ulkus kornea ec jamur neno

31
REFERAT ULKUS KORNEA ET CAUSA JAMUR Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata RSAL Mintohardjo Pembimbing : dr. Sihol Enades, Sp.M Penyusun : Anindya Dinovita 030.07.021

Upload: nenovita

Post on 03-Jan-2016

179 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

REFERAT

ULKUS KORNEA ET CAUSA JAMUR

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas kepaniteraan klinik

Ilmu Penyakit Mata RSAL Mintohardjo

Pembimbing :

dr. Sihol Enades, Sp.M

Penyusun :

Anindya Dinovita

030.07.021

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 6 MEI 2013 - 8 JUNI 2013

Page 2: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1 Latar Belakang Masalah........................................................... 3

2 Tujuan........................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Anatomi dan Fisiologi Kornea................................................... 5

2 Definisi Ulkus Kornea............................................................... 8

3 Epidemiologi.............................................................................. 9

4 Etiologi...................................................................................... 10

5 Patofisiologi............................................................................... 11

6 Gejala dan Tanda....................................................................... 14

7 Diagnosis................................................................................... 15

8 Penatalaksanaan......................................................................... 17

9 Pencegahan................................................................................ 19

10 Komplikasi............................................................................... 19

11 Prognosis.................................................................................. 20

BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22

2

Page 3: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Vision 2020 “The Right to Sight” merupakan  sebuah program inisiatif

global untuk mengeliminasi kebutaan yang dapat dihindari, yang merupakan

program  gabungan World Helth Organization (WHO) dan International Agency

for the Prevention of Blindness (IAPB). Data WHO tahun 2004 menyebutkan

bahwa ada 45 juta penderita kebutaan di dunia, dimana sepertiganya berada di

Asia Tenggara. Hal ini berarti ada 12 orang menjadi buta tiap menit di dunia, dan

4 orang diantaranya berasal dari Asia tenggara, sedangkan di Indonesia

diperkirakan setiap menit ada satu orang menjadi buta. Sebagian besar tunanetra

di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah. 1,2

Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-

1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia menduduki peringkat ketiga di

dunia, yaitu mencapai 1,5% dari jumlah penduduk. Penyebab utama kebutaan 

adalah  katarak (0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), kelainan

di retina (0,13%), serta kelainan di kornea (0,10%).2

Berdasarkan  data di atas dapat dilihat bahwa penyakit pada kornea

menempati urutan  lima besar penyebab kebutaan di Indonesia. Data WHO tahun

2004 menyebutkan bahwa ulkus kornea merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang utama dalam pembangunann dunia yang dapat menyebabkan

morbiditas berkepanjangan, kehilangan penglihatan, dan dibanyak kasus

menyebabkan kehilangan kedua mata.2

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama

kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan

penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila penyebabnya ditetapkan secara

dini dan diobati secara memadai sehingga penatalaksanaan yang tepat dapat

mengurangi komplikasi yang ditimbulkan.1 Prevalensi kebutaan karena ulkus

kornea di Indonesia diperkirakan sebesar 0,1 persen, terutama disebabkan oleh

infeksi khususnya jamur dan bakteri.2

3

Page 4: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya

infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea

yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.3 Ulkus biasanya terbentuk akibat

infeksi oleh bakteri, jamur, virus atau protozoa, selain itu dapat disebabkan dari

non infeksi seperti reaksi dari bahan kimia, radiasi/suhu, sindrom sjorgen,

defisiensi vitamin A atau protein, obat-obatan (kortikosteroid, IDU (Iodo 2

dioxyuridine), anestesi lokal, golongan immunosupresif), exposure, neurotropik,

kelainan membrane basal karena trauma, dan reaksi hipersensitivitas seperti

granulomatosa wagener dan rheumathoid arthritis. Faktor risiko terbentuknya

antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa

kontak.

Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu sentral dan perifer.

Kebanyakan ulkus kornea terletak di sentral seperti ulkus kornea bakterialis, ulkus

kornea fungi, ulkus kornea virus, dan ulkus kornea acanthamoeba. Tapi beberapa

terjadi di perifer seperti ulkus marginal, ulkus mooren (ulkus serpinginosa

kronik/ulkus roden), dan ulkus cincin (ring ulcer).4 Meskipun awalnya superfisial,

namun ulkus dapat mengenai seluruh kornea. Batas yang maju menampakkan

ulserasi aktif dan infiltrasi, sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh.

Ulkus kornea e.c jamur adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur,

biasanya karena trauma dengan tumbuh-tumbuhan, tanah, atau karena pemakaian

kortikosteroid sembarangan yang menurunkan resistensi epitel kornea.3 Ulkus

kornea akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga berat,

fotofobia, dan penglihatan menurun. Diagnosis dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp. Pemeriksaan laboratorium seperti

mikroskopik dan kultur sangat berguna untuk membantu membuat diagnosis

kausa. 3

1.2. Tujuan

Penulisan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai

definisi, epidemiologi, gejala, tanda, diagnosis, dan penatalaksanaan ulkus kornea

et causa jamur.

4

Page 5: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang disisipkan ke sklera di limbus,

lekuk melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea dewasa

rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan

diameternya sekitar 11,5 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima

lapisan yang berbeda-beda yaitu lapisan epitel (yang bersambung dengan lapisan

epitel konjungtiva bulbaris), lapisan bowman, stroma, membran descement, dan

lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea

merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Apabila

kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang

dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:3

- Epitel

Tebalnya 50µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang

tindih: satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan

menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal

berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya

5

Gambar 1. Anatomi Mata

Page 6: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

melalui desmosom dan makula okluden, ikatan ini merupakan barrier

menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa.

Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat. Bila terjadi gangguan

akan menyebabkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

Ujung saraf kornea berakhir pada epitel sehingga gangguan epitel memberikan

gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal.

- Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan membran tipis

yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat untuk mempertahankan

bentuk kornea.

Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

- Stroma

Lapisan paling tebal dari kornea.

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan

lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer

serat kolagen ini bercabang. Terbentuknya kembali serat kolagen ini memakan

waktu lama kadang-kadang sampai 15 bulan.

Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di

antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat

kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

Bersifat higroskopis yang menarik air.

- Membran Descement

Merupakan membran aselular bersifat sangat elastik, kenyal, kuat, tidak

berstruktur dan bening, berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40µm.

6

Page 7: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

Pelindung dan barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.

- Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, besar 20-40µm.

Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula

okluden.4

Terdiri dari sel yang tidak mengalami regenerasi yang secara aktif memompa ion

dan air dari stroma untuk mengontrol hidrasi dan transparansi kornea.

Perbedaan antara kapasitas regenerasi epitel dan endotel penting. Kerusakan

lapisan epitel, misalnya karena abrasi, dengan cepat diperbaiki. Endotel yang

rusak karena penyakit atau pembedahan misalnya, tidak dapat beregenerasi.

Hilangnya fungsi sawar dan pompa menyebabkan hidrasi berlebihan, distorsi

bentuk regular serat kolagen, dan keruhnya kornea.

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui

berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya

yang uniform, avaskuler dan deturgesens. Deturgesens, atau keadaan dehidrasi

relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel

dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel

dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih

7

Gambar 2. Lapisan Kornea Gambar 3. Histologi Kornea

Page 8: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema

kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya

menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-

sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat

film air mata menjadi hipertonik, proses tersebut dan penguapan langsung adalah

faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisial untuk

mempertahankan keadaan dehidrasi. Penetrasi obat melalui kornea yang utuh

terjadi secara bifasik. Substansi larut lemak dapat melalui epitel utuh, dan

substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh. Jadi agar dapat melalui

kornea, obat harus larut lemak sekaligus larut air. 1

2.2. Definisi Ulkus Kornea

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya

infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea

yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.2

Ulkus kornea e.c jamur adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur,

biasanya karena trauma dengan tumbuh-tumbuhan atau karena pemakaian

kortikosteroid sembarangan yang menurunkan resistensi epitel kornea.4

2.3. Epidemiologi

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata

sebab kelainan ini merupakan salah satu penyebab utama kebutaan. Kekeruhan

kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri,

jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat

akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang

8

Gambar 4. Ulkus Kornea e.c. Jamur

Page 9: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

luas.3

Jaringan parut kornea merupakan penyebab umum kebutaan pada

komunitas berpenghasilan rendah, dan bertanggung jawab terhadap 5-20% dari

semua kebutaan. Penyebab penting kebutaan kornea bilateral adalah trachoma,

defisiensi vitamin A, oftalmia neonatorum, dan infeksi bakteri dan jamur.

Prevalensi kebutaan unilateral yang disebabkan oleh opasitas kornea dalam

komunitas berpenghasilan rendah diperkirakan berada di kisaran 5.000 hingga

20.000 orang per 1 juta penduduk.2,5

Insiden ulkus kornea di Indonesia tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000

penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain

terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak

diketahui penyebabnya.4 Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan

pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan.5

Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan

peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif

dan lensa kontak.

Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22

beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung komplikasi dari ulkus

kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan.

Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea,

yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara

ditemukan 61% laki-laki.6 Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya

kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya

trauma termasuk trauma kornea.

2.4. Etiologi

1. Jamur berfilamen (filamentous fungi); bersifat multiseluler dengan cabang-

cabang hifa.2

a. Jamur bersepta : Fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus

sp, Clodosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp,

Curvularia sp, Altenaria sp.

9

Page 10: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

b. Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.

2. Jamur ragi (yeast)

Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas: Candida albicans,

Cryptococcus sp, Rodotolura sp.7

3. Jamur difasik

Pada jaringan hidup membentuk ragi, sedangkan pada media perbiakan

membentuk misellium : Blastomices sp, Coccididies sp, Histoplasma sp,

Sporothrix sp.7

Di Asia Tenggara penyebab yang terbanyak adalah Aspergillus sp dan

Fusarium sp.

2.5. Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,

dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Kornea jernih sebab susunan

sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama

terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan

kornea segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh

10

Gambar 5. Jamur Berfilamen Gambar 6. Jamur Ragi

Gambar 7. Jamur Difasik Gambar 8. Fusarium Fungus Corneal Ulcer

Page 11: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

karenanya kelainan sekecil apapun di kornea dapat menimbulkan gangguan

penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 1

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak

segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.

Badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea,

segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi

pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.

Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit

polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak

sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan

permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah

ulkus kornea.5,8

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada

kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan

fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama

palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat

progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan

iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang

berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.

Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini

menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil

dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi

bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma

maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya

sikatrik.5

Perjalanan ulkus kornea dibagi 4 stadium:7

- stadium infiltrasi progresif

- stadium ulserasi aktif

- stadium regresif

- stadium penyembuhan/sikatrisasi

11

Page 12: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

Stadium Infiltrasi Progresif

Mikroorganisme mengalami kesulitan untuk melekat pada epitel, karena

epitel mempunyai permukaan yang licin, membran yang tidak dapat ditembus

mikroorganisme, dan ditambah dengan adanya refleks mengedip dari kelopak

mata. Tetapi dengan adanya penurunan alamiah ini maka kuman dapat melekat

pada permukaan epitel dan masuk ke dalam stroma melalui epitel yang rusak dan

melakukan replikasi.

Dalam waktu 2 jam setelah kerusakan kornea timbul reaksi radang yang

diawali pelepasan faktor kemotaktif yang merangsang migrasi sel

polimorphonuclear (PMN) ke stroma kornea yang berasal dari lapisan air mata

dan pembuluh darah limbus. Apabila tidak terjadi infeksi maka sel PMN akan

menghilang dalam waktu 48 jam dan epitel pulih dengan cepat.

Ciri khas stadium ini adalah terdapatnya infiltrat dari leukosit PMN dan

limfosit ke dalam epitel dan stroma. Ciri klinis pada epitel terdapat kekeruhan

yang berwarna putih atau kekuning-kuningan, edema dan akhirnya terjadi

nekrosis. Keadaan tersebut tergantung pada virulensi kuman, mekanisme

pertahanan tubuh dan pengobatan antibiotika.

Mikroorganisme akan difagosit oleh sel PMN. Sel ini akan mengeluarkan

enzim – enzim yang mencerna bakteri, dan juga merusak jaringan sekitarnya.

Stadium Ulserasi Aktif

Pada epitel dan stroma terjadi nekrosis, pengelupasan, dan timbul suatu

cekungan (defek). Jaringan sekitarnya terdapat infiltrasi sel radang, dan edema.

Pada pemeriksaan klinis terdapat kornea berwarna putih keabuan dengan dasar

ulkus yang nekrosis. Pada bilik mata depan timbul reaksi radang ringan atau

sampai terbentuk hipopion, dan blefarospasme pada kelopak mata. Penderita

mengeluh rasa nyeri, fotofobia, lakrimasi, dan penurunan tajam penglihatan.

Ulkus meluas ke lateral atau ke lapisan yang lebih dalam sehingga menimbulkan

descemetokel, atau bahkan sampai perforasi.

12

Page 13: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

Stadium Regresi

Pada stadium ini terjadi regresi dari perjalanan penyakit di atas, karena

adanya mekanisme pertahanan tubuh atau pengobatan. Ciri regresi tersebut antara

lain, berkurangnya keluhan rasa nyeri, fotofobia, lakrimasi dan keluhan – keluhan

lainnya. Secara klinis tampak infiltrat mengecil, batas ulkus lebih tegas, daerah

nekrotik mendangkal, tanda – tanda radang berkurang.

Stadium Penyembuhan / Sikatrisasi

Ada penyembuhan timbul epitelisasi dari semua sisi ulkus, fibroblast

membentuk stroma baru dan dilanjutkan dengan pengeluaran debris. Stroma baru

terbentuk dibawah epitel dan menebal, sehingga epitel terdorong ke depan.

Stroma tersebut mengisi seluruh defek, sehingga permukaan kornea yang

terinfeksi menjadi rata atau meninggalkan sedikit cekungan. Pada stadium ini

keluhan semakin berkurang, tajam penglihatan mulai membaik. Jaringan nekrotik

mulai diganti dengan jaringan fibrosa, pembuluh darah mulai timbul dan menutup

ulkus dengan membawa fibrosa. Bila penyembuhan sudah selesai, pembuluh

darah mengalami regresi. Jaringan sikatrik yang terjadi tidak transparan, tetapi

lama kelamaan kepadatannya akan berkurang terutama pada dewasa muda dan

anak – anak. Derajat sikatrisasi setelah ulkus bermacam – macam mulai dari

nebula, makula, dan leukoma.

13

Page 14: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

2.6. Gejala dan Tanda

Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea karena jamur meliputi

- Sensasi benda asing

- Meningkatnya rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada mata

- Pandangan mendadak kabur

- Mata menjadi merah (kemerahan yang tidak biasa)

- Lakrimasi

- Fotofobia

Tanda-tanda yang paling sering ditemukan pada pemeriksan slitlamp tidak

spesifik dan meliputi:

- Injeksi silier

- Defek epitel

- Adanya infiltrat dengan tepi yang meninggi, tekstur yang kasar, pigmentasi putih

keabu-abuan, plak endotel, dan tampilan cincin putih pada kornea dan lesi satelit

pada tepi fokus primer infeksi.

- Hipopion/ reaksi bilik mata depan

Gambar 10. Ulkus kornea dengan hipopion

14

Gambar 9. Kedalaman Ulkus Kornea

Page 15: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

Reaksi di atas timbul akibat investasi jamur pada kornea yang memproduksi

mikotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehingga terjadi nekrosis kornea dan

reaksi radang yang cukup berat.

2.7. Diagnosis

Diagnosis dari ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan laboratorium.

1. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan adanya faktor risiko yang dimiliki, seperti:2

- Trauma (misalnya, lensa kontak, benda asing). Dalam sebuah studi tentang

keratitis jamur dari Florida Selatan, trauma dengan terhadap sayuran

(tumbuhan) adalah faktor risiko utama pada 44% pasien

- Penggunaan kortikostreroid topikal

- Operasi kornea seperti keratoplasti, operasi katarak clear cornea (tanpa

benang), atau laser in situ keratomileusis (LASIK)

- Keratitis kronis karena herpes simpleks, herpes zoster, atau konjungtivitis

vernal.

- Laki-laki muda

- Riwayat trauma sebelumnya (terutama karena tumbuhan)

- Pekerjaan agricultural

Sedangkan faktor risiko untuk keratitis Candida adalah :

- Pasien tua

- Riwayat penyakit mata sebelumnya

- Exposure keratopathy

- Keratitis kronis

- Pemakaian steroid jangka panjang

- Penyakit immunosupresif

2. Pemeriksaan Oftalmologi

15

Page 16: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp atau kaca pembesar dan

pencahayaan terang. Harus diperhatikan pantulan cahaya saat menggerakkan

cahaya di atas kornea, daerah yang kasar menandakan defek pada epitel. Yang

dapat dilihat di slit lamp adalah injeksi siliaris, defek epitel, adanya infiltrat

dengan tepi yang meninggi, tekstur yang kasar, pigmentasi putih keabu-abuan,

plak endotel, dan tampilan cincin putih pada kornea dan lesi satelit pada tepi fokus

primer infeksi dan hipopion.

Cara lain untuk melihat ulkus adalah dengan tes fluoresein. Pada tes

fluoresein defek epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna hijau.

3.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosis kausa dan juga penting

untuk pemilihan terapi yang tepat dengan hasil kultur kerokan.

a. Melakukan Pemeriksaan Kerokan Kornea

Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula

kimura yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan

pewarnaan KOH, Gram untuk megidentifikasi ragi, Giemsa untuk mendeteksi

elemen jamur atau KOH + Tinta India, dengan angka keberhasilan masing-masing

20-30%, 50-60%, 60-75% dan 80%.

b. Biopsi Jaringan kornea

Bisa dilakukan bila hasil kultur negatif dalam waktu 48-72 jam pada pasien

yang diduga kuat memiliki infeksi jamur dan tidak juga membaik dengan terapi

16

Gambar 11. Uji Fluoresein positif pada defek epitel 8

Gambar 12. Infiltrat Satelit

Page 17: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

antibakterial. Biopsi dilakukan utnuk menegakkan diagnosis pasti. Caranya

diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.

2.8. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis

dari jamur. 9

a. Anti Jamur

1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya

Berikan topikal amphotericin B 0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,

Natamycin > 10 mg / ml, golongan imidazole.

2. Jamur berfilamen

topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin, imidazole.

3. Ragi (yeast)

Amphotericin B, Natamycin, imidazole

4. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati

Golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.

b. Siklopegik sebagai salap atau larutan

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.

Efek kerja sulfas atropine :

-          Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

-          Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

-          Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi

sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil,

terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan

mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru

Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha terakhir.

Steroid topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi awal. Terapi

bedah dilakukan bila tidak ada respon dengan pengobatan topikal dan anti jamur

yaitu :

17

Page 18: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

a. Debridement kornea

b. Flap konjungtiva, partial atau total

Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari

sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi

perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau

sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.

c. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak

berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu

penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam

penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

• Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

• Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

• Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

2.9. Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi

kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak

kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang

sangat buruk bagi mata.10

18

Gambar 13. Keratoplasti

Page 19: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam

mata

- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa

menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah

- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan

merawat lensa tersebut.

2.10. Komplikasi

Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan

komplikasi yaitu :6

1. Terbentuk jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata

2. Perforasi kornea

3. Iritis dan iridosiklitis

4. Descematokel

5. Glaukoma sekunder

6. Endoftalmitis atau panoftalmitis

7. Katarak

2.11. Prognosis

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat

lambatnya mendapat pertolongan dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus

kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan

kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya

mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi

lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan

penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat

terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi. 4

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan

pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode yaitu

migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan

pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh

19

Page 20: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu

adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan

granulasi dan kemudian sikatrik.

BAB III

KESIMPULAN

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata

sebab kelainan ini adalah salah satu penyebab kebutaan. Penyakit ini makin

banyak dijumpai pada pekerja pertanian dan kini makin banyak dijumpai pada

penduduk perkotaan sejak mulai dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan

mata.

Kebanyakan ulkus kornea karena jamur disebabkan oleh organisme

oportunis seperti candida fusarium, aspergillus, penicilium, cephalosporium, dan

lain-lain. Tidak ada ciri khas yang membedakan ulkus jamur ini.

Dengan penanganan sedini mungkin, keratitis pada kornea dapat sembuh,

tanpa harus terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi, dapat merusak kornea

secara permanen. Dan juga dapat mengakibatkan perforasi kornea, sehingga

menimbulkan penyebaran infeksi dan meningkatkan resiko kehilangan

20

Page 21: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

penglihatan yang permanen. Semakin terlambat pengobatan ulkus kornea, akan

menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan parut yang luas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, et al. 2007. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit

Buku kedokteran EGC.

2. Suhardjo. 2008. Kekeruhan Kornea. Accessed on May 18th, 2013.

Available at http://ugm.ac.id.

3. Singh, Daljit. 2011. Fungal Keratitis. Accessed on May 18th, 2013.

Available at http://emedicine.medscape.com.

4. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

5. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata

Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi II. Jakarta: Penerbit

Sagung Seto.

6. American Academy of Ophthalmology. 2006. External Disease and

Cornea Section 11. San Fransisco: MD Association.

21

Page 22: Ulkus Kornea Ec Jamur Neno

7. James, Bruce, Chew, Chris, Bron Anthony. 2006. Lecture Notes

Oftamologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

8. Lange Gerhard K. 2000. Ophtalmology. New York: Thieme.

9. Kansky, Jack J. 2007. Clinical Ophthalmology : A Systematic Approach.

Edisi 6. Philadelphia : Elsevier Butterworth-Heinemann.

10. Mills TJ. 2011. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis. Accessed on

May 18th, 2013. Available at http://emedicine.medscape.com.

11. Sunita A., Athiya G., David J. 2008. Textbook of Ophthalmology. USA:

Appleton & Lange.

22