naskah akademis rupmd prov bengkulu

98
NASKAH AKADEMIS RUPMP BENGKULU TAHUN 2014 – 2025 PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH

Upload: planerman

Post on 15-Sep-2015

379 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Prov Bengkulu

TRANSCRIPT

NASKAH AKADEMISRUPMP BENGKULUTAHUN 2014 2025

PEMERINTAH PROVINSI BENGKULUBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAHJL. BATANG HARI NO. 108 PADANG. HARAPAN, (0736) 22044 Email : Bkpmd. Bengkuluprov.go.id/ver3 BENGKULU

NASKAH AKADEMIS RUPMP BENGKULUTAHUN 2014 -2025

(Referensi dalam Penyusunan Naskah RUPM Provinsi Bengkulu Tahun 2014 2025)

BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH(BKPMD) PROVINSI BENGKULU November, 2014

PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmatNya jualah maka Naskah Akademis RUPM Provinsi Bengkulu ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penyusunan Naskah Akademis RUPMP ini diawali dengan ekspose rencana penyusunan di hadapan SKPD terkait di tingkat Provinsi Bengkulu serta SKPD yang menangani penanaman modal di tingkat kabupaten dan kota. Selanjutnya draf naskah dokumen disusun oleh tenaga ahli yang ditunjuk oleh BKPMD Provinsi Bengkulu dengan tetap melakukan koordinasi ke instansi terkait di Provinsi dan kabupaten/kota. Akhirnya draf naskah diekspose kembali di hadapan SKPD provinsi dan kabupaten/kota untuk penyempurnaan materi.Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi secara moril dan materil dalam penyusunan Naskah Akademis RUPMP ini. Data dan informasi yang diberikan oleh SKPD yang terkait penanaman modal di Provinsi Bengkulu serta di kabupaten dan kota telah dijadikan acuan utama dalam penyusunan naskah akademik ini. Diskusi yang diselenggarakan dalam acara ekspose draf naskah sangat kondusif dan telah menambah ketajaman analisis tentang potensi daerah yang dapat ditawarkan kepada investor. Selanjutnya dokumen Naskah Akademis ini akan dijadikan sumber referensi dalam penyusunan Naskah PUPM Provinsi Bengkulu tahun 2014-2025.

Bengkulu, Nopember 2015

Kepala BKPMD,

DAFTAR ISI

HalamanPENGANTAR................................................................................................................. iDAFTAR ISI................................................................................................................. iiBAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 11.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 11.2. Sistematika penulisan .................................................................................................. 4BAB II. POTENSI DAN REALITAS .................................................................................................. 6 2.1. Potensi dan Kondisi Umum Penanaman Modal Provinsi Bengkulu ............................... 6 2.2. Kontribusi Penanaman Modal bagi Pembangunan Provinsi Bengkulu .......................... 22 2.3. Kondisi Kelembagaan Penanaman Modal di Wilayah Provinsi Bengkulu ...................... 24 2.4. Isu Strategis Terkait Penanaman Modal di Wilayah Provinsi Bengkulu ......................... 26BAB III. VISI DAN MISI RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DI WILAYAH PROVINSI BENGKULU..................................................................................................................................... 28 3.1. Visi .............................................................................................................................. 28 3.2. Misi ............................................................................................................................. 29BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL PROVINSI BENGKULU ..................... 30 4.1. Arah Kebijakan Umum ..............................................................................................30 4.2. Perbaikan Iklim Penanaman Modal ........................................................................... 33 4.3. Persebaran Penanaman Modal .................................................................................35 4.4. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi ............................................ 36 4.5. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan .................................................... 37 4.6. Pemberdayaan UMKM dan Koperasi ........................................................................ 38 4.7. Pemberian Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal ........................................... 38 4.8. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal .............................................................. 44BAB V. INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG ...................... 45 5.1. Analisis SWOT .......................................................................................................... 45 5.2. Sintesis Hasil Analisis ................................................................................................ 46BAB VI. KEBIJAKAN STRATEGIS ................................................................................................. 51 6.1. Kebijakan Penanaman Modal .................................................................................. 51 6.2. Strategi Penanaman Modal .................................................................................... 55BAB VII. PENUTUP ..................................................................................................................... 68

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi nasional berkelanjutan berlandaskan demokrasi ekonomi merupakan upaya untuk mewujudkan cita-cita nasional Negara Indonesia, yakni masyarakat adil dan makmur. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Indonesia, kebijakan penanaman modal selayaknya selalu mendasari ekonomi kerakyatan yang mengembangkan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.Pemerintah berupaya memajukan daya saing perekonomian secara berkelanjutan dengan cara meningkatkan iklim penanaman modal yang kondusif. Upaya tersebut dilakukan dengan cara mengembangkan kegiatan ekonomi yang dapat mengubah keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan arah perencanaan penanaman modal yang jelas dalam jangka panjang. Penanaman modal tersebut merupakan segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing.Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk dua tujuan, yakni (i) mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian, dan (ii) mempercepat peningkatan penanaman modal. Dalam menetapkan kebijakan dasar penanaman modal pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada penanam modal, menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Kebijakan dasar penanaman modal diwujudkan dalam bentuk Rencana Umum Penanaman Modal.Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka panjang sampai dengan tahun 2025. Dokumen RUPM berfungsi untuk mensinergikan dan mengoperasionalkan seluruh kepentingan sektor terkait, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penetapan prioritas sektor2 yang dipromosikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pemerintah provinsi membentuk dokumen rencana umum penanaman modal provinsi. Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi adalah dokumen perencanaan penanaman modal daerah provinsi yang disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi mengacu kepada Rencan Umum penanaman modal dan prioritas pengembangan potensi provinsi.Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terletak disebelah barat Pegunungan Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Wilayah Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung dan jaraknya lebih kurang 567 kilometer. Secara geografis, wilayah Provinsi Bengkulu di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, disebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Provinsi Lampung, disebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan.Profesi yang digeluti oleh penduduk Provinsi Bengkulu masih didominasi sektor pertanian , dengan status pekerja sebagai buruh/karyawan diperusahaan perkebunan dan sebagai pekerja keluarga. Proporsi pekerja yang terserap di sektor pertanian mencapai 63,27 persen, sedangkan pekerja yang terserap di sektor perdagangan dan jasa-jasa relatif rendah masing-masing sebesar 12,6 persen dan 10,91 persen. Padahal dalam struktur perekonomian Provinsi Bengkulu, sektor perdagangan dan jasa-jasa adalah sektor ekonomi yang dominan di luar sektor pertanian. Sektor perdagangan dan jasa, sektor konstruksi dan sektor pertanian merupakan tiga sektor utama penyerap tenaga kerja di Provinsi Bengkulu. Sementara proporsi pekerja yang terserap di sektor lainnya seperti pertambangan penggalian, listrik-gas-air, komunikasi dan keuangan, rata-rata kontribusinya kurang dari 4 persen.Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan III Tahun 2013 masih didominasi oleh sektor pertanian dengan porsi 37,34 persen, diikuti oleh sektor perdagangan/hotel/restoran dengan porsi 20,19 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 16,80 persen. Akan tetapi sektor mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi areal permukiman dan industri. Porsi sektor perdagangan/hotel/restoran dan sektor industri pengolahan menunjukkan kecendrungan yang semakin meningkat.Prospek pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Bengkulu masa berikutnya (setelah tahun 2013) diperkirakan akan semakin membaik. Kondisi ini didukung oleh masih cukup kuatnya permintaan domestik. Pengaruh kondisi perokonomian dunia masih akan membayangi kinerja subsektor perkebunan, sektor industri pengolahan, serta sektor pertambangan, terutama terkait dengan kinerja ekspor. Peningkatan konsumsi menunjukkan optimisme masyarakat akan kondisi penghasilan dalam enam bulan mendatang serta adanya peningkatan pengeluaran masarakat dalam kurun waktu tiga bulan mendatang.Data dan informasi yang tepat mengenai penanaman modal sangat diperlukan dalam rangka merumuskan kebijakan investasi di Provinsi Bengkulu. Informasi dan data akan sangat membantu calon investor untuk memilih dan memutuskan minat untuk berinvestasi di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan fenomena tersebut, maka Pemerintah Provinsi Bengkulu menyusun Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi (RUPMP) Bengkulu tahun 2014-2025 yang mengacu kepada RUPM dan prioritas pengembangan potensi Provinsi Bengkulu.Penyusunan naskah RUPMP Bengkulu diawali dengan penyusunan Naskah Akademis RUPMP. Dasar Hukum penyusunan Naskah Akademik RUPMP Bengkulu adalah:a) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;b) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;c) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;d) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencan Umum Penanaman Modal;e) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota.f) Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bengkulu tahun 2011-2015.Ruang lingkup dalam RUPMP Bengkulu terdiri dari Arah Kebijakan Penanaman Modal dan Peta Panduan (Roadmap) Implementasi Rencana Umum Penanaman Modal. Arah kebijakan penanaman modal meliputi tujuh elemen utama langkah strategis yang akan ditempuh dalam rangka mencapai visi penanaman modal nasional, yakni Penanaman Modal yang Berkelanjutan dalam Rangka Terwujudnya Indonesia Mandiri, Maju, dan Sejahtera. Peta panduan implementasi rencana umum penanaman modal merupakan peta jalan yang berisikan rencana aksi dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut. Rencana aksi RUPMP terbagi dalam empat fase, yakni fase I Jangka Pendek: pengembangan penanaman modal yang relatif mudah dan cepat menghasilkan, Fase II Jangka Menengah: Pengembangan industri berskala besar, dan Fase IV Jangka Panjang: Pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan.1.2. Sistematika PenulisanNaskah Akademis RUPMP Provinsi Bengkulu disusun mengacu kepada peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia nomor 9 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota, dengan sistematika sebagai berikut : BAB I.PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang1.2. Sistematika Penulisan BAB II.POTENSI DAN REALITAS2.1. Potensi dan Kondisi Umum Penanaman Modal Provinsi Bengkulu2.2. Kontribusi Penanaman Modal bagi Pembangunan Provinsi Bengkulu2.3. Kondisi Kelembagaan Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu 2.4. Isu Strategis Terkait Penanaman Modal di Wilayah Provinsi BengkuluBAB III. VISI DAN MISI RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DI WILAYAH PROVINSI BENGKULU 3.1. Visi3.2. MisiBAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL PROVINSI BENGKULU4.1. Peningkatan Iklim Penanaman Modal 4.2. Persebaran Penanaman Modal4.3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastuktur dan Energi4.4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan4.5. Pemberdayaan UMKM dan Koperasi4.6. Pemberian Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal4.7. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal BAB V.INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG5.1. Analisis SWOT5.2. Sintesis Hasil AnalisisBAB VI.KEBIJAKAN STRATEGIS6.1. Kebijakan6.2. StrategisBAB VII. PENUTUP

BAB II. POTENSI DAN REALITAS

2.1. Potensi dan Kondisi Umum Penanaman Modal Provinsi Bengkulu Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terletak memanjang di pantai barat Pulau Sumatera. Luas Provinsi Bengkulu adalah 34.724,69 km yang terdiri dari luas laut 14.929,54 km dan luas daratan 19.795,15 km. Secara administrasi Provinsi Bengkulu terdiri dari sembilan kabupaten dan satu kota serta 123 kecamatan. Tipologi utama wilayah Provinsi Bengkulu terdiri dari kawasan pesisir yang terletak di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera, dan kawasan pegunungan yang terletak di sepanjang Bukit Barisan. Peta Provinsi Bengkulu disajikan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta Provinsi BengkuluSektor andalan dalam pengembangan ekonomi di Provinsi Bengkulu adalah sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan, sektor pertambangan dan galian, sektor perikanan dan kelautan, serta sektor pariwisata dan budaya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Nilai PDRB Provinsi Bengkulu atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 telah mencapai angka 21,15 triliun rupiah, sedangkan atas harga konstan tahun2000 adalah sebesar 8,87 triliiun rupiah. Peran sektor pertanian atas dasar harga berlaku mencapai 8,43 triliiun rupiah dan peranannya dalam PDRB Provinsi Bengkulu sebesar 39,84 persen.Apabila ditinjau dari sisi penggunaan, pada tahun 2011, PDRB Provinsi Bengkulu sebagian besar masih digunakan untuk konsumsi, yakni sebesar 77,38 persen (dimana 71,10 persen diantaranya merupakan konsumsi rumah tangga), 20,68 persen merupakan konsumsi pemerintah, dan 1,22 persen merupakan konsumsi lembaga nirlaba. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Provinsi Bengkulu masih mengutamakan konsumsi daripada investasi atau tabungan. Fenomena tersebut ditunjukkan oleh besaran pembentukan modal tetap bruto yang hanya pada kisaran 10,84 persen. Fenomena ini memberikan indikasi bahwa kegiatan penanaman modal di Provinsi Bengkulu perlu mendapatkan prioritas untuk meningkatakan penanam modal, baik dari dalam maupun luar negeri.Potensi dan kondisi umum wilayah yang berhubungan langsung dengan penanaman modal dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni kelompok potensi yang terkait dengan kepastian dan kenyamanan berusaha, kelompok potensi usaha yang bersifat terbuka terhadap investasi, dan kelompok potensi tanaman pangan, infrastruktur dan energi. Kepastian dan kenyamanan berusaha dibutuhkan oleh investor untuk memperoleh jaminan terhadap keamanan aset yang mereka miliki di Provinsi Bengkulu. Jenis usaha yang terbuka terhadap penanaman modal memberikan informasi tentang peluang bisnis apa saja yang tersedia di Provinsi Bengkulu serta persyaratan yang harus dipenuhi oleh investor. Sementara potensi di bidang tanaman pangan, infrastuktur dan energi merupakan faktor pendukung dalam penanaman modal.2.1.1. Kepastian dan kenyamanan berusahaPemerintah kabupaten dan kota yang ada di wilayah Provinsi Bengkulu perlu mendorong sistem pelayanan di bidang penanaman modal secara lebih efektif dan akomodatif serta berpihak kepada kenyamanan investor dibandingkan dengan sistem perizinan yang sudah pernah ada sebelumnya. Sistem pelayanan yang efektif dan akomodatif seperti ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian dan kenyamanan berusaha bagi investor yang datang ke Provinsi Bengkulu, sehingga dapat mendukung iklim investasi yang kondusif di wilayah Provinsi Bengkulu. Salah satu faktor penentu sistem pelayanan prima di bidang penanaman modal adalah tersedianya satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang khusus melakukan pelayanansecara terpadu. Sistem pelayanan perizinan terpadu yang dilaksanakan oleh satu SKPD akan memperlancar pengurusan perizinan oleh investor, yakni berupa kepastian waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan izin usaha, serta memberikan kenyamanan kepada investor yang sedang mengurus usahanya.Di Wilayah Provinsi Bengkulu, pelayanan penanaman modal telah ditangani oleh SKPD tersendiri, bahkan di beberapa daerah pelayanan tersebut sudah disatukan dengan pelayanan perizinan. Pada level Provinsi Bengkulu, Kota Bengkulu, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Tengah, pelayanan penanaman modal telah dilaksanakan oleh SKPD setingkat pejabat eselon II, meskipun dengan nomenklatur yang berbeda. Pelayanan penanaman modal pada level Provinsi Bengkulu dikelola oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD), sementara di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Tengah dikelola oleh Badan pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). Sedangkan masalah penanaman modal di tujuh wilayah kabupaten lainnya masih dilayani oleh pejabat setingkat eselon III, baik oleh Bidang Penanaman Modal yang berada pada SKPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), maupun oleh Bagian Administrasi Perekonomian yang berada di Sekretariat Daerah (SETDA). Secara lengkap nomenklatur pengelolaan penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel 2.1.Tabel 2.1. Nama-nama SKPD pengelola Penanaman Modal Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi BengkuluWilayahSKPDKeterangan

Provinsi BengkuluBadan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Bengkulu0736-22044; Eselon II

Kabupaten KaurBAPPEDA Kabupaten Kaur, Bidang Penanaman [email protected]; Eselon III

Kabupaten Bengkulu SelatanBagian Administrasi Perekonomian, SETDA Kabupaten Bengkulu Selatan0739-21001/364; Eselon III

Kabupaten SelumaBadan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Seluma0736-91234; Eselon II

Kabupaten KepahiangBAPPEDA Kabupaten Kepahiang, Bidang Penanaman Modal0732-391500; Eselon III

Kabupaten Rejang LebongBagian Administrasi Perekonomian dan Penanaman Modal, SETDA Kabupaten Rejang Lebong0732-21503; Eselon III

Kabupaten LebongBAPPEDA Kabupaten Lebong, Bidang Penanaman Modal0738-346072; Eselon III

Kabupaten Bengkulu TengahBadan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Bengkulu TengahEselon II

Kabupaten Bengkulu UtaraBagian Administrasi Penanaman Modal, SETDA Kabupaten Bengkulu Utara0737-521108; [email protected]; Eselon III

Kabupaten MukomukoBagian Administrasi Perekonomian dan Penanaman Modal, SETDA Kabupaten Mukomuko0737-71001; [email protected]; Eselon III

Kota BengkuluBAPPEDA Kota Bengkulu, Bidang Penanaman Modal BPPT0736-345178; Eselon III

2.1.2. Potensi usaha terbuka untuk penanaman modalBidang Usaha di wilayah Provinsi Bengkulu dibedakan menjadi bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka untuk penanaman modal. Bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal perlu diatur berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, dan lingkungan hidup. Sementara bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal diatur dengan kriteria kepentingan nasional dan daerah seperti perlindungan sumberdaya alam, perlindungan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, peningkatan partisipasi modal dalam negeri, serta kerjasama dengan pihak-pihak yang ditunjuk oleh pemerintah daerah. Salah satu potensi bidang usaha terbuka untuk penanaman modal yang ada di wilayah Provinsi Bengkulu adalah industri kimia, agro dan hasil hutan (IKAHH), serta industri logam, mesin dan aneka logam (ILMEA) yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota (Tabel 2.2). Penanaman modal pada kedua jenis industri tersebut diarahkan pada kelompok usaha kecil menengah sebagaimana juga diamanahkan dalam Visi RPJP Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025.Kabupaten Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Seluma merupakan wilayah Provinsi Bengkulu yang secara berurutan memiliki industri kimia, agro dan hasil hutan terbanyak. Setiap wilayah di empat kabupaten/kota tersebut memiliki lebih dari 200 perusahaan yang bergerak di bidang industri kimia, agro dan hasil hutan. Wilayah yang memiliki jumlah industri paling sedikit, yakni kurang dari 100 perusahaan, adalah Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Rejang Lebong. Sedangkan perusahhan yang bergerak di bidang industri logam, mesin dan aneka metal paling banyak dijumpai di Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah. Secara umum setiap perusahaan industri yang ada di Provinsi Bengkulu rata-rata menyerap tiga orang tenaga kerja. Serapan tenaga kerja tertinggi terdapat di Kabupaten Rejang Lebong, yakni rata-rata serapan sembilan orang tenaga kerja perperusahaan pada bidang usaha industri logam, mesin dan aneka metal. Berikutnya adalah Kabupaten Bengkulu Tengah dengan rata-rata serapan tujuh orang tenaga kerja pada industri, agro dan hasil hutan.Tabel 2.2. Banyaknya industri dan tenaga kerja di wilayah Provinsi BengkuluWilayahIndustri Kimia, Agro dan Hasil HutanIndustri Logam, Mesin dan Aneka Metal

PerusahaanT. KerjaPerusahaanT. Kerja

Kabupaten Kaur10736975202

Kabupaten Bengkulu Selatan125362124312

Kabupaten Seluma2051.29297163

Kabupaten Kepahiang12732951141

Kabupaten Rejang Lebong8527037331

Kabupaten Lebong651363358

Kabupaten Bengkulu Tengah2381.84999230

Kabupaten Bengkulu Utara221791117551

Kabupaten Mukomuko591633183

Kota Bengkulu22590265207

Sumber: Bengkulu Dalam Angka 2013Subsektor perkebunan merupakan primadona bagi para investor yang selama ini menanamkan modalnya di Provinsi Bengkulu. Perusahaan besar, baik swasta maupun negara, paling banyak menanamkan modalnya di bidang perkebunan kelapa sawit, karet, kopi arabika dan teh (Tabel 2.3). Perusahaan yang menanamkan modal di bidang perkebunan kelapa sawit tersebar di lima kabupaten, sedangkan di bidang perkebunan kopi arabika dan teh terdapat di tiga wilayah dataran tinggi. Untuk perkebunan rakyat, kelapa sawit, kopi dan karet merupakan tiga komoditi perkebunan yang menjadi andalan di wilayah Provinsi Bengkulu. Luas perkebunan kelapa sawit rakyat sekitar 200.000 Ha. Ada tiga wilayah dataran tinggi sebagai sentra produksi kopi arabika dan teh yang diusahakan oleh perusahaan swasta. Sementara itu kayu merupakan komoditas yang masih diandalkan untuk penanaman modal di Provinsi Bengkulu. Pada tahun 2012, ada tiga wilayah yang menjadi sentra produksi kayu bulat, yakni Kabupaten Rejang Lebong (4.823 M), Kabupaten Bengkulu Selatan (3.996 M), dan Kabupaten Bengkulu Tengah (751 M).

Tabel 2.3. Kondisi usaha komoditi perkebunan utama di wilayah Provins BengkuluWilayah

Perusahaan BesarPerkebunan Rakyat/Hasil Hutan

Komoditi UtamaTotal

Kabupaten Kaur-Kopi robusta 9.037 Ha; sawit 7.571 Ha; karet 6.984 Ha32.300 Ha

Kabupaten Bengkulu SelatanSawit 4.000 Ha (swasta)Sawit 13.309 Ha; karet 4.541 Ha; kayu 3.996 M Perkebunan 23.753 Ha

Kabupaten SelumaSawit 6.977 Ha (swasta) dan 4.677 Ha (negara); karet 3.458 Ha (negara)Sawit 31.652 Ha; karet 11.986 Ha; kopi 8.207 Ha69.226 Ha

Kabupaten KepahiangTeh 814 Ha (swasta)Kopi robusta 25.939 Ha; kopi arabika 610 Ha; kakao 5.374 Ha; karet 2.949 Ha36.973 Ha

Kabupaten Rejang LebongTeh 268 Ha; kopi arabika 270 Ha (swasta)Kopi robusta 23.383 Ha; kopi arabika 273 Ha; aren 2.487 Ha; karet 9.285 Ha; kayu 4.823 MPerkebunan 73.734 Ha

Kabupaten LebongKopi arabika 514 Ha (swasta)Kopi robusta 4.717 Ha; kopi arabika 225 Ha; karet 1.739 Ha; pala 1.500 Ha25.561 Ha

Kabupaten Bengkulu TengahSawit 12.397 Ha (swasta)Karet 10.349 Ha; sawit 7.217 Ha; kopi robusta 2.559 Ha; kopi arabika 192 Ha; kayu 751 MPerkebunan 25.255 Ha

Kabupaten Bengkulu UtaraSawit 20.854 Ha; karet 4.477 Ha (swasta) dan 3.240 Ha (negara)Karet 32.131 Ha; sawit 27.866 Ha; kopi robusta 7.985 Ha; kopi arabika 2.284 Ha; kakao 2.370 Ha75.264 Ha

Kabupaten MukumukoSawit 31.558 Ha; karet 2.049 Ha (swasta)Sawit 103.309 Ha; karet 9.753 Ha; kelapa 633 Ha114.393 Ha

Kota Bengkulu-Sawit 1.886 Ha; karet 138 Ha; kelapa 211 Ha2.451 Ha

Statistik Provinsi, Kabupaten dan KotaWilayah Provinsi Bengkulu memiliki kekayaan bahan galian industri yang berpotensi untuk penanaman modal (Tabel 2.4). Batubara merupakan bahan galian industri utama yang terkandung di bumi Bengkulu dan sudah mulai berproduksi di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara (3.480.501 ton), Kabupaten Bengkulu Tengah (1.271.366 ton) dan Kabupaten Seluma (55.757 ton). Cadangan batubara total di ketiga wilayah tersebut mencapai 500 juta ton, ditambah dengan cadangan di wilayah lain seperti Kabupaten Kaur, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Mukomuko dan Kabupaten Lebong meskipun berada di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Kadar kalori batubara di wilayah Provinsi Bengkulu sangat bervariasi, mulai dari 4.134 Kcal/kg sebagaimana ditemukan di Kabupaten Mukomuko sampai 6.888 Kcal/kg yang terdapat di Kabupaten Seluma. Selain batubara, wilayah Provinsi Bengkulu masih mengandung jenis-jenis bahan galian industri lain seperti kaolin yang terdapat di Kabupaten Kaur dan Kabupaten Lebong. Jenis bahan galian industri lain adalah minyak mentah yang ditemukan di Kabupaten Kaur meskipun baru tahap survei tinjau, dan batu gamping di Kabupaten Seluma dengan cadangan lebih dari 2.000 juta ton plus 700 juta m. Kabupaten Lebong memiliki potensi bahan galian industri lainya seperti perlit, propilit dan oker.Selain bahan galian industri, wilayah-wilayah Provilogam sebagaimana disajikan pada Tabel 2.5. Provinsi Bengkulu sudah dikenal sebagai daerah penghasil emas sejak zaman dahulu, dimana salah satu produk emas dari Bengkulu telah diabadikan di puncak Tugu Monumen Nasional (Monas) di Jakarta. Wilayah di Provinsi Bengkulu yang menjadi sentra produksi bahan galian logam mulia ini adalah Kabupaten Lebong, sedangkan cadangannya tersebar di Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma, Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Mukomuko dengan kandungan Au berkisar antara 0,1 sampai 2,3 g/ton. Bahan galian logam lain yang dominan adalah pasir besi yang terdapat di Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Mukomuko dengan kadar berkisar antara 17,22 (di Kabupaten Mukomuko) sampai 60,8 ppm (di Kabupaten Seluma). Biji besi, perak dan mangan merupakan jenis bahan galian logam lain yang ada di Provinsi Bengkulu seperti Kabupaten Kaur, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Mukomuko.Tabel 2.4. Potensi bahan galian industri di wilayah Provinsi BengkuluWilayahMineral IndustriLokasiKeterangan

Kabupaten KaurKaolin, batubara, minyak mentahKec. Luas, PG. Ulu, TJ. Kemuning, K. Tengah, K. Selatan, Tetap, NasalSurvei tinjau

Kabupaten Bengkulu Selatan

Kabupaten SelumaBatubara

Batu gampingBukit Kabu, Air Masegar, Air Pelilingan, Lubuk Resam

Giri Nanto, Pagar Banyu, Air Curup, Lubuk Resam, PugukProduksi: 55.757 ton; Cadangan: 6 juta ton (terukur) dan 62,7 juta ton (hipotesa); 6.800 Kcal/kg>2.000 juta ton (tereka) plus 700 juta m (tereka)

Kabupaten KepahiangBatubaraTaba Padang, Tanjung Alam4500-5200 Kcal/kg

Kabupaten Rejang Lebong

Kabupaten LebongBatubara

PerlitPropilitKaolinOkerPadang BanoKetenongLebong SimpangTambang SawahKec. Lebong UtaraKec. Lebong Utara9.925 Ha737, Ha (TNKS)54,1 juta ton2 juta ton1,56 juta ton504.000 ton

Kabupaten Bengkulu TengahBatubaraProduksi: 1.271.366 ton; cadangan: 195.313.000 ton

Kabupaten Bengkulu UtaraBatubaraProduksi: 3.480.501 ton; cadangan: 238.942.000 ton

Kabupaten MukomukoBatubaraKec. Mukomuko Utara, Lubuk Pinang, Mukomuko SelatanCadangan: 6.112 ton; tebal 0,5-5 cm, kalori 4.134-6.590 Kcal/kg

Kota Bengkulu---

Statistik Provinsi, Kabupaten dan KotaTabel 2.5Potensi bahan galian logam di wilayah Provinsi BengkuluWilayahMineral LogamLokasi (Kec)Keterangan

Kabupaten KaurEmas, perak, pasir besi, biji besiTersebar di hampir semua kecamatnSurvei tinjau, s.detil, PETI

Kabupaten Bengkulu Selatan

Kabupaten SelumaPasir besiPasar Ngalam, Padang Genting,Pantai Talo, Semidang Alas MarasSiO = 11,86%FeO = 60,8%

Kabupaten KepahiangEmas dan logam lainnyaSimpang Jernih, Kec. Seberang MusiAu = 0,1-0,13; Ag= 7;69; Cu = 240-666 ppm; Pb = 547 ppm 0,12%; Zn = 677 ppm- 0,19%

Kabupaten Rejang Lebong

Kabupaten LebongEmas, perak, tembagaManganLebong Donok, Tambang Sawah, Lebong SulitTambang SawahPotensi 5.259.000 ton

4.880.000 m

Kabupaten Bengkulu Tengah

Kabupaten Bengkulu Utara

Kabupaten MukomukoEmas, perak

Pasir besiHulu Air Dikit, Pondok Baru, Huku Selbat

Air Hitam dan Retak Hilir

Au = 0,2 2,3 g/ton

Fe = 17,22- 46,65%

Kota Bengkulu---

Pariwisata merupakan bidang usaha terbuka untuk penanaman modal yang menjadi unggulan di wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu. Objek-objek wisata yang dimiliki Provinsi Bengkulu meliputi objek-objek wisata alam dan wisata sejarah budaya (Tabel 2.6). Dengan lansekap yang membentang dari ketinggian nol sampai ribuan meter diatas permukaan laut dalam jarang kurang dari 100 km, di wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu banyak ditemukan air terjun dan sungai untuk arung jeram. Bunga rafflesia merupakan salah satu puspa langka yang sudah menjadi icon Provinsi Bengkulu. Objek-objek wisata sejarah dan budaya meliputi situs megalitik, bangunan bersejarah dan kesenian lokal. Tabel 2.6. Potensi pariwisata di wilayah Provinsi BengkuluWilayahWisata AlamWisata Sejarah dan BudayaHotel

BintangNon

Kabupaten KaurArung jeram; air terjun (4); air panas; bunga rafflesiaSitus megalitik, situs makam, bangunan bersejarah-6

Kabupaten Bengkulu SelatanArung jeram, bunga rafflesiaObjek wisata sejarah-14

Kabupaten SelumaBendungan; pantai; air terjun; taman buru; air panas; arung jeram-3

Kabupaten Kepahiang Air terjun (15 titik); PLTA; danau; air panas; arung jeram; bunga rafflesiaTempat upacara umat Hindu-4

Kabupaten Rejang LebongAir panas, air terjun, danau, bunga rafflesia, bukitRumah adat, monumen, bendungan, kebun teh-17

Kabupaten LebongAir terjun (7 titik); danau (5); goa (2); air panasKedurai apem; mundang binjak; tari kejai; aksara Kagangan-8

Kabupaten Bengkulu TengahDanau limpahan PLTA Musi--4

Kabupaten Bengkulu UtaraAir terjun, bunga rafflesia-14

Kabupaten MukomukoBenteng-15

Kota BengkuluDanau; pantaiBenteng; rumah Bung Karno; mesium; festival tabot548

2.1.3 Potensi bidang pangan, infrastruktur dan energiWilayah-wilayah Provinsi Bengkulu memiliki potensi investasi berkelanjutan yang besar di bidang tanaman pangan seperti padi, jagung dan ubi kayu untuk wilayah dataran rendah dan menengah, serta tanaman hortikultura sayuran dan buah-buahan untuk wilayah dataran tinggi (Tabel 2.7). Wilayah-wilayah sentra produksi padi sawah adalah Kabupaten Seluma (luas panen 21.371 Ha), Kabupaten Bengkulu Utara (20.159 Ha), Kabupaten Rejang Lebong (16.692 Ha) dan Lebong (12.977 Ha). Sentra-sentra produksi jagung terdapat Kabupaten Seluma (luas panen 4.732 Ha, produksi 25.300 ton), Kabupaten Mukomuko (4.417 Ha, 23.628 ton per tahun), dan Kabupaten Bengkulu Selatan (2.021 Ha; 11.753 ton). Sementara tiga wilayah dataran tinggi berpotensi dalam mensuplai komoditi hortikultura seperti sayuran (cabe dan tomat) di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang, serta buah-buahan terutama jeruk geregah di Kabupaten Lebong.Perikanan darat merupakan komoditas yang berpotensi untuk penanaman modal di wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu. Wilayah penghasil ikan budidaya tertinggi adalah Kabupaten Bengkulu utara dengan produksi per tahun mencapai 15.519 ton, diikuti Kabupaten Rejang Lebong (5.602,38 ton), Kabupaten Bengkulu Selatan (5.346 ton), Kabupaten Kaur (3.225 ton), dan Kabupaten Lebong (2.250 ton). Sebagian besar budidaya perikanan darat di Provinsi Bengkulu dilakukan di kolam dan sebagian kecil di sawah dengan pola Minapadi. Pola pengembangan budidaya perikanan darat dilakukan melalui program Minapolitan, seperti di Kabupaten Kaur, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Selatan.Kabupaten Mukomuko dan Kota Bengkulu merupakan sentra produksi perikanan tangkap utama di Provinsi Bengkulu, dengan rata-rata tangkapan per tahun masing-masing 21.459 dan 21.097 ton. Wilayah-wilayah lain sebagai sentra produksi perikanan tangkap secara berurutan adalah Kabupaten Bengkulu Utara (6.208 ton), Kabupaten Bengkulu Selatan (1.634 ton), Kabupaten Bengkulu Tengah (1.477 ton), Kabupaten Kaur (1448 ton), dan Kabupaten Seluma (1.074 ton). Produktivitas perikanan tangkap di Provinsi Bengkulu masih sangat rendah dibandingkan potensi yang dimiliki perairan Bengkulu. Di kabupaten Kaur, misalnya, potensi yang dimilki sampai 12 Mil mencapai 20.813 ton sedangkan produksinya baru 1.448 ton atau kurang dari 10 persen.Tabel 2.7. Potensi produksi bidang pangan per tahun di wilayah Provinsi BengkuluWilayahLuas/ProduksiProduksi Perikanan

Padi SawahPalawija/SayurDaratLaut

Kabupaten Kaur10.722 Ha1.136 Ha jagung; 323 Ha kedelai; 301 Ha ubi kayu2.985 ton kolam dan 240 ton sawahProduksi; 1.448 ton; Potensi: 20.813 ton (4-12 Mil)

Kabupaten Bengkulu Selatan16.305 Ha; 77.102 ton2.021 Ha; 11.753 ton jagung3.529 ton kolam dan 1.817 ton sawah1.634 ton

Kabupaten Seluma21.371 Ha; 83.462 ton4.732 Ha jagung1.074 ton

Kabupaten Kepahiang9.747 Ha; 46.873 ton1.940 Ha; 7.075 ton (jagung)64,9 ton tambak dan 1.497 ton kolam-

Kabupaten Rejang Lebong16.692 Ha; 77.923 ton16.937 ton jagung; 213.831 ton cabe; 178.315 ton tomat4.328,20 ton kolam dan 1.274,18 ton sawah-

Kabupaten Lebong7.726 Ha (IP 100); 4.972 Ha (IP 200); 278 Ha (IP 300)2.009 ton jagung2.866 Ha, 1,290 ton (Minapadi); 98 Ha, 960 ton (kolam)-

Kabupaten Bengkulu Tengah9.200 Ha; 33.508 ton960 Ha; 3.036 ton jagung1.359 ton kolam, 465 ton tambak, 320 ton sawah1.477 ton

Kabupaten Bengkulu Utara20.159 Ha; 85.461 ton2.904 Ha; 13.346 ton jagung14.828 ton kolam dan 691 ton sawah6.208 ton

Kabupaten Mukomuko10.210 Ha; 36.581 ton4.417 Ha; 23.628 ton jagung2.105 ton (kolam dan keramba)21.459 ton

Kota Bengkulu2.517 Ha; 11.957 ton459 Ha, 2.970 ton jagung; 96 Ha, 1.041 ton ubi kayu392 ton (perairan umum, tambak, kolam)21.097 ton

Infrastruktur yang menjadi pendukung utama penanaman modal berkelanjutan di Provinsi Bengkulu terdiri dari pelabuhan, bandar udara, dan infrastruktur darat. Pelabuhan Samudera Pulau Baai di Kota Bengkulu, memiliki alur masuk pelabuhan selebar 80 meter, panjang 2 km dan dapat disinggahi kapal dengan bobot 1.000 DWT. Break water kanan memiliki panjang 420 meter dan tinggi 4,7 meter, sedangkan break water kiri memiliki panjang 395 meter dengan tinggi 4.7 meter. Kondisi alur memiliki kedalaman 10 MLVS. Pelabuhan utama yang akan di kembangkan di Provinsi Bengkulu adalah Pelabuhan Nasional Pulau Baai, Pelabuhan Regional Linau di Kabupaten Kaur, dan Pelabuhan Regional Malakoni di Enggano.Rencana pengembangan Bandar Udara (Bandara) adalah pengembangan prasarana dan sarana di Bandara Fatmawati Soekarno dari kondisi sekarang menuju kondisi Bandara dengan pelayanan bertaraf internasional. Selain itu, juga akan dilakukan pengembangan rute penerbangan destinasi domestik dan manca negara, serta pengembangan embarkasi penerbangan haji antara. Rencana pengembangan transportasi udara lainnya adalah revitalisasi Bandara Mukomuko di Kabupaten Mukomuko, dan pembangunan Bandara perintis di Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara.Pengembangan transportasi darat meliputi peningkatan kapasitas dan mutu jalan dan pengembangan transportasi kereta api, terutama untuk pengangkutan batubara. Pengembangan transportasi kereta api batubara meliputi jalur dari PT. Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung Enim (Sumatera Selatan) menuju Pulau Baai di Kota Bengkulu, melewati Kota Padang Kabupaten Rejang Lebong, dengan double track 2 x 134 km, dengan kapasitas 15 juta MT/tahun. Alternatif berikutnya adalah jalur kereta api Tanjung Enim Pelabuhan Linau di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, sepanjang 160 km yang terpadu dengan jalan raya. Jalur kereta api ketiga adalah yang menghubungkan Kota Bengkulu menuju Padang (Sumatera Barat), melewati Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko, sebagai penunjang transportasi pantai barat Pulau Sumatera.Potensi bidang infrastruktur, baik jalan darat (jalan raya dan kereta api), pelabuhan samudera dan regional, dan bandara bertaraf internasional maupun bandara perintis disajikan secara rinci pada Tabel 2.8.Tabel 2.8. Potensi bidang infrastruktur sebagai pendukung penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu

Wilayah

TransportasiTelekomunikasi siap pakai

DaratLaut/UdaraTelpon (SST)Internet (Speedy)

ProvinsiInvestasi: perkerataapian Bkl- Lb. Linggau; Bkl-Sumbar; Linau-Tj. EnimInvestasi: bandara baru

Kabupaten KaurJalan Negara 70,61 km, Provinsi 120,3 km, Kab. 447,94 km; 1 terminalPelabuhan laut Linau; kapal barang239679

Kabupaten Bengkulu SelatanJalan Negara 110,48 km; Provinsi 123,10 km; Kab. 689,53 km-540605

Kabupaten SelumaJalan Negara 102,96 km; Provinsi 185,20 km; Kab. 532,86 km-132429

Kabupaten KepahiangJalan Negara 35,90 km, Provinsi 102,68 km, Kab.528,86 km; terminal 2 buah-196631

Kabupaten Rejang LebongJalan Negara 35,90 km, jalan provinsi 146,45 km, Kab. 784,92 km; terminal 2 buah-373967

Kabupaten LebongJalan Provinsi 139 km; Kab. 376,17 km-36545

Kabupaten Bengkulu TengahJalan Negara 75,68 km; Provinsi 72,30 km; Kab. 346,80 km-113170

Kabupaten Bengkulu UtaraJalan Negara 105,24 km; Provinsi 571,54 km; Kab. 720,51 kmPelabuhan laut Malakoni dan Kayapu Barang dan Penumpang140571

Kabupaten MukomukoJalan Negara 153 km; Provinsi 97,22 km; Kab. 719,5 kmBandara (dalam negeri)887287

Kota BengkuluJalan Negara 68,51 km; Provinsi 44,18 km; Kota 893,15 kmPelabuhan laut (kapal barang, penumpang); Bandara dalam negeri)3.3084.625

Energi yang potensial dikembangkan di Provinsi Bengkulu adalah energi kelistrikan, baik yang berasal dari pembangkit listrik tenaga air skala besar (PLTA), pembangkit listrik tenaga skala mikro hidro (PLTMH), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dan pembangkit listrik tenaga geothermal (PLTG). Sebaran pembangkit listrik di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut: Pembangkit listrik PLTA, yakni PLTA Tes 1 dengan kapasitas 16 MW, PLTA tes 2, dan PLTA Musi dengan kapasitas 3 x 70.000 MW. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro tersebar di beberapa wilayah kabupaten seperti PLTMH Air Ketahun dengan kapasitas 12 KW, PLTMA Air Seginim di Kabupaten Bengkulu Selatan, bantuan Jepang dengan kapasitas 40 KW, dan PLTMH Air Kulik di Kabupaten Kaur, bantuan PNPM P2KP dengan kapasitas 30 KWH. Pembangkit ListriK Tenaga Uap batubara terdapat di Kota Bengkulu dan di Ketahun dengan kapasitas 2 x 50 MW. Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal terdapat di Hulu Lais dengan kapasitas 2 x 55 MW (sedang dalam tahap ekplorasi).Sistem kelistrikan di Provinsi Bengkulu terdiri dari dua sistem, yakni sistem interkoneksi Sumatera Bagian Selatan dan sistem isolasi lokal. Rincian sistem kelistrikan tersebut adalah sebagai berikut: Sistem interkoneksi Sumatera Bagian Selatan, diproduksi dari PLTA Musi sebesar 3 x 70 MW dan PLTA Tes sebesar 16 MW, sedangkan konsumsi kelistrikan Provinsi Bengkulu sebesar 80 MW, sehingga surplus (net ekspor) sebesar 146 MW. Sistem isolasi lokal adalah sistem Mukomuko dengan daya 2.2 MW dan beban 2.4 MW (deficit 0.2 MW), Ipuh dengan daya 2.2 MW dan beban 2.05 MW (0,15 MW), Kota Bani dengan daya 800 KW dan beban 510 KW (surplus 290 KW), dan Manna-Bintuhan dengan daya 7.07 MW dan beban 8.4 MW (defisit 1.33 MW).Daya terpasang kelistrikan di Provinsi Bengkulu dan potensi dari sumber pembangkit air dan panas bumi (geothermal) disajikan pada Tabel 2.9.Tabel 2.9. Potensi sumber energi di wilayah Provinsi Bengkulu

Wilayah

Daya TerpasangPotensi Investasi

Air Skala BesarAir Skala Kecil (PLTMH)Geothermal

Kabupaten Kaur

13.192.000 VA95 MW; A. Kinal, A. Nasal, A. LuasTotal 2.174 KW (5,5-614,5 KW); tersebar di 13 titik-

Kabupaten Bengkulu Selatan27.716.000 VA30 MW; A. Manna, A. BengkenangAir Bengkenang (potensial)-

Kabupaten Seluma25.897.000 VA-28,92 KW; Air Nibung, Giri Mulyo, Talo-

Kabupaten KepahiangKepahiang/Bengkulu Tengah 28.907.000 VAPotensi 325 MW; Air Sempiang, Kec. Kabawetan

Kabupaten Rejang Lebong47.715.000 VA

Kabupaten Lebong12.398.000 VA120 MW; Air Sungai Ketahun6.054 KW; tesebar di 8 titik330 MW; Hulu Lais, Kec. Lebong Tengah

Kabupaten Bengkulu TengahKepahiang/Bengkulu Tengah 28.907.000 VA

Kabupaten Bengkulu Utara39.838.000 VA

Kabupaten Mukomuko27.749.000 VA

Kota Bengkulu129.827.000 VA

2.2. Kontribusi Penanaman Modal bagi Pembangunan Provinsi BengkuluAnggaran pembangunan daerah-daerah dalam wilayah Provinsi Bengkulu masih bertumpu pada sumber dana pemerintah, terutama dana APBN dari pemerintah pusat. Kemampuan keuangan daerah dalam membiayai pembangunan masih kurang dari 10 persen terutama di kabupaten-kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan pelaksanaan pembangunan kepada pemerintah pusat masih sangat tinggi, sedangkan alokasi APBN ke Provinsi Bengkulu tentunya relatif kecil mengingat keterbatasan luas wilayah, jumlah penduduk dan sumberdaya penghasil devisa seperti minyak dan gas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menikngkatkan dana pembangunan adalah menggali potensi dana diluar anggaran pemerintah seperti menggalakkan penanaman modal di wilayah-wilayah di Provinsi Bengkulu.Kontribusi penanaman modal bagi pembangunan Provinsi Bengkulu dapat dilihat dari aspek pembangunan ekonomi, sosial, budaya. Secara ekonomi, penanaman modal sangat dibutuhkan dalam menjalankan roda perekonomian daerah dan meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Perkembangan investasi dapat meningkatkan devisa sebagai cadangan pendanaan, serta meningkatkan sumber-sumber pajak perusahaan dan perorangan yang menjadi sumber pendapatan daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Manfaat yang diperoleh dari keberadaan investasi diatas tentunya akan sangat berguna bagi percepatan pembangunan ekonomi daerah.Kontribusi penanaman modal secara langsung dapat pula dilihat pada skala pembangunan ekonomi masyarakat terutama yang berada di sekitar kawasan usaha. Perkembangan investasi di Provinsi Bengkulu dapat membuka lapangan kerja baru mengurangi pengangguran, suatu harapan yang sudah lama ditunggu-tunggu sejak digulirkannya berbagai reformasi di negeri ini termasuk di Provinsi Bengkulu. Keberadaan perusahaan yang berinvestasi di Provinsi Bengkulu dapat pula memberikan pengalaman kerja kepada para karyawan perusahaan untuk selanjutnya beralih profesi menjadi wirausahawan muda yang mengembangkan usaha-usaha ekonomi berskala kecil dan menengah. Namun tekanan-tekanan terhadap investor yang menuntut perbaikan kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan dengan mengedapankan aspek kompromi demi kelangsungan usaha itu sendiri.Secara sosial dan budaya, setiap perusahaan investasi memiliki kewajiban mengalokasikan sebagian keuntungan untuk pembinaan lingkungan sosial yang dikenal dengan cooperate social responsbility (CSR). Dana CSR perusahaan dapat dialokasikan untuk pembangunan fasilitas umum dan sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat di sekitar lokasi investasi. Selain itu, dana tersebut dapat pula dimanfaatkan untuk pembinaan lingkungan seperti pemberian beasiswa kepada siswa yang orang tuanya kurang mampu, bantuan kesehatan, kebutuhan sosial lainnya. Pelestarian budaya lokal dan nilai-nilai budaya setempat dapat pula dilakukan dengan dukungan perusahaan melalui pemanfaatan dana CSR.Investasi di Provinsi Bengkulu menunjukkan peningkatan pada triwulan III tahun 2013. Investasi yang tercermin dari pembentukkan modal tetap domestik bruto (PMTDB) tumbuh sebesar 9,77 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II tahun 2013 yakni sebesar 7,31 persen. Pertumbuhan PMTDB tersebut memberikan indikasi bahwa masih kondusifnya dunia usaha di Provinsi Bengkulu. Investasi yang dilakukan pelaku usaha umumnya terbatas pada investasi yang merupakan kelanjutan dari realisasi investasi yang sedang berlangsung. Kecendrungan pelemahan perekonomian dan belum stabilnya harga komoditas utama mendorong pelaku usaha untuk berhati-hati dalam melakukan investasi. Akan tetapi, pelaku usaha menyakini investasi akan meningkat pada tahun berikutnya seiring dengan optimisme perbaikan ekonomi.2.3. Kondisi Kelembagaan Penanaman Modal di Provinsi BengkuluPeraturan daerah Provinsi Bengkulu nomor 8 tahun 2008 dan Peraturan Daerah provinsi Bengkulu nomor 20 tahun 2008 menyatakan bahwa Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) mempunyai tugas dari kewenangan dekosentasi di bidang penanaman modal. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPMD) Provinsi Bengkulu dalam menjalankan tugasnya mempunyai fungsi sebagai berikut: menyusun kebijakan teknis di bidang penanaman modal, memberikan izin dan melaksanakan pelayanan umum antar lintas kabupaten/kota se Provinsi Bengkulu, pembinaan teknis di bidang penanaman modal lintas kabupaten/kota se Provinsi Bengkulu, dan pelaksanaan tugas tata usaha badan.Struktur organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Bengkulu terdiri dari seorang Kepala, dibantu atau Sekretaris, dan empat Kepala Bidang. Adapun tugas dan fungsi masing-masing sekretaris dan bidang di BKPMD adalah sebagai berikut.1. SekretariatSekretariat mempunyai tugas melaksanakan pembinaan administrasi, yang meliputi ketatausahaan, kerumahtanggaan, kepegawaian, perlengkapan dan keuangan, serta menyusun program dan pelayanan administrasi bagi kepala BKPMD dan unit-unit di lingkungan BKPMD Provinsi Bengkulu. Sekretariat dalam rangka melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi sebagai berikut: melaksanakan penghimpunan data guna menyusun rencana dan program kegiatan BKPMD, melaksanakan pembinaan aparatur penanaman modal, administrasi yang menyangkut ketatausahaan, kepegawaian dan administrasi keuangan, melaksanakan urusan rumah tangga dan perlengkapan dinas serta keprotokolan dan kehumasan, serta melakukan koordinasi penyusunan program kegiatan, dan bertanggung jawab kepada Gubernur melauli kepala BKPMD Provinsi Bengkulu.2. Bidang PromosiBidang promosi mempunyai tugas melaksanakan, merencanakan, serta mempersiapkan prasarana dan prasarana promosi baik dalam negeri maupun luar negeri, serta melakukan koordinasi tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan mendatangkan invetasi dalam negeri maupun luar negeri untuk mengangkat potensi unggulan daerah dengan menciptakan iklim yang lebih kondusif. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Promosi mempunyai fungsi antara lain mempersiapkan pengemasan promosi sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi yang ada, mempersiapkan informasi lengkap dan akurat tentang potensi dan peluang investasi yang menjadi unggulan daerah, mempersiapkan program rencana promosi, melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan dinas-dinas terkait dalam provinsi, kabupaten/kota dan mempersiapkan bahan-bahan untuk pimpinan dalam bidang promosi investasi dalam dan luar negeri.3. Bidang Pendataan dan InformasiBidang Pendataan dan Informasi mempunyai tugas mengkoordinasikan, merencanakan atau memprogramkan serta menyiapkan data dan informasi mengenai perkembangan perusahaan yang ada, serta menyiapkan data potensi dan peluang investasi yang menjadi prioritas/unggulan provinsi, kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Pendataan dan Informasi mempunyai fungsi antara lain pengelolaan data dan informasi perusahaan-perusahaan, pengelolaan data dan informasi sumber daya alam, potensi investasi dan peluang investasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan pengkoordinasian dengan instansi terkait untuk sinkronisasi data.4. Bidang Pengembangan Iklim Penanaman ModalBidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal mempunyai tugas melaksanakan pengendalian, pembinaan, serta melakukan pengembangan di bidang penanaman modal daerah. Bidang pengembangan iklim penanaman modal dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi antara lain: perumusan kebijakan dan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengendalian dan pengembangan iklim penanaman modal, pengendalian terhadap pelaksanaan penanaman modal, pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengembangan iklim penanaman modal, dan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala.5. Bidang Pelayanan dan KerjasamaBidang pelayanan kerjasama mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pelayanan di bidang penanaman modal dan mengembangkan kerjasama penanaman modal baik dengan pemangku kepentingan di dalam negeri maupun luar negeri. Bidang pelayanan dan Kerjasama dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi antara lain: merumuskan kebijakan dan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pelayanan dan kerjasama, dan mengendalikan pelayanan dan kerjasama penanaman modal.Sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsi BKPMD Provinsi Bengkulu sampai akhir tahun 2013 adalah sebanyak 47 orang pegawai negeri sipil (PNS) dan satu orang pegawai kontrak. Latar belakang pendidikan SDM di BKPMD Provinsi Bengkulu adalah Magister (S-2) sebanyak 5 orang, sarjana (S-1) sebanyak 29 orang, Diploma (D-3) sebanyak 1 orang, dan SLTA sebanyak 12 orang. Jumlah pegawai yang dimiliki BKPMD Provinsi Bengkulu tersebut baru mencapai 75 persen dari kebutuhan ideal tenaga kerja suatu instansi dalam bidang penanaman modal.2.4. Isu Strategis Terkait Penanaman Modal di Wilayah Provinsi BengkuluTantangan merupakan kecendrungan perkembangan di luar wilayah, komunitas atau organisasi yang dapat mempersulit tercapainya visi dan misi BKPMD Provinsi Bengkulu. Tantangan ke depan yang dihadapi oleh BKPMD Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut:1. Kepastian hukum belum terwujud akibat masih adanya regulasi yang kurang selaras antara tingkat nasional dan daerah.2. Nomenklatur kelembagaan bidang penanaman modal di tingkat Provinsi maupun kabupaten/kota tidak sama.3. Koordinasi antar sektor masih lemah dalam menyusun rencana pembangunan ekonomi, khususnya dalam penanaman modal.4. Sarana dan prasarana minimal, eperri listrik dan jalan, pelabuhan dan bandara masih belum terpenuhi.5. Keterampilan kerja masih kurang dimiliki oleh tenaga kerja local.6. Sengketa lahan antara perusahaan dan masyarakat.7. Rendahnya kepatuhan penyampaian laporan kegiatan penanaman modal (LKPM).

Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Bengkulu, disamping mempunyai tantangan seperti telah dikemukakan di depan juga mempunyai peluang untuk membantu tercapainya visi dan misi institusi. Peluang yang dimiliki oleh BKPMD Provinsi Bengkulu adalah :1. Kondisi keamanan yang relative stabil dan terkendali2. Penambahan alokasi anggaran setiap tahun yang selalu meningkat3. Kesepakatan perdagangan bebas antar Negara di kawasan ASEAN4. Forum kerjasama ekonomi sub regional (KESR) IMT-GT5. Kerjasama antar daerah, regional maupun internasional6. Pembinaan pelayanan perizinan satu pintu bidang penanaman modal dalam rangka menciptakan pelayanan prima bagi calon investor.Berdasarkan tantangan dan peluang yang dihadapi oleh BKPMD provinsi Bengkulu, maka dapat ditentukan isu-isu strategis sebagai berikut:1. Belum lengkapnya dan detilnya penyediaan informasi, prasarana dan sarana penunjang investasi yang ditawarkan kepada dunia usaha2. Belum optimalnya pelaksana pembina, pemantauan, pengawasan, dan advokasi penyelesaian permasalahan kegiatan penanaman modal3. Belum optimalnya mekanisme perizinan dan birokrasi iklim usaha yang berwawasan lingkungan disertai dengan peningkatan fungsi pengawasan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat4. Belum optimalnya perencanaan penanaman modal yang meliputi berbagai sector terkait5. Belum optimalnya pelaksanaan kajian tentang kawasan investasi yang komprehensif untuk ditawarkan kepada calon-calon investor potensial, baik dalam maupun luar negeri6. Kurangnya kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) dari pelaku usaha lokal7. Kurangnya kemampuan dan kompetensi sumber daya manusia bidang penanaman modal.

BAB III. VISI DAN MISI

3.1. VisiPerumusan Visi yang dituangkan dalam dokumen RUPMP ini diselaraskan dengan Visi RUPM Nasional agar menjadi satu bagian dokumen jangka panjang yang terintegrasi. Visi RUPM Nasional sampai tahun 2025 adalah sebgai berikut: Penanaman Modal yang berkelanjutan dalam rangka Terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maju, dan Sejahtera. Berdasarkan Visi tersebut, penanaman modal nasional dilaksanakan secara berkelanjutan dalam mewujudkan negara yang mandiri, maju, dan sejahtera.Visi RUPMP juga harus mendukung VISI rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025, yakni Provinsi Bengkulu yang Sejahtera, Adil dan Demokrasi Bertumpu pada Sumberdaya Manusia Unggul dan Bertaqwa Serta Perekonomian Kokoh. Visi tersebut menginginkan masyarakat Bengkulu yang sejahtera, adil dan demokratis yang akan dicapai melalui pemanfaatan keunggulan di bidang sumberdaya manusia. Dengan kata lain, faktor penggerak pembangunan Provinsi Bengkulu ke depan lebih mengandalkan sumberdaya manusia masyarakat yang unggul dan aparatur yang frofesional dibandingkan sumberdaya alam.Mengacu kepada Visi RUPM Nasional tahun 2014-2025 dan Visi RPJPD Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025, maka dirumuskan Visi RUPM Provinsi Bengkulu tahun 2014-2025 sebagai berikut:Peningkatan Investasi Berkelanjutan Berbasis Ekonomi Kerakyatan dengan Aparatur ProfesionalVisi RUPM Provinsi Bengkulu mengandung tiga kata kunci sebagai indikator penanaman modal, yakni:a. Investasi berkelanjutan, adalah penanaman modal secara berkelanjutan pada Sektor Swasta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan meningkatkan daya saing daerah. Kata berkelanjutan dimaknai bahwa pengembangan investasi di Provinsi Bengkulu harus sesuai dengan potensi daerah serta memperhatikan tata ruang dan daya dukung lingkungan.b. Ekonomi kerakyatan, adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan seperti usaha kecil dan menengah. Ekonomi kerakyatan dapat pula diartikan sebagai ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat lokal dalam mempertahankan kehidupannya.c. Aparartur profesional, yaitu aparatur BKPMD Provinsi Bengkulu yang bisa menunjukkan kinerja sesuai harapan masyarakat serta mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam meraih investasi berkelanjutan.3.2. MisiVisi RUPM Provinsi Bengkulu tahun 2014-2025 akan diwujudkan melalui empat Misi sebagai berikut:a. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya daerah dalam mendukung investasi berkelanjutan, merata dan berwawasan lingkungan.b. Meningkatkan promosi dan kerjasama pengembangan investasi strategis dan berkualitas;c. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan investasi PMDN/PMA.d. Mewujudkan aparatur penanaman modal yang profesional untuk meraih investasi berkelanjutan dan berdaya saing.

BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL

4.1. Arah Kebijakan UmumArah kebijakan umum penanaman modal diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3) dari undang-undang tersebut maka ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM). Rencana Umum Penanaman Modal merupakan dokumen perencanaan penanaman modal jangka panjang yang berlaku sampai dengan tahun 2025. Selanjutnya, daerah menindaklanjuti Peraturan Presiden (perpres) tersebut dengan menyusun Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi (RUPMP) dan Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota (RUPMK) paling lambat dua tahun sejak terbitnya Perpres.Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, arah kebijakan pengembangan penanaman modal harus mendukung terwujudnya program pengembangan ekonomi hijau (green economy development), dimana target pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan isu dan tujuan-tujuan pembangunan lingkungan hidup, yang meliputi perubahan iklim, pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati, pencemaran lingkungan, dan penggunaan energi baru dan terbarukan. Selain itu, salah satu kebijakan dasar penanaman modal dalam PURPM diarahkan pada pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) yang dilakukan melalui dua strategi yaitu strategi naik kelas dan strategi aliansi strategis.Pada level implementasi, kebijakan penanaman modal harus diikuti dengan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif serta promosi dan kerjasama dalam membangun iklim penanaman modal yang berdaya saing. Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif tersebut bertujuan selain mendorong daya saing, juga mempromosikan kegiatan penanaman modal yang strategis dan berkualitas, dengan penekanan pada peningkatan nilai tambah, peningkatan aktivitas penanaman modal di sektor prioritas tertentu wilayah. Sedangkan penyebarluasan informasi potensi dan peluang penanaman modal secara terfokus, terintegrasi, dan berkelanjutan menjadi hal penting dalam promosi.Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi memuat kebijakan yang terkait dengan penanaman modal di wilayah provinsi. Arah kebijakan penanaman modal yang diatur dalam Pasal 2 Perpres Nomor 16 tahun 2012 terdiri dari:1) Perbaikan Iklim Penanaman Modal;2) Persebaran Penanaman Modal;3) Fokus Prngembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi;4) Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Invetment); 5) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK);6) Pemberian Fasilitas, kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal; dan7) Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal.Selain mengacu kepada Undang-Undang Nomorr 25 Tahun 2007 dan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012, RUPM Provinsi Bengkulu harus menopang rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025 yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008. Misi dalam RPJPD Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025 yang harus didukung oleh RUPMP adalah Misi 3: Mewujudkan perekonomian yang berdaya saing tinggi. Perekonomian yang berdaya saing tinggi hanya bisa diwujudkan apabila didukung oleh SDM masyarakat berkualitas dan SDM aparatur profesional yang berfikiran maju serta mampu menerapkan IPTEK sebagai landasan pengambilan kebijakan dalam pembangunan dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Daya saing ekonomi yang tinggi tersebut harus dicapai atas usaha dan menggunakan kekuatan sendiri.Dalam RPJPD Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025, sasaran pembangunan investasi adalah untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas dengan peningkatan iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing. Kedua pendekatan tersebut merupakan daya tarik utama bagi investor untuk menanamkan modalnya di Provinsi Bengkulu sehingga perlu menjadi fokus bahasan dalam dokumen RUPMP ini. Iklim investasi yang kondusif diperlukan untuk kenyamanan dan keamanan dalam berinvestasi, sedangkan daya saing daerah dibutuhkan agar para investor lebih tertarik berinvestasi di Provinsi Bengkulu dibandingkan di daerah-daerah lain yang memiliki potensi serupa.Iklim investasi yang kondusif di Provinsi Bengkulu akan dicapai melalui peningkatan pelayanan aparatur yang berkaitan dengan perekonomian daerah, yang dilaksanakan melalui langkah-langkah berikut:1) Memposisikan pemerintah daerah sebagai fasilitator, regulator dan katalisator pembangunan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, terciptanya lingkungan usaha yang kondusif dan berdaya saing, serta terjaganya mekanisme keberlangsungan pasar.2) Mengembangkan kelembagaan ekonomi yang sesuai dengan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam kerangka regulasi dan perizinan yang efisien, efektif dan non-deskriminatif.3) Meningkatkan kualitas moral dan keimanan masyarakat melalui upaya-upaya pemahaman dan pengalaman ajaran agama di semua aspek kehidupan, baik tingkat keluarga maupun masyarakat, agar mampu menciptakan suasana kehidupan sehari-hari yang kondusif bagi investasi di wilayah Provinsi Bengkulu.Peningkatan daya saing daerah akan dicapai dengan mendorong penanaman modal asing serta meningkatkan kapasitas infrastruktur pendukung yang memadai. Daya saing daerah akan ditingkatkan melaui:1) Mengembangkan pendidikan bagi aparatur pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang terkait produktivitas dalam pembangunan terutama terkait dengan investasi.2) Melakukan transformasi perekonomian daerah dari berbasis keunggulan komparatif daerah menjadi berbasis keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dilakukan dengan prinsip-prinsip dasar: penguasaan, penerapan dan inovasi IPTEK menuju ekonomi berbasis pengetahuan, serta mengelola SDA sesuai dompetensi dan keunggulan lokal.3) Memperkuat struktur ekonomi daerah dengan mendudukkan sektor industri sebagai penggerak pembangunan yang didukung oleh sektor pertanian dalam arti luas, pariwisata, kelautan dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk berdaya saing tinggi secara efisien, modern dan berkelanjutan.4) Membangun infrastuktur berkualitas pendukung investasi, meliputi infrastuktur bidang transportasi (jalan lintas barat Sumatera, feeder road utama, rel kereta, pelabuhan laut dan udara), bidang kelistrikan (diversifikasi sumber energi dan interkoneksi jaringan listrik se Sumatera), dan bidang informasi serta telematika (e-goverment, sistem informasi komoditi).4.2. Perbaikan Iklim Penanaman Modal Arah kebijakan dalam rangka perbaikan iklim penanaman modal di Provinsi Bengkulu:a) Penguatan Kelembagaan Penanaman Modal Daerah. Untuk mencapai penguatan kelembagaan penanaman modal daerah maka lembaga koordinasi penanaman modal pemerintah provinsi perlu memiliki visi yang sama mengenai pembagian urusan pemerintahan di bidang penanaman modal, pelimpahan dan pendelegasian kewenangan di bidang penanaman modal, serta koordinasi yang efektif diantara lembaga-lembaga tersebut. Penguatan kelembagaan penanaman modal di daerah sekurang-kurangnya dilakukan dengan:1) Pembangunan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman modal yang lebih efektif dan akomodatif terhadap penanaman modal dibandingkan dengan sistem-sistem perizinan sebelumnya.2) Penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal oleh lembaga/investasi yang berwenang di bidang penanaman modal dengan mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di Provinsi Bengkulu.3) Peningkatan koordinasi antar lembaga/instansi dalam rangka pelayanan penanaman modal kepada para penanam modal. Hal ini akan memberikan suatu kepastian dan kenyamanan berusaha, dan dengan demikian mendukung iklim penanaman modal yang kondusif.4) Mengarahkan lembaga-lembaga penanaman modal yang ada di pusat dan daerah untuk secara proaktif menjadi inisiator penanaman modal serta berorientasi pada pemecahan masalah (problem-solving) dan fasilitasi baik kepada para penanam modal yang akan maupun yang sudah menjalankan usahanya di wilayah Provinsi Bengkulu.

b) Bidang Usaha yang Tertutup dan yang Terbuka dengan Persyaratan.Peraturan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan diatur dengan cara sebagai berikut:a) Peraturan bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal harus dilakukan dengan memperhatikan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional dan daerah lainnya.b) Pengaturan bidang-bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal harus dilakukan dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan dengan kriteria kepentingan nasional, yakni perlindungan sumber daya alam, perlindungan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK), pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, peningkatan partisipasi modal dalam negeri, serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi.c) Pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal bersifat sederhana dan terbatas untuk bidang usaha yang terkait dengan kepentingan daerah dan nasional.d) Bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan untuk penanaman modal diatur dengan persyaratan yang harus jelas dapat diidentifikasi dan tidak menimbulkan multi tafsir.e) Pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan mempertimbangkan kebebasan arus barang, jasa, modal, penduduk, dan informasi di dalam wilayah Indonesia.f) Pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan tidak bertentangan dengan kewajiban atau komitmen Indonesia dalam perjanjian internasional yang telah diratifikasi.c) Persaingan Usaha. Mengingat persaingan usaha merupakan faktor penting dari iklim penanaman modal untuk mendorong kemajuan ekonomi, maka:

1) Perlu menetapkan pengaturan-pers&gan usaha yang sehat (level playing field), sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama di masing-masing level pelaku usaha. Dengan demikian,dunia usaha dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, serta dapat menghindari pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu.2) Perlu meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap kegiatan-kegiatan yang bersifat anti-persaingan, seperti penetapan syarat perdagangan yang merugikan, pembagian wilayah dagang, dan strategi penetapan harga barang yang mematikan pesaing.3) Lembaga pengawas persaingan usaha yang telah dibentuk Pemerintah perlu tens mengikuti perkembangan terakhir praktek-praktek persaingan usaha, termasuk kompleksitas praktek dan aturan persaingan usaha di negara lain.

d) Hubungan Industrial. Hubungan industrial yang sehat dalam penanaman modal dimaksudkan untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, oleh karena itu diperlukan:1) Penetapan kebijakan yang mendorong perusahaan untuk memberikan program pelatihan dan peningkatan keterampilan dan keahlian bagi para pekerja.2) Aturan hukum yang mendorong terlaksananya perundingan kolektif yang harmonis antara buruh/pekerja dan peengusaha, yang dilandasi prinsip itikad baik (code of good faith).

e) Sistem Perpajakan dan Kepabeanan. Arah kebijakan sistem perpajakan dan kepabeanan ke depan adalah pembuatan sistem administrasi perpajakan dan kepabeanan yang sederhana, efektif, dan efisien. Untuk itu diperlukan identifikasi yang tepat mengenai jenis dan tata cara pemungutan pajak dan bea masuk yang akan diberikan sebagai insentif bagi penanaman modal. Pilihan atas insentif perpajakan dan kepabeanan bagi penanaman modal perlu memperhatikan aspek strategis sektoral, daerah, jangka waktu, dan juga prioritas pengembangan bidang usaha.4.3. Persebaran Penanaman ModalArah kebijakan untuk mendorong persebaran penanaman modal adalah sebagai berikut:a) Pengembangan sentra-sentra ekonomi baru diluar Pulau Jawa melalui pengembangan sektor-sektor strategis sesuai daya dukung lingkungan dan potensi unggulan daerah yang dimiliki.b) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal yang mendorong pertumbuhan penanaman modal di luar Pulau Jawa.c) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan strategis, antara lain dengan pola pendekatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia.d) Pengembangan sumber energi yang bersumber dari energi baru dan terbarukan yang masih cepatan melimpah di luar Pulau Jawa sehingga dapat mendorong pemerataan penanaman modal di Indonesia.e) Percepatan pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa dengan mengembangkan pola Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan nonKPS yang diintegrasikan dengan rencana penanaman modal untuk sektor tertentu yang strategis.4.4. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energia) PanganSasaran penanaman modal bidang pangan pada masing-masing komoditi dilakukan untuk mewujudkan: (i) swasembada beras berkelanjutan; (ii) swasembada dan pengekspor jagung berdaya saing sehat; (iii) mengurangi ketergantungan impor dan swasembada kedelai; (iv) swasembada gula berkelanjutan; (v) mengembangkan industri turunan kelapa sawit melalui kluster industri dan peningkatan produktivitas perkebunannya; dan (vi) mengubah produk primer menjadi produk olahan untuk ekspor.Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang pangan adalah sebagai berikut:1) Pengembangan tananaman pangan berskala besar mod estate diarahkan pada daerah-daerah di luar Jawa yang lahannya masih cukup luas, dengan tetap memperhatikan perlindungan bagi petani kecil.2) Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal yang promotif untuk ekstensifikasi dan intensifikasi lahan usaha, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana budidaya dan pasca panen yang layak, dan ketersediaan infrastruktur.3) Pemberian pembiayaan, pemberian kejelasan status lahan, dan mendorong pengembangan kluster industri agribisnis di daerah-daerah yang memiliki potensi bahan baku produk pangan.4) Peningkatan kegiatan penelitian, promosi, dan membangun citra positif produk pangan indonesia.5) Pengembangan sektor strategis penduduk ketahanan pangan nasional, antara lain sektor pupuk dan benih.b) InfrastrukturArah kebijakan pengembangan penanaman modal di bidang insfrastruktur adalah sebagai berikut :1) Optimalisasi kapasitas dan kualitas infrastruktur (transportasi, energi, informasi dan telematika) yang saat ini sudah tersedia.2) Pengembangan infrastruktur baru dan perluasan layanan infrastruktur sesuai strategi peningkatan potensi ekonomi di masing-masing wilayah.3) Pengintegerasian pembangunan infrastruktur nasional sesuai dengan peran masing-masing wilayah dan jangkauan pelayanan infrastruktur.4) Percepatan pembangunan infrastruktur terutama pada wilayah sedang berkembang dan belum berkembang.5) Percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur melalui mekanisme skema Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) atau non KPS.6) Pengembangan sektor strategis pendukung pembangunan infrastruktur, antara lain pengembangan industri baja dan industri semen.c) Energi Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang energi adalah :1) Optimalisasi potensi dan sumber energi baru dan terbarukan serta mendorong penanaman modal infrastruktur energi untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan energi.2) Peningkatan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan untuk mendukung efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup dalam pengelolaan energi.3) Pengurangan energi fosil untuk alat transportasi, listrik, dan industri dengan subsitusi menggunakan energi baru dan terbarukan (renwable energy).4) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal serta dukungan akses pembiayaan domestik dan infrastuktur energi, khususnya bagi sumber energi baru dan terbarukan.5) Pengembangan sektor sraregis pendukung sektor energi, antara lain industri alat transportasi, industri mesin dan industri pipa.

4.5. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan ( Green Investment)Arah kebijakan Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan hidup ( Green Investment) adalah sebagai berikut :a. Perlunya bersinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup, khususnya program pengurangan emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan, transportasi, industri, energi, dan limbah, serta program pencegahan kerusakan keanekaragaman hayati.b. Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknolongi yang ramah lingkungan, serta pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan.c. Pengembangan ekonomi hijau (green economy).d. Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal diberikan kepada penanaman modal yang mendorong upaya-upaya pelestarian linglkungan hidup termasuk pencegahan pencemaran, pengurangan pencemaran lingkungan, serta mendorong perdagangan karbon (carbon trade).e. Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan secara lebih terintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir.f. Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan kemapuan atau daya dukung Lingkungan.4.6. Pemberdayaan UMKM dan KoperasiArah kebijakan pemberdayaan UMKM dan Koperasi dilakukan berdasarkan dua strategi besar, yaitu:a. Strategi naik kelas, yaitu strategi untuk mendorong usaha yang berada pada skala tertentu untuk menjadi usaha dengan skala yang lebih besar, usaha mikro berkembang menjadi usaha kecil, kemudian menjadi usaha menengah, dan pada akhirnya menjadi usaha berskala besar.b. Strategi aliansi, yaitu strategi kemitraan berupa hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau leging pelaku usaha, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat) sehingga dapat memperkuat keterkaitan diantara pelaku usaha dalam berskala usaha.Aliansi dibangun agar wirausahawan yang memiliki skala usaha lebih kecil mampu menembus pasar dan jaringan kerjasama produksi pada skala yang lebih besar. Aliansi tersebut dibangun berdasarkan pertimbangan bisnis dan kerjasama yang saling menguntungkan. Pola aliansi semacam inilah yang akan menciptakan keterkaitan usaha (linkage) antara usaha mikro, kecil, menengah, koperasi, dan usaha besar.4.7. Pemberian Kemudahan dan Insentif Penanaman ModalFasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal merupakan suatu keuntungan ekonomi yang diberikan kepada sebuah perusahaan atau kelompok perusahaan sejenis untuk mendorong agar perusahaan tersebut melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah.a) Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau InsentifUntuk membangun konsistensi dalam kebijakan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal, diperlukan pola umum pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal sebagai berikut:

Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau InsentifPenanaman Modal

RUPMKRITERIA KEGIATAN PENANAMAN MODALPionerPrioritas tinngiMenyerap banyak tenaga kerjaPembangunan infrastrukturMelakukan alih teknologiBerada di wilayah terpencil dan/atauTeringgalMenjaga kelestarian lingkunganMelaksanakan penelitian, pengabdianDan inovasiBermitra dengan UMKMMenggunakan bahan dalam negeriPrinsip Dasar :EfektifEfesienSederhanaAnalisa B/CJangka WaktuPENETAPAN PemberianFasilitas,Kemudahan danFASILITAS KEMUDAHANMENURUTKEGIATANPENANAMANMODALPionerPrioritas tinggiKombinasiFASILITASKEMUDAHANMENURUTWILAYAHWilayah majuWilayah berkembangWilayah tertingalKRITERIA KLASIFIKASIWILAYAHWilayah majuWilayah berkembangWilayah tertinggalPertimbangan Eksternal :Strategi Daerah PesaingPraktek terbaikNasionalKomitmen nasionalPERLUNYAPemberianFasilitas,KemudahanDan insentifPertimbangan Internal :Kebijakan pembangunanKepentingan pengembangan wilayahTujuan pemberianPengaruh sektor bersangkutanSikronisasi Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal didasarkan pada pertimbangan eksternal dan internal. Pertimbangan eksternal meliputi strategi daerah pesaing, intensitas persaingan merebut penanaman modal, praktek terbaik secara nasional (national best practice), serta komitmen nasional. Sedangkan pertimbangan internal yang perlu diperhatikan diantaranya strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi dan sektoral; kepentingan pengembangan wilayah; tujuan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal; pengaruh/keterkaitan sektor yang bersangkutan dengan sektor lain, besarannya secara ekonomi, penyerapan tenaga kerja; sinkronisasi dengan kebijakan yang terkait; serta tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Adapun prinsip-prinsip dasar penetapan kebijakan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal adalah efisiensi administrasi, efektif, sederhana, transparan, keadilan, perhitungan dampak ekonomi (analisis keuntungan dan kerugian), serta adanya jangka waktu.Penetapan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal diberikan berdasarkan kriteria pertimbangan badan usaha, antara lain kegiatan penanaman modal yang melakukan industri pionir, kegiatan penanaman modal yang menyerap banyak tenaga kerja; kegiatan penanaman modal yang melakukan pembangunan infrastruktur; kegiatan penanaman modal yang melakukan alih tehnologi, kegiatan penanaman modal yang berada di daerah terpencil, di daerah tertinggal, di daerah perbatasan, atau di daerah lain yang di anggap perlu, kegiatan penanaman modal yang menjaga kelestarian lingkungan hidup, kegiatan penanaman modal yang melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; kegiatan penanaman modal yang bermitra dengan UMKMK, serta kegiatan penanaman modal yang menggunakan barang modal dalam negeri.Selain itu, dalam penetapan pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal juga mempertimbangkan kriteria klasifikasi wilayah, antara lain kegiatan penanaman modal yang berlokasi di wilayah maju, di wilayah berkembang, dan di wilayah tertinggal. Pertimbangan ini diperlukan untuk lebih mendorong para penanam modal melakukan kegiatan usahanya di kondisi wilayah berbeda sehingga tercipta persebaran dan pemerataan penanaman modal di seluruh wilayah provinsi. Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal kepada penanam modal di wilayah tertinggal dan wilayah berkembang harus lebih besar dibanding wilayah maju. Pengklasifikasian wilayah dapat didasarkan pada indeks komposit yang dihitung menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita yang dikombinasikan dengan ketersediaan infrastruktur ataupun jumlah penduduk miskin.Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka ditetapkan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif. Dengan demikian, pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal ditetapkan berdasarkan pertimbangan pengembangan sektoral, wilayah atau kombinasi antara pengembangan sektoral dan wilayah.Yang dimaksud dengan kegiatan penanaman modal yang melakukan industri pionir adalah penanaman modal yang: Memiliki keterkaitan yang luas; Memberikan nilai tambah dan eksternalitas positif yang tinggi; Memperkenalkan teknologi baru; serta Memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.Sedangkan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi adalah penanaman modal yang: Mampu mendorong diversifikasi kegiatan ekonomi; Memperkuat struktur industri daerah dan nasional; Memiliki prospek tinggi untuk bersaing di pasar nasional dan internasional, dan Memilki keterkaitan dengan pengembangan penanaman modal strategis di bidang pangan, infrastruktur, dan energi.Kegiatan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka kepentingan daerah dan perkembangan ekonomi. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan penanaman modal di daerah dapat berlangsung secara berkesinambungan sebagaimana diamanatkan dalam Visi RUPMP Bengkulu Tahun 2014-2025.b) Bentuk/Jenis Fasilitas, Kemudahan, dan atau/Insentif Penanaman Modal oleh Pemerintah DaerahFasilitas fiskal penanaman modal yang diberikan pemerintah dapat berupa:a. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal dalam waktu tertentu;b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas inpor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;c. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;d. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu.Kemudahan penanaman modal adalah penyediaan fasilitas dari pemerintah daerah kepada penanam modal untuk mendorong peningkatan penanaman modal. Pemerintah provinsi dapat memberikan kemudahan berupa:a. Berbagai kemudahan pelayanan melalui sistem pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di bidang penanaman modal;b. Pengadaan infrastruktur melalui dukungan dan jaminan pemerintah;c. Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh hak atas tanah, pelayanan keimigrasian, dan pelayanan perizinan impor;d. Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;e. Penyediaan sarana dan prasaranaf. Penyediaan lahan atau lokasi; dang. Pemberian bantuan teknis.Insentif penanaman modal adalah dukungan dari Pemerintah Daerah kepada penanam modal dalam rangka mendorong peningkatan penanaman modal di daerah, yang antara lain dapat berupa:a. Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;b. Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;c. Pemberian dana stimulan; dan/ataud. Pemberian bantuan modal.c). Kriteria Penanaman Modal yang diberikan Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman ModalSesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pemerintah provinsi memberikan fasilitas dan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada penanam modal yang melakukan penanaman modal. Fasilitas penanaman modal sebagaimana dimaksud diberikan kepada penanaman modal yang:a. Melakukan perluasan usaha; ataub. Melakukan penanaman modal baru.Lebih lanjut, penanaman modal yang mendapat fasilitas penanaman modal adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut:a. melakukan industri pionir;b. termasuk skala prioritas tinggi;c. menyerap banyak tenaga kerja;d. termasuk pembangunan infrastruktur;e. melakukan alih teknologi;f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi; atauj. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.Untuk kegiatan penanaman modal yang melakukan industri pionir menduduki peringkat pemberian insentif tertinggi karena sifat pengembangannya memiliki keterkaitan yang luas, strategis untuk perekonomian nasional, dan menggunakan teknologi baru. Sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan industri pionir.d). Mekanisme Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau InsentifPenanaman Modal Pemberian fasilitas, kemudahan dan insentif penanaman modal provinsi diberikan oleh Gubernur terhadap bidang-bidang usaha, termasuk di dalamnya bidang-bidang usaha tersebut sifatnya dinamis, maka untuk mengikuti perkembangan yang ada perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal. Evaluasi ini dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) dengan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait.Hasil evaluasi yang dihasilkan dapat berupa rekomendasi/usulan penambahan dan/atau insentif. Kepala BKPMD provinsi menyampaikan hasil evaluasi kepada Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) provinsi untuk dibahas dengan kepala-kepala SKPD terkait. Hasil pembahasan selanjutnya ditindaklanjuti oleh kepala-kepala SKPD terkait sesuai kesepakatan dalam pembahasan.4.8. Promosi dan Kerjasama Penanaman ModalArah kebijakan Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut:a) Penguatan image building sebagai daerah tujuan penanaman modal yang menarik dengan mengimplementasikan kebijakan pro penanaman modal dan menyusun rencana tindak image building lokasi penanaman modal.b) Pengembangan strategi promosi yang lebih fokus (targetted promotion) terarah dan inovatif.c) Pelaksanaan kegiatan promosi dalam rangka pencapaian target penanaman modal yang telah ditetapkan.d) Peningkatan peran koordinasi Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal dengan seluruh SKPD terkait di provinsi dan kabupaten/kota.e) Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal secara pro aktif untuk mentransformasi minat penanaman modal menjadi realisasi penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu.

BAB V. INDIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN

5.1. Analisis SWOTDalam merumuskan strategi pengembangan Rencana Umum Penanaman Modal Daerah Provinsi Bengkulu, diperlukan analisis lingkungan baik internal maupun eksternal secara mendalam (Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Hasil analisis dituangkan dalam bentuk Matrik Internal dan Eksternal (IE) serta Matric Space (MS) sebagai berikut.Tabel 5.1. Faktor Strategis InternalFaktor Strategis Internal

BobotRatingSkor

KEKUATAN1. Kejelasan visi2. Ketersediaan lahan3. Situasi Hukum4. Kepastian Hukum5. Kesiapan Kelengkapan6. PerkebunanJumlahKELEMAHAN1. Infrastruktur2. Investasi tidak merata3. Kesenjangan investasi4. Tingginya biaya hidup5. Kurangnya tenga kerja terampil6. Daya saing daerah rendahJumlah0,150,100,150,100,050,054443220,600,400,600,300,100,10

0,60

0,100,050,050,050,050,10

2112222,10

0,200,050,050,100,100,10

0,400,60

Total1,002,70

Matrik Space1,50

Tabel 5.2. Faktor strategis eksternalFaktor Strategis EksternalBobotRatingSkor

PELUANG1. Regulasi percepatan pembangunan2. Kesepakatan pembangunan daerah3. Pembangunan rumah lapangan4. Pembangunan energiJumlahANCAMAN1. Penurunan daya dukung lahan2. Bencana alam3. Meningkatnya kompetensi antar wilayah4. Meningkatnya daya saing provinsi tetanggaJumlah0,15

0,15

0,150,154

3

220,60

0,45

0,300,30

0,60

0,150,150,05

0,05

221,65

0,300,30

1

20,05

0,10

0,400,75

Total1,002,40

Matrik Space0,90

5.2. Sintesis Hasil AnalisisBerdasarkan analisis matrik SWOT, maka diperoleh nilai Internal Eksternal (IE) sebesar 2,70 dan 2,40 yang berarti bahwa kondisi Penanaman Modal Daerah Provinsi (RUPMP) Bengkulu berada pada posisi Pertumbuhan dan Stabilitas. Artinya secara internal faktor-faktor yang memberikan sinyal positif atau yang merupakan kekuatan dalam penanaman modal daerah secara keseluruhan relatif besar. Demikian halnya dengan faktor-faktor eksternal yang mendukung terjadinya kegiatan penanaman modal di Provinsi Bengkulu juga relatif besar. Dengan demikian, kedua faktor internal dan eksternal di atas memiliki nilai rata-rata relatif besar. Secara grafis hasil analisis lingkungan internal dan eksternal disajikan pada Gambar 5.1Berdasarkan hasil analisis dengan Matrik Space (MS) diperoleh nilai sebesar 1,50 untuk sumbu X dan 0,90 untuk sumbu Y, yang menunjukkan bahwa kondisi Penanaman Modal Daerah Provinsi Bengkulu berada pada posisi Agresif. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor yang memberikan sinyal atau menunjukkan kekuatan penanaman modal daerah dengan nilai yang positif atau masih lebih besar jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang melemahkan. Demikian halnya dengan faktor-faktor yang memberikan peluang untuk berkembangnya penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu juga menunjukkan nilai yang positif atau masih lebih besar jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang mengancam keberlangsungan penanaman modal. Oleh karena itu strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan penanaman modal di Provinsi Bengkulu adalah strategi yang bersifat Agresif. Strategi yang agresif dibutuhkan agar kelebihan dari faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan yang memberikan peluang dalam penanaman modal dapat dieksploitasi secara optimal sehingga laju penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu dapat dipercepat.

Total SkorInternalKuat Rata-rata Lemah 3,0 2,0 1,0

Tinggi 3,0Total Skor Eksterna2,0Rendah1,0Gambar 5.1Analisis SWOT Matrik Internal dan EksternalHasil analisis terhadap pendekatan Matrik Space secara grafis disajikan pada gambar 5.2. Terdapat konsistensi antara dua pendekatan baik menggunakan Matrik Internal dan Eksternal (MIE) maupun Matrik Space (MS) dan keduanya mendukung adanya Strategi Pertumbuhan dan Stabilitas yang bersifat Agresif. Konservatif