upaya pembinaan keagamaan peserta didik smp negeri...
TRANSCRIPT
UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN PESERTA DIDIK
SMP NEGERI 3 GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
oleh:
Nur Cahyo Andri Biyantoro
NIM: 111 14 244
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
ii
UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN PESERTA DIDIK
SMP NEGERI 3 GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
oleh:
Nur Cahyo Andri Biyantoro
NIM : 111 14 244
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
iii
iv
v
vi
vii
viii
MOTTO
سلمونا أهت مه لاذ والاا تاموتنذ ا قذ تقااته وا ذقوا اللا حا نوا ات ينا أما اا الذ يا أيه
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. ( Ali-imron:102)
ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibuku ( Siti Marwati) dan Bapakku ( Nur Utomo) yang sangat saya cintai ,
sebagai wujud baktiku padanya yang senantiyasa mencurahkan kasih
sayang dan doanya bagi penulis.
2. Saudaraku tersayang, Annisa Ulfiatillaini, Farida Ainurrohmah , Yudi
Taupek yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.
3. Bapak Dr .Fatchurrohman, S.Ag, M.Pd yang selalu membimbing dan
memotivasi penulis.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi
guna memperoleh gelar kesarjanaan pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhamad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita di dunia dan akhirat kelak.
Suatu kebanggan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan.
Penulis banyak hambatan yang menghalang dalam proses penyusunan skripsi ini,
dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri, kalaupun skripsi dapat
terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak yang telah
memberikan bantuanya, khususnya kepada
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati , M. Ag selaku Ketua Jurusan PAI FTIK IAIN Salatiga.
xi
4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S. Ag, M.Pd selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan
kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dalam penulis skripsi ini.
5. Segenap bapak dan ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan progam
studi Pendidikan Agama Islam
6. Teman seperjuangan , PAI 2014, yang selama ini berjuang bersama
7. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman ( Asri Nariswari Hanjayani,
S.Pd, Nizar Azim Mustofa, ) dan teman-teman yang tidak bisa saya sebut
satu persatu.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas jasa mereka , penulis hanya dapat memohon doa semoga amal
mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik
di dunia maupun di akhirat
Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang
membangu dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini . Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.
xii
ABSTRAK
Biyantoro Andri, Cahyo Nur. 2018. Upaya Pembinaan Keagamaan SMP Negeri 3
Getasan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2018.
Pembimbing: Dr. Fatchurrohman, S.Ag, M.Pd
Kata Kunci: Pembinaan, keagamaan
Penelitian ini merupakan upaya pembinaan keagamaan peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana upaya
pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3 Getasan, Kabupaten
Semarang, 2) Apa dampak Pembinaan Keagamaan terhadap peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang, 3) Apa masalah dan pemecahanya
dalam pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3 Getasan, Kabupaten
Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil lokasi di
sekolah SMP Negeri 3 Getasan. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan lebih dahulu memfokuskan pada
data yang penting kemudian disajikan dalam teks yang bersifat deskriptif-analitik,
dan ditarik kesimpulan dengan memaparkan secara deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) upaya pembinaan keagamaan
SMP Negeri 3 Getasan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, diantaranya:
pembinaan akhlak terhadap Allah Swt (shalat sunnah duha, shalat duhur,
pembacaan asmaul husna, doa dan dzikir), ekstra kurikuler Baca Tulis Al-Quran,
pembinaan akhlak terhadap orang tua, penanaman nilai saling menolong,
penanaman akhlak kebangsaan. Sekolah SMP Negeri 3 Getasan dalam pembinaan
keagamaan sering menggunakan metode Reward and Punishment danmetode
uswah hasanah atau keteladanan. 2) dampak pembinaan keagamaan peserta didik
SMP Negeri 3 Getasan diantaranya: Kegiatan aqidah terkait dengan hafalan Juz
ama sudah mulai efektif, Antusias jamaah shalat sunnah maupun shalat wajib,
munculnya sikap tolong menolong antar sesama, dalam hal ubudiyah Peserta
didik antusias bekerja sama dengan Rohis untuk membuat jadwal Adzan,
memimpin membaca asmaul husna dan menjadi Imam, Tambahnya Pengetahuan
agama dan Muncunya rasa tanggung jawab dalam hal kebersihan. 3) masalah dan
pemecahanyadalam pembinaan keagaman peserta didik SMP Negeri 3 Getasan
masalahnya adalah: masalah dalam ketauhitan yaitu kultur mereka kental dengan
budaya jawa yang sulit dirubah, Pola asuh yang mayoritas bukan dari orang
tuanya sendiri tapi nenek dan kakeknya, Budaya yang berbeda-beda karena
berasal dari agama kristen, budha dan islam.Sedangkan pemecahanya antara lain:
Kegiatan shalat wajib dan sunnah diteruskan dengan dzikir dan doa bersama,
membaca Asmaul husna dan diadakanya rohis, kerjasama antara peserta didik,
guru dan wali murid, diadakanya buku rekap shalat jadi guru tau siapa yang tidak
shalat, diadakan seminar radikalisme, untuk mengurangi banyaknya angka peserta
didik yang merokok dan minum-minuman keras.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN BERLOGO ................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN KESEDIAN PUBLIKASI ......................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................. vii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... . x
ABSTRAK ..................................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
E. Penegasan Istilah .......................................................................... 5
F. Metode Penelitian ........................................................................ 5
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 14
xiv
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keagamaan .................................................................................. 16
B. Pembinaan Keagamaan ............................................................... 23
C. Kajian Penelitian Yang Relevan...........................................29
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITI
A. Profil Lembaga ........................................................................... 32
B. Paparan Data .............................................................................. 40
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Bagaimana Upaya Pembinaan Keagamaan Peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan ........................................................................ 48
B. Dampak Pembinaan Keagamaan Terhadap Peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan ......................................................................... 54
C. Problem dan solusi Dalam Pembinaan Peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan ......................................................................... 56
D. Bagaimana upaya pembinaan keagamaan peserta didik SMP
Negeri 3 Gesetasan, Kabupaten Semarang ................................... 62
E. Dampak pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan, Kabupaten Semarang ..................................................... 68
F. Masalah dan pemecahan dalam pembinaan keagamaan peserta
didik SMP Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang .................... 70
xv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 76
B. Saran .......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Struktur Kurikulum SMP Negeri 3 Getasan................................. 37
Tabel 3.2 : Daftar Pengembangan diri........................................................... 38
Tabel 3.3 : Daftar Sarana dan Prasarana....................................................... 41
Tabel 3. 4 : Data Observasi Pembinaan Keagamaan...................................... 43
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Pedoman Wawancara
Lampiran 2 : Lembar Pedoman Observasi
Lampiran 3 : Lembar Dokumentasi
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 : Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 6 : Surat Sudah Melakukan Penelitian
Lampiran 7 : Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 8 : Nilai SKK Mahasiswa
Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman modern ini, pesatnya informasi yang berkembang
memegang peranan penting terhadap aktifitas hidup seseorang. Harus
diingat bahwa kebodohan bukanlah sekedar lawan dari banyaknya
pengetahuan, karena bisa saja seseorang memiliki informasi banyak tetapi
apa yang diketahuinya tidak bermanfaat baginya (Quraish
Shihab,2006:137).
Oleh karena itu, tanpa diikuti dengan kematangan intelegensi,
emosional, sosial, dan akhlak sebagai pedoman pribadi, segala informasi
akan dengan mudah diterima oleh seseorang terutama anak sebagai
kebenaran yang haqiqi. Hal ini tentu membawa dampak bagi
perkembangan intelegensi peserta didik, baik di dalam lingkungan sekolah
ataupun di lingkungan masyarakat.
Peserta didik adalah orang yang mencari ilmu di suatu lembaga
dengan tujuan agar menjadi manusia yang cerdas secara intelektual,
emosional dan spiritual. Sekolah memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembentukan ketiga hal tersebut.Akan tetapi pada kenyataannya,
dunia pendidikan yang semestinya menjadi tempat anak mengembangkan
aspek kognitif, emosional, sosial dan akhlak sekilas tampak gagal dalam
mengembangkan potensi anak. Terkadang keberhasilan prestasi siswa
2
seringkali diukur dengan nilai raport yang terkesan formalitas. Padahal
nilai rapot hanya hasil dari kecerdasan intelektual saja, sementara
kecerdasan emosional, spiritual kurang mendapat perhatian dalam nilai
rapot yang selama ini ada. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
kecerdasan spiritual, emosional dan kecerdasan sosial yang lebih
berpengaruh bagi kesuksesan seorang anak.
Berdasarkan studi pendahuluan yang di laksanakan di sekolah SMP
Negeri 3 Getasan, melalui observasi diperoleh beberapa hal mengenai
perilaku keagamaan murid yaitu, murid susah dikondisikan saat shalat baik
shalat wajib ataupun sunnah, perkataannya tidak sopan kepada guru,
seperti berbicara dengan guru sama halnya berbicara dengan temanya
sendiri minat membaca Al-Quran kurang dan kurang sadar dalam
menjaga kebersihan lingkungan.
Mengatasi hal-hal di atas SMP Negeri 3 Getasan memiliki
progaram-program keagamaan yang mendukung terbentuknyaperilaku
keagamaan peserta didik. Program-program tersebut diantaranya yaitu
ekstra kurikuler baca tulis Al-Quran, yang di pimpin oleh guru PAI,
kegiatan rutinitas shalat dhuha dilanjutkan dengan doa dan dzikir, di ikuti
oleh semua siswa, guru dan karyawan SMP Negeri 3 Getasan, dan jamaah
shalat dhuhur yang dilanjutkan dengan doa yang di pimpin oleh muridnya.
Hal ini dilakukan oleh peserta didik SMP Negeri 3 Getasan agar mereka
memiliki bekal moral keagamaan yang baik. Apabila peserta didik sudah
lemah bekal moral keagamaan pada giliranya akan melahirkan individu-
3
individu lemah moral yang kehilangan eksistensinya sebagai manusia
sejati yang selalu dilandasi oleh semangat kejujuran.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
tertarik ingin mengadakan penelitian mengenai UPAYA PEMBINAAN
KEAGAMAAN PESERTA DIDIK SMP NEGERI 3 GETASAN,
KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2017/2018.
B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang Masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat
dirumuskan beberapa masalah yang nantinya akan membantu penulis
dalam pokok bahasan yang lebih terarah baik dalam penelitian maupun
penyusunan skripsinya.
1. Bagaimana upaya pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan, Kabupaten Semarang?
2. Apa dampak Pembinaan Keagamaan terhadap peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang?
3. Apa masalah dan pemecahan dalam pembinaan keagamaanpeserta
didik SMP Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui upaya pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan, kabupaten Semarang.
4
2. Mengetahui dampak Pembinaan Keagamaan terhadap peserta didik
SMP Negeri 3 Getasan, kabupaten Semarang
3. Mengetahui masalah dan pemecahan dalam pembinaan keagamann
peserta didik SMP Negeri 3 Getasan, kabupaten Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan dapat menulis salah satu
karya ilmiah yang dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
khususnya tentang UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN
PESERTA DIDIK SMP NEGERI 3 GETASAN, KABUPATEN
SEMARANG TAHUN AJARAN 2017/2018.
b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang dampak shalat duha terhadap kecerdasan Spiritual.
2. Secara Praktis
a. Bagi Penulis
Untuk mengetahui Upaya Pembinaan Keagamaan Peserta didik
SMP Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran
2017/2018.
b. Bagi Peserta didik
Agar peserta didik memiliki hati akhlak yang baik, tawadhu
terhadap guru dan orang tua. Bisa memaknai hidup dengan baik
dan mampu menyayangi dan menghargai yang lebih tua. Serta
peserta didik lebih mudah untuk dibina dan diarahkan.
5
c. Bagi SMP Negeri 3 Getasan
Agar bisa menerapkan visi, misi dan tata tertib yang sudah di
sepakati bersama dan membina Peserta didik secara baik dan
benar.
E. Penegasan Istilah
Penegasan istilah ini dimaksudkan untuk memperjelas dan
mempertegas kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul
penelitian UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN PESERTA DIDIK
SMP NEGERI 3 GETASAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN
AJARAN 2017/2018. Istilah-istilah tersebut meliputi:
1. Upaya
Kegiatan dengan menggerakan badan, tenaga dan pikiran untuk
mencapai suatu tujuan pekerjaan (pekerjaan, prakarsa, ikhtiar daya
upaya) untuk mencapai sesuatu ( Daradjad, 1980: 35).
2. Pembinaaan Keagamaan
Suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
pengalaman atau pelaksanaan ajaran agama Islam agar mencapai
kesempurnaan.
F. Metode Penelitian
Penelitian adalah cara kerja yang digunakan dalam melakukan
suatu penelitian (Fathoni, 2011: 99).
Jadi metode merupakan cara untuk menemukan, menguji dan
mengembangkan suatu kebenaran. penelitian merupakan pemikiran yang
6
luar biasa akan tetapi tetap sistematis dalam memecahkan masalah karena
dalam penelitian untuk menguji kebenarannya dengan menggunakan data-
data yang valid (Kasiram, 2008: 36).
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, penelitian ini termasuk
penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di SMP Negeri 3
Getasan, Kabupaten Semarang. Penelitian Lapangan adalah suatu
penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian, suatu
tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala obyektif
yang terjadi di lokasi tersebut (Fathoni, 2011: 96).
Penelitian yang akan dilakukan bersifat kualitatif. Menurut
Muhimmatun Khasanah(2015: 33), Penelitian kualitatif dapat
membantu peneliti untuk memperoleh jawaban atas suatu gejala, fakta,
dan realita yang dihadapi, sekaligus memberikan pemahaman dan
pengertian baru atas masalah tersebut sesudah menganalisis data yang
ada .
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian
ini tidak mengadakan manipulasi atau perubahan pada variabel-
variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
7
Penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka
(Sukmadinata, 2006: 5).
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
deskriptif, karena penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau
perubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu
kondisi apa adanya. Kondisi bisa di teliti melalui guru, kepala sekolah
dan peserta didik atau melaui data-data, untuk mengetahui upaya
pembinaan keagamaan peserta didik sehingga akan ditemukan kendala
dalam pembinaan tersebut.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lembaga pendidikan, yaitu SMP Negeri
3 Getasan, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Alasan penulis memilih lokasi ini karena SMP Negeri 3 Getasan
memiliki peserta didik yang moralnya kurang baik di karenakan
pergaulan.
3. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.
a. Sumber data primer
Sumber data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti
dengan maksud khusus untuk menyelesaikan permasalahan yang
sedang ditanganinya. Data di kumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung dari sumber pertama atau tempat objek peneliti yang
dilakukan.
8
Sumber data primer ini di peroleh dari informan. Informan
utama dalam penelitian ini adalah Guru Agama dan murid.
Adapun objek penelitian ini adalah tentang upaya pembinaan
keagamaan siswa SMP Negeri 3 Getasan.
b. Sumber Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan
dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat
pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan
data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan
pengamatan.
Berkaitan dengan sumber data sekunder, penulis akan
mencari dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan judul
penelitian seperti: Sejarah SMP Negeri 3 Getasan, visi dan misi
SMP Negeri 3 Getasan, Daftar hadir Shalat Wajib, Dhuha dan
ekstra kurikuler baca tulis alquran.
4. Prosedur Pengumpulan Data dan Instrumen
Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data
penelitian (Suwartono, 2014: 41).
Untuk mengetahui data-data di lapangan, maka digunakanlah
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan
dokumentasi.
9
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses
tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan
datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh
yang diwawancara. Orang yang mengajukan pertanyaan dalam
proses wawancara disebut pewawancara (interview) dan yang
memberikan wawanca disebut interviewe(Fathoni, 2005: 105).
Dalam hal ini, peneliti mewawancarai Guru PAI untuk data
yang berhubungan dengan profil SMP Negeri 3 Getasan, apa upaya
pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3 Getasan.
b. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan
secara langsung terhadap obyek penelitian. Jenis observasi dalam
penelitian ini adalah observasi pasif, yaitu peneliti tidak ikut
terlibat dalam kegiatan akan tetapi hanya mengamati.
Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi nonpartisipan.
Pada metode observasi penulis mencari data dan mencatat hal-hal
yang penting dan yang diperlukan, seperti: suasana pembiasaan
shalat duha, dan kegiatan keagamaan lainya.
Dalam hal ini peneliti memperoleh data-data melalui observasi,
dalam Upaya Pembinaan Keagamaan peserta didik:
1) Pelaksanaan shalat dhuha dan shalat duhur.
2) Suasana sebelum shalat dhuha dan shalat duhur.
10
3) Ekstra Kurikuler Baca Tulis Alquran
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bukti-bukti (gambar, suara, tulisan)
terhadap segala hal baik obyek atau segala sesuatu yang sedang
terjadi. Metode ini akan digunakan peneliti sebagai pedoman
untuk mencari data mengenai beberapa hal, baik berupa catatan
dan gambaran umum SMP Negeri 3 Getasan Kabupaten
Semarang. Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap
dalam memperoleh data.
Dalam hal ini dokumentasi dapat penulis kelompokkan sebagai
berikut:
1) Sejarah SMP Negeri 3 Getasan Kabupaten Semarang.
2) Visi dan Misi SMP Negeri 3 Getasan Kabupaten Semarang.
3) Daftar hadir shalat duha SMP Negeri 3 Getasan Kabupaten
Semarang.
4) Data-data yang menunjang dalam penelitian ini.
5. Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data
modelMiles dan Hubermen yang dikutip oleh Khasanah (2015: 37).
Dalam analisis data ini meliputi tiga aktivitas, yaitu
a. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
11
polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Melalui penyajian tersebut, maka data
terorganisasikan, terrsusun dalam pola hubungan, sehingga
semakin mudah dipahami. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan penyajian data dalam bentuk tabel dan naratif.
c. Penarikan kesimpulan
Setelah data disajikan, langkah berikutnya adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data. Maka
kesimpulan bersifat kredibel. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan data adalah
teknik triangulasi. Tehnik yang menggabungkan data dan sumber data
yang telah ada. Triangulasi merupakan pengumpulan dan pengecekan
12
data menggunakan perspektif berlainan. Misalnya, menggabungkan
catatan lapangan hasil pengamatan dan naskah hasil wawancara.
Dalam penelitian ini tehnik triangulasi akan digunakan pada
sumber-sumber yang diasumsikan banyak informasi yang akan
didapat. Triangulasi yang akan digunakan adalah triangulasi teknik.
Triangulasi teknik dilakukan dengan memakai beberapa metode
penelitian dalam menggali data sejenis, misalnya wawancara,
observasi, dan angket (Khasanah, 2015: 37-38).
Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi yang digunakan, yaitu triangulasi teknik dan
triangulasi sumber.
a. Triangulasi teknik adalah cara yang digunakan untuk mengecek
kebenaran data yang dilakukan dengan cara wawancara, kemudian
hasil wawancara bisa di cross check dengan bukti data-data
ataupun observasi. Wawancara tersebut antara lain, Bagaimana
Upaya Pembinaan Keagamaan Peserta Didik SMP Negeri 3
Getasan Kabupaten Semarang?
b. Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan sumber yang berbeda. Sumber yang dimaksud adalah Guru
PAI dengan pertayaan yang sama yaitu, apa dampak pembinaan
keagamaan peserta didik.
13
7. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap pra-lapangan
Dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah menyusun
rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus
perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan
memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan
penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan
menjaga kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat
melakukan penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya
peneliti berbaur menjadi satu dan menjaga keakraban dengan
subyek. Selain itu peneliti juga harus berbahasa yang baik dan jelas
agar dalam mencari informasi subyek mudah menjawabnya.
Sambil berperan serta, peneliti juga mencatat data yang diperlukan.
c. Tahap analisis data
Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2011: 103),
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam hal ini
peneliti mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan
kode, dan mengkategorikannya.
14
G. Sistematika Penulisan
Sistematika di sini adalah , gambaran umum tentang skripsi ini.
Skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan
bagian akhir. Bagian awal bersikap sampul , lembar berlogo,judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar lampiran, adapun bagian inti berisi tentang pendahuluan
sampai dengan penutup; dan pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka,
lampiran-lampiran, riwayat hidup penulis. Adapun sistematikanya adalah
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, manfaat penelitian, Penegasan Istilah, Metode
Penelitian, yang meliputi: (a). pendekatan dan jenis penelitian (b).
kehadiran peneliti (c). Lokasi penelitian (d). Sumber data (e). Prosedur
pengumpulan data (f). Analis data (g). pengecakan keabsahan data (h).
Tahap-tahap penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Landasan Teori
Pada bab ini berisi tentang pengertian upaya Pembinan keagamaan, ayat-
ayat Al-Quran yang berkaitan dengan akhlak mahmudah, indikator
keagamaan. kegamaan menurut para tokoh.
BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
Pada bagian ini berisi tentang:
15
A. Sejarah berdirinya SMP Negeri 3 Getasan, dasar dan tujuan,
letak geografis, visi dan misi, sumber pemasukan data,
Struktur organisasi guru dan karyawan, sistem pendidikan,
kelembagaan, sarana dan prasarana.
B. Data Hasil wawancara, meliputi data tentang Apa Upaya
pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3 Getasan,
dampak pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan dan apa masalah dan pemecahan pembinaan
keagamaan peserta didik SMP Negeri 3 Getasan.
BAB IV : Pembahasan
Pada bagian ini berisi tentang, keadaan SMP Negeri 3
Getasan,Bagaimana Upaya pembinaan keagamaan peserta
didik SMP Negeri 3 Getasan, Apa dampak pembinaan
keagamaan peserta didik SMP Negeri 3 Getasan dan apa
masalah dan pemecahan pembinaan keagamaan peserta didik
SMP Negeri 3 Getasan.
BAB V : Kesimpulan, saran dan penutup.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KEAGAMAAN
1. Pengertian Keagamaan
Istilah keagamaan itu berasal dari kata “Agama” yang mendapat
awalan “ke” dan akhiran “an” sehingga menjadi keagamaan. Kaitannya
dengan hal ini W.J.S. Poerwardarminta (1986:18) memberikan arti
keagamaan sebagai berikut : keagamaan adalah sifat-sifat yang
terdapat dalam agama atau segala sesuatu yang mengenai agama,
misalnya perasaan keagamaan, atau soal-soal keagamaan. Adapun
secara istilah Arifin (1985:69) memberi pengertian agama dapat dilihat
dari dua aspek yaitu: aspek subyektif dan aspek objektif.
Aspek subyektif agama mengandung pengertian tingkah laku
manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang berupa getaran
batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut
kepada pola hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan pola
hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Sedangkan aspek
objektif agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai ajaran
Tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan sesuai dengan
kehendak ajaran tersebut.
Dalam buku Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam karangan Abu
Ahmadi (1991: 4) menjelaskan Agama adalah risalah yang
17
disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan
hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan mausia dalam
menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur
hubungan dengan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat
serta alam sekitarnya.
Menurut Arifin (1987: 4) Agama secara definitif selain
mengandung hubungan dengan Tuhan juga hubungan dengan
masyarakat di dalam mana terdapat peraturan –peraturan yang menjadi
pedoman bagaimana seharusnya hubungan tersebut dilakukan dalam
rangka mencapai kebahagiaan hidup baik dunia maupun akhirat.
Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhamad Saw,
untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung
ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan
ibadah dan mu’amalah (syariah), yang mentukan proses berpikir,
merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati. Agama Islam
mengandung tiga unsur yaitu: Iman ( Keyakinan kepada Allah,
Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Akhir, Qada dan Qadhar),
Islam (Penyerahan diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah SWT) dan
Ikhsan(Berakhlak serta melaksankan ibadat kepada Allah dan
bermuamalah dengan sesama makhluk dengan penuh keikhlasan
seakan-akan disaksikan oleh Allah, meskipun dia tidak dilihat oleh
Allah ) (Ahmadi, 1991:4).
18
Jadi dalam hal ini keagamaan adalah segala sesuatu yang berisi
tentang ajaran-ajaran yang diperintahkan didalam agama yang menjadi
pedoman agar mencapai kebahagiaan hidup baik dunia maupun
akhirat.
2. Dimensi Keagamaan
Islam sebagai Agama bisa dilihat dari berbagai dimensi sebagai
keyakinan, ajaran dan sebagai aturan. Ajaran islam bersifat totalitas
dan saling melengkapi dalam perkataan lain bahwa kita mengamalkan
ajaran islam termasuk dimensi-dimensinya.
Menurut Hasan al-bana dalam buku dimensi-dimensi pendidikan
Islam, menjelaskan bahwa dimensi keagamaan yaitu:
a. Dimensi Aqidah
mencakup hubungan manusia dengan rukun iman yaitu iman
kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rosul, hari akir , Qodho
dan Qodhar. inti dari dimensi aqidah dalam ajaran islam adalah
tauhid atau mengesakan dan ketakwaan kepada Allah.
b. Dimensi Ibadah
Menyangkut frekuensi intensitas pelaksanaan ibadah yang telah
ditetapkan misalnya shalat, zakat, haji, dan puasa.
c. Dimensi Amal
Dimensi amal menyangkut tingkah laku dalam kehidupan
bermasyarakat, misalya menolong orang lain, membela orang
lemah, bekerja dan sebagainya
19
d. Dimensi Ihsan
Menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran
Tuhan, takut melanggar larangan dan lain-lain.
e. Dimensi Ilmu
Dimensi ilmu menyangkut pengetahuan seseorang tentang
ajaram-ajaran agama .
3. Tujuan Pendidikan Keagamaan
Setiap orang islam pada pada hakikatnya adalah insan agama yang
bercita-cita, berpikir, beramal untuk hidup akhiratnya, berdasarkan atas
petunjuk dari wahyu Allah melalui Rasulullah. Kecenderungan hidup
keagamaan ini merupakan ruhnya agama yang benar berkembangnya
dipimpin oleh ajaran Islam yang murni. Bersumber pada kitab suci
yang menjelaskan serta menerangkan tentang perkara benar (haq),
tentang tugas kewajiban manusia untuk mengikuti yang benar itu.
Menjadi yang batil dan sesat atau mungkar yang kesemuanya telah
diwujudkan dalam syariat agama yang berdasarkan nilai-nilai mutlak
dan normanya telah ditetapkan oleh Allah yang tak berubah-ubah
menurut selera nafsu manusia. Oleh karena itu tujuan pendidikan islam
penuh dengan nilai rohaniah islami dan berorientasi kepada
kebahagiaan hidup di akhirat. Tujuan itu difokuskan pada
pembentukan pribadi muslim yang sanggup melaksanakan syariat
Islam melalui proses pendidikan spritual menuju makrifat kepada
20
Allah. Oleh karena itu ayat al-quran yang dijadikan tumpuan cita-cita
hidupnya adalah QS. Al A’laa: 14-17.
أ ي وا ة خا . والخرا نا يااةا الده ال تؤثرونا الحا ل.ا ب ه فاصا ب كارا اسا را ذا . وا كذ ن تازا .بقاىقاد أفلاحا ما
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
membersihkan dirinya ( dengan beriman), dan dia ingat nama tuhannya
lalu dia bersembahyang, tetapi kamu (orang-orang kafir) memilihi
kehidupan duniawi, sedang kehidupan akhirat lebih baik dan lebih
kekal.
Menurut Ahmad (1985: 20) tujuan pendidikan Agama adalah
sebagai berikut:
a. Membina murid-murid untuk beriman kepada Allah mencintai,
mentaati-Nya dan bekepribadian mulia. Karena anak didik
terutama pada tingkat dasar akan memiliki akhlak mulia melalui
pengalaman, sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang akan membina
kepribadiannya pada masa depan. Oleh karena itu bidang studi
pendidikan Agama merupakan soko guru yang paling potensial
dalam membina generasi muda yang baik dan jiwanya diisi
dengan cinta kebaikan untuk diri dan masyarakat kelak.
b. Memperkenalkan hukum-hukum agama dan cara-cara
menunaikan ibadah serta membiasakan mereka senang
melakukan syiar-syiar agama dan mentaatinya.
c. Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan
memperkenalkan adab sopan santun Islam serta membimbing
kecenderungan mereka untuk mengembangkan pengetahuan
21
sampai mereka terbiasa bersikap patuh menjalankan ajaran
agama atas dasar cinta dan senang hati.
d. Membiasakan siswa bersopan santun di rumah, sekolah dan di
jalan. Sopan santun berkunjung, berbicara, mendengar
pembicaraan orang, berdiskusi dan pertemuan umum lainya.
e. Siswa mengetahui bahwa agama Islam adalah agama ketertiban,
persudaraan dan kesejahteraan buat seluruh bangsa walau
berbeda keyakinan, warna kulit maupun tanah air.
Jadi dalam menciptakan suasana sekolah yang bernuansa
islam dan semangat keagamaan, agar menciptakan peserta didik
yang berakhlak mulia yang harus ditempuh salah satunya adalah
terlebih dahulu mengetahui dan melakukan tujuan dari
pendidikan agama itu sendiri, dengan demikian apabila peserta
didik berpegang teguh pada agama akan melahirkan
kesejahteraan dan kebahagiaan individu dan masyarakat dengan
kehidupan yang terhormat.
4. Manfaat Keagamaan
Agama mempunyai manfaat terutama bagi pemeluk-pemeluknya,
antara lain:
a. Dapat mendidik manusia menjadi tenteram, sabar, tawakkal dan
sebagainya. Lebih-lebih ketika dia ditimpa kesusahan dan
kesulitan.
22
b. Dapat memberi modal kepada Manusia, untuk menjadi manusia
yang berjiwa besar, kuat dan tidak mudah di tundukan oleh
siapapun.
c. Dapat mendidik manusia berani menegakkan kebenaran dan
takut untuk melakukan kesalahan
d. Dapat memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka
tumbuh sifat-sifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat
menghormati dan sebagainya. Agama melarang orang untuk tidak
sombong, congkak, riya dan sebagainya (Salimi, 1991: 11).
Dari penjelasan di atas penulis akan mengambil tiga dari manfaat
agama itu sendiri, antara lain:
a) Dapat mendidik manusia menjadi tentram, mempunyai sifat
sabar dan tawakal. Karena agama sebagai sumber sistem nilai,
merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia
untuk menuju pada keridhaan Allah SWT (Akhlak).
b) Dapat mendidik manusia berani menegakkan kebenaran dan
takut untuk melakukan kesalahan. Manusia pada dasarnya
memanglah makhluk yang religius, yang sangat cenderung
kepada hidup beragama itu adalah panggilan hati nuraninya.
Dengan sifat religiusnya manusia dapat mengenal siapa Tuhan-
Nya, sebagaimana yang dikatakan dalam hadist “ Barangsiapa
telah mengenali dirinya, niscaya ia mengenal Tuhannya”.
23
c) Dapat memberi modal kepada Manusia, untuk menjadi manusia
yang berjiwa besar, karena agama memerintahkan untuk
mempunyai sifat ikhtiar, sabar dan tawakal dalam menjalankan
hidup.
B. Pembinaan Keagamaan
Dalam menciptakan suasana sekolah yang religius dan
menghasilkan peserta didik mempunyai akhlak mulia dan taat pada agama,
usaha yang ditempuh dalam sekolah yaitu melakukan pembinaan
keagamaan. Pembinaan adalah tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih
baik. Sedangkan pengertian pembinaan menurut istilah adalah suatu usaha
yang dilakukan secara sadar, teratur dan terara, serta bertanggung jawab
untuk mengembangkan kepribadian dengan segala aspeknya (Koiriyah,
2008: 16).
Jadi pembinaan di sini dimaksud adalah suatu tindakan yang
dilakukan terhadap sesuatu agar sesuatu itu menjadi lebih baik. Adapun
syarat dari pembinaan itu sendiri adalah bertahap dan
berkesinambungan.Bertahap maksudnya adalah pembinaan yang
dilakukan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, serta
kesinambungan adalah terus-menerus, yaitu bahwa pembinaan itu harus
dilakukan tanpa henti oleh guru, orang tua maupun masyarakat
(Poewodarminto, 1991: 1410).
24
Pembinaan keagamaan merupakan tumpuan perhatian utama dalam
islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhamad
Saw yaitu di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatian
Islam dalam pembinaan keagamaan dapat di analisis dalam muatan akhlak
yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam (Nata, 2013:136).
Ajaran Islam tentang keimanan sangat berkaitan erat dengan
mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terpuji.Serangkaian
amal shalaih dan perbuatan terpuji adalah sebagai berikut :
a. Membaca Al-Quran
Membaca Al-Quran adalah salah satu serangkaian amal shalih.
Menurut para ahli Ushul fukaha Al-Quran adalah kalam mu’jizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW yang tertulis dalam mushaf,
dinukilkan dari Nabi secara mutawatir dan membacanya ibadat
(Ahmad, 1985: 73).
Al-Quran adalah kitab suci yang di dalamnya terkandung
kebenaran sejati, tidak mengandung kebatilan sedikitpun. Al-Quran
adalah petunjuk kepada jalan yang lurus, dan sebagai pembimbing
seluruh umat manusia dalam mengarungi perjalanan panjang dan terjal
kehidupan ini. Dengan berpegang pada Al-Quran maka hidup akan
selamat, selamat di dunia dan selamat di akhirat (Muhibudin, 2015:158-
159).
Kedudukan Al-Quran sangatlah tinggi bagi seorang muslim.
Darinya terpancar banyak sekali keutamaan dan keberkahan. Oleh
25
karenanya Allah memerintahkan hamba-hambanya untuk senantiasa
membaca Al-Quran.
ا زشقىاهم سسا وعلويت لة وأوفقوا مم وأقاموا الص إن الريه يخلون كخاب الل
يسجون حجازة له حبوز
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab
Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-
terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi
(Qs. Fathir: 29-30).
Dalam ayat di atas, di terangkan anjuran dari Allah untuk
senantiasa membaca kitabnya, yaitu Al-Quran. Orang-orang yang mau
melakukanya, sejatinya mereka sedang melakukan perniagaan dengan
allah, dan perniagaan tersebut adalah perniagaan yang menguntungkan.
b. Shalat berjamaah
Shalat berjamaah adalah media untuk mengetahui keadaan jamaah
masyarakat secara umum, sementara orang yang selalu meninggalkan
shalat berjamaah akan menjalankan shalat dengan berat dan sulit
menunaikan pada waktunya. Rasulullah Saw menjelaskan tentang
keutamaan shalat jamaah.
1) Shalat berjamaah dapat menumbuhkan jalinan kasih sayang sesama
manusia, sebab saling bertemu dengan manusia dan saling berjabat
tangan akan melahirkan kasih sayang dan saling mencintai.
2) Shalat berjamaah menumbuhkan rasa persamaan sesama manusia.
26
3) Shalat berjamaah menjadi media untuk bertaaruf (saling
mengenal).
Selain itu shalat (Khususnya jika dilaksanakan berjama’ah)
menghasilkan serangkaian perbuatan seperti kesahajaan, imam dan
ma’mum sama-sama berada dalam satu tempat , tidak saling berebut
untuk jadi imam, jika imam batal dengan rela untuk digantikan yang
lainya, selesai shalat saling berjabat tangan, dan seterusnya. Semua ini
mengandung ajaran akhlak (Al-Ghazali, 1993: 12).
c. Shalat sunah dhuha
Shalat dhuha adalah satu dari sunnah Rasulullah Saw, yang amat
dianjurkan. Shalat duha merupakan bentuk ketakwaan seseorang
kepada Allah SWT. Sebelum memulai aktivitas sehari-hari, orang
yang menunaikan shalat dhuha menunjukan bahwa ia memulai
harinya dengan berserah diri atas segala urusan kepada Allah. Dalam
hal ini keutamaan yang didapat seseorang bila melakukan shalat
dhuha dengan istiqamah akan mendapatkan pengampunan dari
Allah, dicukupkan rizkinya dan menjadi pembuka pintu rezeki dan
penolak kemiskinan (Mahfani, 2008:136).
d. Doa dan Dzikir-dzikir
Mengingat Allah atau dzikrullah merupakan wahana yang dapat
memberikan kemampuan dan ketrampilan untuk mengatur dan
mengendalikan emosi dengan baik, menjadikan kita tidak gegabah
dalam bertindak dan mengambil keputusan. Inilah oleh para psikolog
27
disebut sebagai orang yang cerdas secara emosional. Mengingat Allah
juga akan mengantarkan kita untuk memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang esensi dan hakekat diri sendiri. Karena berdzikir
dapat membantu kita untuk bisa mengenali diri sendiri, maka dzikir
juga dapat membantu kita untuk lebih mengenal Allah.
Dengan adanya pembinaan keagamaan yang dilakukan sekolah
kepada peserta didik, sekolah akan menghasilkan manusia-manusia yang
mempunyai aqidah yang baik dan mempunyai pengetahuan agama yang
baik (Ahmad, 1985:246).
Menurut Fathurrohman (2015: 52) pembinaan nilai-nilai keagamaan
(Religius) di dalam sekolah dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara
lain melalui kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas, kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas, serta tradisi dan
perilaku warga lembaga pendidikan secara kontinyu dan konsisten,
sehingga tercapai religious culture dalam lingkungan pendidikan Islam.
Dalam hal ini pembinaan yang dilakukan melalui kebijakan pimpinan
sekolah adalah kebijakan tersebut bersifat tradisi keagamaan yang berisi
nilai-nilai agama, tradisi tersebut harus diikuti oleh semua lapisan dalam
sekolah dengan tujuan agar tertanam budaya religius. Budaya religius akan
berjalan dengan kondusif dan continue tidak terlepas dari kegiatan
rutinitas seperti pelaksanaan shalat duhur ataupun bisa melalui kegiatan
ekstrakurikuler dengan tujuan kegiatan tersebut sebagai pendukung dari
kegiatan wajib, yang ke dua adalah Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
28
di kelas didasarkan dengan suasana yang membangun suasana hati hal
tersebut dapat dilakukan dengan membaca as-maul husna, membaca juz
amma dan lain-lain.
Jadi dalam hal ini sekolah akan tercipta religious culture dilakukan
dengan hal-hal yang sudah disebutkan di atas dan diikuti oleh semua
lapisan yang ada di sekolah tidak hanya murid dan guru.
Dalam buku Budaya Religius Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
karangan Muhammad Fathurrohman (2015: 108-111) menjelaskan
pembinaan keagamaan dalam pendidikan di pengaruhi oleh suasana
Religius yang disertai penanaman nilai-nilai religius secara istiqomah.
Kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan keagamaan di lingkungan
lembaga pendidikan antara lain:
a. Melakukan kegiatan rutin, yaitu pengembangan kebudayaan
religius secara rutin berlangsung pada hari-hari belajar biasa di
lembaga pendidikan.
b. Menciptakan lingkungan lembaga pendidikan yang mendukung
menjadi laboratorium bagi penyampaian pendidikan agama.
Suasana lingkungan lembaga pendidikan dapat menumbuhkan
sikap keagamaan, karena suasana lingkungan lembaga ini dapat
membimbing peserta didik agar mempunyai akhlak mulia,
perilaku jujur, disiplin dan semangat sehingga akhirnya menjadi
dasar untuk meningkatkan kualitas dirinya.
29
c. Pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal oleh
guru agama dengan materi pelajaran agama dalam suatu proses
pembelajara, namun dapat pula di luar proses pembelajaran.
Dari ke tiga penjelasan di atas mengenai pembinaan keagamaan
yang di lakukan di pendidikan formal, penulis mengambil kesimpulan
yaitu pembinaan keagamaan dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar
di dalam kelas, ekstrakurikuler, suasana religius yang ada di sekolah
karena suasana lingkungan lembaga ini dapat membimbing peserta didik
agar mempunyai akhlak mulia, perilaku jujur, disiplin dan semangat
sehingga akhirnya menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas dirinya dan
yang terahir adalah melakukan kegiatan rutin di sekolah, seperti shalat
dhuhur berjamaah, shalat dhuha dan dilanjutkan dengan doa dan dzikir dan
membiasakan siswa untuk mempunyai sopan santun yang dicontohkan
oleh gurunya.
C. Kajian penelitan yang relevan
Peneliti yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Skripsi Siti Khoiriyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2016, yang
berjudul Upaya Madrasah Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di Mts N
Banyusoco Playen Gunungkidul Yogyakarta, menyimpulkan bahwa
pembinaan yang dilakukan adalah melaksanakan progam sasaran
mutu, kerohanian islam (Rohis), pengajian di dalam kelas, mentoring.
Faktor penghambat respon siswa yang berbeda-beda dalam memahami
30
kebijakan sekolah, terbenturnya jadwal kegiyatan, faktor keluarga.
Sedangkan Faktor pendukungnya adalah adanya kesamaan visi dan
misi serta kerjasama yang baik dan ketegasan antara personil sekolah,
adanya teladan yang dicontohkan.
2. Skripsi Yunita Latifah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan
Indonesia, Tahun 2015, yang berjudul Pembinaan Keagamaan Siswa
SMP di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung, menyimpulkan
bahwapembinaan yang dilakukan adalah melakukan tiga progam yaitu
progam tahfidz, kajian islam dan mufrodat. Dalam pelaksanaan ketiga
progam kerja tersebut dilakukan di luar jam sekolah yakni di pagi hari
dan sore setelah melaksanakan kegiatan sekolah
3. Skripsi Asri Nariswari Hanjayani, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Salatiga, Tahun 2017, yang
berjudul Upaya Pembinaan Kecerdasan Spiritual Santri Pondok
Pesantren As-salafiyah Nurul Yaqiin , Kecamatan Karanganyar,
Kabupaten Karanganyar, menyimpulkan bahwa Pembinaan yang
dilakukan adalah lebih memfokuskan pada kegiatan yang membentuk
kecerdasan spiritual santri, antara lain: Membaca Al-quran,
melanggengkan wudhu, puasa senin kamis, mujahadah dengan dzikir
qalbun salim. Sedangkan faktor yang menghambatnya adalah
perbedaan persepsi santri yang berasal dari latar belakang yang
berbeda, dan kurang faham akan manfaat kegitan tersebut. Sedangkan
31
solusi yang diberikan adalahmelakukan pendekatan persuasif dan
bekerjasama dengan santri.
Dari ke tiga penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan
dengan yang diteli. Persamaan yang di teliti adalah upaya dalam
pembinaan Keagamaan yaitu dalam ke tiga penelitian di atas
mempunyai kegiatan yang dilakukan diantaranya: membaca Al-Quran,
Shalat sunnah, shalat wajib, Nilai pendidikan akhlak dan tauhid.
Sedangkan perbedaan dengan peneliti adalah faktor penghambat
atau problem yang dihadapi. Dari ketiga penelitian di atas
menyebutkan bahwa problem di antaranya adalah pihak madrasah
tidak memantau kegiatan sehari-hari selama di rumah, respon siswa
yang berbeda-beda, sedangkan peneliti mempunyai problem yang
berbeda diantaranya adalah kurang sadar siswa akan keutamaan dari
ekstrakurikuler terutama ektrakurikuler BTA (Baca Tulis Al-Quran)
dan kurangnya pemahaman akan keagamaan.
32
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITI
A. Profil Lembaga
1. Sejarah Singkat SMP Negeri 3 Getasan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Getasan Kabupaten
Semarang berdiri pada tahun 1996. Bulan Januari 1997 mulai
membangun gedung sekolah di daerah Wates, dusun Salaran, Kecamatan
Getasan. Pada bulan Juli tahun 1997 gedung tersebut selesai dibangun
dan mulai digunakan untuk kegiatan pembelajaran dengan jumlah siswa
lebih dari seratus siswa.
Awal berdirinya SMP Negeri 3 Getasan Kabupaten Semarang
Jawa Tengah menjadi satu dengan SMP Negeri 1 Getasan Jawa Tengah
yang terletak di desa Jampelan, kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang. Kepala sekolah yang pertama di SMP N 3 Getasan kabupaten
Semarang adalah bapak Drs. Salimin. Tahun pertama berdirinya SMP
Negeri 3 Getasan belum berstatus sekolah Negeri, baru pada tahun 1998
turun surat keputusan (SK) penegrian SMP Negeri 3 Getasan Kabupaten
Jawa Tengah.
Seiring dengan perkembangan SMP Negeri 3 getasan jumlah
tenaga edukatif semakin banyak. SMP Negeri 3 Getasan sudah berumur
19 tahun dan sudah mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 6
kali.
33
1. Drs. Salimin (1996 – 1998)
2. Drs. Lilik Kusmedi M. Pd (1998– 2002)
3. Prihandono, S. Pd (2002– 2004)
4. Drs. H. Syarifudin, M. Pd (2004– 2009)
5. Drs. Heri Muryanto, M. Pd (2009– 2013)
6. Drs. Joko Purwanto (2013– Sekarang)
2. Letak Geografis Dan Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMP NEGERI 3 GETASAN
NPSN :20320282
No. Telp. / HP : (0298) 318142
Email : [email protected]
Alamat : Jl. Kalipancur, RT/RW 6/3, Dsn.
Kedayon, RT/RW 6/3
Dusun : Kedayon
Desa/Kelurahan : Wates
Kecamatan : Getasan
Kabupaten : Semarang
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 50774
34
Koordinat : Longitude : -7.3714 Latitude :
110.4252
NamaYayasan (bagi swasta): --
Nama Kepala Sekolah :Drs. Joko Purwanto
No. Telp/Hp :085743641594
Kategori Sekolah :Rintisan
Tahun Beroperasi :1996
Kepemilikan Tanah/Bangunan:Milik Pemerintah
Luas Tanah / Status : 6.100 m2 / Hak Pakai
Luas Bangunan : 2.069,6 m2
3. Visi, Misi, Tujuan Sekolah dan Rencana Strategi
a. Visi
Visi Sekolah : Beriman, Berilmu, dan Berbudi Pekerti Luhur
Dengan indikator sebagai berikut :
1) Memiliki kelompok pendalaman iman bagi siswa yang beragama
Islam, Kristen dan Buddha
2) Berhasil masuk rangking 10 besar se – Kabupaten Semarang
dalam perolehan nilai Ujian Akhir Nasional bagi kelas IX,
maupun Nilai Ulangan Umum Murni bagi kelas VII dan kelas
VIII
3) Memiliki regu olah raga yan handal
4) Memiliki kelompok seni karawitan yang unggul
35
b. Misi
1) Mengkondisikan pembinaan Intaq secara terus menerus dan
berkeseimbangan
2) Melaksanakan pembelajaran secara efektif, sehingga setiap
siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potesi
yang dimiliki
3) Menyediakan sarana dan parasarana olah raga guna
penyelenggaraan dan pembinaan olah raga secara terencana
dan berkesinambungan
4) Melaksanakan bimbingan secara efektif dan
berkesinambungan agar siswa memiliki sikap dan budi
pekerti yang luhur
5) Menyediakan sarana dan prasarana guna penyelenggaraan
pembinaan seni suara yang unggul
c. Tujuan Sekolah
Bedasarkan visi misi tersebut, sekolah menetapkan tujuan
sampai dengan tahun pelajaran 2017/2018 sebagai berikut :
1) Rata – rata Nilai Ujian Nasional kelas IX mencapai 6,0 dan
rata – rata Nilai Ulangan Umum kelas VII dan kelas VIII
mencapai 6,25;
2) Berhasil masuk rangking 10 besar tingkat Kabupaten
3) Memiliki kelompok baca tulis Al Qur’an yang bermutu
sehingga mampu berkiprah minimal di tingkat Kabupaten
36
4) Memiliki kelompok pendalaman kitab suci agama Kristen
yang bermutu, sehingga mampu mengisi kegiatan
keagamaani sekolah.
5) Memiliki kelompok pendalaman kitab suci agama Buddha
yang bermutu, sehingga mampu mengisi kegiatan
keagamaan di sekolah
6) Memiliki team olah raga yang handal sehinga mampu
menjadi finalis di tingkat Kabupaten
d. Rencana Strategi
Rencana strategi yang ingin dicapai sekolah untuk kurun
waktu 5 (lima) tahun mendatang antara lain :
1) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan untuk
menunjang kegiatan akademis dan kegiatan non akademis
2) Penambahan ruang pendidikan yang belum ada, antara lain
Ruang Laboratorium, ruang serba guna dan Ruang kelas
3) Dengan adanya peningkatan sarana prasarana di atas
diharapkan mutu pendidikan dapat meningkat
4) Terciptanya lingkungan pendidikan yang kondusif, sejuk,
nyaman, indah dan aman (konsep iman)
5) Menjadi sekolah yang mampu berbicara di tingkat kabupaten
(minimal) di bidang akademis maupun non akademis
6) Terpenuhinya jumlah tenaga guru sesuai dengan
kewenangannya mengajarnya
37
e. Administrasi Sekolah
Dari hasil peneliti tersebut kami memperoleh berbagai data
atau komponen-komponen yang ada pada SMP N 3 Getasan,
meliputi:
1) Daftar Nama Guru dan Mata Pelajaran SMP Negeri 3
Getasan(terlampir)
2) Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Kerjasama Sekolah
dengan DU/DI, Data Siswa.
1. Guru
a. Guru Tetap : 18 orang
b. Guru Tidak Tetap : 2 orang
2. Tata Usaha
a. Pelaksana tetap : 3 orang, tidak tetap ; 4 orang
b. Pemb. Pelaks. Tetap : 1 orang, tidak tetap : 2 orang
a. Kurikulum
Tabel Struktur Kurikulum SMP Negeri 3 Getasan
Komponen
Kelas dan Alokasi
Waktu
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
3 2 2
38
2. Pendidikan Kewarganegaraan 3 2 2
3. Bahasa Indonesia 6 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4 4
5. Matematika 5 4 4
6. Ilmu pengetahuan Alam 5 4 4
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
8. Seni Budaya 3 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 3 2 2
10. Ketrampilan / Teknologi Informasi
dan Komunikasi
2 2
A. Muatan Lokal
1. Bahasa Jawa
2. Tata Busana
2
2
2
2
2
2
B. Pengembangan Diri
1. Bimbingan Konseling
2. Ekstrakurikuler
a. Kepramukaan
b. Bola Volly
2 )* 2 )* 2 )*
39
c. PMR
d. Futsal
e. Seni Tari
f. Seni Musik
g. Sains Club
h. Karawitan
i. Mocopat
j. Kewirausahaan
k. Pendalaman Alkitab
l. Baca Tulis Alquran
Jumlah 40 34 34
Keterangan :
Tanda )* berarti ekuivalen 2 jam pembelajaran
b. Sarana Prasarana
Tanah sekolah sepenuhnya milik negara. Luas area seluruhnya 6
100 m2. Luas bangunan 2.069,6 m
2. Adapun daftar sarana prasarana SMP
Negeri 3 Getasan tahun 2017 sebagai berikut tabel:
No Ruang/Alat Jumlah
Kondisi
Baik Rusak
1 Ruang Kelas 11 √
40
2 Laboratorium IPA 1
3 Perpustakaan 1 √
4 Lapangan olah raga 1 √
6 Mushola 1 √
7 Komputer/Laptop 11 √
8 Printer 5 √
9 Mesin Ketik 1 √
10 Tape Recorder 2 √
11 Salon Box 4 √
12 LCD proyektor 3 √
14 DVD 2 √
15 Organ/Keyboard 1 √
17 Kamera Digital 1 √
19 Filling Kabinet 1 √
20 TV 3 √
21 Internet / Wifi 1 √
B. Paparan Data
1. Bagaimana upaya pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan, Kabupaten Semarang?
Terkait dengan pembinaan keagamaan peserta didik SMP N 3
Getasan. SQ sebagai guru pendidikan agama islam menuturkan:
41
“...dari pihak sekolah yang dilakukan dalam pembinaan
keagamann antara lain: akhlak terhadap Allah Swt, pembiasaan
agama salahsatu buku rekap yang meliputi bacaan salat siswa
harus megikuti kegiatan salat duhur dan duha sebelum salat harus
sudah hafalan sama guru pai dan guru kurikulum.akhlak terhadap
orang tua ada hafalan doa terhusus orang tua, untuk umat doa
sapu jagat dan doa kesehatan orang muslim aqidah terhadap
sesama. selain hafalan doa, akhlak terkait agama islam yaitu
hukuman untuk yang melanggar salat dipanggil dari bapak wakil
kepala sekolah dan guru agama kemudian hukuman menulis
bacaan basmallah 1 kali tidak salat 50 kali menulis, terutama
kelas 7 untuk pembinaan ini masih menyesuaikan....” (Sumber
wawancara, Rabu, 15 November 2017 dengan SQ , Pukul:09.00
di Sekolah SMP Negeri 3 Getasan).
SQ melanjutkan:
“...untuk menyambung kegiatan ibadah terkait dengan pembinaan
aqidah dari pembinaan aqidah masih hafalannya dan action
anakya selain hafalannya,kami menyematkan melalui kegiatan
ibadah diantaranya salat duhur untuk islam kemudian 1 hari salat
duha setiap hari sabtu jam 08:30 dan kegiatan extra BTQ
dilanjutkan model hafalan....”(Sumber wawancara, Rabu, 15
November 2017 dengan SQ , Pukul:09.02 di Sekolah SMP Negeri
3 Getasan).
Berdasarkan data observasi Pembinaan Keagamaan Siswa di SMP Negeri
3 Getasan (baik, kurang baik atau belum baik) hal ini dapat di lihat dari data hasil
observasi tabel:
No
Aspek yang ingin diamati Ya Tidak Keterangan
1 Siswa mengikuti jamaah shalat dhuhur V Kehadiran siswa
2 Siswa mengikuti jamaah shalat dhuha V Kehadiran siswa
3 Siswa mengikuti ekstra kurikuler Baca
Tulis Al-Quran
V Hasil
pembelajaran
4 Salah satu siswa menjadi imam dan
memimpin doa saat shalat duhur maupun
salat duha
V
Hasil
pembelajarn
5 Membiasakan dzikir setelah shalat V Hasil
pengamatan
42
SQ melanjutkan:
“...pengetahuan keagamaan peserta didik sudah terlaksana 2:
penambahan mapel btq yag sudah diikuti lebih dari 25 siswa
untuk jenjang kelas 7, 8 dan beberapa anak kelas 9 menawarkan
diri untuk ikut btq kami mempersilahkan yang dilaksanakan pada
hari sabtu,untuk yang lainnya kegiatan keislaman bagi peserta
didik yang datang bulan diadakannya kajian keputrian bagi yang
tidak melaksanakan salat untuk menambah pengetahuan peserta
didik terutama bagi yang putri,sudah terlaksana setiap minggu.
Pemateri dari Guru Agama sendiri dan dibantu sama Bu Endang
dan Bu Puji....”(Sumber wawancara, Rabu, 15 November 2017
dengan SQ , Pukul:09.05di Sekolah SMP Negeri 3 Getasan).
SQ melanjutkan:
“...akhlak disini karena sekolah negeri, jadi beberapa yang kami
lakukan. Pembinanaan yang pertama untuk ahlak ketuhanan itu
jelas setiap agama disini juga ada pembiasaan itu ahlak pertama
untuk keagamaan terkhusus agama islam yaitu tadi ada salat
duhur dan salatduha setiap kali guru agama masuk juga ada
hafalan bacaan salat, ada pembacaan asmaul husna sebelum salat
duhur dilaksanakan.Ada juga pembacaan doa salat duha setelah
salat duha dilaksanakan dan doa bersama setelah salat
dilaksanakan itu yang terkait dengan keagamaan terkusus agama
islam. Untuk yang lain juga menyesuaikan dan untuk pembinaan
ahlak juga disini ahlak terkait dengan kebangsaan yaitu upacara
disetiap tanggal 17 dan disetiap hari senin dan hari-hari besar
lainnya. Itu adalah penanaman aklak terkusus kepada orang tua
yaitu ahlaknya ketika anak-anak bersekolah itu tidak hanya untuk
laporan disekolah namun juga ada buku rekap kegiatan
keagamaan siswa , harapannya nanti selain untuk mencerdaskan
anakya,memperbaiki ahlak juga untuk kedua orang tuanya jadi
orang tua tau ternyata anaknya disekolah ada kegiatan salat dan
hafalan surat-surat dan doa-doa. Bagi anak-anak yang tidak salat
diberi hukuman diantaranya peringatan, menulis, pembersihan,
langsung salat ditunggu guru. Upaya dari sekolah ketika anak
kelewat batas tidak mengikuti salat berkali-kali maka kepala
sekolah sudah 3kali ini turun tangan langsung memanggil anak-
anak yang tidak salat untuk diberi hukuman yang sifatnya bikin
jera dan anak-anak sudah mulai mengikuti kegiatan
keagamaan....”(Sumber wawancara, Rabu, 15 November 2017
dengan SQ , Pukul:09.09 di Sekolah SMP Negeri 3 Getasan).
43
2. Apa dampak Pembinaan Keagamaan terhadap peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang?
Terkait dengan dampak Pembinaan Keagamaan terhadap peserta didik
SMP Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang. SQ sebagai Guru PAI
SMP Negeri 3 Getasan Kabupaten Semarang menuturkan:
“...dampak kegiatan aqidah terkait dengan hafalan-hafalan anak-
anak sudah mulai nurut, yang dulunya tidak mengenal Al-qur’an,
Al-qur’an terlalu tinggi,jusamma sekarang sudah mulai membeli
jusamma dan mulai meminjam diperpustakaan untuk menghafal
setoran hafalan . kedua kalau dulu setiap kali istirahat mau salat
anak-anak harus di oprak-oprak atau diperingatin dahulu,
sekarang sudah tidak, anak-anak langsung berbondong-bondong
untuk salat dari pihak sekolah menyediakan terpal dan beberapa
sandal jepit dan alat-alat yang menunjang untuk kegiatan
keagamaan. Terus juga terhadap orangtua mereka juga sudah
jarang berbicara dengan guru seenaknya bahasanya sudah mulai
membaik mereka sudah mulai tau mana yang benar dan mana
yang salah. Mereka juga saling mengingatkan wudhu begini
salah,dan juga untuk kegiatan salat karena tempat wudunya
terbatas. Aqidah kepada sesama mereka saling tolong menolong
dengan salah satunya saling mengendong temenya begitupula
nanti bergantian untuk melaksanakan shalat, itu salah satu aqidah
yang sudah mereka terapkan....”(Sumber wawancara, Rabu, 15
November 2017 dengan SQ , Pukul:09.15 di Sekolah SMP Negeri
3 Getasan).
SQ melanjutkan:
“...terhadap ubudiyah disini sudah ada rohis kalau dulu kan
semuaya guru sekarang sudah ada piket siswa, yang dulunya
harus dioyak-oyak buwat adzan sekarang mereka sudah sigap
mereka sudah berbondong-bondong kemasjid, yang masih
kesulitan beradaptasi yaitu kelas 7 karena baru dimulai kalau
kelas 8 dan 9 mereka langsung kemasjid kesadaran siswa sangat
tinggi.Mereka langsung adzan dan memimpin doa asmaul husna
dan beberapa anak saat salat duha sudah mulai jadwal jadi imam
langsung menempatkan diri....”(Sumber wawancara, Rabu, 15
November 2017 dengan SQ , Pukul:09.17di Sekolah SMP Negeri
3 Getasan).
44
SQ melanjutkan:
“...dampak sikap mulai membaik mereka sudah mulai mengenal
Tuhannya dan mereka juga tau dimasjid tidak boleh ramai dan
sudah mulai diam dan latihan kutbah didalam masjid dari pihak
rohis sikap sudah baik dan pengetahauanya juga baik sikap ingin
taunya ada kalo dulu cuek misal setelah selesai datangbulan
kadang tidak mandi besar dan sekarang mereka sudah tau
sekarang mandi besar bahkan mereka membuktikannya’ini loh bu
saya sudah mandi besar’ ,untuk laki-laki bu kalo saya wudhu
begini salah apa tidak bu rasa ingin tau mereka muncul dan setiap
hari kalau wudhu didepan perpustakaan mereka diperlihatkan
oleh guru jadi guru bisa ngecek ini salah ini salah ini benar maka
sekarang kebanyakan sudah benar pengetahuan keagamaan udah
baik....“(Sumber wawancara, Rabu, 15 November 2017 dengan
SQ , Pukul:09.19 di Sekolah SMP Negeri 3 Getasan).
SQ melanjutkan:
“...pengetahuan intlektual mereka tentang keagamaan telah
selesai untuk kelas-kelas mayoritas kelas 7-9 sudah ada
peningkatan’. Jadi mereka terutama tentang materi keagamaan
mereka sudah mulai dan bahkan ada beberapa kelas yang tidak
ada remidi mereka semuanya nilainya baik meskipun nilainya
mereka angkanya masih 70-90 tidak ada nilai sempurna. Namun
itu tadi mereka dengan melakukan salat jamaah seperti ini,
hukumnya seperti ini, mereka langsung action langsung ada
ubudIyahnya , ada pratiknya ketika ada materi tentang salat
jamaah mereka bisa jadi juga berpengaruh dari pembinaan
keagamaan....“(Sumber wawancara, Rabu, 15 November 2017
dengan SQ , Pukul:09.21 di Sekolah SMP Negeri 3 Getasan).
SQ melanjutkan:
“...akhlak keperibadian orang muslimkarna seorang muslim misal
makan sambil jalan, sekarang malah kadang mereka meingatkan
gurunnya bu makan kok sambil jalan, seperti itu. Ini juga sudah
kejadian terhadap keperibadian anak terus membuang sampah
yang dulunya didepan kelas berserakan sampah sekarang sudah
tidak karena mereka tau kebersihan merupakan sebagian dari
iman, mereka juga sudah ada piket harian piketnya itu setiap
pulang sekolah dan berangkat sekolah yang dulunya seenaknya
sendiri gara-gara salat jamaah mereka sudah tau dan
rajin....“(Sumber wawancara, Rabu, 15 November 2017 dengan
SQ , Pukul:09.22 di Sekolah SMP Negeri 3 Getasan).
45
Selain itu ada sumber lain mengatakan dampak pembinaan
keagamaan yaitu sebagai berikut:
...Dampak positif bagi saya, dulu sebelum diadakan pembinaan
keagamaan seperti ini saya secara pribadi mengerti bahwa mayoritas siswa
SMP Negeri 3 Getasan dalam hal akhlak mereka dan termasuk saya masih
tergolong bandel, kurang punya rasa tanggung jawab dalam agama
terutama dalam shalat, tapi setelah diadakan jamaah shalat baik shalat
wajib ataupun sunnah saya mulai sadar bahwa shalat selain tanggung
jawab seorang muslim saya juga merasakan dampaknya, bisa merasakan
khusyuk ,saya juga takut melakukan dosa pak. Selain itu dampak yang
saya dapat munculnya rasa saling tolong menolong antar sesama
contohnya, saling membenarkan wudhu temannya jika ada yang salah.
Munculnya persatuan Rohis ....“(Sumber wawancara, selasa, 27 maret
2018 dengan SDP, Pukul:10.20 di Sekolah SMP Negeri 3 Getasan).
3. Apa masalah dan pemecahan dalam pembinaan keagamaan peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang?
Berdasarkan hasil wawancara penulis, masalah dan pemecahan dalam
pembinaan keagamaan SQ sebagai guru Pendidikan Agama Islam:
“...Masalah diSMP juga ada. disetiap program juga ada masalah
kurang lebih tentang ketauhitan yang dihadapi disini yang pertama
yaitu kultur mereka itu kental dengan budaya jawa yang namaya
menghapus budaya jawa sangat sulit karna itu sebuah tradisi maka
dari itu sekolah disni dari beberapa kultur posisinya juga
bermacam-macam yang pertama kultur budaya mereka yang
berbeda pola asuh kedua oarang tua dan pendidikan keluarga juga
mempengaruhi sekali karna siswa disini lebih banyak dititipkan ke
mbah ataupun ke saudara jadi pengawasannya tidak langsung dari
kedua orangtuanya. Selain kultur juga ada disini agamanya
bermacam-macam ada agama kristen dan agama budha dan kental
dengan budaya itu problem yang dihadapi dari siswanya kemudian
problem yang dihadapi sekolah, sekolah tidak bisa memisahkan
yang namanya budaya mereka dengan keagamaan islam salah
satunya budaya reog sangat terkenal bayak dari mereka kecil dan
dewasa ikut reog budaya islam reog itu bukan tradisi islam.
Problemnya terutama merokok setelah ditelusuri orang tua mereka
ketika anak sudah sunat malah diperbolehkan merokok ini sulit
dihapus....”
46
“...Solusi disini dari pihak sekolah tidak membatasi budaya kami
menanamkan nilai ketauhitan dengan salat. salah satu contoh
budaya saparan diperbolehkan yang tidak boleh menyembah
dayangya atau penunggunya,dari pihak rohis keagamaan islam
sudah mulai ada kegiatan rebana yang masih dirapatkan dan
diusahakan oleh Bapak Kepala Sekolah dan pembiasan-
pembiasaan dan ada buku rekap dan secara tidak langsung akan
menambah keimanan peserta didik....“(Sumber wawancara, Rabu,
15 November 2017 dengan SQ , Pukul:09.26 di Sekolah SMP
Negeri 3 Getasan).
SQ melanjutkan:
“...Pembinaan ibadah masalah yang dihadapi sekolah adalah
kekurangan tempat di sini mayoritas muslim 200-300an lebih,
kami kekurangan tempat dan waktu karena istirahat 20 menit
solusi menggalangan dana dari infaq anak untuk membeli terpal,
tikar yang menunjang peralatan-peralatan untuk salat kami dari
pihak sekolah memiliki buku rekap kegiatan keagamaan.
“Sebelum salat mereka mengumpulkan yang akan ditandatangani
oleh guru PAI, guru Pkn, guru kurikulum dan bapak wakil kepala
sekolah. Yang dulunya tidak ada doa bersama sekarang sudah ada
doa bersama, yang dulunya saat sebelom salat diam sendiri
sekarang sudah ada pembacaan asmaul husna itu untuk
pembinaan ibadah dan BTQ. Kegiatan keputrian menggunanakan
beberapa kelas 9 dan extra BTQ ini ada yang bisa membaca dan
ada yang belum bisa membaca al’quran. Disini kami dibantu
rekan-rekan PPL mbak iis dan malika, mereka membantu untyk
kelancaran kegiatan keagamaan BTQ....“(Sumber wawancara,
Rabu, 15 November 2017 dengan SQ , Pukul:09.28 di Sekolah
SMP Negeri 3 Getasan).
SQ melanjutkan:
“...Pengetahuan ibadah kita kekurangan personil disini guru-guru
mayoritas non muslim dan ada beberapa guru ikut untuk membina
anak-anak dan sudah berjalandan kekurangan waktu kemudian
juga anak-anak kadang tidak langsung kemasjid sedangkan waktu
istirahat juga kurang 20 menit.
“...Pemecahannya diadakan rohis sejauh ini sudah berjalan
dengan baik dari kelas 8-9 dan kelas 7 baru proses lebih baik.
sebelum salat rohis datang kekelas untuk mengajak anak-anak
salat, kemudian buku rekap cek bagi yang tidak salat dan diberi
hukuman yang sifatnya bikin jera yaitu menulis basmallah 50 kali
dan menghafal surah al-baiyinah kalau tidak hafal tidak
mendapatkan absen ada beberapa anak 1-2 orang yang
menyepelekan karna dari lingkuangan keluarga yang kurang
47
mampu mendidik anak-anakya dengan baik....“(Sumber
wawancara, Rabu, 15 November 2017 dengan SQ , Pukul:09.30
di Sekolah SMP Negeri 3 Getasan).
SQ melanjutkan:
“...Masalah kultur tidak bisa dipisahkan mayoritas dari orang
pegunungan yang namanya agama islam belum berkembang
mereka masih percaya budaya jawa dan membawanya kedalam
kelas, seperti mereka mebolos dan ada satu desa yang mayoritas
kerjanya disitu mabuk dari anak kecil sampai dewasa yang
namanya mabuk terkenal dan menjadi pusat perhatian bagi polisi
sekitar, problem aklak seperti itu kami bekerja sama dan turun
tangan langsung dan kepala sekolah memanggil orangtua dan
ternyata orangtunya itu dijakarta tidak berada dirumah jadi tidak
ada pantuan pengawasan langsung dari pihak orangtua itu sendiri.
Selain wali kelas memperhatikan anak kita juga mengadakan
absen disetiap hari diwaktu pagi, istirahat, dan pulang sekolah.
kalo ada anak yang melanggar aturan minum-minuman keraspake
seragam mereka langsng dikeluarkan dari sekolah, untuk
megurangi anak-anak merokok. pemecahannyadari pihak sekolah
mengadakan Seminar tentang radikalisme yaitu kenakalan remaja,
merokok, minum-minuman keras yang langsung dari Kejaksaan
salah satu cara untuk menanggulanginya dan dari yang lainnya
adalah dari buku rekap....“(Sumber wawancara, Rabu, 15
November 2017 dengan SQ , Pukul:09.35 di Sekolah SMP Negeri
3 Getasan).
48
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Bagaimana upaya pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan, Kabupaten Semarang.
1. SMP Negeri 3 Getasan mempunyai upaya pembinaan keagamaan,
diantaranya:
a. Pembinaan Akhlak terhadap Allah Swt.
Akhlak terhadap Allah Swt yang dilakukan peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan antara lain: wajib mengikuti Shalat sunnah duha,
shalat duhur, baca tulis Al-Quran. Ketiga hal tersebut merupakan
dimensi dari ibadah. Tujuan pendidikan islam salah satunya juga
agar peserta didik lebih rajin dalam beribadah dan beramal shalih.
Apapun aktifitas dalam hidup ini haruslah didasarkan untuk
beribadah kepada Allah, karena itulah tujuan Allah menciptakan
manusia di bumi ini. Firman Allah Swt dalam Qs. Adz Dzariyat: 56)
وس إل ليعبدون وما خلقج الجه وال
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Termasuk dalam pengertian beribadah tersebut adalah beramal
shalaih (berbuat baik) kepada sesama manusia dan semua makhluk
di alam ini, karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan
dan kesempurnaan hidup (Muchtar, 2008: 129-130)
49
b. Akhlak terhadap orang tua
Selain melalui upaya menjaga akhlak terhadap Allah Swt tidak kalah
penting yaitu Akhlak terhadap orang tua. Dalam hal ini yang
dilakukan adalah menghafal doa orang tua. Hal ini dapat dilihat
dalam buku (Muchtar, 2008: 35) menjelaskan bahwa mendoakan
orang tua adalah sebagai tanda bakti selain menaati keduanya,
menjunjung dan menghormati keduanya dan berbuat baik kepada
mereka. Setelah itu menghafalkan doa sapu jagat untuk keselamatan
umat muslim dengan tujuan menghormati dan memenuhi hak-
haknya.
c. Ekstra kurikuler Baca Tulis Al-Quran dan hafalan juz ama.
Al-Quran mengandung segala pelajaran yang diperlukan manusia
untuk mengetahui siapa dirinya, dimana ia berada dan kemana ia
akan kembali . Dengan demikian Al-Quran adalah dasar dari hukum
Tuhan dan pengetahuan metafisis (Makhdlori, 2008: 25).
Jadi, membaca Al-Quran dan mentadaburinya menjadikan manusia
tahu siapa dirinya, dimana ia berada, dan kemana ia kembali.
Apalagi ditambah dengan menghafalnya sebagaimana yang
dilakukan peserta didik SMP Negeri 3 Getasan. Dengan mengetahui
hal di atas dampaknya tentu manusia tidak akan lupa pengabdian
kepada Tuhan-Nya, akhlak dan tutur katanya sehari-hari senantiyasa
di jaga
50
d. Pembacaan Asmaul Husna
Pembacaan asmaul husna dilaksanakan sebelum shalat duhur di
mulai, hal ini bertujuan agar peserta didik bisa lebih mengingat dan
memahami bahwa Allah Swt mempunyai banyak sifat. Selain itu
bacaan asmaul husna juga mengandung kebesaran Allah Swt dan
pembuka yang baik. Sebagaimana dalam buku karangan Imam
Ghazali di jelasakan sebelum memulai berdoa dianjurkan untuk
membaca yang artinya: “ Maha suci Tuhanku yang maha tinggi dan
maha pemberi, tiada Tuhan selain Allah sendiri tiada sekutu bagin-
Nya” ( Ghazali, 2004: 99).
e. Pembacaan doa bersama
Doa adalah jantungnya shalat, sebagaimana Allah berfirman
لة فاذكسوا الل قياما وقعودا وعلى جىوبكم فئذا قضيخم الص
لة كاوج على لة إن الص فئذا اطمأوىخم فأقيموا الص
وقوحا المؤمىيه كخابا م
Artinya “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk serta di waktu
berbaring. Qs. An-Nisa: 103 (Ghazali, 2004 :96).
Mengingat Allah atau dzikrullah merupakan wahana yang dapat
memberikan kemampuan dan ketrampilan untuk mengatur dan
mengendalikan emosi dengan baik, menjadikan kita tidak gegabah
dalam bertindak dan mengambil keputusan. Inilah oleh para psikolog
disebut sebagai orang yang cerdas secara emosional. Mengingat
51
Allah juga akan mengantarkan kita untuk memiliki pengetahuan
yang mendalam tentang esensi dan hakekat diri sendiri. Karena
berdzikir dan doa dapat membantu kita untuk bisa mengenali diri
sendiri, maka dzikir juga dapat membantu kita untuk lebih mengenal
Allah.
Selain doa dan dzikir yang dilakukan adalah membaca Asmaul
husna
f. Pembinaan Akhlak Kebangsaan
Peserta didik adalah penerus bangsa. Menjadi penerus bangsa tidak
hanya cerdas secara intelektual saja, akan tetapi juga cerdas secara
spiritual. Pelaksanaa upacara setiap hari senin dan hari-hari besar
tujuannya selain penanaman nilai kecintaanya terhadap negaranya
juga diarahkanpada pendidikan pancasila. Pendidikan pancasila
adalah pendidikan yang menekankan pentingnya moralitas.
Moralitas di sini adalah suatu perilaku yang mencerminkan Iman dan
taqwa pada Tuhan yang maha Esa. Dengan adanya pendidikan
pancasila dapat menghasilkan manusia yang bersikap intelektual,
tanggung jawab, mempunyai spiritual, berkemanusiaan yang adil dan
beradap, mendukung persatuan bangsa dan mendukung kerakyatan
yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
perorangan, berkeadilan sosial dan mendukung upaya untuk
mewujudkan keadilan sosial ( Ngatini, 2010: 53).
52
Keenam upaya dalam pembinaan keagamaan peserta didik,
dilakukan dengan wajib. Tujuanya agar pembentukan pribadi peserta
didik yang sanggup melaksanakan syariat Islam melalui proses
pendidikan spritual menuju makrifat kepada Allah. Oleh karena itu
ayat al-quran yang dijadikan tumpuan cita-cita hidupnya.
2. Metode hukuman pembinaan keagamaan
Metode ini sebenarnya berhubungan dengan pujian dan penghargaan .
Imbalan atau tangapan terhadap orang lain itu terdiri dari dua, yaitu
penghargaan ( Reward atau targhib) dan hukuman ( Punishment
atautarhib) Hukuman dapat diambil sebagai metode pendidikan apabila
terpaksa atau tak ada alternatif lain yang bisa diambil. Agama islam
memberi arahan dalam memberi hukuman terhadap anak atau peserta
didik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jangan menghukum ketika marah. Karenapemberian hukuman
ketika marah akan lebih bersifat emosionalyang dipengaruhi nafsu
syaitaniyah.
b. Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak atau orang
yang kita hukum.
c. Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat orang
bersangkutan, misalnya menghina.
d. Jangan menyakiti fisik
53
e. Bertujuan mengubah perilakunya yang kurang atau tidak baik kita
menghukum karena anak berperilaku tidak baik (Muchtar, 2008:21-
22) .
Dalam hal ini SMP Negeri 3 Getasan juga memberikan hukuman
kepada peserta didik apabila mereka meninggalkan kewajiban kegiatan
yang ada di SMP tersebut. Hukumanya antara lain: menulis basmalah,
pembersihan, shalat di tunggu oleh guru secara langsung, dan apabila
pelanggaranya terlalu berat mereka bisa dapat surat panggilan wali murit.
Hal ini di lakukan agar peserta didik mempunyai kefahaman agama yang
baik dan menjadi khalifah Allah yang baik. Ada beberapa faktor pemikiran
keagamaan antara lain: yaitu ajaran agama dapat mendorong manusia
melakukan kerja produktif. Kedua faktor inovatif yaitu ajaran agama
dapat melandasi cita-cita dan amal perbuatan manusia dalam seluruh aspek
kehidupan. ketiga faktor sublimatifyaitu ajaran agama dapat meningkatkan
dan mengkuduskan fenomena kegiatan manusia, tidak hanya hal
keagamaan tapi juga berdimensi keduniaan. Keempat, faktor Integratif
yaitu ajaran agama dapat mempersatukan sikap dan pandangan manusia
serta aktifitasnya, baik secara individual maupun kolektif dalam berbagai
tantangan hidup ( Pulungan, 2002: 63) .
Jadi dalam hal ini, pembelajaran agama sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Baik untuk cita-cita amal perbuatan
manusia, mempersatukan sikap pandangan manusia atau yang lainya.
pembelajaran agama tidak selamanya berjalan lancar, bisa dikatakan
54
seperti itu karena penelitian di SMP Negeri 3 Getasan mempunyai
problem salah satunya adalah dari subjeknya sendiri yaitu peserta didik
ada yang melanggar upaya pembelajaran keagaamaan. Hukuman yang
diberikan cukup baik yaitu berupa hukuman yang mendidik.
B. Dampak Pembinaan Keagaman Peserta didik SMP Negeri 3 Getasan,
Kabupaten Semarang.
Dampak pembinaan keagamaan terhadap nilai rohaniah dan akhlak
peserta didik sebagai berikut:
1. Kegiatan aqidah terkait dengan hafalan Juz ama sudah mulai efektif.
Peserta didik sudah mulai tanggung jawab dan setoran hafalan.
2. Antusias jamaah shalat sunnah maupun shalat wajib, yang di ikuti
oleh peserta didik, semua guru dan staf pendidikan formal yang
bearagam islam. Hal ini tentu tidak terlepas dari metode keteladanan
(Uswah hasanah). Melalui metode ini para orang tua, pendidik, Da’i
memberi teladan terhadap anak atau peserta didiknya, bagaimana cara
berbicara, berbuat, bersikap, beribadah yang benar dan sebagainya.
Melalui metode ini maka peserta didik dapat melihat, menyaksikan
dan meyakini cara yang sebenarnya, sehingga mereka dapat
melaksanakanya dengan baik. Hal tersebut juga diterapkan pendidik
dalam membina peserta didik mendoakan dan menghormati orang
tuanya.
55
3. Munculnya sikap tolong menolong antar sesama
Tolong menolong yang dimaksut dalam hal ini adalah peserta didik
saling bergantian menggendong ketika wudhu, karena keterbatasan
tempat wudhu. Hal ini tentu membuat pribadi siswa tahu akan hak-hak
kewajiban sesama muslim salah satunya yaitu saling menolong dalam
kebaikan dan taqwa (Muctar, 2008: 38).
4. Dalam hal ubudiyah.
Peserta didik antusias bekerja sama dengan Rohis untuk membuat
jadwal Adzan, memimpin membaca asmaul husna dan menjadi Imam.
Hal tersebut dilakukan supaya ketika kelak peserta didik sudah
menjadi alumni, mereka akan tetap melakukan kewajibanya tersebut,
selain itu diharapkan mampu memiliki akhlak yang mulia, karena
akhlak mulia adalah salah satu kemuliaan orang mukmin (Ghazali,
2010:284)
5. Tambahnya Pengetahuan agama.
Pengetahuan dalam hal ini, kadang mereka belum faham akan
ketentuan-ketentuan dalam hal hukum fiqih selain tu dengan adanya
pembinaan melalui wawancara dengan guru PAI memperoleh
informasi peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam kelas 7
sampai 9. Selain itu dengan bertambahnya pengetahuan agama dapat
memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka tumbuh
sifat-sifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat
56
menghormati dan sebagainya. Agama melarang orang untuk tidak
sombong, congkak, riya dan sebagainya (Salimi, 1991: 11).
6. Munculnya rasa tanggung jawab dalam hal kebersihan
Rasulullah Saw bersabda “ Kebersihan adalah sebagian dari Iman”
Hadist ini yang mereka pakai. Jadi mereka selalu sadar bahwa
kebersihan itu penting.
Jadi dalam hal ini apabila siswa SMP Negeri 3 Getasan berada dalam
suatu masyarakat, tentu mereka akan mempunyai karakter yang baik seperti,
tolong menolong sesama, jamaah shalat fardhu, mampu menjaga lingkungan
sekitar. Hal tersebut di dapat dari sekolahanya dan didikan ilmu
pengetahuanya.
C. Masalah dan Pemecahan dalam Pembinaan Keagamaan peserta didik
SMP Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang.
1. Masalah dalam pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan.Secara garis besar ada problem dalam pembinaan keagamaan
daintaranya yaitu:
a. Masalah dalam ketauhidan yaitu kultur mereka kental dengan
budaya jawa yang sulit dirubah.
b. Pola asuh yang mayoritas bukan dari orang tuanya sendiri tapi
nenek dan kakeknya. Dalam hal ini sangat berpengaruh dalam
perkembangan psikolog maupun intelegensi peserta didik, dan
keluarga adalah madrasah pertama untuk anak.
57
Dalam buku karangan Asadullah Al-Maghribi yang
berjudul Cinta Rasul Pada Anak, menjelaskan bahwa orang tua
menjadi figur yang memberikan keteladanan dalam meneradpkan
prinsip. Prinsip sebaik apapun kalau tidak disertai contoh hanya
akan menjadi kumpulan resep yang tak bermakna, maka dari itu
keluarga yang menjadi madrasah pertama untuk anak terutama ibu,
karena ibu yang paling dekat denganya (Asadullah Al-Maghribi,
2012: 57).
Dalam hasil penenelitian Juwariyah Dahlan (1997: 350-
352) mengemukakan diagram tentang intensitas interaksi atau
bertemunya orang tua dengan anak dalam proses pendidikan
sebagai berikut tabel:
Frekwensi Interaksi Efek pada Anak
Kuantitas interaksi yang
banyak tetapi kualitasnya
rendah.
1. Memperlambat kemandirian
anak
2. memperlemah peran orang
tua sebagai pendidikanya
3. Nasehat orang tua kurang
mendapat respon positif
anak
Kuantitas interaksi yang
sedikit dan kualitas yang
rendah
1. Dapat menimbulkan
perasaan acuh tak acuh anak
pada orang tua
58
2. Dapat menimbulkan gap
psikis anak pada orang
tuanya
Kuantitas interaksi yang
banyak dengan kualitas yang
besar
1. mempercepat proses
kemandirian anak
2. Anak benar-benar
memandang orang tua
sebagai tumpuan harapan
dalam proses pendidikanya
3. anak akan responsif
terhadap nasehat orang tua
4. mempertimbngkan
hubungan psikis 0rang tua
dengan anak.
Kuantitas interaksi sedikit
kualitas besar
1. Mendukung kemandirian
anak
2. orang tua bisa dianggap
sebagai tauladan
Dari beberapa paparan sebagaimana dijelaskan di atas,
dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah basis awal
pengembangan pendidikan bagi anak-anak. Keluarga sebagai
institusi yang sejak dini dan awal telah menanamkan sendi-sendi
59
kehidupan bagi masa depan manusia terutama bagi anak-anak yang
masih membutuhkan arahan, bimbingan, dan pedoman hidup ke
depan ( Yasin, 2008 :219-220)
Jadi apabila anak dititipkan neneknya dari kecil
perkembangan psikisnya tentu berbeda dengan anak yang hidup
bersama orang tuanya sendiri.
c. Budaya yang berbeda-beda karena berasal dari agama kristen,
budha dan islam. Dalam hal ini sekolah kesulitan dalam
mengelompokan budaya-budaya tersebut, sehingga kadang peserta
didik yang beragama islam mereka merasa nyaman dengan yang
bukan budayanya sendiri. Seperti, reog. Orang tua membolehkan
anaknya merokok setelah sunat.
2. Pemecahan dalam mengatasi problem pembinaan keagamaan peserta
didik SMP Negeri 3 Getasan.
a. Kegiatan shalat wajib dan sunnah diteruskan dengan dzikir dan doa
bersama.
Shalat adalah tiang agama, barang siapa yang meninggalkanya
maka iapun meninggalkan agamanya. Shalat fardhu lebih baik
dilakukan secara berjamaah sebagaimana hadist Rasulullah Saw:
لواث كفازث لما بيىغه ما اجخىبج الكبا إز ا لص “ Shalat itu menjadi tebusan bagi dosa-dosa yang terjadi
diantaranya selama dosa-dosa besar dijauhi”.
Shalat yang dilanjutkan dengan doa dan dzikir adalah satu kesatuan
sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Saw, adapun fadhilah dari
doa dan dzikir adalah sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
60
“Allah Azza wajala telah berfirman , “Hai hamba-hambaku
masing-masing dari kamu berdosa, melainkan dari orang yang aku
selamatkan maka mintalah ampun kepadaku , niscaya akan aku
ampuni dosamu . Dan siapa yang meyakini dosanya, maka akupun
akan mengampuni dosanya dan aku tidak akan peduli
(Ghazali,2004 : 99)
b. membaca Asmaul husna
Pembacaan asmaul husna dilaksanakan sebelum shalat duhur di
mulai, hal ini bertujuan agar peserta didik bisa lebih mengingat dan
memahami bahwa Allah Swt mempunyai banyak sifat. Selain itu
bacaan asmaul husna juga mengandung kebesaran Allah Swt dan
pembuka yang baik. Sebagaimana dalam buku karangan Imam
Ghazali di jelaskan sebelum memulai berdoa dianjurkan untuk
membaca yang artinya: “ Maha suci Tuhanku yang maha tinggi dan
maha pemberi, tiada Tuhan selain Allah sendiri tiada sekutu bagin-
Nya” ( Ghazali, 2004: 99).
c. diadakanya buku rekap shalat. Jadi guru mengetahui siapa yang
tidak shalat.
Buku rekap di buat untuk mengontrol shalat peserta didik, dengan
tujuan mulai dari hal yang kecil terlebh dahulu. Supaya mereka
tanggung jawab dan tahu bila buku rekap itu kosong maka yang di
dapat adalah hukuman. Setelah dimulai dengan cara seperti itu
siswa akan tanggung jawab dengan sendirinya bahwa shalat adalah
kewajiban untuknya.
d. diadakanya seminar radikalisme, untuk mengurangi banyaknya
angka peserta didik yang merokok dan minum-minuman keras.
61
Seminar adalah suatu pertemuan yang bersifat ilmiah untuk
membahas sesuatu masalah tertentu dengan tanggapan dan
prasarana melalui suatu diskusi untuk mendapat keputusan bersama
( Yuzal, 2013; 7).
Jadi dengan adanya seminar tersebut siswa semakin faham
dan tau akan dampak dari perbuatan tersebut, dan tidak akan
mengulangi hal yang sama.
62
D. Bagaimana upaya pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan, Kabupaten Semarang.
3. SMP Negeri 3 Getasan mempunyai upaya pembinaan keagamaan,
diantaranya:
g. Pembinaan Akhlak terhadap Allah Swt.
Akhlak terhadap Allah Swt yang dilakukan peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan antara lain: wajib mengikuti Shalat sunnah duha,
shalat duhur, baca tulis Al-Quran. Ketiga hal tersebut merupakan
dimensi dari ibadah. Tujuan pendidikan islam salah satunya juga
agar peserta didik lebih rajin dalam beribadah dan beramal shalih.
Apapun aktifitas dalam hidup ini haruslah didasarkan untuk
beribadah kepada Allah, karena itulah tujuan Allah menciptakan
manusia di bumi ini. Firman Allah Swt dalam Qs. Adz Dzariyat: 56)
وس إل ليعبد ونوما خلقج الجه وال
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Termasuk dalam pengertian beribadah tersebut adalah beramal
shalaih (berbuat baik) kepada sesama manusia dan semua makhluk
di alam ini, karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan
dan kesempurnaan hidup (Muchtar, 2008: 129-130)
63
h. Akhlak terhadap orang tua
Selain melalui upaya menjaga akhlak terhadap Allah Swt tidak kalah
penting yaitu Akhlak terhadap orang tua. Dalam hal ini yang
dilakukan adalah menghafal doa orang tua. Hal ini dapat dilihat
dalam buku (Muchtar, 2008: 35) menjelaskan bahwa mendoakan
orang tua adalah sebagai tanda bakti selain menaati keduanya,
menjunjung dan menghormati keduanya dan berbuat baik kepada
mereka. Setelah itu menghafalkan doa sapu jagat untuk keselamatan
umat muslim dengan tujuan menghormati dan memenuhi hak-
haknya.
i. Ekstra kurikuler Baca Tulis Al-Quran dan hafalan juz ama.
Al-Quran mengandung segala pelajaran yang diperlukan manusia
untuk mengetahui siapa dirinya, dimana ia berada dan kemana ia
akan kembali . Dengan demikian Al-Quran adalah dasar dari hukum
Tuhan dan pengetahuan metafisis (Makhdlori, 2008: 25).
Jadi, membaca Al-Quran dan mentadaburinya menjadikan manusia
tahu siapa dirinya, dimana ia berada, dan kemana ia kembali.
Apalagi ditambah dengan menghafalnya sebagaimana yang
dilakukan peserta didik SMP Negeri 3 Getasan. Dengan mengetahui
hal di atas dampaknya tentu manusia tidak akan lupa pengabdian
kepada Tuhan-Nya, akhlak dan tutur katanya sehari-hari senantiyasa
di jaga
64
j. Pembacaan Asmaul Husna
Pembacaan asmaul husna dilaksanakan sebelum shalat duhur di
mulai, hal ini bertujuan agar peserta didik bisa lebih mengingat dan
memahami bahwa Allah Swt mempunyai banyak sifat. Selain itu
bacaan asmaul husna juga mengandung kebesaran Allah Swt dan
pembuka yang baik. Sebagaimana dalam buku karangan Imam
Ghazali di jelasakan sebelum memulai berdoa dianjurkan untuk
membaca yang artinya: “ Maha suci Tuhanku yang maha tinggi dan
maha pemberi, tiada Tuhan selain Allah sendiri tiada sekutu bagin-
Nya” ( Ghazali, 2004: 99).
k. Pembacaan doa bersama
Doa adalah jantungnya shalat, sebagaimana Allah berfirman
لة فاذكسوا الل قياما وقعودا وعلى جىوبكم فئذا قضيخم الص
لة كاوج ع لة إن الص لى فئذا اطمأوىخم فأقيموا الص
وقوحا المؤمىيه كخابا م
Artinya “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk serta di waktu
berbaring. Qs. An-Nisa: 103 (Ghazali, 2004 :96).
Mengingat Allah atau dzikrullah merupakan wahana yang dapat
memberikan kemampuan dan ketrampilan untuk mengatur dan
mengendalikan emosi dengan baik, menjadikan kita tidak gegabah
dalam bertindak dan mengambil keputusan. Inilah oleh para psikolog
65
disebut sebagai orang yang cerdas secara emosional. Mengingat
Allah juga akan mengantarkan kita untuk memiliki pengetahuan
yang mendalam tentang esensi dan hakekat diri sendiri. Karena
berdzikir dan doa dapat membantu kita untuk bisa mengenali diri
sendiri, maka dzikir juga dapat membantu kita untuk lebih mengenal
Allah.
Selain doa dan dzikir yang dilakukan adalah membaca Asmaul
husna
l. Pembinaan Akhlak Kebangsaan
Peserta didik adalah penerus bangsa. Menjadi penerus bangsa tidak
hanya cerdas secara intelektual saja, akan tetapi juga cerdas secara
spiritual. Pelaksanaa upacara setiap hari senin dan hari-hari besar
tujuannya selain penanaman nilai kecintaanya terhadap negaranya
juga diarahkanpada pendidikan pancasila. Pendidikan pancasila
adalah pendidikan yang menekankan pentingnya moralitas.
Moralitas di sini adalah suatu perilaku yang mencerminkan Iman dan
taqwa pada Tuhan yang maha Esa. Dengan adanya pendidikan
pancasila dapat menghasilkan manusia yang bersikap intelektual,
tanggung jawab, mempunyai spiritual, berkemanusiaan yang adil dan
beradap, mendukung persatuan bangsa dan mendukung kerakyatan
yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
perorangan, berkeadilan sosial dan mendukung upaya untuk
mewujudkan keadilan sosial ( Ngatini, 2010: 53).
66
Keenam upaya dalam pembinaan keagamaan peserta didik,
dilakukan dengan wajib. Tujuanya agar pembentukan pribadi peserta
didik yang sanggup melaksanakan syariat Islam melalui proses
pendidikan spritual menuju makrifat kepada Allah. Oleh karena itu
ayat al-quran yang dijadikan tumpuan cita-cita hidupnya.
4. Metode hukuman pembinaan keagamaan
Metode ini sebenarnya berhubungan dengan pujian dan penghargaan .
Imbalan atau tangapan terhadap orang lain itu terdiri dari dua, yaitu
penghargaan ( Reward atau targhib) dan hukuman ( Punishment
atautarhib) Hukuman dapat diambil sebagai metode pendidikan apabila
terpaksa atau tak ada alternatif lain yang bisa diambil. Agama islam
memberi arahan dalam memberi hukuman terhadap anak atau peserta
didik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
f. Jangan menghukum ketika marah. Karenapemberian hukuman
ketika marah akan lebih bersifat emosionalyang dipengaruhi nafsu
syaitaniyah.
g. Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak atau orang
yang kita hukum.
h. Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat orang
bersangkutan, misalnya menghina.
i. Jangan menyakiti fisik
67
j. Bertujuan mengubah perilakunya yang kurang atau tidak baik kita
menghukum karena anak berperilaku tidak baik (Muchtar, 2008:21-
22) .
Dalam hal ini SMP Negeri 3 Getasan juga memberikan hukuman
kepada peserta didik apabila mereka meninggalkan kewajiban kegiatan
yang ada di SMP tersebut. Hukumanya antara lain: menulis basmalah,
pembersihan, shalat di tunggu oleh guru secara langsung, dan apabila
pelanggaranya terlalu berat mereka bisa dapat surat panggilan wali murit.
Hal ini di lakukan agar peserta didik mempunyai kefahaman agama yang
baik dan menjadi khalifah Allah yang baik. Ada beberapa faktor pemikiran
keagamaan antara lain: yaitu ajaran agama dapat mendorong manusia
melakukan kerja produktif. Kedua faktor inovatif yaitu ajaran agama
dapat melandasi cita-cita dan amal perbuatan manusia dalam seluruh aspek
kehidupan. ketiga faktor sublimatifyaitu ajaran agama dapat meningkatkan
dan mengkuduskan fenomena kegiatan manusia, tidak hanya hal
keagamaan tapi juga berdimensi keduniaan. Keempat, faktor Integratif
yaitu ajaran agama dapat mempersatukan sikap dan pandangan manusia
serta aktifitasnya, baik secara individual maupun kolektif dalam berbagai
tantangan hidup ( Pulungan, 2002: 63) .
Jadi dalam hal ini, pembelajaran agama sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Baik untuk cita-cita amal perbuatan
manusia, mempersatukan sikap pandangan manusia atau yang lainya.
pembelajaran agama tidak selamanya berjalan lancar, bisa dikatakan
68
seperti itu karena penelitian di SMP Negeri 3 Getasan mempunyai
problem salah satunya adalah dari subjeknya sendiri yaitu peserta didik
ada yang melanggar upaya pembelajaran keagaamaan. Hukuman yang
diberikan cukup baik yaitu berupa hukuman yang mendidik.
E. Dampak Pembinaan Keagaman Peserta didik SMP Negeri 3 Getasan,
Kabupaten Semarang.
Dampak pembinaan keagamaan terhadap nilai rohaniah dan akhlak
peserta didik sebagai berikut:
7. Kegiatan aqidah terkait dengan hafalan Juz ama sudah mulai efektif.
Peserta didik sudah mulai tanggung jawab dan setoran hafalan.
8. Antusias jamaah shalat sunnah maupun shalat wajib, yang di ikuti
oleh peserta didik, semua guru dan staf pendidikan formal yang
bearagam islam. Hal ini tentu tidak terlepas dari metode keteladanan
(Uswah hasanah). Melalui metode ini para orang tua, pendidik, Da’i
memberi teladan terhadap anak atau peserta didiknya, bagaimana cara
berbicara, berbuat, bersikap, beribadah yang benar dan sebagainya.
Melalui metode ini maka peserta didik dapat melihat, menyaksikan
dan meyakini cara yang sebenarnya, sehingga mereka dapat
melaksanakanya dengan baik. Hal tersebut juga diterapkan pendidik
dalam membina peserta didik mendoakan dan menghormati orang
tuanya.
69
9. Munculnya sikap tolong menolong antar sesama
Tolong menolong yang dimaksut dalam hal ini adalah peserta didik
saling bergantian menggendong ketika wudhu, karena keterbatasan
tempat wudhu. Hal ini tentu membuat pribadi siswa tahu akan hak-hak
kewajiban sesama muslim salah satunya yaitu saling menolong dalam
kebaikan dan taqwa (Muctar, 2008: 38).
10. Dalam hal ubudiyah.
Peserta didik antusias bekerja sama dengan Rohis untuk membuat
jadwal Adzan, memimpin membaca asmaul husna dan menjadi Imam.
Hal tersebut dilakukan supaya ketika kelak peserta didik sudah
menjadi alumni, mereka akan tetap melakukan kewajibanya tersebut,
selain itu diharapkan mampu memiliki akhlak yang mulia, karena
akhlak mulia adalah salah satu kemuliaan orang mukmin (Ghazali,
2010:284)
11. Tambahnya Pengetahuan agama.
Pengetahuan dalam hal ini, kadang mereka belum faham akan
ketentuan-ketentuan dalam hal hukum fiqih selain tu dengan adanya
pembinaan melalui wawancara dengan guru PAI memperoleh
informasi peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam kelas 7
sampai 9. Selain itu dengan bertambahnya pengetahuan agama dapat
memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka tumbuh
sifat-sifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat
70
menghormati dan sebagainya. Agama melarang orang untuk tidak
sombong, congkak, riya dan sebagainya (Salimi, 1991: 11).
12. Munculnya rasa tanggung jawab dalam hal kebersihan
Rasulullah Saw bersabda “ Kebersihan adalah sebagian dari Iman”
Hadist ini yang mereka pakai. Jadi mereka selalu sadar bahwa
kebersihan itu penting.
Jadi dalam hal ini apabila siswa SMP Negeri 3 Getasan berada dalam
suatu masyarakat, tentu mereka akan mempunyai karakter yang baik seperti,
tolong menolong sesama, jamaah shalat fardhu, mampu menjaga lingkungan
sekitar. Hal tersebut di dapat dari sekolahanya dan didikan ilmu
pengetahuanya.
F. Masalah dan Pemecahan dalam Pembinaan Keagamaan peserta didik
SMP Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang.
3. Masalah dalam pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan.Secara garis besar ada problem dalam pembinaan keagamaan
daintaranya yaitu:
d. Masalah dalam ketauhidan yaitu kultur mereka kental dengan
budaya jawa yang sulit dirubah.
e. Pola asuh yang mayoritas bukan dari orang tuanya sendiri tapi
nenek dan kakeknya. Dalam hal ini sangat berpengaruh dalam
perkembangan psikolog maupun intelegensi peserta didik, dan
keluarga adalah madrasah pertama untuk anak.
71
Dalam buku karangan Asadullah Al-Maghribi yang
berjudul Cinta Rasul Pada Anak, menjelaskan bahwa orang tua
menjadi figur yang memberikan keteladanan dalam meneradpkan
prinsip. Prinsip sebaik apapun kalau tidak disertai contoh hanya
akan menjadi kumpulan resep yang tak bermakna, maka dari itu
keluarga yang menjadi madrasah pertama untuk anak terutama ibu,
karena ibu yang paling dekat denganya (Asadullah Al-Maghribi,
2012: 57).
Dalam hasil penenelitian Juwariyah Dahlan (1997: 350-
352) mengemukakan diagram tentang intensitas interaksi atau
bertemunya orang tua dengan anak dalam proses pendidikan
sebagai berikut tabel:
Frekwensi Interaksi Efek pada Anak
Kuantitas interaksi yang
banyak tetapi kualitasnya
rendah.
4. Memperlambat kemandirian
anak
5. memperlemah peran orang
tua sebagai pendidikanya
6. Nasehat orang tua kurang
mendapat respon positif
anak
Kuantitas interaksi yang
sedikit dan kualitas yang
rendah
3. Dapat menimbulkan
perasaan acuh tak acuh anak
pada orang tua
72
4. Dapat menimbulkan gap
psikis anak pada orang
tuanya
Kuantitas interaksi yang
banyak dengan kualitas yang
besar
5. mempercepat proses
kemandirian anak
6. Anak benar-benar
memandang orang tua
sebagai tumpuan harapan
dalam proses pendidikanya
7. anak akan responsif
terhadap nasehat orang tua
8. mempertimbngkan
hubungan psikis 0rang tua
dengan anak.
Kuantitas interaksi sedikit
kualitas besar
3. Mendukung kemandirian
anak
4. orang tua bisa dianggap
sebagai tauladan
Dari beberapa paparan sebagaimana dijelaskan di atas,
dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah basis awal
pengembangan pendidikan bagi anak-anak. Keluarga sebagai
institusi yang sejak dini dan awal telah menanamkan sendi-sendi
73
kehidupan bagi masa depan manusia terutama bagi anak-anak yang
masih membutuhkan arahan, bimbingan, dan pedoman hidup ke
depan ( Yasin, 2008 :219-220)
Jadi apabila anak dititipkan neneknya dari kecil
perkembangan psikisnya tentu berbeda dengan anak yang hidup
bersama orang tuanya sendiri.
f. Budaya yang berbeda-beda karena berasal dari agama kristen,
budha dan islam. Dalam hal ini sekolah kesulitan dalam
mengelompokan budaya-budaya tersebut, sehingga kadang peserta
didik yang beragama islam mereka merasa nyaman dengan yang
bukan budayanya sendiri. Seperti, reog. Orang tua membolehkan
anaknya merokok setelah sunat.
4. Pemecahan dalam mengatasi problem pembinaan keagamaan peserta
didik SMP Negeri 3 Getasan.
e. Kegiatan shalat wajib dan sunnah diteruskan dengan dzikir dan doa
bersama.
Shalat adalah tiang agama, barang siapa yang meninggalkanya
maka iapun meninggalkan agamanya. Shalat fardhu lebih baik
dilakukan secara berjamaah sebagaimana hadist Rasulullah Saw:
لواث كفازث لما بيىغه ما اجخىبج الكبا إز ا لص “ Shalat itu menjadi tebusan bagi dosa-dosa yang terjadi
diantaranya selama dosa-dosa besar dijauhi”.
Shalat yang dilanjutkan dengan doa dan dzikir adalah satu kesatuan
sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Saw, adapun fadhilah dari
doa dan dzikir adalah sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
74
“Allah Azza wajala telah berfirman , “Hai hamba-hambaku
masing-masing dari kamu berdosa, melainkan dari orang yang aku
selamatkan maka mintalah ampun kepadaku , niscaya akan aku
ampuni dosamu . Dan siapa yang meyakini dosanya, maka akupun
akan mengampuni dosanya dan aku tidak akan peduli
(Ghazali,2004 : 99)
f. membaca Asmaul husna
Pembacaan asmaul husna dilaksanakan sebelum shalat duhur di
mulai, hal ini bertujuan agar peserta didik bisa lebih mengingat dan
memahami bahwa Allah Swt mempunyai banyak sifat. Selain itu
bacaan asmaul husna juga mengandung kebesaran Allah Swt dan
pembuka yang baik. Sebagaimana dalam buku karangan Imam
Ghazali di jelaskan sebelum memulai berdoa dianjurkan untuk
membaca yang artinya: “ Maha suci Tuhanku yang maha tinggi dan
maha pemberi, tiada Tuhan selain Allah sendiri tiada sekutu bagin-
Nya” ( Ghazali, 2004: 99).
g. diadakanya buku rekap shalat. Jadi guru mengetahui siapa yang
tidak shalat.
Buku rekap di buat untuk mengontrol shalat peserta didik, dengan
tujuan mulai dari hal yang kecil terlebh dahulu. Supaya mereka
tanggung jawab dan tahu bila buku rekap itu kosong maka yang di
dapat adalah hukuman. Setelah dimulai dengan cara seperti itu
siswa akan tanggung jawab dengan sendirinya bahwa shalat adalah
kewajiban untuknya.
h. diadakanya seminar radikalisme, untuk mengurangi banyaknya
angka peserta didik yang merokok dan minum-minuman keras.
75
Seminar adalah suatu pertemuan yang bersifat ilmiah untuk
membahas sesuatu masalah tertentu dengan tanggapan dan
prasarana melalui suatu diskusi untuk mendapat keputusan bersama
( Yuzal, 2013; 7).
Jadi dengan adanya seminar tersebut siswa semakin faham
dan tau akan dampak dari perbuatan tersebut, dan tidak akan
mengulangi hal yang sama.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uraian di atas merupakan penjabaran dari hasil penelitian yang
penulis lakukan di SMP Negeri 3 Getasan terkait upaya pembinaan
keagamaan peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Upaya pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3 Getasan,
Kabupaten Semarang.
Upaya pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3Getasan
sangat baik, hal ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang dilakukan
diantaranya: pembinaan akhlak terhadap Allah Swt (shalat sunnah duha,
shalat duhur, pembacaan asmaul husna, doa dan dzikir), ekstra kurikuler
Baca Tulis Al-Quran, pembinaan akhlak terhadap orang tua, penanaman
nilai saling menolong, penanaman akhlak kebangsaan. Sekolah SMP
Negeri 3 Getasan dalam pembinaan keagamaan sering menggunakan
metode Reward and Punishment danmetode uswah hasanah atau
keteladanan.
2. Dampak pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan, Kabupaten Semarang.
Dampak pembinaan keagamaan terhadap nilai rohani dan akhlak
peserta didik sebagai berikut: Kegiatan akidah terkait dengan hafalan Juz
ama sudah mulai efektif, Antusias jamaah shalat sunnah maupun shalat
77
wajib, yang di ikuti oleh semua guru dan staf pendidikan formal yang
beragama islam, munculnya sikap tolong menolong antar sesama, dalam
hal ubudiyah Peserta didik antusias bekerja sama dengan Rohis untuk
membuat jadwal Adzan, mempin membaca asmaul husna dan menjadi
Imam, Tambahnya Pengetahuan agama dan Muncunya rasa tanggung
jawab dalam hal kebersihan.
3. Masalah dan Pemecahan dalam pembinaan keagamaan peserta
didik SMP Negeri 3 Getasan, Kabupaten Semarang.
a. Masalah dalam pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan antara lain:
1) Masalah dalam ketauhitan yaitu kultur mereka kental dengan
budaya jawa yang sulit dirubah.
2) Pola asuh yang mayoritas bukan dari orang tuanya sendiri tapi
nenek dan kakeknya.
3) Budaya yang berbeda-beda karena berasal dari agama kristen,
budha dan islam.
b. Pemecahan dalam pembinaan keagamaan peserta didik SMP Negeri 3
Getasan anatara lain:
1) Kegiatan shalat wajib dan sunnah diteruskan dengan dzikir dan doa
bersama.
2) membaca Asmaul husna dan diadakanya rohis.
3) Kerjasama antara peserta didik, guru dan wali murit
4) diadakanya buku rekap shalat. Jadi guru tau siapa yang tidak shalat.
78
5) diadakanya seminar radikalisme, untuk mengurangi banyaknya
angka peserta didik yang merokok dan minum-minuman keras.
B. Saran
Hasil penelitian ini belum sepenuhnya sempurna, mungkin ada
yang tertinggal atau terlupakan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
penelitian ini dapat dilanjutkan dan dikaji ulang yang tentunya lebih teliti
dalam penelitian berikutnya, kritis dan saran lebih mendetail guna
menambah wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat. Perbedaan
pandangan dijadikan sebuah rahmat, bukan dijadikan sebagai pemicu
konflik
Sehubungan dengan adanya pembahasan masalah dalam skripsi ini,
maka penulis memandang perlu untuk menyampaikan saran-saran antara
lain:
1. Bagi SMP Negeri 3 Getasan
Sebaiknya terdapat koordinasi yang lebih baik lagi antara semua guru
dan peserta didik, agar pembinaan keagamaan peserta didik dengan
begitu mungkin dapat memaksimalkan pelaksaan kegiatan-kegiatan
tersebut, karena Mengingat pentingnya pembinaan keagamaan bagi
beserta didik dan guru.
79
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Skripsi ini dapat dikembangkan menjadi penelitian kuantitatif dengan
mengkorelasikan pembinaan keagamaan dan pembinaan kecerdasan
intelektual.
3. Bagi sekolah lainya
Diharapkan meluluskan peserta didik yang tidak hanya mempunyai
akhlak yang baik tapi pengetahuan agama yang mendalam dan di
imbangi dengan guru-guru yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ahmad Qadir, Muhamad Abdul. 1985. Metodologi Pengajaran Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana.
Al-Maghribi. Asadullah. 2012. Cinta Rasul Pada Ana. Jombang: Lintas Media.
Arifin. H,M. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Daradjat, Zakiyah. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.
Fathoni, Abdurrahmat. 2005. Metodologi Penelitian dan Tekhnik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Budaya Religius Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Yogyakarta:Kalimedia.
Ghazali, Imam. 2004. Ringkasan Ihya Ulumudin Upaya Menghidupkan Ilmu
Agama. Surabaya: Himmah Jaya.
Ghazali, Imam. 2010. Rahasia Ketajaman Mata Hati. Surabaya: Terbit Terang.
Kas`iram, Muh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN
Maliki Press.
Khasanah, Muhimmatun. 2015. Pembentukan Karakter Religius Siswa dalam
Pembelajaran
PAI dan Budi Pekerti Pada kelas VII G SMPN 1 Imogiri bantul
Yogyakarta. Skripsi diterbitkan. Yogyakarta: UIN Yogyakarta.
Khoiriyah, Siti. 2008. Upaya Madrasah dalam Pembinaan Akhlak Siswa di MTS
N Banyusoco Playen Gunung Kidul Yogyakarta. Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Latifah, Yunita. 2015. Pembinaan Keagamaan Siswa SMP di Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Agama Islam,
fakultas pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Makhdlori, Muhammad. 2008. Mukjizat-mukjizat Membaca Al-Qur’an.
Jogjakarta: DIVA Press.
Moleong, Lexi J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Muchtar, Jauhari heri. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhibudin, Muhamad. 2015. Keajaiban 10 Sunnah Untuk Bekal Iman, Berkah
hidup dan Lancar Rejeki. Yogyakarta: Buku Pintar.
Nariswari Hanjayani, Asri. 2017. Upaya Pembinaan Kecerdasan Spiritual Santri
Pondok Pesantren As-salafiyah Nurul Yaqin, Kecamatan Karanganyar,
Kabupaten Karanganyar. Karanganyar: Jurusan Pendidikan Islam, Fakultas
Tarbiyah Ilmu Keguruan.
Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner.
Jakarta: Rajawali Press.
Ngatini. S. Lestari, 2010, Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nico Syukur, oaster ofm.1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Jakarta:
Kanisius
Poerwodarminto, W. J. S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pulungan, J. Suyuti. 2002. Peranan Pemimpin Agama dan Modernisasi dalam
Pembangunan. Jakarta: Moyo Segoro Agung.
Salimi, Noor. 1991. MKDU Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Shihab,M.Quraish. 2006. Dia dimana-mana “Tangan” Tuhan dibalik Setiap
Fenomena. Jakarta: Lentera Hati.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya.
Suwartono. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Yasin, A fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Uin Malang: Press.
Yuzal, Indra, dkk. 2013. Panduan Praktis Seminar. Jakarta: Rajawali Press.
TABEL INSTRUMEN PENELITIAN DATA
No Rumusan
Masalah
Pertanyaan Penelitian Observasi Dokumentasi
1. Bagamana upaya
pembinaan
keagamaan
peserta didik di
SMP Negeri 3
Getasan
1. Bagaimana upaya
pembinaan aqidah
peserta didik di
SMP Negeri 3
Getasan?
2. Bagaimana upaya
pembinaan ibadah
peserta didik di
SMP Negeri 3
Getasan?
3. Apa upaya
sekolah untuk
menambah
pengetahuan
keagamaan
peserta didik di
SMP Negeri 3
Getasan?
4. Apa upaya
sekolah untuk
membina ahlak
peserta didik di
SMP Negeri 3
Getasan?
1. Kegiatan
pembinaan
aqidah peserta
didik SMP
Negeri 3
Getasan.
2. Kegiatan
Pembinaan
ibadah peserta
didik SMP
Negeri 3
Getasan.
3. Kegiatan
Pembinaan
pengetahuan
keagamaan
peserta didik
SMP Negeri 3
Getasan
4. Kegiatan
Pembinaan
ahlakpeserta
didik SMP
Negeri 3
Getasan.
1. Daftar
hadir
kegiatan
shalat
dhuhur
2. Daftar
hadir
kegiatan
shalat
duha
2. Apa dampak
pembinaan
keagamaan
terhadap peserta
didik SMP
Negeri 3
Getasan?
1. Apa dampak
pembinaan aqidah
terhadap keimanan
peserta didik?
2. Apa dampak
pembinaan ibadah
anak terhadap
perilaku ubudiyah
peserta didik?
3. Apa dampak
pembinaan
pengetahuan
terhadap
pengetahuan
keagamaan peserta
didik?
4. Apa dampak
pembinaan ahlak
terhadap
keperibadian
muslim peserta
didik?
1. Perilaku
kepribadian
peserta didik
2. Perilaku ibadah
peserta didik
3. Perilaku ahlak
peserta didik
1. Nilai
pelajaran
Pendidika
n Agama
Islam
peserta
didik
2. Nilai
sikap
peserta
didik
1. Apa problem
yang dihadapi
sekolah dalam
pembinaan
keagamaan
peserta didik
SMP Negeri 3
Getasan? dan
bagaimana
solusinya?
1. Apa masalah yang
dihadapi sekolah
dalam pembinaan
ketauhidan
peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan?
2. Apa masalah yang
dihadapi sekolah
dalam pembinaan
ibadah peserta
didik SMP Negeri
3 Getasan?
3. Apa masalah yang
dihadapi sekolah
dalam pembinaan
pengetahuan
ibadah peserta
didik SMP Negeri
3 Getasan?
4. Apa masalah yang
dihadapi sekolah
dalam pembinaan
ahlak peserta
didik SMP Negeri
3 Getasan?
5. Apa pemecahan
yang diberikan
sekolah dalam
pembinaan
ketauhidan
1. Kegiatan
Shalat
Jamaah
Duhur dan
Duha
2. Kegiatan
Ekstra
kurikuler
Baca Tulis
Al-Quran
1. Daftar
hadir
ekstrakurik
uler baca
Tulis Al-
Quran
85
peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan?
6. Apa pemecahan
yang diberikan
sekolah dalam
pembinaan ibadah
peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan?
7. Apa pemecahan
yang diberikan
sekolah dalam
pembinaan
pengetahuan
ibadah peserta
didik SMP Negeri
3 Getasan?
8. Apa pemecahan
yang diberikan
sekolah dalam
pembinaan ahlak
peserta didik SMP
Negeri 3 Getasan?
WAWANCARA DENGAN GURU PAI SMP NEGERI 3 GETASAN
KEGIATAN EKSTRAKULIKULER REBANA
KEGIATAN REBANA
KEGIATAN BTQ
KEGIATAN SEBELUM DAN SESUDAH SALAT
KEGIATAN WUDHU
PEMBACAAN ASMAUL HUSNA
GURU MENDAMPINGI PEMBACAAN ASMAUL HUSNA
GURU MEMIMPIN DOA
KEGIATAN SEMINAR RADIKALISME
PENDAMPINGAN GURU
BUKU REKAP KEGIATAN KEGIATAN KEAGAMAAN
BUKU ABSEN KEGIATAN KEAGAMAAN
BUKU ABSEN KEGIATAN KEAGAMAAN
KEGIATAN ABSEN O