uji resistensi

14
ii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala pujibagi Allah SWT.Tuhan semestaalam yang telah memberikanrahmat, karunia, danhidayahnyakepada kami sehingga kami dapat mengerjakan laporanpraktikum Mikrobiologi Dasar yang berjudul “Uji Resistensi Bakteri” dengan baik dan lancar. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih pada Dosen pembimbing matakuliah Mikrobiologi Dasar yang telah membantu dan membimbing kami dalam penyelesaian laporan ini dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT sedangkan kekurangan milik kami. Maka apabila ada kesalahan baik dalam penulisan, kata-kata, dan isi kami selaku selaku penyusun mohon maaf dan dijadikan maklum. Sekian dari kami.Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan menambah wawasan. Amin. Surabaya, 19 April 2014 Penyusun

Upload: poufizh

Post on 02-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biologi

TRANSCRIPT

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala pujibagi Allah SWT.Tuhan semestaalam yang telah

    memberikanrahmat, karunia, danhidayahnyakepada kami sehingga kami dapat mengerjakan

    laporanpraktikum Mikrobiologi Dasar yang berjudul Uji Resistensi Bakteri dengan baik dan

    lancar.

    Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih pada Dosen pembimbing matakuliah

    Mikrobiologi Dasar yang telah membantu dan membimbing kami dalam penyelesaian laporan

    ini dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

    Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT sedangkan kekurangan milik kami. Maka

    apabila ada kesalahan baik dalam penulisan, kata-kata, dan isi kami selaku selaku penyusun

    mohon maaf dan dijadikan maklum.

    Sekian dari kami.Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi

    pembaca dan menambah wawasan. Amin.

    Surabaya, 19 April 2014

    Penyusun

  • iii

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ii

    Daftarisi iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latarbelakang 1

    1.2 Rumusanmasalah 2

    1.3 Tujuan 2

    1.4 Manfaat 2

    BAB II KAJIAN PUSTAKA 3

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 JenisPenelitian 6

    3.2 AlatdanBahan

    3.2.1 Alat 6

    3.2.2 Bahan 6

    3.3 LangkahKerja 6

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 8

    BAB V PENUTUP

    5.1 Simpulan 15

    5.2 Saran 15

    DAFTAR PUSTAKA 16

    LAMPIRAN 17

  • iv

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Mikroorganisme telah menjadi bagian dari lingkungan manusia. Mikroorganisme

    tersebar luas baik pada lingkungan bersuhu tinggi dan rendah, pada sebagian

    besar makanan dan minuman, maupun ada di dalam dan permukaan tubuh manusia

    (Chambers,2004). Mikroorganisme ada yang menguntungkan dan ada yang

    merugikan (mikroorganisme patoge), mikroorganisme yang bersifat patogen

    dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan sangat merugikan, baik bagi

    manusia, hewan, maupun tumbuhan. Usaha manusia dalam mengatasi berbagai

    macam penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen salah satunya

    adalah dengan mengembangkan senyawa antibiotik.

    Antibiotik merupakan suatu substansi kimia yang diperoleh atau dibentuk oleh

    berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat

    pertumbuhan mikroorganisme lain. Sensitifitas bakteri terhadap antibiotika adalah suatu

    istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerentanan bakteri pada antibiotik. Uji

    kerentanan antibiotik biasanya dilakukan untuk menentukan antibiotik yang mampu

    mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pengujian untuk sensitifitas antibiotik

    sering dilakukan dengan menggunakan metode Kirby-Bauer yaitu paper dish yang

    mengandung antibiotik ditempatkan kepiringan media agar dimana bakteri tumbuh. Jika

    sensitif terhadap antibiotik maka akan terbentuk lingkaran (berbentuk cincin) yang jelas

    atau disebut dengan zona inhibisi yang terlihat disekitar paper dish yang menunjukkan

    bakteri tidak dapat tumbuh disekitar antibiotik yang sensitif bagi bakteri tersebut.

    (Syahrurrahman, 1994).

    Salah satu antibiotik yang dapat digunakan dalam uji resistensi bakteri adalah

    antibiotik Chloramphenicol. Chloramphenicol adalah bakteriostatik antimicrobial.

    Chloramphenicol efektif terhadap berbagai bakteri gram-positif dan gram negatif,

    termasuk sebagai organisme anaerobik. Chloramphenicol adalah inhibitor sintesis

    protein, yang menghambat aktivitas transferase peptida dari ribosom bakteri, mengikat

    A2A52 dan residu A2451 di 235 rRNA dari sub unit ribosom 50S, mencegah

    pembentukan ikatan peptide. (Jawet, 1998).

  • v

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah praktikum uji resistensi

    bakteri untuk mengetahui resistensi bakteri biakan dari sampel jus jambu biji busuk

    terhadap antibiotik Chloramphenicol.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diperoleh beberapa rumusan

    masalah diantaranya :

    1. Bagaimana cara menguji tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu ?

    2. Bagaimana efektivitas antibiotik Chlorampenicol terhadap biakan murni bakteri

    sampel jus jambu busuk ?

    1.3 Tujuan

    Adapaun tujuan dilakukannya praktikum uju resistensi bakteri diantaranya :

    1. Mengetahui cara menguji tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu.

    2. Mengetahui efektivitas antibiotik Chlorampenicol terhadap biakan murni bakteri

    sampel jus jambu busuk.

    1.4 Manfaat

    Manfaat yang diperoleh dari praktikum uji resistensi bakteri ini adalah :

    1. Dapat memberikan pengetahuan cara menguji resistensi suatu bakteri.

    2. Dapat memberikan pengetahuan mengenai sifat antibiotik yang memiliki efektivitas

    berbeda-beda terhadap suatu jenis bakteri.

    Dapat memberikan pengetahuan bahwa konsentrasi antibiotik mempengaruhi besar

    kecilnya zona hambat yang dihasilkan.

  • vi

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    Istilah antibiotk untuk pertama kali digunakan oleh Waksman (1945) sebagai nama dari

    suatu golongan substansi yang berasal dari bahan biologis yang kerjanya antagonistik terhadap

    mikroorganisme. Istilah antibiotik berarti melawan hidup dengan kata lain maksud dari

    antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup, yang dapat menghambat

    mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnakannya (Irianto, 2006).

    Pengertian dari antibiotika pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh

    jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada hewan &

    manusia. Saat ini beberapa jenis antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan dari

    mikroorganisme) tetapi juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara

    teknis, zat yang dapat membunuh bakteri baik berupa senyawa sintetis atau alami disebut

    dengan zat antimikroba, akan tetapi banyak orang yang menyebutnya dengan antibiotika.

    Antibiotika mempunyai manfaat yang sangat banyak, penggunaan antibiotika secara berlebihan

    juga dapat memicu terjadinya resistensi antibiotika (Wasitaningrum, 2009).

    Antibiotika atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri adalah obat yang digunakan untuk

    mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Alexander Fleming pada tahun 1927

    menemukan antibiotika yang pertama yaitu penicillin. Setelah mulai digunakan secara umum

    pada tahun 1940, maka antibiotika bisa dibilang merubah dunia pengobatan serta mengurangi

    angka kesakitan & kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis (Vorber,

    2010).

    Antibiotik adalah suatu substansi zat-zat kimia yang diperoleh dari atau dibentuk dan

    dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya

    penghambat kegiatan mikroorganisme lain. Antibiotik tersebar di alam, dan memegang peranan

    penting dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah, dan kompos. Antibiotik

    berbeda dalam susunan kimia dan cara kerjanya. Antibiotik yang kini banyak digunakan

    kebanyakan dari genus Bacillus, Penicilium, dan Streptomisin. Antibiotik yang pertama dikenal

    adalah penicillin, suatu zat yang dihasilkan oleh jamur Penicilium. Penicilin ditemukan oleh

    Alexander Fleming pada tahun 1929, namun baru tahun 1943 antibiotik ini banyak digunakan

    sebagai pembunuh bakteri. Salama perang dunia II dan sesudahnya bermacam-macam

    antibiotik ditemukan, dan sekarang jumlahnya ratusan. Tetapi ada juga antibiotik yang tidak

    dihasilkan golongan jamur, melainkan golongan bakteri, misal Tirotrisin oleh bakteri Bacillus

    breurs, Basitrasin oleh Bacillus subtilis, Polimiksin oleh Bacillus polimyxa (Waluyo, 2005).

  • vii

    Produksi antibiotik dilakukan dalam skala besar pada tangki fermentasi dengan ukuran

    besar sebagai contoh penicillin chfysogentum ditumbuhkan dalam 100.000 liter farmentor

    selama kurang lebih 200 jam. Mula-mula suspensi spora R. chrysogenum ditumbuhkan dalam

    media yang bernutrisi kultur dan dimana disimpan pada temperatur 240C dan selanjutnya

    ditransfer ketangki monokulum. Tangki monokulum digojlok teratur untuk fermentasi yang

    disimpan hingga sampai 2 hari (Pratiwi, 2008).

    Resistensi antibiotik adalah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk

    menahan efek antibiotik. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri dapat merubah diri

    sedemikian rupa hingga dapat mengurangi efektivitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat

    lain yang sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi.

    Akibatnya bakteri tersebut dapat bertahan hidup dan bereproduksi sehingga makin

    membahayakan. Bakteri tersebut dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis

    antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut.

    Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat adanya anggapan bahwa yang resisten

    terhadap obat tertentu adalah tubuh orang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam

    tubuh tersebutlah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Aryulina,

    2006).

    Istilah resistensi itu menunjukan bahwa suatu mikroorganisme, sudah tidak peka

    terhadap suatu zat atau sediaan antimikroba atau antibiotik, sehingga akan membawa masalah

    dalam terapi dan bahkan akan menggagalkan terapi dengan suatu antibiotik terhadap agen

    penyebab infeksi. Resistensi adalah ketahanan suatu mikroorganisme terhadap antimikroba

    atau antibiotik tertentu (Zaraswati, 2008).

    Resistensi sel bakteri ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel bakteri oleh

    antimikroba. Secara umum resistensi dibagi dalam 3 kelompok:

    1. Resistensi genetik

    2. Resistensi non genetik

    3. Resistensi silang

    Penyebab mikroorganisme resistensi terhadap antibiotik:

    1. Pemakaian antibiotik yang tidak tepat.

    2. Pengobatan yang tidak tuntas atau penghentian antibiotik sebelum bakteri benar-benar

    mati.

    3. Pemakaian dosis obat antibiotik dibawah dosis terapi.

    4. Bakteri bersifat resisten karena mutasi.

    Resistensi bakteri terhadap obat terdiri atas beberapa jenis, yaitu:

  • viii

    1) Resistensi primer yang merupakan resistensi alamiah terhadap kuman, contohnya bakteri

    Staphylococcus yang mengandung enzim penisilinase dapat mengubah penisilin menjadi

    asam penisilinoat yang tidak mampu membunuh kuman itu;

    2) Resistensi sekunder, yaitu karena adanya muatan-muatan yang berkembang biak menjadi

    spesies yang resisten;

    3) Resisten episomal atau plasmid yang dapat terjadi karena bakteri mentransfer DNA kepada

    bakteri lain melalui kontak antarsel bakteri sejenis dan antarbkateri yang berlainan jenis;

    serta

    4) Resistensi silang, yaitu resistensi bakteri terhadap suatu antibiotic dengan semua

    derivatnya. Sebagai contoh, penisilin dengan ampisilin, rifampisin dengan rifamisin, dan

    berbagai jenis sulfonamide. Untuk menghindari resistensi silang, digunakna dosis antibiotik

    yang relatif lebih tinggi daripada dosis efektif minimum dalam waktu singkat (Syamsuni,

    2005).

    Sebab lainnya yang menyebabkan mikroorganisme resistensi terhadap suatu obat ialah:

    (Zaraswati. 2004)

    1. Meningkatkannya destruksi obat. Ini merupakan mekanisme utama resistensi terhadap

    penicillin, aminoglikosida, dan kloramfenikol,

    2. Berkurangnya perubahan obat menjadi bentuk aktif

    Mekanisme resistensi dapat terjadi secara genetik dan nongenetik. Secara genetik

    resistensi dapat terjadi dengan cara konjugasi dan transduksi antar strain yang sama,

    sedangkan secara non genetik resistensi dapat terjadi melakukan pemberian antibiotik yang

    berlebih, pemberian dosis rendah secara terus menerus atau tidak beraturan (Soeharsono,

    2005).

    Bakteri yang resistensi dapat mengancam kehidupan manusia atau hewan karena dapat

    meningkatkan morbiditas penyakit dan mortalitas akibat kegagalan pengobatan selain itu biaya

    pengobatan juga meningkat karena harus menggunakan antibakteri dosis tinggi atau lebih dari

    satu macam antibakteri, atau menggunakan antibakteri baru yang harganya mahal (Zaraswati,

    2008).

    Resistensi tersebut dapat berupa, Resistensi alamiah, resistensi karena adanya mutasi

    spontan (resistensi kromosomal) dan resistensi karena adanya faktor R pada sitoplasma

    (resistensi ekstrakromosomal) atau resistensi karena terjadinya pemindahan gen yang

    resistensi atau faktor R atau plasmid R atau plasmid (resistensi silang) atau dapat dikatakan

    bahwa suatu mikroorgananisme dapat resistensi terhadap obat-obat antimikroba, kerena

    mekanisme genetik atau non genetik (Zaraswati, 2008).

  • ix

    Resistensi kromosomal merupakan mutasi spontan dari elemen genetik dengan

    frekuensi 1:107 sampai 1012 kromosom yang telah termutasi ini dapat dipindahkan sehingga

    terjadi populasi yang resistensi, pada mutasi spontan terjadi seleksi oleh antibiotika, dimana

    mikroorganisme yang peka akan musna dan mikroorganisme yang resistensi tetap hidup dan

    berkembangbiak. Resistensi kromosomal ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu: (Zaraswati, 2008).

    1. Resistensi kromosomal primer

    2. Resistensi kromosomal sekunder

    Antibiotik menghentikan atau mengganggu sejumlah proses seluler sehari-hari yang

    mengandalkan bakteri untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup, seperti:

    1. melumpuhkan produksi dinding sel bakteri yang melindungi sel dari lingkungan

    eksternal

    2. mengganggu sintesis protein dengan mengikat mesin yang membangun protein, asam

    amino dengan asam amino

    3. mendatangkan malapetaka dengan proses metabolisme, seperti sintesis asam folat,

    sebuah vitamin B yang dibutuhkan bakteri untuk berkembang

    4. memblokir sintesis DNA dan RNA (Aryulina, 2006).

    Pada data terdapat antibiotik yang tidak bisa menghambat pertumbuhan bakteri

    dikarenakan antibiotik yang digunakan tidak spesifik terhadap bakteri yang ditanam didalam

    media, ataupun terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut dengan berbagai

    mekanisme.

    Mekanisme kerja antibiotik antara lain:

    1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga menghambat perkembang biakan

    dan menimbulkan lisis. Contoh: penisilin dan sefalosforin.

    2. Mengganggu keutuhan membran sel, mempengaruhi permeabilitas sehingga

    menimbulkan kebocoran dan kehilangan cairan intraseluler. Contoh : nistatin.

    3. Menghambat sintesis protein sel bakteri. Contoh: tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin.

    4. Menghambat metabolisme sel bakteri. Contoh: sulfonamide.

    5. Menghambat sintesis asam nukleat. Contoh: rifampisin dan golongan kuinolon

    (Rostinawati, 2009).

    Kloramfenikol adalah zat kimia yang mula-mula dihasilkan oleh biakan Streptomyces

    venezuelae tetapi sekarang sudah dapat dihasilkan secara sintetik. Kloramfenikol bersifat

    bakteriostatik, pertumbuhan mikroorganisme dapat berlangsung lagi setelah penghentian obat

    (Mulyaningsih, 2004).

  • x

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

    Praktikum mengenai Uji Resistensi ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

    gedung C9 FMIPA UNESA pada hari kamis, tanggal 16 April 2013.

    3.2 ALAT DAN BAHAN

    Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:

    A. Alat

    1. Pembakar spiritus,

    2. Pinset,

    3. Cawan Petri,

    4. Inkubator,

    5. Spuit berukuran 1 ml dan 5 ml,

    6. Penggaris,

    7. Tabung reaksi,

    B. Bahan

    1. Media tauge cair,

    2. Media tauge agar,

    3. Antibiotik chloramfenikol 500 mg,

    4. Aquades Steril,

    5. Alkohol 70% dalam botol semprot,

    6. Paper disc yang terbuat dari kertas saring.

    3.3 METODE

    Uji resistensi dilakukan dengan tiga langkah utama, yaitu 1) persiapan alat dan

    bahan, sesuai yang tertera pada petunjuk praktikum, 2) pembuatan larutan antimikrobia

    dari antibiotik chloramfenikol 500 mg, dan 3) pengujian kekuatan antibiotik antimikrobia

    dengan menggunakan metode Kirby-Bauer.

    Sebelum melakukan uji resistensi, yang dilakukan terlebih dahulu adalah

    meremajakan bakteri/sub-culture bakteri yang akan digunakan pada media tauge cair.

  • xi

    Setelah bakteri diremajakan, kemudian bakteri di inkubasi pada suhu 28-30oC selama 24

    jam. Setelah 24 jam inkubasi bakteri dan seluruh alat dan bahan telah siap, Praktikan

    melarutkan antibiotik dengan berbagai konsentrasi, yaitu konsentrasi 50 mg/ml, 25 mg/ml,

    dan 5 mg/ml. Pembuatan larutan antibiotik dengan konsentrasi 50 mg/ml diperoleh

    dengan cara mengisi cawan petri yang telah steril dengan akuades steril sebanyak 10 ml

    ditambah dengan 500 mg serbuk antibiotik. Pembuatan larutan antibiotik dengan

    konsentrasi 25 mg/ml dibuat dengan cara mengambil 5 ml dari antibiotik yang memiliki

    konsentrasi 50 mg/ml dengan menggunakan spuit berukuran 5 ml menambahkan 5 ml

    akuades steril; dan pembuatan larutan antibiotik dengan konsentrasi 5 mg/ml diperoleh

    dari pengambilan antibiotik konsentrasi 25 mg/ml sebanyak 5 ml dengan menggunakan

    spuit berukuran 5 ml dan ditambahkan dengan 8 ml akuades steril.

    Berikutnya dilakukan uji resistensi pada antibiotik yang telah diencerkan dengan

    konsentrasi 50 mg/ml, 25 mg/ml, dan 5 mg/ml dengan menggunakan uji difusi obat

    dengan metode Kirby-Bauer. Metode ini diawali dengan menginokulasikan 1 ml kultur

    bakteri dari medium tauge cair pada cawan petri berisi medium TA (tauge agar) dengan

    menggunakan spuit berukuran 1 ml. Paper disc disiapkan dengan membuat plot lingkaran

    pada kertas saring dengan diameter 0,5 cm dan direndam dalam larutan antibiotik

    dengan berbagai konsentrasi yang berbeda. Setiap konsentrasi dari larutan antibiotik

    diberi sebanyak 2 paper disc dan direndam selama 2 menit, kemudian dikeringanginkan

    sejenak. Paper disc kemudian ditempelkan secara tersebar pada masing-masing cawan

    petri dengan jarak yang berjauhan dari paper disc lain dan tidak di bagian tepi dasar

    cawan dengan teknik aseptis. Proses inokulasi bakteri pada cawan petri dilakukan secara

    duplo. Cawan petri yang telah ditanami bakteri dan paper disc yang direndam pada

    larutan antibiotik dengan konsentrasi yang berbeda ini kemudian diinkubasi pada

    inkubator selama 24 jam. Setelah cawan petri ini diinkubasi selama 24 jam, praktikan

    mengamati terbentuknya zona inhibisi atau daerah hambatan. Apabila terbentuk zona

    hambatan, maka bakteri yang diujikan bersifat sensitif terhadap antibiotik. Sebaliknya,

    apabila tidak terbentuk zona inhibisi, maka bakteri bersifat resisten. Langkah akhir,

    apabila dijumpai zona inhibisi, yang perlu dilakukan adalah mengukur diameter

    terbentuknya zona hambat pada masing-masing paper disc yang terdapat di masing-

    masing cawan petri.

  • xii

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Tabel 4.1 Pengamatan Uji Resistensi Pada Cawan Petri

    Identifikasi Uji Resistensi Cawan A Uji Resistensi Cawan B

    Gambar

    Mikroorganisme Bakteri jus buah jambu biji busuk Bakteri jus buah jambu biji busuk

    Morfologi Karakteristik optik: Opaque

    Bentuk: punctiform

    Elevasi: raised

    Bentuk tepian: entire

    Karakteristik optik: Opaque

    Bentuk: punctiform

    Elevasi: raised

    Bentuk tepian: entire

    Bentuk sel Coccus (bulat) Coccus (bulat)

    Susunan sel Monococcus Monococcus

    Gram (+) atau

    (-)

    Negatif (-) Negatif (-)

    Diameter zona

    hambatan

    Resisten Resisten

  • xiii

    4.2 Pembahasan

    Percobaan ini dilakukan agar mahasiswa dapat melakukan uji sensitifitas mikrobia terhadap antibiotik tertentu

    menggunakan metode Kirby-Bauer, dan menentukan apakah bakteri sampel sensitif atau resisten terhadap antibiotk

    yang diujikan.

    Pada percobaan ini, konsentrasi antibiotik ditentukan menggunakan metode Kirby-Bauer, yaitu pengukuran

    sensitifitas antibiotik menggunakan paper disk yang berisi agen antimikrobia yang akan berdifiusi ke dalam media

    agar yang berisi bakteri. Metode Kirby-Bauer merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik pada bakteri.

    Daerah / zona bening di sekitar paper disk merupakan daerah hambatan bakteri oleh antibiotik yang terbentuk di

    permukaan agar. Sensitifitas bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambatan yang terbentuk.

    Semakin besar diameter zona hambat, maka pertumbuhan bakteri semakin terhambat.

    Dalam percobaan uji rsistensi ini, antibiotik yag digunakan adalah kloramfeniol (Chloramphenicol) 500 mg, yang

    tidak didapatkan zona hambat / zona bening. Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri sampel resisten terhadap

    antibiotik kloramfenikol 500 mg, ditunjukkan dengan tidak terbentuknya zona hambat / zona bening pada media

    agar. Aktivitas antibakteri bkerja dengan menghambat sintesis protein dengan jalan menghambat sintesis protein

    dengan jalan mengikat ribosom subunit 50S yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida.

    Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negatif.

    Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik, yaitu menghambat pertumbuhan

    tanpa membunuh bakteri, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid, yang membunuh bakteri. Mekanisme Kerja

    Kloramfenikol adalah sebagai berikut.

    1. Bekerja menghambat sintesis protein bakteri

    2. Obat dengan mudah masuk ke dalam sel melalui proses difusi terfasilitasi

    3. Obat mengikat secara reversible unit ribosom 50S, sehingga mencegah ikatan asam amino yang

    mengandung ujung aminoasil t-RNA dengan salah satu tempat berikatannya di ribosom

    4. Pembentukan ikatan peptida dihambat selama obat berikatan dengan ribosom

    5. Kloramfenikol juga dapat menghambat sistesis protein mitokondria sel mamalia karena ribosom

    mitokondria mirip dengan ribosom bakteri

    Hasil percobaan menunjukkan, bakteri uji resisten terhadap kloramfenikol. Kloramfenikol merupakan antibiotik

    yang sensitif terhadap beberapa bakteri gram negatif, sedangkan pada bakteri sampel jus jambu busuk termasuk

    dalam beberapa bakteri gram negatif yang resisten terhadap kloramfenikol, sehingga tidak terbentuk zona bening

    pada media agar.

  • xiv

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat dsimpulkan bahwa:

    1. Cara menguji tingkat reistensi suatu bakteri uji terhadap antibiotik tertentu dapat

    dilakukan dengan menggunakan uji difusi obat metode Kirby-Bauer dengan

    menggunakan paper disc yang dicelupkan pada larutan antibiotik dengan

    konsentrasi tertentu dan diletakkan pada cawan petri yang berisi medium tauge

    agar dan bakteri.

    2. Efektivitas suatu antibiotik terhadap bakteri uji dapat diketahui dengan cara

    mengukur diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar paper disc yang tidak

    ditumbuhi oleh mikrobia. Bakteri sampel jus jambu biji busuk resisten terhadap

    antibiotik Chloramfenikol.

    5.2 SARAN

    Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, saran yang diberikan pada

    praktikan berikutnya yaitu:

    1. Diharapkan praktikan lebih bekerja secara hati-hati dan lebih aseptis dalam

    melakukan praktikum uji resistensi untuk menghindari terjadinya kontaminasi

    bakteri.

    2. Diharapakan saat meletakkan paper disc yang telah direndam dengan larutan

    antibiotik dengan konsentrasi yang berbeda harus dilakukan secara hati-hati dan

    terdapat jarak antara paper disc lain yang berbeda konsentrasi. Hal ini bertujuan

    agar zona hambat yang terbentuk dapat terlihat jelas dan tidak menumpuk di

    daerah paper disc lain sehingga memudahkan praktikan dalam pengukuran

    diameternya.

  • xv

    DAFTAR PUSTAKA

    Aryulina, Diah, dkk. 2006. Biologi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

    Cahyano, B. 2005. Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.

    Chambers, H. F. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Jakarta: Salemba Medika

    Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: CV. Yrama Widya.

    Jawet E. 1998. Prinsip kerja obat antimikroba. In : Katzung B, eds. Farmakologi dasar dan

    klinik. Jakarta : EGC.

    Mulyaningsih, S. 2004. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: FMIPA UII.

    Pratiwi,T.Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

    Rostinawati, Tina. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella Terhadap E. Coli,

    S.Aureus Dengan Metode Difusi Agar. Bandung: UNPAD.

    Syahrurrahman, A.,dkk.,1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI,

    Jakarta.

    Syamsuni, H., Drs. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit EGC.

    Vorber, auf die eingeschr, Hpber- prfg, Staatl, zugel, Fernlehrgang. 2010. Bahaya

    Resisitensi Antibiotika. Berlin.

    Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Jakarta: Erlangga.

    Wasitaningrum, I. D. A. 2009. Uji Resistensi Bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia

    Coli Dari Isolat Susu Sapi Segar Terhadap Beberapa Antibiotik. Skripsi. Tidak

    dipublikasikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Zaraswati Dwyana 2004. Mikrobiologi Dasar. Universitas Makassar: Hasanuddin.