umkm sebagai upaya penanggulangan kemiskinan

12
UMKM SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN Untuk Memenuhi Tugas Seminar Ekonomi Akuntansi Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Harsono, M.S. Program Studi Pendidikan Akuntansi Disusun Oleh : AHMAD JUMANTO A 210 100 129 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: anto-damha

Post on 20-Jan-2016

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

UMKM SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Untuk Memenuhi Tugas Seminar Ekonomi Akuntansi

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Harsono, M.S.

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

AHMAD JUMANTO

A 210 100 129

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

UMKM SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Oleh : Ahmad Jumanto

A210100129

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah yang hingga hari ini menarik

untuk didiskusikan dan pencarian solusi pemecahannya. Kemiskinan di

negeri ini telah menjadi masalah kronis yang menyebabkan adanya

kesenjangan dan pengangguran. Peta kemiskinan masyarakat yang lebih

banyak tersebar dipedesaan menjadikan persoalan ini semakin sulit

dalam mendefinisikan problematika kemiskinan, maka tentunya dalam

upaya pengentasannya pun akan menemui berbagai kendala teknis

dilapangan.

Isu kemiskinan merupakan masalah multidimensional yang

sering disimbolisasikan sebagai fenomena sosial. Masalah kemiskinan di

Indonesia dapat dilihat pada penggambaran bahwa kemiskinan

diperlihatkan pada 1) kepemilikan aset yang rendah; 2) terbatasnya akses

masyarakat terhadap prasarana dan sarana dasar seperti transportasi,

komunikasi, informasi, pasar, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan;

3) kelompok miskin tidak berdaya dan diam karena tekanan faktor-faktor

politik dan budaya; 4) rendahnya keterlibatan dalam kegiatan ekonomi

produktif; 5) rendanya tingkat partisipasi masyarakat dalam kebijakan

publik; 6) sistem pemerintahan yang kurang baik telah mengakibatkan

ketidakberdayaan dan pemiskinan; 7) bencana alam, seperti banjir, tanah

longsor, gempa bumi, kekeringan dan lain sebagainya; 8) pelaksanaan

otonomi daerah dalam masa transisi telah menyebabkan terjadinya

mismanagement dan penyimpangan mulai dari aras nasional sampai di

aras paling bawah sistem pemerintahan; 9) kebijakan pembangunan pada

masa lalu dirasakan belum berpihak kepada kelompok miskin (pro poor

Page 3: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

policy), khususnya dalam kebijakan pemanfaatan sumberdaya alam

maupun sistem keuangan (Wrihatnolo, 2008:32).

Susiana (2003:53) mengutip pendapat Robert Chambers yang

menyatakan, inti dari masalah kemiskinan terletak pada apa yang disebut

sebagai deprivation trap atau jebakan kekurangan. Deprivation trap itu

terdiri dari lima ketidakberuntungan yang melilit kehidupan keluarga

miskin, yaitu (1) kemiskinan itu sendiri, (2) kelemahan fisik, (3)

keterasingan, (4) kerentanan, dan (5) ketidakberdayaan. Kelima

ketidakberuntungan itu saling terkait satu sama lain sehingga menjadi

deprivation trap. Kelima jenis ketidakberuntungan ini, Chamber

menganjurkan agar dua jenis ketidakberuntungan pada keluarga miskin

yang patut diperhatikan, yaitu kerentanan dan ketidakberdayaan, karena

keduanya sering menjadi sebab keluarga miskin menjadi lebih miskin.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan basis

kekuatan ekonomi kerakyatan yang cukup tangguh menghadapi krisis.

Terbukti pada krisis ekonomi Asia tahun 1997, dimana sektor UMKM

kemudian dapat menyerap tenaga kerja ditengah-tengah banyaknya

pengangguran akibat bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar.

Disamping itu juga UMKM dapat menjaga stabilitas ekonomi domestik,

karena sifatnya yang madiri dan tidak menggantungkan diri pada kondisi

ekonomi makro.

Hanya saja kondisi saat ini UMKM terutama didaerah masih

ditempatkan pada poros sub-ordinat dalam kegiatan ekonomi nasional.

Usaha ini tergolong jenis usaha marjinal, yang antara lain ditunjukkan

oleh penggunaan teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan

kadang akses terhadap kredit yang rendah, serta cenderung berorientasi

pada pasar lokal. Studi yang dilakukan di beberapa negara menunjukkan

bahwa usaha mikro kecil mempunyai peranan yang cukup besar bagi

pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja melalui penciptaan

lapangan pekerjaan, penyediaan barang dan jasa dengan harga murah,

serta mengatasi masalah kemiskinan. Disamping itu, usaha mikro juga

Page 4: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

merupakan salah satu komponen utama pengembangan ekonomi lokal

dan mampu memberdayakan kaum perempuan dalam meningkatkan

bargaining position perempuan dalam keluarga.

Mencermati kondisi tersebut, sudah selayaknya kemudian peran

UMKM tersebut dilihat sebagai salah satu peluang dalam menanggulangi

kemiskinan. Terutama pengembangan UMKM yang banyak tersebar

didaerah, maka strategi penanggulangan kemiskinan melalui

pemberdayaan kondisi UMKM perlu dioptimalkan.

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana fenomena kemiskinan di Indonesia ?

b. Bagaimana peran dan posisi strategis UMKM ?

c. Bagaimana strategi pemberdayaan UMKM sebagai strategi

penanggulangan kemiskinan ?

3. Tujuan

a. Mengetahui fenomena kemiskinan di Indonesia.

b. Mengetahui peran dan posisi strategis UMKM.

c. Mengetahui strategi pemberdayaan UMKM sebagai strategi

penanggulangan kemiskinan.

4. Metode

Penulisan makalah ini menggunakan metode tela’ah pusataka,

dimana data diambil dari media internet, buku, e-book, dan surat kabar.

B. Kajian Pustaka

1. Kemiskinan

Kemiskinan dapat diterjemahkan sebagai ketidakmampuan

memenuhi kebutuhan. Lawrence M. Mead dalam tulisannya, Poverty dan

Political Theory mengatakan bahwa kemiskinan tidak hanya berkaitan

dengan mereka yang memiliki pendapatan rendah, namun juga yang

dianggap gagal memenuhi fungsi sosial yang diharapkan, seperti berhenti

sekolah, melanggar hukum, tidak bekerja walaupun mampu bekerja.

Mead juga menambahkan bahwa penyebab gaya hidup demikian masih

menjadi kontroversi (Mead, 1996; 2 dalam Wrihatnolo, 2008:32).

Page 5: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Amartya Sen (dalam Meliala 2012:9-21) menyatakan bahwa

“keterbelakangan aksesibilitas menjadi penyebab kemiskinan,

keterbelakangan tersebut menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan

pilihan untuk mengembangkan hidupnya”.

May (2001) yang dikutip dalam Darwin (2005:27)

menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan; ketidakterjaminan

pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas

perumahan dan aset-aset produktif, ketidakmampuan memelihara

kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya

perilaku anti sosial (anti social behaviour), kurangnya dukungan jaringan

untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastuktur dan

keterpencilan, serta ketidakmampuan keterpisahan.

Dalam kemiskinan juga dikenal tingkatan kemiskinan, yakni

kemiskinan absolut yaitu kemiskinan masyarakat yang dalam standar

kelayakan hidup berada dibawah garis kemiskinan, dan biasanya konstan

sepanjang waktu. Serta kemiskinan relatif, dalam artian bahwa derajat

kesejahteraan masyarakat yang cenderung relatif, bahwa bisa jadi

seseorang dikatakan miskin namun hak-hak dasarnya sudah terpenuhi

(Darwin, 2005:22).

Kemudian faktor penyebab kemiskinan juga dapat dilihat pada

hasil studi literatur, ada empat yaitu 1) Faktor budaya, yakni individu

yang terjebak pada kebiasaan hidup yang menyebabkan mereka terjebak

pada kemiskinan; 2) Faktor Struktural, dimana kemiskinan masyarakat

lebih disebabkan kebijakan publik yang tidak berpihak pada masyarakat;

3)Faktor Alam, bahwa dalam hal ini kemiskinan disebabkan oleh faktor

ekologis misalnya daerah yang tidak subur, tandus, kering dsb; 4) Faktor

Konflik Sosial Politik atau Perang, persoalan ini sudah tentu akan

membawa munculnya kemiskinan di masyarakat karena konflik dan

perang akan mematikan sumberdaya yang ada (Darwin, 2005:28).

Page 6: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang UMKM

yang menyebutkan bahwa :

1) Usaha Mikro, adalah Usaha produktif milik orang perorangan dan

atau badan usaha perorangan. Memiliki kekayaan bersih paling

banyak 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan dan hasil

penjualan tahunan paling banyak 300 juta rupiah.

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan maupun kelompok. Memiliki

kekayaan bersih lebih dari 50 juta rupiah sampai 500 juta rupiah, dan

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai

2,5 milyar rupiah.

3) Usaha Menengah adalah usaha produktif yang memiliki kekayaan

bersih lebih dari 500 juta rupiah sampai paling banyak 10 milyar

rupiah, dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 2,5 milyar

rupian sampai paling banyak 50 milyar rupiah.

Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,

yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UM),

adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan

memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara

itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara

Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp

200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan

(dalam Syarief, 2011:13).

C. Pembahasan

1. Fenomena Kemiskinan di Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk

miskin terus menurun secara konsisten. BPS mencatat, pada 2010 jumlah

penduduk miskin Indonesia mencapai 34,96 juta jiwa atau sekitar 15,42

Page 7: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

persen dari total penduduk, sementara di 2012 jumlah penduduk miskin

mencapai 31,02 juta jiwa atau 13,33 persen.

Artinya, jika merujuk pada data BPS, sepanjang 2010 hingga

2012 jumlah penduduk miskin di Indonesia telah berkurang sebesar 3,94

juta jiwa. Menariknya, laporan BPS ini ternyata sejalan dengan hasil

hitung-hitungan Bank Dunia. Dengan menggunakan batas kemiskinan

sebesar 1,25 dollar AS, Bank Dunia melaporkan bahwa tingkat

kemiskinan di Indonesia sepanjang 2010 hingga 2012 menurun secara

konsisten dengan rata-rata penurunan mencapai 2,3 persen per tahun,

jauh lebih tinggi dibanding rata-rata penurunan hasil hitungan BPS yang

hanya sebesar 1 persen per tahun. Bahkan, rata-rata penurunan tingkat

kemiskinan di Indonesia bakal lebih besar lagi, menurut versi Bank

Dunia, jika garis kemiskinan yang digunakan sebesar 2 dollar AS, yakni

mencapai 4,2 persen per tahun.

Bahkan hingga tahun 2013 dinyatakan bahwa tingkat

kemiskinan nasional berkisar pada 11 persen menurut BPS. Hanya saja

konteks realitasnya di masyarakat persoalan kemiskinan masih banyak

ditemui, bahkan fenomena kelaparan, busung lapar, konflik karena

perebutan sumberdaya, keterbatasan akses pendidikan, kesehatan masih

sering dijumpai. Hal ini kontraporduktif dengan capaian perkembangan

ekonomi nasional yang berkisar 6-6,5 persen. Disamping itu persoalan

korupsi juga masih terus menghantui upaya pengentasan kemiskinan di

negeri ini (dalam BPS RI, 2013).

Mencermati kondisi ini, maka perlu kiranya memperhatikan

kondisi ekonomi masyarakat dalam bentuk Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) sebagai upaya menanggulangi kemiskinan melalui

pendekatan pemenuhan kapabilitas masyarakat (capability approach).

Kenapa melalui UMKM? seperti yang dijelaskan diatas bahwa UMKM

terbukti memiliki ketahanan terhadap krisis global, disamping itu juga

mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Hanya saja saat ini

masih diperhadapkan pada beberapa persoalan, maka sudah selayaknya

Page 8: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

pemerintah memberikan kebijikan keberpihakan pada kondisi UMKM

tersebut sebagai upaya membagun ekonomi kerakyatan.

2. Peran dan Posisi Strategis UMKM

Ketahanan UMKM terhadap krisis ekonomi global yang lalu

membuktikan bahwa UMKM bisa dijadikan salah satu strategi dalam

penanggulangan kemiskinan. Walaupun sebagian besar pelaku UMKM

ini masih berpusat pada sektor informal, namun hingga saat ini sektor ini

setidaknya mampu memberikan kontribusi pada perekonomian nasional

dengan perkembangannya dari tahun ketahun yang cenderung signifikan,

disamping itu perannya dalam penyerapan tenaga kerja, dan pada

gilirannya juga adalah peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Tercatat bahwa perkembangan UMKM hingga akhir tahun 2013

menunjukkan perkembangan yang positif, dimana menurut BPS hingga

tahun 2013 terdapat 56.534.592 UMKM. Tentu ini menjadi positif bagi

keberdayaan masyarakat yang terlibat dalam kelompok UMKM tersebut,

perkembangan ini juga cukup signifikan dimana tiap tahun

perkembangan UMKM diramalkan akan cenderung meningkat. Pada

posisi ini kemudian, perkembangan UMKM tentu bersinergi dengan

penyerapan tenaga kerja pada sektor ini.

Dimana pada penyerapan tenaga kerja hingga tahun 2013

menunjukkan sektor UMKM mampu menyerap hingga 107.657.509

tenaga kerja. Tentu nilai ini menjadi kabar gembira dimana tingginya

tingkat pengangguran yang ada dapat diserap pada sektor UMKM, jika

kemudian posisinya mampu didukung dengan pemberdayaan yang

dilakukan oleh pemerintah.

Sedangkan untuk sumbangsih UMKM dalam PDB

menunjukkan peningkatan yang cukup baik, dimana pada tahun 2012

sektor ini mampu menyumbang Rp. 4.303.571, dan pada tahun 2013

meningkat menjadi Rp. 4.869.568 artinya terjadi peningkatan pendapatan

sebesar Rp. 565.969 (diolah dari BPS RI, 2013).

Page 9: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Secara umum, UMKM memiliki peran yang besar di Indonesia

dan negara-negara berkembang lainnya. Peran UMKM tersebut secara

umum adalah:

a) Sebagai lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja

sehingga berpotensi mengurangi pengangguran dan kemiskinan,

b) Memberikan kontribusi kepada peningkatan Produk Domestik Bruto

(PDB) dan pertumbuhan ekonomi, dan

c) Berkontribusi kepada peningkatan ekspor sekaligus berpotensi

memperluas ekspor dan investasi (Dep. Keuangan RI: 2011).

Kondisi ini tentunya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan. Dengan

pemberdayaan terhadap UMKM dengan berorientasi pada persoalan yang

masih ditemui oleh kelompok UMKM ini terutama didaerah, yakni

modal, akses pasar dan kelembagaannya. Ditambah lagi kondisi

perdagangan bebas kedepan yang akan diterapkan, bukan tidak mungkin

jika sektor ini tidak dipersiapkan maka akan kembali membuka luas

kemiskinan di Indonesia.

3. Strategi Pemberdayaan UMKM Sebagai Strategi Penanggulangan

Kemiskinan

Sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dalam bentuk

tenaga kerja merupakan aset yang baik jika dioptimalkan

kemanfaatannya bagi kesejahteraan bersama. Melalui sentra UMKM

yang notabene adalah penggerak ekonomi kerakyatan, hari ini cenderung

tidak diperhatikan karena sektor ini lebih banyak bergerak pada sektor

usaha informal dimasyarakat. Namun seperti yang terjelaskan

sebelumnya, ternyata ketahanan sektor ini terhadap krisis, daya

penyerapan tenaga kerja, kemudian sumbangsihnya dalam peningkatan

PDB, sudah selayaknya sektor ini menjadi garda terdepan dalam

peningkatan usaha ekonomi masyarakat.

Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) tercatut

lima pilar dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia, yaitu 1)

Page 10: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Perluasan kesempatan; 2) Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat; 3)

Peningkatan Kapasitas; 4) Perlindungan Sosial; 5) Penataan Kemitraan

Global. Dalam dokumen tersebut terlihat bahwa orientasi yang dilakukan

sebagai pilar penanggulangan kemiskinan, melalui pendekatan

kapabilitas (capability Approach), yang mana memberikan penguatan

pada kapabilitas masyarakat miskin sebagai jalan keluar dari jeratan

kemiskinan (Wanto, 2011:4).

Sejalan dengan itu, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2008 tentang UMKM pasal 5, menyebutkan bahwa tujuan pemberdayaan

Koperasi dan UMKM adalah; 1) mewujudkan struktur perekonomian

nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan; 2) Menumbuhkan

dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh

dan mandiri; 3) meningkatkan peran UMKM dalam pembangungan

daerah dan menciptakan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,

pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

Strategi pemberdayaan UMKM diarahkan kepada pembangunan

kompetensi inovasi dan teknologi sehingga dapat lebih berperan dalam

mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta dapat

meningkatkan posisi tawar dan efisiensi usaha secara lebih terstruktur

dan terlembaga melalui perkoperasian. Untuk itu, pertu diperbaiki

lingkungan usaha yang lebih kondusif bagi peningkatan daya saing

UMKM tersebut. Seiring dengan itu, perlu juga dilakukan peningkatan

akses usaha UMKM kepada sumber daya produktif, serta ditingkatkan

juga kapasitas, kompetensi, dan produktivitas usaha.

Sejalan dengan strategi tersebut dan dengan mempertimbangkan

kondisi internal maupun eksternal ke depan, maka arah kebijakan

prioritas bidang pemberdayaan UMKM , meliputi :

a) Peningkatan Iklim usaha yang kondusif bagi UMKM,

b) Peningkatan akses terhadap Sumber daya produktif,

c) Pengembangan produk dan pemasaran bagi UMKM,

d) Peningkatan daya saing SDM UMKM,

Page 11: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

e) Peningkatan Kelembagaan (Kumorotomo, 2008:8).

Melihat strategi yang dilakukan pemerintah terhadap

pemberdayaan UMKM tersebut, tentu sejalan dengan apa yang menjadi

pilar penanggulangan kemiskinan seperti yang tercantum dalam SNPK.

Sehingga hal ini akan menjadi sinergis terhadap peran UMKM dalam

upaya pengentasan kemiskinan. Karena seperti yang telah dijelaskan

bagaimana kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional.

Namun hal ini kembali lagi kepada komitmen stakeholder,

pengambil kebijakan, masyarakat, LSM dan semua pihak yang

berpengaruh dalam mengambil tindakan terhadap keberdayaan UMKM

terutama yang ada didaerah. disamping itu juga, perlu adanya tindakan

yang berkelanjutan dan ditunjang dengan adanya partisipasi masyarakat

dalam hal ini kelompok UMKM sendiri.

D. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Penanggulangan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM

memiliki potensi yang cukup baik. Sektor UMKM memiliki kontribusi

yang besar bagi penyerapan tenaga kerja, yaitu menyerap hingga

107.657.509 tenaga kerja. Demikian pula kontribusinya terhadap PDB juga

menunjukkan peningkatan cukup baik yaitu sekitar 30% per tahun. Upaya

untuk memajukan sektor UMKM tentu saja akan dapat meningkatkan

kesejahteraan para pekerja yang terlibat di dalamnya. Pengembangan

UMKM akan dapat menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja yang ada

sehingga dapat mengurangi angka pengangguran yang berdampak pada

menurunnya tingkat kemiskinan.

2. Saran

Peran UMKM perlu diperkuat dengan pemberdayaan yang dilakukan

oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pelaksanaanya, perlu adanya

kerjasama dengan berbagai pihak terkait misalnya pihak swasta, masyarakat,

dan juga pelibatan perguruan tinggi dalam upaya mengembangkan UMKM.

Page 12: Umkm Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statitik. 2013. Peranan UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan PDB. Jakarta: BPS

__________________. 2013. Struktur Persentasi Kemiskinan. Jakarta: BPS Darwin, Muhadjir M. 2005. Memanusiakan Rakyat : Penanggulangan

Kemiskinan Sebagai Arus Utama Pembangunan. Yogyakarta: Penerbit Benang Merah.

Departement Keuangan. 2011. Survei Peran UMKM Untuk Indonesia. Jakarta: Depkeu RI.

Kumorotomo, Wahyudi. 2008. Perubahan Paradigma Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, Makalah ditulis sebagai Background Study RPJMN Tahun 2010-2014 Bidang Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, Bappenas.

Meliala, Adrianus. 2012. “Masalah Kemiskinan dan Kejahatan Serta Respons Kebijakan Publik dalam Rangka Mengatasinya”. Dalam Jurnal Dialog Kebijakan Publik. Edisi 8/Desember/2012, hal.9-21

RI. 2008. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Jakarta: Sinar Grafika.

Susiana, Sali. 2003. Analisis Politik, Hukum, dan Ekonomi. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi, Sekratariat Jendral, DPR RI.

Syarief, Teuku. 2011. Prospek dan Kendala KUR dalam Mendukung Perkuatan Permodalan UMKM. Diskusi rutin pemberdayaan Koperasi dan UKM Kalangan Penelti dan pejabat struktural di lingkungan Kementerian Negara Koperasi dan UKM tanggal 7 Januari 2011.

Wanto, Alfi Haris. 2011. “Kebijakan Pemberantasan Kemiskinan di Indonesia, Mamahami Penyebab Serta Upaya Penanggulangannya”. Dalam Majalah Triwulan Perencanaan Pembangunan. Edisi 03/TahunXVII/2011.

Wrihatnolo, Randy R. 2008. “Refleksi Dampak Pemberdayaan Masyarakat Dalam Menanggulangi Kemiskinan”. Dalam Majalah Triwulan Perencanaan Pembangunan. Edisi 02/Tahun XIV/2008.