ulkus kornea ec fungi
TRANSCRIPT
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
1/23
ULKUS KORNEA EC. FUNGI
I. PENDAHULUAN
Kornea adalah salah satu media refrakta sehingga manusia dapat melihat. Seorang ahlimata dapat melihat struktur dalam mata karena kornea bersifat jernih dan memiliki daya bias
sebesar 43D. Kornea memiliki mekanisme protektif terhadap lingkungan maupun paparan
patogen (virus, amuba, bakteri dan jamur). ampir semua organisme dapat menginvasi
stromakornea jika mekanisme pertahanan (termasuk palpebra, lapisan air mata, dan epitel
kornea) terganggu. Ketika patogen berhasil masuk dan membuat defek epitelial di kornea,
maka jaringan braditropik kornea akan merespon patogen spesifik dengan terjadi peradangan
pada kornea.(!, ")
#lkus kornea didefinisikan sebagai hilangnya epitel kornea dengan infiltrasi yang
mendasari dan supurasi dengan peradangan sekitarnya, dengan$tanpa hypopyon. #lkus
kornea adalah gangguan yang dapat mengan%am penglihatan, terdapat pada semua kelompok
umur dan jenis kelamin. &n%aman utama yang ditimbulkan oleh ulserasi kornea adalah
infeksi dan skar stroma, yang dapat mempersulit peradangan stroma akut maupun kronis.
'enting untuk segera mengenali ulserasi kornea dan untuk mengidentifikasi penyebab yang
mendasari, untuk menghindari gejala sisa yaitu kebutaan. #lserasi kornea mungkin sembuh
tanpa gejala sisa apapun, atau terjadi perforasi, atau meninggalkan kekeruhan yang jika
terdapat di sentral dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.(3, 4)
Di ndonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab
kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini
terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur dan virus dan bila
terlambat di diagnosis atau diterapi se%ara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma
dan meninggalkan jaringan parut yang luas. nfeksi jamur pada kornea merupakan masalah
tersendiri se%ara oftalmologik, karena sulit menegakkan diagnosis ini, padahal insidens
infeksi jamur pada kornea %ukup tinggi kemungkinan kejadiannya sesuai dengan lingkungan
masyarakat ndonesia yang agraris dan iklim kita yang tropis dengan kelembaban tinggi.
II. EPIDEMIOLOGI
enurut *+ (*orld ealth +rganiation), penyakit kornea merupakan antara
penyebab utama penurunan visus dan kebutaan, dengan katarak menduduki ranking pertama.
nsiden ulkus kornea di &sia sangat tinggi dibandingkan dengan bagian lain dari dunia.Sebuah studi retrospektif dari ndia selatan pada tahun !--3 menemukan kejadian ulkus !!3
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
2/23
per ! per tahun, ! kali lipat dari &S, sedangkan di /epal kejadian itu 0-- per !
.
Studi di &sia juga menunjukkan bah1a faktor risiko terbesar untuk ulserasi kornea adalah
abrasi kornea. Di /epal dan ndia, hanya 23 dan 2, masing5masing, dari semua pasien
dengan ulkus kornea memiliki abrasi sebelumnya, namun persentase ini mungkin rendah
karena bias. Di 6hutan, di mana -7 dari ulkus adalah bakteri, tidak ada ulserasi pada
pasien yang diobati dengan salep kloramfenikol ! setelah abrasi kornea.(2)
8ipe &spergillus merupakan tipe jamur penyebab keratomikosis tersering ditemukan
di seluruh dunia. Dari suatu studi di ndia, &spergillus ditemukan terbanyak dengan
persentase "054, diikuti 9usarium (53") dan spesis 'eni%illium ("5"-).(2)
#lkus kornea jamur paling banyak ditemukan pada pekerja pertanian. 8etapi kini
makin banyak dijumpai di antara penduduk perkotaan sejak mulai dipakainya obat
kortikosteroid dalam pengobatan mata. Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea jamur hanya
timbul bila stroma kornea kemasukan organisme dalam jumlah yang sangat banyak : suatu
peristi1a yang masih mungkin terjadi di daerah pertanian atau berhubungan dengan
pemakaian lensa kontak. ()
III. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
1. Anatomi
Kornea (latin %ornum ; seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus %ahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar pada persambungan ini
disebut sulkus skleralis.()
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
3/23
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
4/23
semakin menyatu karena aktivitas mitosis dalam lapisan sel basal. Sel5sel paling
superfisial melepaskan diri dari permukaan sebagai proses normal.
'ada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal berkaitanerat dengan sel basal di sampingnya dan sel polygonal di depannya melalui desmosom
dan ma%ula okludenA ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa
yang merupakan barrier.(0)
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. 6ila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. ?pitel berasal dari ektoderm
permukaan. embrana basal sel5sel berlapis epitel skuamosa menjadi perantara
sebelum membrana 6o1man. Bapisan ini sangat tahan tetapi tidak dapat melakukan
regenerasi. &kibatnya, %edera pada lapisan 6o1man biasanya menghasilkan sikatrik
pada kornea.(!)
". embrana 6o1man(0)
8erletak di ba1ah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Bapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Stroma adalah jaringan yang avaskular, sehingga dapat dilakukan pen%angkokan.
8ransplantasi kornea dapat dilakukan tanpa mengambil jaringan sebelumnya. 'eningkatan
risiko penolakan hanya perlu dikha1atirkan jika resipien kornea memiliki vaskularisasi
yang terjadi setelah %edera kimia atau peradangan. 'ada beberapa kasus pen%angkokan
memerlukan terapi imunosupresif dengan %y%losporin.(!)
Stroma terdiri atas lembaran yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya. 'ada permukaan terlihat anyaman yang teratur, sedang di bagian perifer serat
kolagen ini ber%abang. 8erbentuknya kembali serat kolagen memakan 1aktu lama yang
kadang5kadang sampai !2 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. (!)
4. Duas Layer
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
5/23
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
6/23
embran aselularA merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel
dan merupakan membran basalnya.
6ersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 4 um. embrana
des%ement adalah membran pada posterior kornea yang berdekatan dengan bilik matadepan.
embran des%ement merupakan membran yang relatif kuat yang akan mempengaruhi
bentuk ruang anterior bahkan bila stroma kornea telah benar5benar rusak. Karena
merupakan membran basal, jaringan yang hilang akan diregenerasi oleh sel endotel
fungsional.
. ?ndotel
6erasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal "54 um. ?ndotel
melekat pada membran des%ement melalui hemidesmosom dan onula okluden. ?ndotelium
kornea bertanggung ja1ab atas transparansi kornea. ?ndotelium kornea tidak mengalami
regenerasi, kerusakan endothelium akan ditutup oleh pembesaran sel dan migrasi sel. (!)
Kornea menerima suplai sensoris dari bagian oftalmik nervus trigeminus. Sensasi taktil
yang terke%il pun dapat menyebabkan refleks penutupan mata. Setiap kerusakan pada kornea
(erosi, penetrasi benda asing atau keratokonjungtivitis ultraviolet) mengekspose ujung saraf
sensorik dan menyebabkan nyeri yang intens disertai dengan refleks lakrimasi dan penutupan
bola mata involunter. 8rias yang terdiri atas penutupan mata involunter (blepharospasme),
refleks lakrimasi (epiphora) dan nyeri selalu mengarahkan kepada kemungkinan adanya
%edera kornea.(!)
2. Fisiologi Kon!a
9ungsi utama kornea adalah sebagai membran protektif dan sebuah Cjendela yang dilalui
%ahaya untuk men%apai retina. 8ransparansi kornea dimungkinkan oleh sifatnya yang
avaskuler, memiliki struktur yang bersifat deturgescence. Deturgescence, atau keadaan
dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa aktif bikarbonat dari endothelium
dan fungsi penghalang dari epitel dan endotel. ?ndotelium lebih penting daripada epitel
dalam mekanisme dehidrasi dan kimia atau kerusakan fisik pada endotelium ini jauh lebih
serius daripada kerusakan epitel. 'enghan%uran sel5sel endotel menyebabkan edema kornea
dan hilangnya transparansi. Di sisi lain, kerusakan epitel hanya bersifat sementara, edema
lokal dari stroma kornea yang membersihkan ketika sel5sel epitel beregenerasi. 'enguapan air
dari film air mata pre%orneal menghasilkan hipertonisitas film, bah1a proses dan penguapan
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
7/23
langsung adalah faktor5faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisial untuk
mempertahankan keadaan dehidrasi()
'enetrasi kornea utuh oleh obat adalah bifasik. Eat yang larut dalam lemak dapat
mele1ati epitel utuh dan at larut dalam air dapat mele1ati stroma utuh. #ntuk mele1ati
kornea, obat harus memiliki kemampuan larut dalam lemak dan larut dalam air.()
Seperti halnya lensa, sklera dan badan vitreous, kornea merupakan struktur jaringan yang
braditrofik, metabolismenya lambat dimana ini berarti penyembuhannya juga lambat.
etabolisme kornea (asam amino dan glukosa) diperoleh dari 3 sumber, difusi dari kapiler :
kapiler disekitarnya, difusi dari humor aFuous, dan difusi dari film air mata. (!)
8iga lapisan film air mata prekornea memastikan bah1a kornea tetap lembut dan
membantu nutrisi kornea. 8anpa film air mata, permukaan epitel akan kasar dan pasien akan
melihat gambaran yang kabur. ?nim lisosom yang terdapat pada film air mata juga
melindungi mata dari infeksi.(!)
Kornea menerima suplai sensoris dari bagian oftalmik nervus trigeminus. Sensasi taktil
yang terke%il pun dapat menyebabkan refleks penutupan mata.Setiap kerusakan pada kornea
(erosi, penetrasi benda asing atau keratokonjungtivitis ultraviolet) mengekspose ujung saraf
sensorik dan menyebabkan nyeri yang intens disertai dengan refleks lakrimasi dan penutupan
bola mata involunter. 8rias yang terdiri atas penutupan mata involunter (blepharospasme),
refleks lakrimasi (epiphora) dan nyeri selalu mengarahkan kepada kemungkinan adanya
%edera kornea.(!)
I". ETIOLOGI
Gamur penyebab infeksi pada kornea se%ara ringkas dapat dibedakan= (4, 0)
!. Gamur berfilamen (filamentous fungi)A bersifat multiseluler dengan %abang5%abang hifa.
Gamur bersepta=Fusarium spp, Acremonium spp, Aspergillus spp, Cladosporium spp,
Penicillium spp, Paecilomyces spp, Pialopora spp, Cur!ularia spp, Altenaria spp.
Gamur tidak bersepta="ucor spp, #i$opus spp, Absidia spp.
". Gamur ragi (yeast)
Gamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas= Candidaalbicans, Cryptococcus spp,
#odotolura spp.
3. Gamur difasik
'ada jaringan hidup membentuk ragi, sedang pada media perbiakan membentuk
miselium, misalnya %lastomices spp,Coccidiodidies spp, &istoplasma spp, 'porotri
spp. Keratitis fungal lebih jarang dibanding keratitis bakterial, se%ara umum gambarannya
kurang dari 25! infeksi kornea yang dilaporkan di klinik dari &merika Serikat.
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
8/23
". PATOFISIOLOGI
Keratomikosis dapat terjadi setelah terkena paparan bahan tanaman ke dalam mata,
biasanya disebabkan Aspergillus usarium dan spesies Cepalosporium. 'ada pasien
imunosupresi, infeksi jamur %enderung disebabkan oleh Candida dan ragi lainnya.(-)
8rauma akibat bahan5bahan dari tanaman atau tumbuhan faktor resiko yang penting
dari keratitis fungal. 'redisposisi utama adalah para petani yang menggunakan alat pemotong
rumput atau sejenisnya, tanpa memakai pelindung mata. Selain itu, trauma dihubungkan
dengan penggunaan kontak lensa yang merupakan faktor resiko umum yang lain untuk
terjadinya keratitis fungal. Kortikosteroid topikal adalah faktor resiko mayor lainnya,
Kortikosteroid topikal mengaktivasi dan meningkatkan virulensi jamur dengan mengurangi
resistensi kornea terhadap infeksi. eningkatnya penggunaan kortikosteroid topikal selama
akhir dekade keempat merupakan implikasi mayor penyebab meningkatnya insiden keratitis
fungal selama periode tersebut.(!, !!)
Selain itu, penggunaan kortikosteroid sistemik bisa mensupresi respon sistem imun,
karena itu merupakan predisposisi terjadinya keratitis fungal. 9aktor resiko lainnya adalah
termasuk operasi kornea (%ontohnya keratoplasti dan keratotomi radial), dan keratitis kronis
(%ontohnya herpes simpleks, herpes oster, atau vernal $ konjungtivitis alergi).(!)
Kebanyakan organisme fungi yang dihubungkan dengan infeksi pada mata terdapat
dimana5mana, organisme saprofit dan telah dilaporkan sebagai penyebab infeksi pada
literatur ophtalmologi. Gamur yang diisolasi dapat diklasifikasikan kedalam grup=
onilia%eae (jamur berfilamen tidak berpigmen, termasuk di dalamnya spesiesFusarium dan
Aspergillus), Dematia%eae (Gamur berfilamen berpigmen, termasuk didalamnya spesies
Cur!ularia andLasiodiplodia), dan yeasts (termasuk di dalamnya spesies Candida).(!")
Gamur men%apai ke dalam stroma kornea melalui kerusakan pada epitelium, kemudian
memperbanyak diri dan menyebabkan nekrosis pada jaringan dan menyebabkan reaksi
inflamasi. Kerusakan pada epitelium biasanya disebabkan dari trauma (%ontohnya,
penggunaan kontak lensa, benda asing, operasi kornea). +rganisme dapat menembus ke
dalam membran des%emet yang intak dan men%apai bagian anterior atau segmen posterior.
ikotoksin dan enim proteolitik menambah kerusakan jaringan yang ada.(!")
Keratitis fungal juga dapat terjadi sekunder dari endophthalmitis fungal. 'ada kasus
ini, organisme jamur dari segmen posterior menembus membran des%emet dan masuk
kedalam stroma kornea. &kumulasi ini dapat dilihat dalam bentuk klinis dan dapat ditemukan
pus atau pembentukan abses. +rganisme dan respon host berkontribusi terhadap kerusakan
kornea, termasuk ulserasi(!")
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
9/23
Ketika terjadi kerusakan pada epitel kornea yang terjadi oleh karena adanya suatu
agen dari luar yang menyebabkan terjadinya perubahan menjadi patologi dimana proses
terjadinya ulkus kornea dibagi dalam empat fase, yaitu = infiltrasi, ulserasi aktif, regresi dan
pembentukan sikatrik.(!3)
!. Stadium infiltrasi progresif
Stadium ini mempunyai karakter pada infiltrasinya dimana terdapat polimorfonuklear
dan$atau limfosit di dalam epitel yang berasal dari sirkulasi perifer yang dipa%u oleh
sel yang berasal dari batas disekitar stroma ketika jaringan ini juga terkena efeknya. (!3)
". Stadium ulserasi aktif
#lserasi aktif membuat nekrosis dan penipisan dari epitel, membrana 6o1man dan
stroma. Dinding yang mengalami ulserasi aktif membuat lamela menjadi bengkak
oleh karena adanya imbibisi dari %airan dan penumpukan leukosit di antara lapisan
tersebut.(!3)
3. Stadium regresi
>egresi diinduksi oleh mekanisme pertahanan tubuh alamiah dari tubuh dan
pengobatan yang sesuai dengan respon tubuh. 6atas tegas akan tampak di sekitar
ulkus, yang mana mengandung leukosit dan fagosit serta debris seluler nekrosis.
'roses ini dibentuk oleh vaskularisasi superfisial yang meningkat oleh respon imun
dan humoral.(!3)
4. Stadium sikatrik
'ada stadium ini proses penyembuhan berlangsung oleh progresifitas epitel yang akan
membentuk penutup permanen. Derajat skar dari proses penyembuhan bervariasi.
8ergantung apabila hanya pada daerah superfi%ial dan hanya pada epitel. Ketika ulkus
mengenai membrana 6o1man dan sedikit pada lamela stroma superfisial, maka akan
menimbulkan skar yang disebut dengan nebula, yang hanya terlihat apabila
menggunakan slit lamp, ma%ula (terlihat apabila menggunakan pen light dengan %ara
iluminasi oblik), sedangkan leukoma yang dapat terlihat se%ara langsung tanpamenggunakan alat.
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
10/23
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
11/23
9otofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris yang meradang. Dilatasi
pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea.
9otofobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena
hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik yang penting.
eskipun berair mata dan fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak
ada kotoran mata ke%uali pada ulkus bakteri purulen.(!4)
8anda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel yang
nampak pada pe1arnaan fluoresen. 6iasanya juga terdapat tanda5tanda uveitis anterior seperti
miosis, a*ueus lare (protein pada humor aFueus) dan kemerahan pada mata. >efleks aIon
berperan terhadap pembentukan uveitis, stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan
pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin, histamin dan asetilkolin. 'emeriksaan
terhadap bola mata biasanya eritema, dan tanda5tanda inflamasi pada kelopak mata dan
konjungtiva, injeksi siliaris biasanya juga ada. ?ksudat purulen dapat terlihat pada sakus
konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan opasitas
kornea ber1arna krem. #lkus biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan batas yang tegas.
'emeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda5tanda iritis dan hipopion.(!)
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
12/23
yang ireguler atau tepi filamentous. Besi5lesi superfisial tampak putih keabu5abuan diatas
permukaan kornea, kering, kasar, dan tekstur berpasir yang dapat dideteksi dengan mengosok
kornea. Kadang5kadang, multifokal atau infiltrat satelit dapat ditemukan, 1alaupun jarang
dilaporkan.(, !", !2)
"II. DIAGNOSIS
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang.(!", !)
!. &namnesis
Dari ri1ayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan oleh pasien,
dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat %ahaya,
kelopak terasa berat. Jang juga harus ditanyakan ialah adanya ri1ayat trauma, kemasukanbenda asing, pemakaian lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau autoimun, dan
penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
". 'emeriksaan fisis
a. isus
Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh karena
adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi %ahaya yang masuk ke
dalam media refrakta.
b. Slit lamp
Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan pada
kornea. iperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun
perikornea. 8anda yang umum pada pemeriksaan slitlamp yang tidak spesifik,
termasuk didalamnya=
njeksio konjungtiva
Kerusakan epitel kornea
Supurasi
nfiltrasi stroma
>eaksi pada bilik depan
ipopion
3. 'emeriksaan penunjang
a. 8es fluoresen.
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
13/23
'ada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. #ntuk melihat
adanya daerah yang defek pada kornea (1arna hijau menunjukkan daerah yang defek
pada kornea, sedangkan 1arna biru menunjukkan daerah yang intak).
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
14/23
"III. PENATALAKSANAAN
Sebelum pemberian terapi antimikotik, hendaklah dilakukan kerokan kornea terlebih
dahulu untuk mengurangi koloni jamur di kornea dan untuk membantu penetrasi agen anti
jamur.(!0)
Jang utama dalam terapi keratomikosis adalah mengenai jenis keratomikosis yang
dihadapiA bisa dibagi=(!0, !7)
a. 6elum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya.
b. Gamur berfilamen.
%. >agi(yeast).
d.
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
15/23
mengen%erkannya dengan akuades. +bat ini juga dianjurkan untuk keratitis
filamentosa kausa jamur tipe &spergillus sp.
b. /atamy%in (paramy%in) bersifat spektrum5luas terhadap organisme filamentosa seperti
polyene lain, tetapi dilaporkan lebih efektif terhadap 9usarium sp. 'engobatan topi%al
hendaklah diberikan selama minggu.(!)
". &ole (imidaole dan triaole) termasuk keta%onaole, mi%onaole, flu%onaole,
itra%onaole, e%onaole, dan klotrimaole.
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
16/23
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
17/23
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
18/23
!. Debridement.
". 9lap konjungtiva, partial atau total.
3. Keratoplasti.
8idak ada pedoman pasti untuk penentuan lamanya terapiA kriteria penyembuhan
antara lain adalah adanya penumpulan (blunting atau rounding5up) dari lesi5lesi ireguler pada
tepi ulkus, menghilangnya lesi satelit dan berkurangnya infiltrasi di stroma di sentral dan juga
daerah sekitar tepi ulkus. 'erbaikan klinik biasanya tidak se%epat ulkus bakteri atau virus.
&danya defek epitel yang sulit menutup belum tentu menyatakan bah1a terapi tidak berhasil,
bahkan kadang5kadang terjadi akibat pengobatan yang berlebihan. Gadi pada terapi
keratomikosis diperlukan kesabaran, ketekunan dan ketelitian.(!)
I$. DIAGNOSA %ANDING
1. Ul&'s &on!a !(. )a&t!i
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
19/23
aureus, '. pidermidis, 'treptococcus pneumoniaakan memberikan gambaran tukak yang
terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, ber1arna putih abu : abu pada ulkus yang
supuratif, daerah kornea yang tidak terkena akan tetap ber1arna jernih dan tidak terlihat
infiltrasi sel radang. 6ila ulkus disebabkan olehP. Aeroginosa maka ulkus akan terlihat
melebar se%ara %epat, bahan purulen ber1arna kuning hijau terlihat melekat pada
permukaan ulkus.(")
Se%ara klinis onset nyerinya sangat %epat disertai dengan injeksio konjungtiva,
fotofobia dan penurunan visus pada pasien dengan ulkus kornea bakterial, inflamasi
endotel, tanda reaksi bilik mata depan, dan hipopion sering ada. 'enyebab infeksi tumbuh
lambat, organisme seperti my%obakteria atau bakteri anaerob infiltratnya tidak bersifat
supuratif dan lapisan epitel utuh. 'enggunaan kortikosteroid, kontak lensa, graft kornea
yang telah terinfeksi kesemuanya merupakan predisposisi terjadinya infeksi bakterial. (")
". Ul&'s &on!a !(. "ial
+leh virus, ulkus lebih sering disebabkan oleh virus &erpes simples, &erpes
/oster, Adeno!itus. erpes virus menyebabkan ulkus dendritik yang bersifat rekuren pada
tiap individu, akibat reaktivasi virus laten di gangglion
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
20/23
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
21/23
diagnosis mikrobiologi yang lebih a1al memiliki prognosis yang baikA bagaimana pun,
kontrol dan eradikasi infeksi yang meluas didalam sklera atau struktur intraokular sangat
sulit. Diperkirakan satu dari ketiga infeksi jamur gagal terapi pengobatan atau perforasi
kornea.(!")
DAFTAR PUSTAKA
!. Bang
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
22/23
-
8/11/2019 Ulkus Kornea Ec Fungi
23/23
!-. *ilson S&, Bast &. anagement of %orneal abrasions. 8he &meri%an &%ademy of
9amily 'hysi%ians. "4=!"357.
". lyas S, Julianti S>. ata merah dengan penglihatan turun mendadak. lmu 'enyakit
ata. 4 ed. Gakarta= 9K#A "!". p. !4-57".