universitas indonesia ktsp sebagai kurikulum

93
UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL DAN RELEVANSINYA DENGAN TEORI KOMUNIKASI JÜRGEN HABERMAS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora HERY DWI PRASETYO NPM 0706292366 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU FILSAFAT DEPOK JUNI 2011 KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Upload: phungdung

Post on 11-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

UNIVERSITAS INDONESIA

KTSP SEBAGAI KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL DAN RELEVANSINYA DENGAN TEORI KOMUNIKASI

JÜRGEN HABERMAS

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Humaniora

HERY DWI PRASETYO NPM 0706292366

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI ILMU FILSAFAT DEPOK

JUNI 2011

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Universitas Indonesia kepada saya.

Jakarta, 23 Juni 2011

Hery Dwi Prasetyo

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

����

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Hery Dwi Prasetyo

NPM : 0706292366

Tanda Tangan :

Tanggal : 23 Juni 2011

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang diajukan oleh :

Nama : Hery Dwi Prasetyo

NPM : 0706292366

Program Studi : Ilmu Filsafat

Judul ` : KTSP Sebagai Kurikulum Pendidikan Nasional Dan Relevansinya

Dengan Teori Komunikasi Jurgen Habermas

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Program Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Drs. Mohamad Fuad S.S., M.Hum ( )

Penguji : Dr. Naupal S.S., M.Hum ( )

Penguji : Dr. Embun Kenyowati Ekosiwi ( )

Ditetapkan di :

Tanggal :

oleh

Dekan

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Universitas Indonesia

Dr. Bambang Wibawarta

NIP. 196510231990031002

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

KATA PENGANTAR

Kata pengantar selalu dicantumkan di halaman awal, dituliskan untuk mengawali

sebuah karya tulis sebelum melihat isi lebih lanjut. Kebanyakan dari kata

pengantar dibuat oleh penulis untuk mengakhir sebuah karya. Sebagai sebuah

dedikasi dan loyalitas tertinggi kepada mereka yang telah berjasa selama proses

penulisan karya tulis. Skripsi ini merupakan klimaks dari proses belajar saya di

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Sebagai syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Humaniora. Oleh sebab itu melalui kata pengantar ini

saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah, atas segala cinta dan karunia yang dicurahkan kepada saya. Terima

kasih telah menjadikan saya manusia yang paling beruntung di dunia.

2. Mama dan Papa, atas dukungan dan kepercayaan yang diberikan kepada

saya untuk memilih Filsafat. Betapa beruntungnya saya mempunyai orang

tua seperti kalian yang selalu percaya dan mendukung terhadap apa yang

saya pilih. Membahagiakan orang tua adalah cita-cita setiap anak, begitu

juga saya. Semoga saya dapat membayar segala kasih sayang kalian yang

telah diberikan, walaupun saya yakin hal itu tidak akan pernah mampu.

Kakak Saya, Titik Suryani. Atas masukan semangat yang diberikan.

3. Seluruh Dosen pengajar di Departemen Filsafat UI. Bu Margi, dosen

pembimbing akademik atas perhatiannya menyetujui IRS saya. Pak Fuad,

dosen pembimbing skripsi yang selama penulisan skripsi ini telah bersedia

mengarahkan saya. Bu Embun dan Pak Naupal yang telah bersedia menguji

skripsi ini. Dosen filsafat yang telah menginspirasi saya: Pak Rocky, Pak

Budi, Pak Donny, Pak Akhyar, Pak Tommy, alm Pak Boas dan alm Pak

Wayan. Juga kepada�Mbak Dwi yang memudahkan pengurusan administrasi

skripsi saya.

4. Keluarga saya Filsafat 2007. Richard, Angga, Kari dan Leo, empat orang

hebat yang membuat masa kuliah penuh canda dan tawa. Akan jadi apa

filsafat 2007 tanpa kehadiran empat orang hebat ini. Hare, Reni, April dan

Tika yang mengajarkan bahwa cinta terkadang harus mengenal icip-icip,

tikung-menelikung bahkan jika perlu harus merampas. Semoga kalian

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

menemukan kebahagiaan cinta suatu saat nanti. Era, Fitri, Iqit, Isky, Cacan,

Tea, Gaby dan Coni, atas perbincangan yang kita bangun selama kuliah.

Menyenangkan sekali membicarakan segala sesuatu yang membuat kita lupa

bahwa setiap pembicaraan harus memiliki akhir. Sungguh saya tidak ingin

semua ini cepat berakhir. Weber dan Nia atas segala inspirasi tentang

kehidupan yang saya dapatkan dari kalian berdua. Adit, atas bahan referensi

untuk skripsi saya. Sabrina dan Alfa, atas kerelaan meminjamkan catatan

kuliah. Serta kepada Bang Jo, Dipa, Fahri, Taufik, Panji, Winni, Tia, Nila,

Wira, Austin, Kitin, Shane, Sandra.

5. Keluarga besar Filsafat UI. Terutama Angkatan 2005, angkatan 2006,

angkatan 2008 dan angkatan 2009. Terima kasih juga kepada Mba Upi,

Sandi, dan Frist atas bimbingan dan arahannya di kelas seminar.

6. Keluarga DPM FIB 2010. Owi, Rere, Anggi, Bela, Hadi, Pay, Hare, Aryo,

Indah, Nufus, Baim, Ridho, Galuh, Chisa, Sodik, Rezky, Nana, Santi, Aje

dan semuanya. Terima kasih atas satu tahun kepengurusan bersama kalian.

Saya sungguh rindu saat-saat bersama kalian. Menikmati hujan di ruang

DPM, suasana Bandung, main Capsa, main Uno dan semua hal bersama

kalian.

7. Keluarga BEM FIB 2008 khususnya Departemen pengabdian masyarakat,

BEM UI 2009 khususnya Departemen Pendidikan dan Keilmuan, BEM FIB

2010. Kepanitiaan Baksos FIB UI 2008, Kepanitiaan PSA-MABIM FIB

2009, Kepanitiaan PSA-MABIM FIB 2010, dan Pemira FIB 2010.

8. Si Kokom, yang sudah setia menemani saya mengetik skripsi.

Menghabiskan waktu malam berdua hingga larut untuk mengejar deadline.

Walaupun prosessor telah usang, pernah terserang virus, berkali-kali di

install ulang, namun kesetiaanmu tetap tak diragukan lagi.

9. Syifa Fauziah, atas kesederhanaan cinta yang telah diberikan. Hanya dia

yang mampu menenangkan hati saya yang gundah sekaligus

menggundahkan hati saya yang tenang. Terima kasih atas segala kasih yang

diberikan kepada saya.

10. Mereka yang selalu mencintai senja dan mencintai malam. Mereka yang

pernah saya kenal dan pernah mengenal saya, tidak akan mampu kata-kata

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

����

ini dirangkaikan untuk mengatakan indahnya menghabiskan hari bersama

kalian.

Hidup ini membosankan kawan: dilahirkan, dewasa, menjadi tua lalu

menjadi tiada. Terima kasih karena kalian telah memberikan warna…

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

�����

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Hery Dwi Prasetyo

NPM : 0706292366

Program Studi : Ilmu Filsafat

Departemen : Ilmu Filsafat

Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya

Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

KTSP Sebagai Kurikulum Pendidikan Nasional dan Relevansinya Dengan

Teori Komunikasi Jürgen Habermas beserta perangkat yang ada (jika

diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia

berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk

pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 23 Juni 2011

Yang Menyatakan

(Hery Dwi Prasetyo)

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

ABSTRAK

Nama : Hery Dwi Prasetyo

Program Studi : Ilmu Filsafat

Judul : KTSP Sebagai Kurikulum Pendidikan Nasional dan

Relevansinya Dengan Teori Komunikasi Jürgen Habermas

Skripsi ini membahas mengenai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

KTSP merupakan sistem kurikulum nasional yang diselenggarakan di setiap

sekolah formal tingkat dasar dan menengah. Skripsi ini menelaah relevansi antara

KTSP dengan Teori Komunikasi Jurgen Habermas. Serta kaitannya dengan

permasalahan ideologi di dalam aspek pendidikan.

Kata Kunci: Habermas, KTSP, Teori Komunikasi, Kurikulum, Ideologi,

Diskursus.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

ABSTRACT

Name : Hery Dwi Prasetyo

Major : Ilmu Filsafat

Tittle : KTSP as a Curriculum of National Education and the

Relevance with Jürgen Habermas’s theories of

Communication.

This graduation project is about to explain KTSP. KTSP is a national curriculum

that organized in level basic and elementary formal school. This graduation

project is about to analyze relevance between KTSP and Habermas’s theories of

communication. And it’s connection with problem of ideologies in aspect of

education.

Keywords: Habermas, KTSP, Theory of Communication, Curriculum, Ideology,

Discourse.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………... i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME….………………………… ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………... iii LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………. iv KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………………. viii ABSTRAK………………………………………………………………………… ix ABSTRACT……………………………………………………………………….. x DAFTAR ISI………………………………………………………………………. xi 1. PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1

1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………………… 6

1.3 Thesis Statement ………………………………………………………………. 6

1.4 Kerangka Teori …………………………………………………………...…… 6

1.5 Metode ………………………………………………………………………… 8

1.6 Tujuan …………………………………………………………………......….. 8

1.7 Kegunaan……………………………………………………………………….. 9

1.8 Sistematika Penulisan………………………………………………………...… 9

2. UU SISDIKNAS DAN KTSP SEBAGAI KURIKULUM PENDIDIKAN…. 11 2.1 Pendidikan, Filsafat Pendidikan dan Ideologi pendidikan……………….…….. 11

2.1.1 Pendidikan ………………………………………………………..……… 11

2.1.2 Filsafat Pendidikan..…………………………………………………….... 14

2.1.3 Ideologi Pendidikan………………………………………………………. 16

2.2 Tujuan Pendidikan…………………………………………………………….. 18

2.3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional …………..……………………. 22

2.4 KTSP dan Pengembangannya ………………………………………………... 25

2.4.1 Latar Belakang dan Hakikat KTSP …………………………..… 25

2.4.2 Tujuan KTSP……………………………………………………………... 27

2.4.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP……………………………………. 28

2.4.4 Standar Isi KTSP ………………………………………………………… 31

2.4.5 Kelebihan KTSP dari Kurikulum 1994…………………………………... 33

3. TEORI KOMUNIKASI SEBAGAI BASIS DASAR RELASI MANUSIA MENURUT PEMIKIRAN JÜRGEN HABERMAS…………........ 36 3.1 Riwayat Hidup Habermas……………………………….……...……………… 36

3.2 Latar Belakang Pemikiran…………………………….………...……………… 38

3.2.1 Muncul Serta Berkembangnya Modernitas………………..………..…… 38

3.2.2 Kemunculan Positivisme………………………..……………….………. 39

3.2.3 Pencerahan…………………………...………………………….……….. 41

3.2.4 Kritik Atas Modernitas, Positivisme dan Pencerahan…………………… 41

3.3 Awal Perkembangan Pemikiran Habermas……………………………………. 44

3.4 Teori Komunikasi Habermas………………………….………….……………. 45

3.4.1 Tindakan Komunikatif…………...………………………………………. 45

3.4.2 Ranah Publik………………..…………………………………...………. 50

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

����

3.4.3 Diskursus Etik………………………………………..………..………… 53

3.4.4 Demokrasi……………………………...………………………………… 55

3.5 Kesimpulan Sementara………………………...………………………………. 57

4. TEORI KOMUNIKASI HABERMAS DAN RELEVANSINYA DENGAN KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL........................................................ 58 4.1 Pendidikan Berbasis Demokrasi……………………………………………….. 59

4.2 Tindakan Komunikatif Menuju Pendidikan Dialogis………..……………....… 62

4.3 Teori Kritis Pendidikan Menuju Transformasi Sosial…………………………. 64

4.4 Relevansi KTSP Dengan Teori Komunikasi Jürgen Habermas....………….….. 66

4.4.1 KTSP Mengangkat Pendidikan Yang Humanis……………………….…. 66

4.4.2 KTSP Mengangkat Pembelajaran Interaktif……………………….…….. 68

4.4.3 KTSP Sebagai Kurikulum Pendidikan Berbasis Masyarakat…………….. 71

5. PENUTUP……………………............................................................................ 74 5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 74

5.2 Kritik dan Saran……………………………………...………………………… 76

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 79�

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������Universitas Indonesia�

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Pengertian tersebut tercantum di dalam Undang-Undang No 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pengertian pendidikan secara luas

adalah melingkupi seluruh kehidupan manusia.

Manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal dan rasio memiliki

kemampuan intelektual yang mampu melakukan pembelajaran terhadap segala

sesuatu yang ada di luar dirinya, seperti menangkap objek dengan alat indera,

menganalisa objek yang telah ditangkap dengan akal. Melakukan refleksi atas objek

merupakan kemampuan yang tidak ditemukan pada makhluk hidup selain manusia.

Oleh sebab itu peran pendidikan sangatlah penting bagi manusia untuk

mengaktualisasi dirinya agar dapat bermanfaat dan berguna bagi kehidupannya.

Jalur pendidikan berdasarkan bentuknya terdiri atas pendidikan formal,

nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur

dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan

pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Pendidikan formal merupakan pendidikan bersistem dimana terdapat kerangka-

kerangka acuan yang dibentuk dan diterapkan pada penerapan sistem

pembelajarannya. Kerangka tersebut merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai penyelenggaraan

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia�

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kerangka-

kerangka acuan tersebut disebut kurikulum. Kurikulum kemudian digunakan dan

diterapkan di dalam pendidikan yang banyak dikenal sebagai pendidikan

persekolahan. Sekolah sebagai institusi tempat kegiatan belajar-mengajar

diselenggarakan.

Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang diselenggarakan bagi warga

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal dapat berbentuk kursus serta

pelatihan yang meliputi pendidikan untuk mengembangkan kemampuan siswa seperti

pedidikan keterampilan, pendidikan pelatihan kerja, dsb.

Sedangkan pendidikan informal merupakan pendidikan yang dilakukan oleh

keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar yang mandiri. . Pendidikan

informal adalah pendidikan dalam segala bentuk proses kehidupan manusia.

Pendidikan ini terjalin dalam hubungan relasi antar manusia tanpa membutuhkan

sistem baku yang mengikat.

Negara sebagai penyelenggara pendidikan telah diamanatkan oleh UUD 1945,

bahwa Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. UUD 1945 juga

mengamanatkan pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada Tuhan YME

serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

undang undang.

Oleh sebab itu pemerintah harus membuat sistem pendidikan nasional yang

harus menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta

relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan global.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia�

Agar pendidikan dapat berkembang secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

Oleh sebab itu, dibentuk dan diselenggarkanlah pendidikan formal dengan sekolah

sebagai institusi pendidikan. Penerapan kerangka-kerangka acuan sebagai kurikulum

wajib diselenggarakan dengan skala nasional.

Pendidikan nasional yang dilakukan dan diselenggarakan oleh pemerintah harus

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai ideologi serta nilai-

nilai kebangsaan. Pendidikan selain upaya untuk melakukan pemberdayaan sumber

daya manusia juga sebagai instrumen pemersatu bangsa. Menegakkan nilai-nilai

dasar pendidikan sebagai fondasi utama merupakan sebuah wujud kesatuan

kebangsaan dalam jalinan-jalinan kebhinekaan kultural yang dimiliki oleh Indonesia.

Kewenangan besar yang diemban oleh pemerintah ini kemudian

memungkinkan pemerintah jatuh ke dalam penyalahgunaan kekuasaan. Fenomena

inilah yang sempat dilihat dan diangkat oleh Habermas tokoh pemikir jerman.

Implikasi pemikiran Habermas terhadap pendidikan memberikan penyadaran bahwa

sekolah sebagai institusi pendidikan dapat menjadi instrument untuk

mempertahankan kekuasaan. Sekolah dijadikan sumber pembenaran kebijakan-

kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Sekolah dimatikan proses kritis dalam

partisipasi politik dan sekolah dijadikan sumber legitimasi pemerintah. Upaya

penyalahgunaan tersebut dapat jelas terlihat melalui kebijakan-kebijakan pemerintah

yang berkenaan langsung dengan pendidikan, salah satu contohnya adalah kebijakan

langsung kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah.

Catatan sejarah pernah membuktikan bahwa kurikulum pendidikan pernah

dijadikan alat untuk melanggengkan pemerintahan. Kurikulum yang awalnya

merupakan kerangka acuan untuk mengarahkan proses kreatif belajar mengajar

diubah menjadi alat dogmatisasi. Kurikulum yang bersifat dogmatis pernah terjadi

pada penerapan sistem pendidikan nasional. Ketika era Orde Baru, pendidikan

digunakan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan. Pada masa itu, siswa

sekolah diajarkan di bangku sekolah ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa yang

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia�

mutlak, kaku dan tanpa ruang dialog yang terbuka. Nilai-nilai yang tidak sesuai

dengan ideologi Pancasila dianggap sebagai upaya melawan negara, mengganggu

persatuan dan kesatuan bangsa. Inilah yang kemudian dijadikan pembenaran oleh

kaum penguasa ketika itu melakukan pembredelan berbagai hal yang bersuara kritis

terhadap negara. Tentu saja dengan menjadikan Ideologi Pancasila sebagai tameng

politis untuk melanggengkan kekuasaan Orde Baru selama hampir 32 tahun.

Kurikulum yang dogmatis juga mendominasi pendidikan. Dominasi tersebut

dapat terjadi ketika nilai-nilai pendidikan dijadikan sebagai landasan kepentingan

pihak mayoritas semata. Dengan adanya hal tersebut, justru semakin menciptakan

jarak diskriminasi atas pembagian kaum mayoritas dan minoritas (the others).

Pendidikan yang didedikasikan untuk pengetahuan umat manusia justru dicederai

dengan upaya pendiskriminasian yang sistematik dalam sistem pendidikan itu sendiri.

Puncaknya adalah transisi politik tahun 1998 ketika era Orde Baru runtuh

digantikan oleh era Reformasi. Cita-cita demokrasi muncul menjadi angin segar

perubahan struktural maupun kultural. Menjunjung asas perbedaan, kemanusiaan dan

hak-hak minoritas, demokrasi hadir dan mendorong perubahan disegala bidang

kehidupan bangsa, salah satunya adalah bidang pendidikan. Proses pendidikan bukan

lagi menjadi proses doktrinisasi melainkan rasionalisasi dan internalisasi pengetahuan

dan nilai-nilai moral. Oleh sebab itu, pendidikan harus membuka ranah komunikasi di

setiap tahapan proses pendidikan yaitu menyentuh tahapan perencanaan pendidikan,

tahapan pengajaran pendidikan, dan tahap evaluasi pendidikan. Serta pengembangan

potensi individu, potensi kedaerahan, dan merangsang partisipasi masyaraka juga

kaum minoritas untuk berbicara dan berpendapat.

Atas dasar itulah, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dibentuk

sebagai upaya pengembangan kurikulum. KTSP dikembangkan sesuai dengan

kondisi satuan pendidikan, potensi, dan karakteristik daerah, serta sosial budaya

masyarakat setempat dan siswa. Mengajak setiap unsur-unsur pendidikan untuk

berperan aktif merancang serta melaksanakan pendidikan berdasarkan otonomi-

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia�

otonomi yang diberikan pemerintah pusat kepada masing-masing satuan pendidikan

tingkat sekolah.

KTSP hadir sebagai sebuah upaya pengembangan kurikulum agar dekat dengan

pembelajaran yaitu sekolah dan satuan pendidikan. Sekolah dan satuan pendidikan

diberikan kewenangan dan otonomi yang lebih besar untuk mengelola sumber daya,

sumber dana, sumber belajar, dan mengalokasikan pendidikan sesuai prioritas

kebutuhan masyarakat dan kebutuhan globalisasi. KTSP sendiri hadir sebagai wujud

komitmen pemerintah memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap

kualitas, efisiensi serta pemerataan pendidikan.

KTSP merupakan wujud reformasi dalam bidang pendidikan yang memberikan

otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan mengembangkan kurikulum sesuai

dengan potensi, tuntutan serta kebutuhan masing-masing sekolah dalam tiap daerah

yang berbeda. Dalam hal pengembangan kurikulum pada sistem KTSP, sekolah

memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan

pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan. Untuk

mewujudkan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan

standar kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan

pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta

mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah. (Mulyasa, 2008,

p. 20)

KTSP mengakomodasi keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat

dalam pengembangan kurikulum, menciptakan transparansi dan demokrasi yang

sehat. Mengajak mereka untuk ikut andil serta aktif dalam menentukan pendidikan

secara efektif dan efisien serta melakukan fungsi kontrol terhadap jalannya

penyelenggaraan pendidikan. Hal ini dapat mencegah penyalahgunaan penerapan

kurikulum untuk tujuan dan kepentingan golongan tertentu yang sifatnya dogmatis.

KTSP juga menciptakan suasana pembelajaran guru dengan siswa dengan dasar

student oriented. Kebutuhan mengenai pengetahuan dalam proses pembelajaran

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia�

diselenggarakan berdasarkan kebutuhan siswa, kondisi serta potensi yang dimiliki

secara individu. Suasana kelas diselenggarakan dengan pembelajaran yang interaktif

agar hubungan yang terjalin antara guru dengan siswa menjadi hubungan yang setara.

Oleh sebab itulah, KTSP hadir sebagai bagian dari kurikulum pendidikan

nasional untuk mengajak semua unsur pendidikan untuk menjalin dialog yang terbuka

untuk membangun fondasi kurikulum pendidikan. Komunikasi aktif yang

menjunjung pengetahuan akan memberikan sebuah langkah nyata dalam upaya

pemberdayaan manusia. Hadirnya KTSP secara teoritis didukung oleh teori

komunikasi yang diusung oleh Habermas. Kesamaan latar belakang dan kondisi

menciptakan kondisi yang dapat dipertemukan relevansi-relevansi antara KTSP

dengan teori komunikasi Habermas. Penekanan atas asas komunikasi menjadi benang

merah yang mampu mengaitkan kesamaan-kesamaan teoritis yang ada diantara

keduanya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan makalah dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana KTSP dapat menjadi bagian dari kurikulum pendidikan nasional

yang bersifat dialogis?

2. Bagaimana relevansi KTSP sebagai bagian dari kurikulum pendidikan

nasional dalam kerangka teori komunikasi Jürgen Habermas?

1.3 Thesis Statement

KTSP merupakan kurikulum pendidikan yang bertujuan membuka ruang

komunikasi yang dialogis diantara unsur-unsur pendidikan berdasarkan pemikiran

Jürgen Habermas.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia�

1.4 Kerangka Teori

Pendidikan sebagai sebuah transfer pengetahuan merupakan cara agar manusia

memberdayakan pengetahuan. Pendidikan formal merupakan salah satu pendidikan

dimana sistem kurikulum diterapkan dalam sistem pembelajarannya. Kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Tujuan-tujuan pendidikan dalam penerapan kurikulum pendidikan sangat

mungkin diselewengkan menjadi kepentingan-kepentingan golongan tertentu. Untuk

itu perencanaan serta penentuan arah tujuan pendidikan harus berlandaskan kepada

kesepakatan dialog yang setara, terbuka serta mencapai sebuah kesepakatan

konsensus. Agar tujuan kurikulum pendidikan menampung segala harapan serta

kepentingan bersama. Oleh sebab itu, sangat ditekankan upaya komunikasi aktif

sebagai sebuah hubungan komunikasi dalam relasi diantara unsur-unsur pendidikan.

“Komunikasi merupakan sebuah transaksi dinamis yang melibatkan gagasan

dan perasaan.” (Gorden William, 1987, p. 28) Komunikasi melibatkan hubungan

antara individu dengan individu yang lain. Di dalam pendidikan, komunikasi

berperan sebagai instrument dalam mentransferkan pengetahuan serta ajaran-ajaran

moral. Diharapkan kondisi yang terjadi adalah komunikasi aktif antara subjek dengan

objek di dalam pendidikan. Agar tercipta alur komunikasi dua arah yang setara serta

saling mengisi dan membutuhkan peran masing-masing.

Jürgen Habermas dilahirkan di Dusseldorf tahun 1929. Gagasan-gagasannya

bertolak dari ide-ide tentang “modernitas” dan berbagai kontradiksi kaum modernitas

itu sendiri. Habermas menyatakan bahwa komunikasi merupakan tindakan manusia

yang paling dasar. Karena dalam sebuah interaksi di dalam komunikasi akan tercapai

saling pengertian. Bila pengertian dapat tercapai maka akan muncul rasionalitas

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

Universitas Indonesia�

komunikasi. Dengan menggunakan asas: 1) understandbility, kejelasan tentang hal

yang dikatakan. 2) truth Mengungkapkan sesuatu dengan benar. 3) truthfulness,

Mengungkapkan diri apa adanya dan 4) rightness, Menyatakan sesuatu sesuai dengan

norma komunikasi yang telah disepakat. Hal tersebut sebagai prakondisi agar

komunikasi dapat dimengerti.

Dialog dimaksudkan untuk mengambil kesepakatan diantara pihak-pihak yang

berkedudukan setara dan bukan pengarahan pada pembentukan wacana represif-

hegemonik dari kesepakatan tersebut. Dengan begitu, melalui diskursus yang terbuka

tersebut “the others” dapat diangkat dan menghilangkan asas dominasi hegemonik,

khususnya yang dilakukan oleh pihak dominan. Penerapan dialog dengan penerapan

komunikasi di dalam kurikulum merupakan sebuah landasan penerapan KTSP

sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional.

1.5 Metode

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi kepustakaan

dengan paparan deskripsi analisis. Deskripsi analitis merupakan metode pencarian

fakta dengan interpretasi yang tepat, yang mempelajari masalah-masalah dalam

masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu,

termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap, seta pandangan-pandangan.

“Metode deskriptif analisis bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena

atau pemikiran tokoh yang diselidiki.” (Nazir, 2003, p. 54) Melakukan kajian

terhadap karya-karya Jürgen Habermas diantaranya berjudul The Theory of

Communicative Action, The Structural Transformation of the Public Sphere, serta

karya-karya lain dari Habermas yang terkait dengan tema dan KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai objek kajian.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

Universitas Indonesia�

1.6 Tujuan

Tujuan dari skripsi ini adalah:

a. Untuk dasar, tujuan serta landasan pendidikan di dalam UU SISDIKNAS serta

penerapannya di dalam kurikulum pendidikan nasional.

b. Untuk mengetahui teori komunikasi Jürgen Habermas dan relevansinya dengan

penerapan KTSP sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional.

c. Bagaimana implementasinya di lapangan bila mana teori komunikasi Jürgen

Habermas diterapkan sistem dalam kurikulum pendidikan nasional.

1.7 Kegunaan

Kegunaan dari skripsi ini adalah :

1. Kegunaan praktis, yakni sebagai:

a. Kegunaan untuk penulis adalah menambah wawasan terhadap kajian teori

kontemporer mengenai pendidikan dan sistem kurikulum yang ada. Dengan

pola pikir yang rasional, kritis serta aplikatif terhadap kondisi sistem

kurikulum yang ada.

b. Menemukan relevansi pemikiran Jürgen Habermas di dalam penerapan

sistem kurikulum pendidikan nasional.

2. Kegunaan teoritis, yakni sebagai:

a. Menemukan korelasi sistem kurikulum yang telah ada dengan menggunakan

teori komunikasi Jürgen Habermas. Menganalisa sistem kurikulum yang

sudah ada pada KTSP sebagai kurikulum pendidikan nasional.

b. Sumbangan terhadap teori yang sudah ada.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

1.8 Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini akan memuat empat bab yang akan terdiri sebagai berikut:

1. Bab 1 Pendahuluan akan membahas mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan, luaran serta penulisan skripsi ini dari segi teori dan praktis.

2. Bab 2 akan memaparkan kondisi dan sistem kurikulum pendidikan nasional

berdasarkan UU SISDIKNAS. Akan berkonsentrasi pada penerapan KTSP

sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional.

3. Bab 3 akan memaparkan pemikiran Jürgen Habermas, khususnya peranan

teori komunikasi dalam menciptakan dialog yang setara dan terbuka untuk

mencapai kesepakatan umum menuju konsensus.

4. Bab 4 akan bersifat menganalisis KTSP sebagai bagian dari kurikulum

pendidikan nasional berdasarkan pemikiran Jürgen Habermas. Melakukan

penjabaran terkait kondisi sistem kurikulum pendidikan nasional yang ada.

5. Bab 5 akan kesimpulan dan saran terhadap analisa yang telah dilakukan pada

bab-bab sebelumnya.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������Universitas Indonesia�

BAB II

UU SISDIKNAS DAN KTSP SEBAGAI KURIKULUM PENDIDIKAN

NASIONAL

2.1 Pendidikan, Filsafat Pendidikan dan Ideologi Pendidikan

2.1.1 Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menjadi manusia karena manusia adalah

makhluk yang becoming. Selama kehidupan manusia dari dilahirkan hingga

meninggal dunia tidak lepas dari proses pendidikan. Proses becoming tersebut

merupakan proses yang terjadi secara dialog antara manusia kepada diri sendiri,

manusia kepada sesama manusia seta manusia terhadap alam semesta.

Pendidikan melingkupi banyak aspek dalam proses kehidupan manusia.

Sebagai proses yang berkesinambungan, pendidikan menumbuhkan eksistensi

manusia sebagai korelasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Aktivitas di dalam

masyarakat tersebut merupakan proses budaya yang ada sebagai aktivitas berpikir

di dalam konteks ruang dan waktu.

Ontologi pendidikan selalu bergulat terhadap pertanyaan apa itu manusia?

Yang merupakan makhluk yang mempunyai dimensi materi dan dimensi

spiritualitas sekaligus. Nyatanya kombinasi dimensi materi dan dimensi

spiritualitas merupakan relasi yang tidak dapat dinafikan terhadap ontologi

keberadaan manusia.

Pendidikan dari sudut pandang epistemologi merupakan upaya untuk

melakukan pengujian terhadap kebenaran terhadap suatu pengetahuan. Hal

tersebut berkaitan dengan hakikat kebenaran, kriteria kebenaran serta problem

apakah suatu kebenaran dapat dijadikan sumber pengetahuan. Sumber

pengetahuan terdiri atas: idealisme, realisme, empirisme, positivisme, wahyu serta

intuisi. Dari sumber pengetahuan tersebutlah, akan timbul kemudian problem di

dalam pendidikan.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

Sedangkan pendidikan dari sudut pandang aksiologi memposisikan diri

sebagai instrument agar pengetahuan dapat diimplementasikan dalam kehidupan

manusia. Manusia yang mempunyai aspek indivudu sekaligus manusia yang

mempunyai aspek sosial dalam hubungannya dengan masyarakat.

Kenyataannya, berpangkal dari sudut pandang ontologi, epistemologi dan

aksiologi kemudian muncullah berbagai pendekatan-pendekatan mengenai hakikat

pendidikan. Unsur pendidikan bukanlah sekedar suatu kata-benda (noun)

melainkan suatu proses kata-kerja (verb) yang berkesinambungan. Berbagai

pendekatan mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua kelompok

besar yaitu pendekatan reduksionisme dan pendekatan holistik integratif.

Pendekatan reduksionisme banyak diperbincangkan di dalam khazanah ilmu

pendidikan. Berbagai pendekatan reduksionisme adalah sebagai berikut: (Tilaar,

1999, p. 19-32).

1. Pendekatan pedagogis

Pendekatan ini bertitik tolak dari teori bahwa anak yang dibesarkan menjadi

manusia dewasa telah mempunyai kemampuan-kemampuan yang dilahirkan

dan tinggal dikembangkan saja. Berkaca dari pendapat John Locke seorang

empirisme yang mengatakan bahwa bayi yang lahir ke dunia bagaikan

kertas putih yang kosong. Kertas putih tersebut lah yang kemudian diisi oleh

berbagai pengetahuan melalui pendidikan. Pendekatan pedagogis ini

kemudian melahirkan pendidikan yang berbasis pada kebutuhan dan

kepentingan anak.

2. Pendekatan Filosofis

Pendekatan ini merujuk pada hakikat manusia dan hakikat anak. Pandangan

filosofis ini melahirkan pendidikan yang berusaha untuk mengangkat

potensi anak dalam proses pembelajaran. Tugas dari pendidikan melalui

pendekatan ini adalah pendidikan membantu anak menuju kedewasan

sehingga mampu mengambil keputusannya sendiri dengan menekankan

tanggung jawab individu.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

3. Pendekatan Religius

Pendekatan ini menjunjung tinggi relasi manusia dengan Tuhan. Hakikat

pendidikan pendekatan ini adalah mempersiapkan anak untuk menjadi

makhluk religius yang taat terhadap nilai-nilai dan norma-norma sebagai

makhluk ciptaan Tuhan. Tujuannya ialah menjadikan pendidikan tidak

hanya berfungsi untuk kehidupan dunia, melainkan juga berfungsi untuk

kehidupan akhirat.

4. Pendekatan Psikologis

Pendekatan ini berusaha mereduksi proses teknis dari kegiatan belajar

mengajar. Pendekatan psikologis melakukan pendekatan-pendekatan

pendidikan dengan menekankan aspek kuantitatif. Pendekatan ini

didominasi oleh teori-teori belajar, teori-teori perkembangan anak, teori-

teori kurikulum dan sebagainya.

5. Pendekatan Negativis

Pendekatan negativisme merupakan uraian Bertrand Russell dalam bukunya

yang berjudul Education and Sosial Order. Pendekatan ini melingkupi tiga

sifat. Pertama, tugas pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak. Pada

proses pertumbuhan anak, perlu disingkirkan hal-hal yang dapat merusak

atau sifat negative terhadap proses pertumbuhan anak. Kedua, pendekatan

ini melihat pendidikan sebagai usaha mengembangkan kepribadian siswa

dengan membudayakan individu. Ketiga, proses pendidikan melatih siswa

menjadi warga Negara yang berguna.

6. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini bertitik tolak pada prioritas akan kebutuhan masyarakat dan

bukan kebutuhan individu. Karena berpendapat bahwa siswa adalah anggota

masyarakat, oleh karena itu tugas pendidikan adalah mempersiapkan siswa

untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

Adapun pendekatan Holistik Integratif merupakan cara pandang pendekatan

yang berusaha melihat pendidikan sebagai aspek yang menyeluru. Berusaha

mengembangakan manusia seutuhnya berbeda dengan pendekatan-pendekatan

reduksionisme yang hanya melihat manusia itu dari suatu segi tertentu yang tidak

menggambarkan keseluruhan hakikat manusia sebagai pribadi yang utuh.

Pengembangan potensi-potensi individu dalam pendekatan Holistik Integratif

haruslah dikembangkan sejalan dengan tata hidup serta aturan nilai-nilai yang ada

di dalam masyarakat.

2.1.2 Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan hadir sebagai sebuah determinasi tujuan serta metode

terhadap pendekatan pendidikan. Filsafat sebagai mother of sains membuka ruang

yang terbuka untuk melakukan penyelidikan dan usaha untuk melakukan sintesis

terhadap pengetahuan. Aspek penting dalam pendidikan adalah menghubungkan

serta merelasikan ide yang satu dengan ide yang lain.

Filsafat pendidikan juga berupaya untuk melakukan determinasi terhadap

tujuan serta cara terhadap system pendidikan. Berikut merupakan tujuan dari

filsafat pendidikan dalam tiga landasan (Max Winggo: 1875)

1. Subjek matter utama filsafat pendidikan adalah pendidikan itu sendiri.

Filsafat sebagai bentuk upaya penyelidikan selalu berkutat terhadap sekolah,

pengajar, kurikulum serta siswa pada konteks tujuan sosial.

2. Pendidikan selalu mengambil tempat pada kondisi konstelasi cultural

oleh sebab itu pendidikan tidak dapat berbicara tentang hal universal yang

berdiri sendiri terhadap fenomena yang ada. Pendidikan selalu berelasi

terhadap hal-hal di luar aspek pendidikan, politik, institusi sosial yang tidak

dapat dinafikan keberadaannya.

3. Tujuan dasar filsafat pendidikan adalah implementasi terhadap tujuan

serta cara pengajaran pendidikan dan hubungan interrelasinya.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

Penggolongan filsafat pendidikan sendiri menurut Theodore Brameld ada

empat filsafat pendidikan mendasar yaitu: perenialisme, esensialisme,

progresifisme, dan rekonstruksionisme. (William F Oniel, 1981, p. 22).

Perenialisme berakar pada tradisi filsafat Plato, Aristoteles, dan Thomas

Aquinas. Cara pandang yang berusaha mengajukan keberadaan pola-pola yang

tetap, tidak berubah, dan bersifat universal, yang melatari dan menentukan seluruh

objek serta peristiwa aktual yang terjadi. Cara pandang tersebut bersifat regresif,

menentang sifat demokrasi yang aktual.

Esensialisme berpegang pada pernyataan utama bahwa alam semesta beserta

segala isinya diatur oleh hukum yang mencakup semua tatanan yang sifatnya

mapan. Tugas manusia adalah berusaha memahami hukum dan tatanan ini hingga

ia bisa menghargai dan menyesuaikan diri dengannya.

Progresifisme merupakan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan praktis,

agar siswa lebih efektif dalam memecahkan berbagai problema yang disajikan

dalam konteks pengalaman.

Sedangkan rekonstruksionisme berpandangan bahwa institusi pendidikan

semestinya diabdikan kepada pencapaian tatanan demokratis. Karena pendidikan

sendiri tidak terpisahkan dari latar belakang sosial yang ada.

Penggolongan-pengolongan konsep perenialisme, esensialisme,

progresifisme dan rekonstruksionisme merupakan konsep yang dirumuskan secara

terpisah. Penggolongan tersebut sebagai upaya untuk melakukan pencarian makna

dan tujuan mendasar dalam pendidikan. Istilah ideologi tidak dapat dipisahkan

dalam konsep-konsep tersebut. Upaya yang dilakukan bukanlah mengenai

pencarian pengetahuan yang mendalam melainkan suatu pola yang berfungsi

untuk mengarahkan tindakan sosial.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

2.1.3 Ideologi Pendidikan

Makna ideologi sendiri sejauh ini merupakan hal yang problematis.

Kebanyakan orang setuju bahwa ideologi mengacu kepada system ide,

kepercayaan, fundamental komitmen, atau nilai mengenai realitas sosial. Ideologi

sendiri menurut McClure dan Fischer mempunyai beberapa karakteristik

diantaranya yaitu: 1) Fungsi legitimasi, 2) Power, dan 3) Argumentasi. ( A.

Michael W, 2004, p. 20)

Dalam ranah pendidikan formal sendiri, terdapat kaitan antara ideologi

dengan penerapannya dalam sistem pendidikan diantaranya adalah, 1) dasar

regulasi terhadap sekolah yang berkaitan dengan konversi pengajaran ideologis

kepada peserta didik. 2) komitmen ideologi yang ditanamkan pada system

kurikulum, dan 3) faktor-faktor ideologis, nilai serta norma yang mempengaruhi

atau bahkan menekan proses seseorang dalam berpikir dan bertindak. ( Ibid.)

Sistem pendidikan memiliki karakteristik, arah serta output yang dihasilkan.

Untuk menjamin agar output pendidikan sejalan dengan keinginan maka

pemerintah menerapkan mekanisme kontrol yang ketat yang tertuang dalam

implementasi kebijakan-kebijakan pada penyelenggaraan pendidikan.

Memperketat birokrasi, mengatur mekanisme peraturan undang-undang, akreditas,

mekanisme penyaluran biaya penyelenggaraan pendidikan merupakan upaya yang

dilakukan Negara dalam mengontrol kegiatan penyelenggaraan pendidikan.

Oleh Freire yang mengumandangkan pendidikan sebagai proses

pembebasan. Ide yang dikumandangkan mempunyai pengaruh politis yang tidak

dapat dilepaskan dalam kondisi politik yang ada. Aktivitas penyelenggaraan

pendidikan tidaklah netral dikarenakan instrument pendidikan haruslah sejalan

dengan ideologi Negara. Institusi pendidikan/ sekolah bukanlah merupakan proses

pembebasan individu, melainkan upaya sistematis yang dibuat oleh Negara agar

individu setuju dan sejalan dengan kepentingan-kepentingan Negara.

Insitusi pendidikan/ sekolah merupakan lembaga Negara sebagai

determinasi terbentuknya nilai-nilai yang ada di masyarakat. Institusi pendidikan/

sekolah merupakan agen kontrol sosial untuk menentukan perilaku individu agar

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

sesuai dengan kepentingan Negara atau penguasa. Pendidikan formal merupakan

kontrol politis yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan penguasa yang disetujui

secara sosial.

Menurut Dale (1989: 39-43), kontrol Negara terhadap pendidikan umumnya

dilakukan melalui empat cara. Pertama, sistem pendidikan diatur secara legal.

Kedua, sistem pendidikan dijalankan sebagai birokrasi, menekankan ketaatan

pada aturan dan objektivitas. Ketiga, penerapan wajib pendidikan (compulsory

education). Keempat, reproduksi politik dan ekonomi yang berlangsung di

sekolah berlangsung dalam konteks politik tertentu.

Pendidikan Indonesia pernah mengalami represi Negara ketika masa orde

baru. Ketika itu pendidikan tidak lain sebagai alat untuk melanggengkan

kekuasaan penguasa. Pendidikan bukan lagi sebuah usaha untuk melakukan

pembebasan intelektual melainkan alat untuk melakukan indoktrinasi paham-

paham ideologi Negara. Beberapa contohnya adalah kewajiban institusi

pendidikan/ sekolah untuk mengajarkan mata pelajaran pengamalan nilai-nilai

Pancasila sebagai jati diri bangsa. Kewajiban mengajarkan nilai-nilai Pancasila

tersebut tidak diikuti dengan membuka ruang dialog antar siswa, pengajar, dengan

pemerintah di dalam lingkup sebuah Negara. Pelarangan dan pembredelan

beredarnya ideologi-ideologi serta ajaran-ajaran yang bukan Pancasila atau

bahkan tidak sesuai dengan Pancasila adalah hal biasa. Warga Negara tidak

diajarkan untuk cerdas mengkritisi namun diajarkan cerdas untuk mengikuti apa

yang telah digariskan oleh Negara.

Tahun 1998 merupakan akhir runtuhnya jaman orde baru dengan

didengungkannya semangat gerakan reformasi di Indonesia. Gerakan yang

menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, keadilan, desentralisasi, hak asasi

manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Gerakan tersebut

berimplikasi kepada seluruh bidang, termasuk bidang pendidikan yang berupaya

mengembalikan semangat pendidikan kepada asas Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945 sebagai ideologi pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan mempunyai

semangat untuk mencerdaskan manusia-manusia Indonesia dengan tanpa adanya

represi-represi yang mengebiri institusi pendidikan/ sekolah. Dengan aspek

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia�

ideologi yang selalu membuka ruang dialog akan menciptakan sebuah diskursus

yang terjalin setara dan mengangkat semua pihak tanpa adanya penindasan dan

diskriminasi terhadap siapapun.

2.2. Tujuan Pendidikan

Berbicara tentang pendidikan, tidak lepas dari pertanyaan utama dan

mendasar terkait pertanyaan apa tujuan dari pendidikan. Dalam pendidikan formal

yang ada di sebuah institusi pendidikan bernama sekolah, tujuan pendidikan tidak

dapat dilepaskan dari substansi pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu, sebuah

sistem pendidikan dan pengajaran dibuat agar segala tujuan pendidikan yang telah

dicanangkan dapat tercapai.

Agar tujuan pendidikan dapat tercapai, siswa harus diarahkan kepada taraf

pemahaman. Pemahaman tersebut terkait segala bentuk materi dan bahan

pengajaran yang telah diberikan harus menyadarkan siswa. Bahwa pendidikan

merupakan jalan bagi mereka untuk menikmati petualangan intelektual agar

mereka dapat menentukan arah terkait penerapan pengajaran ke dalam realita

kehidupan mereka.

Pemberlakukan sistem kurikulum sebagai kerangka ajar merupakan upaya

agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Tujuan pendidikan selain berhubungan

dengan ideologi juga berhubungan dengan metode pengajaran yang dilakukan

dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut agar lingkup pengajaran di

sekolah terintegrasi dengan tujuan pendidikan yang sejalan dengan ideologi

Negara.

Berikut adalah ideologi yang memiliki berbagai tujuan pendidikan yang

berbeda. Ideologi yang ada terbagi atas dua arus besar ideologi, yaitu ideologi

Konservatif (fundamentalisme pendidikan, intelektualisme pendidikan dan

konservatisme pendidikan) dan ideologi Liberal (liberalism pendidikan,

liberasionisme pendidikan dan anarkisme pendidikan) (William F Oniel, op.

cit.104).

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia�

1. Fundamentalisme Pendidikan

Tujuan pendidikan dari fundamentalisme pendidikan adalah

membangkitkan dan meneguhkan kembali perilaku tradisional dengan tolak

ukur keyakinan. Tujuan sekolah adalah membangun masyarakat menuju

tujuan-tujuan masa lalu dan memberikan informasi dan keterampilan untuk

terjun ke dalam tatanan masyarakat. Kurikulum yang dibentuk adalah

kurikulum yang menekankan karakter moral praktis sebagai dasar perilaku

keseharian.

2. Intelektualisme Pendidikan

Tujuan utama dari intelektualisme pendidikan adalah mengenali,

merumuskan, melestarkan dan menyalurkan kebenaran pengetahuan tentang

makna dan nilai kehidupan yang mendasar. Sekolah dibangun untuk

mengajarkan siswa tentang cara penalaran yang baik dan menyalurkan

kebijaksanaan dari masa lalu. Kurikulum mengarahkan siswa menuju

penalaran serta kebijaksanaan yang berdasarkan pada intelektual.

3. Konservatisme Pendidikan

Konservatisme pendidikan bertujuan untuk melestarikan dan menyalurkan

pola-pola perilaku sosial konvensional. Sekolah dibangun dengan dua

alasan, yaitu untuk mendorong tentang pemahaman dan penghargaan

terhadap tradisi-tradisi budaya yang sudah tertata dan menyalurkan dan

menanamkan informasi agar siswa berhasil di dalam tatanan sosial yang

ada. Kurikulum menekankan pembelajaran politis agar siswa menjadi warga

Negara yang baik. Melakukan pengkondisian kepada siswa agar sesuai

dengan pemenuhan nilai-nilai budaya konvensional.

4. Liberalisme Pendidikan

Tujuan utama pendidikan ini adalah mempromosikan perilaku personal

yang efektif. Sekolah bertujuan untuk menyediakan informasi dan

keterampilan-keterampilan yang diperlukan siswa untuk belajar secara

efektif bagi dirinya sendiri. Serta mengajarkan siswa memecahkan masalah

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

yang ada dengan metode-metode ilmiah-rasional. Kurikulum mengarahkan

siswa memiliki kecerdasan praktis dalam menyelesaikan problem-problem

yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Liberasionisme Pendidikan

Tujuan utama pendidikan adalah mendorong pembaharuan-pembaharuan

sosial yang perlu, dengan memaksimalkan kemerdekaan personal di

sekolah, serta memanusiakan kondisi masyarkat secara umum. Sekolah

diadakan untuk membantu siswa mengenali kebutuhan akan pembaharuan

sosial, menyediakan informasi dan keterampilan-keterampilan yang berguna

bagi siswa, serta mengajarkan siswa memecahkan masalah-masalah praktis

secara individu atau kelompok dengan metode-metode ilmiah rasional.

Kurikulum didasarkan atas metode penyelidikan eksperimental secara

ilmiah-rasional.

6. Anarkisme Pendidikan

Anarkisme pendidikan bertujuan untuk menghapuskan sistem persekolahan

formal yang ada sepenuhnya dan digantikan dengan pola belajar sukarela

yang bebas universal tanpa sistem pengajaran wajib. Penekanan

pembelajarannya haruslah diletakkan relevan secara personal dengan

menanggalkan pembedaan tradisional yang ada. Hal tersebut bertujuan agar

anak memastikan apa yang mereka pelajari adalah pilihan mereka sendiri,

demi tujuan apapun yang mereka ingin dapatkan.

“Education is the acquisition of the art of the utilization of knowledge”

(Whitehead, 1929, p.4). Dalam konteks ini bagi Whitehead, pendidikan

persekolahan harus menjadi jalan pengetahuan agar dapat diterapkan dalam

kehidupan manusia. Hal tersebut haruslah menjadi faktor penting yang dilakukan

oleh pengajar agar dapat menghubungkan pengetahuan yang di dalam buku teks

dengan kerangka kurikulum yang telah diterapkan disesuaikan dengan konteks

perubahan yang ada. Jadi pendidikan bukan sekedar mementingkan subjek-matter

melainkan bertujuan untuk memanifestasikan seluruh nilai-nilai dan bentuk

kehidupan ke dalam pendidikan dan pengajarannya.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

Lebih lanjut, Dewey sendiri juga berpendapat bahwa pendidikan merupakan

fungsi sosial dan proses pembelajaran yang dinamis. Pemikiran Dewey

menitikberatkan pada masyarakat, komunikasi, penyelidikan yang intelegen, dan

sikap yang rekonstruktif yang dapat menjadikan warga negara mengembangkan

dunia. Bagi Dewey, masyarakat yang demokratis menjadi pilihan yang paling baik

dengan didukung oleh institusi, perdagangan, industry, aliansi dan pemerintah

yang demokratis.

“The aim of education is to enable individuals to continue their education . .

. the object and reward of learning is continued capacity for growth. Now this

idea cannot be applied to all the members of a society except where intercourse of

man with man is mutual, and except where there is adequate provision for the

reconstruction of sosial habits and institutions by means of wide stimulation

arising from equitably distributed interests. And this means a democratic

society”. (Dewey, 1916, p. 100)

Tujuan pendidikan, terutama pendidikan persekolahan tidak dapat lepas dari

lingkup semangat pendidikan humanis dan pragmatis. Berangkat dari ajaran

marxisme, Habermas mengusung pendidikan yang mampu terlepas dari

otoritarianisme serta bentuk-bentuk kekerasan yang mungkin dilakukan oleh

pemerintah. Berpijak pada aliran pemikiran Marxisme yang memposisikan

manusia sebagai pusat kehidupan. Manusia dijunjung tinggi martabat dan

kemanusiaannya. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, marxisme menyerukan

revolusi sebagai upaya untuk merombak sistem sosial dari bentuk penindasan,

ketidakadilan, alineasi, dan dehumanisasi yang dilakukan oleh golongan

kapitalisme dan kaum borjuis. Dengan mengusung asas kepemilikan bersama

dalam sektor ekonomi atas alat-alat produksi, keadilan dan kesejahteraan sosial

dapat tercapai.

Ajaran Marxisme juga berusaha menempatkan manusia pada posisi sentral

di dalam realitas terkait tujuan dan praksis kehidupan manusia. Pengetahuan tidak

dipandang sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan hal yang berhubungan

dengan kegunaannya bagi manusia untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

Aspek humanis dan pragmatis kemudian dihubungkan dengan teori

komunikasi yang digagas oleh Habermas dan direlasikan pada ranah pendidikan.

Dengan menjadikan bahasa sebagai penghubung akal budi manusia dengan

tindakan-tindakan sosial yang ada. Agar tercipta ruang komunikasi dialogis agar

menghindarkan sistem pendidikan dari penyimpangan kekuasaan yang mungkin

dilakukan oleh pemerintah. Ruang komunikasi dialogis juga dapat merangsang

potensi kedirian siswa yang ada untuk mengembangkan dirinya serta untuk

mengembangkan masyarakat. Melalui sebuah pendidikan yang mengacu kepada

tindakan kekaryaan agar pendidikan mampu menyentuh ranah realitas kehidupan

manusia.

2.3. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)

Di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 memberikan pengertian bahwa

pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-

nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan

zaman. Sedangkan sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen

pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional.

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi

dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui

oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

pendidikan dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

yang diatur dengan undang-undang.

Atas dasar Pancasila dan UUD 1945 maka implementasi penyelanggaraan

pendidikan kemudian tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 sebagai

kerangka sistem pendidikan nasional. Diantaranya mengatur tentang

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

penyelenggaraan pendidikan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan, kurikulum, serta

standar nasional pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan, pendidikan harus diselenggarakan secara

demokratis, berkeadilan tanpa adanya diskriminasi serta menjunjung tinggi hak

asasi manusia. Penyelenggaraan pendidikan harus berdasarkan satu kesatuan yang

sistemik, terbuka serta multimakna. Pemberdayaan manusia Indonesia seutuhnya

merupakan tugas dan cita-cita besar pendidikan nasional dengan mengajak seluruh

unsur dan komponen masyarakat untuk berperan serta dalam penyelenggaraan dan

pengendalian mutu pendidikan.

Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang diatur di dalam UU Nomor 20

Tahun 2003 merupakan pembagian jalur pendidikan yang terdiri atas pendidikan

formal, nonformal dan informal. Pada jenjang pendidikan formal terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar

meliputi: pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Madarasah Ibtidaiyah (MI) atau

bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah

meliputi: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk

lain yang sederajat. Sedangkan untuk pendidikan tinggi meliputi: pendidikan

diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarkana oleh

perguruan tinggi.

Sistem kurikulum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 dibentuk dan disusun mengacu pada standar nasinal pendidikan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan. Kurikulum yang dikembangkan harus

mempunyai prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah,

dan siswa. Dalam kerangka penyusunan dan pengembangannya kurikulum

pendidikan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia harus memperhatikan:

a) peningkatan iman dan takwa; b) peningkatan akhlak mulia; c) peningkatan

potensi, kecerdasan, dan minat siswa; d) keragaman potensi daerah dan

lingkungan; e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f) tuntutan dunia

kerja; g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; h) agama; i)

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

dinamika perkembangan sosial dan j) persatuan nasional dan nilai-nilai

kebangsaan.

Untuk mengintegritaskan sistem pendidikan agar mampu menjadi sebuah

sistem dalam lingkup nasional maka diperlukan adanya standar nasional

pendidikan yang dipergunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga

pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan. Pengembangan

standar nasional pendidikan dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi untuk

melakukan pemantauan dan pelaporan pencapaian pendidikan secara nasional.

Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan

sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua

warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga

mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi

sebagai berikut:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;

2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara

untuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan

masyarakat belajar;

3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;

4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan

sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,

pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global;

dan

5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

Pembaharuan sistem pendidikan nasional perlu pula disesuaikan dengan

pelaksanaan otonomi daerah di dalam Undang-Undang terkait Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang terkait alokasi perimbangan keuangan antara

Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.

2.4 KTSP dan Pengembangannya

2.4.1 Latar Belakang KTSP

Kurikulum menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan,

khususnya pendidikan formal di lembaga pendidikan persekolahan. Oleh karena

itu sebagai kerangka penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, kurikulum harus

mempunyai orientasi tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut meliputi

tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan

potensi daerah, satuan pendidikan dan siswa. Oleh sebab itu kurikulum disusun

oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan

dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. (Mulyasa, op.cit. 15).

Berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

pengertian Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi

menumbuhkan semangat untuk melakukan reformasi sistem pendidikan nasional.

Hal tersebut mutlak perlu dilakukan, agar pendidikan nasional sejalan dengan

kondisi global yang ada. Dalam sistem kurikulum sendiri, beberapa kali

kurikulum pendidikan nasional melakukan pergantian sistem demi pencapaian

cita-cita pendidikan nasional yang lebih baik.

Tercatat telah beberapa kali kurikulum pendidikan nasional berganti. Pada

era reformasi sendiri telah dua kali kurikulum pendidikan nasional berganti, yaitu

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004 serta Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006.

KTSP merupakan sistem operasional pengembangan kurikulum

pembelajaran yang terdesentralisasi sebagai upaya mendukung program otonomi

daerah. KTSP sebagai strategi sistem kurikulum pendidikan nasional untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah serta meningkatkan

kualitas pembelajaran. Siswa yang datang dari berbagai latar belakang suku,

budaya, tingkat sosial, serta tingkat ekonomi menjadi faktor-faktor yang harus

diperhatikan sekolah. Di sisi lain, sekolah harus meningkatkan efisiensi,

partisipasi serta mutu pendidikan kepada masyarakat dan pemerintah.

KTSP memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk

mengelola dan mengoptimalkan kinerja, kegiatan pembelajaran, pengelolaan

sumber belajar, profesionalisme sumber daya manusia dan sistem penilaian.

Pemberian otonomi kepada pihak sekolah dan satuan pendidikan diharapkan

mampu mengajak partisipasi masyarakat dan orang tua untuk ikut peduli terhadap

proses pembelajaran. Proses yang demokratis, professional dan transparansi akan

mendongkrak kualitas pendidikan yang berorientasi kepada ciri serta kebutuhan

daerahnya masing-masing sekolah atau satuan pendidikan.

Landasan penerapan KTSP merujuk pada peraturan perundang-undangan

diantaranya adalah: (Kasful, Hendra, 2001, p. 2)

1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tentang Standar Isi.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tentang Standar

Kelulusan

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasionl Nomor 24 tentang Aturan

Pelaksanaan.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

2.4.2 Tujuan KTSP

Tujuan diterapkannya KTSP berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 adalah mengembangkan kurikulum yang mengacu pada standar nasional

dengan prinsip diversifikasi sesuai satuan pendidikan, potensi daerah, dan siswa.

Hal tersebut akan memberikan kewenangan sekolah atau satuan pendidikan untuk

melakukan pengambilan keputusan secara partisipasi aktif dalam pengembangan

kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk: (Ibid, p. 22-23).

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui program kemandirian sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Memahami tujuan diatas, KTSP dapat dimaknai sebagai sebuah sistem

kurikulum yang berorientasi kepada otonomi daerah, oleh sebab itu KTSP perlu

diterapkan oleh setiap sekolah atau satuan pendidikan dengan tujuh hal sebagai

berikut.

1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi

dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya

yang tersedia untuk memajukan lembaganya.

2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input

pendidikan yang dikembangkan dan didayagunakan dalam proses

pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.

3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk

memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa

yang terbaik bagi sekolahnya.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia�

4. Keterlibatan semua unsur warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan arus demokrasi

yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh

masyarakat setempat.

5. Sekolah atau satuan pendidikan dapat bertanggung jawab tentang mutu

pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua, siswa, dan

masyarakat. Sehingga sekolah atau satuan pendidikan akan berupaya secara

maksimal melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.

6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah

lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif

dengan dukungan orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah daerah

setempat.

7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan

yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya di dalam KTSP.

2.4.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan oleh sekolah

atau satuan pendidikan dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi

lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Kemendiknas, No. 22 Tahun 2006).

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa

dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa

siswa memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk

mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan kompetensi siswa

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia�

disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

siswa serta tuntunan lingkungan.

2. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan

keragaman karakteristik siswa, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis

pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adat istiadat.

Serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi

komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri

secar terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang

bermakna dan tepat atarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu

semangat dan isi kurikulum mendorong siswa untuk mengikuti dan

memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan hidup. Pengembangan kurikulum dilakukan

dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin

relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya

kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh karena itu,

pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan

sosial, keterampilan akademik dan keterampilan vakasional merupakan

keniscayaan.

5. Menyeluruh dan Berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup

keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata

pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar

semua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses

pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan siswa yang berlangsung

sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur

pendidikan formal, non formal dan informal, dengan memperhatikan

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah

pengembangan manusia seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum

dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah

harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka

Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8. Dalam prinsip pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan

menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan

kondisi siswa untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.

Dalam hal ini siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang

bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan

dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar

yaitu;

(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa;

(b) belajar untuk memahami dan menghayati;

(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;

(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain; dan

(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan siswa mendapatkan pelayanan

yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai

dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi siswa dengan tetap

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi siswa yang

berdimensi ketuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan siswa dan pendidik

yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat,

dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing

ngarsa sung tuladan (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di

tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan

contoh dan teladan).

f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayaguna kondisi alam, sosial,

dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan

dengan muatan seluruh bahan kajian secara formal.

g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan

dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok

dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

2.4.3 Standar Isi KTSP

Pendidikan formal diselenggarakan oleh Negara dan dijalankan oleh

Pemerintah. Sudah menjadi amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar bahwa

pendidikan persekolahan harus diselenggarakan dengan asas kesatuan dalam nilai-

nilai kebangsaan sekaligus mengangkat potensi daerah sebagai asas kebhinekaan.

Atas dasar itulah kemudian Pemerintah mencanangkan Standar Nasional

Pendidikan dengan tujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Standar

Nasional Pendidikan inilah yang kemudian menjadi acuan standar pengajaran

materi di setiap sekolah-sekolah di Indonesia.

Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 memberikan kerangka

dasar standar pengajaran materi yang harus diajarkan kepada siswa di sekolah.

Standar minimal tersebut mutlak harus diberikan kepada siswa, namun asas

pengembangan materi lebih lanjut diserahkan kepada tiap-tiap sekolah sesuai

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

kebutuhan serta potensi yang ada. Materi yang harus diberikan diantaranya

adalah:

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. Kelompok mata pelajaran estetika;

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Kelima standar pengajaran minimal materi di atas merupakan kerangka

umum yang diterapkan oleh Pemerintah namun pengembangan materi

kompetensinya diserahkan kepada tiap-tiap sekolah sebagai satuan pendidikan.

Diantaranya adalah pengembangan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan

dan teknologi yang memiliki pengembangan lanjutan yang berbeda sesuai

kebutuhan, potensi geografis, sosial dan budaya. Diantaranya sebagai berikut:

1. Pengembangan mata pelajaran berbasis pada teknologi aplikasi komputer

web design dan jurnalistik. Pengembangan tersebut bertujuan agar siswa

mampu memahami, mengolah serta memberdayakan potensi teknologi

dan komunikasi sebagai pemberdayaan potensi individu. Hal tersebut

berkaitan dengan arus globalisasi yang menuntut setiap invidu peka

terhadap perkembangan teknologi dan informasi untuk pengembangan

kehidupan manusia.

2. Pengembangan mata pelajaran berbasis pada pengembangan potensi

pariwisata. Pengembangan mata pelajaran berbasis pariwisata merupakan

upaya untuk pengembangan potensi wisata yang terdapat di Indonesia.

Potensi wisata dapat dikembangkan agar dapat mengolah pariwisata dan

mengembangkannya untuk kesejahteraan masyarakat.

3. Pengembangan mata pelajaran berbasis pada pengolahan sumber daya

alam. Indonesia sebagai bangsa yang kaya terhadap potensi sumber daya

alam tidak dapat menafikan pentingnya kebutuhan pendidikan dalam

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam tersebut. Pengembangan

tersebut selain upaya memberdayakan siswa juga sebagai langkah

memberdayakan masyarakat. Agar sumber daya alam Indonesia mampu

mensejahterakan rakyat Indonesia. Seperti pengembangan teknologi

pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, kelautan, kehutanan, dsb.

4. Pengembangan mata pelajaran berbasis pada pengembangan nilai budaya

lokal. Pengembangan tersebut bertujuan agar siswa mampu menciptakan

dan menyajikan nilai budaya lokal sebagai sebuah apresiasi pemberdayaan

masyarakat. Selain dapat mempertahankan kreasi nilai budaya lokal, dapat

juga menjadi instrumen kreatif pengembangan potensi siswa untuk

berkarya. Seperti pengembangan kerajinan batik sebagai roda ekonomi

masyarakat pedesaan.

2.2.5. Kelebihan KTSP dari Kurikulum 1994

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mempunyai keunggulan atau

kelebihan bila dibandingkan dengan kurikulum 1994. Kelebihan KTSP

dibandingkan dengan kurikulum 1994 secara rinci adalah sebagai berikut:

(Rusman, 2009, p. 498-499)

No KTSP Kurikulum 1994

1 Guru sebagai pengajar, pembimbing,

pelatih dan pengembang kurikulum.

Guru sebagai pengajar, pembimbing dan

pelatih.

2 Kurikulum sangat humanis, yaitu

memberikan kesempatan kepada guru

untuk mengembangkan isi/konten

kurikulum sesuai dengan kondisi

sekolah, kemampuan siswa dan kondisi

daerahnya masing-masing.

Kurikulum berisi semua materi pelajaran

yang harus diajarkan guru sehingga guru

tidak diberi kesempatan untuk

menganalisis dan mengembangkan

konten/isi kurikulum.

3 Menggunakan pendekatan kompetensi

yang menekankan pada pemahaman,

kemampuan atau kompetensi tertentu di

Menggunakan pendekatan penguasaan

ilmu pengetahuan, yang menekankan

pada isi atau materi berupa pengetahuan,

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan

yang ada dalam masyarakat

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,

evaluasi yang diambil dari bidang-

bidang ilmu pengetahuan.

4 Standar kompetensi yang memperhatikan

perbedaan individu, baik kemampuan,

kecepatan belajar, maupun konteks sosial

budaya.

Standar akademis yang diterapkan secara

beragam bagi setiap peserta didik.

5 Berbasis kompetensi sehingga peserta

didik berada dalam proses perkembangan

yang berkelanjutan dari seluruh aspek

kepribadian, sebagai pemekaran terhadap

potensi-potensi bawaan sesuai dengan

kesempatan belajar yang ada dan

diberikan oleh lingkungan.

Berbasis konten/isi sehingga peserta

didik dipandang sebagai kertas putih

yang perlu ditulis dengan sejumlah ilmu

pengetahuan (transfer of knowledge)

6 Penggambaran kurikulum dilaksanakan

secara desentralisasi (pada tingkat satuan

pendidikan) sehingga pemerintah dan

masyarakat bersama-sama menentukan

standar pendidikan yang dituangkan

dalam kurikulum

Pengembangan kurikulum dilakukan

secara sentralisasi sehingga Depdiknas

memonopoli pengembangan ide dan

konsep kurikulum.

7 Satuan pendidikan diberikan keleluasaan

untuk menyusun dan mengembangkan

silabus mata pelajaran sehingga dapat

mengakomodasi potensi sekolah,

kebutuhan dan kemampuan peserta didik,

serta kebutuhan masyarakat sekitar

sekolah (kontekstual)

Materi yang diberikan dan diajarkan di

sekolah sering kali tidak sesuai potensi

sekolah, kebutuhan dan kemampuan

peserta didik, serta kebutuhan

masyarakat sekitar sekolah

8 Guru sebagai fasilitator yang bertugas

mengkondisikan lingkungan untuk

memberikan kemudahan belajar siswa

Guru sebagai penyampai kurikulum

yang menentukan segala sesuatu yang

terjadi di dalam kelas sehingga

cenderung mendominasi

9 Mengembalikan ranah pengetahuan,

sikap dan keterampilan berdasarkan

pemahaman yang akan membentuk

Pengetahuan, keterampilan dan sikap

dikembangkan melalui laithan, seperti

latihan mengerjakan soal-soal

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia�

kompetensi individu

10 Pembelajaran yang dilakukan mendorong

terjalinnya kerja sama antara sekolah,

masyarakat, dan dunia kerja yang

membentuk kompetensi peserta didik

Pembelajaran cenderung hanya

dilakukan di dalam kelas, atau dibatasi

oleh dinding kelas

11 Evaluasi berbasis kelas yang

menekankan pada proses dan hasil

belajar

Evaluasi nasional yang tidak dapat

menyentuh aspek-aspek kepribadian

siswa

12 Berpusat pada siswa (student center) Berpusat pada guru (teacher center)

13 Menggunakan berbagai sumber belajar Guru satu-satunya sumber belajar

14 Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi,

dinamis dan menyenangkan

Kegiatan pembelajaran cenderung

monoton dan membosankan karena

kurangnya variasi dalam pembelajaran

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

�������������������������������������������������������������������Universitas Indonesia

BAB III

TEORI KOMUNIKASI SEBAGAI DASAR RELASI MANUSIA

MENURUT PEMIKIRAN JÜRGEN HABERMAS

3.1 Riwayat Hidup Habermas

Habermas adalah satu dari sekian banyak tokoh teori sosial setelah masa

perang dunia kedua. Teori Habermas telah banyak mempengaruhi berbagai hal

dalam kajian humaniora dan teori sosial, serta diberbagai disiplin ilmu seperti

sosiologi, filsafat, politik, hukum, cultural studies. Alasan, mengapa teori

Habermas banyak berpengaruh di berbagai kajian ilmu dikarenakan teori

Habermas yang bersifat interdisipliner. Dia adalah tokoh intelektual yang

memberikan inspirasi gerakan demokrasi kiri di Jerman.

Habermas dikenal sebagai salah satu pemikir yang paling berpengaruh

dengan menuliskan karya yang terkenal salah satunya adalah The Theory of

Communicative Action, beberapa diskursus etika, dan Between Fact and Norms

yang karya-karyanya tersebut membicarakan tentang problem sosial, moral dan

teori politik yang kemudian dikembangkannya. Habermas diketahui sebagai

generasi kedua sekolah Frankfurt dan diketahui sebagai hasil dari respon terhadap

teori kritis generasi pertama sekolah Frankfurt.

Habermas dilahirkan di Düsseldorf pada tahun 1929. Dia dibesarkan dalam

kelas menengah di Jerman. Pandangan politiknya terbentuk ketika Habermas pada

tahun 1945 ketika usianya menginjak usia 16 tahun. Dia sempat bergabung

dengan Hitler Youth Movement hingga akhir perang dunia kedua. Sebelum

akhirnya Habermas memilih keluar dari Hitler Youth Movement ketika

menyaksikan kekejaman periode Nazi, salah satunya kekejaman Auschwitz.

Habermas muda kemudian belajar filsafat di Göttingen, Zurich, and Bonn.

Antara tahun 1949 dan 1953 Habermas berkenalan serta dekat dengan Martin

Heidegger. Sebagai seorang murid Heidegger, Habermas sangat mengagumi

pemikiran-pemikiran cemerlang dari Heidegger. Namun kemudian Habermas

kecewa dengan Heidegger atas hubungannya dengan partai Nazi serta sikap

diamnya terhadap kekejaman yang telah dilakukan Nazi ketika itu. (James

Gordon, 2005)

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Tahun 1956 Habermas mulai berkenalan dengan lembaga penelitian sosial

di Frankfurt dan menjadi asisten Theodor Wiesengrund Adorno. Habermas

kemudian aktif bergelut dalam proyek riset mengenai sikap politik mahasiswa-

mahasiswa Frankfurt. Sekitar tahun yang sama dia juga mempelajari kajian-kajian

demokrasi yang memungkinkan diterapkan dalam masyarakat industri modern.

(Bertens, 1981, p. 216)

Pada tahun 60-an Habermas mulai popular dalam kalangan mahasiswa

Jerman karena sejalan dengan ideologi mereka, terutama beberapa golongan SDS

(Sozialistische Deutsche Studentenbund). Namun seiring dengan aksi-aksi

mahasiswa yang mulai menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan mereka,

Habermas mulai mengkritik gerakan tersebut. Serta akhirnya ia mengalami

konflik dengan mahasiswa. Tahun 1970 Habermas meninggalkan Frankfurt

dengan menjabat sebagai direktur dari Max Planck Institut di Starnberg dari tahun

1971 hingga 1983. Kemudian tahun 1983 Habermas kembali mengajar di

Frankfurt dimana dia mereputasikan diri sebagai seorang teori sosial dan

dipandang sebagai tokoh yang menyuarakan suara demokrasi kiri di Jerman Barat.

Awal tahun 1990, Habermas mulai tertarik dengan pemikiran politik filsuf

Amerika John Rawls dengan konsep tentang liberalisme dan tradisi demokrasi

konstitusional Amerika. Habermas memulai karir sebagai seorang marxis dengan

menkritik kapitalisme dan diakhiri dengan menjadi seorang pemikir pembela

demokrasi liberalisme.

Sejak tahun 1994, Habermas menetap di Starnberg dan menjadi pengajar di

Amerika. Sejak itu dia masih aktif menulis dan mencetak pemikiran-pemikirannya

terkait kondisi politik dan sosial yang ada. Terakhir dia menulis tentang subjek

bioetik, teknologi gen, irak, terorisme, dan kebijakan-kebijakan politik amerika

pasca tradegi 11 september. (James Gordon, op.cit)

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

3.1 Latar Belakang Pemikiran

3.1.1 Muncul Serta Berkembangnya Modernitas

Istilah ‘modern’ berasal dari kata latin ‘moderna’ yang artinya ‘sekarang’,

‘baru’ atau ‘saat kini’. Jadi zaman ‘modern’ dapat dikatakan sebagai hal yang

selalu identik dengan kekinian, sejauh kekinian menjadi kesadaran. Ahli sejarah

menyepakati bahwa tahun 1500 adalah kelahiran zaman modern di Eropa,

dikarenakan pada waktu itu banyak orang telah menyadari waktu akan kekinian.

Oleh karena itu ‘modernitas’ bukan hanya merujuk pada periode waktu,

melainkan juga suatu kesadaran yang terkait dengan kebaruan. Istilah yang

tergaungkan pada ‘modernitas’ adalah istilah perubahan, kemajuan, revolusi,

pertumbuhan sebagai suatu bentuk kesadaran yang mendasar (F Budi Hardiman,

2005).

Tumbuh dan berkembangnya sains, teknik dan ekonomi kapitalistis

merupakan ciri dari masyarakat modern. Juga beberapa kesadaran mengenai

moderenitas dicirikan ke dalam tiga hal yaitu, subjektivitas, kritik dan kemajuan.

Subjektivitas mengandaikan bahwa manusia sebagai individu merupakan faktor

penentu segala realitas. Kritik merupakan upaya keberanian individu untuk

berpikir di luar otoritas dan tradisi yang ada. Sedangkan kemajuan adalah upaya

akan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan, sains dan teknologi

untuk mendukung kehidupan dan kebutuhan manusia.

Otoritas dan tradisi yang ada pada abad pertengahan, ketika masuk era

modern berhasil didobrak. Pemikiran abad pertengahan yang identik dengan

kesatuan, totalitas, sistematis dalam kajian ontologi yang dipengaruhi oleh teologi,

ketika era modern berusaha dilawan secara intelektual. Transisi dari teosentrisme

menuju antroposentrisme merupakan refleksi menjadikan manusia merupakan

pusat segala sesuatu. Hal inilah yang kemudian membuat pemisahan yang tegas

antara ilmu pengetahuan dan filsafat dengan teologi dalam gerakan sekularisme.

Modernitas dimulai di Italia di zaman renaissance, manusia menyadari

dirinya sebagai individu. Peningkatan kesadaran tersebut terjadi terutama dalam

bidang seni di Italia. Kemudian Descartes, melanjutkannya dengan

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

mendeklarasikan cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada). Merupakan

formulasi kesadaran individu atas rasionya sendiri.

Selain gerakan individu, pada renaissance muncullah gerakan humanisme.

Gerakan yang menghargai atas dunia-sini, penghargaan atas martabat manusia,

dan pengakuan atas kemampuan rasio. Kaum humanism percaya bahwa rasio

dapat melakukan segalanya dan lebih penting daripada iman. Mereka melihat

kekuasaan absolute gereja makin keropos, dan sebagai gantinya muncul

kecenderungan membentuk Negara-negara nasional. Dalam situasi ini kaum

humanism mendorong sekularisasi, yaitu pemisahan antara kekuasaan politik

dengan agama (F Budi Hardiman, op.cit. p. 9-10)

Jika renaissance identik dengan gerakan humanismenya yang bersifat

gerakan intelektual maka reformasi merupakan gerakan massa yang bersifat

teologi dan politis. Hal tersebut dimulai oleh Martin Luther (1483-1546) yang

mengkritik otoritas gereja yang menjual surat pengampunan dosa. Gerakan

tersebut kemudian meluas menjadi gerakan demokratisasi.

3.1.2 Kemunculan Positivisme

Istilah “positivisme” diperkenalkan oleh Auguste Comte. Istilah tersebut

berasal dari kata “positif” yang bertujuan untuk penyusunan terhadap fakta-fakta

hasil pengamatan. Fakta yang dimaksud oleh Comte merupakan objek yang

factual. Satu-satunya bentuk pengetahuan yang sahih mengenai kenyataan

hanyalah ilmu pengetahuan. Positivisme identik berkaitan dengan empirisme, bagi

positivisme segala bentuk subjektif yang bersifat rohani ditolak karena tidak

mempunyai standar ukur yang jelas dan valid. Pengetahuan yang sejati hanyalah

pengalaman objektif yang lahiriah, bisa ditangkap dan diuji oleh alat indera.

Dalam Cours de Philosophie Positive, Comte menjelaskan sejarah

berkembangnya pengetahuan yang dia bagi menjadi tiga tahap yaitu: tahap

teologis, tahap metafisis, dan tahap positif. Tahap teologis merupakan tahap bagi

Comte mencari sebab-sebab peristiwa-peristiwa yang terjadi pada alam semesta.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Sebab-sebab tersebut selalu menemukan kekuatan-kekuatan adikondrati sebagai

alasan terjadinya berbagai peristiwa alam semesta. Tahap metafisis, merupakan

perkembabngan lebih lanjut pengetahuan manusia. Kekuatan adikondrati yang ada

pada tahap teologis diubah menjadi abstraksi-abstraksi metafisis mengenai

konsep-konsep abstrak alam semesta.

Kemudian pada tahap positif, merupakan tahapan dimana manusia

menjelaskan segala peristiwa alam semesta melalu penjelasan-penjelaan akan

fakta-fakta yang teramati. Fakta-fakta yang ada dan teramati selalu berkaitan

dengan hukum-hukum factual yang ada dan bersifat universal. Misalnya hukum

gravitasi.

Positivisme kemudian berkembang tidak hanya filsafat sains melainkan

menjadi agama humanis modern. Positivism menjadi agama dogmatis karena ia

telah melembagakan pandangan dunianya menjadi doktrin bagi ilmu pengetahuan.

Pandangan dunia yang dianut positivisme adalah pandangan dunia objektivistik.

Karena positivisme menganggap realitas sebagaimana adanya. Seeing is believing.

(Donny Gahral, 2001, p. 35).

Berikut merupakan ciri-ciri dari postivisme diantaranya adalah:

1. Objektif/ bebas nilai. Dikotomi yang tegas antara fakta dan nilai

mengharuskan subjek peneliti mengambil jarak dengan realitas dengan

bersikap bebas nilai. Hanya melalui fakta-fakta yang teramati-terukur

pengetahuan kita tersusun dan menjadi cermin dari realitas

(korespondensi).

2. Fenomenalisme. Tesis bahwa realitas terdiri dari impresi-impresi. Ilmu

pengetahuan hanya bicara tentang realitas berupa impresi-impresi

tersebut. Substansi metafisis yang diandaikan berada di belakang

gejala-gejala penampakan ditolak (anti metafisika)

3. Nominalisme. Bagi positivism hanya konsep yang mewakili realitas

particularlah yang nyata. Contoh: logam dipanaskan memuai. Konsep

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia

logam dalam pernyataan tersebut mengatasi semua bentuk particular

logam seperti besi, kuningan, timah, dll.

4. Reduksionisme. Realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang teramati.

5. Naturalisme. Tesis tentang keteraturan peristiwa-peristiwa di alam

semesta yang meniadakan penjelasan supra natural (adikodrati). Alam

semesta memiliki struktur sendiri.

6. Mekanisme. Tesis bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-

prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin (sistem-

sistem mekanis). Alam semesta diibarakan sebagai a giant clock work.

3.1.3 Pencerahan

Istilah pencerahan (enlightenment) mengacu kepada dua hal: pertama

berkembangnya ilm-ilmu dan teknologi dan puncaknya adalah revolusi industry.

Yang kedua adalah gerakan intelektualitas yang menolak dan mendobrak mitos,

metafisika, tradisi, otoritas gereja dan dogmatism agama. Pencerahan berbagai

bidang seperti sastra, filsafat, kesustastraan, seni dsb. Gerakan pencerahan juga

bergerak dalam ranah politik dimana pemerintahan-pemerintahan monarki

absolute ditumbangkan. Berbagai konstitusi modern dibentuk dan optimisme

seiring dengan berkembangnya system demokrasi.

3.1.4 Kritik Atas Modernitas, Positivisme dan Pencerahan

Perkembangan modernitas dan pencerahan menumbuhkan beberapa

keyakinan dan cirri terhadap era tersebut. (Glenn Ward, 2003) diantaranya:

1. Progres, yaitu meyakini bahwa modernitas dan penceahan sebagai idea of

progress. Dimana hal yang tumbuh dan berkembang pada era modernitas

dan pencerahan sebuah proses berkelanjutan. Seiring dengan semangan

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia

pembaharuan yang ada pada ilmu pengetahuan, sains dan teknologi untuk

keberlangsungan hidup manusia.

2. Optimisme, yaitu keyakinan yang besar terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, sains dan teknologi sebagai sebuah jawaban terhadap

pemenuhan kebutuhan dan penunjang kehidupan manusia.

3. Rasionalitas, yaitu memusatkan rasio sentral kegiatan dan intelektualitas

manusia.

4. Upaya untuk mencari absolute knowledge dalam sains, teknologi,

masyarakat, dan politik.

5. Upaya untuk menjadikan dan mengembangkan pengetahuan sebagai true

self yang akan menjadi pondasi bagi seluruh pengetahuan yang ada.

Dalam modernitas dan pencerahan terdapat ide untuk menjadikan rasio

sebagai pendekatan dengan menjadikannya sebagai prinsip segala pengetahuan

yang ada. Modernitas dan pencerahan percaya bahwa hanya proses intelektual

sebagai metode yang mampu membawa pemahaman dan kebahagiaan dalam

masyarakat.

Perkembangan modernitas dan pencerahan setidaknya juga menuai beberapa

kritik atau penolakan oleh beberapa kalangan. Revolusi Perancis dan deklarasi

tentang hak-hak kemanusiaan di Amerika memberikan tendensi dan arogansi

generalitas mengenai moderitas dan pencerahan itu sendiri. Upaya untuk

mengeneralisasikan proses modernitas dan pencerahan yang berkembang di Eropa

dan Amerika dijadikan acuan bagi proses perkembangan dunia. Kebebasan

individu dan pengakuan akan hak-hak kemanusiaan seakan paradox dengan

kondisi realita yang ada ketika itu ketika kolonialiasi, eksploitasi dan perbudakan

masih membelenggu diberbagai belahan dunia.

Inilah yang kemudian menimbulkan reaksi negative terhadap abad modern

dan pencerahan diantaranya adalah kepenatan, pesimisme, irasionalitas dan

kekecewaan terhadap ide mengenai absolute knowledge. (Glenn Ward, op.cit.)

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

atas beberapa kekecewaan yang ada, muncullah beberapa reaksi atas era

modernitas dan pencerahan dari para pemikir setelahnya.

Seperti halnya pemikiran Horkheimer dan Adorno, Foucault percaya bahwa

rasionalitas modern terdapat dominasi koersif. Jika Horkheimer dan Adorno fokus

kepada kolonialisasi natural yang mendominasi sosial dan fisik manusia, Foucault

fokus kepada dominasi yang diterima oleh individu melalui institusi sosial,

diskursus, dan praktis. Nyatanya era modern yang dipercaya sebagai proses yang

terus berkelanjutan, justru berisikan penyebaran dominasi secara halus. Bagi

Foucault Negara juga dapat menjadi institusi sosial yang mendominasi individu.

Negara sebagai pusat, penentu esensi dan tujuan serta penentu subjek individu

yang dikonstitusikan. Proses kesadaran individu yang dikonstitusikan oleh

Negara. Lebih jauh Foucault juga mengkritik pengetahuan sebagai asas yang

netral dan objektif (positivisme). Foucault justru menekankan bahwa pengetahuan

justru diarahkan agar sejalan dengan kepentingan politis rezim yang berkuasa.

(Best, Keller, 1991)

Teori Posmodern dan teori kritis merupakan reaksi atas tumbuh dan

berkembangnya modernitas dan pencerahan. Kedua teori tersebut memiliki

persamaan sekaligus perbedaan yang mendasar. Persamaannya adalah kedua teori

tersebut adalah sama-sama mengkritik modernitas dan bentuk struktur sosialnya

karena penuh dengan dominasi dan rasionalisasi. Perbedaan keduanya adalah ada

beberapa hal yang ditolak oleh postmodern teori justru dipertahankan oleh teori

kritis. Diantaranya adalah konsep mengenai kategori-kategori teori sosial radikal

seperti political economy, kelas, dialektika, emansipasi, dan sosialisme. Konsep

tersebut justru ditolak oleh teori posmodern ketika teori kritis masih menggunakan

konsep tersebut. Sementara teori kritis menolak pemisahan antara modernitas

dengan postmodernitas yang justru beberapa postmodern teori menggunakan

pemisahan tersebut. Pada point berikutnya akan dikonsentrasikan pembahasan

mengenai perkembangan teori kritis yang diperkenalkan dan dipopulerkan oleh

Mazhab Frankfurt di Jerman.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

3.2 Awal Perkembangan Pemikiran Habermas

Pemikiran Habermas berakar dari teori kritis Mazhab Frankfurt sebagai

penerus tradisi pemikiran Karl Marx. Mazhab Frankfurt dikenal sebagai

perkumpulan filsuf, sosiolog, sosial psikolog, dan cultural critics yang bekerja

sebelum dan sesudah perang dunia kedua sebagai peneliti sosial independen yang

berbasis di Frankfurt. Beberapa pemikiran Mazhab Frankfurt terpengaruh filsafat

dialektika Hegel, Karl Marx, dan psikoanalisa Freud.

Teori kritis sebagai kritik ideologi bertolak dari pemikiran Marx tentang

ideologi. Pemikiran Marx bermaksud untuk menyingkap kebobrokan ideologi

kapitalisme yang mengatasnamakan rasionalitas. Berangkat dari pemaknaan

ideologi yang dibekukan, dimapankan oleh kekuasaan merupakan sasaran kritik

para pemikir Mazhab Frankfurt. Teori kritis melihat ideologi dari kacamata

dialektika dan psikoanalisa. Ideologi merupakan proses dialektika dimana proses

kritis harus tetap berlangsung supaya ia tidak berubah menjadi alat pembenaran

status quo saja. Teori kritis mengintegrasikan dirinya dengan psikoanalisa untuk

menghadapi ketidaksadaran kolektif yang berkembang di masyarakat kolektif dan

mengangkatnya ke kesadaran (Donny Gahral, op.cit. p. 35).

Kritik teori kritis juga berlanjut dengan memandang positivisme sebagai

aliran yang melanggengkan status quo. Hal tersebut dikarenakan positivisme

hanya memaparkan fakta objektif. Ia hanya mengabdikan diri sebagai instrument

bagi kapitalisme modern lewat teknologi, birokrasi dan manifestasi-manifestasi

ilmu-ilmu positif (Ibid. p. 66). Sedangkan masyarakat modern dipandang oleh

teori kritis masyarakat yang segala tindakan rasio instrumentalnya dipengaruhi

oleh kepentingan dan kontrol penguasa. Hal tersebut justru menggambarkan

segala tindak tanduk manusia yang mengatasnamakan tindakan rasional justru

jatuh ke lembah irrasional.

Lebih lanjut, Horkheimer dan Adorno mengklaim bahwa industrialisasi dan

birokrasi dibentuk oleh proses rasionalisasi. Proses rasionalisasi yang didominasi

pandangan matematis dan objektivis natural sains kemudian mendominasi reason

manusia yang akhirnya mengekstradisi pandangan mistis dan religious. Bentuk

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

modern sosial (institusi bentuk dari rasionalitas) kemudian menjadi instrument

konsep yang mengeneralisasikan scientific sebagai mindset. Hal tersebut berakibat

instrumental rasionalitas menjadi ekslusif. Tidak hanya sains dan teknologi yang

menjadi dominasi melainkan juga rasionalitas itu sendiri.

Ironisnya, proses pencerahan yang berjalan sejak abad ke-18, mendukung

manusia yang bebas namun pada abad ke-19 industrialisme dan kapitalisme justru

mengungkung dan memenjarakan manusia dari kebebasan. Pada intinya merujuk

pada Dialectic of Enlightenment, Horkheimer dan Adorno berpendapat

pencerahan itu diantara kebutuhan dan kemustahilan.

In which case, as Adorno and Horkheimer acknowledge in the Preface to

Dialectic of Enlightenment, enlightenment is both necessary and impossible:

necessary because humanity would otherwise continue hurtling towards

self-destruction and unfreedom, and impossible because enlightenment can

only be attained through rational human activity, and yet rationality is itself

the origin of the problem. (James Gordon, op.cit. P. 8)

3.3 Teori Komunikasi Habermas

3.4.1 Tindakan komunikatif

Tindakan komukatif merupakan interaksi antara personal. Karya Habermas

yang berjudul The Theory of Communicative Action (1984 dan 1987), merupakan

usaha yang dilakukan Habermas untuk memadukan pemikiran Karl Marx, George

Herbert Mead, Emile Durkheim, Max Weber, Georg Lukacs dan Talcott Parsons.

The Theory of Communicative Action mengangkat pertanyaan mendasar mengenai

teori sosial : apakah mungkin terbentuknya social order? Habermas menjawab

dalam konteks masyarakat modern dengan berdasarkan kepada tindakan

komunikatif yang dikoordinasikan oleh validity claims dan diskursus yang

dibangun bersama dalam kesatuan integritas sosial (Ibid. p.47). Tindakan

komunikatif dibangun oleh relasi sosial antara dua atau lebih individu.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Mengarahkan tindakan menemukan makna untuk mencapai pemahaman

(understanding) dengan menggunakan bahasa.

Tindakan komunikatif yang digagas dan diangkat Habermas adalah sebagai

usaha untuk mengubah dasar pijakan dari filsafat subjek (consciousness) kepada

pendekatan intersubjektivitas. Filsafat subjek berkaitan dengan problem-problem

mengenai reason. Problem filsafat subjek merupakan secara inheren dihubungkan

dengan relasi antara subjek dan objek. Dalam konteks relasi sosial, filsafat subjek

memberikan pandangan bagaimana individu sebagai subjek memperlakukan

individu lain sebagai objek dalam hubungan rasional. Melihat fenomena

modernitas, Max Weber memandang modern reason sebagai proses rasionalisasi

proses material, mengusung ide mengenai efisiensi dalam birokrasi. Namun

nyatanya justru menimbulkan kekecewaan. Sebagaimana Horkheimer dan Adorno

melihat rasionalisasi merupakan perbudakan jenis baru (Lasse, 2010, p. 60).

Dengan teori tindakan komunikatif, Habermas menggabungkan filsafat

subjek (consciousness) dengan bahasa. Berbeda dengan Weber, Horkheimer dan

Adorno yang mengkonsepsikan tindakan dan reason sebagai satu jalan

dimensional. Oleh sebab itu mereka tidak dapat melihat rasionalisasi dapat

mengakomodir emansipatoris. Formal pragmatik merupakan langkah awal

pengembangan teori tindakan komunikatif dan reason melalui pendekatan

intersubjektivitas yang didasarkan pada bahasa dalam komunikasi sehari-hari.

Mengembangkan teori tindakan komunikatif dan reason, Habermas menggunakan

metode rational reconstructive. Formal pragmatik merupakan contoh metode

rational reconstructive. Metode tersebut memfokuskan pada kondisi general dan

kebutuhan terhadap validitas ekspresi simbolik dan pencapaian (Habermas, 1990

,p. 31). Metode ini fokus terhadap problem bagaimana kita mengeneralisasikan

jawaban rasional terhadap pertanyaan praktikal di dalam model intersubjektivitas.

Rational reconstructive mengkombinasikan filsafat dengan sains yang

mengabstraksikan dan mengkonsepkan teorisasi dengan teori-teori empirik

masyarakat dan bahasa. Hal ini berguna untuk mendukung agar hasil pemahaman

(understanding) tidak jatuh kepada kekeliruan.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Kombinasi filsafat dengan sains akan menolak empirisisme yang akan

menjerumuskan pada sikap tanpa kritik. Serta menolak kepercayaan (believe)

transcendent yang akan mempengaruhi pemahaman (understanding). Dengan

kombinasi filsafat dan sains empirik terhadap problem transcendental dan

empirisisme, memungkinkan hasil pemahaman (understanding) menjadi hal yang

universal.

Habermas lebih lanjut juga tidak memungkiri bahwa kekeliruan dalam

proses rekonstruksi rasional. Habermas menulis

All rational reconstructions, like other types of knowledge, have only

hypothetical status. There is always the possibility that they rest on a

false choice of examples, that they are obscuring and distorting correct

intuitions, or, more frequently, that they are overgeneralizing individual

cases. (Ibid. p. 32)

Rekonstruksi rasional mungkin menghasilkan pemahaman (understanding)

yang keliru, oleh sebab itu perlu adanya pengujian terhadap hipotesis universal

yang telah dihasilkan. Habermas berpendapat proses rekonstruksi rasional inilah

merupakan formal prakmatik dalam term sains dan pengetahuan. Proses tersebut

membuka reason dan emansipasi terhadap fakta di dalam bahasa dan tindakan

sosial. Inilah yang kemudian menjadikan formal pragmatik dikenal sebagai

universal pragmatik, sebagai aturan universal yang harus diikuti oleh setiap

peserta komunikasi di dalam berbahasa.

Habermas tertarik dalam pengucapan di dalam berbahasa. Habermas

menganggap bahasa lebih dari sekedar transfer informasi mengenai fakta dan

opini tentang dunia. Bahasa juga dapat digunakan untuk membangun relasi sosial

dan dunia di luar diri manusia. Bagi Habermas pemaknaan berkaitan dengan

kegiatan serta tindakan praktis. Ia memfokuskan bahwa bahasa bukan pada apa

yang dikatakan tapi apa yang dilakukan. The theory of language use, definisi yang

dibuat oleh Karl Buhler (1879-1963), seorang teoritis bahasa, bahwa bahasa

merupakan instrumen penghubung antara satu individu dengan individu lain.

Fungsi bahasa merupakan fungsi kognitif, fungsi representasi hubungan relasi

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

serta fungsi ekspresi untuk mengungkapkan pengalamannya. (James Gordon,

op.cit. p. 33)

Berdasarkan rujukan pemikiran Karl Buhler, Habermas kemudian

memfokuskan bahasa yang memiliki fungsi tidak hanya sekedar menghubungkan

person namun juga mengkoordinasikan tindakan yang ada di dalam lingkup

sosial. Pragmatic function of speech� memberikan landasan untuk berbagi

pemahaman (understanding) dan untuk membangun intersubjektifitas dalam

konsensus. Kemudian Habermas mengembangkan speech act theory sebagai

pendekatan bahasa menuju ranah sosial.

Habermas sendiri terispirasi oleh J. L. Austin (1975) dan John Searle (1969)

dalam mengembangkan speech act theory yang merupakan tradisi Anglo-Saxon

filsafat analitik. Speech act theory fokus terhadap pembahasan pragmatik bahasa

daripada logika bahasa. Austin dan Searle menggagas bahwa bagaimana bahasa

mampu menjadi bagian dari realitas dan tindakan sosial yang ada. Bagaimana kita

mampu digunakan oleh agen-agen realitas sosial. Bahasa bukan sebagai referensi

untuk menunjuk suatu objek benda yang ada di dunia melainkan mampu

diimplimentasi dalam tindakan-tindakan sosial.

Berdasarkan pembedaan istilah yang dilakukan Austin, Habermas

(Habermas, 1998, p. 66–88; 1984, p. 288–95) membedakan aspek linguistik

dalam perkataan atau kalimat dalam beberapa istilah, yaitu: locutionary,

illocutionary dan perlocutionary. Aspek locutionary merupakan perkataan atau

kalimat yang merujuk pada sesuatu terhadap dunia serta merepresentasikan

kedekatan, sebagai contoh kalimat atau perkataan: ‘saya seorang pelajar’. Aspek

illocutionary merupakan perkataan atau kalimat yang merujuk kepada apa yang

kita lakukan setelah kita mengatakan sesuatu, sebagai contoh kalimat atau

perkataan: ‘saya berjanji akan datang tepat waktu minggu depan’. Lalu saya

mengatakan bahwa saya telah berjanji maka saya akan melakukan apa yang telah

saya katakan.

Sedangkan aspek perlocutionary merupakan perkataan atau kalimat yang

merujuk pada apa yang kita lakukan kemudian dengan melakukan sesuatu

terhadap apa yang telah dikatakan, sebagai contoh kalimat atau perkataan: ‘jika

anda tidak datang tepat waktu, saya tidak akan menunggu mu’. Hal tersebut

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

membawa konsekuensi bila kita menjalankan atau tidak menjalankan apa yang

telah diucapkan hal tersebut akan mendatangkan konsekuensi-konsekuensi.

Habermas kemudian menghubungkan aspek perlocutionary bahasa kepada

tindakan yang bertujuan dan tindakan yang mempunyai strategi rasional. Sejauh

aspek perlocutionary dijalankan, speech act harus transparan karena hal tersebut

hanya akan bekerja jika individu lain paham (understanding) maksud kita. Bila

pemahaman (understanding) tidak dapat tercapai maka komunikasi tidak akan

berjalan. Lebih lanjut, Habermas kemudian menghubungkan antara aspek

illocutionary dengan tindakan komunikatif, dimana tindakan komunikatif

berorientasi kepada pemahaman (understanding). Bagi Habermas, penggunaan

bahasa dalam aspek illocutionary merupakan penggunaan bahasa yang utama

dikarenakan mampu mengkomunikasikan maksud dan tujuan kepada individu lain

untuk mencapai konsensus. (Habermas, 1984). Dengan jalan ini Habermas yakin

dapat memberikan reason dan emansipasi dalam bahasa terutama dalam aspek

illocutionary dalam penggunaan bahasa.

Habermas kemudian mengacukan syarat-syarat dalam speech act agar

mampu mencapai taraf pemahaman sebelum akhirnya tercapainya konsensus.

Menurut Habermas hanya norma-norma yang disetujui oleh anggota masyarakat

dalam sebuah diskursus praktislah yang dianggap valid. Karena dalam sebuah

interaksi/ komunikasi akan tercapai saling pengertian. Bila interaksi/ komunikasi

saling mengerti dapat tercapai maka akan muncul rasionalitas komunikasi.

Dengan menggunakan asas klaim validitas : 1) understandbility, kejelasan tentang

hal yang dikatakan. 2) truth Mengungkapkan sesuatu dengan benar. 3)

truthfulness, Mengungkapkan diri apa adanya dan 4) rightness, Menyatakan

sesuatu sesuai dengan norma komunikasi yang telah disepakat. Hal tersebut

sebagai prakondisi agar komunikasi dapat dimengerti (Habermas, 1984) .

Tindakan komunikatif, adalah dimana tindakan dan bahasa secara instrinsik

terhubung. Untuk mencapai pemahaman (understanding) seseorang pembicara

harus memberikan alasan sebuah argumentasi yang ia katakan dapat diterima dan

pendengar harus menginterpretasikan argumentasi tersebut dengan reasons salah

satunya dengan syarat norma komunikasi yang telah disepakati. Habermas

menulis

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

We understand a speech act when we know what makes it acceptable. From

the standpoint of the speaker, the conditions of acceptability are identical to

the conditions for his illocutionary success. Acceptability is not defined here

in an objectivistic sense, from the perspective of an observer, but in the

performative attitude of a participant in communication. (Ibid. p. 297).

Bagi Habermas berlangsungnya proses pemahaman (understanding)

merujuk kepada performative mode, dimana individu dalam berbicara dan

menyampaikan gagasan mampu memberikan dan mempertahankan reasons

sebagai bagian dari norma komunikasi dalam proses mencapai pemahaman

(understanding). Argumen baik adalah argumen yang diterima dan dianggap

masuk akal oleh pendengar. Dari tindakan komunikatif menuju diskursus dan

rasional diskursus. Dari rasional konsensus akan menjadi rasional diskursus

(Habermas, 1996, p. 107)

Habermas yakin bahwa tindakan komunikatif merupakan penjelasan

bagaimana masyarakat dapat terintegrasi. Tindakan komukatif dapat menghindari

manipulasi dan kekerasan yang mungkin dapat terjadi, karena setiap individu yang

ada diberikan posisi yang sama dan setara untuk berbicara dan beragumentasi.

3.4.2 Ranah Publik

Habermas melalui karyanya yang berjudul The Structural Transformation of

the Sphere menuangkan pemikirannya mengenai ranah publik. Karya tersebut

diterbitkan pada tahun 1962 di Jerman. Dalam karya tersebut membicarakan

mengenai kemunculan kaum borjuis di ranah publik yang dibarengi dengan

kemunculan struktur ideologi mereka. Dan hal tersebut pada akhirnya akan

berujung pada debat rasional di ranah publik. Dalam karyanya tersebut Habermas

berusaha memperkenalkan serta mengkritik kemunculan kaum borjuis dalam

bentuk kontemporer. Poin Habermas adalah mengekspose ranah publik yang

bersifat ekslusif akibat kemunculan kaum borjuis. Lalu meletakkan reason dan

emansipasi pada praktek particular dan institusi di masyarakat.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia

Seiring dengan maju dan berkembangnya industrialisasi mulai abad 17 di

eropa, membawa perubahan struktural pada ranah sosial. Kemunculan kaum

borjuis pada abad tersebut seiring dengan tumbuh dan berkembangnya

kapitalisme. Habermas kemudian membandingkan fenomena tersebut dengan era

Yunani kuno.

Era Yunani kuno membedakan antara ranah privat dengan ranah publik.

Ranah privat berkaitan dengan rumah, kebutuhan makanan, reproduksi dan

sebagainya. Sementara sebagai warga (bukan budak dan wanita), akan bersama-

sama mengisi ruang publik dimana kedudukan mereka setara, berhak berbicara

dan mengeluarkan pendapat untuk memutuskan sesuatu atau untuk membuat

aturan.

Habermas kemudian mendefinisikan ranah publik borjuis sebagai berikut :

The bourgeois public sphere may be conceived above all as the sphere of

private people come together as a public; they soon claimed the public

sphere regulated from above against the public authorities themselves, to

engage them in a debate over the general rules governing relations in the

basically privatized but publicly relevant sphere of commodity exchange

and social labour. The medium of this political confrontation was peculiar

and without historical precedent: people’s use of their reason. (Habermas,

1989, p. 23)

Ranah publik kemudian menjalankan fungsi untuk mengawasi pemerintah,

menjadi dasar umum untuk mencapai keinginan umum untuk melawan keinginan

sepihak di dalam proses pembuatan aturan atau undang-undang. Kemudian ranah

publik menjadi landasan pemerintah untuk mendapatkan gagasan terkait hukum

serta aturan yang berdasarkan atas ‘rational will’. Yang hadir melalui debat

rasional di ranah publik. Termasuk juga memberikan legitimasi kepada setiap

produk regulasi yang dibuat oleh pemerintah.

Habermas kemudian memberikan gagasan terkait re-feudalization di dalam

ranah publik yang berkembang di abad ke-20, yaitu kondisi dimana warga

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia

menjadi konsumen pasif terhadap aturan serta keputusan yang dibuat oleh elit.

Lalu kemudian, menjadi sumber legitimasi elit untuk melakukan kebijakan-

kebijakan tertentu dengan mengatasnamakan reason, sedangkan ranah publik

yang seharusnya adalah ketika warga didukung untuk aktif berbicara dan

mengeluarkan pikiran dan gagasan, karena merekalah yang kemudian akan

menjadi sumber legitimasi bagi pemerintah.

Setiap orang yang ada dalam ranah publik didukung untuk mempunyai rasa

yang mampu untuk menilai keputusan berdasarkan dari apa yang mereka baca.

Inilah yang kemudian dimunculkan sebagai sebuah ide kritik, kritik yang besifat

rasional yang bersifat kritis tanpa adanya intimidasi. Habermas mengacu kepada

fenomena tiga tempat yang terjadi di coffeehouses (Britain), salons (Perancis) dan

table societies (Jerman) (Ibid, p. 36). Tempat tersebut merupakan tempat yang

biasa digunakan kaum borjuis untuk bertemu dan berinteraksi, yang disebut

Habermas sebagai ranah publik borjuis, walaupun ketiga tempat tersebut memiliki

perbedaan komposisi, perbedaan kondisi dimana mereka berdebat dan perbedaan

orientasi topik.

Untuk mencapai kondisi tersebut, Habermas mengajukan tiga syarat yaitu

(Ibid. p. 36) : 1) Menjaga hubungan sosial sebagai hubungan yang setara,

menghiraukan status sosial yang ada. 2) Pembicaraan yang ada berkaitan dengan

topik umum yang menjadi otoritas Negara atau pengambil kebijakan. 3)

menerapkan prisip-prinsip inklusivitas.

Peranan bahasa dan komunikasi sangat penting untuk menunjang

keberlangsungan ranah publik. Hal tersebut juga berkaitan dengan tindakan

komunikatif yang mendorong terciptanya komunikasi yang dialogis. Lebih lanjut

Habermas mengangkat hal tentang lifeworld dan system yang ada pada ranah

publik.

Lifeworld merupakan tempat atau ruang dimana kita membangun interaksi

sosial dengan yang lain. Lifeworld berkaitan dengan domain informal manusia

kehidupan sosial seperti keluarga, kebudayaan, kehidupan politik diluar partai,

media masa, dsb. Sedangkan system identik dengan system birokrasi

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

pemerintahan serta hubungan ekonomi. Perbedaan substansial keduanya adalah,

system mengarahkan individu kepada tujuan yang tidak behubungan dengan

pemahaman (understanding) atau konsensus.

Berdasarkan pemikiran Habermas, ranah publik menekankan pada

penggunaan critical reason, sebagai aktivitas reasoning. Dengan peran yang

dijalankan oleh ranah publik fungsi pengawasan terhadap Negara dapat

dijalankan, serta menjadi dasar untuk terbentuknya pemerintahan yang baik dan

teratur.

3.4.3 Diskursus Etik

Diskursus etik merupakan proyek yang dikembangkan Habermas berangkat

dari teori-teori sebelumnya. Diskursus etik merupakan proses pengembangan

karakteristik publisitas, inklusivitas, persamaan, solidaritas, dan program sosial

teori. Diskursus etik yang dikembangkan oleh Habermas berfokus pada positif

etik, yaitu diskursus yang menekankan ranah prosedural daripada ranah

substansial. Memberikan jalan prosedur umum bagi jawaban rasional atas

pertanyaan-pertanyaan practical. Diskursus etik merupakan perpanjangan lebih

lanjut dari teori tindakan komunikatif terutama dalam ranah moralitas. Tujuan

Habermas adalah bagaimana teori moral dapat memberikan jawaban atas

pertanyaan mengenai teori sosial. Teori moral Habermas dapat dimengerti sebagai

analisis terhadap ucapan, bagaimana menentukan validitas yang baik menuju

norma yang telah disepakati (rightness).

Konsep Habermas mengenai moralitas bersifat pragmatik karena hal

tersebut menafsirkan diskursus moral sebagai mekanisme sosial pemecahan

konflik. Teori Habermas menjadikan bahasa sebagai alat untuk

mengkoordinasikan tindakan dan permintaan institusi sosial.

Setidaknya Habermas berkutat pada problem mengenai prinsip apa yang

mendasari moralitas dan bagaimana kita membangun norma moral yang valid.

Bagi Habermas sendiri norma merupakan peraturan-peraturan yang sudah menjadi

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

kebiasaan dalam kehidupan manusia. Biasanya peraturan-peraturan tersebut terdiri

atas susunan gramatikal imperative seperti ungkapan “Jangan mencuri”. Norma-

norma yang valid berperan untuk mengkoordinasikan tindakan kita dalam

kehidupan sosial dan memantapkan harapan kita terhadap perilaku orang lain.

Serta memastikan tindakan tindakan orang lain bebas konflik.

Pemikiran Habermas mengenai diskursus etik dimaksudkan untuk

memberikan sebuah jalan prosedural agar seseorang dalam diskursus tidak

menggunakan latar belakang partikular yang dapat menjadikan diskursus

mengalami jalan buntu yang berujung pada konflik. Hal tersebut terjadi

dikarenakan pemahaman partikular yang secara implisit mempengaruhi perkataan

maupun tindakan, biasanya dipengaruhi oleh agama, norma, tradisi, kepercayaan

partikular yang berbeda dengan orang lain. Tujuan Habermas adalah membangun

sebuah diskursus dengan landasan argumentasi moral agar setiap perkataan dan

tindakan dapat dipahami dan diterima dalam proses diskursus. Sehingga

menghasilkan sebuah consensus yang bersifat universal.

Ada dua prinsip yang dijelaskan Habermas dalam diskursus etik yaitu

prinsip diskursus (discourse principle) (D) dan prinsip universalisasi

(universalization principle) (U). Bagi Habermas, prinsip universalisasi (U)

merupakan prinsip yang harus dibangun dengan argumentasi-argumentasi yang

menggunakan prinsip diskursus (D) sebagai premisnya. Poin esensialnya adalah

bagaimana menciptakan sebuah proses dialogis agar diskursus dapat memenuhi

fungsi sosial dan fungsi pragmatic. Agar setiap orang yang berada dalam

diskursus mencapai pemaknaan bersama. Karena proses justifikasi sebuah norma

harus melibatkan lebih dari satu orang. Proses dimana norma yang ada dapat

diterima oleh yang lain.

The discourse principle (D) states that: Only those action norms are valid

to which all possibly affected persons could agree as participants in

rational discourse. (Habermas, op.cit. p.107)

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Prinsip diskursus (D) memberikan kita bagaimana validitas norma dapat

diterima, melalui diskursus praktis. Sedangkan prinsip universalisasi (U)

memberikan kita cara bagaimana menguji norma moral. Norma moral ditekankan

harus bersifat universal namun mampu diterima kepada setiap orang secara

individual. Norma moral dikatakan valid jika dan hanya jika norma tersebut dapat

memberikan kepuasan sebagai ketertarikan umum kepada setiap orang. Contoh

yang paling menggambarkan adalah hak-hak universal manusia menunjukan

norma moral yang valid dan kemudian diterima secara universal.

3.4.3 Demokrasi

Teori Habermas mengenai demokrasi merupakan kelanjutan dari teori-teori

Habermas sebelumnya. Teori demokrasi Habermas dimulai dengan penjabaran

konsep politik Habermas. Ia membedakan dua dasar ranah publik yaitu informal

politikal dan formal politikal. Informal political terdiri atas hubungan yang

spontan yang bersumber dari komunikasi dan diskursus. Dikenal dengan sebutan

civil society. Civil society diidentifikasi bukan sesuatu yang dibentuk dan

diinstitusikan dalam mengambil keputusan. Sedangkan formal political

merupakan arena yang dalam pengambilan keputusan bersifat institusional dan

dibentuk dalam setiap komunikasi dan diskursus untuk mengambil keputusan.

Negara sendiri bukan merupakan formal politikal karena Negara bukan hanya

sekedar institusional dalam mengambil kebijakan dan mengambil keputusan.

Negara juga merupakan sebuah system administrative birokrasi yang diarahkan

yang kemudian ditermkan oleh Habermas sebagai “medium of power”.

Dua konsep informal dan formal yang kemudian menjadi kerangka kerja

dalam konsep teori politik Habermas. Dalam civil society, setiap anggota di dalam

komunitas politik berperan dan berpartisipasi dalam diskursus, meraih

pemahaman. Dalam formal politikal, merupakan bentuk representatif anggota

dalam komunitas politik untuk mengambil keputusan, membuat dan

mengimplementasikan kebijakan-kebijakan. Habermas menggambarkan, sebuah

sistem politik dapat bekerja baik institusi pengambil kebijakan membuka ruang

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

input yang berasal dari opini civil society yang dapat mempengaruhi output dalam

menghasilkan keputusan dalam setiap hokum dan kebijakan. Dalam prakteknya,

sistem demokrasilah yang terbaik yang mampu memproduksi hukum dan

kebijakan dalam bentuk opini publik yang diskursif dan rasional serta dapat

dijustifikasikan. Setiap hukum dan kebijakan yang dipatuhi oleh setiap warga

Negara haruslah dapat diterima secara rasional oleh masyarakat yang rasional.

Posisi Habermas dalam perdebatan dua konsep politik antara liberal-

demokratik dan civil- republican mengambil posisi alternatif. Liberal-demokratik

yang memberikan hak-hak istimewa kepada individu dan ruang privat sedangkan

civic-republican memberikan hak-hak istimewa kepada kolektif dan public.

Dalam pandangan liberal-demokratik setiap individu mempunyai hak untuk

melindungi kebebasannya dalam meraih tujuannya. Kebebasan disini diartikan

sebagai kesempatan. Negara mengambil peran minimal state dimana Negara

meninggalkan setiap subjek individu bebas dalam menentukan hidupnya.

Intervensi hanya mungkin bila kebebasan seseorang terganggu oleh kebebasan

yang lain. Partisipasi dalam komunitas politik bukan dipandang sebagai sesuatu

yang bernilai, melainkan hanya alat instrumental untuk melindungi hak dan

kesempatan. Negara pun harus bersikap netral dengan menghormati setiap nilai

dan tujuan yang dipunyai setiap individu.

Sedangkan civic-republikan mempunyai konsep bahwa otonomi publik

bukan terdapat pada konsep kesempatannya namun konsep aplikasinya. Nilai

yang benar merupakan kebebasan berekspresi, misalnya bohong bukanlah sebuah

kesempatan pada individu tapi masuk kedalam ranah aktualisasi kolektif. Setiap

individu bebas berekspresi selama hal tersebut bermanfaat untuk seluruh individu

yang ada. Keanggotaan dalam komunitas politik merupakan hal yang bernilai.

Negara dapat melakukan kebijakan apa saja asalkan netral. Negara akan berperan

aktif untuk merekomendasikan nilai dan ide kepada para warga Negara. Akhirnya,

dengan pandangan ini banyak hak individual yang ditemukan dan bergantung

kepada nilai dan ide dari komunitas politik.

Habermas kemudian menggabungkan konsep politik antara liberal-

demokratik dengan civil- republikan. Memodifikasi kedua konsep tersebut ke

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

dalam realitas masyarakat modern. Habermas mengandaikan konsep bahwa

sebuah konsep dapat memberikan otonomi privat dan public secara bersamaan.

Politik berdasarkan pemikiran Habermas merupakan ekspresi terhadap kebebasan

yang secara simultan bergerak dari subjektivitas individual dan kedaulatan rakyat

(Ibid. p. 468). Habermas juga mempertahanan ide tentang hak-hak asasi manusia

dan setuju dengan pandangan liberal yang berpendapat bahwa Negara harus

toleran terhadap perbedaan budaya dan pandangan terhadap dunia.

Secara menyeluruh teori Habermas mengenai demokrasi merupakan

kelanjutan dari teori kritis sosial. Ada dua dimensi kekuatan politik yaitu kekuatan

komunikatif dan administratif. Kekuatan komunikatif berkedudukan pada civil

society dan diskursus yang dibangun dalam mengambil sebuah keputusan.

Sedangkan kekuatan administratif berkedudukan pada Negara dan birokrasi

pemerintah. Tesis utama Habermas adalah kondisi politik yang baik (demokrasi)

adalah ketika institusi politik dapat dan mampu menerjemahkan kekuatan

komunikatif kedalam kekuatan administratif yang dipegang oleh Negara dan

pemerintah.

3.4.3 Kesimpulan Sementara

Teori komunikasi Habermas merupakan teori yang berkelanjutan. Teori

komunikasi yang diajukan oleh Habermas bukan sekedar komunikasi antara dua

subjek, melainkan juga menyentuh ranah sosial dan politik. Dimulai dari sebuah

proses diskursus rasional kemudian dicapailah sebuah konsensus yang mampu

mengintegrasikan masyarakat. Teori politik Habermas mengenai demokrasi juga

merupakan usaha Habermas untuk membuat ruang komunikasi yang terbuka

antara individu, komunitas politik dan hubungannya dengan peran negara

pemerintah. Pada pembahasan selanjutnya akan terdapat pembahasan mengenai

kurikulum (KTSP) dan relevansinya dengan teori komunikasi Habermas.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

�����������������������������������Universitas Indonesia

BAB IV

TEORI KOMUNIKASI HABERMAS DAN RELEVANSINYA DENGAN

KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL

Bicara tentang komunikasi adalah bicara tentang aktivitas manusia secara

keseluruhan. Komunikasi adalah proses simbolik meliputi internal dan eksternal

manusia. Bahasa sebagai sebuah instrumen yang mendukung proses komunikasi

merupakan media pendukung agar komunikasi berperan untuk mengaktualisasi

diri, mengekspresikan perasaan dan penghubung antara individu yang satu dengan

individu yang lain dalam relasi sosial.

Dalam dunia pendidikan peran komunikasi sangatlah penting dalam upaya

proses transfer nilai dan pengetahuan. Hubungan antara guru dengan pesertadidik,

antara pemerintah dengan masyarakat dan antara institusi pendidikan dengan

lingkungan dihubungkan melalui proses komunikasi. Fungsi komunikasi yang

bersifat prosedural, dinamis dan transaksional menopang langsung kegiatan

pendidikan dalam aktivitas penyelenggaraan pendidikan.�

Habermas salah satu tokoh pemikir Jerman yang memberikan sebuah solusi

terhadap problem relasi ideologis dengan mengangkat aspek komunikasi. Berpijak

pada akar pemikiran Marxisme, Habermas berusaha meneropong fenomena kaum

borjuis dalam kapitalisme kontemporer. Ia mencoba mengungkap penindasan

gaya baru, bukan lagi merujuk pada hubungan ekonomi instrumental antara

majikan dengan buruh, melainkan hubungan tindakan instrumental antara Negara/

kaum borjuis dengan civil society.

Tindakan instrumental inilah yang berkembang seiring dengan

industrialisasi dan kapitalisme ekonomi pada abad ke-18 di Eropa. Kesadaran

rasional yang kritis berusahaditindas dan dimatikan dengan menghadirkan

kesadaran “palsu”, kesadaran yang mengorientasikan tindakan kepada tujuan

bukan kepada reason. Kesadaran palsu kemudian mengarahkan civil society pada

tindakan instrumental yang pada akhirnya mendukung posisi Negara/ kaum

borjuis untuk mempertahankan kekuasaannya.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Habermas sendiri bukanlah tokoh yang pemikirannya konsen pada problem-

problem pendidikan. Namun pemikirannya mempunyai implikasi lebih lanjut ke

banyak bidang, termasuk bidang pendidikan. Dengan membawa semangat

emansipatoris, untuk menciptakan civil society yang bebas dari penindasan,

hegemoni dan dominasi yang dilakukan oleh Negara dan kaum borjuis.

Bila dipetakan dalam pembagian cabang filsafat yaitu ontologi,

epistemologi dan aksiologi. Pemikiran habermas yang berimplikasi pada

pendidikan masuk kepada cabang epistemologi dan aksiologi. Pemikiran

komunikasi Habermas berusaha untuk memberikan jalan instrumental agar

pengetahuan yang didapat dan diinternalisasi dalam proses kegiatan belajar

mengajar bebas dari upaya hegemoni dan dominasi. Melalui mekanisme

komunikasi interaktif, posisi guru dengan dengan peserta didik menjadi setara.

Serta terhindar dari relasi mengobjekkan yang biasa dilakukan guru kepada siswa.

Sedangkan dalam aksiologi, Habermas mengusung transformasi sosial

sebagai sebuah jargon pendidikan. Proses belajar mengajar harus menjanjikan

output pendidikan berupa perbaikan kehidupan manusia berupa tindakan-tindakan

sosial yang nyata dan bermanfaat untuk keberlangsungan hidup namusia.

Tindakan sosial yang menekankan pemahaman rasional manusia akan

mengeleminasi tindakan instrumental yang menekankan kepada tujuan semata.

Dikarenakan adanya implikasi-implikasi teoritis antara teori komunikasi

Habermas dengan pendidikan. Maka tulisan selanjutnya akan membicarakan

beberapa implikasi pemikiran Habermas di dalam dunia pendidikan termasuk

relevansi teori komunikasi habermas dengan KTSP sebagai kurikulum pendidikan

nasional.

4.1 Pendidikan Berbasis Demokrasi

Pengusahaan dan penyelenggaraan pendidikan, terutama pendidikan formal

merupakan tugas yang harus dilakukan dan dijalankan oleh pemerintah.

Pemerintah bertanggung jawab untuk menjamin pemerataan kesempatan

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan demi tuntutan

kehidupan. Kebijakan-kebijakan pemerintah terkait pendidikan merupakan hal

yang bersifat public interest. Oleh sebab itu, pemerintah berwenang membuat

regulasi terkait otoritas pemerintah berada dalam penyelenggaraan pendidikan.

Namun wewenang yang dilakukan oleh pemerintah sangat potensial untuk

disalahgunakan. Secara umum digambarkan dalam beberapa poin berikut

(Patricia, 1983, p. 55)

1. Individu mendapatkan hak konstitusional untuk dapat mengakses

pendidikan sebagai tanggung jawab seorang warga Negara. Kemudian

akan menjadi sebuah problem politis ketika segala kebutuhan akan

pengetahuan yang didapatkan di dalam pendidikan harus sejalan dengan

tujuan pemerintah yang telah disusun didalam kurikulum forum nasional.

Hal tersebut otomatis menghilangkan kesempatan mengangkat potensi

dan kondisi lokal yang ada.

2. Sebagaimana kebijakan pemerintah terkait pendidikan dan kurikulum,

sangat rentan terhadap kepentingan politik. Dalam bentuk negatifnya

peraturan yang bersifat dominasi dan beberapa jenis otoritas struktur

hirarkis. Penuh dengan kerahasiaan serta tipu muslihat dalam proses

transfer pengetahuan.

3. Peraturan pemerintah yang berlaku di dalam kurikulum berskala nasional

akan mereduksi potensi aktivitas dan pembelajaran yang bersifat lokal.

Habermas dalam teori komunikasi menekankan bahwa aspek bahwa

manusia mempunyai hubungan yang setara dalam komunikasi. Dalam hal ini

Habermas meniadakan situasi subjek-objek. Serta adanya ruang kebebasan dalam

proses komunikasi tanpa adanya paksaan dan tekanan. Hubungan komunikasi

yang interaktif dapat menciptakan keterbukaan relasi yang dapat mengajak

partisipasi aktif di dalam proses komunikasi. Lebih jauh terkait kebijakan

pemerintah yang diimplementasikan ke dalam kurikulum pendidikan, Habermas

menekankan pentingnya aspek komunikasi dalam tindakan komunikatif sangat

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

ditekankan adanya partisipasi warga negara yang demokratis. Hal tersebut

ditandai dengan ajakan partisipasi aktif warga negara untuk ikut serta dalam

penentuan kurikulum pendidikan nasional.

Setidaknya ada dua peran warga Negara terhadap pendidikan, yaitu:

1. Partisipasi warga negara dalam pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum yang bersifat grass-roots memberikan ruang

terbuka kepada warga negara untuk ikut serta dalam pengembangan

kurikulum. Desentralisasi pengembangan kurikulum memungkinkan

adanya kompetisi dalam peningkatan mutu dan sistem pendidikan yang

dapat melahirkan output pendidikan berupa manusia yang mandiri dan

kreatif.

2. Partisipasi warga negara dalam pengawasan dan pengevaluasian

kurikulum. Proses kurikulum yang berlangsung secara terpadu dan

berkesinambungan untuk pencapaian tujuan dalam pendidikan yang telah

digariskan di dalam kurikulum. Evaluasi kurikulum meliputi: komponen-

komponen analisis kebutuhan dan studi kelayakan, perencanaan dan

pengembangan, proses pembelajaran, revisi kurikulum dan research

kurikulum, (Rusman, op.cit, p. 498).

Peran warga negara bukan hanya sekedar ikut serta aktif dalam diskursus,

namun juga lebih luas lagi. Warga Negara berhak pula dalam pengembangan,

pelaksanaan serta pengawasan terhadap jalannya penyelenggaraan pendidikan.

Demokrasi berperan mereposisi porsi pemerintah, agar posisi mereka setara

dengan unsur-unsur masyarakat yang ada. Dengan demikian hegemoni, dominasi

serta kepentingan politik penguasa yang mengintervensi ke dalam pendidikan

dapat dihindarkan. Demokrasi juga berperan agar proses tersebut dapat berjalan

berkelanjutan sebagaimana mestinya.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

4.2 Tindakan Komunikatif Menuju Pendidikan dialogis

Habermas sendiri bukanlah tokoh yang menggeluti kurikulum praktis,

namun implikasi teori tindakan komunikatif adalah menjadikan tindakan

komunikatif sebagai instruksi praktis yang didasarkan kepada kurikulum dengan

basis kognitif berdasarkan atas argumentasi.

Non-reflexive learning takes place in action contexts in which implicitly

raised theoretical and practical validity claims are naively taken for

granted and accepted or rejected without discursive consideration.

Reflexive learning takes place through discourses in which we thematize

practical validity claims that have become problematic or have been

rendered problematic through institutionalized doubt, and redeem or

dismiss them on that basis of arguments. (Habermas, 1975, p. 15)

Berangkat dari pembelajaran reflexive learning, pembelajaran berbasis

diskursus dan argumentatif merangsang proses kognitif dan moral reasoning.

Mencapai otonomi manusia melalui proses pembelajaran interaktif dalam

pendidikan. Habermas focus terhadap pengembangan teori tindakan komunikatif

dan reason melalui pendekatan intersubjektivitas yang didasarkan pada bahasa

dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa dalam komunikasi sehari-hari inilah yang

kemudian menghubungkan antara reason dengan kondisi realitas sosial

masyarakat.

Proses komunikasi berfungsi mendekatkan proses reasoning pembelajaran

dengan kondisi sosial masyarakat. Mendekatkan pengetahuan yang bersifat teori

dengan teknik aplikasinya di lapangan. Eksplorasi Habermas kemudian

direlasikan terhadap proses pembelajaran yang memasukkan pembelajaran

‘highest forms’ yaitu diskursus self-reflexive dalam pembelajaran kolektif

(Raymon, Carlos, 2002, p. 120). Diskursus tersebut berusaha mengangkat

pembelajaran sebagai basis dasar kompetensi sosial, berangkat dari hal yang

berkaitan dengan individu menuju hal yang berkaitan dengan masyarakat.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah formal, implementasi

pengajaran berbasis dialogis dapat terimplementasi dalam beberapa tahap yaitu

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Perencanaan, yaitu tahap analisis mengenai kebutuhan-kebutuhan sumber

belajar sekolah yang menjadi karakteristik dalam setiap kurikulum

tingkat satuan pendidikan yang ada. Dengan melakukan penetapan

sumber belajar yang akan digunakan baik terkait konsep serta output

yang dihasilkan. Kemudian pengembangan yang kemudian menjadi

rujukan untuk mengakomodasi kegiatan belajar mengajar. Tentunya

dengan mengajak peran partisipai aktif unsur-unsur pendidikan seperti,

kepala sekolah, guru, siswa, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah

dan sebagainya.

2. Tahap pelaksanaan, yaitu proses pembelajaran, dimana kegiatan belajar

mengajar antara guru dengan siswa berdasarkan relasi setara subjek

dengan subjek. Kegiatan belajar mengajar disajikan dengan pembelajaran

interaktif, berusaha menciptakan ruang dialog dalam proses reasoning.

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan refleksif terkait materi

pelajaran yang ada.

3. Tahap evaluasi, yaitu proses dimana perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar ditinjau. Sejauh mana proses pembelajaran

telah menghasilkan output yang sesuai dengan harapan seluruh pihak.

Baik dalam hal input maupun output pendidikan berupa prakteknya ke

masyarakat.

Proses dialogis yang tercipta mampu memberikan ruang terbuka,

memposisikan setiap unsur-unsur pendidikan untuk berpartisipasi aktif dalam

pendidikan. Memberikan ruang eksplorasi proses belajar mengajar untuk

mengajak siswa berpartisipasi aktif. Dengan proses dialogis mampu memberikan

proses kognitif dan reasoning yang mengarahkan pendidikan ke arah yang lebih

baik.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia

4.3 Teori kritis pendidikan menuju transformasi sosial

Pendidikan kritis dilatarbelakangi oleh sistem kapitalisme dan kesenjangan

struktural yang berakibat pada adanya hegemoni. Kapitalisme melestarikan

hegemoni dengan mencegah krisis motivasi, legitimasi, identitas, politik dan

ekonomi. Ideologi yang melingkupi dan diimplementasikan ke dalam pendidikan

dimaknai Habermas sebagai “penindasan terhadap kepentingan umum”. Kritik

ideologi yang digaungkan oleh Habermas merupakan kritik terhadap cara kerja

kekuasaan dan dominasi dalam masyarakat kapitalis.

Kritik ideologi dirancang untuk membongkar kerja ideologi dalam berbagai

lingkup kehidupan manusia yang yang berorientasi kepada kepentingan pribadi

dengan menatasnamakan kepentingan kepentingan bersama. Teori kritis

mengusulkan agenda pendidikan untuk memliliki metodenya sendiri terutama

kritik ideologi dan riset aksi. Riset aksi memberikan kekuasaan kepada mereka

untuk bergiat dalam konteks pendidikan karena merupakan motor riset dan

praktis. Dengan demikian, riset aksi diklaim dapat memberdayakan dan bersifat

emansipatoris .

Habermas berpendapat bahwa pengetahuan memiki beragam kepentingan

karena pengetahuan beroperasi di dalam masyarakat. Kepentingan sendiri

memiliki fungsi ideologis dimana dapat digunakan untuk mempertahankan

kekuasaan penguasa dan dapat memelihara status quo. Pengetahuan merupakan

proses yang ditentukan oleh kekuasaan sosial yang kemudian didukung oleh

komunitas akademis/ institusi pendidikan.

Teori kepentingan pembentuk pengetahuan (knowledge-constitutive interest)

berusaha untuk menyingkap kepentingan dalam situasi tertentu dan menyelidiki

kepentingan tersebut dengan mengidentifikasi sampai dimana kepentingan itu

menciptakan keadilan dan demokrasi. Tujuan teorinya bersifat transformatif yakni

mengubah masyarakat dan individu menuju tatanan sosial demokratis (Palmer,

2003, p. 385). Dengan melahirkan masyarakat egalitarian yang adil dengan

mengangkat aspek kebebasan individu dan kolektif.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Dalam konteks teori tindakan komunikatif, Habermas berusaha untuk

memikirkan ulang pencerahan (enlightenment) reason dan implikasinya terhadap

pembelajaran kolektif (collective learning) (Ibid. p. 137-138). Awal pijakan

Habermas adalah memberikan status dukungan kepada diskusus dengan ciri

dialog argumentasi rasional. Habermas kemudian menuliskan.

“Only when certain domains of discourse are institutionalized to such an

extent that under specifiable conditions a general expectation exists, that

discursive conversations will be initiated, can they become systematically

relevant mechanism of learning for a given society.” (Habermas, 1973, p.

25)

Dalam perspektif di atas, institusi pendidikan merupakan bagian dari unsur

diskursus yang berkontribusi sepenuhnya dalam pembelajaran kolektif. Dalam

diskursus, penekanan “validity claims” sebagai pengujian sistematis terhadap

argumentasi rasional yang baik dapat menjadi proses rasional untuk mewujudkan

transformasi sosial.

Berangkat dari filsafat analitik speech act theory yang menekankan bahwa

bahasa telah menjadi bagian dari realitas sosial. Bahasa bukan hanya merujuk

pada objek semata melainkan merujuk kepada tindakan-tindakan sosial. Speech

act theory kemudian dikembangkan oleh Habermas melalui aspek illocutionary

dengan tindakan komunikatif, dimana tindakan komunikatif berorientasi kepada

pemahaman (understanding).

Merujuk pada pendekatan tindakan komunikatif, bahwa di dalam

pendidikan proses pembelajaran teori dalam proses belajar mengajar harus

merujuk kepada tindakan-tindakan sosial. Tindakan komunikatif dalam proses

belajar menuju titik pemahaman (understanding) harus menyentuh praktis.

Habermas menekankan bahwa pendidikan merupakan instrumen untuk

melakukan transformasi sosial. Ruang komunikasi yang terbuka, menciptakan

diskursus dengan argumentasi rasional merupakan proses rasionalisasi terhadap

kesadaran manusia (scientization). Transformasi sosial hasil tindakan yang oleh

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Habermas berasal dari proses komunikasi terbuka yang hadir dari ruang diskursus

yang interaktif, emansipasif, dan setara. Setiap pemahaman (understanding)

dijadikan argumentasi rasional menuju diskursus. Lalu berkembang menjadi

tindakan komunikatif ketika apa yang dikatakan menjadi tindakan konkrit di

dalam ranah sosial dan masyarakat.

4.4 Relevansi KTSP Dengan Teori Komunikasi Jürgen Habermas

4.4.1 KTSP Mengangkat Pendidikan yang Humanis

Sudah menjadi tradisi lingkaran Mazhab Frankfrut bahwa mereka

memandang apatis terhadap perkembangan rasionalitas dan pencerahan.

Munculnya kapitalisme dan industrialisme telah mengilusi kesadaran manusia.

Pengetahuan dan teknologi menjadi penindasan gaya baru pada masyarakat

modern. Kritik tajam dilontarkan oleh Mazhab Frankfrut, khususnya oleh

Habermas yaitu tentang paradigma rasio instrumental yang berkembang seiring

kapitalisme.

Setiap kesadaran dan tindakan manusia diarahkan untuk mencapai produksi

atau tujuan secara efisien. Potensi yang muncul kemudian menjadi manipulatif

terhadap realitas. Kesadaran dan tindakan manusia diarahkan kepada persoalan

“how” sehingga problem yang muncul bukan problem pengetahuan melainkan

problem teknis tanpa adanya nilai-nilai.

Kapitalisme tingkat lanjut kemudian memanifestasikan rasio instrumental

sebagai instrumen penyeragaman dan pembendaan kesadaran manusia dengan

menciptakan kebutuhan-kebutuhan palsu. Kapitalisme tingkat lanjut kemudian

melumpuhkan kesadaran kritis yang kemudian semakin menjaga status quo kaum

kapitalis. Masyarakat modern mungkin melihat bahwa mereka bebas namun

nyatanya mereka terbelenggu (Donny Gahral, op.cit. p. 73).

Melihat problem tersebut Habermas memunculkan teori komunikasi sebagai

jawaban atas problem tersebut. Mengganti rasio instrumental dengan rasio

komunikatif yang mampu menjadi kesadaran kritis untuk membebaskan

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

masyarakat modern dari ilusi rasionalitas dan pencerahan. Dengan merangsang

kesadaran kritis atas rasio, manusia modern dapat terbebas dari dominasi dan

hegemoni kaum kapitalis. Menjadikan tiap individu otonom, kreatif, independen,

menuju eksplorasi diri sesuai apa yang mereka inginkan.

Dengan berpijak pada kesadaran kritis, diusunglah pendidikan humanis

berupaya memberikan penyadaran kepada peserta didik agar mampu

mengeksplorasi potensi individu semaksimal mungkin. Tanpa adanya pemaksaan,

dominasi dan hegemoni yang mengarah kepada penyamarataan di dalam

pendidikan.

Pendidikan humanistik membantu peserta didik menemukan diri mereka

sendiri dengan member penghargaan atas inovasi dan kreatifitas yang ada.

Kurikulum yang bersifat humanistik menolak upaya-upaya pemaksaan,

penekanan, dominasi dan hegemoni yang ada pada pendidikan dengan

mengarahkan pendidikan sebagai proses reasoning. Melalui komunikasi yang

terbuka, kurikulum yang bersifat humanis merupakan jalan pembebasan dalam

mengembangkan partisipasi aktif, keterlibatan, hak suara peserta didik, dan

perwujudan kebebasan eksistensial individu serta kolektif.

Pendidikan yang humanistik memposisikan guru sebagai fasilitator untuk

membangkitkan kesadaran kritis dan refleksif peserta didik. Karena setiap

individu diyakini memiliki kemampuan dan potensi yang alamiah. Peran

komunikasi dalam hal ini dibangun antara guru dengan peserta didik adalah

komunikasi yang terbuka dan saling percaya.

Kurikulum dalam pendidikan humanistik mengintegrasikan domain afektif

(emosi, kepribadian dan nilai) dengan domain kognitif (intelektual dan

kemampuan siswa) dengan ciri sebagai berikut (Rusman, op.cit. p. 36).

1. Partisipasi. Adanya persetujuan, pembagian, negosiasi, dan tanggung

jawab bersama.

2. Integrasi. Adanya interaksi keterbukaan, kesamaan pikiran, perasaan dan

tindakan.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

3. Relevansi. Kebutuhan pembelajaran berhubungan dengan kebutuhan

dasar dan manfaat emosional serta intelektual peserta didik.

4. Self. Diri adalah objek pembelajaran yang diakui.

5. Goal. Tujuan sosial adalah untuk mengembangkan kesetiaan sosial.

Habermas mengandaikan adanya keluaran/ output dari pendidikan berupa

individu-individu yang otonom, mampu menyadari adanya penindasan,

ketidakadilan, hegemoni dan dominasi yang dilakukan oleh penguasa. Kesadaran

yang dilakukan oleh individu menjadi sebuah langkah emansipatoris, yaitu

penyadaran kritis atas penindasan menuju pada kesadaran rasional. Proses

pembebasan tersebut kemudian diimplementasikan pada ranah praktis di

masyarakat. Implementasinya berupa tindakan-tindakan sosial untuk

menghilangkan segala bentuk penindasan yang ada dan membelenggu

masyarakat. Tindakan tersebutlah yang kemudian menjadi jalan pembebasan

untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Hal tersebutlah yang kemudian diakomodasi oleh KTSP. Pendidikan

dijadikan langkah awal emansipatoris dengan pengembangan siswa sebagai

individu yang unik didukung oleh terciptanya ruang komunikasi yang terbuka.

Pengetahuan yang didapatkan kemudian dapat diterapkan melalui tindakan praktis

di masyarakat. Keterbukaan ruang komunikasi inilah yang kemudian mampu

menghilangkan bentuk penindasan, hegemoni dan dominasi. Harapan manusia

yang diinginkan oleh Habermas dan oleh KTSP adalah manusia yang mampu

mengembangkan potensi dirinya, baik eksistensi kedirian dalam individu maupun

dalam sosial masyarakat.

4.4.2 KTSP Mengangkat Pembelajaran Interaktif

Komunikasi memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran dalam

pendidikan. Adanya distingsi antara aspek pendidikan teori dengan pendidikan

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

praktis serta distingsi antara guru dengan peserta didik dapat dihubungkan dengan

komunikasi. Prinsip pembelajaran Dialogis menjadi salah satu prinsip yang

melandasi KTSP, baik dalam metode pembelajaran guru dengan peserta didik

maupun penyusunan tujuan-tujuan pengajaran di dalam kurikulum pendidikan.

Dengan pembelajaran dialogis akan tercipta suasana belajar mengajar yang

interaktif antara guru dengan siswa.

KTSP merupakan jenis kurikulum yang berusaha untuk menciptakan ruang

demokrasi dengan relasi komunikasi. Hal tersebut untuk menjamin

penyelenggaraan pendidikan yang tidak diskriminatif, menjunjung tinggi nilai

Hak Asasi Manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.

Merujuk kepada UU no 20 Tahun 2003 yaitu

Pasal 4 ayat 1

Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,

nilai cultural dan kemajemukan.

Pasal tersebut juga memberikan landasan demokratis terhadap

penyelenggaraan kondisi belajar mengajar antara guru dengan siswa di dalam

kelas. Relasi yang dibangun antara guru dengan siswa harus bersifat dialogis.

Komunikasi kepada siswa menjadi strategi menciptakan proses belajar yang

edukatif, komunikatif agar menciptakan hubungan yang harmonis. Guru

memegang peranan penting sebagai fasilitator untuk membangunkan potensi-

potensi siswa. Komunikasi menciptakan situasi belajar mengajar berorientasi

kepada siswa.

Berikut merupakan perbandingan kelebihan KTSP dengan Kurikulum

sebelumnya (Kurikulum 1994) (Ibid. p. 498).

No KTSP Kurikulum 1994

1 Guru menjadi pengajar,

pembimbing, pelatih dan

Guru sebagai pengajar,

pembimbing, dan pelatih

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

pengembang kurikulum

2 Pembelajaran berbasis kompetensi

sehingga siswa dalam proses

perkembangannya yang

berkelanjutan dari seluruh aspek

kepribadian, sebagai pemekaran

terhadap potensi-potensi bawaan

sesuai dengan kesempatan belajar

yang ada dan dikembangkan oleh

lingkungan

Pembelajaran berbasis konten (isi)

sehingga peserta siswa dipandang

sebagai kertas putih yang perlu

ditulis dengan sejumlah ilmu

pengetahuan (transfer of

knowledge)

3 Guru sebagai fasilitator yang

bertugas mengondisikan

lingkungan untuk memberikan

kemudahan belajar siswa

Guru sebagai penyampai

kurikulum yang menentukan

segala sesuatu yang terjadi di

dalam kelas sehingga cenderung

mendominasi

4 Berpusat pada siswa (student

center)

Berpusat pada guru (teacher

center)

Hal tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip metode pengajaran materi yang

diusung oleh Habermas dalam prinsip pendidikan, pembentukan pengetahuan,

terutama transfer pengetahuan dari guru kepada murid di dalam kelas (Palmer,

2003, p. 389) yaitu:

1. Perlunya kegiatan yang bersifat kooperatif dan kolaboratif.

2. Kegiatan belajar mengajar berdasarkan diskusi (discussion-based work).

3. Perlunya belajar mandiri melalui pengalaman dan flesibel.

4. Perlunya belajar melalui diskusi.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

5. Perlunya pembelajaran atas pemahaman dan penyelidikan terhadap

lingkungan.

6. Perlunya aktivitas pemecahan masalah.

7. Perlunya mengangkat hak siswa untuk berbicara.

8. Perlunya guru untuk bertindak sebagai intelektual transformatif.

4.4.3 KTSP Sebagai Kurikulum Pendidikan Berbasis Masyarakat

Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab Negara yang

diregulasikan oleh pemerintah. Begitu juga dalam mengimplementasikan nilai-

nilai atau norma terkait identitas kebangsaan harus diimplementasikan oleh

pemerintah dalam sebuah regulasi kebijakan publik. Salah satu produk kebijakan

publik adalah KTSP sebagai pedoman kerangka pendidikan dalam proses

mengajar. Bagi habemas, kebijakan public tersebut harus mengakomodir civil

society.

Sebuah kebijakan publik bagi Habermas tidak akan lepas dari system politik

dalam membuat dan merancang sebuah regulasi. System politik yang baik bagi

Habermas adalah keterbukaan intitusi terhadap input yang berasal dari opini civil

society atau masyarakat luas. Mengajak masyarakat luas ikut serta dalam

merancang kebijakan akan memberikan legitimasi rasional terhadap setiap

regulasi dan kebijakan yang telah hasilkan. Dengan begitu setiap regulasi dan

kebijakan yang menjadi output dalam mekanisme system politik dapat diterima

secara rasional oleh masyarakat yang rasional pula.

Dengan menjunjung tinggi asas demokrasi, persamaan, kebebasan

perpendapat, keadilan sosial dan persaudaraan dapan merangsang terbentuknya

emansipasi aktif individu dan kolektif di dalam merancang pendidikan.

Pendidikan sebagai sebuah sistem terbuka memberikan kesempatan kepada unsur

masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Sesuai

dengan UU No 20 Tahun 2003 yang menjadi dasar penyelenggaraan KTSP.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Pasal 4 ayat 2

Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan

system terbuka dan multimakna.

Pada pasal di atas dapat memberikan pengertian bahwa pendidikan dengan

system yang terbuka menjadikan perubahan pendidikan bersifat dinamis.

System yang terbuka dapat menyesuaikan perubahan dan dinamika sosial yang

ada dan terjadi di masyarakat.

Pasal 8

Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

Pasal 54

Ayat 1

Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,

kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi

kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan

pendidikan.

Kedua pasal tersebut mengajak peran aktif masyarakat untuk ikut serta aktif

dalam penyelenggaraan pendidikan. Karena pendidikan merupakan system

terbuka yang multi makna sejalan dengan salah satu prinsip penyelenggaraan

pendidikan nasional. Lebih lanjut peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan berbasis masyarakat diatur kemudian dalam

pasal 55

Ayat 1

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

��

Universitas Indonesia

Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada

pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan

sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat

Ayat 2

Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan

melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan

pendanaan sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Dalam proses penyusunan KTSP, terdiri dari beberapa unsur-unsur

pendidikan yaitu guru, konselor, kepala sekolah, komite sekolah, narasumber,

serta pihak masyarakat yang terkait. Supervisi dengan melibatkan dinas provinsi

yang bertanggung jawab di bidang pendidikan (Rusman, op.cit. p. 497).

Dalam proses penyusunan, melalui diskursus yang mensejajarkan posisi

unsur-unsur terkait. Pemerintah hanya berperan sebagai pihak penyelenggara dan

pengarah, sementara unsur-unsur terkait, termasuk masyarakat diberikan porsi

yang sama untuk berbicara dan mengeluarkan usul serta gagasan terkait dengan

penyusunan kurikulum. Pengembangan kurikulum dilakukan secara desentralisasi

(pada tiap satuan pendidikan) sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama

menentukan standa pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum. Setiap institusi

pendidikan diberikan hak untuk mengeksplorasi pengembangan kurikulum sesuai

kondisi geografis, sosial, serta cultural sesuai kebutuhan yang ada.

Dengan mekanisme penyusunan tersebut, dapat membuka ruang emansipasi

serta menghilangkan potensi hegemoni dan dominasi yang mungkin dapat terjadi.

Dengan demikian arah pendidikan mampu terintegrasi dalam pemahaman

(understanding) menuju konsensus. Diskursus sendiri harus melandaskan pada

argumentasi rasional yang dapat diuji validitasnya. Menghilangkan segala hal

pengaruh kepercayaan dan keyakinan yang sifatnya transendental.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

�� Universitas Indonesia

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Sebagai sebuah proses,

pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk kepribadian individu

dalam konteks aktualisasi diri, konteks bermasyarakat serta dalam konteks

bernegara. Manusia sebagai makhluk berakal budi mempunyai kebutuhan akan

nilai, norma, serta pengetahuan. Penyelenggaraan pendidikan, terutama

pendidikan formal harus mampu menjamin transfer nilai, norma serta

pengetahuan berjalan berdasarkan kebutuhan aktualisasi diri individu. Aktualisasi

diri sebagai sebuah subjek-nature manusia.

Pendidikan merupakan proses pembentukan karakter serta potensi manusia

sebagai individu yang unik. Pendidikan merupakan momentum untuk

memperoleh pencapaian kehidupan manusia. Membantu mengarahkan dan

memfasilitasi manusia dalam kehidupan personal maupun dalam kehidupan

bermasyarakat. Termasuk aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, serta berbangsa

dan bernegara.

Pendidikan persekolahan atau pendidikan formal termasuk salah satu jenis

pendidikan berdasarkan bentuknya. Pendidikan persekolahan atau pendidikan

formal adalah salah satu bentuk pendidikan yang dibuat dan diselenggarakan oleh

negara. Pendidikan persekolahan atau pendidikan formal merupakan pendidikan

bersistem, dimana terdapat kerangka-kerangka acuan yang dibentuk dan

diterapkan pada penerapan sistem pembelajarannya.

Dalam proses pendidikan ini dapat disimpulkan berdasarkan tiga tahap.

Tahap pertama adalah tahap masukan dimana pada tahap ini menyentuh

perencanaan pendidikan sebagai sebuah regulasi (termasuk dalam perencanaan

kurikulum) yang dibuat dan dicanangkan oleh Negara. Pada tahap ini perlunya

sebuah diskursus rasional yang mengajak seluruh unsur-unsur pendidikan untuk

berpartisipasi aktif dalam perencanaan tersebut. Penekanan terhadap ruang

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

komunikasi yang terbuka akan menciptakan kesetaraan dalam diskursus sehingga

meniadakan dominasi dan hegemoni serta membuka ruang emansipasi.

Tahap kedua adalah tahap penerapan/ implementasi dimana regulasi yang

telah direncanakan dalam sebuah rancangan pendidikan dijalankan dalam ruang-

ruang kelas. Implementasi akan menyentuh domain afektif dan kognitif.

Menciptakan posisi relasi antara guru dan peserta siswa. Peran teori komunikasi

Habermas adalah menciptakan ruang komunikasi dialogis antara guru dan siswa.

Komunikasi yang terbuka, setara, dan disertai dengan kepercayaan akan

menciptakan relasi komunikasi interaktif untuk merangsang kesadaran rasional

yang humanistik demi perkembangan kemampuan siswa.

Tahap ketiga adalah tahap keluaran dan evaluasi dimana setiap proses

pendidikan mengharapkan eksistensi manusia yang berlanjut ke dalam

masyarakat. Menjadikan pengetahuan bukan serta merta teori yang didapatkan

dibangku sekolah, melainkan pengetahuan yang mampu menciptakan transformasi

sosial. Pengetahuan dapat diaplikasikan dalam teknologi yang mampu

mempermudah kehidupan manusia. Bila dalam tahap ini perencanaan dan

penerapan pendidikan belum berjalan maksimal maka evaluasi mutlak diperlukan

agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara berkelanjutan.

Pemikiran Habermas memberikan dukungan teori dalam pendidikan

terutama relevansi teori komunikasi Habermas dengan KTSP. Habermas dan

KTSP dalam beberapa hal yaitu:

1. Menjadikan pendidikan sebagai pembelajaran kritis sebagai langkah

menciptakan kesadaran emansipatoris terhadap realitas sosial.

Habermas dan KTSP sama-sama mengusulkan terciptanya ruang

komunikas yang terbuka agar diskursus dalam tahap perencanaan,

pengajaran pendidikan, dan evaluasi yang tercipta lepas dari motif

penguasa, yaitu menjadikan pendidikan sebagai pembenaran

kebijakan penguasa.

2. Menciptakan pengajaran yang berbasis dan berorientasi terhadap

kebutuhan siswa. Disinilah Habermas dan KTSP sama-sama setuju

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

bahwa aspek komunikasi antara guru dengan siswa harus setara

(hubungan subjek dengan subjek). Pengajaran materi memerlukan

guru sebagai fasilitator dengan melihat siswa sebagai individu yang

memiliki potensi unik di dalam dirinya. Dengan terciptanya kondisi

pengajaran interaktif kesadaran kritis siswa dapat terbentuk sebagai

sebuah kesadaran rasional. Memberikan tempat agar siswa mampu

mengembangkan potensi yang dimiliki seluas-luasnya.

3. Habermas dan KTSP sama-sama menginginkan agar pendidikan

menghasilkan keluaran/ output berupa individu yang peka terhadap

kondisi realitas di dalam masyarakat. Keduanya sama-sama

menekankan bahwa pendidikan bukan hanya apa yang diajarkan di

ruang kelas, melainkan tindak lanjutnya berupa tindakan konkrit

yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Mampu membebaskan

masyakat dari ketertindasan yang ada. Dengan demikian

pengetahuan dapat dirasakan melalui tindakan-tindakan praktis.

Cita-cita awal KTSP yang sejalan dengan semangat gerakan reformasi

Indonesia diperkuat secara teoritis oleh teori komunikasi Habermas. Kesamaan-

kesamaan yang ada pada teori komunikasi Habermas secara tidak langsung

berimplikasi bahwa cita-cita KTSP sejalan dengan cita-cita teori komunikasi

Habermas. Teori komunikasi Habermas sebagai kritik terhadap modernisme

sejalan serta memperkuat KTSP sebagai sebuah kurikulum pendidikan.

5.2 Kritik dan Saran

Dalam teori komunikasi yang digagas oleh Habermas, seolah coba

menawarkan sebuah jalan keluar dari problem pendidikan, dominasi serta

hegemoni yang diterapkan oleh pemerintah dalam dunia pendidikan. Namun

nyatanya Habermas memiliki beberapa kekurangan yaitu:

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

1. Habermas menggunakan kacamata yang terlalu politis dalam melihat

kaitan antara pemerintah dengan masyarakat. Dalam kaitannya

dengan pendidikan Habermas terlalu naif melihat problem

pendidikan sebagai problem ideologi antara kaum borjuis/ penguasa

dengan masyarakat sehingga tidak mampu melihat keberagaman

aspek yang mungkin dapat ditemukan selain aspek politis. Seperti

aspek budaya.

2. Habermas seakan menawarkan jalan komunikasi sebagai satu-

satunya jalan penyelesaian melalui prosedural diskursus kemudian

tercapailah sebuah konsensus dalam kerangka demokrasi. Habermas

tidak melihat bahwa aspek disensus juga merupakan unsur penting

dalam menciptakan iklim demokrasi. Kerangka demokrasi

seharusnya diletakkan dalam kerangka fondasi yang labil guna

menghindarkan pada asas fondasional yang justru mengarah kepada

terbentuknya hegemoni dan dominasi baru.

3. Habermas seakan berupaya untuk menegasikan kebijakan

pemerintah. Terlalu curiga atas kebijakan pemerintah yang seolah

diandaikan oleh Habermas, pemerintah berusaha untuk mengarahkan

peserta didik untuk membenarkan kebijakan. Hal tersebut keliru,

karena Habermas tidak dapat memungkiri bahwa peran pemerintah

sangat besar dalam penyelenggaraan pendidikan terutama dalam hal

pembiayaan fasilitas pendidikan.

Lebih jauh penulis berusaha untuk merefleksikan kembali kondisi dunia

pendidikan nasional di era orde baru. Pemerintah pada saat itu menjadikan

pancasila sebagai alat pelanggeng kekuasaan. Upaya pelanggengan tersebut terjadi

di ruang kelas, di sekolah, di dalam kurikulum yang seharusnya memberikan

rangsangan pembelajaran kritis namun yang ada adalah pembelajaran pasif. Tidak

ada proses kegiatan belajar mengajar dengan dialog aktif, kritis, dan rasional.

Berusaha menyamaratakan pengajaran tanpa memandang potensi yang dimiliki

setiap individu.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Setelah reformasi 1998, dunia pendidikan seakan “alergi” terhadap

pengajaran pancasila yang pernah dilakukan sebelumnya. Traumatik terhadap

nilai-nilai pancasila yang dinilai akan kembali menjadi alat dominasi dan

hegemoni kaum penguasa. kondisi yang ada sekarang warga Negara telah

kehilangan identitas kebangsaan dan persatuan dengan berlandaskan terhadap

kebhinekaan. Hal ini kemudian rentan disusupi oleh ajaran-ajaran terorisme.

Saya setuju dengan pidato mantan presiden BJ Habibi ketika peringatan hari

kesaktian pancasila tahun 2011 yang menyatakan bahwa pancasila bukanlah milik

segelintir penguasa, bukanlah milik segelintir era pemerintah, melainkan milik

bangsa Indonesia seutuhnya. Ideologi pancasila harus diselenggarakan sebagai

identitas kebangsaan, merujuk teori komunikasi Habermas bahwa ruang

komunikasi harus terbuka dalam pengajaran pancasila. Keterbukaan interpretasi,

keterbukaan pemaknaan, keterbukaan proses belajar mengajar dalam pengajaran

pancasila. Dengan demikian akan menjaga ideologi pancasila bersih dari upaya

politisasi yang dilakukan untuk kepentingan penguasa dan golongan.

Reaktualisasi dan revitalisasi pengajaran Pancasila di sekolah bukan sekedar

mengajarkan Pancasila kembali, melainkan menghidupkan pengajaran nilai-nilai

kebangsaan sebagai sebuah bentuk pemaknaan nilai-nilai kehidupan. Pemahaman

mengenai nilai-nilai kebangsaan dan persatuan bukan sekedar pelajaran yang

harus dihafalkan melainkan upaya untuk menghayati kembali nilai-nilai Pancasila

sebagai ideologi bangsa yang terbuka pemaknaannya.

Penguatan kembali nilai-nilai Pancasila harus didukung oleh semua pihak yaitu

unsur-unsur pendidikan yang terkait. Pancasila sebagai sebuah ideologi

kebangsaan juga dituntut untuk mampu menjawab tantangan-tantangan global

tanpa adanya tendensi kepemilikan Pancasila kepada golongan-golongan tertentu

ataupun penguasa. Reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila harus didukung oleh

kurikulum pendidikan yang mumpuni dan berkelanjutan agar penanaman nilai-

nilai kebangsaan berjalan dinamis, terbuka dan berkelanjutan.�

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku Utama

Anwar, Kasful dan Hendra Harmi. (2011). Perencanaan Sistem Pembelajaran

KTSP. Bandung: Alfabeta.

Habermas, J. (1973). Theory and Practice (J. Viertel, Trans.). Boston: Beacon.

1973

----------------. (1975). Legitimation Crisis (T. McCarthy, Trans.). Boston: Beacon.

----------------. (1984). The Theory of Communicative Action, Vol. 1: Reason and

the Rationalization of Society (T. McCarthy, Trans.). Boston: Beacon.

----------------. (1989). The Structural Transformation of the Public Sphere: An

Inquiry into a Category of Bourgeois Society (T. B. a. F. Lawrence,

Trans.). Cambridge, MA and London: MIT Press. (Original work

published in 1962.).

----------------. (1990). Moral Consciousness and Communicative Action (C. a. N.

Lenhardt & Shierry Weber, Trans.). Cambridge, MA and London: MIT

Press.

----------------. (1998). On the Pragmatics of Communication (M. Cook, Ed.).

Cambridge, MA, and London: MIT press.

----------------. (1996). Between Facts and Norms: Contributions to a Discourse

Theory of Law and Democracy (W. Rehg, Trans.). Cambridge, MA and

London: MIT Press.

Mulyasa. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Buku-Buku Penunjang

Apple, Michael W. (2004). Ideologi and Curriculum. New York:

RoutledgeFalmer.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Bertens. (1981). Filsafat Barat Dalam Abad XX. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Best, Steven dan Kellner, Douglas. (1991). Postmodern Theory. New York:

Guilford Press.

Dale, Roger. (1989). The State and Education Policy. Milton Keynes. UK: Open

University Press.

Dewey, J. (1916). Democracy and Education. New York: Free Press/Macmillan.

1916

Gahral Adian, Donny. (2001). Arus Pemikiran Kontemporer. Yogyakarta:

Jalasutra.

Gordon, James. (2005). Habermas: A Very Short Introduction. New York: Oxford

University Press.

Hardiman, F. Budi. (2007). Filsafat Modern: Dari Machiavelli Sampai Nietzsche.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Morrow, Raymond Allen dan Carlos Alberto Torres. (2002). Reading Freire and

Habermas: critical pedagogy and transformative sosial change. New

York: Teachers College.

Nazir, Muhammad. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

O’Neill, William F. (2001). Ideologi-Ideologi Pendidikan, Trans and edit. Omi

Intan Naomi. California: Goodyear Publishing Company.

Palmer, Joy A. (2003). 50 Pemikir Pendidikan: Dari Piaget Sampai Masa

Sekarang. Trans and edit. Farid dan Hari. Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Patricia White. (1983). Beyond Domination. New York: Routledge.

Rusman. (2009) Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Thomassen, Lasse. (2010). Habermas: A Guide For The Perplexed. New York:

Continuum International.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA KTSP SEBAGAI KURIKULUM

���

Universitas Indonesia

Tilaar. (1999). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ward, Glen. (2003). Teach yourself postmodenisme, Mc. Graw Hill.

Whitehead, Alfred North. (1967). The Aims of Education. New York: The Free

Press.

William, Gorden. (1987). Communication: Personal and Public. Sherman Oaks,

CA: Alfred.

Wingo, G Max. (1974). Philosophies of Education: An Introduction. New Delhi:

Sterling Publishers.

Undang-Undang

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

----------------. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

----------------. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta.

----------------. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta.

----------------. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tentang

Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta.

KTSP sebagai..., Hery Dwi Prasetyo, FIB UI, 2011