usulan pemilihan pemasok dengan analitycal...
TRANSCRIPT
USULAN PEMILIHAN PEMASOK DENGAN ANALITYCAL
HIERARCHY PROCESS DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI
DENGAN KONSEP VENDOR MANAGED INVENTORY
Ahmad Ridwan
Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta
Abstrak
PT. MESINDO TEKNINESIA adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa layanan electro-mechanical workshop specialist dan menyediakan kombinasi dari layanan teknis dan profesional yang terpadu. Jasa layanan perusahaan meliputi bidang motor / generator dan transformator. Untuk mendukung sistem dan mutu kerja yang sesuai dengan standar, perusahaan juga bekerja sama dengan banyak pemasok part / bahan baku perbaikan motor / generator guna meningkatkan kepuasan layanan kepada para pelanggannya.
Pemilihan suplier oleh PT. Mesindo Tekninesia adalah salah satu aspek penting yang menjamin kelancaran operasional perusahaaan sehingga tujuan dari penelitian ini adalah memilih supplier terbaik dengan menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan mempertimbangkan kriteria harga, kualitas, waktu pengiriman, ketepatan jumlah serta kriteria costumer care. Penelitian ini juga menghitung peramalan kebutuhan agar supplier terpilih dapat mengelola persediaannya dengan tepat. Selain itu juga dibuat suatu usulan sistem informasi dengan konsep vendor managed inventory.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan metode Multi-Criteria Decission
making, khususnya Analytical Hierarchy Process (AHP), diperoleh hasil dari bobot prioritas bahwa supplier potensial yang terpilih adalah PT. Multi Tembaga Utama. Dalam penelitian ini juga dihasilkan suatu usulan sistem informasi Vendor Managed Inventory, diharapkan dengan sistim informasi ini proses pengadaan bahan baku antara supplier terpilih dan PT.Mesindo Tekninesia dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien
Kata kunci : Analytical Hierarchy Process, Vendor Managed Inventory
PENDAHULUAN
Berdasarkan fenomena yang terjadi di
negara-negara maju, terutama yang dialami
oleh perusahaan-perusahaan multinasional,
ternyata kunci dari peningkatan kinerja
rangkaian proses tersebut terletak pada
kemampuan perusahaan dalam bekerja sama
dengan para mitra bisnisnya, yang dalam hal
ini adalah mereka memberikan pasokan-
pasokan kebutuhan perusahaan dalam
berbagai bentuk. Pengintegrasian secara
optimal antara proses-proses internal didalam
perusahaan dengan proses-proses para mitra
bisnis tidak sekedar meningkatkan efisiensi,
efektivitas, dan kualitas internal semata,
namun lebih jauh lagi menciptakan suatu
keunggulan kompetitif tertentu bagi
perusahaan terkait.
PT. MESINDO TEKNINESIA adalah
perusahaan yang bergerak di bidang jasa
layanan electro-mechanical workshop
specialist dan menyediakan kombinasi dari
layanan teknis dan profesional yang terpadu.
Jasa layanan perusahaan meliputi bidang
motor / generator dan transformator..
Sering kali perusahaan mengalami
masalah dalam hal pengadaan bahan baku /
komponen yang digunakan dalam jasa
layanannya. Pentingnya ketersediaan produk
yang fleksibilitas penyerahan yang diperlukan
perusahaan terhadap pemasok untuk
mengantisipasi perubahan permintaan barang
yang dapat terjadi sewaktu-waktu karena
adanya perubahan permintaan pelanggan ini
kurang diperhatikan, sehingga perusahaan
mengalami kerugian karena kemunduran
waktu untuk kegiatan operasionalnya yang
disebabkan bahab baku yang dipesan dari
pemasok tidak datang tepat waktu. Selain itu
faktor harga yang lebih murah terkadang
menjadi prioritas perusahaan untuk
meningkatkan daya saingnya yang pada
akhirnya kualitas material juga harus lebih
diperhatikan.
Berdasarkan permasalahan tersebut,
perusahaan berusaha mencari cara yang
efektif dan optimal dalam menjalankan
konsep supply chain. Salah satu cara untuk
melaksanakan konsep ini adalah dengan
menentukan kriteria supplier selection yaitu
suatu usaha perusahaan dalam lingkup kerja
sama antara perusahaan pembeli dan pemasok
dengan cara meninjau, mengevaluasi, dan
memilih pemasoknya untuk menjadi bagian
penting dari rantai pasokan, usaha-usaha ini
meliputi : pentingnya memilih pemasok yang
menyediakan mutu produk yang sempurna,
pentingnya ketersediaan produk, pentingnya
konsistensi atau keandalan terhadap waktu
penyerahan, pentingnya biaya produksi dan
pelayanan setelah penjualan (Indrajit &
Djokopranoto, 2005).
Salah satu metode yang digunakan
agar dapat mendukung sistem pengambilan
keputusan dalam pemilihan pemasok
berdasarkan alternatif-alternatif yang ada
dengan pertimbangan berbagai kriteria maka
digunakan analisa metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) dan dibuat suatu
sistem informasi dengan konsep Vendor
Managed Inventory (VMI) yang diharapkan
dapat membantu menyelesaikan masalah
perusahaan pada saat ini.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang ada di PT.
MESINDO TEKNINESIA adalah mengenai
pemilihan supplier. Dalam hal pengadaan
material, perusahaan lebih cenderung menilai
dari faktor harga. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan pemasok kurang
diperhatikan seperti dalam melakukan proses
pengadaan bahan baku kadang terjadi
kemunduran proses operasional diakibatkan
bahan baku yang dipesan dari pemasok
mengalami keterlambatan serta waktu
penyerahan untuk penggantian produk yang
tidak sesuai tidak tepat waktu, maka secara
otomatis kegiatan proses produksi akan
terganggu sehingga perusahaan mengalami
kerugian.
Agar dapat mendukung sistem
pengambilan keputusan dalam pemilihan
pemasok berdasarkan alternatif-alternatif yang
ada dengan pertimbangan berbagai kriteria
maka digunakan analisa metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) dan dibuat suatu
sistem informasi dengan konsep Vendor
Managed Inventory (VMI) yang diharapkan
dapat membantu perusahaan dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :
1. Menganalisa kriteria-kriteria yang
digunakan perusahaan terhadap
pemasok sebagai pertimbangan dalam
mengambil keputusan untuk memilih
pemasok-pemasok tersebut.
2. Menentukan supplier potensial
dengan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP)
3. Menentukan tingkat kebutuhan untuk
jangka waktu satu tahun mendatang
dengan menggunakan peramalan
(forecasting) agar supplier dapat
mengelola persediaannya dengan
tepat.
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan di PT. Mesindo
Tekninesia, yang bermaksud untuk
menentukan supplier terpilih berdasarkan
pendapat dan intuisi para ahli dalam hal
pengadaan barang untuk memilih yang terbaik
dari alternaif-alternatif yang dievaluasi
dengan beberapa kriteria.
Penelitian dilakukan dengan mengadakan
kuesioner yang di isi oleh orang yang paling
mengerti/ahli dalam hal pengadaan barang
yaitu Workshop Manager dan Purchasing
Dept Head di PT. Mesindo Tekninesia. Selain
itu, penelitian ini juga menghitung peramalan
kebutuhan agar supplier terpilih dapat
mengelola persediaannya dengan tepat dan
juga dibuat suatu usulan sistem informasi
dengan konsep vendor managed inventory
dengan supplier terpilih.
Supply Chain Partnership
Untuk mengoptimalkan Supply Chain
Management ini hal yang mungkin
dilaksanakan adalah dengan melalui proses
yang panjang dan antar pihak yang makin
saling mengenal. Dengan demikian, satu-
satunya cara adalah diantara mereka yang
terkait terdapat semacam partnering.
Optimalisasi tidak mungkin dicapai apabila
dilakukan oleh supplier yang terus menerus
berbeda dan berganti, karena hal-hal yang
diinginkan tersebut tidak akan mungkin
terwujud secara optimal (Eko Indrajit dan
Djokopranoto, 2002).
Analytical Hierarchy process (AHP)
Analytical Hierarchy Process adalah
pendekatan dasar untuk pengambilan
keputusan. AHP didesain untuk dapat
mengulangi rasional dan intuisi untuk
memilih yang terbaik dari alternaif-alternatif
yang dievaluasi dengan beberapa kriteria.
Dalam proses ini pembuat keputusan
menggunkan pairwise Comparasion
judgement yang digunakan untuk
memebentuk seluruh prioritas untuk
mengetahui ranking ranking dari alternatif
berdasarkan tingkat kepentingannya.
Hasil pengisian Pairwaise
comparisons kemudian diolah untuk
menentukan bobot pada setiap kriteria dalam
menentukan alternatif keputusan. Pengolahan
ini menggunakan tiga langkah yaitu
menentukan geometric mean, melakukan
proses normalisasi, dan menentukan bobot
nilai. Dalam menentukan geometric mean ,
formulasi yang digunakan adalah:
MG =
Dimana:
MG = geometric mean
Xi = atribut k e- 1
n = jumlah atribut
Untuk dapat mendapatkan metrik yang terdiri
dari penilaian terhadap tingkat kepentingan
dan bobot relatif maka diperlukan skala untuk
membadingkan penilaian.
Consistency Index (CI)
Setelah bobot nilai tiap alternative
terhadap kriteria diperoleh, maka langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah
pengecekan konsistensi. Pengecekan
konsistensi dilakukan untuk mengetahui
apakah perbandingan berpasangan yang
sudah dibuat masih berada di dalam batas
kontrol penerimaan atau tidak. Apabila
berada di luar batas maka dapat diartikan
terjadi ketidak konsistenan. Ketidak
konsistenan menyebabkan hubungan pada
matriks berpasangan menyimpang dari
keadaan yang sebenarnya. Penyimpangan ini
dinyatakan dengan Consistency Index (CI).
Consistency Index (CI) adalah tingkat
kekonsistensian seseorang di dalam
memberikan penilaian terhadap suatu
elemen di dalam masalah.
Rumus dari CI adalah sebagai berikut :
CR =
Dimana :
Nilai maksimum dari eigen matriks
yang bersangkutan
n = Jumlah elemen yang dibandingkan
Consistency Ratio (CR)
Consistency Ratio (CR) adalah angka
yang menunjukkan penerimaan tingkat
kekonsistensian (CI) dari seseorang terhadap
penilaian-penilaian yang dia berikan terhadap
suatu masalah berdasarkan angka random
consistency yang sudah ditabelkan.
Rumus dari CR adalah :
CR =
Dimana : CI = Consistency Index
RC = Random
Consistency
Nilai dari CR haruslah berada
diantara 10 % atau kurang untuk dapat
diterima tetapi pada kasus-kasus tertentu,
nilai CR sampai dengan 20 % masih
diperbolehkan.
Random Index (RI) adalah
consistency index dari matrix respirokal
umum yang dibandingkan secara random
dari skala 1-9.
Tabel 1. Skala Perbandingan
Bobot Definisi Penjelasan
1 Tingkat kepentingan sama Dua aktivitas dan penilaian kontribusi yang sama terhadp
tujuan
3 Tingkat kepentingan sedang Pengalaman dan penilaian agak menyukai salah satu
aktivitas dibandingkan dengan yang lainnya
5 Tingkat kepentingan kuat Pengalaman dan penilaian sangat menyukai salah satu
aktivitas dibandingkan denmga yang lainnya
7 Tingkat kepentingan sangat kuat Suatu aktivitas sangat disukai dan pengaruhnya trlihat
dikenyataan
9 Tingkat kepentingan ekstrim Suatu aktivitas sangat disukai dan menempati peringatan
yang tertuinggi dari segala kemungkinan yang ada
2,4,6,8 Nilai tengah Ketika diperlukan kiompromi
Tabel 2. Random Index
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51
Usulan Pemilihan Supplier
Dalam penelitian ini, diajukan metode
AHP dengan cara menentukan kriteria-kriteria
dan subkriterianya. Dasar dalam penentuan
kriteria dan subkriteria yang sesuai dalam
menentukan supplier/pemasok yang potensial
yaitu dilakukan pengamatan langsung
dilapangan serta berdasarkan hasil studi
pustaka jurnal yang telah disetujui dan di
evaluasi oleh perusahaan.
Berikut ini adalah beberapa kriteria dan
subkriteria dalam hal pemilihan supplier :
1. Kriteria Harga (H)
- Kepantasan harga dengan kualitas
barang yang dihasilkan (H1)
- Kemampuan untuk memberikan
diskon / potongan harga (H2)
2. Kriteria Kualitas (Q)
- Kesesuaian barang dengan spesifikasi
yang sudah ditetapkan (Q1)
- Penyediaan barang tanpa cacat (Q2)
- Kemampuan memberikan kualitas
yang konsisten (Q3)
3. Kriteria Ketepatan Pengiriman (D)
- Kemampuan untuk mengirimkan
barang sesuai dengan tanggal yang
telah disepakati (D1)
- Kemampuan dalam hal penanganan
sistem transportasi (D2)
4. Kriteria Ketepatan Jumlah (J)
- Ketepatan dan kesesuaian jumlah
dalam pengiriman (J1)
- Kesesuaian isi kemasan (J2)
5. Kritria Customer Care (C)
- Kemudahan untuk dihubungi (C1)
- Kemampuan untuk memberikan
informasi secara jelas dan mudah
untuk dimengerti (C2)
- Kecepatan dalam hal menanggapi
permintaan pelanggan (C3)
- Cepat tanggap dalam menyelesaikan
keluhan pelanggan (C4)
Ditentukan pula beberapa supplier yang
terpilih untuk bersedia memasok barang yang
dibutuhkan oleh PT. Mesindo Tekninesia,
yaitu : PT. M1, PT. M2, PT. M3, dan PT. M4.
Model AHP
Tujuan/Goal Kriteria Subkriteria Alternatif
Gambar 1 Struktur Hirarki Tujuan Proses Pemilihan Supplier Potensial
Tabel 3 Hasil Perhitungan (AHP) Bobot Prioritas Kriteria, Subkriteria, dan Alternatif
No. Kriteria bobot
Kriteria Subkriteria
Bobot Subkriteria
Alternatif Bobot
Alternatif
Consistency Ratio
CR ≤ 0.1 Keterangan
1 H 0,1320
H1 0,7122
M1 0,122
0,0393 Layak M2 0,219
M3 0,214
M4 0,445
H2 0,2878
M1 0,1633
0,0605 Layak M2 0,1239
M3 0,1963
M4 0,5165
2 Q 0,4121
Q1 0,5944
M1 0,1900
0,071 Layak M2 0,1343
M3 0,2196
M4 0,4561
Q2 0,1567
M1 0,1405
0,0664 Layak M2 0,1424
M3 0,3451
M4 0,372
Q3 0,2489
M1 0,1574
0,0374 Layak M2 0,1428
M3 0,451
M4 0,2488
3 D 0,2306
D1 0,6667
M1 0,1230
0,047 Layak M2 0,1211
M3 0,2489
M4 0,5070
D2 0,3333
M1 0,0942
0,025 Layak
M2 0,1457
M3 0,2545
M4 0,5055
4 J 0,1218
J1 0,5857
M1 0,1230
0,047 Layak M2 0,1211
M3 0,2489
M4 0,5070
J2 0,4143
M1 0,1018
0,0413 Layak M2 0,1364
M3 0,4043
M4 0,3575
5 C 0,1035 C1 0,1305 M1 0,1220 0,0393 Layak
M2 0,2190
M3 0,2140
M4 0,4450
C2 0,2023
M1 0,1514
0,0611 Layak M2 0,1687
M3 0,2203
M4 0,4568
C3 0,2356
M1 0,0942
0,025 Layak M2 0,1457
M3 0,2545
M4 0,5055
C4 0,4317
M1 0,1018
0,0413 Layak M2 0,1364
M3 0,4043
M4 0,3575
Usulan Sistem Informasi VMI
Beberapa definisi Sistem Pengelolaan
Persediaan oleh Pemasok (Vendor Managed
Inventory) yang disampaikan oleh para ahli
diantaranya :
American Production and Inventory
Control Society, APICS (2005) Vincent
Gaspers (2007) yaitu Sistem Pengelolaan
Persediaan oleh Pemasok adalah sistem
optimisasi kinerja supply chain, dimana
pemasok mempunyai akses ke data
inventory pelanggan dan bertanggung
jawab untuk mempertahankan tingkat
inventory oleh pelanggan.
Menurut Render dan Heizer (2005)
Sistem pengelolaan persediaan oleh
pemasok adalah penggunaan pemasok
(distributor) untuk menjaga persediaan
perusahaan pelanggan dan biasanya
mengirimkan langsung ke titik
penggunaan.
Menurut Arjan J. Van Weele (2007)
Sistem Pengelolaan Persediaan oleh
Pemasok adalah Program pengisian ulang
persediaan secara berkelanjutan yang
menggunakan pertukaran informasi
antara perusahaan pelanggan dan
pemasok untuk memberikan pemasok
wewenang untuk mengelola dan mengisi
ulang produk atau persediaan dalam
gudang.
Berdasarkan definisi sistem vendor managed
inventory oleh para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa VMI merupakan suatu sistem yang
memberikan pemasok tanggung jawab penuh
dalam mengelola persediaan perusahaan
pelanggannya melalui perhitungan tingkat
persediaan optimal berdasarkan informasi
penjualan dan target penjualan dari perusaaan
pelanggan, persediaan ditempatkan di fasilitas
perusahaan pelanggan, namun persediaan tersebut
Tabel 4 Lanjutan Hasil Perhitungan Bobot Prioritas Kriteria, Subkriteria, dan Alternatif
tetap menjadi milik pemasok hingga digunakan
oleh perusahaan pelanggan.
Berdasarkan identifikasi permasalahan dan
analisa yang telah dilakukan maka dihasilkan
usulan perbaikan terhadap sistem lama, yang
dijelaskan pada tabel 4.40.
Tabel 6 Perbandingan Sistem Lama dengan Usulan Sistem
Keterangan
Permasalahan Sistem Lama Usulan Sistem
Sistem penyimpanan
data pada masing-
masing bagian
Sistem penyimpanan data
secara komputerisasi hanya
dilakukan pada beberapa
bagian saja. Sementara bagian
lainnya masih menggunakan
dokumentasi dalam bentuk
dokumen kertas.
Penyimpanan data disimpan
dengan menggunakan sistem
yang terkomputerisasi dalam
suatu database
Sistem pencarian data
pada masing-masing
bagian
Pencarian data untuk suatu
kepentingan tertentu, sebagian
besar dilakukan dengan cara
manual.
Pencarian data dilakukan
dengan penggunaan sistem yang
terkomputerisasi dan
terintegrasi.
Sistem penyimpanan
informasi
Penyimpanan informasi antar
bagian yang penting dalam hal
pengadaan barang masih
dilakukan dengan
menggunakan dokumentasi
kertas.
Penyimpanan data disimpan
dengan menggunakan sistem
yang terkomputerisasi
Keakurasian data Sebagian besar proses
penyimpanan dan penulisan
informasi untuk kepentingan
pengadaan barang dilakukan
secara manual
Proses penyimpanan dan
penulisan informasi dilakukan
secara terkomputerisasi dimana
penggunaan sistem ini
meminimalisir kesalahan proses
input data.
Dari data diatas dapat dilihat usulan sistem yang akan dibuat dan perbandingan langsung
dengan sistem yang lama (yang masih berjalan saat ini). Tujuan dari usulan sistem ini adalah membuat
sistem yang terkomputerisasi dan terintegrasi antar bagian yang terkait dalam proses pengadaan
barang antara PT.Mesindo Tekninesia dengan supplier. Selain itu usulan sistem ini juga secara
otomatis membuat sistem pencarian data dan penyimpanan data secara lebih mudah, tepat dan cepat.
Gambar 4.26 Flowchart Usulan Sistem VMI
Usulan sistem vendor managed inventory dimulai dari dibuatnya peramalan kebutuhan untuk
satu jenis barang untuk kebutuhan selama satu tahun oleh bagian purchasing di PT. Mesindo
Tekninesia. Hasil peramalan selama satu tahun menjadi input bagi sistem tersebut. Input berupa
peramalan kebutuhan selama satu tahun akan disimpan dalam suatu wadah berupa database yaitu
database peramalan kebutuhan barang.
Berdasarkan peramalan kebutuhan yang sudah disimpan dan melalui sistem yang terintegrasi,
maka data tersebut dijadikan patokan untuk pemesanan barang terhadap supplier. Sebelum dilakukan
pemesanan terlebih dahulu dilihat jumlah barang yang tersedia untuk jenis barang yang akan dipesan.
Data tersebut dapat dilihat disistem karena sistem telah mengintegrasikan bagian gudang, departemen
purchasing dan supplier. Apabila barang yang dimaksud ketersediaan jumlahnya di gudang tidak
mencukupi maka bagian gudang membuat PR (Purchasing Request) ke bagian purchasing, kemudian
bagian purchasing akan membuat order pemesanan barang terhadap supplier.
Pesanan dimasukan kedalam sistem agar dapat diakses oleh supplier. Setelah supplier
menerima pesanan dari PT. Mesindo Tekninesia, supplier akan mengecek ketersediaan jumlah barang
yang dimiliki. Apabila jumlah barang mencukupi maka supplier akan memasukan rencana tanggal
pengiriman barang tersebut kedalam sistem. Informasi pengiriman barang yang dimasukan kedalam
sistem oleh supplier dapat diakses oleh bagian gudang PT. Mesindo Tekninesia dan dapat dicocokan
dengan realisasi tanggal kedatangan barang.
PEMBAHASAN
Pembahasan Metode Analitycal Hierarchi
Process (AHP)
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) didapatkan bobot prioritas
akhir dalam pemilihan supplier yaitu PT. Multi
Tembaga Utama (M4) dengan nilai bobot
prioritas 43,8%, PT. TMS Tbk (M3) dengan
nilai bobot prioritas 27,8%, Cosmos
Conductors PVT, LTD (M2) dengan nilai
bobot prioritas 14,3%, dan PT. KNS Gresik
(M1) dengan nilai bobot prioritas 14,1%. Jadi
supplier terbaik yang terpilih sebagai pemasok
bahan baku material kawat tembaga adalah
PT. Multi Tembaga Utama (M4) karena
memiliki nilai bobot prioritas tertinggi dalam
segala kriteria mulai dari aspek harga, kualitas,
ketepatan pengiriman, ketepatan jumlah, dan
juga customer care menurut hasil analisa
Workshop Manager dan Purchasing Dept
Head (para ahli pembuat keputusan dalam
analisa usulan supplier selection) di PT.
Mesindo Tekninesia.
Pembahasan Peramalan
Setelah dilakukan pengumpulan data
kebutuhan kemudian dilakukan analisa pola
data dan dicari metode peramalan yang paling
sesuai. Metode yang dicoba pada penelitian ini
ada tiga yaitu : Metode Double Moving
Average, metode Single Exponential
Smoothing, dan metode Konstan.
Tabel 5 Hasil Perhitungan Peramalan Metode Konstan
t Data Aktual
(Unit)
Data Forecast (Unit)
1 76 77
2 72 77
3 80 77
4 71 77
5 82 77
6 85 77
7 74 77
8 81 77
9 75 77
10 82 77
11 70 77
12 77 77
Σ 925
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Kemudian dari hasil perhitungan Tracking
Signal, grafik menunjukan bahwa peramalan
masih berada didalam batas kendali (data
valid). Perusahaan dapat melakukan peramalan
sesuai dengan pola permintaan masa lalu agar
mengetahui metode apa yang digunakan untuk
mendapatkan kebutuhan material kawat
tembaga untuk kedapannya.
Pembahasan Usulan Penerapan Sistem
Informasi VMI
Sistem informasi VMI ini dibuat hanya
sebatas usulan rancangan dan tampilan visual
program. Dari usulan sistem informasi yang
telah dibuat ini, maka pemesanan bahan baku
dapat dilakukan secara online. Selain itu, setiap
bagian mempunyai otoritasnya masing-masing
yang bisa dilakukannya didalam sistem
informasi Vendor Managed Inventory. Dengan
menggunakan usulan sistem informasi ini,
diharapkan dapat mengurangi penggunaan
media penyimpanan data berupa kertas,
mempermudah koordinasi antar bagian yang
terlibat dalam sistem ini, dan terciptanya alur
bisnis yang lebih baik sehingga tercapainya
produktivitas dan efisiensi dalam proses bisnis
di PT MESINDO TEKNINESIA khususnya
yang berkaitan dengan kegiatan sistem
pengadaan barang.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diuraikan dari hasil
penelitian ini antara lain :
1. Berdasarkan perhitungan data dengan
metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) maka diperoleh supplier yang
terpilih pada PT. Mesindo Tekninesia
dalam hal pengadaan barang kawat
tembaga adalah PT. Multi Tembaga
Utama.
2. Berdasarkan hasil plot data kebutuhan
kawat tembaga menunjukan pola data
konstan (horizontal) maka metode
peramalan terbaik yang digunakan
adalah metode Konstan karena
memiliki tingkat kesalahan peramalan
terkecil.
3. Dari hasil usulan penerapan sistem
informasi Vendor Managed Inventory
(VMI), dapat disimpulkan bahwa
setiap bagian antara Purchasing
Departement, Gudang PT. Mesindo
Tekninesia dan supplier memiliki
otoritas masing-masing dalam
mengakses data dan informasi dalam
usulan sistem informasi ini.
4. Usulan sistem yang terkomputerisasi
sangat menunjang proses bisnis dalam
hal pengadaan barang, selain itu sistem
yang terkomputerisasi juga dapat
meningkatkan efektifitas kegiatan
operasional perusahaan. Peningkatan
ini dapat direalisasikan salah satunya
adalah terjadinya pengurangan waktu
dalam proses pemesanan kebutuhan
barang.
DAFTAR PUSTAKA
Donald J Bowersox. 2002. Manajemen
Logistik. Jilid 1 Cetakan Keempat. PT
Bumi Aksara. Jakarta.
Donald J Bowersox. 2004. Manajemen
Logistik. Jilid 2 Cetakan Keempat. PT
Bumi Aksara. Jakarta.
Douglas M. Lambert. Developing and
Implementing Supply Chain Partnership.
The International Journal of Logistic
Management.
Jefrrey Jackson. Effectively Implementing
Vendor Managed Inventory
(www.ism.com). Di akses November
2012.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi
Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta : Grasindo.
Supandi. Manajemen Perawatan Industri.
Bandung : Pusat Pengembangan
Pendidikana Politeknik ITB
Siregar, Ir.Syofian., MM. 2011. Statistika
Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.
Saaty. Thomas. L 1990. Multicriteria
Decisision Making-The Analytical
Hierarchy Process. RWS Publication.
Pittsburgh.
Suryadi.K. and Ir. M. Ali Ramdhani. M. T.
Sistem Pendukung Keputusan. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Untung Sus Andriyanto dan Abdul Basith.
1992. Metode dan Aplikasi Peramalan.
Cetakan Ketiga. Erlangga. Jakarta