universitas indonesia perbedaan kekerasan...
TRANSCRIPT
i
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBEDAAN KEKERASAN MIKRO AFFECTED DENTIN SETELAH PEMBUANGAN INFECTED DENTIN
SECARA MEKANIS DAN KEMOMEKANIS (Eksperimental Laboratorik)
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis bidang
Ilmu Konservasi Gigi
VASTYA IHSANI
1006785351
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS
ILMU KONSERVASI GIGI JAKARTA
DESEMBER 2012
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
iv Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang
telah memberikan rahmat dan karunia yang tiada terhingga, yang membuat
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, yang berjudul: ‘Perbedaan kekerasan
mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin secara mekanis dan
kemomekanis’.
Pembuatan tugas akhir tesis ini merupakan sebuah proses dan perjuangan
yang telah penulis lalui dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar akademis Spesialis Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Dalam mengerjakan, menyusun, dan menyelesaikan tugas akhir ini,
penulis banyak mendapat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis untuk memberikan
ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Indonesia yang telah memberi kesempatan kepada
saya untuk menempuh Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, serta
kepada Prof. Bambang Irawan, drg., PhD dan jajarannya selaku Dekan
dan Pimpinan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, yang telah
memberikan izin kepada saya untuk mengikuti Program ini.
2. Nilakesuma Djauharie, drg., MPH, Sp.KG(K) selaku pembimbing 1, yang
telah dengan sabar dan penuh perhatian memberikan dukungan,
bimbingan, saran, kritik, serta motivasi, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bambang Nursasongko, drg., Sp.KG(K) selaku dan Ketua Departemen
Konservasi Gigi Universitas Indonesia dan pembimbing 2, yang telah
memberikan dukungan, saran, serta kritik, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Dr. Endang Suprastiwi, drg., Sp.KG(K) selaku Koordinator Pendidikan
Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi Universitas Indonesia dan penguji
1, Gatot Sutrisno, drg., Sp.KG(K) selaku penguji 2, dan Kamizar, drg.,
Sp.KG(K) selaku penguji 3, yang telah memberikan dukungan selama
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
v Universitas Indonesia
masa perkuliahan, saran, dan kritik pada saat berlangsungnya sidang dan
penyelesaian tugas akhir ini.
5. Dr. Ratna Meidyawati, drg., Sp.KG(K), selaku konsultan statistik, yang
telah dengan sabar dan perhatian membantu penulis dalam memecahkan
persoalan pada saat berlangsungnya pengolahan data penelitian, serta
motivasi dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir
ini.
6. Seluruh Staf Pengajar Departemen Konservasi Gigi Universitas Indonesia
yang telah mendukung dan membantu dalam penulisan karya ilmiah ini:
Prof. Dr. Siti Mardewi Soerono Akbar, drg., Sp.KG(K), Prof. Dr. Safrida
Faruk Husein, drg., Sp.KG(K), Prof. Dr. Narlan Sumawinata, drg.,
Sp.KG(K), Munyati Usman, drg., Sp.KG(K), Daru Indrawati, drg.,
Sp.KG(K), Anggraini Margono, drg., Sp.KG(K), Dr. Anggraeni, drg.,
Sp.KG(K), dan Dewa Ayu, drg., Sp.KG(K)
7. drg. Siti Triaminingsih, MT, selaku Kepala Pengembangan dan penelitian
Material Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, dan pembimbing
Laboratorium Dental Material yang telah memberikan dukungan, saran,
serta kritik, sehingga penulis dapat menyelesaikan uji kekerasan mikro
seluruh sampel penelitian.
8. Kedua orangtuaku tercinta, ayahanda Dr.dr.H. Imam Subekti, Sp.PD-
KEMD, dan ibunda Dr.Hj. Valina Singka Subekti, Msi, yang telah
memberikan kasih sayang, bimbingan, dukungan moril maupun materiil,
motivasi, saran, kritik, serta doa yang tiada henti selama penulis
menyelesaikan tugas akhir ini, semoga hasil ini dapat menjadi kebanggaan
untuk papa dan mama
9. Kedua adikku tersayang, dr. Ihsanul Rajasa dan Citamia Ihsana, yang
telah memberikan dukungan, serta doa untuk penulis, semoga
penyelesaian tugas akhir ini dapat memacu semangat kalian untuk terus
rajin belajar dan meraih cita- cita setinggi- tingginya.
10. Kedua eyangku terkasih, H. Muchtar Ali (alm) dan Dra.Hj. Zubaidah
Muchtar, yang telah memberikan dukungan, serta doa yang tiada henti
kepada penulis. Juga kakek nenekku H. Soegirman (alm) dan Hj. Siti
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
vi Universitas Indonesia
Makiyatun (almh), walaupun sudah tiada, tetapi masih penulis rasakan
doa yang tiada henti.
11. Pakde, Bude, Om, Tante, dan semua sepupu, yang tidak bisa penulis
sebutkan satu- persatu, terima kasih atas dukungan, dan doa untuk
penulis.
12. drg. Titty Sulianti, teman satu penelitian sekaligus partner yang sangat
baik, terima kasih untuk kerjasama yang erat dan penuh persahabatan
selama proses pembuatan dan penyelesaian tugas akhir ini.
13. Bapak Rudi dari Institute Pertanian Bogor (IPB), yang telah sangat
membantu untuk pembuatan gel papain. Penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang begitu besar untuk segala bantuan dan dukungan selama
proses penelitian ini.
14. Neil Endrigo, teman dari Brazil yang telah sangat membantu untuk
mendapatkan produk Papacarie®, yang hanya masih diproduksi di Brazil.
Penulis mengucapkan terima kasih untuk bantuannya dari awal sampai
pengiriman ke Jakarta- Indonesia.
15. Rendy Mardhika SE, yang dengan sabar dan perhatian memberikan
dukungan dan motivasi serta meluangkan waktu untuk penulis selama
proses penyelesaian tugas akhir ini.
16. Sahabat- sahabatku Dewi, Irvin, Gya, Asta, Okpri, dan Chintya, yang
telah memberikan dukungan serta doa selama penulis menyelesaikan
tugas akhir ini.
17. Teman- teman sejawat PPDGS Konservasi FKG- UI angkatan 2010,
drg.Wisnu, drg.Andika, drg.Itja, drg.Ike, drg.Olivia, drg.Nines,
drg.Nining, drg.Furqan, drg.Rio, drg.Ratna, drg.Titty, drg.Trini,
drg.Syeni, penulis mengucapkan rasa syukur dan terima kasih memiliki
teman- teman yang baik dan penuh pengertian serta perhatian selama
masa perkuliahan ini. Semoga kita tetap bisa menjalin persahabatan ini
sampai seterusnya.
18. Karyawan bagian Konservasi Gigi FKG- UI, Yuli dan Devi yang telah
membantu kelancaran penulis selama masa pendidikan Spesialis.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
vii Universitas Indonesia
19. Seluruh karyawan Perpustakaan FKG- UI, yang telah memberikan
dukungan dan membantu penulis dalam mencari buku- buku dan jurnal
referensi selama pembuatan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, karena terdapat beberapa keterbatasan selama proses penelitian ini
berlangsung. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun akan penulis
terima dengan senang hati.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi ilmu pengetahuan dan membuka wawasan lebih luas bagi teman- teman
sejawat dan mahasiswa FKG- UI.
Jakarta, November 2012
Penulis
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
ix Universitas Indonesia
ABSTRAK Nama : Vastya Ihsani Program Studi: Ilmu Konservasi Gigi Judul : Perbedaan kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin secara mekanis dan kemomekanis Latar Belakang: Konsep mempertahankan struktur jaringan gigi yang sehat saat ini telah berkembang, mengacu pada prinsip intervensi minimal. Metode yang telah dikembangkan sesuai dengan prinsip preparasi minimal yaitu preparasi menggunakan bahan kemomekanis, yaitu Papacarie®. Produk ini mengandung bahan alami utama yaitu enzim papain. Pada penelitian ini, akan dilakukan pembuangan infected dentin dengan preparasi kemomekanis menggunakan gel papain dan Papacarie®, dan preparasi mekanis menggunakan instrumen putar bur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin secara mekanis dan kemomekanis. Metode: Dua puluh tujuh gigi molar tetap dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok 1: pembuangan infected dentin menggunakan tehnik kemomekanis gel papain. Kelompok 2: menggunakan bahan Papacarie®. Kelompok 3: menggunakan instrumen putar bur. Setiap kelompok dilakukan uji kekerasan menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan Post-hoc dan Tukey. Hasil:. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 3 serta kelompok 2 dan 3, p= 0.000. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 2, p= 1.000. Kesimpulan: Kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin dengan bur lebih tinggi dibandingkan setelah aplikasi gel papain dan Papacarie®. Sedangkan, kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin dengan gel papain hampir sama dengan setelah aplikasi Papacarie®. Kata kunci: Kekerasan mikro, tehnik mekanis, tehnik kemomekanis
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
x Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Vastya Ihsani Study Program: Conservative Dentistry Tittle : The difference of affected dentin micro hardness after removal of infected dentin with mechanical and chemomechanical technique Background: The concept of maintaining a structures of healthy tooth tissue have developed, referring to the principle of minimal intervention. The methods have been developed in accordance with the principle of minimal preparation is using chemomechanical agent. One of the materials of chemomechanical preparation is Papacarie®. These products contain natural ingredients mainly papain enzyme. In this study, removal of infected dentin using chemomechanical preparation with papain gel and Papacarie®, and mechanical preparation with bur rotary instrument. The purpose of this study was to determine differences affected dentin micro hardness after removal of infected dentin with mechanical and chemomechanical technique. Methods: Twenty-seven permanent molar teeth were divided into three groups. Group 1: removal of infected dentin using chemomechanical technique with papain gel. Group 2: using Papacarie®. Group 3: using bur rotary instrument. Each group performed hardness test using ANOVA, followed by post-hoc Tukey. Result: There is a significant difference between groups 1 and 3 and groups 2 and 3, p= 0.000. However, there is no significant difference between groups 1 and 2, p= 1.000. Conclusion: Affected dentin micro hardness after removal of infected dentine with burs higher than after application of the papain gel and Papacarie®. Meanwhile, affected dentin micro hardness after removal of infected dentin with Papacarie® almost the same with after application of the gel papain. Key words: Microhardness, mechanical technique, chemomechanical technique
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
xi Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
1. PENDAHULUAN …...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
2. TINJAUAN PUSTAKA …............................................................................. 6
2.1 Karies …............................................................................................... 6
2.1.1 Definisi dan etiologi …......................................................... 6
2.1.2 Mekanisme terjadinya karies…............................................. 6
2.1.2.1 Demineralisasi ....................................................... 6
2.1.2.1 Remineralisasi ....................................................... 7
2.2 Lapisan affected dan infected dentin ….............................................. 9
2.3 Tehnik preparasi minimal pembuangan jaringan karies …............... 11
2.3.1 Tehnik preparasi secara kemomekanis …............................ 12
2.4 Papacarie® ........................................................................................ 14
2.4.1 Komposisi …....................................................................... 15
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
xii Universitas Indonesia
2.4.1.1 Papain ................................................................... 15
2.4.1.2 Kloramin .............................................................. 15
2.4.1.3 Toluidine blue ....................................................... 16
2.4.2 Mekanisme kerja …............................................................. 16
2.4.3 Cara pembuatan …............................................................... 17
2.4.4 Aplikasi klinis …................................................................. 17
2.5 Uji Kekerasan Mikro .......................................................................... 18
2.6 Kerangka Teori …............................................................................... 19
3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS…............................................. 21
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................... 21
3.2 Hipotesis ............................................................................................. 21
4. METODE PENELITIAN …......................................................................... 22
4.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 22
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 22
4.3 Sampel Penelitian ............................................................................... 22
4.4 Besar Sampel ...................................................................................... 22
4.5 Variabel Penelitian ............................................................................. 23
4.6 Definisi Operasional ........................................................................... 23
4.7 Alat dan Bahan ................................................................................... 26
4.8 Tahap Penelitian ................................................................................. 26
4.9 Analisa Data ....................................................................................... 29
4.10 Alur Penelitian ................................................................................. 30
5. HASIL PENELITIAN …............................................................................... 31
6. PEMBAHASAN …......................................................................................... 36
7. KESIMPULAN DAN SARAN …................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ….................................................................................... 43
LAMPIRAN- LAMPIRAN …........................................................................... 46
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses demineralisasi dan remineralisasi, yang menggambarkan
pertukaran ion- ion kalsium dan fosfor............................................ 7
Gambar 2.2 Proses demineralisasi dan remineralisasi, yang menggambarkan
tingkat pH ....................................................................................... 8
Gambar 2.3 Struktur kolagen................................................................................ 10
Gambar 2.4 Produk Papacarie®............................................................................ 14
Gambar 2.5 Mekanisme kerja gel papain ............................................................. 16
Gambar 5.1 Nilai rata- rata kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan
infected dentin pada kelompok papain, Papacarie®, dan bur.......... 32
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan antara infected dentin dan affected dentin .......................... 10
Tabel 5.1 Distribusi nilai rerata kekerasan mikro affected dentin (KHN) pada lima
titik kedalaman di bawah kavitas, setelah pembuangan infected dentin
menggunakan papain, Papacarie®, dan bur......................................... 31
Tabel 5.2 Nilai kemaknaan (p) kekerasan mikro affected dentin pada kelompok
papain, Papacarie®, dan bur pada lima titik kedalaman...................... 33
Tabel 5.3 Nilai kemaknaan (p) kekerasan mikro affected dentin pada kelompok
papain dengan kelompok Papacarie® pada lima titik kedalaman ....... 34
Tabel 5.4 Nilai kemaknaan (p) kekerasan mikro affected dentin pada kelompok
papain dengan kelompok bur pada lima titik kedalaman ................... 35
Tabel 5.5 Nilai kemaknaan (p) kekerasan mikro affected dentin pada kelompok
Papacarie® dengan kelompok bur pada lima titik kedalaman ........... 35
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Uji Normalitas data .......................................................................... 46
Lampiran 2: Uji Homogenitas data .......................................................................47
Lampiran 3: Uji one way ANOVA ...................................................................... 47
Lampiran 4: Uji Post- hoc .................................................................................... 48
Lampiran 5: Metode pengukuran aktivitas enzim ................................................ 57
Lampiran 6: Metode pembuatan gel papain ......................................................... 59
Lampiran 7: Foto- foto penelitian ........................................................................ 60
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep mempertahankan struktur jaringan gigi yang sehat saat ini telah
berkembang, mengacu pada prinsip intervensi minimal. Filosofi intervensiminimal
meliputi langkah- langkah yaitu pemeriksaan resiko karies, deteksi karies dini, upaya
meremineralisasi lesi awal, preparasi minimal pada kavitas, serta perbaikan restorasi
yang rusak.1,2
Pembuangan jaringan karies dimasa lalu mengikuti prinsip preparasi kavitas
yang berdasarkan konsep “extension for prevention”, yaitu melakukan pembuangan
jaringan karies dengan mempertimbangkan pembuatan retensi untuk restorasi dan
pencegahan terjadinya karies sekunder. Untuk alasan ini, pengambilan jaringan dentin
sehatsering menjadi berlebihan. Selain itu, preparasinya juga harus mengambil
seluruh lapisan affected dentin yang lama- kelamaan akan menyebabkan kehilangan
struktur gigi yang banyak sehingga menjadi fraktur. Kelemahan lain umumnya
pengambilan jaringan kariesnya menggunakan instrumen putar bur yang sering
menimbulkanpanas sehingga dapat menyebabkan rasa sakitserta membutuhkan
anestesi lokal. Selain itu, pembuangan jaringan karies dengan instrumen putar bur
dapatmengiritasi pulpa, menimbulkan getaran dan kebisingan,yang dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman pada banyak pasien.3
Saat ini telah dikembangkan pembuangan jaringan karies gigi yang dilakukan
dengan prinsip preparasi minimal yang bersifat patient- friendly, sesuai dengan
filosofi intervensi minimal.Beberapa macam metode yang telah dikembangkan sesuai
dengan prinsip preparasi minimal antara lainpreparasi dengan laser,abrasi udara, dan
kemomekanis. Metode tersebutdapat berfungsisebagai carauntuk menenangkanpasien
yang mempunyai rasa takut berlebihan, mengurangi ketidaknyamanan, dan
meminimalkan kebutuhan anestesi.3
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Tehnik laser memiliki kekurangan yaitu menyebabkan iritasi pulpa akibat
panas yang ditimbulkan. Begitu juga dengan tehnik abrasi udara yang menyebabkan
operator bisa kehilangan sensasi taktil, juga dapat mengiritasi jaringan gingiva. Oleh
karena itu, penggunaan kedua tehnik di atas masih terbatas.4,5
Filosofi intervensi minimal saat ini yang dikembangkan pada pembuangan
jaringankariesgigi menggunakan prinsip“prevention of extension”, yaitu upaya yang
menekankanpada pencegahan pembuangan jaringan dentin sehat yang
berlebihan,denganhanya membuang lapisan infected dentin dan meninggalkan lapisan
affected dentin yangmasih dapat diremineralisasi. Pada lapisan affected dentin, serat
kolagennya masih utuh, sehingga dapat diremineralisasi kembali. Remineralisasi
lapisan affected dentindapat terjadi setelah kavitas dilapisi dengan bahan semen
ionomer kaca.6,7
Preparasi kemomekanis dengan Carisolv®diperkenalkan pada tahun 1998
yang merupakan pengembangan dari bahan- bahan kemomekanissebelumnya. Produk
ini mengandung bahan sodium hipoklorit, dan asam amino (glutamat, leusin, dan
lisin). Namun, aplikasi Carisolv®membutuhkan waktu pengerjaan yang lama,
sehingga membuat pasien kurang nyaman, sulit didapat, dan biaya yang mahal.8
Pada tahun 2003 di Brazil, diperkenalkan bahan kemomekanis lain yaitu
Papacarie®, yang mengandung bahan alami papain, dengan tambahan bahan lain
kloramin dan toluidin blue. Kandungan utama papain yaitu enzim pepaya jenis
spesies Carica Papaya, banyak terdapat di berbagai negara beriklim tropis, seperti
Indonesia.Produk ini selain bersifat bakteriosid dan bakteriostatik, dapat juga sebagai
agen antiinflamasi, tidak merusakjaringan sehat, waktu pengerjaan lebih cepat, serta
biaya lebih terjangkau.8
Di Indonesia, Papacarie® belum tersedia di pasaran, sedangkan pepaya dari
jenis spesies Carica papaya banyak tumbuh dan mudah diperoleh. Flindt menyatakan
bahwa papain hanya memiliki efek pada jaringan yang terinfeksi, bereaksi dengan
cara memotong molekul kolagen yang sudah rusak oleh proses karies.5
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Oleh karena itu, penggunaan tehnik kemomekanik dengan gel papain sebagai
bahan dasar utamadari produk Papacarie®saat ini sangat dikembangkan.Pada
penelitian ini akan dibandingkan pembuangan jaringan karies dengan tehnik mekanis
menggunakan bur, dan kemomekanis menggunakan Papacarie® dan gel papain.
Penelitian ini akan menggunakan spesimen berukuran kecil, maka pengukuran yang
dilakukan menggunakan uji kekerasan mikro dengan indentasi Knoop, karena dapat
digunakan pada spesimen gigi yang tipis dengan permukaan yang sempit.
1.2 Rumusan Masalah
Filosofiintervensi minimal (MI) dalam kedokteran gigi meliputi langkah-
langkah yaitu pemeriksaan resiko karies, deteksi karies dini, upaya meremineralisasi
lesi awal, preparasi minimal pada kavitas, serta perbaikan restorasi yang
rusak.Pembuangan jaringan karies sebelumnya menggunakan tehnik mekanis dengan
instrumen putar bur, yang mengikuti prinsip preparasi kavitas yang berdasarkan
konsep “extension for prevention”,yaitu pembuangan jaringan karies dengan
mempertimbangkan pembuatan retensi untuk restorasi dan pencegahan terjadinya
karies sekunder. Pada pelaksanaannya sering terjadi pengambilan jaringan dentin
sehat yang berlebihan. Selain itu, preparasinya juga akan mengambil seluruh lapisan
affected dentin yang lama- kelamaan akan menyebabkan resiko terjadinya fraktur.
Saat ini telah dikembangkan pembuangan jaringan karies gigi yang dilakukan
dengan prinsip preparasi minimal yang bersifat patient- friendly, sesuai dengan
filosofi intervensi minimal. Pembuangan jaringankaries menggunakan
prinsip“prevention of extension”, yaitu upaya yang menekankan pada pencegahan
pembuangan jaringan dentin sehat yang berlebihan dengan hanya membuang lapisan
infected dentin dan meninggalkan lapisan affected dentin yang masih dapat
diremineralisasi. Pada lapisan affected dentin, serat kolagennya masih utuh, sehingga
dapat diremineralisasi kembali.
Teknik kemomekanis merupakan upaya pembuangan jaringan karies
secarainvasifminimal melalui agen kimia. Keuntungan tehnik kemomekanis
dibandingkan instrumen putar bur, adalahmenghindari panas sehingga meminimalkan
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
4
Universitas Indonesia
iritasi pada pulpa, tidak menimbulkan getaran dan rasa takut sehingga akan membuat
rasa nyaman pada pasien. Penelitian sebelumnya, menyebutkan agen kimia seperti
Carisolv® memiliki kekurangan yaitumemerlukan alat khusus, waktu perawatan
lama, sulit didapat danbiaya tinggi. Untuk mengatasi kekurangan sebelumnya,
Papacarie® diperkenalkan tahun 2003 di Brazil, yang mengandung bahan alami
utama papain yang terbuat dari enzim pepaya dengan jenis spesies Carica Papaya,
yang banyak terdapat di berbagai negara beriklim tropis.
Di Indonesia, Papacarie® belum tersedia di pasaran dan harganya yang
mahal. Sedangkan pepaya dengan jenis spesies Carica papaya banyak tumbuh dan
mudah diperoleh, sehingga pembuatan enzim papain dapat dilakukan. Pada penelitian
ini akan membandingkan pembuangan jaringan karies dengan tehnik mekanis
menggunakan bur, dan kemomekanis menggunakan Papacarie® dan gel papain.
Pengukuran pada penelitian ini menggunakan uji kekerasan mikro dengan indentasi
Knoop, karena dapat digunakan pada spesimen gigi berukuran kecil, tipis, dan
dengan permukaan yang sempit.
Berdasarkan uraian mengenai perumusan masalah di atas, maka disusun
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kekerasan mikro pada affected dentin setelah
pembuangan infected dentin antara preparasi dengan tehnik mekanis
instrumen bur, tehnik kemomekanik Papacarie® dan gel papain?
2. Apakah terdapat perbedaan kekerasan mikro pada affected dentinsetelah
pembuangan infected dentin dengan tehnik kemomekanik antara Papacarie®
dan gel papain?
3. Apakah terdapat perbedaan kekerasan mikro pada affected dentinsetelah
pembuangan infected dentin antara tehnik mekanis instrumen bur dan tehnik
kemomekanik gel papain?
4. Apakah terdapat perbedaan kekerasan mikro pada affected dentinsetelah
pembuangan infected dentin antara tehnik mekanis instrumen bur dan tehnik
kemomekanik Papacarie®?
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
5
Universitas Indonesia
1.3 Tujuan Penelitian
I.3.1 Tujuan Umum:
Menganalisa tingkat kekerasan mikro affected dentinsetelah
pembuangan infected dentin antara tehnik mekanis dan tehnik kemomekanik
I.3.2 Tujuan Khusus:
1. Menganalisa perbedaan kekerasan mikro affected dentinsetelah pembuangan
infected dentin dengan tehnik kemomekanik antara Papacarie® dan gel papain
2. Menganalisa perbedaan kekerasan mikro affected dentinsetelah pembuangan
infected dentin antaratehnik mekanis instrumen bur dan tehnik kemomekanik
gel papain
3. Menganalisa perbedaan kekerasan mikro affected dentinsetelah pembuangan
infected dentin antaratehnik mekanis instrumen bur dan tehnik kemomekanik
Papacarie®
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat bidang pelayanan masyarakat
Memperoleh alternatif untuk menggunakan bahan preparasi kemomekanis
dari bahan alami yang mudah didapat
Manfaat bidang akademis
1. Memberikan informasi ilmiah mengenaikekerasan mikro yang diperoleh pada
affected dentinsetelah pembuangan infected dentin menggunakan instrumen
bur, Papacarie® dan gel papain
2. Menunjang konsep intervensi minimal dengan preparasi minimal untuk
mempertahankan sisa jaringan sehat sebanyak mungkin
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
6 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
2.1.1 Definisi dan Etiologi karies
Karies merupakan penyakit infeksi bakteri, yang menghasilkan lesi
pada jaringan keras gigi. Terdapat lima faktor utama penyebab karies yaitu
akumulasi dan retensi plak, sehingga terjadi peningkatan fermentasi
karbohidrat oleh bakteri asidogenik yang terdapat pada biofilm. Konsumsi
karbohidrat yang terus- menerus juga merupakan faktor penting terjadinya
karies. Adanya bakteri pada plak akan memetabolisme karbohidrat sehingga
meningkatkan asam organik yang akan memecah apatit pada gigi. Selain itu,
frekuensi terpajannya gigi pada asam yang terdapat pada makanan juga dapat
meningkatkan terjadinya proses karies dan erosi pada gigi. Sebaliknya, saliva
memegang peranan penting dalam mencegah atau menghambat
perkembangan karies, yaitu adanya pelikel yang bebas dari bakteri asidogenik
dan faktor protektif alami pada saliva itu sendiri. Selain itu, fluoride juga
berkontribusi dalam mencegah perkembangan karies.9
2.1.2 Mekanisme terjadinya karies
2.1.2.1 Demineralisasi
Komponen mineral dari email, dentin dan sementum adalah
hidoksiapatit (HA)berupaCa10(PO4)6(OH)2. Pada lingkungan netral,
HA akan bersifat jenuh dengan ion–ion dalam saliva yaitu Ca2+ dan
PO43-.HA bereaksi dengan ion–ion hidrogen yang dihasilkan oleh
fermentasi bakteri pada keadaan pH 5,5 atau dibawahnya. Ion H+akan
bereaksi dengan fosfat dalam lingkungan mulut. Proses ini
dapatdigambarkan sebagai perubahan dari PO43- menjadi HPO42-
dengan penambahan ion H+,pada saat yang bersamaan ion H+ akan
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
7
Universitas Indonesia
dinetralkan.Ion HPO42-tidak bisa ikut menetralkan suasana rongga
mulut karena mengandung ion PO43-.Oleh karena itu, kristal HA akan
larut, dan keadaan ini disebut proses demineralisasi.9
Beberapa bakteri plak mampu memfermentasi substrat
karbohidrat yang sesuai seperti sukrosa dan glukosa untuk
memproduksi asam, menyebabkan pH plak turun dalam 1-3 menit.
Plak tetap dalam keadaan asam selama beberapa waktu, diperlukan 30-
60 menit untuk kembali ke pH normal, yaitu 7. Penurunan pH plak
yang berulang dapat menyebabkan demineralisasi permukaan gigi,
yang mengawali proses karies.10
2.1.2.2 Remineralisasi
Pada gigi yang telah terjadi demineralisasi dapat
diremineralisasikembali jika pH dinetralkan, danterdapat ion Ca2+
danPO43- dalam jumlah yang cukup. Interaksi dalam proses ini akan
ditingkatkan dengan adanya ion fluoride. Secara umum, karies gigi
dapat terjadi jika proses demineralisasi lebih seringdibandingkan
proses remineralisasi.9
Gambar 2.1 Proses demineralisasi dan remineralisasi, yang menggambarkan
pertukaran ion- ion kalsium dan fosfat (Mount, 2005)
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Pada saat pH menurun mencapai pH kritis yaitu 5,5 ion asam
akan bereaksidenganfosfat pada saliva dan plak. Penurunan pH lebih
lanjut menghasilkan interaksi progresif antara ion asam dengan fosfat.
Fluoride yang tersimpan pada saliva dan lingkungan mulut dilepaskan
pada proses ini dan bereaksi dengan Ca2+ dan HPO42- membentuk FA
(Fluoro Apatit). Jika pH turun sampai dibawah 4,5 yang merupakan
pH kritis untuk kelarutan FA, maka FA akan larut. Proses tersebut
dapat dijelaskan dengan diagram siklus pH dibawah ini:9
Gambar 2.2 Proses demineralisasi dan remineralisasi, yang menggambarkan tingkat
pH pada saat terjadinya demineralisasi dan remineralisasi. F: Fluor, FA:
Fluorapatit, HA: Hidroksiapatit (Mount, 2005).
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
9
Universitas Indonesia
2.2 Lapisan affected dan infected dentin
Jaringan keras gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin terdiri dari mineral
(70%), air (10%) serta matriks organik (20%). Matriks organik dentin terdiri dari
18% kolagen dan 2% senyawa non kolagen. Kolagen merupakan protein yang banyak
mengandung prolin dan asam aminonya mengandung glisin. Rantai polipeptidanya
membentuk tripel heliks yang disebut unit tropokolagen. Unit tropokolagen akan
saling berhadapan untuk membentuk fibril. Ikatan kovalen antara rantai polipeptida
dari unit tropokolagen berbentuk ikatan silang (crosslinks) yang dapat menstabilkan
fibril kolagen. Struktur fibril dalam dentin membentuk rangkaian padat tidak
beraturan yang termineralisasi.15
Apabila terjadi demineralisasi, maka kolagen dan komponen matriks yang lain
menjadi rentan terhadap degradasi protein oleh enzim yang dihasilkan bakteri dan
enzim hidrolase. Agen kemomekanis dapat menyebabkan degradasi lebih lanjut
terhadap kolagen yang telah mengalami degradasi sebagian dengan cara pemutusan
rantai polipeptida dalam struktur tripel heliks.5
Pada saat terjadi karies pada dentin, asam diproduksi oleh bakteri dan plak,
yaitu dengan adanya fermentasi karbohidrat yang terutama menyebabkan kelarutan
mineral dalam email. Tubulus dentin menyediakan akses atau jalannya penetrasi asam
dan invasi bakteri lebih cepat yang akan menghasilkan penurunan pH dan selanjutnya
terjadi demineralisasi. Ketika matriks organik telah terdemineralisasi, kolagen dan
komponen matriks lain akan terdegradasi oleh enzim terutama oleh enzim protease
bakteri.15
Terdapat lapisan dalam yang sebagian sudah terdemineralisasi, namun dapat
diremineralisasi kembali, apabila fibril kolagennya masih utuh, lapisan ini disebut
affected dentin. Lapisan luar yang fibril kolagennya sudah rusak dan tidak bisa
diremineralisasi kembali, disebut lapisan infected dentin.15
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
10
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Perbedaan antara infected dentin dan affected dentin (Ganesh dan Parikh,
2011).
Infected Dentin Affected Dentin
Lapisan terluar pada lesi karies
Konsistensi basah dan lunak
Adanya penetrasi bakteri
Degradasi ireversibel pada
fiber kolagen
Tidak bisa diremineralisasi&
harus dihilangkan
Dapat diwarnai dye karies
detektor
Lapisannya dibawah infected dentin
Konsistensi keras dan leathery
Tidak ada penetrasi bakteri, hanya
terdapat toksin
Demineralisasi sebagian, fiber
kolagen masih intak
Bisa diremineralisasi& dapat
dipertahankan
Tidak dapat diwarnai dye karies
detektor
Gambar 2.3Struktur kolagen. (a) rantai polipeptida, pembuangan jaringan karies
secara kemomekanis oleh degradasi glisin atau hidroksiprolin, (b)
konsep tripel helix, hubungan silang degradasi intramolekuler, (c)
unittropokolagen, berkumpul untuk membentuk fibril kolagen (Ganesh
dan Parikh, 2011).
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
11
Universitas Indonesia
2.3 Tehnik preparasi minimal pembuangan jaringan karies
Klasifikasi karies sudah ada sejak 100 tahun yang lalu, dan ditemukan oleh
G.V.Black.Selama 20tahun terakhir, telah terjadi cukup banyak perkembangan
pemahaman tentang proseskaries. Tehnik preparasi pada kavitas puntelah berubah,
dengan adanya bahan restorasiyang mempunyai daya adhesi pada strukturgigi, baik
email dandentin.KlasifikasiBlacktidak lagi menjadipanduanuntukpenatalaksanaan
preparasi karies gigi.Tehnik preparasiyang diperlukan saat ini adalahpenggambaran
secara akuratmengenai lokasidari karies gigi, serta menjelaskanukuran
dankompleksitaslesi.11
Konsep intervensi minimal saat ini banyak dipakai untuk menghilangkan
karies dengan hanya membuang jaringan dentin yang terinfeksi, sehingga masih
meninggalkan banyak jaringan dentin yang sehat. Berbeda dengan konsep Black
terdahulu, yang membuang banyak jaringan dentin sehat dalam prinsip pembuatan
kavitas untuk restorasi. KonsepBlack yaitu "extension for prevention" telah diganti
menjadikonsep "prevention of extension".12
Prinsip Black untuk konsep “extension for prevention”yaitu membuang
banyak struktur jaringan gigi untuk memudahkan akses dan visibilitas,dan membuang
seluruh jaringan demineralisasi email dan dentin pada dasar dinding dan tepi kavitas.
Membuat ruangan untuk menempatkan bahan restorasi dengan ketebalan yang cukup
untuk mendapatkan kekuatan, dan membentuk retensi mekanis. Memperluas kavitas
sebagai area self-cleansing untuk mencegah karies sekunder.9
Tindakan invasifyang mengikuti prinsip Black, telah terbuktitidak efisien
danmerusak sisa jaringan keras gigi yang masih sehat dan dapat dipertahankan.
Sejalan dengan perkembangan bahan restorasi adhesif, pembuangan jaringan keras
gigi yang berlebihan menjadi tidak diperlukan. Pembuangan jaringan keras yang tidak
didukung oleh jaringan dentin sehat pada tepi kavitas untuk memperoleh daerah self-
cleansing juga tidak diperlukan, karena dapat membuang affected dentin yang masih
berpotensi untuk terjadinya remineralisasi.9
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Prinsip intervensi minimal yang saat ini telah dikembangkan adalah
“prevention of extension”yaitu pembuanganjaringan karies hanya membuang infected
dentin dan meninggalkanaffected dentin, yaitu lapisan dentin yang masih dapat
diremineralisasi. Bentuk kavitas dibuat sesuai dengan bentuk karies, dan
menyesuaikan dengan bahan restorasi yang dipakai, serta didukung oleh bahan
restorasi adhesif.9
Lesi karies terjadi di tiga tempat pada mahkota dan akar, yang dinyatakan
dalam 3 klasifikasi yaitu site 1 pit dan fisur pada permukaan oklusal, site 2 pada
daerah proksimal, dan site 3 daerah servikal. Lesi karies merupakan penyakit yang
progresif, oleh karena itu ditetapkan ukuran dan perluasan lesi yang dinyatakan
dengan size 0-5.9
Persyaratan ideal instrumen yang akan digunakan untuk preparasi harus
meliputi kenyamanan operator dan pasien, antara lain nyaman dan mudah digunakan,
memiliki kemampuan untuk membuang jaringan yang terinfeksi saja, tidak
menimbulkan nyeri, bising, dan hanya membutuhkan tekanan yang minimal dalam
penggunaannya. Kemudian, tidak menimbulkan getaran dan panas selama digunakan,
harga terjangkau, dan mudah perawatannya.4
Penelitian Mertz- Fairhurst dkk tahun 2007, menyatakan bahwa penutupan
lesi karies dengansemen ionomer kaca akan memungkinkan terjadinya remineralisasi
pada affected dentin.12
2.3.1 Tehnik preparasi secara kemomekanis
Intervensiminimal (MI) dalam kedokteran gigimencakup diagnosis,
penilaian risiko, pencegahan penyakit karies,dan upayauntuk mengurangi
kerusakankariessecara invasif minimal. Intervensi minimal bertujuan untuk
membuangjaringan dentin sehat seminimal mungkin.Terdapat beberapateknik
dari invasif minimal, yaitu preparasi dengan abrasi udara (Myers., 1954), laser
(Keller etal., 1998), dan kemomekanis(Ericson etal.,1999).13,14,15
Teknik preparasi dengan abrasi dan laser menghasilkan panas dan
tekanan. Operator dapat kehilangan sensasi taktil, memerlukan peralatan
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
13
Universitas Indonesia
khusus, dan harga kurang terjangkau.Saat ini dikembangkan teknik preparasi
kemomekanis, yang merupakan upaya pembuangan jaringan karies secara
invasif melalui agen kimia.16,17
Keuntungan preparasi kemomekanisadalah tidak menimbulkan panas
sehingga meminimalkan iritasi pada pulpa, tidak menimbulkan getaran, suara
bising, dan rasa takut sehingga akan membuat pasien merasa lebih nyaman,
serta aplikasi klinis lebih mudah. Preparasi secara kemomekanis akanselektif
menghilangkan jaringandentin yang terinfeksidan mempertahankanjaringan
dentin sehat yang masih tersisa, sehingga akan mengurangi
kemungkinanterbukanya pulpa secara iatrogenik.16,17
Terdapat beberapa produk agen kemomekanis diantaranya Caridex
yang diperkenalkan pada tahun 1985, yang formulanyaterdiri dariN-
monochloroglycinedan asamaminobutyric. Produk ini memilikibanyak
kekurangan, sepertiperlu pemanasanpada bahan yang dapat menyebabkan rasa
sakit,tempatpenyimpanan khusus, dan waktu pengerjaan yang lama sekitar 10-
15 menit.18
Untuk memperbaiki kekurangan tersebut, diperkenalkan Carisolv®
pada tahun 1998.Produk ini memiliki kandungan yang berbeda, yaitu terdiri
dari sodium hipoklorit dan tigaasam amino, yaituasam glutamat,leusin,dan
lisin.MeskipunefektivitasCarisolvdapat menghilangkanjaringan karies pada
dentin, terdapat pulabeberapakelemahan, sepertiperalatan yang spesifik, dan
waktu perawatan yang lama sekitar 8-10 menit.18
Pada penelitian Fernanda dkk, menunjukkanbahwa sebagian
besarpasienmerasatidak nyamanselama perawatan menggunakan Carisolv®,
karena waktu perawatan yang lama.Metode ini juga kurang
efisiendibandingkandengan metodekonvensional untukpembuangan jaringan
karies, yaitu harga jual yang tinggikepada konsumenyangmerupakan
hambatan dalam penggunaan produk ini.7
Pada penelitian Banerjee dkktahun 1999, menyatakan bahwa ketebalan
jaringan keras gigi yang tersisaantara penggunaan Carisolv® dengan
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
14
Universitas Indonesia
instrumen putar adalah sama. Produk Carisolv® inihanya membuang jaringan
dentin yang terinfeksi, namun memerlukan waktu pengerjaan cukup lama dan
peralatan khusus. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut, diperkenalkan
Papacarie® tahun 2003 di Brazil. Produk ini mengandungbahan alami utama
papain, dan bahan tambahan lain yaitu kloramin, dan toluidine blue.19
2.4 Papacarie®
Gel papain telah digunakan sebagai bahan preparasi kemomekanis pada
kedokteran gigi, dengan nama dagang Papacarie®. Bahan alami
utamaPapacarie®adalah papain, dengan bahan tambahan kloramin, toluidine blue,
salts dan thickening vehicle. Papain akan berinteraksi dengan kolagen yangsudah
terdegradasi karena larutnya mineral dentin oleh proses karies. Ganesh dkk, pada uji
sitotoksisitas kultur fibroblast menyatakan bahwa Papacarie® dengan konsentrasi
yang berbeda (2,4,6,8,10%), adalah tidak toksik dan bersifat biokompatibel terhadap
jaringan fibroblast.15
Gambar 2.4 Produk Papacarie® (Ganesh dan Parikh, 2011)
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
15
Universitas Indonesia
2.4.1 Komposisi
2.4.1.1 Papain
Papain merupakan enzim yang diperoleh dari getah daun dan
buah pepaya hijau, dari jenis spesies Carica papaya. Enzim ini
merupakan endoprotein yang mirip dengan pepsin manusia yang
mempunyai aksi bakteriosid dan bakteriostatik, serta dapat berfungsi
sebagai agen antiinflamasi dan debridement, namun tidak merusak
jaringan sehat. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara memotong
molekul kolagen yang sudah terdegradasioleh proses karies.15
Menurut Bussadori dkk, enzim papain hanya memiliki efek
pada jaringan yang terinfeksi. Jaringan yang terinfeksi kekurangan anti
protease plasma yang disebut α1-anti-tripsin. Protease plasma α1-anti-
tripsin hanya terdapat pada jaringan sehat dan menghambat
pencernaan protein. Jaringan terinfeksi tidak mengandung α1-anti-
tripsin sehingga papain dapat menembus molekul kolagen yang
terdegradasi.20
2.4.1.2 Kloramin
Kloramin mengandung senyawa klorin dan amonia yang
mempunyai sifat bakterisid. Klorin juga digunakan sebagai larutan
irigasi pada saluran akar yang secara kimia dapat melunakkandentin.
Menurut Maragakis dkk, kolagen yang terdegradasi sebagian pada
karies dentin akan dilunakkan oleh larutan bahan preparasi
kemomekanis. Proses klorinasi tersebutdapat melunakkan struktur
kolagen, dengan merusak ikatan hidrogen sehingga dentin menjadi
lunak.15
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
16
Universitas Indonesia
2.4.1.3 Toluidine blue
Bahan dasarnya adalah malachite greenyang digunakan
sebagai agen pewarna pada Papacarie®, dan mempunyai sifat
antibakteri terhadapStreptococcus mutans.Merupakan pigmen
photosensitif yang dapat memfiksasi membran bakteri.15
2.4.2 Mekanisme kerja Papacarie®
Gambar 2.5 Mekanisme kerja gel papain (Ganesh dan Parikh, 2011)
Aplikasi Papacarie® pada gigi karies
Gel papain berperan sebagai agen
proteolitik
Secara kimia dapat mendegradasi dan
mengeliminasi fibrin ‘mantel fibrin’
yang terbentuk oleh proses karies
Akan terjadi kematian sel yang
menyebabkan kerusakan molekul
kolagen
Kolagen yang terdegradasi akan
dilunakkan oleh kloramin yang akan
mengganggu ikatan hidrogen
Kemudian, akan melunakkan dentin
dan memudahkan pembuangan jaringan
karies
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
17
Universitas Indonesia
2.4.3 Cara pembuatan gel papain
Papain diperoleh melalui penyadapan getah buah pepaya yang
berumur minimal 3 bulan. Kemudian getah dikeringkan pada suhu 60 – 70°
Celcius selama 12 jam. Mutu papain tergantung jenis pepaya, jumlah torehan,
interval penyadapan, cara pengeringan, dan penyimpanannya. Pepaya yang
memiliki kandungan proteolitik tertinggi adalah pepaya Sibinong yang
mencapai 113,02 unit/gram British Standard. Berdasarkan penelitian yang
sudah dilakukan terhadap bagian tanaman, kandungan getah dengan kualitas
aktivitas proteolitik yang baik terdapat pada bagian buah, batang dan daun.21
Papain yang diproses dengan teknologi spray dryer atau freeze drying
berkualitas tinggi akan menghasilkan papain dengan warna putih susu yang
dapatbertahan hingga 10 tahun. Sebaliknya, papain yang diperoleh dari
hasilpengeringan sinar matahari akan berwarna cokelat dan dalam 3 hari saja
warnaakan menjadi lebih gelap dan mengeluarkan bau tidak sedap.
Penyimpanan papainyang sesuai dengan standar internasional berupa kemasan
primer dalam plastikvakum dan dalam kaleng sebagai kemasan sekunder.
Pengamanan berlapis tersebutdimaksudkan untuk mencegah reaksi oksidasi
yang akan menurunkan nilai aktivitas proteolitiknya.21
2.4.4 Aplikasi klinis
Prosedur penggunaan Papacarie® harus sesuai dengan yangditetapkan
oleh aturan pabrik. Prosedurnya harus dimulai dengan mengeringkan lesi
karies, melakukan aplikasi gel Papacarie® selama 40 detik, pembuangan
dentin karies yang sudah lunak menggunakan ekskavator dengan gerakan
mengayun seperti pendulum. Berikutnya, lakukan pembilasan dengan
klorheksidin 0,12% atau menyemprot dengan air, lalu keringkan kavitas
dengan cotton pellets.18
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
18
Universitas Indonesia
2.5Uji kekerasan mikro
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran menggunakan uji kekerasan mikro,
karena pengukuran dengan cara ini dapat dilakukan pada spesimen dengan ukuran
kecil. Indentasi Knoop dipilih karena dapat digunakan pada spesimen gigi yang tipis
dengan permukaan yang sempit.
Pengukuran kekerasan suatu material dapat menggunakan metode uji
kekerasan mikro. Metode ini merupakan metode yang sederhana, tidak bersifat
destruktif, dan cepat. Uji kekerasan ini dilakukan dengan mengindentasi permukaan
suatu material dengan beban tertentu (gf). Jejas indentasi yang ada dapat diukur lalu
dikonversikan ke dalam nilai kekerasan (hardness number). Semakin keras suatu
material, maka semakin kecil indentasi yang terjadi dan nilai kekerasan semakin
besar. Tehnik ini sangat akurat karena menggunakan mikroskop dengan ketepatan
yang tinggi, karena mempunyai pembesaran sampai 500 kali dan mengukur dengan
tingkat keakuratan sampai ±0,5 mikrometer. Kekerasan diukur dengan menggunakan
panjang diagonal, satuannya KHN (Knoop Hardness Number).22
Uji kekerasan Knoop adalah menggunakan jumlah beban yang bervariasi
sehingga daerah indentasi yang terbentuk akan bervariasi sesuai dengan beban yang
diaplikasikan dan sifat material yang diuji. Beban yang diaplikasikan pada alat
indentasi berbentuk ujung piramida, sehingga menghasilkan indentasi berbentuk
segitiga yang pipih dan lebar, kemudian lebar diagonalnya tersebut dapat diukur.22
Kelebihan lain dari uji Knoop adalah luas indentasi yang terbentuk berukuran
kecil, sehingga dapat digunakan untuk menguji kekerasan daerah yang memiliki
kekerasan yang bervariasi pada permukaan suatu material. Kekerasan mikro dapat
menggambarkan peningkatan atau kehilangan mineral akibat demineralisasi atau
remineralisasi dari jaringan keras gigi. Email gigi memiliki nilai kekerasan 343 KHN,
sedangkan dentin normal memiliki nilai kekerasan 68 KHN.22
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
19
Universitas Indonesia
2.6 Kerangka Teori
Karies merupakan sebuah penyakit infeksi bakteri, yang menghasilkan lesi
pada jaringan keras gigi.Terdapat lima faktor utama penyebab karies yaitu akumulasi
dan retensi plak, konsumsi karbohidrat yang terus- menerus, frekuensi terpajannya
gigi pada asam yang terdapat pada makanan,faktor protektif saliva yang memegang
peranan penting dalam mencegah atau menghambat perkembangan karies, dan
fluoride yang juga berkontribusi dalam mencegah perkembangan karies.
Terdapat dua lapisan dentin pada jaringan gigi yang terkena karies, yaitu
lapisan infected dentindan affected dentin.Lapisan infected dentin adalah lapisan
terluar dengan fiber kolagen yang sudah terdegradasidan tidak bisa diremineralisasi.
Sedangkan lapisan affected dentin adalah lapisan dibawah infected dentin dengan
fiber kolagen yang masih utuh, dan bisa diremineralisasi kembali, sehingga dapat
dipertahankan.
Filosofiintervensi minimal (MI) dalam kedokteran gigi meliputi langkah-
langkah seperti pemeriksaan resiko karies, deteksi karies dini, upaya meremineralisasi
lesi awal, preparasi minimal pada kavitas, serta perbaikan restorasi yang rusak.
Pembuangan jaringan karies sebelumnya umumnya menggunakan tehnik mekanis
dengan instrumen putar bur, namun tehnik inimenimbulkanpanas sehingga dapat
menyebabkan rasa sakit, mengiritasi pulpa, menimbulkan getaran dankebisingan,yang
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien.
Saat ini, diperkenalkan teknik kemomekanis yang merupakan upaya
pembuangan jaringan karies secarainvasif minimal melalui agen kimia, yang
memiliki keuntungan tidak menimbulkan panas sehingga meminimalkan iritasi pada
pulpa, tidak menimbulkan getaran dan rasa takut sehingga akan lebih membuat rasa
nyaman pada pasien.
Terdapat bahan kemomekanis Carisolv®, namun masih memiliki kekurangan
seperti waktu pengerjaan lama, harga tidak terjangkau, dan pasien sering merasa tidak
nyaman. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, diperkenalkan Papacarie® tahun
2003, yang mengandung bahan terutama papain, dengan bahan tambahan kloramin,
dan toluidine blue.Kandungan utama papain berasal dari enzim pepaya jenis spesies
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Carica Papaya, Produk ini selain bersifat bakteriosid dan bakteriostatik, dapat juga
sebagai agen antiinflamasi, tidak merusakjaringan sehat, dan waktu pengerjaan lebih
cepat.
KERANGKA TEORI
Karies
Membuang infected dentin, dan meninggalkan affected dentin
Pembuangan jaringan karies : Mekanis
Instrumen putar Bur
Pembuangan jaringan karies : Kemomekanis
o Carisolv® o Papacarie® o Papain
Preparasi Minimal
Intervensi Minimal Penilaian resiko karies
individu
Diagnosa dini lesi karies
Remineralisasi
Preparasi minimal
Memperbaiki restorasi, bukan mengganti
Infected Dentin Affected Dentin
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
21 Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Hipotesis
1. Kekerasan mikro affected dentinsetelah pembuangan infected dentin dengan
Papacarie® sama dengan dibandingkan setelah aplikasi gel papain
2. Kekerasan mikro affected dentinsetelah pembuangan infected dentin dengan
instrumen bur lebih tinggi dibandingkan setelah aplikasi papain
3. Kekerasan mikro affected dentinsetelah pembuangan infected dentin dengan
instrumen bur lebih tinggi dibandingkan setelah aplikasi Papacarie®
Infected Dentin
- Bur
- Papacarie®
- Papain
Affected Dentin
Kekerasan Mikro
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
22 Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Studi eksperimental laboratorik, dengan menggunakan gigi yang telah diekstraksi.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Klinik Konservasi dan Laboratorium Dental Material FKG UI Salemba, selama bulan
Oktober 2012
4.3 Sampel Penelitian
1. Gigi molar tetap dengan karies mencapai dentin dalam (D5)
2. Gigi bebas tambalan
3. Tanpa kelainan struktur email
4.4 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
rumus besar sampel sebagai berikut:
t = jumlah perlakuan
r = jumlah ulangan
(3-1) (r-1) ≥ 15
2 (r-1) ≥ 15
r ≥ 8,5
(t-1) (r-1) ≥ 15
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
23
Universitas Indonesia
Dengan menggunakan rumus di atas, maka dibutuhkan 9 gigi untuk masing- masing
perlakuan. Jadi, besar sampel yang dibutuhkan adalah 27 gigi untuk tiga kelompok.
4.5 Variabel Penelitian
Variabel terikat : Kekerasan mikro lapisan affected dentin pada gigi
Variabel bebas : Tehnik konvensional instrumen bur, dan kemomekanik
Papacarie® dan gel papain
4.6 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala
1
Kekerasan
mikro
Merupakan kekerasan
suatu material.
Kekerasan diukur
dengan
microhardness tester
menggunakan
panjang diagonal,
satuannya KHN
(knoop hardness
number). Merupakan
metode yang
sederhana, tidak
bersifat destruktif,
dan cepat.
Pengukuran
dilakukan pada lima
titik kedalaman
affected dentin,
dengan jarak 0 µm,
50 µm, 100 µm, 150
µm, dan 200 µm.
Pada tiap
kedalaman,
dilakukan tiga kali
indentasi, dengan
beban 25 gf, selama
10 detik.
Numerik
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
24
Universitas Indonesia
2 Lapisan
affected dentin
Lapisannya di bawah
infected dentin, tidak
ada penetrasi bakteri,
hanya penetrasi
toksin,
terdemineralisasi
sebagian, fibril
kolagen masih intak,
bisa diremineralisasi.
Konsistensi keras dan
leathery (spt lapisan
kulit).
Uji kekerasan mikro,
dengan indentor
Knoop (KHN)
Numerik
3 Lapisan
Infected dentin
Lapisan terluar pada
lesi karies, infeksi
tingkat tinggi oleh
penetrasi bakteri,
degradasi irreversibel
pada fiber kolagen,
tidak bisa remineralisasi
& harus dihilangkan.
Konsistensi basah dan
lunak.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
25
Universitas Indonesia
4 Papacarie® Produk ini
mengandung terutama
papain, kloramin, dan
toluidine blue.
Aktivitas enzim yang
diukur sejumlah
7,2563 mmol/ mg jam
5 Gel papain Terbuatdari ekstrak
papain spesies Carica
papaya varietas
California dalam
bentuk gel.
Konsentrasi 0,1% di
dapat dari tiap 10
gram papain
dicampur dengan 100
gram gel. Aktivitas
enzim yang diukur
sejumlah 4,4482
mmol/ mg jam
6 Instrumen bur Menggunakan
Spherical steel bur
no. 12, dengan Low
speed handpiece
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
26
Universitas Indonesia
4.7 Bahan dan Alat
Alat:
1. Sarung tangan
2. Masker
3. Kacamata pelindung
4. Tabung plastik
5. Paper pad
6. Spatula plastis
7. Ekskavator
8. Bur Spherical steel
9. Low speed handpiece
10. Carborundum disc (Edenta, swiss)
11. Grinding danPolising machine (Stuers Labopol- 21)
12. Microhardness tester (Shimadzu HMV 2- TL) dengan indentor Knoop
13. Kamera digital
Bahan:
1. Gigi molar yang telah diekstraksi, dengan karies mencapai dentin
2. Larutan salin untuk merendam gigi selama penelitian
3. Papacarie® (Brazil)
4. Gel papain (Institute Pertanian Bogor, Indonesia)
5. Resin dekoratif
6. PVC cable duct lebar 2cm
7. Pipa paralon air diameter 2 cm
4.8 Tahap Penelitian
1. Persiapan sampel
Gigi molar yang telah diekstraksi, dengan karies mencapai dentin dan
bagian apeks yang telah tertutup sempurna, dibersihkan di bawah air
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
27
Universitas Indonesia
mengalir, lalu disimpan dalam plastik berisi larutan salin sampai dilakukannya
penelitian.
2. Pembagian kelompok
Dua puluh tujuh gigi dibagi menjadi tiga kelompok secara acak.
Kelompok pertama berisi 9 gigi adalah kelompok yang akan dilakukan
pembuangan infected dentin menggunakan instrumen bur, kelompok kedua
berisi 9 gigi adalah kelompok yang akan dilakukan pembuangan
infecteddentin menggunakan Papacarie®, dan kelompok ketiga berisi 9 gigi
adalah kelompok yang dilakukan pembuangan infected dentin menggunakan
gel papain.
3. Pembuangan lapisan infected dentin
a. Kelompok Papacarie®
Spesimen gigi dikeringkan, dan mulai dilakukan aplikasi Papacarie®
selama 30- 40 detik ke dalam kavitas. Kemudian, dimulai pembuangan
infected dentin yang melunak menggunakan ekskavator dengan
gerakan mengayun seperti pendulum. Jaringan yang lunak harus
diekskavasi dengan pengerokan, sampai warna biru dari gel tersebut
hilang dan didapatkan tanda- tanda klinis dari lapisan affected dentin,
yaitu seperti leathery (kulit keras). Lakukan pembilasan dengan
semprotan air, dan keringkan kavitas dengan cotton pellets.
b. Kelompok gel papain
Spesimen gigi dikeringkan, dan mulai dilakukan aplikasi gel papain
selama 30- 40 detik ke dalam kavitas. Kemudian, dimulai pembuangan
infected dentin yang melunak menggunakan ekskavator dengan
gerakan mengayun seperti pendulum. Jaringan yang lunak harus
diekskavasi dengan pengerokan, sampai didapatkan tanda- tanda klinis
dari lapisan affected dentin, yaitu seperti leathery (kulit
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
28
Universitas Indonesia
keras).Lakukan pembilasan dengan semprotan air, keringkan kavitas
dengan cotton pellets.
c. Kelompok instrumen bur
Spesimen gigi dikeringkan, dan mulai dilakukan penggunaan spherical
steel bur dengan low speed handpiece untuk pembuangan lapisan
infected dentin. Pembuangan infected dentin dilakukan, sampai
didapatkan tanda- tanda klinis dari affected dentin, yaitu seperti
leathery (kulit keras). Lakukan pembilasan dengan semprotan air, dan
keringkan kavitas dengan cotton pellets.
4. Pengukuran kekerasan mikro
Spesimen gigi ditanam secara tegak lurus di dalam PVC cable duct
dengan menggunakan resin dekoratif yang ditambahkan hardener. Setelah itu
spesimen gigi dibelah menjadi dua bagian, yaitu bagian mesial dan distal.
Kemudian, bagian mahkota gigi dipisahkan dari akar menggunakan
carborundum disc dengan low speed. Setiap spesimen gigi diberi label sesuai
pengelompokkannya.
Kemudian, potongan spesimen ditanam di dalam resin dekoratif yang
sudah dicampur dengan hardener, dengan permukaan yang akan diukur
kekerasannya menghadap ke atas di dalam cetakan pipa paralon air. Setelah
resin mengeras, resin dan gigi dikeluarkan dari cetakan. Permukaan spesimen
gigi dipoles menggunakan grinding atau polishing machine sampai diperoleh
permukaan spesimen yang rata. Spesimen direndam dalam larutan air salin
sampai dilakukan pengukuran kekerasan mikro.
Pengukuran kekerasan mikro pada dentin dilakukan pada 5 titik
kedalaman affected dentin yaitu dengan jarak 0 µm, 50 µm, 100 µm, 150 µm,
dan 200 µm. Pada tiap kedalaman dilakukan tiga kali indentasi.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
29
Universitas Indonesia
4.9Analisa data
Hasil uji kekerasan mikro pada affected dentin setelah dilakukan pembuangan
infected dentin menggunakan tehnik kemomekanik Papacarie® dan gel papain, diuji
distribusi normalitas datanya pada setiap kelompok menggunakan Saphiro Wilk.
Apabila distribusi datanya normal digunakan uji one way ANOVA untuk melihat
perbedaan antara ketiga kelompok, dilanjutkan dengan uji Post hoc untuk melihat
perbedaan antara masing- masing dua kelompok. Sedangkan, apabila distribusi
datanya tidak normal digunakan uji Krusskal Wallis untuk melihat perbedaan antara
ketiga kelompok, dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan
antara masing- masing dua kelompok.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
30
Universitas Indonesia
4.10 Alur Penelitian
27 gigi molar dengan
karies mencapai dentin
Disimpan dalam tabung
plastik berisi larutan salin
Kelompok 1 (9 gigi):
Pembuangan lapisan infected dentin:
Gel papain
Kelompok 3 (9 gigi):
Pembuangan lapisan infected dentin:
Bur
Gigi dikeringkan dengan
cotton pellets
Bagian mahkota gigi
dipotong menjadi 2 bagian
Gigi ditanam di dalam
resin dekoratif
Pengukuran kekerasan mikro pada affected dentin menggunakan
alat Microhardness tester dengan indentor Knoop
Analisa data
Kelompok 2 (9 gigi):
Pembuangan lapisan infected dentin:
Papacarie®
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
31 Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kekerasan mikro affected dentin
pada lima titik kedalaman di bawah kavitas setelah pembuangan infected dentin
menggunakan tehnik mekanis instrumen bur dan tehnik kemomekanis Papacarie®
dan gel papain. Pengukuran dilakukan menggunakan alat microhardness tester
dengan indentor Knoop, diperoleh rerata kekerasan mikro affected dentin dari 15
kelompok yang tertera dalam Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi nilai rerata kekerasan mikro affected dentin (KHN) pada lima titik kedalaman di
bawah kavitas, setelah pembuangan infected dentin menggunakan papain, papacarie, dan
bur.
Kelompok Kedalaman N Rerata (KHN)±SD IK 95%
Papain 0 µm 9 11.1789 ± 4.18771 7.9599 - 14.3978
50 µm 9 12.8844 ± 3.88534 9.8979 - 15. 8710
100 µm 9 14.5767 ± 4.07789 11.4421 - 17.7112
150 µm 9 16.5444 ± 3.79477 13.6275 – 19.4614
200 µm 9 18.5556 ± 3.78851 15.6435 – 21.4677
Papacarie® 0 µm 9 11.3967 ± 3.33490 8.8332 – 13.9601
50 µm 9 13.3400 ± 3.20974 10.8728 – 15.8072
100 µm 9 14.8711 ± 3.59521 12.1076 – 17.6346
150 µm 9 16.9556 ± 3.44424 14. 3081 – 19.6030
200 µm 9 18.3333 ± 3.46843 15.6673 – 20.9994
Bur 0 µm 9 32.1000 ± 11.20357 23.4882 – 40.7118
50 µm 9 38.5889 ± 10.37093 30.6171 – 46.5607
100 µm 9 41.5000 ± 10.42881 33.4837 – 49.5163
150 µm 9 42.7222 ± 9.74779 35.2294 – 50.2150
200 µm 9 45.2667 ± 10.87244 36.9094 – 53.6240
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Dari tabel 5.1 terdapat data nilai rata- rata kekerasan mikro affected dentin
pada lima titik kedalaman dari ketiga kelompok, yaitu kelompok papain, Papacarie®,
dan bur. Nilai rata- rata kekerasan mikro affected dentin kelompok papain tidak
berbeda jauh dengan kelompok Papacarie® untuk semua titik kedalaman. Sedangkan
nilai rata- rata kekerasan mikro affected dentin kelompok papain dan papacarie lebih
rendah dibandingkan kelompok bur.
Gambar 5.1 Nilai rata- rata kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin pada
kelompok papain, papacarie, dan bur.
Dari gambar 5.1 terdapat data nilai rata- rata kekerasan mikro affected dentin
setelah pembuangan infected dentin pada ketiga kelompok papain, Papacarie®, dan
bur di lima titik kedalaman. Nilai rata- rata kekerasan mikro affected dentin kelompok
papain tidak berbeda jauh dengan kelompok Papacarie® untuk setiap titik kedalaman.
Pada kedalaman 0 µm, nilai kekerasan mikro affected dentin kelompok papain adalah
sebesar 11,1789 KHN, yang tidak berbeda jauh dengan nilai kekerasan mikro affected
dentin kelompok Papacarie® yaitu sebesar 11,3967 KHN. Sedangkan, apabila
32
3942 43
45
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
33
Universitas Indonesia
dibandingkan dengan nilai kekerasan mikro affected dentin kelompok bur pada
kedalaman 0 µm yaitu sebesar 32,1000 KHN, memiliki tiga kali lebih keras nilai
kekerasannya dibandingkan dengan kelompok papain dan Papacarie®.
Pada penelitian ini, dilakukan uji normalitas data menggunakan uji
Kolmogorov- smirnov, dan didapatkan nilai p> 0,05, yang berarti sebaran data
normal. Setelah diketahui sebaran data tersebut normal, maka dilakukan uji statistik
secara parametrik, yaitu uji hipotesis menggunakan ANOVA, dan analisis Post- hoc
untuk mengetahui setiap kelompok yang bermakna, kemudian dilanjutkan dengan uji
Tukey. Hasil dari uji ANOVA terhadap kekerasan affected dentin pada seluruh titik
kedalaman untuk ketiga kelompok adalah p= 0,000. Dari data diperoleh nilai p< 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna untuk kekerasan mikro
affected dentin setelah pembuangan infected dentin pada ketiga kelompok papain,
Papacarie®, dan bur untuk seluruh titik kedalaman.
Tabel 5.2 Nilai kemaknaan (p) kekerasan mikro affected dentin pada kelompok papain, papacarie, dan
bur pada lima titik kedalaman.
Titik Kedalaman
50 µm 100 µm 150 µm 200 µm
Papain 0 µm 0,996 0,656 0,087 0,05
Papacarie 0 µm 0,995 0,748 0,124 0,021
Bur 0 µm 0,966 0,702 0,501 0,235
Ket: Uji Anova dengan kemaknaan p< 0,05
Pada tabel 5.2 terlihat bahwa nilai kekerasan mikro affected dentin setelah
pembuangan infected dentin menggunakan papain, secara statistik tidak terdapat
perbedaan bermakna antara titik kedalaman 0 µm dibandingkan dengan empat titik
kedalaman lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kekerasan mikro affected dentin
untuk kelompok papain pada kedalaman 0 µm, 50 µm, 100 µm, 150 µm, dan 200 µm
adalah hampir sama.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Dari data diperoleh juga nilai kekerasan mikro affected dentin setelah
pembuangan infected dentin menggunakan Papacarie®, secara statistik tidak terdapat
perbedaan bermakna antara titik kedalaman 0 µm dibandingkan dengan empat titik
kedalaman lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kekerasan mikro affected dentin
untuk kelompok Papacarie® pada kedalaman 0 µm, 50 µm, 100 µm, 150 µm, dan
200 µm adalah juga hampir sama.
Diperoleh juga nilai kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan
infected dentin menggunakan bur, secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna
antara titik kedalaman 0 µm dibandingkan dengan empat titik kedalaman lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai kekerasan mikro affected dentin untuk kelompok bur
pada kedalaman 0 µm, 50 µm, 100 µm, 150 µm, dan 200 µm adalah juga hampir
sama.
Tabel 5.3 Nilai kemaknaan (p) kekerasan mikro affected dentin pada kelompok papain dengan
kelompok papacarie pada lima titik kedalaman.
Papacarie 0 µm 50 µm 100 µm 150 µm 200 µm Papain 0 µm 1.000 50 µm 1.000 100 µm 1.000 150 µm 1.000 200 µm 1.000 Ket: Uji Anova dengan kemaknaan p< 0,05
Pada tabel 5.3 terlihat nilai kekerasan mikro affected dentin setelah
pembuangan infected dentin pada kelompok papain dibandingkan dengan kelompok
Papacarie®, secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna pada seluruh titik
kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kekerasan mikro affected dentin pada
seluruh titik kedalaman antara kelompok papain dan Papacarie® adalah hampir sama.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Tabel 5.4 Nilai kemaknaan (p) kekerasan mikro affected dentin pada kelompok papain dengan
kelompok bur pada lima titik kedalaman.
Bur 0 µm 50 µm 100 µm 150 µm 200 µm Papain 0 µm 0.000 50 µm 0.000 100 µm 0.000 150 µm 0.000 200 µm 0.000 Ket: Uji Anova dengan kemaknaan p< 0,05
Pada tabel 5.4 terlihat nilai kekerasan mikro affected dentin setelah
pembuangan infected dentin pada kelompok papain dibandingkan dengan kelompok
bur, secara statistik terdapat perbedaan bermakna pada seluruh titik kedalaman. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai kekerasan mikro affected dentin kelompok papain pada
seluruh titik kedalaman lebih rendah dibandingkan dengan kelompok bur.
Tabel 5.5 Nilai kemaknaan (p) kekerasan mikro affected dentin pada kelompok papacarie dengan
kelompok bur pada lima titik kedalaman.
Bur 0 µm 50 µm 100 µm 150 µm 200 µm Papacarie 0 µm 0.000 50 µm 0.000 100 µm 0.000 150 µm 0.000 200 µm 0.000 Ket: Uji Anova dengan kemaknaan p< 0,05
Pada tabel 5.5 terlihat nilai kekerasan mikro affected dentin setelah
pembuangan infected dentin pada kelompok Papacarie® dibandingkan dengan
kelompok bur, secara statistik terdapat perbedaan bermakna pada seluruh titik
kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kekerasan mikro affected dentin
kelompok Papacarie pada seluruh titik kedalaman lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok bur.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
36 Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan kekerasan mikro
lapisan affected dentin setelah pembuangan infected dentin menggunakan tehnik
mekanis yaitu instrumen bur, dan kemomekanis Papacarie® dan papain.
Pengukuran dilakukan pada lima titik kedalaman, yaitu 0 µm, 50 µm, 100 µm,
150 µm, dan 200 µm. Gigi yang digunakan adalah gigi molar tetap dan
diindikasikan ekstraksi karena adanya kelainan periodontal. Pemilihan spesimen
gigi meliputi gigi molar tetap rahang atas maupun bawah, karena merupakan gigi
tetap yang pertama kali erupsi dan paling banyak terdapat karies. Kriteria
kedalaman karies mencapai dentin pada daerah pit, fissure, dan proksimal, serta
tidak memiliki kelainan pada struktur email dan dentin, dan gigi bebas dari
tambalan.
Spesimen gigi disimpan dalam larutan saline sampai dilakukannya
penelitian, yang diharapkan akan mewakili kondisi kelembaban yang sama seperti
kondisi fisiologis dalam rongga mulut, sehingga tidak akan mempengaruhi
kekerasan dentin. Pada lesi karies, dilakukan pembuangan infected dentin
menggunakan tehnik mekanis instrumen bur, dan kemomekanis gel papain, dan
Papacarie®. Pemilihan tehnik mekanis dengan bur karena sudah merupakan
tehnik yang selama ini dilakukan untuk pembuangan lesi karies. Penggunaan
tehnik kemomekanis dilakukan untuk melihat kekerasan affected dentin setelah
pembuangan infected dentin. Metode pembuangan secara kemomekanis
diharapkan dapat digunakan karena sesuai dengan prinsip minimal invasif.
Preparasi dengan teknik kemomekanis merupakan upaya pembuangan
jaringan karies secara invasif minimal melalui agen kimia. Salah satu bahan
preparasi kemomekanis adalah Papacarie®, yang diperkenalkan tahun 2003 di
Brazil. Produk ini mengandung terutama papain, kloramin, dan toluidine
blue.Bahan alami utama papain ini terbuat dari enzim pepaya spesies Carica
Papaya. Diperoleh data bahwa pepaya jenis spesies Carica papaya banyak
tumbuh dan mudah diperoleh di Indonesia, sehingga pembuatan enzim papain pun
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
37
Universitas Indonesia
juga dapat dilakukan.Papain berinteraksi dengan kolagen yangterekspos oleh
pemecahan mineral dentin melewati bakteri, membuat infected dentinmenjadi
lebih lunak.15
Pada kelompok pertama, dilakukan pembuangan jaringan karies dengan
tehnik mekanis menggunakan bur metal spherical low speed. Kemudian,
kelompok kedua dilakukan pembuangan jaringan karies dengan tehnik
kemomekanis menggunakan Papacarie®. Sedangkan, kelompok ketigadilakukan
pembuangan jaringan karies dengan tehnik kemomekanis menggunakan gel
papain.
Penelitian ini dimulai dari spesimen gigi yang dikeringkankemudian
diaplikasikanPapacarie® selama 30- 40 detik ke dalam kavitas. Kemudian,
dimulai pembuangan jaringan karies menggunakan ekskavator. Jaringan yang
lunak harus diekskavasi dengan pengerokan, sampai warna biru dari
Papacarie®tersebut hilang yang menandakan bahwa lapisan jaringan karies sudah
hilang. Lakukan pembilasan dengan semprotan air, dan keringkan kavitas dengan
cotton pellets. Begitu juga dengan gel papain, menggunakan cara aplikasi yang
sama dengan Papacarie®, bedanya adalah untuk gel papain tidak memiliki
detektor warna, sehingga harus didapatkan tanda- tanda klinis ketika lapisan
affected dentin sudah diperoleh, yaitu lapisan dentin dengan konsistensi keras dan
leathery.18
Pada penelitian ini, dilakukan uji kekerasan mikro karena umumnya
mudah dilakukan pada ukuran spesimen yang kecil. Metode indentasi Knoop
dipilih karena tidak merusak spesimen dan dapat digunakan pada spesimen yang
tipis serta permukaan yang sempit. Permukaan spesimen yang diuji kekerasan
mikro tersebut harus halus, bersih, dan tegak lurus terhadap indenternya.23
Pada penelitian ini juga, beban yang digunakan pada pengukuran
kekerasan mikro ini adalah 25 gf selama 10 detik. Beban tersebut dianggap cukup
untuk mendeformasi secara permanen pada struktur gigi yang akan diukur. Waktu
indentasi antara 10, 20, dan 30 detik tidak memberikan perbedaan yang signifikan
terhadap nilai kekerasan mikro email dan dentin bila menggunakan beban yang
sama, sehingga waktu 10 detik dianggap cukup untuk menghasilkan indentasi
permanen pada permukaan gigi.23
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Pada penelitian ini, diperoleh nilai rata- rata kekerasan mikro affected
dentin yang bervariasi untuk setiap kelompok dan cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan nilai kekerasan dentin normal (Tabel 5.1). Hal ini sesuai
dengan penelitian Bresciani dkk tahun 2010 yang menyatakan bahwa nilai
kekerasan dentin normal berkisar antara 53- 80 KHN, dengan nilai kekerasan
dentin yang lebih tinggi pada lapisan dentin yang dalam. Variasi kekerasan dentin
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat kalsifikasi dentin, dan
perbedaan densitas tubuli dentin pada lokasi yang berbeda. Di sisi lain, nilai rata-
rata kekerasan mikro lapisan affected dentin setelah pembuangan infected dentin
untuk ketiga kelompok pada seluruh kedalaman (Tabel 5.1) adalah sesuai dengan
nilai kekerasan mikro affected dentin, yang dikemukakan oleh Banerjee dkk, yaitu
± 13,64- 48,35 KHN.24, 25
Pengukuran dilakukan dengan membuat indentasi pada lima titik
kedalaman dimulai dari 0 µm yang mewakili dentin yang paling dekat dengan
kavitas, kemudian 50 µm, 100 µm, 150 µm, dan 200 µm. Pada tiap kedalaman
dibuat tiga kali jejas secara longitudinal sehingga untuk tiap kedalaman diperoleh
tiga nilai kekerasan dentin (KHN) yang kemudian dirata- ratakan untuk
mendapatkan nilai kekerasan dentin yang mewakili titik kekerasan tersebut.
Prosedur pengukuran ini sesuai dengan penelitian Kato dan Fusayama yang
menyatakan bahwa pengukuran kekerasan mikro dentin dapat dilakukan pada
dentin mulai dari dasar kavitas sampai kedalaman 200 µm.26
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa nilai rata- rata
kekerasan mikro affected dentin pada kelompok bur adalah lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok papain dan Papacarie® untuk semua titik
kedalaman (Tabel 5.1). Hal ini sesuai dengan penelitian Fernanda dkk tahun 2007
yang menyatakan bahwa pembuangan jaringan karies menggunakan tehnik
kemomekanis akan lebih banyak meninggalkan lapisan affected dentin
dibandingkan dengan tehnik mekanis. Hasil diatas, berkaitan dengan pendapat
saat ini yang menyebutkan bahwa pembuangan jaringan karies harus dilakukan
secara minimal, sehingga mengurangi resiko terbuangnya jaringan dentin sehat
terlalu banyak, yang lama- kelamaan bisa menyebabkan fraktur.7
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Filosofi invasif minimal meliputi langkah- langkah yaitu pemeriksaan
resiko karies, deteksi karies dini, upaya meremineralisasi lesi awal, preparasi
minimal pada kavitas, serta perbaikan restorasi yang rusak.1,2Preparasi kavitas
pada lesi karies saat ini sudah tidak lagi menggunakan prinsip preparasi yang
dikemukakan oleh GV. Black yaitu ‘extension for prevention’ dan telah diubah
menjadi ‘prevention of extension’ oleh GJ. Mount. Prinsip pembuangan jaringan
karies sebelumnya adalah preparasi yang harus menghasilkan permukaan kavitas
yang keras, namun hal ini ternyata dapat menyebabkan terbuangnya jaringan
dentin sehat berlebihan yang nantinya bisa menyebabkan fraktur, serta memicu
terbukanya ruang pulpa.27
Saat ini, terdapat bahan restorasi adesif seperti semen ionomer kaca yang
dapat memicu remineralisasi. Penelitian Mertz-Fairhurst etal tahun 2007,
menyatakan bahwa penutupan kavitas setelah pembuangan jaringan kariesyaitu
pada lapisan affected dentinnya denganbahan restorasi adesif,seperti semen
ionomer kaca yang dapatmeremineralisasi gigi, sehingga saat ini prinsip preparasi
minimal tersebut telah banyak diaplikasikan.
Berdasarkan penelitian pada kelompok papain dan Papacarie®, nilai
kekerasan lapisan dentin terluar yaitu pada kedalaman 0 µm, memiliki nilai
kekerasan yang paling rendah dibandingkan dengan empat titik kedalaman lainnya
(Tabel 5.1). Hal ini sesuai dengan penelitian Qasim dkk tahun 2008, yang
menyatakan bahwa kekerasan dentin pada lapisan terluar lebih lunak
dibandingkan lapisan yang lebih dalam, karena gel papain maupun Papacarie®
secara selektif hanya merusak dan melarutkan lapisan infected dentin, serta masih
meninggalkan lapisan affected dentin.28
Sedangkan pada kedalaman 50 µm sampai dengan 200 µm, nilai kekerasan
mikro affected dentin pada kelompok papain dan Papacarie® semakin meningkat
dibandingkan dengan kedalaman 0 µm (Tabel 5.1). Hal ini sesuai dengan
penelitian Sakoolnamarka dkk tahun 2005, yang menyatakan bahwa nilai
kekerasan mikro dipengaruhi oleh kandungan kalsium dan fosfat yang akan
semakin meningkat pada kedalaman 100 µm sampai dengan 1000 µm
dibandingkan dengan kedalaman 0 µm.24
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
40
Universitas Indonesia
Di samping itu, hasil penelitian kelompok bur pada kedalaman 0 µm juga
menunjukkan nilai kekerasan mikro affected dentin yang paling rendah
dibandingkan dengan empat titik kedalaman lainnya (Tabel 5.1). Hal ini sesuai
juga dengan penelitian Angker dkk tahun 2004, yang menyatakan bahwa
perbedaan nilai kekerasan mikro antar kedalaman dipengaruhi oleh banyaknya
deposisi mineral dalam tubuli dentin pada spesimen gigi yang diteliti tersebut.
Pada penelitian ini, walaupun terdapat perbedaan nilai rata- rata kekerasan
mikro pada seluruh titik kedalaman 0 µm sampai 200 µm untuk setiap kelompok,
namun secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p> 0,05
(Tabel 5.2).
Nilai kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin
pada kelompok papain yang dibandingkan dengan kelompok Papacarie®, secara
statistik tidak terdapat perbedaan bermakna pada seluruh titik kedalaman dengan
nilai p= 1,000 (Tabel 5.3). Hasil ini sesuai dengan hipotesa penelitian pertama
yang menyatakan bahwa kekerasan mikro affected dentinsetelah pembuangan
infected dentin dengan Papacarie® sama dengan dibandingkan setelah aplikasi gel
papain. Disimpulkan bahwa kelompok papain dan Papacarie® memiliki efek yang
sama dalam meninggalkan jaringan lunak pada dentin.
Nilai kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin
pada kelompok papainyang dibandingkan dengan kelompok bur, secara statistik
terdapat perbedaan bermakna pada seluruh titik kedalaman dengan nilai p= 0,000
(Tabel 5.4). Hasil ini sesuai dengan hipotesa penelitian kedua yang menyatakan
bahwa nilai kekerasan mikro affected dentinsetelah pembuangan infected dentin
dengan bur lebih tinggi dibandingkan setelah aplikasi gel papain. Disimpulkan
bahwa tehnik kemomekanis menggunakan gel papain masih lebih banyak
meninggalkan lapisan affected dentin dibandingkan tehnik mekanis menggunakan
bur.
Demikian juga dengan nilai kekerasan mikro affected dentin setelah
pembuangan infected dentin pada kelompok papain dan Papacarie® dibandingkan
dengan kelompok bur, secara statistik terdapat perbedaan bermakna pada seluruh
titik kedalaman dengan nilai p= 0,000, (Tabel 5.5). Hasil ini sesuai dengan
hipotesa penelitian ketiga yang menyatakan bahwa nilai kekerasan mikro affected
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
41
Universitas Indonesia
dentinsetelah pembuangan infected dentin dengan bur lebih tinggi dibandingkan
setelah aplikasi Papacarie®. Disimpulkan bahwa tehnik kemomekanis
menggunakan Papacarie®juga masih lebih banyak meninggalkan lapisan affected
dentin dibandingkan tehnik mekanis menggunakan bur.
Dari hasil tabel 5.4 dan 5.5, dapat disimpulkan bahwa penggunaan gel
papain dan Papacarie® memiliki efek yang sama meninggalkan lapisan affected
dentin dibandingkan menggunakan bur. Penelitian ini sesuai dengan beberapa
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa instrumen bur akan lebih banyak
mengambil lapisan affected dentin dibandingkan dengan gel papain dan
Papacarie®. Hal ini sesuai denganprinsip preparasi minimal, yaitu preparasi
jaringan karies menggunakan bahan kemomekanis masih dapat meninggalkan
lapisan affected dentin.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
42 Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan:
a. Kekerasan mikro affected dentinsetelah pembuangan infected dentin dengan bur
lebih tinggi dibandingkan setelah aplikasi gel papain dan Papacarie®
b. Kekerasan mikro affected dentinsetelah pembuangan infected dentin dengan gel
Papacarie®hampir sama dibandingkan setelah aplikasi gel papain
c. Pengambilan infected dentin menggunakan Papacarie® dan gel papain
(kemomekanis) lebih baik karena lebih banyak meninggalkan affected dentin
dibandingkan dengan bur (mekanis)
7.2 Saran
Gel papain dapat digunakan sebagai alternatif bahan alami utama untuk
preparasi kemomekanis, yang dapat dibuat sendiri di dalam negeri, murah, serta
mudah didapat, namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menjadikan gel
papain dapat digunakan secara klinis
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
43 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Mickenautsch M, Yengopal V, Bonecker M, Leal SC, Bezzera ACB, Oliveira
LB. Minimum Intervention (MI): A new Approach in Dentistry ed 1.
Evidence-based Compendium. 2006.
2. Jawa D, Singh S, Somani R, Jaidka S, Sirkar K, Jaidka R. Comparative
evaluation of the efficacy of chemomechanical caries removal agent
(Papacarie) and conventional method of caries removal: An in vitro study.
Journal of Indian Pedodontic Preventif Dentistry. 2010; 28: 73-77.
3. Fernanda NPC, Leonardo ERF, Celia RMD. Evaluation of Residual Dentin
after Conventional and Chemomechanical Caries Removal Using SEM.
Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 2007; 32: 115-119.
4. Banerjee A, Watson TF, Kidd EAM. Dentin Caries Excavation: A Review of
Current Clinical Technique. British Dental Journal. 2000; 188.
5. Beeley JA, Yip HK, Stevenson AG. Chemomechanical Caries Removal: A
review of The Techniques and latest development. British Dental Journal.
2000; 188: 427-430.
6. Piva E, Ogliari FA, Moraes RR, Corá F, Henn S, Correr-Sobrinho L. Papain-
based gel for biochemical caries removal: influence on microtensile bond
strength to dentin. Brazil Oral Research. 2008; 22: 364-370.
7. Fernanda NPC, Leonardo ERF, Celia RMD. Chemical Versus Conventional
Caries Removal Techniques in Primary Teeth: A Microhardness Study.
Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 2007; 31: 189-194.
8. Motta LJ, Martins MD, Porta KP, Bussadori SK. Aesthetic restoration of
deciduous anterior teeth after removal of carious tissue with Papacarie. Indian
Journal Dentistry Research. 2009; 20: 117-120.
9. Mount GJ, Hume WR. Presevation and Restoration of Tooth Structure 2nded.
Knowledge Books and Software. 2005.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
44
Universitas Indonesia
10. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevant’s art and science of
operative dentistry. 5th Ed. St. Louis : Mosby Inc. 2006.
11. Mount GJ. A New Paradigm For Operative Dentistry. Australian Dental
Journal. 2007; 52: 264-270.
12. Mount GJ. A New Paradigm For Operative Dentistry: International Invited
Review. The Journal of Conservative Dentistry. 2008; 11: 3-8.
13. Mathilde CP, Mary EM. Minimal intervention and Concepts for Minimally
invasive Cavity Preparations. The Journal of Adhesive Dentistry. 2000; 3: 7-
14.
14. Mount GJ. Minimal intervention: A new concept for operative dentistry.
Quintessence International. 2000; 31: 527-533.
15. Ganesh M, Parikh D. Chemomechanical caries removal (CMCR) agents:
Review and clinical application in primary teeth.Journalof Dentistry and Oral
Hygiene. 2011; 3: 34-45.
16. Afonso AMC, Dibb RGP. Thermal Effects Caused by Different Methods of
Cavity Preparation. Journal Oral Laser Applications. 2007; 7: 115-121.
17. Pai VS, Nadig RR, Jagadeesh TG, Usha G, Karthik J, Sridhara KS. Chemical
Analysis of Dentin Surfaces After Carisolv Treatment. Journal of
Conservative Dentistry. 2009; 12: 118-121.
18. Carrillo CM, Tanaka MH, Cesar MF, Camargo MAF, Juliano Y, Novo NF.
Use of Papain Gel in Disabled Patients. Journal of Dentistry for Children.
2008; 75: 222-227.
19. Lopes MC, Mascarini RC, Silva BM, Florio FM, Basting RT. Effect of a
Papain-based Gel for Chemomechanical Caries Removal on Dentin Shear
Bond Strength. Journal of Dentistry for Children. 2007; 74: 93-97.
20. Bussadori SK, Castro LC, Galvao AC. Papain Gel: A New Chemomechanical
Caries Removal Agent. The Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 2005; 30:
115-120.
21. Muhidin D. Getah Sejuta Manfaat. Trubus. 1974. tersedia dari
http://www.trubus-online.com.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
45
Universitas Indonesia
22. Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’s Restorative Dental Materials 12th ed. St.
Louis: Mosby Elsevier. 2006.
23. Cheunarrom C, Benjakul P, Daosdosai P. Effect of Indentation Load and
Time on Knoop and Vickers Microhardness Test for Enamel and Dentin.
Materials Research. 2009; 12: 473- 476.
24. Bresciani E,Wagner WC, Navarro MFL. In vivo Dentin Microhardness
beneath a Calcium- Phosphate Cement. J Dent Research. 2010; 89: 836- 841.
25. Sakoolnamarka R, Burrow MF, Swain M. Microhardness and Ca: P ratio of
Carious dan Carisolv treated Carious- Affected Dentin using and Ultra- Micro
Indentation System and Energy Dispersive Analysis of X-rays- A Pilot Study.
Australian Dental Journal. 2005; 50: 246- 250.
26. Kato S. Fusayama T. Recalcification of Artificially Decalcified Dentin in
vivo. J Dent Research. 1970; 49: 1060- 1067.
27. Mount GJ. Minimal Intervention Dentistry: Cavity Classification and
Preparation. J of Minim Interv Dentristry. 2009; 2: 150- 160.
28. Qasim AS, Suliman AA. Evaluation of Chemomechanical Caries Removal
(Carisolv) using the Vickers Hardness Test- An in Vitro Study. J of Minim
Interv Dentristry. 2008: 1: 113- 123.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Uji Normalitas data
Tests of Normality
kelompok perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kekerasan mikro affected dentin papain 0 mikron .218 9 .200* .860 9 .095
papain 50 mikron .194 9 .200* .899 9 .246
papain 100 mikron .200 9 .200* .913 9 .340
papain 150 mikron .203 9 .200* .959 9 .786
papain 200 mikron .162 9 .200* .972 9 .911
papacarie 0 mikron .197 9 .200* .908 9 .302
papacarie 50 mikron .140 9 .200* .962 9 .815
papacarie 100 mikron .136 9 .200* .983 9 .976
papacarie 150 mikron .181 9 .200* .956 9 .758
papacarie 200 mikron .208 9 .200* .918 9 .378
bur 0 mikron .213 9 .200* .921 9 .402
bur 50 mikron .177 9 .200* .893 9 .213
bur 100 mikron .133 9 .200* .936 9 .545
bur 150 mikron .165 9 .200* .928 9 .466
bur 200 mikron .141 9 .200* .971 9 .907
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Uji Homogenitas data
Test of Homogeneity of Variances
trn_hardness
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.182 14 120 .298
Lampiran 3
Uji One way ANOVA
ANOVA
trn_hardness
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6.311 14 .451 30.316 .000
Within Groups 1.784 120 .015
Total 8.095 134
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Lampiran 4
Uji Post Hoc
Multiple Comparisons
trn_hardness
Tukey HSD
(I) kelompok
perlakuan
(J) kelompok
perlakuan
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
papain 0 mikron papain 50 mikron -.07031 .05748 .996 -.2694 .1288
papain 100 mikron -.12711 .05748 .656 -.3262 .0720
papain 150 mikron -.18766 .05748 .087 -.3867 .0114
papain 200 mikron -.23941* .05748 .005 -.4385 -.0403
papacarie 0 mikron -.02076 .05748 1.000 -.2198 .1783
papacarie 50
mikron
-.09349 .05748 .949 -.2926 .1056
papacarie 100
mikron
-.14003 .05748 .494 -.3391 .0591
papacarie 150
mikron
-.20065* .05748 .046 -.3997 -.0016
papacarie 200
mikron
-.23577* .05748 .006 -.4349 -.0367
bur 0 mikron -.45955* .05748 .000 -.6586 -.2605
bur 50 mikron -.54853* .05748 .000 -.7476 -.3494
bur 100 mikron -.58286* .05748 .000 -.7819 -.3838
bur 150 mikron -.59903* .05748 .000 -.7981 -.3999
bur 200 mikron -.62344* .05748 .000 -.8225 -.4244
papain 50 mikron papain 0 mikron .07031 .05748 .996 -.1288 .2694
papain 100 mikron -.05680 .05748 1.000 -.2559 .1423
papain 150 mikron -.11735 .05748 .769 -.3164 .0817
papain 200 mikron -.16910 .05748 .193 -.3682 .0300
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
49
Universitas Indonesia
papacarie 0 mikron .04955 .05748 1.000 -.1495 .2486
papacarie 50
mikron
-.02318 .05748 1.000 -.2223 .1759
papacarie 100
mikron
-.06972 .05748 .996 -.2688 .1294
papacarie 150
mikron
-.13034 .05748 .616 -.3294 .0687
papacarie 200
mikron
-.16546 .05748 .222 -.3645 .0336
bur 0 mikron -.38924* .05748 .000 -.5883 -.1902
bur 50 mikron -.47823* .05748 .000 -.6773 -.2791
bur 100 mikron -.51256* .05748 .000 -.7116 -.3135
bur 150 mikron -.52872* .05748 .000 -.7278 -.3296
bur 200 mikron -.55313* .05748 .000 -.7522 -.3540
papain 100 mikron papain 0 mikron .12711 .05748 .656 -.0720 .3262
papain 50 mikron .05680 .05748 1.000 -.1423 .2559
papain 150 mikron -.06055 .05748 .999 -.2596 .1385
papain 200 mikron -.11230 .05748 .820 -.3114 .0868
papacarie 0 mikron .10635 .05748 .872 -.0927 .3054
papacarie 50
mikron
.03362 .05748 1.000 -.1655 .2327
papacarie 100
mikron
-.01292 .05748 1.000 -.2120 .1862
papacarie 150
mikron
-.07354 .05748 .994 -.2726 .1255
papacarie 200
mikron
-.10866 .05748 .853 -.3077 .0904
bur 0 mikron -.33244* .05748 .000 -.5315 -.1334
bur 50 mikron -.42143* .05748 .000 -.6205 -.2223
bur 100 mikron -.45576* .05748 .000 -.6548 -.2567
bur 150 mikron -.47192* .05748 .000 -.6710 -.2728
bur 200 mikron -.49633* .05748 .000 -.6954 -.2972
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
50
Universitas Indonesia
papain 150 mikron papain 0 mikron .18766 .05748 .087 -.0114 .3867
papain 50 mikron .11735 .05748 .769 -.0817 .3164
papain 100 mikron .06055 .05748 .999 -.1385 .2596
papain 200 mikron -.05175 .05748 1.000 -.2508 .1473
papacarie 0 mikron .16690 .05748 .210 -.0322 .3660
papacarie 50
mikron
.09417 .05748 .946 -.1049 .2933
papacarie 100
mikron
.04763 .05748 1.000 -.1515 .2467
papacarie 150
mikron
-.01299 .05748 1.000 -.2121 .1861
papacarie 200
mikron
-.04811 .05748 1.000 -.2472 .1510
bur 0 mikron -.27189* .05748 .001 -.4710 -.0728
bur 50 mikron -.36087* .05748 .000 -.5600 -.1618
bur 100 mikron -.39520* .05748 .000 -.5943 -.1961
bur 150 mikron -.41137* .05748 .000 -.6105 -.2123
bur 200 mikron -.43578* .05748 .000 -.6349 -.2367
papain 200 mikron papain 0 mikron .23941* .05748 .005 .0403 .4385
papain 50 mikron .16910 .05748 .193 -.0300 .3682
papain 100 mikron .11230 .05748 .820 -.0868 .3114
papain 150 mikron .05175 .05748 1.000 -.1473 .2508
papacarie 0 mikron .21865* .05748 .017 .0196 .4177
papacarie 50
mikron
.14592 .05748 .422 -.0532 .3450
papacarie 100
mikron
.09938 .05748 .920 -.0997 .2985
papacarie 150
mikron
.03876 .05748 1.000 -.1603 .2378
papacarie 200
mikron
.00364 .05748 1.000 -.1954 .2027
bur 0 mikron -.22014* .05748 .016 -.4192 -.0211
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
51
Universitas Indonesia
bur 50 mikron -.30913* .05748 .000 -.5082 -.1100
bur 100 mikron -.34345* .05748 .000 -.5425 -.1444
bur 150 mikron -.35962* .05748 .000 -.5587 -.1605
bur 200 mikron -.38403* .05748 .000 -.5831 -.1849
papacarie 0 mikron papain 0 mikron .02076 .05748 1.000 -.1783 .2198
papain 50 mikron -.04955 .05748 1.000 -.2486 .1495
papain 100 mikron -.10635 .05748 .872 -.3054 .0927
papain 150 mikron -.16690 .05748 .210 -.3660 .0322
papain 200 mikron -.21865* .05748 .017 -.4177 -.0196
papacarie 50
mikron
-.07273 .05748 .995 -.2718 .1264
papacarie 100
mikron
-.11927 .05748 .748 -.3184 .0798
papacarie 150
mikron
-.17989 .05748 .124 -.3790 .0192
papacarie 200
mikron
-.21501* .05748 .021 -.4141 -.0159
bur 0 mikron -.43879* .05748 .000 -.6379 -.2397
bur 50 mikron -.52778* .05748 .000 -.7269 -.3287
bur 100 mikron -.56211* .05748 .000 -.7612 -.3630
bur 150 mikron -.57827* .05748 .000 -.7774 -.3792
bur 200 mikron -.60268* .05748 .000 -.8018 -.4036
papacarie 50
mikron
papain 0 mikron .09349 .05748 .949 -.1056 .2926
papain 50 mikron .02318 .05748 1.000 -.1759 .2223
papain 100 mikron -.03362 .05748 1.000 -.2327 .1655
papain 150 mikron -.09417 .05748 .946 -.2933 .1049
papain 200 mikron -.14592 .05748 .422 -.3450 .0532
papacarie 0 mikron .07273 .05748 .995 -.1264 .2718
papacarie 100
mikron
-.04654 .05748 1.000 -.2456 .1525
papacarie 150
mikron
-.10716 .05748 .866 -.3063 .0919
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
52
Universitas Indonesia
papacarie 200
mikron
-.14228 .05748 .466 -.3414 .0568
bur 0 mikron -.36606* .05748 .000 -.5651 -.1670
bur 50 mikron -.45505* .05748 .000 -.6541 -.2560
bur 100 mikron -.48938* .05748 .000 -.6885 -.2903
bur 150 mikron -.50554* .05748 .000 -.7046 -.3065
bur 200 mikron -.52995* .05748 .000 -.7290 -.3309
papacarie 100
mikron
papain 0 mikron .14003 .05748 .494 -.0591 .3391
papain 50 mikron .06972 .05748 .996 -.1294 .2688
papain 100 mikron .01292 .05748 1.000 -.1862 .2120
papain 150 mikron -.04763 .05748 1.000 -.2467 .1515
papain 200 mikron -.09938 .05748 .920 -.2985 .0997
papacarie 0 mikron .11927 .05748 .748 -.0798 .3184
papacarie 50
mikron
.04654 .05748 1.000 -.1525 .2456
papacarie 150
mikron
-.06062 .05748 .999 -.2597 .1385
papacarie 200
mikron
-.09574 .05748 .939 -.2948 .1033
bur 0 mikron -.31952* .05748 .000 -.5186 -.1204
bur 50 mikron -.40851* .05748 .000 -.6076 -.2094
bur 100 mikron -.44283* .05748 .000 -.6419 -.2437
bur 150 mikron -.45900* .05748 .000 -.6581 -.2599
bur 200 mikron -.48341* .05748 .000 -.6825 -.2843
papacarie 150
mikron
papain 0 mikron .20065* .05748 .046 .0016 .3997
papain 50 mikron .13034 .05748 .616 -.0687 .3294
papain 100 mikron .07354 .05748 .994 -.1255 .2726
papain 150 mikron .01299 .05748 1.000 -.1861 .2121
papain 200 mikron -.03876 .05748 1.000 -.2378 .1603
papacarie 0 mikron .17989 .05748 .124 -.0192 .3790
papacarie 50
mikron
.10716 .05748 .866 -.0919 .3063
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
53
Universitas Indonesia
papacarie 100
mikron
.06062 .05748 .999 -.1385 .2597
papacarie 200
mikron
-.03512 .05748 1.000 -.2342 .1640
bur 0 mikron -.25890* .05748 .001 -.4580 -.0598
bur 50 mikron -.34788* .05748 .000 -.5470 -.1488
bur 100 mikron -.38221* .05748 .000 -.5813 -.1831
bur 150 mikron -.39838* .05748 .000 -.5975 -.1993
bur 200 mikron -.42279* .05748 .000 -.6219 -.2237
papacarie 200
mikron
papain 0 mikron .23577* .05748 .006 .0367 .4349
papain 50 mikron .16546 .05748 .222 -.0336 .3645
papain 100 mikron .10866 .05748 .853 -.0904 .3077
papain 150 mikron .04811 .05748 1.000 -.1510 .2472
papain 200 mikron -.00364 .05748 1.000 -.2027 .1954
papacarie 0 mikron .21501* .05748 .021 .0159 .4141
papacarie 50
mikron
.14228 .05748 .466 -.0568 .3414
papacarie 100
mikron
.09574 .05748 .939 -.1033 .2948
papacarie 150
mikron
.03512 .05748 1.000 -.1640 .2342
bur 0 mikron -.22378* .05748 .013 -.4229 -.0247
bur 50 mikron -.31277* .05748 .000 -.5119 -.1137
bur 100 mikron -.34709* .05748 .000 -.5462 -.1480
bur 150 mikron -.36326* .05748 .000 -.5623 -.1642
bur 200 mikron -.38767* .05748 .000 -.5868 -.1886
bur 0 mikron papain 0 mikron .45955* .05748 .000 .2605 .6586
papain 50 mikron .38924* .05748 .000 .1902 .5883
papain 100 mikron .33244* .05748 .000 .1334 .5315
papain 150 mikron .27189* .05748 .001 .0728 .4710
papain 200 mikron .22014* .05748 .016 .0211 .4192
papacarie 0 mikron .43879* .05748 .000 .2397 .6379
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
54
Universitas Indonesia
papacarie 50
mikron
.36606* .05748 .000 .1670 .5651
papacarie 100
mikron
.31952* .05748 .000 .1204 .5186
papacarie 150
mikron
.25890* .05748 .001 .0598 .4580
papacarie 200
mikron
.22378* .05748 .013 .0247 .4229
bur 50 mikron -.08899 .05748 .966 -.2881 .1101
bur 100 mikron -.12331 .05748 .702 -.3224 .0758
bur 150 mikron -.13948 .05748 .501 -.3386 .0596
bur 200 mikron -.16389 .05748 .235 -.3630 .0352
bur 50 mikron papain 0 mikron .54853* .05748 .000 .3494 .7476
papain 50 mikron .47823* .05748 .000 .2791 .6773
papain 100 mikron .42143* .05748 .000 .2223 .6205
papain 150 mikron .36087* .05748 .000 .1618 .5600
papain 200 mikron .30913* .05748 .000 .1100 .5082
papacarie 0 mikron .52778* .05748 .000 .3287 .7269
papacarie 50
mikron
.45505* .05748 .000 .2560 .6541
papacarie 100
mikron
.40851* .05748 .000 .2094 .6076
papacarie 150
mikron
.34788* .05748 .000 .1488 .5470
papacarie 200
mikron
.31277* .05748 .000 .1137 .5119
bur 0 mikron .08899 .05748 .966 -.1101 .2881
bur 100 mikron -.03433 .05748 1.000 -.2334 .1648
bur 150 mikron -.05050 .05748 1.000 -.2496 .1486
bur 200 mikron -.07490 .05748 .993 -.2740 .1242
bur 100 mikron papain 0 mikron .58286* .05748 .000 .3838 .7819
papain 50 mikron .51256* .05748 .000 .3135 .7116
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
55
Universitas Indonesia
papain 100 mikron .45576* .05748 .000 .2567 .6548
papain 150 mikron .39520* .05748 .000 .1961 .5943
papain 200 mikron .34345* .05748 .000 .1444 .5425
papacarie 0 mikron .56211* .05748 .000 .3630 .7612
papacarie 50
mikron
.48938* .05748 .000 .2903 .6885
papacarie 100
mikron
.44283* .05748 .000 .2437 .6419
papacarie 150
mikron
.38221* .05748 .000 .1831 .5813
papacarie 200
mikron
.34709* .05748 .000 .1480 .5462
bur 0 mikron .12331 .05748 .702 -.0758 .3224
bur 50 mikron .03433 .05748 1.000 -.1648 .2334
bur 150 mikron -.01617 .05748 1.000 -.2153 .1829
bur 200 mikron -.04058 .05748 1.000 -.2397 .1585
bur 150 mikron papain 0 mikron .59903* .05748 .000 .3999 .7981
papain 50 mikron .52872* .05748 .000 .3296 .7278
papain 100 mikron .47192* .05748 .000 .2728 .6710
papain 150 mikron .41137* .05748 .000 .2123 .6105
papain 200 mikron .35962* .05748 .000 .1605 .5587
papacarie 0 mikron .57827* .05748 .000 .3792 .7774
papacarie 50
mikron
.50554* .05748 .000 .3065 .7046
papacarie 100
mikron
.45900* .05748 .000 .2599 .6581
papacarie 150
mikron
.39838* .05748 .000 .1993 .5975
papacarie 200
mikron
.36326* .05748 .000 .1642 .5623
bur 0 mikron .13948 .05748 .501 -.0596 .3386
bur 50 mikron .05050 .05748 1.000 -.1486 .2496
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
56
Universitas Indonesia
bur 100 mikron .01617 .05748 1.000 -.1829 .2153
bur 200 mikron -.02441 .05748 1.000 -.2235 .1747
bur 200 mikron papain 0 mikron .62344* .05748 .000 .4244 .8225
papain 50 mikron .55313* .05748 .000 .3540 .7522
papain 100 mikron .49633* .05748 .000 .2972 .6954
papain 150 mikron .43578* .05748 .000 .2367 .6349
papain 200 mikron .38403* .05748 .000 .1849 .5831
papacarie 0 mikron .60268* .05748 .000 .4036 .8018
papacarie 50
mikron
.52995* .05748 .000 .3309 .7290
papacarie 100
mikron
.48341* .05748 .000 .2843 .6825
papacarie 150
mikron
.42279* .05748 .000 .2237 .6219
papacarie 200
mikron
.38767* .05748 .000 .1886 .5868
bur 0 mikron .16389 .05748 .235 -.0352 .3630
bur 50 mikron .07490 .05748 .993 -.1242 .2740
bur 100 mikron .04058 .05748 1.000 -.1585 .2397
bur 150 mikron .02441 .05748 1.000 -.1747 .2235
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Metode pengukuran aktivitas enzim
Isolasi Enzim Papain dari Getah Papaya
Getah papaya diperoleh dari buah papaya muda dengan cara menggores
menggunakan pecahan kaca secara memanjang. Penyadapan dilakukan pada jam
06.00 WIB. Getah ditampung dalam beaker gelas dan langsung diencerkan dengan
akuades dengan perbandingan 1:4, diaduk dan didiamkan selama 20 menit. Saring
filtrate kemudian campur dengan aseton 85% (1:6) didiamkan selama 24 jam pada
temperature 10oC. Endapan merupakan enzim papain dipisahkan dengan cara
penyaringan. Endapan dikeringkan dengan cara pengeringan.
1. NaOH 1 M
Dibuat melarutkan 4 gram NaOH dengan akuades menjadi 100 ml
2. Buffer phosphat pH 7
Campuran larutan NaH2PO4, 0,2 M (0,24 gram NaH2PO4, dalam 100 ml
akuades), NaOH 0,2 M (0,8 gram NaOH dalam 100 ml akuades) dan akuades
(perbandingan 5 : 3 : 2). Disimpan dalam lemari es.
3. Larutan kasein dengan konsentrasi 0,2 % dalam larutan buffer phosphat 7,0
4. Penimbangan 30 gram TCA kemudian dilarutkan ke dalam 100 ml akuades
5. Na2CO3 0,4 M
Dibuat melarutkan 4.24 gram Na2CO3 dalam akuades menjadi 100 ml
6. Tirosin 5 mM
Dibuat dengan melarutkan 0,09 gram tirosin dalam akuades menjadi 100 Ml
Ada tiga perlakuan analisis yang dilakukan. yaitu blanko, standar dan sampel.
Sebanyak 50 μl larutan enzim ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 250 μl
kasein dan 250 μl buffer phosphate dengan pH 7. Perlakuan pada blanko dan standar,
enzim digantikan dengan akuades dan tirosin 5 mM. kemudian larutan diinkubasi
pada suhu dan waktu tertentu. Reaksi hidrolisis dihentikan dengan cara penambahan
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
58
Universitas Indonesia
500 μl TCA 5%. Pada blanko dan standar ditambahkan 50 μl larutan enzim,
sedangkan pada sampel ditambahkan 50 μl akuades. Selanjutnya larutan diinkubasi
kembali pada suhu 37°C selama 10 menit, dilanjutkan dengan sentrifugasi pada
kecepatan 10.000 rpm dan suhu 4°C selama 10 menit.
Sebanyak 375 μl supernatan ditambahkan ke dalam tabung berisi 1,25 ml
Na2CO3 0,4 M dan 250 μl Folin Ciocalteau (1:2), lalu diinkubasi kembali pada suhu
37°C selama 20 menit. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 578 nm.
Satu unit aktivitas protease didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dapat
menghasailkan satu μmol produk tirosin per-menit pada kondisi pengukuran.Aktivitas
enzim dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Lampiran 6
Metode pembuatan gel papain
Bahan- bahan yang diperlukan:
1. CMC
2. Propilen glikol
3. Asam sitrat
4. BHT
5. Metil paraben
6. Aquades
Prosedur pembuatan:
1. Semua bahan ditimbang sesuai dengan komposisinya (Ref. Cosmetology:
Theory and Practicers, Schrader, Karlheinz/ Domsch, Andreas)
2. Dilakukan gelatinisasi terhadap CMC (CMC dicampur dengan air dan
dipanaskan pada suhu 70’C, setelah itu didiamkan selama satu jam di dalam
gelas piala.
3. Semua bahan dicampurkan dalam CMC, dan dihomogenkan dengan
menggunakan homogenizer.
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Lampiran 7
(Spesimen gigi) (Corburondum Disc)
(Penanaman spesimen dengan resin dekoratif)
(Grinding & Polising machine, (Mikrohardness tester, Shimadzu HMV 2- TL)
Stuers Labopol- 2)
Perbedaan kekerasan..., Vastya Ihsani, FKG UI, 2012