ketahanan mineral dan energi

22
1 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015 PENGGUNAAN AGREGAT HALUS DAN KASAR (FINE COARSE AGGREGATE) ZEOLIT DALAM PEMBUATAN BATA BETON Indah Pratiwi, ST. 1 , Evi Dwiyanti, MT. 2 UPT. Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana, Liwa LIPI, Pekon Padang Dalom, Kec. Balik Bukit, Liwa, Kab. Lampung Barat, Lampung. Telepon (0728) 21631, Fax (0728) 21630, P.O. BOX 22 Liwa [email protected] Abstrak Untuk meningkatkan fungsinya sebagai media resapan air, prototipe bata beton (paving block) dibuat dengan memanfaatkan tekstur pori molekuler dari mineral zeolit. Prototipe dibuat dalam beberapa variasi komposisi, terdiri dari FCA(fine coarse aggregate) sebagai matrik berupa campuran antara zeolit dan pasir berukuran -1/4+100#, filler (pengisi) berupa zeolit berukuran - 100#, BP (bahan pengikat) berupa semen portland dan air. Prototipe dibuat dengan menggunakan alat cetak tekan manual dan dikeringkan secara alami selama 28 hari. Hasil pengujian laboratorium terhadap 8 jenis prototipe menunjukkan, prototipe yang paling baik kualitasnya adalah prototipe P3. Prototipe P3 dibuat dengan menggunakan zeolit kering dengan rasio S/L yang kecil yaitu 3:1 dan rasio BP/Air = 1,215:1 dimana BP>Air. Berdasarkan SNI 03-0691-1996 mengenai Bata Beton (Paving Block), nilai kuat tekan prototipe P3 masih belum memenuhi standar yaitu 3,31 MPa, namun nilai penyerapan airnya cukup tinggi bahkan jauh di atas standar, yaitu sebesar 21,62%. Kata kunci: bata beton, zeolit, fine coarse aggregate (FCA), penyerapan air, hidrasi Abstrack To improve the function as a water absorption media, paving block prototype made by utilizing pores molecular texture of the zeolite. Prototype made in several variations of composition , consists of FCA (fine coarse aggregate) as a matrix form of a mixture of zeolite and sand sized - 1/4+100# , filler in the form of zeolite sized -100#, BP (binder) in the form of portland cement and water. Prototype made by using manual pressmold tool and dried naturally for 28 days. Results of laboratory testing of the 8 prototype shows, most good quality prototypes is prototype P3. Prototype P3 made with dried zeolite with the small S/L ratio= 3:1 and BP/Water ratio = 1,215:1 where BP>Water. Based on SNI 03-0691-1996 about Concrete Brick (Paving Block), the compretion strength value of prototype P3 is not yet meet the standard that is 3.31 MPa, but the water absorption is high enough even far above the standard, that is as 21.62 %. Keyword: paving block, zeolite, fine coarse aggregate (FCA), water absorption, hydration

Upload: trinhanh

Post on 31-Dec-2016

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ketahanan Mineral dan Energi

1 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

PENGGUNAAN AGREGAT HALUS DAN KASAR (FINE COARSE AGGREGATE)

ZEOLIT DALAM PEMBUATAN BATA BETON

Indah Pratiwi, ST.1, Evi Dwiyanti, MT.

2

UPT. Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana, Liwa – LIPI, Pekon Padang

Dalom, Kec. Balik Bukit, Liwa, Kab. Lampung Barat, Lampung.

Telepon (0728) 21631, Fax (0728) 21630, P.O. BOX 22 Liwa

[email protected]

Abstrak

Untuk meningkatkan fungsinya sebagai media resapan air, prototipe bata beton (paving block)

dibuat dengan memanfaatkan tekstur pori molekuler dari mineral zeolit. Prototipe dibuat dalam

beberapa variasi komposisi, terdiri dari FCA(fine coarse aggregate) sebagai matrik berupa

campuran antara zeolit dan pasir berukuran -1/4+100#, filler (pengisi) berupa zeolit berukuran -

100#, BP (bahan pengikat) berupa semen portland dan air. Prototipe dibuat dengan menggunakan

alat cetak tekan manual dan dikeringkan secara alami selama 28 hari. Hasil pengujian laboratorium

terhadap 8 jenis prototipe menunjukkan, prototipe yang paling baik kualitasnya adalah prototipe P3.

Prototipe P3 dibuat dengan menggunakan zeolit kering dengan rasio S/L yang kecil yaitu 3:1 dan

rasio BP/Air = 1,215:1 dimana BP>Air. Berdasarkan SNI 03-0691-1996 mengenai Bata Beton

(Paving Block), nilai kuat tekan prototipe P3 masih belum memenuhi standar yaitu 3,31 MPa,

namun nilai penyerapan airnya cukup tinggi bahkan jauh di atas standar, yaitu sebesar 21,62%.

Kata kunci: bata beton, zeolit, fine coarse aggregate (FCA), penyerapan air, hidrasi

Abstrack

To improve the function as a water absorption media, paving block prototype made by utilizing

pores molecular texture of the zeolite. Prototype made in several variations of composition ,

consists of FCA (fine coarse aggregate) as a matrix form of a mixture of zeolite and sand sized -

1/4+100# , filler in the form of zeolite sized -100#, BP (binder) in the form of portland cement and

water. Prototype made by using manual pressmold tool and dried naturally for 28 days. Results of

laboratory testing of the 8 prototype shows, most good quality prototypes is prototype P3.

Prototype P3 made with dried zeolite with the small S/L ratio= 3:1 and BP/Water ratio = 1,215:1

where BP>Water. Based on SNI 03-0691-1996 about Concrete Brick (Paving Block), the

compretion strength value of prototype P3 is not yet meet the standard that is 3.31 MPa, but the

water absorption is high enough even far above the standard, that is as 21.62 %.

Keyword: paving block, zeolite, fine coarse aggregate (FCA), water absorption, hydration

Page 2: Ketahanan Mineral dan Energi

2 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

PEMANFAATAN BATUBARA BERPERINGKAT RENDAH UNTUK PEMBUATAN

KOKAS DENGAN VARIASI PENAMBAHAN BINDER

UTILIZATION OF LOW RANK COAL FOR PRODUCING COKE WITH ADDITIONAL

BINDER VARIATIONS

Aditya Wibawa1, Anggoro Tri Mursito

1, Mutia Dwi Yuniati

1

1 Pusat Geoteknologi LIPI

Kompleks LIPI Gd. 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135

Emai: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan batubara berperingkat dan berkualitas

rendah untuk produksi kokas. Kokas merupakan komoditi penting yang banyak dibutuhkan pada

industri berskala kecil sampai skala besar. Industri yang membutuhkan kokas antara lain industri

pengecoran logam, industri gula, industri elektroda, elektronik dan industri logam lainnya. Kokas

selain digunakan untuk meningkatkan kandungan karbon dalam besi, juga berfungsi sebagai bahan

bakar, bahan pereduksi maupun penyangga beban. Jadi jelas bahwa batubara berperingkat rendah

diharapkan sebagai sumber bahan karbon dan energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan

pada impor yang tentunya dapat menghemat devisa. Hasil optimal didapat pada penambahan binder

1% dengan kuat tekan 19.6 kg/cm2 massa jenis 1.052 kg/cm

3.

Kata kunci : Kokas, batubara berperingkat rendah, energi alternatif, bahan karbon

Abstract

This research aims to optimize the use of low-quality coal and rated for the production of coke.

Coke is an important commodity that is much needed in small scale industries to large scale. Coke

industry that requires, among others, metal casting industry, sugar industry, elektrode industry,

electronics and other metal industries. Coke is also used to increase the carbon content in iron, also

serves as fuel, reducing agent and buffer load. So it is clear that the low rank coals are expected as

a source of carbon and alternative energy to reduce dependence on imports which can certainly

save foreign exchange. Optimal results obtained on the addition of 1% binder with compressive

strength of 19.6 kg / cm2 density of 1,052 kg / cm

3.

Keywords: coke, coal is rated low, alternative energy, source of carbon

Page 3: Ketahanan Mineral dan Energi

3 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

KARAKTERISTIK ENDAPAN MANGAAN KECAMATAN PONJONG KABUPATEN

GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CHARACTERISTICS OF MANGANESE DEPOSITS SUB DISTRICT PONJONG

GUNUNG KIDUL REGIONAL YOGYAKARTA

Mohammad Al ‘Afif

1), Mochammad Aziz

2)

1)Balai Informasi Konservasi Kebumian-LIPI, Karangsambung, Kebumen

2)

Jurusan Teknik Geologi, UNSOED, Purwokerto

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Daerah Sawahan merupakan desa yang terletak di Gunung Kidul, Kecamatan Ponjong, Yogyakarta.

Litologi daerah penelitian berupa breksi dan batupasir tufaan dari Formasi Semilir memanjang dari

barat laut sampai timur laut sedangkan pada bagian tenggara sampai barat daya litologi berupa

batugamping Formasi Wonosari. Kedua satuan diperkirakan dipisahkan oleh beberapa strukur

kompresi berarah timurlaut-baratdaya yang menjadi arah tegasan utama dan menghasilkan

sesar naik dilanjutkan dengan proses sesar geser. Sebaran bijih mangaan berada di daerah Plarung

dan Sambiredjo, mineral mangaan yang ditemukan berada pada satuan batugamping, tersebar tidak

merata berarah timur laut baratdaya. Mineral yang ditemukan adalah pirolusit (MnO2), mangaanit

(Mn2O3H2O), holandit Ba2 (MnO2)8, dan Rodokrosit (MnCO3) dengan mineral lain seperti hematit

(Fe2O3), pirit (FeS), kuarsa (SiO2), dan Karbonat (CaO).

Kata Kunci: gunung kidul, mineralisasi, karakteristik, mangaan

ABSTRACK

Sawahan area is located in Gunung Kidul, District Ponjong, Yogyakarta. Lithology areas form

breccia and tuffaceous sandstones of the Semilir formation extends from northwest to northeast,

while in the southeast to southwest lithology in the form of limestone Wonosari formations. The

second unit is estimated to be separated by some structure of compression trending northeast-

southwest direction of the main sharpness and generate reverse fault continued with the process of

sliding fault. The distribution of manganese ore in the area are Plarung and Sambiredjo,

manganese minerals are found in limestone units, spread unevenly trending northeast southwest.

Minerals found are pyrolusite (MnO2), mangaanite (Mn2O3H2O), hollandite Ba2 (MnO2)8, and

Rhodochrosite (MnCO3) with other minerals such as hematite (Fe2O3), pyrite (FeS), quartz (SiO2)

and carbonate (CaO).

Keywords : Gunung Kidul, Mineralization, Characterization, Manganese

Page 4: Ketahanan Mineral dan Energi

4 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

KARAKTERISTIK BENTONIT DI KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN

PANGANDARAN JAWA BARAT SEBAGAI BAHAN BAKU KERAMIK : ANALISA

XRD DAN KUAT TEKAN

CHARACTERISTICS OF BENTONITE IN CIMERAK VILLAGE, PANGANDARAN

DISTRICT, WEST JAVA AS A CERAMIC RAW MATERIALS : XRD ANALYSIS AND

COMPRESSIVE STRENGTH

Suryo Sembodo, Aryo Dwi Handoko, Raden Rhazista Noviardi

UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon LIPI

Jl. Cihaur No.2 Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, 43361

Telp. (0266)490533, Fax. (0266)490544

Email : [email protected] / [email protected]

Abstrak

Pemanfaatan bentonit yang terdapat di Desa Limus Gede, Kecamatan Cimerak Kabupaten

Pangandaran masih kurang optimal, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat serta berguna bagi pengembangan desa di masa mendatang. Saat ini pengunaan bentonit

di industri sudah banyak macamnya salah satunya penggunaan bentonit sebagai bahan baku

keramik. Analisa mineralogi Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengidentifikasi mineral

yang terkandung dalam sampel bentonit, hasil analisa terdapat hanya dua mineral penyusun yaitu

kuarsa dan lempung nontronite. Hasil tersebut menunjukan bahwa sampel merupakan batuan

bentonite karena mineral penyusunnya yaitu lempung nontronite yang merupakan kelompok dari

smectite, sedangkan mineral kuarsa dalam keramik merupakan bahan pembentuk fasa gelas.

Pengujian kuat tekan hasil pembakaran material tunggal pada suhu 900ºC dilakukan untuk

mengetahui besarnya kekuatan material jika digunakan sebagai bodi keramik. Hasil pengujian kuat

tekan sampel bentonit setelah pembakaran 8,43 kgf/cm2, hasil kuat tekan tersebut menjadi dasar

untuk penelitian selanjutnya dalam memformulasikan bentonit dengan material keramik lainnya

agar memenuhi standar mutu bodi keramik yang dinginkan. Kesimpulan dari penelitian ini batuan

bentonit dari kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran Jawa Barat ini mengandung mineral

lempung berjenis nontronite dan kuarsa, kandungan oksida SiO2 yang tinggi menjadi dasar bahwa

bentonit ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bodi keramik, meskipun perlu penelitian

lanjutan untuk memformulasikan dengan material keramik lainnya agar dapat memenuhi standar

mutu bodi keramik.

Kata Kunci : Bentonit, Pangandaran, Keramik, XRD, Kuat Tekan

Abstract

Utilization of bentonite contained in Limus Gede Village, District Cimerak Pangandaran Regency

is still less than optimal, This study is expected to add to the knowledge society and useful for the

future development of the village. Currently the use of bentonite in the industry already well known,

one of them the use of bentonite as ceramic raw materials. Mineralogical analysis of X-ray

Diffraction (XRD) was conducted to identify the minerals in samples of bentonite, the analysis

results are only containing quartz mineral and nontronite clay. The results showed that the sample

was bentonite as mineral constituent is clay nontronite which is a group of smectit, while the

mineral quartz in the ceramic material forming a glass phase. Compressive strength testing results

of a single material firing at a temperature of 900ºC conducted to determine the strength of the

material if it is used as a ceramic body. The results of compressive strength testing of samples of

bentonite after the firing of 8.43 kgf/cm2, compressive results form the basis for reaserch in

formulating a bentonite with other materials that can be qualify as a raw material of ceramic body.

As a Conclusion bentonite in Cimerak village, district of Pangandaran West Java are containing

Page 5: Ketahanan Mineral dan Energi

5 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

quartz mineral and nontronite, high SiO2 oxide content of the basis that the bentonite can be used

as raw material for the ceramic body , although it needs further research to formulate with other

ceramic materials that can be qualify as a raw material of ceramic body standard.

Keywords : Bentonite, Pangandaran, Ceramics, XRD, Compressive Strength

Page 6: Ketahanan Mineral dan Energi

6 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

INVENTARISASI POTENSI SUMBERDAYA MINERAL KECAMATAN KALIWIRO,

KABUPATEN WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH

THE INVENTORY OF MINERAL RESOURCES AT KALIWIRO DISTRICT, WONOSOBO

REGENCY, CENTRAL JAVA

Fitriany Amalia Wardhani1, Chusni Ansori

2, Defry Hastria

3, Mohammad Al Afif

4

1UPT BIKK Karangsambung, LIPI

Jl. Karangsambung Km. 19, Kebumen, Jawa Tengah.

Email : [email protected]

, f.amaliawardhani@gmail

Abstrak

Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah termasuk kedalam rangkaian

Pegunungan Serayu Utara dan sebagian Serayu Selatan. Formasi batuannya berupa Batuan

Terbreksikan, Batuan Intrusi Tak Teruraikan, Batu Gamping Terumbu, Fm. Totogan, Anggota Tuf

Fm. Waturanda, Fm. Waturanda, Fm.Penosogan, Fm. Halang, Fm. Peniron, Fm. Damar, Anggota

Lempung Fm. Ligung dan Anggota Breksi Fm. Ligung. Penelitian yang dilakukan di daerah ini

mencakup penelitian lapangan disertai analisa petrografi, sifat fisik batuan, kimia batuan dan XRD.

Potensi bahan tambang yang terdapat di daerah ini berupa batuan dan indikasi mineralisasi logam.

Kelompok batuan antara lain berupa diorit, fragmen breksi, batu mulia dan tanah urug. Diorit

dengan nilai kuat tekan sebesar 49,493 – 52,760 MPa dan fragmen andesit dengan nilai kuat tekan

46,475 – 115,193 MPa, memenuhi syarat untuk pondasi bangunan ringan – sedang, tonggak, batu

tepi jalan, dan batu tempel/hias. Tanah urug dijumpai meluas sebagai hasil pelapukan breksi

vulkanik. Batu mulia merupakan fragmen batuan pada hulu S. Luk Ulo. Indikasi mineralisasi logam

ditemukan pada Batuan Intrusi Tak Teruraikan dan Fm.Peniron, ditandai dengan adanya urat – urat

kuarsa berarah N 57º E/49º - N 175º E/52º. Hasil analisis kimia batuan di kedua formasi tersebut

menunjukkan adanya kandungan Au = 1,022 ppm, Cu = 67,9643 ppm, Pb = 7,8306 ppm, Zn =

30,975 ppm.

Kata kunci: Kaliwiro, Wonosobo, Bahan Tambang, Mineralisasi.

Abstract

Kaliwiro district, Wonosobo Regency, Central Java Province is located in North Serayu Range and

part of South Serayu Range. The rock formations in this area are Breciated Rocks, Undifferentiated

Type Intrusive Rock, Reefal Limestone, Totogan Formation, Tuff Member of Waturanda Formation,

Waturanda Formation, Penosogan Formation, Halang Formation, Peniron Formation, Damar

Formation, Clay Member of Ligung Formation, and Breccia Member of Ligung Formation.

Research done by field research with petrographic analysis, physical properties of rocks, chemical

rocks analysis, and XRD analysis. Potential mining materials contained on this area such as rocks

and metal mineralization indications. Rock groups include diorite, breccia fragments, precious

stones, and red soil. Diorite with the compressive strength from 49.493 to 52.760 MPa and andesite

fragments with compressive strength value from 46.475 to 115.193 MPa, are eligible for building

foundations mild - moderate, milestones, curb stones, and stones outboard/ornamental. Red Soil

found widespread as a result of weathering of volcanic breccias. Fragments of precious stones

contained in the upstream Luk Ulo River. Indications of metal mineralization are found in

Undifferentiated Type Intrusive Rock and Peniron Formation, characterized by vein - quartz veins

trending N 57º E / 49º - N 175º E / 52º. The results of chemical analysis of rocks in both these

formations show the content of Au = 1,022 ppm, Cu = 67,9643 ppm, Pb = 7,8306 ppm, Zn = 30,975

ppm.

Keyword: Kaliwiro, Wonosobo, Mining Materials, Mineralization.

Page 7: Ketahanan Mineral dan Energi

7 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

KARAKTERISASI DAN VISUALISASI 3D PORI-PORI CONTOH KORAL PORITES

PULAU PANJANG MENGGUNAKAN ANALISIS CITRA HASIL REKONSTRUKSI

CITRA MICRO-CT: SEBUAH KAJIAN AWAL

Lina Nur Listiyowati1, Sri Yudawati Cahyarini

1

1Pusat Penelitian Geoteknologi -LIPI

Jl. Sangkuriang, Kompleks LIPI Gd 70, Cisitu, Bandung 40135

Email: [email protected]

Abstrak

Karakteristik pori merupakan salah satu parameter penting dalam menginvestigasi densitas koral

yang selanjutnya dapat digunakan untuk analisis kecepatan kalsifikasi koral. Studi ini bertujuan

mengembangkan sebuah teknik non-destructive baru yaitu dengan menggunakan pendekatan micro-

computed tomography (micro-CT). Pendekatan ini dapat menghasilkan citra 3D dimana kondisi

internal dari koral dapat digambarkan. Dalam studi ini, digunakan 2 contoh koral Porites dari lagun

Pulau Panjang, yaitu P1 (luar lagun) dan P2 (dalam lagun). Pemindaian micro-CT pada contoh

koral Porites menggunakan SkyScan 1173 dengan voltase 100kV dan arus 80 µA. Citra hasil

rekonstruksi mempunyai resolusi spasial 32 µm/pixel. Visualisasi struktur pori 2D dilakukan

dengan menggunakan perangkat lunak CTAn. Analisis dan pengolahan citra yang dilakukan

meliputi segmentasi pore-solid dengan pengambangan gray value dan binarizing, pengurangan

noise, dan analisis struktur pori 3D. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapatkan nilai

porositas koral Porites sebesar 21,23% untuk P1 dan 29,42% untuk P2. Dari hasil penelitian ini,

menunjukkan bahwa dengan menggunakan pengolahan dan analisis citra hasil micro-CT didapatkan

visualisasi karakteristik pori dan nilai porositas batuan (koral).

Kata kunci: koral,micro-CT, porositas, pengolahan citra, analisis citra

Abstract

Pore characteristic is an importent parameter in investigating the coral density which further can

be used for coral calcification rate rate analysis. The aim of this study is to develop a new non-

destructive technique based on micro-computed tomography (micro-CT). This approach produce

3D images in which the internal coral condition can be described. In this study, two samples of

Porites coral from Panjang island lagoon, i.e., P1 (outside the lagoon) and P2 (inside the lagoon)

are used. The Porites corals are scanned using micro-CT scanning devices, i.e., the SkyScan 1173,

with X-ray voltage and current of 100 kV and of 80 µA. The reconstructed images have spatial

resolution of 32 μm/pixel. Visualization of pore structure in 2D is done by using CTAn software.

Analysis and image processing is conducted on the pore-solid segmentation by pengambangan the

gray value and binarizing the image, de-noising, and 3D pore structure analysis. The results show

that the coral Porites porosity value is 21,23% for P1 and 29,42% for P2. Based on these result, it

confirm that using image processing and analysis of reconstructed micro-CT images, the pore

structure characteristics of Porites coral can be visualized.

Keyword: coral, micro-CT, porosity, image processing, image analysis

Page 8: Ketahanan Mineral dan Energi

8 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

KARAKTERISTIK ENDAPAN TEMBAGA DI DESA CIMERAK, KECAMATAN

CIMERAK, KABUPATEN PANGANDARAN, PROVINSI JAWA BARAT

CHARACTERISTICS OF COPPER DEPOSIT IN CIMERAK VILLAGE, PANGANDARAN

DISTRICT, WEST JAVA PROVINCE

Aryo Dwi Handoko, Suryo Sembodo, dan Rhazista Noviardi

UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon, LIPI

Jl. Cihaur No. 2 Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, K abupaten Sukabumi 40559

Telepon (0266) 490533, Fax (0266) 490544

Pos-el: [email protected], [email protected]

Abstrak

Tembaga banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah sebagai material

dasar dalam peralatan listrik, unsur paduan dalam logam untuk perhiasan, dan untuk keperluan

lainnya. Tembaga tersebar di kerak bumi dengan konsentrasi yang kecil baik di batuan beku

maupun batuan sedimen. Endapan tembaga memiliki genesa yang berbeda-beda, diantaranya adalah

genesa yang berhubungan dengan kegiatan magmatis, struktur, ataupun batuan sedimen. Mineral

pembawa tembaga beragam jenisnya mulai dari mineral native, sulfida, arsenides, oksida, dan

lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati lithologi dan komposisi unsur serta mineral

dalam batuan yang mengandung tembaga. Lokasi penelitian terletak di daerah Desa Cimerak,

Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian tersusun dari

batuan vulkanik dan batuan sedimen. Metode penelitian yang digunakan merupakan merupakan

pengumpulan data sekunder, pengamatan litologi, analisa kimia, dan mineragrafi di laboratorium.

Pengamatan litologi dilakukan di lapangan untuk mengetahui karakteristik litologinya, sedangkan

analisa kimia dan mineragrafi dilakukan di laboratorium dengan sampel yang diambil dari

lapangan. Pengambilan sampel dilapangan dilakukan dengan cara grab sampling, yaitu mengambil

bongkah batuan hasil penambangan masyarakat di lokasi penambangan. Hasil analisa menunjukan

bahwa kadar tembaga di dalam batuan sangat tinggi, mencapai 18,49%, diikutin oleh mineral

lainnya yaitu Zn 26,35 ppm, Pb 19,2 ppm, Ag 12,5 ppm, serta Au 0,031 ppm. Mineral bijih yang

terdapat di dalam batuan kebanyakan berupa kalkopirit, dengan sejumlah kecil pirit dan sphalerit.

Kata Kunci : Geokimia, lithologi, bijih tembaga, Pangandaran

Abstract

Copper widely applied in everyday life, such as basic materials in electrical equipment, an alloying

element in metals for jewelry, and for other purposes. Copper is spread on the crust in a small

concentration of both igneous and sedimentary rocks. Precipotation of copper have different

genesis, the genesis which is related to magmatism activities, structure, or sedimentary rocks.

Copper carried by various types of mineral ranging from native minerals, sulfides, arsenides,

oxides, and others. This study aims to observe the lithology and composition of elements and

minerals in copper ore rocks. The research located in Cimerak Village, Pangandaran District, West

Java Province. The research location is composed of volcanic rocks and sedimentary rocks.

Research method used is secondary data collection, observation lithology, chemical analysis, and

mineragraphy in the laboratory. Lithology observations carried out in the field to determine the

characteristics of litology, while chemical analysis and mineragraphy conducted in the laboratory

with samples taken from the field. Field sampling was done by grab sampling, taking chunks of rock

from the mining community at the mine site. The analysis shows that the copper content in the rocks

are very high, reaching 18.49%, followed by other minerals are 26.35 ppm Zn, Pb 19.2 ppm, 12.5

ppm Ag, and Au 0,031 ppm. Mineral ore contained in the rocks mostly chalcopyrite, with minor

amounts of pyrite and sphalerite.

Keywords: Geochemistry, Lithology, Copper Ore, Pangandaran

Page 9: Ketahanan Mineral dan Energi

9 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

PENGAMATAN ZONA PERMEABEL DI KAWAH GUNUNG PAPANDAYAN

BERDASARKAN GAS RADON DAN THORON

PERMEABLE ZONE OBSERVATION AT PAPANDAYAN CRATER BASED ON RADON

AND THORON

Heri Nurohman, Hendra Bakti, Sri Indarto, Anita Yuliyanti, Andrie Alkautsar, Haryadi

Permana, dan Eddy Z Gaffar.

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Kompleks LIPI, Jalan Sangkuriang Bandung

Email: [email protected]

Abstrak

Gas radon telah banyak digunakan sebagai salah satu media dalam kegiatan penelitian panasbumi

dan kegunungapian. Penggunaan gas radon juga diperlukan dalam penelitian tersebut di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati performa penggunanaan gas radon dalam penelitian

kegunungapian. Pengukuran gas Radon di sekitar kawah Papandayan dilakukan untuk mengetahui

pola sebaran konsentrasi relatifnya. Kegiatan pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat

Rad7 pada media tanah. Lama pengukuran adalah 15 menit pada kedalaman 75 cm dengan metode

sniff. Konsentrasi gas Radon yang relatif tinggi dapat digunakan untuk interpretasi adanya zona

permeabel yang berkaitan dengan rekahan atau patahan. Kemenerusan zona permeabel sampai ke

bawah permukaan diinterpretasi berdasarkan rasio Thoron/Radon. Hasil pengukuran menunjukkan

konsentrasi gas Radon relatif tinggi berada di sekitar tebing kawah timur dan barat. Konsentrasi

tersebut mencerminkan keberadaan patahan berarah baratdaya – timurlaut dan juga keberadaan

batas kaldera.

Kata kunci: Radon, Thoron, Gunungapi Papandayan

Abstract

Radon is one of useful media for geothermal and volcanology research. It’s necessary to use this

gas for similar research in Indonesia. The aim of this research is to observe radon performance as

a tool in volcanological research. Radon measurement was conducted identify it’s relative

concentration around Papandayan crater by Rad 7 electric Radon detector with sniff mode, for 15

minutes, and 75 cm depth. Permeable zones related to cracks and fault were detected based on high

Radon concentration. Thoron/Radon ratio shows relationship between permeable zone and it’s

depth. Based on the result, high Radon concentration located along west and east interior slope.

Those concentrations reflect southwest – northeast fault and caldera rim.

Keywords: Radon, Thoron, Papandayan volcano

Page 10: Ketahanan Mineral dan Energi

10 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

STUDI PENDAHULUAN PEMBUATAN PUPUK PADATAN SLOW RELEASE

MENGGUNAKAN AIR LINDI DAN MINERAL SILIKA LIMBAH GEOTERMAL

PRELIMINARY STUDY OF SLOW RELEASE FERTILIZER PREPARATION UTILIZING

OF LEACHATE AND GEOTHERMAL WASTE SILICA

B.D. Erlangga, Widodo, Solihin, N.Y. Andriani, H. Sembiring, F. Saebani

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Kompleks LIPI Gd. 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135

[email protected]

Abstrak

Selain menjadi polutan terhadap lingkungan, air lindi juga mengandung beberapa unsur hara makro

(N, P, K) dan mikro (Ca, Mg, Fe, Na) yang dibutuhkan oleh tanaman. Menyadari adanya unsur-

unsur tersebut maka air lindi dapat berpotensi menjadi pupuk cair organik. Penggunaan pupuk cair

sendiri masih dirasa kurang efektif dalam aplikasinya karena lebih mudah larut dan menguap. Disisi

lain, padatan mineral silika yang dihasilkan oleh limbah geotermal juga masih belum dimanfaatkan

secara optimal. Penelitian ini dilakukan untuk memformulakan bahan-bahan tersbut untuk dijadikan

sebagai pupuk lepas lambat (slow release). Percobaan dilakukan dengan membuat 5 contoh formula

yang berbeda agar menjadi bentuk pupuk padatan. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa mineral

silika dapat menjadi penyangga untuk menyimpan nutrisi unsur hara dari air lindi. Pada contoh H-

10 menunjukkan formula yang paling optimal dalam proses pembuatannya. Selanjutnya dilakukan

uji pelarutan yang memperlihatkan adanya perbedaan pelarutan nutrisi yang signifikan.

Kata kunci: air lindi, silika, pupuk, slow release

Abstract

Besides being a pollutant for the environment, the leachate also contains some macro nutrients (N,

P, K) and micro nutrients (Ca, Mg, Fe, Na) is needed by plants. Aware of these elements, the

leachate can potentially be an organic liquid fertilizer. The use of liquid fertilizers is still

considered less effective in its application because it is easier to dissolve and evaporate. On the

other side, the mineral silica produced by geothermal waste is still not used optimally. This study

was conducted to formulate these materials to be used as a slow-release fertilizer. Experiments

carried out by making five examples of different formulas in order to form a solid fertilizer. Results

of the experiments showed that the mineral silica can be a buffer for storing nutrients from

leachate. In the example H-10 shows the most optimal formula in the production process. Further

leaching test showed significant differences in nutrient leaching.

Keywords: leachate, silica, fertilizer, slow release

Page 11: Ketahanan Mineral dan Energi

11 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

KARAKTERISTIK SILIKA SINTER KAYA BESI DAN MANGAN PADA MATA AIR

PANAS GUNUNG PAPANDAYAN

IRON AND MANGANESE RICH SILICA SINTER CHARACTERISTIC OF

PAPANDAYAN HOT SPRING

Anita Yuliyanti, Heri Nurohman, Andri Al Kautsar, Sudarsono, Sri Indarto, Hendra

Bakti, Haryadi Permana, Eddy Z. Gaffar

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Jl. Sangkuriang, Bandung

Email: [email protected]

Abstrak

Gunung Papandayan di Garut, Jawa Barat merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia.

Letusan terakhir Gunung Papandayan tercatat terjadi pada Desember 2002. Disekitar kawah

Gunung Papandayan terdapat beberapa manifestasi panasbumi baik berupa mata air panas, alterasi

hidrotermal dan fumarol. Salah satu mata air panas tersebut menghasilkan endapan berwarna coklat

kemerahan yang diduga kaya besi dan mangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

karakteristik dari endapan tersebut. Penentuan karakteristik endapan tersebut dilakukan melalui

analisa difraksi sinar X (XRD) dan fluoresensi sinar X (XRF). Hasil pengamatan terhadap endapan

menunjukkan bahwa karakteristik morfologinya berupa teras-teras (microterracettes - terracettes)

dan sebagian membentuk kolam kecil. Endapan ini terdapat tidak jauh dari lokasi mata air panas

bersuhu sekitar 30⁰C. Endapan kaya besi berwarna merah kecoklatan dan bersifat rapuh,

terendapkan pada permukaan batuan terubah (argilik). Hasil analisa XRD menunjukan bahwa

mineral penyusun endapan tersebut didomimasi oleh mineral kuarsa, lempung (halloysite), oksida

besi (Fe2O3.H2O/iron oxide hydrate), dan oksida mangan (MnO2).

Kata Kunci: silika sinter, mata air panas, G. Papandayan

Abstract

Mount Papandayan is one of active volcano in Indonesia. Some geothermal manifestations (e.g. hot

springs, hydrothermal alteration, and fumaroles) are detected around it’s crater. One of hot spring

produce reddish brown deposit, interpreted as iron and manganese rich deposit. The aim of this

research is to identify that deposit characteristic using X-Ray Diffraction (XRD) and X-Ray

Fluorescence (XRF). This deposits are located close to 30°celcius hot spring. It forms a terrace and

partly small pool on an altered rocks (argillic alteration). Based on XRD analysis, this deposit

composed by quartz, clay mineral (halloysite), iron oxide hydrate (Fe2O3.H2O), and manganese

oxide (MnO2).

Keywords: Silica sinter, hot spring, Mount Papandayan

Page 12: Ketahanan Mineral dan Energi

12 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES KALSINASI

SILIKA AMORF DARI PLTP DIENG

INFLUENCE OF TEMPERATURES VARIATION ON CALCINATION

AMORPHOUS SILICA FROM GEOTHERMAL POWER PLANT IN DIENG

Aditya Wibawa1, Eko Tri Sumarnadi

1, Anggoro Tri Mursito

1

1 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Kompleks LIPI Gd. 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135

Email: [email protected]

Abstrak

Pada penelitian ini dilakukan percobaan kalsinasi silika dengan variasi temperatur 3000C, 800

0C,

10000C dan 1200

0C dengan waktu tahan selama 5 jam. Bahan dasar yang digunakan adalah limbah

silika amorf dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Dieng. Silika amorf yang di

dapat dari lapangan kemudian di cuci sebanyak 2 kali, kemudian di lakukan tahapan kalsinasi.

Setelah itu di karakterisasi dengan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dan X-Ray

Difractometer (XRD). Terjadi perubahan fase tridymite dan cristobalite pada temperatur 1000oC

dan 1200oC, dan terjasi peningkatan kadar silicon dioxide (SiO2) menjadi 96,35%.

Kata Kunci : Kalsinasi, silika amorf, variasi temperatur

Abstract

In this study, conducted experiments with silica calcination temperature variation 3000C, 800

0C,

10000C and 1200

0C with holding time for 5 hours. The basic material used is a waste of amorphous

silica from Geothermal Power Plant (PLTP) in Dieng. Amorphous silica washed 2 times, then do

the calcination process. After that, characterization with Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)

and X-Ray Difractometer (XRD). There are had a change tridymite and cristobalite phase at a

temperature of 1000oC and 1200

oC, and increased levels of silicon dioxide (SiO2) to 96.35%

Keywords: calcination, amorphous silica, temperature

Page 13: Ketahanan Mineral dan Energi

13 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

MINERAGRAFI ENDAPAN PORFIRI DIKE CILAYU, GARUT, JAWA BARAT

THE MINERAGRAPHY OF CILAYU PORPHYRY DIKE, GARUT, WEST JAVA

Sudarsono, Sri Indarto, Andrie Al Kausar, Anita Yuliyanti

1 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Kompleks LIPI Gd. 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135

S A R I

Salah satu kunci keberhasilan dalam eksplorasi sumberdaya mineral adalah penguasaan pemahaman

tentang konsep genesa mineralisasi, diantaranya adalah konsep mineralisasi sistem porfiri.

Karakterisasi mineralogi endapan porfiri dike Cilayu dilakukann untuk mengetahui paragenesa

mineralisasi yang terbentuk, urgensinya dapat untuk mengevaluasi type endapan yang serupa di

daerah lain yang mempunyai kemiripan secara geologis. Endapan porfiri dike Cilayu tersingkap

sebagai jendela di Sungai Cilayu dekat Kampung Coblong Desa Caringin Kecamatan Caringin

Kabupaten Garut. Endapan porfiri dike ini tersingkap sepanjang hampir 1km mulai dari jembatan

Cilayu Coblong ke utara kearah hulu hingga manifestasi airpanas, setempat setempat ditutupi oleh

boulder dan aluvial sungai. Mineralisasi sulfida terjadi di dalam tubuh batuan mikrodiorit yang

terubah propilit dan di dalam urat – urat kuarsa yang memotongnya. Tubuh batuan host mikro diorit

mengalami gejala ubahan relatif intensif menjadi propilit berkomposisi epidot klorit kuarsa. Batuan

host juga diterobos oleh beberapa aplit dan urat urat kuarsa yang sebagian baren dan mengandung

garnet. Mineralisasi bijih sulfida yang terbentuk adalah pirit, kalkopirit, tenantit-tetrahedrit, galena,

sfalerit. Sebagian mineral sulfida terubah menjadi mineral sekunder kovelit, digenit dan gutit.

Analisis mikrotermometri Inklusi fluida menunjukkan terbentuk mulai dari suhu diatas 350 hingga

175 oC.

Kata Kunci: porfiri dike, Cilayu, mineralisasi, mineragrafi

Abstract

One of the key to successfully in mineral resources exploration is well comprehension of

mineralization genesis concepts, including the concept of mineralization of porphyry system.

Characterization of mineralogy in porphyry dike Cilayu deposits done to know its paragenesa of

mineralization occurred, in order to evaluate the similar deposits type in other areas that have

geological similarities.The Cilayu porphyry dike deposite exposed as a window outcrop in Cilayu

river near Coblong village, Caringin District of Garut Residence, West java province. This

deposite exposed along the nearly 1km from the bridge Cilayu Coblong to the north towards the

upstream to the manifestation of hotsprings, locally covered by boulder and alluvial deposite.

Sulphide mineralization occurs disseminated within microdiorite host and in quartz veins.

Microdiorite host rock relatively intensive altered into propilit and intruded by several aplit and

quartz veins were partially baren and contains garnet.Sulphide ore mineralization formed are

pyrite, chalcopyrite, tenantite-tetrahedrite, galena, and sphalerite. Partially, the sulphide minerals

altered into secondary mineral as covellite digenite and goethite. The Microtermometri analysis

of fluid inclusions indicate that mineralization formed from above 350 to 175 oC.

Keywords: porphyry in, Cilayu, mineralization, mineragraphy

Page 14: Ketahanan Mineral dan Energi

14 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

GEOKIMIA BATUAN VOLKANIK DAN PLUTONIK DI SISI SELATAN “KALDERA

PURBA GARUT-BANDUNG”, GARUT SELATAN, JAWA BARAT

GEOCHEMISTRY OF VOLCANIC AND PLUTONIC ROCKS ON THE SOUTH SIDE

"GARUT-BANDUNG ANCIENT CALDERA", SOUTH GARUT, WEST JAVA

Andrie Al Kausar

1, Sri Indarto

1, Sudarsono

1, Anita Yuliyanti

1

1Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Jl. Sangkuriang, Kompleks LIPI Gd 70, Cisitu, Bandung 40135

Email: [email protected]

Abstrak

Daerah penelitian berlokasi di sisi selatan Kaldera Purba Garut-Bandung, Garut Selatan dimana

banyak dijumpai banyak prospek panasbumi. Secara regional kawasan penelitian termasuk ke

dalam jalur Gunungapi Pegunungan Selatan atau Formasi Andesit Tua. Objektif penelitian ini

adalah untuk memahami karakter geokimia batuan volkanik dan plutonik serta lingkungan

tektoniknya, khususnya di sekitar G. Papandayan, Ciarinem, dan Cilayu. Batuan di daerah

penelitian dapat diklasifikasikan sebagai diorit, andesit sampai basaltik (diagram Le Bas, 1976).

Secara geokimia, batuan-batuan tersebut memiliki kandungan SiO2 bervariasi antara 49,24% -

69,89% dan K2O antara 0,07% - 1,75%. Berdasarkan diagram Peccerillo dan Taylor (1976) batuan

daerah penelitian memiliki kandungan Kalium rendah sampai sedang atau hadir dari jenis tholeitik

dan kalk-alkalin sebagai bentuk produk penunjaman lempeng.

Kata Kunci: Kaldera purba, karakter geokimia, batuan volkanik dan plutonik, tholeitik, kalk-

alkalin

Abstract

The study area is located on the south side of the Ancient Caldera Garut-Bandung, South Garut

where many found many geothermal prospects. Regionally, research areas including into South

Mountain volcanic lane or the Old Andesite Formation. The objective of this research is to

understand the geochemistry character of volcanic and plutonic rocks and tectonic environments,

especially around Mount Papandayan, Ciarinem, and Cilayu. The rocks in the study area can be

classified as diorite, andesitic to basaltic (Le Bas diagram, 1976). Geochemically, these rocks have

a SiO2 content varies between 49.24% - 69.89% and K2O between 0.07% - 1.75%. Based on the

diagram Peccerillo and Taylor (1976) rocks on the study are contains by low to moderate Kalium

or comes from the type tholeitik and calc-alkaline as a product form subduction.

Keywords : Ancient caldera, geochemistry character, volcanic and plutonic rocks, tholeitic, calc-

alkaline

Page 15: Ketahanan Mineral dan Energi

15 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

PENGGUNAAN MINERAL SILIKA NON KRISTALIN DALAM PEMBUATAN PUPUK

SLOW RELEASE

Solihin, Bagus D. Erlangga, Eki N. Dida, Atet Saepulloh, Endro Bhakti

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung

ABSTRAK

Pupuk slow release merupakan pupuk jenis baru dimana pelepasan nutrien dari pupuk dapat

diperlambat atau dikendalikan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuat pupuk

jenis ini adalah melalui proses inkorporasi pupuk konvensional dalam matriks silika non kristalin.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemungkinan pembuatan pupuk slow release melalui

metode inkorporasi pupuk dalam media silika non kristalin. Silika non kristalin didapatkan dari unit

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yang berlokasi di dataran tinggi Dieng. Sampai saat ini

silika tersebut dikategorikan sebagai limbah (mineral ikutan) dalam proses pengeluaran uap air

panas pada unit PLT tersebut. Silika non kristalin tersebut dicampur dengan pupuk konvensional

dengan perbandingan tertentu dan kemudian ditekan pada tekanan 200-250 kg/cm2. Hasil

penekanan berupa tablet berukuran 3-4 cm. Uji nutrien release terhadap tablet hasil penekanan

menunjukan prilaku slow release. Adanya sifat slow release menjadikan material komposit ini

sebagai kandidat material untuk diaplikasikan sebagai pupuk slow release.

Kata kunci: silika, non-kristalin, komposit, pupuk, slow release

Page 16: Ketahanan Mineral dan Energi

16 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

PETROGENESA DASIT PADA KOMPLEK MELANGE LUK ULO

Defry Hastria, Chusni Anshori, Fitriany Amalia Wardhani , Isyqi

UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung – LIPI

Jl. Karangsambung – Kebumen Km 19, Kebumen, Jawa Tengah

Abstrak

Kawasan Karangsambung merupakan Kawasan Cagar Alam Geologi dengan kondisi geologi yang

unik dan menarik. Pada Kawasan ini terdapat satuan batuan bancuh di dalam komplek melange.

Bongkahan dasit banyak ditemukan sebagai endapan sungai, namun petrogenesa dasit belum

banyak dibahas. Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui lokasi sumber asal batuan,

asosiasi batuan samping, karakter petrologi, petrografi dan kimia, afinitas magma, posisi tektonik.

Dasit merupakan batuan beku yang bersifat intermediet sampai asam, memiliki tekstur porfiritik.

Batuan ini memiliki jumlah prosentase silika diantara granodiorit dan diorit. Fenokris yang paling

sering dijumpai pada batuan dasit ini adalah plagioklas, kuarsa, dan sedikit piroksen, hornblende,

atau biotit. Massa dasarnya biasanya berupa gelas dan opak. Dasit dapat terbentuk dari seri magma

dengan komposisi K yang rendah sampai tinggi. Dasit dapat terbentuk di island arc, active

continental margin.

Berdasarkan diagram SiO2-(Na2O +K2O), maka batuannya berupa dasit dan riolit dengan afinitas

magmanya adalah calc-alkaline – tholeiitic. Pembentukan batuan terbentuk sebagai batuan vulkanik

ataupun bersamaan dengan penunjaman (syn collision).

Kata Kunci: Karangsambung, Komplek Melange, Dasit, Petrogenesa

Abstract

Karangsambung have an interesting and unique geological condition as a Geological Nature

Reserve Area. It has mixed lithologies within the Melange complex. Dacite boulders are found as

river sediment, but it petrogenesis has not been widely discussed. This study is intended to

determine the location of the source of origin of rocks, side rock associations, petrology,

petrography and chemistry characteristics, magma affinity, and its tectonic position.

As acidic to intermediate igneous rock, dacite has porphyritic texture. The silica content is between

granodiorit and diorit. The most common phenocrysts are plagoclast, quarts, and a little piroxene,

hornblende or biotite. Glassy and opaque groundmass. Dacite may occur in island arc or active

continental margin.

Based on SiO2 – (Na2O+K2O) diagram, rocks are dacite and rhyolite with calc-alkaline –

tholeiitic magma affinity. It formed as volcanic rock or in conjunction with subduction (syn

collision).

Keyword: petrogenesis, dacite, melange complex, karangsambung

Page 17: Ketahanan Mineral dan Energi

17 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

PENINGKATAN NILAI TAMBAH SILIKA AMORF (SIO2) LAPANGAN PANASBUMI

DIENG SEBAGAI GEOMATERIAL

INCREASING VALUE-ADDED AMORPHOUS SILICA (SIO2) FIELD GEOTHERMAL

OF DIENG AS GEOMATERIAL

Oleh :

B.D. Erlangga, Eko Tri S. Agustinus, Happy Sembiring, Aditya Wibawa,

Atet Saepuloh, Endro B. Santosa, Fuad Saebani

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Kompleks LIPI Gd. 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135

[email protected]

Abstrak

Silika amorf (SiO2) merupakan mineral ikutan dari produksi PLTP (Pusat Listrik Tenaga

Panasbumi) Lapangan panasbumi Dieng. Material tersebut hingga kini belum dimanfaatkan dan

masih ditampung di TPA (Tempat Penampungan Akhir) yang berpotensi terjadinya degradasi

lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh prototype produk geomaterial, sehingga

dapat memberikan nilai tambah material tersebut dan sekaligus mengurangi terjadinya degradasi

lingkungan. Metoda penelitian dilakukan dengan melibatkan teknologi rekayasa, yakni pengolahan

melalui formulasi bahan baku dengan menambahkan sejumlah bahan aditif untuk menghasilkan

material baru. Silika amorf bertindak sebagai bahan baku, sedangkan bahan aditif berupa water

glass, abu sekam padi dan agregat halus. Material baru yang dimaksud adalah geomaterial (beton

tanpa semen) berbentuk paving block dan/atau bata ringan. Sementara ini, formula bahan bertidak

sebagai variabel bebas (independent), sedangkan indikator berupa densitas dan kuat tekan berperan

sebagai variable respon (dependent). Hasil optimal dari percobaan ini didapatkan nilai kuat tekan

hingga 50,58 kg/cm2 dengan destisas 0,78 g/cm

3. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

diperoleh prototip produk paving block dan/atau bata ringan yang dapat di implementasikan ke

masyarakat industri.

Kata kunci: silika amorf, teknologi rekayasa, peningkatan nilai tambah, geomaterial

Abstract

Amorphous silica (SiO2) is byproduct mineral from geothermal power production activities at the

geothermal field of Dieng. This material until now has not been used and are still accommodated in

the landfill that could potentially environment degradation. The purpose of this study was to obtain

a product prototype geomaterial, so as to provide the value-added materials and reducing

environmental degradation. The method of research conducted with the involvement of engineering

technology, the processing through the formulation of raw materials by adding some additives to

produce new material. Amorphous silica acts as raw material, while additives such as water glass,

rice husk ash and fine aggregate. The new material in question is Geomaterial (concrete without

portland cement) shaped paving block and/or lightweight concrete. then formula materials act as

the independent variable, while indicators such as density and compressive strength serves as a

response variable. Optimal results of these experiments obtained the compressive strength of up to

50.58 kg / cm2 with a density of 0.78 g / cm

3. From the results of this research is expected can be

obtained prototype paving block and/or lightweight conrcrete that can be implemented into an

industrial society.

Keywords: amorphous silica, engineering technology, value-added, geomaterial

Page 18: Ketahanan Mineral dan Energi

18 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

KARAKTERISTIK BATUBARA CARINGIN GARUT DAN DARMASARI BAYAH

LEBAK

THE CHARACTERIZATION OF COALS FROM CARINGIN GARUT AND DARMASARI

BAYAH LEBAK

Widodo

1), Dewi Fatimah

1), dan Lenny Marilyn Estiaty

1)

1). Puslit Geoteknologi-LIPI

Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung 40135

[email protected]

Abstrak

Telah dilakukan karakterisasi sampel batubara Caringin, Garut dan sampel batubara halus

Darmasari Bayah Lebak dengan analisis proksimat, ultimat, dan petrografi. Karakterisasi batubara

ini dilakukan untuk mendukung penelitian pembuatan briket dari batubara halus dengan

penambahan kohe. Jenis sampel batubara dari Caringin-Garut yang mempunyai nilai kalori rendah

merupakan bagian dari Formasi Bentang yang berumur Miosen Akhir, sedangkan sampel batubara

halus Dasrmasari-Bayah Lebak dengan nilai kalori yang lebih tinggi merupakan bagian dari

Anggota Konglomerat Formasi Bayah. Hasil analisis proksimat sampel batubara Caringin Garut

dengan kadar abu 39,33 %, dan 23,80 % untuk sampel batubara halus Darmasari Bayah Lebak.

Sedangkan hasil analisis ultimat kandungan carbon sebesar 30,20 % untuk batubara Caringin dan

58,12 % untuk batubara halus Darmasari, dengan nilai kalori masing-masing sebesar 2.646 cal/g

(4.307 btu/lb) dan 5.428 cal/g (9.487 btu/lb). Berdasarkan hasil analisis petrografi, sampel batubara

Caringin Garut mengandung huminite/vitrinit = 40-50 %, liptinite 25-30 %, dan mineral 20-25 %;

sedangkan batubara halus Darmasari Bayah Lebak mengandung huminite/vitrinit = 60-70 %,

liptinite 15-20 %, dan mineral 12-15 %. Berdasarkan hasil tersebut, maka batubara Caringin Garut

diklasifikasikan sebagai batubara peringkat lignit B (brown coal) yang ditunjukkan dengan vitrinite

reflectance 0,32; dan subbituminus untuk batubara Darmasari Lebak dengan vitrinite reflectance

0,60.

Kata Kunci : Batubara, analisis proximate dan ultimate, petrografi, karakterisasi

Abstract

An experiments characterization of coal samples Caringin, Garut and fine coal samples Darmasari

Bayah Lebak with proximate analysis, ultimate and petrographic. The coal characterization to

support briquetting research of fine coal with the addition of kohe. Types of coal samples from

Caringin - Garut which have low calorific value is part of Bentang Formation the Late Miocene,

while the fine coal samples Dasrmasari - Bayah Lebak with a higher calorific value is part of the

Conglomerate Bayah Formation Members. The results of proximate analysis of Caringin Garut

coal samples with ash content of 39.33 % , and 23.80 % for Darmasari Bayah Lebak fine coal

samples.While the ultimate analysis result of the carbon content of 30.20% for Caringin coal and

58.12 % for Darmasari fine coal, with a calorific value of each of 2,646 cal/g (4,307 btu/lb) and

5,428 cal/g(9,487 btu/lb). Based on the petrographic analysis results, Caringin Garut coal samples

containing huminite / vitrinite = 40-50 %, liptinite 25-30 %, and 20-25 % minerals; while

Darmasari Bayah Lebak fine coal containing huminite /vitrinite = 60-70%, liptinite 15-20 %, and

12-15 % minerals. Based on these results, the Caringin Garut coal is classified as lignite B (brown

coal) rank shown with a vitrinite reflectance 0,32; and sub-bituminous for Darmasari Bayah

Lebak with a vitrinite reflectance 0,60.

Keywords : Coal, proximate and ultimate analyzes, petrographic, characterization

Page 19: Ketahanan Mineral dan Energi

19 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

TIPE ENDAPAN KROMIT PADA DAERAH KONAWE UTARA PROVINSI

SULAWESI TENGGARA

TYPE OF CROMITE DEPOSIT DISTRICT OF NORTH KONAWE,

IN SOUTHEAST SULAWESI PROVINCE

Lediyantje Lintjewas1

1 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Jl. Sangkuriang Bandung

E-mail : [email protected]

Abstrak

Kromit merupakan salah satu endapan yang sangat penting untukkebutuhan akan bijih krom di

dunia industri seperti stainless steel, gray cast iron, iron free high temperature alloys, dan

chromium plating untuk melindungi permukaan. Keberadaan endapan Kromit di Indonesia secara

umum berasosiasi dengan sekuen ofiolit.Penelitian tipe endapan ini dilakukan untuk mengetahui

kandungan unsur yang terdapat pada endapan kromit di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi

Sulawesi Tenggara. Pengambilan sampel dilakukan langsung dilapangan dilanjutkan dengan analisa

laboratorium dengan mengunakan alat XRF, untuk mengetahui persentase unsur dari komposisi

mineral yang ada. Hasil menunjukkan bahwa tipe endapan kromit yang ada berupa Stratiform yang

merupakan lapisan pengkayaan krom, dengan ketebalan 0 – 10 cm, dimana lapisan yang dijumpai di

daerah penelitian saling berselingan secara teratur dengan urut-urutan lapisan tipis olivin dan

piroksen. Secara umum batas antara pengkayaan kromit dan lapisan dibawahnya sangat tajam

dengan komposisi Cr2O3 berkisar antara 15 - 25%, MgO berkisar antara 10 – 18,09%, Fe berkisar

antara 12,5 – 28,05% dan Al2O3 berkisar antara 8,15 – 17,50%.

Kata Kunci: Endapan Kromit, Sekuen ofiolit, Stratiform, XRF.

Abstract

Chromite is one of the deposits that are very important to used of ore chrome in the world of

industry such as stainless steel, gray cast iron, iron free high temperature alloys, and chromium

plating for surface protection.Existence cromite deposits Indonesia Chromite is generally in the

form associated with ophiolite sequence. Chromite deposits in the research area district of North

Konawe in Southeast Sulawesi Province.The purpose of research is to determine the type of

chromite deposits and element content contained chromite depositsin research area. The research

method is through direct field sampling and laboratory analysis by using XRF instrument to

determine the percentage of the elements the existing mineral composition. Results and XRF

analisys show that in the area research the type cromite deposits is stratiform deposits that are the

enrichment of chromium, with a thickness of 0-10 cm, where the layers are found in the research

areas of mutual alternating regularly with the sequence of a thin layer of olivine and pyroxene and

generally limit the enrichment of chromite and the underlying layer is very sharp, with Cr2O3

composition ranges from 15 - 25%, MgO ranges from 10 to 18.09%, Fe ranges from 12.5 to

28.05% and Al¬2O3 ranges from 8.15 to 17.50%.

Keywords : Cromite deposits, Ofiolit sequece, Stratiform, XRF.

Page 20: Ketahanan Mineral dan Energi

20 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA FINE COAL BAYAH

UNTUK BAHAN BRIKET

PHYSICO-CHEMICAL CHARACTERISTICS OF BAYAH FINE COAL

AS BRIQUETTE MATERIALS

Dewi Fatimah, Lenny Marilyn Estiaty, Harjanto Soetjijo, Widodo Hadi Saputro

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan sangkuriang

Abstrak

Pada pengolahan batubara, recovery hanya sekitar 70% dan 30% terbuang sebagai sludge fine coal,

atau jenis tidak layak jual. Indonesia saat ini tercatat memiliki limbah batubara dengan volume

yang besar. Pada umumnya limbah batu bara halus (sludge fine coal) sisa hasil pencucian ditumpuk

begitu saja atau dibuang ke sungai. Pembuangan tersebut, akan berdampak buruk baik terhadap

sungai maupun tanah sekitarnya. Maksud penelitian ini adalah memanfaatkan batubara yang tidak

layak jual dan atau batubara kualitas rendah. Dalam penelitian ini meninjau sifat fisiko-kimia

batubara Bayah, Kabupaten Lebak untuk persiapan pemanfaatan sebagai briket. Kualitas batubara

ditentukan oleh sifat fisiko-kimia, sifat tersebut akan mempengaruhi potensi kegunaannya. Dari

analisis, fine coal mempunyai kadar abu, silikat, besi, kalium, natrium, kalsium dan magnesium

yang lebih tinggi daripada bentuk bongkah, menunjukkan bahwa fine coal kaya akan senyawa

anorganik tetapi karbon terikat, oksigen, hidrogen, sulfur, volatile matter dan Loss of Ignition , lebih

rendah. Nilai kalor fine coal cukup tinggi yaitu 5.428cal/g; sedangkan bentuk bongkah 6.093 cal/g.

Dari karakter fisiko-kimia, fine coal mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber energi

alternatif, tetapi karena bentuk partikel yang halus, perlu penanganan khusus. Diharapkan dengan

mengetahui sifat fisiko kimia yang diwakili oleh batubara Bayah, limbah produk penambangan

batubara dapat dimanfaatkan khususnya dibuat briket. Diharapkan ekologi industry batubara dapat

dilakukan untuk menghasilkan produk yang environmental friendly. Dengan menerapkan langkah

langkah penelitian, istilah black industry dapat digantikan dengan green industry.

Kata kunci: Sifat fisiko-kimia ; fine coal; batubara bayah; briket

Abstract

In the coal processing, recovery is only about 70%, and 30% wasted as fine coal sludge or not

worth selling. Indonesia currently has coal waste with a large volume. In general, fine coal waste

(sludge fine coal), stacked or dumped into the river. The disposal, will adversely affect the river and

land as well. Purpose of this study, is utilizing coal, which is not worth selling or low quality coal.

In this study will be reviewed physico-chemical properties of Bayah coal as briquettes material.

The quality of coal is determined by the physico-chemical properties, the properties will affect its

usefulness. From the analysis, the fine coal containing concentrations of ash, silicate, iron,

potassium, sodium, calcium and magnesium are higher than coal, showed that fine coal is rich in

inorganic compounds, but carbon , oxygen, hydrogen, sulfur, volatile matter and Loss of ignition,

lower. The calorific value of coal fine high enough that 5.428cal / g; while the calorific value of

coal is 6,093 cal / g. From the physico-chemical character, fine coal has a considerable potential

as an alternative energy source, but because of the form of fine particles, need special handling.

Are expected to know the physico chemical properties, represented by bayah coal, coal mining

waste products can be utilized in particular made briquettes. Hopefully, the ecology of the coal

industry can produce the products which environmental friendly. This research expected can be

change the black industry to be green industry.

Key words : Physico-chemical; fine coal; briquette

Page 21: Ketahanan Mineral dan Energi

21 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

PENDUGAAN MANIFESTASI PANASBUMI PERMUKAAN GUNUNG PAPANDAYAN

MENGGUNAKAN THERMAL BAND LANDSAT 8

SURFACE GEOTHERMAL MANIFESTATION OF PAPANDAYAN VOLCANO USING

THERMAL BANDS OF LANDSAT 8

Heri Nurohman, WidyaNingrum dan Ida Narulita

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Kompleks LIPI Jalan Sangkuriang, Bandung

[email protected]

Abstrak

Manifestasi panasbumi permukaan merupakan salah satu fitur yang menjadi objek pengamatan

dalam kegiatan eksplorasi. Keberadaan manifestasi tersebut dapat diidentifikasi dengan

menggunakan data citra satelit. Data yang digunakan dalam kegitan penelitian ini adalah data citra

Landsat 8 band 10 dan 11 di sekitar Gunung Papandayan. Data tersebut diolah dengan

menggunakan beberapa perhitungan matematika sehingga menghasilkan gambaran sebaran

temperatur permukaan. Kontras termal yang muncul di sekitar area prospek panasbumi dapat

diinterpretasikan sebagai manifestasi panasbumi permukaan. Berdasarkan hasil pengamatan

lapangan, kontras termal di sekitar gunung Papandayan muncul sebagai fumarol dan mataair panas.

Dengan memanfaatkan thermal band dari suatu data citra satelit, kita dapat mengidentifikasi

keberadaan manifestasi panasbumi permukaan sehigga kegiatan survei yang dilakukan menjadi

lebih terarah dan efisien.

Kata kunci: Panasbumi, Landsat 8, Thermal Band, dan Papandayan

Abstract

Geothermal manifestation give some important information during exploration activity. Some

surface manifestation can be identified by satellite imagery. We use band 10 and 11 of Landsat 8 in

this research. By using some mathematical formula, land surface temperature can be derived.

Thermal contrast around the research area can be detected as surface geothermal manifestation. In

the field, this contrast appear as fumaroles and hot springs. Early detection of surface geothermal

manifestation using satellite imagery data increase the efficiency and give an additional guidance.

Keywords: Geothermal, Landsat 8, Thermal Band, Papandayan

Page 22: Ketahanan Mineral dan Energi

22 | Pemaparan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2015

KAJIAN PEMANFAATAN ABU TERBANG PLTU PALABUHANRATU SEBAGAI

BAHAN PEMBUATAN MATERIAL RINGAN BERPORI

STUDY OF FLY ASH UTILIZATION FROM PALABUHANRATU STEAM POWER

PLANT FOR MANUFACTURE LIGHTWEIGHT POROUS MATERIAL

Firman Arifianto

1, Danang Nor Arifin

1, Lyza Primadona

1

UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon-LIPI

Jl. Cihaur No. 2 Desa Kertajaya Kec. Simpenan Kab. Sukabumi 43361

Email : [email protected]

Abstrak

Telah dilakukan percobaan pembuatan benda uji material ringan berpori berbahan dasar abu terbang

(fly ash) di UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon-LIPI. Kegiatan ini merupakan

pengembangan lanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan di Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI.

Komposisi bahan yang digunakan mengacu pada pembuatan AAC (Autoclaved Aerated Concrete)

yaitu abu terbang batubara (30-70%) serta bahan lain seperti pasir kwarsa, semen, sodium silikat,

kapur, gypsum, dan alumunium pasta (30-70%). Percobaan difokuskan pada kemungkinan

penerapan proses pengeringan alami (tanpa autoclave) material ringan berpori metode AAC dengan

menambahkan sodium silikat (waterglass). Hasil percobaan menunjukan material ringan berpori

dengan penambahan sodium silikat memiliki densitas sebesar 0,81-1,08 g/cm3 pada usia 7-12 hari.

Sedangkan densitas benda uji tanpa sodium silikat sebesar 0,93-1,35 g/cm3 pada usia 48-75 hari.

Densitas sebesar 0,93-1,01 g/cm3 didapatkan dari benda uji dengan komposisi abu terbang 60-70%

tanpa sodium silikat dan pasir kwarsa pada usia 75 hari. Hal ini menunjukan penambahan sodium

silikat berpengaruh terhadap densitas benda uji pada usia yang relatif di bawah standar yaitu 28

hari.

Kata kunci : material ringan berpori, AAC, densitas, sodium silikat, abu terbang.

Abstract

Technical Implementation Unit For Mine's Technology Assessment, Jampang Kulon-LIPI, had

conducted the experiments manufacture of lightweight porous material test specimens made from

fly ash. This activity is an advanced development of the Research Centre for Geotechnology-LIPI.

Composition of the materials used refers to the manufacture of AAC (Autoclaved Aerated Concrete)

that is coal fly ash (30-70%) as well as other materials such as quartz sand, cement, sodium

silicate, chalk, gypsum, and aluminum paste (30-70%). The experiments focused on the possibility

of applying the natural drying process (without autoclave) of porous lightweight material AAC

method by adding sodium silicate (waterglass). The result showed a porous lightweight material

with the addition of sodium silicate had a density of 0.81 to 1.08 g / cm3 at 7-12 days. While the

density of the specimen without sodium silicate at 0.93 to 1.35 g / cm3 at 48-75 days. Density of

0.93 to 1.01 g / cm3 was obtained from specimens with fly ash composition of 60-70% without

sodium silicate and quartz sand at 75 days. This shows the addition of sodium silicate affect the

density of the test piece at the age of relatively below the standard of 28 days.

Keywords : lightweight porous material, AAC, density, sodium silicate, fly ash.