ushul_fiqih

11
MAKALAH Taqlid, Tarjih, Talfiq dan Ittiba’ Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ushul Fiqih Dosen Pengampu : Dr. Hj. Umul Baroroh, M. Ag. Disusun Oleh : M. Irvan Maulana (131311045) Auva Nurul Afida (131311053) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 0

Upload: muhammadrizasaifurrizqiazizi

Post on 05-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

about fiqih and ushul fiqihyou can know about fiqih here

TRANSCRIPT

Page 1: Ushul_Fiqih

MAKALAH

Taqlid, Tarjih, Talfiq dan Ittiba’

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ushul Fiqih

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Umul Baroroh, M. Ag.

Disusun Oleh :

M. Irvan Maulana (131311045)

Auva Nurul Afida (131311053)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2015

0

Page 2: Ushul_Fiqih

I. Pendahuluan

Ilmu Ushul Fiqh merupakan metode dalam menggali dan menetapkan hukum, ilmu

ini sangat berguna untuk membimbing para mujtahid dalam mengistimbatkan hukum

syara’ secara benar dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Melalui ushul fiqh

dapat ditemukan jalan keluar dalam menyelesaikan dalil-dalil yang kelihatannya

bertentangan dengan dalil lainnya.

Dalam ushul fiqh juga dibahas masalah talfiq, taklid dan ittiba’. Ketiganya memiliki

arti yang berbeda dan maksudnya pun berbeda. Tetapi ketiga-tiganya sangat jelas diatur

dalam Islam. Ittiba’ ini didasarkan dalam Al-Qur’an surat An-nahl ayat 43 yang

artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang

Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai

pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” 

II. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian Taqlid ?

2. Jelaskan Pengertian Tarjih ?

3. Jelaskan Pengertian Talfiq ?

4. Jelaskan Pengertian Ittiba’ ?

III. Pembahasan

A. Taqlid

Pengertian Taqlid

Kata taqlid memiliki kata qaladah yang artinya adalah “kalung”. Menurut

asalnya, qaladah itu digunakan untuk sesuatu yang diletakkan membelit leher seekor

hewan dan hewan yang dikalungi itu mengikuti sepenuhnya kemana saja kalung itu

ditarik orang. Jika yang dijadikan “kalung” itu adalah “pendapat” atau “perkataan”

seseorang, berarti orang yang dikalungi itu akan mengikuti “pendapat” orang itu

tanpa mempertanyakan lagi kenapa pendapat orang tersebut demikian. Menurut al-

qozali memberikan definisi bahwa taqlid ialah menerima ucapan tanpa hujjah. Ibnu

syubhki mendefinisikan bahwa taqlid ialah mengambil suatu perkataan tanpa

mengetahui dalil. Al asnawi mendefinisikan bahwa taqlid ialah mengambil

perkataan orang lain tanpa dalil.

Dari penjelasan dan analisis para ulama diatas dapat dirumuskan hakikat taqlid

sebagai berikut :

1

Page 3: Ushul_Fiqih

1. Taqlid itu adalah beramal dengan mengikuti ucapan atau pendapat orang lain.

2. Pendapat atau ucapan orang lain yang diikuti itu tidak bernilai hujjah.

3. Orang yang mengikuti pendapat orang lain itu tidak mengetahui sebab-sebab

atau dalil-dalil dan hujjah dari pendapat yang diikutinya. 1

Secara garis besar, taqlid ialah mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui

sumber atau alasannya. 2

Syarat-syarat Bertaqlid

Syarat bertaqlid dibagi menjadi dua :

a. Syarat pada orang yang bertaqlid.

Yang dibolehkan bertaqlid ialah orang awam, yang tidak mengerti cara-cara

mencari hukum syariat. Ia boleh mengikuti pendapat orang pandai dan

mengamalkannya.

Adapun orang yang pandai dan sanggup mencari sendiri hukum-hukum

syri’at maka harus berijtihad sendiri, bila waktunya masih cukup. Tetapi bila

waktunya sudah sempit dan dikhawatirkan akan ketinggalan waktu untuk

mengerjakan yang lain (dalam soal-soal ibadah) maka menurut suatu

pendapat boleh mengikuti pendapat orang pandai lainnya.

b. Syarat pada soal-soal yang ditaqlidi.

Ada dua hukum yaitu :

1. Hukum akal

Dalam hukum akal tidak boleh bertaqlid kepada orang lain, seperti

mengetahui adanya dzat yang menjadikan alam serta sifat-sifat-Nya dan

hukum akal lainnya, karena jalan menetapkan hukum-hukum tersebut

ialah akal, sedang setiap orang mempunyai akal. Karena itu tidak ada

gunanya bertaqlid pada orang lain.

2. Hukum syara’

Di bagi menjadi dua :

Yang diketahui dengan pasti dari agama seperti wajibnya sholat

lima waktu, puasa, zakat dan haji. Juga tentang haramnya zina

dank homer. Dalam soal-soal tersebut tidak boleh taqlid karena

semua sudah mengetahuinya.1 Dr Hasbiallah M, Ag, Fiqih Dan Ushul Fiqih, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2013) hal 121-1222 A Hanafi M, A, Ushul Fiqih, (Jakarta : Wijaya, 1997) hal 157

2

Page 4: Ushul_Fiqih

Yang diketahui dengan penyelidikan dan mencari dalil, seperti

soal-soal ibadah yang kecil dalam soal-soal semacam ini

dibolehkan taqlid. 3

B. Tarjih

Pengertian Tarjih

Tarjih menurut etimologi artinya menguatkan, 4 sedangkan seacara terminologi

ialah menampakkan kelebihan salah satu dari dua dalil yang sama dengan sesuatu

yang menjadikannya lebih utama dari yang lain. 5

Dasar-dasar Tarjih

a. Ijma’ sahabat untuk menjalankan tarjih mereka memakai hadis yang

diriwayatkan aisyah yang menerangkan wajibnya mandi ketika bertemunya

dua alat kelamin laki-laki dan perempuan, dan mereka meninggalkan hadis air

hanya dari air.

b. Kalau dua dugaan berlawanan, kemudian salah satunya lebih kuat, maka

memakai dugaan yang kuat ini menjadi tertentu / tidak ragu-ragu menurut

adat kebiasaan. Demikian pula hukum-hukum syariat. Kalau tidak memakai

yang lebih kuat tentulah memakai lemah. Memakai yang lemah dengan

meninggalkan yang kuat tidak bisa diterima akal.

Syarat-syarat Tarjih

a. Dalil dalil yang berlawanan sama kekuatannya seperti qur’an dengan qur’an,

qur’an dengan hadis mutawatir, hadis mutawatir dengan hadis mutawatir,

hadis ahad dengan hadis ahad. Kalau tidak sama-sama kekuatannya, seperti

qur’an dengan hadis ahad, maka tidak perlu ada tarjih lagi sebab yang lebih

kuat yaitu qur’an itulah yang dipakai.

b. Sama hukumnya, bersatu pada waktu, tempat maudhu’ (pokok kalimat

subjeknya), mahmul (predikat) dan keseluruhan atau sebagian misal, jual beli

3 A Hanafi M, A, Ushul Fiqih, … hal 157-1584 Rahmat Syafe’i, Imu Ushul Fiqih, (Bandung : Setia Bandung, 2010) hal 2425 Muin Umar, dkk, Ushul Fiqih I, (Jakarta : Departemen Agama, 1985) hal

183

3

Page 5: Ushul_Fiqih

sesudah adzan jum’at dilarang, diwaktu yang lain jual beli dibolehkan, disini

tidak ada perlawanan waktunya. 6

C. Talfiq

Pengertian Talfiq

Talfiq berasal dari kata lafaqa yang artinya mempertemukan menjadi satu. Dalam

literatur ushul fiqih sulit ditemukan pembahasan secara jelas tentang definisi talfiq.

Namun, hampir semua literatur menyinggung masalah ini dalam pembahasan

tentang beralihnya “orang yang meminta fatwa kepada imam mujtahid lain dalam

masalah yang lain”. Perpindahan madhab ini disebut talfiq, dalam arti : “beramal

dalam urusan agama dengan berpedoman kepada petunjuk beberapa madhab”.

Talfiq adalah mengambil pendapat dari seorang mujtahid lain, baik dalam

masalah yang sama maupun berbeda contohnya adalah mengambil dari dua orang

mujtahid dalam masalah yang sama, seperti seseorang mengerjaka sholat dengan

membaca basmalah sewaktu membaca al fatihah karena mengambil dari pendapat

imam syafi’i. kemudian pada saat yang lain ia tidak membaca basmalah karena

mengikuti pendapat imam abu hanifah (madhab hanafi). 7

Hukum Talfiq

Ulama jumhur (mayoritas) mengklasifikasi hukum talfiq menjadi dua :

1. Talfiq yang dibolehkan yakni, mengambil yang teringan diantara pendapat-

pendapat para mujtahid dalam beberapa masalah yang berbeda-beda misalnya

seorang berwudhu tanpa niat menurut imam abu hanifah itu sah, sebab wudhu

itu termasuk ibadah yang ma’qul makna, karenanya niat bukan menjadi syarat

sahnya wudhu, kemudian sholat qoshor sewaktu dalam perjalanan, baik jauh

maupun dekat menurut ahli zahir yang membolehkan sekalipun jaraknya

dekat. Hal itu dibolehkan karena ia mengambil keringanan bukan pada suatu

masalah melainkan pada dua masalah yang berbeda.

2. Talfiq yang dilarang yaitu, mengambil yang terringan dari pendapat para

mujtahid dalam satu masalah. Misalnya, seorang mengadakan akad nikah

tanpa menggunakan wali menurut pendapat abu hanifah dan tanpa

menggunakan dua orang saksi menurut madhab imam maliki. Akad nikah

6 A Hanafi M, A, Ushul Fiqih, … hal 1607 Dr Hasbiallah M, Ag, Fiqih Dan Ushul Fiqih, … hal 123

4

Page 6: Ushul_Fiqih

yang mereka lakukan adalah batal, dari dua jurusan. Ia tidak boleh beralaskan

bahwa agama itu mudah dan tidak menyulitkan. 8

D. Ittiba’

Pengertian Ittiba’

Ittiba’ adalah mengikuti pendapat orang lain dengan mengemukakan argumentasi

argumentasi dari pendapat orang yang diikuti. Dalil yang berkenaan dengan ittiba’

adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala

�ه� �ي �ا ع�ل �ن �ف�ي �ل �ع� م�ا أ �ب �ت �ل� ن �وا ب �ه� ق�ال ل� الل �ز� �ن �ع�وا م�ا أ �ب �ه�م� ات �ذ�ا ق�يل� ل و�إ

�د�ون� �ه�ت 'ا و�ال� ي �ئ ي �ع�ق�ل�ون� ش� �اؤ�ه�م� ال� ي �ان� آب �و� ك و�ل� �ا أ �اء�ن ﴾١٧۰﴿البقرة: آب

Dan bila dikatakan kepada mereka ikutilah “apa yang telah diturunkan oleh

Allah” mereka menjawab : “tidak, kami hanya mengikuti apa yang telah kami

peroleh dari nenek moyang kami.” Apakah mereka akan mengikuti mereka

sekalipun nenek moyang mereka tidak mengetahui apa-apa dan tidak pula mendapat

petunjuknya?

(QS Al-Baqoroh 170)

Berhubungan dengan perintah dengan ittiba’ ini para imam mujtahid berpesan

agar tidak mengikuti pendapat mereka tanpa mengadakan penelitian lebih lanjut jadi

pengertia ittiba’ ialah mengikuti dan mengetahui sumber hukum serta cara

pengembaliannya. 9

Hukum Ittiba’

Dari pengertian tersebut di atas, jelaslah bahwa yang dinamakan ittiba’ bukanlah

mengikuti pendapat ulama tanpa alasan agama. Adapun orang yang mengambil atau

mengikuti alasan-alasan, dinamakan “Muttabi”.

Hukum ittiba’ adalah Wajib bagi setiap muslim, karena ittiba’ adalah perintah

oleh Allah, sebagaimana firmannya:

و�ن� . �ر� �ذ�ك ت م�ا ' �ال �ي ق�ل �اء� �ي و�ل� أ �ه� د�و�ن م�ن� �ع�و�ا �ب �ت ت � و�ال �م� >ك ب ر� م�ن� �م� �ك �ي �ل إ �ز�ل� ن

� أ م�ا �ع�و�ا �ب �ت ا)۳األعرف( :

8 Dr Hasbiallah M, Ag, Fiqih Dan Ushul Fiqih, … hal 127-1289 Dr Hasbiallah M, Ag, Fiqih Dan Ushul Fiqih, … hal 123

5

Page 7: Ushul_Fiqih

Artinya :Ikuti apa yang diturunkan padamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu

ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (QS.

Al-A’raf:3)

Dalam ayat tersebut kita diperintah mengikuti perintah-perintah Allah. Kita telah

mengikuti bahwa tiap-tiap perintah adalah wajib, dan tidak terdapat dalil yang

merubahnya.

Di samping itu juga ada sabda Nabi yang berbunyi:

( داود ( ابو رواه ـ �ع�د�ى ب م�ن� �ن� د�ي ش� الر� �ف�اء� ل �خ� ال �ة� ن س� و� �ى �ت ن �س� ب �م� �ك �ي ع�ل

Wajib atas kamu mengikuti sunnahku dan perjalanan/sunnah Khulafaur Rasyidin

sesudahku. (HR.Abu Daud)

IV. Kesimpulan

Secara garis besar, taqlid ialah mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui

sumber atau alasannya.

Tarjih ialah menampakkan kelebihan salah satu dari dua dalil yang sama dengan

sesuatu yang menjadikannya lebih utama dari yang lain.

Talfiq adalah mengambil pendapat dari seorang mujtahid lain, baik dalam masalah

yang sama maupun berbeda

Ittiba’ adalah mengikuti pendapat orang lain dengan mengemukakan argumentasi

argumentasi dari pendapat orang yang diikuti. Dalil yang berkenaan dengan ittiba’ adalah

firman Allah subhanahu wa ta’ala

6

Page 8: Ushul_Fiqih

DAFTAR PUSTAKA

A Hanafi. Ushul Fiqih. Jakarta. Wijaya. 1997.

Hasbiallah. Fiqih Dan Ushul Fiqih. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2013.

Syafe’I, Rahmat. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung. Setia Bandung. 2010.

Umar, Muin dkk. Ushul Fiqih I. Jakarta. Departemen Agama. 1985.

7