untuk masuk-masukkan ifas efas dan sfas

102
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN OPTIMALISASI SINERGI POLISIONAL LALU LINTAS GUNA AKSELERASI PELAYANAN PRIMA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN STABILITAS KAMTIBMAS BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Perkembangan masyarakat modern telah berimplikasi pada perkembangan lalu lintas jalan yang senantiasa membutuhkan ruang sebagai sarana mobilitas bagi masyarakatnya. Hal tersebut disebabkan karena lalu lintas memang memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat. Begitu pentingnya arti lalu lintas bagi masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa lalu lintas adalah urat nadi kehidupan masyarakat (Chryshnanda, 2009 : 125). Sebagai urat nadi, maka keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas (kamseltibcarlantas) sangat diperlukan oleh masyarakat dalam rangka untuk memenuhi produktifitasnya. Artinya, produktifitas masyarakat yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dapat dihasilkan dari berbagai aktifitas yang

Upload: eko-suprihanto

Post on 26-Oct-2015

555 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

IFAS dan EFAS serta SFAS

TRANSCRIPT

Page 1: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN

OPTIMALISASI SINERGI POLISIONAL LALU LINTAS

GUNA AKSELERASI PELAYANAN PRIMA

DALAM RANGKA MEWUJUDKAN STABILITAS KAMTIBMAS

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Perkembangan masyarakat modern telah berimplikasi pada

perkembangan lalu lintas jalan yang senantiasa membutuhkan ruang sebagai

sarana mobilitas bagi masyarakatnya. Hal tersebut disebabkan karena lalu lintas

memang memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat. Begitu pentingnya

arti lalu lintas bagi masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa lalu lintas adalah

urat nadi kehidupan masyarakat (Chryshnanda, 2009 : 125). Sebagai urat nadi,

maka keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas

(kamseltibcarlantas) sangat diperlukan oleh masyarakat dalam rangka untuk

memenuhi produktifitasnya. Artinya, produktifitas masyarakat yang berguna

untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dapat dihasilkan dari berbagai

aktifitas yang penyelenggaraan/mobilitasnya didukung oleh lalu lintas (Suparlan,

2004). Selain itu dikatakan pula bahwa lalu lintas juga merupakan cermin budaya

masyarakatnya, bahkan secara nasional dapat dikatakan bahwa lalu lintas

adalah cermin budaya bangsa.

Perkembangan lalu lintas dan angkutan jalan semakin memiliki

permasalahan yang kompleks, terutama pada lalu lintas perkotaan. Semakin

tinggi kualitas hidup masyarakat di suatu perkotaan, akan membuat semakin

Page 2: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

kompleks permasalahan lalu lintas yang ada di perkotaan tersebut (Suparlan,

2004:45). Berbagai permasalahan lalu lintas yang sering muncul di wilayah

perkotaan adalah masalah kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu lintas.

Para pakar lalu lintas menyatakan, bahwa ciri umum lalu lintas perkotaan adalah

tingginya kemacetan, tingginya kecelakaan dan rendahnya fasilitas akibat

kecelakaan lalu lintas yang terjadi (Harsono, 1996).

Untuk mengantisipasi dampak yang semakin kompleks dari permasalahan

lalu lintas dan angkutan jalan tersebut, maka Polri sebagai salah satu institusi

pemerintah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan keamanan,

keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, memiliki tugas pembinaan

dalam bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Seperti yang disebutkan dalam

Pasal 5 ayat 3 (e) UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, bahwa Polri dalam bidang lalu lintas dan angkutan jalan memiliki tugas

pembinaan untuk menangani urusan pemerintahan di bidang registrasi dan

identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakan hukum, operasional

manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas.

Selain tugas pembinaan dalam bidang lalu lintas dan angkutan jalan seperti

diuraikan di atas, Polri juga bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan

dalam mewujudkan dan memelihara Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

(Pasal 200 ayat (1) UU No 22 Tahun 2009). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa

penyelenggaraan kegiatan dalam mewujudkan dan memelihara Keamanan

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dilakukan melalui kerja sama antara

pembina Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan masyarakat (Pasal 200 ayat

(2) UU No 22 Tahun 2009). Kerja sama antara pembina lalu lintas dan angkutan

jalan dan masyarakat ini selanjutnya menjadi issue penting dalam

menyukseskan program-program keamanan dan keselamatan jalan, karena

bagaimanapun juga bahwa Polri (Polantas) sebagai salah satu pembina lalu

lintas dan angkutan jalan tidak dapat bekerja sendiri, namun harus tetap

mengutamakan kerja sama dan koordinasi. Kerja sama yang dilakukan Polri

(Polantas) dilaksanakan sebagai perwujudan sinergi polisional. Sinergi polisional

merupakan kebersamaan antar unsur dan komponen negara dan masyarakat

2

Page 3: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

dalam mengambil langkah mengatasi potensi gangguan (TOR Rapim Polri tahun

2013 : 13-15).

Sinergi polisional terdapat dalam rumusan Visi Polri tahun 2010 - 2014

yang merupakan penjabaran dari Visi Pembangunan Nasional Jangka Panjang

dan Visi Indonesia 2014, yang dirumuskan sebagai berikut: "Terwujudnya

Pelayanan Kamtibmas Prima, Tegaknya Hukum dan Kamdagri Mantap serta

Terjalinnya Sinergi Polisional yang Proaktif". Dari rumusan visi tersebut substansi

yang diutamakan adalah pada pelayanan masyarakat sebagai implementasi dari

quick wins yang telah ditetapkan pada strategi tingkat nasional, namun tidak

terlepas dari tugas pokok Polri lainnya yaitu tegaknya hukum dalam negeri dan

sinergi polisional yang keseluruhan merupakan satu kesatuan dalam

menentukan arah kinerja Polri selama lima tahun ke depan (TOR Rapim Polri

tahun 2013, hal 14).

Selaras dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, Polri telah

menjabarkannya ke dalam bingkai besar Grand Strategy Polri Tahun 2005-

2025. Grand Strategy Polri tersebut telah ditetapkan pelaksanaannya dengan

mencakup 3 (tiga) tahapan waktu, yaitu tahap I tahun 2005-2009 membangun

kepercayaan / trust building, tahap II tahun 2010-2014 membangun kemitraan /

partnership building, dan tahap III tahun 2015-2025 menuju organisasi

unggulan/strive for excellence (Pedoman Penjabaran Revitalisasi Polri, 2010:8).

Sebagai tindak lanjut dari Grand Strategy Polri ini kemudian dicanangkanlah

Reformasi Birokrasi Polri. Reformasi Birokrasi Polri yang dilaksanakan secara

bertahap dan terencana sejak bulan Desember 2008 lalu hingga saat ini masih

terus berjalan. Hal ini merupakan wujud keseriusan Polri untuk melakukan

perubahan sebagai upaya peningkatan kualitas kinerja dalam menjalankan tugas

pokok Polri. Esensi reformasi birokrasi adalah bagaimana menerapkan prinsip-

prinsip transparansi dan akuntabilitas yang merupakan bagian dari good

governance (Pedoman Penjabaran Revitalisasi Polri Menuju Pelayanan Prima

guna Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat, 2010 : 9). Agenda Reformasi

Birokrasi Polri yang dilaksanakan adalah berdasarkan penjabaran dari Peraturan

3

Page 4: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20

Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014.

Dalam Peraturan tersebut dijelaskan, bahwa untuk tingkat kementerian dan

lembaga pemerintahan, pelaksanaan Reformasi Birokrasi untuk Periode 2010 –

2014 berpedoman pada Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, Road

Map Reformasi Birokrasi 2010-2014, dan berbagai kebijakan pelaksanaannya

dengan memperhatikan karakteristik masing-masing instansi yang dilaksanakan

secara konsisten, terintegrasi, dan berkelanjutan (Permen PAN dan Reformasi

Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 : 6). Oleh karenanya Polri menindaklanjutinya

dengan program Reformasi Birokrasi Polri gelombang II tahun 2010 – 2014,

yang dijabarkan ke dalam 9 (sembilan) program (Sosialisasi RBP Gelombang II

Tahun 2010-2014).

Dalam bidang lalu lintas, sebagai unggulan dalam program Reformasi

Birokrasi Polri gelombang II adalah pada program ke -4 yaitu Peningkatan

Kualitas Pelayanan Publik. Hal ini disebabkan karena hasil/output dari program

ini akan berdampak langsung kepada masyarakat. Program Peningkatan

Kualitas Pelayanan Publik ini selanjutnya diimplementasikan ke dalam 2 (dua)

bentuk Keberhasilan Segera (quick wins). Kedua quick wins dalam Program ke-4

(Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik) ini adalah pelayanan SIM, STNK,

BPKB dan Aksi Kerjasama Keselamatan Jalan (road safety partnership action).

Aksi Kerjasama Keselamatan Jalan (road safety partnership action) merupakan

implementasi kegiatan kemitraan/kerja sama di bidang lalu lintas.

Kegiatan kemitraan / kerja sama itu terdapat dalam lampiran Keputusan Kapolri

No. : Kep / 53 / 2010 tanggal 29 Januari 2010 tentang Renstra Polri tahun 2010 –

2014. Dalam Lampiran Renstra tersebut disebutkan bahwa masih diperlukan

kelanjutan pelaksanaan kebijakan strategi Polri pada pelaksanaan Renstra Polri

tahun 2010–2014 yang bermuara pada pencapaian strategi kemitraan (Lampiran

Renstra Polri tahun 2010-2014:1). Strategi kemitraan di sini dilaksanakan dalam

kerangka sinergi polisional proaktif, yaitu kebersamaan antar unsur dan

komponen negara dan masyarakat dalam mengambil langkah mendahului

berprosesnya potensi gangguan keamanan dengan menyusun pemecahan

4

Page 5: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

masalah sebagai eliminasi terhadap potensi gangguan yang mengendap di

berbagai permasalahan pada bidang pemerintahan dan kehidupan sosial

maupun ekonomi. Sebagai bentuk pengembangan sinergi polisional diwujudkan

dalam sistem kerja sama interdep dan masyarakat, yang dilakukan melalui

prinsip - prinsip layanan (Lampiran Renstra Polri 2010-2014 : 10).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Aksi Kerjasama Keselamatan

Jalan (road safety partnership action) merupakan wujud dari sinergi polisional.

Road safety partnership action dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

stabilitas kamtibmas. Kamtibmas diartikan sebagai kondisi dinamis masyarakat

sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional

dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya

keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman,

yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan

kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala

bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lain yang dapat

meresahkan masyarakat (Pasal 1 angka 7 UU No. 2 Tahun 2002). Stabilitas

kamtibmas dalam bidang lalu lintas adalah terwujudnya suatu keamanan,

keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas (kamseltibcarlantas).

Kamseltibcarlantas itu sendiri merupakan situasi dan kondisi lalu lintas yang

diharapkan tercapai sehingga masyarakat dapat melaksanakan aktifitasnya

dengan baik dan proses-proses produksi masyarakat pun dapat terlaksana

dengan baik pula. Jadi muara dari kamseltibcarlantas ini adalah untuk

mewujudkan stabilitas kamtibmas.

Road safety partnership action sebagai sinergi polisional bidang lalu lintas

adalah perwujudan program peningkatan kualitas pelayanan publik (program

ke-4 dalam RBP gelombang II). Diharapkan dari program ini adalah terwujudnya

kemampuan lembaga dalam memberikan pelayanan prima. Pelayanan prima

merupakan kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan layanan yang

terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan

kepuasannya (Atep, 2004 : 27) yang perlu diakselerasi (dipercepat) demi

keberhasilan reformasi birokrasi Polri. Pelayanan prima ini dikumandangkan oleh

5

Page 6: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Pimpinan Polri pada setiap kesempatan. Seperti yang disampaikan pada uji

kepatutan dan kelayakan Kapolri Jenderal Polisi Drs Timur Pradopo di hadapan

Komisi III DPR RI pada tanggal 14 Oktober 2010 lalu, dalam pokok-pokok

pikirannya tentang Revitalisasi Polri menuju pelayanan prima guna

meningkatkan kepercayaan masyarakat. Salah satu indikator untuk mewujudkan

pelayanan prima dalam arah kebijakan Kapolri tersebut adalah Polri yang

melayani, yaitu memberikan pelayanan kepolisian yang lebih cepat, lebih mudah,

lebih baik dan lebih nyaman bagi masyarakat dengan memenuhi standar mutu

pelayanan dan tingkat kepuasan masyarakat. Secara eksternal diwujudkan oleh

Polri dalam bentuk public service dan secara internal merupakan budaya atasan

melayani bawahan. Dari arah kebijakan Kapolri tersebut diketahui bahwa

pelayanan prima secara eksternal diwujudkan dalam bentuk pelayanan publik

dan menurut penulis untuk mewujudkannya perlu dilakukan suatu peningkatan

atau bahkan perlu dilakukan percepatan (akselerasi) dari pelayanan prima.

Dengan kata lain bahwa akselerasi pelayanan prima dilakukan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dalam pembahasan tulisan ini,

pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Polri dapat meningkat kualitasnya

dengan mengedepankan sinergi polisional, yakni melalui sinergitas kemitraan

antar pemangku kepentingan, dengan bersinergi bersama instansi lainnya

dengan mengedepankan prinsip kerja sama dan koordinasi, dimana Polri tidak

dapat bekerja sendiri, melainkan memerlukan dukungan dari semua pihak

dengan membangun dan meningkatkan kerja sama antara Polri dan seluruh

komponen masyarakat.

Menarik untuk dikaji tentang sinergi polisional lalu lintas guna akselerasi

pelayanan prima dalam rangka mewujudkan stabilitas kamtibmas ini, sehingga

membuat Penulis pun tertarik untuk mengangkatnya ke dalam suatu Naskah

Karya Perorangan yang berjudul “Optimalisasi Sinergi Polisional Lalu Lintas

Guna Akselerasi Pelayanan Prima Dalam Rangka Mewujudkan Stabilitas

Kamtibmas”. Tulisan ini didasarkan atas penelitian dan pengalaman penulis

saat berdinas di Polda Riau pada kurun waktu 2010 – 2012.

6

Page 7: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

2. Permasalahan

Dari penjelasan tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

Naskah Karya Perorangan ini adalah Sinergi Polisional lalu lintas guna

akselerasi pelayanan prima belum optimal dilaksanakan, sehingga stabilitas

kamtibmas dalam bentuk keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaraan

lalu lintas (kamseltibcarlantas) belum terwujud.

3. Persoalan

Pokok-pokok persoalan yang dapat diangkat sesuai dengan rumusan

permasalahan, adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana dukungan Sumber Daya Manusia dalam mendukung sinergi

polisional lalu lintas ?

b. Bagaimana dukungan anggaran dalam mendukung sinergi polisional lalu

lintas ?

c. Bagaimana ketersediaan sarana prasarana dalam mendukung sinergi

polisional lalu lintas ?

d. Bagaimana metode yang digunakan dalam mendukung sinergi polisional lalu

lintas ?

4. Ruang Lingkup

Pada penulisan naskah karya perorangan ini, penulis membatasi

pembahasan pada optimalisasi sinergi polisional lalu lintas guna akselerasi

pelayanan prima dalam rangka mewujudkan stabilitas kamtibmas.

Akselerasi palayanan prima ini dilaksanakan melalui peningkatan kualitas

pelayanan publik, sedangkan stabilitas kamtibmas dalam bidang lalu lintas

ditujukan untuk mewujudkan kamseltibcarlantas. Untuk memfokuskan optimalisasi

sinergi polisional lalu lintas maka ruang lingkup pembahasan dibatasi pada 4

(empat) hal, yaitu: kondisi SDM, dukungan anggaran, dukungan sarana

prasarana, dan metode yang digunakan dalam sinergi polisional lalu lintas.

7

Page 8: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

5. Maksud dan Tujuan

a. Maksud :

Maksud penulisan naskah karya perorangan ini selain untuk memenuhi

salah satu persyaratan seleksi Dik Sespimmen Polri yang diwajibkan bagi

setiap calon Perwira Siswa Dik Sespimmen Polri Dikreg ke-53 T.A. 2013,

juga untuk memberikan sumbang saran pemikiran kepada Polri, dalam

rangka mewujudkan stabilitas kamtibmas melalui sinergi polisional terutama

dalam bidang lalu lintas.

b. Tujuan :

1) Untuk menganalisis kondisi SDM dalam mendukung sinergi polisional

lalu lalu lintas .

2) Untuk mengetahui dukungan anggaran dalam mendukung sinergi

polisional lalu lintas.

3) Untuk mengidentifikasi sarana prasarana yang dibutuhkan dalam

mendukung sinergi polisional lalu lintas .

4) Untuk meneliti metode yang tepat dalam mendukung sinergi polisional

lalu lintas.

6. Metode Dan Pendekatan

Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu dengan mengangkat fenomena sinergi polisional dalam bidang lalu

lintas yang dianalisis dengan teori SWOT, teori manajemen, teori manajemen

strategis dan teori kerja sama, sehingga mendapatkan analisis yang komprehensif

untuk merumuskan suatu kesimpulan yang dapat mendukung optimalisasi sinergi

polisional lalu lintas guna akselerasi pelayanan prima publik dalam rangka

mewujudkan stabilitas kamtibmas. Adapun data-data yang didapat antara lain data

primer yang diperoleh dari observasi di lapangan dan berdasarkan pengalaman

penulis serta data sekunder berdasarkan literarur, dokumen, buku maupun

kejadian yang berhubungan dengan sinergi polisional lalu lintas. Sedangkan

pendekatan yang digunakan adalah menggunakan pendekatan perspektif

pelayanan publik.

8

Page 9: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

7. Tata Urut Penulisan

Naskah perorangan ini disusun dalam tujuh Bab, dengan sistematika sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan permasalahan dan

diidentifikasi dalam persoalan, ruang lingkup, maksud dan tujuan, tata

urut penulisan, serta pengertian-pengertian.

BAB II : KERANGKA TEORITIS

Dalam bab ini dibahas kerangka teoritis yang berisi tentang teori -

teori yang digunakan untuk menganalisis dan melakukan pemecahan

masalah.

BAB III : KONDISI SAAT INI

Bab ini menjelaskan tentang kondisi sinergi polisional di bidang

lalu lintas saat ini.

BAB IV : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Bab ini akan menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi

kondisi sinergi polisional dalam bidang lalu lintas, yang dibuat

berdasarkan analisis SWOT.

BAB V : KONDISI YANG DIHARAPKAN

Dalam bab ini dibahas tentang kondisi sinergi polisional dalam

bidang lalu lintas yang diharapkan.

BAB VI : OPTIMALISASI

Bab ini akan menjelaskan tentang optimalisasi sinergi polisional

lalu lintas yang dimulai dari perumusan visi dan misi, tujuan, sasaran,

formulasi strategi, kebijakan dan action plan.

BAB VII : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang merupakan jawaban dari

permasalahan ini dan rekomendasi yang berisi tentang saran ataupun

rekomendasi yang berguna dan dapat diimplementasikan.

9

Page 10: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

8. Pengertian - pengertian

a. Optimalisasi

Optimalisasi menurut Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia

(1994 : 705), adalah merupakan proses, cara, atau perbuatan

mengoptimalkan. Mengoptimalkan berarti menjadikan paling baik, paling

tinggi atau paling menguntungkan. Optimalisasi juga merupakan suatu

proses pencapaian suatu pekerjaan dengan hasil dan keuntungan yang

besar tanpa harus mengurangi mutu dan kualitas dari suatu pekerjaan

(Grahacendikia, 2009). Optimalisasi dalam penulisan ini merupakan

upaya untuk menjadikan sinergi polisional dalam bidang lalu lintas guna

meningkatkan kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan dalam rangka

mewujudkan kamseltibcarlantas, agar dapat berjalan secara optimal.

b. Lalu Lintas

Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas

jalan (Pasal 1 ay (2) UU No. 22 Tahun 2009). Sedangkan menurut kamus

Bahasa Indonesia WJS. Poerwadarminta adalah (Surat Keputusan

Dirlantas Polri No. Pol.: Skep/22/IX/2005 tanggal 22 September 2005

tentang Vademikum Polisi Lalu Lintas) :

1) Berjalan bolak balik, hilir mudik

2) Perihal perjalanan dan sebagainya

3) Perhubungan antara satu tempat ketempat lainnya

Lalu Lintas jalan dalam penulisan ini dimaknai sebagai gerak pindah

manusia dengan atau tanpa alat penggerak dari suatu tempat ke tempat

lain dengan menggunakan jalan sebagai ruang gerak.

c. Sinergi Polisional

Sinergi secara umum diartikan sebagai kombinasi elemen-elemen

dari fungsi-fungsi yang menghasilkan tujuan yang lebih besar/hebat dari

apa yang didapat dalam elemen-elemen fungsi tersebut. Sedangkan

polisional adalah kegiatan yang terkait dengan penggunaan kewenangan

10

Page 11: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

dan tanggung jawab kepolisian (Naskah Akademik Sistem Sinergi

Polisional Interdepartemen / Sis Spindep, “Menyongsong Era Networking

dalam rangka Renstra 2010 – 2014”, hal 3). Sinergi polisional ini

dituangkan dalam Keputusan Kapolri Nomor : Kep / 53 / I / 2010 tanggal

29 Januari 2010 tentang Renstra Polri 2010-2014, dimana dalam visinya

disebutkan “Terwujudnya pelayanan kamtibmas prima, tegaknya hukum

dan Kamdagri mantap serta terjalinnya sinergi polisional yang proaktif”.

Dalam lampiran Keputusan Kapolri tersebut dijelaskan, bahwa sinergi

polisional yang proaktif adalah kebersamaan antar unsur dan komponen

Negara dan masyarakat dalam mengambil langkah mendahului

berprosesnya potensi gangguan keamanan dengan menyusun

pemecahan masalah sebagai eliminasi terhadap potensi gangguan yang

mengendap di berbagai permasalahan pada bidang pemerintahan dan

kehidupan sosial maupun ekonomi (lampiran Kep Kapolri Nomor : Kep /

53 / 2010 tanggal 29 Januari 2010 tentang Renstra Polri 2010-2014 :10).

Visi tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam misi-misi, yang salah

satunya (misi ke -8) adalah tentang sinergi polisional, yaitu : “membangun

sistem sinergi Polisional Interdepartemen dan lembaga internasional

maupun komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan dan

jejaring kerja (partnership building / networking)”. Dari misi tersebut jelas

bahwa sinergi polisional dilaksanakan dalam rangka membangun

kemitraan dan jejaring kerja.

Adapun sinergi polisional dalam penulisan ini adalah kemitraan

dalam bidang lalu lintas yang diwujudkan dalam Aksi Kerja Sama

Keselamatan Jalan yang dilaksanakan oleh Polri bersama-sama dengan

elemen masyarakat lainnya dalam rangka terwujudnya

kamseltibcarlantas.

d. Satuan Lalu Lintas

Satuan Lalu Lintas adalah unsur pelaksana tugas pokok Polres

yang berada di bawah Kapolres, bertugas melaksanakan turjawali lalu

lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas, pelayanan registrasi dan

11

Page 12: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan

lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas (Pasal 59 ayat (1)

dan (2) Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 tanggal 30 September

2010). Adapun Satuan Lalu Lintas yang dimaksud dalam penulisan ini

adalah Satuan Lalu Lintas Polresta Pekanbaru sebagai pelaksana tugas

pokok Polresta Pekanbaru di bawah Kapolresta Pekanbaru.

e. Partnership Building

Partnership Building merupakan salah satu program tahapan waktu

dalam Grand Strategy Polri yang terbagi dalam 3 tahap, yaitu tahap I

tahun 2005 – 2009 yang difokuskan dalam upaya untuk membangun

kepercayaan masyarakat (trust building), tahap II tahun 2010 – 2014 yang

difokuskan dalam rangka untuk membangun kemitraan (partnership

building), dan tahap III tahun 2015 – 2025 yaitu tahapan menuju

organisasi unggulan (strive for excellence). Bahwa tingkat kepercayaan

masyarkat terhadap Polri menjadi prioritas pertama pada Grand Strategy

Polri tahap I yang harus diwujudkan sebagai pondasi pelaksanaan

Renstra Polri tahun 2010 – 2014, selanjutnya perjalanan pembangunan

Polri saat ini telah memasuki Grand Strategy Polri tahap II tahun 2010 –

2014, dengan sasaran membangun sinergi dengan seluruh komponen

dan masyarakat yang disebut dengan partnership building (Pedoman

Penjabaran Revitalisaasi Polri, 2010:8). Konsep partnership building

dalam penulisan ini dimaknai sebagai prioritas utama pencapaian Grand

Strategy Polri tahap II yang merupakan dasar/landasan dalam

mengimplementasikan kegiatan kemitraan lalu lintas sebagai

implementasi sinergi polisional dalam rangka mewujudkan

kamseltibcarlantas.

f. Akselerasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akselerasi adalah proses

mempercepat; peningkatan kecepatan; percepatan atau diartikan juga

dengan laju perubahan kecepatan (KBBI, 2001 : 22). Akselerasi pada

12

Page 13: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

awalnya dikenal dalam ilmu fisika, sebagai hasil dari sebuah Gerak Lurus

Berubah beraturan (GLBB) yang mengakibatkan perubahan kecepatan /

akselerasi (http://ennaufal.blogspot.com/2012/09/kinematika-ilmu-fisika-

tentang-gerak.htm). Akselerasi terjadi akibat perubahan gaya, dengan

rumus pembagian antara perubahan kecepatan ( v) dibagi dengan

perubahan waktu ( t). Akserasi dalam penulisan ini diartikan sebagai

suatu percepatan, yang dalam tulisan ini adalah percepatan untuk

pelayanan prima.

g. Pelayanan Prima

Pengertian Pelayanan Prima antara lain dikemukakan oleh E.

Juhana Wijaya, yang mengartikan pelayanan prima sebagai pelayanan

yang berorientasi pada pemenuhan tuntutan konsumen mengenai kualitas

suatu produk, baik berupa barang maupun jasa (Wijaya, 2001 : 29).

Pengertian lainya dikemukakan oleh Menurut Atep Adya Barata (Atep,

2004:27).

“Pelayanan prima adalah kepedulian kepada konsumen dengan memberikan layanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan kepuasannya, agar mereka selalu loyal kepada organisasi atau perusahaan.”

Dalam lingkungan Polri, pelayanan prima dilaksanakan dengan

memberikan pelayanan secara cepat, tepat, murah dan tidak

diskrimininasi, dengan standar etika yang tinggi (Renstra Polri 2010-2014,

27).

h. Pelayanan Publik

Menurut UU No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yang

dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk

atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik (Pasal 1 UU no. 25 tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik). Pelayanan publik juga diartikan sebagai segala

13

Page 14: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan

publik sebagai upaya memenuhi kebutuhan publik dalam pelaksanaan

peraturan dan perundang-undangan. Profesionalisme dalam pelayanan

publik ini sangat dibutuhkan. Artinya ada akuntabilitas dan responsibilitas

dari pemberi pelayanan sehingga etos kerja dan budaya pelayanan

merupakan cara dan kiat menciptakan pelayanan yang memuaskan

masyarakat. Pelayanan publik merupakan salah satu perwujudan dari

fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi

negara. Sedangkan pelayanan publik yang dimaksud dalam penulisan ini

adalah bentuk dari akselerasi pelayanan prima, yang merupakan

pelayanan yang diberikan oleh Polri selaku salah satu institusi pemerintah

yang bertanggung jawab untuk mewujudkan keamanan, keselamatan,

ketertiban dan kelancaran lalu lintas, memiliki tugas pembinaan dalam

bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Dalam hal pelayanan publik, selain

dalam hal pelayanan dalam bidang registrasi dan identifikasi kendaraan

dan pengemudi, Polri juga bertanggung jawab atas terselenggaranya

kegiatan dalam mewujudkan dan memelihara keamanan, keselamatan,

ketertiban dan kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Pasal 200 ayat

(1) UU No 22 Tahun 2009).

i. Stabilitas kamtibmas

Kamtibmas diartikan sebagai suatu kondisi dinamis masyarakat

sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan

nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh

terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya

ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina serta

mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,

mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan

bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat

(Pasal 1 angka 7 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI).

Stabilitas Kamtibmas dalam bidang lalu lintas adalah terwujudnya suatu

keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas

14

Page 15: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

(kamseltibcarlantas). Kamseltibcarlantas itu sendiri merupakan situasi dan

kondisi lalu lintas yang diharapkan tercapai sehingga masyarakat dapat

melaksanakan aktifitasnya dengan baik dan proses-proses produksi

masyarakat pun dapat terlaksana dengan baik pula. Jadi muara dari

kamseltibcarlantas ini adalah untuk mewujudkan stabilitas kamtibmas.

j. Kamseltibcarlantas (keamanan, keselamatan, ketertiban, dan

kelancaran lalu lintas)

Dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, diatur pengertian tentang keamanan, keselamatan, ketertiban dan

kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, yaitu :

Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan

terbebasnya setiap orang, barang, dan/atau Kendaraan dari gangguan

perbuatan melawan hukum, dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas.

Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan

terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas

yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan.

Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan berlalu

lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban

setiap Pengguna Jalan. Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

adalah suatu keadaan berlalu lintas dan penggunaan angkutan yang

bebas dari hambatan dan kemacetan di Jalan.

Kamseltibcarlantas merupakan kalimat majemuk yang

dipergunakan dalam tulisan ini untuk menggambarkan situasi dan kondisi

lalu lintas yang diharapkan dapat tercapai sehingga masyarakat dapat

melaksanakan aktivitasnya dengan baik dan proses-proses produksi

masyarakat pun dapat terlaksana dengan baik pula. Muara dari

kamseltibcarlantas ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat.

15

Page 16: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

BAB II

KERANGKA TEORI

1. SWOT Analysis

Implementasi SWOT Analysis dimulai dari serangkaian survei faktor-faktor

internal dan eksternal yang melingkupi suatu organisasi baik profit maupun non

profit. Faktor internal terkait dengan strengths atau kekuatan dan weaknesses

atau kelemahan yang dimiliki oleh suatu organisasi. Sementara itu faktor

eksternal terkait dengan opportunities atau peluang dan threats atau ancaman

yang dihadapi oleh organisasi. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal

inilah yang kemudian dianalisis. Hasil analisisnya selanjutnya dijadikan sebagai

landasan pengambilan keputusan oleh pihak manajemen atau otoritas sebuah

organisasi. Analisis SWOT adalah sebuah metode mengurai permasalahan

yang mudah dipahami dan diimplementasikan serta bisa digunakan untuk

memformulasikan kebijakan atau strategi yang akan diambil oleh sebuah

organisasi. Menurut Rangkuti bahwa idealnya analisis SWOT terhadap suatu

organisasi tidak akan pernah ada akhirnya, sebab dinamika lingkungan eksternal

selalu ada dan keterpengaruhannya sangat besar terhadap kemampuan dan

kelemahan yang dimiliki oleh organisasi (Rangkuti, 2009 : 1-5).

Analisis SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan

sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai

perencanaan strategis dalam berbagai terapan (Johnson, dkk., 1989; Bartol dkk.,

1991 dalam Bryson, 1995). Oleh karena itu, pada konteks penulisan kali ini,

maka analisis SWOT dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi sinergi polisional lalu lintas guna akselerasi pelayanan prima

dalam rangka mewujudkan stabilitas kamtibmas.

2. Teori Manajemen

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan atau

16

Page 17: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

pengendalian sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan

efesien (Ronald & Ricky W. Griffin, 2008). Efektif berarti bahwa tujuan dapat

dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang

ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Terry (1996) selanjutnya mengemukakan bahwa dalam konteks manajemen

secara umum terdiri dari 6 (enam) unsur. Keenam unsur tersebut adalah: men;

money; methods; materials; machines; dan markets. Men bisa dimaknai sebagai

sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan manajemen. Money terkait

dengan modal atau anggaran yang diperlukan dalam kegiatan manajemen.

Methods bisa diartikan sebagai teknik dan teknis mengerjakan kegiatan

organisasi. Materials mengandung makna bahan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan dari sebuah kegiatan manajemen. Machines berkaitan dengan alat-alat

yang dibutuhkan untuk mempercepat proses produksi. Sedangkan markets terkait

dengan pasar sebagai tempat untuk mendistribusikan produk dari hasil kegiatan

manajemen.

Pada penulisan ini, unsur-unsur manajemen dijadikan salah satu dasar untuk

melakukan kajian terkait upaya mengoptimalkan sinergi polisional lalu lintas guna

meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam rangka terwujudnya

kamseltibcarlantas . Namun demikian tidak semua unsur akan dijadikan referensi,

hanya ada empat unsur yang dijadikan referensi yaitu: terkait dengan kondisi

sumber daya manusia, dukungan anggaran, dukungan sarana pelayanan, dan

metode.

3. Teori Manajemen Strategis.

Olsen dan Edie dalam Bryson (1995:3) mendefinisikan manajemen strategis

sebagai “upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan

penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi (atau

entintas lainnya), apa yang dikerjakan organisasi (atau entitas lainnya), dan

mengapa organisasi (atau entitas lainnya) mengerjakan hal seperti itu”.

Sedangkan Bryson dan Einsweiler dalam Bryson berpendapat bahwa “manajemen

strategis adalah sekumpulan konsep, prosedur, dan alat, serta sebagian karena

sifat khas praktik perencanaan sektor publik ditingkat lokal” (Bryson, 1995 : 4).

17

Page 18: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Secara teoritis disebutkan bahwa manajemen strategis adalah sekumpulan

keputusan-keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi rencana-

rencana yang di rancang untuk mencapai sasaran organisasi atau Perusahaan.

Lebih lanjut dijelaskan dalam berbagai literatur bahwa manajemen Strategis terdiri

dari 9 (sembilan) tahap yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi. kesembilan

tahap tersebut meliputi:

a. Merumuskan visi perusahaan yang mencakup rumusan umum, maksud

(purpose), filosofi dan tujuan (goal).

b. Mengembangkan profit perusahaan/organisasi yang mencerminkan kondisi

intern dan kapabilitasnya.

c. Menilai lingkungan ekstern perusahaan/ organisasi baik pesaing maupun

kontekstual umum.

d. Menganalisis opsi perusahaan/organisasi dengan mencocokkan sumber

daya dengan lingkungan.

e. Menganalisis opsi yang paling dikehendaki berdasarkan misi yang telah

ditetapkan.

f. Memilih sasaran jangka panjang dan strategi umum.

g. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategis jangka pendek sesuai

dengan strategi umum yang dipilih.

h. Mengimplementasikan pilihan strategis.

i. Mengevaluasi keberhasilan proses strategis.

Teori manajemen strategis digunakan penulis sebagai panduan dalam

penyusunan strategi yang meliputi formula visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,

dan strategi serta upaya-upaya implementasi (action plan) yang harus dilakukan

dalam Optimalisasi sinergi polisional lalu lintas guna meningkatkan kualitas

pelayanan public dalam rangka terwujudnya kamseltibcarlantas.

4. Teori Kerja Sama

Kerjasama merupakan serangkaian hubungan yang tidak didasari oleh

kekerasan atau paksaan dan disahkan dengan hukum. Kerja sama terjadi karena

adanya penyesuaian perilaku dari para aktor sebagai respon dan antisipasi

terhadap pilihan-pilhan yang dilakukan oleh aktor lain. Kerja sama dapat

18

Page 19: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

dijalankan dalam suatu proses perundingan yang secara nyata diadakan. Namun

apabila masing-masing pihak telah saling mengetahui maka perundingan tidak

perlu dilakukan (Dougherty & Pflatzgraff, 1997: 418). 

Kerja sama dapat timbul dari adanya komitmen individu terhadap

kesejahteraan bersama atau sebagai usaha bersama untuk memenuhi

kebutuhan pribadi. Kunci penting dari perilaku bekerjasama yaitu pada sejauh

mana setiap pribadi mempercayai bahwa pihak yang lain akan bekerja sama.

Jadi issue utama dari teori kerja sama adalah pemenuhan kepentingan pribadi,

di mana hasil yang menguntungkan kedua belah akan didapat dari hasil melalui

kerjasama, daripada berusaha memenuhi kepentingan sendiri dengan cara

berusaha sendiri atau dengan berkompetisi (Dougherty & Pflatzgraff, 1997: 418-

419). 

Teori kerja sama juga dikemukakan oleh Charles H. Cooley yang

memberikan gambaran tentang kerja sama dalam kehidupan sosial. Kerja sama

timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai cukup pengetahuan dan

pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan bersama

melalui kerja sama; kesadaran akan adanya kepentingan yang sama dan adanya

organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna

(Soekanto, 1986 : 62). Dengan demikian, faktor pendorong munculnya kerja

sama adalah adanya kepentingan bersama. Sebagaimana bentuk kerja sama

yang ada di masyarakat Indonesia yaitu kebiasaan gotong royong dalam

mengerjakan pekerjaan, karena didorong oleh adanya sifat pekerjaan yang

manfaatnya adalah untuk kemaslahatan bersama.

Sehubungan dengan hal tersebut, setidaknya ada 3 (tiga) metode kerja

sama (Setiadi & Kolip dalam Soekanto, 1986 : 78-79), yaitu :

a. Bargaining Process (proses tawar menawar), yaitu metode kerja sama

dengan pelaksanaan perjanjian tentang pertukaran barang-barang dan

jasa antara dua organisasi atau lebih, atau dalam pengertian lain tawar

menawar dapat diartikan sebagai perjanjian yang dilakukan antar dua

atau lebih organisasi. Perjanjian ini ditujukan untuk mencapai

19

Page 20: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

kesepakatan bersama agar kedua belah pihak atau lebih sama- sama

diuntungkan dalam perjanjian itu.

b. Co-optation (kooptasi), yaitu metode kerja sama dengan melalui suatu

proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau

pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk

menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang

bersangkutan.

c. Coalition (koalisi), yaitu metode kerja sama yang merupakan kombinasi

antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Di

negara yang mekanisme politiknya menganut sistem multi partai, jika

dalam pemilu tidak ada pemenang mayoritas dari masing-masing partai

politik atau organisasi peserta pemilu, biasanya diadakan koalisi antar

partai untuk membentuk pemerintahan yang disebut pemerintahan koalisi.

Teori kerja sama ini digunakan oleh penulis untuk menganalisis sinergi

polisional lalu lintas yang dilakukan oleh Polri (Polresta Pekanbaru).

20

Page 21: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

BAB III

KONDISI SINERGI POLISIONAL LALU LITAS SAAT INI

Sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor : 23 Tahun 2010 tanggal 30 September

2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resort, pada

Pasal 57 disebutkan bahwa Satuan Lalu Lintas yang selanjutnya disingkat Satlantas

adalah unsur pelaksana tugas pokok pada tingkat Polres yang berada di bawah

Kapolres, yang bertugas melaksanakan turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu

lintas (dikmas lantas), pelayananan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan

pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu

lintas. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya tersebut, Satlantas menyelenggarakan

fungsi : a) pembinaan lalu lintas kepolisian; b) pembinaan partisipasi masyarakat

melalui kegiatan kemitraan lalu lintas, Dikmas lantas, dan pengkajian masalah di bidang

lalu lintas; c) pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka

penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas

(Kamseltibcarlantas); d) pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan

bermotor serta pengemudi; e) pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan

pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum,

serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya; f) pengamanan dan penyelamatan

masyarakat pengguna jalan; dan g) perawatan dan pemeliharaan peralatan dan

kendaraan.

Dalam penjabaran tugas-tugas Satlantas terdapat fungsi pembinaan partisipasi

masyarakat melalui kegiatan kemitraan lalu lintas (Pasal 59 ayat (3) b Perkap No 23

Tahun 2010) yang seringkali terabaikan dengan lebih dikedepankannya fungsi lalu

lintas lainnya seperti turjawali (pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli)

maupun fungsi regident (registrasi dan identifikasi) lalu lintas. Seperti yang terjadi pada

Satuan Lalu Lintas Polresta Pekanbaru, kegiatan kemitraan lalu lintas ini tidak dapat

dilaksanakan secara optimal, kalaupun dilaksanakan adalah dalam rangka tugas-tugas

rutin sehingga kurang memberikan efek yang signifikan dalam rangka mewujudkan

kamseltibcarlantas di kota Pekanbaru.

21

Page 22: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Seperti digambarkan dalam tabel berikut, selama bulan Januari hingga Mei 2012

(sebelum dilaksanakan kegiatan kemitraan lalu lintas Road Safety Partnership Action /

RSPA), kegiatan kemitraan lalu lintas sebagai implementasi sinergi polisional hanya

terdapat pada kegiatan-kegiatan rutin dan insidentiil, tidak dilaksanakan secara

terprogram dan sistematis, sebagai berikut :

Tabel 1Jenis Kegiatan Kemitraan

Satlantas Polresta Pekanbaru selama bulan Jan – Mei 2012

NO JENIS KEGIATANBULAN

JAN FEB MARET APRIL MEI

1 Polsanak 3 X 2 X 3 x 2 x 1 X

2 PKS 4 X 1 X - 1 X 2 X

3 Police goes to school 4 X 1 X 2 X 3 X 1 X

4 Safety Riding 3 X 2 X 1 X 2 X 2 X

5 Taman Lalu Lintas 3 X 1 X 2 X 2 X 1 X

6 Saka Bhayangkara - - - - -

7 Masyarakat terorganisir 5 X 6 X 3 X 3 x 4 X

8 Masyarakat tidak terorganisir 6 X 5 X 4 X 3 X 3 X

9 Pembinaan Sekolah Mengemudi 2 X 1 x - 2 X 1 X

10 Kegiatan-kegiatan protokoler - 1X 2X - 1X

Sumber : Laporan Bulanan Ditlantas Polda Riau (periode bulan Jan – Mei 2012)

Belum optimalnya sumber daya dalam kegiatan kemitraan lalu lintas

mengakibatkan belum dapat terwujudnya kamseltibcarlantas yang diharapkan oleh

masyarakat. Sumber daya yang belum optimal tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Sumber daya manusia

Manusia sebagai sumber daya utama untuk melaksanakan kegiatan

kemitraan lalu lintas dalam bidang lalu lintas pada Satlantas Polresta Pekanbaru

haruslah dilaksanakan oleh personel-personel yang memiliki kompetensi,

integritas dan loyalitas tinggi, sementara personel yang ada saat ini belum

22

Page 23: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

memiliki kompetensi yang diinginkan karena belum memiliki ketrampilan melalui

suatu pendidikan atau pelatihan.

Kegiatan kemitraan lalu lintas saat ini diemban oleh unit Dikyasa Lantas

yang dipimpin oleh seorang perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan

beranggotakan 5 (lima) orang anggota, yaitu 1 (satu) orang Perwira berpangkat

Inspektur Dua Polisi (Ipda) dan 4 (empat) orang anggota Bintara. Kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan oleh Unit Dikyasa ini sangatlah beragam, mulai dari

kegiatan pendidikan masyarakat bidang lalu lintas (dikmas lantas) yang meliputi

dikmas lantas terhadap masyarakat terorganisir dan tidak teroganisir, kegiatan

Polsanak (Polisi Sahabat Anak) dan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat

dalam rangka capacity building, dan lain-lain, yang semuanya harus secara

kontinyu dilaksanakan setiap bulan dan harus dibuat laporannya ke Polda.

Kegiatan lainnya adalah pengkajian permasalahan lalu lintas, yang juga tidak

dapat tertangani secara maksimal karena kegiatan dikmas lantas telah menyita

seluruh kegiatan Unit Dikyasa. Belum lagi Unit ini masih dibebankan tugas-tugas

rutin seperti pengaturan dan penjagaan yang dilaksanakan pada pagi dan sore

hari maupun malam hari saat libur. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan

kemitraan lalu lintas tidak tertangani dengan baik karena sumber daya manusia

yang sangat terbatas.

2. Anggaran yang digunakan

Anggaran untuk mendukung kegiatan Sinergi Polisional tidak ada,

sehingga dalam kegiatan sinergi polisional tidak dapat dilaksanakan dengan

maksimal karena untuk memenuhi kebutuhan anggaran dilakukan dengan cara

bergabung dengan kegiatan lain misalnya dalam kegiatan Binpotmas dalam

fungsi Sat Binmas diselingi dengan kegiatan sinergi polisional dalam bentuk

penyuluhan ataupun penerangan lalu lintas terhadap mitra lalu lintas seperti

tukang ojeg maupun klub motor.

3. Sarana prasarana yang digunakan

Dalam melaksanakan kegiatan kemitraan lalu lintas dibutuhkan sarana

dan prasarana yang cukup, salah satunya adalah sarana kendaraan / mobil

23

Page 24: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

sebagai sarana mobilitas untuk mendukung kegiatan kerja sama tersebut. Saat

ini Unit Dikyasa Lantas hanya memiliki 1 (satu) unit mobil yang dulunya juga

merupakan mobil untuk pengujian Surat Ijin Mengemudi, yang sekarang dialih

fungsikan sebagai kendaraan Unit Dikyasa. Kendaraan ini berfungsi banyak

sekali, antara lain untuk mendukung kegiatan Dikmas Lantas dalam bentuk

edukasi ke masyarakat teroganisir maupun tidak teroganisir, kegiatan survey

jalan dan seringkali untuk mengangkut personil saat akan melaksanakan

kegiatan rutin lainnya (turjawali lantas) karena terbatasnya sarana kendaraan di

Satlantas Polresta Pekanbaru. Sarana pendukung lainnya masih sangat minim,

sehingga untuk mendukung kegiatan kemitraan lalu lintas belum dapat

dilaksanakan secara optimal. Berikut adalah daftar invetaris sarana prasarana

yang dimiliki :

Tabel 2Sarana Prasarana Untuk Mendukung Sinergi Polisional Lalu Lintas

NO JENIS SARANA PRASARANA JUMLAH KONDISI KET1 MOBIL UNIT DIKYASA 1 BUAH BAIK - bekas mobil

pengujian SIM- sering juga digunakan

untuk turjawali 2 KENDARAAN RODA DUA 1 BUAH BAIK3 PUBLIC ADREESS 1 BUAH BAIK4 WIRELESS SPEAKER 1 BUAH BAIK5 MIKROFON 1 BUAH BAIK6 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS

PORTABLE10 BUAH RUSAK

RINGAN7 RAMBU-RAMBU MINI 25 BUAH BAIK8 PAPAN HIMBAUAN 10 BUAH RUSAK

RINGAN9 SPANDUK 10 BUAH BAIK10 UMBUL-UMBUL 10 BUAH BAIK

Sumber : Bag Min Ops Satlantas Polresta Pekanbaru

4. Metode yang digunakan

Metode yang digunakan dalam sinergi polisional lalu lintas masih

konvensional, artinya hanya dilaksanakan untuk menangani permasalahan atau

tugas yang bersifat rutin saja sehingga masih berkesan parsial dan belum

24

Page 25: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

mampu mewujudkan kamseltibcarlantas yang benar-benar diharapkan di kota

Pekanbaru. Metode tersebut digambarkan sebagai berikut :

1) Belum adanya SOP yang mengatur tentang sinergi polisional lalu lintas.

Seharusnya SOP dibuat sebagai sarana pengendali kegiatan, sehingga

bila dilaksanakan tidak sesuai dengan kegiatan dapat segera dilakukan

perbaikan.

2) Kegiatan sinergi polisional berdasarkan atas kegiatan rutin, yaitu untuk

memenuhi laporan dikmas lantas dan memenuhi permintaan dari sekolah /

instansi untuk melaksanakan kegiatan dikmas lantas.

3) Belum dilakukannya analisa dan evaluasi dari Polri dan para stake holders

terkait, untuk mengevaluasi kerja sama yang telah terjalin dan kendala-

kendala yang diketemukan, untuk kesempurnaan dalam pelaksanaan

kerja sama selanjutnya.

25

Page 26: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Internal

a. Kekuatan

1) Sinergi polisional telah dituangkan dalam Keputusan Kapolri No.

Pol. : Kep / 53 / I / 2010 tanggal 29 Januari 2010 tentang Renstra

Polri 2010-2014.

Sinergi polisional ini dalam Renstra Polri 2010-2014

tercantum dalam visi yang berbunyi : “Terwujudnya pelayanan

kamtibmas prima, tegaknya hukum dan Kamdagri mantap serta

terjalinnya sinergi polisional yang proaktif”. Dengan dituangkannya

sinergi polisional dalam Renstra Polri telah memberikan kekuatan

dalam penyelenggaraan sinergi polisional dalam pelaksanaan tugas

Polri.

2) Sinergi Polisional menjadi pokok bahasan dalam kegiatan Rapim

Polri 2013.

Tema Rapim Polri 2013 adalah “Melalui Rapim Polri Tahun

2013 Kita Tingkatkan Sinergi Polisional Yang Proaktif Guna

Pelayanan Prima dan Tegaknya Hukum Dalam Rangka

Mewujudkan Kamdagri Yang Mantap Menjelang Pemilu 2014”.

Dengan diangkatnya tema sinergi polisional dan selanjutnya

menjadi pokok bahasan serta diskusi dalam kegiatan Rapim Polri

2013 ini maka semakin memberikan kekuatan bagi Pimpinan Polri

di kesatuan kewilayahan bahwa melalui sinergi polisional akan

terwujud keamanan dalam negeri yang mantap, terutama

menjelang pelaksanaan Pemilu 2014.

26

Page 27: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

3) Penyusunan Naskah Akademik oleh Panitia Perumus dari

Derenbang Polri tentang sinergi polisional.

Dalam naskah akademis tersebut sinergi polisional

diwujudkan dalam sistem sinergi polisional interdepartemen

(sis spindep) yang menunjukkan bahwa sinergi polisional

merupakan kegiatan yang diprioritaskan dalam rencana strategis

Polri ke depan dan tentunya akan didukung dengan anggaran DIPA

Polri. Hal ini memberikan kekuatan untuk semakin dapat

terselenggaranya sinergi polisional dalam pelaksanaan tugas Polri.

4) Reformasi Birokrasi Polri tentang pelayanan Prima

Reformasi birokrasi Polri sejalan dengan reformasi birokrasi

pada pemerintahan yang mengubah paradigma aparatur

pemerintahan dari penguasa menjadi pelayan. Polri menyadari

bahwa tugasnya adalah sebagai pelayan masyarakat (public

servant) yang harus melayani kebutuhan masyarakat secara prima

dan senantiasa mendahulukan kepetingan masyarakat yang

dilayaninya tanpa diskriminatif.

Atas dasar tersebut reformasi birokrasi ini dapat dijadikan

sebagai pedoman atau pendorong Polri dalam kegiatan kemitraan

lalu lintas sebagai perwujudan sinergi polisional di Polresta

Pekanbaru.

5) Di bidang lalu lintas sinergi polisional diwujudkan dalam kegiatan

kemitraan lalu lintas.

Kegiatan kemitraan lalu lintas sebagai perwujudan sinergi

polisional merupakan salah satu fungsi yang harus dilaksanakan

oleh Satuan Lalu Lintas sebagai penjabaran tugas pokoknya yang

telah tercantum dalam Peraturan Kapolri Nomor : 23 Tahun 2010

tanggal 30 September 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata

Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor,

sehingga kegiatan Polantas dalam melaksanakan sinergi polisional

melalui kemitraan lalu lintas telah memiliki dasar hukum yang jelas.

27

Page 28: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

b. Kelemahan

1) Belum ada pemahaman tentang sinergi polisional

Masih banyak anggota Polri (terutama yang berdinas di

kesatuan kewilayahan) yang belum memahami tentang sinergi

polisional, akibatnya tidak dapat mewujudkan sinergi polisional

dalam pelaksanaan tugas mereka. Pemahaman tentang sinergi

polisional ini hampir tidak diketahui oleh anggota Polantas yang

berdinas di Polresta Pekanbaru disebabkan karena beberapa hal

diantaranya adalah anggota belum mengetahui tentang Renstra

Polri 2010 – 2014 yang didalamnya terdapat penyebutan tentang

Sinergi Polisional disebabkan karena Renstra tersebut tidak

tersosialisasikan hingga ke tingkat level anggota.

2) Anggapan bahwa sinergi polisional hanya dilaksanakan pada level

pimpinan.

Ada beberapa anggota bahkan Perwira setingkat Kepala unit

yang pernah mendengar tentang makna Sinergi Polisional, namun

ternyata pemahamannya salah / keliru. Mereka beranggapan

bahwa Sinergi Polisional yang dimaknai dengan kemitraan hanya

diperuntukkan bagi level pimpinan (kapolresta) saja, sehingga pada

level pelaksana (Pama dan Brigadir) tidak perlu melaksanakan

Sinergi Polisional. Adanya pemahaman yang keliru dari sebagian

anggota Polri mengakibatkan pelaksanaan sinergi polisional tidak

dapat berjalan maksimal.

3) Belum ada anggaran khusus untuk mendukung sinergi polisional

Pada kesatuan kewilayahan, belum dianggarkannya sinergi

polisional dalam mendukung pelaksanaan tugas operasionalnya,

mengakibatkan sinergi polisional dibiayai dengan biaya alternatif

dari sumber dana lainnya. Seperti yang terjadi di Polresta

Pekanbaru, dimana kegiatan kemitraan lalu lintas sebagai bentuk

sinergi polisional tidak terdapat dalam DIPA Polresta Pekanbaru

mengakibatkan kegiatan kemitraan lalu lintas tidak dapat

28

Page 29: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

dilaksanakan secara optimal, karena untuk melaksanakan kegiatan

tersebut seorang pimpinan kesatuan harus mencari alternatif

pemenuhan dari sumber anggaran lain.

4) Terbatasnya sumber daya manusia dan sarana prasarana

Untuk mendukung sinergi polisional lalu lintas dibutuhkan

anggaran dan sarana prasarana, namun karena keterbatasan

sumber daya dan sarana prasarana yang ada mengakibatkan

kegiatan kemitraan lalu lintas tidak dapat berjalan secara optimal

dan belum dapat mewujudkan kamseltibcarlantas.

5) Budaya reactive policing masih melekat pada sebagian personel

Polri terutama dalam penegakan hukum

Kehadiran anggota Polri dalam menangani permasalahan

masih melekat budaya reactive policing, yaitu tindakan kepolisian

cenderung bertindak reaktif sehingga terkesan kehadiran personel

Polri seperti pemadam kebakaran (problema konvensional).

Dengan masih adanya budaya ini mengakibatkan pelaksanaan

sinergi polisional akan menimbulkan kelemahan karena pada

prinsipnya pendekatan sinergi polisional adalah budaya proactive

policing.

2. Eksternal

a. Peluang

1) Sinergi polisional dapat meningkatkan kerja sama dengan

masyarakat

Sinergi polisional memberikan peluang bagi Polri untuk

meningkatkan kerja sama dengan masyarakat dalam menangani

permasalahan yang ada di masyarakat .

2) Perubahan paradigma Polri

Sinergi polisional memberikan peluang perubahan

paradigma pemolisian yang selama ini cenderung menggunakan

29

Page 30: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

pendekatan reaktif untuk diganti menjadi pemolisian proaktif

(proactive policing) yang implementasinya pada kehadiran polisi

bukan saja hanya pada penegakan hukum saja sehingga terkesan

represif.

3) Semakin dipercayanya Polri sebagai aparat pemerintahan yang

memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan kamseltibcarlantas

Sinergi polisional dalam bidang lalu lintas memberikan

peluang untuk semakin dipercayanya Polri sebagai aparat

pemerintahan yang memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan

keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas,

serta memiliki tugas pembinaan dalam bidang lalu lintas dan

angkutan jalan, yang kemudian dijabarkan dalam tugas-tugas

bidang lalu lintas seperti menangani urusan pemerintahan di bidang

registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi,

penegakan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu

lintas, serta pendidikan berlalu lintas.

4) Peningkatan citra Polri

Sinergi polisional dalam bidang lalu lintas yang diwujudkan

dalam bentuk kemitraan merupakan salah satu peluang yang

sangat baik sekali bagi Polri untuk dapat meningkatkan citra

sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, karena

kegiatan ini memberikan kesempatan bagi anggota Polri untuk

berinteraksi dengan masyarakat dan berpeluang menyelesaikan

permasalahan lalu lintas yang ada di sekitarnya.

5) Dikembangkannya kebijakan pemerintah melalui sinergi polisional

Sinergi polisional memberikan peluang untuk

dikembangkannya kebijakan-kebijakan pemerintah dengan cara

elaborasi (perluasan / pengembangan) misalnya dalam

penyelesaian konflik, terwujud pada kegiatan kanalisasi konflik

30

Page 31: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

(menyalurkan konflik sehingga tidak meluas dan menjadi sinergi

antara pihak-pihak yang berkonflik).

b. Kendala

1) Sinergi polisional dimanfaatkan sebagai hal yang negatif

Sinergi polisional dapat dimanfaatkan kepada hal-hal yang

bersifat negatif (dimanfaatkan untuk kepentingan / keuntungan

pribadi) terutama bila tidak ada pemahaman secara benar dalam

pelaksanaannya sehingga dapat menjadikan kendala dalam

penerapannya.

2) Adanya pandangan skeptis dari masyarakat

Masih adanya sebagaian masyarakat atau instansi

pemerintahan yang berpandangan skeptis terhadap kegiatan –

kegiatan kepolisian yang bersifat kemitraan / kerja sama /

sinergitas, karena dianggap sebagai model baru untuk meminta

dukungan anggaran untuk mendukung kegiatan operasional

kepolisian.

3) Masyarakat masih belum percaya terhadap kinerja Polri

Masih banyak masyarakat ataupun instansi baik swasta

maupun pemerintahan yang belum percaya terhadap kinerja Polri

(Polantas) dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan lalu

lintas yang bersifat rutin terjadi, seperti permasalahan kemacetan

lalu lintas sehingga memberikan keengganan bagi mereka untuk

bekerja sama dengan Polri dalam suatu kegiatan kemitraan.

4) Resistensi dari masyarakat

Masih adanya anggapan dari masyarakat atau instansi

swasta maupun pemerintah tentang adanya penyimpangan

ataupun pelanggaran yang dilakukan oleh oknum anggota Polri

dalam bentuk penyalahgunaan wewenang ataupun penyimpangan

lain khususnya adanya pungutan – pungutan liar oleh anggota

31

Page 32: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Polantas dalam penegakan hukum di jalan maupun dalam

pelayanan dalam pengurusan surat-surat kendaraan bermotor dan

pelayanan SIM, yang mengakibatkan masyarakat atau instansi

pemerintah maupun swasta merasa enggan untuk bekerja sama

dengan Polri, baik kerja sama dalam kegiatan kemitraan maupun

kerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Sikap dari

sebagian masyarakat itu merupakan resistensi dalam pelaksanaan

sinergi polisional.

5) Makin berkembangnya pengetahuan masyarakat terkait dengan

pelayanan publik.

Kerapkali kita sebagai anggota Polri memiliki “under

estimated” terhadap perkembangan wawasan pengetahuan

masyarakat pada suatu komunitas. Hal yang sama sangat mungkin

dialami oleh Polresta Pekanbaru. Saat ini, wawasan masyarakat

tentang pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah

sudah sangat baik. Mereka sudah dapat mengidentifikasi pelayanan

yang baik dan berkualitas yang harus dilaksanakan oleh Polresta

Pekanbaru khususnya pada kegiatan sinergi polisional. Jika

dibiarkan, maka bukan tidak mungkin di kemudian hari, masyarakat

justru akan akan selalu mempermasalahkan sedikitpun

permasalahan yang terkait dengan pelayanan Polri.

32

Page 33: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

BAB V

KONDISI SINERGI POLISIONAL YANG DIHARAPKAN

Sinergi polisional lalu lintas yang dilaksanakan oleh Polresta Pekanbaru

diharapkan mampu mewujudkan kamseltibcarlantas di kota Pekanbaru. Hal ini dapat

ditunjukkan dari sumber daya yang diharapkan sebagai berikut :

a. Sumber daya manusia ( Man )

Personel yang ditunjuk dalam program kegiatan kemitraan lalu lintas ini

harus memiliki kompetensi tertentu yang didasarkan pada kegiatan pelatihan-

pelatihan maupun pengalaman dinas yang terkait dengan kegiatan kemitraan

lalu lintas. Selain itu haruslah tercukupi jumlah personel dalam kegiatan

kemitraan lalu lintas yang dilaksanakan, sebab bila jumlah personel yang ada

tidak memadai maka kegiatan kerja sama tidak akan berjakan maksimal.

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci untuk

mendukung keberhasilan kegiatan kemitraan lalu lintas. Kendala-kendala yang

ditemui dalam hal sumber daya manusia untuk dapat melaksanakan kegiatan

kemitraan lalu lintas dapat diatasi dengan melaksanakan :

1) Kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka capacity building

maupun untuk mewujudkan personel yang berkompetensi

Pendidikan dan Pelatihan yang dilaksanakan untuk mendukung

kegiatan kemitraan lalu lintas sangatlah beragam, dan dilaksanakan untuk

memudahkan program-program kerja sama yang dilaksanakan. Pelatihan

tersebut dapat dilaksanakan dengan bekerja sama dengan perusahaan-

perusahaan ataupun instasi terkait dan selanjutnya personel yang ikut

dalam pelatihan tersebut diberikan sertifikasi yang menunjukkan personel

yang bersangkutan berkompeten untuk mendukung program-program

kerja sama. Bentuk pelatihan tersebut bermacam-macam, seperti

pelatihan instruktur mengemudi untuk mendukung kegiatan kerja sama

yang didalamnya ada kegiatan pelatihan mengemudi, pelatihan informasi

33

Page 34: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

teknologi (IT) untuk mendukung kerja sama - kerja sama dalam bidang IT,

dan sebagainya.

2) Melaksanakan / mengikuti pelatihan ESQ, untuk melatih kercerdasan

emosional, spritual dan intelektual personel, sehingga benar-benar siap

dalam melaksanakan program-program kegiatan kemitraan lalu lintas.

3) Untuk mengatasi keterbatasan jumlah personel yang ada, dapat diatasi

dengan menggunakan tenaga outsourcing ataupun event organizer (EO)

sehingga peran anggota Polri nantinya hanya sebagai pengarah atau

koordinator dari panitia.

b. Anggaran untuk mendukung sinergi polisional lalu lintas

1) Mengusulkan agar anggaran kegiatan kemitraan lalu lintas masuk dalam

DIPA Polresta Pekanbaru.

Untuk memasukkan anggaran kegiatan kemitraan lalu lintas

sebagai anggaran dinas maka terlebih dahulu dibuat Kerangka Acuan

Kerja (KAK) dan dilampiri dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang

dibutuhkan. Biaya - biaya tersebut meliputi berapa jumlah kegiatan yang

dilaksanakan, kemudian biaya-biaya apa saja yang dibutuhkan dan

sebagainya. Selanjutnya setelah dapat nominal biaya yang dibutuhkan

dilakukan proses perencanaan kebutuhan anggaran yang diajukan

kepada Kapolresta Pekanbaru dengan tembusan Kabag Perencanaan

Polresta Pekanbaru, yang nantinya akan diteruskan dalam program kerja

Polresta Pekanbaru dan dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) pada satuan kerja Polresta

Pekanbaru untuk tahun berikutnya.

2) Melakukan kerja sama dengan pihak ketiga

Untuk mendukung kegiatan-kegiatan kerja sama yang

dilaksanakan, dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga

untuk mendukung program kerja sama yang dilaksanakan. Pihak ketiga

yang dimaksud selanjutnya akan memanfaatkan program kegiatan kerja

sama tersebut sebagai sarana promosi produk mereka, baik produk dalam

34

Page 35: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

bentuk barang maupun jasa. Sehingga terjadi keuntungan yang timbal

balik dalam kerja sama dengan pihak ketiga tersebut, yaitu bagi Polresta

pekanbaru akan mendapatkan pembiayaan program kerja sama yang

dilaksanakan sedangkan pihak ketiga mendapatkan sarana promosi

produk atau dapat juga dengan menjual produk mereka pada kegiatan

tersebut.

3) Memanfaatkan program CSR yang ada pada perusahaan.

CSR (corporate social responsibility) merupakan sebuah konsep

dimana perusahaan melakukan integrasi terhadap masalah-masalah

sosial dan masalah lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis mereka dan

ke dalam interaksi mereka kepada pemangku kepentingan (stakeholders)

secara sukarela (EU Commision 2002 dalam Husein Wijaya, 2010).

CSR diatur juga dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, yang menyebut CSR dengan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan. Pada pasal 1, butir 3 UU No. 40 Tahun 2007, menyatakan

bahwa yang dimaksud dengan “Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan”

adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan

ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan

lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas

setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

c. Sarana dan prasarana kegiatan sinergi polisional lalu lintas

Sarana prasarana yang digunakan dalam mendukung sinergi polisional

lalu lintas adalah dengan memanfaatkan potensi-potensi sarana prasarana yang

dimiliki maupun dapat menggunakan fasilitas sarana prasarana perusahaan

pendukung (yang sebelumnya telah direncanakan dalam penyusunan MoU

kegiatan yang telah ditandatangani bersama).

Dalam kegiatan sinergi polisional, sarana prasarana yang digunakan

adalah dengan memanfaatkan fasilitas dan sarana prasarana yang dimiliki oleh

mitra partner, misalnya PT Honda Capella Dinamic Nusantara sebagai salah

satu mitra partner dalam kegiatan Safety Riding goes to School. Selain itu,

35

Page 36: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

kegiatan safety riding goes to school didukung dengan kegiatan apresiasi seni,

dengan menggunakan sarana prasarana dari Riau Pos sebagai media partner

dan event organizer (EO) yang ditunjuk untuk mendukung kegiatan ini. Adapun

sarana prasarana yang diperlukan, antara lain :

1) Kegiatan safety driving workshop/training

a) Ruangan kelas

b) Perangkat Komputer dengan program AVIS (audio visual

integrated system)

c) 2 (dua) unit kendaraan truk

d) 2 (dua) unit alat uji simulator

e) Lapangan uji praktek

f) Peralatan tulis menulis

2) Kegiatan safety riding goes to school

a) 10 (sepuluh) unit sepeda motor merk Honda

b) 10 (sepuluh) helm standar SNI untuk peserta latihan

c) Peralatan audio (wireles maupun pengeras suara)

d) 50 (lima puluh) helm untuk doorprize

e) Peralatan pendukung seperti tenda, meja kursi dan alat tulis

f) Seperangkat alat band

g) Seperangkat audio visual

h) Beragam peralatan kesenian.

3) Kegiatan survey (bisa menggunakan secara bersama fasilitas yang

dimiliki oleh Dishub sebagai institution partner dalam Sinergi Polisional)

a) walking measure

b) counter

c) stop watch

d) GPS

e) Kamera digital

f) Kertas Kerja

g) Helm proyek

h) Rompi

36

Page 37: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Untuk mendukung sinergi polional dapat digunakan juga sarana dan

prasarana dan fasilitas yang dimiliki oleh kesatuan atas (Polda), sehingga dapat

mendukung kegiatan-kegiatan kemitraan sebagai implementasi sinergi polisional.

Selanjutnya untuk mendukung kegiatan sinergi polisional pada periode-periode

berikutnya, dapat dianggarkan untuk pengadaan sarana prasarana untuk

dimasukkan dalam DIPA Polresta Pekanbaru.

d. Metode yang digunakan dalam sinergi polisional lalu lintas

1) Standart operating procedure (SOP).

Standart operating procedure atau SOP adalah dokumen tertulis

yang memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap dan

sistematis. SOP memuat serangkaian instruksi tertulis tentang kegiatan

rutin atau berulang-ulang yang dilakukan oleh sebuah organisasi.

SOP sering juga disebut sebagai manual yang digunakan sebagai

pedoman untuk mengarahkan dan mengevaluasi suatu pekerjaan (Qodry,

2007 : 35). SOP juga mengacu pada kebijakan yang telah diatur

sebelumnya, yaitu mengacu pada Perkap 23 tahun 2010 tentang

organisasi dan tata kerja lingkungan Polres/ta. Penerapan SOP sebagai

metode dalam sinergi polisional ini akan memudahkan Polresta

Pekanbaru melaksanakan kegiatan sejenis di masa-masa mendatang.

2) Standar Pelayanan

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar

pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi

penerima layanan dan standar pelayanan tersebut merupakan ukuran yang

dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh

pemberi dan penerima layanan (Suryadi, 2009 : 69). Standar pelayanan

dapat mengatur aspek input, proses, dan output pelayanan. Input pelayanan

penting dilakukan mengingat kuantitas dan kualitas dari input pelayanan yang

berbeda antar wilayah menyebabkan sering terjadinya ketimpangan akses

terhadap pelayanan yang berkualitas. Standar proses pelayanan dirumuskan

37

Page 38: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

untuk menjamin pelayanan publik yang mengatur persyaratan, prosedur,

biaya, dan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan. Sedangkan

standar output hasil pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan

kepada masyarakat (Dwiyanto, 2001 : 41). Standar pelayanan sekurang-

kurangnya meliputi :

a) prosedur pelayanan, prosedur yang dibakukan bagi pemberi dan penerima

layanan termasuk pengaduan.

b) waktu penyelesaian, waktu pelayanan yang ditetapkan sejak saat

pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan

termasuk pengaduan

c) biaya pelayanan, biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang

ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan

d) produk pelayanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan.

e) Sarana Prasarana, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai oleh

pelayanan publik.

f) Kompetensi petugas pemberi pelayanan, ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap, dan perilaku.

Standar pelayanan ini haru dibuat dan ditetapkan dalam kegiatan sinergi

polisional lalu lintas yang akan dilaksanakan untuk menjamin pelayanan

publik dimana akan mengatur persyaratan, prosedur, biaya, dan waktu yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan.

3) Pengawasan

Pengawasan modern yang dilaksanakan oleh organisasi baik

pemerintahan maupun swasta saat ini adalah pengawasan berdasarkan

merit system yaitu pengawasan yang mengacu kepada standar kerja yang

dilakukan oleh organisasi tersebut. Bila standar pelayanan dibuat, maka

pengawasan dapat dilakukan berdasarkan standar pelayanan yang telah

dibuat itu, yaitu pengawasan mulai dari input (kompetensi sumber daya),

output (proses pelayanan), dan output (hasil pelayanan) yang menjadi obyek

38

Page 39: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

pengawasan. Proses oengawasan ini dilakukan oleh pengawas interna dan

eksternal.

Sama halnya dengan pejabat pengawas internal, pengawas eksternal

pun membutuhkan tolok ukur pengawasan yang akan dilakukan. Yang

menjadi tolak ukur utama yang dapat diawasi oleh pengawas internal adalah

terkait dengan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan dan hak masyarakat yang dilayani. Hal tersebut juga mengacu

pada standar pelayanan yang harus ditetapkan dalam kegiatan sinergi

polisioanal.

Selain itu perlu juga disampaikan mengenai kewajiban-kewajiban yang

harus dipenuhi oleh penyelenggara pelayanan dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Dalam rangka pengawasan, dapat juga dibuat kontrak

pelayanan atau citizien’s charter yang juga dapat dijadikan panduan bagi

masyarakat dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan sinergi

polisional lalu lintas oleh Polresta Pekanbaru. Citizen’s charter tersebut

harus difasilitasi dengan sarana pengaduan masyarakat atau tempat

masyarakat menyampaikan keluhan atau komplainnya terhadap pelayanan

yang telah diterimanya. Tolok ukur lainnya yang dapat dijadikan panduan

pengawasan eksternal adalah hasil indeks kepuasan masyarakat

berdasarkan penelitian lembaga yang ditunjuk.

4) Reward and punishment

Reward and punishment merupakan rangkaian akhir dalam kegiatan

sinergi polisional Polresta Pekanbaru. Penerapan reward and punishment

adalah merupakan hasil dari pengawasan yang dilakukan oleh pengawas

internal maupun internal. Media yang digunakan dalam pengawasan

pelayanan publik adalah standar pelayanan, hasil indeks kepuasan

masyarakat, dan pengaduan masyarakat terhadap layanan yang

diterimanya. Hasil pengawasan dari beberapa media tersebut di atas dapat

digunakan secara terpisah atau digabungkan dengan menggunakan bobot

yang telah ditentukan.

39

Page 40: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Penerapan reward and punishment dengan menggunakan hasil

indeks kepuasan masyarakat dapat dilakukan secara periodik dengan

bekerjasama dengan lembaga peneliti yang kompeten atau bekerjasama

dengan Kemenpan dalam melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat

kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pada sinergi polisional,

apakah sudah mampu memberikan kepuasan masayarakat dalam

mewujudkan kamseltibcarlantas. Selain untuk mengetahui nilai indeks

kepuasan masyarakat juga dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang

kurang atau dinilai tidak baik oleh masyarakat. Hasil penelitian tersebut

dievaluasi dan diumumkan kepada masyarakat setiap bulannya atau setelah

hasil indeks kepuasan masyarakat sudah diserahkan oleh lembaga peneliti.

40

Page 41: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

BAB VI

OPTIMALISASI

Seperti dijelaskan sebelumnya, pelayanan prima diwujudkan melalui peningkatan

kualitas pelayanan publik. Kegiatan pelayanan publik dalam bidang lalu lintas

dilaksanakan dalam rangka terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang

aman, selamat, tertib, dan lancar (Pasal 3 (a) UU No. 22 Tahun 2009).

Pelayanan publik dimaksud adalah dalam bentuk jasa publik, dimana sesuai dengan

Pasal 5 Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, bahwa ruang

lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta

pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Terkait

dengan pelayanan publik tersebut, pada bidang lalu lintas selain dalam hal pelayanan di

bidang registrasi dan identifikasi kendaraan dan pengemudi, Polri juga bertanggung

jawab atas terselenggaranya kegiatan dalam mewujudkan dan memelihara keamanan,

keselamatan, ketertiban dan kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Pasal 200

ayat (1) UU No 22 Tahun 2009). Menurut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995

tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan, dinyatakan bahwa hakikat

pelayanan publik adalah : (1) Meningkatkan mutu produktivitas pelaksanaan tugas dan

fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum; (2) Mendorong upaya

mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat

diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna; dan (3) Mendorong

tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta

dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Hakikat pelayanan publik

menurut Inpres ini terdapat peluang bagi pelaksana pelayanan publik untuk

menumbuhkan peran serta masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat

secara luas. Peran serta ini dapat diartikan juga bahwa masyarakat dapat turut serta

(berpartisipasi) dalam kegiatan pelayanan publik. Peran serta tersebut dijelaskan lagi

dalam hal unsur-unsur pelayanan publik, sebagai berikut : (1) Adanya hak dan

kewajiban bagi pemberi maupun pelayanan umum harus jelas dan diketahui secara

pasti oleh masing-masing pihak; (2) Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus

disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar

41

Page 42: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang

teguh pada efisiensi dan efektivitas; (3) Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum

harus diupayakan agar dapat memberi keamanan, kenyamanan, kepastian hukum yang

dapat dipertanggungjawabkan; (4) Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh

pemerintah ‘terpaksa harus mahal’, maka instansi pemerintah yang bersangkutan

berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya

(Ibrahim, 2008 : 19-20). Disini tampak semakin jelas dalam unsur-unsur pelayanan

publik tentang peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Demikian juga pelayanan publik dalam hal pelayanan lalu lintas dan angkutan

jalan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam hal pelayanan lalu lintas

dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib dan lancar, maka diperlukan juga

partisipasi masyarakat di dalamnya. Hal tersebut sesuai dengan unusur-unsur dasar

pelayanan publik, diantaranya bila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

pemerintah ‘terpaksa harus mahal’, maka instansi pemerintah yang bersangkutan

berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya.

Pelayanan lalu lintas yang aman, selamat, tertib dan lancar merupakan suatu

kondisi yang tidak mudah diperoleh (‘mahal’), sehingga untuk mendapatkannya harus

dilaksanakan secara terkoordinasi dan bersama-sama. Dalam hal ini pemerintah juga

berkewajiban memberikan peluang kepada masyarakat untuk ikut

menyelenggarakannya, artinya dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk membantu

terselenggaranya lalu lintas yang aman, selamat, tertib dan lancar. Dalam UU No. 22

tahun 2009, diatur pula bahwa kegiatan pelayanan dalam bidang lalu lintas (pelayanan

dalam mewujudkan kamseltibcarlantas), penyelenggaraannya dilakukan melalui

kerja sama antara pembina lalu lintas dan angkutan jalan masyarakat (Pasal

200 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009).

Satlantas Polresta Pekanbaru juga menyelenggarakan kegiatan pelayanan publik

dalam bidang lalu lintas dalam bentuk kegiatan pelayanan untuk mewujudkan lalu lintas

yang aman, selamat, tertib dan lancar. Partisipasi masyarakat diperlukan untuk

mewujudkan lalu lintas yang aman, selamat, tertib dan lancar di kota Pekanbaru.

Partisipasi masyarakat tersebut diwujudkan dalam bentuk kemitraan lalu lintas, yang

diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam rangka mewujudkan

42

Page 43: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

keamanan, keselamatan, dan kelancaran lalu lintas (kamseltibcarlantas). Kemitraan ini

adalah merupakan bentuk sinergi polisional sebagai bentuk kebersamaan antar unsur

masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk kemitraan lalu lintas. Kemitraan lalu lintas

tersebut dilaksanakan dengan melalui aksi keselamatan jalan yang diberi nama road

safety partnership action (RSPA).

RSPA adalah suatu program kemitraan dalam mengkampanyekan keselamatan

jalan. Program ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari Dekade Aksi Keselamatan

2011-2020, yang kemudian dijabarkan oleh Satuan Lalu Lintas Polresta Pekanbaru

dengan mengajak instansi yang terkait bersama dengan elemen masyarakat lainnya

untuk bekerja sama menemukan problem solving dari permasalahan lalu lintas.

Program ini bertujuan untuk mengkampanyekan pentingnya keselamatan jalan bagi

para pengguna jalan raya. Kampanye keselamatan jalan ini kemudian dilaksanakan

dengan melibatkan para stake holders dan instansi terkait sehingga sejalan dengan

Grand Strategy Polri tahap II yaitu Partnership Buliding. Pada program ini difokuskan

pada kegiatan pendidikan dan pelatihan / workshop bagi para pengemudi dan pelatihan

safety riding bagi siswa/i sekolah yang dikemas dalam kegiatan safety riding goes to

school. Program selanjutnya adalah melakukan desain keselamatan jalan yang

didahului dengan kegiatan survey keselamatan jalan serta pembangunan kawasan

RSPA. Program Road Safety Partnership Action (RSPA) ini mengambil tema “ make

our community safer”. Pada tahap awal program ini dilaksanakan selama 6 (enam)

bulan dan selanjutnya dapat ditingkatkan lagi pada masa-masa yang akan datang.

Melalui program RSPA, diharapkan terjadi peningkatan kualitas pelayanan publik dalam

rangka mewujudkan lalu lintas yang aman, selamat, tertib dan lancar, sebagaimana

penjabarannya sebagai berikut :

1) Adanya penurunan angka kecelakaan dan meningkatnya ketaatan pengguna jalan

terhadap peraturan lalu lintas;

2) Terjalinnya kemitraan antara Polri, stake holder lalu lintas dan masyarakat;

3) Terjalinnya sinergitas Polri dengan berbagai pihak dalam upaya-upaya

mewujudkan Kamseltibcarlantas di kota Pekanbaru;

4) Terarahnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan instansi pemangku kepentingan

LLAJ dalam menciptakan Kamseltibcar lantas di Kota Pekanbaru;

43

Page 44: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

5) Meningkatkan produktivitas masyarakat kota Pekanbaru;

6) Sebagai sarana promosi produk untuk perusahaan pendukung program RSPA.

Sinergi polisional dilaksanakan atas dasar kemitraan / kerja sama. Kerja sama

merupakan salah satu bentuk proses sosial, diantara 4 (empat) proses sosial lainnya,

yang meliputi : (1) cooperation atau kerjasama; (2) competition / persaingan; (3)

conflict / pertikaian; (4) accomodation / penyesuaian. Kerja sama sebagai suatu proses

sosial timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai cukup pengetahuan dan

pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan kepentingannya;

kesadaran akan adanya kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan

fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna (Soekanto, 1986 : 62). Dengan

demikian, faktor pendorong munculnya kerja sama adalah adanya kepentingan

bersama.

Dari sudut pandang sosiologis, pelaksanaan kerjasama ada tiga bentuk / metode

(Soekanto, 1986: 60-63) yaitu: (a) bargaining process, yaitu kerjasama antara orang per

orang dan atau antarkelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan suatu perjanjian

saling menukar barang, jasa, kekuasaan, atau jabatan tertentu, (b) cooptation yaitu

kerjasama dengan cara rela menerima unsur-unsur baru dari pihak lain dalam

organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan stabilitas

organisasi, dan (c) coalition yaitu kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang

mempunyai tujuan yang sama. Kerja sama yang diterapkan dalam sinergi polisional

yang diwujudkan dalam RSPA ini adalah Bargaining Process (proses tawar menawar).

Lebih lanjut diungkapkan oleh Soekanto (1986 : 65), Bargaining Process merupakan

kerja sama dengan pelaksanaan perjanjian tentang pertukaran barang-barang dan jasa

antara dua organisasi atau lebih, atau dalam pengertian lain merupakan bentuk tawar

menawar yang dapat diartikan sebagai perjanjian yang dilakukan antar dua atau lebih

organisasi. Perjanjian ini ditujukan untuk mencapai kesepakatan bersama agar kedua

belah pihak atau lebih sama - sama diuntungkan dalam perjanjian itu.

Dari gambaran di atas, kerja sama yang diwujudkan dalam RSPA merupakan

upaya untuk mengoptimalkan sinergi polisional. Selanjutnya akan diuraikan tentang

upaya-upaya yang dilakukan oleh Polresta Pekanbaru untuk mengoptimalkan sinergi

polisional lalu lintas di Polresta Pekanbaru melalui kegiatan RSPA. Upaya-upaya

44

Page 45: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

dimaksud dilaksanakan dengan pendekatan manajemen strategis, yang akan diuraikan

mulai dari: (1) formulasi visi dan misi yang relevan dengan pelayanan prima; (2)

kemudian dijabarkan dalam tujuan; (3) sasaran; (4) kebijakan; dan (5) strategi; serta (6)

diakhiri dengan rencana aksi (action plan) yang akan dilaksanakan guna meningkatkan

kualitas pelayanan public dalam rangka terwujudnya kamseltibcarlantas, dengan uraian

sebagai berikut :

1. Visi dan Misi

a. Visi :

Menjadikan Road Safety Partnership Action sebagai perwujudan sinergi

polisional guna meningkatkan kualitas pelayanan publik di Polresta

Pekanbaru dalam mewujudkan kamseltibcarlantas.

b. Misi :

1) Meningkatkan sumber daya manusia yang akan mendukung kegiatan

Road Safety Partnership Action;

2) Memaksimalkan dukungan anggaran yang berasal dari DIPA dan dari

mitra pendukung dalam kegiatan Road Safety Partnership Action

3) Meningkatkan ketersediaan dan pemanfaatan sarana pendukung

dalam kegiatan Road Safety Partnership Action;

4) Membenahi metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publik dalam kegiatan Road Safety Partnership Action.

2. Tujuan

a. Sumber daya manusia dalam kegiatan Road Safety Partnership Action

memiliki kemampuan dan kompetensi yang cukup baik dalam menampilkan

pelayanan kepada publik;

b. Memiliki ketersediaan anggaran yang cukup melalui program-program

kemitraan yang berkelanjutan;

c. Sarana dan prasarana yang telah disediakan dapat digunakan secara efisien

dan akuntabel dalam meningkatkan pelayanan publik melalui Road Safety

Partnership Action;

45

Page 46: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

d. Terselenggaranya metode yang efektif dalam meningkatkan pelayanan

publik melalui kegiatan Road Safety Partnership Action.

3. Sasaran

Sasaran mengandung makna tentang hasil yang akan dicapai dari

pelaksanaan misi. Di dalam sasaran ditetapkan apa yang harus dikerjakan, waktu

penyelesaiannya, dan kualitas yang harus dipenuhi jika mungkin. Pencapaian dari

sasaran harus menjadi hal dari penyelesaian misi, maka sasaran dari RSPA

adalah:

Tabel 3Mission and Objective

NO

MISSION OBJECTIVES

1. Meningkatkan sumber daya manusia yang akan mendukung kegiatan Road Safety Partnership Action

1. Seluruh personel dalam kegiatan RSPA memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik

2. Seluruh personel dalam kegiatan RSPA memiliki attitude yang baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik

3. Personel yang diikutkan dalam kegiatan RSPA memiliki standar kemampuan yang sesuai dengan ketentuan dalam pelayanan publik.

2. Memiliki ketersediaan anggaran yang cukup melalui program-program kemitraan yang berkelanjutan

1. Tersedianya anggaran untuk mendukung kegiatan RSPA

2. Angaran untuk mendukung RSPA dapat dipertanggungjawabkan

3. Keberlanjutan program dapat terjamin karena telah tersedia anggaran

3. Meningkatkan ketersediaan dan pemanfaatan sarana pendukung dalam kegiatan Road Safety Partnership Action

1. Mengupayakan sarana prasarana yang dapat mendukung dalam kegiatan RSPA.

2. Penggunaan sarana prasarana dalam kegiatan RSPA dapat

46

Page 47: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

dipertanggungjawabkan.

3. Sarana prasarana yang digunakan dapat terpelihara dengan baik dan dapat digunakan pada kegiatan berikutnya.

4. Terselenggaranya metode yang efektif dalam meningkatkan pelayanan publik melalui kegiatan Road Safety Partnership Action

1. Disusunnya SOP kegiatan RSPA.

2.Terbentuknya standar pelayanan sebagai pedoman bagi petugas RSPA.

3.Terlaksananya pengawasan yang proporsional guna mendukung kegiatan RSPA

4. Terlaksananya penerapan reward and punishment yang proporsional

4. Formulasi Strategi

Pentahapan formulasi strategi dimulai dengan membuat Internal Factor

Analysis Strategy (IFAS) dan External Factor Analysis Strategy (EFAS). Hasil

IFAS dan EFAS kemudian dituangkan dalam matrik internal dan eksternal.

Mapping data IFAS dan EFAS dalam matrik internal dan eksternal diperlukan

untuk memperoleh informasi tentang jenis upaya yang harus diambil oleh Polresta

Pekanbaru dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam sinergi

polisional lalu lintas.

a. Internal Factor Analysis Strategy (IFAS)

Tabel internal factor analysis strategic dibuat untuk melihat tingkat

keterpengaruhan faktor internal suatu organisasi. Besarnya pengaruh

kekuatan dan kelemahan internal organisasi dalam formulasi akan

diperhitungkan dengan menggunakan bobot dan peringkat dari masing-

masing faktor kekuatan dan kelemahan, sebagaimana tercantum dalam tabel

berikut ini :

47

Page 48: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Tabel 4Internal Factor Analysis Strategy

NO

FAKTOR INTERNAL BOBOT PERINGKATSKOR

BOBOT

KEKUATAN

1. Adanya kesiapan Polresta Depok dalam menghadapi pelaksanaan pengamanan Pemilukada Kota Depok tahun 2010 (SDM)

0,108 4 0,43

2 Adanya pengalaman dari Polresta Depok dalam melaksanakan pengamanan Pemilukada tahun 2005 (SDM).

0,108 4 0,43

3 Adanya komitmen dari Pimpinan Polresta Depok untuk mendukung sepenuhnya pelaksanaan pengamanan Pemilukada tahun 2010.

0,095 1 0,09

4 Posisi mako Polresta Depok yang strategis berada ditengah kota.

0,089 1 0,09

5 Adanya pelaporan secara real time dari Bhabinkamtibmas di wilayah masing-masing

0,101 3 0,3

Jumlah 0,5 1,35

KELEMAHAN

1 Belum ada SOP yang mengatur langkah antisipasi pengamanan pasca putusan MK

0,118 5 0,59

2 Tidak ada alokasi anggaran yang digunakan untuk mengantisipasi pasca putusan MK

0,092 1 0,09

3 Tidak adanya perencanan dalam menghadapi perkembangan situasi pasca putusan MK.

0,086 1 0,09

4 Tidak dilaksanakan pelatihan Sispamkota dalam menghadapi situasi pasca putusan MK

0,105 2 0,21

5 Konsentrasi pengamanan yang dilakukan Polresta Depok terpecah karena ada salah satu Polsek yang masuk dalam kabupaten Bogor yang sedang melaksanakan Pemilukada

0,099 2 0,2

Jumlah 0,50   1,18

Total IFAS 0,1 2,53

b. External Factor Analysis Strategy (EFAS)

Proses yang sama dilakukan pada penghitungan EFAS. Hanya saja

yang dilakukan penghitungan adalah hasil identifikasi peluang dan kendala

48

Page 49: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

yang dimiliki oleh organisasi Polresta Pekanbaru guna meningkatkan

kualitas pelayanan publik dalam rangka terwujudnya kamseltibcarlantas.

Besarnya peluang dan kendala eksternal organisasi akan dihtung

berdasarkan bobot dan peringkat masing-masing faktor peluang dan

kendala, dengan perhitungan sebagai berikut :

Tabel 5External Factor Analysis Strategy (EFAS)

NO

FAKTOR EKSTERNAL BOBOT PERINGKATSKOR

BOBOT

PELUANG

1Masyarakat kota Depok tidak mudah untuk terprovokasi permasalahan konflik pemilukada pasca putusan MK.

0,089 1 0,09

2Parpol pengusung tidak menggalang kekuatan massa untuk melakukan konflik fisik namun lebih mengedepankan proses sengketa administrasi

0,114 4 0,46

3Adanya legitimasi dan dukungan dari masyarakat kota Depok sehingga pemerintahan sampai saat ini masih berjalan.

0,095 2 0,19

4Adanya sinergitas antara Polresta Depok dengan instansi terkait

0,114 4 0,46

5Selama Pemilukada kota Depok tidak terjadi pelanggaran dan tindak pidana yang ditangani oleh Gakkumdu

0,089 1 0,09

Jumlah 0,50 1,28

KENDALA

1Adanya pergantian pimpinan KPU pada proses pemilihan berlangsung

0,084 1 0,08

2 Adanya perpecahan massa pendukung salah satu Parpol (akibat terdapat salah satu parpol mendukung dua pasangan calon ).

0,078 1 0,08

3Banyaknya ormas dan LSM yang memanfaatkan situasi

0,091 1 0,09

4Pasca penolakan oleh MK, terdapat gugatan secara PTUN oleh salah satu pasangan calon yang kalah dan gugatan tersebut hingga tahap MA

0,123 5 0,62

5Adanya pelaporan terhadap pemalsuan tanda tangan Ketua KPU ke Polda Metro Jaya terkait dengan kekisruhan di lingkungan KPU

0,123 5 0,62

Jumlah 0,50   1,49

49

Page 50: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Total EFAS 1,00 2,77

c. Matrik Internal dan Eksternal (IE)

Matrik ini digunakan untuk menentukan upaya yang harus ditentukan

oleh Polresta Pekanbaru dalam mengoptimalkan sinergi polisional. Apakah

upaya tersebut masuk dalam kolom growth strategy, rentrenchment strategy

atau stability strategy. Untuk mengetahui positioning yang harus diambil oleh

Polresta Pekanbaru maka data perhitungan IFAS dan EFAS

ditransformasikan pada matrik internal dan eksternal, sebagaimana

tercantum pada gambar berikut:

Gambar 1Matriks Internal dan Eksternal

50

Page 51: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Mencermati kembali mapping IFAS dan EFAS pada matrik internal dan

eksternal di atas, maka upaya untuk meningkatkan sinergi polisional guna

akuntabilitas kinerja Polresta Pekanbaru dalam rangka kepercayaan

masyarakat, harus menggunakan strategi Growth Vertical. Letak

persinggungan EFAS dan IFAS pada kuadran satu menunjukan bahwa

sebenarnya Polresta Pekanbaru memiliki faktor internal dan eksternal

yang kuat dalam pelaksanaan sinergi polisional saat ini.

Secara etimologi Growth Vertical memiliki arti pembauran dengan pihak

atau badan yang berada di atas atau lebih tinggi (Depdikbud, 1998 : 541).

Memaknai hal tersebut, maka diperlukan formulasi kebijakan dari satuan atas

untuk memperkuat upaya Polresta Pekanbaru dalam mengoptimalkan sinergi

polisional lalu lintas guna meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam

rangka terwujudnya kamseltibcarlantas. Kebijakan tersebut setidaknya

berkaitan dengan; 1) sumber daya manusia; 2) anggaran untuk mendukung

51

(6,83 – 6,91)

SUMBER DAYA INTERNAL

LEMAHSEDANGKUAT

RENDAH

SEDANG

TINGGIP

E

L

U

A

N

G

E

K

S

T

E

R

N

A

L

5.a.

987

6

3

5.a.

21

46

3

0

9 6 3 0

Page 52: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

kegiatan sinergi polisional yang dapat dipertanggungjawabkan; 3) sarana

dan prasarana yang akan mendukung sinergi polisional, dan 4) Metode yang

tepat.

Kemudian formulasi kebijakan tersebut dijabarkan oleh Polresta

Pekanbaru dalam bentuk Action Plan yang lebih aplikatif. Alur ini yang akan

menggambarkan adanya integrasi yang kuat antara satuan atas dan satuan

di bawahnya untuk meminimalisir kelemahan dan mengoptimalkan kekuatan,

agar dapat memanfaatkan peluang dengan baik serta meminimalisir kendala

yang mungkin dihadapi.

d. Grand Strategi Selection Diagram

Analisis TOWS adalah sebuah teknik analisis yang sederhana, mudah

dipahami, dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan

kebijakan-kebijakan berdasarkan identifikasi faktor eksternal (peluang dan

kendala) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Apakah Polresta

Pekanbaru akan memanfaatkan peluang atau kekuatan dan meminimalisir

kendala atau kelemahan yang ada maka perlu menggunakan grand strategy

selection diagram, sebagai berikut :

Gambar 2Grand Strategy Selection Diagram

52

Page 53: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Berdasarkan score mapping atas peluang, kendala, kekuatan dan

kelemahan pada diagram seleksi grand strategy di atas, maka dapat

ditunjukan bahwa sinergi polisional Polresta Pekanbaru harus terfokus

pada kuadran II (mendukung strategi turn arround) yaitu dengan

melakukan pembenahan terhadap kelemahan dengan memanfaatkan

peluang dan kekuatan yang ada. Pembenahan kelemahan tersebut

meliputi pada : 1) sumber daya manusia yang belum memiliki kompetensi

yang memadai; 2) metode pelayanan yang belum memiliki standar yang

baku dan sistem pengawasan serta reward and punishment yang belum

53

3,26 < 

3,65

MENDUKUNG STRATEGI DIVERSIFIKASI

“TEROBOSAN”

MENDUKUNG STRATEGI DEFENSIF

“REAKTIF”

MENDUKUNG STRATEGI AGRESIF

“PROAKTIF”

MENDUKUNG STRATEGI TURN AROUND

“PEMBENAHAN”

BERBAGAI ANCAMAN

KELEMAHAN INTERNAL KEKUATAN INTERNAL

BERBAGAI PELUANG

3,46 >   3,37

Page 54: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

optimal; 3). Pemanfaatan sarpras yang belum optimal dan dapat

dipertanggungjawabkan.

e. Formulasi mengoptimalkan sinergi polisional lalu lintas guna

meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam rangka terwujudnya

kamseltibcarlantas

Agar sinergi polisional dapat diimplementasikan dengan baik, maka

diperlukan prioritas waktu pencapaiannya. Untuk menentukan sebuah

strategi capaian target waktunya termasuk ke dalam jangka pendek, jangka

sedang, dan jangka panjang, maka digunakanlah Summary Factor Analysis

Strategic (SFAS) akan dihitung bobot, skor dan perkalian bobot skor dari

setiap strategi yang telah diperhitungkan pada IFAS dan EFAS.

Penghitungan SFAS menurut Whellen dan Hunger mendasari urutan

ranking score dari keseluruhan penghitungan score IFAS dan EFAS. Namun

demikian tidak semua faktor dalam IFAS dan EFAS diambil untuk

penghitunngan SFAS. Pada naskah ini maka faktor yang akan diambil ada

10 (sepuluh) faktor. Oleh karenanya, menurut Whellen dan Hunger untuk

pembagian waktu capaiannya adalah jangka pendek untuk 0 s.d. 6 (enam)

bulan, jangka sedang 0 s.d. 1 (satu) tahun, dan jangka panjang 0 s.d. 2 (dua)

tahun.

Tabel 6Summary Factor Analysis Strategy

NO STRATEGI KUNCI BOBOTNILAI

KONVERSI BOBOT

RATINGSKOR

BOBOT

TIME RANGE

PD SD PJ

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1Di bidang lalu lintas sinergi polisional diwujudkan dalam kegiatan kemitraan lalu lintas

0,104 0,09 7 0,72

2 Reformasi Birokrasi Polri tentang pelayanan Prima

0,116 0,1 9 1,04

3Belum ada anggaran khusus untuk mendukung sinergi polisional

0,118 0,11 9 1,06

54

Page 55: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

4 Belum adanya standar pelayanan yang baku

0,105 0,1 7 0,73

5 Perubahan paradigma Polri 0,102 0,09 7 0,71

6 Semakin dipercayanya Polri sebagai aparat pemerintahan yang memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan kamseltibcarlantas

0,114 0,11 9 1,03

7 Peningkatan citra Polri 0,102 0,09 7 0,71

8 Budaya reactive policing masih melekat pada sebagian personel Polri terutama dalam penegakan hukum

0,118 0,11 9 1,06

9 Sinergi polisional dimanfaatkan sebagai hal yang negatif

0,110 0,1 8 0,88

10 Masyarakat masih belum percaya terhadap kinerja Polri

0,110 0,1 8 0,88

Jumlah 1,099 1

Sebelum masuk dalam penjelasan penghitungan formulasi time range

(jangka waktu) penulis mencoba menjelaskan terkait nilai bobot hasil

konversi. Nilai konversi bobot harus dilakukan dikarenakan total bobot pada

SFAS tidak sama dengan 1 (satu). Untuk itu perlu dilakukan konversi nilai

bobot dengan cara mengkalikan setiap variabel dengan hasil pembagian (1 :

total nilai bobot) atau (1 : 1,099 = 0,9).

Keterangan cara penghitungan

1) Skor bobot tertinggi dikurangi skor bobot terendah, kemudian hasil

selisih dibagi 3 (tiga) : (1,06 – 0,71) : 3 = 0,12

2) Untuk Jangka Pendek adalah nilai terkecil ditambah nilai hasil selisih

hasil pembagian : 0,71 + 0,12 = 0,83, maka nilai jangka pendek adalah

yang berkisar dari 0,71 sampai dengan 0,83

3) Untuk jangka sedang nilai jangka pendek ditambah hasil selisih nilai

pembagian : 0,83 + 0,12= 0,95 maka nilai untuk jangka sedang adalah

antarai 0,83 sampai dengan 0,95

55

Page 56: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

4) Untuk jangka panjang adalah antara nilai jangka sedang s.d. bobot nilai

tertinggi = 0,95 s.d. 1,06

Setelah perhitungan SFAS di atas, kesepuluh upaya meningkatkan

kualitas pelayanan publik dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) pencapaian

waktu strategi. Tidak ada teori yang yeng menyebutkan secara pasti tentang

time range pada setiap klasifikasi strategi, baik jangka pendek, jangka

sedang, maupun jangka panjang. Namun penulis membatasi waktu

pencapaian selama 1,5 (satu setengah) tahun, hal tersebut disesuaikan

dengan kapasitas pelaksana strategi dan tingkat kesulitan pencapaian

strategi tersebut. Dengan demikian diharapkan pada akhir bulan September

2014 sinergi polisional dapat tercapai semuanya.

Berikut penulis sajikan tabel yang berisi 10 (sepuluh) strategi hasil

perhitungan SFAS yang harus dicapai dalam klasifikasi time range 1,5 (satu

setengah) tahun. Hasil perhitungan akan diterjemahkan dalam narasi karena

akan dijabarkan dalam menentukan action plan. Adapun tabel dimaksud

sebagai berikut :

Tabel 7Strategi Hasil Perhitungan

NO STRATEGI HASIL SFAS JANGKA WAKTU

NARASI STRATEGI

1 Di bidang lalu lintas sinergi polisional diwujudkan dalam kegiatan kemitraan lalu lintas

Jangka pendek(0 – 6 bulan)

Menugaskan Kasat Lantas untuk menggiatkan kegiatan kemitraan lalu lintas sebagai implementasi sinergi polisional di bidang lalu lintas

2 Belum adanya standar pelayanan yang baku

Jangka pendek(0 – 6 bulan)

Membuat formulasi standar pelayanan yang baku dan aplikatif serta SOP untuk kegiatan RSPA

3 Perubahan paradigma Polri Jangka pendek(0 – 6 bulan)

Kapolresta Pekanbaru membuat komitmen bersama seluruh personel pendukung kegiatan RSPA untuk sepakat menjadikan RSPA sebagai kegiatan kemitraan lalu lintas demi terwujudnya kamseltibcarlantas

56

Page 57: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

4 Peningkatan citra Polri Jangka pendek(0 – 6 bulan)

Pada tahap awal RSPA difokuskan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat kemanusiaan dan image bulding

5 Sinergi polisional dimanfaatkan sebagai hal yang negatif

Jangka sedang(0 – 12 bulan)

Melakukan sosialisasi dan pelatihan terkait dengan RSPA sebagai suatu bentuk sinergi polisional, agar dapat dilaksanakan secara baik dan benar

6 Masyarakat masih belum percaya terhadap kinerja Polri

Jangka sedang(0 – 12 bulan)

Kapolresta memberikan atensi terhadap penyelesaian kasus-kasus yang menunggak (tunggakan perkara) dengan memberikan target waktu maksimal 6 (enam) bulan penyelesaian bagi perkara/kasus yang menunggak, sementara untuk kasus-kasus baru harus dilakukan penyelesiannya sesegera mungkin

7 Semakin dipercayanya Polri sebagai aparat pemerintahan yang memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan kamseltibcarlantas

Jangka panjang(0 – 18 bulan)

Merencanakan bulan bhakti pelayanan prima dengan fokus pada upaya-upaya untuk mewujudkan kamseltibcarlantas

8 Reformasi Birokrasi Polri tentang pelayanan Prima

Jangka panjang(0 – 18 bulan)

Merencanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan pelayanan prima yang dilaksanakan dengan memberikan pelayanan secara cepat, tepat, murah dan tidak diskrimininasi, dengan standar etika yang tinggi

9 Belum ada anggaran khusus untuk mendukung sinergi polisional

Jangka panjang(0 – 18 bulan)

Merencanakan memasukkan anggaran sinergi polisional termasuk RSPA dalam DIPA Polresta Pekanbaru

10 Budaya reactive policing masih melekat pada sebagian personel Polri terutama dalam penegakan hukum

Jangka panjang(0 – 18 bulan)

Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka capacity building untuk merubah budaya reactive policing menjadi proactive policing

57

Page 58: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

5. Kebijakan

Kebijakan menurut Wheelen and Hunger (2004) adalah “board

guidelines for decision making” arti bebasnya adalah panduan yang berlaku

untuk membuat keputusan. Sedangkan Anderson sebagaimana dikutip oleh

Lester and Steward menterjemahkan kebijakan sebagai “...a relative stable,

purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing

with a problem or matter of concern...”. Kebijakan diartikan sebagai

serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan

dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna

memecahkan suatu masalah tertentu.

Memformulaskan kebijakan merupakan langkah berikutnya setelah kita

menentukan sasaran. Oleh karena itu kebijakan yang harus diformulasikan

oleh Polresta Pekanbaru dalam rangka optimalisasi sinergi polisional lalu

lintas guna meningkatkan kualitas pelayanan publik di Polresta Pekanbaru

tersebut adalah :

Tabel 8Formulasi Kebijakan

NO STRATEGI KEBIJAKAN

1 Menugaskan Kasat Lantas untuk menggiatkan kegiatan kemitraan lalu lintas sebagai implementasi sinergi polisional di bidang lalu lintas

Kasat Lantas sebagai leading sector dan dijadikan benchmark oleh Kepala Satuan fungsi lainnya dalam menimplementasikan sinergi polisional dalam lingkup kesatuannya, dan agar Kasat Lantas melanjutkan program Road Safety Partnership Action sebagai sinergi polisional bidang lantas

2 Membuat formulasi standar pelayanan yang baku dan aplikatif.

Menjadikan SOP pelayanan publik sebagai standar pelayanan dan sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan, pedoman pengawasan, dan pedoman pemberian reward and punishment, sebagai reference adalah SOP RSPA

3 Kapolresta Pekanbaru membuat komitmen bersama seluruh penyelenggara layanan publik untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanannya secara berkelanjutan

Komitmen bersama tersebut kemudian harus dijabarkan pada masing-masing fungsi terutama pada penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik

4 Melaksanakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan citra Polri, antara lain kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan kegiatan-kegiatan dalam rangka image building

Mewajibkan semua Kasatfung melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencitraan dengan menampilkan performance kepolisian secara aktif di tengah masyarakat dan melibatkan media untuk meliput semua kegiatan yang dilaksanakan, sebagai pilot

58

Page 59: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

project adalah kegiatan RSPA yang dilaksanakan oleh Satuan Lalu Lintas

5 Melakukan sosialisasi dan pelatihan terkait dengan sinergi polisional, agar dapat dilaksanakan secara baik dan benar.

Membentuk tim sosialisasi sinergi polisional untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi kepada seluruh personel Polresta dan Polsekta agar sinergi polisional dipahami dan dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota Polresta Pekanbaru

6 Kapolresta memberikan atensi terhadap penyelesaian kasus-kasus yang menunggak (tunggakan perkara) dengan memberikan target waktu maksimal 6 (enam) bulan tunggakan perkara harus dapat diselesaikan, sementara untuk kasus-kasus baru harus dilakukan sesegera mungkin

Wakapolresta memimpin analisa dan evaluasi terhadap kasus-kasus yang menunggak (tunggakan perkara), melakukan gelar perkara dan memberikan target waktu penyelesaian, serta menghadirkan Kabag Wassidik Dit Reskrimum Polda dan Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda dan bila diperlukan juga mengundang Jaksa untuk memberikan saran dan masukan terkait upaya penyelesaian kasus. Penyelesain kasus-kasus yang menunggak ini termasuk juga kasus kecelakaan lalu lintas, untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap tugas-tugas Polri

7 Merencanakan bulan bhakti pelayanan prima dengan fokus pada upaya-upaya untuk mewujudkan kamseltibcarlantas

Kasat Lantas sebagai leading sector melaksanakan kegiatan RSPA dengan prioritas untuk menurunkan angka kecelakaan lalu lintas sebagai upaya untuk mewujudkan kamseltibcarlantas

8 Merencanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan pelayanan prima yang dilaksanakan dengan memberikan pelayanan secara cepat, tepat, murah dan tidak diskrimininasi, dengan standar etika yang tinggi.

Bekerja sama dengan lembaga penilai independen untuk melakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan yang telah dilaksanakan oleh Polresta Pekanbaru dan terus menerus melakukan upaya perbaikan agar kualitas pelayanan meningkat

9 Merencanakan memasukkan anggaran (serta sarana prasarana pendukung) sinergi polisional dalam DIPA Polresta Pekanbaru

Wakapolres bersama Kabag Ren dan Kasi Keu menyusun rencana anggaran untuk memasukkan sinergi polisional dalam DIPA tahun 2014

10 Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka capacity building untuk merubah budaya reactive policing menjadi proactive policing

Kabag SDM, Kasat Bimmas dan Kasat Lantas membuat MOU dengan lembaga terkait untuk melaksanakan pendidikan pelatihan dalam rangka capacity building

6. Action Plan

Agar strategi dapat lebih aplikatif, maka harus dijabarkan lebih lanjut dalam

bentuk action plan. Dalam bahasa manajemen istilah action plan dikenal pula

dengan istilah rencana aksi atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah

upaya-upaya yang harus dilakukan. Dengan demikian formulasi action plan atau

upaya merupakan breakdown dari strategi yang telah diformulasikan pada bagian

sebelumnya. Formulasi action plan atau upaya harus aplikatif, sehingga mudah

untuk diterapkan oleh pihak Polresta Pekanbaru .

59

Page 60: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Pada bagian ini, penulis berpedoman pada apa yang dikatakan oleh Wheelen

dan Hunger bahwa ation plan terdiri dari item program, rumusan prosedur kerja

dan target yang akan dicapai dari pelaksanaan program, maka action plan

tersebut akan dituangkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 9Action Plan

STRATEGI KEBIJAKANACTION PLAN

PROGRAM GIAT

ALOKASI ANGGARAN

PROSEDUR TARGET PROG

Menugaskan Kasat Lantas untuk menggiatkan kegiatan kemitraan lalu lintas sebagai implementasi sinergi polisional di bidang lalu lintas

Kategori :Jangka Pendek

Kasat Lantas sebagai leading sector dan dijadikan benchmark oleh Kepala Satuan fungsi lainnya dalam mengimple mentasikan sinergi polisional dalam lingkup kesatuannya, dan agar Kasat Lantas melanjutkan program Road Safety Partnership Action sebagai sinergi polisional bidang lantas

Melakukan kegiatan RSPA dalam bentuk :- Workshop /

pelatihan para pengemudi

- Safety Riding goes to school

- Survey RSPA dalam rangka pembangu nan desain keselamatan jalan

- Mengguna kan anggaran DIPA T.A. 2013, bila belum dianggarkan dalam DIPA mengunakandukungan operasi (dukops) Polresta Pekanbaru

- Mengguna kan dana CSR perusahaan pendukung

1. Membuat TOR Program

2. Mengundang instansi terkait dan stake holder untuk melaksanakan rapat koordinasi

3. Pemaparan program kepada perusahaan / mitra pendukung

4. Melaksanakan launching program

5. Pelaksanaan program

6. Analisa dan Evaluasi

7. Closing program

Setelah RSPA dilaksanakan diharapkan dapat mewujudkan kasmeltibcarlan tas di wilayah kota Pekanbaru

Membuat formulasi standar pelayanan yang baku dan aplikatif.

Kategori :Jangka Pendek

Menjadikan SOP pelayanan publik sebagai standar pelayanan dan sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan, pedoman pengawasan, dan pedoman pemberian reward and punishment, sebagai reference adalah SOP RSPA

Merumuskan, menerapkan, dan mengawasi penggunaan standar pelayanan yang baku dan aplikatif.

Menggunakan anggaran dukungan operasi Polresta Pekanbaru DIPA tahun 2013.

1. Membuat Tim Perumus terdiri dari internal Polresta Pekanbaru dan komponen masyarakat.

2. Menyusun formulasi standar pelayanan publik.

3. Penetapan standar pelayanan yang telah dibuat dengan Skep Kapolres.

4. Simulasi standar pelayanan yang telah dibuat.

5. Sosialisasikan standar pelayanan kepada penyelenggara dan

1. Diharapkan rumusan yang telah dibuat sesuai dengan dengan kebutuhan untuk meningkatkan pelayanan publik di Polresta Pekanbaru.

2. Menjadikan standar pelayanan yang dibuat sebagai pedoman pelaksanaan

60

Page 61: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

pengguna layanan.6. Penerapan standar

pelayanan yang telah dirumuskan,

pelayanan, pedoman pengawasan, dan tolok ukur penerapan reward and punishment.

Kapolresta Pekanbaru membuat komitmen bersama seluruh penyelenggara layanan publik untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanannya secara berkelanjutan

Kategori :Jangka Pendek

Komitmen bersama tersebut harus dijabarkan pada masing-masing fungsi terutama pada penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik

Komitmen bersama diucapkan dalam suatu acara pengucapan komitmen, selanjutnya masing-masing Satuan Fungsi menindaklanjuti dengan menerapkannya di masing-masing fungsi dan dibuatkan laporannya secara periodik

Menggunakan anggaran dukops Polresta Pekanbaru . T.A. 2013.

1. Membentuk tim perumus dipimpin oleh Wakapolresta

2. Tim perumus merumuskan Komitmen Bersama di bidang pelayanan publik

3. Melaksanakan acara pengucapan komitmen

4. Melakukan implementasi komitmen pada masing-masing satuan fungsi

5. Melakukan analisa dan evaluasi

6. Melaporkan hasil pelaksanaan

Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan publik secara berkelanjutan

Melaksanakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan citra Polri, antara lain kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan kegiatan-kegiatan dalam rangka image building

Kategori :Jangka Pendek

Mewajibkan semua Kasatfung melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencitraan dengan menampilkan performance kepolisian secara aktif di tengah masyarakat dan melibatkan media untuk meliput semua kegiatan yang dilaksanakan, sebagai pilot project adalah kegiatan RSPA yang dilaksanakan oleh Satuan Lalu Lintas

Membuat program-program unggulan dalam rangka pencitraan, seperti :- Police goes

to campuss- Police

emphaty (polisi yang berempati kepada masyarakat)

- Polisi peduli kemanusiaan

- Police door to door (kunjungan petugas Polri ke rumah-rumah penduduk / masyarakat)

Menggunakan anggaran dukops DIPA T.A. 2013.

1. Launching Program

2. Mengundang instansi terkait dan stake holder terkait untuk melaksanakan rapat koordinasi

3. Pemaparan program kepada perusahaan / mitra pendukung

4. Melaksanakan launching program

5. Pelaksanaan program

6. Analisa dan Evaluasi

7. Closing program

Diharapkan setelah program – program kemanusiaan terlaksana, citra Polri di mata masyarakat meningkat sehingga kegiatan pelayanan publik menjadi meningkat pula

61

Page 62: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Melakukan sosialisasi dan pelatihan terkait dengan sinergi polisional, agar dapat dilaksanakan secara baik dan benar

Kategori :Jangka sedang

Membentuk tim sosialisasi sinergi polisional untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dan sosialisasi kepada seluruh personel Polresta dan Polsekta agar sinergi polisional dipahami dan dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota Polresta Pekanbaru

- Pembuatan petunjuk teknis tentang sinergi polisional dengan disesuaikan dengan karakteristik wilayah setempat

- Membentuk tim sosialisasi untuk melaksana kan kegiatan sosialisasi dan pelatihan ke seluruh anggota Polresta dan Polsekta

Menggunakan anggaran DIPA T.A. 2013.

1. Membuat perencanaan kegiatan

2. Membuat kepanitiaan dengan surat perintah pelaksanaan

3. Melaksanakan rapat koordinasi

4. Pelaksanaan kegiatan

5. Analisa dan evaluasi

6. Pembuatan laporan kegiatan

Diharapkan setelah pelaksanaan sosialisasi seluruh personel dapat memahami dan melaksanakan sinergi polisional dengan baik

Kapolresta memberikan atensi terhadap penyelesaian kasus-kasus yang menunggak (tunggakan perkara) dengan memberikan target waktu maksimal 6 (enam) bulan tunggakan perkara harus dapat diselesaikan, sementara untuk kasus-kasus baru harus dilakukan sesegera mungkin

Kategori :Jangka sedang

Wakapolresta memimpin analisa dan evaluasi terhadap kasus-kasus yang menunggak (tunggakan perkara), melakukan gelar perkara dan memberikan target waktu penyelesaian, serta menghadirkan Kabag Wassidik Dit Reskrimum Polda dan Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda, bila diperlukan juga mengundang Jaksa untuk memberikan saran dan masukan terkait upaya penyelesaian kasus

Mencanangkan program akselerasi terhadap penanganan tunggakan – tunggakan perkara

Menggunakan anggaran dukungan operasi Polresta Pekanbaru T.A. berjalan

a. Melakukan inventarisasi terhadap kasus-kasus yang ditangani oleh fungsi Reskrim dan fungsi lalu lintas (laka lantas) yang masih menunggak

b. Melaksanakan analisa dan evaluasi terhadap kasus-kasus/perkara-perkara yang menunggak/belum terselesaikan

c. Melakukan langkah-langkah akselerasi

d. Melakukan gelar perkara dengan mengundang Kabag Wassidik Dit Reskrimum Polda dan Kasubdit Gakkum Dit Lantas Polda

e. Bila diperlukan menghadirkan Jaksa PN untuk diminta masukannya dalam penanganan perkara

Diharapkan kasus-kasus yang menunggak dapat terselesaiakan dalam waktu kurang dari 6 bulan

62

Page 63: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Merencanakan bulan bhakti pelayanan prima dengan fokus pada upaya-upaya untuk mewujudkan kamseltibcar lantas

Kategori :Jangka panjang

Kasat Lantas sebagai leading sector melaksanakan kegiatan RSPA dengan prioritas untuk menurunkan angka kecelakaan lalu lintas sebagai upaya untuk mewujudkan kamseltibcar lantas

- Sosialisasi kegiatan dalam rangka bulan bhakti pelayanan prima melalui media dan radio maupun televisi

- Menjadikan RSPA sebagai pilot project dalam bulan bhakti pelayanan prima

- Mengguna kan anggaran DIPA T.A. 2013 bila belum dianggarkan dalam DIPA mengundang dukungan operasi Polresta Pekanbaru

- Mengguna- kan dana CSR perusahaan

1. Membuat perencanaan kegiatan

2. Membuat kepanitiaan dengan surat perintah pelaksanaan

3. Melaksanakan rapat koordinasi

4. Pelaksanaan kegiatan

5. Analisa dan evaluasi

6. Pembuatan laporan kegiatan

Diharapkan melalui bulan bhakti pelayanan prima ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga kamseltibcar lantas dapat terwujud

Merencanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan pelayanan prima yang dilaksanakan dengan memberikan pelayanan secara cepat, tepat, murah dan tidak diskrimininasi, dengan standar etika yang tinggi.

Kategori :Jangka panjang

Bekerja sama dengan lembaga penilai independen untuk melakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan yang telah dilaksanakan oleh Polresta Pekanbaru dan terus menerus melakukan upaya perbaikan agar kualitas pelayanan meningkat

Program akselerasi pelayanan prima

Menggunakan anggaran dukungan operasi Polresta Pekanbaru T.A. 2013.

1. Membuat rencana kegiatan, meliputi:a. Menetapkan

pelayan publik yang akan dilakukan penilaian

b. Menghubungi tim penilai independen

c. Merencanakan kebutuhan anggaran

2. Pelaksanaan penilaian

3. Anev hasil penilaian dan tindak lanjuti hasilnya.

Dengan mengetahui hasil penilaian terhadap kualitas pelayanan publik, maka Kapolresta Pekanbaru dapat mengetahui sampai dimana kualitas pelayanan publik yang ada di kesatuannya sehingga dapat dilakukan akselerasi demi terwujudnya pelayanan prima

Merencanakan memasukkan anggaran (termasuk sarana prasarana pendukung) sinergi polisional dalam DIPA Polresta Pekanbaru

Kategori :Jangka panjang

Wakapolresta bersama Kabag Ren dan Kasi Keu menyusun rencana anggaran untuk memasukkan anggaran pendukung dan pengadaan sarana prasarana sinergi polisional dalam DIPA tahun 2014

Penyusunan anggaran sinergi polisional

Menggunakan anggaran tahun berjalan.

1. Wakapolresta memimpin rapat penyusunan anggaran sinergi polisional yang dihadiri oleh para Kasatfung dan para Kaur Bin Ops/Min Ops serta Bintara pengemban fungsi perencanaan dan keuangan di masing-masing satfung

2. Para Kasatfung mengajukan renbut untuk kegiatan sinergi polisional dalam bentuk pengisian KAK /

Diharapkan dengan penyusunan anggaran sinergi polisional, maka dapat terealisasikan masuknya sinergi polisional dalam DIPA Polresta Pekanbaru

63

Page 64: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

TOR dan RAB3. Pembahasan KAK /

TOR dan RAB dari masing-masing safuan fungsi

4. KAK/TOR dan RAB dihimpun untuk menjadi bahan penyusunan RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) 2014

5. RKA 2014 tersusun dan siap dajukan ke Ro Rena Polda

Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka capacity building untuk merubah budaya reactive policing menjadi proactive policing

Kategori :Jangka panjang

Kabag SDM, Kasat Bimmas dan Kasat Lantas membuat MOU dengan lembaga terkait untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan dalam rangka capacity building

Pendidikan dan pelatihan dalam rangka capacity building

Menggunakan anggaran / dana Samsat (mengajukan ke Ditlantas Polda), berdasarkan Perkap No. 8 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Dana Samsat di lingkungan Polri (untuk mendukung kegiatan yang anggarannya tidak didukung oleh DIPA)

1. Menyusun pengajuan anggaran untuk penggunaan dana samsat (mengajukan ke Ditlantas Polda).

2. Bekerja sama dengan lembaga terkait dalam hal pendidikan dan pelatihan dan disusun dalam suatu perjanjian (MoU)

3. Membuat jadwal pendidikan dan pelatihan

4. Melakukan analisa dan evaluasi

5. Pembuatan laporan hasil pelaksanaan

Dengan pendidikan dan pelatihan dalam rangka capacity building, diharapkan dapat merubah budaya anggota Polri yang cenderung reactive untuk berubah menjadi proactive, untuk menunjang pelaksanaan sinergi polisional dapat dilaksanakan

64

Page 65: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

BAB VII

PENUTUP

1. Kesimpulana. Sumber daya manusia sinergi polisional lalu lintas di Polresta Pekanbaru

masih belum optimal, karena dilaksanakan oleh personel-personel yang

belum memiliki kompetensi, integritas dan loyalitas tinggi, karena belum

memiliki ketrampilan melalui suatu pendidikan atau pelatihan. Hal tersbut

disebabkan karena kesibukan / rutunitas dari para personel dan juga

terbatasnya jumlah personel, selain itu kegiatan kemitraan sebagai

perwujudan sinergi polisional hanya diemban oleh 1 (satu) unit saja dalam

Satlantas Polresta Pekanbaru (Unit Dikmas Lantas) sehingga hasilnya tidak

optimal. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, sebagai berikut :

1) melaksanakan pendidikan dan pelatihan dalam rangka capacity building,

melaksanakan sosialisasi (pendidikan dan pelatihan oleh personel Polresta

Pekanbaru yang sudah mendapat pelatihan) agar personel yang lain dapat

memahami dan melaksanakan sinergi polisional dengan baik;

2) Melaksanakan komitmen bersama dari seluruh personel Polresta

Pekanbaru dan komitmen tersebut harus dijabarkan pada masing-masing

fungsi terutama pada penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik;

3) Melaksanakan / mengikuti pelatihan ESQ, untuk melatih kercerdasan

emosional, spritual dan intelektual personel, sehingga benar-benar siap

dalam melaksanakan program-program kegiatan kemitraan lalu lintas.

Sedangkan untuk mengatasi keterbatasan jumlah personel yang ada, dapat

diatasi dengan menggunakan tenaga outsourcing ataupun event organizer

(EO) sehingga peran anggota Polri nantinya hanya sebagai pengarah atau

koordinator dari panitia.

b. Kebutuhan anggaran untuk mendukung sinergi polisional saat ini (sebelum

dilaksanakannya kegiatan RSPA) masih belum tercukupi, sehingga kegiatan-

kegiatan kemitraan sebagai implementasi sinergi polisional tidak dapat

berjalan dengan optimal. Oleh karenanya untuk mengatasinya, kebutuhan

65

Page 66: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

anggaran diatasi dengan melalui : 1) Melakukan kerja sama dengan pihak

ketiga; 2) Memanfaatkan program CSR (corporate social responsibility) yang

ada pada perusahaan; 3) Mengusulkan agar anggaran kegiatan kemitraan

lalu lintas masuk dalam DIPA Polresta Pekanbaru. Untuk itulah sebagai

salah satu kebijakan dalam action plan yang disusun adalah Wakapolresta

bersama Kabag Ren dan Kasi Keu menyusun rencana anggaran untuk

memasukkan anggaran pendukung dan pengadaan sarana prasarana sinergi

polisional dalam DIPA tahun 2014.

c. Kondisi sarana prasarana yang ada untuk mendukung sinergi polisional

secara umum masih cukup baik, namun tidak cukup untuk mendukung

sinergi polisional lalu lintas, sehingga perlu dilakukan ditingkatkan, sebagai

berikut : 1) sarana prasarana yang digunakan adalah dengan memanfaatkan

fasilitas dan sarana prasarana yang dimiliki oleh mitra partner sinergi

polisional, pada kegiatan RSPA memanfaatkan fasilitas yang dimiliki oleh PT

Honda Capella Dinamic Nusantara dan PT Chevron Pacific Indonesia (PT

CPI); 2) Menggunakan fasilitas sarana prasarana yang dimiliki oleh

institution partner, seperti Dishub dan Dinas PU untuk kegiatan-kegiatan

yang bersifat teknis; 3) Menggunakan sarana dan prasarana yang dimiliki

oleh Polda Riau; dan 4) Menyusun dukungan sarana prasarana untuk sinergi

polisional untuk dimasukkan ke dalam DIPA tahun berikutnya.

d. Metode yang dilaksanakan dalam sinergi polisional masih menggunakan

metode yang konvensional, diantaranya belum adanya SOP yang mengatur

tentang sinergi polisional lalu lintas, kegiatan sinergi polisional berdasarkan

atas kegiatan rutin hanya untuk memenuhi laporan kegiatan dikmas lantas

dan memenuhi permintaan sekolah / instansi, dan belum dilakukannya

analisa dan evaluasi. Oleh karenanya dikembangkanlah metode dalam

sinergi polisional, sebagai berikut : 1) Penyusunan SOP sinergi polisional; 2)

Penerapan standar pelayanan minimal; 3) Penerapan pengawasan, baik

secara internal mau eksternal; dan 4) Penerapan reward and punishment.

66

Page 67: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

2. Rekomendasi

a. Memberikan saran kepada Kapolresta Pekanbaru untuk mengimplementasikan

sinergi polisional ke dalam setiap pelaksanaan tugas kepolisian, dengan

mengedepankan budaya melayani kepada semua lapisan masyarakat.

b. Memberikan saran kepada Kapolresta Pekanbaru untuk menanamkan dan

membangun semangat budaya melayani khususnya kepada seluruh personel

penyelenggara pelayanan dengan disertai pengawasan dan pemberian reward

and punishment yang proporsional.

c. Memberikan saran kepada Kapolresta Pekanbaru untuk berkolaborasi dengan

potensi masyarakat yang kompeten di bidang iptek, pengawasan, dan

ketersediaan sarana prasarana dalam mendukung peningkatan kualitas

pelayanan

d. Memberikan saran kepada Mabes Polri, khususnya kepada Kepala Lembaga

Pendidikan Polri untuk membuat kurikulum pendidikan setingkat kursus atau

kejuruan singkat dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

serta membentuk sikap personel penyelenggara layanan dalam meningkatkan

kualitas pelayanan publik.

67

Page 68: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

DAFTAR PUSTAKA

Agus Dwiyanto, 2011. Manajemen Pelayanan Publik; Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif.

Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Amin Ibrahim,2008. Teori Konsep Pelayanan Publik. Bandung : Mandar Maju.

Atep Adya Barata, 2004. Dasar – dasar Pelayanan Prima. Jakarta : Elex Media

Komputindo

Bryson, J.M, 1995, Strategic Planning For Public and Non Profit Organizations, San

Fransisco: Jossey-Bass.

Chryshnanda DL, 2009. Menjadi Polisi Yang Berhati Nurani. Jakarta : Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dougherty, James E. & Pfaltzgraff, Robert L., 1997. International Relation (4th edition). New York : Longman.

Ebert, Ronald & Ricky W. Griffin, 2008. Bussiness Essential. New Jersey : Prentice Hall

Grahacendikia,2009. (http://grahacendikia.files.wordpress.com/2009/04/)

Naufal, 2012 (http://ennaufal.blogspot.com/2012/09/kinematika-ilmu-fisika-tentang-

gerak.htm).

Husein Wijaya, 2010. Strategi Memasarkan NGO dalam Markeeters edisi Agustus 2010 Jakarta : MarkPlus Inc.

Mabes Polri, 2006. Buku Panduan tentang Hak Asasi Manusia untuk Anggota Polri. Jakarta : Mabes Polri.

Mabes Polri, 2010. Pedoman Penjabaran tentang Revitalisasi Polri Menuju Pelayanan

Parsudi Suparlan, 2004. Masyarakat dan Kebudayaan Perkotaan. Perspektif Antropologi Perkotaan. Jakarta : Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.

Panmus Sis Spindep, 2012. Naskah Akademik Sistem Sinergi Polisional Interdepartemen / Sis Spindep, “Menyongsong Era Networking dalam rangka Renstra 2010 – 2014 Prima Guna Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat. Jakarta : Mabes Polri.

68

Pfaltzgraff, Robe 100117132 2 2

Page 69: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Pedoman Penjabaran tentang Revitalisasi Polri menuju Pelayanan Prima guna Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat. Jakarta : Mabes Polri.

Qodry Azizy, 2007. Change Management dalam Reformasi Birokrasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti, Freddy, 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Samodra Wibawa, 1994. Kebijakan Publik, Jakarta : Intermedia.

Sondang P. Siagian, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara.

Soerjono Soekanto, 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sonny Harsono, 1996. “Manajemen Lalu Lintas Perkotaan yang Terpadu” Tidak diterbitkan.

Tim Penyusun Kamus, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia 2nd . Jakarta : Balai Pustaka.

Term of Refference Rapim Polri 2013, Jakarta : Mabes Polri.

Wheelen, Thomas and Hunger, J. David, 2004 International Edt. Strategic Management and Business Policy. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 tentang Road Map reformasi Birokrasi 2010-2014.

Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia tingkat Resor dan Sektor.

Keputusan Kapolri Nomor : Kep / 53 / 2010 tanggal 29 Januari 2010 tentang Renstra Polri tahun 2010 – 2014.

Surat Keputusan Dirlantas Polri No. Pol : Skep/22/IX/2005 tgl 22 September 2005

69

Page 70: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

tentang Vademikum Polisi Lalu Lintas.

POLA PIKIR

ALUR PIKIR

70

KAPOLRESTA

- STANDAR OPERATION PROCEDUR

E

 

-   KASAT LANTAS

OBYEKMETODESUBYEK

/SINERGI POLISIONAL

LANTASSAAT INI

SINERGI POLISIONAL

LANTAS YANG

GUNA AKSELERAS

I PELAYANAN

DLM RANGKA MEWUJUDKAN STABILITAS KAMTIBMAS

- UU NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG POLRI- UU NO. 22 TAHUN 2009 TTG LLAJ

- PERMEN PAN & REFORMASI BIROKRASI NO. 20 TH 2010 - PERKAP NO 23 TH 2010 TTG OTK POLRES DAN POLSEK- REFORMASI BIROKRASI POLRI GELOMBANG II TAHUN

2010-2014- KEP KAPOLRI NO. : KEP / 53 / 2010 TANGGAL 29 JANUARI

2010

ENVIROMENTAL

INPUT• INTERNAL• EKSTERNA

L

INSTRUMENTAL

INPUT

FEED

Page 71: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

DESKRIPSI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Dengan melihat kondisi organisasi secara internal dan mengacu pada penjelasan fakta-fakta yang ditemukan dalam organisasi, maka dapat diasumsikan untuk pengaruh faktor kekuatan terhadap organisasi yang ada didominasi pada terdefinisikan “sangat besar” (76 s/d 100) dan “besar” (51 s/d 75)”, sehingga komulatif dari penilaian responden tertinggi mencapai skor 95 dan terendah mencapai skor 75. Sedangkan untuk pengaruh faktor kelemahan terhadap organisasi yang ada didominasi pada terdefinisikan “sangat besar” (76 s/d 100) dan “besar” (51 s/d 75)”, sehingga komulatif dari penilaian responden tertinggi mencapai skor 90 dan terendah mencapai skor 60. Kemudian asumsi penilaian responden diproses melalui Analytic Hierarchy Process (AHP) sehingga didapat skor bobot sebagai berikut :

NO VARIABEL KEKUATAN

BOBOT NILAI RESPONDEN

75 75 80 85 95 BobotRA

TINGSKOR

BOBOT

1 Sinergi polisional telah dituangkan dalam Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep / 53 / I / 2010 tanggal 29 Januari 2010 tentang Renstra Polri 2010-2014

75 1.00 1.00 1.07 1.13 1.27 0.091 5 0.45731707

2 Sinergi Polisional menjadi pokok bahasan dalam kegiatan Rapim Polri 2013

75 1.00 1.00 1.07 1.13 1.27 0.091 5 0.45731707

3 Penyusunan Naskah Akademik oleh 80 0.94 0.94 1.00 1.06 1.19 0.098 6 0.58536585

71

STABILIT

AS

KAMTI

AKSELE

RASI PELAYA

NAN

SINERGI 

POLISIONA

L

LALU 

BELUM

MAMPU

MEWUJUD

KAN

BELUM

OPTIMA

L

INTERN

KEKUATAN

KELEMAHAN

EKSTERN

PELUANG

KENDALA

-

PERUMUSAN

VISI, MISI,

TUJUAN

DAN

SASARAN

-

ANA

LISA

SW

OPTIM

ALISASI

SINERG

I

MAN

MON

EY

MATE

Page 72: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

Panitia Perumus dari Derenbang Polri tentang sinergi polisional

4 Di bidang lalu lintas sinergi polisional diwujudkan dalam kegiatan kemitraan lalu lintas

85 0.88 0.88 0.94 1.00 1.12 0.104 7 0.72560975

5 Reformasi Birokrasi Polri tentang pelayanan Prima

95 0.79 0.79 0.84 0.89 1.00 0.116 9 1.04268292

0.50 3.26829268

NO VARIABEL KELEMAHAN

BOBOT NILAI 

RESPONDEN

60 90 60 80 90 BO BOT

RA TING

SKOR BOBOT

1 Belum ada pemahaman tentang sinergi polisional

60 1.00 1.50 1.00 1.33 1.50 0.079 5 0.394736842

2 Belum ada anggaran khusus untuk mendukung sinergi polisional

90 0.67 1.00 0.67 0.89 1.00 0.118 9 1.065789474

3 Anggapan bahwa sinergi polisional hanya dilaksanakan pada level pimpinan

60 1.00 1.50 1.00 1.33 1.50 0.079 5 0.394736842

4 Belum adanya standar pelayanan yang baku

80 0.75 1.13 0.75 1.00 1.13 0.105 7 0.736842105

5 Budaya reactive policing masih melekat pada sebagian personel Polri terutama dalam penegakan hukum

90 0.67 1.00 0.67 0.89 1.00 0.118 9 1.065789474

0.50 3.657894737

Dengan melihat kondisi organisasi secara eksternal dan mengacu pada penjelasan fakta-fakta yang ditemukan dalam organisasi, maka dapat diasumsikan untuk pengaruh faktor peluang terhadap organisasi yang ada didominasi pada terdefinisikan “sangat besar” (76 s/d 100) dan “besar” (51 s/d 75)”, sehingga komulatif dari penilaian responden tertinggi mencapai skor 95 dan terendah mencapai skor 70. Sedangkan untuk faktor kendala yang ada didominasi pada terdefinisikan “sangat besar” (76 s/d100) dan “besar” (51 s/d 75)”, sehingga komulatif dari penilaian responden tertinggi hanya mencapai skor 85 dan terendah mencapai skor 65.

Kemudian asumsi penilaian responden diproses melalui Analytic Hierarchy Process (AHP) sehingga didapat skor bobot sebagai berikut :

72

Page 73: Untuk Masuk-masukkan IFAS EFAS Dan SFAS

NO VARIABEL PELUANG

BOBOT NILAI RESPONDEN

70 85 95 85 80 BO BOT

RA TING

SKOR BOBOT

1 Sinergi polisional dapat meningkatkan kerja sama dengan masyarakat

70 1.00 1.21 1.36 1.21 1.14 0.084 5 0.421686747

2 Perubahan paradigma Polri 85 0.82 1.00 1.12 1.00 0.94 0.102 7 0.71686747

3 Semakin dipercayanya Polri sebagai aparat pemerintahan yang memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan kamseltibcarlantas

95 0.74 0.89 1.00 0.89 0.84 0.114 9 1.030120482

4 Peningkatan citra Polri 85 0.82 1.00 1.12 1.00 0.94 0.102 7 0.71686747

5 Dikembangkannya kebijakan pemerintah melalui sinergi polisional

80 0.88 1.06 1.19 1.06 1.00 0.096 6 0.578313253

0.50 3.463855422

NO VARIABEL KENDALA

BOBOT NILAI RESPONDEN

85 70 85 80 65 BOBOT

RATING

SKOR BOBOT

1 Sinergi polisional dimanfaatkan sebagai hal yang negatif

85 1.00 0.82 1.00 0.94 0.76   0.110 8 0.88

2 Adanya pandangan skeptis dari masyarakat 70 1.21 1.00 1.21 1.14 0.93   0.091 5 0.45

3 Masyarakat masih belum percaya terhadap kinerja Polri

85 1.00 0.82 1.00 0.94 0.76   0.110 8 0.88

4 Resistensi dari masyarakat 80 1.06 0.88 1.06 1.00 0.81   0.104 7 0.73

5 Makin berkembangnya pengetahuan masyarakat terkait dengan pelayanan publik

65 1.31 1.08 1.31 1.23 1.00   0.084 5 0.42

              0.50   3.37

73