urinary stone

10
Manifestasi Klinis Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu, ukuran batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi (Smith). Keluhan yang biasa dirasakan oleh pasien adalah: A. Nyeri, biasanya bersifat akut dan menjalar. Nyeri seringkali terasa karena ada pergerakan batu pada saluran urinari maupun karena sumbatan aliran urin oleh batu (US department of health and human services). 1. Renal calyx Batu pada renal calyx dapat menyebabkan timbulnya obstruksi dan kolik ginjal. Pada umumnya, batu yang tidak menyebabkan obstruksi akan menimbulkan nyeri periodik, akibat obstruksi intermiten. Nyeri akan terasa dalam dan tumpul menyebar hingga ke panggul dan punggung dengan derajat berat hingga sedang. Nyeri biasanya timbul ketika pasien baru saja mengkonsumsi minuman dengan jumlah banyak (smith). 2. Renal pelvis Batu dengan ukuran diameter >1cm pada renal pelvis seringkali menyebabkan obstruksi pada uretropelvic junction, yang diikuti nyeri berat pada costovertebral angle. Namun, keluhan ini harus dibedakan dengan keluhan nyeri pada cholecystitis, peptic ulcer disease (pada bagian kiri), terutama jika keluhan disertai anorexia, nausea atau emesis. Nyeri biasanya timbul ketika pasien baru saja mengkonsumsi minuman dengan jumlah banyak (smith).

Upload: otonan

Post on 30-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

knmknjb hjbhjbhj

TRANSCRIPT

Manifestasi KlinisKeluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu, ukuran batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi (Smith). Keluhan yang biasa dirasakan oleh pasien adalah:A. Nyeri, biasanya bersifat akut dan menjalar. Nyeri seringkali terasa karena ada pergerakan batu pada saluran urinari maupun karena sumbatan aliran urin oleh batu (US department of health and human services).1. Renal calyxBatu pada renal calyx dapat menyebabkan timbulnya obstruksi dan kolik ginjal. Pada umumnya, batu yang tidak menyebabkan obstruksi akan menimbulkan nyeri periodik, akibat obstruksi intermiten. Nyeri akan terasa dalam dan tumpul menyebar hingga ke panggul dan punggung dengan derajat berat hingga sedang. Nyeri biasanya timbul ketika pasien baru saja mengkonsumsi minuman dengan jumlah banyak (smith).2. Renal pelvisBatu dengan ukuran diameter >1cm pada renal pelvis seringkali menyebabkan obstruksi pada uretropelvic junction, yang diikuti nyeri berat pada costovertebral angle. Namun, keluhan ini harus dibedakan dengan keluhan nyeri pada cholecystitis, peptic ulcer disease (pada bagian kiri), terutama jika keluhan disertai anorexia, nausea atau emesis. Nyeri biasanya timbul ketika pasien baru saja mengkonsumsi minuman dengan jumlah banyak (smith).3. Upper Ureter dan Mid UreterNyeri akut biasanya terasa pada bagian costovertebral angle dan panggul. Nyeri cenderung terasa lebih berat dan berlangsung intermiten ketika posisi batu sedang bergerak ke arah distal ureter dan seringkali menyebabkan obstruksi intermiten. Batu yang menyangkut pada tempat-tempat tertentu kemungkinan tidak akan menimbulkan nyeri (less pain), terutama jika batu tersebut hanya menyebabkan obstruksi parsial (smith).4. Distal ureterUmumnya akan terasa sebagai nyeri alih pada bagian selangkangan atau penis (pada laik-laki) dan pada labia majora (pada wanita). Nyeri ini seringkali berasal dari iliounginal atau cabang genital dari nervus genitofemoralis. Pada wanita, nyeri ini seringkali sulit dibedakan dengan dismenorrhea, pelvic inflammatory disease, dan gangguan pada ovarian cysts (smith).5. BladderNyeri pada bagian pelvis.6. Urethral and PrepucialNyeri terasa berat. Pada pasien laki-laki nyeri seringkali menyebar hingga ke ujung penis.B. Hematuria (pink urine) (US department of health and human services). Pasien seringkali mengaku mengalami gross hematuria atau kencing kecoklatan akibat kontaminasi darah lama (tea-colored urine). Umumnya didapatkan minimal mikrohematuria pada sebagian besar pasien. Namun pada 10-15% kasus, obstruksi uretral komplit juga dapat muncul tanpa disertai mikrohematuria (smith).C. Demam, menandakan adanya infeksi (US department of health and human services). Demam juga kerap diasosiasikan dengan kondisi tekanan udara yang terlalu tinggi akibat obstruksi pada saluran urinari (smith).D. Mual dan muntah (Smith, US department of health and human services).E. Frekuensi yang kadang disertai rasa terbakar saat berkemih. Kemungkinan disebabkan oleh perpindahan batu ureter yang sudah mendekati vesika urinaria (US department of health and human services).

Penegakan DiagnosisA. Pada pemeriksaan fisis pasien yang ducurigai batu ginjal dan ureter didapatkan nyeri ketok pada daerah kostrovertebra, dan teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis (basuki). Sedangkan pemeriksaan fisis pada pasien batu prostat dan vesika seminalis sering dijumpai pengerasan pada kelenjar, dan crunching sensation ketika terdapat beberapa batu pada daerah tersebut (smith).B. UrinalisisPemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada praktek dokter sehari-hari. Pemeriksaan ini meliputi (basuki): Penilaian makroskopik meliputi penilaian warna, bau dan berat jenis urin. Penilaian kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein dan gula dalam urin. Pemeriksaan mikroskopik ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya sel darah, sel yang berasal dari saluran reproduksi pria, sel organisme yang berasal dari luar saluran kemih, silinder ataupun kristal.Didapatkannya eritrosit dalam darah secara bermakna (>2/lp) menunjukkan adanya cedera pada system saluran kemih; dan didapatkannya leukosituri bermakna (>5/lp) atau piuria merupakan tanda dari inflamasi saluran kemih. Cast (silinder) adalah mukoprotein dan berbagai elemen yang berasal dari parenkim ginjal yang tercetak di tubulus ginjal. Jika ditemukan silinder di dalam pemeriksaan sedimen urin menandakan adanya kerusakan parenkim ginjal (basuki).Urinalisis seringkali menampilkan adanya kristaluria dan hematuria pada + 91% kasus pasien urolithiasis. Leukosituria kemungkinan menunjukkan adanya infeksi pada saluran urinari (Division of Nephrology UNIFESP).C. Pemeriksaan Darah RutinPemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit (basuki).D. Foto Polos AbdomenPembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain. Sedangkan batu asam urat bersifat non-opak (radio-lusen) (Basuki).E. Pielografi Intra Vena (IVU)Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan system saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde (Basuki).F. USGUSG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap batu kontras, faal ginjal yang meurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal (basuki). USG dapat dijadikan sebagai prosedur primer, karena aman (tidak ada resiko radiasi), reproducible dan cukup terjangkau. USG dapat mengidentifikasi batu yang terletak di calyx, pelvis, pyelo-ureteric junction dan vesico ureteric junction (European Association of Urology). G. Computed Tomography (CT) ScanCT Scan merupakan prosedur diagnostik yang paling sensitif dan spesifik. Pemeriksaan tersebut dapat digunakan untuk menkonfirmasi keberadaan batu pada ginjal dan ureter (Division of Nephrology UNIFESP).Urolithiasis pada Anak-anakstatementGangguan non metabolik yang paling sering dijumpai pada pasien pediatrik adalah vesicoureteral reflux, obstruksi ureteropelvic junction, neurogenic bladder, atau kesulitan pengeluaran urin (European Association of Urology).

Batu GinjalBatu ginjal kadang tidak menunjukkan gejala. Tanda pertama terjadi bila batu keluar melalui kaliks atau piala ginjal menuju uretra. Gejala klasik ialah nyeri dan hematuria (IKA).1. Nyeri pinggang atau sakit peruta. Kolik, serangan sakit hebat yang timbul tiba-tiba, berlangsung sebentar dan kemudian hilang mendadak. Nadi cepat, pucat, berkeringat dingin dan tekanan darah turun. Biasanya diikuti muntah atau mual, perut kembung (meteorismus) dan gejala ileus paralitik. Ditemukan pada 89% kasus batu ginjal.b. Nyeri yang terus-menerus, rasa panas atau terbakar di pinggang yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.2. Hematuria ditemukan pada 100% kasus. Darah dari ginjal berwarna coklat tua. Dapat terjadi dengan atau tanpa kolik.3. Bila terjadi hidronefrosis, dapat diraba pembesaran ginjal.

Batu UreterGejala batu ureter meliputi (IKA):1. Nyeri mendadak di perut kanan atau kiri tergantung letak batu. Nyeri dapat bersifat kolik hebat sehingga penderita berteriak atau berguling. Kadang-kadang nyeri perut terus-menerus karena peregangan kapsul ginjal. Biasanya nyeri dimulai di daerah pinggang kemudian menjalar ke arah testis, disertai mual atau muntah, berkeringat dingin, pucat dan dapat terjadi rejatan.2. Hematuria3. Nyeri ketok di daerah pinggangBatu Buli-buliRasa nyeri waktu miksi (disuria, stranguria). Hematuria kadang-kadang disertai urin keruh. Pancaran urin, tiba-tiba berhenti dan ke luar lagi pada perubahan posisi. Sering miksi (polakisuria). Pada anak nyeri miksi ditandai oleh kesakitan, menangis, menarik-narik penis, miksi mengedan sering diikuti defekasi atau prolapsus ani (IKA).

Penegakkan DiagnostikDalam pemilihan prosedur diagnostik untuk mengidentifikasi urolithiasis harus mempertimbangkan kondisi pasien yang tidak kooperatif, membutuhkan anastesi serta sensitive terhadap radiasi ion (European Association of Urology).1. UrinalisisPemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada praktek dokter sehari-hari. Pemeriksaan ini meliputi (basuki): Penilaian makroskopik meliputi penilaian warna, bau dan berat jenis urin. Penilaian kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein dan gula dalam urin. Pemeriksaan mikroskopik ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya sel darah, sel yang berasal dari saluran reproduksi pria, sel organisme yang berasal dari luar saluran kemih, silinder ataupun kristal.Hematuria dapat terjadi makroskopis atau mikroskopis. Sedimen urin mengandung eritrosit dan leukosit. Ditemukan kristal yang spesifik untuk tiap jenis batu. Pada batu ginjal kadang-kadang terdapat proteinuria ringan. Pada batu buli-buli, leukosit lebih banyak daripada eritrosit dan tersebar (IKA).2. Pemeriksaan Darah RutinPemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit (basuki).3. UltrasonografiUS merupakan tehnik imaging yang paling praktis dan sering digunakan, karena irradiasi dan tidka memerlukan anastesi. US dapat digunakan untk mengidentifikasi ukuran dan lokasi batu serta derajat dilatasi dan obstruksi. US juga dapat menunjukkan tanda-tanda abnormalitas yang dapat menjadi penyebab pembentukan batu (European Association of Urology).4. Plain films (KUB)KUB dapat mengidentifikasi batu radio-opak dan merupakan metode yang baik untuk follow up penyakit (European Association of Urology).5. Pielografi Intra Vena (IVU)Dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut (European Association of Urology).

1. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Kidney Stones in Adults. U.S. Departement of Health and Human Services; National Institutes of Health; 2007.2. Heilberg, I.P., Schor, N. Renal Stone Disease: Causes, Evaluation and Medical Treatment. Division of Nephrology, Universidade Federal de Sao Paulo (UNIFESP), Sao Paulo, SP, Brazil. Review Article. Arq Bras Endrocinol Metab vol 50 (2006); 4 (8); 823-831.3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Cetakan Kesebelas. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.