pendekatan scientific mata pelajaran agama

47
PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM MATA PELAJARAN AGAMA Oleh: Kamrani Buseri. Disampaikan pd Workshop Kurikulum Mata Pelajaran Agama Thn 2014, tgl. 20 Mei 2014 Di Banjarmasin

Upload: -

Post on 01-Feb-2016

237 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Deskripsi tentang dokument

TRANSCRIPT

Page 1: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM MATA PELAJARAN

AGAMA

Oleh: Kamrani Buseri.

Disampaikan pdWorkshop Kurikulum Mata Pelajaran Agama Thn 2014,

tgl. 20 Mei 2014Di Banjarmasin

Page 2: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

pengantar

• Bahan utk pendekatan scientific dan penilaian autentik Kurikulum Mata Pelajaran Agama ini sebagian besar diadopsi dari sumber Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

Page 3: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Esensi pendekatan ilmiah

• Pembelajaran merupakan proses Ilmiah• Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas

perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik

• Penalaran dalam Pendekatan ilmiah– Penalaran Induktif– Penalaran deduktif

Page 4: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

• Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan

• Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas

• Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik

• Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum

Page 5: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Penalaran induktif & deduktif

Page 6: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Metode ilmiah• Teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala,

memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya

• Kriteria Ilmiah– Metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti

dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik

• Metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis

Page 7: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Pendekatan ilmiah dan non ilmiah dalam pembelajaran

• Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional– Pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen

setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen.

– Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.

Page 8: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Pembelajaran dg pendekatan ilmiah

• Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah

• Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah

• Proses pembelajaran dg pendekatan ilmiah lebih mengutamakan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran

• Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah

– Proses pembelajaran semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis

Page 9: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

CATATAN PENTING

• Rangga Sa’adillah S.A.P. , mencermati Model pembelajaran saintifik yg dibutuhkan adalah yg mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yg lebih penting adalah bgm pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik.

• Pembelajaran saintifik tdk hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh krn itu pembelajaran saintifik menekankan pd keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yg mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dlm sistem penyajian materi secara terpadu

Page 10: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Lanjutan ...

• Model ini menekankan pd proses pencarian penget dari pd transfer penget, peserta didik dipandang sbg subjek belajar yg perlu dilibatkan secara aktif dlm proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yg membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dlm model ini peserta didik diajak utk melakukan proses pencarian penget berkenaan dg materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sbgm dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dlm melakukan penyelidikan ilmiah, dg demikian peserta didik diarahkan utk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yg diperlukan utk kehidupannya.

Page 11: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Lanjutan...• Salah satu diantara cara berpikir non ilmiah yg hrs dihindarkan

adalah intuisi. Dlm perspektif pendekatan saintifik, metode berpikir intuisi bersifat irasional dan individual. Intuisi juga sama sekali menafikan dimensi alur pikir sistemik dan sistematik. Padahal, dlm aspek Aqidah Akhlak intuisi menjadi dorongan agar seseorang dpt merasakan getaran hati Rabb-nya dan merupakan bagian terpenting dlm menerima pengetahuan.

• Hal lain dari pendekatan saintifik yg masih menjadi permasalahan utk mata pelajaran PAI adalah langkah mengamati. Dlm langkah mengamati, peserta didik hrs disuguhi materi pembelajaran yg berbasis pd fakta (bisa diindera secara empiris) atau fenomena yg dpt dijelaskan dg logika atau penalaran tertentu. Bukan hanya sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata, seperti ttg malaikat, jin, dsb.

Page 12: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Lanjutan...• Memang bila menyandingkan antara pendekatan saintifik

dg pendidikan Islam tampak ada pertentangan yg tajam. Pertentangan tsb terletak pd metode berpikir. Pendekatan saintifik menghendaki pemikiran yg rasional, kritis dan empiris. Sedangkan dlm pendidikan Islam sendiri ada aspek yg terkadang tdk bisa dirasionalkan, ada aspek yg kurang baik bila terlalu kritis dan ada aspek yg terkadang tidak bisa diraba secara empiris, aspek tsb adalah Aqidah. Dlm pendekatan saintifik metode berpikir intuisi digolongkan bukan merupakan metode berpikir ilmiah karenanya metode semacam itu ditolak. Sedangkan dlm pendidikan Islam metode berpikir intuisi malah menjadi prinsip tersendiri utk memperoleh pengetahuan, seperti apa yg dijelaskan oleh al-Syaibani.

Page 13: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

• Kesimpulannya bhw pendekatan scientific yg mengandalkan rasional kritis dan empiris, tdk bisa seluruhnya diterapkan dlm pembekajaran agama. Pendekatan ilmiah dlm arti sesuai dg epistemologi keilmuan Islam yg menerima kebenaran indrawi, logik, etik dan transendental dapat diterima. Kebenaran bisa saja sesuatu yg tdk teramati, juga sesuatu yg diperoleh melalui intsuisi.

Page 14: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Kriteria

1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pd fakta atau fenomena yg dapat dijelaskan dg logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yg serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yg menyimpang dari alur berpikir logis.

Page 15: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Kriteria

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dlm mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dlm melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran

Page 16: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Kriteria

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yg rasional dan objektif dlm merespon substansi atau materi pembelajaran

6. Berbasis pd konsep, teori, dan fakta empiris yg dpt dipertanggungjawabkan

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya

Page 17: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Langkah-Langkah Pembelajaran dg Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan

Page 18: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Langkah-Langkah Pembelajaran dg Pendekatan Ilmiah

• Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”

• Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.

• Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”

• Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan utk menjadi manusia yg baik (soft skills) dan manusia yg memiliki kecakapan dan penget utk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yg meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan penget.

Page 19: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Lanjutan...

• Kurikulum 2013 menekankan pd dimensi pedagogik modern dlm pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah

• Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dlm pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta utk semua mata pelajaran

Page 20: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Lanjutan...

Page 21: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

1. Mengamati

• Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning)

• Metode ini memiliki keunggulan tertentu, spt menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya

• Memerlukan waktu persiapan yg lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tdk terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran

• Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.

• Peserta didik menemukan fakta bhw ada hubungan antara obyek yg dianalisis dg materi pembelajaran yg digunakan oleh guru

Page 22: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Langkah-Langkah Mengamati1. Menentukan objek apa yg akan diobservasi2. Membuat pedoman observasi sesuai dg lingkup objek yg

akan diobservasi3. Menentukan secara jelas data apa yg perlu diobservasi,

baik primer maupun sekunder4. Menentukan di mana tempat objek yg akan diobservasi5. Menentukan secara jelas bgm observasi akan dilakukan

utk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil

observasi , spt menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya

Page 23: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Bentuk Keterlibatan Peserta Didik dalam Observasi

1. Observasi biasa (common observation)– Peserta didik merupakan subjek yg sepenuhnya

melakukan observasi (complete observer)– Peserta didik sama sekali tdk melibatkan diri dg pelaku,

objek, atau situasi yg diamati2. Observasi terkendali (controlled observation)

– Peserta didik sama sekali tdk melibatkan diri dan memiliki hubungan dg pelaku, objek, atau situasi yg diamati

– Pelaku atau objek yg diamati ditempatkan pd ruang atau situasi yg dikhususkan

3. Observasi partisipatif (participant observation). – peserta didik melibatkan diri secara langsung dg pelaku

atau objek yg diamati

Page 24: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Cara Pelibatan Peserta Didik dalam Observasi

1. Observasi berstruktur– Fenomena subjek, objek, atau situasi apa yg ingin

diobservasi oleh peserta didik tlh direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.

2. Observasi tdk berstruktur– Apa yg hrs diobservasi oleh peserta didik tdk

ditentukan secara baku atau rijid. – Peserta didik membuat catatan, rekaman, atau

mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yg diobservasi.

Page 25: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Prinsip-prinsip observasi• Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yg

diobservasi utk kepentingan pembelajaran

• Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yg diobservasi

– Guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan

• Paham terhadap apa yg hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bgm membuat catatan atas perolehan observasi.

Page 26: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

• Dlm pembelajaran agama, pengamatan dilakukan pd objek keagamaan spt tempat ibadah, orang berwudhu, salat, penyembelihan qurban, dll. Oleh krn ada beberapa objek keagamaan yg sdh terjadi, saat pembelajaran bisa ditampilkan dlm bentuk media; media video, gambar dan seterusnya. Berkenaan dg tema salat Rasulullah misalnya dpt ditampilkan gambar atau video salat versi hadits Rasul.

Page 27: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

2. MenanyaFungsi bertanya• Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian

peserta didik ttg suatu tema atau topik pembelajaran.• Mendo• rong dan menginspirasi peserta didik utk aktif belajar, serta

mengembangkan pertanyaan dari dan utk dirinya sendiri.• Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus

menyampaikan ancangan utk mencari solusinya.• Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan

kpd peserta didik utk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yg diberikan

• Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dlm merespon persoalan yg tiba-tiba muncul.

Page 28: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Fungsi bertanya• Membangkitkan keterampilan peserta didik dlm berbicara,

mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yg baik dan benar

• Mendorong partisipasi peserta didik dlm berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

• Membangun sikap keterbukaan utk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dlm hidup berkelompok.

• Melatih kesantunan dlm berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

Page 29: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Kriteria pertanyaan yg baik

• Singkat dan jelas• Menginspirasi jawaban• Memiliki fokus• Bersifat probing atau divergen• Bersifat validatif atau penguatan• Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir

ulang• Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan

kognitif• Merangsang proses interaksi

Page 30: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Tingkatan pertanyaan

Page 31: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Tingkatan pertanyaan

Page 32: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

3. MenalarEsensi Menalar

• Guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif

• Penalaran (Penalaran Ilmiah) merupakan proses berfikir yg logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yg dpt diobservasi utk memperoleh simpulan berupa pengetahuan

• Menalar (Kurikulum 2013) merupakan padanan dari associating bukan terjemahan reasoning

Page 33: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Esensi Menalar• Menurut teori asosiasi (Thorndike)– Proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika

terjadi interaksi langsung antara pendidik dg peserta didik, melalui stimulus dan respons (S-R)

– proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba

– Hukum Proses pembelajaran• Hukum efek (The Law of Effect)• Hukum latihan (The Law of Exercise)• Hukum kesiapan (The Law of Readiness)

Page 34: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Esensi Menalar• Menurut teori belajar sosial (social learning) Bandura– Belajar terjadi krn proses peniruan (imitation)– Konsep dasar teori belajar sosial (social learning

theory) dari Bandura• Pemodelan (modelling)• Fase belajar• Belajar vicarious• Pengaturan-diri (self-regulation)

Page 35: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Esensi Menalar• Aplikasi– Guru menyusun bahan pembelajaran dlm bentuk yg sudah

siap sesuai dg tuntutan kurikulum. – Guru tdk banyak menerapkan metode ceramah atau

metode kuliah. – Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau

hierarkis– Kegiatan pembelajaran berorientasi pd hasil yg dapat

diukur dan diamati– Setiap kesalahan hrs segera dikoreksi atau diperbaiki– Perlu dilakukan pengulangan dan latihan – Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yg nyata atau

otentik– Guru mencatat semua kemajuan peserta didik utk

perbaikan

Page 36: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Cara Menalar• Penalaran induktif– Penalaran induktif merupakan cara menalar dg menarik

simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yg bersifat umum

– Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik

• Penalaran deduktif – menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau

fenomena yg bersifat umum menuju pd hal yg bersifat khusus

– Pola penalaran deduktif dikenal dg pola silogisme

Page 37: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Analogi dlm Pembelajaran• Berpikir analogis sangat penting dlm pembelajaran, krn dapat

mempertajam daya nalar peserta didik• Jenis-jenis analogi– Analogi induktif • Kesimpulan disusun berdasarkan persamaan yg ada pd

dua fenomena atau gejala– Analogi deduktif• “metode menalar” utk menjelaskan atau menegaskan

sesuatu fenomena atau gejala yg belum dikenal atau masih samar, dg sesuatu yg sdh dikenal

Page 38: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

• Deduktif: salat adalah zikr, zikr itu tenang• Induktif: beberapa org yg salatnya teratur dan

baik, tampak tenang jiwanya.• Deduktif: zakat itu tumbuh (an-namuw)• Induktif : kenyataan yg senang berzakat

hartanya terus bertambah.

Page 39: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Hubungan Antarfenonena• Guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai

hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat

• Hubungan sebab-akibat diambil dg menghubungkan satu atau beberapa fakta yg satu dg satu atau beberapa fakta yg lain

• Penalaran sebab-akibat ini masuk dlm ranah penalaran induktif, yaitu penalaran induktif sebab-akibat– Hubungan sebab–akibat– Hubungan akibat–sebab– Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2

Page 40: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

• Hakekat salat bagi peserta didik adalah ketundukan kpd Sang Pnciptanya dan ketengangan jiwa bagi yg menjalankannya.

• Hakikat zakat bagi peserta didik adalah menyantuni fakir miskin dan mengembangkan rezekinya.

Page 41: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

• Salat dapat dilaksanakan krn adanya sinergitas antara ilmu, iman, dan amal. Begitu pula tercapainya kehidupan tdk terlepas dari sinergitas, saling berhubungan antara ilmu, keyakinan (optimis) dan amal perbuatan.

• Zakat dpt dilaksanakan krn adanya sinergitas antara ilmu, iman dan amal. Memperoleh harta juga tdk terlepas dari sinergitas antara ilmu, iman(optimis) dan amal.

Page 42: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

4. mencoba

• Utk memperoleh hasil belajar yg nyata atau otentik

• Utk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan

• Peserta didik diharapkan mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah

Page 43: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

• Pada mata pelajaran agama, misalnya, peserta didik hrs memahami kaitan fakta-fakta ibadah dikaitkan dg kehidupan sehari-hari. Org yg senang salat jama’ah memiliki teman yg banyak, org yg senang infaq dan sedekah atau zakat dihormati oleh mereka yg menerimanya, dido’akan dan dijaga kemananannya.

Page 44: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

• Sebut saja dari peristiwa perkelaian antar pelajar yg akhir-akhir ini sering terjadi. Perkelaian itu sebenarnya sdh tdk baik, krn tdk hanya melanggar aturan, tetapi bahkan melanggar norma kehidupan. Melanggar aturan, melanggar norma kehidupan adalah sesuatu yg hrs dihindari, hrs dicegah, jangan sampai peserta didik sekarang terkena virus negative tsb. Jadilah peserta didik yg taat aturan, memiliki martabat yg menjunjung tinggi kemanusiaan, dpt merefleksikan kehidupan yg positif dlm kehihudupan sehari-hari dan memiliki daya pikir yang cerdas

Page 45: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

5. jejaring Pembelajaran/kolaboratif• Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya

hidup manusia yg menempatkan dan memaknai kerjasama sbg struktur interaksi yg dirancang secara baik dan disengaja rupa utk memudahkan usaha kolektif dlm rangka mencapai tujuan bersama

• Kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar

• Peserta didiklah yg hrs lebih aktif• Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dlm pembelajaran

atau kelas kolaboratif– internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dg

akses dan ketersediaan informasi yg luas dan mudah– referensi yg murah dan mudah

Page 46: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Sifat Pembelajaran Kolaboratif1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi2. Guru dan peserta didik berbagi tugas dan

kewenangan3. Guru sebagai mediator4. Kelompok peserta didik yang heterogen5. Kekurangan kemampuan guru ada pd kelebihan

kemampuan peserta didik, krn akses internet kapan saja dan dimana saja

Page 47: Pendekatan Scientific Mata Pelajaran Agama

Metode Pembelajaran Kolaboratif• JP = Jigsaw Proscedure• STAD = Student Team Achievement Divisions• CI = Complex Instruction• TAI = Team Accelerated Instruction• CLS = Cooperative Learning Stuctures• LT = Learning Together• TGT = Teams-Games-Tournament• GI = Group Investigation• AC = Academic-Constructive Controversy• CIRC = Cooperative Integrated Reading and

Composition