uji daya hasil pendahuluan generasi f5 padi...
TRANSCRIPT
i
UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GENERASI F5
PADI TIPE BARU TURUNAN
TIGA KOMBINASI PERSILANGAN
SITI NURHIDAYAH
A24080012
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GENERASI F5 PADI TIPE BARU
TURUNAN TIGA KOMBINASI PERSILANGAN
Preliminary Yield Trials of F5 Lines of New Plant Type Rice Derived from Three
Crosses Combination
Siti Nurhidayah1, Hajrial Aswidinnoor
2
1Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
2Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
Abstract
The objective of this research was to evaluate 100 F5 lines New Plant Type
(NPT) of rice. The experiment was conducted using Augmented design arranged
in Completely Randomized Block Design.The material evaluate was100 lines with
3 comparison varieties as check, they are Ciherang, IR 64 and IPB 4S. The result
shows that plant height ranged from 94-132 cm, number of productive tillers 8-18,
number of grain filling per panicle from 106-267, percentage of empty grain 10-
53%, weight of 1,000 grains 22-33 g, and rice productivity 2.4-7.0 ton/ha. Lines
IPB161-E-14, IPB161-E-35, IPB161-E-38, IPB163-E-20, IPB163-E-28, IPB165-
E-11, and IPB165-E-19 have caracters of New Plant Type of rice, potential could
be yield trials.
ii
RINGKASAN
SITI NURHIDAYAH. Uji Daya Hasil Pendahuluan Generasi F5 Padi Tipe
Baru Turunan Tiga Kombinasi Persilangan. (Dibimbing oleh HAJRIAL
ASWIDINNOOR).
Beras merupakan produk yang strategis untuk memenuhi kebutuhan
karbohidrat masyarakat Indonesia. Permintaan beras akan terus meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Namun kondisi saat ini
pasokan beras dalam negeri belum mampu mencukupi permintaan masyarakat.
Hal ini terjadi akibat sudah tumpulnya potensi genetik dari varietas unggul yang
digunakan petani selama puluhan tahun, misalkan padi varietas IR 64 yang
mampu menghasilkan 5 ton/ha. Sehingga perlu adanya terobosan baru membentuk
arsitektur tanaman yang mampu meningkatkan potensi hasil. Penggunaan Padi
Tipe Baru (PTB) diharapkan memberikan solusi yang mampu berpotensi hasil
lebih tinggi dari varietas unggul di kalangan para petani.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil 100 galur PTB generasi F5
untuk mendapatkan galur yang berpotensi hasil lebih tinggi. Penelitian ini
dilaksanakan di Lahan petani Desa Sindang Barang, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat pada bulan Januari sampai Mei 2012. Perhitungan komponen hasil
dilakukan di Laboratorium Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut
Pertanian Bogor.
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan augmented dalam RKLT
(Rancangan Kelompok Lengkap Teracak) faktor tunggal dengan perlakuan galur.
Galur-galur yang ditanam merupakan turunan persilangan tiga tetua generasi F5
yaitu IR 64 X IPB95-F-5-1-1, IPB117-F-5-1-1 X INPARI 1, dan
IR 64 X IPB117-F-19-1-1. Galur yang digunakan sebanyak 100 galur PTB dengan
tiga varietas unggul pembanding yaitu Ciherang, IR 64, dan IPB 4S yang masing-
masing pembanding diulang 5 kali sehingga berjumlah 115 satuan percobaan.
Setiap satuan percobaan ditanam pada petakan yang berukuran 5 m² dengan jarak
tanam 25 cm x 20 cm sehingga total luasan petak percobaan ± 600 m2.
iii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor galur berpengaruh terhadap
beberapa karakter generatif seperti umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi,
jumlah gabah total, persentase gabah hampa, bobot seribu butir, dan hasil.
Sedangkan karakter vegetatif tidak menunjukkan pengaruh nyata. Galur-galur
yang diuji memiliki kisaran tinggi tanaman 94-132 cm, panjang daun bendera 29-
48 cm, jumlah anakan total 9-20 anakan per rumpun, jumlah anakan produktif 8-
18 anakan per rumpun, panjang malai 25-33 cm, jumlah gabah isi 106-267 butir
per malai, persentase gabah hampa 10-53%, umur berbunga 88-101 HSS, umur
panen 110-127 HSS, bobot seribu butir 22-33 g, dan produktivitas 2.4-7.0 ton/ha.
Pada galur-galur yang diuji secara umum memiliki jumlah gabah isi lebih
tinggi dari varietas unggul Ciherang dan IR64, total anakan produktif sedang
tetapi memiliki persentase gabah hampa yang masih tinggi yaitu > 20%. Terdapat
tujuh galur yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dibandingkan varietas
pembanding Ciherang, IR 64, dan IPB 4S. Galur-galur tersebut yaitu, IPB161-E-
14, IPB161-E-35, IPB161-E-38, IPB163-E-20, IPB163-E-28, IPB165-E-11, dan
IPB165-E-19, dengan komponen jumlah anakan produktif per rumpun 11-15
anakan, jumlah gabah isi 150-251 butir gabah per malai, bobot seribu butir 27-31
g, dan produktivitas 6-7 ton/ha. Galur-galur tersebut berpotensi untuk diuji lebih
lanjut sehingga dapat dilepas menjadi varietas unggul tipe baru.
Nilai heritabilitas peubah panjang malai, umur berbunga, umur panen,
jumlah gabah isi, persentase gabah hampa, bobot seribu butir, dan hasil tergolong
tinggi, sedangkan peubah panjang daun bendera tergolong sedang. Karakter-
karakter dengan nilai heritabilitas tinggi dapat dipakai untuk menduga kemajuan
seleksi.
iv
UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GENERASI F5
PADI TIPE BARU TURUNAN
TIGA KOMBINASI PERSILANGAN
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
SITI NURHIDAYAH
A24080012
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
v
Judul : UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GENERASI F5
PADI TIPE BARU TURUNAN TIGA KOMBINASI
PERSILANGAN
Nama : SITI NURHIDAYAH
NIM : A24080012
Menyetujui:
Pembimbing
Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc.
NIP. 19590929 198303 1 008
Mengetahui:
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada
tanggal 18 April 1989. Anak kelima dari sebelas bersaudara dari pasangan Bapak
Abdul Karim dan Ibu Karsiah.
Pada tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Neglasari, tahun 2005 lulus
dari SMP Negeri 1 Jasinga, kemudian pada tahun 2008 penulis menyelesaikan
studi di SMA Negeri 1 Jasinga. Pada tahun yang sama penulis diterima di
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor melalui jalur USMI.
Selama menjadi mahasiwa, penulis aktif diberbagai organisasi mahasiswa.
Tahun 2008/2009 sebagai Dewan Gedung A3 Asrama Putri TPB IPB, dan LDK
Al-Hurriyyah. Tahun 2010/2011 sebagai staf Departemen Pertanian BEM
Fakultas Pertanian. Tahun 2011/2012 sebagai Senior Resident Asrama Putri TPB
IPB, dan Pembina Art Dormitory Club. Tahun 2012/2013 menjabat sebagai
pembina Caddy Dormitory Club (CDC). Tahun 2010/2011 aktif di organisasi
ekstra kampus sebagai wakil ketua Beastudi Etos Bogor Community (BEB-C).
Selain itu pada tahun 2011/2012 penulis menjadi asisten mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Pada tahun yang sama penulis menjadi asisten mata
kuliah Dasar-dasar Hortikultura. Selanjutnya tahun 2012/2013 menjadi asisten
mata kuliah Dasar-dasar Agronomi. Penulis juga mengikuti Program Kreativitas
Mahasiswa yang lolos didanai Dikti dan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW
2012). Selain itu tahun 2011 hingga 2012 penulis menjadi staf pengajar di
Bimbingan Belajar Primagama Darmaga-Ciomas.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan ridha-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji Daya Hasil
Pendahuluan Generasi F5 Padi Tipe Baru Turunan Tiga Kombinasi Persilangan.
Shalawat beserta salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah teladan dalam
segala aspek kehidupan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan masukan dan arahannya selama proses penelitian.
2. Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu E.K, MS. dan Dr. Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr.
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran pada saat ujian sidang.
3. Prof. Dr. Roedhy Poerwanto, MSc. selaku pembimbing akademik yang selalu
memotivasi dalam melaksanakan tugas akademik.
4. Bapak, Ibu, Kakak, dan Adik-adik yang selalu memotivasi dan mendo’akan
penulis.
5. Beasiswa Penelitian Armada 17 yang mendukung pendanaan penelitian,
Beastudi Etos, Beasiswa Cendekia, dan Beasiswa Mitsubishi yang telah
membantu pembiayaan selama studi di IPB.
6. Keluarga Besar Asrama TPB IPB, Dr. Irmansyah, Yuliani, Elvira Yunita,
Fitriani, Suwarti, Puspa Pratiwi, Widia Ayu Lestari, rekan-rekan Senior
Resident Merah Putih, Etoser 45, Himpunan Mahasiswa Jasinga on IPB,
adik-adik A5 angkatan 48 dan 49 yang menyemangati penulis.
7. Kakak Arif, Arina Saniaty, Rafiatul Rahmah, Siti Maesaroh, Indra
Kurniawati, Hasrat E.P., Khusnul Khotimah, Lela Marlenasari, Arinal Haq
Izzawati, Rifa Rusiva, dan Arif Rahman yang telah membantu dan
menyemangati dalam tugas akhir.
Semoga hasil penelitian ini berguna bagi pendidik dan yang memerlukan.
Bogor, Februari 2013
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Tujuan ........................................................................................................... 3
Hipotesis ....................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4
Metode Pemuliaan Padi ................................................................................ 4
Padi Tipe Baru .............................................................................................. 5
Uji Daya Hasil Pendahuluan ........................................................................ 7
Heritabilitas .................................................................................................. 8
BAHAN DAN METODE ................................................................................. 10
Tempat dan Waktu ....................................................................................... 10
Bahan dan Alat ............................................................................................. 10
Metode Penelitian ......................................................................................... 10
Analisis Data ................................................................................................ 12
Pelaksanaan .................................................................................................. 13
Pengamatan ................................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 15
Kondisi Umum ............................................................................................. 15
Keragaan Galur-galur Padi Tipe Baru .......................................................... 16
Karakter Vegetatif Galur-galur Padi Tipe Baru ........................................... 17
Tinggi Tanaman ........................................................................................ 17
Panjang Daun Bendera ............................................................................. 19
Jumlah Anakan Total dan Jumah Anakan Produktif ................................ 20
Karakter Generatif Galur-galur Padi Tipe Baru ........................................... 21
Panjang Malai ........................................................................................... 21
Jumlah Gabah Isi ...................................................................................... 25
Persentase Gabah Hampa ......................................................................... 25
Jumlah Gabah Total .................................................................................. 26
Umur Berbunga ........................................................................................ 27
Umur Panen .............................................................................................. 28
Bobot Seribu Butir .................................................................................... 28
Produktivitas ............................................................................................. 29
Keragaman Genetik dan Heritabilitas .......................................................... 31
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 33
Kesimpulan ............................................................................................... 33
Saran ......................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 34
LAMPIRAN ...................................................................................................... 37
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Galur harapan padi yang diuji, turunan dari tetua persilangan berbeda ........ 11
2. Analisis ragam ............................................................................................... 12
3. Sidik ragam karakter vegetatif dan generatif tanaman padi .......................... 16
4. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IR 64 x IPB98-F-5-1-1 .................................................................................. 18
5. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IPB117-F-5-1-1- x INPARI 1 ....................................................................... 18
6. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IR 64 x IPB117-F19-1-1 ............................................................................... 19
7. Rataan karakter generatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IR 64 x IPB98-F-5-1-1 .................................................................................. 22
8. Rataan karakter generatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IPB117-F-5-1-1- x INPARI 1 ....................................................................... 23
9. Rataan karakter generatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IR 64 x IPB117-F19-1-1 ............................................................................... 24
10. Tujuh galur padi yang memiliki kriteria PTB ................................................ 31
11. Nilai komponen ragam, heritabilitas, dan koefisien keragaman genetik ....... 31
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Serangan hawar daun bakteri pada padi galur IPB161-E-8 ........................... 15
2. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan tinggi tanaman ................................. 17
3. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan panjang daun bendera ...................... 19
4. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah anakan produktif .................. 20
5. Panjang malai padi Ciherang, IR 64 dan IPB161-E-26 .................................. 21
6. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan panjang malai ................................... 21
7. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah gabah isi per malai ............... 25
8. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan persentase gabah hampa .................. 26
9. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah gabah total per malai ........... 27
10. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan umur panen ...................................... 28
11. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan bobot seribu butir ............................. 29
12. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan produktivitas .................................... 30
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Penyemaian, pemeliharaan dan panen ............................................................ 37
2. Data iklim stasiun klimatologi Darmaga ........................................................ 37
3. Karakter agronomi beberapa galur yang data produktivitasnya tidak diperoleh
karena tingkat serangan penyakit tungro yang tinggi .................................... 38
4. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap tinggi tanaman, panjang daun
bendera, panjang malai, dan jumlah anakan total .......................................... 39
5. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah anakan produktif, umur
berbunga, umur panen, dan jumlah gabah isi ................................................ 39
6. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap persentase gabah hampa, jumlah
gabah total, bobot seribu butir, dan ............................................................... 39
7. Deskripsi varietas IR64 ................................................................................... 40
8. Deskripsi varietas Ciherang ............................................................................ 41
9. Deskripsi varietas IPB 4S ............................................................................... 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan pangan yang penting untuk memenuhi kebutuhan
mayoritas masyarakat Indonesia. Pramono et al. (2005) menyatakan bahwa
kebutuhan beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk. Berdasarkan data dari BPS (2012), laju pertumbuhan penduduk
Indonesia sekitar 1.49 % namun tidak diikuti dengan laju peningkatan produksi
yang signifikan. Faktor yang menyebabkan produksi belum memenuhi disebabkan
lahan persawahan yang dialih fungsikan menjadi perumahan, perluasan jalan,
industri dan pelandaian produktivitas.
Pelandaian produktivitas ini disebabkan oleh kekerabatan yang tinggi atau
latar belakang genetik yang sempit menyebabkan tidak diperolehnya peningkatan
potensi hasil yang nyata, sehingga terjadi kemandegan peningkatan potensi hasil
padi di Indonesia dan telah tercapainya potensi hasil optimum dari varietas unggul
baru. Oleh karena itu perlu dilakukan perakitan varietas unggul yang memiliki
potensi hasil lebih tinggi untuk mendukung ketahanan pangan nasional (Susanto
et al., 2003; Abdullah et al., 2008).
Upaya untuk meningkatkan hasil perlu diadakan program pemuliaan
tanaman. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan varietas yang lebih
produktif (Allard, 1992). Selanjutnya Las et al. (2003) menyatakan bahwa
pengembangan varietas unggul padi yang berpotensi hasil tinggi yaitu melalui
perakitan Padi Tipe Baru (PTB).
Perakitan PTB yang mempunyai potensi hasil lebih tinggi dari Varietas
Unggul Baru (VUB) telah dikembangkan oleh International Rice Research
Institute (IRRI). Pembentukan PTB di Indonesia dimulai sejak tahun 1995. Dari
program tersebut sudah dilepas PTB generasi pertama yaitu varietas unggul semi
tipe baru yaitu Cimelati (2001), Gilirang (2002), Ciapus (2003), dan varietas
unggul tipe baru Fatmawati (2003) yang memiliki potensi hasil 7.5-9 ton/ha
(BBPTP, 2009). Namun varietas-varietas tersebut masih mempunyai kekurangan,
2
seperti anakan yang terlalu sedikit dan kehampaan yang tinggi yang
mengakibatkan potensi hasilnya belum sesuai harapan (Abdullah et al., 2008).
Pada tahun 2001 pembentukan PTB lebih diintensifkan dengan
menggunakan berbagai sumber gen atau sifat dari indica, japonica, dan padi liar.
Dari program persilangan tersebut telah didapatkan galur-galur harapan yang
mempunyai sifat-sifat lebih baik, seperti kehampaan lebih rendah dan lebih tahan
terhadap hama penyakit (Abdullah et al., 2008). Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Faperta IPB, telah melaksanakan program pengembangan PTB sejak
tahun 1999 (Aswidinnoor et al., 2007). IPB telah meluncurkan tujuh varietas
PTB seperti Varietas IPB 3S dan IPB 4S yang mampu berpotensi hasil 10-11
ton/ha (Siregar et al., 2012).
PTB yang cocok untuk iklim Indonesia memiliki sifat-sifat penting seperti,
jumlah anakan sedang tetapi semuanya produktif, jumlah gabah per malai 150-200
butir, gabah bernas 85-95%, bobot 1,000 butir 25-26 g, batang kokoh dan pendek
(80-90 cm), daun tegak, sempit berbentuk huruf V dan berwarna hijau tua, 2-3
daun terakhir tidak cepat luruh, akar banyak dan menyebar dalam, gabah langsing
dan mutu beras baik, tahan terhadap hama penyakit utama. Dengan sifat-sifat yang
dimiliki, PTB diharapkan mampu mencapai potensi hasil 9-13 ton GKG/ha
(Abdullah et al., 2008).
Sampai saat ini pembentukan galur-galur PTB masih perlu dilakukan untuk
dapat dilepas sebagai varietas unggul tipe baru. Tahapan pembentukan sebelum
pelepasan varietas antara lain, hibridisasi, seleksi, uji daya hasil pendahuluan, uji
daya hasil lanjutan dan multilokasi. Pada penelitian ini dilakukan uji daya hasil
pendahuluan pada generasi F5. Galur-galur yang diuji diharapkan berpotensi hasil
tinggi dibandingkan varietas unggul yang ada saat ini.
3
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil 100 galur PTB generasi F5
untuk mendapatkan galur yang berpotensi hasil lebih tinggi.
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan hasil diantara galur-galur yang diuji.
2. Terdapat minimal satu galur PTB yang berdaya hasil tinggi dibandingkan
dengan varietas pembanding.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Pemuliaan Padi
Padi merupakan salah satu tanaman yang dapat menyerbuk sendiri.
Tanaman yang menyerbuk sendiri pada mulanya heterozigot akan makin
berkurang keragaman genetiknya apabila terjadi penyerbukan sendiri secara
terus-menerus. Keragaman tanaman masih dapat terjadi akibat adanya
penyerbukan silang yang menyebabkan adanya pertukaran gen dan dapat timbul
kombinasi baru yang mungkin dapat dimanipulasi. Terjadinya homozigot dari
populasi hasil persilangan dapat berlangsung secara cepat pada tanaman
menyerbuk sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan metode
pemuliaan tanaman (Poespodarsono, 1988).
Metode pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri yang sering digunakan yaitu,
introduksi, seleksi, dan hibridisasi. Introduksi merupakan sumber koleksi plasma
nutfah baik itu dari plasma nutfah yang diintroduksi di daerah asalnya (center of
origin) maupun plasma nutfah yang secara sengaja dibudidayakan di daerah yang
bukan asalnya (center of diversity). Seleksi yaitu proses pemilihan individu atau
kelompok dari populasi yang beragam untuk memperoleh tanaman yang
diharapkan. Hibridisasi merupakan penggabungan sifat dari sepasang atau lebih
tetua sehingga kemungkinan tanaman yang diperoleh mempunyai kombinasi sifat
yang diharapkan dan lebih unggul dari varietas yang sudah ada (Poespodarsono,
1988; Poehlman and Sleper, 1995).
Metode seleksi yang lazim digunakan dalam pemulian padi adalah metode
bulk dan pedigree. Metode pedigree sangat efektif dalam pemuliaan tanaman
dengan nilai heritabilitas tinggi seperti umur tanaman, tinggi tanaman serta
ketahanan terhadap hama dan penyakit. Metode bulk sering dimanfaatkan untuk
mengahsilkan galur-galur yang toleran terhadap suhu rendah, kekeringan,
salinitas, genangan air, pH rendah serta gangguan hama dan penyakit. Kedua
metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing (Harahap dan
Silitonga, 1993).
Metode pedigree pada prinsipnya seleksi dilaksanakan pada generasi awal
(F2) dengan tingkat segregasi yang tinggi, seleksi hasil tidak dapat dilakukan pada
5
generasi F2, seleksi berdasarkan fenotipe yang dilakukan berulang sampai tingkat
homozigositas yang dikehendaki (F2-F6), silsilah dari setiap galur diketahui, dan
umumnya untuk karakter heritabilitas arti sempit yang tinggi. Tujuan metode ini
untuk mendapatkan varietas baru dengan mengkombinasikan gen-gen yang
diinginkan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik dari tetuanya (Harahap
dan Silitonga, 1993; Syukur et al., 2012).
Kelebihan dari metode ini antara lain, hanya keturunan tanaman unggul
yang dilanjutkan pada generasi berikutnya, tanaman tidak terlalu banyak karena
tiap generasi dilakukan seleksi, hemat lahan, dan silsilah galur dapat diketahui.
Kelemahannya yaitu, perlu didukung tenaga ahli, tersedianya fasilitas pengujian
hama penyakit, tiap generasi harus dilakukan pencatatan, dan kemungkinan ada
genotipe baik yang terbuang pada saat tanaman masih bersegregasi akibat seleksi
(Harahap dan Silitonga, 1993; Syukur et al., 2012).
Pada prinsipnya metode bulk merupakan metode yang paling sederhana,
tidak dilakukan seleksi pada generasi awal. Generasi F2 sampai F6 terjadi seleksi
secara alami tanpa diseleksi oleh pemulia. Seleksi mulai dilakukan pada generasi
diantara F6 dan F8 dengan tingkat homozigositas yang tinggi, kemudian diuji daya
hasil dan adaptasinya. Kelebihan metode bulk relatif lebih mudah dan tidak
banyak memerlukan tenaga terlatih. Kelemahannya silsilah tidak tercatat diawal.
Galur yang memiliki potensi hasil melebihi varietas pembanding dapat dilepas
menjadi varietas unggul. (Harahap dan Silitonga, 1993; Syukur et al., 2012).
Padi Tipe Baru
Revolusi Hijau dicirikan dengan adanya varietas IR8 yang sangat responsif
terhadap pemupukan yang telah tersebar luas di berbagai negara. Revolusi hijau
mampu menghasilkan produksi padi yang meningkat luar biasa. Namun, sejak
tahun 1980-an produktivitas padi sawah relatif tidak meningkat karena keragaman
genetik yang sempit. Upaya terobosan dilakukan untuk membentuk arsitektur
tanaman yang memungkinkan peningkatan produktivitas tanaman. Padi yang
dihasilkan kemudian dikenal dengan padi tipe baru (Susanto et al., 2003).
6
Padi Japonica memiliki anakan yang lebih sedikit dibanding padi Indica
(Abdullah et al., 2008). Padi tipe baru dirakit dengan memadukan keunggulan
sifat tanaman padi subspesies Japonica (tropika dan subtropika) dengan padi
subspesies Indica. Potensi hasil PTB 10-20% lebih tinggi dari IR 64 (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2004). Pembentukan Padi Tipe Baru
(PTB) di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1995. Hasil perpaduan padi Indica
dengan padi Japonica terbentuk PTB generasi pertama. PTB generasi pertama
sudah dilepas varietas unggul semi tipe baru yaitu Cimelati (2001), Gilirang
(2002), Ciapus (2003), dan varietas unggul tipe baru Fatmawati (2003) yang
memiliki potensi hasil 7.5-9 ton/ha (BBPTP, 2009). Namun varietas-varietas
tersebut masih mempunyai kekurangan, seperti anakan yang terlalu sedikit dan
kehampaan yang tinggi yang mengakibatkan potensi hasilnya belum sesuai
harapan (Abdullah et al., 2008).
Pada tahun 2001 pembentukan PTB lebih diintensifkan dengan
menggunakan berbagai sumber gen dari Indica, Japonica dan Padi liar. Dari
persilangan tersebut diperoleh PTB generasi kedua dengan sifat lebih baik dari
generasi pertama. Dari program persilangan tersebut telah didapatkan galur-galur
harapan yang mempunyai sifat lebih baik seperti kehampaan lebih rendah dan
lebih tahan terhadap hama penyakit utama (Abdullah et al., 2008).
Pengembangan untuk perakitan PTB terus dilakukan untuk mendapatkan
potensi hasil sesuai harapan. Galur-galur yang diuji pada penelitian sebelumnya
(Haryadi, 2006), menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji memiliki jumlah
gabah bernas lebih banyak dibandingkan varietas IR 64 dan Ciherang. Penelitian
yang dilakukan oleh Saniaty (2012) menunjukkan sifat penting pada padi tipe baru
antara lain memiliki jumah anakan produktif 10-13 anakan, jumlah gabah total per
malai, jumlah gabah isi per malai, persentase gabah isi per malai, bobot seribu
butir dan produktivitas yang lebih tinggi dari varietas unggul IR 64, Ciherang dan
IPB 4S. Galur-galur PTB bisa mencapai potensi hasil 8-12 ton/ha namun masih
menunjukkan persentase gabah hampa yang tinggi.
Pembentukan PTB yang cocok untuk iklim Indonesia diarahkan dengan ciri-
ciri (a) jumlah anakan sedang tetapi semuanya produktif (12-18 batang), (b)
jumlah gabah per malai 150-200 butir, (c) gabah bernas 85-95%, (d) bobot 1,000
7
butir 25-26 g, (e) batang kokoh dan pendek (80-90 cm), (f) daun tegak, sempit
berbentuk huruf V dan berwarna hijau tua, (g) 2-3 daun terakhir tidak cepat luruh,
(h) akar banyak dan menyebar dalam, (i) gabah langsing dan mutu beras baik, (f)
tahan terhadap hama penyakit utama. Potensi hasil dengan kriteria PTB
diharapkan mampu mencapai 9-13 ton GKG/ha (Abdullah et al., 2008). Yoshida
(1981) menyebutkan waktu pertumbuhan padi optimum untuk daerah tropis yaitu
selama 120 hari.
Strategi untuk mengembangkan padi tipe baru yaitu meningkatkan indeks
panen 0.6 dan dengan meningkatan kemampuan fotosintesis yang dapat
meningkatkan total hasil. PTB harus memiliki potensi hasil 12.5-13 ton/ha
(Khush, 1995). Indeks panen dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
penyimpanan energi dalam biji (gabah) atau meningkatkan ukuran sink. Ukuran
sink dapat ditingkatkan dengan jumlah bulir per malai banyak, partisi fotosintesis
dalam gabah besar, peningkatan gabah isi, daun tetap stay green, pemeliharaan
kesehatan akar, dan meningkatkan resistensi terhadap hama penyakit (Khush,
2001).
Uji Daya Hasil Pendahuluan
Pembentukan varietas padi bertujuan untuk menghimpun sebanyak mugkin
sifat-sifat yang baik ke dalam suatu varietas baru. Hal ini dengan dicirikan oleh
perbaikan potensi hasil, kemantapan dan mutu hasil serta umur yang pendek.
(Harahap dan Silitonga, 1993). Pemuliaan tanaman banyak ditekankan pada usaha
produktivitas hasil pertanian, yang pada akhirnya tujuan pemuliaan tanaman
tercapai yaitu adanya kenaikan hasil (Allard, 1992). Pengujian ini diupayakan
untuk memperoleh karakter potensi hasil tinggi dengan mengumpulkan semua
gen-gen yang diinginkan.
Pengembangan galur-galur harapan didahului oleh uji lapang yang intensif
untuk menentukan galur yang berpotensi hasil tinggi dan mantap dengan adaptasi
luas maupun spesifik. Galur-galur yang dapat memenuhi persyaratan untuk
dilepas akan cepat dikembangkan petani bila tersedia benih yang cukup dan
bermutu tinggi (Harahap dan Silitonga, 1993).
8
Tahapan dalam pemuliaan tanaman setelah hibridisasi adalah seleksi. Pada
tanaman yang memiliki tingkat homozigot yang tinggi maka selanjutnya adalah
uji daya hasil pendahuluan, uji daya hasil lanjutan dan pelepasan varietas. Uji
daya hasil pendahuluan dapat dilakukan pada generasi F6 sampai F8.
(Poepodarsono, 1988; Syukur et al., 2012). Pada uji daya hasil pendahuluan
dilakukan dalam satu lokasi dan satu musim saja karena galur yang diseleksi
sangat banyak namun benih yang ada masih terbatas.
Heritabilitas
Karakter produksi, kadar protein, dan kualitas hasil dikendalikan oleh
banyak gen yang masing-masing mempunyai pengaruh kecil pada karakter itu.
Karakter demikian disebut karakter kuantitatif yang banyak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Permasalahannya adalah seberapa jauh suatu karakter
disebabkan faktor genetik sebagai akibat aksi gen dan seberapa jauh disebabkan
oleh lingkungan (Syukur et al., 2012). Poespodarsono (1988) menambahkan,
masing-masing pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan sulit diketahui secara
langsung peranannya. Pengaruh genetik mempunyai arti penting untuk
menentukan nilai pemuliaan tanaman. Semakin tinggi perbedaan nilai genetik
berarti seleksi akan makin efektif.
Karakter yang muncul dari suatu tanaman merupakan hasil dari genetik dan
lingkungan, yaitu P = G + E. Ragam fenotipe terdiri dari ragam genetik (2G) dan
ragam lingkungan 2
E serta interaksi antara keduanya. Rumus matematisnya:
2p =
2G +
2E +
2GxE. Ragam genetik suatu populasi sangat penting dalam
program pemuliaan sehingga pendugaan peranannya perlu dilakukan. Seberapa
besar ragam fenotipe akan diwariskan dan diukur oleh parameter yang dinamakan
heritabilitas.
Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genotipe dan total
ragam fenotipe dari suatu karakter. Hubungan ini menggambarkan seberapa jauh
fenotipe yang tampak merupakan refleksi dari genotipe. Heritabilitas dibedakan
menjadi heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit (Syukur et al., 2012).
9
Niai heritabilitas dikatakan tinggi apabila nilai > 50%, sedang apabila nilai 20-
50% dan rendah apabila nilai < 20% (Mc. Whriter dalam Alnopri, 2004).
Sifat kualitatif umumnya mempunyai heritabilitas tinggi, sebaliknya sifat
kuantitatif mempunyai heritabilitas rendah. Sifat kualitatif dikendalikan oleh gen
sederhana sehingga penampakan sifat tidak kaburkan oleh lingkungan
(Pospodarsono, 1988). Nilai duga heritabilitas perlu diketahui untuk menduga
kemajuan dari suatu seleksi, apakah karakter tersebut banyak dipengaruhi oleh
faktor genetik atau lingkungan. Jika keturunannya mempunyai ragam genetik
lebih tinggi daripada ragam lingkungan maka heritabilitas akan tinggi (Syukur
et al., 2012). Jika ragam genetik rendah daripada lingkungan maka heritabilitas
rendah. Seleksi akan efektif ketika ragam genetik lebih tinggi daripada ragam
lingkungan (Poehlman, 1983).
Keragaman genetik dan heritabilitas sangat bermanfaat dalam proses
seleksi. Seleksi akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik
yang luas dan heritabilitas yang tinggi (Syukur et al., 2010). Efektifitas seleksi
tanaman dengan hasil tinggi dalam populasi yang beragam akan tergantung pada
(a) sejauh mana variabilitas hasil tanaman individu dalam populasi merupakan
hasil dari faktor genetik pada tanaman terpilih, (b) sejauh mana variabilitas antara
tanaman dengan lingkungan tumbuh. Seleksi tanaman untuk hasil tinggi tidak
akan efektif jika variasi lingkungan lebih tinggi dari pada variasi genetik
(Poehlman, 1983).
10
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Lahan petani Desa Sindang Barang,
Kecamatan Laladon, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 300 meter
di atas permukaan laut (m dpl) pada bulan Januari sampai Mei 2012. Perhitungan
komponen hasil dilakukan di Laboratorium Benih Departemen Agronomi dan
Hortikultura Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Genotipe yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 100 galur PTB
dengan tiga varietas pembanding (IR 64, Ciherang, dan IPB 4S). Genotipe yang
diuji dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis pupuk dan dosis pupuk yang digunakan
yaitu Urea 150 kg/ha, dan Phonska 300 kg/ha. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas peralatan budidaya, grain moisture meter yang
digunakan untuk mengukur kadar air, dan timbangan digital.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan augmented dalam RKLT
(Rancangan Kelompok Lengkap Teracak) faktor tunggal dengan perlakuan galur.
Galur yang digunakan terdiri atas 100 galur PTB dengan 3 varietas unggul
pembanding yaitu Ciherang, IR 64, dan IPB 4S yang masing-masing pembanding
lima ulangan sehingga berjumlah 115 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan
ditanam pada petakan yang berukuran 5 m² dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm,
sehingga total luasan petak percobaan ± 600 m².
11
Tabel 1. Galur harapan padi yang diuji, turunan dari tetua persilangan berbeda
No.
Tetua persilangan
IR 64 x
IPB98-F-5-1-1
IPB117-F-5-1-1
x INPARI 1
IR 64 x
IPB117-F-19-1-1
1. IPB161-E-1 IPB163-E-1 IPB165-E-1
2. IPB161-E-2 IPB163-E-2 IPB165-E-2
3. IPB161-E-3 IPB163-E-3 IPB165-E-3
4. IPB161-E-4 IPB163-E-4 IPB165-E-4
5. IPB161-E-5 IPB163-E-5 IPB165-E-5
6. IPB161-E-6 IPB163-E-6 IPB165-E-6
7. IPB161-E-7 IPB163-E-7 IPB165-E-7
8. IPB161-E-8 IPB163-E-8 IPB165-E-8
9. IPB161-E-9 IPB163-E-9 IPB165-E-9
10. IPB161-E-10 IPB163-E-10 IPB165-E-10
11. IPB161-E-11 IPB163-E-11 IPB165-E-11
12. IPB161-E-12 IPB163-E-12 IPB165-E-12
13. IPB161-E-13 IPB163-E-13 IPB165-E-13
14. IPB161-E-14 IPB163-E-14 IPB165-E-14
15. IPB161-E-15 IPB163-E-15 IPB165-E-15
16. IPB161-E-16 IPB163-E-16 IPB165-E-16
17. IPB161-E-17 IPB163-E-17 IPB165-E-17
18. IPB161-E-18 IPB163-E-18 IPB165-E-18
19. IPB161-E-19 IPB163-E-19 IPB165-E-19
20. IPB161-E-20 IPB163-E-20 IPB165-E-20
21. IPB161-E-21 IPB163-E-21 IPB165-E-21
22. IPB161-E-22 IPB163-E-22 IPB165-E-22
23. IPB161-E-23 IPB163-E-23 IPB165-E-23
24. IPB161-E-24 IPB163-E-24 IPB165-E-24
25. IPB161-E-25 IPB163-E-25 IPB165-E-25
26. IPB161-E-26 IPB163-E-26 IPB165-E-26
27. IPB161-E-27 IPB163-E-27 IPB165-E-27
28. IPB161-E-28 IPB163-E-28 IPB165-E-28
29. IPB161-E-29 IPB163-E-29 IPB165-E-29
30. IPB161-E-30 IPB163-E-30 IPB165-E-30
31. IPB161-E-31
32. IPB161-E-32
33. IPB161-E-33
34. IPB161-E-34
35. IPB161-E-35
36. IPB161-E-36
37. IPB161-E-37
38. IPB161-E-38
39. IPB161-E-39
40. IPB161-E-40
Pembanding
41. Ciherang
42. IR64
43. IPB 4S
12
Model liniernya adalah:
Yij=µ+βi+Gj+εij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada pengaruh perlakuan
µ = Nilai tengah umum
βi = Pengaruh ulangan ke-i (1,2,3,4,5)
Gj = Pengaruh galur ke-j (1,2,3,4,..100)
εij = Pengaruh galat percobaan
Analisis Data
Data dianalisis dengan uji F pada taraf 5%. Apabila hasil uji F berpengaruh
nyata maka akan diuji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% dan 1%
yang bertujuan untuk membandingkan nilai tengah galur yang diuji dengan
pembanding. Untuk mengetahui keragaman genetik dari galur-galur yang diuji
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis ragam
Sumber Keragaman (SK) Derajat Bebas (db) Mean Square (M)
Block r-1 M0
Perlakuan (g+t)-1 M1
Genotype (G) g-1 M2
Treatment (T) t-1 M3
G x T 1 M4
Error t(r-1) M5
Subadra dan Sjamsudin 2004
Rumus:
2g= M2-M5
2P= M2 h
2bs= (
2g/
2p) x 100%
KKG = (√2
g / ) x 100%
Keterangan: r (ulangan), t (treatment/varietas pembanding), g (galur yang diuji), 2g (ragam genetik),
2P (ragam fenotipe), h
2bs (heritabilitas arti luas),
= rataan, ragam lingkungan pada galur yang diuji tidak dapat diduga
13
Pelaksanaan
Pra Tanam
Benih disemai pada petakan kecil yang dipisah berdasarkan nomor galurnya.
Lahan yang akan digunakan diolah terlebih dahulu 1 minggu sebelum tanam.
Lahan yang diolah untuk digunakan dalam penelitian seluas ± 600 m².
Tanam
Bibit yang digunakan berumur 19 HSS (Hari Setelah Semai). Bibit tersebut
merupakan hasil persemaian yang diseleksi terlebih dahulu pada generasi
sebelumnya. Bibit kemudian dipindah (transplanting) ke petakan yang luasnya
5 m², ditanam 1 bibit per lubang dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan, dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman. Tanaman padi dipupuk dalam tiga tahap. Pada tahap
pertama dipupuk pada 1 Hari Setelah Tanam (HST) dengan pupuk phonska dosis
200 kg/ha. Tahap kedua diberikan pupuk phonska dan urea masing-masing dosis
100 kg/ha pada saat 3 MST. Tahap ketiga diberikan pupuk urea dosis 50 kg/ha
pada saat 7 MST.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma
sampai ke akar-akarnya. Pengendalian hama penyakit dengan aplikasi insektisida
berbahan aktif imidaklorpid. Waktu pengendalian hama dan penyakit dilakukan
pada saat tanaman terlihat gejala serangan penyakit yaitu mulai pada 3 MST.
Pemeliharaan meliputi pengairan sawah dan pengeringan pada saat menjelang
panen.
Panen
Padi yang siap dipanen dicirikan dengan 90% bulir padi telah menguning
yaitu sekitar 30 hari setelah berbunga atau 14 MST. Pemanenan dilakukan manual
14
dengan memotong pangkal malai dengan gunting atau sabit kemudian dipisah
antar petakan dan antar galur. Pengambilan tanaman contoh dilakukan dengan
memilih lima tanaman contoh tiap galur. Pemanenan dilakukan tidak serempak
karena umur panen padi berbeda-beda. Bobot panen tiap galur dihitung pada
kadar air 14%.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan terdiri dari pengamatan petakan dan
pengamatan tanaman contoh.
A. Pengamatan petakan
1. Hasil Gabah Kering Giling (GKG), dihitung berdasarkan bobot petakan
kemudian dikonversi perhektar pada kadar air 14%.
2. Umur berbunga, dihitung pada saat tanaman berbunga 80%.
3. Umur panen, yaitu umur tanaman pada saat 90% bulir yang ada dalam setiap
galur telah masak.
B. Pengamatan tanaman contoh
1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari atas permukaan tanah sampai daun bendera
yang masih tegak.
2. Panjang daun bendera (cm)
3. Jumlah anakan total, yaitu jumlah total anakan setiap rumpun tanaman
contoh.
4. Jumlah anakan produktif, yaitu jumlah anakan yang bermalai.
5. Panjang malai (cm), yaitu diukur dari pangkal malai sampai ujung malai.
6. Bobot 1,000 butir (g).
7. Jumlah gabah bernas per malai, yaitu jumlah gabah yang bernas per malai
dihitung dari pengurangan gabah total dengan hampa.
8. Jumlah gabah total per malai, yaitu jumlah gabah total (gabah bernas dan
gabah hampa) setiap malai.
9. Presentase gabah hampa per malai (%), yaitu hasil bagi antara jumlah gabah
hampa per malai dengan jumlah gabah total di kali 100.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Curah hujan rata-rata di kawasan penelitian sebesar 308 mm/bulan, suhu
minimum 25.1 ⁰C dan maksimum 26.2 ⁰C dengan rata-rata suhu 25.8 ⁰C,
kelembaban udara sebesar 84.8% yang diukur dari bulan Januari sampai Mei
2012.
Penelitian ini menggunakan 100 galur F5 hasil seleksi generasi sebelumnya.
Galur yang dipakai merupakan turunan persilangan tiga tetua yaitu
IR64 x IPB98-F-5-1-1, IPB117-F-5-1-1- x INPARI1 dan IR64 x IPB117-F19-1-1.
Varietas pembanding yang digunakan yaitu IR 64, Ciherang, dan IPB 4S.
Serangan hama berupa keong mas (Pomacea canaliculata), walang sangit
(Leptocorisa oratorius), dan burung (Lonchura spp). Pengendalian keong mas
dengan mengeringkan areal pertanaman dan membuang keong secara manual.
Serangan walang sangit muncul ketika padi telah membentuk malai sampai
matang susu. Hal ini mengakibatkan bulir padi menjadi hampa dan berwarna
kecoklatan. Burung menyerang padi pada pagi hari dan sore hari.
(a) (b)
Gambar 1. Serangan hawar daun bakteri pada padi galur IPB161-E-8 (a), serangan
tungro (b)
Gangguan lapang yang ditemui terutama serangan hawar daun bakteri
(Xanthomonas oryzae pv. oryzae) dan tungro mulai menyerang pada saat 3 MST.
16
Tanaman yang bergejala tungro yaitu dengan menyabut tanaman terserang dan
membuangnya jauh dari areal pertanaman. Tanaman yang terkena tungro
disemprot secara manual dengan menggunakan insektisida yang berbahan aktif
imidaklorpid untuk menekan pertumbuhan penyakit. Penyebaran tungro diduga
disebabkan karena faktor lingkungan yaitu kelembaban yang tinggi sebesar
84.8%. Menurut Chozin (2006) kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan
intensitas serangan penyakit yang tinggi pula.
Keragaan Galur-galur Padi Tipe Baru
Hasil sidik ragam pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa galur tidak
berpengaruh nyata terhadap karakter tinggi tanaman, panjang malai, panjang daun
bendera, jumlah anakan total, dan jumlah anakan produktif. Galur berpengaruh
nyata pada karakter umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi, jumlah gabah
hampa, jumlah gabah total, persentase gabah hampa, bobot 1,000 butir, dan hasil.
Galur yang berpengaruh nyata memperlihatkan adanya keragaman terhadap
karakter-karakter yang diamati pada galur-galur padi tipe baru
Tabel 3. Sidik ragam karakter vegetatif dan generatif tanaman padi
Karakter F hitung KK (%)
Tinggi tanaman (cm) 0.22tn
4.69
Panjang malai (cm) 2.35tn
3.02
Panjang daun bendera (cm) 1.36tn
8.50
Jumlah anakan total 0.22tn
33.78
Jumlah anakan produktif 0.22tn
33.63
Umur berbunga (HSS) 3.10*
1.94
Umur panen (HSS) 4.15* 1.28
Jumlah gabah isi 6.23**
6.37
Jumlah gabah hampa 3.91* 18.77
Jumlah gabah total 406.81**
9.19
Persentase gabah hampa 4.49* 13.07
Bobot 1,000 butir (g) 3.08* 4.06
Hasil 5.31**
9.26 Keterangan: *;** (berturut-turut berpengaruh nyata pada taraf 5% dan 1%), tn (tidak berpengaruh
nyata), KK (koefisien keragaman)
Nilai KK (Koefisien Keragaman) hampir sebagian besar peubah yang
diamati berada di bawah 20 %, kecuali peubah jumlah anakan total dan jumlah
17
anakan produktif yang memenuhi nilai KK di atas 20%. Ghomez dan Ghomez
(2010) menyatakan bahwa nilai KK menunjukan tingkat ketepatan perlakuan yang
diperbandingkan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan.
Semakin tinggi nilai KK maka keandalan percobaan makin rendah.
Karakter Vegetatif Galur-galur Padi Tipe Baru
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji tidak berpengaruh
nyata terhadap peubah tinggi tanaman pada uji F. Rataan karakter vegetatif galur-
galur yang diuji dapat dilihat pada Tabel 4, 5 dan 6.
Gambar 2. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan tinggi tanaman
Hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Gambar 2, galur-galur yang diuji
memiliki tinggi tanaman dengan kisaran 94-132 cm. Varietas pembanding
Ciherang, IR64, dan IPB4S memiliki tinggi masing-masing 108 cm, 100 cm dan
113 cm. Karakter Galur IPB165-E-18 merupakan galur yang memiliki tinggi
terpanjang (132 cm). Galur IPB161-E-29 merupakan galur terpendek yaitu 94 cm.
Menurut Rasyad (1999) tanaman padi yang pendek lebih diinginkan agar tahan
terhadap kerebahan. Terdapat 37 galur atau 38.1% yang memiliki tinggi tanaman
yang pendek.
4
33
44
15
10
20
40
60
90-100 101-110 111-120 121-130 130-140
Jum
lah
galu
r
Tinggi tanaman (cm)
18
Tabel 4. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IR 64 x IPB98-F-5-1-1
Galur TT
(cm)
PDB
(cm)
J
A
T
J
A
P
Galur TT
(cm)
PDB
(cm)
J
A
T
J
A
P
IPB161-E-1 100.3 28.8 16 15 IPB161-E-23 116.5 38.0 14 13
IPB161-E-2 117.9 41.3 10 10 IPB161-E-24 101.6 31.3 14 14
IPB161-E-3 104.3 32.6 10 10 IPB161-E-25 106.9 33.6 13 13
IPB161-E-4 99.2 33.9 9 9 IPB161-E-26 116.3 44.0 12 11
IPB161-E-6 123.3 40.1 11 10 IPB161-E-27 110.1 32.7 13 13
IPB161-E-7 107.1 38.3 16 14 IPB161-E-28 108.3 41.1 14 14
IPB161-E-8 118.1 37.6 11 11 IPB161-E-30 100.8 38.3 12 12
IPB161-E-9 106.1 36.1 12 12 IPB161-E-31 113.9 36.7 18 17
IPB161-E-10 115.6 41.7 13 12 IPB161-E-33 102.6 31.0 16 16
IPB161-E-12 110.0 42.0 12 11 IPB161-E-34 108.3 35.7 15 15
IPB161-E-14 119.4 41.6 14 14 IPB161-E-35 118.2 39.3 14 13
IPB161-E-16 125.0 48.3 11 10 IPB161-E-37 114.7 42.2 18 17
IPB161-E-17 110.1 38.5 14 13 IPB161-E-38 124.2 47.0 17 15
IPB161-E-18 111.2 39.0 12 11 IPB161-E-40 122.7 42.7 14 14
IPB161-E-19 111.0 41.1 11 11 Ciherang 107.8 29.7 18 18
IPB161-E-20 114.3 44.8 13 12 IR 64 99.8 32.8 22 22
IPB161-E-21 115.7 37.4 16 15 IPB 4S 112.8 35.7 12 12
IPB161-E-22 109.0 35.0 14 14 Keterangan: TT (Tinggi Tanaman), PDB (Panjang Daun Bendera), JAT (Jumlah Anakan
Total), JAP (Jumlah Anakan Produktif)
Tabel 5. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IPB117-F-5-1-1- x INPARI 1
Galur TT
(cm)
PDB
(cm)
JA
T
JA
P Galur
TT
(cm)
PDB
(cm)
JA
T
JA
P
IPB163-E-1 121.6 38.9 12 12 IPB163-E-20 117.1 36.2 15 15
IPB163-E-2 104.7 36.3 19 17 IPB163-E-21 117.2 38.8 13 12
IPB163-E-4 118.4 39.1 9 8 IPB163-E-23 125.4 43.4 17 17
IPB163-E-6 122.7 44.2 16 15 IPB163-E-24 126.9 39.6 14 14
IPB163-E-7 117.2 35.8 14 14 IPB163-E-25 119.0 38.3 13 13
IPB163-E-8 115.6 35.1 11 10 IPB163-E-26 121.5 41.4 11 11
IPB163-E-9 118.8 38.7 15 14 IPB163-E-27 114.8 36.0 11 11
IPB163-E-10 113.4 46.5 12 12 IPB163-E-28 125.5 37.4 11 11
IPB163-E-13 121.2 37.1 11 10 IPB163-E-29 118.5 39.7 13 12
IPB163-E-16 110.5 33.8 12 11 Ciherang 107.8 29.7 18 18
IPB163-E-17 107.4 28.5 13 13 IR 64 99.8 32.8 22 22
IPB163-E-18 110.6 30.8 14 13 IPB 4S 112.8 35.7 12 12
IPB163-E-19 111.7 38.4 18 18 Keterangan: TT (Tinggi Tanaman), PDB (Panjang Daun Bendera), JAT (Jumlah Anakan Total),
JAP (Jumlah Anakan Produktif)
19
Tabel 6. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IR 64 x IPB117-F19-1-1
Galur TT
(cm)
PDB
(cm)
JA
T
JA
P Galur
TT
(cm)
PDB
(cm)
JA
T
JA
P
IPB165-E-6 119.4 37.0 12 12 IPB165-E-22 107.4 34.8 11 11
IPB165-E-7 111.9 29.2 12 12 IPB165-E-23 111.7 35.6 16 16
IPB165-E-8
107.0 34.1 11 11 IPB165-E-24 120.5 38.3 14 14
IPB165-E-9 108.3 38.6 14 13 IPB165-E-25 118.2 34.3 13 12
IPB165-E-11 123.1 38.8 13 13 IPB165-E-27 103.8 34.5 10 10
IPB165-E-16 111.4 36.3 14 13 IPB165-E-29 127.4 44.0 11 10
IPB165-E-17 99.9 38.5 14 14 Ciherang 107.8 29.7 18 18
IPB165-E-18 132.2 41.7 13 12 IR 64 99.8 32.8 22 22
IPB165-E-19 116.7 36.8 13 12 IPB 4S 112.8 35.7 12 12
IPB165-E-20 114.1 35.1 17 17 Keterangan: TT (Tinggi Tanaman), PDB (Panjang Daun Bendera), JAT (Jumlah Anakan Total),
JAP (Jumlah Anakan Produktif)
Panjang Daun Bendera
Menurut Jennings et al. (1979), daun bendera sangat penting dalam
kemampuan untuk menghasilkan karena pemasok utama fotosintat yang langsung
didistribusikan ke malai. Sebaran panjang daun bendera dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan panjang daun bendera
Hasil pengamatan (Gambar 3) menunjukkan bahwa panjang daun bendera
yang diuji berada pada kisaran 29-48 cm. Daun bendera terpendek dimiliki galur
IPB163-E-17 dengan ukuran 29 cm sedangkan daun bendera terpanjang dimiliki
oleh galur IPB161-E-16 dengan ukuran 48 cm. Galur-galur yang diuji secara
umum memiliki panjang daun bendera > 30 cm. Saniaty (2012) menyatakan
3
18
51
21
4
0
10
20
30
40
50
60
25-30 31-35 36-40 41-45 46-50
Jum
lah
galu
r
Panjang daun bendera (cm)
20
bahwa panjang daun bendera yang ≥ 30 cm dan tegak berpotensi untuk diseleksi
dan dilakukan uji lebih lanjut.
Jumlah Anakan Total dan Jumlah Anakan Produktif
Jumlah anakan total galur-galur yang diuji berkisar antara 9-20 anakan.
Galur-galur yang duji (> 50%) memiliki jumlah anakan yang sedang (12-18
anakan). Galur IPB161-E-29 memiliki jumlah anakan terbanyak (20 anakan).
Abdullah et al. (2008) menyatakan bahwa galur-galur PTB memiliki jumlah
anakan sedang.
Gambar 4. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah anakan produktif
Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif galur-galur
yang diuji berada pada kisaran 8-18 anakan. Galur dengan jumlah anakan
produktif 8-12 anakan yaitu sebanyak 45 galur dan IPB 4S, 13-17 anakan
sebanyak 48 galur dan Ciherang, dan 18-20 anakan yaitu 4 galur dan IR 64.
Galur-galur yang mirip dengan kriteria PTB > 50% memiliki jumlah anakan
produktif sedang. Menurut Makarim dan Suhartatik (2009), kapasitas anakan
merupakan salah satu sifat utama yang penting pada varietas unggul yang menjadi
salah satu peubah potensi hasil. Abdullah et al. (2008) menyatakan bahwa
pembentukan PTB diarahkan pada anakan produktif sedang (12-18 anakan). Total
anakan per rumpun yang terlalu banyak akan mengakibatkan masa masak malai
tidak serempak sehingga akan menurukan produktivitas. Dengan jumlah anakan
sedang diharapkan masak malai sama namun bila jumlah gabah per malai banyak
45 48
4
0
20
40
60
8-12. 13-17 18-20
Jum
lah
galu
r
Jumlah anakan produktif
21
maka masa pemasakan akan lebih lama sehingga tingkat kehampaan tinggi karena
ketidak mampuan source mengisi sink.
Karakter Generatif Galur-galur Padi Tipe Baru
Panjang Malai
Haryadi (2006) menyatakan bahwa panjang malai dikelompokkan menjadi
tiga kelas yaitu (a) malai pendek < 20 cm, (b) malai sedang 20-30 cm, dan (c)
malai panjang > 30 cm. Perbedaan panjang malai dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Panjang malai padi Ciherang, IR 64 dan IPB161-E-26
Gambar 6. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan panjang malai
Hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Gambar 6 terlihat bahwa galur-
galur yang diuji memiliki panjang malai berkisar 25-33 cm. Galur IPB165-E-1
memiliki malai terpendek yaitu 25 cm, sedangkan galur IPB165-E-29 memiliki
malai terpanjang yaitu 33 cm. Varietas pembanding berada pada kategori kelas
sedang yaitu dengan panjang malai 27-29 cm.
24
69
7
0
20
40
60
80
25-27 28-30 31-33
Jum
lah
galu
r
Panjang malai (cm)
22
Tabel 7. Rataan karakter generatif galur-galur yang diuji turunan dari tetua
IR 64 x IPB98-F-5-1-1
Galur PM
(cm)
JGI JGT GH
(%)
BSB
(g)
UB
(HSS)
UP
(HSS)
Hasil
(ton/ha)
IPB161-E-1 27.1 132ab
184
31
25.2 93 114
4.780
IPB161-E-2 29.3 197ab
260ab
24d
27.2 93 115 2.720
IPB161-E-3 26.9 174ab
243ab
28 27.6 91 115 4.905
IPB161-E-4 27.0 134ab
226b
41bc
29.0 90 110 4.164
IPB161-E-6 29.9 166ab
204b
19d
32.3ac
90 111 5.827
IPB161-E-7 27.8 187ab
215b
12de
26.6 92 111 5.281
IPB161-E-8 27.8 171ab
286ab
39c
24.4 89 110 3.506
IPB161-E-9 26.2 160ab
223b
28 23.1 89 110 4.307
IPB161-E-10 28.5 161ab
217b
26d
29.1 91 115 3.102
IPB161-E-12 26.1 200ab
281ab
28 27.0 91 115 4.439
IPB161-E-14 28.4 196ab
297ab
34c
28.7 90 115 6.474ab
IPB161-E-16 26.5 250abc
336abc
25d
28.8 90 114 5.677
IPB161-E-17 29.0 152ab
209b
27d
25.9 92 115 4.847
IPB161-E-18 26.3 182ab
249ab
26d
22.4 92 115 3.757
IPB161-E-19 28.7 157ab
212b
25d
24.0 90 114 3.839
IPB161-E-20 26.9 230ab
297ab
24d
24.6 92 115 4.919
IPB161-E-21 27.9 161ab
197 18d
30.6 89 114 6.046
IPB161-E-22 27.5 141ab
207b
31 27.5 90 115 2.959
IPB161-E-23 28.2 188ab
302ab
37c
27.8 91 115 2.421
IPB161-E-24 27.2 152ab
189 19d
26.8 89 111 4.414
IPB161-E-25 26.4 182ab
220 17de
25.8 92 115 4.434
IPB161-E-26 29.1 208ab
301ab
30
26.7 93 114 5.374
IPB161-E-27 27.0 188ab
225b
17de
29.1 92 114 5.644
IPB161-E-28 30.6 162ab
225b
28 26.2 93 119abc
4.287
IPB161-E-30 28.4 156ab
216b
28 26.6 95 123abc
3.870
IPB161-E-31 26.3 267abc
296ab
10def
24.3 91 115c
4.815
IPB161-E-33 27.5 171ab
225b
23d
25.8 90 115c
4.280
IPB161-E-34 27.0 185ab
223b
18d
26.9 92 116c
6.194b
IPB161-E-35 29.3 207ab
259ab
21d
26.8 92 111 6.164b
IPB161-E-37 29.8 177ab
270ab
35c
26.6 93 119abc
4.864
IPB161-E-38 30.0 218ab
307ab
29 27.0 93 116c
6.485ab
IPB161-E-40 30.0 215ab
288ab
25d
25.4 91 115c
5.227
Ciherang 25.5 96 160 39 28.1 91 114 4.686
IR 64 27.0 94 132 29 29.5 87 113 4.935
IPB 4S 29.2 193 249 22 28.5 86 109 5.519 Keterangan: angka yang diikuti huruf a, b, c masing-masing nyata lebih tinggi dari pada
varietas Ciherang, IR 64 dan IPB 4S; angka yang diikuti huruf d, e, f
masing-masing nyata lebih rendah dari pada varietas Ciherang, IR 64, dan
IPB 4S; JGI (jumlah gabah isi), JGT (jumlah gabah total), GH (persen gabah
hampa), BSB (bobot seribu butir), UB (umur berbunga), UP (umur panen)
23
Tabel 8. Rataan karakter generatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IPB117-F-5-1-1- x INPARI 1
Galur PM
(cm)
JGI JGT GH
(%)
BSB
(g)
UB
(HSS)
UP
(HSS)
Hasil
(ton/ha)
IPB163-E-1 27.4 191ab
313ab
36c
26.8 94 116c
4.900
IPB163-E-2 28.4 177ab
234ab
29 27.6 90 111 4.463
IPB163-E-4 29.7 141ab
275ab
48bc
30.7 91 115c
3.545
IPB163-E-6 29.3 216ab
309ab
30 28.9 93 116c
4.256
IPB163-E-7 28.9 150ab
258ab
42bc
31.4 90 115c
3.559
IPB163-E-8 27.6 162ab
244ab
32 29.1 89 115c
5.016
IPB163-E-9 27.9 166ab
218b
23d
27.1 90 115c
4.805
IPB163-E-10 28.9 145ab
235ab
38c
25.0 91 116c
5.984
IPB163-E-13 29.3 201ab
266ab
26d
33.1abc
90 115c
5.127
IPB163-E-16 28.1 188ab
250ab
25d
26.7 90 115c
5.800
IPB163-E-17 27.3 169ab
212b
20d
25.9 91 115c
5.971
IPB163-E-18 27.6 185ab
259ab
29 27.2 88 111 4.464
IPB163-E-19 29.6 203ab
259ab
23d
28.3 89 111 4.766
IPB163-E-20 29.2 201ab
229ab
12de
29.3 91 115c
6.903ab
IPB163-E-21 29.3 235abc
296ab
21d
26.4 92 115c
4.293
IPB163-E-23 26.9 199ab
287ab
30 26.8 98 119abc
4.763
IPB163-E-24 29.0 181ab
273ab
34c
31.0 94 119abc
5.506
IPB163-E-25 28.1 216ab
271ab
20d
26.3 91 115c
5.553
IPB163-E-26 31.6 180ab
288ab
36c
29.8 90 115c
5.331
IPB163-E-27 29.5 186ab
245ab
24d
26.9 90 115c
4.841
IPB163-E-28 28.5 251abc
318abc
21d
26.7 92 115c
6.246a
IPB163-E-29 29.5 195ab
251ab
23d
27.2 92 115c
5.236
Ciherang 25.5 96 160 39 28.1 91 114 4.686
IR 64 27.0 94 132 29 29.5 87 113 4.935
IPB 4S 29.2 193 249 22 28.5 86 109 5.519 Keterangan: angka yang diikuti huruf a, b, c masing-masing nyata lebih tinggi dari pada
varietas Ciherang, IR 64 dan IPB 4S; angka yang diikuti huruf d, e, f
masing-masing nyata lebih rendah dari pada varietas Ciherang, IR 64, dan
IPB 4S; JGI (jumlah gabah isi), JGT (jumlah gabah total), GH (persen gabah
hampa), BSB (bobot seribu butir), UB (umur berbunga), UP (umur panen)
24
Tabel 9. Rataan karakter generatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua
IR 64 x IPB117-F19-1-1
Galur PM
(cm)
JGI JGT GH
(%)
BSB
(g)
UB
(HSS)
UP
(HSS)
Hasil
(ton/ha)
IPB165-E-6 30.0 131ab
243ab
45bc
30.2 92 116c
4.219
IPB165-E-7 28.2 153ab
220b
30 26.0 89 111
4.753
IPB165-E-8 27.9 154ab
211b
28 31.4 95 119abc
3.877
IPB165-E-9 29.2 171ab
207b
17de
26.9 92 115c
5.402
IPB165-E-11 31.1 182ab
236ab
23d
29.4 91 117c
6.968abc
IPB165-E-16 26.2 150ab
204b
26d
28.9 91 115
5.438
IPB165-E-17 28.7 187ab
265ab
30 23.9 93 116c
3.587
IPB165-E-18 29.7 170ab
345abc
51bc
26.7 94 116c
4.057
IPB165-E-19 27.2 198ab
240ab
18d
29.5 92 116c
7.002abc
IPB165-E-20 25.6 130ab
188 30 30.5 92 113 5.625
IPB165-E-22 28.0 166ab
234ab
29 27.3 92 115c
4.489
IPB165-E-23 28.2 146ab
193
24d
29.9 92 116c
5.354
IPB165-E-24 29.1 175ab
274ab
36c
27.4 92 115c
3.686
IPB165-E-25 31.0 167ab
218b
23d
30.6 92 115c
4.972
IPB165-E-27 29.3 209ab
284ab
26d
25.4 92 115c
2.822
IPB165-E-29 33.0 164ab
309ab
47bc
26.7 98abc
119abc
3.437
Ciherang 25.5 96 160 39 28.1 91 114 4.686
IR 64 27.0 94 132 29 29.5 87 113 4.935
IPB 4S 29.2 193 249 22 28.5 86 109 5.519 Keterangan: Angka yang diikuti huruf a, b, c masing-masing nyata lebih tinggi dari pada
varietas Ciherang, IR 64 dan IPB 4S; angka yang diikuti huruf d, e, f
masing-masing nyata lebih rendah dari pada varietas Ciherang, IR 64, dan
IPB 4S; JGI (jumlah gabah isi), JGT (jumlah gabah total), GH (persen gabah
hampa), BSB (bobot seribu butir), UB (umur berbunga), UP (umur panen)
Galur-galur yang diuji hampir semuanya memiliki panjang malai kategori
kelas sedang. Tujuh galur berada pada kategori malai panjang (> 30 cm) yaitu
galur IPB161-E-28, IPB163-E-5, IPB163-E-26, IPB165-E-11, IPB165-E-21,
IPB165-E-25, dan IPB165-E-29. Lestari et al. (2007) menyatakan bahwa malai
yang terlalu panjang dapat menyebabkan waktu pemasakan antara bulir awal
sampai bulir akhir muncul terlalu jauh sehingga banyak menghasilkan gabah
hampa. Hal ini dapat dilihat ketujuh galur tersebut memiliki persentase gabah
hampa > 20 %.
25
Jumlah Gabah Isi
Jumlah gabah per malai, persentase gabah isi dan berat 1,000 butir gabah
merupakan bagian penentu komponen hasil (Prajitno et al. 2006). Hasil uji lanjut
BNT menunjukkan hampir semua galur memiliki jumlah gabah isi lebih tinggi
dari varietas Ciherang dan IR 64. Gabah isi tiga pembanding Ciherang, IR 64 dan
IPB 4S berturut-turut 96, 94, dan 193 butir gabah per malai. Galur IPB161-E-16,
IPBI6I-E-31, IPB163-E-21, dan IPB163-E-28 memiliki jumlah gabah isi nyata
lebih tinggi dari semua pembanding yaitu 250, 267, 235 dan 251 butir gabah per
malai. Sebaran jumlah gabah isi per malai dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah gabah isi per malai
Hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Gambar 7, galur-galur yang diuji
memiliki jumlah gabah isi kisaran 100-300 butir gabah per malai. Secara umum
galur-galur yang diuji memiliki gabah isi 150-200 butir gabah per malai. Menurut
Susilawati et al. (2010) rendahnya gabah isi dan terbatasnya kemampuan genotipe
dalam menghasilkan gabah isi menunjukkan belum seimbangnya translokasi
fotosintat dari sumber (source) ke pengumpul (sink). Sink yang terlalu besar
daripada source mengakibatkan pengisian biji tidak sempurna sehingga persen
jumlah gabah hampa menjadi tinggi.
Persentase Gabah Hampa
Berdasarkan hasil uji lanjut BNT persentase gabah hampa nyata lebih
rendah dari semua pembanding dimiliki oleh galur IPB161-E-31 sebesar 10%,
persentase gabah hampa lebih rendah dari varietas Ciherang sebanyak 42 galur,
19
62
14
2 0
20
40
60
80
100-150 151-200 201-250 251-300
Jum
lah
galu
r
Gabah isi (butir per malai)
26
dan lebih rendah dari IR 64 sebanyak 5 galur. Sebaran persentase gabah hampa
dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan persentase gabah hampa
Hasil pengamatan pada Gambar 8 menunjukkan bahwa secara umum galur-
galur yang diuji masih memiliki persentase kehampaan yang tinggi (>20%).
Galur-galur tersebut salah satunya diduga kurang tahan terhadap serangan
penyakit hawar daun bakteri dan tungro yang ada di lapang. Abdullah et al. (2008)
menyatakan bahwa hubungan antara jumlah gabah dan persentase gabah isi
biasanya berkolerasi negatif. Hal ini ada hubungannya dengan keseimbangan
sumber dan limbung yang dipengaruhi oleh organ-organ lain seperti daun, batang,
akar dan lingkungan. Menurut Deptan (2007) galur-galur yang terserang penyakit
tungro pada saat 3 MST akan mengakibatkan kehilangan hasil mencapai 30%.
Jumlah Gabah Total
Berdasarkan uji BNT, galur IPB161-E-16, IPB163-E-28, dan IPB165-E-18
memiliki gabah total nyata lebih tinggi dari semua pembanding berkisar 318-345
butir gabah per malai. Galur yang nyata lebih tinggi dari varietas Ciherang dan
IR 64 sebesar 60%. Sebaran jumlah gabah total per malai dapat dilihat pada
Gambar 9.
1
12
51
33
0
20
40
60
1-10% 11-20% 20-30% >30%
Jum
lah
galu
r
Gabah hampa (%)
27
Gambar 9. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah gabah total per malai
Pada Gambar 9 ditunjukkan bahwa jumlah gabah total berada pada kisaran
151-350 butir gabah per malai. Galur IPB165-E-1 memiliki jumlah gabah total
paling sedikit yaitu 152 butir gabah per malai. Galur IPB165-E-18 memiliki
jumlah gabah total terbanyak yaitu 345 butir gabah permalai, namun galur ini
memiliki persentase gabah hampa yang tinggi (51%).
Gabah total yang banyak pada galur-galur yang diuji belum tentu memiki
jumlah gabah isi yang banyak. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa galur
IPB165-E-18 hanya memiliki gabah isi lebih rendah dari varietas IPB 4S.
Setiobudi et al. (2008) menyatakan bahwa penentuan gabah isi ditentukan oleh
perbandingan source dan sink, laju translokasi asimilat ke setiap unit gabah, suhu
udara siang dan malam dan intensitas radiasi surya selama fase reproduktif.
Umur Berbunga
Galur-galur yang diuji memiliki kisaran umur berbunga antara 88-101 hari
setelah semai (HSS). Galur IPB163-E-18 berbunga lebih awal (88 HSS) daripada
galur yang lainnya, galur IPB165-E-14 berbunga lebih lama (101 HSS). Varietas
Ciherang, IR 64, dan IPB 4S masing-masing memiliki umur berbunga berturut-
turut 91, 89, 86 HSS. Berdasarkan uji BNT, galur IPB161-E-15, IPB161-E-36,
IPB161-E-39, IPB165-E-14, IPB165-E-26, IPB165-E-29, dan IPB165-E-30
memiliki umur berbunga berbeda nyata lebih lama dari semua pembanding.
9
43
35
10
0
10
20
30
40
50
151-200 201-250 251-300 300-350
Jum
lah
galu
r
Gabah total ( butir per malai)
28
Umur Panen
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa 16 galur memiliki umur panen nyata
lebih lama dari semua pembanding. Umur panen pembanding berada pada kisaran
109-114 HSS. Sebaran jumlah umur panen dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan umur panen
Berdasarkan data yang disajikan pada Gambar 10, umur panen galur-galur
yang diuji berada pada kisaran 110-127 HSS. Hampir semua galur memiliki umur
genjah (110-120 hari). Yoshida (1981) menyatkan bahwa varietas yang tumbuh
terlalu lama tidak akan memberikan hasil yang tinggi karena pertumbuhan
vegetatif yang terlalu lama akan mengakibatkan hama penyakit menyerang
tanaman. Prajitno et al. (2006) menambahkan umur varietas padi daerah tropis
yang optimum untuk dapat berpotensi hasil tinggi adalah 120 hari karena tanaman
memiliki kecukupan waktu untuk memanfaatkan energi matahari dan unsur hara
yang ada di dalam tanah.
Bobot Seribu Butir
Prajitno et al. (2006) menyebutkan bobot 1,000 butir merupakan komponen
yang memengaruhi potensi hasil. Berdasarkan hasil uji lanjut BNT, galur
IPB161-E-6 memiliki bobot 1,000 butir lebih tinggi dari varietas Ciherang dan
IPB 4S yaitu sebesar 32.3 g, sedangkan IPB163-E-13 memiliki bobot 1,000 butir
nyata lebih tinggi dari ketiga varietas pembanding yaitu sebesar 33.1 g. Sebaran
bobot 1,000 butir dapat dilihat pada Gambar 11.
29
Gambar 11. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan bobot seribu butir
Berdasarkan sebaran bobot seribu butir yang ditunjukkan pada Gambar 11,
terdapat 85% dari galur-galur yang diuji memiliki bobot 1,000 butir di atas 25 g.
Galur IPB163-E-8 memiliki bobot 1,000 butir terendah yaitu 21.9 g, sedangkan
galur IPB163-E-13 memiliki bobot tertinggi yaitu 33.1 g. Namun Prajitno et al.
(2006) menyebutkan makin tinggi berat 1,000 butir gabah tidak selalu diikuti
dengan hasil yang tinggi. Hal ini ditunjukan potensi hasil galur IPB163-E-13 tidak
berbeda nyata dengan varietas pembanding (Tabel 8).
Produktivitas
Hasil uji lanjut BNT menunjukkan enam galur memiliki hasil yang nyata
lebih tinggi dari varietas Ciherang, tujuh galur memiliki hasil nyata lebih tinggi
dari varietas IR 64, dan dua galur memiliki hasil nyata lebih tinggi dari ketiga
varietas pembanding yaitu galur IPB165-E-11dan IPB165-E-19. Kedua galur
tersebut diikuti oleh komponen yang menentukan potensi hasil, seperti ukuran
panjang malai 27.2-31.1 cm, jumlah anakan produktif 12-13 anakan, jumlah
gabah isi 182-198 butir per malai, dan bobot 1,000 butir yang tinggi 29.4-29.5 g.
Sebaran produktivitas dapat dilihat pada Gambar 12.
8
58
30
10
20
40
60
80
21-24 25-28 29-32 >32
Jum
lah
galu
r
Bobot 1,000 butir (g)
30
Gambar 12. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan produktivitas
Berdasarkan sebaran produktivitas yang ditunjukkan pada Gambar 12,
potensi hasil dari semua galur yang diuji berada pada kisaran 2.42-7.00 ton/ha.
Potensi hasil untuk pembanding berada pada kisaran 4.69-5.52 ton/ha. Galur
IPB161-E-23 memiliki hasil terendah 2.42 ton/ha, sedangkan IPB165-E-19
memiliki hasil tertinggi 7.00 ton/ha
Secara umum galur-galur yang diuji masih memiliki hasil yang rendah.
Kehilangan potensi hasil ini diduga disebabkan oleh serangan penyakit hawar
daun bakteri (HDB). Menurut Suryadi et al. (2006) HDB disebabkan oleh
Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Poehlman (1983) menambahkan penyakit
tersebut merusak bagian daun, padahal daun bendera merupakan organ pensuplai
fotosintat untuk pengisian biji. Djatmiko (2011) menyatakan bahwa kehilangan
hasil yang diakibatkan oleh HDB bisa mencapai 70-80%.
Penyakit lain yang menyerang adalah tungro pada saat 3 MST. Tungro
dapat merusak bagian daun pada fase vegetatif yang menyebabkan warna daun
kuning sehingga proses fotosintesis terganggu. Norman et al. (1995) menyatakan
produktivitas tanaman erat kaitannya dengan proses fisiologis tanaman yaitu
fotosintesis. Laju fotosintesis bersih dipengaruhi oleh index luas daun (ILD),
bentuk kanopi, dan produktivitas bahan kering.
Tujuh galur telah dipilih berdasarkan kriteria PTB yang memiliki hasil > 6
ton GKG/ha sesuai yang diungkapkan oleh Makarim dan Suhartatik (2006) bahwa
tuntutan masa kini produktivitas padi berada pada level tinggi (> 6 ton GKG/ha).
Tujuh galur tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.
53
14
3
0
10
20
30
40
50
60
≤ 5.5 5.6-6.5 6.6-7.5
Jum
lah
galu
r
Produktivitas (ton/ha)
31
Tabel 10. Tujuh galur padi yang berpotensi memiliki kriteria PTB
Galur Jumlah
Anakan
Produktif
Jumlah
Gabah Isi
Bobot Seribu
Butir
(g)
Produktivitas
(ton/ha)
IPB161-E-14 14 196 28.7 6.474
IPB161-E-35 13 207 26.8 6.164
IPB161-E-38 15 218 27.0 6.485
IPB163-E-20 15 201 29.3 6.903
IPB163-E-28 11 251 26.7 6.246
IPB165-E-11 13 182 29.4 6.968
IPB165-E-19 12 198 29.5 7.002
Ciherang 18 96 28.1 4.686
IR 64 22 94 29.5 4.935
IPB 4S 12 193 28.5 5.519
Keragaman Genetik dan Heritabilitas
Sesuai dengan komponen ragam genetiknya, heritabilitas dibedakan menjadi
heritabilitas arti luas (h2
(bs)) dan heritabilitas arti sempit (h2
(ns)) (Syukur et al.,
2012). Menurut Mc Whirter dalam Alnopri (2004) nilai heritabilitas dibagi
menjadi tiga, yaitu: tinggi apabila nilai heritabilitas > 50%, sedang apabila nilai
heritabilitas 20-50%, dan rendah apabila nilai heritabilitas < 20%.
Tabel 11. Nilai komponen ragam, heritabilitas dan koefisien keragaman genetik
Karakter 2g
2f h
2bs (%) KKG
Tinggi tanaman 0 1.13 0 0
Panjang malai 0.24 0.41 57.39 1.70
Panjang daun bendera 0.91 3.33 27.32 2.51
Jumlah anakan total 0 1.13 0 0
Jumlah anakan produktif 0 1.07 0 0
Umur berbunga 0.97 1.44 67.77 1.07
Umur panen 1.66 2.18 75.88 1.11
Jumlah gabah isi 145.40 173.20 83.94 6.90
Jumlah gabah hampa 123.36 165.72 74.44 15.08
Jumlah gabah total 294.21 294.94 99.75 6.90
Persentase gabah hampa 12.24 15.74 77.75 11.95
Bobot seribu butir 0.63 0.93 67.49 2.89
Hasil 0.23 0.28 81.16 9.43
Keterangan: 2g (ragam genetik),
2f (ragam fenotipe), h
2bs (nilai heritabilitas), KKG
(koefisien keragaman genetik)
32
Pada Tabel 11, nilai heritabilitas berkisar antara 27.32% sampai 99.75%
kecuali untuk karakter tinggi tanaman, jumlah anakan total dan jumlah anakan
produktif. Karakter yang menunjukkan nilai heritabilitas tinggi yaitu panjang
malai, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi, jumlah gabah total, jumlah
gabah hampa, persentase gabah hampa, bobot seribu butir, dan hasil. Karakter
dengan nilai heritabilitas tinggi dapat dipakai untuk menduga kemajuan seleksi
Nilai koefisien keragaman genetik yang digunakan dibagi menjadi tiga yaitu
sempit 0-10%, sedang 10-20%, dan luas > 20% (Alnopri 2004). Nilai KKG
sedang terdapat pada karakter jumlah gabah hampa dan persentase gabah hampa.
Nilai KKG yang luas tidak ditemukan pada hasil perhitungan padahal menurut
Alnopri (2004) KKG yang luas merupakan salah satu syarat keberhasilan seleksi
terhadap karakter yang diinginkan.
33
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Produktivitas galur yang diuji berada pada kisaran 2.42-7.00 ton/ha, jumlah
gabah isi galur yang diuji ada yang lebih tinggi dari varietas unggul Ciherang dan
IR 64, total anakan produktif sedang tetapi memiliki persentase gabah hampa
yang masih tinggi yaitu 10-53%. Galur IPB161-E-14, IPB161-E-35,
IPB161-E-38, IPB163-E-20, IPB163-E-28, IPB165-E-11, dan IPB165-E-19,
memiliki potensi hasil lebih tinggi berdasarkan kriteria PTB yaitu jumlah anakan
produktif 11-15 anakan, gabah berisi 150-251 butir gabah per malai, bobot 1,000
butir 26.7-30.8 g, dan produktivitas > 6 ton/ha.
Saran
Perlu ada uji lanjut terhadap tujuh galur yang berdaya hasil tinggi dan
dilakukan pengamatan ketahanannya terhadap hama dan penyakit.
34
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, B., S. Tjokrowidjojo, dan Sularjo. 2008. Status, Perkembangan, dan
Prospek Pembentukan Padi Tipe Baru di Indonesia. Prosiding Simposium V
Tanaman Pangan; Inovasi Teknologi Tanaman Pangan, Buku 2: Penelitian
dan Pengembangan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor. 269-287 hal.
Allard, R.W. 1992., Pemuliaan Tanaman. p. 3-9. In Mulyadi (Ed.). Principles of
Plant Breeding. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Alnopri. 2004. Variabilitas genetik dan heritabilitas sifat-sifat pertumbuhan bibit
tujuh genotipe kopi robusta-arabika. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia
6(2):91-96.
Aswidinnoor, H., W.B. Suwarno, I.G. Cempaka, R. Indriani, dan W.S.
Nurhidayah. 2007. Uji Daya Hasil Lanjutan Galur Harapan Padi Sawah Tipe
Baru di Tiga Lokasi. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang
Dibiayai oleh Hibah Kompetitif. Departemen Agronomi, Faperta IPB.
Bogor. 222-225 hal.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2004. Laporan Tahunan 2003
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. BPPP. Bogor. 59 hal.
BPS. 2012. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut provinsi. http://www.
bps.go.id. [2 Februari 2012].
Chozin, M.A. 2006. Peran Ekofisiologi Tanaman Dalam Pengembangan
Teknologi Budidaya Pertanian. IPB. Bogor. 78 hal.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Pengendalian OPT Serealia.
Departemen Pertanian. Jakarta. 88 hal.
Djatmiko, H.A. dan A. Iqbal. 2011. Inovasi Teknologi Pengelolaan Penyakit
Hawar Daun Bakteri dalam Budidaya Tanaman Padi Ramah Lingkungan
Melalui Bakterisida Berbasis Bacillus sp. B1. Seminar Nasional Pemuliaan
Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal Menghadapi Tantangan Globalisasi.
PERIPI. Purwokerto.
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 2010. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian (diterjemahkan dari: Statistical Prosedures for Agricultural
Research , penerjemah: E. Sjamsuddin dan J. S. Baharsjah). UI-Press.
Jakarta 698 hal.
Harahap, Z. dan T.S. Silitonga. 1993. Perbaikan Varietas Padi, 335-361 hal. M.
Ismunadji, S. Partoharjono, M. Syam, A. Widjono (penyunting). Padi Buku
2 Cetakan Kedua. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Bogor.
Haryadi, F.F. 2006. Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur F5 Padi Sawah Tipe Baru
(Oryza sativa L.). Skripsi. Program Sarjana, IPB. Bogor. 43 hal.
Jennings, P.R., W.R. Coffman, and H.E. Kauffman. 1979. Rice Improvement.
Interational Rice Research Institute. Los banos, Philippines. 186 p.
35
Khush, G.S. 1995. Breaking the yield frontier of rice. Geo Journal 35(3):329-332.
Khush, G.S. 2001. New Plant Type of Rice for Increasing The Genetic Yield
Potential. p. 101. In J.S. Nanda. Rice Breeding and Genetics: Research
Priorities and Challenges Science Publishers, Inc. USA.
Las, I., B. Abdullah, dan A.A. Daradjat. 2003. Padi tipe baru dan padi hibrida
mendukung ketahanan pangan. Tabloid Sinar Tani.
Lestari, A.P., H. Aswidinnoor., dan Suwarno. 2007. Uji daya hasil pendahuluan
dan mutu beras 21 padi hibrida harapan. Bul. Agron. 35(1)1-7.
Makarim A. dan E. Suhartatik. 2006. Budidaya padi dengan masukan in situ
menuju perpadian masa depan. Iptek Tanaman Pangan 1:19-29.
Makarim A., dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi. Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi. 295-330 hal.
Norman, M.J.T., C.J. Pearson and P.G.E. Searle. 1995. The Ecology of Tropical
Food Crops Second Edition. Cambridge University Press. 430 p.
Poehlman, J.M. 1983. Breeding Field Crops Second Edition. The Avi Publishing
Company, Inc. USA. 486 p.
Poehlman, J.M. and D.A. Sleper. 1995. Breeding Field Crops Fourth Edition.
Iowa State University Press. USA. 494 p.
Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. IPB. Bogor. 169
hal.
Prajitno al K.S., R. Mudijisihono, dan B. Abdullah. 2006. Keragaan beberapa
genotipe padi menuju perbaikan mutu beras. http://ntb.litbang.deptan. go.id.
[26 Desember 2012].
Pramono, J., Basuki, S., dan Widarto. 2005. Upaya peningkatan produktivitas padi
sawah melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu.
Agrosains 7(1):1-6.
Rasyad, A. 1999. Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter agronomis padi
lahan pasang surut di Kabupaten Bengkalis dan Indragiri Hilir. PERIPI.
Sumedang. 80-86 hal.
Saniaty, A. 2012. Uji Daya Hasil Pendahuluan 100 Galur Zuriat F5 Padi Tipe
Baru Hasil dari 3 Kombinasi Persilangan IPB117-F-5-1-1 X IR64, IPB98-F-
5-1-1 X IR64, dan Cimelati X IPB97-F-31-1-1. Skripsi. Program Sarjana,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 40 hal.
Setiobudi, D., B. Abdullah, H. Sembiring, dan I.P. Wardana. 2008. Peningkatan
Hasil Padi Tipe Baru melalui Pengelolaan Hara Pupuk Nitrogen. Prosiding
Simposium V Tanaman Pangan; Inovasi Teknologi Tanaman Pangan, Buku
2: Penelitian dan Pengembangan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor. 345-353 hal.
Siregar, I.Z., N. Khumaida, D. Noviana, M.H. Wibowo, dan Azizah. 2012. Buku
Varietas Tanaman Unggul IPB. IPB. Bogor. 41 hal.
36
Subadra, I.S. dan E. Sjamsudin. 2004. Seleksi generasi awal tanaman kedelai
menggunakan rancangan Augmented. Forum Statistika dan Komputasi.
September 2004:163-168.
Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki, I.N. Widiarta. A. Setyono, S.D.
Indrasari, O.S. Lesmana, dan H. Sembiring. 2009. Deskripsi Varietas
Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 105 hal.
Suryadi, Y., T.S. Kadir, dan M. Machmud. 2006. Deteksi Xanthomonas oryzae
pv. Oryzae, Penyebab Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi. Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan. Vol. 25(2):108-115.
Susanto, U., A.A. Daradjat, dan B. Suprihatno. 2003. Perkembangan pemuliaan
padi sawah di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 22(3):125-131.
Susilawati. B.S. Purwoko., H. Aswidinnoor., dan E. Santosa. 2010. Keragaan
varietas dari galur padi tipe baru Indonesia dalam sistem ratun. Jurnal
Agronomi Indonesia 38(3):177-184.
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan A. Siregar. 2010. Pendugaan parameter genetik
beberapa karakter agronomi cabai F4 dan evaluasi daya hasilnya
menggunakan rancangan perbesaran (augmented design). Jurnal Agrotropika
(15)1:9-16.
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2012. Pemuliaan Tanaman. Penebar
Swadaya. Jakarta. 348 hal.
Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Crop Science. IRRI. Los Banos, Philippines.
267 p.
37
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penyemaian, pemeliharaan dan panen
Penyemaian Pemeliharaan
Keluarnya malai Panen
Lampiran 2. Data iklim stasiun klimatologi Darmaga
Bulan Curah
hujan
(mm)
Temperatur
(°C)
Kelembaban
udara (%)
Penyinaran matahari
Lama (%) Intensitas
(Cal/cm2)
November 457.7 26.2 80 56 457.7
Desember 344.6 26.1 84 44 344.6
Januari 272.0 25.1 86 28 224.0
Februari 548.9 25.6 87 57 318.3
Maret 136.0 26.2 80 55 310.0
April 389.5 26.0 86 61 296.0
Mei 194.8 26.1 85 75 296.4
38
Lampiran 3. Karakter agronomi beberapa galur yang data produktivitasnya tidak diperoleh karena tingkat serangan penyakit tungro yang tinggi
Galur Tinggi
tanaman
Panjang
daun
bendera
Jumlah
anakan
total
Jumlah
anakan
produktif
Panjang
malai
Jumlah
gabah isi
Jumlah
gabah
total
Persentase
gabah
hampa
Bobot
seribu butir
Umur
berbunga
Umur
panen
IPB161-E-5 107.6 36 16 15 29.3 172ab
270ab
36c
27.3 91 115
IPB161-E-11 106.7 38.6 12 12 30.4 132ab
219b
40c
28.3 92 116
IPB161-E-13 117.8 45.4 13 13 29.8 212ab
280ab
25d
27.6 91 111
IPB161-E-15 108.3 41.0 17 16 27.9 177ab
275ab
36c
28.6 101abc
121abc
IPB161-E-29 94.2 39.2 20 20 29.6 125 197 37c
25.7 93 125abc
IPB161-E-32 115.0 41.5 11 11 28.3 166ab
214b
22d
31.8 91 111
IPB161-E-36 123.0 47.8 18 18 30.0 192ab
285ab
32
25.2 98abc
116c
IPB161-E-39 117.4 38.5 14 11 29.6 191ab
244ab
21d
27.3 96abc
119abc
IPB163-E-3 107.9 37.9 15 14 27.9 166ab
245ab
32 25.3 91 111
IPB163-E-5 107.0 40.6 10 9 30.7 195ab
259ab
24d 27.3 95 127
abc
IPB163-E-11 109.6 36.5 17 16 29.5 150ab
201b 26
d 27.7 91 114
c
IPB163-E-12 106.1 37.5 13 12 29.7 185ab
253ab
27d 28.5 91 114
c
IPB163-E-14 111.6 36.0 10 9 29.7 156ab
200b 22
d 29.5 93 115
c
IPB163-E-22 106.6 30.5 13 13 27.8 130ab
195 44bc
25.4 92 115
IPB163-E-30 111.8 40.4 15 14 26.8 163ab
251ab
35c 23.8 93 119
c
IPB165-E-1 103.1 30.6 15 14 24.6 106 152 30 29.8 91 113
IPB165-E-2 117.7 35.6 13 12 28.7 157ab
216b 29 29.7 93 115
c
IPB165-E-3 108.1 40.5 15 15 28.4 146ab
281ab
47bc
27.2 93 121abc
IPB165-E-4 112.7 37.6 12 12 28.6 122 256ab
53abc
28.2 92 116c
IPB165-E-5 108.0 40.7 15 15 27.8 179ab
256ab
28 29.2 95 122abc
IPB165-E-13 118.1 36.0 14 14 29.3 180ab
305ab
40c 26.1 93 115
bc
IPB165-E-14 113.5 37.4 16 15 30.1 161ab
296ab
46bc
21.9 101abc
125abc
IPB165-E-15 104.3 38.4 15 14 29.7 157ab
219b 28 25.6 100 125
abc
IPB165-E-21 116.3 39.9 12 12 30.6 173ab
287ab
39c 26.8 92 120
abc
IPB165-E-26 115.4 32.4 11 11 29.7 150ab
234ab
36c 30.8 100 116
c
IPB165-E-28 102.8 35.5 12 12 26.1 178ab
248ab
28 27.3 93 114c
IPB165-E-30 106.3 39.1 19 18 29.8 122 222b 48
bc 27.5 100
abc 118
bc
39
Lampiran 4. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap tinggi tanaman, panjang daun bendera, panjang malai, dan jumlah anakan total
SK Tinggi tanaman Panjang daun bendera Panjang malai Jumlah anakan total
KT Fhitung KT Fhitung KT Fhitung KT Fhitung
Ulangan 239.73 9.12**
17.51 1.45tn
1.71 1.93tn
239.73 9.12**
Perlakuan 7.22 0.27tn
20.72 1.71tn
2.58 2.92tn
7.22 0.27tn
Genotipe 5.67 0.22tn
16.66 1.38tn
2.07 2.35tn
5.67 0.22tn
Kontrol 58.20 2.21tn
45.63 3.77tn
17.14 19.41**
58.20 2.21tn
Lampiran 5. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, dan jumlah gabah isi
SK
Jumlah anakan
produktif
Umur berbunga Umur panen Jumlah gabah isi
KT Fhitung KT Fhitung KT Fhitung KT Fhitung
Ulangan 218.57 9.01**
5.27 2.27tn
370817.68 140816.84**
795488.58 5722.25**
Perlakuan 7.10 0.29tn
9.47 4.09*
12.75 4.84*
1456.45 10.48**
Genotipe 5.37 0.22tn
7.19 3.10*
10.92 4.15*
866.02 6.23**
Kontrol 56.60 2.33tn
34.07 14.71**
28.47 10.81**
16142.60 116.12**
Lampiran 6. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap persentase gabah hampa, jumlah gabah total, bobot seribu butir, dan
produktivitas
SK Gabah hampa (%) Jumah gabah total Bobot seribu butir Produktivitas
KT Fhitung KT Fhitung KT Fhitung KT Fhitung
Ulangan 373.52 21.32**
260.27 71.80**
0.64 0.42tn
0.69 2.61tn
Perlakuan 84.49 4.82*
2413.44 665.78**
4.77 3.14*
1.37 5.22**
Genotipe 78.72 4.49*
1474.69 406.81**
4.66 3.08*
1.39 5.31**
Kontrol 400.27 22.85**
18565.27 5121.45**
2.66 1.76tn
0.91 3.48tn
40
Lampiran 7. Deskripsi varietas IR64
Nomor seleksi : IR18348-36-3-3
Asal persilangan : IR5657/IR2061
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110-120 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 115-126 cm
Anakan produktif : 20-35 batag
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping, panjang
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Tahan
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23 %
Indeks glikemik : 70
Bobot 1,000 butir : 24.1 g
Rata-rata hasil : 5 ton/ha
Potensi hasil : 6 ton/ha
Ketahanan terhadap
hama penyakit : Tahan wereng coklat biotipe1 dan 2, agak tahan hawar
daun bakteri strain IV, tahan virus kerdil rumput
Anjuran tanam : Lahan sawah irigasi dataran rendah sampai sedang
Pemulia : Introduksi dari IRRI
Dilepas tahun : 1986
41
Lampiran 8. Deskripsi varietas Ciherang
Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1
Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*
IR1961-131-3-1-3//4*
IR64
Golongan : Cere
Umur tanaman : 116-125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 107-115 cm
Anakan produktif : 14-17 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23 %
Indeks glikemik : 54
Bobot 1,000 butir : 28 g
Rata-rata hasil : 6.0 ton/ha
Potensi hasil : 8.5 ton/ha
Ketahanan terhadap
hama penyakit : Tahan wereng coklat biotipe 2, tahan hawar daun bakteri
strain III dan IV
Anjuran tanam : Lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl
Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi, dan A. A. Darajat
Dilepas tahun : 2000
42
Lampiran 9. Deskripsi varietas IPB 4S
Asal persilangan : IPB6-d-10s-1-1 x Fatmawati
Golongan : Cere
Umur tanaman : ± 112 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ± 114 cm
Anakan produktif : 8-12 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Medium
Warna gabah : Kuning jerami
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22.3 %
Bobot 1,000 butir : 27.6 g
Rata-rata hasil : 7.0 ton/ha
Potensi hasil : 10.5 ton/ha
Jumlah gabah per malai : 218 butir
Ketahanan terhadap
hama penyakit : Tahan penyakit tungro, agak tahan penyakit blas
ras 003 dan ras 073, agak tahan hawar daun
bakteri patotipe III
Anjuran tanam : Lahan sawah irigasi dan tadah hujan 0-600 mdpl
Pemulia : Hajrial Aswidinnoor, W.B. Suwarno, Desta
Wirnas, dan Yudiwanti W.E. Kusumo
Dilepas tahun : 2012