resistensi antibiotik.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH PROMOSI KESEHATAN
RESISTENSI ANTIBIOTIK
Disusun Oleh :
Fajaruddin Rahman, S.Farm 1520293000Fani Yulianti, S.Farm 1520293001Farid Azwar Anas, S.Farm 1520293002Farida Kusumaningrum, S.Farm 1520293003
PROGRAM PROFESI APOTEKER
ANGKATAAN XXIX
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2015
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
MAKALAH PROMOSI KESEHATAN
RESISTENSI ANTIBIOTIK
Disusun Oleh :
Fajaruddin Rahman, S.Farm 1520293000Fani Yulianti, S.Farm 1520293001Farid Azwar Anas, S.Farm 1520293002Farida Kusumaningrum, S.Farm 1520293003
PROGRAM PROFESI APOTEKER
ANGKATAAN XXIX
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2015
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
HALAMAN PENGESAHANLAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI
PROMOSI KESEHATANTEMA “RESISTENSI ANTIBIOTIK”
21 MEI 2015
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
Disusun Oleh :Fajaruddin Rahman, S.Farm 1520293000Fani Yulianti, S.Farm 1520293001Farid Azwar Anas, S.Farm 1520293002Farida Kusumaningrum, S.Farm 1520293003
Disetujui oleh :Dosen Pembimbing PKPA
Fakultas Farmasi USB
Ismi Rahmawati, M.Sc.,Apt
Dosen Pembimbing Bidang Promosi Kesehatan Promosi Kesehatan UPTD Puskesmas Purwodiningratan Fakultas Farmasi USB
Kota Surakarta
Iswandi, M.Farm.,Apt Yuyun Irnawati, Amd Kep
NIP. 197307162009022001Pembimbing UPTD Kepala UPTD
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
Puskesmas penumping Puskesmas Purwodiningratan Kota surakarta Kota Surakarta
Elly wulandaridr. Pitono drg. SupraptiniNIP. 196702261989032009 NIP. 196003231988012002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya kami dapat melaksanakan promosi kesehatan dengan topik
RESISTENSI ANTIBIOTIK, rangkaian kegiatan tersebut tertuang dalam makalah
promosi kesehatan yang kami buat ini.
Adapun makalah ini berisi tentang rangkuman mengenai resistensi antibiotik
dengan harapan mendapatkan pengetahuan sekaligus sebuah pembelajaran bagi
kita semua dan disisi lain pula untuk memenuhi tugas pada praktek kerja profesi
apoteker Universitas Setia Budi.
Kami menyadari masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari isi maupun penulisannya. Akhir kata kami
mengucapkan terimakasih atas perhatiannya, kami juga mengharapkan masukan
atau saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah di masa yang akan datang.
Surakarta, Juni 2015
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyaki tinfeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat
andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain
antibakteri/antibiotik,antijamur,antivirus,antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat
yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara
tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan
antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotikdi berbagai bagian
rumah sakit ditemukan 30%
sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi (Hadi,2009).
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai
permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan
mortalitas,juga member dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat
tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi ditingkat rumah sakit, tetapi lambat laun
juga berkembang dilingkungan masyarakat, khususnya Streptococcuspneumoniae
(SP), Staphylococcusaureus, dan Escherichiacoli. Beberapa kuman resisten
antibiotik sudah banyak ditemukan diseluruh dunia,yaitu Methicillin-Resistant
Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin- Resistant Enterococci (VRE),
Penicillin-Resistant Pneumococci, Klebsiella neumonia yang menghasilkan
Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL), Carbapenem-Resistant Acineto
bacter baumannii dan Multiresistant Mycobacterium tuberculosis (Guzman-
Blancoetal.2000;Stevensonetal.2005).
Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik
yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar (standardprecaution) yang
tidak benar difasilitas pelayanan kesehatan.2011,No.874 5 Hasil penelitian
Antimicrobial Resistantin Indonesia (AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu
di masyarakat, 43% Escherichiacoli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik
antaralain:ampisilin (34%),kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%).
Hasil penelitian 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81%
Escherichiacoli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%),
kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%),dan gentamisin
(18%). Untuk mengoptimalkan pengguna anantibiotik secara bijak (prudentuse of
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
antibiotics), perlu disusun Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.
PedomanUmum Penggunaan Antibiotik ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan nasional dalam menyusun kebijakan antibiotik dan pedoman antibiotik bagi
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,baik milik pemerintah
maupun swasta.
1.2 Identifikasi dan rumusan masalah
Berdasarkan banyaknya kejadian resistensi antibiotik maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara penggunaan antibiotik
yang tepat
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak dan bahaya dari
resistensi antibiotik.
Tujuan kegiatan
1. Tujuan umum :
Setelah dilaksanakan promosi kesehatan dengan tema “Resistensi
Antibiotik” pada masyarakat diharapkan dapat terjadi peningkatan derajat
kesehatan, pengetahuan tentang cara penggunaan antibiotik yang tepat,
serta dampak dan bahaya resistensi antibiotik dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat.
2. Tujuan khusus :
Setelah dilaksanakannya promosi kesehatan diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan peserta tentang resistensi antibiotik dan,
mengetahui penyebab, serta dampak/bahaya resistensi antibiotik dan cara
pencegahannya.
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
1.3 Manfaat Kegiatan
Dengan adanya kegiatan penyuluhan ini diharapkan dapat memberi
manfaat dan menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit cara
penggunaan antibiotik yang tepat, cara pencegahannya, serta dampak dan
bahaya resistensi antibiotik.
1.4 Sasaran Penyuluhan
Pasien yang berkunjunng ke puskesmas Purwodiningratan.
1.5 Tempat Dan Pelaksanaan
Waktu : Hari Kamis, 21 Mei 2015
Pukul : 08.00 – Selesai
Tempat : Puskesmas Purwodiningratan
1.6 Isi Materi
1. Pengertian resistensi antibiotik
2. Penyebab resistensi antibiotik
3. Tanda dan gejala resistensi antibiotik
4. Pencegahan resistensi antibiotik
1.7 Metode
Ceramah
Tanya jawab
1.8 Rencana Kegiatan
1. Persiapan
Perencananaan kegiatan penyuluhan
Menyiapkan materi dan leaflet
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
2. Pelaksanaan
Diawali dengan perkenalan diri
Menjelaskan maksud dan tujuan
Pembagian leaflet
Menyampaikan materi
Pemberian bingkisan bagi yang bertanya
Diskusi tanya jawab
1.9 Evaluasi
1. Kriteria evaluasi pelaksanaan
Pasien mengikuti penyuluhan dari awal hingga selesai
Warga berespon positif dan aktif dalam proses penyuluhan
2. Kriteria evaluasi materi
Pasien dapat menerima dan mengerti terhadap materi yang
disampaikan penyuluh
Pasien dapat menerima dan mengerti penyebab penyakit
resistensi antibiotik
Pasien dapat menerima dan mengerti tentang tanda dan gejala
penyakit resistensi antibiotik
Pasien dapat menerima dan mengerti pencegahan dan penenganan resistensi antibiotik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antibiotik
2.1.1 Pengertian Antibiotik
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi
dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan ataumenghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.
Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk
kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri
(Tjay & Rahardja, 2007). Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi
oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecik dapat menghambat
pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita
dan Radji, 2008).
2.1.2 Penggolongan Antibiotik
Penggolongan antibiotik secara umum dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan struktur kimia antibiotik (Tjay & Rahardja, 2007)
a. Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan sefalosporin (sefaleksin,
sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan monosiklik,
dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu
agen antibakterial alami yang dihasilkan dari jamur jenis Penicillium
chrysognum.
b. Antibiotik golongan aminoglikosida, aminoglikosida dihasilkan oleh
jenis-jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora. Semua
senyawa dan turunan semi-sintesisnya mengandung dua atau tiga
gula-amino di dalam molekulnya, yang saling terikat secara
glukosidis. Spektrum kerjanya luas dan meliputi terutama banyak
bacilli gram-negatif. Obat ini juga aktif terhadap gonococci dan
sejumlah kuman gram-positif. Aktifitasnya adalah bakterisid,
berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
diri pada ribosom di dalam sel. Contohnya streptomisin, gentamisin,
amikasin, neomisin, dan paranomisin.
c. Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatis,
hanya melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang
bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya
sintesa protein kuman. Spektrum antibakterinya luas dan meliputi
banyak cocci gram positif dan gram negatif serta kebanyakan bacilli.
Tidak efektif Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif terhadap mikroba
khusus Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata trachoma dan
penyakit kelamin), dan beberapa protozoa (amuba) lainnya. Contohnya
tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.
d. Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap
terutama bakteri gram-positif dan spectrum kerjanya mirip Penisilin-G.
Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom
kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu
lama atau sering dapat menyebabkan resistensi. Absorbinya tidak
teratur, agak sering menimbulkan efek samping lambung-usus, dan
waktu paruhnya singkat, maka perlu ditakarkan sampai 4x sehari. e.
Antibiotik golongan linkomisin, dihasilkan oleh srteptomyces
lincolnensis (AS 1960). Khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum
kerja lebih sempit daripada makrolida,n terutama terhadap kuman
gram positif dan anaerob. Berhubung efek sampingnya hebat kini
hanya digunakan bila terdapat resistensi terhadap antibiotika lain.
Contohnya linkomisin.
f. Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat
bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi
terhadap enzim DNA-gyrase kuman, sehingga sintesis DNAnya
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
dihindarkan. Golongan ini hanya dapat digunakan pada infeksi saluran
kemih (ISK) tanpa komplikasi.
g. Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai
spektrum luas. Berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua
kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negatif. Mekanisme
kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman.
Contohnya kloramfenikol.
2. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat
bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid (Anonim, 2008).
Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan
agen bakterisida membunuh bakteri. Perbedaan ini biasanya tidak penting
secara klinis selama mekanisme pertahanan pejamu terlibat dalam
eliminasi akhir patogen bakteri. Pengecualiannya adalah terapi infeksi
pada pasien immunocompromised dimana menggunakan agen-agen
bakterisida (Neal, 2006). Kadar minimal yang diperlukan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing
dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal
(KBM). Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari
bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan
melebihi KHM (Anonim, 2008).
3. Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik
dikelompokkan
sebagai berikut (Stringer, 2006) :
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
a.Inhibitor sintesis dinding sel bakteri memiliki efek bakterisidal
dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim
dalam sintesis dinding sel. Contohnya antara lain golongan β-Laktam
seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan
inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti vancomysin, basitrasin,
fosfomysin, dan daptomysin.
b.Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisidal atau
bakteriostatik dengan cara menganggu sintesis protein tanpa
mengganggu sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis
protein. Obat- obat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein
bakteri seperti aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin,
klindamisin, oksazolidinon, kloramfenikol.
c.Mengubah permeabilitas membran sel memiliki efek bakteriostatik
dan bakteriostatik dengan menghilangkan permeabilitas membran
dan oleh karena hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi
lisis. Obat- obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin,
amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin.
d.Menghambat sintesa folat mekanisme kerja ini terdapat pada obat-
obat seperti sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat
mengabsorbsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat dari PABA
(asam para amino benzoat), dan glutamat. Sedangkan pada manusia,
asam folat merupakan vitamin dan kita tidak dapat menyintesis asam
folat. Hal ini menjadi suatu target yang baik dan selektif untuk
senyawa-senyawa antimikroba.
e.Mengganggu sintesis DNA mekanisme kerja ini terdapat pada obat-
obat seperti metronidasol, kinolon, novobiosin. Obat-obat ini
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga
mengahambat sintesis DNA. DNA girase adalah enzim yang terdapat
pada bakteri yang menyebabkan terbukanya dan terbentuknya
superheliks pada DNA sehingga menghambat replikasi DNA.
4. Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut
(Kee, 1996) :
a.Antibiotika spektrum luas (broad spectrum) contohnya seperti
tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap organism baik gram positif
maupun gram negatif. Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai
untuk mengobati penyakit infeksi yang menyerang belum
diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas.
b.Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) golongan ini terutama
efektif untuk melawan satu jenis organisme. Contohnya penisilin dan
eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri gram positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat
selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme
tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas.
5. Berdasarkan daya hambat antibiotik, terdapat 2 pola hambat antibiotik
terhadap
kuman yaitu (Anonim, 2008) :
a.Time dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan
daya bunuh maksimal jika kadarnya dipertahankan cukup lama di atas
Kadar Hambat Minimal kuman. Contohnya pada antibiotik penisilin,
sefalosporin, linezoid, dan eritromisin.
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
b.Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan
menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya relatif tinggi atau
dalam dosis besar, tapi tidak perlu mempertahankan kadar tinggi ini
dalam waktu lama. Contohnya pada antibiotik aminoglikosida,
fluorokuinolon, dan ketolid.
2.1.3 Penggunaan Antibiotik
Hasil studi di Indonesia, Pakistan dan India menunjukkan bahwa lebih
dari 70% pasien diresepkan antibiotik. Dan hampir 90% pasien
mendapatkan suntikan antibiotik yang sebenarnya tidak diperlukan. Hasil
sebuah studi pendahuluan di New Delhi mengenai persepsi masyarakat
dan dokter tentang penggunaan antibiotik, 25% responden menghentikan
penggunaan antibiotik ketika pasien tersebut mulai merasa lebih baik,
akan tetapi pada kenyataanya penghentian pemberian antibiotik sebelum
waktu yang seharusnya, dapat memicu resistensi antibiotik tersebut. Pada
47% responden, mereka akan mengganti dokternya jika dokter tersebut
tidak meresepkan antibiotik, dan 18% orang menyimpan antibiotik dan
akan mereka gunakan lagi untuk dirinya sendiri atau untuk keluarganya,
sedangkan 53% orang akan mengobati dirinya sendiri dengan antibiotik
ketika sakit. Dan 16% dokter meresepkan antibiotik pada pasien dengan
demam yang tidak spesifik, 17% dokter merasa pasien dengan batuk perlu
antibiotik, 18% dokter merekomendasikan antibiotik untuk diare dan 49%
dokter mengobati telinga bernanah dengan antibiotik. Penggunaan dan
penggunaan antibiotik yang terlalu berlebihan tersebut dapat memicu
terjadinya resistensi antibiotik (WHO, 2011).
2.1.4 Efek Samping Antibiotik
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
Penggunaan antibiotik yang sembarangan dan tidak tepat dosis, dapat
menggagalkan terapi pengobatan yang sedang dilakukan. Selain itu dapat
menimbulkan bahaya seperti :
1. Resistensi, ialah tidak terganggunya sel mikroba oleh antibiotik yang
merupakan suatu mekanisme alami untuk bertahan hidup. Ini dapat
terjadi apabila antibiotik diberikan atau digunakan dengan dosis yang
terlalu rendah atau masa terapi yang tidak tepat.
2. Suprainfeksi, yaitu infeksi sekunder yang timbul ketika pengobatan
terhadap infeksi primer sedang berlangsung dimana jenis dan infeksi
yang timbul berbeda dengan infeksi primer (Tjay & Rahardja, 2007).
2.1.5 Resistensi Antibiotik
Hasil penelitian pada tahun 2003, Kejadian resistensi terhadap penicilin
dan tetrasiklin oleh bakteri patogen diare dan Neisseria gonorrhoeae telah
hampir mencapai 100% di seluruh area di Indonesia (Hadi dkk, 2008).
Resistensi terhadap antibiotik bisa di dapat atau bawaan. Pada resistensi
bawaan, gen yang mengkode mekanisme resistensi ditransfer dari satu
organisme ke organisme lain (Anonim, 2008). Secara klinis resistensi
yang di dapat, adalah dimana bakteri yang pernah sensitif terhadap suatu
obat menjadi resisten.
2.1.6 Penggunaan Antibiotik yang Rasional
Kunci untuk mengontrol penyebaran bakteri yang resisten adalah dengan
menggunakan antibiotika secara tepat dan rasional. Pengobatan rasional
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
dimaksudkan agar masyarakat mendapatkan pengobatan sesuai dengan
kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang tepat bagi kebutuhan individunya,
untuk waktu yang cukup dan dengan biaya yang paling terjangkau bagi
diri dan komunitasnya (Darmansjah, 2011). WHO menyatakan bahwa
lebih dari setengah penggunaan obat diberikan secara tidak rasional
(WHO, 2001). Menurut WHO, kriteria pemakaian obat yang rasional,
antara lain :
a.Sesuai dengan indikasi penyakit Pengobatan didasarkan atas keluhan
individual dan hasil pemeriksaan fisik.
b.Diberikan dengan dosis yang tepat Pemberian obat memperhitungkan
umur, berat badan dan kronologis penyakit.
c.Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat. Jarak
minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan.
d.Lama pemberian yang tepat. Pada kasus tertentu memerlukan pemberian
obat dalam jangka waktu tertentu.
e. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin. Hindari
pemberian obat yang kedaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan
penyakit. f. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau. Jenis obat
mudah didapatkan dengan harganya relatif murah.
f.Meminimalkan efek samping dan alergi obat
2.1.7 Sediaan Antibiotik
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
Bahan obat jarang diberikan sendiri-sendiri, tetapi lebih sering merupakan
suatu formula yang dikombinasikan dengan satu atau lebih zat bukan obat
yang bermanfaat untuk kegunaan farmasi yang bermacam-macam dan
khusus. Melalui penggunaan yang selektif dari zat obat ini sebagai bahan
farmasi akan dihasilkan sediaan farmasi atau bentuk sediaan dengan tipe
yang bermacam-macam (Ansel, 2008).
2.1.8 Kebijakan Pemerintah Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik
Ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang cukup,
terjangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu dan keamanannya, perlu
digerakkan dan didorong penggunaannya di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah agar penggunaan obat generik dapat berjalan efektif dengan
menetapkan kewajiban menuliskan resep dan/atau menggunakan Obat
Generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dengan peraturan
Menteri Kesehatan (Anonim, 2010).
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
PEMBAHASAN
Kegiatan Promosi kesehatan yang telah kami lakukan di kelurahan
Purwodininggratan Surakarta memberikan suatu informasi baru bagi
masyarakat sekitar. Hal ini di buktikan dengan besarnya antusias
masyarakat dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang membahas
tentang resistensi Antibiotik. Ternyata masih banyak dmasyarakat yang
belum mengetahui tentang apa itu antibiotik dan mengapa antibiotik dapat
menyebabkan resistensi.
Banyak dari mereka mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan
dengan Antibiotik dan penggunaannya, serta apa penyebab dari resistensi
antibiotik tersebut, namun tidak sedikit juga dari masyarakat yang
menanyaka halhal yang tidak berkaitan dengan tema dari penyuluhan,
namun masih dalam lingkup pelayanan informasi obat.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan, mengenai apa itu antibiotik dan obat
obat yang tergolong antibiotik, bagaimana cara mengkonsumsi antibiotik
yang seharusnya, apa yang dimaksud dengan Resistensi antibiotik serta
penyebab terjadinya resistensi antibiotik, dan dampak yang dapat di
terima jika telah mangalami resistensi antibiotik.
Pertanyaan pertanyaan lain yang diluar konteks penyuluhan diantaranya
apakah aman jika membeli obat obatan di warung, apakah povidon
(bethadine) termasuk antibiotik.
Berdasarkan pertanyaan pertanyaan yang diajukan, kami memberikan
jawaban sebagai berikut
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan ataumenghambat pertumbuhan
kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.
Penggolongan antibiotik:
1. Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan sefalosporin
(sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim),
golongan monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin,
amoksisilin).
2. Antibiotik golongan aminoglikosida, Aktifitasnya adalah
bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri
dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Contohnya
streptomisin, gentamisin, amikasin, neomisin, dan paranomisin.
3. Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatis,
Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein
kuman. Contohnya tetrasiklin, doksisiklin..
4. Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap
terutama bakteri gram-positif dan spectrum kerjanya mirip
Penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel
pada ribosom kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila
digunakan terlalu lama atau sering dapat menyebabkan resistensi.
Contohnya linkomisin.
5. Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon
berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, berdasarkan
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
inhibisi terhadap enzim DNA-gyrase kuman, sehingga sintesis
DNAnya dihindarkan..
6. Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai
spektrum luas. Berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua
kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negatif.
Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida
kuman. Contohnya kloramfenikol.
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
LAMPIRAN
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah
Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi