uji antiinflamasi ekstrak etanol batang tanaman …

73
UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN PEPAYA JEPANG (Cnidoscolus aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN GALUR SWISS WEBSTER SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Oleh : MUHAMMAD AKBAR ARIQSYAH D1A151136 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG 2019

Upload: others

Post on 10-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG

TANAMAN PEPAYA JEPANG (Cnidoscolus aconitifolius (Mill)

I.M.Johnst.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN GALUR SWISS

WEBSTER

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1)

pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Oleh :

MUHAMMAD AKBAR ARIQSYAH

D1A151136

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

BANDUNG

2019

Page 2: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

ii

Page 3: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan

petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI

ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN PEPAYA JEPANG

(Cnidoscolus aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN

GALUR SWISS WEBSTER ” dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Pada

Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-

Ghifari Bandung.

Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan

pengarahan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Ucapan terima ksih

penulis sampaikan kepada :

1. Bapak. Dr. H Didin Muhafidin S .I. P, M.Si. selaku Rektor Universitas Al-

Ghifari Bandung.

2. Bapak Ardian Baitariza, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Bandung.

3. Ibu Ginayanti Hadisoebroto, M.Si, Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Bandung.

Page 4: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

iv

4. Ibu Endah Kartikawati,M.Sc dan Ibu Dytha Andri Deswati, M.Si, Apt.

selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan, dukungan motivasi dan

nasehat serta bantuan pemikirannya terhadap penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar, karyawan dan staff Laboratorium Jurusan Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Bandung.

6. Kedua orang tua tercinta Ibunda dan Ayahanda yang senantiasa

memberikan doa, kasih sayang, serta dukungan moril maupun material.

7. Rekan-rekan khususnya Farmasi angkatan 2015 yang selalu memberikan

semangat, bantuan dan sarannya hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga bantuan dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis

mendapat pahala dari Allah SWT. Dengan keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kebaikan di masa mendatang yang lebih baik.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka

pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan.

Bandung, Agustus 2019

Penulis

Page 5: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

i

ABSTRAK

Di Indonesia banyak jenis tanaman tumbuh yang dapat digunakan sebagai bahan

obat. Tanaman obat banyak digunakan masyarakat terutama dalam upaya

preventif, promotif dan rehabilitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

efek antiinflamasi dari ekstrak etanol batang tanaman Pepaya Jepang (Cnidoscolus

aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) yang ditinjau dari penurunan volume edema

telapak kaki mencit yang diinduksi karagenin. Penelitian ini menggunakan metode

edema buatan pada telapak kaki mencit dengan induksi karagenin 1%, dilakukan

pada 25 mencit putih jantan galur Swiss Webster yang dibagi menjadi 5 kelompok.

Kontrol negatif diberikan CMC-Na, Natrium dikofenak sebagai kontrol positif

dan ekstrak etanol batang tanaman Pepaya Jepang dengan dosis 100 mg/kgBB,

200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB secara oral 60 menit sebelum diinduksi karagenin.

Pengukuran volume edema dilakukan setiap 30 menit selama 360 menit setelah

induksi karagenin. Dari hasil pengujian ekstrak etanol batang tanaman Pepaya

Jepang menunjukkan bahwa persen inhibisi edema maksimal yaitu pada menit ke-

360 dari semua variasi dosis tersebut. Dosis terbaik yang memiliki persentase

inhibisi edema terbesar yaitu dosis 400 mg/kgBB sebesar 82,912% pada menit ke-

360 (p <0,05).

Kata kunci : Batang, Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconifolius), antiinflamasi,

edema

Page 6: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

ii

ABSTRACT

In Indonesian, there are many population of plants that can be used as medicinal

ingredients. Medicinal plants are widely used by the community, especially in

preventive, promotive and rehabilitative efforts. This study aims to determine the

anti-inflammatory effect of the ethanol extract of Pepaya Jepang (Cnidoscolus

aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) in terms of the decrease in volume of mice foot

edema induced by caragenine. This study used the method of artificial edema on

the foot of mice with 1% carragenine induction, carried out on 25 male white mice

Swiss Webster lines which were divided into 5 groups. Negative control was given

CMC-Na, diclofenac sodium as a positive control and ethanol extract of Pepaya

Jepang stem with a dose of 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB orally 60

minutes before caragenine induction. The edema volume measurement was carried

out every 30 minutes dor 360 minutes after caragenine was induced. From the

results of test the ethanol extract of Pepaya Jepang stems showed that the maximum

percent inhibition edema is at the 360 minute of all variations of the dose. The best

dose which has the largest percentage of edema inhibition is the dose of 400

mg/kgBB of 82.912% at 360 minutes (p <0.05).

Keywords: Stem, Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.),

anti-inflammatory, edema

Page 7: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4

1.4.1 Manfaat Bagi Pendidikan ....................................................................... 4

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat ....................................................................... 4

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1 Tanaman Pepaya Jepang .................................................................................. 5

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Pepaya Jepang ...................................................... 5

2.1.2 Morfologi Pepaya Jepang ....................................................................... 6

2.1.3 Kandungan dan Kegunaan Pepaya Jepang ............................................. 7

2.2 Taksonomi dan Morfologi Mencit (Mus musculus L.) .................................... 7

2.3 Simplisia .......................................................................................................... 8

2.4 Ekstrak ............................................................................................................. 9

2.5 Ekstraksi ......................................................................................................... 10

2.5.1 Pelarut Etanol ........................................................................................ 10

2.5.2 Metode Ekstraksi .................................................................................. 11

2.6 Inflamasi ........................................................................................................ 13

2.6.1 Inflamasi Akut ...................................................................................... 14

2.6.2 Inflamasi Kronik ................................................................................... 15

2.6.3 Mekanisme Inflamasi ............................................................................ 15

Page 8: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

iv

2.6.4 Tanda-tanda Inflamasi .......................................................................... 15

2.7 Obat-obat Antiinflamasi ................................................................................. 17

2.7.1 Antiinflamasi Steroid ............................................................................ 17

2.7.2 Antiinflamasi Non Steroid (AINS) ....................................................... 17

2.7.3 Natrium Diklofenak .............................................................................. 18

2.8 Metode Pengujian Antiinflamasi ................................................................... 19

2.8.1 Pengujian Inflamasi Akut ..................................................................... 19

2.8.2 Pengujian Inflamasi Kronik .................................................................. 20

2.9 Karagenin ....................................................................................................... 21

2.10 Pletismometer ................................................................................................ 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 23

3.1 Alat Penelitian ................................................................................................ 23

3.2 Bahan Penelitian ............................................................................................ 23

3.2.1 Bahan tanaman ..................................................................................... 23

3.2.2 Bahan kimia .......................................................................................... 23

3.2.2 Hewan uji .............................................................................................. 23

3.3 Pengumpulan Bahan Tanaman ...................................................................... 24

3.4 Determinasi Tanaman .................................................................................... 24

3.5 Pembuatan Simplisia ...................................................................................... 24

3.6 Penetapan Kadar Simplisia ............................................................................ 24

3.7 Ekstraksi Batang Pepaya Jepang .................................................................... 25

3.8 Skrining Fitokimia ......................................................................................... 25

3.9 Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Batang tanaman Pepaya Jepang ....... 27

3.9.1 Penyiapan Hewan Uji ........................................................................... 27

3.9.2 Perhitungan Dosis ................................................................................. 27

3.9.3 Pembuatan Suspensi Na-CMC 1% ....................................................... 28

3.9.4 Pembuatan Suspensi Karagenin 1% ..................................................... 28

3.9.5 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Dan Natrium Diklofenak............ 28

3.9.6 Pengujian Efek Antiinflamasi ............................................................... 28

3.10 Analisis Data ................................................................................................. 30

Page 9: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

v

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 31

4.1 Pengumpulan bahan tanaman......................................................................... 31

4.2 Determinasi tanaman ..................................................................................... 31

4.3 Hasil Pengolahan Simplisia ........................................................................... 31

4.4 Hasil Penetapan Kadar Air ............................................................................. 32

4.5 Ekstraksi Batang tanaman Pepaya Jepang ..................................................... 32

4.6 Hasil Skrining Fitokimia ................................................................................ 32

4.7 Hasil Uji Efek Antiinflamasi ......................................................................... 33

4.7.1. Volume Rata-rata Edema...................................................................... 33

4.7.2. Rata-rata persen Edema ........................................................................ 36

4.7.3. Rata-rata persen inhibisi edema ............................................................ 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 42

5.1. SIMPULAN ................................................................................................... 42

5.2. SARAN .......................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43

Page 10: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pepaya Jepang (Cnidoscolus Aconitifolius (Mill.) I.M.Johnst.) .......... 6

Gambar 2.2 Mencit (Mus musculus L.) .................................................................. 7

Gambar 2.3 Struktur Kimia Natrium Diklofenak ................................................. 19

Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Volume Edema ..................................................... 34

Gambar 4.2 Grafik Persen Rata-Rata Edema ........................................................ 36

Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata Persen Inhibisi Edema .......................................... 39

Page 11: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Hasil Skrining Fitokimia Pada Ekstrak Batang Tanaman Pepaya Jepang 33

Tabel 4. 2 Rata-Rata Volume Edema Telapak Kaki Mencit ..................................... 34

Tabel 4. 3 Data Persen Rata-Rata Edema .................................................................. 36

Tabel 4. 4 Data Rata-Rata Persen Inhibisi Edema ..................................................... 38

Page 12: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Determinasi Tanaman .............................................................. 47

Lampiran II Bagan Kerja ..................................................................................... 48

Lampiran III Perhitungan Dosis ........................................................................... 48

Lampiran IV Tabel Profil Berat Badan Mencit.................................................... 50

Lampiran V Tabel jumlah obat yang diberikan kepada mencit ........................... 51

Lampiran VII Data uji efek antiinflamasi ............................................................ 53

Lampiran VIII Hasil analisis data ......................................................................... 55

Lampiran IX Dokumentasi .................................................................................... 60

Page 13: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh di Indonesia yang sebagian besar

dapat digunakan sebagai sumber bahan obat alam dan telah banyak digunakan

oleh masyarakat secara turun temurun untuk keperluan pengobatan guna

mengatasi masalah kesehatan. Obat tradisional tersebut perlu diteliti dan

dikembangkan sehingga dapat bermanfaat secara optimal untuk peningkatan

kesehatan masyarakat (Tjokronegoro dan Baziad, 1992).

Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung

meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature. Obat tradisional dan

tanaman obat banyak digunakan masyarakat terutama dalam upaya preventif,

promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa

penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan

obat sintesis. Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui informasi yang

memadai tentang tanaman obat. Informasi yang memadai akan membantu

masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat

tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan (Tjokronegoro dan

Baziad, 1992).

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan

yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat

Page 14: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

2

mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktifasi atau merusak

organisme yang menyerang, menghilangkan dan mengatur derajat perbaikan

jaringan (Mycek dkk, 2001). Tujuannya adalah untuk memperbaiki kerusakan atau

setidaknya untuk membatasinya dan juga untuk menghilangkan penyebabnya,

misalnya, bakteri atau benda asing (Silbernagl dan Lang, 2000).

Kerusakan sel akibat dari inflamasi terjadi pada membran sel, menyebabkan

leukosit melepaskan enzim lisosom dan jalur siklooksigenase (COX) dalam

metabolisme arakhidonat menghasilkan prostaglandin yang memiliki berbagai efek

pada pembuluh darah, ujung saraf, dan pada sel yang terlibat dalam peradangan.

Inflamasi ini ditandai dengan perubahan makroskopik lokal yaitu dengan adanya

rubor, tumor, kalor, dolor dan functiolesia (Sander, 2010).

Inflamasi biasanya diobati dengan menggunakan obat antiinflamasi golongan

steroid (AIS) dan obat antiinflamasi golongan nonsteroid (AINS). Obat

antiinflamasi kimia banyak digunakan masyarakat karena mempunyai efek yang

cepat dalam menghilangkan inflamasi tetapi juga mempunyai resiko efek samping

yang berbahaya, antara lain gangguan pada saluran cerna, darah, pernafasan, proses

metabolik, hipersensitivitas. (Pramitaningastuti, 2017).

Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) adalah semak

yang dibudidayakan untuk makanan sejak zaman dahulu karena manfaat kesehatan.

Berbagai klaim telah dibuat untuk khasiat obat sebagai pengobatan untuk berbagai

penyakit (Adaramoye, 2010). Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill)

I.M.Johnst.) mengandung tanin, saponin, alkaloid, flavonoid, glikosida sianogen,

Page 15: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

3

fitat, vitamin A, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C dan vitamin E

(Olaniyan, 2017).

Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai

antiinflamasi. Penelitian tentang flavanoid pada batang tanaman Pepaya Jepang

(Cnidoscolus aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) belum pernah dilakukan Sehingga

peneliti ingin melakukan uji antiinflamasi ekstrak etanol batang tanaman Pepaya

Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) pada mencit putih jantan

galur Swiss webster.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol batang tanaman Pepaya Jepang (Cnidoscolus

aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) memiliki efek antiinflamasi terhadap mencit

putih jantan galur Swiss webster?

2. Berapakah dosis terbaik ektrak etanol 96% batang tanaman Pepaya Jepang

(Cnidoscolus aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) yang memiliki efek

antiinflamasi terhadap mencit putih jantan galur Swiss webster ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menguji efek antiinflamasi dari ekstrak etanol batang tanaman Pepaya Jepang

(Cnidoscolus aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) terhadap mencit putih jantan

galur Swiss Webster.

Page 16: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

4

2. Untuk mengetahui dosis terbaik dari ekstrak etanol batang tanaman Pepaya

Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill) I.M.Johnst.) terhadap mencit putih

jantan galur Swiss Webster.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Pendidikan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan lebih luas bagi

sivitas akademika serta menambah referensi bagi pendidikan kedokteran dan ilmu

kesehatan mengenai efek antiinflamasi ekstrak etanol batang tanaman Pepaya

Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I.M.Johnst.) pada mencit putih jantan

Galur Swiss Webster yang diinduksi oleh karagenin.

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada

masyarakat bahwa ekstrak batang daun Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius

(Mill.) I.M.Johnst.). memiliki efek antiinflamasi.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2019 di

Laboratorium Farmakologi, Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al-Ghifari Bandung.

Page 17: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pepaya Jepang

Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I.M.Johnst. umumnya dikenal sebagai Chaya

atau bayam pohon, merupakan semak abadi berdaun besar yang tumbuh cepat yang

berasal dari Semenanjung Yucatἀn, Meksiko, Amerika Tengah. Pepaya Jepang

terdiri dari beberapa subspecies dan varietas. Ada yang tumbuh liar dengan duri

halus (Pepaya Jepang brava), adapula yang dibudidayakan dan tidak berduri

(Pepaya Jepang mansa). Pepaya Jepang juga dikenal dengan sebutan tree spinach.

Pepaya Jepang mengandung senyawa beracun glikosida sianogenik dalam jumlah

yang bervariasi. Glikosida sianogenik dapat diproses dengan cepat oleh enzim

dalam tubuh dengan mengubahnya menjadi hidrogen sianida (HCN). Pepaya

Jepang menjadi salah satu makanan yang berbahaya apabila disantap dengan

keadaan mentah. Oleh sebab itu, Pepaya Jepang harus dimasak sekitar 5-15 menit

sebelum dimakan (Syubaikah, 2016).

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Pepaya Jepang

Menurut Cronquist (1981), klasifikasi Pepaya Jepang (Cnidoscolus

aconitifolius (Mill.) I.M.Johnst.) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Page 18: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

6

Class : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Cnidoscolus

Spesies : Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I.M.Johnst.

2.1.2 Morfologi Tanaman Pepaya Jepang

Gambar 2.1 Tanaman Pepaya Jepang (Cnidoscolus Aconitifolius (Mill.)

I.M.Johnst.)

(Sumber : Jagad Tani)

Pepaya Jepang merupakan tanaman pohon kecil yang bisa tumbuh hingga

ketinggian 6 meter, namun biasanya ditebang dan dipelihara dengan ketinggian 2

meter untuk memudahkan pemanenan daunnya sebagai sayuran. Tanaman ini

adalah semak hijau berdaun lobus melengkung, getah susu, dan bunga putih kecil

pada cymes bercabang dikotomis. Daunnya besar dan lebar atau kadang-kadang

sukulen, panjangnya hingga 32 cm dan lebar 30 cm, pada batang yang panjangnya

mencapai 28 cm. (Ross-Ibarra, J. & Molina-Cruz, A., 2002).

Page 19: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

7

2.1.3 Kandungan dan Kegunaan Tanaman Pepaya Jepang

Kandungan kimia yang terdapat dalam Tanaman Pepaya Jepang adalah

flavonoid, saponin, alkaloid, phlorotannin, tanin, oksalat, sianogen glikosida,

steroid antrakuinon, fenol, fosfor, magnesium, seng, besi, serta kandungan nutrisi

berupa serat, protein, dan kandungan rendah lemak (Lwuji, 2015; Hernandez,

2017). Pepaya Jepang digunakan untuk menyembuhkan alkoholisme, penderita

diabetes, insomnia, gangguan kulit, penyakit kelamin, asam urat, sengatan

kalajengking dan untuk meningkatkan fungsi otak dan memori (Grubben dkk,

2004). Pepaya Jepang ini digunakan dalam pengobatan tradisional di meksiko dan

telah terbukti memiliki efek antidiabetik, antimutagenik, antioksidan,

hipoglikemik, antiinflamasi, antiprotozoal, dan antibakteri (Hernandez, 2017).

2.2 Taksonomi dan Morfologi Mencit (Mus musculus L.)

Gambar 2.2 Mencit (Mus musculus L.)

(Sumber : Roemah Mencit Medan)

Taksonomi mencit adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Page 20: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

8

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus L.

Mencit secara biologis memiliki ciri umum, yaitu berupa rambut berwarna

putih atau keabu-abuan dengan warna perut sedikit lebih pucat. Mencit merupakan

hewan nokturnal yang sering melakukan aktivitasnya pada malam hari. Perilaku

mencit dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal seperti seks,

perbedaan umur, hormon, kehamilan, dan penyakit, faktor eksternal seperti

makanan, minuman, dan lingkungan disekitarnya. Mencit dapat bertahan hidup

selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai umur 3 tahun. Lama mengandung 19-

21 hari sedangkan umur untuk siap dikawinkan 8 minggu. Perkawinan mencit

terjadi pada saat mencit betina mengalami estrus. Satu induk dapat menghasilkan

6-15 ekor anak (Mangkoewidjojo dan Smith, 1988).

2.3 Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat dan belum

mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan

yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia

hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang

berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat

tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang

Page 21: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

9

dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa

kimia murni (Depkes RI, 2000).

2.4 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Depkes RI, 2000).

Faktor yang berpengaruh pada mutu ekstrak adalah :

1. Faktor biologi

Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat), dipandang secara

khusus dari segi biologi yaitu identitas jenis, lokasi tumbuhan asal, periode

pemanenan, penyimpanan bahan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan.

2. Faktor kimia

Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat), dipandang secara

khusus dari kandungan kimia, yaitu :

a. Faktor internal, seperti jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi kualitatif

senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif.

b. Faktor eksternal, seperti metode ekstraksi perbandingan ukuran alat ekstraksi,

pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat, ukuran

kekerasan, dan kekeringan bahan (Depkes RI, 2000).

Page 22: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

10

2.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes

RI, 2000).

Kelarutan dan stabilitas senyawa pada simplisia terhadap pemanasan,

udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman dipengaruhi olah struktur kimia

yang berbeda-beda (Depkes RI, 2000).

Simplisia yang lunak seperti rimpang, akar dan daun mudah diserap oleh

pelarut, sehingga pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus.

Sedangkan simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu, dan kulit akar susah

diserap oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus. Selain sifat fisik dan

senyawa aktif dari simplisia, senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia

seperti protein, karbohidrat, lemak dan gula juga harus diperhatikan (Depkes RI,

2000).

2.5.1 Pelarut Etanol

Etanol telah banyak diteliti sebagai pelarut pada proses ekstraksi. Etanol

diketahui tidak beracun. Penggunaan etanol sebagai pelarut ekstraksi dapat

menghindari masalah toksisitas makanan untuk bahan pakan ternak dan telah

dikenal sebagai pelarut yang baik untuk ekstraksi polifenol dan aman untuk

dikonsumsi manusia (Baümler dkk, 2017; Do dkk, 2014).

Polaritas pelarut menentukan perbedaan jenis, komposisi, dan aktivitas

antioksidan fitokimia. Etanol efektif untuk mengekstrak sterol, flavonoid, fenolik,

dan alkaloid. Penelitian sebelumnya menginformasikan bahwa etanol dapat

Page 23: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

11

melarutkan senyawa polar, seperti gula, asam amino, senyawa glikosida, senyawa

fenolik dengan berat molekul rendah hingga menengah dan polaritas sedang,

aglycon flavonoid, antosianin, terpenoid, saponin, tanin, xantoxilin, totarol,

quacinoid , lakton, flavon, fenon, dan polifenol (Widyawati dkk, 2014).

2.5.2 Metode Ekstraksi

Dengan menggunakan metode penyarian atau pelarut dalam ekstraksi dapat

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu cara dingin dan cara panas.

2.5.2.1 Cara Dingin

1. Maserasi

Maserasi ialah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan

(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan

yang kontinyu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan

seterusnya. Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan

maupun yang tidak tahan pemanasan (Depkes RI, 2000).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap

perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai

Page 24: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

12

diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. Ekstraksi ini

membutuhkan pelarut yang lebih banyak (Depkes RI, 2000).

2.5.2.2 Cara Panas

1. Refluks

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna

(Depkes RI, 2000).

2. Soxhletasi

Soxhletasi ialah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik (Depkes

RI, 2000).

3. Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50oC (Depkes RI, 2000).

4. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

mendidih, temperatur terukur 96oC-98oC selama waktu tertentu (15-20 menit).

Page 25: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

13

Infus pada umumnya digunakan untuk menarik atau mengekstraksi zat aktif yang

larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Hasil dari ekstrak ini akan menghasilkan

zat aktif yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang, sehingga

ekstrak yang diperoleh dengan infus tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam

(Depkes RI, 2000).

2.6 Inflamasi

Inflamasi adalah suatu reaksi kompleks terhadap agen/bahan yang merugikan,

yang berupa respons vaskular, migrasi, dan aktivasi leukosit, serta reaksi sistemik.

Fungsi respon inflamasi untuk menghancurkan, mengencerkan, atau membatasi

agen yang merugikan, dan memicu terjadinya serangkaian proses yang mencoba

untuk memulihkan dan mengganti jaringan yang rusak. Pada dasarnya inflamasi

merupakan suatu respons protektif untuk menyingkirkan agen penyebab cedera dan

konsekuensi dari cedera tersebut, seperti sel dan jaringan nekrotik. Untuk

memunculkan reaksi inflamasi, sebuah jaringan harus hidup dan tentunya harus

memiliki mikrosirkulasi fungsional (Kumar dkk, 2009; Anderson dkk 2006).

Inflamasi dibagi menjadi pola akut dan kronik. Inflamasi akut memiliki awitan

cepat (detik atau menit) dan berlangsung relatif singkat, dalam beberapa menit, jam,

atau hari, karakteristik utamanya adalah eksudasi cairan dan protein plasma

(edema) dan imigrasi leukosit terutama neutrofil. Inflamasi kronik berlangsung

lebih lama, secara histologi ditandai dengan adanya limfosit dan makrofag,

proliferasi pembuluh darah, fibrosis, dan nekrosis jaringan (Kumar dkk, 2009).

Page 26: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

14

Saat proses inflamasi berlangsung, terjadi biosintesis prostaglandin. Ketika

terjadi kerusakan pada sel, fosfolipid pada membran sel akan di ubah menjadi asam

arakidonat oleh enzim fosfolipase. Asam arakidonat selanjutnya akan di ubah

menjadi hidroperoksid dengan bantuan enzim lipoksigenase dan menjadi

endoperoksid dengan bantuan enzim siklooksigenase. Hidroperoksid yang

terbentuk akan diubah menjadi leukotrien, sementara endoperoksid akan diubah

menjadi prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin yang berperan pada saat

proses inflamasi berlangsung (Gan dkk, 2012).

2.6.1 Inflamasi Akut

Pada inflamasi akut proses berlangsung singkat beberapa menit hingga

beberapa hari, dengan gambaran utama eksudasi cairan dan protein plasma serta

emigrasi sel leukosit terutama neutrofil ( Pringgoutomo et al, 2000).

Menurut Kumar dkk (2009), terdapat tiga komponen pada respon inflamasi

akut, yaitu :

1. Perubahan diameter pembuluh darah yang dapat menyebabkan peningkatan

aliran darah.

2. Perubahan struktur mikrovaskular yang memungkinkan pengeluaran protein

plasma dan leukosit dari sirkulasi.

3. Emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi, akumulasi di fokus cedera, dan aktivasi

leukosit untuk menyingkirkan agen penyebab.

Page 27: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

15

2.6.2 Inflamasi Kronik

Inflamasi kronik terjadi bila penyembuhan pada radang akut tidak sempurna,

bila penyebab jejas menetap atau bila penyebab ringan dan timbul berulang-ulang.

Dapat pula diakibatkan oleh reaksi imunologik. Radang berlangsung lama (

berminggu-minggu, berbulan-bulan). Radang kronik ditandai dengan lebih banyak

ditemukan sel limfosit, sel plasma, dan makrofag, dan biasanya disertai pula dengan

pembentukan jaringan granulasi, yang menghasilkan fibrosis. Contoh inflamasi

kronik adalah inflamasi akibat tuberkolosis (Pringgoutomo dkk, 2000).

2.6.3 Mekanisme Inflamasi

Proses inflamasi dimulai dari stimulus yang akan mengakibatkan kerusakan

sel, sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel tersebut akan mengaktifkan

enzim fosfolipase untuk mengubah fosfolipid menjadi asam arakidonat. Setelah

asam arakidonat tersebut bebas maka akan diaktifkan oleh beberapa enzim,

diantaranya siklooksigenase dan lipooksigenase. Enzim tersebut merubah asam

arakidonat ke dalam bentuk yang tidak stabil (hidroperoksid dan endoperoksid)

yang selanjutnya dimetabolisme menjadi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan

dan leukotrin. Bagian prostaglandin dan leukotrin bertanggungjawab terhadap

gejala peradangan dan nyeri (Katzung, 2006).

2.6.4 Tanda-tanda Inflamasi

1. Rubor (Kemerahan)

Merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami inflamasi.

Arteriol mengalami dilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah

Page 28: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

16

mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang mulanya

kosong, mulai meregang dan terisi penuh dengan darah. Hal ini disebut

dengan hiperemia atau kongesti, yang menyebabkan kemerahan lokal pada

tempat inflamasi akut (Anderson dkk, 2006).

2. Kalor (Panas)

Terjadi bersamaan dengan kemerahan pada saat inflamasi akut. Area yang

mengalami inflamasi menjadi lebih hangat dari sekelilingnya karena lebih

banyak darah yang dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang

mengalami inflamasi daripada daerah yang normal (Suralkar, 2008).

3. Dolor (Nyeri)

Perubahan pH atau konsentrasi ion-ion tertentu pada area inflamasi dapat

merangsang ujung-ujung saraf. Selain itu, ketika terjadi proses inflamasi

maka akan menyebabkan pembengkakan jarigan pada area tersebut yang

menyebabkan peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan nyeri

(Anderson dkk, 2006).

4. Tumor (Pembengkakan)

Pembengkakan lokal dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah

dari aliran darah ke jaringan interstisial. Campuan cairan dan sel-sel yang

tertimbun di area inflamasi disebut eksudat. Pada awal reaksi inflamasi,

sebagian besar eksudat adalah cairan. Kemudian sel darah putih dan leukosit

meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat

(Suralkar, 2008).

5. Fungsio Laesa (Perubahan Fungsi)

Page 29: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

17

Perubahan fungsi merupakan hal lazim dalam reaksi inflamasi. Bagian

yang bengkak, nyeri, disertai sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi

lokal yang abnormal, seharusnya memiliki fungsi yang abnormal. Tetapi, cara

bagaimana fungsi jaringan yang meradang itu terganggu tidak dipahami

secara terperinci (Suralkar, 2008).

2.7 Obat-obat Antiinflamasi

Berdasarkan mekanisme kerjanya obat-obatan antiinflamasi terbagi menjadi 2

golongan, yaitu antiinflamasi steroid dan antiinflamasi non-steroid. Kedua jenis

antiinflamasi tersebut memiliki khasiat yang sama akan tetapi memiliki efek

samping yang berbeda.

2.7.1 Antiinflamasi Steroid

Efek antiradang Antiinflamasi Steroid berhubungan dengan kemampuannya

untuk merangsang biosintesis protein lipomodulin yang dapat menghambat kerja

enzimatik fosfolipase sehingga mencegah pelepasan mediator nyeri yaitu asam

arakidonat dan metabolitnya, seperti prostaglandin, leukotrin, tromboksan, dan

prostasiklin. Obat ini dapat memblok jalur siklooksigenase dan lipoksigenase

sedangkan Antiinflamasi Non Steroid (AINS) hanya memblok siklooksigenase.

Oleh karena itu efeknya lebih baik dibanding AINS, namun efek sampingnya lebih

berbahaya pada dosis tinggi dan penggunaan lama (Tjay & Rahardja, 2007).

2.7.2 Antiinflamasi Non Steroid (AINS)

AINS merupakan obat yang secara luas telah digunakan sebagai terapi

penyakit yang berkaitan dengan proses inflamasi. Selain memiliki efek

Page 30: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

18

antiinflamasi, sebagian besar AINS juga memiliki efek antipiretik dan analgesik.

Mekanisme kerja golongan obat ini dengan menghambat enzim siklooksigenase

sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2/PGH (Endoperoksid) terganggu.

Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang

berbeda. ( Wilmana dan Sulistia, 2007).

2.7.3 Natrium Diklofenak

Natrium diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenilasetat yang

menyerupai flurbiprofen dan melofenamat, obat ini adalah penghambat

cyclooxygenase yang relatif nonselektif dan kuat serta mengurangi aktifitas asam

arakidonat obat ini mempunyai waktu paruh 1-2 jam. Obat ini dilaporkan dapat

mengurangi sistesis prostaglandin dan leukotrien (Katzung, 2002). Walaupun

waktu paruhnya singkat, diklofenak diakumulasikan di cairan sinovia yang

menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut

(Wilmana, 1995).

Efek samping yang lazim terjadi ialah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit

kepala, perdarahan lambung, pemakaian obat ini harus hati-hati pada pasien tukak

lambung. Peningkatan aktivitas enzim aminotransferase hati dalam plasma terjadi

pada sekitar 15% pasien dan umumnya kembali ke normal (Goodman & Gilman,

2003., Wilmana dan Sulistia, 2007).

Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dua atau 3 dosis (Wilmana

dan Sulistia, 2007). Atau 25-50 mg 3dd (Tjay & Rahardja, 2007). Natrium

Page 31: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

19

diklofenak adalah golongan antiinflamasi non streroid yang mempunyai stuktur

kimia seperti Gambar 2.3.

2.8 Metode Pengujian Antiinflamasi

2.8.1 Pengujian Inflamasi Akut

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk uji inflamasi model akut

diantaranya :

1. Induksi asam asetat

Metode ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas inhibisi obat terhadap

peningkatan permeabilitas vaskular yang diinduksi oleh asam asetat secara

intraperitoneal. Kemudian sejumlah pewarna (Evan’s Blue 10%) disuntikkan

secara intravena. Aktivitas inhibisi obat uji terhadap peningkatan

permeabilitas vaskular ditunjukkan oleh kemampuan obat uji dalam

mengurangi konsentrasi pewarna yang menempel dalam ruang abdomen

dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang visible, lalu

dibandingkan dengan kelompok kontrol ( Suralkar, 2008).

Gambar 2.3 Struktur Kimia Natrium Diklofenak (Takahashi et al, 2001)

Page 32: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

20

2. Induksi xilena pada edema daun telinga

Hewan uji diinduksi xilena dengan mikropipet pada kedua permukaan

daun telinga kanannya. Telinga kiri digunakan sebagai kontrol. Terdapat dua

parameter yang diukur dalam metode ini, yaitu ketebalan dan bobot dari daun

telinga mencit. Ketebalan daun telinga mencit yang telah diinduksi diukur

dengan menggunakan jangka sorong digital, lalu dibandingkan dengan

telinga kiri. Jika menggunakan parameter bobot daun telinga, maka daun

telinga mencit dipotong dan ditimbang. Kemudian beratnya dibandingkan

dengan telinga kirinya (Suralkar, 2008).

3. Induksi karagenin

Volume telapak kaki kiri mencit di ukur dengan pletismometer. Kemudian

mencit diberikan larutan uji setelah 1 jam, mencit tersebut diinduksi oleh 0,1

mL injeksi karagenin 1% secara subplantar. Selanjutnya, dilakukan

pengukuran volume edema pada jam ke-1, 2, 3, 4, dan 5 setelah induksi

(Suralkar, 2008).

4. Induksi asam arakhidonat pada edema daun telinga

Metode yang digunakan hampir sama dengan metode induksi xilena,

hanya saja penginduksi yang digunakan adalah asam arakidonat yang

diberikan secara topical pada kedua permukaan daun telinga kanan hewan uji

(Suralkar, 2008).

2.8.2 Pengujian Inflamasi Kronik

Model ini di desain untuk menemukan suatu obat yang dapat memodulasi

Page 33: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

21

proses penyakit, termasuk di dalamnya implantasi pellet dan sponge serta

granuloma pouches yang terdeposit pada jaringan granulasi, adjuvant induced

arthritis merupakan model inflamasi kronik ( Baheti dkk, 2011).

2.9 Karagenin

Iritan yang digunakan untuk pengujian efek antiinflamasi beragam jenisnya,

satu diantaranya adalah karagenin. Karagenin merupakan polisakarida yang

diekstraksi dari rumput laut famili Eucheuma, Chondrus, dan Gigartina. Bentuknya

berupa serbuk berwarna putih hingga kuning kecoklatan, ada yang berbentuk

butiran kasar hingga serbuk halus, tidak berbau, serta memberi rasa berlendir di

lidah. Berdasarkan kandungan sulfat dan potensi pembentukan gelnya, karagenin

dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu lamda karagenin, iota karagenin, dan kappa

karagenin. Karagenin memiliki sifat larut dalam air bersuhu 80oC (Rowe dkk,

2006).

Uji aktivitas antiinflamasi dengan metode induksi karagenin merupakan salah

satu metode pengujian aktivitas antiinflamasi yang sederhana, mudah dilakukan

dan sering dipakai. Penggunaan karagenin sebagai penginduksi radang memiliki

beberapa keuntungan antara lain tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan

kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat

antiinflamasi (Fitriyani dkk, 2011., Vogel, 2002 dalam Taufiq dkk, 2008 ).

Karagenin sebagai senyawa iritan menginduksi terjadinya cedera sel melalui

pelepasan mediator yang mengawali proses inflamasi. Pada saat terjadi pelepasan

Page 34: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

22

mediator inflamasi terjadi udem maksimal dan bertahan beberapa jam. Inflamasi

yang diinduksi oleh karagenin ditandai dengan peningkatan rasa sakit,

pembengkakan, dan sintesis prostaglandin hingga 4-5 kali. Udem yang disebabkan

induksi karagenin bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang dalam

waktu 24 jam (Taufiq dkk, 2008., Utami dkk, 2011 ).

2.10 Pletismometer

Pletismometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur volume kaki

hewan uji. Pletismometer terdiri atas tabung yang lebih besar, yang digunakan

untuk memasukan kaki hewan coba, dan yang lebih kecil, dimana terdapat

transduser. Sebelum melakukan pengukuran dengan pletismometer, kaki hewan

coba diberikan batas pada bagian sendi tibiotarsal terlebih dahulu agar setiap

pengukuran dilakukan pada batas yang sama. Selanjutnya bagian telapak kaki

belakang dicelupkan hingga batas tersebut dan menyebabkan tingkat cairan di

kedua tabung berubah. Nilai volume telapak kaki berdasarkan waktu, dan di ambil

rata-rata volume telapak kaki (Patil, 2010).

Terdapat dua jenis pletismometer, yaitu pletismometer digital dan

pletismometer air raksa. Pletismometer digital memiliki beberapa keuntungan

dibandingkan dengan pletismometer air raksa, yaitu kepekaan jauh lebih tinggi dan

dapat mengurangi beban kerja peneliti (Patil, 2010).

Page 35: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

(Pyrex), rotary evaporator, neraca analitik (Ohaus), Pletismometer, spuit injeksi

(Terumo), vaccumbuchner, beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi, batang

pengaduk, neraca analitik ketelitian, vortex mixer dan arloji.

3.2 Bahan Penelitian

3.2.1 Bahan tanaman

Batang tanaman Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius) didapatkan

dari Daerah Pasteur Kota Bandung.

3.2.2 Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 96%

(teknis), Natrium diklofenak (teknis), karagenin, Natrium klorida, aquadest,

Na-CMC, ammonia encer, asam sulfat pekat, asam klorida, reagen Mayer,

FeCl3.

3.2.2 Hewan uji

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit putih

jantan galur Swiss webster berjenis kelamin jantan dengan berat badan 20-

25 g dalam kondisi sehat (aktif dan tidak cacat).

Page 36: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

24

3.3 Pengumpulan Bahan Tanaman

Pengumpulan bahan tanaman batang tanaman Pepaya Jepang dilakukan di

Daerah Pasteur Kota Bandung.

3.4 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Jatinangor Laboratorium

Tumbuhan Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Padjajaran Jatinagor.

3.5 Pembuatan Simplisia

Simplisia dipilih dari batang tanaman Pepaya Jepang segar, kemudian dicuci

dengan air bersih yang mengalir. Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-

anginkan, tidak secara langsung di bawah sinar matahari di tutup dengan kain

berwarna hitam selama waktu tertentu sampai sebagian kandungan air dalam

simplisia menguap (Farmakope herbal, 2010).

3.6 Penetapan Kadar Simplisia

Siapkan alat pengukur kadar air (moisture balance), alat pengukur kadar air

dipastikan ada pada posisi nol dan jarum berada pada posisi netral, anak timbangan

2 g diletakkan dan masukkan serbuk massa cetakan sampai stabil 2 g dengan posisi

jarum ada di tengah. Lampu dinyalakan dan suhu diatur maksimal 100oC. Setelah

suhu mencapai 100oC, nyalakan stopwatch dan hitung waktunya selama 15 menit

dan suhu tetap dijaga agar stabil. Setelah 15 menit, lampu dimatikan dan tombol

Page 37: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

25

pengukur diputar ke sebelah kiri sampai jarum menunjukan ke posisi semula.

Kemudian angka kadar air dibaca (Indri dkk, 2014).

3.7 Ekstraksi Batang Tanaman Pepaya Jepang

Ekstrak etanol batang tanaman Pepaya Jepang diperoleh dari 300 g batang

tanaman Pepaya Jepang kering yang sudah dirajang dengan ukuran 1 cm,

selanjutnya dimaserasi dengan pelarut etanol 96% sampai terendam selama 3x24

jam dan sesekali diaduk. Maserat kemudian disaring sehingga dihasilkan filtrat,

kemudian dipekatkan dengan menggunakan vaporator. Hasil dari evaporasi

kemudian diuapkan di waterbath hingga diperoleh ekstrak yang kental. Dihitung

rendemen dari ekstrak kental batang tanaman Pepaya Jepang.

Penentuan rendemen dihitung dengan rumus :

3.8 Skrining Fitokimia

Penentuan golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam

ekstrak etanol batang tanaman Pepaya Jepang dengan menyiapkan sampel uji terdiri

dari campuran antara ekstrak kental batang tanaman Pepaya Jepang dengan 2 mL

etanol 96%.

Rendemen =Berat Ekstrak Kental

Berat Simplisia𝑥100

Page 38: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

26

1. Alkaloid

Penentuan senyawa alkaloid dimulai dengan penambahan larutan Asam

klorida 2N sebanyak 5 mL kedalam sampel uji, kemudian dipanaskan di atas api

bunsen. Setelah itu ditambahkan Reagen Mayer kedalam campuran tadi.

Keberadaan senyawa alkaloid ditandai dengan adanya endapan putih yang

terbentuk (Samudra, 2012).

2. Fenolik

Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu dikocok dengan sedikit eter.

Lapisan eter dikeringkan pada plat tetes, ditambahkan larutan FeCl3. Terbentuk

warna ungu biru menandakan adanya senyawa fenol (Depkes RI, 1979).

3. Flavonoid

Terdapat tiga metode yang digunakan untuk uji flavonoid. Yang pertama

dengan uji beberapa tetes FeCl3 1% yang ditambahkan pada larutan ekstrak, warna

hijau menandakan adanya flavonoid, kedua beberapa tetes larutan asam asetat 10%

yang ditambahkan ke larutan ekstrak endapan kuning adanya flavonoid, ketiga

beberapa tetes ekstrak dalam methanol ditambah sedikit serbuk Mg dan 1 mL HCl

pekat warna merah adanya flavonoid (Harbone, 2007).

4. Tanin

Pengujian terhadap sampel ekstrak yang direaksikan dengan larutan feri

klorida 5% (FeCl3) sebanyak 3 tetes, amati perubahan warna menjadi biru

kehijauan, hijau-biru atau adanya endapan (Mojab, 2003).

5. Saponin

Saponin diuji dengan tes buih dengan mereaksikan sampel uji dengan 20 mL

aquades, kemudian dilakukan pengocokan dengan kuat selama 15-20 menit. Amati

Page 39: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

27

buih yang terbentuk, bila buih masih bertahan pada waktu 10 menit dan saat

diteteskan asam klorida 2N 1 tetes busa masih tetap ada, maka ekstrak tersebut

mengandung saponin (Mutiatikum, 2010).

6. Terpenoid

Sebanyak 100 mg ekstrak dilarutkan dengan 2 mL kloroform lalu dikocok

setelah itu ditambahkan 2 mL asam sulfat p.a. Pembentukan cincin berwarna hijau

menunjukkan adanya steroid dan pada lapisan atas membentuk warna merah pekat

menunjukkan adanya terpenoid (Joshi dkk, 2013).

3.9 Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Batang Tanaman Pepaya Jepang

3.9.1 Penyiapan Hewan Uji

Mencit diadaptasikan selama 7 hari dalam kandang untuk proses aklimatisasi

serta dijaga agar kebutuhan makan dan minum tetap terpenuhi. Tahap selanjutnya

mencit dipuasakan selama 12-18 jam sebelum perlakuan, tetapi pemberian air

minum tetap dilakukan. (Parveen, 2007).

3.9.2 Perhitungan Dosis

Pada penelitian kali ini digunakan 3 variasi dosis, yaitu 100, 200, dan 400 mg.

Dosis dikaitkan dengan faktor konversi untuk mencit, yaitu 0,0026.

a. Dosis 100 mg/kgBB = 20 g

1000 g x 100 mg = 2 mg/20g mencit

b. Dosis 200 mg = 20 g

1000 g x 200 mg = 4 mg/20gBB mencit

c. Dosis 400 mg = 20 g

1000 g x 400 mg = 8 mg/20gBB mencit

d. Dosis Natrium diklofenak (50 mg) = 50 x 0,0026 = 0,13 mg/20 g BB mencit

Page 40: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

28

3.9.3 Pembuatan Suspensi Na-CMC 1%

Sebanyak 1 g CMC ditaburkan kedalam mortir yang berisi air suling panas

sebanyak 20 mL didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa transparan,

digerus hingga berbentuk gel dan diencerkan dengan sedikit air, kemudian dituang

kedalam labu tentukur 100 mL, ditambah air suling sampai tanda batas.

3.9.4 Pembuatan Suspensi Karagenin 1%

Karagenin ditimbang sebanyak 0,1 gram dan disuspensikan kedalam NaCl

0,9 % hingga volume 10 mL (Fitriyani dkk, 2011).

3.9.5 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Dan Natrium Diklofenak

Dibuat suspensi dari hasil pengenceran ekstrak 200 mg/50 mL; 400 mg/50

mL; 400 mg/25 mL; 50 mg/200 mL untuk natrium diklofenak. Masing-masing

ekstrak etanol dan natrium diklofenak ditaburkan diatas 2 mL suspensi Na-CMC 1

% dan digerus hingga homogen. Masing-masing suspensi dimasukkan ke dalam

labu ukur dan digenapkan dengan Na-CMC 1% hingga tanda batas.

3.9.6 Pengujian Efek Antiinflamasi

1. Mencit dikelompokkan secara acak yaitu : kelompok kontrol negatif,

kelompok kontrol positif, kelompok ekstrak batang tanaman Pepaya Jepang

100 mg; 200 mg; dan 400 mg.

2. Volume kaki setiap mencit diukur dan dinyatakan sebagai volume kaki dasar.

3. Kelompok kontrol :

a. Kelompok I kontrol negatif diberi sediaan suspensi Na-CMC 1%

Page 41: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

29

b. Kelompok II kontrol positif diberi natrium diklofenak 0,13 mg/20 g BB

mencit

c. Kelompok III suspensi ekstrak etanol batang Pepaya Jepang dengan dosis

2 mg/20 g BB mencit

d. Kelompok IV suspensi ekstrak etanol batang Pepaya Jepang dengan dosis

4 mg/20 g BB mencit

e. Kelompok V suspensi ekstrak etanol batang Pepaya Jepang dengan dosis

8 mg/20 g BB mencit

4. Setelah satu jam diinjeksikan sediaan uji secara i.p, telapak kaki mencit

dibersihkan dengan alcohol swab lalu disuntikkan dengan larutan

karagenin 2 % sebanyak 0,1 mL secara intrakutan.

5. Satu jam setelah penyuntikkan karagenin, volume kaki mencit diukur

dengan menggunakan pletismometer setiap 30 menit selama 6 jam

setelah diinduksi dengan karagenin.

6. Ukur volume edema telapak kaki masing-masing mencit setiap

kelompok.

7. Hitung persentase edema dan persentase inhibisi pembentukan edema

dengan menggunakan rumus.

% edema=𝑉𝑡−𝑉𝑜

𝑉𝑜𝑥 100%

% 𝑖𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 𝑒𝑑𝑒𝑚𝑎 =𝑎 − 𝑏

𝑎𝑥100%

Page 42: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

30

Semakin besar hasil persentase inhibisi edema, maka semakin baik efek

antiinflamasi dari suatu bahan uji.

Keterangan :

Vt = Volume telapak kaki pada waktu t

Vo = Volume telapak kaki yang diperoleh sebelum melakukan perlakuan apapun

a = % Edema pada kelompok hewan kontrol

b = % Edema pada kelompok hewan yang mendapat bahan uji atau obat pembanding

3.10 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan di analisis dengan microsoft excel dan aplikasi

Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 22.0. Uji statistik yang

digunakan yaitu One Way ANOVA karena penelitian termasuk ke dalam analitik

komparatif lebih dari dua kelompok kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan

dengan taraf signifikasi 5%.

Page 43: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan bahan tanaman

Pengumpulan bahan tanaman batang tanaman Pepaya Jepang dilakukan di

Daerah Pasteur Kota Bandung.

4.2 Determinasi tanaman

Determinasi ini dilakukan di Herbarium Jatinangor Laboratorium

Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UNPAD menunjukan bahwa

tanaman yang digunakan dalam penelitian benar batang tanaman Pepaya Jepang.

4.3 Hasil Pengolahan Simplisia

Pengumpulan bahan tumbuhan batang Pepaya Jepang yang didapatkan dari

Daerah Pasteur Kota Bandung. batang tanaman Pepaya Jepang segar yang telah

terkumpul sebanyak 4 kg kemudian dicuci dengan air bersih yang mengalir dan

dirajang, pengeringan dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari

dan ditutupi kain hitam hingga kering selama kurang lebih 14 hari. Bobot

simplisia batang tanaman Pepaya Jepang kering sebanyak 450 g.

Page 44: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

32

4.4 Hasil Penetapan Kadar Air

Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance

dengan berat simplisia sebanyak 2 g. Diperoleh hasil kadar air simplisia daun adalah

sebesar 4,6% hal ini telah memenuhi syarat kadar air yang telah ditetapkan bahwa

kadar air untuk simplisia batang (< 5%) (Agoes, 2007).

4.5 Ekstraksi Batang Tanaman Pepaya Jepang

Ekstrak cair yang telah diperoleh kemudian dipekatkan hingga diperoleh

ekstrak kental, ekstrak kental yang diperoleh kemudian dihitung rendemen

ekstraknya. Dari 300 g simplisia kering dihasilkan 16,7 g ekstrak kental dengan

rendemen 0,57%.

4.6 Hasil Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia bertujuan untuk menentukan golongan metabolit sekunder

yang mempunyai aktivitas biologis yang ada di dalam tumbuhan batang tanaman

Pepaya Jepang secara kualitatif. Hasil skrining fitokimia dari batang tanaman

Pepaya Jepang dapat dilihat pada tabel 4.1.

Page 45: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

33

Tabel 4. 1 Hasil Skrining Fitokimia Pada Ekstrak Batang tanaman Pepaya Jepang

Metabolit Sekunder Pustaka Hasil

Alkaloid Endapan coklat, endapan

putih

Positif

Fenolik Warna hijau Positif

Flavonoid Warna bening

Warna hijau kecoklatan

Positif

Saponin Terdapat busa setinggi ±1 –

10 cm

Positif

Tannin Warna hijau kehitaman Positif

Steroida/Triterpenoid Warna biru kehijauan Positif

Keterangan :

Positif: Teridentifikasi adanya metabolit sekunder

Negatif: Tidak teridentifikasi adanya metabolit sekunder

Berdasarkan hasil skrining fitokimia pada ekstrak etanol batang tanaman

Pepaya Jepang mengandung beberapa metabolit sekunder yaitu fenolik, flavonoid,

alkaloid, tanin, saponin, dan steroid/terpenoid.

4.7 Hasil Uji Efek Antiinflamasi

4.7.1. Volume Rata-rata Edema

Dalam penelitian antiinflamasi ini metode yang digunakan adalah

pembentukan edema buatan pada telapak kaki mencit dengan menggunakan

karagenin sebagai penginduksi edema. Metode ini dipilih karena merupakan

salah satu metode pengujian aktivitas antiinflamasi yang sederhana, mudah

dilakukan dan sering dipakai. Penggunaan karagenin sebagai penginduksi

edema memiliki beberapa keuntungan antara lain tidak meninggalkan

bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang

lebih peka terhadap obat antiinflamasi (Fitriyani et al, 2011., Taufiq et al,

2008). Data volume edema telapak kaki mencit merupakan data yang

Page 46: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

34

diambil pada menit ke-0, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330,

360 setelah dilakukan injeksi karagenin sub-palantar kaki kanan belakang

mencit. Data rata-rata volume edema telapak kaki mencit dapat dilihat pada

tabel 4.2 dan grafik nya bisa dilihat pada gambar 4

Tabel 4. 2 Rata-Rata Volume Edema Telapak Kaki Mencit

Berdasarkan data rata-rata volume edema telapak kaki mencit, dapat terlihat

bahwa rata-rata volume edema kelompok kontrol negatif terus mengalami kenaikan

Waktu KN KP Dosis 100 mg Dosis 200 mg Dosis 400 mg

0 menit 0,0088 0,0104 0,0098 0,0096 0,0098

60 menit 0,015 0,0154 0,0154 0,0146 0,0146

90 menit 0,0152 0,0158 0,016 0,0152 0,0154

120 menit 0,016 0,0168 0,0166 0,016 0,0164

150 menit 0,0164 0,0176 0,017 0,0166 0,0174

180 menit 0,0168 0,018 0,0176 0,0176 0,016

210 menit 0,0176 0,0174 0,0176 0,0184 0,0148

240 menit 0,0176 0,0164 0,0174 0,0172 0,0142

270 menit 0,0176 0,0154 0,0168 0,016 0,013

300 menit 0,0176 0,0146 0,0162 0,0146 0,0122

330 menit 0,0172 0,0136 0,0156 0,0134 0,0118

360 menit 0,0164 0,0122 0,014 0,012 0,0112

0

0.005

0.01

0.015

0.02

Vo

lum

e ed

ema

(mm

)

Waktu (menit)

Rata-rata volume edema

KN

KP

Dosis 100 mg

Dosis 200 mg

Dosis 400 mg

Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Volume Edema

Page 47: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

35

volume edema hingga menit ke-300, hal ini disebabkan karena induksi karagenen

yang dapat bertahan selama 6 jam. Pada kelompok kontrol positif kenaikan edema

berlangsung pada menit ke-0 sampai menit ke-180 kemudian mulai berangsur-

angsur hilang pada menit ke-210. Pada kelompok uji dosis 100 mg dan dosis 200

mg kenaikan edema berlangsung pada menit ke-0 sampai menit ke-210, pada menit

ke-240 edema mulai berangsur-angsur hilang. Pada kelompok uji dosis 400 mg

edema mulai berangsur-angsur hilang pada menit ke-180. Hal ini berarti kelompok

kontrol positif dan kelompok uji memberikan efek dalam penurunan edema.

Data rata-rata volume edema dianalisis menggunakan analisis non parametrik

Kruskal Wallis karena asumsi kenormalan data tidak terpenuhi untuk menguji

apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelompok variable independen

dengan variable dependennya. Jika terdapat perbedaan yang signifikan dilanjutkan

dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki

perbedaan.

Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal Wallis rata-rata volume edema,

didapatkan nilai p=0,083 (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan rata-rata secara

signifikan antar kelompok perlakuan atau H0 diterima dan H1 ditolak. Data

dikuatkan lagi menggunakan uji statistik Mann-Whitney dengan hipotesis ada

perbedaan rata-rata volume edema tiap kelompok perlakuan. Hasil nya terdapat

perbedaan secara signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok uji

dosis 400 mg, nilai yang didapat p=0,010 (p<0,05)

Page 48: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

36

4.7.2. Rata-rata persen Edema

Tabel 4.3 Data Persen Rata-Rata Edema

Gambar 4. 1 Grafik Persen Rata-Rata Edema

0

20

40

60

80

100

120

0menit

60menit

90menit

120menit

150menit

180menit

210menit

240menit

270menit

300menit

330menit

360menit

PEr

sen

Inh

ibis

i (%

)

Waktu

Rata-rata persen edema

KN

KP

Dosis100mgDosis200mg

Waktu KN KP Dosis 100 mg Dosis 200 mg Dosis 400 mg

0 menit 0 0 0 0 0

60 menit 70,558 48 57,334 52,224 49,112

90 menit 72,78 51,82 63,556 58,446 57,334

120 menit 81,946 61,456 69,778 66,89 67,556

150 menit 86,39 69,274 73,778 73,112 77,556

180 menit 90,834 72,91 80 83,556 63,334

210 menit 100 67,274 79,556 91,778 51,112

240 menit 100 60 77,556 79,334 45,112

270 menit 100 50,362 71,334 66,668 32,888

300 menit 100 38,726 65,334 52,446 24,666

330 menit 97,778 26,908 59,334 39,778 20,666

360 menit 82,224 13,454 42,888 25,11 14,444

Page 49: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

37

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok kontrol negatif

memiliki persen edema yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok uji

dan kelompok kontrol positif. Pada kelompok kontrol negatif, persen edema terus

meningkat hingga mencapai persen maksimal edema yaitu 100%, hal ini

disebabkan karena rata-rata volume edemanya yang besar. Pada kelompok kontrol

positif persen edema mencapai nilai tertinggi pada menit ke-180 yaitu sebesar

72.91% dan mulai mengalami penurunan hingga menit ke-330. Pada kelompok uji

dosis 100 mg persen edema mencapai nilai tertinggi pada menit ke-180 yaitu

sebesar 80% dan mulai mengalami penurunan hingga menit ke-330. Pada kelompok

uji dosis 200 mg persen edema mencapai nilai tertinggi pada menit ke-210 yaitu

sebesar 91.778% dan mulai mengalami penurunan hingga menit ke-330. Dan pada

kelompok uji dosis 400 mg persen edema mencapai nilai tertinggi pada menit ke-

150 yaitu sebesar 77.556% dan mulai mengalami penurunan hingga menit ke-330.

Dari data tersebut terlihat bahwa semakin besar volume rata-rata edema maka

persentase nya juga besar.

Data persen rata-rata volume edema dianalisis menggunakan analisis non

parametrik Kruskal Wallis karena asumsi kenormalan data tidak terpenuhi untuk

menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelompok variable

independen dengan variable dependennya. Jika terdapat perbedaan yang signifikan

dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang

memiliki perbedaan.

Page 50: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

38

Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal Wallis persen rata-rata volume edema,

didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan persen rata-rata

secara signifikan antar kelompok perlakuan atau H0 ditolak dan H1 diterima.

Kemudian dilanjutkan menggunakan uji statistik Mann-Whitney untuk mengetahui

variabel mana yang berbeda. Hasil nya terdapat perbedaan secara signifikan antara

kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif, nilai yang didapat

p=0,001 (p<0,05). Terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok kontrol

negatif dengan kelompok uji dosis 100 mg, nilai yang didapat p=0,003 (p<0,05).

Terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan

kelompok uji dosis 200 mg, nilai yang didapat p=0,007 (p<0,05). Terdapat

perbedaan secara signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok uji

dosis 400 mg, nilai yang didapat p=0,001 (p<0,05).

4.7.3. Rata-rata persen inhibisi edema

Tabel 4.4 Data Rata-Rata Persen Inhibisi Edema

Waktu KN KP Dosis 100 mg Dosis 200 mg Dosis 400 mg

0 menit 0 0 0 0 0

60 menit 0 31,768 18,856 25,474 30,328

90 menit 0 28,572 12,906 19,332 21,7

120 menit 0 24,85 15,144 17,642 17,294

150 menit 0 19,878 14,464 15,25 10,222

180 menit 0 19,762 12,214 7,714 30,262

210 menit 0 32,726 20,444 8,222 44,888

240 menit 0 40 22,444 20,666 54,888

270 menit 0 49,638 28,666 33,332 65,112

300 menit 0 61,274 34,666 47,554 75,334

330 menit 0 72,092 38,916 58,834 78,834

360 menit 0 84,474 46,466 69,786 82,912

Page 51: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

39

Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata Persen Inhibisi Edema

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pada seluruh kelompok zat uji

terdapat inhibisi pembentukan edema pada setiap 30 menit. Pada kelompok kontrol

positif, efek inhibisi maksimal terjadi pada menit ke-360 sebesar 84.474. Pada

kelompok uji 100 mg/kgBB, efek inhibisi maksimal terjadi pada menit ke-360

sebesar 46.466%. Pada kelompok uji 200 mg/kgBB, efek inhibisi maksimal terjadi

pada menit ke-360 sebesar 69.786% dan pada kelompok zat uji 400 mg/kgBB efek

inhibisi maksimal terjadi pada jam ke-360 sebesar 82.912%. Semakin meningkat

konsentrasi dosis maka semakin tinggi juga persen inhibisi edemanya. Menurut

Mansjoer (1997), suatu bahan dikatakan memiliki efek antiinflamasi jika pada

hewan uji coba yang diinduksi karagenin 1% mengalami pengurangan

pembengkakan hingga 50% atau lebih.

Pada penelitian ini digunakan dosis bertingkat dengan tujuan untuk

mengetahui dosis ekstrak etanol batang tanaman Pepaya Jepang yang dapat

menunjukkan efek antiinflamasi yang optimal. Pemberian ekstrak etanol batang

020406080

100

Per

sen

Inh

ibis

i Ed

ema

(%)

Waktu

Rata-rata persen inhibisi edema

KN

KP

Dosis 100 mg

Dosis 200 mg

Dosis 400 mg

Page 52: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

40

tanaman Pepaya Jepang dengan dosis sebesar 400 mg/kgBB merupakan dosis yang

berpotensi tinggi dalam menghambat edema, hal ini terlihat dari persentase

penghambatan terbesar. Hal ini dapat diartikan bahwa dosis 400 mg/kg BB

merupakan dosis yang paling efektif jika dibandingkan dengan dosis lainnya.

Sesuai dengan penelitian Onasawanwo dkk (2011), dimana pada kelompok dosis

100 mg dan 200 mg dapat menghambat radang sebanding dengan indomethacin

10mg/kgBB yang menunjukkan kelompok dosis 400 mg merupakan dosis terbaik

yang memiliki kemampuan menghambat radang.

Batang tanaman Pepaya Jepang memiliki kandungan flavonoid. Flavonoid

telah terbukti bersifat antiinflamasi secara in vitro maupun in vivo. Mekanisme

flavonoid dalam menghambat terjadinya inflamasi melalui 2 cara, yaitu :

1. Menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel

netrofil dan sel endothelial

2. Menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses inflamasi

Senyawa flavonoid dengan konsentrasi tinggi dapat menghambat pelepasan

asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari membrane dengan jalan memblok

jalur siklooksigenase, jalur lipoksigenase, dan fosfolipase A2, sementara pada

konsentrasi rendah hanya memblok jalur lipoksigenase. Terhambatnya pelepasan

asam arakidonat dari sel inflamasi akan menyebabkan kurang tersedianya substrat

arakidonat bagi jalur siklooksigenase dan jalur lipoksigenase, yang pada akhirnya

akan menekan jumlah prostaglandin, prostasiklin, endoperoksida, tromboksan

disatu sisi dan asam hidroperoksida, asam hidroksieikosatetraienoat, leukotrin

disisi lainnya (Sabir, 2003).

Page 53: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

41

Data persen rata-rata volume edema dianalisis menggunakan analisis non

parametrik Kruskal Wallis karena asumsi kenormalan data tidak terpenuhi untuk

menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelompok variable

independen dengan variable dependennya. Jika terdapat perbedaan yang signifikan

dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang

memiliki perbedaan.

Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal Wallis persen rata-rata volume edema,

didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan persen rata-rata

secara signifikan antar kelompok perlakuan atau H0 ditolak dan H1 diterima.

Kemudian dilanjutkan menggunakan uji statistik Mann-Whitney untuk mengetahui

variabel mana yang berbeda. Hasil nya terdapat perbedaan secara signifikan antara

kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif, nilai yang didapat

p=0,000 (p<0,05). Terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok kontrol

negatif dengan kelompok uji dosis 100 mg/kgBB, nilai yang didapat p=0,000

(p<0,05). Terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok kontrol negatif

dengan kelompok uji dosis 200 mg/kgBB, nilai yang didapat p=0,000 (p<0,05).

Terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan

kelompok uji dosis 400 mg/kgBB, nilai yang didapat p=0,000 (p<0,05).

Page 54: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

42

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak etanol batang tanaman Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius)

dengan variasi konsentrasi dosis 100mg/kgBB, 200 mg/kgBB, dan 400

mg/kgBB dapat menghambat edema pada telapak kaki mencit yang telah

diinduksi oleh karagenin 1%.

2. Dosis 400 mg/kgBB memiliki daya hambat paling tinggi diantara dosis yang

lainnya sebesar 82.912% pada menit ke-360.

5.2. SARAN

Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan uji efek antiinflamasi

ekstrak etanol batang tanaman Pepaya Jepang menggunakan mencit dan

pletismometer digital untuk mengetahui penurunan volume edema secara

signifikan.

Page 55: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

43

DAFTAR PUSTAKA

Adaramoye, O.A., dan Aluko, A., 2010., Pharmacology and Cell Metabolism :

Methanolic Extract of Cnidoscolus aconitifolius Attenuates Renal

Dysfunction Induced by Chronic Ethanol Administration in Wistar Rats., Vol. 46 No. 1., University of Ibadan, Nigeria.

Agoes. G., 2007., Teknologi Bahan Alam., ITB Press Bandung.

Anderson, P.S., Carty, M.W., 2006., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit., 6 ed., Vol. 1., Jakarta:EGC.

Baheti, J.R, et al., 2011., Anti- Inflammatory Herbs : A Review. Deccan J.

Natural Products 2(1)., International Standard Serial Number : 0976-1381.

Cronquist, Arthur., 1981., An Integrated System of Classification of Flowering

Plants., Colombia University Press., New York.

Departemen Kesehatan RI., 1979., Farmakope Indonesia., Edisi 3., Jakarta,

Departemen Kesehatan Indonesia.

Departemen Kesehatan RI., 2000., Parameter Standard Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat., Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan.

Fitriyani, A., Winarti, L., Muslichah, S., dan Nuri., 2011., Uji Antiinflamasi

Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav )

Pada Mencit Putih., Fakultas Farmasi Universitas Jember, Majalah Obat

Tradisional, 16(1), 34 – 42.

Gan, G.S., Setiabudy, R., Nafrialdi., 2012., Farmakologi dan Terapi., 5 ed.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Goodman, dan Gilman., 2003., Dasar Farmakologi Terapi., Volume 1, 1009-

1012., Buku Kedokteran., ITB Farmasi., Bandung.

Grubben, G.J.H., 2004., Plant Resources of Tripical Africa 2 Vegetables.,

Belanda: Prota Foundation.

Harbone, J., 2007., Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Edisi III., ITB.,

Bandung.

Joshi, A., Bhobe, M., dan Saatarkar, A., 2013., Phytochemical investigation of the

roots of Grewia microcos Linn., J. Chem., Pharm. Res., 5, pp 80-87.

Katzung, B.G., 2006., Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 6., Jakarta : EGC.

Page 56: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

44

Kumar V., Abbas AK, Nelson F., 2009., Robbins & Cotran., Dasar Patologis

Penyakit., 7 ed., Jakarta : EGC.

Mansjoer, S., 1997., Efek Antiradang Minyak Atsiri Temu Putih (Curcuma

zedoaria Rosc., Zingiberaceae) terhadap Edema Buatan Pada Mencit

Putih Betina Galur Wistar: The Antiinflammatory effect of the essential

oil of ¨Temu Putih¨., Maj Farm Indones: 8(1):34-41.

Mutiatikum D, Alegantina S, Astuti Y., 2010., Standardisasi Simplisia Dari Buah

Miana (Plectranthus Seutellaroides (L) R.Bth) yang Berasal dari Tiga

Tempat Tumbuh Menado., Kupang dan Papua., Buletin Penelitian

Kesehatan, Vol. 30, No. 1; 1-16.

Mojab, F., Kamalinejad M, Ghaderi N, dan Vahidipour HR., 2003., Phytovhemical

Screening of Some Species of Iranian Plants. Iranian Journal of

Pharmaceutical Researh., 77-82.

Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe, P.C., 2001., Farmakologi Ulasan

Bergambar 2nd ed., H. Hartanto, ed., Jakarta., Widya Medika.

Olaniyan, M.F., Ozuaruoke, D.F., Afolabi, T., 2017., Journal of Advances in

Medicine and Medical Research : Cholesterol Lowering Effect of

Cnidoscolous acontifolius Leave Extract in Egg Yolk Induced

Hypercholesterolemia in Rabbit., 23(1) : 1-6., Nigeria.

Patil, P.R., Tapas, B., Venkatesh, M., Sudha, P., Rajeshwari, P., Vijayanath, V.,

Improvised Plethysmometer For The Detection Of Anti- Inflammatory

Activity Of Drugs. J Pharm Biomed Sci JPBMS. 2010;4(04).

Parveen, Z., Deng, Y., Saeed, M., dan Yu, Y. H., 2007., Antiinflamatory and

Analgesic Activities of Thesium chinense Turez Extracts and Its Mayor

Flavonoids, Kaempferol and kaempferol 3-O-Glucoside., Yakugaku

Zasshi, 127 (8), Hal. 1275-1279.

Pramtianingastuti, A.S., dan Anggraeny, E.N., 2017., Uji Efektivitas

Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona squamosa L.)

Terhadap Edema Kaki Mencit Putih Jantan Galur Wistar., Vol. 13 No.

1., STIF Yayasan Pharmasi, Semarang.

Pringgoutomo, Sudarto., Himawan, Sutisna., dan Tjarta, Achmad (Ed). 2000.

Patologi I Umum Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto.

Rowe, R.C., Paul, J.S dan Sian, C.O., (Ed). 2006. Handbook of Pharmaceutical

Excipients Fifth Edition., London : Pharmaceutical Press.

Sabir, Ardo., 2003., Pemanfaatan Flavonoid di Bidang Kedokteran Gigi.,

Dental Journal., Vol.36:81-87., FKG Unair, Makassar.

Page 57: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

45

Samudra, A., 2012., Karakteristik Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium

polyanthum Wight) dari Tiga Tempat Tumbuh Di Indonesia., UIN

Syarif Hidayatullah.

Sander, M, A., 2010., Atlas Berwarna Patologi Anatomi., Rajawali Pers, Jakarta.

Silbernagl S., dan Lang F., 2000., Color Atlas of Pathophysiology., New York :

Thieme.

Suralkar, A.A., In-Vivo Animal Models For Evaluation Of Antiinflammatory

Activity., 2008;6(2).

Syubaikah., 2016., Tanaman Pepaya Jepang? https://www.voici-

monsecret.blogspot.com/2016/01/tanaman-pepaya-jepang.html Diakses

pada 23 Agustus 2019

Taufiq, H., Lukman, et al. 2008. Efek Antiinflamasi Ekstrak Patikan kebo

(Euphorbia hirta L.) Pada Mencit Putih Jantan., Pharmacon., Vol. 9, No.

1, 1-5.

Tjay, T.H., dan Kirana R., 2007., Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan

Efek-efek Sampignya, edisi keenam., PT Elexmedia Komputindo

Kelompok Gramedia, Jakarta.

Tjokronegoro, A., dan Baziad, A., 1992., Etik Penelitian Obat Tradisional., hal

27., Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., Jakarta.

Utami, et al., 2011., Efek Antiinflamasi Ekstrak Daun Sembukan (Paederia

scandens) Pada Mencit Wistar., Majalah Obat Tradisional, 16(2), 95 –

100.

Vogel, H.G., 2002., Drug Discovery and Evaluation, Pharmacological Assays., 2nd Ed., 670-723., Springer, Berlin.

Vogel, P., Kasper, M.I., Garavaglia, J., Terezinha Z.V., Souza, D.D., Morelo, D.S.,

2015., Polyphenols benefits of olive leaf (Olea europaea L) to human

health., 31(3)., Nutr Hosp.

Widyawati, P.S., Budianta, T.D.W., Kusuma, F.A., Wijaya, E.L., Difference Of

Solvent Polarity To Phytochemical Content And Antioxidant Activity Of

Pluchea Indicia Less Leaves Extracts. Int J Pharmacogn Phytochem Res.,

2014; 6(4): 850–855.

Wilmana, P.F., 1995., Analgesik – Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi

Nonsteroid dan Obat Pirai., dalam: Farmakologi dan Terapi., Sulistia G.

Ganiswarna (Ed.), edisi 4., Gaya Baru., Jakarta., 207-218.

Page 58: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

46

Wilmana dan Sulistia, G., 2007., Analgesik – Antipiretik Analgesik

Antiinflamasi Nonsteroid Dan Obat Gangguan Sendi Lainnya Dalam

Buku Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi Dan

Terapetik Fakultas kedokteran UI.

Page 59: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

47

Lampiran I

Surat Determinasi Tanaman

Page 60: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

48

Lampiran II

Bagan Kerja

Mencit ditimbang dan ukur volume awal kaki pertama

mencit

Batang tanaman Pepaya

Jepang

Maserasi

Rotary evaporator

ekstrak Skrining fitokimia

Uji Antiinflamasi

Kelompol I

Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V

Kontrol

Negatif

Kontrol

Positif

Diberi ekstrak

Dosis

50mg/kgBB

Diberi ekstrak

Dosis

100mg/kgBB

Diberi ekstrak

Dosis

200mg/kgBB

Setelah 0,5jam Suntik subplantar dengan suspensi

karagenin 2 %

Ukur volume kaki mencit tiap 30 menit selama 6 jam

Analisis data

Uji kadar air

Kerangka Penelitian

Page 61: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

49

Lampiran III

Perhitungan Dosis

Kontrol negatif Na-CMC → 1

100 𝑥 20 𝑔 = 0,2 𝑚𝐿

Contoh perhitungan pemberian suspensi untuk mencit dengan berat badan 23,2 g

23,2 𝑔

20 𝑔 𝑥 0,2 𝑚𝐿 = 0,23 𝑚𝐿

Kontrol positif Natrium Diklofenak, Dosis 50 mg → 50 x 0,0026 = 0,13 mg/20 g

BB mencit

Pengenceran → 0,13 𝑚𝑔

50 𝑚𝑔 𝑥 200 𝑚𝐿 = 0,52 𝑚𝐿

Contoh perhitungan pemberian suspensi untuk mencit dengan berat badan 22,4 g

22,4 𝑔

20 𝑔 𝑥 0,52 𝑚𝐿 = 0,58 𝑚𝐿

Dosis ekstrak 100mg/kgBB → 20 𝑔

1000 𝑔 𝑥 100 𝑚𝑔 = 2 𝑚𝑔

Pengenceran 200 mg/50 mL → 2 𝑚𝑔

200 𝑚𝑔 𝑥 50 𝑚𝐿 = 0,5 𝑚𝐿

Contoh perhitungan pemberian suspensi untuk mencit dengan berat badan 21,2 g

21,2 𝑔

20 𝑔 𝑥 0,5 𝑚𝐿 = 0,53 𝑚𝐿

Dosis ekstrak 200mg/kgBB → 20 𝑔

1000 𝑔 𝑥 200 𝑚𝑔 = 4 𝑚𝑔

Pengenceran 400 mg/50 mL → 4 𝑚𝑔

400 𝑚𝑔 𝑥 50 𝑚𝐿 = 0,5 𝑚𝐿

Contoh perhitungan pemberian suspensi untuk mencit dengan berat badan 22,9 g

22,9 𝑔

20 𝑔 𝑥 0,5 𝑚𝐿 = 0,57 𝑚𝐿

Dosis ekstrak 400mg/kgBB → 20 𝑔

1000 𝑔 𝑥 400 𝑚𝑔 = 8 𝑚𝑔

Pengenceran 400 mg/25 mL → 8 𝑚𝑔

400 𝑚𝑔 𝑥 25 𝑚𝐿 = 0,5 𝑚𝐿

Contoh perhitungan pemberian suspensi untuk mencit dengan berat badan 23,3 g

23,3 𝑔

20 𝑔 𝑥 0,5 𝑚𝐿 = 0,58 𝑚𝐿

Page 62: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

50

Lampiran IV

Tabel Profil Berat Badan Mencit

Kelompok Nomor Berat Badan (g)

1 1

2

3

4

5

23,5

20

20,2

20,4

20,9

2 1

2

3

4

5

23,2

21,1

23

21,2

21,5

3 1

2

3

4

5

21,3

21

21,8

20,8

21

4 1

2

3

4

5

21,7

20,3

22,4

21,8

21

5 1

2

3

4

5

20,3

20

20,1

20,4

20,7

Page 63: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

51

Lampiran V

Tabel jumlah obat yang diberikan kepada mencit

Kelompok Nomor Berat

Badan (g)

Dosis (mg) Jumlah Obat (mL)

1 1

2

3

4

5

23,5

20

20,2

20,4

20,9

0,24

0,2

0,2

0,2

0,21

2 1

2

3

4

5

23,2

21,1

23

21,2

21,5

0,13

0,13

0,13

0,13

0,13

0,58

0,53

0,58

0,53

0,22

3 1

2

3

4

5

21,3

21

21,8

20,8

21

2

2

2

2

2

0,53

0,53

0,55

0,52

0,53

4 1

2

3

4

5

21,7

20,3

22,4

21,8

21

4

4

4

4

4

0,54

0,51

0,56

0,55

0,53

5 1

2

3

4

5

20,3

20

20,1

20,4

20,7

8

8

8

8

8

0,51

0,5

0,5

0,51

0,52

Page 64: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

52

Lampiran VI

Perhitungan Uji Efek Antiinflamasi

Contoh perhitungan persentase rata-rata edema

Rumus :

Contoh perhitungan persen rata-rata edema menit ke 60 :

% edema = 0,015−0,009

0,009𝑥 100% = 66.67 %

Contoh perhitungan persentase inhibisi edema

Rumus :

Contoh perhitungan persen inhibisi edema menit ke 60 :

% edema = 66,67−50

66,67𝑥 100% = 25 %

% edema = 𝑉𝑡−𝑉𝑜

𝑉𝑜𝑥 100%

% inhibisi edema =a − b

ax 100%

Page 65: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

53

Lampiran VII

Data uji efek antiinflamasi

Rata-rata volume edema

Waktu KN KP

Dosis 100

mg

Dosis 200

mg

Dosis 400

mg

0 menit 0.0088 0.0104 0.0098 0.0096 0.0098

60 menit 0.015 0.0154 0.0154 0.0146 0.0146

90 menit 0.0152 0.0158 0.016 0.0152 0.0154

120 menit 0.016 0.0168 0.0166 0.016 0.0164

150 menit 0.0164 0.0176 0.017 0.0166 0.0174

180 menit 0.0168 0.018 0.0176 0.0176 0.016

210 menit 0.0176 0.0174 0.0176 0.0184 0.0148

240 menit 0.0176 0.0164 0.0174 0.0172 0.0142

270 menit 0.0176 0.0154 0.0168 0.016 0.013

300 menit 0.0176 0.0146 0.0162 0.0146 0.0122

330 menit 0.0172 0.0136 0.0156 0.0134 0.0118

360 menit 0.0164 0.0122 0.014 0.012 0.0112

Persentase rata-rata edema

Waktu KN KP

Dosis 100

mg

Dosis 200

mg

Dosis 400

mg

0 menit 0 0 0 0 0

60 menit 70.558 48 57.334 52.224 49.112

90 menit 72.78 51.82 63.556 58.446 57.334

120

menit 81.946 61.456 69.778 66.89 67.556

150

menit 86.39 69.274 73.778 73.112 77.556

180

menit 90.834 72.91 80 83.556 63.334

210

menit 100 67.274 79.556 91.778 51.112

240

menit 100 60 77.556 79.334 45.112

270

menit 100 50.362 71.334 66.668 32.888

300

menit 100 38.726 65.334 52.446 24.666

330

menit 97.778 26.908 59.334 39.778 20.666

360

menit 82.224 13.454 42.888 25.11 14.444

Page 66: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

54

Persentase Inhibisi Edema

Waktu KN KP

Dosis 100

mg

Dosis 200

mg Dosis 400 mg

0 menit 0 0 0 0 0

60

menit 0 31.768 18.856 25.474 30.328

90

menit 0 28.572 12.906 19.332 21.7

120

menit 0 24.85 15.144 17.642 17.294

150

menit 0 19.878 14.464 15.25 10.222

180

menit 0 19.762 12.214 7.714 30.262

210

menit 0 32.726 20.444 8.222 44.888

240

menit 0 40 22.444 20.666 54.888

270

menit 0 49.638 28.666 33.332 65.112

300

menit 0 61.274 34.666 47.554 75.334

330

menit 0 72.092 38.916 58.834 78.834

360

menit 0 84.474 46.466 69.786 82.912

Page 67: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

55

Lampiran VIII

Hasil analisis data

Kelompok Rata-rata volume edema

Tests of Normality

Kelompok Rata-

rata volume

edema

Kolmogorov-

Smirnova Shapiro-Wilk

Statis

tic df Sig.

Statis

tic df Sig.

Volume Rata-

rata Edema

KN .247 60 .000 .715 60 .000

KP .167 60 .000 .953 60 .021

Dosis 100 mg .220 60 .000 .790 60 .000

Dosis 200 mg .151 60 .002 .932 60 .002

Dosis 400 mg .150 60 .002 .957 60 .035

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Volume Rata-rata

Edema

Based on Mean .840 4 295 .501

Based on Median .941 4 295 .441

Based on Median and

with adjusted df

.941 4 273.556 .441

Based on trimmed mean .994 4 295 .411

Test Statisticsa,b

Volume Rata-rata

Kruskal-Wallis H 8.250

df 4

Asymp. Sig. .083

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Rata-rata Volume

Edema

Page 68: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

56

Persen rata-rata volume edema

Tests of Normality

Rata-rata % Edema

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Persentase Edema KN .259 12 .025 .662 12 .000

KP .190 12 .200* .912 12 .226

Dosis 100 mg .255 12 .030 .754 12 .003

Dosis 200 mg .171 12 .200* .941 12 .517

Dosis 400 mg .136 12 .200* .973 12 .940

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Persentase Edema Based on Mean .202 4 55 .936

Based on Median .208 4 55 .933

Based on Median and with

adjusted df

.208 4 47.814 .933

Based on trimmed mean .240 4 55 .915

Test Statisticsa,b

Persentase Edema

Kruskal-Wallis H 21.056

df 4

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

Test Statisticsa

KN & Dosis 100 mg Persentase Edema

Mann-Whitney U 20.500

Wilcoxon W 98.500

Z -2.980

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002b

a. Grouping Variable: Rata-rata % Edema

Page 69: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

57

Test Statisticsa

KN & Dosis 200 mg Persentase Edema

Mann-Whitney U 25.500

Wilcoxon W 103.500

Z -2.691

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .006b

a. Grouping Variable: Rata-rata % Edema

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

Persentase Edema

Mann-Whitney U 13.500

Wilcoxon W 91.500

Z -3.386

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b

a. Grouping Variable: Rata-rata % Edema

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

Persentase Edema

Mann-Whitney U 13.500

Wilcoxon W 91.500

Z -3.386

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b

a. Grouping Variable: Rata-rata % Edema

Page 70: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

58

Persen Inhibisi Edema

Tests of Normality

Rata-rata % Inhibisi

Edema

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Persentase Inhibisi

Edema

KN . 12 . . 12 .

KP .182 12 .200* .955 12 .717

Dosis 100 mg .156 12 .200* .962 12 .816

Dosis 200 mg .199 12 .200* .911 12 .218

Dosis 400 mg .167 12 .200* .938 12 .469

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Persentase Inhibisi Edema Based on Mean 9.330 4 55 .000

Based on Median 6.401 4 55 .000

Based on Median and

with adjusted df

6.401 4 37.843 .000

Based on trimmed mean 9.037 4 55 .000

Test Statisticsa,b

Persentase

Inhibsi Edema

Kruskal-Wallis H 27.984

df 4

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Rata-rata %

Inhibisi Edema

Test Statisticsa

KN & KP

Persentase

Inhibsi Edema

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 84.000

Z -4.153

Page 71: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

59

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b

a. Grouping Variable: Rata-rata % Inhibisi

Edema

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

KN & Dosis 100 mg

Persentase

Inhibsi Edema

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 84.000

Z -4.153

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b

a. Grouping Variable: Rata-rata % Inhibisi

Edema

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

KN & Dosis 200 mg

Persentase

Inhibsi Edema

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 84.000

Z -4.153

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b

a. Grouping Variable: Rata-rata % Inhibisi

Edema

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

KN & Dosis 400 mg

Persentase

Inhibsi Edema

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 84.000

Z -4.153

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b

a. Grouping Variable: Rata-rata % Inhibisi

Edema

b. Not corrected for ties.

Page 72: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

60

Lampiran IX

Dokumentasi

Pengujian Kadar

Air Proses Evaporasi

Ekstrak Kental

Etanol Batang

tanaman Pepaya

Jepang

Uji Fenolik

Uji

Steroid/Terpenoid

Uji Tanin

Page 73: UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BATANG TANAMAN …

61

Uji Flavonoid

Uji Alkaloid

Uji Saponin

Pengukuran Volume

Edema

Kaki Mencit Setelah

Diinduksi Karagenin