os ulkus kornea ec suspek bakterial dd endoftalmitis
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Ulkus (tukak) kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan.. Ulkus kornea biasanya merupakan ulkus infeksi akibat
kerusakan pada epitel. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel
radang. 1
Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel,
perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan
menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutuaan nomor dua
di Indonesia. 1
Perjalanan penyakit tukak kornea dapat terlihat infiltrasi sel leukosit dan
limfosit, terbentuknya sitokin (sel-sel radang), migrasi netrofil dari pembuluh
darah ke kornea perifer. 1
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang
biasanya terjadi akibat infeksi setelah trauma atau bedah atau endogen akibat
sepsis, berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di
dalamnya.1
ANATOMI BOLA MATA
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu: 2
1
a. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sklera disebut cornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata.
b. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris, badan
siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat
mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot dapat mengatur
jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot dilatatur, sfingter iris dan
otot siliar. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik
mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan sklera.
c. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik
dan diteruskan ke otak.
ANATOMI KORNEA
Kornea adalah jaringan transparan, tembus cahaya, menutupi bola mata
bagian depan. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah,
sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm. 2
Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai enam lapisan: lapisan epitel
(yang bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman,
stroma, Dua’s layer atau membrane pre-Descement, membran Descement, dan
lapisan endotel. 2,3
2
Lapisan kornea : 2,3
1. Epitel
- Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.
3
- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur,
sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15
bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas
terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk
bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
trauma.
4. Dua’s layer atau membrane pre-Descement
- Suatu lapisan yang kuat, tidak bersel, terletak sebelum membrane
Descement.
- Tebalnya 10.15±3.6 micron.
- Terdiri dari 5-8 lamela kolagen tipe 1 yang tersusun secara transversal,
longitudinal, dan oblik.
5. Membran Descement
- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
- Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 m.
6. Endotel
- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, besar 20-
40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden.
4
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. 2
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga terjadi dekompensasi endotel dan edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi. 2
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutupi bola
mata di bagian depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk dilakukan oleh kornea. 2
5
BAB II
ULKUS KORNEA
2.1 Definisi
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea
dapat terjadi dari epitel sampai stroma. 1,4
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang
tepat dan cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi
seperti desmetokel, perforasi, endoftalmitis. 1,4,5
2.2 Etiologi
Ulkus biasanya terbentuk akibat; infeksi oleh bakteri (misalnya
stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus (misalnya herpes)
atau protozoa akantamuba, selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik,
degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler. Kekurangan vitamin A atau
protein, mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan
melembabkan kornea). Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata,
ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak. 1,4,5
2.3 Patofisiologi
Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami
gangguan, resiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti
trauma langsung pada kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear
film yang mengganggu keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia
akibat pemakaian lensa kontak. Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea
bersifat antigen dan akan melepaskan enzim dan toksin. Hal ini akan
mengaktifkan reaksi antigen antibody yang mengawali proses inflamasi. Sel-sel
PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit bakteri.
Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses
degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini,
6
dapat terjadi perforasi menyebabkan endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh,
dapat timbul jaringan sikatrik yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan.
Bakteri gram positif lebih banyak menjadi penyebab infeksi bakterialis di dunia
bagian selatan. Pseudomonas aeruginosa paling banyak ditemukan pada ulkus
kornea dan keratitis karena lensa kontak. 1,4,5
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2
bentuk tukak pada kornea, yaitu sentral dan marginal/perifer. Tukak kornea
sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus, sedangkan perifer
umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi
pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok aureus, H.
influenza, dan M. lacunata. 1,4,5
2.4 Jenis
2.4.1 Ulkus Kornea Sentral
Ulkus kornea sentral dapat disebabkan oleh pseudomonas, streptococcus,
pneumonia, virus, jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus kornea secara umum
adalah dengan pemberian antibiotika yang sesuai dan sikloplegik. Pembentukan
parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan
penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat
dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan
diobati secara memadai. Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S
pneumonia. Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat
sistemik dan lokal (sekurang-kurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi,
dan virus opurtunistik cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea
daripada S pneumonia. 1
Ulkus sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada
epitel. Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus vaskuler. Hipopion biasanya (tidak
selalu) menyertai ulkus. Hipopion adalah pengumpulan sel-sel radang yang
tampak sebagai lapis pucat di bagian bawah kamera anterior dan khas untuk ulkus
sentral kornea bakteri dan fungi. Meskipun hipopion itu steril pada ulkus kornea
7
bakteri, kecuali terjadi robekan pada membran descemet, pada ulkus fungi lesi ini
mungkin mengandung unsur fungi. 1
Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus kornea yang khas biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja
di bidang konstruksi, industri, atau pertanian yang memungkinkan terjadinya
cedera mata. Terjadinya ulkus biasanya karena benda asing yang masuk ke mata,
atau karena erosi epitel kornea. Dengan adanya defek epitel, dapat terjadi ulkus
kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang terdapat pada
konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea bakteri
mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama
berlaku untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya Streptococcus
alfa-hemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia,
dan M fortuitumchelonei), yang menimbulkan ulkus indolen yang cenderung
menyebar perlahan dan superficial. 1
Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak
memiliki ciri khas. Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan
sembab dan biasanya terdapat hipopion yang berukuran sedang. Kerokan
memperlihatkan kokus gram (+) dalam bentuk rantai. Obat-obat yang disarankan
untuk pengobatan adalah Cefazolin, Penisillin G, Vancomysin dan Ceftazidime. 1
Ulkus kornea sentral yang disebabkan Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolyticus kini lebih sering
dijumpai daripada sebelumnya, banyak diantaranya pada kornea yang telah
terbiasa terkena kortikosteroid topikal. Ulkusnya sering indolen namun dapat
disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada kornea sekitar. Ulkus ini sering
superficial, dan dasar ulkus teraba padat saat dilakukan kerokan. Kerokan
mengandung kokus gram (+) satu-satu, berpasangan, atau dalam bentuk rantai.
Keratopati kristalina infeksiosa telah ditemukan pada pasien yang menggunakan
kortikosteroid topikal jangka panjang, penyebab umumnya adalah Streptococcus
alfa-hemolyticus. 1
8
Ulkus Kornea Fungi
Ulkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian,
kini makin banyak diantara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat
kortikosteroid dalam pengobatan mata. Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea
fungi hanya timbul bila stroma kornea kemasukan sangat banyak mikroorganisme.
Mata yang belum terpengaruhi kortikosteroid masih dapat mengatasi masukkan
mikroorganisme sedikit-sedikit. 1,6
Ulkus fungi itu indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial, dan lesi-lesi satelit
(umumnya infiltrat, di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama laserasi). Lesi
utama merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur dibawah lesi kornea
utama, disertai dengan reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea. 1,6
Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organisme oportunistik seperti
Candida, Fusarium, Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan lain-lain.
Tidak ada cirri khas yang membedakan macam-macam ulkus fungi ini. Kerokan
dari ulkus kornea fungi, kecuali yang disebabkan Candida umumnya mengandung
unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya mengandung pseudohifa
atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas. 1,6
2.4.2 Ulkus Kornea Perifer
Ulkus Dan Infiltrat Marginal
Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.
Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun
khususnya blefarokonjungtivitis stafilokokus. Ulkus timbul akibat
sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh limbus
bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.
Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong
terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada akhirnya menjadi
ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri umumnya
setelah 7 sampai 10 hari. Terapi terhadap blefaritis umumnya dapat
mengatasi masalah ini, untuk beberapa kasus diperlukan kortikosteroid
topikal untuk mempersingkat perjalanan penyakit dan mengurangi gejala.
9
Sebelum memakai kortikosteroid perlu dibedakan keadaan ini yang
dulunya dikenal sebagai ulserasi kornea catarrhal dari keratitis marginal. 1,5
Ulkus Mooren
Penyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun. Ulkus
ini termasuk ulkus marginal. Pada 60-80 kasus unilateral dan ditandai
ekstravasi limbus dan kornea perifer yang sakit dan progresif dan sering
berakibat kerusakan mata. Ulkus mooren paling sering terdapat pada usia
tua namun agaknya tidak berhubungan dengan penyakit sistemik yang
sering diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsive terhadap antibiotik
maupun kortikosteroid. Belakangan ini telah dilakukan eksisi konjungtiva
limbus melalui bedah dalam usaha untuk menghilangkan substansi
perangsang. Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai dengan hasil baik
pada kasus tertentu. Terapi imunosupresif sistemik ada manfaatnya untuk
penyakit yang telah lanjut. 1,4
2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Pemeriksaan diagnosis yang biasa dilakukan adalah: 1,4-6
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon refleks pupil
Goresan ulkus untuk analisis atau kultur
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi
2.6 Pengobatan
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalangi hidupnya
bakteri dengan antibiotik dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Ulkus
kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus
10
tergantung kepada penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung
antibiotik, antivirus atau anti jamur. Untuk mengurangi peradangan bisa diberikan
tetes mata kortikosteroid. 1,4-6
Yang harus diperhatikan dalam terapi ulkus kornea adalah bahwa ulkus
kornea tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi
sebagai inkubator, selain itu debridement juga sangat membantu dalam
keberhasilan penyembuhan. Pengobatan ulkus dihentikan bila sudah terjadi
epitelisasi dan mata terlihat tengan kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang
memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu. Pada ulkus kornea dilakukan
keratoplasti atau pembedahan apabila dengan terapi medikamentosa tidak sembuh,
terjadi jaringan parut yang menganggu penglihatan, penurunan visus yang
menganggu pekerjaan penderita, kelainan kornea yang tidak disertai kelainan
ambliopia. 1,4-6
BAB III
11
ENDOFTALMITIS
3.1. Definisi
Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan
intraocular, yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa
melibatkan sklera dan kapsula tenon, yang biasanya terjadi akibat adanya infeksi. 1,7
3.2. Etiologi
Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis yang
disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau
auto imun (non infeksi). 1,7
Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat bersifat: 1,7,8
a. Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun
parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara
hematogen ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya sepsis atau
endocarditis..
b. Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi
sekunder / komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang
membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola
mata. Beberapa kuman penyebabnya dalah staphylococcus epidermidis,
staphylococcus aureus, dan spesies streptococcus. Bakteri gram negatif
seperti pseudomonas, escherichia coli dan enterococcus dapat ditemukan
dari trauma tembus bola mata.
c. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilakteral ataupun
bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomaosa terhadap lensa yang
mengalami ruptur. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan suatu
penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan
tubuh tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul.
12
Pada tubuh terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi
antigen antibodi yang akan menimbulkan gejala endoftalmitis
fakoanafilaktik.
3.3. Diagnosis
Diagnosis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif
yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. 1,7-9
a. Anamnesis
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah
- Fotofobia
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka:
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata
disertai dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan
karena adanya kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen
maka penderita perlu di anamnesis mengenai ada atau tidaknya riwayat
penyakit sistemik yang dideritanya. Penyakit yang merupakan predisposisi
terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE
yang dapat dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa
penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis endogen akibat
penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokorditis, infeksi
saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis. untuk endoftalmitis
fakoanafilaktik, dapat ditanyakan tentang adanya riwayat segala subjektif
katarak yang diderita pasien sebelumnya. 1,4,9
13
b. Pemeriksaan fisik
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata
yang terkena dan derajat infeksi/peradangan. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat
ditemukan dapat berupa:1,9-11
- Edema palpebra superior
- Reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis
- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
- Edema Kornea
- Kornea keruh
- Keratik presipitat
- Bilik mata depan keruh
- Hipopion
- Kekeruhan vitreus
- Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun
hilang sama sekali.
Gambar 1. Endoftalmitis.
Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca
ditemukan masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam
badan kaca, dengan proyeksi sinar yang baik.
14
3.5. Pemeriksaan Penunjang
Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat
spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan
waktu 48 jam – 14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari cairan dari COA
dan corpus vitreous. 9-11
Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous. Oleh
sebab itu, bila dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat
dilakukan pemeriksaan USG mata. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
apakah ada benda asing dalam bola mata, menilai densitas dari vitreitis yang
terjadi dan mengetahui apakah infeksi telah mencapai retina. 7,9-11
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti
kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang dapat
menimbulkan endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen. 7,9-11
3.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga
lapisan mata (retina, koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan
panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan peradangan pada seluruh bola mata
termasuk sklera dan kapsula tenon. 7,9-11
Berikut ini merupakan perbedaan endoftalmitis dan panoftalmitis. 7,9-11
Endoftalmitis Panoftalmitis
Radang
Demam
Sakit bola mata
Pergerakan bola mata
Eksoftalmos
Intraokular
±
Ada
Masih dapat bergerak
Tidak ada
Intraokular, intraorbita
+
Berat
Sakit, tidak dapat
bergerak
Ada
3.7. Penatalaksanaan 9-12
Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab.
15
Steroid secara topikal, konjungtiva, intravitreal, atau secara sistematik, yang
digunakan untuk pengobatan semua jenis endoftalmitis.
Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi
aliran darah pada mata dan mencegah terjadinya sinekia.
Tindakan Vitrektomi.
Keadaan visus yang buruk pada endoftalmitis, dikarenakan virulensi
mikroorganisme penyebab yang memiliki enzim proteolitik dan produk toksin
yang dapat merusak retina, serta kemampuan multiplikasi yang cepat, juga jarak
antara ditegakkannya diagnosis sampai pada saat terapi diberikan. Oleh karena itu
pengobatan ditujukan bukan untuk memperbaiki visus, tapi untuk mengatasi
proses inflamasi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar tidak terjadi penyulit
dan keadaan yang lebih berat. 9-12
Teknik pengobatan pada endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai
pemberian antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap organisme
spesifik yang diduga secara intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang
diketahui.1
Pada endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri, terapi obat-obatan secara
intraviteral merupakan langkah pertama yang diambil. Pemberian antibiotik
dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan antibiotik yang
sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik yang dapat
diberikan dapat berupa antibiotik yang bekerja terhadap membran sel, seperti
golongan penicilin, Cephalosporin dengan antibiotik yang dapat menghambat
sintesa protein dengan reseptor ribosomal, seperti golongan Chloramphenicol,
Aminoglycosida. 7,13
Biasanya endoftalmitis fungal terdiagnosis bila respon pasien setelah
pemberian antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak ada, ataupun dalam
keadaan imunitas yang buruk. 7,13
16
Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi
yang disertai eksudet dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini
penting untuk endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi,
dimana prognosis visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut.
Sampai saat ini pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi
walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan dari
pemberian Dexamethason dalam menghambat reaksi inflamasi dan reaksi imun
abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata. Dexamethason
dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis 400ug dan 1 mg secara
intraokular sebagai profilaksis. 7,11-13
Operasi Bola Mata 14
A. Eviserasi
Definisi: Pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan bagian dinding
bola mata, sclera, otot-otot ekstra okuli dan saraf optik.
Indikasi dari pembedahan eviserasi adalah keadaan kebutaan pada mata
dengan infeksi berat atau kondisi mata yang sangat nyeri. Tumor intraocular dan
phitisis merupakan kontraindikasi dalam melaksanakan pembedahan eviserasi.
Eviserasi memiliki keuntungan dibandingkan enukleasi yaitu pembedahan dapat
dilaksanakan dengan komplikasi yang lebih sedikit, anastesi dapat dilakukan
17
dengan anastesi local berupa blok retrobulbar dan proses pebedahan dilakukan
dalam waktu yang lebih singkat.
B. Enukleasi
Definisi: Pengankatan keseluruhan isi bola mata termasuk nervus optikus.
Indikasi:
- Visus yang sangat menurun disertai nyeri pada rongga orbita.
- Tumor intraokular
- Trauma hebat dengan resiko sympathetic ophthalmia
- Microphthalmia
- Endophthalmitis/panophthalmitis
- Kosmetik
C. Eksenterasi
Merupakan tindakan pengangkatan seluruh orbita, termasuk bola mata,
jaringan lunak orbita, serta kelopak mata dan adnexa mata.
Indikasi pembedahan eksenterasi adalah adanya penyakit keganasan di
rongga orbita atau menyebaran dari tumor lain yang mengenai orbita.
3.8. Prognosis
Endoftalmitis endogen lebih buruk daripada endoftalmitis eksogen. Karena
berhubungan dengan tipe organisme yang berhubungan (tingkat virulensi,
organisme, daya tahan tubuh penderita dan keterlambatan diagnosis). 7-10
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Ilyas, SH. Ilmu penyakit mata edisi ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI,
2006. hal. 159-66, 175-8.
2. Duong HV, Gest TR. Eye globe anatomy. [online]. [Cited 25 September
2013]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1923010
3. HS Dua. Human corneal anatomy redefined: A novel pre-descemet’s layer
(dua’s layer). [online]. [Cited 26 September 2013]. Diunduh dari:
http://www.aaojournal.org/article/S0161-6420(13)00020-1/
4. Murillo-Lopez FH, Roy H et al. Corneal ulcer. [online]. [Cited 25 September
2013]. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1195680.
5. Farooqui SZ, Roy Sr H. Central sterile corneal ulceration. [online]. [Cited 27
September 2013]. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1196936
6. Katara RS, Patel ND, and Sinha M. A clinical microbiological study of
corneal ulcer patients at western gujarat, india. Tehran University o Medical
Sciences. Acta Medica Iranica, 2013; 51(6): 399-403.
7. Egan J Daniel. Endophthalmitis. [online]. [Cited 25 September 2013].
Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/799431
8. Khurana A. K.. Comprehensive ophtalmology. Edisi 4. New Delhi, New Age
International (P) Limited, 2007. Hal 150-154
9. American Academy of Ophtalmology. Basic Science and Course. Section 9:
Intraocular inflammation and uveitis. 2011-2012. Hal 269 - 280
10. Lang. G. Opthalmology. Edisi 2. 2006. New York. Thieme. Hal 295 – 298
11. Kernt M, Kampik A. Endophthalmitis: Pathogenesis, clinical presentation,
management, and perspectives. 2010. Clinical Ophthalmology 2010:4 121–
135.
12. Vidyashankar B, Arora S, Singal R, Shahnawaz K, Motwane SS. Medical
treatment of endophthalmitis. 2001. Journal of the Bombay Ophthalmologists’
Association Vol. 11 No.2.
13. Flynn Jr, HW. Recognition, treatment and prevention of endophthalmitis.
2010. University of Miami School of Medicine.
19
14. Khan BS, Khan MN, Shah A, Islam Zu. Evisceration, enucleation and
exentration: painful but life saving surgical procedures. Pakistan J. Med. Res.
Vol. 44, No.2, 2005.
20