upaya indonesia untuk mencapai ketahanan energi dalam
TRANSCRIPT
Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN-PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014
Upaya Indonesia Untuk Mencapai Ketahanan Energi
Dalam Memasuki Era MEA
Skripsi
Oleh
Emanuel Praditia Agung W.
2014330031
Bandung
2017
Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN-PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014
Upaya Indonesia Untuk Mencapai Ketahanan Energi
Dalam Memasuki Era MEA
Skripsi
Oleh
Emanuel Praditia Agung W.
2014330031
Pembimbing
Giandi Kartasasmita, S.IP., M.A.
Bandung
2017
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Hubungan Internastional
Tanda Pengesahan Skripsi
Nama : Emanuel Praditia Agung W.
Nomor Pokok : 2014330031
Judul : Upaya Indonesia Untuk Mencapai Ketahanan Energi
Dalam Memasuki Era MEA
Telah diuji dalam Ujian Sidang jenjang Sarjana
Pada Rabu, 20 Desember 2017
Dan dinyatakan LULUS
Tim Penguji
Ketua sidang merangkap anggota
Dr. Aknolt Kristian Pakpahan : ________________________
Sekretaris
Giandi Kartasasmita, S.IP., M.A. : ________________________
Anggota
Stanislaus Risadi Apresian, S.IP., M.A. : ________________________
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dr. Pius Sugeng Prasetyo, M.Si.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Emanuel Praditia Agung W.
NPM : 2014330031
Jurusan/Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Judul : Upaya Indonesia Untuk Mencapai Ketahanan
Energi Dalam Memasuki Era MEA
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya tulis ilmiah
sendiri dan bukanlah merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar akademik oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang
dikutip, ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan bersedia menerima
konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila di kemudian hari
diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar.
Bandung, 15 Desember 2017
Emanuel Praditia Agung W.
i
ABSTRAK
Nama : Emanuel Praditia Agung W.
NPM : 2014330031
Judul Skripsi : Upaya Indonesia Untuk Mencapai Ketahanan Energi
Dalam Memasuki Era MEA
Menipisnya cadangan SDA secara global dan meningkatnya kerusakan
lingkungan membuat isu ketahanan energi Indonesia memiliki urgensi untuk
segera dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usaha – usaha yang
telah dilakukan oleh Indonesia untuk mencapai ketahanan energi dalam memasuki
era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Penelitian ini berfokus pada hubungan
antara Indonesia dan ASEAN dalam mencapai ketahanan energi untuk
menyambut MEA dan upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk mencapai
ketahanan energi tersebut. Isu energi dipilih karena memiliki signifikansi pada
keberlangsungan suatu negara. Signifikansi energi dikarenakan energi merupakan
aspek vital bagi dan saat ini energi telah menjadi isu internasional. Oleh karena itu
muncul sebuah pertanyaan penelitian yang berusaha dijawab dalam penelitian ini,
“Bagaimana upaya Indonesia untuk mencapai ketahanan energi dalam kerangka
ketahanan energi ASEAN?”
Penulis menggunakan metode studi pustaka dalam mencari data – data
yang dijadikan modal bagi penulis untuk menganalisa situasi dan usaha
pencapaian ketahanan energi oleh Indonesia. Konsep dan teori yang digunakan
oleh penulis antara lain: konsep energy security, teori integrasi kawasan, dan
konsep kerjasama. Teori digunakan oleh penulis sebagai kerangka pemikiran
dalam menganalisa data dan konteks yang didapat. Konsep energy security
membantu penulis dalam memahami kerangka ketahanan energi Indonesia, hal
yang mendasari penyusunan kerangka tersebut dan untuk menentukan apakah
Indonesia sudah mengarah pada arah yang benar untuk mencapai ketahanan
energi. Untuk mencapai tujuan dibutuhkan sebuah strategi yang berfungsi sebagai
pedoman, dan dalam penelitian ini RPJP, RPJMN, dan APAEC merupakan
strategi yang digunakan oleh Indonesia dalam mencapai ketahanan energi.
Penelitian ini menghasilkan dua buah hasil. Pertama, kerangka ketahanan
energi ASEAN dalam aspek pipa gas dan penyediaan listrik merupakan
penjabaran dari indikator ketahanan energi Indonesia yang tercantum pada
RPJMN. Kedua, usaha dan upaya yang dilakukan oleh Indonesia dalam mencapai
ketahanan energi dapat ditunjukan dengan upaya pembangunan sarana
infrastruktur dan pengembangan SDM untuk meningkatkan ketahanan energi
sekaligus kualitas SDM Indonesia.
Kata kunci: ketahanan energi, RPJMN, APAEC, pipa gas, listrik
ii
ABSTRACT
Name : Emanuel Praditia Agung W.
Student Number : 2014330031
Thesis’ Title : Indonesia Effort to Achieve Energy Security in AEC Era
The growing issue of the depletion of natural resources and the increased amount
regarding environmental degradation urged Indonesia to address the national
energy issues in advance. This research aims to determine the efforts undertaken
by Indonesia in order to achieve energy security in ASEAN Economic Community
(AEC) era. The focus of this research is the relationship bertween Indonesia and
ASEAN to achieve energy security, also the efforts made by Indonesiato achieve
this vision in conjunction with AEC. The writer chose the issue on energy due to
its relevance and significance on the sustainability of a country because it is
considered as a vital aspect of a country and also it become an international
issue. Therefore, a research question arose in this research, “How Indonesia
achieve energy security condition in ASEAN energy security framework?”
The writer uses literature study method to search and collect data for the
purpose to analyze the context and efforts to achieve energy security in Indonesia.
The concept and theories used by the writer are: the concept of energy security,
the theory of regional integration, and the concept of cooperation. The writes use
various theory as a framework to analyze the data and context related to the
research. The concept of energy security helps the writer to understand
Indonesia’s energy security framework and the attempt to achieve it. A strategy is
a requirement to achieve those goal, in this research the writer use RPJP,
RPJMN, and APAEC as strategy used by Indonesia in order to achieve energy
security.
This research yielded two results. First, the framework of ASEAN energy
security in the sector of gas pipeline and electricity are the elaboration of
Indonesia’s energy security indicators which listed on RPJMN. Second, efforts
made by Indonesia to achieve energy security can be seen by the rapid
development of energy related infrastructure and human resources to improve the
state of energy security as well as the quality of Indonesian human resources.
Keywords: Energy security, RPJMN, APAEC, pipeline, electricity
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa karena atas kasih
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul, “Upaya
Indonesia Untuk Mencapai Ketahanan Energi Dalam Memasuki Era MEA”.
Hampir semua SDA konvensional (minyak tanah, batubara, dan gas alam)
membutuhkan waktu pembentukan yang lama. Kecenderungan masyarakat untuk
menggunakan dan mengandalkan energi yang berasal dari sumber daya
konvensional ini secara berlebihan sangatlah tidak berkelanjutan. Apabila
diteruskan maka hanya beberapa generasi saja yang dapat menikmati energi yang
melimpah. Pemerintah Indonesia sedang berupaya untuk merealisasikan
ketahanan energi Indonesia yang tercantum dalam RPJP dan RPJMN Indonesia.
Untuk mencapai ketahanan energi dibutuhkan tak hanya ketersediaan dan
keandalan pasokan energi saja, namun perlu juga melihat keterjangkauan,
efisiensi, dan keberlangsungan penggunaan energi yang ramah lingkungan. Dalam
penulisan penelitian ini, penulis berusaha memberikan perspektif baru dalam
mengkaji upaya pemenuhan ketahanan energi Indonesia untuk memasuki era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). ASEAN dijadikan indikator pemenuhan
energi Indonesia karena peran dan pengaruh baik Indonesia di dalam ASEAN,
vice versa, sangatlah besar.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak – pihak yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa tidak semua pihak dapat dicantumkan namanya di
skripsi ini, namun hal tersebut tidak mengurangi apresiasi dan rasa terima kasih
dari penulis kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.
Ucapan terima kasih diberikan tulus dari penulis kepada,
1. Orang tua, adik, serta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan
doa dalam perjalanan penulisan penilitian ini hingga selesai.
iv
2. Mas Giandi, yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan
penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga dapat selesai dalam
waktu yang telah ditentukan. Terima kasih Mas karena bersedia untuk
diganggu setiap hari berturut – turut ketika mendekati batas
pendaftaran sidang.
3. Dosen – dosen di program studi Hubungan Internasional yang
senantiasa membimbing penulis dengan memberikan pelbagai
pengetahuan sebagai modal bagi penulis untuk penelitian.
4. Teman – teman penulis yang senantiasa menjadi pendukung dan
menjadi tempat cerita dan konsultasi penulis dari awal penelitian
hingga selesai. Kawan kos 36B (Tony, Yunas, Khalif, Frans) yang
senantiasa mendukung penulis dan bersedia meluangkan kamarnya
untuk menampung penulis saat melakukan penelitian. Teruntuk Livia,
Nathan, Tesa, Kevin, Greg, Menno, Jeje, Ivan, Michael, Rio dan anak
– anak Beswan UNPAR yang selalu memberikan dukungan dikala
rintangan menghadang.
5. Ucapan terima kasih secara khusus diberikan penulis kepada Andrea
Celine yang selalu ada bagi penulis dan senantiasa memberikan
dukungan dan bantuan secara moril ketika penulis menghadapi
tantangan dalam penulisan penelitian ini. Terima kasih telah menjadi
support system utama.
Akhir kata, penulis menyampaikan permohonan maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam penelitian ini. Semoga penelitian
ini dapat memberikan fungsi dan manfaat bagi pihak yang membacanya.
Bandung, 14 Desember 2017
Emanuel Praditia Agung W.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vii
DAFRAR GRAFIK .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................... x
1. BAB I. Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
1.2.1. Deskripsi Masalah ............................................................... 5
1.2.2. Pembatasan Masalah ........................................................... 11
1.2.3. Perumusan Masalah ............................................................ 11
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 12
1.3.1. Tujuan Penelitian ................................................................ 12
1.3.2. Kegunaan Penelitian ............................................................ 12
1.4. Kajian Literatur ............................................................................... 12
1.5. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 17
1.6. Metode Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data .......... 23
1.6.1. Metode Penelitian ................................................................ 23
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 24
1.7. Sistematika Pembahasan ................................................................. 25
vi
2. BAB II. Keterkaitan Antara Indonesia dengan Program Ketahanan Energi
ASEAN .......................................................................................................... 27
2.1. ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC)
sebagai Program Ketahanan Energi ASEAN ................................... 28
2.1.1. Latar Belakang Kebijakan Energi ASEAN ......................... 28
2.1.2. Visi, Misi, dan Fokus APAEC ............................................ 31
2.1.3. Strategi ASEAN Untuk Mencapai Ketahanan Energi ........ 32
2.2. Kondisi Sektor Energi di ASEAN ................................................... 36
2.2.1. Kondisi Permintaan dan Penawaran Energi ........................ 37
2.2.2. Peta Potensi Energi ASEAN ............................................... 40
2.3. Keterkaitan antara Kerangka Ketahanan Energi Indonesia dengan
APAEC ............................................................................................. 43
2.3.1. Keselarasan Program Ketahanan Energi Indonesia dengan
APAEC ................................................................................ 44
2.3.2. Kondisi dan Potensi Energi di Indonesia dalam
Mendukung Proyek TAGP dan APG .................................. 49
3. BAB III. Upaya Indonesia untuk Mencapai Ketahanan Energi dalam
Kerangka Ketahanan Energi ASEAN dalam Proyek TAGP dan APG .......... 57
3.1. Pemenuhan Dimensi Ketahanan Energi Indonesia ......................... 65
3.1.1. Dimensi Ketersediaan Energi (Availability) ....................... 65
3.1.2. Dimensi Keterjangkauan Energi (Affordability) ................. 67
3.1.3. Dimensi Pengembangan Teknologi dan Efisiensi ............... 68
3.1.4. Dimensi Environmental Sustainability ............................... 69
3.1.5. Dimensi Regulation dan Governance ................................. 70
3.2. Tantangan Indonesia dalam Upaya Pemenuhan Ketahanan Energi 71
3.3. Peluang Indonesia dalam Mencapai Ketahanan Energi .................. 74
4. BAB IV. Kesimpulan .................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 81
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Persediaan Cadangan Energi ASEAN Tahun 2013 ......... 40
Gambar 2.2 Potensi EBT di ASEAN 2013 ................................................... 42
Gambar 3.1 Peta Jalur Perdagangan Minyak Bumi di Kawasan Asia
Tenggara.................................................................................... 60
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia 1861 – 2016 ...... 29
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Total Produksi Energi ASEAN ................................................. 38
Tabel 2.2 Total Konsumsi Energi ASEAN ............................................... 38
Tabel 2.3 Indikator Ketahanan Energi Indonesia ...................................... 44
Tabel 2.4 Data Persediaan Energi Indonesia Menurut Jenis ..................... 51
Tabel 3.1 Indikator Ketahanan Energi ...................................................... 63
x
DAFTAR ISTILAH
ADB Asian Development Bank
AEC ASEAN Economic Community
AMEM ASEAN Ministers of Energy Meeting
APAEC ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APG ASEAN Power Grid
ASCOPE ASEAN Council on Petroleum
ASEAN Association of Southeast Asian Nation
BBM Bahan Bakar Minyak
BPPT Badan Pengkaji dan Penerapan Teknologi
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CO2 Karbon (di)-Oksida
COP 21 Conference of the Parties 21st
DEN Dewan Energi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DR/DC Domestic Reserve to Domestic Consumption
EBT Energi Baru Terbarukan
FSRU Floating Storage Regasification Unit
GATT General Agreement on Tariff and Tax
GHG Green House Gases
GW Giga Watt
HAPUA Heads of ASEAN Power Utilities / Authorities
IEA International Energy Agency
KEN Kebijakan Energi Nasional
LNG Liquified Natural Gas
xi
MBOE Million Barrel Oil Equivalent
MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN
MTOE Million Tonnes of Oil Equivalent
MW Mega Watt
MWe Mega Watt electricity
OVI Oil Vulnerability Index
PLN Perusahaan Listrik Negara
PLT Pembangkit Listrik Tenaga –
PLTN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya
R/P Ratio to Production
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJP Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RTA Regional Trade Agreements
SDA Sumber Daya Alam
SDM Sumber Daya Manusia
SUTET Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
TAGP Trans ASEAN Gas Pipeline
TSCF Trillion Standart of Cubic Feet
TCF Trillion Cubic Feet
UUD 1945 Undang – Undang Dasar 1945
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teknologi adalah alat yang diciptakan oleh manusia dengan fungsi untuk
mempermudah kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya kemampuan
dan kapabilitas manusia dalam menciptakan sesuatu, teknologi pun turut
berkembang bersamanya dimulai dari alat dengan sistem mekanika sederhana
kemudian berkembang menjadi teknologi yang menggunakan komponen
komputer canggih. Perkembangan teknologi yang pesat dipengaruhi oleh adanya
kejadian global pada abad 20 berupa Perang Dunia 1, Perang Dunia 2, dan Perang
Dingin, dimana setiap negara yang terlibat saling berlomba-lomba untuk
menemukan teknologi yang lebih mutakhir. Di sisi lain, adanya perang membuat
dibutuhkannya suatu sumber daya alam dalam skala besar untuk memenuhi
permintaan / demand dalam perang.
Untuk memenuhi permintaan yang besar, negara-negara melakukan
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya khususnya sumber daya alam. Penggunaan
sumber daya alam dibutuhkan sebagai bahan bakar kendaraan perang agar dapat
berjalan, perlunya logam dan logam mulia untuk memproduksi dan mengolah
metal menjadi kerangka kendaraan hingga proyektil peluru, serta digunakan untuk
menghasilkan tenaga listrik yang didapat dari pengolahan batubara.
2
2
Paska Perang Dunia, situasi global sempat dalam kondisi damai dan stabil,
membuat negara pemenang perang dunia berada dalam masa keemasannya yang
berimplikasi pada sebuah fenomena masyarakat konsumtif dan era “baby
boomers” era disaat terjadinya ledakan penduduk dunia, sehingga dari rentang
tahun 1959 hingga 1974 jumlah penduduk telah melebihi 4 milyar orang.1
Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami pertumbuhan penduduk
secara cepat hingga mencapai 257 juta orang.2 Meningkatnya jumlah penduduk
berdampak pada meningkatnya kebutuhan manusia seperti kebutuhan akomodasi
berupa tempat tinggal, transportasi berupa kendaraan, dan listrik hingga makanan,
semuanya tersebut dapat dipenuhi dengan mengambil sumber daya yang sudah
disediakan oleh alam berupa tanah serta bahan bakar fosil dengan ketersediaan
yang terbatas di alam.
Sebagai negara berkembang dengan jumlah populasi penduduk lebih dari
seperempat milyar manusia dan dalam proses industrialisasi terutama dalam
industri otomotif, Indonesia harus mampu memenuhi segala kebutuhan warga
negaranya terlebih kebutuhan terhadap energi yang menjadi aspek vital dalam
kehidupan manusia. Banyaknya jumlah penduduk Indonesia dengan cakupan
wilayah geografis yang besar menjadi faktor tingginya arus migrasi dari satu
wilayah ke wilayah lain. Dalam melakukan migrasi diperlukan infrastruktur
penunjang seperti kendaraan transportasi berupa motor, bus, mobil, kereta api,
maupun pesawat yang membutuhkan bahan bakar sebagai energi untuk
1 Max Roser dan Esteban Ortiz Ospina, “World Population Growth,” Our World In Data, diakses
27 September 2017, https://ourworldindata.org/world-population-growth/. 2 World Bank, “Population Growth (annual %),” The World Bank | Data, diakses 21 Maret 2017,
https://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.GROW.
3
3
beroperasi. Meskipun Indonesia memiliki cadangan minyak bumi, namun
Indonesia tetap melakukan impor BBM dari luar negeri sehingga ketika terjadi
fluktuasi harga minyak pada tahun 90 dan tahun 2000-an menyebabkan terjadinya
kelangkaan persediaan BBM yang berdampak pada meningkatnya harga BBM,
diiringi dengan meningkatnya harga bahan pokok konsumsi masyarakat sebagai
efek domino dari meningkatnya harga energi. Hal tersebut juga memberikan
pengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia dan apabila dibiarkan
Indonesia dapat kolaps seperti Venezuela ditahun 2017 ini.3
Energi merupakan sebuah aspek vital bagi keberlangsungan suatu negara.
Ibarat sebuah kendaraan bermotor, energi menjadi bensin bagi sebuah negara
untuk bergerak dan berkembang di dalam kehidupan bernegara sehari-hari.
Manusia sebagai individu merupakan entitas terkecil dalam kehidupan bernegara,
dan dalam melakukan tindakannya dibutuhkan energi sebagai modal untuk
beraktifitas yang didapat dari makanan, serta ditunjang oleh energi lainnya seperti
bahan bakar fosil yang diolah menjadi energi listrik. Adalah hak warga negara
untuk mendapatkan pasokan serta ketersediaan energi dari negara guna memenuhi
hak dasar warga negara untuk kesejahteraan. Pancasila sebagai philosophische
grondslag4, menjadi sebuah dasar bagi penyelenggaraan kegiatan berbangsa dan
bernegara di Indonesia dengan merujuk sila ke lima yang berisi, “Kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, menjadi kewajiban pemerintah Indonesia
3 Tjokorda Nirarta Samadhi dan Almo Pradana, “Indonesia and The Accute Energy Crisis,” The
Jakarta Post, Oktober 2016, http://www.thejakartapost.com/academia/2016/10/07/indonesia-and-
the-acute-energy-crisis.html. 4 Philosophische grondslag, diartikan dari bahasa Belanda sebagai falsafah dasar. Dikutip dari
pidato Ir. Soekarno pada sidang Dokuritsu Junbi Cosakai pada 1 Juni 1945 saat penyusunan
ideologi bangsa Indonesia.
4
4
untuk memenuhi kebutuhan nasional akan energi. Oleh karena itu, kemampuan
Indonesia sebagai negara untuk memenuhi kebutuhan energi nasional sangat
penting mengingat segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
membutuhkan energi untuk bergerak sehingga perlu dicapainya sebuah ketahanan
energi nasional.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa sebagian besar energi
yang digunakan oleh manusia didapat dengan mengonversi sumber daya alam.
Sumber daya alam yang digunakan berupa bahan bakar fosil (minyak bumi dan
batubara), logam mulia, tanah, air, gas alam yang memiliki jumlah terbatas. Selain
terbatas, beberapa komoditas tersebut kemungkinan tidak semuanya tersedia
dalam satu negara sehingga ada negara yang tidak memiliki sumber daya alam
tersebut atau ketersediaannya sangatlah sedikit. Guna mengantisipasi masalah
tersebut diperlukan sebuah kerjasama antar negara untuk melengkapi satu dengan
yang lain, secara tidak langsung dapat mempererat hubungan antar negara dengan
terbentuknya sikap saling memahami. Kerjasama yang dilakukan umumnya dapat
berupa perjanjian perdagangan antar dua negara atau sesuatu yang lebih besar dan
kompleks berupa perdagangan komoditas energi dalam satu kawasan seperti di
Uni Eropa. Melalui kerjasama antar negara secara khusus dan antar negara dalam
satu kawasan secara umum, dapat membentuk sikap saling ketergantungan satu
sama lain dan antar negara dapat memenuhi kebutuhan satu sama lain dalam satu
kawasan sehingga terbentuklah kondisi kawasan yang stabil dan kondusif. Untuk
mendukung upaya yang ingin dicapai dalam kerjasama itulah diperlukan sebuah
keselarasan terhadap program yang ingin dicapai dalam satu kawasan dengan
5
5
program setiap negara terutama dalam hal energi untuk mencapai ketahanan
energi dalam tingkatan kawasan dan khususnya ketahanan energi dalam tingkatan
nasional.
Pada tulisan ini, penulis akan mengkaji upaya Indonesia untuk mencapai
ketahanan energi dengan menggunakan kerangka ketahanan ASEAN dalam
memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Deskripsi Masalah
Sumber daya alam adalah sesuatu yang dihasilkan oleh alam dan dapat
dipergunakan untuk membantu hidup manusia. Sumber daya seperti tanah, air,
udara, batubara, hutan (kayu), dan sinar matahari dapat dikategorikan sebagai
sumber daya alam. Beberapa, bahkan sebagian besar dari sumber daya alam yang
ada dapat dikonversikan menjadi energi lain, salah satunya menjadi energi listrik.
Tidak semua sumber daya alam tersedia selamanya dan selalu dapat dieksploitasi.
Ada beberapa kategori terkait ketersediaan sumber daya antara lain, Renewable
dan non-Renewable Natural Resources (sumber daya alami terbarukan dan tidak
terbarukan).5
Sejak terjadinya revolusi industri, manusia lebih menggunakan sumber
daya alam konvensional seperti minyak bumi dan batu bara untuk menggerakan
mesin-mesin industri serta sebagai bahan bakar dari moda transportasi seperti
5 Sonia Madaan, “What are Natural Resources, Types, and Threats to Natural Resources,” Earth
Eclipse, Agustus 2016, http://www.eartheclipse.com/environment/types-and-threats-to-natural-
resources.html.
6
6
mobil dan kereta. Kebutuhan manusia akan sumber daya lambat laun bukannya
berkurang melainkan bertambah secara cepat dan tajam. Sumber daya yang
menjadi pilihan bagi manusia (karena efektif dan mudah didapat) adalah sumber
daya alam fosil yang masuk dalam kategori non-renewable resource dikarenakan
tidak membutuhkan teknologi dan proses yang rumit untuk menggunakan sumber
daya tersebut.
Sejak tahun 1900, pemakaian sumber daya alam secara global telah
meningkat sebanyak sepuluh kali lipat pada tahun 2009.6 Dalam rentang tahun
1990 hingga 2016 saja konsumsi energi dunia mengalami peningkatan dari 8.557
MTOE (million tonnes of oil equivalent) menjadi 13.509 MTOE dengan kata lain
terjadi peningkatan penggunaan energi sebanyak 270 MTOE per tahun.7
Peningkatan kebutuhan energi yang besar juga diiringi dengan pertumbuhan
penduduk dunia dari 5,31 milyar orang menjadi 7,43 milyar orang pada tahun
2016 dengan laju pertumbuhan sebesar 81,5 juta orang per tahun.8 Di Indonesia
saja penggunaan energi dari tahun 1990 hingga 2016 meningkat 119 MTOE
diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk dari tahun 1990 hingga 2016
sebanyak 80 juta orang membuktikan bahwa meningkatnya kebutuhan akan energi
6 European Environment Agency, “Intensified Global Competition for Resources,” European
Environment Agency, 18 Februari 2015, https://www.eea.europa.eu/soer-2015/global/competition. 7 Enerdata, “Global Energy Statistical Yearbook 2017” (Enerdata, Juni 2017),
https://yearbook.enerdata.net/total-energy/world-consumption-statistics.html. 8 Roser dan Ospina, “World Population Growth.”
7
7
sejajar dengan meningkatnya angka pertumbuhan populasi manusia serta tingkat
perekonomian mereka.9
Ketersediaan sumber daya alam semakin berkurang dikarenakan
meningkatnya permintaan tidak diiringi dengan peningkatan pasokan akan sumber
daya alam. Permasalahan yang timbul dari adanya fenomena tersebut adalah
kelangkaan sumber daya alam yang menyebabkan negara harus mencari sumber
daya alternatif lain agar mampu mencukupi kebutuhan, ataupun melakukan
hubungan kerjasama antar negara atau dalam kawasan regional tertentu. Terhitung
dari tahun 2012, sumber daya fosil di dunia seperti minyak bumi, batubara, dan
gas alam, akan bertahan selama lebih kurang 35 tahun mendatang yang berarti
pada tahun 2047 dunia tidak lagi memiliki minyak bumi.10
Indonesia sendiri pada tahun 2015 memiliki cadangan minyak bumi
sebanyak 7.370 MBOE (million barrels oil equivalent) yang hanya dapat diambil
sebanyak 3.692 MBOE sebagai oil proved resources dan gas alam sebanyak
149,30 TCF (trillion cubic feet) dengan gas proved resources sebanyak 103,35
TCF.11 Hal ini akan menjadi masalah yang besar terutama bagi negara yang
hingga saat ini masih menggunakan minyak bumi dan batubara sebagai sumber
energi utama mereka. Negara yang bergantung pada impor dan subsidi minyak
bumi seperti Indonesia akan merasakan dampak secara signifikan ketika
persediaan minyak bumi semakin berkurang dan berdampak pada fluktuasi harga
9 Population Division of the Department of Economics and Social Affairs of The United Nations
Secretariat, “2017 Revision of World Population Prospects,” World Population Prospects (United
Nations Population Division, 2017), https://esa.un.org/unpd/wpp/. 10 BBC News, “Global Resources Stock Check,” BBC News - Future, 18 Juni 2012,
http://www.bbc.com/future/story/20120618-global-resources-stock-check. 11 PricewaterhouseCoopers, “Investment and Taxation Guide,” PricewaterhouseCoopers, 2016.
8
8
komoditas minyak bumi dan batubara yang membuat bangsa Indonesia menjadi
ketergantungan terhadap negara pengekspor minyak lainnya seperti Iraq, Amerika
Serikat, dan Arab Saudi.
Secara geografis, Indonesia memiliki keuntungan dan potensi lebih
dibidang sumber daya alam yang melimpah tak hanya sumber daya fosil namun
Indonesia juga kaya akan sumber daya alam terbarukan seperti geothermal, air,
dan angin. Namun, adanya keterbatasan teknologi serta sumber daya manusia
Indonesia, membuat bangsa ini tidak dapat memaksimalkan potensi pengelolaan
sumber daya terbarukan yang lebih murah untuk pemakaian jangka panjang dan
ramah lingkungan. Luasnya daerah di Indonesia pun menjadi hambatan bagi
pemerintah dalam melakukan penyamarataan sarana infrastruktur dan ekonomi.
Ketimpangan energi di Indonesia dapat dilihat dari minimnya instalasi listrik yang
memadai di daerah pelosok seperti di Papua, Maluku, dan NTT.
Biaya bahan bakar minyak disejumlah daerah di Indonesia sebelum tahun
2017 mengalami perbedaan yang sangat signifikan sebanyak 5-7 kali lipat apabila
dibandingkan dengan harga BBM di pulau Jawa. Indonesia menduduki peringkat
60 dari 138 dalam aspek infrastruktur menurut the World Economic Forum
Global Competitiveness Report (2016-17).12 Pembangunan infrastruktur yang
lambat dapat menyebabkan terhambatnya proses distribusi energi dari satu daerah
ke daerah lain sehingga ketimpangan disuatu daerah menjadi semakin besar dan
berdampak pada aspek kesejahteraan masyarakat.
12 OECD, OECD Economic Surveys: Indonesia, 2016.
9
9
Tingginya tuntutan dari masyarakat dunia agar negara-negara yang ada
untuk beralih menuju energi yang ramah lingkukan dan efisien semakin tinggi.
Hal ini dikarenakan adanya urgensi untuk mengurangi tindakan manusia yang
mengancam keberlangsungan ekosistem alam yang disebabkan oleh penggunaan
energi yang tidak ramah lingkungan seperti minyak bumi dan batubara yang
menghasilkan emisi atau gas buang karbon tinggi, sehingga menimbulkan efek
gas rumah kaca atau yang sering disebut Green House Gases (GHG).
Meningkatnya emisi karbon yang menyebabkan gas rumah kaca membuat suhu
bumi semakin menghangat membuat kondisi es di kutub utara semakin meleleh
dan menyebabkan ketidaksetimbangan ekosistem bumi sehingga terjadi perubahan
iklim yang sangat drastis di bumi. Hal inilah yang membuat negara-negara di
dunia berkomitmen untuk menggunakan dan mengembangkan energi terbarukan
yang ramah lingkungan serta mengurangi emisi karbon untuk mencegah semakin
parahnya perubahan iklim di Bumi.
Indonesia sebagai negara berkembang tentunya membutuhkan energi yang
banyak untuk menggerakan roda perekonomian serta untuk memenuhi kebutuhan
domestik akan energi. Urgensi untuk beralih kepada energi terbarukan untuk
Indonesia semakin tinggi terlebih dengan komitmen Indonesia dalam COP21
untuk mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan dari bahan bakar fosil,
mengharuskan Indonesia untuk secepat mungkin menggunakan energi yang lebih
ramah lingkungan. Selain itu untuk mencapai ketahanan energi, Indonesia tidak
boleh hanya bergantung pada satu sumber daya alam seperti minyak bumi yang
kondisinya kian hari makin kritis dan berkurang, sehingga dibutuhkan energi
10
10
alternatif yang dapat dijadikan oleh Indonesia sebagai bauran energi untuk
memenuhi kebutuhan Indonesia dan untuk mencapai ketahanan energi Indonesia.
Selain itu apabila Indonesia tidak segera beralih ke energi yang lebih ramah
lingkungan dan berkelanjutan dikhawatirkan skenario terburuk yang akan terjadi
yakni sekitar 3000 pulau yang menjadi batas wilayah Indonesia akan tenggelam
sehingga dapat mengancam integritas kedaulatan Republik Indonesia.13
Indonesia merupakan pendiri dan anggota ASEAN yang memiliki tujuan
untuk menyejahterakan dan memakmurkan negara anggota ASEAN dan menjaga
stabilitas regional, oleh karena itu diharapkan Indonesia dapat mencapai
ketahanan energi untuk mendukung tecapainya integrasi kawasan.14 Dimulainya
era MEA pada tahun 2015 membuat Indonesia harus memperbaiki berbagai
sektor, khususnya energi, untuk mendukung integrasi ekonomi di kawasan
sekaligus untuk memanfaatkan peluang ekonomi pada integrasi tersebut.15 Sektor
energi memiliki peran yang penting dalam menjamin keberlangsungan kegiatan
perekonomian suatu negara maupun kawasan agar tetap lancar dan stabil. Oleh
karena itu, demi menjamin kesejahteraan masyarakat dan menjaga stabilitas
regional perlu adanya upaya untuk mencapai ketahanan energi Indonesia untuk
menyiapkan Indonesia dalam memasuki era MEA.
13 Badan Informasi Geospasial, “Badan Informasi Geospasial,” diakses 27 September 2017,
http://bakosurtanal.go.id/big-news/show/3-000-islands-will-be-sinking. 14 ASEAN Secretariat, “About ASEAN,” Association of Southeast Asian Nations, diakses 25
Maret 2017, http://asean.org/asean/about-asean/. 15 ASEAN Secretariat, “ASEAN Economic Community,” Association of Southeast Asian Nations,
diakses 7 Januari 2018, http://asean.org/asean-economic-community/.
11
11
1.2.2 Pembatasan Masalah
Topik yang dibahas dalam penulisan ini terkait dengan keselarasan program
ketahanan energi Indonesia dengan program ketahanan energi kawasan ASEAN
dan upaya Indonesia untuk mencapai ketahanan energi dalam kerangka ketahanan
energi ASEAN. Program ketahanan energi Indonesia merujuk pada Peraturan
Presiden (Perpres) No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN)
2005-2025 dengan penyempurnaan melalui Undang – Undang Nomor 17 tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005 – 2025, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 – 2009, dan RPJMN
2010 - 2014. Kerangka ketahanan energi kawasan ASEAN merujuk pada ASEAN
Plan of Action for Energy Community (APAEC) 2004 – 2009 dan APAEC 2010 –
2015. Lini masa pengkajian implementasi kebijakan ketahanan energi ASEAN
dan Indonesia berada diantara tahun 2005 yang menjadi tolak ukur dimulainya
program pembangunan jangka panjang Indonesia (RPJP), hingga tahun 2015,
berakhirnya kerangka kerja APAEC 2010 - 2015. Cakupan program yang dikaji
adalah program pipa gas dan jaringan listrik dari tahun 2005 hingga 2015.
1.2.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijabarkan dalam identifikasi
masalah, maka penulis membuat pertanyaan penelitian terkait dengan masalah
tersebut, yaitu “Bagaimana upaya Indonesia untuk mencapai ketahanan energi
dalam kerangka ketahanan energi ASEAN?”
12
12
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian secara kualitatif ini memiliki tujuan untuk menganalisa upaya Indonesia
untuk mencapai ketahanan energi dalam kerangka ketahanan energi ASEAN
dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan kajian mengenai kebijakan
energi di Indonesia sebagai upaya untuk mencapai ketahanan energi nasional.
Penulis juga berharap agar penelitian ini mampu memberikan perspektif baru
terhadap integrasi kawasan yang tidak hanya berupa integrasi ekonomi secara
makro saja namun dapat berupa integrasi terkait sektor energi. Disamping itu
penulis juga berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi kajian terhadap
hubungan antara kebijakan energi Indonesia dengan ASEAN dimana dalam
organisasi regional tersebut, Indonesia menjadi salah satu penggagas dan pioneer.
1.4 Kajian Literatur
Penelitian akan permasalahan ketahanan energi suatu negara serta dampaknya
terhadap program integrasi kawasan telah banyak dikaji sebelumnya dan
didokumentasikan dalam bentuk buku, jurnal atau artikel yang mebahas isu
tersebut juga banyak dipublikasikan. Tiga dari penelitian-penelitian tersebut
digunakan oleh penulis sebagai kajian literatur dan acuan.
Sebuah Jurnal Ekonomi dan Pembangunan yang diterbitkan oleh Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia memuat sebuah penelitian yang mengkaji tentang
indikator ketahanan energi dengan multi kriteria yang disiapkan oleh Sovacool.
13
13
Dalam penelitian yang dituangkan kedalam sebuah artikel ini disebutkan bahwa
ketahanan energi memiliki arti yang bersifat multidimensi. Ditemukan lima hal
penting terkait ketahanan energi Indonesia yaitu16; 1) Analisis dimensi
ketersediaan energi menyarankan agar Indonesia sesegera mungkin menyiapkan
infrastruktur energi, baik untuk sumber daya alam yang berupa fosil maupun
sumber daya alam non-fosil; 2) Kebijakan terkait penentuan harga komoditas
energi menjadi kunci terhadap kemampuan daya beli masyarakat atau konsumen
untuk mendapatkan energi tersebut dengan harga murah yang sangat disayangkan
bahwa hingga saat ini pemerintah masih belum dapat menentukan mekanisme
yang tepat untuk mengurangi beban subsidi energi; 3) Pengalokasian dana yang
ditujukan untuk penelitian dan pengembangan masih minim untuk pengembangan
sektor energi di Indonesia yang sebenarnya dapat dilihat dari masih berfokusnya
pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi dari minyak bumi dan
batubara dengan cara mengimpor komoditas tersebut dari negara tetangga yang
dapat menyebabkan terjadinya dependensi Indonesia akan energi; 4) Untuk
meningkatkan kualitas lingkungan dikemudian hari diperlukan adanya hubungan
timbal balik yang positif akan penggunaan energi dengan lingkungan sekitar
sehingga diharapkan bahwa energi yang digunakan tidak memiliki dampak negatif
terhadap keselamatan lingkungan dan memiliki dimensi keberlangsungan atau
sustainability; 5) Pemerintah perlu melakukan regulasi yang efektif dan efisien
terkait penggunaan energi di Indonesia sehingga dapat menuai hasil yang positif
16 Maxensius Tri Sambodo dan Siwage Dharna N., “Designing Conceptual Framework and State
of Energy Security in Indonesia,” Jurnal Ekonomi dan Pembangunan LIPI 20, no. 1 (2012): 1–17.
14
14
bagi sektor energi di Indonesia khususnya untuk mencapai ketahanan energi
Indonesia.
Penelitian kedua yang digunakan sebagai acuan penelitian ini adalah
sebuah artikel tentang analisa ketahanan minyak di 15 negara pengimpor minyak
tahun 2010. Penelitian ini digunakan sebagai acuan akan alasan perlunya
reformasi sektor energi di 15 negara pengimpor minyak untuk mencapai
ketahanan energi. Pada penelitian ini dikaji mengenai indeks kerentanan minyak
dari 15 negara yang salah satunya adalah Indonesia yang menjadi negara
pengimpor minyak terbesar di ASEAN dan dunia. Dalam penelitian ini digunakan
indikator agregat yang disebut Oil Vulnerability Index (OVI) yang mencakup dua
aspek ketahanan energi, yakni aksesibilitas (accessibility) dan keterjangkauan
(affordability).17 OVI menggunakan indikator untuk menentukan tingkat
kerentanan minyak, indikator tersebut antara lain: diversifikasi energi, rasio
cadangan minyak terhadap konsumsi minyak, dan intensitas minyak.
Indonesia memiliki tingkat ketergantungan minyak lebih dari 0,400 dari
skala 0 hingga 0,600. Data tersebut menyebutkan bahwa Indonesia memilki
ketergantungan yang tinggi terhadap minyak yang disebabkan diversifikasi energi
yang rendah di Indonesia pada tahun 2010.18 Namun, dalam indikator rasio
cadangan minyak terhadap konsumsi minyak (DR/DC), Indonesia memiliki rasio
yang besar. Besarnya rasio DR/DC memiliki arti bahwa Indonesia memiliki
kerentanan minyak yang rendah hal ini dikarenakan cadangan minyak yang besar.
17 Andry Satrio N., “Analisis Ketahanan Minyak di 15 Negara Pengimpor Minyak tahun 2010,”
Jurnal Bina Ekonomi 19, no. 1 (2015): 71–87. 18Ibid.
15
15
Meskipun rasio DR/DC Indonesia besar (karena cadangan minyak yang banyak),
namun hal tersebut tidak melepaskan penilaian bahwa Indonesia rentan terhadap
minyak. Hal tersebut dikarenakan cadangan – cadangan minyak yang potensial
belum bisa dimanfaatkan karena keterbatasan teknologi dan SDM. Di sisi lain
ditemukan bahwa Indonesia saat ini memiliki tingkat intensitas minyak yang
tinggi. Tingginya intensitas minyak berarti Indonesia memiliki tingkat efisiensi
energi yang rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Andry Satrio untuk menganalisa tingkat
kerentanan minyak 15 negara pengimpor minyak tahun 2010 menyatakan bahwa
ketergantungan Indonesia akan minyak yang cukup besar, dengan skala indikator
OVI sebesar 1,05 membuat Indonesia dikategorikan sebagai negara yang memiliki
kerentanan yang tinggi terhadap minyak.19 Meskipun memiliki cadangan energi
minyak yang besar, kerentanan terhadap minyak di Indonesia disebabkan oleh
tingkat subsidi energi (BBM) yang besar pada tahun 2010. Lambatnya proses
diversifikasi, intensifikasi, dan konservasi energi sebagai akibat dari adanya
subsidi BBM membuat Indonesia menjadi lebih rentan terhadap minyak.
Ketahanan mnyak negara yang rendah menunjukan bahwa negara tersebut tidak
dapat menghasilkan EBT (energi berkelanjutan) untuk mencapai dan
mempertahanankan kesejahteraan masyarakat.20
Penelitian ketiga yang menjadi acuan penulis dalam penelitian ini adalah
sebuah kumpulan artikel yang mengkaji mengenai pemenuhan permintaan sektor
19 Ibid. 20 Ibid.
16
16
industri akan energi di India dengan peningkatan jumlah pasokan (supply) energi.
Penelitian ini dijadikan sebagai kajian literatur penulis dikarenakan India memiliki
karakteristik yang sama dengan Indonesia dalam aspek demografi (jumlah
penduduk yang lebih dari seperempat milyar orang) dan ekonomi (sebagai negara
berkembang). Penelitian ini memaparkan bahwa angka penggunaan energi per
orang di India terhitung rendah apabila dibandingkan dengan Brazil, China, dan
Amerika.21 Bertolak dari paparan awal tersebut, muncul sebuah pertanyaan terkait
urgensi dari penggunaan energi per-orang di India yang masih rendah terhadap
pembangunan sektor industri. Hal tersebut dikarenakan akses terhadap energi
mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan pembangunan manusia.
Sebagai negara dengan populasi masyarakat dengan usia remaja yang banyak
tidak menjamin bahwa pertumbuhan ekonomi India akan meningkat apabila
pendidikan masyarakat muda ini terkendala oleh terbatasnya pasokan listrik
ataupun terancamnya kesehatan masyarakat ini akan udara yang tercemar polusi
akibat dari penggunaan bahan bakar yang tinggi akan emisi karbon.
Sektor kelistrikan India bertumpu pada penggunaan batu bara untuk
dikonversi menjadi tenaga listrik dimana konsumen terbesar dari pembangkit
listrik tenaga batu bara sebanyak 90% berasal dari sektor industri.22 Banyaknya
permintaan akan energi akan membuat terjadinya kompetisi untuk mendapat
pasokan energi pada beberapa dekade kedepan. Untuk mengatasi masalah krisis
energi, langkah awal yang harus dilakukan adalah meningkatkan pengumpulan
21 Arunabha Ghosh, “Balancing Industrial Demand and Energy Supply,” East Asia Forum 4, no. 4
(Oktober-Desember 2012). 22 Ibid.
17
17
data dan melakukan analisa terhadap data yang didapat untuk menyiapkan negara
dalam menghadapi permintaan dan penggunaan energi yang dinamis. Pandangan
skeptis memprediksi bahwa pasokan energi dimasa depan tidak akan memenuhi
kebutuhan akan energi dikarenakan: 1) produksi lokal akan produk energi primer
mengalami perlambatan yang ditandai dengan meningkatnya impor India terhadap
sumber energi primer, 2) Keterbatasan infrastruktur menjadi penghambat dalam
pemenuhan kebutuhan akan energi baik dengan cara memproduksi sendiri
maupun dengan mengimpor, 3) Investasi pada infrastruktur jaringan listrik yang
lambat serta minimnya kapasitas sumber daya manusia dalam mengatur dan
mengelola efisiensi dan efektifitas jaringan listrik.23
Untuk menghadapi kendala yang ada langkah yang dapat diambil oleh
pemerintah India antara lain: 1) Penyesuaian pertumbuhan sektor industri dengan
ketersediaan pasokan energi; 2) Sektor industri diharapkan mencari akses
eksklusif sumber energi lain seperti gas alam berupa LNG; 3) Pada tataran
perumusan kebijakan pemerintah, kebijakan diarahkan pada efisiensi energi,
pemetaan sumber energi yang komprehensif untuk seluruh sektor guna melihat
potensi kerentanan dalam pasokan maupun harga komoditas.24
1.5 Kerangka Pemikiran
Konsep Kerjasama
Negara sebagai aktor dalam dunia internasional melakukan berbagai tindakan
sebagai wujud “kehidupan” suatu negara dalam sistem internasional. Tindakan
23 Ibid, hal 7 24 Ibid, hal 8.
18
18
tersebut dapat berbentuk kerjasama maupun kompetisi (rivalry). Interaksi dalam
bentuk kerjasama dapat timbul dari adanya perubahan perilaku aktor sebagai
bentuk tanggapan dari tindakan aktor lainnya. Kerjasama dapat menjadi hasil dari
adanya ketimpangan kekuatan antara aktor satu dengan yang lainnya sehingga
dilakukanlah perundingan atau negosiasi untuk merumuskan tujuan setiap aktor
yang ingin dicapai dengan prinsip win-win.
Kerjasama diartikan sebagai seperangkat hubungan yang tidak menjadikan
koersif dan paksaan sebagai dasar hubungan antar aktor. Kerjasama didasari oleh
persetujuan bersama antara aktor – aktor yang terlibat.25 Negara dapat melakukan
tindakan yang berbentuk kerjasama sebagai akibat dari adanya keikutsertaan
dalam organisasi internasional dan rezim internasional (regulasi dan norma
internasional). Kerjasama juga dapat muncul dari adanya sebuah komitmen
individu maupun kelompok untuk mencapai kesejahteraan bersama. Setiap aktor
bekerjasama untuk mencapai kepentingan kelompok maupun kepentingan
individu yang dapat dicapai secara bersamaan. Kerjasama antar dua atau lebih
aktor negara dalam dunia internasional dapat disebut sebagai kerjasama
multilateral (multilateralism).26 Kerjasama multilateral dapat terjadi berdasarkan
berbagai isu maupun kepentingan yang hendak dicapai. Kerjasama dapat
dilakukan di dalam institusi / bentuk organisasi yang lebih atau kurang formal,
25 James E. Dougherty dan Robert L. Pfaltzgraff, “Theories of International Cooperation and
Integration,” dalam Contending Theories of International Relations: A Comprehensive Survey, 5
ed. (New York: Longman, 2001). 26 Ibid. hal 507
19
19
dalam organisasi dengan banyak atau sedikit aturan yang disepakati, norma –
norma, maupun dalam prosedur pengambilan keputusan pada umumnya.27
Energy Security
Meskipun banyak pemerintahan yang memandang penting ketahanan
energi, hingga saat ini belum ada sebuah kepetusan secara konsensus terkait arti
atau makna dari ketahanan energi. Hal ini menyebabkan adanya pelbagai
pengertian akan ketahanan energi yang dipengaruhi akan posisi dan kondisi suatu
negara terkait ketahanan energi sehingga pemaknaan ketahanan energi oleh setiap
negara berbeda-beda, “Where countries stand on energy security depends on
where they sit”.28 Meskipun memiliki intepretasi yang berbeda-beda, setiap
definisi yang ada memiliki persamaan antara satu dengan yang lainnya. Menurut
Oxford English Dictionary, “energi” adalah kekuatan vital yang dibutuhkan untuk
kegiatan fisik maupun mental yang berkelanjutan dan atau kekuatan yang berasal
dari pemanfaatan sumber fisik maupun kimia terutama untuk menyediakan cahaya
dan panas maupun untuk menggerakan mesin. Sedangkan “security” memiliki arti
sebuah keadaan yang terbebas dari bahaya maupun ancaman.29 Sehingga
pengertian energy security secara harafiah adalah kestabilan arus energi baik
dalam sisi pasokan maupun pemenuhan permintaan.
27 Ibid. 28 Gal Luft dan Anne Korin, Energy Security and Challenges for The 21st Century: A Reference
Handbook (Connecticut: Greenwood Publishing Group, 2009). 29 Angus Stevenson, “Concise Oxford English Dictionary,” ed. oleh Maurice Waite (New York:
Oxford University Press, 2011).
20
20
Lebih lanjut ketahanan energi dapat didefinisikan sebagai “[r]eliable
supplies at [a] reasonable price”.30 Namun, apabila dilihat secara lebih jelas
mengenai keamanan pasokan energi maka kompleksitas akan hal ini nampak
makin jelas. Sehingga hubungan segitiga antara supply security, sustainability,
dan competitiveness menandakan interaksi yang saling mempengaruhi antara
ketiga aspek utama dalam kebijakan energi, tetapi hal tersebut tidak cukup sebagai
kerangka dari ketahanan energi, bahkan hanya pemahaman ekonomi saja terhadap
mengamankan pasokan energi sebagai upaya perdagangan dan bisnis tidaklah
cukup. Tumbuhnya ketergantungan akan pasokan energi dari negara lain – seperti
yang terjadi di sebagian besar negara anggota ASEAN khususnya Indonesia –
akibat adanya ketidakpastian, maupun ketidakamanan energi.31
Secara ringkas, ketahanan energi selalu berkaitan dengan ketahanan
energi. Interupsi maupun hambatan apapun terhadap kestabilan aliran energi akan
berdampak secara masif pada kondisi perekonomian negara, stabilitas politik dan
kesejahteraan warga negara. Oleh karena itu, keamanan dan ketahanan energi
bersifat multi-dimensional akan dimensi kebijakan internal, dimensi ekonomi,
dimensi geopolitik, dan dimensi kebijakan terkait keamanan. Sehingga dari
beberapa pengertian yang ada terkait ketahanan energi dapat dikatakan bahwa
ketahanan energi adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan akses oleh
masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka panjang dan
tidak terpengaruh oleh gejolak regional maupun internasional.
30 “Energy and Security: Regional and Global Dimensions,” SIPRI Yearbook 2007 - Armaments,
Disarmament, and International Security, 2007. 31 Florian Baumann, “Energy Security as Multidimensional Concept,” C.A.P Policy Analysis 1, no.
Maret (2008): 4.
21
21
Menurut Sovacool, terdapat lima dimensi yang dapat digunakan sebagai
indikator dalam mengukur ketahanan energi suatu negara. Kelima dimensi
tersebut antara lain: ketersediaan (availability), keterjangkauan (affordability),
efisiensi (efficiency), keberlangsungan (sustainability), dan pemerintahan
(governance).32 Dimensi ketersediaan energi berkaitan dengan kondisi pasokan
energi suatu negara dan durasi dari mampu digunakannya pasokan energi tersebut
untuk memenuhi kebutuhan selama tahun mendatang. Dimensi keterjangkauan
berkaitan dengan kemampuan / daya beli masyarakat terhadap komoditas energi
yang siap digunakan seperti LPG (gas) maupun listrik.
Dimensi efisiensi merupakan tingkat efisiensi suatu pembangkit untuk
menghasilkan suatu energi (khususnya listrik) dengan menggunakan sumber daya
(input) yang minimal namun memiliki output yang maksimal. Dimensi
keberlangsungan dalam ketahanan energy berkaitan dengan upaya menggunakan
energy yang memiliki dampak negarif yang minim terhadap lingkungan maupun
ekosistem. Selain memiliki dampak negative yang minim terhadap ekosistem,
dimensi keberlangsungan juga melihat perencanaan program pemenuhan energi
yang mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya konvensional yang tidak
berkelanjutan seperti minyak bumi. Terakhir dimensi pemerintahan berhubungan
dengan kondisi tingkat pelayanan pemerintah, ekspor energy, subsidi energy per
kapita, regulasi tariff, dan informasi terkait kualitas energy.
32 Benjamin K. Sovacool, “An International Assessment of Energy Security Performance,”
Elsevier - Ecological Economics, no. 6 Maret (2013).
22
22
Teori Integrasi Kawasan
Di era yang semakin berkembang interaksi antar negara satu dengan yang
lainnya turut meningkat pula terlebih akan adanya sumber daya yang berbeda-
beda oleh masing-masing negara membuat negara perlu menjalin kerjasama
dengan negara lain guna memenuhi kebutuhan negara. Meningkatnya arus
perdagangan barang dan jasa membuat negara berusaha mengurangi hambatan
perdagangan yang ada, terutama tarif, dengan membentuk sebuah kawasan bebas
perdagangan atau disebut dengan free trade area. Beberapa perjanjian terkait
integrasi kawasan dapat dilihat kembali secara historis sebelum terbentuknya
General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), regional trade agreements
(RTAs) yang telah berkembang secara massif sejak awal 1990-an.33
Integrasi regional merupakan salah satu cara sebuah negara untuk
mencapai kepentingan nasional (dan kepentingan bersama, collective interest).
Integrasi ini akan memperluas hubungan dan aktivitas negara dari level nasional
ke level regional. Integrasi kawasan juga memperluas akses sumber daya dan
pengalokasian sumber daya yang lebih baik ke setiap daerah dalam kawasan
sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi kawasan. Tidak seperti globalisasi,
integrasi regional atau integrasi kawasan didasari aspek geografis dan dalam
beberapa kasus didasari oleh aspek politik. Secara institusional, integrasi kawasan
lebih kuat apabila dibandingkan dengan globalisasi dikarenakan adanya peraturan
33 Roberto V. Fiorentino dan Miroslav N. Jovanovic, “The Never-ending Story of Regional Trade
Agreements,” in International Handbook on the Economics of Integration: General Issues and
Regional Groups, vol. I (Cheltenham: Edward Elgar, n.d.).
23
23
yang lebih ketat dan terdapat tekanan dari negara lain yang terkadang dapat
menjadi intens.34
Perluasan pasar dan input sumber daya lintas batas negara adalah salah
satu pendapat yang menarik terkait integrasi. Adanya perluasan pasar barang dan
jasa, baik dalam permintaan maupun penawaran, meningkatnya pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan dapat dicapai. Integrasi dapat mempermudah
pengalokasian sumber daya secara lebih efisien ke setiap anggota kawasan
(maupun global) yang selaras dengan prinsip keunggulan komparatif dari David
Richardo.35 Perlu dicatat dan digaris bawahi bahwa integrasi kawasan dapat
memberikan dampak yang berbeda antar negara anggota kawasan baik dalam hal
perdagangan, finansial, maupun infrastruktur, keuntungan dari integrasi dapat
berbeda-beda besarannya.
1.6 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.6.1 Metode Penelitian
Metode penelitian dalam studi hubungan internasional dapat dianalogikan sebagai
sebuah aset maupun sumber daya yang digunakan oleh pengkaji dari bidang ilmu
hubungan internasional untuk memahami berbagai metodologi yang ada di dalam
ilmu hubungan internasional.36
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
untuk menganalisa hubungan dan upaya yang dilakukan oleh Indonesia untuk
34 Iwan J. Azis, Regional Cooperation and Integration in a Changing World (Manila: Asian
Development Bank, 2013). 35 Azis. 36 Christopher Lamont, Research Methods in International Relations (London: SAGE, 2015).
24
24
mencapai ketahanan energi dalam kerangka ketahanan energi ASEAN. Penulis
menggunakan metode kualitatif menurut John W. Creswell yang membagi
tahapan penelitian menjadi tiga bagian yakni: pengumpulan data, analisa data, dan
interpretasi data.37 Pengumpulan dapat dilakukan dengan mencari data pada
dokumentasi berupa naskah, foto, maupun observasi secara langsung. Analisa data
dilakukan untuk melihat adanya pola yang terdapat pada data tersebut untuk
kemudian diinterpretasikan guna menjawab pertanyaan penelitian terkait upaya –
upaya yang dilakukan oleh Indonesia untuk mencapai ketahanan energi dalam
kerangka ketahanan energi ASEAN khususnya melalui proyek pipa gas dan
jaringan listrik.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumumpulan data untuk melihat upaya Indonesia untuk
mencapai ketahanan energi dalam kerangka ketahanan energi ASEAN dengan
menggunakan teknik studi pustaka, mengumpulkan dokumen – dokumen berupa:
jurnal, laporan tahunan, presentasi, artikel dalam majalah / koran, dan pernyataan
pers.38 Studi pustaka ini dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data-data
sekunder yang didapatkan dari laporan tahunan Dewan Energi Nasional, laporan
tahunan dari ASEAN, laporan dari lembaga independen formal lainnya seperti
International Energy Agency (IEA), Asian Development Bank (ADB), jurnal
terkait, dan sumber – sumber pustaka lainnya.
37 John W. Cresswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches (Los Angeles: SAGE, 2009). 38 Ibid.
25
25
1.7 Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini, penulis menyusun pembahasan yang terdiri atas empat bab
dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I disebut sebagai pendahuluan dan terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian dan teknik pengumpulan
data, serta sistematika penulisan.
Bab II merupakan bab yang akan membahas mengenai keterkaitan antara
Indonesia dengan program ketahanan energi ASEAN. Pembahasan akan
mencakup beberapa hal, antara lain: 1) ASEAN Plan of Action for Energy
Cooperation (APAEC) sebagai program ketahanan energi ASEAN yang akan
membahas mengenai latar belakang, visi dan misi, serta strategi ASEAN dalam
mencapai ketahanan energi regional; 2) Kondisi sektor energi di ASEAN yang
melingkupi kondisi permintaan dan penawaran energi regional dan potensi energi
di kawasan ASEAN; 3) Keterkaitan antara kebijakan ketahanan energi Indonesia
dengan APAEC yang melingkupi keselarasan program ketahanan energi
Indonesia dengan ASEAN (APAEC), serta kondisi dan potensi energi di Indonesi
dalam mendukung proyek TAGP dan APG.
Bab III akan berisi deskripsi dan analisa untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Dalam bagian ini penulis akan menganalisa hubungan antara Indonesia
dengan program ketahanan energi ASEAN serta upaya – upaya yang dilakukan
oleh Indonesia untuk mencapai ketahanan energi dalam kerangka ketahanan
energi ASEAN, terutama dalam proyek Trans ASEAN Gas Pipeline (TAGP) dan
ASEAN Power Grid (APG) yang merujuk pada pembangunan infrastruktur dan
26
26
sumber daya manusia (SDM) pada tahun 2005 hingga 2015. Upaya – upaya yang
dilakukan diarahkan untuk mencapai ketahanan energi Indonesia sekaligus untuk
menyiapkan Indonesia dalam memasuki era MEA.
Bab IV berisi kesimpulan dari keseluruhan penelitian yang telah
dilakukan.