Karena bokashi komposisinya lengkap dari limbah tanaman dan kotoran
hewan, jika membandingkan dengan pupuk kandang yang hanya dari kotoran
hewan.
Kelanjutan sistem pertanian organik pada usahatani padi organik berada
pada kategori tinggi dengan nilai 2,55. Menurut petani responden bahwa mereka
akan mempertahankan system pertanian organik karena memiliki keunggulan
berupa kualitas tanaman padi, kesuburan tanah. Walaupun ad sejumlah petani
yang menjawab tidak karena tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang padi
organik masih kurang.
34
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian dan pembahasan yang mengkaji tentang
penerapan usahatani padi organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu
Timur Kabupaten Kepulauan Selayar, maka dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan padi organik dan penerapan padi organik berada pada kategori
sedang. Disebabkan karena masih menggunakan pupuk kimia sebesar 50%.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah
peningkatan intasitas pertemuan penyuluh dan kelompok tani dan memberikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam pengelolaan dan penerapan
usahatani padi organik.
35
DAFTAR PUSTAKA
Agus dan Suparyono, 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Andoko, 2009. Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hasanuddin, Makassar.
Basri, 2001. Dasar-dasar Agronomi. PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Hutabarat dan Heseini, 2006. Produksi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Herudjito, 2000. Faktor-faktor Produksi. Tenggarong Seberang
Johannsen et al, 2005. Organik Farming. A Contribution to suistanable poverty
allepation in Developing countries German NGO Forum Enviropment dan
Developmen.
Kurniawan, 2008. Prinsip-prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas
Indonesia Press. Jakarat
Panggabean, 2000. Pengembangan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Ritonga, dkk, 2000. Ekonomi Umum, Asas-asas, Teori dan Kebijaksanaan.
Penerbit Erlangga, Yokyakarta.
Ryan, 2007. Melirik Usahatani Padi Organik. PT. Pribumi Mekar. Bandung
Santosa, 2005. Rice Organik Farming Is Programme For Strengtenning Food
Security In Sustainable Rural Developmen. Bisnis.com, Jumat,
10/12/2004.
Sugiono, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung,
CV. Alfabeta.
Sumarno, 2007. Berusahatani Padi Dengan Sistem Anorganik. Bandung
Utami dan Handayani, 2003. Sistem Pertanian. Bina Aksara. Jakarta
Van De Ban, 2006. Penyuluhan Pertanian. Cetakan ke-8 penerbiy kanisius,
Yogyakarta. Disampaikan Pada Seminar Internasional Kamboja RO.
36
35
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian.
KUESIONER PENELITIAN (Pertanyaan Tertutup)
I. IDENTITAS PETANI RESPONDEN (PADI ORGANIK)
1. Nama : ……………………………………..
2. Umur : ……………………………………...Tahun
3. Pendidikan : ……………………………………..
4. Pengalaman berusahatani : ……………………………………...Tahun
5. Jumlah Tanggungan Keluarga : ……………………………………...
6. Luas Lahan : ………………………………………Ha
II. PENGELOLAAN USAHATANI PADI ORGANIK
1. Apakah Bapak/Ibu Saudara (i) masih menggunakan pupuk kimia sebagai
starter pada awal pertumbuhan tanaman?
a. Ya (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak (1)
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
36
2. Apakah pemerintah membantu dalam penyediaan bibit yang cocok
dibudidayakan secara organik?
a. Ya (3)
b. Cukup (2)
c. Tidak (1)
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
3. Apakah kelompok tani berperan dalam penyediaan bibit padi organik?
a. Ya (3)
b. Cukup (2)
c. Tidak (1)
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
4. Apakah Bapak/Ibu Saudara (i) aktif dalam mencari informasi mengenai
pengelolaan usahatani padi organik?
a. Aktif (3)
b. Cukup Aktif (2)
c. Tidak Aktif (1)
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
37
5. Apakah Bapak/Ibu Saudara (i) sering melakukan kontak dengan anggota
kelompok tani dan penyuluh dalam pengelolaan usahatani padi organik?
a. Sering (3)
b. Cukup Sering (2)
c. Jarang (1)
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
6. Apakah Bapak/Ibu, saudara (i) termotivasi dalam pengelolaan usahatani
padi organik?
a. Ya Termotivasi
b. Cukup Termotivasi
c. Tidak Termotivasi
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
III. PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK
1. Apakah Bapak/Ibu Saudara (i) dalam menerapkan usahatani padi organik
mengalami kesulitan?
a. Tidak (3)
b. Cukup Kesulitan (2)
c. Ya (1)
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
38
2. Apakah anda sudah memahami teknologi budidaya padi organik?
a. Ya (3)
b. Sebahagian (2)
c. Tidak (1)
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
3. Apakah anda merasa menguntungkan jika menanam padi secara organik?
a. Ya (3)
b. Cukup Menguntungkan (2)
c. Tidak (1)
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
4. Apakah bapak selama ini menggunakan pupuk kandang?
a. Ya (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak (1)
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
5. Apakah bapak selama ini menggunanakan bokasi?
a. Ya (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak (1)
Alasan : ..........................................................................................................
39
6. Apakah bapak akan mempertahankan sistem pertanian organik untuk
selamanya?
a. Ya (3)
b. Belum tau (2)
c. Tidak (1)
Alasan : ..........................................................................................................
.........................................................................................................
40
Lampiran 2. Identitas Petani Responden di Desa Bontojati, Kecamatan
Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.
No Nama
Responden
Umur
(Tahun)
Pendidikan Pengalaman
Usahatani
Luas
Lahan
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
1 Rusdi 39 SLTP 16 1 4
2 Abdul Muin 53 SD 29 1 3
3 Agus 47 SD 20 0,9 3
4 Bahtiar 47 SLTA 10 0,4 2
5 Arwin 35 SD 16 1,5 2
6 Andi Bahri 50 SD 22 0,75 4
7 Andi Nakir 47 SD 22 0,6 4
8 Muh Arasa 56 SLTA 26 0,5 4
9 Baso Salasa 57 SLTP 31 2 2
10 Milham 39 SLTP 15 2 4
11 Haemuddin 59 SD 41 1 4
12 Sappara 34 SD 12 2 3
13 Andi Asing 44 SLTA 22 2,1 6
14 Muh Darwis 47 SLTA 27 2 7
15 Andi Utta 35 SD 18 0,7 3
16 Muh Jufri 47 SLTP 20 0,8 5
17 Mappatunru 39 SLTA 15 1 4
18 Haeruddin 37 SD 14 0,5 3
19 Rahman 33 SD 12 0,8 2
20 Asis Argi 34 SLTA 12 1 5
21 Saenal 35 SD 16 2 3
22 Dea Pangantang 56 SD 12 1 2
41
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengelolaan Padi Organik di Desa
Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan
Selayar 2014.
No Nama Responden Pegelolaan Padi Organik
1 2 3 4 5 6
1 Rusdi 3 1 3 3 1 3
2 Abdul Muin 3 1 1 3 3 3
3 Agus 1 3 1 3 3 3
4 Bahtiar 1 3 3 3 1 1
5 Arwin 3 1 1 3 2 3
6 Andi Bahri 1 3 3 3 3 3
7 Andi Nakir 3 3 1 3 3 1
8 Muh Arasa 1 3 3 3 3 1
9 Baso Salasa 3 1 1 1 1 3
10 Milham 1 3 1 1 1 3
11 Haemuddin 3 1 3 1 3 3
12 Sappara 1 3 1 3 2 3
13 Andi Asing 3 1 1 2 3 1
14 Muh Darwis 1 3 1 2 2 3
15 Andi Utta 1 3 3 2 2 1
16 Muh. Jufri 3 1 1 3 1 1
17 Mappatunru 1 3 1 3 2 3
18 Haeruddin 1 3 3 2 3 1
19 Rahman 1 3 3 3 3 1
20 Asis Argi 1 3 1 3 2 3
21 Saenal 1 3 1 2 2 3
22 Dea Pangantang 3 1 1 3 3 1
Jumlah 40 50 38 55 49 48
Rata-rata 1,82 2,27 1,73 2,5 2,23 2,18
Keterangan : 1,00 – 1,66 = rendah
1,67 – 2,33 = sedang
2,34 – 3,00 = tinggi
42
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Penerapan Padi Organik di Desa
Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan
Selayar 2014.
No Nama
Responden
Penerapan Padi Organik
1 2 3 4 5 6
1 Rusdi 2 1 1 1 1 3
2 Abdul Muin 3 2 3 3 3 3
3 Agus 2 1 3 1 3 3
4 Bahtiar 3 1 3 1 3 3
5 Arwin 3 3 2 1 3 1
6 Andi Bahri 2 3 3 3 1 3
7 Andi Nakir 3 3 2 3 1 3
8 Muh Arasa 2 1 1 1 3 3
9 Baso Salasa 3 2 3 3 3 1
10 Milham 2 1 3 1 1 3
11 Haemuddin 2 2 1 1 1 3
12 Sappara 3 2 2 3 3 3
13 Andi Asing 3 1 3 1 3 1
14 Muh Darwis 2 2 3 1 1 1
15 Andi Utta 3 1 3 1 3 3
16 Muh. Jufri 2 2 3 3 1 3
17 Mappatunru 1 3 3 1 3 3
18 Haeruddin 3 1 3 3 3 3
19 Rahman 2 1 1 1 3 1
20 Asis Argi 1 2 2 3 1 3
21 Saenal 2 2 2 3 3 3
22 Dea Pangantang 1 3 3 1 1 3
Jumlah 50 40 53 40 48 56
Rata-rata 2,27 1,82 2,41 1,82 2,18 2,55
Keterangan : 1,00 – 1,66 = rendah
1,67 – 2,33 = sedang
2,34 – 3,00 = tinggi
43
Lampiran 5. Pengambilan Dokumentasi Pada Responden dengan Wawancara
Gambar 1. Wawancara Responden
Gambar 2. Padi sebelum panen
44
Gambar 3. Padi Setelah Panen