uji angka lempeng total

23
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL PENGUJIAN CEMARAN BAKTERI DAN CEMARAN KAPANG/KHAMIR PADA PRODUK JAMU GENDONG DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Sylvia Tunjung Pratiwi Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada METODE PENELITIAN Bahan: sampel jamu gendong yang diambil dari 20 produsen jamu gendong yang berbeda di 4 wilayah DIY (5 produsen dari Kabupaten Sleman, 5 produsen dari Kabupaten Bantul, 5 produsen dari Kabupaten Kulon Progo, 5 produsen dari Kotamadya Yogyakarta), media Plate Count Agar (PCA), media Potato Dextrosa Agar (PDA), kloramfenikol, media ASA (Air Suling Agar 0,05%), dan larutan fisiologis steril. Alat: piring petri, tabung reaksi, labu Erlen-meyer, gelas ukur, blue tip dan yellow tip, pipet mikro, autoklav, inkubator, spreader glass. Jalan Penelitian Pembuatan seri pengenceran sampel Sebanyak 1 ml sampel yang akan diperiksa dilarutkan dalam 10 ml larutan

Upload: meri-na-surya

Post on 19-Jan-2016

98 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Angka Lempeng Total

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL

PENGUJIAN CEMARAN BAKTERI DAN CEMARAN KAPANG/KHAMIR PADA PRODUK JAMU GENDONG DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sylvia Tunjung PratiwiLaboratorium Mikrobiologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

METODE PENELITIAN

Bahan:

sampel jamu gendong yang diambil dari 20 produsen jamu gendong yang

berbeda di 4 wilayah DIY (5 produsen dari Kabupaten Sleman, 5 produsen dari

Kabupaten Bantul, 5 produsen dari Kabupaten Kulon Progo, 5 produsen dari

Kotamadya Yogyakarta), media Plate Count Agar (PCA), media Potato Dextrosa

Agar (PDA), kloramfenikol, media ASA (Air Suling Agar 0,05%), dan larutan

fisiologis steril.

Alat:

piring petri, tabung reaksi, labu Erlen-meyer, gelas ukur, blue tip dan

yellow tip, pipet mikro, autoklav, inkubator, spreader glass.

Jalan Penelitian

Pembuatan seri pengenceran sampel Sebanyak 1 ml sampel yang akan diperiksa

dilarutkan dalam 10 ml larutan pengen-cer yaitu berupa larutan fisiologis steril

untuk uji ALT dan media ASA untuk uji AKT. Dibuat seri pengenceran hingga

10-6 untuk uji ALT (cemaran bakteri) dan 10-4 untuk uji AKT (cemaran

kapang/khamir).

Pengujian cemaran bakteri

Pengujian cemaran bakteri dari sampel jamu gendong dengan metode uji angka

lempeng total dilakukan sebanyak 3 kali pengam¬bilan sampel, masing-masing

dilakukan replikasi duplo. Sebanyak 1 ml suspensi hasil pengenceran sampel

Page 2: Uji Angka Lempeng Total

dituang ke dalam piring petri. Ke dalam setiap piring petri tersebut dituangkan

media PCA steril yang telah dicairkan dengan temperatur media berkisar pada

40ºC. Sebagai kontrol digunakan media PCA dan larutan pengencer (larutan

fisiologis steril). Piring petri selanjutnya diinkubasi pada temperatur 35-37ºC

selama 24-48 jam dalam posisi terbalik. Penghitungan jumlah koloni bakteri yang

tumbuh pada media dilakukan sesuai cara penghitungan yang ditetapkan dalam

prosedur operasional baku pengujian mikrobiologi oleh Badan POM.

Pengujian cemaran kapang/khamir

Pengujian cemaran kapang/khamir dari sampel jamu gendong dengan metode uji

angka kapang/khamir total dilakukan sebanyak 5 kali replikasi. Media PDA steril

yang telah dicairkan dan didinginkan pada temperatur 40ºC ditambahkan

kloramfenikol sebesar 1ml/L, dan dituang ke dalam piring petri hingga membeku.

Sebanyak 1 ml suspensi hasil pengen¬ceran sampel dituang pada permukaan

media PDA yang telah beku dalam piring petri, yang mengandung kloramfenikol,

dan diratakan dengan bantuan spreader glass. Sebagai kontrol digunakan media

dan larutan pengencer (ASA). Piring petri selanjutnya diinkubasi pada temperatur

20-25ºC selama 3-5 hari. Penghitu-ngan jumlah koloni kapang/khamir yang

tumbuh pada media dilakukan sesuai cara penghitu¬ngan yang ditetapkan dalam

prosedur operasio¬nal baku pengujian mikrobiologi oleh Badan POM.

Analisis hasil

Hasil penghitungan angka lempeng total dan angka kapang/khamir total

dibandingkan dengan standar uji cemaran mikroba SNI 19-2897-1992.

Page 3: Uji Angka Lempeng Total

UJI IRITASI KULIT

UJI PRAKLINIS PEMBALUT LUKA HIDROGEL BERBASIS PVP STERIL IRADIASI MENGGUNAKAN TIKUS PUTIH: EVALUASI IRITASI DAN

SENSITISASI

Darmawan DarwisPusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta

METODE PEMBUATAN

Pembuatan Pembalut Luka Hidrogel Pembalut luka hidrogel PVP – Madu (Formula I) dibuat dari campuran

polimer PVP dan madu serta bahan tambahan lainnya dengan komposisi tertentu.

Campuran tersebut dituang dalam cetakan plastic polietilen lalu cetakan ditutup

dengan menggunakan sealing machine. Pembalut luka hidrogel PVP - karaginan

(Formula II) dibuat dengan cara melarutkan hingga homogen polimer PVP dan

karaginan. Campuran tersebut dituang dalam cetakan plastik polietilen lalu

cetakan ditutup dengan menggunakan sealing machine.

Iradiasi pembalut luka hidrogel Iradiasi pembalut luka hidrogel dilakukan di Iradiator Panorama

Serbaguna, PATIR BATAN menggunakan sinar gamma pada dosis 25 kGy

dengan laju dosis 7 kGy/jam

Pengujian iritasi kulit Pengujian iritasi kulit dilakukan berdasarkan metode DRIZE et.al yang

telah dimodifikasi (8). Tikus dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok 1: FI, kelompok 2: FII dan kelompok 3: kontrol, dengan jumlah tiap kelompok sebanyak 6 ekor. Rambut pada punggung setiap tikus dicukur menggunakan alat pencukur pada 3 tempat berbeda, masing-masing berukuran (2 X 2) cm2 seperti yang disajikan pada Gambar 1. Kulit tikus yang telah dicukur lalu dibersihkan dengan alkohol 70%. Pembalut luka hidrogel yang telah dipotong berukuran (2 X 2) cm2 ditempelkan pada kulit tikus yang telah dicukur tersebut, kemudian dilapisi kain kassa dan ditutup dengan plester.

Page 4: Uji Angka Lempeng Total

Pada ketiga bagian punggung tikus yang telah dicukur pada satu kelompok hewan, masing-masing bagian ditempeli dengan 1 macam hidrogel misal hidrogel FI atau FII. Sedangkan untuk kelompok kontrol tidak diberi pembalut luka. Tikus lalu dibiarkan selama 24 jam, 48 jam

Page 5: Uji Angka Lempeng Total

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR ESTER P-HIDROKSI BENZOAT

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT PADAKECAP ASIN YANG BEREDAR DI KOTA MANADO

Windy Sumarauw,Fatimawali,Adithya YudistiraProgram Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Desember 2012 di laboratorium

Analisis Farmasi Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi.

Alat-alat

Alat-alat yang akan digunakan adalah seperangkat instrumen

spektrofotometer

UV-Vis, neraca analitik, kertas lakmus, kertas saring, corong pisah, pemanas

listrik, tabung reaksi, labu ukur 100 mL,labu ukur 250 mL, erlenmeyer 100

mL, erlenmeyer 250 mL, pipet.

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang akan digunakan adalah kecap asin, akuades, dietil eter

(C2H5OC2H5), asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), amonium

hidroksida (NH4OH), natrium klorida (NaCl), natrium sulfat (Na2SO4), besi III

klorida (FeCl3).

Prosedur Kerja

Analisis KualitatifSampel kecap asin masing-masing diambil sebanyak 20 gram,

dimasukkan ke dalam beker gelas dan di campur dengan larutan NaCl jenuh

Page 6: Uji Angka Lempeng Total

sampai volume 100 mL. Ke dalam larutan sampel ditambahkan larutan

NaOH 10 % sampai larutan bersifat alkalis, dan diaduk dengan pengaduk

listrik selama lima menit, selanjutnya larutan di biarkan semalam dan di

saring. Filtrat yang diperoleh di tambah dengan 10 tetes larutan HCl 3 M

sampai larutan bersifat asam, kemudian di tambahkan lagi dengan 1 mL

larutan HCl 3 M.Larutan yang bersifat asam diekstraksi sebanyak 3 kali

dengan dietil eter masing masing 25 mL. Ekstrak eter dicuci sebanyak 3

kali dengan akuades masingmasing10 mL, selanjutnya ekstrak eter

diuapkan dalam penangas air selama 5 menit pada suhu antara 80-85 o C.

Larutan didinginkan dan ditambah beberapa tetes NH4OH pekat sampai

larutan bersifat alkalis. Kelebihan amoniak dihilangkan dengan penguapan

di atas penangas air, kemudian larutan di tambah dengan beberapa tetes

larutan FeCl3 5 %. Apabila terbentuk endapan berwarna kecoklatan

menunjukkan adanya asam benzoat dalam sampel (Helrich, 1990). Menurut

Dean (1987) penambahanFeCl3 ke dalam larutan asam benzoat yang telah

dinetralisasi dengan amoniak akan menghasilkan endapan asam benzoate

berwarna coklat kemerahan.

Analisis Kuantitatif

Kurva StandarPembuatan larutan standar didahului dengan pembuatan larutan

induk 100 mg/Lyang dibuat dengan melarutkan 25 mg asam benzoat ke

dalam 250 mL dietil eter.Larutan standar di buat dengan mengambil : 5; 10;

15; 20; 25; 30; 35; 40 mL darilarutan induk asam benzoat 100 mg/L ke

dalam labu takar 50 mL kemudian masingmasing diencerkan dengan dietil

eter sampai tanda batas. Konsentrasi larutan standar yang di peroleh

berturut-turut adalah : 10; 20; 30; 40; 50; 60; 70; 80 mg/L. Deteksi

absorbansi larutan standar pada rentang panjang gelombang 265-280 nm

Page 7: Uji Angka Lempeng Total

dengan menggunakan instrument spektrofotometer UV-Vis. Selanjutnya

dibuat kurva standar yang menghubungkan absorbansi dengan konsentrasi

dari masing-masing larutan standar.

Penentuan Kadar Asam Benzoat padaKecap Asin

Sebanyak 10 gram sampel dipindahkan ke dalam Erlenmeyer,

kemudian sampel dilarutkan dalam 100 mL larutan NaCl jenuh. Tambahkan

beberapa tetes HCl sampai larutan bersifat asam (kertas lakmus biru

menjadi merah)kemudian di campur dengan baik (Helrich, 1990). Larutan

diekstrak dengan dietil eter sebanyak 3 kali masing-masing: 30, 20, 10 mL.

Hasil ekstraksi dicuci dengan larutan HCl sebanyak 3 kali, masing-masing :

25, 20 dan 15 mL. Ekstrak asam diekstraksi lagi dengan larutan NH4OH

sebanyak 4 kali masing-masing : 25, 20, 15, 10 mL. Hasil ekstraksi

diekstraksi dengan dietil eter sebanyak 3 kali masing-masing : 30, 20, dan

10 mL. Hasil ekstraksi dicuci dengan Na2SO4 dan diencerkan dengan dietil

eter sampai tanda batas dalam labu takar 100 mL (Hawley, 1981).

Larutan hasil ekstraksi dibaca absorbansinya dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang, kemudian konsentrasi

asam benzoat dalam sampel ditentukan berdasarkan kurva standar (Helrich,

1990).

Page 8: Uji Angka Lempeng Total

UJI S. AUREUS

PENGGUNAAN ANTIMIKROBA DARI ISOLAT Lactobacillus TERSELEKSISEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI UNTUK

MENGHAMBATPERTUMBUHAN VIBRIO SP. DAN Staphylococcus aureus PADA FILLETIKAN KAKAP

Titin Yulinery, I. Y. Petria dan Novik NurhidayatBidang Mikrobiologi, P2B LIPI

Jl. Raya Jakarta km 46, CSC. CibinongE-mail: [email protected]

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian ini menggunakan 8 isolat bakteri Lactobacillus yang diisolasi

dari makanan fermentasi, yakni Mar 8 (dari markisa), Lac 3 (acar), Bl.Smd.Ai

(belimbing), P 8 (pikel), P.Pdg.N3 (pado), C.Mnd.N4 (rumen sapi), L.Smd.A5

(lobak asin), Sg.Mnd.N5 (saguer). Bakteri uji yang digunakan adalah Vibrio sp.

dan Staphylococcus aureus.

Seleksi Isolat Lactobacillus Dalam Menghambat

Bakteri Uji

Penelitian ini dilakukan untuk memilih isolate Lactobacillus yang paling

berpotensi menghasilkan antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri uji, yaitu Vibrio sp. dan S. aureus.

Pembuatan Starter

Starter dibuat dari biakan Lactobacillus dan bakteri uji dengan

menanamnya pada medium GYP (Glucose Yeast Peptone) cair. Diambil 1 ose

bakteri Lactobacillus dan diinokulasikan dalam medium GYP cair sebanyak 5 ml

(biakan starter), kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30° C. Kemudian

biakan dinokulasikan 4% ke dalam 10 ml medium GYP cair dan diinkubasi

selama 48 jam pada suhu 30° C. Demikian juga terhadap bakteri uji, yaitu diambil

1 ose bakteri Vibrio sp. dan S. aureus masing-masing ditanam ke dalam medium

Page 9: Uji Angka Lempeng Total

LB (Luria Bertany) sebanyak 10 ml dan diinkubasi pada suhu 30° C selama 24

jam.

Pembuatan Supernatan

Setiap isolat Lactobacillus setelah ditumbuhkan dalam medium GYP

dengan konsentrasi 108 sel/mL lalu disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm

selama 10 menit sehingga diperoleh supernatan. Supernatan disaring dengan

menggunakan membran filter milipore ukuran 0,45 μm. Pada tahap ini, supernatan

yang diperoleh diberi berbagai perlakuan suhu yang berbeda.

Uji Aktivitas Antimikroba

Metode yang digunakan adalah metode cakram. Biakan Vibrio sp. ditanam

pada medium Merine, sedangkan S. aureus pada medium MSA (Manitol Salt

Phenol-red Agar, Merck). Cakram diameter 6 mm direndam 5 menit di dalam

supernatan yang telah diberi perlakuan suhu. Kemudian cakram diletakkan pada

cawan yang telah ditanam dengan bakteri uji, lalu diinkubasi pada suhu 30° C

selama 24 jam. Sebagai kontrol adalah cakram yang direndam dalam medium

GYP steril. Aktivitas hambatan supernatan terhadap pertumbuhan bakteri uji

tampak sebagai zona bening di sekitar cakram. Pengamatan dilakukan dengan

mengukur dan membandingkan zona bening dari setiap perlakuan tiap isolat.

Kandidat terbaik adalah isolat dengan perlakuan supernatan yang memiliki zona

hambat terluas. Isolat dancara perlakuan yang terbaik akan digunakan dan

diterapkan.

Pemeriksaan Kuantitatif Bakteri UjiPemeriksaan ini dilakukan secara TPC (Total Plate Count) untuk melihat

jumlah total bakteri, jumlah bakteri Vibrio sp. dan S. aureus pada tiap sampel.

Fillet ikan sebanyak 1 g dihaluskan dan ditambahkan NaCl 0,85% lalu dilakukan

pengenceran 10-1–10-3 dan masing–masing pengenceran diambil 1 ml

dimasukkan dalam cawan petri dan dilakukan teknik agar tuang dengan

menggunakan medium NA (Nutrien Agar, Oxoid) untuk jumlah total bakteri,

TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose, Difco) untuk Vibrio sp. dan MSA

garam tinggi untuk S. aureus. Masing-masing dilakukan duplo kemudian

Page 10: Uji Angka Lempeng Total

diinkubasi pada suhu 30 C selama 24 jam. Setelah inkubasi diamati koloni bakteri

yang tumbuh pada setiap media. Pada media NA dihitung keseluruhan bakteri

yang tumbuh. Media TCBS, diamati Vibrio sp. yang koloninya berwarna

hijau/kuning sedangkan S. aureus pada medium MSA akan membentuk koloni

putih kekuningan dengan zona kuning di sekitar koloni.

Page 11: Uji Angka Lempeng Total

UJI P.AERUGINOSA

Identifikasi

Pseudomonas aeruginosa 

Penanaman pada media Braint Hert Infision ( BHI )Sampel yang telah dihomogenkan,

diambil 1 mL dengan pipet voloumesteril, kemudian dituang pada media BHI secara aseptis di

inkubasi 37ºCselama 24 jam.2. Pembiakan pada media Mac Conkey Agarsecara aseptis

diinokulasikan biakan kuman dari media BHI ke media MacConkey dengan cara diambil 1 ons mata

lalu ditanam secara gores kuadran.Diinkubasi 37ºC selama 24 jam. KoloniPseudomonas aeruginosa 

dilakukanpurifikasi untuk masing masing koloni ke media Mac Conkey diinkubasi37ºC selama 24

jam. Koloni Pseudononas aeruginosa  pada media ini koloniberbentuk bulat, warna transparan, tepi

tidak rata, konsistensi smooth,diameter 3 mm, elevasi cembung bersifat non laktosa ferneter.3.

Pengecatan GramKoloni tersangka dari media Mac Conkey 1 dilakukan pengecatan Gramdengan

cara diambil koloni dengan ose mata secara aseptis, Diletakanpada obyek glass yang sebelumnya

telah di bersihkan dengan alkohol 70%,diratakan dan dikeringkan lalu difiksasi, genangi cat gentian

violet 2menit, cuci dengan air mengalir, gengangi cap lugol 1 menit, cuci dengan

airmengalir,gengangi alkohol absolut 45 detik, cuci dengan air mengalir,genangi safranin 34 menit,

cuci dengan air mengalir, keringkan dan dilihatdibawah mikroskop dengan perbesaran 1000

kali.Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang, bersifat gram negatif.

Page 12: Uji Angka Lempeng Total

UJI C.ALBICANS

MetodeSetiap alat dan bahan yang diguakan dalam penelitian ini dipersiapkan

dalam keadaan steril. C. albicans yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh

dari usapan (swab) dari lesi mukosa mulut pasien kandidiasis oral di klinik

Penyakit Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo.

Sebagai pembanding digunakan strain laboratorium C. albicans ATCC (American

Type Culture Cell) 10231 yang diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi

FKUI. Sampel usapan diidentifikasi menggunakan CHROMagar dan diinkubasi

selama 2 hari. Pada media CHROMAgar C. albicans akan membentuk koloni

berwarna hijau pucat. Konfirmasi spesies C. albicans dilanjutkan dengan melihat

pembentukan germ tube dalam serum (Fetal Bovine Serum), diinkubasi selama 2

jam. Kemudian C. albicans isolat klinis dan strain ATCC 10231 diinokulasikan

dalam Sabouraud Dextrose Agar (SDA) miring, dan diinkubasi selama 2 hari.

Seluruh koloni C. albicans yang tumbuh dalam SDA miring diambil dengan

sengkelit, lalu dimasukkan ke dalam Eppendorf tube berisi 1 ml PBS. Eppendorf

tube ini disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu

28°C. Setelah supernatan dibuang, PBS ditambahkan ke Eppendorf tube yang

berisi pelet, sampai volumenya 1 ml, lalu dihomogenisasi. Kemudian 10 μl

suspensi diambil dari Eppendorf tube, dimasukkan ke dalam Eppendorf tube

lainnya yang sudah berisi 990 μl, sehingga diperoleh pengenceran 102 kali.

Prosedur yang sama dilakukan sampai didapat pengenceran 106 kali.

Pemaparan tambahan glukosa 1%, 5%, 10% pada C. albicans isolat klinik dan C.

albicans Strain ATCC 10231 dilakukan dalam medium Sabouraud Dextrose

Broth (SDB).

Pada kontrol tidak diberikan tambahan glukosa. Disiapkan 16 Eppendorf

tube yang ditutup dengan kapas steril, masing-masing ditandai dengan ke 4

Page 13: Uji Angka Lempeng Total

konsentrasi glukosa (kontrol, 1%; 5%; dan 10%) dengan masing-masing dua

durasi pemaparan (3 dan 7 hari). Lalu tiap Eppendorf tube diisi dengan larutan

glukosa dan SDB sesuai dengan konsentrasinya, sebanyak 990 μl. Kemudian dari

Eppendorf tube berisi C. albicans dengan pengenceran 106 dari prosedur

pengenceran diatas diambil 10 μl sehingga volumenya menjadi 1 ml dan

pengenceran menjadi 108 kali. Keenambelas Eppendorf tube ini disimpan di

dalam suhu kamar dengan 2 durasi pemaparan (3 dan 7 hari) masing-masing

untuk C. albicans isolat klinik dan strain ATCC 10231. Candida albicans isolat

klinik dan strain ATCC 10231 yang telah dipaparkan dengan glukosa selama 3

dan 7 hari kemudian disentrifugasi untuk didapatkan peletnya. Setelah itu pada

masing-masing pelet tersebut ditambahkan PBS sampai volumenya dalam

Eppendorf tube 1 ml. Kemudian dari masingmasing Eppendorf tube diambil 10 μl

suspensi, ditanam dalam cawan petri berisi SDA secara duplo. Setelah 2 hari

diinkubasi, koloni C. albicans yang tumbuh dalam setiap cawan petri dihitung.

Data dianalisis dengan ANNOVA menggunakan α 0,05.

Page 14: Uji Angka Lempeng Total

UJI SALMONELLA

.      PROSEDUR UJI

Prosedur pengujian deteksi Salmonella sesuai Metode Analisis

Mikrobiologi (MA PPOM 74/MIK/06) yaitu:

1.      Pra-Pengkayaan Non-Selektif

Dengan cara aseptic ditimbang 25 gram atau dipipet 25 ml

cuplikan ke dalam kantong plastic stomacher steril ditambahkan 225

ml BPW. Dihomogenkan menggunakan stomacher selama 30 detik

dan diinkubasi pada suhu 37±1° C selama 18±2 jam.

2.      Pengkayaan Selektif

Dengan cara aseptic dipipet biakan pra-pengkayaan masing-

masing 1ml ke dalam 10 ml MKTTn inkubasi pada suhu 37±1°C

selama 24±3 jam dan 0,1 ml ke dalam 10 ml RVS inkubasi pada suhu

41,5±1 °C selama 24±3 jam. Jagalah agar maksimum suhu inkubasi

tidak melebihi 42,5° C.

3.      Inokulasi & identifikasi

Dari biakan MKTTn dan RVS diinokulasikan masing-masing

sebanyak 1 sengkelit pada permukaan BGA dan XLD, kemudian

diinkubasi pada suhu 37+1 °C selama 24+3 jam koloni yang tumbuh

diamati. Biakan diduga Salmonella positif jika :

Page 15: Uji Angka Lempeng Total

·         BGA : koloni dari tidak berwarna, merah muda hingga merah dan

translusen hingga keruh dengan lingkaran merah muda sampai

merah.

·         XLD : koloni translusen dengan bintik hitam ditengah, dan

dikelilingi zona transparan berwarna kemerahan.

4.      Konfirmasi

Dipilih dua atau lebih koloni spesifik pada BGA dan XLD

diinokulasikan pada media TSA atau NA miring. Dari TSA atau NA

miring dilakukan uji konfirmasi sebagai berikut:

a)      TSIA

Diinokulasikan koloni tersangka dengan cara tusuk dan goresan pada

media TSIA, inkubasi pada suhu 37+1° C selama 24+3 jam. Amati

perubahan warna yang terjadi.

b)      Uji Urease

Inokulasikan koloni tersangka pada media urea agar (Christensen)

suhu 37±1°C. Amati perubahan warna biakan yang terjadi.

c)      Uji Dekarboksilasi lysine

Inokulasikan koloni tersangka pada media L.Lysine decarboxylase

diikubasi pada suhu 37±1 °C selama 24±3 jam. Amati perubahan

warna biakan dan kekeruhan yang terjadi.

d)     Uji Voges Proskauser

Inokulasikan koloni tersangka pada media MR-VP pada suhu 37±1° C

selama 24±3 jam. Tambahan 3 tetes larutan Alfa naftol dan 2 tetes

larutan KOH 40 %. Amati perubahan warna biakan yang terjadi

setelah 15 menit.

e)      Uji Indol

Page 16: Uji Angka Lempeng Total

Inokulasikan koloni tersangka pada media Tryptone Broth atau

Tryptophan broth, inkubasikan pada suhu 37±1° C selama 24±3 jam.

Tambahkan beberapa tetes larutan Kovac. Amati perubahan cincin

merah.

f)       Uji β-galaktosidase

Suspensikan 0,5 ml NaCl 0,85 % pada biakan NA miring dalam

tabung reaksi kecil steril. Masukkan sebuah cakram ONPG, inkubasi

pada suhu 37±1°C selama 24±3 jam.

g)      Uji Serologi

Ambil 1 ose biakan dari TSA/NA miring suspensikan dengan 1

tetes NaCl 0,85 % dan 1 tetes air, dan campurkan pada kaca objek.

Apabila diamati dengan latar belakang gelap dan menggunakan kaca

pembesar telah terjadi aglutinasi, sebaiknya tidak dilakukan uji

serologi dengan antisera polivalen O, H, Vi, karena telah terjadi

aglutinasi sendiri (self agglutination).