upaya peningkatan ketrampilan proses ipa dalam pembelajaran klasifikasi makhluk hidup melalui...
DESCRIPTION
proposal ptkTRANSCRIPT
UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN PROSES IPA DALAM
PEMBELAJARAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP MELALUI
PENDEKATAN SCIENTIFIC DI SMP NEGERI 3 BINANGUN TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
Peneliti
NIP 19680728 200801 2 006
SMP NEGERI 3 BINANGUN
KABUPATEN CILACAP
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 3 BINANGUN
KABUPATEN CILACAP
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh
kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman.
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud
apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Sejalan dengan itu, perlu dilakukan
penyempurnaan dan penggunaan pendekatan baru dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan analisis hasil PISA 2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level
kemampuan yang dirumuskan di dalam studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia
hanya mampu menguasai pelajaran sampai level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang
terlibat di dalam studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam).
Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi yang dapat
disimpulkan dari hasil studi ini, hanya satu, yaitu yang kita ajarkan berbeda dengan
tuntutan zaman.
Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang matematika dan IPA untuk
peserta didik kelas 2 SMP juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang
matematika, lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level
menengah, sementara misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai
level tinggi dan advance. Untuk bidang IPA, pencapaian peserta didik kelas 2 SMP juga
tidak jauh berbeda dengan pencapaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika.
Hasil studi pada tahun 2007 dan 2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik
Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, sementara hampir 40% peserta didik
Taiwan mampu mencapai level tinggi dan lanjut (advanced). Dengan keyakinan bahwa
semua anak dilahirkan sama, kesimpulan yang dapat diambil dari studi ini adalah bahwa
apa yang diajarkan kepada peserta didik di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan
atau distandarkan di tingkat internasional.
Pembelajaran IPA berorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan
kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli
dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. IPA juga ditujukan untuk
pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai
keunggulan wilayah Nusantara.
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh
terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang
lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih
efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Melalui pembelajaran IPA, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan
konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik),
bermakna, autentik dan aktif.
Proses pembelajaran IPA semestinya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membentuk anak didik yang memiliki ketrampilan khusus yang dikenal sebagai
ketrampilan proses IPA, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Bagi pengajar perlu diingat bahwa salah satu hal yang penting untuk membuat
pembalajaran menjadi efektif adalah pemilihan dan penggunaan metode dan model
pembelajaran yang sesuai dengan topik-topik mata pelajaran yang diajarkan, khususnya
dalam melakukan komunikasi dengan anak didik agar mereka mudah memahami
informasi yang kita sampaikan sehingga sumber daya yang dihasilkan lebih berkualitas
dan sesuai dengan yang kita harapkan.
Rendahnya tingkat kemampuan anak didik menguasai materi pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam karena dalam proses belajar mengajar, yang diterapkan guru selama ini
adalah dengan cara memberikan materi secara langsung melalui ceramah, membacakan
naskah pelajaran sementara anak didik diminta mendengarkan dan mencatat, sehingga
menjadikan anak didik hanya sekedar sebagai pendengar pasif dalam kelas yang
menyebabkan anak didik kurang berminat, bahkan bisa kehilangan motivasi belajarnya.
Dengan demikian, tingkat pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran atau hasil
belajar yang diperoleh anak didik rendah dan tidak maksimal.
Untuk meningkatkan hasil belajar anak didik, salah satu cara yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi anak didik adalah penggunaan metode dan
model pembelajaran yang membuat anak didik lebih mudah mengerti dan memahami
materi yang disampaikan oleh guru. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan
penelitian tentang penggunaan metode dan model pembelajaran dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam untuk meningkatkan hasil belajar anak didik, khususnya anak didik
penulis di SMP Negeri 3 Binangun, Kabupaten Cilacap.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu melakukan pengkajian
secara ilmiah salah satu model dan metode pembelajaran yang diterapkan dalam
kurikulum 2013 mendatang. Untuk maksud tersebut penulis akan melakukan penelitian
dengan judul, “Upaya Peningkatan Ketrampilan Proses IPA Dalam Pembelajaran
Klasifikasi Makhluk Hidup Melalui Pendekatan Scientific Di SMP Negeri 3 Binangun
Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah ketrampilan proses IPA anak didik
di SMP Negeri 3 Binangun dalam pembelajaran klasifikasi makhluk hidup dapat
ditingkatkan melalui pendekatan scientific?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ketrampilan proses IPA anak didik di SMP Negeri 3
Binangun dalam pembelajaran klasifikasi makhluk hidup dapat ditingkatkan melalui
pendekatan scientific?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi guru dan pengelola
pembelajaran lain sehingga mampu menciptakan proses belajar mengajar yang baik.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai sarana pengembangan teori dan implementasi pendekatan scientific
dalam proses belajar mengajar di sekolah terkait dengan upaya
meningkatkan hasil belajar anak didik.
b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang mengkaji masalah yang
relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah agar tetap memfasilitasi
dan mendukung dilaksanakannya pembelajaran melalui pendekatan
scientific dalam proses belajar mengajar
b. Sebagai bahan informasi bagi guru tentang sejauh mana peranan
pendekatan scientific dalam meningkatkan hasil belajar anak didik.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui
pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan
suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam
IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil
eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup
pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami
jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang
gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Carin dan Sund (1993) dalam Indrawati ( 2007) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan
yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa
kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA
meliputi empat unsur utama yaitu:
1. sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan
melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2. proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4. aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan
satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul,
sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami
fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara
ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. .
Pada kurikulum IPA tahun 2006 yang lalu dinyatakan bahwa “Pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai
aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah”. Hal ini menunjukkan bahwa
pendekatan scientific pada pembelajaran IPA bukanlah hal yang baru, penerapannya
diintegrasikan pada berbagai model, strategi, metode dan pendekatan lainnya yang sesuai
dengan karakteristik pembelajaran IPA.
B. Pendekatan Scientific pada Pembelajaran IPA
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Uraian
mengenai aktivitas siswa dalam mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta telah diuraikan dengan lengkap pada handout Pendekatan–
pendekatan Ilmiah
Menurut McCollum (2009) dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam
mengajar menggunakan pendekatan scientific diantaranya adalah guru harus menyajikan
pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder),
meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation), melakukan analisis (
Push for analysis) dan berkomunikasi (Require communication)
1. Meningkatkan rasa keingintahuan
Semua pengetahuan dan pemahaman dimulai dari rasa ingin tahu dari peserta didik
tentang ’siapa, apa, dan dimana‘atau “’who, what dan where” dari apa yang ada di
sekitar peserta didik. Pada kurikulum 2013, peserta didik dilatih bertanya untuk
meningkatkan rasa keingintahuannya sampai pada pertanyaan ’mengapa dan
bagaimana “why”and “how”
Pada pembelajaran rasa keingintahuan ini dapat difasilitasi dalam kegiatan tanya
jawab baik mulai dari kegiatan pendahuluan kegiatan inti dan penutup. Selain
tanya jawab, dapat juga dengan melalui memberikan suatu masalah, fakta-fakta
atau kejadian alam yang ada di sekitar peserta didik.
2. Mengamati
Pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan metode observasi peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada
hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang disajikan
oleh guru (Sudarwan, 2013). Menurut Nuryani, 1995 mengamati merupakan
kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu dengan alat inderanya secara
teliti, menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan,
menggunakan alat atau bahan sebagai alat untuk mengamati objek dalam rangka
pengumpulan data atau informasi. Pengamatan yang dilakukan hanya
menggunakan indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang
dilakukan dengan menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Untuk
meningkatkan keterampilan mengamati, maka didalam pembelajaran sebaiknya
dimunculkan kegiatan yang memungkinkan siswa mengunakan berbagai panca
indranya untuk mencatat hasil pengamatan.
3. Menganalisis.
Wonder grows with understanding and understanding come of analysis. (Mc
Colum, 2009) Analisis dapat berupa analisis kuantitatif dan kualitatif. Peserta didik
perlu dilatih dan dibiasakan melakukan analisas data yang sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Misalnya data pengamatan yang diperoleh sendiri. Berikan
kesempatan kepada peserta untuk meninjau kembali hasil pengamatan dan mereka
dilatih membuat pola-pola atau grafik dari data yang diperolehnya. Latih peserta
untuk melakukan klasifikasi, menghubungkan dan menghitung.
4. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepasa peserta
didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
C. Keterampilan Proses IPA
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik khusus dalam menggunakan
pendekatan pembelajaran. Pembelajaran IPA lebih menekankan pada penerapan
keterampilan proses. Aspek-aspek pada pendekatan scientific terintegrasi pada pendekatan
keterampilan proses dan metode ilmiah.
Langkah-langkah metode ilmiah : melakukan pengamatan, menentukan hipotesis,
merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau
menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan (Helmenstine, 2013).
Keterampilan yang dilatihkan sering ini dikenal dengan keterampilan proses IPA.
American Association for the Advancement of Science (1970) mengklasifikasikan menjadi
keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Klasifikasi keterampilan
proses tersebut tertera pada tabel sebagai berikut :
Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu
Pengamatan Pengontrolan variabel
Pengukuran Interpretasi data
Menyimpulkan Perumusan hipotesa
Meramalkan Pendefinisian variabel secara operasional
Menggolongkan Menggolongkan
Mengkomunikasikan Merancang eksperimen
Pada pembelajaran IPA pendekatan scientific dapat diterapkan melalui
keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat
keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah.
Menurut Rustaman (2005), keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-
pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung
seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Pada tabel
berikut ini disajikan jenis-jenis indikator keterampilan proses beserta sub indikatornya.
No
Indikator Sub Indikator Keterampilan Proses Sains
1 Mengamati Menggunakan sebanyak mungkin alat indera
No
Indikator Sub Indikator Keterampilan Proses Sains
Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan
2 Mengelompokkan / Klasifikasi
Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
Mencari perbedaan, persamaan ; Mengontraskan ciri-ciri ; Membandingkan
Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan
3 Menafsirkan Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan ; Menyimpulkan
4 Meramalkan Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
Mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada keadaan sebelum diamati
5 Mengajukan pertanyaan
Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana.
Bertanya untuk meminta penjelasan; Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.
6 Merumuskan hipotesis
Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian.
Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah.
7 Merencanakan percobaan
Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
Mentukan variabel/ faktor penentu;
Menetukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat;
Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja
8 Menggunakan alat/bahan
Memakai alat/bahan
Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan ; Mengetahui bagaimana menggunakan alat/ bahan.
9 Menerapkan konsep
Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi
10 Berkomunikasi Mengubah bentuk penyajian
Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram; Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis; Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian; Membaca grafik atau tabel atau diagram; Mendiskusikan hasil kegiatan mengenai suatu masalah atau suatu peristiwa.
Untuk lebih memahami bagaimana menerapkan keterampilan proses pada
pembelajaran IPA, berikut ini uraian beberapa jenis keterampilan proses dasar dan
keterampilan proses terpadu yang dapat dilatihkan pada peserta didik tingkat SMP.
1. Pengamatan
Mengamati merupakan kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu dengan alat
inderanya secara teliti, menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil
pengamatan, menggunakan alat atau bahan sebagai alat untuk mengamati objek dalam
rangka pengumpulan data atau informasi (Nuryani,1995). Mengamati dapat pula
diartikansebagaiproses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan
menggunakan inderanya. Keterampilan pengamatan dilakukan dengan cara
menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan
pendengar. Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera disebut
pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Pengamatan dapat dilakukan pada obyek
yang sudah tersedia dan pengamatan pada suatu gejala atau perubahan. Contoh :
Sekelompok peserta didik diminta mengamati beberapa tepung yang berbeda jenisnya
baik rasa, warna, ukuran serbuk dan baunya.
2. Pengukuran
Keterampilan mengukur dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas,
isi, waktu, massa, dan sebagainya. Menurut Carin dalam Poppy, 2010 mengukur
adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar
yang kovensional atau standar non konvensional.
Contoh : Peserta didik melakukan pengukuran suhu menggunakan termometer,
menimbang massa benda dengan berbagai neraca, mengukur volume cairan
menggunakan gelas ukur, mengukur panjang dengan menggunakan penggaris atau
mengukur benda dengan jangka sorong.
3. Klasifikasi
Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan
atau pengelompokan atas objek-objek atau kejadian-kejadian. Keterampilan klasifikasi
dapat dikuasai bila peserta didik telah dapat melakukan dua keterampilan berikut ini.
a. Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yanng dapat diamati dari
sekelompok objek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.
b. Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek
Klasifikasi berguna untuk melatih peserta didik menunjukkan persamaan, perbedaan
dan hubungan timbal baliknya. Sebagai contoh peserta didik mengklasifikasikan jenis-
jenis hewan, tumbuhan, sifat logam berdasarkan kemagnetannya
4. Menyimpulkan
Menyimpulkan didalam keterampilan proses dikenal dengan istilah inferensi. Inferensi
adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil
inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya.
Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya
menggunakan pembelajaran konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan
sendiri inferensinya.
5. Komunikasi
Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil
keterampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa
berbentuk rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan
mengkomunikasikan ini diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Mengutarakan suatu gagasan.
b. Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan/memeriksa secara akurat suatu
objek atau kejadian.
c. Mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara
akurat.
6. Prediksi
Prediksi dalam sains adalah perkiraan yang didasarkan pada hasil pengamatan yang
nyata. Memprediksi berarti pula mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamati berdasarkan penggunaan pola yang ditemukan sebagai
hasil penemuan. Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan
mengajukan perkiraan sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu
kecenderunganatau pola yang sudah ada.
Contoh : Peserta didik diminta membuat suatu prediksi
Apa yang akan terjadi jika air dibiarkan didalam piring lebar dibiarkan berhari-
hari?
Apa yang akan terjadi pada lampu senter jika ada pemasangan batu batereynya
terbalik?
7. Mengidentifikasikan Variabel
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau
berubah pada suatu situasi tertentu. Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak
dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu. Besaran kuantitatif adalah
besaran yang dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu misalnya volume
diukur dalam liter dan suhu diukur dalam 0C.
Keterampilan identifikasi variabel dapat diukur berdasarkan tiga tujuan pembelajaran
berikut.
a. Mengidentifikasi variabel dari suatu pernyataan tertulis atau dari deskripsi suatu
eksperimen.
b. Mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dari deskripsi suatu
eksperimen.
c. Mengidentifikasi variabel kontrol dari suatu pernyataan tertulis atau deskripsi suatu
eksperimen.
Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yang sama pentingnya, yaitu
variabel manipulasi, variabel respon dan variabel kontrol.
Variabel manipulasi adalah suatu variabel yang secara sengaja diubah atau
dimanipulasi dalam suatu situasi.
Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai hasil akibat dari kegiatan
manipulasi.
Variabel control adalah variabel yang sengaja dipertahankan konstan agar tidak
berpengaruh terhadap variable respon.
8. Interpretasi Data
Fakta atau data yang diperoleh dari hasil observasi sering kali memberikan suatu pola.
Pola dari fakta/data ini dapat ditafsirkan lebih lanjut menjadi suatu penjelasan yang
logis. Karakteristik keterampilan interpretasi diantaranya : mencatat setiap hasil
pengamatan, menghubungkan-hubungkan hasil pengamatan, menemukan pola atau
keteraturan dari suatu seri pengamatan dan menarik kesimpulan.
Keterampilan interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis
data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam
bentuk yang mudah difahami misalnya bentuk tabel, grafik dengan angka-angka yang
sudah dirata-ratakan. Data yang sudah dianalisis baru diinterpretasikan menjadi suatu
kesimpulan atau dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data yang
membentuk pola atau beberapa kecenderungan.
9. Hipotesis
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan
pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terhadap
variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan,
pertanyaan biasanya digunakan dalam merumuskan masalah yang akan diteliti (Nur,
1996). Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusan
secara induktif berdasarkan data pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori.
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah.
10. Definisi Variabel Secara Operasional
Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu
variabel itu diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi yang menguraikan
bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa yang
akan dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen.
Keterampilan ini merupakan komponen keterampilan proses yang paling sulit
dilatihkan karena itu harus sering di ulang-ulang (Nuh dalam Poppy, 2010).
11. Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk
menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu
eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang
diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-
kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak
harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan
menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep didalam
kurikulum.
Pada saat guru menyajikan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan keterampilan
proses peserta didik akan belajar mengamati, mengolah data atau menganalisis data,
dan memkomunikasikan hasil pengamatan dan analisisnya. Keterampilan bertanya
dapat ditingkatkan jika guru memberikan suatu fenomena yang menarik dan
menimbulkan rasa ingin tahu mereka. Melalui penerapan keterampilan proses pada
pembelajaran IPA yang disajikan dengan strategi dan metode yang tepat, mudah-
mudahan siswa dapat terlatih dalam keterampilan scientific. Dan memenuhi apa yang
diharapkan Kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
D. Materi Pelajaran Klasifikasi Makhluk Hidup
Secara esensial, pembelajaran pada topik ini mengenalkan peserta didik pada
keberagaman makhluk hidup di muka bumi dan salah satu cara yang efektif untuk
mempelajarinya adalah dengan mengelompokkan sesuai kesamaan dan perbedaan yang
dimiliki. Aktivitas ini disebut klasifikasi.
Kegiatan pembelajaran meliputi pengamatan terhadap makhluk hidup di sekitar,
menganalisis perbedaan makhluk hidup tersebut, berdiskusi, menarik kesimpulan, dan
membuat tulisan dari berbagai pengamatan yang dilakukan. Dalam Kurikulum 2013
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup di SMP adalah
sebagai berikut :
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
1.1. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.
2.2. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan.
2.3. Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggungjawab dalam aktivitas
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam memilih penggunaan alat dan bahan kimia untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungan.
2.4. Menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi perilaku menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
3.2. Mengidentifikasi ciri hidup dan tak hidup dari benda-benda dan makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar.
3.3. Memahami prosedur pengklasifikasian makhluk hidup dan benda-benda tak- hidup sebagai bagian kerja ilmiah, serta mengklasifikasikan berbagai makhluk hidup dan benda-benda tak-hidup berdasarkan ciri yang diamati.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
4.2. Menyajikan hasil analisis data observasi terhadap benda (makhluk) hidup dan tak hidup.
4.3. Mengumpulkan data dan melakukan klasifikasi terhadap benda-benda, tumbuhan, dan hewan yang ada di lingkungan sekitar
E. Kerangka Pikir
Pembelajaran materi klasifikasi makhluk hidup umumnya dianggap sebagai salah
satu materi IPA yang membutuhkan kemampuan menghafal yang tinggi. Hal ini terkait
dengan materi atau konsep yang ditekankan oleh guru selama ini pada tuntutan untuk
mengenal nama makhluk hidup dalam bahasa ilmiah atau bahasa latin. Dengan pendekatan
semacam ini siswa tentu akan merasa bahwa materi IPA sangat sulit, karena istilah dan
kata atau bahasa yang dipakai sangat asing bagi anak didik. Sementara konsep yang sangat
diperlukan anak didik dalam keseharian hidup justru terabaikan, seperti kemampuan untuk
mengobservasi / mengamati dan mengelompokkan.
Proses Belajar Mengajar
Pendekatan ScientificKonsep Klasifikasi Makhluk Hidup
Siklus I Siklus II
Hasil Belajar
Analisis
Temuan
Rekomendasi
Refleksi Mengajar
Agar siswa tidak merasa sulit perlu dilakukan perubahan pendekatan pembelajaran
melalui penekanan pada ketrampilan proses, sehingga anak didik merasa nyaman dan
dapat lebih focus pada konsep mendasar yang diperlukan sehingga anak didik dapat lebih
mudah memahami konsep klasifikasi makhluk hidup ini.
Setelah guru mengajarkan kepada siswa tentang konsep klasifikasi makhluk hidup
dengan pendekatan scientific melalui siklus I kemudian di refleksi dan dilanjutkan pada
siklus II, maka akan menghasilkan hasil belajar dari anak didik. Dari hasil belajar anak
didik tersebut, lalu akan di analisis. Kemudian dari hasil analisis itu akan di temukan hasil
peningkatan ketrampilan proses IPA anak didik dan akan direkomendasikan untuk
pelaksanaan proses belajar mengajar pada materi yang sama.
Bagan kerangka berfikir ditampilkan dalam skema / bagan di bawah ini.
Bagan Kerangka Pikir
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka hipotesis tindakan penelitian adalah
jika menggunakan pendekatan scientific pada materi klasifikasi makhluk hidup, maka
tarjadi peningkatan hasil belajar IPA anak didik SMP Negeri 3 Binangun, Kabupaten
Cilacap.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif-deskriktif.
Dikatakan kualitatif karena penelitian berlangsung dengan memperoleh data melalui
observasi untuk melihat gambaran seluruh aktivitas guru dan anak didik selama proses
pembelajaran berlangsung. Dikatakan deskriptif karena akan disajikan gambaran
mengenai hasil belajar IPA anak didik dengan mencari nilai rata-rata dan persentase
ketrampilan proses IPA. Melalui pendekatan penelitian ini akan mengungkapkan
kemampuan dan pengetahuan anak didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
efektif.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
research) yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
B. Fokus Penelitian
Fokus yang diteliti dalam memberikan pemecahan yang tepat terhadap
permasalahan penelitian yang di kemukakan adalah :
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan scientific yaitu
bagaimana penerapan dan peranan pendekatan scientific dalam meningkatkan
ketrampilan proses IPA anak didik.
2. Ketrampilan proses IPA yang dimaksud disini adalah dengan melihat kemampuan
siswa dalam mengobservasi, menggolongkan dan mengkomunikasikan hasil belajar
yang diperoleh anak didik diakhir pembelajaran setiap siklus untuk mengetahui adanya
perubahan ketrampilan proses IPA anak didik di SMP Negeri 3 Binangun, Kabupaten
Cilacap melalui pendekaran scientific.
C. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 3 Binangun, Kabupaten Cilacap. Sekolah
ini terdiri dari 21 ruangan masing-masing 14 ruang kelas, 1 perpustakaan, 1 ruang UKS,
dan 1 ruang kantor, 1 ruang laboratorium, 1 ruang computer, serta 350 orang siswa dengan
Perencanaan
Refleksi PelaksanaanSiklus I
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
PelaksanaanRefleksi?
15 orang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 14
orang guru mata pelajaran, 9 orang guru tidak tetap, dibantu oleh 11 staf tata usaha.
Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas 7.A SMP Negeri 3 Binangun,
Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, dan waktu pelaksanaan tindakan penelitian ini
adalah pada tahun 2014.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas adalah semua anak didik kelas 7.A sebanyak 36
anak didik, yang terdiri dari 20 orang anak didik laki-laki dan 16 orang anak didik
perempuan. Tindakan ini dilakukan oleh peneliti sendiri selaku guru mata pelajaran IPA
SMP Negeri 3 Binangun, dengan dibantu kepala sekolah dan teman sejawat yang
bertindak sebagai observer yang telah membaca dan memahami pendekatan scientific.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui proses pengkajian yang terdiri
dari 4 tahapan utama yaitu mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi.
Arikunto, dkk (2008: 16) mengemukakan bahwa tindakan dilakukan dalam siklus,
dapat dilihat pada skema berikut :
Skema Siklus PTK
1. Tahapan Siklus I
a. Tahapan perencanaan
1) Menelaah Kurikilum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) dan dilengkapi dengan
kurikulum 2013, sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan yaitu
klasifikasi makhluk hidup.
2) Menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (lampiran 1).
3) Menyediakan media pembelajaran yang sesuai dengan scenario pembelajaran yang
telah ditetapkan (lampiran 2).
4) Membuat lembar observasi untuk melihat aktivitas guru dan anak didik selama
tindakan berlangsung (lampiran 3)
5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dengan mengacu
pada skenario pembelajaran yang telah dibuat dengan materi klasifikasi makhluk hidup.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti
disesuaikan dengan silabus yang digunakan. Siklus 1 dilaksanakan selama 2 x pertemuan,
masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 40 menit.
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini ada dua perlakuan yaitu observasi dan evaluasi. Pelaksanaan tahap
observasi terhadap aktivitas anak didik sebanyak 36 orang secara langsung pada proses
belajar mengajar. Dengan menggunakan lembar observasi yang meliputi : kehadiran anak
didik, perhatian anak didik terhadap pembahasan materi pelajaran, pengamatan terhadap
aktifitas pengamatan, keaktifan anak didik dalam bertanya, kerja sama dalam kelompok,
mengganggu teman yang belajar mengambil giliran untuk berbagi tugas, kemampuan anak
didik dalam mengemukakan pendapat, anak didik yang mengikuti pelajaran dari awal
hingga akhir, dan perilaku anak didik dalam kelas. Pelaksanaan evaluasi yaitu memberikan
tes berupa soal-soal latihan yang dilakukan pada akhir tindakan.
d. Analisis dan Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, demikian pula hasil tes
belajar anak didik, kemudian dianalisis dan direfleksi. Refleksi yang dimaksudkan untuk
melihat apakah rencana telah terlaksana secara optimal atauperlu dilakukan perbaikan.
Hasilanalisis siklus I inilah yang dijadikan acuan penulis untuk merancang siklus II di
mana yang dianggap bagus tetap dipertahankan sedangkan kekurangannya menjadi
pertimbangan dan refisi pada siklus berikutnya.
2. Tahapan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, terlebih dahulu dilakukan
persiapan pelaksanaan pembelajaran berupa penyusunan rencana perbaikan pembelajaran
seperti rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, lembar kerja anak didik,
media serta penilaian yang digunakan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Hal-hal yang seharusnya dilakukan pada pelaksanaan tindakan adalah memahami
rencana yang telah dirumuskan dan dimengerti bagaimana proses belajar dengan
menggunakan pendekatan scientific. Pada siklus ini guru merubah posisi kelompok
menjadi lurus yang sebelumnya posisi kelompok berbentuk segitiga. Diharapkan proses
pembelajaran lebih efektif dan efisien.
c. Tahap Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengumpulan data dengan
menggunakan lembar observasi.
d. Analisis dan Refleksi
Rangkaian kegiatan berupa perancanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi
akhir. Setelah berdiskusi dengan guru dan kepala sekolah selaku observer untuk melihat
kegagalan dan keberhasilan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
E. Tehnik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam penelitian tindakan kelas, format observasi digunakan untuk merekam data
proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Adapun format observasi yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu :
a) format observasi aktivitas guru dan
b) format observasi aktivitas anak didik.
2. Dokumentasi
Dokumentasi hasil belajar anak didik, yaitu hasil tes yang diberikan guru kepada
anak didik sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan atau hasil belajar anak didik
setelah proses pembelajaran berlangsung.
3. Teknik
Tes adalah suatu kegiatan yang diberikan guru kepada anak didik untuk
mengetahui hasil belajar atau kemampuan anak didik. Tes juga dapat diberikan sebagai
alat ukur. Adapun tes yang digunakan yaitu tes tulis.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi selama proses belajar mengajar,
selanjutnya dianalisis secara kualitatif-deskriptif sehingga dapat diketahui apakah
penggunaan pendekatan scientific sudah mencapai sasaran atau belum. Adapun hasil
belajar dianalisis secara deskriptif sehingga dapat diketahui apakah hasil belajar dengan
menggunakan pendekatan scientific sudah mencapai sasaran atau bahkan tidak mencapai
sasaran.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari meningkatnya proses belajar
anak didik dengan menggunakan pendekatan scientific dan meningkatnya nilai rata-rata
belajar anak didik secara klasikal yaitu mencarai 75 % anak didik yang memperoleh skor
minimum 65 dari skor ideal 100.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Saharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998 / 1999. Strategi Belajar Mengajar. Ditjen
Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Dimyati, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana. 1992. Perencanaan Pengajaran. Makassar: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Karim, Abdul. 2007. Media Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Guang Persada.
Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Padang : Quantum
Teaching.
Sardiman. 1992. Interaksi & Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: CV. Rajawali Pers.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensido.
Syah, Muhibbin. 2009. Psikoligi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:
Fokus Media.
Usman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.
Julian Holland. 2005. Ensiklopedia Iptek. Jakarta: PT. Lentera Abadi.