trakeostomi upload

22
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas. 1,2 Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang dipergunakan dalam membedakan “ostomy” dan “otomytidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat menyembuh dalam waktu satu minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua jenis prosedur pembedahan 2

Upload: gabriel-logan

Post on 29-Jul-2015

215 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Trakeostomi Upload

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding

depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk

ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas.1,2

Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk

membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang

dipergunakan dalam membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas

dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam

ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan, bukaan

hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat menyembuh dalam waktu satu

minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan),

lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari

trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat

diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi;

alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar

(circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk

semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai

sinonim dari trakeotomi. 6

2.2 Anatomi

Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago.

Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas

ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi

dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar

dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar

tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea

di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf

laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan

subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal

yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.2,3

2

Page 2: Trakeostomi Upload

Gambar. 2 Penampang Laring dan Trakea

Trakea di perdarahi oleh cabang dari arteri thyroid superior dan inferior

kemudian membentuk anastomose dengan arteri bronkalis yang berasal dari

aortathorakalis. Semua arteri tersebut juga menyuplai esophagus. Aliran

darah vena mengalir ke plexus vena thyroid inferior. Trakea dipersarafi oleh

cabang dari nervus vagus, nervus rekuren laryngeal, dan trunkus

simpatetikus. Ganglia berhubungan dengan bronchi. Nervus ini juga

menyuplai otot trakea dan mukosa trakea. Stimulasi simpatis menyebabkan

relaksasi muskulus trachea sedangkan stimulasi vagal akan menyebabkan

konstriksi.2,3

3

Page 3: Trakeostomi Upload

Gambar. 4 Vaskularisasi Laring dan Trakea

2.3 Indikasi Trakeostomi

Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan

gangguan non obstruksi yang mengubah ventilasi dan pasien dengan kondisi

kritis yang memerlukan intubasi cukup lama (7-21 hari).5,6,8

Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi; 1,2,4

1. Untuk mengatasi obstruksi laring yang menghambat jalan nafas.

2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) disaluran nafas atas seperti

daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma

maka seluruh oksigen yang masuk kedalam paru, tidak ada yang

tertinggal diruang rugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan

paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.

3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak

dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam

keadaan koma.

4. Untuk memasang alat bantu nafas (respirator)

5. Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai

fasilitas untuk bronkoskopi.

4

Page 4: Trakeostomi Upload

6. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas (misal angina ludwig),

epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul

melalui mekanisme serupa

Gejala-gejala yang mengindikasikan adanya obstruksi pada jalan nafas yang

progresif, dibagi 4 stadium menurut Jackson:

1. Cekungan tampak pada waktu inspirasi disuprasternal, stridor pada

waktu inspirasi dan pasien masih tenang.

2. Cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalan,

ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di daerah epigastrium.

Pasien sudah mulai gelisah. Stridor terdengar saat inspirasi.

3. Cekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di

Infrakalvikula dan sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea.

Stridor saat inspirasi dan ekspirasi

4. Cekungan-cekungan di-atas bertambah jelas, pasien sangat gelisah

dan tampak sangat ketakutan serta sianosis. Jika keadaan ini

berlangsung terus, maka pasien akan kehabisan tenaga, pusat

pernafasan paralitik karena hiperkapnea. Pasien lemah dan tertidur

dan akhirnya meninggal karena asfiksia.1

Tindakan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring stdium

2 dan 3. Tindakan ini akan menurunkan jumlah udara residu anatomis paru

hingga 50 % nya. Sebagai hasilnya, pasien hanya memerlukan sedikit tenaga

yang dibutuhkan untuk bernafas dan meningkatkan ventilasi alveolar. Tetapi hal

ini juga sangat tergantung pada ukuran dan jenis pipa trakeostomi.1,4

Indikasi lain yaitu:4

1. Cedera parah pada wajah dan leher

2. Setelah pembedahan wajah dan leher

3. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga

mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi

5

Page 5: Trakeostomi Upload

Syarat dan Kontra Indikasi

Trakeostomi perkutan memerlukan penahan rasa sakit, sedasi dan

penghambat neuromuskular pada pasien yang dipasang intubasi dan ventilator

mekanik. Trakeostomi perkutan tidak dapat dilakukan pada pasien kegawat

daruratan jalan nafas terutama pada trauma suprglotis atau orofasial. Staf medik

yang ada dirumah sakit harus terlatih dan berpengalaman dalam menajemen jalan

nafas, PT, bronkoskopi dan trakeostomi bedah jika PT gagal atau terjadi

komplikasi. Pasien umur dibawah 16 tahun terutama umur 12 tahun tidak dapat

dilakukan PT.

Deformitas yang tampak jelas pada jalan nafas, jaringan parut yang

sebelumnya didapatkan dari operasi seperti trakeostostomi atau sternotomi, udem

leher, obesitas, gondok, atau tumor pada leher yang menyulitkan untuk palpasi

lokasi lapangan operasi seperti kartilago krikoid. Pada keadaan seperti ini dapat

dianjurkan untuk SST. Pembuluh darah yang tampak di bawah kulit, inflamasi,

dan/ atau ruam pada lokasi operasi juga merupakan kontra indikasi PDT.

Kesulitan untuk mengoptimalkan regangan leher pasien akibat trauma

servical atau arthritis, adanya leher yang pendek atau akibat kifosis yang berat

adalah kontra indikasi PDT. PDT harus ditunda jika hemodinamik pasien tidak

stabil. Untuk melakukan PDT pada pasien yang telah diketahui mengalami

gangguan jalan nafas bergantung pada opini dan pengalaman operator.

Pendarahan diathesis yang tidak teratasi merupakan risiko mutlak yang

dapat menimbulkan pendarahan yang tidak dapat dikontrol selama prosedur.4,5

2.4 Pembagian Trakeostomi

Menurut lama penggunaannya, trakeostomi dibagi menjadi penggunaan

permanen dan dan penggunaan sementara. Sedangkan menurut letak insisinya,

trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini

adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan,

maka trakeostomi dibagi dalam trakeostomi darurat dan segera (dengan

persiapan sarana sangat kurang) dan trakeostomi berencana (persiapan sarana

cukup) dan dapat dilakukan secara baik.1,4,7

6

Page 6: Trakeostomi Upload

Pembagian trakeotomi dipandang dari kesulitan dan kedaruratannya

adalah sebagai berikut :6

1. Trakeotomi biasa

Trakeotomi pada penderita yang tidak sesak dan trakea mudah dicari,

indikasinya :

a) Tumor laring yang belum lanjut (belum sesak), persiapan biopsi.

b) Tumor pangkal lidah/tonsil, persiapan radiasi atau operasi (untuk

anestesi).

2. Trakeotomi sulit

Di sini trakea sulit teraba, dapat terjadi karena :

a) Trakea letaknya “dalam”, sulit dicapai; hal ini karena ada tumor koli.

b) Kepala sulit ekstensi karena adanya tumor koli.

c) Ada jaringan kelenjar tiroid besar di atasnya.

d) Ada pembuluh vena besar karena bendungan disebabkan oleh tumor

koli.

e) Lubang operasi tidak konsisten di garis tengah, karena asisten

memegang haak (pengait) tidak di garis tengah secara konsisten.

f) Insisi terlalu pendek, lapangan operasi sempit sehingga sulit meraba

trakea.

g) Trakea terdorong ke lateral karena terdesak oleh tumor koli.

h) Trakea tak teraba karena ada sikatrik bekas trakeotomi dahulu.

3. Trakeotomi darurat

Darurat karena penderita sesak bahkan mungkin sudah sianosis;

sesak karena lumen sudah menutup jalan napas lebih dari 90%.

4. Trakeotomi darurat dan sulit

Kombinasi ini bisa terjadi yang sangat membahayakan jiwa

penderita.

2.5 Jenis Tindakan Trakeostomi

1. Trakeostomi Bedah (Surgical)

7

Page 7: Trakeostomi Upload

Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam

ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga

sepanjang 4-5 cm.

2. Trakeostomi Perkutan

Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat

darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan

dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka

penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.

Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.

3. Mini tracheostomy

Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan

trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.

2.6 Peralatan Trakeostomi

a) Jenis Pipa Trakeostomi

- Cuffed Tubes Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga

memperkecil risiko timbulnya aspirasi

- Uncuffed Tubes digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita

yang tidak mempunyai risiko aspirasi.

- Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam) Dua bagian trakeostomi

ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat

dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.

- Silver Negus Tubes terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk

trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan

penderita dapat merawat sendiri.

- Fenestrated Tubes Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di

sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernapas

melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan

penderita untuk dapat berbicara.2,5

b) Alat-Alat Trakeostomi

8

Page 8: Trakeostomi Upload

Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah

semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang

tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam

serta kanul trakea dengan ukuran sesuai.1,5

2.7 Teknik Trakeostomi

Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga

memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital.

Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis

median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip

aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum dengan

10%-15% Lidokain dengan 1;200.000 disuntikkan dikartilago tarakeal 1 dan 2

atau 2 dan 3 secara infiltrasi.

Dimulai pada insisi transversal 2-3 mm pada midline subkrikoid dibuat

pada kulit yang telah ditandai. Pasang curved mosquito forceps dapat digunakan

untuk diseksi tumpul secara vertikal dan tranversal pada fasia pretrakea. Dengan

ujung jari, trakea bagian depan yang telah dipotong dibebaskan dari semua

jaringan sampai terasa area interkartilago. Jika terdapat isthmus, isthmus

dipisahkan dari area interkartilago yang akan ditusuk.

Jarum pertama bersama kateter dimasukkan melalui semprit yang berisi

larutan saline untuk suction continous diarahkan pada midline trakea, posterior

dan kaudal. Jarum insersi paramedian akan terpasang benar dengan percobaan

berulang dituntun dengan bronkoskopik. Tanda telah masuknya jarum pada jalan

udara di trakea dibuktikan dengan adanya gelembung udara pada aspirasi

semprit. Pengatur jalan nafas dipastikan dengan jarum yang dimasukkan dari

pipa translaringeal dengan melihat pergerakan jarum yang pelan dari pipa.

Selanjutnya jarum ditarik perlahan ketika memasukkan kateter beberapa

milimeter ke dalam trakea, dan diperiksa pengaturan jalan nafas dengan

bronkoskopi.

Saat jarum dan semprit sepenuhnya telah dilepaskan, kawat penuntun

telah terpasang beberapa sentimeter ke dalam trakea. Kateter kemudian

sepenuhnya dicabut jika kawat penuntun telah masuk ke lumen trakea.Untuk

9

Page 9: Trakeostomi Upload

menjaga kawat penuntun tetap pada kulit yang telah ditandai, kawat tadi

dimasukkan pada dilator yang telah dilubrikasi untuk melebarkan jalan masuk ke

trakea dengan gerakan memutar pelan. Dilator ini dilepaskan jika kawat

penuntun ini telah tepat pada posisi yang telah ditandai. Selama menjaga posisi

kawat penuntun pada kateter dan dilator yang digunakan akan mencegah trauma

pada dinding posterior.

Menurut arah dari tuntunan kateter dan menjaga ujungnya dengan safety

ridge mengarah pada pasien agar kawat penuntun tetap pada kulit yang telah

ditandai. Kateter dengan kawat penuntun dimasukkan sebagai satu unit ke dalam

trakea sampai safety ridge pada kateter tepat pada kulit yang ditandai. Ujung

proksimal dari kateter dan kawat dijaga agar tetap lurus, ini dapat dipastikan

ujung distal dari kateter telah diposisiskan dengan baik dibelakang kawat untuk

mencegah trauma dinding posterior trakea selam tindakan berikutnya.

Dilator serial yang telah dilubrikasi seluruhnya dan pelebaran dimulai

pada jalan masuk ke trakea. Tindakan ini dimulai dengan terlebih dahulu

memasukkan kateter dan kawat penuntun pada dilator curved biru secara

serentak. Untuk meletakkan alat tadi secara tepat, ujung proksimal dari dilator

ditempatkan pada tanda posisi tunggal di kateter penuntun. Penempatan ujung

distal dilator tepat pada safety ridge dalam kateter penuntun. Perhatikan posisi

amam, dimana tiga uniut tersebut dimasukkan dengan gerakan memutar. Ketiga

alat tadi dimasukkan dan ditarik sewaktu-waktu,saat memutar, untuk melakukan

dilatasi yang efektif pada tempat masuk trakea. Kemudian dilator tadi dilepaskan

dan kawat serta kateter tetap pada tempatnya.

Pelebaran pada trakeostomi ini dilanjutkan dengan menggunakan dilator

yang lebih besar. Jalan masuk trakea tadi telah dilebarkan sedikit sampai ukuran

yang muat untuk pipa trakeostomi yang dipilih. Pelebaran ini memudahkan untuk

memasukkan bagian balon dari pipa ke dalam trakea.

Pipa trakeostomi yang akan dimasukkan sebelumnya diisi pada dilator

biru yang telah dilubrikasi dengan ukuran yang sesuai. Pipa dengan balon yang

kempis dimasukkan ke dalam dilator, sehingga ujungnya kira-kira 2 cm dari

dilator. Sistim ini dimasukkan mengikuti kateter penuntun sampai ke safety ridge

dan selanjutnya dimasukkan sebagai satu unit ke dalam trakea. Segera setelah

10

Page 10: Trakeostomi Upload

balon memasuki trakea, dilator biru, kateter dan kawat penuntun dikeluarkan.

Untuk memasukkan pipa trakeostomi dual kanul, kanul yang lebih dalam

dikeluarkan lebih dulu untuk insersi dan kemudian prosedur selanjutnya dapat

dijalankan. Pipa trakeostomi kemudian dimasukkan pada cincinnya. Jika

menggunakan pipa dengan dual kanul, kanul yang lebih dalam dimasukkan pada

titik ini. Sekarang pipa telah terhubung dengan ventilator, balon dikembangkan

dan pipa translaringeal dikeluarkan setelah dipastikan ventilasi telah dapat

melewati pipa baru yang dimasukkan. AM melihat trakea melalui pipa

trakeostomi dengan menggunakan bronkoskopi, untuk mencari daerah yang

terluka pada dinding trakea posterior dan menghisap darah jika ada.

Pipa trakeostomi difiksasi dengan sutura dan dibalut dengan sebaik-

baiknya Pasien dihindari dari ektensi leher dan alas kepala dinaikkan 30-40

derajat selama satu jam.Pemeriksaan rontgen dada segera setelah tindakan

diperlukan untuk menilai pemasangan yang benar dari pipa trakeostomi dan

untuk mencegah terjadinya pneumotorak. Pemberian analgetik jika diperlukan. 6,7,10

2.8 Perawatan Pasca Trakeostomi

Segera setelah trakeostomi dilakukan:

1. Rontgen dada untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya

komplikasi

2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi

3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa

trakeostomi

Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat

menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan

kanul harus sering diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua

kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus

dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu

sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya

dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah

insisi.1,2,7

11

Page 11: Trakeostomi Upload

2.9 Dekanulasi

Pipa trakeostomi jangan dibiarkan lebih lama dari waktu yang

diperlukan, terutama pada anak. Harus diangkat secepat mungkin untuk

mengurangi timbulnya trakeobronkitis, ulserasi trakea, stenosis trakea,

trakeomalasi, dan fistula trakeokutan menetap. Segera setelah keadaan

pasien membaik, ukuran pipa trakeostomi diperkecil sampai ukuran yang

memungkinkan udara dapat memintas pipa menuju saluran nafas bagian

atas. Hal ini menolong menghindari ketergantungan fisiologik pada pipa

yang besar akibat menurunnya resistensi pernafasan. Kemudian pipa

ditutup dan dinilai apakah jalan nafas adekuat, kemampuan menelan dan

mengeluarkan sekret. Jika pipa dapat ditutup selama 8 – 12 jam, pipa

dikeluarkan dan fistel trakeokutan ditutup. Segera setelah dekanulasi,

pasien harus diamati dengan ketat dan alat yang diperlukan untuk

mendapatkan jalan nafas kembali selalu harus tersedia. 7,8,9

Faktor Penyulit Dekanulasi

1. Kondisi yang membutuhkan trakeostomi secara persisten

2. Dislokasi dinding anterior trakea

3. Jaringan granulasi di sekitar stoma

4. Edema mukosa trakea

5. Ketergantungan emosional terhadap trakeostomi

6. Ketidakmampuan mentoleransi resistensi saluran nafas atas

7. Stenosis subglotis

8. Trakeomalasia

9. Inkoordinasi refleks pembukaan laring

10. Perkembangan laring yang terganggu akibat trakeostomi jangka

panjang.

12

Page 12: Trakeostomi Upload

2.10 Komplikasi

Komplikasi trakeostomi dibagi menjadi:8,9

1. Segera

a. Apnea akibat hilangnya rangsangan hipoksia pernapasan

b. Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya pembuluh darah utama

di leher terutama di bawah cincin trakea ke-4. Untuk mencegah dapat

dilakukan palpasi pada regio substernal terlebih dahulu untuk

mengetahui daerah yang terdapat pulsasi sebelum melakukan

tindakan pembedahan.

c. Pneumothoraks dan pneumomediastinum

d. Trauma kartilago krikoid

2. Menengah

a. Trakeitis dan trakeobronkitis

b. Erosi trakea dan perdarahan

c. Hiperkapnea

d. Atelektasis

e. Pergeseran pipa trakeostomi

Pasien trakeostomi membutuhkan pengawasan ketat untuk

mencegah terjadinya komplikasi, terutama dalam beberapa hari post-

operasi. Salah satu komplikasi yang paling berbahaya dari

trakeostomi adalah dekanulasi tidak sengaja yang berlangsung

sebelum saluran udara antara kulit dan trakea matang, kira-kira 5

sampai 6 hari setelah prosedur. jika stoma belum cukup matang,

maka jaringan akan saling tumpang tindih saat tabung trakeostomi

dilepaskan. dekanulasi tidak sengaja sebelum keadaan saluran stabil

terbentuk dapat menyebabkan hilangnya saluran udara. Beberapa

yang dapat mempengaruhi pasien untuk pelepasan tabung secara

paksa, termasuk : (a) melonggarkan tali/ jahitan pengaman tabung

trakeostomi. (b) penggunaan tabung trakeostomi yang panjangnya

bisa diatur. (c) batuk yang berlebihan.(d) seorang pasien yang lebih

13

Page 13: Trakeostomi Upload

berat badan dengan saluran memanjang dari kulit trakea

menyebabkan posisi tabung tidak pada semestinya.

f. Obstruksi pipa trakeostomi

g. Emfisema subkutan

h. Aspirasi dan abses paru

3. Lanjut

a. Fistel trakeokutan menetap

b. Stenosis laring atau trakea

c. Granulasi trakea

d. Trakeomalasia

e. Kesukaran dekanulasi

f. Fistel trakeoesofagus

g. Masalah jaringan parut trakeostomi.

h. Infeksi stoma

Trakeostomi dipertimbangkan sebagai luka bersih yang terkontaminasi.

Kejadian infecti yang dilaporkan sangat bergantung pada kriteria infeksi dalam

penelitian individu yang dipertimbangkan. pada dasarnya, sewaktu tingkat

infeksi stomal dilaporkan berkisar 36% oleh Stauffer, Olson, dan Petty (1981),

kejadian selulitis dan purulense secara umum telah dilaporkan sekitar 3% - 8%

( Delayet dkk, 2006). Infeksi stoma biasaynya muncul sebagai infeksi yang

lambat, sellulitis ringan, atau penggumpalan jaringan. infeksi yang serius seperti

mediastinitis, fasciitis, abscess, dan osteomyelitis klavikularis jarang terjadi, akan

tetapi, ketika itu terjadi, dapat mengakibatkan hilangnya jaringan trakea,

kebororan udara yang besar, dan pendarahan (Snow, Richardson, and Flint,

1981).7,8,9

14

Page 14: Trakeostomi Upload

BAB 3

KESIMPULAN

Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior

trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan

memintas jalan nafas bagian atas.

Menurut lama penggunaannya, trakeostomi dibagi menjadi penggunaan

permanen dan dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya,

trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini

adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka

trakeostomi dibagi dalam trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana

sangat kurang dan trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat

dilakukan secara baik.

Komplikasi trakeostomi adalah apnea akibat hilangnya rangsangan hipoksia

pernapasan, perdarahan, trauma, dan pneumotoraks.

15