upload
DESCRIPTION
hhTRANSCRIPT
-
PENGARUH SUASANA KONDUSIF DALAM
PEMBELAJARAN TERHADAP
KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI MTs
NEGERI WONOSEGORO
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam
Disusun oleh:
Maharani Dyah Nugrahanti
11110009
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2014
-
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.stain salatiga.ac.id/Email: [email protected]
iii
.
DOSEN STAIN SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 5 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Maharani Dyah Nugrahanti
Kepada:
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama
ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : MAHARANI DYAH NUGRAHANTI
NIM : 111 10 009
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : PENGARUH SUASANA KONDUSIF
DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP
KONSENTRASI BELAJAR SISWA MTs
NEGERI WONOSEGORO TAHUN 2014
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqasyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Salatiga, 14 Oktober 2014
Pembimbing
Dra. Lilik Sriyanti, M. Si.
NIP. 19660814 199103 2003
-
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.stain salatiga.ac.id/Email: [email protected]
iv
SKRIPSI
PENGARUH SUASANA KONDUSIF DALAM PEMBELAJARAN
TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI
WONOSEGORO TAHUN 2014
DISUSUN OLEH
MAHARANI DYAH NUGRAHANTI
111 10 009
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal
24 Desember 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh
gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Moh. Khusen, M.A. ______________
Sekretaris Penguji : Wahidin, M.Pd. ______________
Penguji I : Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. ______________
Penguji II : Eni Titikusumawati, M.Pd. ______________
Penguji III : Muna Erawati, S.Psi, M.Si. ______________
Salatiga 24 Desember 2014
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd
NIP. 19670112 199203 1 005
-
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.stain salatiga.ac.id/Email: [email protected]
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Maharani Dyah Nurahanti
NIM : 111 10 009
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 14 Oktober 2014
Yang Menyatakan,
Maharani Dyah. N
Nim: 111 10 109
-
vi
MOTTO
Tidak ada daya dan tidak ada upaya melainkan
dengan kehendak ALLAH...
-
vii
PERSEMBAHAN
Inilah media terindah untuk menorehkan dedikasiku:
Bapakku Yuwono dan Ibuku Suprihati Nugro Jati, beliau adalah sosok
yang sangat aku banggakan dan aku sayangi, terimakasih atas sujud dan doa
kalian di setiap malam, atas pengorbanan baik berupa tenaga pikiran, dan
materi yang entah sudah tidak dapat aku hitung jumlahnya dan terimakasih
untuk doa yang tidak pernah terputus. Aku sadar bahwa ucapan terimaksih
saja tidak akan sangup untuk membalas dan meggatikan semua yang telah
kalian berikan, ingin rasanya selalu bias membuat kalian selalu tersenyum,
karena senyum kalian adalah lukisan terindah di dinding kehidupanku.
Imamku tercinta (Wildhan Akhsani Taqwim Cahyo Prayogo) terimakasih
telahmenyayangi seluruh keluargaku dengan penuh ketulusan,terimakasih
untuk saat ketika kau menggantikan peranku menjadi ibu yang baik bagi putra
kita, ketika aku merasa terlalu lelah berpikir dan bertindak rasional, dan
hanyut dalam emosi yang kadang tidak masuk akal. Tapi kau senantiasa setia
dan penuh kesabaran menemaniku dan memapahku untuk bangkit kembali
ketika aku mulai menyerah untuk menyelesaikan penelitan ini.
Jagoan kecilku (Zulfikar Ikhsan Al-banna)kau selalu terjaga jika ibu
bangun meninggalkanmu di tengah malam untuk mulai mengerjakan tugas
skripsi, kau selalu memanggil ibu kembali untuk memelukmu dan
menidurkanmu, kau memeluk ibu dengan manja seolah tidak mau sedetikpun
ibu meninggalkanmu. Semoga engkau tumbuh dengan beningnya mata
memandang, sejuknya hati menyikapi, dan cerdasnya kepala berpikir.
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul Pengaruh Suasana
Kondusif dalam Pembelajaran Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa
di MTs Negeri Wonosegoro Tahun 2014. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai
pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnyakepada:
1. Bapak Dr. RahmatHariyadi, M. Pd. selakuKetua STAIN Salatiga.
2. BapakSuwardi, M. Pd. selakuKetuaJurusanTarbiyah STAIN Salatiga.
3. Bapak Rasimin, SPd.I, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi PAI
STAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Lilik Sriyanti, M. Si. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran
dalam masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. IbuSitiAsdiqoh, M.Si.selakudosenpembimbingakademik yang
telahbanyakmemberikanpengarahansertabiminganselamamasakuliah.
6. Ayahhanda (Yuwono) danibunda (Suprihatin) yang
selalumemberikandukungandansemangatsertadengantulusikhlasmendo
akan agar cepatmenyelesaikanperkuliahandanskripsiini.
7. Untuk suami dan putraku tercinta yang selalu memotivasi,
membimbing dan mencurahkan segala perhatian dan doanya.
8. BapakH. Ashuri, S.Ag.M.PdI. dan bapakSutrisno, S.PdI., M.M.selaku
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah di MTs Negri Wonosegoro
-
ix
yang telah banyak membantu selama proses penelitian ini
berlangsung.
9. Semuateman-temanangkatan 2010, PPL dan KKN terkhusus untuk
teman terdekatku Ulfa Nur Yani dan Sikhatun Nafis yang
selalumemotivasidansalingmendukung agar
cepatmenyelesaikanperkuliahanini.
Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
tentunya masih terdapat kekurangan. Penulis berharap, semoga skripsi ini
dapat memberikan sumbangan pemikiran pendidikan islam, berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Salatiga, 14 Oktober2014
Penulis,
Maharani Dyah N
Nim: 111 10 009
ABSTRAK
-
x
Nugrahanti,Maharani Dyah. 2014. 111 10 009. Pengaruh Suasana Kondusif
dalam Pembelajaran terhadap Konsentrasi Belajar Siswa diMTs
NegeriWonosegoroTahun2014 .Skripsi.JurusanTarbiyah. Program Strata I
Pendidikan Agama Islam.SekolahTinggi Agama Islam
NegeriSalatiga.Pembimbing: Dra. Lilik Sriyanti, M. Si.
Kata kunci: SuasanaKondusifdalamPembelajaran, KonsentrasiBelajarSiswa
Belajar merupakan kegiatan yang membutuhkan lingkungan dan suasana
khusus. Siswa akan dapat belajar dengan baik apabila dalam suasana kondusif,
suasana kondusif adalah suasana yang nyaman dan menyenangkan, nyaman dalam
hal ini jauh dari gangguan suara yang merusak konsentrasi. Seperti yang terjadi di
MTs Negeri Wonosegoro, karena letak sekolah yang terlalu dekat dengan jalan
raya, sehingga suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif, dikarenakan suara
bising dari kendaraan kerap menganggu konsentrasi belajar siswa ketika proses
pembelajaran berlangsug. Penelitianinibertujuanuntuk mengetahui: 1)Bagaimana
suasana kondusif dalam pembelajaran di MTsNegeriWonosegoro tahun 2014?
2)Bagaimana konsentrasi belajar siswa di MTsnegri Wonosegoro tahun 2014?
3)Adakah pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi
belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014?.
Jenispenelitian ini adalah studikorelasi.Data
penelitianinidiperolehdarihasilangketsiswa dan dokumentasi. Sumber data dalam
penelitian ini diperolehdari 25% dari populasi yang berjumlah 157 siswa yaitu39
resonden terdiri dari siswa kelas IX(A) 6 siswa, kelas IX(B) 6 siswa, kelas IX(C)
7 siswa, kelas IX(D) 6 siswa, kelas IX(E) 7 siswa, dan kelas IX(F) 7 siswa.
Hasil penelitian ini suasana kondusifdi MTs Negeri Wonosegoro tahun
2014menunjukkan bahwamayoritasrespondendalamkategoricukup, dengan nilai
antara 24-26 mencapai prosentase (54%) terdapat 21 siswa, sedangkan konsentrasi
belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun
2014mayoritasrespondenjugadalam kategori cukup dengan nilai antara 24-26
mencapai prosentase (41%) terdapat 16 siswa.Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dianalisis dengan produck moment diperoleh hasil rxy= 0,353, untuk jumlah
39 responden taraf signifikan 5% adalah 0,316. > yang menunjukan
ada pengaruh yang signifikan antara suasna kondusif dalam pembelajaran
terhadap konsentrasi belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014.
Berdasarkan dari hasil penelitian, guru disarankan agar memperbaiki kemampuan
pengelolaan kelas yang dimiliki, agar tujuan dan efektivitas berjalan dengan baik.
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ........................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................. v
MOTTO ................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ..vii
KATA PENGANTAR ......................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................... .xiv
DAFTAR GAMBAR......................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah. ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian ............................ 5
C.Manfaat Penelitian ................................................................ 6
D. DefinisiOperasional ............................................................. 6
E. Metode Penelitian ................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 16
-
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.SuasnaKondusif .................................................................. 18
1. PengertianSuasanaKondusif ........................................... 18
2. Faktor-faktorTerciptanyaSuasanaKondusif ................... 20
3. Faktor-faktorPenghambatSuasanaKondusif ................... 22
4.Ciri-ciriSekolahKondusif ................................................ 26
5. UrgensiPengaturanKelasKondusif. ................................ 27
6 .FaktorSituasional............................................................ 37
B. KonsentrasiBelajar................................................................ 39
1. PengertiankonsentrasiBelajar ......................................... 39
2. Faktor-faktoryang MempengaruhiKonsentrasi .............. 42
3. Sebab-sebabSiswa Tidak Berkonsentrasi ....................... 52
4. MengembangkanKonsentrasiBelajar ............................. 54
C.
PengaruhSuasanaKondusifdalamPembelajaranterhadapKo
nsentrasi Belajar ............................................................... 57
BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN
A.GambaranUmumLokasidanSubjekPenelitian. .................... 59
1. SejarahBerdiri ................................................................ 59
2. LetakGeografis ............................................................... 61
3. FisidanMisi ..................................................................... 62
4. TujuanPendidikan .......................................................... 63
5. Upaya untukMencapaiTujuan ........................................ 64
-
xiii
6. StrukturOrganisasi.......................................................... 64
7. Jumlah Guru. .................................................................. 64
8. JumlahSiswa. .................................................................. 66
9. EkstraKulikuler. ............................................................. 67
B.Penyajian Data. ................................................................... 68
1. Daftar Nama Responden.............................................69
2. Data Hasil Jawaban Angket Suasana Kondusif. ...........70
3. Data Hasil Jawaban Angket Konsentrasi Belajar...........71
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Deskriptif....73
B. Pengujian Hipotesis.................83
C. Pembahasan......87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 91
B. Saran .................................................................................. .92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian ..................................................... 13
Tabel 1.2 Daftar Sampel Penelitian ....................................................... 16
Tabel 3.1 Daftar Nama Kepala Sekolah MTs Negeri ............................ 60
Tabel 3.2 Daftar Guru dan Tenaga Administrasi .................................. 64
Tabel 3.3 Daftar Siswa MTs Negeri Wonosegoro ................................. 66
Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Ekstra Kulikuler MTs Negeri ..................... 67
Tabel 3.5 Daftar Sarana dan Prasarana MTs Negeri Wonosegoro ....... 68
Tabel 3.6 Daftar Responden ...........................................................69
Tabel 3.7 Jawaban angket suasana kondusif dalam pembelajaran......... 70
Tabel 3.8 Jawaban Angket Konsentrasi Belajar Siswa ........................ 71
Tabel 4.1 Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Suasana Kondusif ........... 74
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Suasana Kondusif .................. 76
Tabel 4.3 Prosentase Frekuensi Jawaban Suasana Kondusif ............... 78
Tabel 4.4 Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Konsentrasi Belajar ......... 79
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Konsentrasi Belajar ............... 81
Tabel 4.6 Prosentase Frekuensi Jawaban Konsentrasi Belajar ............ 82
Tabel 4.7 Koefisiensi Pengaruh Suasana Kondusif dalam Pembelajaran
Terhadap Konsentrasi Belajar .........................................................84
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Tempat Duduk U-Shape ...................................... 32
Gambar 2.2 Model Tempat Duduk O-Shape ..................................... 32
Gambar 2.3 Model Tempat Duduk V-shape ..................................... 33
Gambar 2.4 Model Tempat Duduk Teather ........................................ 33
Gambar 2.5 Model Tempat Duduk Acak ........................................... 34
Gambar 2.6 Model Tempat Duduk Elips-Shape................................. 34
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik
jika anak didik dalam kondisi memperhatikan, tenang dan penuh
konsentrasi. Kondisi demikianlah yang sangat didambakan oleh
guru, karena jika anak didik dalam kondisi yang tidak tenang, maka
guru akan kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran,
serta tidak dapat ditangkap oleh peserta didik secara umum.
Contoh permasalahan yang terjadi adalah sebagaian anak
sering berbicara sendiri dengan temannya disaat pembelajaran
berlangsung, mengantuk dan tertidur di kelas, seorang anak dapat
berkonsentrasi dengan baik atau tidak, dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
muncul dalam diri anak itu. Faktor internal misalnya ketidaksiapan
mereka dalam menerima pelajaran, kondisi fisik, kondisi psikologis,
modalitas belajar. Sedangkna faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar individu, misalnya adanya suara-suara berisik dari
TV, radio, atau suara-suara yang mengganggu lainnya. Salah satu
faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran
-
1
bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang
kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran
dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar
sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan
lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan
informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai
hasil dari proses belajar.
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam satu lingkungan
pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial,
intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan
alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan
memberikan dukungan sekaligus hambatan bagi berlangsungnya
proses pembelajaran. Lingkungan fisik berupa sarana, prasarana
serta fasilitas yang digunakan, fasilitas fisik yang memadai dan
berkualitas akan mendukung berlangsungnya proses pendidikan,
selain itu melihat metode yang tepat juga sangat berpengaruh
terhadap pencapaian hasil belajar yang maksimal.
Belajar merupakan kegiatan yang membutuhkan lingkungan
dan suasana khusus, hal ini bertujuan agar prestasi belajar siswa
-
2
dapat dicapai seoptimal mungkin. Di sekolah maupun di rumah,
siswa akan dapat belajar dengan baik apa bila dalam suasana
kondusif. Suasana dan lingkungan khusus dimaksud adalah kondisi
dan lingkungan belajar yang kondusif yaitu suasana yang nyaman
dan menyenangkan, nyaman dalam hal ini jauh dari gangguan suara
dan bunyi yang merusak konsentrasi belajar. Menyenangkan berarti
suasana belajar yang gembira dan antusias. Suasana belajar yang
nyaman memungkinkan siswa untuk memusatkan pikiran dan
perhatian pada apa yang sedang dipelajari.
Menurut Stol dalam Supardi (2013:52), bahwa iklim
sekolah yang positif dan kondusif dapat membentuk peserta didik
berkelakuan baik dan prestasi akademinya meningkat. Horst Byrne,
Harttie dan Fraser di New South Wales, Australia mendapati
lingkungan atau suasana sekolah yang baik dapat menggerakkan
pembelajaran dan pencapaian yang maksimum. Tunney dan Jenkins
juga menyimpulkan bahwa iklim sekolah merupakan faktor
terpentinguntuk menentukan mutu pembelajaran peserta didik di
sekolah dan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan
efektifitas sekolah.Iklim sekolah merupakan suasana yang terdapat
di dalam sekolah, iklim sekolah menggambarkan keadaan warga
sekolah tersebut dalam keadaan riang dan mesra ataupun kepedulian
antara satu sama lainnya. Salah satu aspek penting yang mendukung
-
3
keberhasilan proses pembelajaran adalah iklim sekolah, iklim
sekolah yang kondusif adalah iklim yang benar-benar sesuai dan
mendukung kelancaran serta kelangsungan proses pembelajaran
yang dilakukan guru (Supardi, 2013:208).
Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa suasana
sekolah yang kondusif berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran
siswa. Disadari bahwa kelas yang kondusif dapat menghindarkan
siswa dari kejenuhan , kebosanan dan kelelahan psikis sedangkan
disisi lain kelas yang kondusif akan dapat menumbuhkan minat,
motivasi dan daya tahan belajar. Suasana pembelajaran dapat
menyenangkan bagi siswa jika guru dapat menghadirkan dan
memanfaatkan humor dengan tepat. Untuk membantu guru
menciptakan kondisi pembelajaran dan suasana interaksi yang dapat
mengundang dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif,
pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan berarti materi yang
disampaikan pendidik dapat diterima dengan mudah oleh peserta
didik dan peserta didik akan lebih tertarik mendalami materi yang
disampaikan oleh guru. Agama juga menganjurkan dalam
penyampaian ilmu seorang pendidik harus dengan cara yang penuh
kelembutan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali
Imran:159
-
4
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.(Q.s.Ali Imran:159)
Selain lingkungan fisik juga terdapat lingkungan sosial yang
merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, dalam bidang
pendidikan yaitu antara guru dan pesertadidik, serta orang-orang
yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dapat
terjadi dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, serta
lingkungan kerja. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama
karena anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan, bimbingan,
asuhan, pembiasaan, dan latihan. Pendidikan kemudian dilakukan di
sekolah, selain lingkungan keluargadan sekolah pendidikan anak
juga dipengaruhi lingkungan masyarakat.
Pada penelitian ini penulis hanya membatasi kondusifitas
sekolah, karena sebagai waktu yang efektif untuk belajar anak yaitu
-
5
disekolah, kondusifitas mempunyai pengaruh terhadap konsentrasi
belajar. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
meneliti dengan judul :
Pengaruh Suasana Kondusif Dalam Pembelajaran Terhadap
Konsentrasi Belajar Siswa Di MTsNegeri Wonosegoro Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat
merumuskan pokok masalah dari judul penelitiansebagai berikut :
1. Bagaimana suasana kondusif dalam pembelajaran di MTs Negeri
Wonosegoro tahun 2014?
2. Bagaimanakah konsentrasi belajar Siswa di MTs Negeri
Wonosegoro tahun 2014?
3. Adakah pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran
terhadap konsentrasi belajarsiswadi MTs Negeri Wonosegoro
tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui suasana kondusif dalam pembelajaran di MTs
Negeri Wonosegoro tahun 2014.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsentrasi belajar siswadi MTs
Negeri Wonosegoro tahun 2014.
-
6
3. Untuk mengetahui pengaruh suasana kondusif dalam
pembelajaran terhadap konsentrasi belajarsiswadi MTs Negeri
Wonosegoro tahun 2014.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hypo dan tesis.
Hipo artinya (belum tentu benar) dan tesisartinya (kesimpulan).
MenurutNoor dalam bukunya mendefinisikan bahwa:Hipotesis
sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau
lebih variabel yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat di
uji, hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan
penelitian. Dengan demikian, ada keterkaitan antara perumusan
masalah dengan hipotesis, karena perumusan masalah merupakan
pertanyaan penelitian. (Noor, 2011:29).
Hipotesis dalam penelitian ini ialah ada pengaruh suasana
kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di
MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014. Atau dengan kata lain,
semakin suasana pembelajaran tidak kondusif maka siswa tidak bisa
konsentrasi belajar.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang
teoritis maupun praktis:
-
7
1. Manfaat praktis
Bagi Madrasah Tsanawiyah Negri Wonosegoro,
khususnya kepada semua guru di MTs Negeri Wonosegoro,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa
pembentukan lingkungan kelas yang terkendali itu sangat penting
karena berpengaruh pada proses pembelajaran, sehingga siswa
dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran dengan baik.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
menjadikan sumbangan pemikiran dalam rangka peningkatan
kualitas peserta didik dilingkungan sekolah khususnya dan
dimasyarakat pada umumnya.
F. Definisi Operasional
Guna menghindari salah tafsir dalam memahami judul yang
penulis ajukan, maka perlu adanya penegasan istilah terlebih dahulu
mengenai judul tersebut, adapun penegasan istilahnya sebagai
berikut:
1. Suasana Kondusif
Menurut Rifkinsuasana kondusif adalah suasana belajar-
mengajar yang sebagaian besar jauh dari hambatan dan gangguan,
-
8
baik yang bersumber dari siswa atau dari luar
siswa.(http://RifkinOvrakurnia.blogspot.com/2011/06/peran-guru-
pada pengelolaan-kelas.html.). Supardi (2013:217), berpendapat
bahwasuasana sekolah dinyatakankondusif apabila warga sekolah
merasakan adanya kenyamanan, ketentraman, kemesraan,
kegembiraan dan antusias dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah
memastikan sarana prasarana seperti kursi, meja, lemari yang
terdapat di sekolah adalah sesuai dengan kebutuhan. Bangunan
sekolah dan ruangan kelas yang dilengkapi ventilasi udara yang baik
dan dilengkapi penerangan yang mencukupi dan suasana yang sunyi
sehingga peserta didik merasa nyaman ketika pembelajaran
berlangsung di kelas.
Penulis berpendapat bahwa suasana kondusif adalah
lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan Nyaman dalam
hal jauh dari gangguan suasana dan bunyi yang dapat menganggu
konsentrasi belajar, menyenangkan berarti suasana belajar yang
gembira dan siswa antusiasi dalam melaksanakan pembelajaran,
Suasana yang jauh dari tekanan dan target tertentu terhadap siswa
yang belajar. Kelas yang memiliki suasana kondusif memiliki ciri-
ciri diantaranya:
a. Terhindar dari suara-suara yang menganggu
-
9
b. Sirkulasi udara segar dan bersih
c. Pencahayaan alami yang cukup
d. Desain tempat duduk fleksibel
e. Kebersihan dan kerapian kelas
f. Keleluasaan pandang bagi guru dan murid
2. Konsentrasi Belajar Siswa
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran kita terhadap suatu hal
dengan mengesampingkan semua hal lain yang berhubungan
(Salam,2004:12). Secara psikologis, jika memusatan tenaga dan
psikis dalam menghadapi sesuatu, maka segala stimulus lainnya
yang tidak diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya. Akibat dari
keadaan ini adalah pengamatan menjadi sangat cermat dan berjalan
dengan baik. Stimulus yang menjadi perhatiannya kemudian menjadi
mudah masuk kedalam ingatan, juga akan menimbulkan tanggapan
yang terang, kokoh, dan tidak mudah hilang begitu saja bahkan
dapat dengan mudah untuk direproduksikan.
Penulis berpendapat bahwa konsentrasi belajar adalah
pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu pekerjaan dan
mengensampingkan pekerjaan yang lain. Beberapa indikator
konsentrasi belajar, diantaranya:
a. Perhatian siswa terpusat
-
10
b. Antusias siswa dalam belajar
c. Tenang dalam belajar
d. Mengemukakan suatu ide
e. Merespon pertanyaan dari guru
f. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh
G. Metode Penelitian
Agar mempermudah penelitian dalam pengumpulan data,
maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi korelasi.
Sedangkan penelitian ini sendiri adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif termasuk dalam kategori penelitian
kuantitatif, dipilihnya pendekatan kuantitatif ini dengan alasan
untuk menguji keterkaitan antara variabelsuasana kondusif
terhadap konsentrasi belajar siswa.
Penelitian ini mengarah pada studi korelasional bertingkat
dengan teknik angket. Variabel yang penyusun teliti adalah
variabel sebab-akibat hasil eksperimen. Variabel di
identifikasikan menjadi sub variabel guna menentukn hipotesis.
Dalam penelitian ini penulis mencari hubungan antara variabel x
-
11
dalam hal ini suasana kondusif dengan variabel y, yaitu
konsentrasi belajar siswa.
a. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian Madrasah Tsanawiyah Negri
Wonosegoro tahun 2014. Pertimbangan pemilihan lokasi
penelitian diantaranya sebagai berikut:
1. Letaknya strategis
2. Mudah dijangkau oleh alat transportasi, baik
transportasi umum maupun pribadi.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 5 Mei 2014 hingga
selesai.
2. Populasi dan Sampel
Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan
maupun pengukuran. Populasi menentukan besarnya anggota
sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi
berlakunya daerah generalisasi (Usman, 2009:42).
Sedangkan menurut sugiyono populasi adalah wilayah
generasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang
-
12
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil
kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80). Dari dua pendapat di
atas penyusunan lebih condong pada pendapat sugiyono
bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
diambil kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa
kelas IX MTs Negeri Wonosegoro Tahun 2014. Jumlah
keseluruhan siswa kelas IX adalah 157 siswa yang terbagi
dalam 6 kelas. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini
adalah157 siswa. Berikut ini adalah sebaran populasi pada
tiap kelas
Tabel 1.1
Daftar Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa Tiap Kelas
1 IX A 24
2 IX B 24
3 IX C 28
4 IX D 26
5 IX E 28
-
13
6 IX F 27
Jumlah IX 6 157
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,
2012:81). Senada dengan pendapat di atas, menurut
Suharsimi Arikunto sampel adalah bagian atau wakil
populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174).
Sampel yang diambil oleh populasi harus presentatif.
Maka dari itu dibutuhkan tekhnik sampling yang tepat.
Dalam penelitian ini penyusun menggunakan tekhnik
proportsional random sampling, yaitu proses pemilihan
sampel dengan cara diacak secara proporsional, jadi tiap
kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi
sampel (Sugiyono, 2012:82). Maksudnya, porsi sampel tiap
kelas sama (proporsional) berdasarkan jumlah populasi
masing-masing kelas. Adapun untuk menentukan jumlah
sampel perkelas digunakan rumus sebagai
berikut:
-
14
Suharsimi Arikunto berpendapat, apabila subyeknya
kurang dari seratus orang lebih baik diambil semua,
sedangkan apabila lebih dari seratus orang, maka diambil
sampel antara 10-25% atau 20-25% atau lebih (Arikunto,
2010:179). Merujuk dari pendapat suharsimi arikunto di atas,
peneliti mengambil sampel sejumlah 25% dari 157 siswa
kelasIX MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014. Adapun
penyebaran sampel-sampel tersebut berdasarkan tekhnik
proporsional random sampling adalah sebagai berikut:
Berdasarkan penghitungan awal sampel 25% dari 157
didapatkan 39 responden, setelah dilakukan penghitungan
sampel perkelas sebagaimana diuraikan di atas memperoleh
-
15
sampel sesuai jumlah penghitungan awal yaitu 39 responden.
Adapun data tentang populasi sampel sebagai berikut:
Tabel 1.2
Data Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
Tiapkelas
Sampel Tiap
Kelas
1 IX A 24 6
2 IX B 24 6
3 IX C 28 7
4 IX D 26 6
5 IX E 28 7
6 IX F 27 7
Jumlah 6 157 39
3. Metode Pengumpulan Data
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Angket (Questionnare)
Angket adalah satu daftar pernyataan atau pertanyaan
yang dikirimkan kepada responden, baik secara langsung
atau tidak langsung(melalui pos atau perantara) (Usman,
2009:57).Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan
data dalam bentuk pertanyaan tentang suatu hal yang
akan dijawab oleh responden, teknik angket ini disebut
dengan intervew tak langsung. Metode angket yang
-
16
penulis gunakan adalah angket tertutup, sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang telah
disediakan oleh peneliti, metode ini digunakan penulis
untuk mengumpulkan data mengenai suasana kondusif
dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar siswa di MTs
Negeri Wonosegoro tahun 2014.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu kumpulan data yang
berasal dari catatan-catatan, gambar, atau hal lain dari
peristiwa atau kegiatan yang telah terjadi. (Usman,
2009:69).
4. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian merupakan alat bantu yang
digunkan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar
pekerjaannya lebih mudah hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2010:192). Instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti, dengan demikian jumlah
instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung
pada jumlah variabel yang akan diteliti (Sugiono, 2012:92).
-
17
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.
Adapun prosedur yang ditempuh dalam pengadaannya adalah:
a. Perencanaan
b. Penulisan butir soal
c. Penyuntingan
d. Penganalisaan hasil
5. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan
kegiatan setelah seluruh data responden atau sumber data lain
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasidata berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan
(Sugiono, 2012: 147).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui masing-masing
variabel menggunakan rumus:
P=F/NX100%
Keterangan P = Proses Perolehan
-
18
F = Frekuensi Mentah
N = Jumlah Total Responden
Sedangkan untuk membuktikan ada atau tidaknya
pengaruh suasna kondusif dalam pembelajaran terhadap
konsentrasi belajar, diolah dengan analisa statistik
Uji rumusnya dengan:
Keterangan:
H. Sistematika Penulisan
Agar mempermudah memahami isi penelitian ini, maka
penulisannya disusundalam uraian sistimatika sebagai berikut;
-
19
BAB I :Pada bab ini membahas latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan
sistematika penelitian.
BAB III :Pada bab ini diuraikan tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan kajian pustaka, pembahasannya
meliputi masalah suasana kondusif dalam pembelajaran
terhadap konsentrasi belajar siswa.
BAB III :Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran umumMTs
Negeri Wonosegoro Kecamatan Boyolali. Pengumpulan
dan penyajian data tentang suasana kondusif dalam
pembelajaran dan konsentrasi belajar siswa.
BAB IV :pada bab ini menerangkan analisis data,
pembahasannya, meliputi analisis masalah suasana
kondusif dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar
siswa.
BAB V :Penutup meliputi:kesimpulan, saran-saran, dan penutup.
Bagian akhir pada bagian ini akan memuat halaman
daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar Riwayat
hidup penulis.
-
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Suasana Kondusif `
1. Pengertian Suasana Kondusif
Marzuki dalam Supardi (2013:207), berpendapat bahwa iklim
sekolah adalah keadaan sekitar sekolah dan suasana yang sunyi dan
nyaman yang sesuai dan kondusif untuk pembelajaran yang dapat
meningkatkan prestasi akademik. Desmita (2009:301), berpendapat
bahwa Iklim sekolah (school climate) adalah situasi atau suasana yang
muncul akibat hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru
dengan guru, guru dengan peserta didik, dan hubungan antar peserta
didik, yang mempengaruhi sikap (attitude), kepercayaan (beliefs), nilai
(values), motifasi (motifation) dan prestasi orang-orang (personalia)
yang terlibat dalam suatu (sekolah) tertentu. Sementara itu, kondusif
berasal dari kata kondi yang berarti persyaratan atau keadaan, kata
kerjanya adalah mengkondisikan yang berarti membuat persyaratan
atau menciptakan suatu keadaan. Sementara kondusif sendri
merupakan kata sifat, kondusif diartikan sebagai memberi peluang
pada hasil yang diinginkan yang bersifat mendukung.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suasana kondusif
adalah keadaan yang mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan
-
22
belajar-mengajar di kelas. Iklim kondusif di sekolah akan memberikan
pengaruh yang baik bagi peserta didik untuk mengembangkan diri,
baik untuk jangka pendek ataupun untuk jangka panjang.
Kelas kondusif adalah jenis kelas yang menggelinding dengan
sendirinya, di kelas tersebut guru menghabiskan sebagian besar
waktunya untukmengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin, peserta
didik mengikuti pelajan dan menyelesaikan tugas belajarnya dengan
sekehendaknya sendiri tanpa harus diawasi oleh guru, pesetra didik
yang tampak terlibat dalam tugas belajarnya saling berinteraksi
sehingga suara muncul dari beberapa tempat secara bersamaan, tetapi,
suara tersebut dapat dikendalikan oleh guru dan peserta didik pun
menjadi giat dalam belajar serta tidak saling mengganggu, jika muncul
kembali suara-suara dari peserta didik dan terasa sedikit mengganggu,
guru cukup memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi kondusif.
Siapapun akan melihat kelas yang kondusif seperti ini begitu hangat
dan menghasilkan prestasi yang membanggakan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kelas
yang menggelinding dengan sendirinya merupakan jenis kelas ideal
karena dapat menjadikan kelas yang kondusif (Wiyani, 2013:
185,186). Penelitian menunjukan bahwa lingkungan sosial atau
suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi
belajar akademis (Riyanto, 2009:203). Menurut Mamat Dalam Supardi
-
23
( 2013:53), suasana sangat penting karena memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan anak-anak dari segi pengenalan
tentang konsep diri, kemandirian bekerja dan belajar dengan efektif
dan kemampuan mengadakan hubungan yang baik dengan orang
lain.Iklim sekolah yang positif dapat menggerakkan kegiatan
pembelajaran dan daya kreativitas pelajar, sedangkan iklim yang
negatif akan membekukan perkembangan pelajar. Sejumlah pemikir
dan praktisi dunia pendidikan konteporer seperti Hanushek, Bobbi De
Poter & Miskel Sackney, menyarankan kepada pihak sekolah agar
mampu menciptakan iklim sekolah yang sehat dan menyenangkan,
yang memungkinkan siswa dapat menjalani interaksi sosial secara
memadai di lingkungan sekolah. Iklim sekolah yang sehat ini,
dibutuhkan untuk membangkitkan motifasi belajar siswa, akantetapi
juga diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan yang tidak
nyaman dan stres dalam diri siswa, yang akan mempengaruhi prestasi
belajar.
Dari kesimpulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa suasana
yang kondusif adalah suasana kelas yang aman dan nyaman secara
emosional dan intelektual. Tertib dan aman dari berbagai gangguan,
dan disipilin dalam berbagai aktifitras pembelajaran di kelas. Tidak
harus dikekang dengan kedisiplinan, akan tetapi dengan keadaan kelas
yang menggelinding dengan sendirinya merupakan jenis kelas yang
ideal, karena siswa dapat melibatkan diri, mengambil, bahagia, dan
-
24
menumpukan perhatian dalam pembelajaran. Pengaturan dan
pengawasan terhadap kelas sebagai lingkungan belajar ini turut
menentukan sejauh mana kelas tersebut menjadi kelas yang terbaik.
Kelas yang baik adalah kelas yang bersifat menantang, dapat
merangsang peserta didik untuk belajar, serta memberikan rasa aman
dan kepuasan kepada peserta didik dalam belajar.
2. Faktor-faktor Terciptanya Suasana Kondusif
Suasana yang kondusif tersebut tentu saja tidak tercipta dengan
sendirinya, tetapi haruslah diciptakan. Ada dua faktor penentu
terciptanya suasana kondusif. Diantaranya:
a. Suasana dalam kelas
Pada umumnya kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh
seorang guru dan sekelompok peserta didik di dalam ruangan
yang disebut kelas. Semua yang ada pada kelas dan di dalam
kelas tersebut memiliki pengaruh terhadap kondisi kelas dan
motifasi belajar peserta didik, jika penataan ruang kelas
berantakan, maka suasana hati peserta didik juga akan berantakan,
dan dapat mengakibatkan buyarnya konsentrasi peserta didik.
Sebaliknya, jika kelas dengan berbagai bagian dan sarananya
dapat diatur dengan baik oleh guru sebagai manajer kelas, kelas
akan menjadi sebuah tempat yang menyenangkan dan nyaman
yang akan berpengaruh pula pada peningkatan motifasi belajar
-
25
peserta didik. Seorang guru harus mengatur kelas dengan baik
Jika seorang guru menginginkan terbentuknya suasana kondusif
untuk belajar (Wiyani, 2013:128).
b. Lingungan di sekitar kelas atau sekolah
Lingkungan sekolah yang asri, indah dan penuh dengan
segala fasilitas tertentu membuat seorang siswa merasa betah dan
nyaman di sekolah, sebaliknya jika lingkungan sekolah kita
buruk, serba terbatas dan kekurangan, pasti akan membuat siswa
merasa bosan, apalagi jika seorang siswa mengetahui adanya
sekolah lain yang lebih bersih, indah dan asri, hal ini akan
membuat kita enggan untuk membuat siswa utuk berangkat
sekolah dikarenakan keadaan sekolah yang kurang baik.
Termasuk dalam hal ini adalah lingkungan sosialnya. Suasana
kehidupan sekolah yang buruk, yang bertentangan dengan
keinginan siswa pasti akan membuat siswa bosan. Jika letak
sekolah yang terlalu berdekatan dengan pabrik atau peternakan
yang berbau dan penuh polusi, jelas hal itu akan membuat sekolah
terasa membosankan dan jelas sangat tidak kondusif untuk belajar
(Didik, 2007:45).
3. Faktor-faktor Penghambat Terciptanya Suasana Kondusif
Nugraha dalam Mariyana, (2010:18) berpendapat bahwa,
secara umum tujuan pengelolaan lingkungan belajar bertujuan untuk
-
26
mewujudkan situasi yang kondusifuntuk memfasilitasi perkembangan
dan belajar anak secara maksimal, serta untuk menghilangkan
berbagai hambatan yang akan menganggu efektifitas belajar anak
tersebut. Menurut Mulyadi, (2009:6) bahwa dalam pengelolaan
lingkungan belajar, seorang guru haruslah mempunyai ketrampilan
dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis, dan kemampuan
bertindak menuju perbaikan suasana kelas yang dinamis.
Dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor
penghambat, yaitu:
a. Faktor guru
Guru dapat menjadi salah satu faktor penghambat dalam
penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses belajar
mengajar, faktor yang menghambat yang datang dari guru
diantaranya:
1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter
Tipe kepemimpinan guru yang terlalu otoriter dan kurang
demoktratis akan menumbuhkan sikap agresif atau pasif dari
murid-murid. Kedua sikap murid ini merupakan sumber
masalah manajemen kelas.
-
27
2) Format belajar mengajar yang monoton
Format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan
para siswa bosan, kecewa, frustasi dan hal ini merupakan
sumber pelanggaran disiplin. Sebaliknya format belajar
mengajar bervariasi merupakan kunci manajemen kelas untuk
menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan
aktifitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan
tingkah laku positif siswa. Jika banyak fariasi, maka siswa
akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan
tidak akan menganggu kawannya.
3) Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil dituntut untuk bersikap adil,
hangat, objeltif dan fleksibel, sehingga terbina suasana
emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
4) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku
siswa dan latar belakangnya
Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru
dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya,
mungkin karena tidak tau caranya ataupun karena beban
mengajar guru yang di luar batas kemampuannya yang wajar.
-
28
Misalnya guru mengajar di berbagai sekolah, sehingga guru
datang ke sekolah semata-mata hanya untuk mengajar.
5) Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen
dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun
pengalaman praktis
Guna mengatasi problema ini, salah satu upaya yang
disarankan adalah mendiskusikan masalah ini dengan para
kolega. Diharapkan dengan cara ini dapat membantu mereka
dalam meningkatkan ketrampilan manajemen proses belajar
mengajar.
b. Faktor siswa
Siswa dalam unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan
yang sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang
dinamis. Setiap siswa harus memiliki perasaan diterima
(membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan kelas, perasaan diterima ini akan menumbuhkan
sikap bertanggung jawab terhadap kelas secara langsung
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan masing-masing.
Siswa dalam kelas dapat dinaggap sebagai individu dalam
satu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Para siswa harus tau
hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat, di
samping itu mereka juga harus tau akan kewajibannya dan
-
29
keharusan menghormati hak-hak orang lain yaitu teman-teman
sekelasnya. Siswa haruslah sadar bahwa kalau mereka menganggu
temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan
kewajiban sebagai anggota satu masyarakat kelas dan tidak
menghormati hak siswa lain untuk mendapat manfaat yang sebesar-
besarnya dari kegiatan belajar mengajar.
c. Faktor keluarga
Tingkah laku anak anak di dalam kelas merupakan
cerminan keadaan keluarganya, sikap otoriter orangtua akan
tercermin dari tingkah laku anak yang agresif ataupun pasif. Di
dalam kelas sering ditemukan siswa-siswi penganggu dan pembuat
ribut di kelas biasanya berawal dari keluarga yang tidak utu dan
broken home. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga
seperti tidak patuh pada disiplin, tidak tertib, kebebasan yang
berlebihanataupun terlampau dikekang merupakan latar belakan
yang akan menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas. Jadi
jelaslah bila tuntutan di kelas ataupun di sekolah berbeda jauh
dengan kondisi kehidupan keluarga, akan merupakan kesukaran
tersendiri bagi siswa untuk menyesuaikan diri. Salah perlakuan
(maladjusted) siswa terhadap situasi kelas pada umumnya
merupakan masalah manajemen. Di sinilah letak pentingnya
hubungn kerjasama yang seimbang antara sekolah dengan keluarga
-
30
agar terdapat keselarasan situasi dan tuntutan dalam lingkungan
keluaraga dengan situasi dan tuntutan di kelas atau di sekolah.
d. Faktor fasilitas
Ruang kelas yang kecil dibanding dengan jumlah siswa dan
kebutuhan siswa untuk bergerak siswa dalam kelas merupakan
salah satu problema yang terjadi pada manajemen kelas. Demikian
pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang dibanding dengan
banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuh kan
seperti laboratorium, ruang kesenian, ruang gambar, dan
sebagainya diperlukan ruangan sendiri. Jumlah buku yang tidak
sesuai atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah siswa yang
membutuhkannya juga akan menimbulkan masalah dalam manajen
kelas
4. Ciri-ciri Sekolah Kondusif:
Dalam bukunya Supardi (2013:210), disebutkan ciri-ciri sekolah
yang kondusif dan di jelaskan bahwa suasana sekolah yang kondusif
membantu mewujudkan sekolah yang efektif, maka terdapat beberapa
peneliti yang telah mengetengahkan beberapa ciri-ciri suasana sekolah
efektif hasil dari penelitian-penelitian yang mereka lakukan. Sekolah
dengan suasana kondusif mempunyai ciri-ciri berikut:
-
31
a. Sekolah mempunyai seperangkat nilai etika-moralitas dan etos
yang dianggap penting
b. Kepala sekolah, guru dan murid menunjukkan kepedulian dan
loyalitas terhadap tujuan sekolah dan nilai-nilai.
c. Sekolah menjanjikan lingkungan dan suasana yang menyenangkan,
menggairahkan, dan menantang bagi guru dan murid.
d. Sling menghargai dan saling mempercayai sesama diantara guru
dan peserta didik.
e. Saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka di sekolah.
f. Ekspektasi terhadap semua peserta didik bahwa peserta didik akan
berlaku sebaik-baiknya.
g. Komitmen yang kuat untuk belajar sungguh-sungguh.
h. Kepala sekolah, guru, dan peserta didik mempunyai semangat yang
tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi.
i. Adanya morale (semangat juang) yang tinggi di kalangan peserta
didik.
j. Peserta didik saling menaruh respek terhadap sesamanya dan
terhadap barang-barang milik mereka.
k. Adanya kesempatan bagi peserta didik untuk mengambil tanggung
jawab di sekolah.
l. Disiplin yang baik di sekolah.
-
32
m. Jarang sekali ada kejadian yang menuntut tenaga kependidikan
untuk turun tangan menerbitkan pelanggaran disiplin yang
dilakukan peserta didik.
n. Tingkat kemangkiran yang rendah dikalangan peserta didik.
o. Tingkat mengulang kelas yang rendah.
p. Tingkat kenakalan anak yang rendah.
q. Morale (semangat juang) yang tinggi di kalangan guru.
r. Tingkat persatuan (cohesiveness) dan semangat yang tinggi di
kalangan guru.
s. Tingkat kemangkiran yang rendah di kalangan guru.
t. Sedikitnya permohonan guru pindah ke sekolah lain
5. Urgensi Pengaturan Kelas Kondusif
Selain berperan sebagai pemimpin belajar (learning leader),
seorang guru juga sekaligus berperan sebagai seorang manajer di
kelas, tidak boleh dipandang sebelah mata, karena sebagai seorang
manajer harus mampu mengatur ruang kelasnya menjadi kelas yang
kondusif. Seorang manajer kelas harus mampu:
a. Pengaturan ruang kelas
Seorang guru harus memiliki ketrampilan untuk mengatur
ruang kelas yang kondusif, yaitu ruang kelas yang mendukung
keberhasilan kegiatan belajar-mengajar. Bermacam-macam sarana
belajar yang ada di dalam kelas tersebut tentunya dapat di
-
33
pindahkan, dapat digerak-gerakkan, dan dapat ditata. Agar fungsi
dan manfaat berbagai macan saranabelajar tersebut dapat
mendukung ketercapaian keberhasilankegiatan belajar-mengajar,
guru harus mengurus dan menata berbagai sarana belajar tersebut.
Mengurus dan menata berbagai sarana belajar dalam pengaturan
ruang kelas meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:
1) Merencanakan sarana belajar yang diperlukan dalam kegiatan
belajar-mengajar.
2) Mengadakan sarana belajar yang diperlukan dalam kegiatan
belajar-mengajar.
3) Menata letak sarana belajar yang telah didapatkannya untuk
mendukung pelaksanaan dalam kegiatan belajar-mengajar.
4) Melakukan penilaian terhadap penggunaan berbagai sarana
belajar, sudah sejauh mana efektifitas serta efisiensinya dalam
mendukung keberhasilan tujuan kegiatan belajar-mengajar.
5) Melakukan perbaikan terhadap tata letak sarana belajar yang
ada di ruang kelas.
Menurut Mulyadi, (2009:136) ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengaturan ruang kelas, yaitu:
1) Ruang kelas memenuhi persyaratan sebsgsi berikut:
a) Ukuran ruang kelas ukuran 8m x 7m
-
34
b) Dapat memberikan kebebasan gerak, komunikasi
pandangan dan pendengaran
c) Cukup udara dan sirkulasi udara
d) Pengaturan prabot agar memungkinkan guru dapat
bergerak leluasa
2) Daun jendela tidak menganggu lintas pada selayar. Prabot
yang harus ada dalam ruang kelas antara lain:
a) Meja kursi guru dan siswa
b) Papan tulis dan papan panel
c) Alamari dan rak buku ruangan
d) Alat pembersih
e) Gambar presiden, wakil presiden, dan gambar pancasila
f) Kalender pendidikan dan jadwal pelajaran
g) Tempat bendera merah putih, denah kelas termasuk tempat
duduk siswa.
b. Pengaturan tempat duduk
Peserta didik tentu membutuhkan tempat duduk ketika
proses pembelajaran berlangsung, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tempat duduk dapat mempengaruhi peserta didik
dalam mencapai keberhasilan belajarnya. Untuk itu tempat duduk
harus bagus, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tidak
terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tidak terlalu berat, bundar,
-
35
persegi empat panjang, dan sesuai postur tubuh peserta didik. Jika
diamati berbagai sekolah yang ada, telah memiliki tempat duduk
yang dapat diubah-ubah atau dapat diatur dengan berbagai posisi.
Sayangnya disadari ataupun tidak, para guru sering
menganggap remeh serta dianggap tidak berpengaruh terhadap
kehidupan dan dinamika kelas. Padahal, perubahan posisi tempat
duduk yang bervariasi memiliki banyak manfaat, antara lain:
1. Menghindari kejenuhan peserta didik dalam belajar
2. Menjadikan fokus belajar peserta didik tetap terjaga
3. Meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik
4. Memudahkan guru dan peserta didik bergerak dan berinteraksi
saat kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.
Kemudian, setidaknya terdapat enam hal yang harus
diperhatikan oleh guru jika hendak melakukan pengaturan tempat
duduk dengan posisi yang variatif, antara lain:
a) Ukuran dan bentuk kelas;
b) Bentuk serta ukuran bangku dan meja peserta didik;
c) Banyaknya peserta didik di dalam kelas;
d) Jumlah kelompok kelas;
e) Jumlah kelompok peserta didik dalam kelas;
f) Komposisi peserta didik dalam kelompok.
-
36
Menurut Sutopo dalam Mulyadi, (2009:138) dalam kelas
sekolah-sekolah moderen, penyusunan tempat duduk siswa-siswi
(bangku/kursi) hendaklah fleksibel, artinya dapat dapat dan
mudah diubah sesuai dengan kebutuhan, untuk diskusi misalnya,
tempat duduk hendaknya disusun berbentuk lingkaran atau
setengah lingkaran, hingga suasana demokratis dan dapat
dihayati.
Bentuk dan ukuran tempat duduk (bangku/kursi) harus
memperhatikan kriteria sebagai berikut:
a) Tempat duduk guru lebih tinggi dari tempat duduk murid,
supaya guru mudah mengawasi murid-murid
b) Meja dan kursi siswa harus terpisah, supaya memudahkan
pengaturan dalam kegiatan yang lain
c) Bentuknya sederhana, kuat dan mudah
d) Ukuran minim meja:
Lebar : 40 cm umur 6-9 tahun tinggi 46 cm.
Panjang : 60 cm umur 9-12 tahun tinggi 51 cm.
Meja miring dan rata
e) Tinggi kursi yang tepat sepadan antara telapak kaki dan lekuk
lutut, jika anak itu duduk, dengan kaki tegak lurus dan
telapak kaki mendatar. Kursi yang terlalu tinggi, kaki
-
37
tergantung sehingga jalan darah dan saraf di lutut tertekan.
Umumnya tinggi kursi 29-51 cm. Sedangkan untuk sekolah
dasar yaitu umur 6-9 tahun tinggi kursi 30 cm dan anak umur
9-12 tahun tinngi kursi 33 cm.
Selanjutnya, untuk ketertiban penempatan siswa-siswi di
kelas, sebaiknya dibuatkan sebuah seating chart (denah tempat
duduk) yang dapat diubah setiap bualan. Contoh denah kelas
dengan beberapa model sebagai berikut:
GAMBAR 2.1
MODEL U-SHAPE
-
38
GAMBAR 2.2
MODEL O-SHAPE
GAMBAR 2.3
MODEL V-SHAPE
-
39
GAMBAR 2.4
MODEL THEATER
GAMBAR 2.5
MODEL ACAK
-
40
GAMBAR 2.6
MODELl ELIPS-SHAPE
Dengan demikian diperoleh suatu kesan yang artistik dan
menarik. Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
selain indah dan menarik, juga harus bersih dan menyegarkan.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad s.a.w:
Kebersihan merupakan sebagian dari iman.
c. Pengaturan media pendidikan
Langkah selanjutnya adalah guru mengatur berbagai media
pendidikan yang digunakan untuk mendukung untuk kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas. Media pendidikan adalah
sekumpulan fisik yang digunakan oleh seorang guru untuk
menyajikan materi pelajaran ataupun pesan yang dapat
-
41
merangsang peserta didik untuk belajar. Alat dalam konteks
media tersebut dapat bersifat materi maupun nonmateri. Media
pendidikan yang bersifat materi dapat disebut sebagai alat keras
(hardware) pendidikan, sementara media pendidikan yang
bersifat nonmateri dapat disebutsebagai alat lunak (software)
pendidikan.
Alat keras (hardware) pendidikan ini dapat dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu kategori visual, audio, dan audiovisual.
Kategori audio visual seperti papan tulis, poster, gambar, buku,
foto, modul, slide, HP, lukisan, LCD, dan lain-lain. Kategori
audio seperti ucapan guru, radio, rekaman suara, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk audiovisual seperti film, video, dan
lain-lain. Sementara itu, alat lunak (software) pendidikan seperti
keteladanan guru, kegiatan pembiasaan spontan, kegiatan
pembiasaan rutin, pemberian perintah dan larangan, pemberian
hadiah, dan hukuman, dan lain sebagainya yang bersifat abstrak.
Jika media pendidikan difungsikan, peserta didik akan banyak
terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga akan
menciptakan kelas yang kondusif.
d. Pengaturan tanaman dan tumbuh-tumbuhan
Kelancaran kegiatan belajar-mengajar serta kelas yang
kondusif dapat tercipta juga dengan pengaturan tanaman dan
-
42
tumbuh-tumbuhan. Tanaman dan tumbuh-tumbu mampu
menyediakan oksigen yang dapat menjadikan otak berkembang.
Semakin banyak oksigen yang didapat, akan semakin meningkat
pula kinerja otak. Jika kinerja otak meningkat, para peserta didik
akan mampu mengikuti dan mencerna pelajaran yang diberikan
oleh guru dengan baik, tentunya hal itu dapat menjadikn tujuan
kegiatan belajar-mengajar tercapai. Itulah sebabnya , disekeliling
kelas hendaknya ditanami tanaman atau tumbuh-tumbuhan agar
peserta didik mendapatkan pasokan oksigen yang melimpah dari
alam. Selain itu , berbagai tanaman dan tumbuh-tumbuhan
tersebut akan menjadikan sekolah menjadi rindang, teduh, dan
nyaman sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas menjadi
kondusif.
e. Pemberian aromaterapi
Aromaterapi dapat menjadi sesuatu yang sangat esensi
dalam kehidupan manusia disebabkan aromanya sangat penting
bagi kesehatan manusia itu sendiri, itulah sebabnya aromaterapi
dapat juga disebut dengan istilah essensial oil. Aromaterapi juga
menjadi semacam simbol keharmonisan, keromantisan,
kesehatan, bahkan pengobatan. Dalam konteks manajemen kelas,
aroma disimbolkan sebagai kesehatan yang lazimnya disebut
aromaterapi. Walaupun masih harus diuji adan diteliti, aroma
-
43
terapi ini digadang-gadang dapat menumbuhkan antusiasme
peserta didik dalam belajar di dalam kelas.
Penelitian menunjukkan, manusia dapat meningkatkan
kemampuan berfikirnya secara kreatif sebanyak 30% saat
diberikan aroma wangi bunga tertentu, seperti mint, kemangi,
jeruk, rosemary, lavender, dan mawar yang dapat memberikan
ketenangan atau relaksasi pada peserta didik sehingga konsentrasi
belajarnya akan tetap terjaga sengan baik. Saat minyak beraroma
dihirup, sel-sel saraf penciuman menjadi terangsang dan
memengaruhi kinerja sistem limbik, sistem limbik tersebut
berhubungan dengan daerah otak yang berkaitan dengan fungsi
ingatan, sirkulasi darah, dan sistem kelenjar. Tetapi perlu diingat,
tidak semua yang mengandung aroma wangi dapat digunakan
sebagai aromaterapi. Hal ini disebabkan aromaterapi merupakan
satu tekhnik terapi menggunakan minyak esensial hasil
penyulingan dan perasan bagian-bagian tumbuhan aromatiklah
yang bersifat menyembuhkan (Wiyani, 2013:129-155).
6. Faktor Situasional
Faktor situasional ialah keadaan yang telah timbul dan
berpengaruh terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar di kelas,
namun tidak menjadi tanggung jawab langsung dari staf pendidik atau
para siswa, keadaan itu berkaitan dengan corak kehidupan masyarakat
-
44
atau sumber kehidupan alam. Keadaan tertentu dihayati oleh staf
pendidik dan para siswa sebagai keadaan yang menyenangkan dan
menenangkan, atau sebagai keadaan yang tidak menyenangkan dan
menggelisahkan. Sebagai akibat dari penghayatan itu, timbul
kondisi psikologis di pihak guru dan siswa, yang menghambat
proses belajar-mengajar di kelas. Keadaan-keadaan tersebut
diantaranya:
a. Keadaan ekonomis yang serba sukar dan memprihatinkan,
membuat guru dan siswa merasa gelisah dan sulit berkonsentrasi
dalam tugas mengajar dan belajar.
b. Keadaan politik yang kurang stabil, membuat guru dan siswa
merasa tidak aman dan terancam.
c. Keadaan waktu mencakup jumlah hari, yang tersedia bagi kegiatan
pengajaran. Bila guru berpendapat bahwa waktu yang tersedia
cukup untuk menyelesaikan materi pelajaran yang diwajibkan, guru
akan mengajar dengan tenang, jika waktu diperkirakan kurang,
guru akan tergesa-gesa , sehingga siswa akan mengalami kesulitan
dalam mengikuti pelajaran.
d. Alokasi tempat, banyak jalan diperlebar untuk menambah alus
lalulintas yang semakin padat dan ramai. Areal kebun atau
lapangan di depan sekolah kena pemotongan, sehingga ruang kelas
yang semula berjarak jauh dari jalan, akhirnya terletak di pinggir
-
45
jalan yang ramai penghuninya terpaksa menikmati polusi udara dan
suara.
e. Keadaan iklim dan musim kerap menciptakan kondisi fisik yang
kurang menguntungkan bagi guru dan siswa, sehingga konsentrasi
belajar dan mengajar akan terganggu dan buyar.
Menurut Departemen Pendidikan Nsional (Depdiknas), sekolah
dikatakan baik apabila memiliki delapan kriteria:
a. Siswa yang masuk terseleksi dengan ketat berdasarkan prestasi
akademik, Psikotes, dan tes fisik
b. Sarana dan prasarana pendidikan terpenuhi dan kondusif bagi
proses pembelajaran
c. Iklim dan suasana yang mendukung untuk kegiatan belajar
d. Guru dan tenaga kependidikan memiliki profesionalisme yang
tinggi dan tingkat kesejahteraan yang memadai
e. Melakukan improfisi kurikulum sehingga memenuhi kebutuhan
siswa yang pada umumnya memilikimotifasi belajar yang tinggi
dibadingkan dengan siswa seusianya
f. Jam belajar siswa umunya lebih lama karena tuntutan kurikulum
dan kebutuhan belajar siswa
g. Proses pembelajaran berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada siswa maupun kepada wali siswa,
h. Sekolah unggul bermanfaat bagi lingkungannya (Supardi, 2013:3).
-
46
B. Pengertian Konsentrasi Belajar
1. Beberapa Pengertian Konsentrasi Belajar
a. Konsentrasi
Menurut Djamarah (2002:15), konsentrasi adalah
pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau objek,
misalnya konsentrasi pikiran, konsentrasi perhatian dan
sebagainya. Dan menurut Anderson (2008:135), konsentrasi
adalah kemampuan untuk menaruh perhatian pada sesuatu,gagasan
atau orang. Konsentrasi secara umum adalah sebagai suatu proses
pemusatan pikiran kepada suatu objek tertentu. Artinya, tindakan
atau pekerjaan yang kita lakukan secara sungguh-sungguh dengan
memusatkan seluruh panca indra kita yang berupa penciuman,
pendengaran, pengliatan danpikiran kita. Bahkan yang sifatnya
abstrak sekalipun yaitu perasaan. (Kawan Lama95.
Wordpress/2009/11.
b. Pengertian Belajar
Menurut Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman Learning may be defined as the process
by which behavior originates or is altered throughtraining or
experience. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi
tersebut dikemukakan oleh Cronbach, dalam bukunya yang
-
47
berjudul Educational psychology sebagai berikut Learning is
shown by change in behaviour as a result of experience. Belajar
yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar,
seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan
menggunakan semua alat indranya. (Ahmadi: 2013:125).
Winkel berpendapat bahwa belajar adalah satu aktifitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan,
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, di mana perubahan itu
bersifat relatif konstan dan membekas. Dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan paling
pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami
oleh murid sebagai anak didik (Ahmadi: 2013:125).
Maka, konsentrasi belajar dapat diartikan sebagai
pemusatan pemikiran seorang siswa untuk melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan belajar di sekolah. Rahasia sukses belajar adalah
konsentrasi, konsentrasi dapat meningkatkan daya ingat dan
pemahaman. Belajar merupakan bagian hidup bagi setiap orang.
Disamping itu, belajar merupakan rangkaian aktifitas yang
mencakup berbagai persyaratan dari belajar, agar studinya berhasil
-
48
yaitu konsentrasi, kesabaran dalam berkonsentrasi sering menjadi
problem bagi kebanyakan siswa (Ahmadi, 1991:105).
Salam(2004:12), berpendapat bahwa konsentrasi
ialahPemusatan perhatian tertuju pada satu objek tertentu dengan
mengabaikan masalah-masalah lain yang tidak diperlukan. Ketika
membaca suatu topik dari sebuah buku dengan mengabaikan topik-
topik lain adalah suatu upaya memusatkan perhatian terhadap apa
yang akan dibaca, tindakan ini merupakan langkah nyata untuk
meningkatkan daya konsentrasi dalam membaca. Konsentrasi
belajar sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Dan konsentrasi
belajar akan tercipta jika suasana atau lingkungan belajarnya
mendukung, Jika seseorang mengalami kesulitan berkonsentrasi,
jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga,
waktu dan biaya saja. Seseorang yang dapat belajar dengan baik
adalah orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata
lain seseorang itu harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan
pikiran. Jadi kebiasaan untuk memusatkan pikiran ini mutlak perlu
dimiliki oleh setiap siswa yang belajar. Dalam belajar, seorang
siswa yang tidak dapat berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil
menyimpan atau menguasi bahan pelajaran. Oleh karena itu, setiap
siswa berusaha dengan keras agar memiliki konsentrasi tinggi
dalam belajar. Cukup banyak siswa yang kurang mampu
berkonsentrasi ketika belajar dama waktu yang relatif lama.
-
49
Jadi yang dimaksud penulis dengan konsentrasi belajar
adalah pemusatan perhatian atau pikiran terhadap sesuatu objek
dalam suatu aktifitas yang berlangsung dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan.
Tujuan dari konsentrasi itu sendiri adalah untuk mengatur
sesuatu yang disebut pancaran otak, yang dalam kondisi tidak
terkontrol secara terus-menerus terganggu.pancaran otak secara
terus-menerus dibutuhkan untuk mengonsentrasikan pikiran pada
objek yang ditentukan, dan untuk menyingkat atau meng
mengklasifikasikan objek tersebut. Tanpa ada pancaran otak yang
terjadi terus-menerus, maka tidak akan ada pekerjaan yang bisa
dilakukan karena pikiran berangan-angan tanpa tujuan, dan pikiran
ini terganggu oleh berbagai macam gangguan. Konsentrasi
berhubungan secara langsung dengan proses pikiran, dan
konsentrasi ini adalah pangkal untuk melawan fobia, harus diakui
bahwa berkonsentrasi pada beberapa titik yang ditetapkan akan
menghasilkan gelombang energi syaraf yang bersumber pada titik
tersebut. (Vittoz, 2008:90).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan
saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
-
50
faktor yang ada pada diri individu yang sedang berkonsentrasi
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar
individu.
a. Faktor intern
Faktor intern dibagi menjadi tida faktor, yaitu faktor
jasmaniyah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan
1. Faktor jasmaniah
a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
dan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.
Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Dalam bukunya
Ahmadi (2013:79), dikatakan Kesehatan seseorang sangat
berpengaruh pada konsentrasi belajarnya, karena siswa akan
mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang
dan kurang semangat, pikiran terganggu, karena hal-hal ini
maka penerimaan dan respons pelajaran berkurang, syaraf
otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses,
mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan
pelajaran melalui indranya. Agar seseorang dapat belajar
dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya
tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan tentang
-
51
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, tidur, makan, olahraga,
dan rekreasi.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
Dapat berupa buta, tuli, patah kaki atau tangan, lumpuh, dan
lain-lain. Salah satu kurangnya konsentrasi adalah cacat
mental mental dan fisik pada anak karena perkembangannya
yang normal telah terganggu (Anderson, 2008:83). Siswa
yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi,
hendaklah belajar pada lembaga pendidikan khusus atau
menggunakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi kecacatannya itu.
2. Faktor psikologis
Yang tergolong ke dalam faktor psikologis, yaitu
intelegensi, minat, bakat, motif dan sikap.
a) Inteligensi
Flynn dalam Azwar(1996:7),mendefinisikan
inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara
abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
Inteliginsi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
-
52
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi baru dengan cepat dan efektif, mengetahui
atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengerti relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Jadi pada umumnya kecerdasan atau kecakapan
diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam relaksasi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Anak yang IQ-nya tinggi dapat
menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Anak yang normal
IQ-nya (90-1000 dapat menamatkan SD tepat pada
waktunya. Mereka yang memiliki IQ (110-140) dapat
digolongkan cerdas, 140 ke atas dapat digolongkan genius,
jadi semakin tinggi IQ seseorang akan makin cerdas pula.
Mereka yang mempunyai IQ kurang
dari 90 tergolong lemah mental (mentally deffectife). Anak
inilah yang sering mengalami kesulitan belajar (Ahmadi,
2013: 81).
b) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi minat besar
-
53
pengaruhnya terhadap konsentrasi belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik baginya.
c) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar,
kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik karena siswa senang belajar dan
pastilah siswa akan lebih giat lagi dalam belajar.
d) Motif
Motif erat sekali hubungan nya dengan tujuan yang
akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat
disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu
perlu berbuat. Sedangkan yang jadi penyebab berbuat
adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau
pendorongnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan
apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan
baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan
perhatian.
-
54
e) Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Jadi dalam
belajar seseorang dipengaruhi oleh sikap atau perasaan
senang atau tidak senang pada penampilan gurunya ,
pelajaran atau lingkungan sekitarnya
3. Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan
tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan
jasmani dan kebutuhan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Kelelahgan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala
sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala
dengan pusing-pusing sehingga sulit
b. Faktor ekstern
-
55
Ahmadi (2013:81), faktor ekstern dikelompokkan menjadi
tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat.
1) Faktor keluarga
a) Cara orang tua mendidik
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama
dan utama betapa pentingnya peranan keluarga di dalam
pendidikan anak. Cara orang tua mendidik anak-anaknya
akan berpengaruh pada hasil belajarnya, orang tua yang
bersikap kejam, otoriter akan menimbulkan mental yang
tidak sehat bagi anak, hal ini akan mengakibatkan perasaan
yang tidak tentram, dan konsentrasi belajarnya terganggu
b) Hubungan orang tua dan anak
Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang yang
penuh pengertian, atau kebencian, sikap keras, acuh
takacuh, memanjakan, dan lain-lain. Sifat hubungan orang
tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini penting sekali
dalam menentukan kemajuan belajar anak.
c) Suasana rumah
Suasana keluarga yang sangat ramai dan gaduh,
tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan
-
56
selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar dalam
belajar. Demikian juga suasana ruamah yang selalu tenang,
selalu banyak cekcok antara anggota keluarga, keluarga
selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan ibu selalu cekcok
atau membisu, akan mewarnai suasana keluarga yang
melahirkan anak-anak yang tidak sehat mentalnya. Untuk
itu hendaknya suasana rumah selalu dibuat menyenangkan,
tenang, damai, harmonis, agar anak betah di rumah. Hal ini
akan menguntungkan untuk kemajuan belajar anak.
d) Keadaan ekonomi keluarga
keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya
dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya, isal makan, pakaian,
kesehatan, dan lain-lain, fasilitas belajar itu hanya dapat
tercukupi jika keluarga mempunyai uang.
e) Pengertian orang tua
Ketika seorang anak sedang belajar, perlu adanya
dorongan dan pengertian dari orang tua, jika anak sedang
berkonsentrasi belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas
di ruamah. Orang tua harus membantu sedapat mungkin
kesulitan anak yang dialami disekolah
-
57
2. faktor sekolah
a) Metode mengajar
Metode belajar yang tidak menarik atau guru hanya
menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi, hal ini
menunjukan metode guru yang sempit, sehingga
menimbulkan kebosanan, dannperhatian murid mudah
dialihkan. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka
metode mengajar harus diusahakan tepat, efisien dan
efektif.
b) Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik misalnya, bahan-
bahannya terlalu tinggi, pembagian bahan tidak seimbang
(kelas satu banyak pelajaran, dan kelas-kelas di atasnya
sedikit pelajaran), dan adanya pendataan materi. Hal-hal itu
akan membawa kesulitan belajar bagi siswa. Sebaliknya
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa, akan
membawa dalam kesuksesan belajar.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajarterjadi antara guru dengan
siswa. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa
akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata
-
58
pelajarannya. Pada umumnya, seorang siswa akan
menyukai pelajaran karena guru yang mengajar pelajaran
tersebut.
d) Relasi siswa dengan siswa
Menciptakan relasi yang baik antara siswa adalah
perlu, karena antara siswa akan saling menghargai,
menghormati, dapat bekerja sama dengan baik dan lain-lain.
Hal ini dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
konsentrasi belajar.
e) Disiplin sekolah
Disiplin sekolah yang kurang dapat menimbulkan
hambatan dalam pelajaran, misalnya murid-murid sering
terlambat datang, tidak mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru, kewajiban dilalaikan, sekolah berjalan
tanpa kendali. Lebih-lebih lagi guru yang tidak disiplin akan
berpengaruh buruk bagi perkembangan pembelajaran.
f) Alat pelajaran
Alat pelajaran yang kuirang lengkap membuat
penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran
yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan
banyak menimbulkan kesulitan belajar. Ketidak lengkapan
-
59
alat pelajaran maka guru akan cenderung menggunakan
metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi anak,
sehingga tidak mustahil timbul kesulitan belajar.
g) Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses
belajar mengajar di sekolah. Jadi memilih waktu sekolah
yang tepat akan memberi pengaruh positif terhadap belajar.
Waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari, karena di
pagi hari energi siswa masih utuh dan udara pun masih
sejuk yang akan mempengaruhi daya otak siswa sehingga
memudahkan siswa untuk berkonsentrasi.
h) Standar belajar diatas ukuran
Guru dalam menuntut penguasaan materi harus
sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang
penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Guru-
guru yang menuntut standar pelajaran di atas kemampuan
anak. Hal ini bisa terjadi pada guru yang masih muda yang
belum berpengalaman hingga belum dapat mengukur
kemampuan siswa-siswaya, sehingga hanya sebagian kecil
dari siswanya yang dapat berhasil dengan baik.
i) Keadaan gedung
-
60
Terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau
ruangan tempat siswa belajar. Ruang harus memenuhi
syarat kesehatan seperti, ruang harus berjrndela, ventilasi
cukup sehingga udara segar dapat masuk ke dalam ruangan
dan dapat menerangi ruangan, dinding yang bersih dan tidak
kotor akan mengurangi pengalihan perhatian siswa untuk
melihat coretan-coretan yang ada di dinding. Letak gedung
jauh dari keramaian, sehingga anak dapat berkonsentrasi
dengan baik.
j) Lingkungan alamiyah
Yaitu seperti kondisi udara yang segar, tidak panas
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau terlalu
gelap serta suasana sejuk dan tenang (Baharuddin, 2008:
27). Sehingga kondisi di atas akan mempengaruhi aktifitas
belajar anak. Jadi lingkungan sekolah yang nyaman serta
hubungan yang harmonis dengan guru, teman-teman
sekolah serta staf administrasi akan membuat anak
termotifasi untuk belajar.
Jadi lingkungan sekolah yang nyaman serta
hubungan yang harmonis dengan guru dan antar siswa akan
membuat anak termotifasi untuk belajar lebih baik.
3) faktor masyarakat
-
61
kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Apabila anak suka bergaul dengan
teman-teman yang tidak bersekolah, maka anak akan menjadi
malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah berbeda
dengan anak yang tidak bersekolah. Kewajiban orang tua
adalah mengawasi dan mencegahnya agar mengurangi
pergaulan dengan orang-orang yang kurang baik untuk
perkembangan anak. Corak kehidupan tetangga, misalnya main
judi, minum-minuman keras, menganggur, pedagang, tidak
suka belajar, akan memengaruhi anak-anak yang sekolah.
Minimal tidak ada motifasi anak dalam belajar.Jadi dalam
lingkungan masyarakat seorang anak harus dapat
menyesuaikan situasi dan kondisi serta dapat mengatur waktu
belajarnya. Sehingga tidak menganggu konsentrasi belajar.
3. Sebab-sebab siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar
Seorang siswa yang tidak dapat berkonsentrasi ketika belajar
bukanlah tanpa sebab. Diakui ada hal-hal lain yang ikut mempengaruhi
lama pendeknya daya konsentrasi seseorang ketika sedang belajar.
Menurut Ahmadi (1991:40), sebab-sebab anak tidak dapat
berkonsentrasi, antara lain sebagai berikut:
-
62
a. Kurang minat terhadap mata pelajaran. Tidak adanya minat
mengakibatkan siswa sukar mengerti isi pelajaran tersebut.
Akhirnya pikirannya melayang-layang pada hal-hal lain.
b. Banyak urusan-urusan yang menganggu perhatian, baik urusan luar
ataupun urusan pribadi.
c. Adanya gangguan-gangguan suara keras seperti radio, tape, dan
lain-lain. Begitu juga udara yang sangat panas dan meja yang tidak
enak atau kurang nyaman