universitas indonesia penyelundupan manusia...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
Penyelundupan Manusia yang Dilakukan oleh Sindikat
Internasional di Jakarta
Tugas Karya Akhir
Kenn Lazuardhi Syarnubi
1006664546
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kriminologi
Depok
Juli 2014
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
Penyelundupan Manusia yang Dilakukan oleh Sindikat
Internasional di Jakarta
Tugas Karya Akhir
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kenn Lazuardhi Syarnubi
1006664546
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kriminologi
Penegakan Hukum
Depok
Juli 2014
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
iv
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. segenap syukur atas berkat rahmatnya Allah SWT
sehingga saya dapat bertahan sampai semester 8 (delapan) ini dan telah
menyelesaikan tugas karya akhir sesuai dengan apa yang telah saya dapatkan
selama menjalani masa kuliah di Kriminologi, FISIP UI ini. Penulisan tugas karya
akhir ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada
program studi Kriminologi, FISIP UI. Saya mengucapkan rasa terima-kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu, mensupport, dan memberikan
dukungan serta dorongan didalam proses penyusunan tugas karya akhir ini. Maka
dari itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, beserta nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
rezekinya, serta menuntun dan mencerahkan saya ketika mendapatkan
musibah atau masalah.
2. Mama, Papa, Yayang, Bagas, Ardhi, Niai, Bakas, Tante, Om, dan keluarga
besar, karena merekalah saya tetap bersemangat dan berusaha maju di
setiap halangan yang datang.
3. Pak Ferdinand T. Andi Lolo, SH, LL.M., Ph,D selaku pembimbing saya
yang tidak pernah berhentinya membantu perbaikan dan memberikan
saran dari awal pengerjaan tugas karya akhir sampai dengan selesai. Prof.
Adrianus Meliala, Ph.D., M.Si., M.Sc selaku penguji ahli, Dra. Mamik Sri
Supatmi, M.Si selaku ketua sidang, dan bang M. Irvan Olii, S.Sos., M.Si
selaku sekretaris sidang merangkap pembimbing akademik saya dari awal
masuk kuliah sampai tamat kuliah.
4. Semua dosen departemen kriminologi, dosen FISIP, dan dosen UI, yang
telah membimbing saya dari awal proses kuliah, sampai dengan
penyusunan tugas karya akhir.
5. Teman-teman kriminologi FISIP UI, Jembreweh 08, Katro 09, Mandibir
10, Nyasar 11, dan Tipatul 12, yang memberikan ide, lelucon, tawa, dan
kesenangan selama menghadapi proses awal kuliah, sampai dengan
penyusunan tugas karya akhir.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
iv
Universitas Indonesia
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Kenn Lazuardhi Syarnubi Program Studi : Kriminologi Judul : Penyelundupan Manusia yang Dilakukan oleh Sindikat
Internasional di Jakarta Tugas karya akhir ini membahas bagaimana proses penyelundupan manusia yang dilakukan oleh sindikat internasional, terutama yang terjadi di kota Jakarta. Pelaku penyelundupan yang berada di Indonesia sebagai negara transit berkomunikasi dan berkoordinasi dengan otak penyelundupan di negara asal. Penulis menjelaskan modus operandi pelaku penyelundupan manusia yang berinisial JS, HF, dan SH. Korban penyelundupan bekerja sama dengan pelaku penyelundupan agar dapat diselundupkan ke negara tujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Cara penyelundupan dapat melalui jalur udara, darat, dan air, namun menempuh resiko yang berbeda pula. Kata kunci: Penyelundupan Manusia, Sindikat Internasional, Modus Operandi
ABSTRACT
Name : Kenn Lazuardhi Syarnubi Study Program: Criminology Title : The People Smuggling committed by an International
Syndicate in Jakarta This final assignment discusses the process of people smuggling committed by an international syndicate in Indonesia, particularly in Jakarta. The smuggling agents who are posted in Indonesia as the transit country maintain an intensive communication and close coordination with the syndicate leader from the origin country. The author describes the modus operandi of particular smuggling agents who go by initials JS; HF; and SH respectively. The smuggled participants actively participate in the process to reach the destination country in the hope to gain a better life there. The smuggling is carried out by air, land and sea in which each option has its own risk. Key words: People Smuggling, International Syndicate, Modus Operandi.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL …………………………………………….
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………….. iii
KATA PENGANTAR …………………………………………….. iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………...…………………. vi
ABSTRAK …..…………………………………………………….. vii
ABSTRACT ………………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………….
DAFTAR TABEL …...…….……………………………………….
DAFTAR GAMBAR ...…………………………………………….
vii
viii
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN …...……………………………………….
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….
xii
1
1.1 Latar Belakang ..……………………………………………….. 1
1.2 Permasalahan...……………. …………………………………... 5
1.3 Pertanyaan Penulisan …………………….……………………..
1.4 Tujuan Penulisan …………………….………..………………..
8
8
1.5 Signifikansi Penulisan …………………...……………………... 8
1.5.1 Signifikansi Akademis ...…………………………………. 8
1.5.2 Signifikansi Praktis …………………………………...….. 9
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN & KERANGKA TEORI..... 10
2.1 Definisi Konseptual. …………………………….……………… 10
2.1.1 Penyelundupan Manusia ………………………………… 10
2.1.2 Sindikat Internasional ……………………………………. 12
2.1.3 Kajian Jurnal Ilmiah ……………………………………... 13
2.2 Kerangka Teori ……………………………….…………………
2.2.1 Differential Association………....,..…………………………
18
18
2.2.2 Rational Choice Theory………...………………………... 20
BAB III URAIAN KASUS …….….......……………...…………… 24
3.1 Kasus ………………………………….....…………..…………. 24
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
ix
3.1.1 Uraian Kasus Penyelundupan Manusia ..…….......…...…
3.1.1A Kasus JS ………………………………………………..
3.1.1B Kasus HF ……………………………………………….
3.1.1C Kasus SH …………………………………………….…
3.1.2 Rute Penyelundupan Manusia…..……………………….
24
24
29
33
37
BAB IV ANALISIS .………………………….…………………… 40
4.1 Analisis Proses Penyelundupan Manusia.….............…………..
4.2 Kejahatan Penyelundupan Manusia ……………………………
4.3 Pelaku Penyelundupan Manusia …..……..……………..………
42
46
50
BAB V PENUTUP ………………………….……………………... 54
5.1 Kesimpulan ………….…………………….…………………... 54
5.2 Saran ………………………………..……….…………………. 55
DAFTAR PUSTAKA…..……………………….…………………. 57
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.1A Kasus JS…………………………………………….... 28
Tabel 3.1.1B Kasus HF .……………..……………………………...
Tabel 3.1.1C Kasus SH………………..…………………………….
32
36
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
3.1.2 Rute Penyelundupan Manusia…………………………….……… 37
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Wawancara……………………………………………………………...
Berita…………………………………………………………………….
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir penyelundupan manusia di Indonsia semakin marak.
Berdasarkan data Kementrian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Republik
Indonesia, tercatat ada 5 (lima) kasus penyelundupan manusia dalam rentang Januari-
April 2013 dengan jumlah manusia yang diselundupkan sebanyak 384 orang1.
Sedangkan menurut catatan Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian
Republik Indonesia, imigran ilegal yang diamankan sebanyak 4525 orang pada tahun
2012. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, terjadi peningkatan hampir
100 persen. Tahun 2011 sebanyak 2470 orang imagran ilegal sedangkan tahun 2010
tercatat sebanyak 2352 orang2.
Berdasarkan data di atas, hal mustahil jika penyelundupan manusia di
Indonesia terjadi begitu saja. Kejahatan tersebut melibatkan banyak pihak dan
terorganisir dengan rapi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Paul Lunde dalam
buku Organized Crime, bahwa kejahatan terorganisir adalah kejahatan yang terus
menerus memikirkan langkah selanjutnya, dan tergabung dalam kejahatan konspirasi,
dimana memiliki struktur terorganisir yang rapi, dipicu oleh rasa takut, dan dikuasai
oleh kekuasaan dan keserakahan3. Selain itu, Konvensi PBB melawan Kejahatan
Transnasional pada tahun 2000, menyebutkan bahwa Organized Crime, adalah
kelompok yang terstruktur dari 3 orang atau lebih, dan keberadaannya nyata untuk
melakukan satu atau lebih kejahatan yang serius atau melakukan pelanggaran yang
1Deputi Bidang Koordinasi Keamanan Nasional Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia, Upaya Kemenkopolhukam dalam Meningkatkan Kerjasama antar Lembaga Penegak Hukum serta Penanganan Pengungsi dan Imigran Ilegal makalah disampaikan pada Loka Karya tentang Peningkatan Kerja Sama Teknis dalam Rangka Penegakan Hukum Penyelundupan manusia, Batam, Kepulauan Riau, pada tanggal 17-20 Juni 2013. 2Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolitian Republik Indonesia, Anev Penegakan Hukum Penyelundupan Manusia tahun 2013, makalah disampaikan pada Loka karya tentang Peningkatan Kerja Sama Teknis dalam Rangka Penegakan Hukum Penyelundupan manusia, Batam, Kepulauan Riau, pada tanggal 17-20 Juni 2013. 3Paul Lunde, Defining Organize Crime, (New York, Organized Crime, 2004) Hal 8.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
berdampak langsung atau tidak langsung kepada kerugian keuangan dan kerugian
materi lainnya4.
Hasil temuan dari buku yang disusun oleh IOM menunjukkan bahwa adanya
transaksi uang yang tidak sedikit dalam penyelundupan manusia. Biaya yang harus
dikeluarkan oleh setiap korban kepada pelaku penyelundupan berkisar antara US$
3000 – US 15.000 per korban. Tentu ini jumlah yang tidak sedikit, Berbagai modus
operandi yang dilakukan dalam penyelundupan manusia dengan melibatkan berbagai
pihak atau pelaku. Setidaknya ada dua peran dalam penyelundupan manusia, yakni
sebagai otak penyelundupan yang bersifat pasif dan berada di negara asal, dan ada
yang berperan sebagai agen penyelundupan yang bersifat aktif berasa di negara transit
atau negara tujuan. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa penyelundupan manusia
adalah kejahatan yang terstruktur.5
Hal yang tak bisa dikesampingkan dalam melihat pesatnya imigran ilegal di
Indonsia adalah posisi geografis, agama, dan juga keadaan dalam negeri negara asal
korban. Meskipun Indonesia tidak menjadi negara tujuan korban, namun letak
geografis yang berada di tengah jalur penyelundupan dan berdekatan langsung
dengan negara tujuan, yakni Australia, menjadi faktor penting. Seperti yang telah
diketahui bahwa imigran ilegal banyak berasal dari Negara Afganistan, Myanmar,
Iran, Irak, Pakistan dan Srilanka6, dimana letak negara-nagara tersebut berada di utara
negara tujuan (Australia) yang mau tidak mau, Indonesia menjadi negara transit.
Penyelundupan baik melalui darat maupun laut, Indonesia sudah dikenal
sebagai negara transit penyelundupan manusia di mata Internasional. Daerah-daerah
transit di Indonesia sebagai contoh di daerah Medan, Riau, Jakarta, Surabaya,
Entikong, Bali, Kepulauan Maluku, dan daerah perairan Indonesia lainnya7.
Meskipun Indonesia hanya dijadikan sebagai negara transit, tidak berarti tidak
4Imam Santoso, Perspektif Imigrasi dalam United Nation Convention Against Transnasional Organize Crime, (Jakarta, Peruri, 2010) Hal 279. 5IOM, Penyelidikan dan Penyidikan dalam Tindak Pidana Penyelundupan Manusia, Bab III (IOM, Petunjuk Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia, 2012) Hal 61-64. 6Anev Penegakan Hukum Penyelundupan Manusia tahun 2013, Mabes Polri, Op. Cit., 7Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Daerah Sumber, Transit, dan Penerima, (Jakarta: Penghapusan Perdagangan Orang di Indonesia, 2005).
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
membawa dampak negatif. Keberadaan imigran ilegal dalam kurun waktu tertentu
akan menetap di Indonesia, sehingga akan menimbulkan peluang kejahatan dalam
segi kualitas dan kuantitas8.
Dalam buku “Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana
Penyelundupan Manusia” yang disusun oleh IOM mendeskripsikan korban adalah
orang yang secara sadar dan berkeinginan untuk menyeberang ke negara lain secara
ilegal, tidak terdapat adanya unsur paksaan untuk menyelundupkan dirinya sendiri
dibawah tekanan orang lain9. Namun, penulis mengkategorikan orang yang
diselundupkan bukan sebagai korban, tetapi juga sebagai pelaku karena orang yang
akan diselundupkan tahu bahwa perbuatan yang dilakukan adalah salah, namun masih
tetap ingin melakukannya karena desakan keadaan yang ada di negaranya, dan
bahkan orang yang diselundupkan mau membayar agar dirinya dapat diselundupkan,
dan bekerja sama dengan penyelundup, agen, atau broker10. Korban penyelundupan
disini bukan sepenuhnya korban, tetapi disebut sebagai (participating victim) korban
yang bekerja sama.
Melihat kondisi Indonesia dalam konteks penyelundupan manusia di atas,
beragam upaya untuk mengurangi, mencegah, dan menghentikan timbulnya sindikat
penyelundupan manusia. Indonesia terdapat badan untuk menangani berkembangnya
kegiatan penyelundupan manusia, seperti Direktorat Jenderal Imigrasi, Polisi
Air,Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang menjaga perbatasan, Polisi
dalam negeri, dan masyarakat Indonesia pun dapat turut membantu berperan dalam
penanganan penyelundupan manusia. Warga negara asing termasuk migran harus
diawasi lalu-lintas, kegiatan, serta aktifitas mereka. Seperti tercantum didalam
Undang-Undang nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 66 ayat 2 poin
(b)11 menjelaskan bahwa Menteri melakukan pengawasan Keimigrasian dengan
8Imam Santoso, Perspektif Imigrasi dalam United Nation Convention Against Transnasional Organize Crime, (Jakarta, Peruri, 2010) Hal 1. 9IOM, Peran Penyidik, Ketentuan terhadap Orang yang Diselundupkan, Bab II (IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia, 2012) Hal 27. 10 Ibid,. 11Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Bab 6, pasal 66, butir 2 poin (b).
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
membentuk tim pengawasan Orang Asing12, baik itu pengawasan meliputi warga
negara Indonesia ataupun pengawasan meliputi Orang Asing. “Pengawasan terhadap
lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta
pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia”.
Melalui pasal 66 ayat 2 poin (b) tersebut, Menteri melakukan pengawasan terhadap
lalu lintas orang asing dan juga keberadaan serta kegiatan orang asing tersebut,
sehingga dapat membongkar sindikat penyelundupan manusia yang sedang terjadi
dan juga dapat mengantisipasi perkembangan sindikat penyelundupan yang baru.
Selain itu, untuk melindungi Indonesia dari masuknya penyelundupan
manusia, dibutuhkan penanganan yang tidak hanya melibatkan penegak hukum dalam
negeri namun juga melakukan koordinasi dengan lembaga international/regional dan
kerja sama bilateral dengan negara tujuan para imigran. Penguatan regional terutama
kerja sama negara-negara ASEAN menjadi penting untuk memutus jalur
penyelundupan manusia. Hal ini penting karena beberapa negara ASEAN termasuk
jalur penyelundupan manusia, misalnya Malaysia, Myanmar, Thailand13.
Oleh karenanya, penulisan mengenai penyelundupan manusia menjadi
penting. Penulis mengambil tiga kasus penyelundupan manusia yang terjadi pada
rentang tahun 2012-2013 berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Imigrasi
Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Landasan penulisan karya ini
disesuaikan dengan empat pilar penelitian dalam kriminologi yaitu kejahatan itu
sendiri, pelaku kejahatan, korban kejahatan, dan reaksi masyarakat baik formal
mampun non-formal. Namun penulis berada pada aspek kejahatan penyelundupan
manusia itu sendiri dan pelaku penyelundupan manusia. Dimana penyelundupan
manusia telah termasuk dalam kejahatan karena melanggar peraturan yang berlaku
pada masing-masing negara, dan orang yang akan diselundupkan cenderung bekerja
12Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Bab 6, pasal 69, butir 1. 13 Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Daerah Sumber, Transit, dan Penerima, (Jakarta: Penghapusan Perdagangan Orang di Indonesia, 2005).
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
sama (participating victim) dengan pelaku penyelundupan agar berhasil untuk
diselundupkan.
1.2 Permasalahan
Penyelundupan manusia sebagai kejahatan terorganisir telah dibahas didalam
United Nation Convention against Transnational Organized Crime atau Konvensi
PBB melawan Kejahatan Transnasional Terorganisir, Indonesia telah menyetujui
hasil konvensi tersebut dan penandatanganan pada tanggal 12 Desember 2000. Hasil
dari konvensi PBB melawan kejahatan transnasional terorganisir akhirnya disahkan
melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 2009 guna untuk memperkuat kerja sama
internasional dan ditingkatkan agar dapat mencegah dan memberantas tindak pidana
transnasional yang terorganisasi14. Dengan terbentuknya Undang-undang
Keimigrasian baru Nomor 6 tahun 2011 dan Undang-undang Pengesahan konvensi
PBB melawan kejahatan transnasional terorganisir Nomor 5 tahun 2009, diharapkan
Indonesia dapat melakukan penegakan hukum terhadap para pelaku penyelundupan
manusia yang dapat mengancam kehidupan sosial masyarakat di Indonesia.
Dalam tulisan ini, penulis mengambil tiga pelaku penyelundupan manusia di
Jakarta, yang menggunakan Indonesia sebagai tempat transit, mereka adalah JS yang
merupakan penyelundup berkewarganegaraan India untuk mengantarkan migran dari
India kenegara Eropa dengan menggunakan Indonesia sebagai negara transit. Ada
pula HF sebagai penyelundup yang berkewarganegaraan Iran berperan sebagai
perekrutan korban yang akan diselundupkan dengan bekerjasama dengan SH.
Terakhir adalah SH yang berkewarganegaraan ganda Pakistan dan Afghanistan
sebagai penyelundup sekaligus otak penyelundup di Indonesia dengan negara tujuan
penyelundupan Australia.
Persamaan dari 3 (tiga) contoh kasus yang diambil oleh penulis JS, HF, dan
SH yakni: (1) ketiganya adalah sindikat penyelundupan manusia yang merekrut
14Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi).
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
warganegaranya, (2) diperintahkan oleh otak penyelundupan di negara asal mereka;
(3) menjadikan Indonesia sebagai negara transit bukan negara tujuan. Pelaku JS, HF,
dan SH melakukan kejahatan terorganisir dalam penyelundupan manusia dan
membangun sindikat penyelundupan manusia mereka sendiri.Munculnya sindikat
penyelundupan manusia seperti JS, HF, dan SH ini dilandasi oleh pencarian
kehidupan yang lebih layak oleh para migran yang akan diselundupkan.
JS sebagai pelaku penyelundupan datang ke Indonesiapertama kali untuk
keperluan bisnis, kemudian berubah menjadi penyelundup di negara transit akibat
kurangnya pengawasan terhadap JS ketika di Indonesia. Sama halnya dengan HF dan
SH yang tinggal di daerah Cisarua, Bogor, akibat kurang diawasi kegiatannya
menyebabkan mereka menjadi pelaku penyelundupan manusia. Kurang pengawasan,
membuat penyelundup ini dengan mudah melakukan pelanggaran keimigrasian dalam
pemalsuan dokumen keimigrasian seperti paspor, visa, cap keimigrasian, atau izin
tinggal (baik izin tinggal sementara atau izin tinggal tetap) dan menjadikan tempat
penampungan sementara para orang yang akan diselundupkan di tempat mereka.
Kegiatan pemalsuan dan penampungan sementara yang dilakukan oleh JS, HF, dan
SH akibat kurang pengawasan ini, dapat membuat semakin berkembanganya bisnis
penyelundupan mereka.
Penulis memilih mengambil tema penyelundupan manusia dikarenakan
melihat JS warga negara India yang melakukan penyelundupan manusia
menggunakan dokumen keimigrasian palsu yang dibuat menyerupai aslinya membuat
penulis tertarik tentang berbagai macam modus operandi penyelundupan manusia.
Pada penelitian sebelumnya yang penulis temukan adalah “Keterlibatan Nelayan
Indonesia Dalam Kasus Penyelundupan Manusia Menuju Australia” yang ditulis
dalam skripsi Lenny Sri Astuty (2011)15. Perbedaan tulisan tersebut dengan tulisan
ini adalah penulis melihat bagaimana proses penyelundupan manusia di Indonesia
sebagai negara transit, untuk imigran dengan tujuan penyelundupan manusia ke
15Sri Lenny Astuty, (Skripsi) Keterlibatan Nelayan Indonesia dalam Kasus Penyelundupan Manusia menuju Australia, 2011, Hal. 73.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
negara Australia dan juga negara-negara Eropa (seperti pada kasus JS). Penulis juga
membahas proses penyelundupan manusia secara lebih mendalam terutama
menjelaskan cara-cara yang dilakukan untuk menyelundupak manusia di Indonesia
pada umumnya, dan di Jakarta secara khususnya.
Pentingnya UU Keimigrasian Nomor 6 Tahun 2011 adalah untuk mengatur
dan mengawasi lalu lintas keluar-masuk warga negara Indonesia dan warga negara
asing di Indonesia. Kasus JS, HF, dan SH selaku pelaku penyelundupan manusia dari
sindikat internasional pun telah melanggar pasal didalam undang-undang
keimigrasian ini, yaitu pasal 75 ayat (1), pasal 113, dan pasal 119.Pelaku
penyelundupan manusia JS, HF, dan SH telah memfasilitasi migran yang ingin
berpindah negara dari negara asal mereka ke negara lain tanpa melalui proses yang
berlaku sesuai dengan hukum yang telah ada. Pemalsuan dokumen keimigrasian
sering dilakukan oleh ketiga pelaku penyelundupan manusia yang menjadikan
Indonesia sebagai tempat negara transit. Dimana ketiga penyelundup yang beda
kewarganegaraan (JS warga negara India, HF warga negara Iran, SH warga negara
Pakistan-Afghanistan) ini sama-sama menampung orang yang akan diselundupkan di
tempat tinggal sementara mereka, membuatkan dokumen keimigrasian palsu,
kemudian mengirimkan mereka ke negara tujuan.
Pelanggaran yang dilakukan pada pasal 75 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2011
tentang WNA yang berada di wilayah Indonesia yang melakukan kegiatan berbahaya
dan patut diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum atau tidak menaati
peraturan yang sedang berlaku, pelanggaran pasal tersebut dilakukan pelaku
penyelundupan sindikat internasionalterkait melakukan penampungan terhadap orang
yang bukan warga negara tanpa izin yang berlaku.Selain itu, pelanggaran yang
dilakukan berupapemalsuan dokumen keimigrasian sepetipaspor atau izin tinggal
yang sifatnya tetap atau sementara.
Dari permasalahan diatas, penulis akan membahas bagaimana proses
penyelundupan manusia, yang dimulai dari orang yang akan diselundupkan tiba di
Indonesia sebagai negara transit, proses perekrutan korban sesama warga negara
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
mereka, proses pemalsuan dokumen keimigrasian, tempat penampungan korban,
sampai pemberangkatan korban ke negara tujuan.
1.3 Pertanyaan Penulisan
- Bagaimana penyelundupan manusia yang dilakukan olehsindikat internasional di
Jakarta?
1.4 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini, sebagai berikut:
- Menggambarkan proses penyelundupan manusia, dari otak penyelundup di negara
asal, pelaku penyelundup di negara transit, sampai orang yang diselundupkan tiba di
negara tujuan.
- Menguraikan 3 kasus penyelundupan manusia yang dilakukan oleh JS, HF, dan SH.
- Melihat modus operandi sindikat internasional dari negara transit sampai ke negara
tujuan orang yang diselundupkan.
1.5 Signifikansi Penulisan
1.5.1 Signifikansi Akademis
Secara akademik diharapkan tulisan ini dapat menjadi sumber referensi yang
membantu mahasiswa atau akademisi lainnya dalam membahas penyelundupan
manusia. Penulis pun berharap tulisan ini dapat menjelaskan tentang proses
penyelundupan manusia yang dilakukan oleh sindikat internasional dan berbagai
modus operandinya, dimulai dari proses rekrutmen korban, persiapan
pemberangkatan korban, sampai akhirnya korban sampai di negara tujuan. Penulis
juga mengharapkan tulisan ini dapat memberikan masukan terkait dengan penelitian-
penelitian selanjutnya yang akan dilakukan atau sedang dilakukan. Tulisan ini juga
diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi tugas-tugas yang berkaitan dengan
penyelundupan manusia.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
1.5.2 Signifikansi Praktis
Penulisan yang dilakukan ini diharapkan dapat membantu menjelaskan
bagaimana penanganan terhadap penyelundupan manusia oleh sindikat internasional.
Penulisan ini diharapkan pula dapat membantu perumusan atau revisi Undang-
undang baru terkait dengan penyelundupan manusia. Tulisan ini pun semoga dapat
memperjelas mahasiswa, atau masyarakat sekitar tentang giat nya penyelundupan
manusia yang sedang terjadi, terutama di kota-kota besar yang sering digunakan
untuk berbaurnya pelaku penyelundupan manusia dan orang yang akan
diselundupkan.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN & KERANGKA TEORI
2.1 Definisi Konseptual
2.1.1 Penyelundupan Manusia
Penyelundupan manusia, jika dilihat dari sudut pandang kriminologi termasuk
dalam aspek kejahatan itu sendiri. Penyelundupan manusia menurut Undang-Undang
Nomor 6 tentang Keimigrasian16 adalah “Perbuatan yang bertujuan mencari
keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk diri sendiri atau
untuk orang lain yang membawa seseorang atau kelompok orang, baik secara
terorganisasi maupun tidak terorganisasi, atau memerintahkan orang lain untuk
membawa seseorang atau kelompok orang, baik secara terorganisasi maupun tidak
terorganisasi, yang tidak memiliki hak secara sah untuk memasuki Wilayah
Indonesia atau keluar Wilayah Indonesia dan/atau masuk wilayah negara lain yang
orang tersebut tidak memiliki hak untuk memasuki wilayah tersebut secara sah, baik
dengan menggunakan dokumen sah maupun dokumen palsu, atau tanpa
menggunakan dokumen perjalanan, baik melalui pemeriksaan imigrasi maupun
tidak”. Jadi UU Nomor 6 tahun 2011 mendefinisikan penyelundupan manusia
sebagai perbuatan yang mencari keuntungan dengan membawa orang yang tidak
mempunyai hak masuk/keluar di Indonesia atau negara lain secara sah dengan
dokumen asli/palsu ataupun dengan melalui atau tidak melalui pemeriksaan imigrasi.
Pada umumnya penyelundupan manusia dipahami sebagai usaha untuk
mendapatkan keuntungan finansial atau material secara langsung maupun tidak
langsung17. Namun semakin berkembang bahwa menyediakan fasilitas untuk masuk
atau melintas sebuah negara secara ilegal termasuk pada konsep penyelundupan
manusia tersebut. Penyelundupan seringkali melibatkan para korban yang telah setuju
16Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Bab 1, pasal 1, butir 32. 17IOM, Perbedaan Perdagangan Orang dan Penyelundupan Manusia, Bab I (IOM, Pedoman Penegakkan Hukum dan Perlindungan Korban dalam Penanganan Tindak Pidana Perdaganan Orang, 2012) Hal 12.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
dengan kegiatan tersebut. Tanpa adanya paksaan sama sekali dari para penyedia
fasilitas. Hal itulah yang membedakan dengan perdagangan manusia yang memaksa
para migran untuk berpindah tempat.
Penyelundupan manusia yang dilakukan penyelundup diatas sangat berbeda
dengan perdagangan orang. Jika perdagangan orang adalah korban sebagai orang
yang diperjual-belikan tidak akan menyadari bahwa dirinya sedang diperdagangkan,
atau bisa saja korban perdagangan orang telah ditipu atau diancam dari pelaku
perdagangan orang. Karena tujuan perdagangan orang yaitu eksploitasi manusia
untuk dipekerjakan secara paksa dengan cara yang tidak layak18. Sedangkan
perbedaan dengan penyelundupan manusia adalah, korban yang akan diselundupkan
secara sadar mengikuti proses penyelundupan termasuk dengan segala
konsekuensinya. Terdapat pula peran aktif dari manusia yang akan diselundupkan itu
sendiri dengan membeli jasa penyelundupan dari pelaku penyelundupan manusia19.
Penyelundupan manusia dapat menggunakan berbagai macam jalur. Yaitu
jalur darat, jalur udara, atau jalur air. Untuk menempuh waktu yang singkat jika jarak
negara tujuan jauh. Maka para penyelundup lebih sering menggunakan Pesawat.
Namun resiko dalam menggunakan jalur udara lebih besar untuk tertangkap pihak
imigrasi negara tujuan. Karena bisa saja terdapat kelalaian dari korban yang akan
diselundupkan sehingga menimbulkan kecurigaan pada korban dan akan di periksan
oleh Imigrasi setempat. Sedangkan untuk jalur air dan jalur darat lebih relatif aman
untuk digunakan sebagai jalur penyelundupan.
Walaupun tim gabungan petugas imigrasi yang dibantu Polri, TNI, dan
Pemerintah Kota setempat sering melakukan patroli gabungan, namun masih terdapat
beberapa celah atau jalan tikus yang digunakan dalam penyelundupan ini. Untuk
daerah Indonesia terdapat jalur darat yang kemudian menggunakan jalur air. Jalur
darat yang digunakan adalah jalur yang melalui negara Malaysia,banyak pulau di
Indonesia yang dapat dijadikan batu pijakan. Berbagai wilayah di Sumatera, antara
18IOM,Penegakan Hukum terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia, Bab I (IOM, Buku Petunjuk bagi Petugas, Dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana yang Berkaitan dengan Penyelundupan Manusia, 2012) Hal 5-6. 19Ibid,.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
lain Kepulauan Riau mudah di capai setelah transit dari Malaysia. Dari Malaysia
kemudian menyeberang menggunakan kapal kapal kecil untuk masuk ke wilayah
Indonesia yang luas namun lemah kontrol aparat keamanannya, tetapi banyak pilihan
jalur transportasinya melalui darat, laut, dan udara untuk menuju negara tujuan20.
Definisi penyelundupan migranmenurut GAATW (Global Alliance Against
Traffic in Women)21 adalah“dimasukannya seseorang secara ilegal ke dalam suatu
negara yang orang tersebut bukan merupakan warga negara atau penduduk tetapnya”.
Tujuan penyelundupan migran tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan
finansial atau material lainya.
2.1.2 Sindikat Internasional
Sindikat internasional penyelundupan manusia, jika dilihat dari sudut pandang
kriminologis termasuk dalam aspek pelaku kejahatan, menurut GAATW (Global
Alliance Against Traffic in Women),22 mempunyai cara lain untuk menyebutkan
penyelundup atau orang yang menyelundupkan sebagai agen, fasilitator, atau juga
broker. Hal ini dikarenakan belum dipadatkannya hukum internasional dan dalam
pelabelan nama yang melakukan kejahatan.Pelaku kejahatan penyelundupan manusia
yang berada di negara asal berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik kepada
pelaku kejahatan penyelundupan manusia yang di negara transit.
Generalisasi tentang operasi penyelundupan manusia dan tentang organisasi
yang menjadi fasilitator orang yang diselundupkan sangat sulit untuk dibuat. Karena
saat ini sebagian besar pengetahuan tentang penyelundupan manusia dan sindikatnya
berasal dari media atau laporan penegakan hukum. Andreas schloenhardt didalam
buku Organized Crime and Migrant Smuggling mengatakan bahwakurangnya studi
20 Poltak Partogi Nainggolan, Imigran Gelap di Indonesia : Masalah dan Penanganan (Masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian dan Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, 2009), Hal 13. 21GAATW, Definitions: “Smuggled Person”?, (Bangkok, Smuggling and Trafficking: Rights and Intersection, 2011), Hal 20-21. 22Ibid,.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
analitis yang telah dilakukan untuk memeriksa struktur dan kegiatan organisasi
penyelundupan manusia23.
Jadi sindikat internasional dapat disebutkan sebagai pelaku dari
penyelundupan manusia. Bisa disebut agen, fasilitator, atau juga broker, karenapelaku
penyelundup tersebuttelah dibayar oleh korban (participating victim) untuk
melanggar batas suatu negara dan memasukkan ke negara yang bukan merupakan
penduduk tetapnya tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.
2.1.3 Kajian Jurnal Ilmiah
Penyelundupan manusia akibat pengaruh dari hilangnya rasa aman, dan tidak
adanya hak untuk mendapatkan penghidupan yang lebih layak di rumah sendiri atau
negara sendiri, sangat mendorong terjadinya migrasi dari suatu negara ke negara
lainnya. Migrasi menggunakan jalur yang legal atau jalur yang ilegal merupakan
pilihan bagi para penyelundup ataupun orang yang akan diselundupkannya.
Perbedaan antara penyelundupan manusia dan perdagangan orang adalah dari niat
para korban di negara tujuan nantinya. Niat tersebut dimaksudkan kepada tujuan
orang yang akan melakukan migrasi, dimana tujuan lebih kepada keinginan dan
pilihan secara bebas orang yang diselundupkan tersebut24.
Menurut buku “Tinjauan Kritis terhadap Penyelundupan Manusia di
Indonesia dan berbagai Dampaknya”25karanganAdrianus Meliala,menjelaskan
bahwa penyelundupan manusia adalah niat untuk pindah ke negara lain secara
melanggar hukum, dengan berbagai cara, baik menjadi imigran ilegal, dan
menghadirkan peran lainnya yang membantu bagaimana proses penyelundupan itu
berhasil. Sedangkan perdagangan manusia dapat dikatakan sebagai korban, karena
bukan niat mereka menjadi orang yang diperdagangkan. Wilayah tujuan dari
penyelundupan manusia adalah antar negara, dari negara asal orang yang akan
23Andreas Schloenhardt, Introduction, (Canberra, Organize Crime and Migrant Smuggling, 2002), Hal 1-2. 24IOM, Penegak Hukum terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia, Bab I (IOM, Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana yang berkaitan dengan Penyelundupan Manusia, 2012) Hal 5 25Adrianus Meliala, Tinjauan Kritis terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia dan berbagai Dampaknya, (Jakarta, 2011) Hal 1.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
diselundupkan tersebut ke negara lain dengan tidak melalui proses imigrasi sesuai
dengan aturan imigrasi yang berlaku di masing-masing negara (negara asal, negara
transit, negara tujuan).
Penulis disini memfokuskan pada tulisan tentang penyelundupan manusia
dimana korbannya adalah tidak persis sama dengan perdagangan manusia. Pada
penyelundupan manusia, dimana penyelundupan manusia adalah kejahatan itu sendiri
karena melanggar batas wilayah suatu negara, dan orang yang diselundupkan
cenderung menjadi peserta (participating victim) karena mereka bekerja sama
dengan orang yang menyelundupkan. Sedangkan perdagangan manusia adalah
dimana orang yang diperdagangkan atau korbannya tidak menyadari keseluruhan
proses perdagangan orang tersebut. Namun bisa juga orang yang diperdagangkan atau
korban tersebut telah ditipu atau mendapat ancaman dari pelaku perdaganan orang26.
Maka dari kerjasama denganpelaku penyelundup dan dari keinginan diri sendiri untuk
berpindah negara secara sadar inilah menjadi hal yang membedakan antara
penyelundupan manusia dan perdagangan manusia.
Alasan mengapa para migran ingin keluar dari negaranya, dan mencari negara
lain untuk penghidupan yang lebih baik dapat berupa faktor ekonomi dan lapangan
pekerjaan yang tidak tersedia di negara asalnya. Akibat dari faktor ekonomi yang
kurang mencukupi kehidupan sehari-hari kemudian disusul oleh lapangan pekerjaan
yang minim akan menimbulkan begitu banyak pengangguran. Richard Mines dan
Alain de Janvry menjelaskan bahwa negara Meksiko tidak dapat membuat lapangan
pekerjaan yang cukup, sehingga warganegaranya mengalami perpindahan ke Amerika
Serikat27. Negara yang tidak dapat membuat kesempatan kerja menimbulkan
pengangguran akan berpindah tempat atau bahkan negara yang dapat memberikan
pekerjaan pada pengangguran tersebut.
26IOM, Penegak Hukum terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia, Bab I (IOM, Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana yang berkaitan dengan Penyelundupan Manusia, 2012) Hal 5 27 Richard Mines & Alain de Janvry, Migration to the United States and Mexican Rural Development: A Case Study. (American Journal of Agricultural Economics, Vol 64, No. 3, 1982). Hal.444-454.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Laacher (2002)28, dalam jurnal “Human Trafficking, Information Campaigns,
and Strategies of Migration Control” karangan dari Céline Nieuwenhuys and Antoine
Pécoud juga menjelaskan, secara umum para migran yang hendak meninggalkan
negara asalnya hanya memiliki pengetahuan yang mendasar tentang negara tujuan
nya. Informasi-informasi yang hanya sekedarnya tersebut dapat menjadikan dasar
yang kuat bagi para migran untuk melakukan migrasi. Padahal negara tujuannya
belum tentu seperti apa yang dibayangkan para migran tersebut. Upah yang kecil di
negara asal pun akan membuat migran tersebut membayangkan negara tujuannya
memiliki upah pekerjaan yang jauh lebih besar, sehingga walaupun tempat asal
migran tetap tersedia lapangan pekerjaan, namun migran lebih tertarik pindah ke
negara yang memiliki upah lebih besar29. Pengusaha yang memiliki bisnis di negara
maju lebih memilih memperkerjakan migran ilegal di perusahaan milik mereka,
karena upah yang dibayarkan relatif lebih murah jika memperkerjakan migran
ilegal30, dan bagi migran ilegal upah yang didapatkan jauh lebih besar daripada
dinegara asal mereka.
Walaupun iming-iming pelaku penyelundupan manusia yang menawarkan
jasa penyelundupan ke korban, lebih sering membuat korban tersebut ingin
diselundupkan, namun faktor keluarga juga dapat mempengaruhi mengapa para
migran ingin pindah negara dan menggunakan jasa penyelundupan. Karena jika
dilihat dari sudut pandang individu bahwa penyelundupan manusia sangat berisiko,
menggunakan biaya yang mahal, dan keuntungan yang tidak pasti. Namun jika
digabungkan dengan pengetahuan mendasar yang didapat dari media atau mulut-
kemulut tentang negara tujuan, ditambah melakukan penyelundupan secara
berkeluarga (bersama-sama)akan mengurangi resiko-resiko atau ketakutan diatas31.
28Celine Nieuwenhuys dan Antoine Pecoud, Human Trafficking, Information Campaigns, and Strategies of Migration Control, (Sage, American Behavioral Scientist, 2007) Hal 1685-1686. 29 Michael P Todaro. & Lydia Marusko, Illegal Migration and US Immigration Reform: A Conceptual Framework. (Population and Development Review, Vol. 13, No. 1, 1987) Hal. 101-114. 30 J. B. Grossman, Illegal Immigrants and Domestic Employment. (Industrial and Labor Relation Review, Vol. 37, No. 2, 1984). Hal. 240-251
31Celine Nieuwenhuys dan Antoine Pecoud, Human Trafficking, Information Campaigns, and Strategies of Migration Control, (Sage, American Behavioral Scientist, 2007) Hal 1685-1686.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Ide tersebut adalah kondisi dimana para migran membuat keputusan rasional yang
berbasis pengetahuan umum dengan menggunakan jalur ilegal.
Pilihan mengapa menggunakan jalur ilegal atau jalur tidak resmi adalah
karena jika ingin menggunakan jalur yang legal atau jalur resmi mereka harus
memakai dokumen yang tidak dengan mudahnya bisa di dapatkan atau dokumen
mereka terlanjur hilang akibat perang atau sebagainya. Pada kasus JS, merupakan
penyelundup berwarganegara India, korban yang di selundupkan JS tidak bisa
mendapatkan visa ke negara-negara Eropa dengan mudah akibat dari persyaratan
dokument dan berkas. Sedangkan pada kasus HF dan SH adalah korban yang
diselundupkan memang sedang berada di Indonesia untuk tujuan liburan, tetapi
Indonesia juga sebagai negara transit pelaku penyelundupan manusia HF dan SH,
sehingga mereka memakai korban sesama warganegaranya yang telah berada di
Indonesia untuk berangkat ke Australia. Dalam buku “The Blackwell Companion to
Law and Society”32Susan Sterett menjelaskan bahwa di negara-negara Eropa dan
Amerika jika untuk mendapatkan izin tinggal dankerja sementara bagi non-warga
negara tidak bisa didapatkan dengan mudah izin tersebut karena banyak nya
permintaan. Maka dari itu persyaratan dokument dan berkas yang jelas harus
digunakan sebagai syarat mendapatkan visa, dan hal itu menjadi kendala bagi korban
yang akan diselundupkan.
Pencapaian kehidupan yang lebih baik, karena negara asal dimana mereka
lahir terdapat konflik, atau karena latar belakang ekonomi, akan membuat keinginan
mereka bermigrasi ke negara lain bertambah kuat. Obi N. I. Ebbemenjelaskan bahwa
mengapa dapat terjadi penyelundupan manusiakarena masyarakat kelas atas dan
masyarakat kelas bawah ingin kehidupan yang lebih baik. Kedua nya tetap mengejar
kesejahteraan. Masyarakat kelas atas ingin bertambah kaya dari yang sebelumnya,
sedangkan masyarakat kelas bawah tidak ingin di penjara. Akibatnya, timbul
ketidakteraturan karena saling mengejar kesejahteraan. Masyarakat kelas atas
menggunakan masyarakat kelas bawah agar bertambah kaya, sedangkan masyarakat
kelas bawah di perdaya dan mau untuk di selundupkan atau di perdagangkan agar
32Susan Sterett, Immigration, (UK, The Blackwell Companion to Law and Society, 2004), Hal 355.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
dapat menghidupi kebutuhan sehari hari33. Atas hal ini lah permintaan penyelundupan
manusia ke negara-negara maju untuk penghidupan yang lebih layak kebanyakan
akibat latar belakang ekonomi semakin berkembang.
Ditemukan studi kasus pada tahun 2003 dikutip dari buku “Smuggling and
Trafficking in Human Being”,34 menyebutkan bahwa terdapat penyelundupan
manusia dalam jumlah besar dari India ke negara-negara Eropa terutama Inggris dan
Prancis. Peristiwa “Gular” yang merupakan spesialisasi transportasi dari India
langsung ke Inggris. Dimana setiap korban nya diharuskan membayar 11.000 Euro
jika ingin diselundupkan ke Inggris menggunkan kapal Ferry dan di transitkan pada
suatu titik sebelum sampai ke tempat tujuannya.
Peristiwa “Gular” tersebut telah dipecahkan oleh kepolisian Inggris dan
menangkap Jing Ping Chen selaku otak dari penyelundupan dalam jumlah besar
tersebut, sehingga modus operandi dan pergerakan kapal-kapal ferry di awasi secara
ketat agar tidak terulang lagi. Namun terdapat rute baru yang sering digunakan para
penyelundup sekarang ini untuk menuju Australia sebagai negara tujuan yang baru35.
Yaitu melalui jalur Timur Tengah dan Asia melewati lautan, dimana para korban
yang akan diselundupkan sering memasuki wilayah Malaysia dan Indonesia yang
digunakan untuk menjadi negara transit. Dilihat dari salah satu kasus yang dibahas
oleh penulis, yaitu JS yang berwarganegara India sebagai pelaku penyelundup, atau
tangan kanan dari otak penyelundup yang berada di India. Tetap meneruskan rute
penyelundupan dari India ke negara-negara Eropa melalui Indonesia sebagai negara
transit.
Menurut penelitian terkini didalam buku “Political Violence, Organized
Crimes, Terrorism and Youth” oleh M. Demet Ulusoy (2007),36 menerangkan bahwa
terdapat penelitian dimana hampir setiap negara terindikasi terlibat di dalam
33Obbi N. I. Ebbe, Causes of Trafficking in Women and Children, Bab 3 (London, Global Trafficking in Women and Children, 2008), Hal 36. 34Sheldon X. Zhang, Human Smuggling and Irregular Population Migration, Bab 1 (America, Smuggling and Trafficking in Human Being, 2007), Hal 17. 35Andreas Schloenhardt, Introduction, (Canberra, Organize Crime and Migrant Smuggling, 2002), Hal 1-2. 36M. Demet Ulusoy, Introduction, (Turkey, Political Violence, Organized Crime, Terrorism and Youth, 2007), Hal 4 & 108-109.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
kejahatan terorganisir. Baik itu perdagangan narkoba, pencucian uang, maupun
pemalsuan identitas atau dokumen. Beberapa negara terlibat dalam teroris
internasional, dengan perdagangan senjata, penyelundupan manusia, dengan
eksploitasinya. Penyelundupan manusia yang melewati batas suatu negara dianggap
seperti kejahatan yang menentang pemerintahan di negara asal dan negara tujuan,
berbeda dengan perdagangan manusia yang menentang dirinya sendiri untuk hidup
bebas.
Dikatakan menentang pemerintahan adalah karena menentang hukum yang
berlaku di negara asal dan negara tujuan. Namun Francisco Thoumi (1997)37 di dalam
jurnal “Transnational Organized Crime and Terrorism : Colombia, a Case Study”
karangan dari Patricia Biber, menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis hubungan antara
kejahatan terorganisir dan masyarakat:
(a) terdapat keadaan dimana simbiosis atau hubungan yang saling ketergantungan
antara masyarakat dan penjahat, (b) keadaan parasit di mana memasukkan kejahatan
itu sendiri secara sengaja melalui korupsi dalam masyarakat dan pemerintah, untuk
melindungi kepentingan orang tertentu, dan (c) keadaan predator dimana kejahatan
berubah menjadi taktik teroris untuk menghadapi masyarakat lokal dan pemerintah
untuk mencapai tujuan tertentu. Hubungan ini menyingkirkan hukum masyarakat dan
ketertiban sehingga mengurangi kepercayaan publik dalam pemerintahan, yang
diterjemahkan ke dalam hilangnya legitimasi bagi negara.
2.2 Kerangka Teori
2.2.1Differential Association
Differential Association adalah teori dari kelompok Social Learning Theory
oleh Edwin H. Sutherland (1883-1950). Teori tersebut pertama kali dikemukakan
dalam bukunya yang berjudul Priciples of Criminology edisi ketiga. Teori
Differential Association menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang membuat
37Francisco Thoumi, “Drogas Illicitas en Colombia”, dalam Patricia Bibes, Transnasional Organized Crime and Terrorism : Colombia, a Case Study, (Journal of Contemporary Criminal Justice, 2001), Hal 250-251.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
seseorang melakukan kejahatan adalah dikarenakan terdapat hubungan antara pelaku
dengan lingkungan tempat pelaku tinggal. Sutherland percaya bahwa orang yang
melakukan kejahatan adalah hasil dari sebuah pembelajaran dari merespon tingkah
laku yang menjadi pedoman nya (role player). Proses pembelajaran kejahatan
dihasilkan oleh suatu proses normal yaitu proses yang terjadi melalui interaksi sosial.
Sutherland dapat menjelaskan proses yang secara logis dan sistematis dengan
9 (Sembilan) dalilnya mengapa orang dapat bertingkah laku jahat. Melalui dalil ini
lah sehingga kejahatan dapat diterima secara masuk akal dan berlogika bahwa tingkah
laku jahat pun dipelajari secara normal. Berikut adalah 9 preposisi Sutherland yang
meliputi tentang Differential Association38.
1. Tingkah laku kejahatan dipelajari dan tidak diwariskan
2. Tingkah laku kejahatan dipelajari melalui interaksi dengan orang lain dengan
cara komunikasi
3. Proses belajar tingkah laku kejahatan berlangsung dalam kelompok yang
intim. Pada pertemuan tatap muka dua orang untuk belajar melakukan
kejahatan
4. Tingkah laku kejahatan dipelajari dalam ruang lingkup kelompok intim yang
kecil, termasuk dengan cara-cara melakukan kejahatanbeserta dengan motif,
prilaku, dan rasionalisasi atas sikap yang diperlukan untuk kejahatan tersebut
5. Tujuan yang jelas dari motif dan arah penyimpangan dipelajari dari definisi
hukum yang berlaku yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
6. Pelaku kejahatan melakukan kejahatan karena pola pikir yang
mengatakanbahwa melakukan kekerasan melawan hukum lebih banyak
keuntungan dari pada tidak patuh pada hukum itu sendiri
7. Diferensial asosiasi atau Asosiasi yang berbeda-beda memiliki variasi yang
tergantung dari frekuensi, durasi, prioritas, dan intensitas
38Edwin H. Sutherland, A Sociological Theory of Criminal Behavior, (America, Principles of Criminology sixth edition, 1960), Hal 75-80.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
pertama berfokus kepada perilaku individu itu sendiri, kedua adalah individu yang
mengejar tujuannya, dan terakhir adalah kertertarikan dari individu itu sendiri39.
Teori pilihan rasional adalah perilaku kejahatan yang dirancang oleh pelaku
kejahatan untuk menghasilkan kebutuhan pelaku kejahatan, seperti uang, status,
kepuasan seksual, dan ketertarikan, yang dimana semua itu membutuhkan keputusan
atau pilihan. Dalam pembuatan keputusan untuk melakukan kejahatan terdapat
perbedaan mendasar antara keterlibatan kejahatan dan peristiwa kejahatan.
Keterlibatan dalam kejahatan lebih mengarah kepada proses yang dipilih oleh
individu tersebut: i. Untuk memilih lebih terlibat secara langsung dalam kejahatan, ii.
Untuk melanjutkannya, iii. atau Untuk berhenti melakukannya40.
Sedangkan jika menurut Robert Keel (1997) didalam Serdan Kenan Gul “An
Evaluation of the Rational Choice Theory in Criminology”41 menjelaskan tentang 8
(delapan) proposisi dari teori Pilihan Rasional. Berikut adalah asumsi atau proposisi
yang mendeskripsikan poin utama dalam teori tersebut:
1. Manusia sebagai aktor yang rasional
2. Rasionalitas melibatkan sebuah akhir. Atau menggunakan perhitungan
3. Prilaku ditentukan oleh diri sendiri, apakah menjadi baik atau menyimpang.
Hal ini berdasarkan perhitungan rasional mereka
4. Unsur utama dari perhitungannya melibatkan analisis biaya manfaat :
Keuntungan dibandingkan dengan Kerugian atau kalkulus hedonistic
5. Pengambilan keputusan akan diarahkan langsung untuk kepuasan individu itu
sendiri
6. Keputusan yang diambil dikontrol oleh persepsi individu tersebut dengan
memahami potensi kerugian dan hukumannya yang akan diikuti oleh suatu
tindakan yang dinilai tidak melanggar kebaikan sosial, kontrak sosial
39 Ronald V. Clarke, Situational Crime Prevention Successful case studies Second Edition, Harrow and Hestor Publisher, (Newyork, 1993), Hal 9-10. 40Ibid,. 41Robert Keel, “Rational Choice and Deterrence Theory”, dalam Serdan Kenan Gul, An Evaluation of the Rational Choice Theory in Criminology, (Turki, Social and Application Science, 2009), Hal 37.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
7. Negara memiliki tanggung jawab dalam menjaga ketertiban dan menjaga
kebaikan bersama melalui sistem hukum, sistem ini adalah perwujudan dari
kontrak sosial
8. Kecepatan, kerusakan, dan kepastian hukum adalah kunci elemen utama
dalam memahami kemampuan hukum untuk mengontrol perilaku manusia
Maka teori pilihan rasional adalah sebuah teori pendukung yang penulis pilih
untuk menjelaskan bagaimana pelaku penyelundupan manusia untuk melaksanakan
tugasnya berdasarkan perhitungan untung-rugi.Penulis melihat pilihanemosional
pelaku dan korban penyelundupan manusia. Korban penyelundupan manusia pun
menggunakan rasionalitas pikirannya untuk diselundupkan. Korbanakan
memperhitungkan untung rugi secara materi dan emosi apabila mengikuti
penyelundupan atau tidak. Perhitungan untung rugi tersebut berdasarkan pikiran
emosional, akankah orang yang akan diselundupkan dapat bertahan bila menetap di
negara asal mereka dan tidak mendapat penghidupan yang lebih baik. Pilihan rasional
yang ditetapkan korban bukan hanya sekedar keuntungan materil, namun lebih ke
pilihan emosional dan rasa nyaman bila berada di negara yang maju dan
memungkinkan mendapatkan kehidupan lebih baik. Melalui pilihan rasional yang
melibatkan rasa emosional itulah pula korban mau bekerja sama dengan pelaku
penyelundupan, agar dapat memasuki negara yang lebih menjamin kehidupan, dan
mendapat penghidupan yang layak.
Piquero dan Hickman (2002) dalam tulisan Serdan Kenan Gul menjelaskan
bahwa pilihan rasional lebih cenderung untuk melihat penjahat dari segi kondisi dan
lingkungan mereka, dengan digambarkan sebagai pengambil keputusan yang rasional
berdasarkan keputusan mereka untuk melakukan kejahatan pada analisis resiko usaha
dibandingkan dengan keuntungan yang diharapkan. Artinya adalah pelaku kriminal
akan mempertimbangkan analisis terhadap biaya dan manfaat. Hal tersebut sejalan
dengan penjelasan dari Paternoster & Bachman (2001) dalam tulisan Serdan Kenan
Gul bahwa pilihan rasional adalah kejahatan yang dipilih karena keuntungan yang
didatangkan. Teori pilihan rasional menegaskan bahwa jika hasil kejahatan tinggi
namun biaya melakukan rendah maka kejahatan akan terjadi. Tetapi bila hasil
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
kejahatan rendah dan biaya melakukan jauh lebih tinggi maka kejahatan tidak akan
terjadi. Implikasi nya adalah jika biaya melakukan kejahatan menjadi tinggi, sehingga
pelaku pilihan rasional akan tertahan atau terhalang untuk melakukan kejahatan itu
sendiri42.
42Serdan Kenanl Gul, An Evaluation of the Rational Choice Theory in Criminology, (Turki, Social and Application Science, 2009), Hal 37.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB III
URAIAN KASUS
3.1 Kasus
3.1.1 Uraian Kasus Penyelundupan Manusia
Penulis mengambil kasus penyelundupan manusia yang telah ditangani oleh
Ditjen Imigrasi. Kasus tersebut merupakan kasus terbaru dengan menggunakan
semua alat transportasi melalui jalur udara, darat, dan air. Penulis merasa tertarik
untuk menganalisis kasus yang telah diproses oleh Ditjen Imigrasi, terdapat kasus
yang telah keluar hasil keputusan dan terdapat pula kasus yang belum keluar
keputusannya. Alasan penulis mengambil ruang lingkup Jakarta adalah karena
penangkapan, penyerahan, dan proses interogasi pelaku kejahatan dilakukan di
Jakarta. JS warga negara India ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta melalui
penyelidikan petugas Imigrasi, HF ditangkap setelah petugas Imigrasi mendapat
laporan dari orang tua yang kehilangan anaknya dan juga laporan dari masyarakat,
sedangkan SH ditangkap oleh Mabes Polri dan petugas gabungan dengan Polda
Jatim.
3.1.1A Kasus JS
Kasus JS merupakan kasus yang paling terbaru dengan menggunakan
pemalsuan dokumen keimigrasian berupa paspor dan Visa, dimana pemalsuan
dokumen yang dilakukan oleh JS dapat dibilang hampir sempurna karena menyerupai
bentuk aslinya. Melalui pemalsuan dokumen keimigrasian itulah penulis
menggunakan JS sebagai kasus yang akan di analisis. Penulis akan menguraikan
kasus penyelundupan manusia yang dilakukan oleh sindikat internasional, yaitu JS
warga negara India yang telah menjadi tahanan Ditjen Imigrasi. JS ditangkap oleh
Ditjen Imigrasi karena keberadaannya di dalam wilayah Indonesia tidak dilengkapi
dokumen perjalanan keimigrasian dan Visa Indonesia yang sah sebagaimana diatur
dalam pasal 119 Undang-Undang No.6 Tahun 2011, sehingga JS ditahan Ditjen
Imigrasi kemudian dimintai keterangan untuk membantu proses penyelidikan. JS
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
ditangkap karena telah memalsukan dokumen keimigrasian, yang berarti JS
melanggar pasal 119 UU no. 6 tahun 2011 dengan bunyi:
“Ayat (1). Setiap Orang Asing yang masuk dan/atau berada di Wilayah Indonesia
yang tidak memiliki Dokumen Perjalanan dan Visa yang sah dan masih berlaku
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
Ayat (2) Setiap Orang Asing yang dengan sengaja menggunakan Dokumen
Perjalanan, tetapi diketahui atau patut diduga bahwa Dokumen Perjalanan itu palsu
atau dipalsukan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”
Ketika tiba di Indonesia pertama kali JS masuk menggunakan Visa on Arrival
seharga USD 10 di bandara Soekarno-Hatta pada bulan Oktober tahun 2008. Sebelum
ke Indonesia, JS menuju Malaysia terlebih dahulu sampai masa berlaku visa Malaysia
JS habis. JS keluar dari Malaysia dan masuk ke Indonesia, lalu menuju Malaysia
untuk melanjutkan bisnis, kegiatan keluar-masuk negara Malaysia yang JS lakukan
menggunakan multiple visa selama 1 tahun di Malaysia. Selama tahun 2008 hingga
tahun 2009, JS melakukan perjalanan ke Indonesia sendiri, namun ketika memasuki
Indonesia pada tahun 2011 JS diantar oleh NG (yang merupakan sesama warga
negara India) selaku otak penyelundupan manusia.
Hubungan JS dengan NG adalah sebagai rekan kerja penyelundupan. Tugas
NG adalah membantu memfasilitasi JS untuk memalsukan dokumen keimigrasian.
NG mengambil paspor dan uang JS untuk kemudian dibuat paspor dengan identitas
yang dipalsukan. Dua minggu kemudian JS mendapatkan paspor dengan foto JS
namun dengan identitas yang berbeda. Hal ini dapat diindikasikan sebagai pemalsuan
dokumen keimigrasian, dan digunakan secara sengaja. Setelah memalsukan paspor
JS, kemudian NG membawa kembali paspor asli JS ke India agar JS dapat membantu
proses penyelundupan manusia dari India ke negara-negara Eropa.
NG menyelundupkan korban untuk menuju Eropa dan menggunakan
Indonesia sebagai negara transit, dimana korban bekerja sama dengan JS yang berada
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
di Indonesia. JS harus membantu penyelundupan warga negara India, karena JS telah
diancam oleh NG dengan menahan paspor JS. Terdapat otak penyelundupan lain
berinisial R dan MK yang merupakan rekan NG dalam memalsukan dokumen
keimigrasian. JS melakukan penyelundupan manusia ke negara Eropa sambil dipandu
oleh R, pelaku penyelundupan yang berada di India.
Dalam pengiriman korban ke negara Eropa, JS kemudian dibantu MK dalam
pemalsuan dokumen keimigrasian. MK memiliki dua tempat tinggal di Indonesia,
yaitu di kota Surabaya dan di kota Bogor. JS menjelaskan bahwa MK adalah otak
penyelundupan yang serupa dengan R dan NG, namun MK berada di Indonesia. MK
bertujuan mencari keuntungan dengan menyelundupkan korban ke Prancis, MK juga
memalsukan dokumen keimigrasian korban penyelundupan.
Pelaku penyelundupan berinisial MK adalah warga negara India yang tinggal
di Indonesia, dan berkerja sama dengan R dan NG. JS mengenal MK pada bulan
Januari di Pasar Festival. Tugas JS adalah memfasilitasi korban yang tiba dari India,
sampai mencari penginapan, dan mempertemukan korban dengan MK, kemudian MK
membuat dokumen keimigrasian palsu dan mengirimkan korban ke Prancis. JS
mengaku membantu penyelundupan manusia karena keluarga JS di India di ancam
oleh R, NG, dan MK. JS telah membantu penyelundupan manusia sejak bertemu NG
bulan Januari 2011 lalu. Harga setiap dokumen keimigrasian palsu yang dibuat oleh
JS adalah USD 4500 per korban yang akan diselundupkan, dan dari USD 4500
tersebut, JS menerima USD 200, dan MK menerima USD 800, kemudian sisanya
untuk R dan NG yang telah berada di India.
Uang yang diterima melalui otak penyelundupan yang berada di India
digunakan untuk izin tinggal dan izin kerja palsu. Otak penyelundupan ini berada
pada NG dan R yang berada di India, serta MK yang berada di Indonesia. JS
ditangkap bersama dengan dua orang korban penyelundupan, ketika di tangkap
terdapat contoh gambar cap Eropa yang diduga cap palsu didalam Hand Phone JS,
cap tersebut didapat oleh JS pada saat bekerja di kantor NG dan cap tersebut
digunakan untuk menandakan korban pernah ke negara Eropa. Paspor JS saat ini di
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
tahan oleh NG dan ketika masuk ke Indonesia menggunakan dokumen keimigrasian
yang asli dan legal.
Pengiriman korban penyelundupan warga negara India memakan waktu cukup
lama, sehingga hal ini menjadi salah satu celah yang membuat JS tertangkap dan
dalam membuat dokumen keimigrasian palsu memakan waktu cetak cukup lama.
Paspor palsu yang dibuat untuk mengirim korban ke negara Eropa akan selesai dalam
waktu 2 minggu. Sementara menunggu pembuatan paspor palsu, JS memalsukan
dokumen keimigrasian lainnya, seperti visa. JS memalsukan visa agar korban dapat
masuk negara tujuan melalui bandara Soekarno-Hatta. Pemalsuan visa ini dilakukan
dengan cermat dan hati-hati agar tidak mudah diketahui sebagai visa palsu.
Selagi menunggu dokumen keimigrasian palsu selesai, JS tinggal di kawasan
Karet, Jakarta Selatan untuk menampung korban sebelum korban siap
diberangkatkan. Setelah semua dokumen palsu tersebut siap, maka korban akan
diberangkatkan ke Eropa. Ketepatan dalam memalsukan dokumen keimigrasian
sangat diperlukan agar korban berhasil tiba di negara tujuan, yaitu Eropa.
Jenis penyelundupan yang dilakukan JS bisa dibilang sangat terencana dan
terorganisir, dengan menggunakan metode canggih seperti pemalsuan dokumen
keimigrasian. Dimana biaya untuk pemalsuan dokumen keimigrasian tersebut dapat
dibilang cukup mahal. Sindikat internasional yang memperkerjakan JS dalam
penyelundupan ke negara Eropa dapat dikategorikan sebagai kelompok kejahatan
yang kecil. Dimana kelompok sindikat JS ini lebih mengutamakan fleksibilitas dalam
bergerak, hal ini dilihat dari jumlah korban yang tidak banyak, yaitu dua orang
korban dilakukan dan terkadang satu orang saja untuk diselundupkan. Hal ini
dilakukan agar dapat berinteraksi sesuai kebutuhan ketika melaksanakan kegiatan
penyelundupan.
Untuk menggambarkan penyelundupan manusia yang dilakukan oleh JS
warga negara India secara singkat, dapat dilihat pada table 3.1.1A dibawah ini.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Identitas Pelaku
dan Pasal
Pelanggaran
Modus Operandi Keterangan
Pelaku JS, warga
negara India,
melanggar Pasal
119 UU No. 6
Tahun 2011,
Penyelundupan
ke negara-negara
di Eropa, dengan
biaya
penyelundupan
per orang sebesar
USD 4500
Korban yang akan diselundupkan merupakan warga
negara India yang datang langsung dari India.
Sesampainya di Indonesia, korban ditampung di rumah JS
selama 2 minggu. JS dibantu oleh MK memalsukan
dokumen keimigrasian yang akan selesai 2 minggu
kemudian. Dokumen keimigrasian yang akan didapat oleh
korban adalah paspor palsu, dan visa palsu, disertai cap
yang menandakan korban telah berkunjung ke negara-
negara Eropa. Setelah dokumen keimigrasian siap, korban
penyelundupan diantar oleh JS sampai bandara Soekarno-
Hatta. JS hanya menyelundupkan 2 atau 1 orang saja agar
kegiatan penyelundupan tidak dicurigai. JS dan MK
diarahkan oleh NG dan R selaku otak penyelundupan
yang berada di negara asal, India.
Transportasi
menggunakan
jalur udara,
pesawat.
Ditangkap oleh
Ditjen Imigrasi,
hasil keputusan
belum keluar
Tabel 3.1.1A Kasus singkat JS warga negara India
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
3.1.1B Kasus HF
HF, warga negara Iran pada awalnya datang ke Indonesia untuk menemui putri nya dan
dengan dalih untuk mencari suaka. HF kemudian datang ke kantor UNHCR (United Nation High
Commissioner for Refugees) setelah 2 bulan berada di Indonesia. Kemudian HF bertemu dengan
SH, otak pelaku penyelundupan manusia berkewarganegaraan Iran dan HF meminta untuk
diselundupkan ke Australia oleh SH, namun SH mengajukan syarat kepada HF untuk membantu
mengumpulkan korban penyelundupan yang lebih banyak, dan SH juga menjanjikan potongan
harga penyelundupan ke Australia kepada HF.
Pada kasus HF, pelaku penyelundupan yang bertugas sebagai agen pencari korban yang
bekerja sama dengan SH. Penulis tertarik menganalisis kasus HF karena proses pengumpulan
korban yang dilakukan oleh HF yaitu dengan menngumpulkan sesama warga negara Iran untuk
menjadi korban penyelundupan dan bagaimana HF mendapatkan kompensasi potongan harga
untuk diikutsertakan dalam penyelundupan yang dilakukan oleh SH. Penyelundupan manusia
oleh HF, merupakan penyelundupan warga negara Iran ke Australia. Pada awalnya penangkapan
HF dimulai dari laporan tentang adanya Warga Negara Asing (WNA) yang diduga menjadi
pelaku pengurus keberangkatan WNA secara ilegal ke Australia. Kemudian terdapat juga laporan
dari Mostafa Mahini warga negara Iran yang sedang berlibur ke Indonesia mencari anak laki-
lakinya yang hilang dan melaporkan seorang WNA yang menjadi pelaku pengurus
keberangkatan warga negara Iran di Indonesia secara ilegal. HF menjadi tahanan Ditjen Imigrasi
karena tidak menaati peraturan perundang-undangan keimigrasian, sebagaimana diatur dalam
pasal 75 Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 yang berbunyi :
“Ayat (1) Pejabat Imigrasi berwenang melakukan Tindakan Administratif Keimigrasian
terhadap Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia yang melaukan kegiatan berbahaya
dan patut diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum atau tidak menghormati atau
tidak menaati peraturan perundang-undangan.
Ayat (2) Tindakan Administratif Keimigrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa :
a. pencantuman dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan;
b. pembatasan, perubahan, atau pembatalan Izin Tinggal;
c. larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu di Wilayah Indonesia;
d. keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di Wilayah Indonesia;
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
e. pengenaan biaya beban; dan/atau
f. Deportasi dari Wilayah Indonesia
Ayat (3) Tindakan Administratif Keimigrasian berupa Deportasi dapat juga dilakukan
terhadap Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia karena berusaha menghindarkan diri
dari ancaman dan pelaksanaan hukuman di negara asalnya.”
Berdasarkan pasal diatas, ditambah laporan dari masyarakat, dan Mostafa Mahini. HF di anggap
melakukan kegiatan yang berbahaya dan tidak menaati peraturan perundang-undangan. Setelah
dilakukan penyelidikan, HF terindikasi melakukan kegiatan penyelundupan manusia dengan
bertugas sebagai pelaku penyelundupan manusia yang mengumpulkan korban untuk selanjutnya
ikut serta dalam penyelundupan korban ke Australia.
HF belum diberangkatkan ke Australia. HF ditangkap oleh Ditjen Imigrasi berdasarkan
laporan masyarakat, dan laporan Mostafa Mahini. HF pun diperiksa untuk dimintai keterangan
lebih lanjut. Menurut keterangan HF, dia datang ke Indonesia untuk mengunjungi anak nya yang
juga berkewarganegaraan Iran dan tinggal di Cisarua, Bogor. Kedatangan HF ke Indonesia pada
tanggal 29 Oktober 2011 di bandara Soekarno-Hatta menggunakan Visa on Arrival untuk
keperluan mencari suaka. Setelah 2 bulan berada di Indonesia, HF mendatangi Kantor UNHCR
untuk mendapatkan sertifikat UNHCR sebagai tanda bahwa HF adalah pengungsi. HF mengaku
tidak membawa paspor Iran ketika mendatangi Kantor UNHCR, hal ini karena dokumen
keimigrasian HF telah di bawa oleh SH. HF awalnya meminta SH untuk menyelundupkan
dirinya ke Australia. SH pun meminta HF untuk membayar uang muka sebesar USD 1500. HF
lalu di minta mengumpulkan 6 orang warga negara Iran untuk diberangkatkan ke Australia, dan
dijanjikan akan diberikan potongan harga uang muka penyelundupan ke Australua apabila
mendapatkan 6 korban tersebut.
Setelah HF mengumpulkan 6 orang yang akan diselundupkan, rekan SH berinisial NB,
warga negara Afghanistan yang bertugas meminta uang kepada korban penyelundupan sebesar
USD 5000 per orang agar korban segera diselundupakan ke Australia. HF pada awalnya tidak
mengakui bahwa dirinya telah membantu para imigran untuk berangkat ke Australia. Kemudian
ketika ditunjukan foto Mostafa Mahini serta foto anaknya Mostafa Mahini yang telah hilang, HF
menjelaskan pernah bertemu anak dari Mostafa Mahini di Kantor UNHCR.
Pemeriksaan terhadap HF pun dilanjutkan, lalu ditemukan bukti baru bahwa paspor HF
tidak dibawa oleh pelaku penyelundupan manusia bernama SH. HF pada akhirnya mengakui
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
bahwa dia menyimpan paspor nya di rumah yang disewanya bersama anaknya. HF mengakui
bahwa dirinya membantu para korban yang akan di berangkatkan ke Australia. Termasuk anak
dari Mostafa Mahini yang telah diberangkatkan namun terjadi kecelakaan kapal yang ditumpangi
anak Mostafa Mahini sebelum sampai di negara tujuan, yaitu Australia.
HF mendapatkan sertifikat pencari suaka dari UNHCR dengan cara yang tidak benar,
yaitu dengan menyembunyikan paspor aslinya lalu memanfaatkan sertifikat tersebut untuk
bekerja sama dengan SH sebagai pelaku penyelundupan manusia yang mengumpulkan korban
yang akan diselundupkan ke Australia dan bersedia untuk membayar sejumlah uang kepada HF.
Setelah mengumpulkan korban yang akan diselundupkan ke Australia, HF pun menghilang lalu
korban yang akan diselundupkan di serahkan kepada NB. Penangkapan HF dilakukan setelah
terdapat laporan dari masyarakat dan dari Mostafa Mahini yang membayar USD 7000 agar
memberangkatkan anaknya ke Australia secepatnya. Namun HF tidak memenuhi janjinya, anak
Mostafa Mahini diketahui meninggal setelah Mostafa Mahini kehilangan kontak dengan anaknya
sejak tanggal 18 Desember 2011.
Untuk menggambarkan penyelundupan manusia yang dilakukan oleh HF warga negara
Iran secara singkat, dapat dilihat pada table 3.1.1B dibawah ini.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Tabel 3.1.1B Kasus singkat HF warga negara Iran
Identitas Pelaku
dan Pasal
Pelanggaran
Modus Operandi Keterangan
Pelaku HF,
warga negara
Iran, melanggar
Pasal 75 UU No.
6 Tahun 2011,
Penyelundupan
ke Australia,
dengan biaya
penyelundupan
per orang sebesar
USD 5000-7000
HF, warga negara Iran yang tiba di Indonesia meminta
bantuan kepada SH, pelaku penyelundupan manusia untuk
diselundupkan ke Australia. HF diajak bekerja sama oleh
SH. HF mengumpulkan warga negara Iran yang berada di
Jakarta untuk diselundupkan ke Australia. Setelah
mengumpulkan korban penyelundupan, HF melapor
kepada SH, kemudian SH akan meminta NB, rekan SH
yang berkewarganegaraan Afghanistan untuk
mempersiapkan keberangkatan korban penyelundupan.
Dengan mengumpulkan korban yang akan diselundupkan
ke Australia, HF diberikan potongan harga uang muka
untuk ke Australia.
Transportasi
menggunakan
Jalur Darat dan
Jalur Laut
Bis, Perahu, dan
Kapal, ditangkap
oleh Ditjen
Imigrasi, hasil
keputusan
Deportasi dan
Dilarang masuk
Indonesia selama
6 bulan
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
3.1.1C Kasus SH
SH merupakan pelaku penyelundupan yang sekaligus menjadi otak penyelundupan
manusia. Penulis mengambil kasus SH karena tertarik dengan penggunaan jalur darat yang
kemudian disambung dengan jalur laut untuk menyelundupkan korban SH ke Australia. Pada
awalnya SH memasuki wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan pejabat imigrasi pada
tahun 2009, SH yang mempunyai identitas palsu dengan nama Captain Emad Abdul Razak
menjalankan penyelundupan manusia sepanjang tahun 2009 hingga tahun 2010. SH menjadi
buronan Australia dan masuk dalam daftar pencarian orang di Indonesia akibat kasus
penyelundupan manusia. SH menjalankan kejahatan penyelundupan manusia dengan status
pengungsi dari UNHCR
SH tersangkut dalam kasus penyelundupan manusia dan merupakan pelaku yang
bermasalah dalam deportasi/pemulangan, SH berkewarganegaraan ganda, yaitu Pakistan &
Afghanistan. Setiap orang yang sudah dianggap dewasa hanya diperbolehkan memiliki satu
kewarganegaraan. Paspor yang merupakan dokumen keimigrasian akan dikeluarkan dari negara
asal, sebagai bukti yang sah untuk keluar/masuk ke negara lain. Sama halnya dengan
kewarganegaraan, setiap orang hanya dapat memiliki satu paspor dan tidak dari negara yang
berbeda. Namun SH yang merupakan pelaku penyelundupan manusia mendapatkan dua paspor
dari negara yang berbeda. SH terlibat pasal 113 Undang-undang No. 6 Tahun 2011 akibat
memasuki wilayah Indonesia secara tidak sah (tanpa melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi)
untuk mendapatkan suaka sebagai bekal ke Australia, dan SH dicurigai melakukan kegiatan
penyelundupan manusia yang dianggap membahayakan, seperti yang dilakukan HF. SH terlibat
dalam pasal yang sama, yaitu pasal 75 Undang-undang No. 6 Tahun 2011.
SH yang mempunyai 2 paspor berbeda negara diperiksa oleh Ditjen Imigrasi kemudian di
mintai keterangannya. Pada awalnya SH dicurigai melakukan penyelundupan manusia namun
belum terbukti, dianggap meresahkan dan membahayakan oleh pihak Ditjen Imigrasi, sehingga
SH akan di deportasi dari Indonesia. Ketika SH akan dipulangkan ke negara asalnya, SH berhasil
melarikan diri dari pengawalan Imigrasi ketika di bandara Soekarno-Hatta. Ditjen Imigrasi pun
langsung memasukkan SH dalam DPO (Daftar Pencarian Orang) agar tidak dapat melarikan diri
keluar negeri menggunakan jalur laut dan jalur udara. Setahun setelah SH melarikan diri,
akhirnya SH ditangkap kembali oleh Mabes Polri, dan diserahkan kembali ke Ditjen Imigrasi
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
untuk dimintai keterangan. Pada pemeriksaan lanjutan tersebut akhirnya diketahui bahwa SH
memiliki kerjasama dengan HF yang telah di deportasi lebih dulu.
Ketika dimintai keterangan oleh Ditjen Imigrasi, SH memiliki paspor
berkewarganegaraan Afghanistan yang merupakan paspor pertama miliknya. SH awalnya
memasuki Malaysia dan berencana ingin ke Australia, SH yang mempunyai ayah
berkewarganegaraan Pakistan, mendatangai kedutaan besar Pakistan di Malaysia dan mengaku
kehilangan paspor. Setelah SH mendapatkan paspor keduanya, SH pun ke Indonesia melalui
jalur laut (jalur ilegal) tanpa melalui tempat pemeriksaan pejabat imigrasi. Setibanya di
Indonesia SH kehabisan uang dan akhirnya SH mendaftar ke kantor UNHCR untuk mendapatkan
status pengungsi dari UNHCR dan berpura-pura tidak memiliki satu pun dokumen keimigrasian.
Selama menunggu status pengungsi dari UNHCR, SH yang tinggal di wilayah Cisarua, Bogor
didatangi oleh sesama warga negara Afghanistan yang meminta diselundupkan ke Australia.
Melihat kesempatan tersebut, SH dengan sengaja memanfaatkan warga negara Afghanistan ini
untuk mencari lebih banyak orang untuk diselundupkan secara bersamaan.
SH yang telah membangun jaringan penyelundupan manusia sesama warga negara
Afghanistan di daerah Cisarua, Bogor sering menyelundupkan korbannya melalui perairan
Situbondo di daerah Jawa Timur. Pada akhirnya SH tertangkap bersama dengan 47 korban
penyelundupan yang berangkat dari Jakarta menuju Surabaya menggunakan bus yang disewa
oleh SH. SH sengaja memilih penggunaan jalur darat sampai ke perairan Situbondo untuk
menghindari pemeriksaan pejabat imigrasi (seperti pada jalur udara). Kemudian dari wilayah
perairan Situbondo, SH pun melanjutkan perjalanan korban yang akan diselundupkan tersebut
menggunakan jasa perahu menuju tengah laut. Namun sebelum perahu tiba di kapal yang berada
di tengah laut, SH tertangkap petugas satuan petugas khusu people smuggling dari Polda Jatim
yang dibantu Mabes Polri. Meski satuan petugas khusus people smuggling berhasil menangkap
korban penyelundupan, SH berhasil melarikan diri dan melanjutkan penyelundupan manusia ke
negara Australia selama 1 tahun. Sebelum akhirnya tertangkap lagi di Jakarta.
Ketika ditangkap di perairan Situbondo, polisi menyita barang bukti berupa satu unit bus
pariwisata, uang Rp 2.000.000, dua telepon genggam, dan satu lembar dokumen UNHCR yang
menyatakan SH sebagai pengungsi. Dengan berstatus sebagai pengungsi, SH bergerak secara
leluasa di Indonesia dan berhasil menjalankan penyelundupan manusia. Setelah melarikan diri
dari penangkapan oleh petugas di perairan Situbondo, SH bertemu dengan HF dan memulai
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
kembali penyelundupan manusia dengan memanfaatkan HF untuk mengumpulkan korban lebih
banyak, namun HF telah di tahan Ditjen Imigrasi lebih dulu dan di deportasi, sehingga SH
menjalankan penyelundupan manusia sendiri.
SH sering menyelundupkan korban dari Indonesia ke Australia, SH juga berperan sebagai
otak penyelundupan manusia yang ternyata memiliki izin tinggal di Australia. Hal ini diketahui
oleh pemerintah Indonesia yang menyatakan kekecewaan terhadap pemerintah Australia
mengapa SH yang telah masuk daftar pencarian orang dapat memiliki izin tinggal di Australia43.
Penyelundupan manusia yang dilakukan SH tergolong penyelundupan manusia yang
cukup besar, karena SH menyelundupkan korban yang telah dikumpulkan oleh HF dan rekan SH
lainnya di daerah Cisarua, Bogor yang merupakan tempat tinggal SH. Kemudian setelah korban
terkumpul, SH menyewa 1 (satu) bus pariwisata dari Jakarta ke Surabaya dengan tujuan perairan
Situbondo. Dari perairan itu lah korban yang akan diselundupkan oleh SH diantar dengan perahu
sampai ke tengah laut, kemudian berpindah ke kapal yang menuju Australia.
Untuk menggambarkan penyelundupan manusia yang dilakukan oleh SH warga negara
Afghanistan dan Pakistan secara singkat, dapat dilihat pada table 3.1.1C dibawah ini.
43 Beritasatu.com. Pemerintah nyatakan kekecewaan pada Australia,
http://www.beritasatu.com/nasional/52491-pemerintah-nyatakan-kekecewaan-pada-australia.html, diakses pada
tanggal 31 Maret, 20:15.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Identitas Pelaku
dan Pasal
Pelanggaran
Modus Operandi Keterangan
Pelaku SH,
warga negara
Afghanistan dan
Pakistan,
melanggar Pasal
113 & 75 UU
No. 6 Tahun
2011, tujuan ke
negara Australia,
dengan biaya
penyelundupan
sebesar USD
5000-7000
SH tiba di Indonesia untuk meminta status pengungsi
memanfaatkan kesempatan untuk menjadi pelaku
penyelundupan manusia. SH di bantu oleh rekannya dan
memperkerjakan orang yang dapat mengumpulkan
korban. Setelah korban terkumpul cukup banyak, SH
menyewa bus pariwisata untuk menempuh jalur darat dari
Jakarta sampai ke perairan Situbondo yang dekat dengan
Australia. Korban yang telah sampai perairan Situbondo
diminta menaiki perahu menuju kapal besar yang akan
menuju ke Australia yang berada di tengah laut.
Transportasi
menggunakan
Jalur Darat dan
Jalur Laut
Bus, Perahu, dan
Kapal, ditangkap
oleh Satuan
Petugas Khusus
People
Smuggling Polda
Jatim & Mabes
Polri, hasil
keputusan
Deportasi dan
Dilarang masuk
Indonesia selama
6 bulan
Tabel 3.1.1C Kasus singkat SH Warganegara Afghanistan dan Pakistan
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
3.1.2 Rute Penyelundupan Manusia
Gambar 3.1.2 Rute Penyelundupan Manusia (Sumber: Ditjen Imigrasi)
Setelah membahas proses penyelundupan manusia yang dilakukan oleh JS,
HF, dan SH. Gambar diatas menjelaskan rute penyelundupan manusia berupa jalur
yang dilalui korban penyelundupan yang berasal dari negara Timur Tengah menuju
negara-negara di Asia Tenggara.
Jalur penyelundupan JS :
India Indonesia (Jakarta) Negara-negara Eropa
(Korban langsung dari India, transit di Jakarta menunggu dokumen keimigrasian
palsu selesai, langsung dibawa ke bandara untuk berangkat ke Eropa).
Jalur penyelundupan HF :
Indonesia (Bogor dan Jakarta) Indonesia (Perairan Situbondo, Jawa Timur)
Australia
(Korban dikumpulkan kemudian ditempatkan di rumah sementara, setelah terkumpul
diserahkan kepada SH)
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Jalur penyelundupan SH :
Indonesia (Bogor dan Jakarta) Indonesia (Perairan Situbondo, Jawa Timur)
Australia
(Korban yang terkumpul melalui berbagai agen seperti HF, akan diberangkatkan
menuju perairan Situbondo di Jawa Timur dengan menggunakan bus, kemudian
ketika tiba di perairan Situbondo dilanjutkan menaiki perahu untuk menuju kapal
besar yang akan berangkat ke Australia).
Jika kita lihat jalur penyelundupan akan diuraikan dibawah ini :
1. Otak penyelundupan manusia mengumpulkan korban dari negara asal, namun
dapat pula korban dikumpulkan pada negara transit. Pemilihan korban yang
dikumpulkan adalah yang sama warganegaranya dengan pelaku.
Pengumpulan korban yang akan diselundupkan tersebut dilakukan oleh pelaku
penyelundupan yang berkewarganegaraan sama dengan korban, sehingga
pencarian korban sangat cepat dilaksanakan
2. Setelah korban penyelundupan dikumpulkan, otak penyelundupan dari negara
asal akan meminta bayaran sebesar USD 4500 per korban, namun setiap
negara mempunyai biaya penyelundupan yang berbeda. Terdapat pula pelaku
penyelundupan yang meminta bayaran setelah korban yang diselundupkan
tiba di negara tujuan44.
3. Pemilihan negara transit bertujuan untuk memalsukan dokumen keimigrasian
dan melanjutkan perjalanan menuju negara tujuan menggunakan alat
transportasi melalui jalur darat atau jalur laut dengan dokumen keimigrasian
yang telah dipalsukan.
4. Setelah korban tiba di negara transit dengan paspor asli dari negara asal,
pelaku penyelundupan yang sudah berada di negara transit mendapat bayaran
dari otak penyelundupan yang tinggal di negara asal. Pelaku dari negara asal
tersebut memberikan USD 1000 per korban (besaran yang diberikan
44Zai Liang dan Wenzhen Ye, From Fujian to New York – Understanding the New Chinese Immigration, (Global Human Smuggling, Second Edition, 2011), Hal 204-230.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
tergantung pada otak pelaku penyelundupan) yang akan diselundupkan untuk
dibuatkan dokumen keimigrasian palsu baik paspor, dan Visa palsu. Visa
palsu pun bisa dipesan sesuai dengan izin yang ingin digunakan, dapat berupa
visa kerja, visa pelajar, atau visa yang telah menikah dengan penghuni asli
sebuah negara.
5. Selagi menunggu dokumen selesai, korban pun akan tinggal ditempat
penampungan sementara, dapat berupa rumah pelaku penyelundupan yang
berada di negara transit, atau dapat juga berupa hotel atau motel. Hal ini mirip
seperti tempat penampungan sementara sambil menunggu dokumen
keimigrasian palsu telah siap.
6. Ketika dokumen keimigrasian telah selesai, korban pun akan diberangkatkan
ke negara tujuan sesuai dengan visa negara tujuan. Pada tahap keberangkatan
korban menuju negara tujuan, penyelundup hanya mengawasi dan memantau
saja, karena setelah dokumen keimigrasian berhasil dibuat, penyelundupan
pada negara transit telah menyelesaikan tugasnya.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS
Penulis akan menganalisa kasus JS, HF, dan SH sebagai sindikat internasional
yang kasusnya telah di proses oleh Ditjen Imigrasi akibat kejahatan penyelundupan
manusia. Penulis menganggap korban penyelundupan manusia sebagai pelaku karena
korban bekerjasama dengan pelaku penyelundup. Pelaku dan korban penyelundupan
bekerjasama dengan sengaja melakukan pelanggaran batas wilayah keimigrasian,
dengan memasuki negara yang bukan hak mereka menggunakan dokumen
keimigrasian yang sah atau tidak sah, dengan membawa orang atau kelompok orang
melalui atau tanpa melalui pemeriksaan pejabat imigrasi.
Dilihat melalui sudut pandang kriminologi, penyelundupan manusia dikatakan
sebuah kejahatan karena dilakukan secara berulang-ulang sehingga terdapat sebuah
pola yang merugikan masyarakat dan dapat dirumuskan secara yuridis sebagai
pelanggaran hukum45. Penyelundupan manusia juga mengambil hak dari korban
penyelundupan itu sendiri, dengan menempatkan korban pada tempat yang kurang
pantas, seperti alat transportasi yang kecil dan sempit, kemudian pelaku meminta
bayaran yang sangat besar kepada korban. Pada dasarnya korban penyelundupan
sangat dirugikan karena mendapat perlakuan yang kurang layak, ditambah pula
dengan biaya penyelundupan yang sangat besar tanpa adanya fasilitas yang baik.
Namun korban seolah-olah tidak terlihat dirugikan dalam membayar jasa
penyelundup untuk diselundupkan. Seperti pada kasus SH yang menempatkan
korbannya pada perahu kecil kemudian dipindahkan ke kapal dengan muatan yang
melebihi kapasitas kapal tersebut. Belum lagi resiko yang diterima korban pun cukup
besar jika kapal yang ditumpangi korban karam atau terjebak ombak yang sedang
tinggi yang dapat mengakibatkan korban tidak dapat bertemu keluarga lagi atau
bahkan meninggal dunia.
45Muhammad Mustofa, Kriminologi; Kajian Sosiologi terhadap Kriminalitas, Perilaku Menyimpang dan Pelanggaran Hukum, (Sari Ilmu Pratama, Edisi Kedua, 2010) Hal. 23.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Resiko kematian dan kerugian yang diterima korban tersebut tidak akan
membuat korban penyelundupan manusia mengurungkan niatnya untuk dapat
diselundupkan. Hal ini dikarenakan oleh struktur organisasi penyelundupan manusia
yang tidak rumit, sehingga dapat memproses pemberangkatan korban ke negara
tujuan dengan segera. Dalam wawancara dengan Kepala Subdit Imigran Ilegal Ditjen
Imigrasi membenarkan bahwa jika ingin lebih cepat sampai di negara tujuan, korban
akan mencari jasa penyelundupan manusia46. Pelayanan yang cepat oleh jasa
penyelundupan manusia dikarenakan oleh struktur organisasi dan komunikasi antar
pelaku yang tidak rumit, dan pelaku dapat menjalankan tugas masing-masing sesuai
arahan dari otak penyelundupan dengan didukung oleh teknologi yang telah
berkembang, sehingga membuat koordinasi yang baik antar pelaku. Otak
penyelundup dan pelaku penyelundup berkomunikasi dan berkoordinasi melalui
email, telepon genggam, dan media komunikasi lainnya. Namun peluang pelaku
penyelundup dapat ditangkap jika melakukan kesalahan yang kecil, seperti gugup
ketika melewati pemeriksaan imigrasi, atau menunjukkan perilaku yang
mencurigakan ketika hendak berangkat ke negara tujuan. Seperti JS dan dua orang
korbannya yang tertangkap di bandara Soekarno-Hatta karena petugas imigrasi
melihat tingkah laku yang mencurigakan dari JS. Namun bisa juga pelaku
penyelundupan ditangkap akibat laporan masyarakat sekitar tempat tinggal
penyelundup.
Penulis akan melakukan analisa penyelundupan manusia menggunakan teori
Differential Association Theory oleh Sutherland dan teori Rational Choice Theory
oleh Ronald V. Clarke, dan juga analisa melalui 2 (dua) aspek kriminologis yaitu
kejahatan itu sendiri (penyelundupan manusia) dan pelaku kejahatan penyelundupan
manusia. Analisa tentang kejahatan kejahatan penyelundupan manusia adalah
bagaimana proses kejahatan tersebut terjadi dan dilakukan. Kemudian analisa pelaku
kejahatan adalah tentang latar belakang pelaku kejahatan, motivasi pelaku, keuntung
46 Hasil wawancara dengan Subandriani, SH., MH. Kepala Seksi Imigran Ilegal, Pada tanggal 03 Juli 2013 pukul 11:36
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
dan kerugian yang akan diterima pelaku, resiko yang akan ditanggung oleh pelaku
kejahatan, dan tantangan atau hambatan bagi pelaku kejahatan dalam melakukan aksi
kejahatan (penyelundupan manusia).
4.1 Analisa Proses Penyelundupan Manusia
JS dan HF sebagai pelaku merupakan kaki tangan yang digunakan sebagai
penyelundupan manusia, sedangkan SH merupakan otak penyelundupan manusia.
Pelaku JS, HF, dan SH adalah penyedia jasa penyelundupan manusia melalui
penggunaan dokumen keimigrasian palsu atau dokumen keimigrasian yang diperoleh
secara ilegal agar korban yang akan diselundupkan melakukan perjalanan ke negara
tujuan secara mandiri (kasus JS), dan terdapat pula penyelundupan yang tidak
menggunakan dokumen keimigrasian sama sekali, tetapi menggunakan transportasi
laut dan tidak melewati pemeriksan pejabat imigrasi di negara tersebut. Dalam kasus
JS, otak penyelundupan hanya bertanggung jawab mengantarkan korban sampai
negara transit, setelah korban tiba di negara transit, korban akan di ambil alih oleh
pelaku penyelundupan yang telah berada di negara transit tersebut. Korban akan
tinggal di negara transit selama waktu pembuatan dokumen palsu selesai atau selama
persiapan perjalanan pemberangkatan. Setelah dokumen keimigrasian palsu selesai
(persiapan pemberangkatan siap), korban akan dipantau dari jarak jauh. Pelaku yang
membekali korban dengan dokumen keimigrasian palsu dapat mengecoh petugas
imigrasi negara setempat (negara transit), karena dokumen keimigrasian yang telah
diberi oleh pelaku ke korban dibuat sesuai dengan foto asli korban tetapi identitas
berbeda. Namun lain halnya dengan HF dan SH yang tidak perlu membuat dokumen
keimigrasian palsu, tetapi hanya mempersiapkan perjalanan pemberangkatan korban
penyelundupan dengan melalui jalur ilegal.
Penyelundupan manusia oleh HF dan SH dilakukan secara bertahap dengan
mengumpulkan korban terlebih dahulu. HF bertugas untuk mengumpulkan korban
kemudian korban penyelundupan ditempatkan disebuah rumah atau sebuah tempat
tinggal sementara dimana korban dapat berbaur dengan masyarakat sekitar. Francisco
Thoumi (1997) menjelaskan bahwa terdapat hubungan simbiosis antara pelaku
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
kejahatan dengan masyarakat sekitar. Poin yang dikemukakan oleh Francisco Thoumi
diatas dapat dikatakan benar, karena terdapat hubungan saling ketergantungan antara
pelaku atau korban penyelundupan manusia dan masyarakat sekitar, dimana pelaku
atau korban yang tinggal bersama masyarakat bersimbiosis atau saling
memanfaatkan. Studi kasus Cisarua, Bogor,47 dimana mayoritas penduduk atau
masyarakat daerah di Cisarua, Bogor adalah Muslim dapat menarik perhatian
wisatawan muslim yang berasal dari negara Timur Tengah ataupun Asia Tenggara,
karena pelaku atau korban penyelundupan yang tinggal di Cisarua, Bogor berasal dari
negara Timur Tengah dan beragama Muslim, pelaku dan korban penyelundupan
saling bertukar ilmu kebudayaan atau keagamaan.
Differential Association Theory (Teori Pembelajaran Sosial)
Teori pembelajaran sosial merupakan teori utama yang akan penulis gunakan
dalam menggambarkan proses penyelundupan manusia melalui pembelajaran yang
didapatkan pelaku penyelundupan dari otak penyelundupan. Teori pembelajaran
sosial yang akan diambil penulis adalah poin 1 sampai dengan poin 4 preposisi teori
Sutherland yang dapat lebih menggambarkan proses penyelundupan manusia. JS, HF,
dan SH adalah pelaku penyelundupan manusia, yang menjadi penyelundup di Jakarta
akibat mendapatkan pembelajaran dari pelaku penyelundupan pada negara asal.
Kasus JS yang awal nya datang ke Indonesia untuk melakukan bisnis,
kemudian setelah bertemu otak penyelundupan manusia berinisial NG yang secara
kebetulan sedang berada di Indonesia, JS mengalami pembelajaran secara langsung
dari NG untuk memalsukan dokumen keimigrasian berupa paspor dan visa,
pengajaran NG dalam memalsukan dokumen keimigrasian menuntun JS ke tugas
selanjutnya untuk menampung korban penyelundupan, dan melakukan proses
pembuatan paspor dan visa palsu, lalu melakukan proses pengiriman orang yang akan
diselundupkan ke negara-negara di Eropa melalui perintah dari NG. Sedangkan pada
kasus HF yang pada awalnya datang ke Indonesia untuk menjenguk Putri nya di
daerah Bogor, HF ternyata ingin juga berangkat ke Australia, HF bertemu dengan SH
47Adrianus Meliala, Tinjauan Kritis terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia dan berbagai Dampaknya, (Jakarta, 2011) Hal 1.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
dan saling bekerja sama untuk mengumpulkan korban, dengan mengumpulkan
korban yang akan diberangkatkan ke Australia HF mendapatkan potongan harga.
Proses pembelajaran dalam pengumpulan korban dilakukan HF secara langsung
dengan pengajaran SH.
Preposisi teori Sutherland pada poin 1 adalah tingkah laku kejahatan yang
dipelajari dan tidak diwariskan, terlihat dalam proses pembelajaran JS yang awal
mulanya datang ke Indonesia untuk berdagang kemudian diajarkan oleh NG melalui
interaksi dengan orang lain menggunakan cara komunikasi seperti pada preposisi
teori Sutherland poin 2, dan proses tatap muka dalam kelompok yang intim dilihat
pada preposisi teori Sutherland poin 3, NG mengajarkan prosesnya dari tahap ke
tahap sampai orang yang akan diselundupkan tersebut telah siap dokumen
keimigrasiannya (yang palsu) lalu dikirim ke negara tujuan. Pada proses
pembelajaran ini lah NG mengajarkan cara melakukan kejahatan beserta dengan
motif, perilaku, dan rasionalitas atas kejahatan yang akan dilakukan seperti preposisi
teori Sutherland poin 4. Pembelajaran cara-cara untuk melakukan penyelundupan
manusia dapat dilihat pada tanya jawab Pejabat Imigrasi dengan JS, dimana JS
mengakui bahwa NG mengarahkan JS kepada MK agar JS dapat membuat dokumen
keimigrasian palsu dan mencari keuntungan dengan mengirimkan korban ke Prancis.
HF pun melakukan penyelundupan manusia akibat proses pembelajaran sosial
dari SH. Tugas HF adalah sebagai pelaku pengumpulan korban agar pemberangkatan
HF ke Australia mendapatkan potongan harga dari SH. Dalam proses pembelajaran
SH langsung mengarahkan HF untuk mendatangi kantor UNHCR agar mendapatkan
sertifikat pengungsi, hal ini ditujukan agar HF dapat leluasa melakukan pengumpulan
korban penyelundupan. Melalui teori pembelajaran sosial dari Sutherland inilah
penulis dapat menjelaskan bagaimana proses terjadi penyelundupan manusia, karena
penyelundupan manusia terjadi akibat interaksi dan komunikasi otak penyelundupan
dengan pelaku penyelundupan lainnya. Penyelundupan manusia pun dipelajari dalam
ruang lingkup yang kecil sesama pelaku tersebut tentang motif, perilaku, dan tindakan
rasional agar kejahatan tersebut berjalan, dan terciptalah sebuah pola kejahatan yang
menimbulkan kerugian dimasyarakat dan pelanggaran hukum pidana.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Rational Choice Theory (Teori Pilihan Rasional)
Teori pilihan rasional yang penulis ambil sebagai teori pendukung dengan
menggunakan preposisi Robert Keel (1997) pada poin 1 sampai dengan poin 6, poin
tersebut lebih dapat menggambarkan posisi pelaku penyelundupan manusia dalam
mengambil keputusan untuk melakukan penyelundupan. Pada poin 1 dan 2 manusia
adalah aktor rasional dan akan menggunakan perhitungan, dimana JS, HF, dan SH
adalah manusia yang mempunyai pikiran rasional dan dapat berpikir untuk terlibat
langsung dalam penyelundupan manusia, melanjutkannya, atau menghentikannya,
dilihat dari keuntungan yang diterima oleh JS, HF, dan SH. Poin 3, 4, dan 5
menyatakan bahwa manusia secara bebas dapat memilih prilakunya sendiri dan dapat
menghitung analisis biaya manfaat tentang keuntungan dan kerugian yang mengarah
langsung kepada kepuasan individu yang melakukan perhitungan itu sendiri. Maka
JS, HF, dan SH sebelum melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hukum akan
memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang akan diterima dengan analisis biaya
manfaat.
Dalam perhitungan tersebut pelaku penyelundupan manusia akan berpotensi
menimbulkan kerugian atau berpotensi mendatangkan keuntungan. Jika pilihan lebih
condong ke arah menimbulkan kerugian dengan perhitungan tertangkap dan
mendapat hukuman berat, maka pelaku penyelundupan manusia tersebut tidak akan
melanggar peraturan dan melakukan penyelundupan, serta masih berada didalam
kontrak sosial. Namun jika menurut perhitungan rasional penyelundupan manusia
tersebut akan menimbulkan keuntungan, maka pelaku penyelundupan manusia
tersebut akan melakukan penyelundupan walaupun melanggar hukum. Karena JS,
HF, dan SH merupakan peran yang dapat berpikir secara rasional dengan
mempertimbangkan perhitungan akhir, tentang kerugian atau keuntungan yang
diterima jika melakukan penyelundupan, maka teori pilihan rasional yang penulis
ambil sebagai teori pendukung sudah tepat.
Korban penyelundupan manusia juga menggunakan teori pilihan rasional
berdasarkan pikiran emosional mereka. Korban dapat memperhitungkan keuntungan
dan kerugian yang diterima melalui pikiran emosional, jika korban memilih
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
diselundupkan maka korban akan mendapat penghidupan lebih baik namun terdapat
resiko apakah korban akan tiba dengan selamat di negara tujuan, terdapat pula resiko
jika tidak dapat beradaptasi dengan negara tujuan maka korban akan tetap hidup di
negara asal yang terjadi masalah ekonomi dan kesulitan lapangan pekerjaan. Melalui
pilihan-pilihan emosional dari korban ini lah maka akan keluar keputusan apakah
melakukan penyelundupan akan mendatangkan jaminan kehidupan yang lebih baik
atau tidak.
4.2.Kejahatan Penyelundupan Manusia
Penulis akan melakukan analisis melalui sudut pandang kriminologi tentang
penyelundupan manusia sebagai kejahatan itu sendiri. Penyelundupan manusia yang
dilakukan oleh JS, HF, dan SH, akan menjelaskan bagaimana proses kejahatan
terjadi dan bagaimana kejahatan tersebut dilakukan. Penyelundupan manusia
merupakan perpindahan manusia secara sah atau tidak sah dari suatu negara yang
merupakan negara asal nya, ke negara tujuan yang bukan suatu hak nya memasuki
negara tersebut, termasuk negara-negara transit atau negara yang orang tersebut
lewati. Manusia yang menjadi korban penyelundupan manusia, secara sadar
mengikuti proses penyelundupan manusia dari arahan sang penyelundup. Korban
mengikuti secara sadar dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun, karena korban
memang membutuhkan perpindahan ke tujuan baik untuk mencari kehidupan yang
lebih baik dari negara asal nya, atau ingin hidup lebih layak.
Kejahatan penyelundupan manusia dianggap sebagai kejahatan karena
merugikan korbannya secara materil dan non materil. Tanpa dirasakan langsung oleh
korban itu sendiri, kerugian yang dialami korban secara materil adalah berupa biaya
penyelundupan yang sangat besar namun tidak disertai dengan fasilitas yang layak.
Kerugian non materil yang dialami oleh korban kejahatan adalah kerugian fisik dan
mental korban. Hal ini penulis lihat melalui wawancara dengan Kepala Subdit
Imigran Ilegal Ditjen Imigrasi yang menjelaskan ketika korban yang akan memasuki
wilayah Indonesia ditangkap oleh Polisi Air, korban telah mengalami kerugian
mental. Masih dalam sumber yang sama, ketika kapal yang ditampung korban
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
mengalami kapal karam atau kapal terdampar akibat ombak yang sedang tinggi, maka
korban pun juga akan mengalami kerugian fisik.
Kerugian yang dialami korban secara materi dan non materi tersebut tidak
membuat korban penyelundupan manusia berkurang. Korban lebih memilih jasa
penyelundupan manusia karena proses persiapan untuk pemberangkatan ke negara
tujuan lebih cepat dan tidak rumit jika dibandingkan dengan proses yang legal.
Ditambah juga proses penyelundupan manusia menggunakan organisasi dan struktur
yang rapi, komunikasi antar pelaku yang berada pada negara yang berbeda sangat
kuat, dan koordinasi antara otak pelaku penyelundupan yang mengarahkan dengan
pelaku penyelundupan yang menjalankan. Otak pelaku penyelundupan manusia
berada pada negara asal korban yang akan diselundupkan, namun otak pelaku dapat
juga berada di negara transit agar secara langsung dapat mengawasi dan memberikan
arahan kepada pelaku dan korban. Otak pelaku penyelundupan manusia mencari
korban, atau menawarkan korban untuk mendapatkan penghidupan yang lebih layak.
Penawaran yang diberikan otak penyelundupan manusia tersebut bertujuan
meyakinkan korban untuk menggunakan jasa sang penyelundup.
Korban yang telah setuju menggunakan jasa sang penyelundup, diharuskan
membayar biaya penyelundupan yang terbilang mahal. Namun korban menuruti
keinginan penyelundup dengan pemikiran nantinya korban akan mendapatkan yang
setimpal dengan pengeluaran korban. Setelah korban membayar biaya
penyelundupan, otak penyelundup tersebut akan menyiapkan korban agar dapat
diberangkatkan ke negara tujuan, namun korban harus tiba dinegara transit terlebih
dahulu, agar persiapan ke negara tujuan lebih matang. Otak penyelundupan yang
sudah memberikan arahan agar korban sampai ke negara tujuan telah ditunggu oleh
penyelundup di negara transit. Begitu korban sampai di negara transit, penyelundup
akan meminta korban untuk beristirahat sampai persiapan pemberangkatan ke negara
tujuan telah siap. Persiapan tersebut dapat berupa persiapan dokumen keimigrasian
yang sah atau tidak sah, bisa juga persiapan pemberangkatan menggunakan jalur yang
sah atau tidak sah. Setelah persiapan selesai dilakukan, korban akan diberikan arahan
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
agar dapat mencapai negara tujuan. Tugas penyelundup yang berada di negara transit
hanya mempersiapkan proses pemberangkatan ke negara tujuan.
Kasus JS yang berkewarganegaraan India adalah penyelundup yang bertugas
di negara transit. Tugas JS adalah mempersiapkan proses penyelundupan bagi sang
korban agar siap berangkat ke negara tujuan yaitu negara-negara Eropa. Awal tugas
JS adalah menunggu korban yang baru tiba dari negara asal mereka, yaitu India.
Setelah JS bertemu dengan korban, JS akan menampung korban selama 2 minggu
sampai dokumen keimigrasian palsu pemberangkatan korban JS selesai. JS akan
mempersiapkan paspor juga visa palsu yang pembuatannya dibantu oleh rekan JS
berinisial MK yang juga penyelundup di negara transit. Setelah dokumen
keimigrasian siap, JS pun akan mengantarkan korbannya hanya sampai bandara,
tempat dimana korban akan menaiki pesawat ke negara-negara Eropa.
Otak pelaku penyelundupan yang telah mengumpulkan korban
penyelundupan dari negara asal menggunakan jalur laut dalam menyelundupkan
korbannya. Namun korban penyelundupan tersebut ditangkap oleh TNI Angkatan
Laut dan Polisi Air. Setelah korban penyelundupan tersebut ditangkap, mereka akan
dikumpulkan dan didata berasal dari negara mana dan hendak kemana. Setelah
penangkapan tersebut, pihak TNI Angkatan Laut atau Polisi Air yang menangkap
korban akan melakukan serah terima korban penyelundupan dengan pihak Imigrasi
setempat. Pihak Imigrasi akan berkoordinasi dengan UNHCR apakah mereka
termasuk pencari suaka atau terdapat indikasi pelaku penyelundupan manusia, bagi
korban tertangkap yang melakukan penyelundupan manusia akan diproses lebih
lanjut oleh pihak Imigrasi. (Berdasarkan wawancara dengan Kepala Subdit Imigran
Ilegal)
Pada kasus HF yang berkewarganegaraan Iran dan SH yang
berkewarganegaraan Afghanistan dan Pakistan adalah penyelundup yang bertugas di
negara transit, namun SH disini sebagai otak penyelundupan manusia yang memantau
langsung proses penyelundupan, serta berperan dalam pengantaran korban yang akan
diselundupkan. HF diketahui pernah bekerja sama dengan SH, tetapi HF ditangkap
dan dideportasi terlebih dahulu daripada SH. HF dimanfaatkan oleh SH untuk
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
mengumpulkan korban yang akan diselundupkan di sekitar tempat tinggalnya di
daerah Cisarua, Bogor. SH akan memberangkatkan korban setelah terkumpul cukup
banyak, agar persiapan transportasi yaitu bus pariwisata terisi penuh. Korban yang
akan diselundupkan oleh SH merupakan korban yang telah dikumpulkun oleh orang
seperti HF, yang diajak bekerja sama oleh SH. Pemberangkatan korban yang akan
diselundupkan berada dibawah pengawasan SH langsung, dengan memberangkatkan
bus pariwisata dari daerah Jakarta ke daerah Jawa Timur, tepatnya perairan
Situbondo. Pemberangkatan secara masal tersebut dengan menggunakan jalur darat,
kemudian setelah sampai pada perairan Situbondo korban pun diarahkan untuk
menaiki perahu yang akan diantarkan ke kapal besar yang sudah menunggu di tengah
laut. Begitu korban yang akan diselundupkan sampai ke kapal besar, akan segera
berangkat ke negara tujuannya Australia.
JS, HF, dan SH sebagai pelaku penyelundupan yang menyelundupkan korban
ke dalam suatu negara pada dasarnya sama, yaitu melalui 3 cara yang telah dijabarkan
oleh Friedrich Heckman dalam jurnal Illegal Migration – What can we know and
What can we explain: Kasus negara Jerman. Pertama terdapat cara menyelundupkan
dengan langsung melewati batas negara tujuan secara tidak resmi tanpa melewati
pemeriksaan imigrasi terlebih dahulu. Kedua adalah menyelundupkan dengan cara
melewati batas negara tujuan secara resmi namun menggunakan dokumen
keimigrasian yang palsu. Yang terakhir adalah menyelundupkan dengan
menggunakan dokumen keimigrasian yang resmi dan menetap di negara tersebut
bahkan sampai masa berlakunya izin tinggalnya telah habis 48. Proses yang dijelaskan
oleh Friefrich Heckman merupakan proses penyelundupan manusia yang digunakan
oleh JS, HF, dan SH. Dimana JS menggunakan cara penyelundupan nomor dua
dengan memasuki suatu negara menggunakan cara dan pemeriksaan imigrasi negara
setempat terlebih dahulu, namun dokumen keimigrasian yang digunakan adalah
palsu, sedangkan pada HF dan SH menggunakan cara penyelundupan nomor satu
48Friedrich Heckmann, Ilegal Migration – What Can We Know and What Can We Explain? The Case of Germany, (International Migration Review, Vol. 38, No. 3), Hal 1106.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
dengan memasuki suatu negara langsung menggunakan jalur ilegal dan tidak
melewati pemeriksaan imigrasi.
Untuk penyelundupan manusia oleh JS, HF, dan SH yang kerap kali terjadi
pada wilayah Indonesia dengan memanfaatkan Indonesia sebagai negara persiapan
pemberangkatan ke negara tujuan, karena pelaku dapat bergerak secara leluasa di
Indonesia. Penyelundup pun yang berada di Indonesia dapat dengan mudahnya
mengaku sebagai pengungsi kemudian mendatangi kantor UNHCR untuk mendapat
status pengungsi, dengan cara menghilangkan atau membuang paspor sudah cukup
meyakinkan untuk meminta status pengungsi yang mencari suaka. HF dan SH
mempunyai sertifikat dari UNHCR yang menandakan mereka berstatus sebagai
pengungsi, sehingga bebas bergerak secara leluasa di Indonesia namun memiliki
maksud dan tujuan yang berbeda, sedangkan JS yang memang menggunakan paspor
palsu dan bertujuan untuk menyelundupkan manusia dengan pemalsuan dokumen
keimigrasian. Proses penyelundupan manusia tersebut dan proses terjadinya
disebabkan kurangnya Undang-undang yang mengatur tentang pengungsi di
Indonesia, sehingga sering terjadi penyelundupan manusia menggunakan Indonesia
sebagai negara transit. Untuk mengurangi penyelundupan manusia dalam kerangka
yang realistik, kontrol garis batas nasional tanpa penjagaan dan kebijakan deportasi
untuk pelaku penyelundupan tidak terlalu efektif untuk menekan arus masuknya
migran ilegal ke negara tujuan atau negara transit49.
4.3 Pelaku Penyelundupan Manusia
Penulis menganalisa pelaku penyelundupan manusia dengan menggunakan
sudut pandang kriminologi, dimana korban yang akan diselundupkan pun
bekerjasama dengan dengan pelaku sehingga penulis mengkategorikan korban
sebagai participating victim atau korban yang berpartisipasi. Namun siapakah
49Guido Friebel dan Sergei Guriev, Smuggling Humans: A Theory of Debt-Financed Migration, (Journal of the European Economic Association, 2006), Hal 1085-1111.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
sebenarnya pelaku penyelundupan manusia? Mengapa mereka melakukan
penyelundupan manusia? Apakah tantangan dan hambatan yang dialami pelaku?
Setiap tahunnya, sebanyak 4 juta orang menaruh uang dan hidupnya ke tangan
pelaku penyelundupan manusia, sehingga penyelundupan manusia berkembang
dengan cepat dalam area kejahatan terorganisir yang dimana pendapatannya hampir
menguntungkan sebanyak perdagangan narkoba. Karena penyelundupan manusia
merepresentasikan kegiatan ekonomi global, dan sistem dimana kejahatan beroperasi
melawati garis batas negara yang berjalan secara efektif seperti perusahaan legal
lainnya50. Pelaku penyelundupan manusia yang memang mengincar keuntungan
materi melakukan kejahatan tersebut, dengan mengambil USD 4500 – 7000 per
korban yang akan diselundupkan. Keuntungan yang didapatkan pelaku
penyelundupan akan semakin bertambah jika menyelundupkan puluhan orang
sekaligus, seperti SH yang menggunakan bus pariwisata dari daerah Jakarta menuju
perarita Situbondo di Jawa Timur.
Pelaku penyelundupan dengan inisial JS, adalah pelaku yang berasal dari
India dan berkewarganegaraan India. JS pada mulanya adalah seorang pedagang yang
berkunjung ke Malaysia dan Indonesia untuk berbisnis, namun JS bertemu dengan
sesama warga negara India yang ternyata merupakan otak penyelundupan manusia.
JS kemudian diajak untuk menyelundupkan korban. JS sebagai pelaku
penyelundupan manusia yang baru di Indonesia melakukan penyelundupan karena
paspor asli JS ditahan oleh otak pelaku penyelundupan, dan keluarga JS di India pun
diancam oleh otak penyelundupan manusia. Dalam menjalankan kejahatan
penyelundupan manusia, JS mempunyai tantangan yaitu proses pemalsuan dokumen
keimigrasian berupa paspor dan visa yang harus dibuat secara hati-hati agar sesuai
dengan negara tujuan korban penyelundupan, namun JS memiliki kesempatan berupa
cap palsu yang menandakan pernah mengunjungi negara tujuan sangat meyakinkan
dan mendekati asli. Sedangkan hambatan yang dialami JS adalah ketidakmampuan JS
50Mario Kaiser, The People Smugglers, (Transition, No.90, Indiana University Press, 2001), Hal 30-41.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
dalam memalsukan banyak dokumen keimigrasian karena takut dicurigai petugas
Imigrasi.
HF adalah warga negara Iran yang datang ke Indonesia untuk mengunjungi
putrinya yang berada di Indonesia, sedangkan SH ke Indonesia untuk mencari suaka
dan setelah mendapatkan status pengungsi dari UNHCR. SH memanfaatkan status
tersebut untuk menjadi penyelundup. Pada awalnya pelaku penyelundupan yang
mempunyai dalih untuk mencari suaka memasuki Indonesia dengan cara yang legal
dan melewati pemeriksaan imigrasi, namun terdapat permasalahan ketika WNA yang
sampai di Indonesia dengan cara yang legal kemudian berfoya-foya dan
menghabiskan uang. Setelah kehabisan uang, WNA akan membuang atau
menyembunyikan paspornya, kemudian datang ke kantor UNHCR untuk
mendapatkan status pengungsi (Berdasarkan wawancara dengan Kepala Subdit
Imigran Ilegal). Contohnya adalah SH yang merupakan warga negara Pakistan dan
Afghanistan. Kemudian kasus HF yang merupakan warga negara Iran, menggunakan
dalih mencari suaka untuk dapat tetap tinggal di Indonesia. Pelaku penyelundupan
manusia ini dapat bergerak dengan leluasa, mencari korban yang akan diselundupkan,
menampung para korban, memintai biaya per korban yang sangat besar, kemudian
menyelundupkan mereka ke negara tujuan, yaitu Australia.
HF dan SH melakukan penyelundupan manusia akibat faktor materil (uang),
untuk korban yang akan diselundupkan mereka meminta pembayaran yang cukup
besar. HF yang bertugas mengumpulkan orang yang akan diselundupkan, dan SH
yang bertugas mengantarkan orang yang akan diselundupkan dari Jakarta ke perairan
Situbondo. Tujuan SH adalah perairan yang dapat langsung menuju Australia dengan
menggunakan kapal besar. Tantangan dan hambatan yang dijalankan oleh HF dan SH
adalah ketika akan mengantarkan korban menuju Jawa Timur, pada perairan
Situbondo telah tersedia perahu dan kapal besar. Jalan darat yang ditempuh oleh SH
selaku otak penyelundupan yang mengawasi jalannya orang yang akan diselundupkan
berisiko cukup besar. Hambatan yang dialami adalah ketika tiba di perairan
Situbondo korban yang akan diselundupkan terlalu banyak sehingga meningkatkan
resiko kapal karam akibat melebihi kapasitas daya tampung kapal. Namun
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
kesempatan HF dan SH adalah dengan banyaknya orang yang akan diselundupkan
dengan sekali pemberangkatan (sebanyak 40 orang sekaligus), membuat HF dan SH
berpeluang untuk mendapatkan keuntungan materi yang sangat besar juga.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyelundupan Manusia sangat sulit untuk dihilangkan, namun bisa
diminimalisir dan dicegah agar tidak meluas memasuki Indonesia. Pelaku
penyelundupan manusia kasus JS dengan tujuan penyelundupan negara-negara Eropa,
HF dan SH dengan tujuan penyelundupan ke Australia yang merupakan warga negara
asing menggunakan Indonesia sebagai tempat transit sebelum diberangkatkan ke
negara tujuan pelaku masing-masing. JS, HF, dan SH mempersiapkan dan
merencakan kebutuhan yang diperlukan untuk menyelundupkan korban mereka ke
negara tujuan dengan tinggal di Indonesia terlebih dahulu.
Penyelundupan manusia pada JS, HF, dan SH ini dilakukan dengan korban
sesama warga negara pelaku. Setelah korban tersebut tiba di Indonesia dengan cara
apapu, maka korban tersebut telah menjadi tanggungan JS, HF, dan SH. Dengan
menempatkan korban untuk diistirahatkan di tempat tinggal sementara di daerah
pelaku tinggal, dan menunggu persiapan ke negara selesai agarkorban siap
diberangkatkan ke negara tujuan dari Indonesia.
Kebanyakan tujuan dari penyelundupan manusiaadalah negara yang telah
maju. Pelaku penyelundupan manusia akan memberangkatkan menggunakan
transportasi laut, darat, atau pun udara, dapat pula menggunakan rute campuran darat
dan laut. Korban yang akan diberangkatkan dapat secara berkelompok atau sendirian
tergantung dari pelaku penyelundupan. Pada proses pemberangkatan, tugas pelaku
penyelundupan pada Indonesia sebagai negara transit telah selesai. Karena ketika
sampai di negara tujuan, korban akan berpindah pelaku penyelundupan lagi.
Komunikasi otak pelaku penyelundupan dan pelaku penyelundupan yang
beroperasi di negara transit sangat rutin. Perintah diberikan dari otak pelaku
penyelundupan dapat melalui e-mail atau telpon internasional.
Tertangkap pelaku penyelundupan manusia biasanya melalui laporan
masyarakat sekitar, atau laporan dari mereka yang merasa kehilangan keluarga.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Kejahatan lintas-batas negara penyelundupan manusia sulit ditekan jika tidak terdapat
koordinasi yang baik dari masyarakat atau patroli keamanan perbatasan negara.
Namun dapat pula razia orang asing yang dilakukan oleh pihak Imigrasi.
5.2 Saran
Penulis dapat menyimpulkan modus kejahatan yang dilakukan oleh pelaku
penyelundupan manusia JS, HF, dan SH. Penulis dapat memberikan saran agar dapat
meminimalkan penyelundupan manusia tersebut.
Melalui analisis penulis pada pelaku penyelundupan JS, HF, dan SH maka
penulis dapat menyarankan bahwa minimalisir kejahatan penyelundupan manusia
dengan melakukan pengawasan terhadap lalu-lintas orang asing secara ketat. Tempat
pemeriksaan imigrasi harus diperketat untuk mengontrol tujuan orang asing dan
mengurangi bebasnya pergerakan orang asing yang memungkinkan munculnya
pelaku penyelundup baru.
Kemudian dilakukan pemeriksaan rutin bulanan atau razia terhadap orang
asing yang telah habis masa izin tinggalnya dan diberikan sanksi yang tegas kepada
pelaku pelanggaran peraturan di Indonesia. Pemeriksaan rutin bulanan atau razia yang
dilakukan dengan pembentukan Petugas Gabungan yang dapat melibatkan pihak
penegak hukum seperti Polri, TNI, Kementrian Hukum dan HAM RI, serta Polisi
Pamong Praja daerah.
Pencegahan dilakukan pula dengan memanfaatkan hubungan internasional
yang baik, dapat dihasilkan kerjasama antar negara agar melakukan saling tukar-
menukar informasi tentang penyelundupan manusia. Seperti konvensi yang telah
dilakukan dengan memberikan definisi dan informasi yang jelastentang kejahatan
penyelundupan manusia dengan modus terbaru pelakunya.
Terakhir adalah dibutuhkannya sebuah kebijakan atau peraturan baru yang
dapat membatasi kemunculan pelaku baru dengan Undang-Undang khusus tentang
penyelundupan manusia yang mengatur secara tegas dan jelas. Diharapkan peraturan
baru tersebut dapat melakukan tindak pidana terhadap penyelundupan manusia
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
dengan tepat. Tidak lupa pula peran penting masyarakat Indonesia dalam membantu
mengawasi dan melaporkan jika terdapat indikasi penyelundupan manusia.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Clarke, Ronald V..Situational Crime Prevention Successful Case Studies Second
Edition. New York: Harrow and Hestor Publisher, 1993.
Ebbe, Obbi N. Ignatius. Global Trafficking in Women and Children.London: CRC
Press, 2008.
Global Alliance Against Traffic in Women.Smuggling and Trafficking: Rights and
Intersection. Bangkok: Suphattra Poonneam,2011.
IOM. Buku Petunjuk bagi Petugas, Dalam Rangka Penanganan Kegiatan
Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana yang Berkaitan dengan
Penyelundupan Manusia. Jakarta: IOM, 2012.
Liang,Zai, and Wenzhen Ye.Global Human Smuggling, Second Edition. Ed. David
Kyle and Rey Koslowski. America: The Johns Hopkins UP, 2011.
Lunde, Paul.Organized Crime. New York:Pearson Education, 2004.
Meliala, Adrianus.Tinjauan Kritis terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia
dan berbagai Dampaknya.Jakarta: Dept. Kriminologi UI, 2011.
Mustofa, Muhammad.Kriminologi; Kajian Sosiologi terhadap Kriminalitas, Perilaku
Menyimpang dan Pelanggaran Hukum edisi Kedua. Bekasi: Sari Ilmu
Pratama,2010.
Santoso, Imam.Perspektif Imigrasi dalam United Nation Convention Against
Transnasional Organize Crime.Jakarta: Peruri, 2010.
Schloenhardt, Andreas.Organize Crime and Migrant Smuggling. Canberra:Panter
Printnet, 2002.
Sterett, Susan.The Blackwell Companion to Law and Society. Ed. Austin Sarat. UK:
Blackwell Publishing, 2004.
Sutherland,Edwin H..Principles of Criminology Sixth edition. America:Rowman &
Littlefield Publishers, 1960.
Yuwono, Soetedjo. Penghapusan Perdagangan Orang di
Indonesia.Jakarta:Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2005.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Zhang,Sheldon X..Smuggling and Trafficking in Human Being.America:Praeger
Publisher, 2007.
Jurnal
Friebel, Guido dan Sergei Guriev.Smuggling Humans: A Theory of Debt-Financed
Migration, (Journal of the European Economic Association, 2006), Hal 1085-
1111.
Grossman, J. B..Illegal Immigrants and Domestic Employment. ( Industrial and Labor
Relation Review, Vol. 37, No. 2, Jan., 1984). Hal. 240-251.
Gul, Serdan Kenanl.An Evaluation of the Rational Choice Theory in Criminology,
(Social and Application Science, 2009), Hal 37.
Heckmann,Friedrich.Ilegal Migration – What Can We Know and What Can We
Explain? The Case of Germany, (International Migration Review, Vol. 38, No.
3), Hal 1103-1125.
Kaiser,Mario.The People Smugglers, (Transition, No.90, Indiana University Press,
2001), Hal 30-41.
Mines, Richard and Alain de Janvry.Migration to the United States and Mexican
Rural Development: A Case Study. (American Journal of Agricultural
Economics, Vol 64, No. 3, August., 1982). Hal.444-454.
Nieuwenhuys, Celine dan Antoine Pecoud.Human Trafficking, Information
Campaigns, and Strategies of Migration Control, (American Behavioral
Scientist, 2007) Hal 1685-1686.
Thoumi, Francisco. “Drogas Illicitas en Colombia”, dalam Patricia Bibes,
Transnasional Organized Crime and Terrorism : Colombia, a Case Study,
(Journal of Contemporary Criminal Justice, 2001), Hal 250-251.
Todaro , Michael P. and Lydia Marusko. (1987): Illegal Migration and US
Immigration Reform: A Conceptual Framework. Population and Development
Review, Vol. 13, No. 1, (Mar., 1987). Hal. 101-114.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Ulusoy,M. Demet.Political Violence, Organized Crimes, Terrorism and Youth
(Turkey, Political Violence, Organized Crime, Terrorism and Youth, 2007),
Hal 4 & 108-109.
Loka Karya
Deputi Bidang Koordinasi Keamanan Nasional Kementerian Koordinator Politik,
Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia, Upaya Kemenkopolhukam dalam
Meningkatkan Kerjasama antar Lembaga Penegak Hukum serta Penanganan
Pengungsi dan Imigran Ilegal makalah disampaikan pada Loka Karya tentang
Peningkatan Kerja Sama Teknis dalam Rangka Penegakan Hukum
Penyelundupan manusia, Batam, Kepulauan Riau, pada tanggal 17-20 Juni
2013.
Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolitian Republik Indonesia, Anev
Penegakan Hukum Penyelundupan Manusia tahun 2013, makalah disampaikan
pada Loka karya tentang Peningkatan Kerja Sama Teknis dalam Rangka
Penegakan Hukum Penyelundupan manusia, Batam, Kepulauan Riau, pada
tanggal 17-20 Juni 2013.
Publikasi Lembaga
Jakarta. Setjen DPR RI. Masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian dan
Pengolahan Data dan Informasi (P3DI). Imigran Gelap di Indonesia : Masalah
dan Penanganan. Oleh Poltak Partogi Nainggolan. 2009.
Skripsi
Sri Lenny Astuty, (Skripsi) Keterlibatan Nelayan Indonesia dalam Kasus
Penyelundupan Manusia menuju Australia, 2011, Hal. 73.
Undang-Undang
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengesahan
United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang
Terorganisasi.
Web Berita
http://regional.kompas.com/read/2010/10/05/01392441/Otak.Penyelundupan.Manusia
.Ditangkap.-5, Diakses pada pukul 18:31, 20 Maret 2014.
http://www.beritasatu.com/nasional/52491-pemerintah-nyatakan-kekecewaan-pada-
australia.html, Diakses pada pukul 18:37, 20 Maret 2014.
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/10/05/138118-
warga-afghanistan-jadi-otak-penyelundupan-imigran, Diakses pada pukul
10:40, 21 Maret 2014.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Verbatim 03 Juli 2013, Jam 11:36
A : Kenn
B : Kepala Subdit Imigran Illegal (Subandriani, SH., MH.)
A : ini gak papa pak sambil saya rekam?
B : ya gak papa
A : paling saya kesini setiap kali ada pertanyaan. Saya nanya nya sama bapak aja. Saya dari
kemaren udah di suruh kesini sama pak frice. Soal nya saya dari kemaren duduk terus diruangan.
Jadi disuruh jalan
B : Banyak penanganan illegal migrant ya gak
A : saya pengen ngambil nya sih cara mereka masuk
B : oh cara mereka masuk
A : terus cara perekrutannya. Jadi gimana cara illegal migrant nya tuh bisa sampai sini tuh asal
mulanya gimana. Apa yang terjadi ditempat mereka. Terus dikumpulinnya gimana sampe
mereka bisa sampai sini. Terus jalur-jalurnya misalnya mereka dari timur tengah nih pak. Terus
dia ke Indonesia nya bisa sampai sini gimana. Atau mereka lanjutin suaka ke Australia. Atau
mereka pengen netap. Kayak gitu jalur nya perairan mana aja yang dilewatin. Kalau dari udara
transit ke negara apa aja. Kemaren saya juga dikasih slide show sama pak frice
B : apa isi slide nya?
A : isi slidenya tentang jalur-jalur perairan sama darat. Cuman yang saya masih bingung gimana
cara perekrutan mereka itu pak
B : kalau mereka kan memang direkrut oleh sindikat internasional maupun lokal. Mulai dari
negara nya mereka direkrut oleh sindikat internasional maupun lokal. Jadi dari sana mereka
dikendalikan oleh smuggler. Dikendalikan oleh smuggler kemudian dibawa menuju perairan
Indonesia. Sampai disini dia ditangkap oleh angkatan laut. Dilaut di tangkap mereka. Polisi air
juga bisa menangkap mereka. Jadi setelah mereka ditangkap itu kan dikumpulkan. Nanti mereka
di identifikasi, didata, dari mana, dari negara mana. Nah habis itu nanti ber koordinasilah dengan
IOM atau UNHCR. Nanti UNHCR menentukan apakah mereka tergolong yang mencari suaka.
Iya penentuan statusnya sama UNHCR apakah mereka pencari suaka, apakah mereka hanya
imigratoir saja. Ataukah kalau ada indikasi dia people smuggling. Ada pelakunya. Nanti bisa
diproses melalui hukum. Diserahkan ke kepolisian atau keimigrasian bisa. Untuk melakukan
proses yang dilakukan terkait dengan people smuggling atau tindak pidana perdagangan orang
A : oh gitu, waktu di tangkap oleh TNI AL atau Polair itu pak. Kita dari petugas imigrasi ikutan
nangkep juga gak pak?
B : nanti kita dihubungin juga. Kalau di imigrasi kan, kalau di perairan jarang ada. Jadi mereka
setelah mereka menangkap. Dikumpulkan, udah tau kebangsaanya. Nanti mereka akan
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
melaporkan ke imigrasi. Diserahkan ke imigrasi. Jadi tangkepan pertama ini mereka yang
menangkap. Angkatan laut atau polair. Nanti dikumpul baru diserahkan ke imigrasi. Serah terima
dengan imigrasi. Nanti imigrasi berkoordinasi dengan IOM, dengan UNHCR. IOM ini nanti
tugasnya memberikan fasilitas, perlindungan. Termasuk makanan, termasuk fasilitas
akomodasinya.
A : berarti tugas TNI al sama polisi air cuman nangkepin terus diserahin ke imigrasi
B : iya nangkepin terus diserahin ke imigrasi. Yang jelas memang diserahkan ke imigrasi
pastinya.
A : kalau misalnya ditangkepnya disumatra barat. Deket deket Malaysia. Bearti diserahinnya di
ditjen atau di sekitar medan situ pak.
B : dibawa dulu ke darat, digiring dulu masuk ke darat. Dilaut kan ditarik kapalnya. Nanti setelah
dikumpulkan mereka. Diidentifikasi satu persatu warga negaranya. Setelah itu nanti mereka akan
menyerahkan ke imigrasi. Yang nangkep sebetulnya (cuman nanya singkat saja). Kalau yang
identifikasi secara komprehensif nanti diimigrasi. Nanti yang nangkep hanya secara Tanya cepat
aja lah orang warga negara ini atau yang lain
A : tapi yang ditangkep ini udah pasti pak ya gak lewat TPI (tempat pemeriksaan imigrasi)
masuk nya
B : rata-rata mereka kalau penangkapa itu, ada juga yang setelah masuk legal. Dia masuk legal,
pakai passport segala macem. Habis itu dibuang passportnya. Minta ditangkep, lalu Minta surat
ke UNHCR buat dinyatakan bahwa mereka sebagai pencari suaka. Banyak modusnya. Jadi tidak
hanya dua, ada tiga mouds modus mereka. Ada yang langsung dari laut dari negaranya menuju
negara tujuan. Ya udah jelas illegal itu.
Ada juga yang legal, melalui passport, masuk melalui TPI, sudah di check segalanya. Izin tinggal
nya ada. Habis izin tinggalnya. Lalu dibuang passpornya. Nah izin tinggal (VISA) nya habis,
passport dibuang, daftar dirinya di UNHCR bahwa menyatakan dirinya pencari suaka. Habis itu
setelah menyatakan dirinya pencari suaka, ada yang gak sabar. Menunggu. Rata-rata mereka kan
minta di tempatkan ke negara ketiga, Australia, newzealend. Jadi ada yang gak sabar, ada yang
namanya smuggler smuggler itu menawarkan jasa untuk langsung ke australi. Jadi ada yang
membawa. Sehingga mereka jalurnya lewat jalur yang illegal juga. Pergi sana ke daerah
atambua. Pokoknya daerah kupang sana. Setelah dari sana ketangkap lagi. Diserahin lagi ke kita.
Ada yang sudah pernah disini ada yang belum pernah sama sekali
A : bearti sudah wajar donk pak kasusnya kalau sudah pergi terus ditangkep lagi?
B : ketangkep lagi ya begitu selalu. Kalau yang murni memang datang pakai kapal dari sana
hanya melintas dikita. Tau aja kapalnya rusak mesin, segala macam. Ditarik ke kita. Itu namanya
intercept juga. Sama. intercept
A : intercept karena apa itu pak. Karena kapal rusak?
B : pencegatan itu namanya, kalau intercept itu penangkapan. Pencegatan. Pencegatan dilaut
gitu. Ditarik. Dikembalikan ke Indonesia lagi.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
A : misalnya dia mau ke Australia tapi kapal rusak ditengah jalan. Dicegatnya karena apa pak?
B : ya karena kapalnya rusak. Kan kita kalau ketemu kapal itu kan gak boleh juga kita usir.
Menangkap, melanggar aturan kalau diusir. Ditangani jadinya. Ditangani begitu tadi mekanisme
nya. Jadi digiring mereka masuk ke darat. Diproses. Sudahnya didata satu-satu. Sudahnya itu
pihak polair atau tni menyerahkan ke imigrasi
A : pak kalau misalnya yang lewat TPI. Kan dia legal tuh masuk. Kenapa mereka harus buang
passport buat dapat status ke UNHCR?
B : itu tadi. Mereka itu menyalahgunakan kartu izin tinggalnya. Mereka masuk pakai VISA on
Arrival. Memang sudah ada niat mereka lari dari negaranya secara legal. Nanti begitu sudah
masuk ke Indonesia. Passport sudah dibuang. Mendaftar ke UNHCR bahwa menyatakan dirinya
mencari suaka. Dikasihlah kartu nya sama UNHCR
A : itu gimana pak misalnya ada migrant illegal masuk Indonesia tidak melalui TPI. Masih bisa
gak minta surat ke UNHCR?
B : ya dia kan bilang, dia gak mau ngaku biasanya. Dia bilang pokoknya dia immigrant aja. Dia
gak bilang sudah punya passport. Gak bakalan. (jadi migrant yang masuk Indonesia secara legal
atau pun illegal, jika ingin mendapatkan status ke UNHCR pastinya migrant itu tidak punya
passport, jadi yang masuk secara legal mengaku tidak punya passport)
A : imigran yang masuk sini rata-rata dia ilegal atau legal pak?
B : ada yang illegal ada yang legal. Yang legal tuh lewat TPI. Terus dokumennya dibuang. Kalau
yang illegal yang tadi, yang datang dari laut, kapalnya rusak terdampar.nah ditarik kesini. Dia
tuh memang gak bawa document apa apa
A : kalau misalnya dia banyak uang dia bisa langsung ke Australia gak pak?
B : nah itulah dia banyak uang. Dia memanfaatkan jalur jalur illegal juga. Pakai sindikat itu tadi.
Di koordinir oleh sindikat
A : cara kerja sindikat itu gimana sih pak sebenarnya?
B : ya mereka kerjaanya seperti terputus. Jadi tidak saling mengetahui. Nanti dari (negara) sana
memerintahkan bawa ke sini (Indonesia) udah sampai sini. Putus nih. Dari sini ada lagi yang
memerintahkan bawa kemana lagi. Jadi susah ditangkap nya pelakunya tuh. Soalnya jaringannya
selalu terputus. Jadi modelnya tuh tugas nya cuman ngantar aja. Misalnya dari medan bawa ke
Jakarta. Nanti dari Jakarta kendalinya putus adalagi yang nelpon. Smugglernya gitu. Nanti bawa
kesni. Bayar sekian. Pakai kapal ini. Nanti adalagi yang disana. Ada yang ngarahinnya.
A : yang ngarahinnya gak ditangkepin itu pak?
B : gimana mau nangkepnya orang yang ngarahinnya entah berada dimana. Diluar negeri
kadang-kadang. Gimana bisa melacaknya.
A : oh jadi yang ngarahinnya emang jelas ada ya pak. Dan selalu di oper oper gitu
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Verbatim 22 Juli 2013. Jam 16:05
A : Kenn
B : Pelaku JS
C : Pejabat Imigrasi (Gilang)
D : Pejabat Imigrasi (Ketut)
A : disini belum sebulan mas?
tinggal dimana kalau disini di Indonesia
B : di sini kosan, kawasan kampung mas
C : dia banyak kosan, perbulan tuh kosannya 2,5 jt
A : iya?
C : makanya kalau dia ngomong gak punya duit bohong
D : bohong nih
C : pinter, orang india itu.
B : if I have money, I will pay and then go. That’s why I’m here
A : emang belum sampai sebulan?
B : belum, tanggal 26, 1 bulan
A : oh 26 juni masuk berarti
(………. Pembicaraan tidak menyambung ke topic)
A : kapan masuk ke Indonesia?
B : 2011
A : oh 2011 ya. Yang keberapa itu. Yang keberapa kali masuk
B : tujuh kali
A : tujuh kali. Dari 2011. Pertama 2011?
B : oh pertama 2008, 2009. Lupa
A : India dimananya?
B : di Penjapi
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
(……… Pembicaraan tidak menyambung ke topic)
C : kalau gini-gini seneng nyiksanya sih. Makanya waktu dia gak mau ngaku kan kita buat
ngaku. Tapi ngaku nyicil. Kalau ngaku nya nyicil kan kita setrum
B : what do you say? What do you say?
(……. Tertawa karena pelaku tidak mengerti apa yang kita bicarakan)
B : can you tell me what do you say, I don’t understand. I understand setrom only.
Verbatim 26 Juli 2013. Jam 17:51
A : Kenn
B : Pelaku
A : mas boleh nanya nanya
B : apa
A : ngobrol buat tugas saya, tugas paper
B : apa tuh
A : kuliah, saya kan lagi study.
B : duh jangan lah. Kalau ketahuan dimarahin nanti
A : boleh diceritain gak pas di tangkep, pas dibawa kesini
B : tanggal 26.
A : siapa yang bawa mas kesini
B : ya agent lah, dari india. I only tell to boss.
A : sampai kapan mas disini
B : lama lah
A : lama ya proses nya?
B : iya masih lama
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Verbatim 23 Juli 2013, Jam 09:11
A : Kenn
B : Pejabat Imigrasi yang menangani kasus JS (Ketut)
A : mas ketut udah berapa lama kerja disini, di ditjen nya
B : di ditjen ini. Saya tugas itu udah hampir 3 tahun ya
A : sebelum nya dimana mas?
B : di soekarno hatta
A : di soekarno hatta berapa lama mas
B : soekarno hatta, 9 bulan
A : itu tamat aim langsung di soekarno hatta?
B : di Banjarmasin
A : sebelum nya di Banjarmasin
berapa lama mas?
B : hampir 2 tahun
A : sebelum di banjar masin?
B : disini (di ditjen). Disini juga. 9 bulan ya. Dulu saya muter. Semua ini saya dapet (semua
subdit). Habis tamat muter muter di ditjen.
A : mas saya kan ngebahas tentang smuggler nya mas. Orang yang nyelundupin. Bukan
korbannya. Jadi saya ngebahas dari sisi pelakunya. Jadi sebenernya pengertian smuggler yang
mas tau gimana mas
B : smuggler itu, jadi smuggler itu orang yang akan menyelundupkan manusia, menuju negara
ketiga, seperti Australia. Contohnya australi ya. Jadi dia itu memberangkatkan orang secara
illegal, untuk menuju suatu negara. Ya biasanya itu melalui kapal laut lah
A : illegal nya kenapa mas?
B : tidak melewati pemeriksaan imigrasi. Jadi orang-orang itu masuk kesini sah. Cuman disini
nih digunakan sebagai negara transit. Indonesia itu negara transit baru menuju negara ketiga
A : kalau sindikat itu gimana mas pengertiannya?
B : ya kalau sindikat itu korporasi lah. Satu orang lebih. Dia melakukan tindak pidana. Sindikat
apa sekarang ini. Penyelundupan manusia kan. Ya itu ada perekrutmen, ada rekrutmen nya, harus
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
ada yang memberikan pemondokan, ada yang memberikan makanan, ya bagian itu. Bagian
sindikat. Di tampung dulu lah se engganya.
A : mas selama udah kerja di imigrasi udah berapa banyak nanganin kasus pelaku smuggler?
B : pelakunya ya. Kemaren orang iran, yang di ditjen aja ya. Sajjad Hussein. Itu juga. Ada 5
kayaknya. Terakhir ini yang india ini. Yang masih berjalan. Kurang lebih lah seperti itu
A : jadi mas lagi nanganin kasus yang india ya
B : india, iyaa. Ini smuggler juga.
A : mas kebanyakan pelaku smuggler yang mas tangani dari mana mas asalnya.
B : iran, Pakistan. Ya Pakistan sama iran yang banyak. India ini kan baru termasuk.
A : ini jalur smuggler nya tuh dari daerah asal kebanyakan tujuannya kemana mas?
B : ini ya. Contoh. Irak. Irak atau iran. Kalau iran bisa langsung masuk ini karena dia ketemu
Visa on Arrival. Kalo irak calling visa, dia tuh sebelum kesini harus mengajukan permohonan di
kedutaan dulu, nanti diteruskan kesini, nanti ada dirapatkan dengan rapat CH Clearen house
dulu. Untuk orang ini dibolehkan masuk apa, untuk apa. Itu untuk irak. Nah untuk Iran langsung
aja dia beli Visa di airport, bayar 25 Usd. Sekarang sudah hilang kebijkan itu. Udah dipersulit
sekarang iran. Karena banyak smuggler smuggler iran, pencari-pencari suaka dari iran. Nah
biasanya jalurnya tuh. Yaitu dari negara asal. Irak. Menuju dia ke Malaysia. Karena Malaysia tuh
mereka tuh berbasis negara islam. Bebas visa dia disana. Sama sana tuh dibebas visa di
Malaysia. Nah dari Malaysia, disana tuh banyak ada agent untuk ke Indonesia. Agent-agent
memberangkatkan. Kebanyakan agent-agent tuh jahat juga. Dalam arti saat itu dia minta
diberangkatkan ke australi, ternyata gak diberangkatkan ke australi. Orang orang itu di dorong ke
Indonesia. Setelah masuk ke Indonesia, ya udah tuh. TNI atau Polisi di tarik orang tuh.
A : karena jahat nya smuggler itu mas?
B : ya engga, jadi istilahnya versinya itu ada dua. Ada yang dari Malaysia langsung ke Australia,
gak mungkin harus melalui Indonesia dulu. Di Indonesia langsung ketahuan sama TNI kita, ya
udah di tarikin. Ditampunglah disini, makanya ini kayak negara penampungan. Harus nya
mereka langsung ke australi kan. Untuk transit aja naek kapal laut dari sini. Kebanyakan di
dorong dari Malaysia.
A : sebenernya kebijakan pencabutan visa on arrival itu kapan mas buat warga negara iran?
B : sudah. Sudah dari tiga hari yang lalu (sekitar tanggal 20 juli 2013).
A : oh baru mas. Saya kira sudah lama.
Jadi emang tujuan nya tuh ke Australia, mampir di Malaysia ketemu agent, terus disuruh ke
Indonesia.
B : harusnya dia ke australi tapi mampirnya ke Indonesia kebanyakan seperti itu.
A : kalau yang india itu gimana mas?
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
B : kalau india ini, jadi dia disini juga pake negara transit. Negara transit nanti dia orang-orang
itu memalsukan visa untuk ke Eropa.
A : oh dia melalukan pemalsuan visa mas buat ke eropa. Jadi misalnya dari india ke Indonesia
dulu. Buat transit.
B : ya transit, jadi disini dia bikin visa atau menunggu kiriman visa dari luar negeri kesini. Jadi
untuk masuk ke eropa.
A : mas tau kalau dia tuh tersangka people smuggler. Gimana mas cara mas tau orang itu
tersangkanya. Pulbaket nya gimana
B : ya 1 kan kita melakukan pengamatan lapangan dulu. Kenapa banyak sekali ada kasus-kasus
pencari-pencari suaka disini (disebuah daerah). 1 itu kan. Terus setelah disana biasanya itu
setelah kita tau bahwa kasusnya mereka itu akan mencari suaka itu. Kita tanya, kamu masuknya
pakai visa apa. Ditanyanya pada saat kita minta keterangan. Kebanyakan mereka itu ada yang
disimpen passportnya, dan dia modusnya itu dia datang ke UNHCR untuk meminta sertifikat itu
bahwa dia tuh adalah pencari suaka. Dengan singkat kata itu di kasih status sama UNHCR itu
untuk mencari suaka, setelah itu dia bermasalah disini. Nah dari sana dia biasanya merencanakan
untuk mencari mangsa atau untuk berangkatin itu (menyelundupkan orang).
A : sebenernya syarat untuk dapat sertifikat atau kartu dari UNHCR itu gimana mas?
B : wah gak ngerti saya. Itu kebijakan UNHCR.
A : kenapa setiap ngajuin dia harus menghilangkan passport dulu mas?
B : ya itu kan alasan. Namanya pencari suaka kan identitas diri tidak punya. (jika identitas diri
punya, lengkap, ya tidak bisa di bilang pencari suaka). Diaanggap ka nada kriteria pencari suaka
itu apa. Ya contohnya dia terancam di negaranya, dia korban politik, terus keadaan negaranya
dalam keadaan perang, ya itu. Kan begitu.
A : itu kan yang pertama mas dari pulbaket. Terus yang kedua gimana?
B : ya kita kan proses dari BAP (berita acara pemeriksaan), dengan siapa dia kesini, untuk apa,
ya semuanya, siapa yang membantu dia, kenapa dia bisa tau ke UNHCR. Ya dari sana lah kita
minta keterangan itu lah. Kita korek lebih dalam lalu mendapatkan suatu masukan atau gambaran
gitu, untuk mengungkap itu.
A : kalau yang melakukan operasi-operasi ke lapangan itu gimana mas cara proses nangkep nya
dari awal, nangkep orang yang udah pasti tersangka?
B : sama, sama itu. Pulbaket. Ya pengumpulan bahan keterangan, ada indikasi gak dari tindak
pidana imigrasi.
A : indikasi nya tau dari mana itu mas?
B : ya kita basis data kan, kita kan sistem online kan ketahuan nanti, ya ketahuan kalau orang
lagi overstay gitu, kan kita juga mendapat laporan masyarakat, kita tindak lanjuti. Terus datang
ke perusahaan-perusahaan asing. Wajib dia memberikan data ke kita, dari sana kita olah data itu
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
apakah benar itu dari sekian pekerja asing itu di laporkan semua, apakah ada yang illegal disana,
atau ada pekerja illegal disana. Nah dari sana kita melakukan operasi lapangan.
A : berarti yang pertama dari sistem online, yang kedua dari masyarakat, dan yang ketiga
memang dapat data dari PT PT asing.
Nah kalau yang India kemaren itu gimana mas cara nangkep nya?
B : cara nangkep maksudnya?
A : Proses nangkep dia, mas nangkep dia karena laporan atau lewat sistem online mas?
B : laporan, iya laporan masyarakat, dan itu kan nama nya petugas itu kan kecurigaan itu pasti
ada. Kok banyak sekali, bener gak semua, ini pasti ada laporan pelanggaran, pasti kita korek,
terus kita cek, kita datengin semua, melalui sistem online juga. Terus pas kita lihat melebihi dari
yang ada di sistem kita. Dari sana kita pilah pilah lagi mana orang yang ada di sistem, dan mana
yang gak ada. Apa tujuan dia kesini, apa yang dia lakukan. Gitu.
A : jadi mas cara mas nangkap pelaku smuggler india itu dari laporan masyarakat mas
B : kan olah data juga, kita kan ada intelijen kita, ya laporan dari intelijen gitu. Ya masyarakat
juga ada. Kita kan eksekusi nya disini.
A : cara ngumpulin bukti bahwa memang dia pelaku smuggler itu gimana mas?
B : ya berdasarkan keterangan, ya berdasarkan korban, saksi. Itu kan bisa.
A : kalau yang india ini di tangkep dimana mas?
B : yang india ini, ya ini juga berdasarkan laporan masyarakat kalau ada sindikat pemalsuan
KITAS (kartu izin tinggal sementara).
A : tempat nya dimana mas?
B : tempat nya di deket sini nih, di pasar festival jadi ada orang india yang mampu membuat
kitas dan visa. Terus kita cek, habis itu kita adakan pertemuan, kita tangkap, ya kita olah disana
pemeriksaannya. Kita pisah, akhirnya kita compare hasil pemeriksaan-pemeriksaan tersebut ya
akhirnya muncullah beberapa nama. Ada agen yang otak nya sekali yang berada di India. Yang
disini kayak perantara.
A : kan pelakunya udah dapet mas, cara selanjutnya lagi gimana?
B : belum, pelakunya bener sih belum kita tangkep sebenernya, ini tangan kanannya. Ya
termasuk jaringannya, bukan master mind nya.
A : cara mas buat nangkep otaknya kira-kira gimana mas?
B : ya itu perkembangan pemeriksaan lah.
A : contoh nya gimana mas, untuk memperkembang pemeriksaannya.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
B : ya kita tanyakan kamu bekerja sama siapa, sudah berapa orang yang kamu jadi kan korban.
Dan kita kembangkan lagi pertanyaan kita.
A : buat BAP itu mas ya
Jadi nangkap sindikat itu diusahakan dari pengumpulan informasi
B : iya dari bukti bukti yang sudah di tangkap
A : nangkap india itu mas. Dari masyarakat. Terus mas langsung kesana
B : iya
A : sebenernya korban dari India itu udah berapa banyak mas kira-kira?
B : sebetulnya banyak, cuman yang baru kita ketahui baru 3.
A : oh ada korban yang disini juga mas
B : ada
A : korban india
B : he eh
A : dimana korbannya sekarang mas
B : didalam di detensi
A : oh korbannya di dalem juga. Kok korbannya di dalem
B : ya kan dia kan gak ada izin tinggal. Overstay
A : proses dari dia ditangkep sampai dia di deportasi itu gimana mas? Pasti di deportasikan. Itu
gimana mas. Berapa lama?
B : ya belum tentu. Nanti kalau dia pelanggarannya tindak pidana kan kita pro justitia. Kalau
udah keluar hasilnya kan baru kita deportasi
A : berarti pelaku nya orang india itu di ruang detensi ya mas. Sama korban-korban nya tiga
B : iya. Kita pisah
A : hukuman yang pelaku itu dapet gimana mas?
B : hukumannya deportasi + black list
A : di penjara gitu gak mas
B : iya
A : berapa lama mas?
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
B : wah gak tau saya. Itu kan tergantung berkas kita. Itu kan polisi punya ranah itu. Ke kejaksaan
terus kan koordinasi ke kita. Di kejaksaan gimana. gitu
A : hukumannya berarti di deportasi, di blacklist. Itu bearti di tangkal ya mas? Selama-lamanya?
B : 6 (enam) bulan. Aturan 6 bulan. Gak boleh selama-lamanya. Nanti kita melanggar hukum
A : berarti boleh masuk lagi donk?
B : bisa, kalau memang tidak ada perpanjangan. Bisa di perpanjang Cekal (cegah + tangkal).
A : kalau masuk sini lagi ada tanda khusus gak, kalau misal nya dia udah pernah bermasalah.
B : ada
A : ada denda gak mas? Pelakunya di denda gak?
B : engga
A : oh gak ada denda, bearti enak donk
B : maksudnya denda apa nih, yang overstay?
A : engga, bukan. Pelakunya yang dia nyelundupin orang.
B : ya ada, kalau dia tingkat posisinya kan ada. Nanti tergantung barang apa yang di langgar.
Ada itu ketentuannya. Kalau dia korporasi dia bisa 500jt.
A : sebenernya apa sih penyebabnya pelaku smuggler kok nambah terus gak kurang-kurang.
B : kan berkembang jadinya. Namanya juga jaringan, jaringan kan kita gak mesti tau berapa
jumlah mereka. Makanya itu pinter pinter kita melakukan pemeriksaan.
A : cara mas menekan supaya pelaku nya berkurang gimana mas?
B : itu level nya kebijakan itu. Itu pimpinan itu pertanyaan itu. Itu mesti levelnya kebijakan.
Makanya itu, kita ini hanya untuk dilapangan kita ini
A : kebanyakan modusnya ngajak nya itu gimana mas. Alasan dia mengajak
B : ya menjanjikan suatu pekerjaan, negara yang dianggap lebih bagus ekonomi nya dari negara
india, penghidupan yang layak. Kanada, inggris.
A : sebenarnya beda nya pelaku penyelundupan di bawahi oleh imigrasi dengan polisi apa sih
mas? Kenapa mas yang buat BAP?
B : ya engga kita kan sama-sama. Karena di undang-undang kita juga ada.
A : yang india itu. Dia dari india. Mampir dulu ke Indonesia, dibuatin VISA palsu, langsung
dikirim ke eropa. Ke negara-negara eropa. Di tangkep nya atas laporan masyarakat. Tapi dia jago
juga ya mas buat visa palsu.
B : iya itu bikinnya di rusia bikinnya itu.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
A : itu bikin di rusia bayarnya berapa mas?
B : per korban tuh bayar 4000 $ USD sama agent
A : 40. Jt donk
B : kurang lebih lah
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Tanya Jawab Pejabat Imigrasi (Ketut) dengan Pelaku Penyelundupan (JS)
Bisakah saudara jelaskan tepatnya saudara datang ke Indonesia menggunakan visa apa
dan melalui bandara atau pelabuhan apa? Jelaskan!
Saya datang selalu menggunakan visa on arrival dan melalui bandara internasional Jakarta,
pertama kali saya datang pada oktober tahun 2008 dan menggunakan visa on arrival seharga 10
USD, kunjungan kedua saya pada bulan November di tahun yang sama menggunakan visa on
arrival, kunjungan ketiga pada bulan desember masih pada tahun yang sama, menggunakan visa
on arrival, kunjungan ke empat pada bulan januari tahun 2009 menggunakan visa on arrival, dan
kunjungan kelima pada bulan februari tahun 2009 juga menggunakan visa on arrival, kunjungan
keenam pada bulan april tahun 2009 masih menggunakan visa on arrival, kunjungan ketujuh
pada bulan mei tahun 2009 menggunakan visa on arrival, lalu saya kembali ke India dan kembali
ke Indonesia pada tahun 2011 sampai sekarang menggunakan visa on arrival.
Ceritakan bagaimana saudara melakukan perjalanan ke Indonesia dari India!
Pertama kali saya datang tahun 2008 saya pergi dari India menuju Malaysia untuk membuat
bisnis baju, dan akhirnya karena visa Malaysia saya habis masa berlakunya maka saya keluar ke
Indonesia dan kembali ke Malaysia untuk melanjutkan bisnis saya, dan kembali lagi ke
Indonesia, hanya seperti itu saja karena saya menggunakan multiple visa selama 1 tahun di
Malaysia.
Selama perjalanan saudara apakah ada orang yang mengikuti saudara atau menemani
saudara untuk melakukan perjalanan tersebut? Jelaskan!
Pada tahun 2008 dan 2009 saya melakukan perjalanan sendiri tetapi pada tahun 2011 saya
diantar oleh NAVEEN GARG.
Apakah hubungan saudara dengan NAVEEN GARG?
NAVEEN GARG adalah agen saya.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Apa fungsi dan tugas agen saudara untuk saudara? Jelaskan!
NAVEEN GARG membantu memfasilitasi saya untuk bekerja di Kapal di Indonesia.
Selanjutnya apa yang sudah dilakukan oleh NAVEEN GARG untuk saudara? Jelaskan!
Ia (NAVEEN GARG) mengambil paspor saya dan mengambil uang saya dan setelah beberapa
bulan saya bertemu NAVEEN GARG di pasar baru dan meminta paspor saya dan setelah dua
minggu saya mendapatkan paspor dengan foto saya tetapi data yang berbeda.
Saudara ditangkap bersama dengan dua orang rekan saudara apakah saudara mengenal
mereka? Jelaskan!
Saya diminta oleh NAVEEN untuk membantu dua orang India dan apabila saya tidak melakukan
maka tidak diberikan paspor saya kembali dan NAVEEN bisa melakukan apapun di India.
Apakah saudara mengenal HARJIT SINGH GIL, dimanakah saudara mengenalnya dan
apa yang akan saudara lakukan dengan yang bersangkutan? Jelaskan!
Saya mengenal dia di Jakarta agen HARJIT yang bernama RUBINA menghubungi MUNISH
KUMAR dan saya untuk membantu membuat dokumen palsu.
Untuk apa saudara dan MUNISH KUMAR membantu membuat dokumen palsu untuk
HARJIT SINGH GIL?
MUNISH KUMAR yang membuat dokumen palsu bertujuan untuk mencari keuntungan dan
mengirimkan mereka ke Perancis.
Siapakah MUNISH KUMAR yang saudara maksud, dan dimana saudara mengenalnya
dan apa pekerjaan dia di Indonesia?
MUNISH KUMAR adalah orang India yang tinggal di Surabaya dan kadang di Bogor,
Indonesia, dia bekerja untuk agen di India bernama RUBINA dan NAVEEN dan saya
mengenalnya pada bulan Januari di Pasar Festival dan saya membantu memfasilitasi dari Airport
sampai mencari penginapan dan mempertemukan korban dan MUNISH KUMAR membuat
dokumen palsu untuk mengirimkan orang India ke Perancis.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Berdasarkan pernyataan saudara diatas berarti saudara membantu menyelundupkan
manusia? Jelaskan!
Iya, mereka atau para agen di India mengancam keluarga saya jadi saya melakukan hal tersebut.
Sudah berapa lama saudara melakukan penyelundupan manusia dan membuat dokumen
palsu?
Saya sudah melakukan hal ini sejak januari.
Berapakah harga dari setiap dokumen palsu yang saudara buat ?
Saya tidak tahu mungkin para korban diminta oleh agen di India sebesar 4500 USD dan mereka
mengirim 1000 USD untuk saya dan MUNISH KUMAR.
Apakah saudara menerima uang dari para korban dan berapa jumlahnya?
Saya menerima 200 USD per orang dan 800 USD untuk MUNISH KUMAR .-
Untuk hal apa sajakah uang tersebut digunakan?
Uang tersebut untuk pembuatan izin tinggal dan izin kerja palsu.
Siapakah yang saudara ketahui terlibat dalam hal ini?
NAVEEN GARG dan RUBINA di India serta MUNISH KUMAR di Indonesia.
Pada saat petugas mendatangi kos saudara barang-barang saudara sudah bersih, siapakah
yang membantu saudara untuk memindahkan barang?
Pacar saya yang memindahkan barang-barang saya.
Di dalam telepon genggam saudara ada contoh cap eropa yang disinyalir palsu? Jelaskan!
Pada saat saya bekerja di kantor NAVEEN saya mendapatkan contoh stamp fungsinya adalah
untuk memberitahukan seolah-olah pernah ke tempat tersebut.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Dimanakah paspor saudara saat ini, menggunakan dokumen keimigrasian apakah saudara
masuk ke Indonesia? Jelaskan!
Saya dibawa oleh NAVEEN dan saya masuk ke Indonesia dengan menggunakan paspor saya
yang asli pada saat itu.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Otak Penyelundupan Manusia Ditangkap
Selasa, 5 Oktober 2010 | 01:39 WIB
SURABAYA, KOMPAS.com — Tim Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Penanggulangan
Kejahatan Penyelundupan Manusia (People Smuggling) Polri dan Polda Jawa Timur menangkap
warga asal Afganistan, Hussain (44). Dia diduga kuat menjadi otak penyelundupan manusia dari
negara konflik itu ke Australia.
”Pelaku sebenarnya sudah lama menjadi incaran petugas karena dia selama ini menjadi otak
penyelundupan manusia menuju Australia dengan jalur darat dan laut di Indonesia,” kata Kepala
Satuan Pidana Umum Polda Jawa Timur AKBP Awang di Surabaya, Senin (4/10/2010).
Mendampingi Direktur Reserse Kriminal Polda Jatim Kombes Suroto, ia menjelaskan, Hussain
yang masuk daftar pencarian orang (DPO) Mabes Polri itu tertangkap di perairan Pasir Putih
Situbondo. Hussain tertangkap setelah meloloskan 47 warga imigran gelap asal Afganistan.
”Dari tangan pelaku, polisi menyita satu unit bus pariwisata, uang Rp 2 juta, dua telepon seluler,
dan satu lembar dokumen UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees atau
Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi),” katanya.
Modusnya, para imigran gelap itu masuk ke wilayah Indonesia secara tidak sah karena tanpa
melalui pemeriksaan pejabat imigrasi. Untuk mendapatkan suaka, para pelarian Afganistan itu
meminta suaka ke UNHCR sebagai bekal menuju Australia.
”Hussain mengaku dirinya bersama 47 imigran gelap berangkat dari Jakarta menuju Surabaya.
Untuk menghindari pemeriksaan, mereka melakukan jalan darat sampai ke perairan Situbondo,”
kata Awang.
Di wilayah Situbondo, para imigran gelap menggunakan jasa perahu menuju tengah laut, tetapi
belum sampai ke perahu akhirnya para imigran Afganistan itu tertangkap Satuan Tugas Khusus
Penanggulangan Kejahatan Penyelundupan Manusia Mabes Polri dan Polda Jawa Timur serta
petugas Polres Situbondo.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
”Setelah menjalani pemeriksaan dan berkas pemeriksaan dinyatakan lengkap, tersangka akan
kami limpahkan ke Kejaksaan,” ujar Awang.
http://regional.kompas.com/read/2010/10/05/01392441/Otak.Penyelundupan.Manusia.Ditangkap
.-5, diakses pada tanggal 31 Maret, 20:20
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Warga Afghanistan Jadi Otak Penyelundupan Imigran
Selasa, 05 Oktober 2010, 04:48 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-—Warga negara Afghanistan bernama Hussain (44 tahun)
ditangkap jajaran Tim Satgassus People Smuggling Polda Jatim. Dia kepergok melakukan
penyelundupan manusia dari negara asalnya dengan tujuan Australia.
Hussain yang sebelumnya jadi buron alias daftar pencarian orang (DPO) Mabes Polri tertangkap
di perairan Pasir Putih Situbondo, Jatim setelah meloloskan 47 warga imigran gelap asal
Afganistan. Dari tangan pelaku, polisi menyita satu unit bus pariwisata, uang tunai Rp 2 juta, 2
telepon seluler, serta satu lembar dokumen UNHCR atau organisasi PBB yang mengurusi
masalah pengungsi.
"Pelaku sebenarnya sudah lama menjadi incaran petugas, karena selama ini menjadi otak
penyelundupan manusia menuju Australia dengan jalur darat dan laut di Indonesia," tutur Kepala
Satuan Pidana Umum (Kasat Pidum), AKPB Awang, mendampingi Direskrim Polda Jatim,
Kombes Suroto, Senin (4/10) siang. Awang menambahkan, dengan cara masuk ke wilayah
Indonesia secara tidak sah --tanpa melalui pemeriksaan pejabat imigrasi-- untuk mendapatkan
suaka, para pelarian Afganistan tersebut meminta suaka ke UNHCR sebagai bekal menuju
Australia.
Awang mengutarakan, Hussain mengaku bersama 47 imigran gelap dari Jakarta menuju
Surabaya. Untuk menghindari pemeriksaan, dia bersama imigran gelap lainnya melakukan
perjalanan darat sampai ke perairan Situbondo.
Di wilayah Situbondo, lanjutnya, para imigran gelap mengunakan jasa perahu menuju tengah
laut. “Belum sampai menuju perahu para imigran Afganistan tersebut tertangkap petugas
Satgatssus People Smuggling dari Polda Jatim yang dibantu Mabes Polri, serta petugas
kepolisian Polres Situbondo,” ucap pria berpangkat dua melati di pundak.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Meski berhasil menangkap imigran gelap, aku Awang, Hussain berhasil melarikan diri. Setelah
beberapa pekan menjadi buron, akhirnya tanggal 3 Agustus lalu petugas berhasil mengamankan
bersangkutan yang ditangkap di tempat tinggalnya di Cisarua, Bogor.
“Saat ini tersangka masih menjalani proses pemeriksaan. Jika berkas pemeriksaan dinyatakan
lengkap, Hussain akan langsung kami limpahkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari ) Surabaya,” tukas
Awang.
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/10/05/138118-warga-
afghanistan-jadi-otak-penyelundupan-imigran, diakses pada tanggal 31 Maret, 20:35.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
Pemerintah Nyatakan Kekecewaan pada Australia
Rabu, 06 Juni 2012 | 20:02
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa (sumber: Jakarta Globe)
Pemerintah Australia juga menginvestigasi penyebab pelaku mendapat izin tinggal.
Pemerintah Indonesia kecewa dengan keputusan pemerintah Australia yang memberikan izin
tinggal kepada Sajjad Hussain, warga Pakistan, yang diduga kerap menyelundupkan warga
Indonesia ke Australia.
“Tentu hal ini sangat mengecewakan dan sangat sulit diterima oleh pemerintah Indonesia.
Seandainya seseorang yang diduga sebagai otak di belakang tindak pidana penyelundupan
manusia malah diberikan suatu izin tinggal di Australia, sedangkan pihak lain yang menjadi
korban dari penipuan oleh pelaku tindak pidana penyelundupan maanusia ditahan. Ini sangat
sulit diterima logika,” ujar Menlu Marty Natalegawa, hari ini.
Menurutnya, Indonesia telah menyatakan kekecewaan dengan pemerintah Australia terkait hal
ini. Saat ini pun, kata Marty, pemerintah Australia sedang melakukan investigasi untuk
mengetahui bagaimana pelaku bisa memperoleh izin tinggal di Australia.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014
”Kita selalu berkomunikasi dengan pemerintah Australia. Kita membutuhkan suatu penjelasan
dari pihak Australia bagaimana ini duduk perkaranya karena sulit diterima logika mengapa hal
seperti ini bisa terjadi. Apakah mereka kecolongan, saya tidak tahu,” kata Marty.
Sistem Harus Efisien dan Efektif
Peristiwa ini, menurut Marty, mengingatkan semua pihak bahwa sistem harus dibuat efisien dan
lebih efektif dalam penanganan kasus penyelundupan manusia.
Cukup mengherankan jika seseorang yang diduga pelaku penyelundupan manusia, menurut
Marty, justru diberi izin tinggal. Ini berbanding terbalik dengan anak-anak yang menjadi korban
penipuan malah ditahan.
Seperti diberitakan, pemerintah Australia memberikan perlindungan suaka dan izin menetap
kepada penyelundup manusia asal Pakistan, Sajjad Hussain.
Sepanjang 2009 hingga 2010, Sajjad Hussain atau Captain Emad Abdul Razak menjadi buronan
Australia atas kejahatan penyelundupan warga Indonesia ke Australia.
Berdasarkan program investigasi yang disiarkan televisi ABC Australia, Sajjad beserta enam
komplotan lainnya mendapatkan suaka dari Australia.
Setelah berlabuh di Australia dari Indonesia pada Januari 2010, Sajjad dikabarkan menggunakan
nama palsu dan akhirnya diberikan suaka setelah diproses selama tiga bulan. Setelah itu, dia
melanjutkan bisnis kejahatannya dengan mengatur operasi penyelundupan manusia.
http://www.beritasatu.com/nasional/52491-pemerintah-nyatakan-kekecewaan-pada-
australia.html, diakses pada tanggal 31 Maret, 20:15.
Penyelundupan manusia…., Kenn Lazuardhi Syarnubi, FISIP UI, 2014