upload

123
PENGARUH SUASANA KONDUSIF DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI WONOSEGORO TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Disusun oleh: Maharani Dyah Nugrahanti 11110009 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014

Upload: ipid-abdul-hapid

Post on 18-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hh

TRANSCRIPT

  • PENGARUH SUASANA KONDUSIF DALAM

    PEMBELAJARAN TERHADAP

    KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI MTs

    NEGERI WONOSEGORO

    TAHUN 2014

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

    Pendidikan Islam

    Disusun oleh:

    Maharani Dyah Nugrahanti

    11110009

    JURUSAN TARBIYAH

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

    SALATIGA

    2014

  • KEMENTERIAN AGAMA RI

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

    Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 fax 323433 Salatiga 50721

    Website: www.stain salatiga.ac.id/Email: [email protected]

    iii

    .

    DOSEN STAIN SALATIGA

    NOTA PEMBIMBING

    Lamp : 5 Eksemplar

    Hal : Naskah Skripsi

    Saudara : Maharani Dyah Nugrahanti

    Kepada:

    Yth. Ketua STAIN Salatiga

    Di Salatiga

    Assalamualaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama

    ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

    Nama : MAHARANI DYAH NUGRAHANTI

    NIM : 111 10 009

    Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam

    Judul Skripsi : PENGARUH SUASANA KONDUSIF

    DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP

    KONSENTRASI BELAJAR SISWA MTs

    NEGERI WONOSEGORO TAHUN 2014

    Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera

    dimunaqasyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

    Wassalamualaikum Wr. Wb

    Salatiga, 14 Oktober 2014

    Pembimbing

    Dra. Lilik Sriyanti, M. Si.

    NIP. 19660814 199103 2003

  • KEMENTERIAN AGAMA RI

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

    Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 fax 323433 Salatiga 50721

    Website: www.stain salatiga.ac.id/Email: [email protected]

    iv

    SKRIPSI

    PENGARUH SUASANA KONDUSIF DALAM PEMBELAJARAN

    TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI

    WONOSEGORO TAHUN 2014

    DISUSUN OLEH

    MAHARANI DYAH NUGRAHANTI

    111 10 009

    Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan

    Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal

    24 Desember 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh

    gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

    Susunan Panitia Penguji

    Ketua Penguji : Moh. Khusen, M.A. ______________

    Sekretaris Penguji : Wahidin, M.Pd. ______________

    Penguji I : Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. ______________

    Penguji II : Eni Titikusumawati, M.Pd. ______________

    Penguji III : Muna Erawati, S.Psi, M.Si. ______________

    Salatiga 24 Desember 2014

    Ketua STAIN Salatiga

    Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd

    NIP. 19670112 199203 1 005

  • KEMENTERIAN AGAMA RI

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

    Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 fax 323433 Salatiga 50721

    Website: www.stain salatiga.ac.id/Email: [email protected]

    v

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertandatangan di bawah ini:

    Nama : Maharani Dyah Nurahanti

    NIM : 111 10 009

    Jurusan : Tarbiyah

    Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

    hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat

    atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

    berdasarkan kode etik ilmiah.

    Salatiga, 14 Oktober 2014

    Yang Menyatakan,

    Maharani Dyah. N

    Nim: 111 10 109

  • vi

    MOTTO

    Tidak ada daya dan tidak ada upaya melainkan

    dengan kehendak ALLAH...

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Inilah media terindah untuk menorehkan dedikasiku:

    Bapakku Yuwono dan Ibuku Suprihati Nugro Jati, beliau adalah sosok

    yang sangat aku banggakan dan aku sayangi, terimakasih atas sujud dan doa

    kalian di setiap malam, atas pengorbanan baik berupa tenaga pikiran, dan

    materi yang entah sudah tidak dapat aku hitung jumlahnya dan terimakasih

    untuk doa yang tidak pernah terputus. Aku sadar bahwa ucapan terimaksih

    saja tidak akan sangup untuk membalas dan meggatikan semua yang telah

    kalian berikan, ingin rasanya selalu bias membuat kalian selalu tersenyum,

    karena senyum kalian adalah lukisan terindah di dinding kehidupanku.

    Imamku tercinta (Wildhan Akhsani Taqwim Cahyo Prayogo) terimakasih

    telahmenyayangi seluruh keluargaku dengan penuh ketulusan,terimakasih

    untuk saat ketika kau menggantikan peranku menjadi ibu yang baik bagi putra

    kita, ketika aku merasa terlalu lelah berpikir dan bertindak rasional, dan

    hanyut dalam emosi yang kadang tidak masuk akal. Tapi kau senantiasa setia

    dan penuh kesabaran menemaniku dan memapahku untuk bangkit kembali

    ketika aku mulai menyerah untuk menyelesaikan penelitan ini.

    Jagoan kecilku (Zulfikar Ikhsan Al-banna)kau selalu terjaga jika ibu

    bangun meninggalkanmu di tengah malam untuk mulai mengerjakan tugas

    skripsi, kau selalu memanggil ibu kembali untuk memelukmu dan

    menidurkanmu, kau memeluk ibu dengan manja seolah tidak mau sedetikpun

    ibu meninggalkanmu. Semoga engkau tumbuh dengan beningnya mata

    memandang, sejuknya hati menyikapi, dan cerdasnya kepala berpikir.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

    segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul Pengaruh Suasana

    Kondusif dalam Pembelajaran Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa

    di MTs Negeri Wonosegoro Tahun 2014. Skripsi ini disusun untuk

    memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1

    Jurusan Pendidikan Agama Islam

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai

    pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

    ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnyakepada:

    1. Bapak Dr. RahmatHariyadi, M. Pd. selakuKetua STAIN Salatiga.

    2. BapakSuwardi, M. Pd. selakuKetuaJurusanTarbiyah STAIN Salatiga.

    3. Bapak Rasimin, SPd.I, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi PAI

    STAIN Salatiga.

    4. Ibu Dra. Lilik Sriyanti, M. Si. selaku pembimbing skripsi yang telah

    memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran

    dalam masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

    5. IbuSitiAsdiqoh, M.Si.selakudosenpembimbingakademik yang

    telahbanyakmemberikanpengarahansertabiminganselamamasakuliah.

    6. Ayahhanda (Yuwono) danibunda (Suprihatin) yang

    selalumemberikandukungandansemangatsertadengantulusikhlasmendo

    akan agar cepatmenyelesaikanperkuliahandanskripsiini.

    7. Untuk suami dan putraku tercinta yang selalu memotivasi,

    membimbing dan mencurahkan segala perhatian dan doanya.

    8. BapakH. Ashuri, S.Ag.M.PdI. dan bapakSutrisno, S.PdI., M.M.selaku

    kepala sekolah dan wakil kepala sekolah di MTs Negri Wonosegoro

  • ix

    yang telah banyak membantu selama proses penelitian ini

    berlangsung.

    9. Semuateman-temanangkatan 2010, PPL dan KKN terkhusus untuk

    teman terdekatku Ulfa Nur Yani dan Sikhatun Nafis yang

    selalumemotivasidansalingmendukung agar

    cepatmenyelesaikanperkuliahanini.

    Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

    tentunya masih terdapat kekurangan. Penulis berharap, semoga skripsi ini

    dapat memberikan sumbangan pemikiran pendidikan islam, berguna dan

    bermanfaat bagi kita semua. Amin

    Salatiga, 14 Oktober2014

    Penulis,

    Maharani Dyah N

    Nim: 111 10 009

    ABSTRAK

  • x

    Nugrahanti,Maharani Dyah. 2014. 111 10 009. Pengaruh Suasana Kondusif

    dalam Pembelajaran terhadap Konsentrasi Belajar Siswa diMTs

    NegeriWonosegoroTahun2014 .Skripsi.JurusanTarbiyah. Program Strata I

    Pendidikan Agama Islam.SekolahTinggi Agama Islam

    NegeriSalatiga.Pembimbing: Dra. Lilik Sriyanti, M. Si.

    Kata kunci: SuasanaKondusifdalamPembelajaran, KonsentrasiBelajarSiswa

    Belajar merupakan kegiatan yang membutuhkan lingkungan dan suasana

    khusus. Siswa akan dapat belajar dengan baik apabila dalam suasana kondusif,

    suasana kondusif adalah suasana yang nyaman dan menyenangkan, nyaman dalam

    hal ini jauh dari gangguan suara yang merusak konsentrasi. Seperti yang terjadi di

    MTs Negeri Wonosegoro, karena letak sekolah yang terlalu dekat dengan jalan

    raya, sehingga suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif, dikarenakan suara

    bising dari kendaraan kerap menganggu konsentrasi belajar siswa ketika proses

    pembelajaran berlangsug. Penelitianinibertujuanuntuk mengetahui: 1)Bagaimana

    suasana kondusif dalam pembelajaran di MTsNegeriWonosegoro tahun 2014?

    2)Bagaimana konsentrasi belajar siswa di MTsnegri Wonosegoro tahun 2014?

    3)Adakah pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi

    belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014?.

    Jenispenelitian ini adalah studikorelasi.Data

    penelitianinidiperolehdarihasilangketsiswa dan dokumentasi. Sumber data dalam

    penelitian ini diperolehdari 25% dari populasi yang berjumlah 157 siswa yaitu39

    resonden terdiri dari siswa kelas IX(A) 6 siswa, kelas IX(B) 6 siswa, kelas IX(C)

    7 siswa, kelas IX(D) 6 siswa, kelas IX(E) 7 siswa, dan kelas IX(F) 7 siswa.

    Hasil penelitian ini suasana kondusifdi MTs Negeri Wonosegoro tahun

    2014menunjukkan bahwamayoritasrespondendalamkategoricukup, dengan nilai

    antara 24-26 mencapai prosentase (54%) terdapat 21 siswa, sedangkan konsentrasi

    belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun

    2014mayoritasrespondenjugadalam kategori cukup dengan nilai antara 24-26

    mencapai prosentase (41%) terdapat 16 siswa.Berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dianalisis dengan produck moment diperoleh hasil rxy= 0,353, untuk jumlah

    39 responden taraf signifikan 5% adalah 0,316. > yang menunjukan

    ada pengaruh yang signifikan antara suasna kondusif dalam pembelajaran

    terhadap konsentrasi belajar siswa di MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014.

    Berdasarkan dari hasil penelitian, guru disarankan agar memperbaiki kemampuan

    pengelolaan kelas yang dimiliki, agar tujuan dan efektivitas berjalan dengan baik.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    LEMBAR BERLOGO ........................................................................... ii

    HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................... iii

    PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................. v

    MOTTO ................................................................................................ vi

    PERSEMBAHAN ..vii

    KATA PENGANTAR ......................................................................... viii

    ABSTRAK .............................................................................................. x

    DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................... .xiv

    DAFTAR GAMBAR......................................................................xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. LatarBelakang Masalah. ...................................................... 1

    B. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian ............................ 5

    C.Manfaat Penelitian ................................................................ 6

    D. DefinisiOperasional ............................................................. 6

    E. Metode Penelitian ................................................................. 9

    F. Sistematika Penulisan ......................................................... 16

  • xii

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A.SuasnaKondusif .................................................................. 18

    1. PengertianSuasanaKondusif ........................................... 18

    2. Faktor-faktorTerciptanyaSuasanaKondusif ................... 20

    3. Faktor-faktorPenghambatSuasanaKondusif ................... 22

    4.Ciri-ciriSekolahKondusif ................................................ 26

    5. UrgensiPengaturanKelasKondusif. ................................ 27

    6 .FaktorSituasional............................................................ 37

    B. KonsentrasiBelajar................................................................ 39

    1. PengertiankonsentrasiBelajar ......................................... 39

    2. Faktor-faktoryang MempengaruhiKonsentrasi .............. 42

    3. Sebab-sebabSiswa Tidak Berkonsentrasi ....................... 52

    4. MengembangkanKonsentrasiBelajar ............................. 54

    C.

    PengaruhSuasanaKondusifdalamPembelajaranterhadapKo

    nsentrasi Belajar ............................................................... 57

    BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN

    A.GambaranUmumLokasidanSubjekPenelitian. .................... 59

    1. SejarahBerdiri ................................................................ 59

    2. LetakGeografis ............................................................... 61

    3. FisidanMisi ..................................................................... 62

    4. TujuanPendidikan .......................................................... 63

    5. Upaya untukMencapaiTujuan ........................................ 64

  • xiii

    6. StrukturOrganisasi.......................................................... 64

    7. Jumlah Guru. .................................................................. 64

    8. JumlahSiswa. .................................................................. 66

    9. EkstraKulikuler. ............................................................. 67

    B.Penyajian Data. ................................................................... 68

    1. Daftar Nama Responden.............................................69

    2. Data Hasil Jawaban Angket Suasana Kondusif. ...........70

    3. Data Hasil Jawaban Angket Konsentrasi Belajar...........71

    BAB IV ANALISIS DATA

    A. Analisis Deskriptif....73

    B. Pengujian Hipotesis.................83

    C. Pembahasan......87

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................ 91

    B. Saran .................................................................................. .92

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian ..................................................... 13

    Tabel 1.2 Daftar Sampel Penelitian ....................................................... 16

    Tabel 3.1 Daftar Nama Kepala Sekolah MTs Negeri ............................ 60

    Tabel 3.2 Daftar Guru dan Tenaga Administrasi .................................. 64

    Tabel 3.3 Daftar Siswa MTs Negeri Wonosegoro ................................. 66

    Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Ekstra Kulikuler MTs Negeri ..................... 67

    Tabel 3.5 Daftar Sarana dan Prasarana MTs Negeri Wonosegoro ....... 68

    Tabel 3.6 Daftar Responden ...........................................................69

    Tabel 3.7 Jawaban angket suasana kondusif dalam pembelajaran......... 70

    Tabel 3.8 Jawaban Angket Konsentrasi Belajar Siswa ........................ 71

    Tabel 4.1 Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Suasana Kondusif ........... 74

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Suasana Kondusif .................. 76

    Tabel 4.3 Prosentase Frekuensi Jawaban Suasana Kondusif ............... 78

    Tabel 4.4 Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Konsentrasi Belajar ......... 79

    Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Konsentrasi Belajar ............... 81

    Tabel 4.6 Prosentase Frekuensi Jawaban Konsentrasi Belajar ............ 82

    Tabel 4.7 Koefisiensi Pengaruh Suasana Kondusif dalam Pembelajaran

    Terhadap Konsentrasi Belajar .........................................................84

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Model Tempat Duduk U-Shape ...................................... 32

    Gambar 2.2 Model Tempat Duduk O-Shape ..................................... 32

    Gambar 2.3 Model Tempat Duduk V-shape ..................................... 33

    Gambar 2.4 Model Tempat Duduk Teather ........................................ 33

    Gambar 2.5 Model Tempat Duduk Acak ........................................... 34

    Gambar 2.6 Model Tempat Duduk Elips-Shape................................. 34

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Proses pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik

    jika anak didik dalam kondisi memperhatikan, tenang dan penuh

    konsentrasi. Kondisi demikianlah yang sangat didambakan oleh

    guru, karena jika anak didik dalam kondisi yang tidak tenang, maka

    guru akan kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran,

    serta tidak dapat ditangkap oleh peserta didik secara umum.

    Contoh permasalahan yang terjadi adalah sebagaian anak

    sering berbicara sendiri dengan temannya disaat pembelajaran

    berlangsung, mengantuk dan tertidur di kelas, seorang anak dapat

    berkonsentrasi dengan baik atau tidak, dipengaruhi oleh dua faktor

    yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang

    muncul dalam diri anak itu. Faktor internal misalnya ketidaksiapan

    mereka dalam menerima pelajaran, kondisi fisik, kondisi psikologis,

    modalitas belajar. Sedangkna faktor eksternal adalah faktor yang

    berasal dari luar individu, misalnya adanya suara-suara berisik dari

    TV, radio, atau suara-suara yang mengganggu lainnya. Salah satu

    faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran

  • 1

    bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang

    kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini adalah segala

    sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran

    dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar

    sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses

    pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan

    lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan

    informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai

    hasil dari proses belajar.

    Proses pendidikan selalu berlangsung dalam satu lingkungan

    pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial,

    intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan

    alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan

    memberikan dukungan sekaligus hambatan bagi berlangsungnya

    proses pembelajaran. Lingkungan fisik berupa sarana, prasarana

    serta fasilitas yang digunakan, fasilitas fisik yang memadai dan

    berkualitas akan mendukung berlangsungnya proses pendidikan,

    selain itu melihat metode yang tepat juga sangat berpengaruh

    terhadap pencapaian hasil belajar yang maksimal.

    Belajar merupakan kegiatan yang membutuhkan lingkungan

    dan suasana khusus, hal ini bertujuan agar prestasi belajar siswa

  • 2

    dapat dicapai seoptimal mungkin. Di sekolah maupun di rumah,

    siswa akan dapat belajar dengan baik apa bila dalam suasana

    kondusif. Suasana dan lingkungan khusus dimaksud adalah kondisi

    dan lingkungan belajar yang kondusif yaitu suasana yang nyaman

    dan menyenangkan, nyaman dalam hal ini jauh dari gangguan suara

    dan bunyi yang merusak konsentrasi belajar. Menyenangkan berarti

    suasana belajar yang gembira dan antusias. Suasana belajar yang

    nyaman memungkinkan siswa untuk memusatkan pikiran dan

    perhatian pada apa yang sedang dipelajari.

    Menurut Stol dalam Supardi (2013:52), bahwa iklim

    sekolah yang positif dan kondusif dapat membentuk peserta didik

    berkelakuan baik dan prestasi akademinya meningkat. Horst Byrne,

    Harttie dan Fraser di New South Wales, Australia mendapati

    lingkungan atau suasana sekolah yang baik dapat menggerakkan

    pembelajaran dan pencapaian yang maksimum. Tunney dan Jenkins

    juga menyimpulkan bahwa iklim sekolah merupakan faktor

    terpentinguntuk menentukan mutu pembelajaran peserta didik di

    sekolah dan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan

    efektifitas sekolah.Iklim sekolah merupakan suasana yang terdapat

    di dalam sekolah, iklim sekolah menggambarkan keadaan warga

    sekolah tersebut dalam keadaan riang dan mesra ataupun kepedulian

    antara satu sama lainnya. Salah satu aspek penting yang mendukung

  • 3

    keberhasilan proses pembelajaran adalah iklim sekolah, iklim

    sekolah yang kondusif adalah iklim yang benar-benar sesuai dan

    mendukung kelancaran serta kelangsungan proses pembelajaran

    yang dilakukan guru (Supardi, 2013:208).

    Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa suasana

    sekolah yang kondusif berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran

    siswa. Disadari bahwa kelas yang kondusif dapat menghindarkan

    siswa dari kejenuhan , kebosanan dan kelelahan psikis sedangkan

    disisi lain kelas yang kondusif akan dapat menumbuhkan minat,

    motivasi dan daya tahan belajar. Suasana pembelajaran dapat

    menyenangkan bagi siswa jika guru dapat menghadirkan dan

    memanfaatkan humor dengan tepat. Untuk membantu guru

    menciptakan kondisi pembelajaran dan suasana interaksi yang dapat

    mengundang dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif,

    pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan berarti materi yang

    disampaikan pendidik dapat diterima dengan mudah oleh peserta

    didik dan peserta didik akan lebih tertarik mendalami materi yang

    disampaikan oleh guru. Agama juga menganjurkan dalam

    penyampaian ilmu seorang pendidik harus dengan cara yang penuh

    kelembutan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali

    Imran:159

  • 4

    Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi

    berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

    Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,

    dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian

    apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah

    kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

    bertawakkal kepada-Nya.(Q.s.Ali Imran:159)

    Selain lingkungan fisik juga terdapat lingkungan sosial yang

    merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, dalam bidang

    pendidikan yaitu antara guru dan pesertadidik, serta orang-orang

    yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dapat

    terjadi dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, serta

    lingkungan kerja. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama

    karena anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan, bimbingan,

    asuhan, pembiasaan, dan latihan. Pendidikan kemudian dilakukan di

    sekolah, selain lingkungan keluargadan sekolah pendidikan anak

    juga dipengaruhi lingkungan masyarakat.

    Pada penelitian ini penulis hanya membatasi kondusifitas

    sekolah, karena sebagai waktu yang efektif untuk belajar anak yaitu

  • 5

    disekolah, kondusifitas mempunyai pengaruh terhadap konsentrasi

    belajar. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk

    meneliti dengan judul :

    Pengaruh Suasana Kondusif Dalam Pembelajaran Terhadap

    Konsentrasi Belajar Siswa Di MTsNegeri Wonosegoro Tahun 2014.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat

    merumuskan pokok masalah dari judul penelitiansebagai berikut :

    1. Bagaimana suasana kondusif dalam pembelajaran di MTs Negeri

    Wonosegoro tahun 2014?

    2. Bagaimanakah konsentrasi belajar Siswa di MTs Negeri

    Wonosegoro tahun 2014?

    3. Adakah pengaruh suasana kondusif dalam pembelajaran

    terhadap konsentrasi belajarsiswadi MTs Negeri Wonosegoro

    tahun 2014?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui suasana kondusif dalam pembelajaran di MTs

    Negeri Wonosegoro tahun 2014.

    2. Untuk mengetahui bagaimana konsentrasi belajar siswadi MTs

    Negeri Wonosegoro tahun 2014.

  • 6

    3. Untuk mengetahui pengaruh suasana kondusif dalam

    pembelajaran terhadap konsentrasi belajarsiswadi MTs Negeri

    Wonosegoro tahun 2014.

    D. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hypo dan tesis.

    Hipo artinya (belum tentu benar) dan tesisartinya (kesimpulan).

    MenurutNoor dalam bukunya mendefinisikan bahwa:Hipotesis

    sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau

    lebih variabel yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat di

    uji, hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan

    penelitian. Dengan demikian, ada keterkaitan antara perumusan

    masalah dengan hipotesis, karena perumusan masalah merupakan

    pertanyaan penelitian. (Noor, 2011:29).

    Hipotesis dalam penelitian ini ialah ada pengaruh suasana

    kondusif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa di

    MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014. Atau dengan kata lain,

    semakin suasana pembelajaran tidak kondusif maka siswa tidak bisa

    konsentrasi belajar.

    E. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang

    teoritis maupun praktis:

  • 7

    1. Manfaat praktis

    Bagi Madrasah Tsanawiyah Negri Wonosegoro,

    khususnya kepada semua guru di MTs Negeri Wonosegoro,

    penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa

    pembentukan lingkungan kelas yang terkendali itu sangat penting

    karena berpengaruh pada proses pembelajaran, sehingga siswa

    dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran dengan baik.

    2. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

    menjadikan sumbangan pemikiran dalam rangka peningkatan

    kualitas peserta didik dilingkungan sekolah khususnya dan

    dimasyarakat pada umumnya.

    F. Definisi Operasional

    Guna menghindari salah tafsir dalam memahami judul yang

    penulis ajukan, maka perlu adanya penegasan istilah terlebih dahulu

    mengenai judul tersebut, adapun penegasan istilahnya sebagai

    berikut:

    1. Suasana Kondusif

    Menurut Rifkinsuasana kondusif adalah suasana belajar-

    mengajar yang sebagaian besar jauh dari hambatan dan gangguan,

  • 8

    baik yang bersumber dari siswa atau dari luar

    siswa.(http://RifkinOvrakurnia.blogspot.com/2011/06/peran-guru-

    pada pengelolaan-kelas.html.). Supardi (2013:217), berpendapat

    bahwasuasana sekolah dinyatakankondusif apabila warga sekolah

    merasakan adanya kenyamanan, ketentraman, kemesraan,

    kegembiraan dan antusias dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah

    memastikan sarana prasarana seperti kursi, meja, lemari yang

    terdapat di sekolah adalah sesuai dengan kebutuhan. Bangunan

    sekolah dan ruangan kelas yang dilengkapi ventilasi udara yang baik

    dan dilengkapi penerangan yang mencukupi dan suasana yang sunyi

    sehingga peserta didik merasa nyaman ketika pembelajaran

    berlangsung di kelas.

    Penulis berpendapat bahwa suasana kondusif adalah

    lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan Nyaman dalam

    hal jauh dari gangguan suasana dan bunyi yang dapat menganggu

    konsentrasi belajar, menyenangkan berarti suasana belajar yang

    gembira dan siswa antusiasi dalam melaksanakan pembelajaran,

    Suasana yang jauh dari tekanan dan target tertentu terhadap siswa

    yang belajar. Kelas yang memiliki suasana kondusif memiliki ciri-

    ciri diantaranya:

    a. Terhindar dari suara-suara yang menganggu

  • 9

    b. Sirkulasi udara segar dan bersih

    c. Pencahayaan alami yang cukup

    d. Desain tempat duduk fleksibel

    e. Kebersihan dan kerapian kelas

    f. Keleluasaan pandang bagi guru dan murid

    2. Konsentrasi Belajar Siswa

    Konsentrasi adalah pemusatan pikiran kita terhadap suatu hal

    dengan mengesampingkan semua hal lain yang berhubungan

    (Salam,2004:12). Secara psikologis, jika memusatan tenaga dan

    psikis dalam menghadapi sesuatu, maka segala stimulus lainnya

    yang tidak diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya. Akibat dari

    keadaan ini adalah pengamatan menjadi sangat cermat dan berjalan

    dengan baik. Stimulus yang menjadi perhatiannya kemudian menjadi

    mudah masuk kedalam ingatan, juga akan menimbulkan tanggapan

    yang terang, kokoh, dan tidak mudah hilang begitu saja bahkan

    dapat dengan mudah untuk direproduksikan.

    Penulis berpendapat bahwa konsentrasi belajar adalah

    pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu pekerjaan dan

    mengensampingkan pekerjaan yang lain. Beberapa indikator

    konsentrasi belajar, diantaranya:

    a. Perhatian siswa terpusat

  • 10

    b. Antusias siswa dalam belajar

    c. Tenang dalam belajar

    d. Mengemukakan suatu ide

    e. Merespon pertanyaan dari guru

    f. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh

    G. Metode Penelitian

    Agar mempermudah penelitian dalam pengumpulan data,

    maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut:

    1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan studi korelasi.

    Sedangkan penelitian ini sendiri adalah penelitian deskriptif.

    Penelitian deskriptif termasuk dalam kategori penelitian

    kuantitatif, dipilihnya pendekatan kuantitatif ini dengan alasan

    untuk menguji keterkaitan antara variabelsuasana kondusif

    terhadap konsentrasi belajar siswa.

    Penelitian ini mengarah pada studi korelasional bertingkat

    dengan teknik angket. Variabel yang penyusun teliti adalah

    variabel sebab-akibat hasil eksperimen. Variabel di

    identifikasikan menjadi sub variabel guna menentukn hipotesis.

    Dalam penelitian ini penulis mencari hubungan antara variabel x

  • 11

    dalam hal ini suasana kondusif dengan variabel y, yaitu

    konsentrasi belajar siswa.

    a. Lokasi Penelitian

    Tempat penelitian Madrasah Tsanawiyah Negri

    Wonosegoro tahun 2014. Pertimbangan pemilihan lokasi

    penelitian diantaranya sebagai berikut:

    1. Letaknya strategis

    2. Mudah dijangkau oleh alat transportasi, baik

    transportasi umum maupun pribadi.

    b. Waktu Penelitian

    Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 5 Mei 2014 hingga

    selesai.

    2. Populasi dan Sampel

    Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan

    maupun pengukuran. Populasi menentukan besarnya anggota

    sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi

    berlakunya daerah generalisasi (Usman, 2009:42).

    Sedangkan menurut sugiyono populasi adalah wilayah

    generasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

    mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang

  • 12

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil

    kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80). Dari dua pendapat di

    atas penyusunan lebih condong pada pendapat sugiyono

    bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

    subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu

    yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian

    diambil kesimpulannya.

    Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa

    kelas IX MTs Negeri Wonosegoro Tahun 2014. Jumlah

    keseluruhan siswa kelas IX adalah 157 siswa yang terbagi

    dalam 6 kelas. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini

    adalah157 siswa. Berikut ini adalah sebaran populasi pada

    tiap kelas

    Tabel 1.1

    Daftar Populasi Penelitian

    No Kelas Jumlah Siswa Tiap Kelas

    1 IX A 24

    2 IX B 24

    3 IX C 28

    4 IX D 26

    5 IX E 28

  • 13

    6 IX F 27

    Jumlah IX 6 157

    Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah

    dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,

    2012:81). Senada dengan pendapat di atas, menurut

    Suharsimi Arikunto sampel adalah bagian atau wakil

    populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174).

    Sampel yang diambil oleh populasi harus presentatif.

    Maka dari itu dibutuhkan tekhnik sampling yang tepat.

    Dalam penelitian ini penyusun menggunakan tekhnik

    proportsional random sampling, yaitu proses pemilihan

    sampel dengan cara diacak secara proporsional, jadi tiap

    kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi

    sampel (Sugiyono, 2012:82). Maksudnya, porsi sampel tiap

    kelas sama (proporsional) berdasarkan jumlah populasi

    masing-masing kelas. Adapun untuk menentukan jumlah

    sampel perkelas digunakan rumus sebagai

    berikut:

  • 14

    Suharsimi Arikunto berpendapat, apabila subyeknya

    kurang dari seratus orang lebih baik diambil semua,

    sedangkan apabila lebih dari seratus orang, maka diambil

    sampel antara 10-25% atau 20-25% atau lebih (Arikunto,

    2010:179). Merujuk dari pendapat suharsimi arikunto di atas,

    peneliti mengambil sampel sejumlah 25% dari 157 siswa

    kelasIX MTs Negeri Wonosegoro tahun 2014. Adapun

    penyebaran sampel-sampel tersebut berdasarkan tekhnik

    proporsional random sampling adalah sebagai berikut:

    Berdasarkan penghitungan awal sampel 25% dari 157

    didapatkan 39 responden, setelah dilakukan penghitungan

    sampel perkelas sebagaimana diuraikan di atas memperoleh

  • 15

    sampel sesuai jumlah penghitungan awal yaitu 39 responden.

    Adapun data tentang populasi sampel sebagai berikut:

    Tabel 1.2

    Data Sampel Penelitian

    No Kelas Jumlah Siswa

    Tiapkelas

    Sampel Tiap

    Kelas

    1 IX A 24 6

    2 IX B 24 6

    3 IX C 28 7

    4 IX D 26 6

    5 IX E 28 7

    6 IX F 27 7

    Jumlah 6 157 39

    3. Metode Pengumpulan Data

    Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Metode Angket (Questionnare)

    Angket adalah satu daftar pernyataan atau pertanyaan

    yang dikirimkan kepada responden, baik secara langsung

    atau tidak langsung(melalui pos atau perantara) (Usman,

    2009:57).Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan

    data dalam bentuk pertanyaan tentang suatu hal yang

    akan dijawab oleh responden, teknik angket ini disebut

    dengan intervew tak langsung. Metode angket yang

  • 16

    penulis gunakan adalah angket tertutup, sehingga

    responden tinggal memilih jawaban yang telah

    disediakan oleh peneliti, metode ini digunakan penulis

    untuk mengumpulkan data mengenai suasana kondusif

    dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar siswa di MTs

    Negeri Wonosegoro tahun 2014.

    b. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan suatu kumpulan data yang

    berasal dari catatan-catatan, gambar, atau hal lain dari

    peristiwa atau kegiatan yang telah terjadi. (Usman,

    2009:69).

    4. Instrumen Penelitian

    Instrumen Penelitian merupakan alat bantu yang

    digunkan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar

    pekerjaannya lebih mudah hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

    cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah

    (Arikunto, 2010:192). Instrumen penelitian digunakan untuk

    mengukur nilai variabel yang diteliti, dengan demikian jumlah

    instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung

    pada jumlah variabel yang akan diteliti (Sugiono, 2012:92).

  • 17

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.

    Adapun prosedur yang ditempuh dalam pengadaannya adalah:

    a. Perencanaan

    b. Penulisan butir soal

    c. Penyuntingan

    d. Penganalisaan hasil

    5. Analisis Data

    Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan

    kegiatan setelah seluruh data responden atau sumber data lain

    terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:

    mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

    mentabulasidata berdasarkan variabel dari seluruh responden,

    menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

    perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan

    perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan

    (Sugiono, 2012: 147).

    Dalam penelitian ini untuk mengetahui masing-masing

    variabel menggunakan rumus:

    P=F/NX100%

    Keterangan P = Proses Perolehan

  • 18

    F = Frekuensi Mentah

    N = Jumlah Total Responden

    Sedangkan untuk membuktikan ada atau tidaknya

    pengaruh suasna kondusif dalam pembelajaran terhadap

    konsentrasi belajar, diolah dengan analisa statistik

    Uji rumusnya dengan:

    Keterangan:

    H. Sistematika Penulisan

    Agar mempermudah memahami isi penelitian ini, maka

    penulisannya disusundalam uraian sistimatika sebagai berikut;

  • 19

    BAB I :Pada bab ini membahas latar belakang masalah,

    pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

    manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan

    sistematika penelitian.

    BAB III :Pada bab ini diuraikan tentang masalah-masalah yang

    berhubungan dengan kajian pustaka, pembahasannya

    meliputi masalah suasana kondusif dalam pembelajaran

    terhadap konsentrasi belajar siswa.

    BAB III :Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran umumMTs

    Negeri Wonosegoro Kecamatan Boyolali. Pengumpulan

    dan penyajian data tentang suasana kondusif dalam

    pembelajaran dan konsentrasi belajar siswa.

    BAB IV :pada bab ini menerangkan analisis data,

    pembahasannya, meliputi analisis masalah suasana

    kondusif dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar

    siswa.

    BAB V :Penutup meliputi:kesimpulan, saran-saran, dan penutup.

    Bagian akhir pada bagian ini akan memuat halaman

    daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar Riwayat

    hidup penulis.

  • 21

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Suasana Kondusif `

    1. Pengertian Suasana Kondusif

    Marzuki dalam Supardi (2013:207), berpendapat bahwa iklim

    sekolah adalah keadaan sekitar sekolah dan suasana yang sunyi dan

    nyaman yang sesuai dan kondusif untuk pembelajaran yang dapat

    meningkatkan prestasi akademik. Desmita (2009:301), berpendapat

    bahwa Iklim sekolah (school climate) adalah situasi atau suasana yang

    muncul akibat hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru

    dengan guru, guru dengan peserta didik, dan hubungan antar peserta

    didik, yang mempengaruhi sikap (attitude), kepercayaan (beliefs), nilai

    (values), motifasi (motifation) dan prestasi orang-orang (personalia)

    yang terlibat dalam suatu (sekolah) tertentu. Sementara itu, kondusif

    berasal dari kata kondi yang berarti persyaratan atau keadaan, kata

    kerjanya adalah mengkondisikan yang berarti membuat persyaratan

    atau menciptakan suatu keadaan. Sementara kondusif sendri

    merupakan kata sifat, kondusif diartikan sebagai memberi peluang

    pada hasil yang diinginkan yang bersifat mendukung.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suasana kondusif

    adalah keadaan yang mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan

  • 22

    belajar-mengajar di kelas. Iklim kondusif di sekolah akan memberikan

    pengaruh yang baik bagi peserta didik untuk mengembangkan diri,

    baik untuk jangka pendek ataupun untuk jangka panjang.

    Kelas kondusif adalah jenis kelas yang menggelinding dengan

    sendirinya, di kelas tersebut guru menghabiskan sebagian besar

    waktunya untukmengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin, peserta

    didik mengikuti pelajan dan menyelesaikan tugas belajarnya dengan

    sekehendaknya sendiri tanpa harus diawasi oleh guru, pesetra didik

    yang tampak terlibat dalam tugas belajarnya saling berinteraksi

    sehingga suara muncul dari beberapa tempat secara bersamaan, tetapi,

    suara tersebut dapat dikendalikan oleh guru dan peserta didik pun

    menjadi giat dalam belajar serta tidak saling mengganggu, jika muncul

    kembali suara-suara dari peserta didik dan terasa sedikit mengganggu,

    guru cukup memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi kondusif.

    Siapapun akan melihat kelas yang kondusif seperti ini begitu hangat

    dan menghasilkan prestasi yang membanggakan.

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kelas

    yang menggelinding dengan sendirinya merupakan jenis kelas ideal

    karena dapat menjadikan kelas yang kondusif (Wiyani, 2013:

    185,186). Penelitian menunjukan bahwa lingkungan sosial atau

    suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi

    belajar akademis (Riyanto, 2009:203). Menurut Mamat Dalam Supardi

  • 23

    ( 2013:53), suasana sangat penting karena memiliki pengaruh yang

    sangat besar terhadap perkembangan anak-anak dari segi pengenalan

    tentang konsep diri, kemandirian bekerja dan belajar dengan efektif

    dan kemampuan mengadakan hubungan yang baik dengan orang

    lain.Iklim sekolah yang positif dapat menggerakkan kegiatan

    pembelajaran dan daya kreativitas pelajar, sedangkan iklim yang

    negatif akan membekukan perkembangan pelajar. Sejumlah pemikir

    dan praktisi dunia pendidikan konteporer seperti Hanushek, Bobbi De

    Poter & Miskel Sackney, menyarankan kepada pihak sekolah agar

    mampu menciptakan iklim sekolah yang sehat dan menyenangkan,

    yang memungkinkan siswa dapat menjalani interaksi sosial secara

    memadai di lingkungan sekolah. Iklim sekolah yang sehat ini,

    dibutuhkan untuk membangkitkan motifasi belajar siswa, akantetapi

    juga diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan yang tidak

    nyaman dan stres dalam diri siswa, yang akan mempengaruhi prestasi

    belajar.

    Dari kesimpulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa suasana

    yang kondusif adalah suasana kelas yang aman dan nyaman secara

    emosional dan intelektual. Tertib dan aman dari berbagai gangguan,

    dan disipilin dalam berbagai aktifitras pembelajaran di kelas. Tidak

    harus dikekang dengan kedisiplinan, akan tetapi dengan keadaan kelas

    yang menggelinding dengan sendirinya merupakan jenis kelas yang

    ideal, karena siswa dapat melibatkan diri, mengambil, bahagia, dan

  • 24

    menumpukan perhatian dalam pembelajaran. Pengaturan dan

    pengawasan terhadap kelas sebagai lingkungan belajar ini turut

    menentukan sejauh mana kelas tersebut menjadi kelas yang terbaik.

    Kelas yang baik adalah kelas yang bersifat menantang, dapat

    merangsang peserta didik untuk belajar, serta memberikan rasa aman

    dan kepuasan kepada peserta didik dalam belajar.

    2. Faktor-faktor Terciptanya Suasana Kondusif

    Suasana yang kondusif tersebut tentu saja tidak tercipta dengan

    sendirinya, tetapi haruslah diciptakan. Ada dua faktor penentu

    terciptanya suasana kondusif. Diantaranya:

    a. Suasana dalam kelas

    Pada umumnya kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh

    seorang guru dan sekelompok peserta didik di dalam ruangan

    yang disebut kelas. Semua yang ada pada kelas dan di dalam

    kelas tersebut memiliki pengaruh terhadap kondisi kelas dan

    motifasi belajar peserta didik, jika penataan ruang kelas

    berantakan, maka suasana hati peserta didik juga akan berantakan,

    dan dapat mengakibatkan buyarnya konsentrasi peserta didik.

    Sebaliknya, jika kelas dengan berbagai bagian dan sarananya

    dapat diatur dengan baik oleh guru sebagai manajer kelas, kelas

    akan menjadi sebuah tempat yang menyenangkan dan nyaman

    yang akan berpengaruh pula pada peningkatan motifasi belajar

  • 25

    peserta didik. Seorang guru harus mengatur kelas dengan baik

    Jika seorang guru menginginkan terbentuknya suasana kondusif

    untuk belajar (Wiyani, 2013:128).

    b. Lingungan di sekitar kelas atau sekolah

    Lingkungan sekolah yang asri, indah dan penuh dengan

    segala fasilitas tertentu membuat seorang siswa merasa betah dan

    nyaman di sekolah, sebaliknya jika lingkungan sekolah kita

    buruk, serba terbatas dan kekurangan, pasti akan membuat siswa

    merasa bosan, apalagi jika seorang siswa mengetahui adanya

    sekolah lain yang lebih bersih, indah dan asri, hal ini akan

    membuat kita enggan untuk membuat siswa utuk berangkat

    sekolah dikarenakan keadaan sekolah yang kurang baik.

    Termasuk dalam hal ini adalah lingkungan sosialnya. Suasana

    kehidupan sekolah yang buruk, yang bertentangan dengan

    keinginan siswa pasti akan membuat siswa bosan. Jika letak

    sekolah yang terlalu berdekatan dengan pabrik atau peternakan

    yang berbau dan penuh polusi, jelas hal itu akan membuat sekolah

    terasa membosankan dan jelas sangat tidak kondusif untuk belajar

    (Didik, 2007:45).

    3. Faktor-faktor Penghambat Terciptanya Suasana Kondusif

    Nugraha dalam Mariyana, (2010:18) berpendapat bahwa,

    secara umum tujuan pengelolaan lingkungan belajar bertujuan untuk

  • 26

    mewujudkan situasi yang kondusifuntuk memfasilitasi perkembangan

    dan belajar anak secara maksimal, serta untuk menghilangkan

    berbagai hambatan yang akan menganggu efektifitas belajar anak

    tersebut. Menurut Mulyadi, (2009:6) bahwa dalam pengelolaan

    lingkungan belajar, seorang guru haruslah mempunyai ketrampilan

    dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis, dan kemampuan

    bertindak menuju perbaikan suasana kelas yang dinamis.

    Dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor

    penghambat, yaitu:

    a. Faktor guru

    Guru dapat menjadi salah satu faktor penghambat dalam

    penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses belajar

    mengajar, faktor yang menghambat yang datang dari guru

    diantaranya:

    1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter

    Tipe kepemimpinan guru yang terlalu otoriter dan kurang

    demoktratis akan menumbuhkan sikap agresif atau pasif dari

    murid-murid. Kedua sikap murid ini merupakan sumber

    masalah manajemen kelas.

  • 27

    2) Format belajar mengajar yang monoton

    Format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan

    para siswa bosan, kecewa, frustasi dan hal ini merupakan

    sumber pelanggaran disiplin. Sebaliknya format belajar

    mengajar bervariasi merupakan kunci manajemen kelas untuk

    menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan

    aktifitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan

    tingkah laku positif siswa. Jika banyak fariasi, maka siswa

    akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan

    tidak akan menganggu kawannya.

    3) Kepribadian guru

    Seorang guru yang berhasil dituntut untuk bersikap adil,

    hangat, objeltif dan fleksibel, sehingga terbina suasana

    emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

    4) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku

    siswa dan latar belakangnya

    Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru

    dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya,

    mungkin karena tidak tau caranya ataupun karena beban

    mengajar guru yang di luar batas kemampuannya yang wajar.

  • 28

    Misalnya guru mengajar di berbagai sekolah, sehingga guru

    datang ke sekolah semata-mata hanya untuk mengajar.

    5) Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen

    dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun

    pengalaman praktis

    Guna mengatasi problema ini, salah satu upaya yang

    disarankan adalah mendiskusikan masalah ini dengan para

    kolega. Diharapkan dengan cara ini dapat membantu mereka

    dalam meningkatkan ketrampilan manajemen proses belajar

    mengajar.

    b. Faktor siswa

    Siswa dalam unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan

    yang sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang

    dinamis. Setiap siswa harus memiliki perasaan diterima

    (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam

    kegiatan-kegiatan kelas, perasaan diterima ini akan menumbuhkan

    sikap bertanggung jawab terhadap kelas secara langsung

    berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan masing-masing.

    Siswa dalam kelas dapat dinaggap sebagai individu dalam

    satu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Para siswa harus tau

    hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat, di

    samping itu mereka juga harus tau akan kewajibannya dan

  • 29

    keharusan menghormati hak-hak orang lain yaitu teman-teman

    sekelasnya. Siswa haruslah sadar bahwa kalau mereka menganggu

    temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan

    kewajiban sebagai anggota satu masyarakat kelas dan tidak

    menghormati hak siswa lain untuk mendapat manfaat yang sebesar-

    besarnya dari kegiatan belajar mengajar.

    c. Faktor keluarga

    Tingkah laku anak anak di dalam kelas merupakan

    cerminan keadaan keluarganya, sikap otoriter orangtua akan

    tercermin dari tingkah laku anak yang agresif ataupun pasif. Di

    dalam kelas sering ditemukan siswa-siswi penganggu dan pembuat

    ribut di kelas biasanya berawal dari keluarga yang tidak utu dan

    broken home. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga

    seperti tidak patuh pada disiplin, tidak tertib, kebebasan yang

    berlebihanataupun terlampau dikekang merupakan latar belakan

    yang akan menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas. Jadi

    jelaslah bila tuntutan di kelas ataupun di sekolah berbeda jauh

    dengan kondisi kehidupan keluarga, akan merupakan kesukaran

    tersendiri bagi siswa untuk menyesuaikan diri. Salah perlakuan

    (maladjusted) siswa terhadap situasi kelas pada umumnya

    merupakan masalah manajemen. Di sinilah letak pentingnya

    hubungn kerjasama yang seimbang antara sekolah dengan keluarga

  • 30

    agar terdapat keselarasan situasi dan tuntutan dalam lingkungan

    keluaraga dengan situasi dan tuntutan di kelas atau di sekolah.

    d. Faktor fasilitas

    Ruang kelas yang kecil dibanding dengan jumlah siswa dan

    kebutuhan siswa untuk bergerak siswa dalam kelas merupakan

    salah satu problema yang terjadi pada manajemen kelas. Demikian

    pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang dibanding dengan

    banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuh kan

    seperti laboratorium, ruang kesenian, ruang gambar, dan

    sebagainya diperlukan ruangan sendiri. Jumlah buku yang tidak

    sesuai atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah siswa yang

    membutuhkannya juga akan menimbulkan masalah dalam manajen

    kelas

    4. Ciri-ciri Sekolah Kondusif:

    Dalam bukunya Supardi (2013:210), disebutkan ciri-ciri sekolah

    yang kondusif dan di jelaskan bahwa suasana sekolah yang kondusif

    membantu mewujudkan sekolah yang efektif, maka terdapat beberapa

    peneliti yang telah mengetengahkan beberapa ciri-ciri suasana sekolah

    efektif hasil dari penelitian-penelitian yang mereka lakukan. Sekolah

    dengan suasana kondusif mempunyai ciri-ciri berikut:

  • 31

    a. Sekolah mempunyai seperangkat nilai etika-moralitas dan etos

    yang dianggap penting

    b. Kepala sekolah, guru dan murid menunjukkan kepedulian dan

    loyalitas terhadap tujuan sekolah dan nilai-nilai.

    c. Sekolah menjanjikan lingkungan dan suasana yang menyenangkan,

    menggairahkan, dan menantang bagi guru dan murid.

    d. Sling menghargai dan saling mempercayai sesama diantara guru

    dan peserta didik.

    e. Saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka di sekolah.

    f. Ekspektasi terhadap semua peserta didik bahwa peserta didik akan

    berlaku sebaik-baiknya.

    g. Komitmen yang kuat untuk belajar sungguh-sungguh.

    h. Kepala sekolah, guru, dan peserta didik mempunyai semangat yang

    tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi.

    i. Adanya morale (semangat juang) yang tinggi di kalangan peserta

    didik.

    j. Peserta didik saling menaruh respek terhadap sesamanya dan

    terhadap barang-barang milik mereka.

    k. Adanya kesempatan bagi peserta didik untuk mengambil tanggung

    jawab di sekolah.

    l. Disiplin yang baik di sekolah.

  • 32

    m. Jarang sekali ada kejadian yang menuntut tenaga kependidikan

    untuk turun tangan menerbitkan pelanggaran disiplin yang

    dilakukan peserta didik.

    n. Tingkat kemangkiran yang rendah dikalangan peserta didik.

    o. Tingkat mengulang kelas yang rendah.

    p. Tingkat kenakalan anak yang rendah.

    q. Morale (semangat juang) yang tinggi di kalangan guru.

    r. Tingkat persatuan (cohesiveness) dan semangat yang tinggi di

    kalangan guru.

    s. Tingkat kemangkiran yang rendah di kalangan guru.

    t. Sedikitnya permohonan guru pindah ke sekolah lain

    5. Urgensi Pengaturan Kelas Kondusif

    Selain berperan sebagai pemimpin belajar (learning leader),

    seorang guru juga sekaligus berperan sebagai seorang manajer di

    kelas, tidak boleh dipandang sebelah mata, karena sebagai seorang

    manajer harus mampu mengatur ruang kelasnya menjadi kelas yang

    kondusif. Seorang manajer kelas harus mampu:

    a. Pengaturan ruang kelas

    Seorang guru harus memiliki ketrampilan untuk mengatur

    ruang kelas yang kondusif, yaitu ruang kelas yang mendukung

    keberhasilan kegiatan belajar-mengajar. Bermacam-macam sarana

    belajar yang ada di dalam kelas tersebut tentunya dapat di

  • 33

    pindahkan, dapat digerak-gerakkan, dan dapat ditata. Agar fungsi

    dan manfaat berbagai macan saranabelajar tersebut dapat

    mendukung ketercapaian keberhasilankegiatan belajar-mengajar,

    guru harus mengurus dan menata berbagai sarana belajar tersebut.

    Mengurus dan menata berbagai sarana belajar dalam pengaturan

    ruang kelas meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:

    1) Merencanakan sarana belajar yang diperlukan dalam kegiatan

    belajar-mengajar.

    2) Mengadakan sarana belajar yang diperlukan dalam kegiatan

    belajar-mengajar.

    3) Menata letak sarana belajar yang telah didapatkannya untuk

    mendukung pelaksanaan dalam kegiatan belajar-mengajar.

    4) Melakukan penilaian terhadap penggunaan berbagai sarana

    belajar, sudah sejauh mana efektifitas serta efisiensinya dalam

    mendukung keberhasilan tujuan kegiatan belajar-mengajar.

    5) Melakukan perbaikan terhadap tata letak sarana belajar yang

    ada di ruang kelas.

    Menurut Mulyadi, (2009:136) ada beberapa hal yang harus

    diperhatikan dalam pengaturan ruang kelas, yaitu:

    1) Ruang kelas memenuhi persyaratan sebsgsi berikut:

    a) Ukuran ruang kelas ukuran 8m x 7m

  • 34

    b) Dapat memberikan kebebasan gerak, komunikasi

    pandangan dan pendengaran

    c) Cukup udara dan sirkulasi udara

    d) Pengaturan prabot agar memungkinkan guru dapat

    bergerak leluasa

    2) Daun jendela tidak menganggu lintas pada selayar. Prabot

    yang harus ada dalam ruang kelas antara lain:

    a) Meja kursi guru dan siswa

    b) Papan tulis dan papan panel

    c) Alamari dan rak buku ruangan

    d) Alat pembersih

    e) Gambar presiden, wakil presiden, dan gambar pancasila

    f) Kalender pendidikan dan jadwal pelajaran

    g) Tempat bendera merah putih, denah kelas termasuk tempat

    duduk siswa.

    b. Pengaturan tempat duduk

    Peserta didik tentu membutuhkan tempat duduk ketika

    proses pembelajaran berlangsung, dengan demikian dapat

    dikatakan bahwa tempat duduk dapat mempengaruhi peserta didik

    dalam mencapai keberhasilan belajarnya. Untuk itu tempat duduk

    harus bagus, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tidak

    terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tidak terlalu berat, bundar,

  • 35

    persegi empat panjang, dan sesuai postur tubuh peserta didik. Jika

    diamati berbagai sekolah yang ada, telah memiliki tempat duduk

    yang dapat diubah-ubah atau dapat diatur dengan berbagai posisi.

    Sayangnya disadari ataupun tidak, para guru sering

    menganggap remeh serta dianggap tidak berpengaruh terhadap

    kehidupan dan dinamika kelas. Padahal, perubahan posisi tempat

    duduk yang bervariasi memiliki banyak manfaat, antara lain:

    1. Menghindari kejenuhan peserta didik dalam belajar

    2. Menjadikan fokus belajar peserta didik tetap terjaga

    3. Meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik

    4. Memudahkan guru dan peserta didik bergerak dan berinteraksi

    saat kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.

    Kemudian, setidaknya terdapat enam hal yang harus

    diperhatikan oleh guru jika hendak melakukan pengaturan tempat

    duduk dengan posisi yang variatif, antara lain:

    a) Ukuran dan bentuk kelas;

    b) Bentuk serta ukuran bangku dan meja peserta didik;

    c) Banyaknya peserta didik di dalam kelas;

    d) Jumlah kelompok kelas;

    e) Jumlah kelompok peserta didik dalam kelas;

    f) Komposisi peserta didik dalam kelompok.

  • 36

    Menurut Sutopo dalam Mulyadi, (2009:138) dalam kelas

    sekolah-sekolah moderen, penyusunan tempat duduk siswa-siswi

    (bangku/kursi) hendaklah fleksibel, artinya dapat dapat dan

    mudah diubah sesuai dengan kebutuhan, untuk diskusi misalnya,

    tempat duduk hendaknya disusun berbentuk lingkaran atau

    setengah lingkaran, hingga suasana demokratis dan dapat

    dihayati.

    Bentuk dan ukuran tempat duduk (bangku/kursi) harus

    memperhatikan kriteria sebagai berikut:

    a) Tempat duduk guru lebih tinggi dari tempat duduk murid,

    supaya guru mudah mengawasi murid-murid

    b) Meja dan kursi siswa harus terpisah, supaya memudahkan

    pengaturan dalam kegiatan yang lain

    c) Bentuknya sederhana, kuat dan mudah

    d) Ukuran minim meja:

    Lebar : 40 cm umur 6-9 tahun tinggi 46 cm.

    Panjang : 60 cm umur 9-12 tahun tinggi 51 cm.

    Meja miring dan rata

    e) Tinggi kursi yang tepat sepadan antara telapak kaki dan lekuk

    lutut, jika anak itu duduk, dengan kaki tegak lurus dan

    telapak kaki mendatar. Kursi yang terlalu tinggi, kaki

  • 37

    tergantung sehingga jalan darah dan saraf di lutut tertekan.

    Umumnya tinggi kursi 29-51 cm. Sedangkan untuk sekolah

    dasar yaitu umur 6-9 tahun tinggi kursi 30 cm dan anak umur

    9-12 tahun tinngi kursi 33 cm.

    Selanjutnya, untuk ketertiban penempatan siswa-siswi di

    kelas, sebaiknya dibuatkan sebuah seating chart (denah tempat

    duduk) yang dapat diubah setiap bualan. Contoh denah kelas

    dengan beberapa model sebagai berikut:

    GAMBAR 2.1

    MODEL U-SHAPE

  • 38

    GAMBAR 2.2

    MODEL O-SHAPE

    GAMBAR 2.3

    MODEL V-SHAPE

  • 39

    GAMBAR 2.4

    MODEL THEATER

    GAMBAR 2.5

    MODEL ACAK

  • 40

    GAMBAR 2.6

    MODELl ELIPS-SHAPE

    Dengan demikian diperoleh suatu kesan yang artistik dan

    menarik. Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

    selain indah dan menarik, juga harus bersih dan menyegarkan.

    Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad s.a.w:

    Kebersihan merupakan sebagian dari iman.

    c. Pengaturan media pendidikan

    Langkah selanjutnya adalah guru mengatur berbagai media

    pendidikan yang digunakan untuk mendukung untuk kegiatan

    belajar mengajar di dalam kelas. Media pendidikan adalah

    sekumpulan fisik yang digunakan oleh seorang guru untuk

    menyajikan materi pelajaran ataupun pesan yang dapat

  • 41

    merangsang peserta didik untuk belajar. Alat dalam konteks

    media tersebut dapat bersifat materi maupun nonmateri. Media

    pendidikan yang bersifat materi dapat disebut sebagai alat keras

    (hardware) pendidikan, sementara media pendidikan yang

    bersifat nonmateri dapat disebutsebagai alat lunak (software)

    pendidikan.

    Alat keras (hardware) pendidikan ini dapat dibagi menjadi

    tiga kategori, yaitu kategori visual, audio, dan audiovisual.

    Kategori audio visual seperti papan tulis, poster, gambar, buku,

    foto, modul, slide, HP, lukisan, LCD, dan lain-lain. Kategori

    audio seperti ucapan guru, radio, rekaman suara, dan lain-lain.

    Sedangkan yang termasuk audiovisual seperti film, video, dan

    lain-lain. Sementara itu, alat lunak (software) pendidikan seperti

    keteladanan guru, kegiatan pembiasaan spontan, kegiatan

    pembiasaan rutin, pemberian perintah dan larangan, pemberian

    hadiah, dan hukuman, dan lain sebagainya yang bersifat abstrak.

    Jika media pendidikan difungsikan, peserta didik akan banyak

    terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga akan

    menciptakan kelas yang kondusif.

    d. Pengaturan tanaman dan tumbuh-tumbuhan

    Kelancaran kegiatan belajar-mengajar serta kelas yang

    kondusif dapat tercipta juga dengan pengaturan tanaman dan

  • 42

    tumbuh-tumbuhan. Tanaman dan tumbuh-tumbu mampu

    menyediakan oksigen yang dapat menjadikan otak berkembang.

    Semakin banyak oksigen yang didapat, akan semakin meningkat

    pula kinerja otak. Jika kinerja otak meningkat, para peserta didik

    akan mampu mengikuti dan mencerna pelajaran yang diberikan

    oleh guru dengan baik, tentunya hal itu dapat menjadikn tujuan

    kegiatan belajar-mengajar tercapai. Itulah sebabnya , disekeliling

    kelas hendaknya ditanami tanaman atau tumbuh-tumbuhan agar

    peserta didik mendapatkan pasokan oksigen yang melimpah dari

    alam. Selain itu , berbagai tanaman dan tumbuh-tumbuhan

    tersebut akan menjadikan sekolah menjadi rindang, teduh, dan

    nyaman sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas menjadi

    kondusif.

    e. Pemberian aromaterapi

    Aromaterapi dapat menjadi sesuatu yang sangat esensi

    dalam kehidupan manusia disebabkan aromanya sangat penting

    bagi kesehatan manusia itu sendiri, itulah sebabnya aromaterapi

    dapat juga disebut dengan istilah essensial oil. Aromaterapi juga

    menjadi semacam simbol keharmonisan, keromantisan,

    kesehatan, bahkan pengobatan. Dalam konteks manajemen kelas,

    aroma disimbolkan sebagai kesehatan yang lazimnya disebut

    aromaterapi. Walaupun masih harus diuji adan diteliti, aroma

  • 43

    terapi ini digadang-gadang dapat menumbuhkan antusiasme

    peserta didik dalam belajar di dalam kelas.

    Penelitian menunjukkan, manusia dapat meningkatkan

    kemampuan berfikirnya secara kreatif sebanyak 30% saat

    diberikan aroma wangi bunga tertentu, seperti mint, kemangi,

    jeruk, rosemary, lavender, dan mawar yang dapat memberikan

    ketenangan atau relaksasi pada peserta didik sehingga konsentrasi

    belajarnya akan tetap terjaga sengan baik. Saat minyak beraroma

    dihirup, sel-sel saraf penciuman menjadi terangsang dan

    memengaruhi kinerja sistem limbik, sistem limbik tersebut

    berhubungan dengan daerah otak yang berkaitan dengan fungsi

    ingatan, sirkulasi darah, dan sistem kelenjar. Tetapi perlu diingat,

    tidak semua yang mengandung aroma wangi dapat digunakan

    sebagai aromaterapi. Hal ini disebabkan aromaterapi merupakan

    satu tekhnik terapi menggunakan minyak esensial hasil

    penyulingan dan perasan bagian-bagian tumbuhan aromatiklah

    yang bersifat menyembuhkan (Wiyani, 2013:129-155).

    6. Faktor Situasional

    Faktor situasional ialah keadaan yang telah timbul dan

    berpengaruh terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar di kelas,

    namun tidak menjadi tanggung jawab langsung dari staf pendidik atau

    para siswa, keadaan itu berkaitan dengan corak kehidupan masyarakat

  • 44

    atau sumber kehidupan alam. Keadaan tertentu dihayati oleh staf

    pendidik dan para siswa sebagai keadaan yang menyenangkan dan

    menenangkan, atau sebagai keadaan yang tidak menyenangkan dan

    menggelisahkan. Sebagai akibat dari penghayatan itu, timbul

    kondisi psikologis di pihak guru dan siswa, yang menghambat

    proses belajar-mengajar di kelas. Keadaan-keadaan tersebut

    diantaranya:

    a. Keadaan ekonomis yang serba sukar dan memprihatinkan,

    membuat guru dan siswa merasa gelisah dan sulit berkonsentrasi

    dalam tugas mengajar dan belajar.

    b. Keadaan politik yang kurang stabil, membuat guru dan siswa

    merasa tidak aman dan terancam.

    c. Keadaan waktu mencakup jumlah hari, yang tersedia bagi kegiatan

    pengajaran. Bila guru berpendapat bahwa waktu yang tersedia

    cukup untuk menyelesaikan materi pelajaran yang diwajibkan, guru

    akan mengajar dengan tenang, jika waktu diperkirakan kurang,

    guru akan tergesa-gesa , sehingga siswa akan mengalami kesulitan

    dalam mengikuti pelajaran.

    d. Alokasi tempat, banyak jalan diperlebar untuk menambah alus

    lalulintas yang semakin padat dan ramai. Areal kebun atau

    lapangan di depan sekolah kena pemotongan, sehingga ruang kelas

    yang semula berjarak jauh dari jalan, akhirnya terletak di pinggir

  • 45

    jalan yang ramai penghuninya terpaksa menikmati polusi udara dan

    suara.

    e. Keadaan iklim dan musim kerap menciptakan kondisi fisik yang

    kurang menguntungkan bagi guru dan siswa, sehingga konsentrasi

    belajar dan mengajar akan terganggu dan buyar.

    Menurut Departemen Pendidikan Nsional (Depdiknas), sekolah

    dikatakan baik apabila memiliki delapan kriteria:

    a. Siswa yang masuk terseleksi dengan ketat berdasarkan prestasi

    akademik, Psikotes, dan tes fisik

    b. Sarana dan prasarana pendidikan terpenuhi dan kondusif bagi

    proses pembelajaran

    c. Iklim dan suasana yang mendukung untuk kegiatan belajar

    d. Guru dan tenaga kependidikan memiliki profesionalisme yang

    tinggi dan tingkat kesejahteraan yang memadai

    e. Melakukan improfisi kurikulum sehingga memenuhi kebutuhan

    siswa yang pada umumnya memilikimotifasi belajar yang tinggi

    dibadingkan dengan siswa seusianya

    f. Jam belajar siswa umunya lebih lama karena tuntutan kurikulum

    dan kebutuhan belajar siswa

    g. Proses pembelajaran berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan

    kepada siswa maupun kepada wali siswa,

    h. Sekolah unggul bermanfaat bagi lingkungannya (Supardi, 2013:3).

  • 46

    B. Pengertian Konsentrasi Belajar

    1. Beberapa Pengertian Konsentrasi Belajar

    a. Konsentrasi

    Menurut Djamarah (2002:15), konsentrasi adalah

    pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau objek,

    misalnya konsentrasi pikiran, konsentrasi perhatian dan

    sebagainya. Dan menurut Anderson (2008:135), konsentrasi

    adalah kemampuan untuk menaruh perhatian pada sesuatu,gagasan

    atau orang. Konsentrasi secara umum adalah sebagai suatu proses

    pemusatan pikiran kepada suatu objek tertentu. Artinya, tindakan

    atau pekerjaan yang kita lakukan secara sungguh-sungguh dengan

    memusatkan seluruh panca indra kita yang berupa penciuman,

    pendengaran, pengliatan danpikiran kita. Bahkan yang sifatnya

    abstrak sekalipun yaitu perasaan. (Kawan Lama95.

    Wordpress/2009/11.

    b. Pengertian Belajar

    Menurut Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai

    proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

    latihan atau pengalaman Learning may be defined as the process

    by which behavior originates or is altered throughtraining or

    experience. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi

    tersebut dikemukakan oleh Cronbach, dalam bukunya yang

  • 47

    berjudul Educational psychology sebagai berikut Learning is

    shown by change in behaviour as a result of experience. Belajar

    yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar,

    seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan

    menggunakan semua alat indranya. (Ahmadi: 2013:125).

    Winkel berpendapat bahwa belajar adalah satu aktifitas mental

    atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan,

    menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

    pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, di mana perubahan itu

    bersifat relatif konstan dan membekas. Dalam keseluruhan proses

    pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan paling

    pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

    banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami

    oleh murid sebagai anak didik (Ahmadi: 2013:125).

    Maka, konsentrasi belajar dapat diartikan sebagai

    pemusatan pemikiran seorang siswa untuk melakukan sesuatu yang

    berkaitan dengan belajar di sekolah. Rahasia sukses belajar adalah

    konsentrasi, konsentrasi dapat meningkatkan daya ingat dan

    pemahaman. Belajar merupakan bagian hidup bagi setiap orang.

    Disamping itu, belajar merupakan rangkaian aktifitas yang

    mencakup berbagai persyaratan dari belajar, agar studinya berhasil

  • 48

    yaitu konsentrasi, kesabaran dalam berkonsentrasi sering menjadi

    problem bagi kebanyakan siswa (Ahmadi, 1991:105).

    Salam(2004:12), berpendapat bahwa konsentrasi

    ialahPemusatan perhatian tertuju pada satu objek tertentu dengan

    mengabaikan masalah-masalah lain yang tidak diperlukan. Ketika

    membaca suatu topik dari sebuah buku dengan mengabaikan topik-

    topik lain adalah suatu upaya memusatkan perhatian terhadap apa

    yang akan dibaca, tindakan ini merupakan langkah nyata untuk

    meningkatkan daya konsentrasi dalam membaca. Konsentrasi

    belajar sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Dan konsentrasi

    belajar akan tercipta jika suasana atau lingkungan belajarnya

    mendukung, Jika seseorang mengalami kesulitan berkonsentrasi,

    jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga,

    waktu dan biaya saja. Seseorang yang dapat belajar dengan baik

    adalah orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata

    lain seseorang itu harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan

    pikiran. Jadi kebiasaan untuk memusatkan pikiran ini mutlak perlu

    dimiliki oleh setiap siswa yang belajar. Dalam belajar, seorang

    siswa yang tidak dapat berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil

    menyimpan atau menguasi bahan pelajaran. Oleh karena itu, setiap

    siswa berusaha dengan keras agar memiliki konsentrasi tinggi

    dalam belajar. Cukup banyak siswa yang kurang mampu

    berkonsentrasi ketika belajar dama waktu yang relatif lama.

  • 49

    Jadi yang dimaksud penulis dengan konsentrasi belajar

    adalah pemusatan perhatian atau pikiran terhadap sesuatu objek

    dalam suatu aktifitas yang berlangsung dan menghasilkan

    perubahan-perubahan dalam pengetahuan.

    Tujuan dari konsentrasi itu sendiri adalah untuk mengatur

    sesuatu yang disebut pancaran otak, yang dalam kondisi tidak

    terkontrol secara terus-menerus terganggu.pancaran otak secara

    terus-menerus dibutuhkan untuk mengonsentrasikan pikiran pada

    objek yang ditentukan, dan untuk menyingkat atau meng

    mengklasifikasikan objek tersebut. Tanpa ada pancaran otak yang

    terjadi terus-menerus, maka tidak akan ada pekerjaan yang bisa

    dilakukan karena pikiran berangan-angan tanpa tujuan, dan pikiran

    ini terganggu oleh berbagai macam gangguan. Konsentrasi

    berhubungan secara langsung dengan proses pikiran, dan

    konsentrasi ini adalah pangkal untuk melawan fobia, harus diakui

    bahwa berkonsentrasi pada beberapa titik yang ditetapkan akan

    menghasilkan gelombang energi syaraf yang bersumber pada titik

    tersebut. (Vittoz, 2008:90).

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar

    Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar

    banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan

    saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah

  • 50

    faktor yang ada pada diri individu yang sedang berkonsentrasi

    belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar

    individu.

    a. Faktor intern

    Faktor intern dibagi menjadi tida faktor, yaitu faktor

    jasmaniyah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan

    1. Faktor jasmaniah

    a) Faktor kesehatan

    Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan

    dan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.

    Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Dalam bukunya

    Ahmadi (2013:79), dikatakan Kesehatan seseorang sangat

    berpengaruh pada konsentrasi belajarnya, karena siswa akan

    mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang

    dan kurang semangat, pikiran terganggu, karena hal-hal ini

    maka penerimaan dan respons pelajaran berkurang, syaraf

    otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses,

    mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan

    pelajaran melalui indranya. Agar seseorang dapat belajar

    dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya

    tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan tentang

  • 51

    ketentuan-ketentuan tentang bekerja, tidur, makan, olahraga,

    dan rekreasi.

    b) Cacat tubuh

    Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan

    kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

    Dapat berupa buta, tuli, patah kaki atau tangan, lumpuh, dan

    lain-lain. Salah satu kurangnya konsentrasi adalah cacat

    mental mental dan fisik pada anak karena perkembangannya

    yang normal telah terganggu (Anderson, 2008:83). Siswa

    yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi,

    hendaklah belajar pada lembaga pendidikan khusus atau

    menggunakan alat bantu agar dapat menghindari atau

    mengurangi kecacatannya itu.

    2. Faktor psikologis

    Yang tergolong ke dalam faktor psikologis, yaitu

    intelegensi, minat, bakat, motif dan sikap.

    a) Inteligensi

    Flynn dalam Azwar(1996:7),mendefinisikan

    inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara

    abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.

    Inteliginsi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

  • 52

    yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

    dalam situasi baru dengan cepat dan efektif, mengetahui

    atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara

    efektif, mengerti relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

    Jadi pada umumnya kecerdasan atau kecakapan

    diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam relaksasi

    rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan

    melalui cara yang tepat. Anak yang IQ-nya tinggi dapat

    menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Anak yang normal

    IQ-nya (90-1000 dapat menamatkan SD tepat pada

    waktunya. Mereka yang memiliki IQ (110-140) dapat

    digolongkan cerdas, 140 ke atas dapat digolongkan genius,

    jadi semakin tinggi IQ seseorang akan makin cerdas pula.

    Mereka yang mempunyai IQ kurang

    dari 90 tergolong lemah mental (mentally deffectife). Anak

    inilah yang sering mengalami kesulitan belajar (Ahmadi,

    2013: 81).

    b) Minat

    Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

    memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

    Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus

    menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi minat besar

  • 53

    pengaruhnya terhadap konsentrasi belajar, karena bila

    bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat

    siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,

    karena tidak ada daya tarik baginya.

    c) Bakat

    Bakat adalah kemampuan untuk belajar,

    kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan

    yang nyata sesudah belajar. Jika bahan pelajaran yang

    dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil

    belajarnya lebih baik karena siswa senang belajar dan

    pastilah siswa akan lebih giat lagi dalam belajar.

    d) Motif

    Motif erat sekali hubungan nya dengan tujuan yang

    akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat

    disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu

    perlu berbuat. Sedangkan yang jadi penyebab berbuat

    adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau

    pendorongnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan

    apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan

    baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan

    perhatian.

  • 54

    e) Sikap

    Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif

    berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon

    dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, peristiwa dan

    sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Jadi dalam

    belajar seseorang dipengaruhi oleh sikap atau perasaan

    senang atau tidak senang pada penampilan gurunya ,

    pelajaran atau lingkungan sekitarnya

    3. Faktor kelelahan

    Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan

    tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

    jasmani dan kebutuhan rohani (bersifat psikis).

    Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

    dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

    Kelelahgan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

    kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

    sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala

    sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala

    dengan pusing-pusing sehingga sulit

    b. Faktor ekstern

  • 55

    Ahmadi (2013:81), faktor ekstern dikelompokkan menjadi

    tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor

    masyarakat.

    1) Faktor keluarga

    a) Cara orang tua mendidik

    Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama

    dan utama betapa pentingnya peranan keluarga di dalam

    pendidikan anak. Cara orang tua mendidik anak-anaknya

    akan berpengaruh pada hasil belajarnya, orang tua yang

    bersikap kejam, otoriter akan menimbulkan mental yang

    tidak sehat bagi anak, hal ini akan mengakibatkan perasaan

    yang tidak tentram, dan konsentrasi belajarnya terganggu

    b) Hubungan orang tua dan anak

    Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang yang

    penuh pengertian, atau kebencian, sikap keras, acuh

    takacuh, memanjakan, dan lain-lain. Sifat hubungan orang

    tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini penting sekali

    dalam menentukan kemajuan belajar anak.

    c) Suasana rumah

    Suasana keluarga yang sangat ramai dan gaduh,

    tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan

  • 56

    selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar dalam

    belajar. Demikian juga suasana ruamah yang selalu tenang,

    selalu banyak cekcok antara anggota keluarga, keluarga

    selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan ibu selalu cekcok

    atau membisu, akan mewarnai suasana keluarga yang

    melahirkan anak-anak yang tidak sehat mentalnya. Untuk

    itu hendaknya suasana rumah selalu dibuat menyenangkan,

    tenang, damai, harmonis, agar anak betah di rumah. Hal ini

    akan menguntungkan untuk kemajuan belajar anak.

    d) Keadaan ekonomi keluarga

    keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya

    dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus

    terpenuhi kebutuhan pokoknya, isal makan, pakaian,

    kesehatan, dan lain-lain, fasilitas belajar itu hanya dapat

    tercukupi jika keluarga mempunyai uang.

    e) Pengertian orang tua

    Ketika seorang anak sedang belajar, perlu adanya

    dorongan dan pengertian dari orang tua, jika anak sedang

    berkonsentrasi belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas

    di ruamah. Orang tua harus membantu sedapat mungkin

    kesulitan anak yang dialami disekolah

  • 57

    2. faktor sekolah

    a) Metode mengajar

    Metode belajar yang tidak menarik atau guru hanya

    menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi, hal ini

    menunjukan metode guru yang sempit, sehingga

    menimbulkan kebosanan, dannperhatian murid mudah

    dialihkan. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka

    metode mengajar harus diusahakan tepat, efisien dan

    efektif.

    b) Kurikulum

    Kurikulum yang kurang baik misalnya, bahan-

    bahannya terlalu tinggi, pembagian bahan tidak seimbang

    (kelas satu banyak pelajaran, dan kelas-kelas di atasnya

    sedikit pelajaran), dan adanya pendataan materi. Hal-hal itu

    akan membawa kesulitan belajar bagi siswa. Sebaliknya

    kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa, akan

    membawa dalam kesuksesan belajar.

    c) Relasi guru dengan siswa

    Proses belajar mengajarterjadi antara guru dengan

    siswa. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa

    akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata

  • 58

    pelajarannya. Pada umumnya, seorang siswa akan

    menyukai pelajaran karena guru yang mengajar pelajaran

    tersebut.

    d) Relasi siswa dengan siswa

    Menciptakan relasi yang baik antara siswa adalah

    perlu, karena antara siswa akan saling menghargai,

    menghormati, dapat bekerja sama dengan baik dan lain-lain.

    Hal ini dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap

    konsentrasi belajar.

    e) Disiplin sekolah

    Disiplin sekolah yang kurang dapat menimbulkan

    hambatan dalam pelajaran, misalnya murid-murid sering

    terlambat datang, tidak mengerjakan tugas-tugas yang

    diberikan oleh guru, kewajiban dilalaikan, sekolah berjalan

    tanpa kendali. Lebih-lebih lagi guru yang tidak disiplin akan

    berpengaruh buruk bagi perkembangan pembelajaran.

    f) Alat pelajaran

    Alat pelajaran yang kuirang lengkap membuat

    penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran

    yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan

    banyak menimbulkan kesulitan belajar. Ketidak lengkapan

  • 59

    alat pelajaran maka guru akan cenderung menggunakan

    metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi anak,

    sehingga tidak mustahil timbul kesulitan belajar.

    g) Waktu sekolah

    Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses

    belajar mengajar di sekolah. Jadi memilih waktu sekolah

    yang tepat akan memberi pengaruh positif terhadap belajar.

    Waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari, karena di

    pagi hari energi siswa masih utuh dan udara pun masih

    sejuk yang akan mempengaruhi daya otak siswa sehingga

    memudahkan siswa untuk berkonsentrasi.

    h) Standar belajar diatas ukuran

    Guru dalam menuntut penguasaan materi harus

    sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang

    penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Guru-

    guru yang menuntut standar pelajaran di atas kemampuan

    anak. Hal ini bisa terjadi pada guru yang masih muda yang

    belum berpengalaman hingga belum dapat mengukur

    kemampuan siswa-siswaya, sehingga hanya sebagian kecil

    dari siswanya yang dapat berhasil dengan baik.

    i) Keadaan gedung

  • 60

    Terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau

    ruangan tempat siswa belajar. Ruang harus memenuhi

    syarat kesehatan seperti, ruang harus berjrndela, ventilasi

    cukup sehingga udara segar dapat masuk ke dalam ruangan

    dan dapat menerangi ruangan, dinding yang bersih dan tidak

    kotor akan mengurangi pengalihan perhatian siswa untuk

    melihat coretan-coretan yang ada di dinding. Letak gedung

    jauh dari keramaian, sehingga anak dapat berkonsentrasi

    dengan baik.

    j) Lingkungan alamiyah

    Yaitu seperti kondisi udara yang segar, tidak panas

    dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau terlalu

    gelap serta suasana sejuk dan tenang (Baharuddin, 2008:

    27). Sehingga kondisi di atas akan mempengaruhi aktifitas

    belajar anak. Jadi lingkungan sekolah yang nyaman serta

    hubungan yang harmonis dengan guru, teman-teman

    sekolah serta staf administrasi akan membuat anak

    termotifasi untuk belajar.

    Jadi lingkungan sekolah yang nyaman serta

    hubungan yang harmonis dengan guru dan antar siswa akan

    membuat anak termotifasi untuk belajar lebih baik.

    3) faktor masyarakat

  • 61

    kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh

    terhadap belajar siswa. Apabila anak suka bergaul dengan

    teman-teman yang tidak bersekolah, maka anak akan menjadi

    malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah berbeda

    dengan anak yang tidak bersekolah. Kewajiban orang tua

    adalah mengawasi dan mencegahnya agar mengurangi

    pergaulan dengan orang-orang yang kurang baik untuk

    perkembangan anak. Corak kehidupan tetangga, misalnya main

    judi, minum-minuman keras, menganggur, pedagang, tidak

    suka belajar, akan memengaruhi anak-anak yang sekolah.

    Minimal tidak ada motifasi anak dalam belajar.Jadi dalam

    lingkungan masyarakat seorang anak harus dapat

    menyesuaikan situasi dan kondisi serta dapat mengatur waktu

    belajarnya. Sehingga tidak menganggu konsentrasi belajar.

    3. Sebab-sebab siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar

    Seorang siswa yang tidak dapat berkonsentrasi ketika belajar

    bukanlah tanpa sebab. Diakui ada hal-hal lain yang ikut mempengaruhi

    lama pendeknya daya konsentrasi seseorang ketika sedang belajar.

    Menurut Ahmadi (1991:40), sebab-sebab anak tidak dapat

    berkonsentrasi, antara lain sebagai berikut:

  • 62

    a. Kurang minat terhadap mata pelajaran. Tidak adanya minat

    mengakibatkan siswa sukar mengerti isi pelajaran tersebut.

    Akhirnya pikirannya melayang-layang pada hal-hal lain.

    b. Banyak urusan-urusan yang menganggu perhatian, baik urusan luar

    ataupun urusan pribadi.

    c. Adanya gangguan-gangguan suara keras seperti radio, tape, dan

    lain-lain. Begitu juga udara yang sangat panas dan meja yang tidak

    enak atau kurang nyaman