uji analgesik jamu prourat

50
MAKALAH PROYEK PENELITIAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI UJI EFEK ANALGESIK JAMU PROURAT® PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS Disusun oleh : Windy Octavia Boru Hombing (118114134) Gregoria Novalia Ambarani (118114144) Serlika Rostiana (118114148) Marselina Crescentia Tisera (118114152) Yolanda Angnes (118114156) Kelompok : F3 Tanggal : 16 November 2012 LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

Upload: ai-haibara

Post on 05-Aug-2015

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Analgesik Jamu Prourat

MAKALAH PROYEK PENELITIAN

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

UJI EFEK ANALGESIK JAMU PROURAT®

PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

Disusun oleh :

Windy Octavia Boru Hombing (118114134)

Gregoria Novalia Ambarani (118114144)

Serlika Rostiana (118114148)

Marselina Crescentia Tisera (118114152)

Yolanda Angnes (118114156)

Kelompok : F3

Tanggal : 16 November 2012

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Uji Analgesik Jamu Prourat

INTISARI

Jamu telah dikenal secara turun menurun di kalangan masyarakat.

Pemanfaatan jamu oleh masyarakat diutamakan sebagai upaya menjaga

kesehatan meskipun ada juga yang digunakan untuk mengatasi penyakit.

Meskipun secara teori jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia mengingat

pemanfaatan yang diterapkan masyarakat, pembuktian ilmiah tetap merupakan

tuntutan terutama jika menyangkut tentang dosis efektif yang dibutuhkan jamu

untuk memunculkan efek yang diinginkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini

praktikan ingin mengetahui apakah Jamu Prourat® memiliki efek analgesik serta

bagaimana efek analgesik Jamu Prourat® jika dibandingkan dengan obat

analgesik dari bahan kimia melalui uji efek analgesik Jamu Prourat® pada

mencit jantan galur Swiss.

Melalui uji yang prakikan lakukan, manfaat yang dapat diperoleh adalah

dapat diketahui daya analgesik Jamu Prourat® dalam dosis yang berbeda-beda

sehingga dapat diketahui dosis efektif Jamu Prourat® sebagai obat analgesik.

Melalui uji ini pula, praktikan dapat memberikan informasi mengenai penentuan

dosis yang tepat dan efektif dalam penggunaan Jamu Prourat® oleh pasien dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk mendukung uji efek analgesik Jamu Prourat®, jenis penelitian yang

praktikan lakukan adalah penelitian eksperimental murni acak pola searah yaitu

penelitian dengan menerapkan adanya perbandingan antara kelompok kontrol

positif, kontrol negatif, dan perlakuan dimana pemilihan anggota tiap kelompok

dilakukan secara acak. Dalam penelitian ini pun, nilai variabel tergantung akan

dipengaruhi oleh variabel bebas. Uji efek analgesik Jamu Prourat® pada mencit

jantan galur Swiss praktikan lakukan dengan metode rangsang kimia dimana efek

jamu dilihat dari jumlah geliat mencit.

Page 3: Uji Analgesik Jamu Prourat

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Obat tradisional atau jamu telah dikenal secara turun menurun dan

digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan.

Pemanfaatan jamu oleh masyarakat diutamakan sebagai upaya menjaga

kesehatan meskipun ada juga yang digunakan sebagai alternatif dalam

mengatasi berbagai macam penyakit. Selain karena harganya yang lebih

murah jika dibandingkan dengan obat-obatan pada umumnya, jamu juga

dipercaya lebih aman untuk dikonsumsi karena bahan alami yang

dikandungnya.

Jamu tak hanya digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai

macam penyakit, tetapi dapat pula digunakan untuk mengatasi rasa nyeri atau

sebagai obat analgesik. Obat analgesik tanpa resep umumnya efektif untuk

mengatasi nyeri ringan sampai sedang untuk jenis nyeri somatik pada kulit,

otot, lutut, rematik dan pada jaringan lunak lainnya serta pada nyeri haid dan

sakit kepala.

Salah satu jamu yang digunakan sebagai obat analgesik adalah Jamu

Prourat®. Jamu ini mengandung kunyit, rimpang teki, jahe, daun salam, daun

sendok, Bluepleurum falcatum radix, biji kedawung dan lada hitam.

Meskipun secara teori jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia

mengingat pemanfaatan yang sudah diterapkan masyarakat selama ini,

pembuktian ilmiah tetap merupakan tuntutan. Seperti kebanyakan obat pada

umumnya, pada jamu harus diketahui apakah jamu tersebut benar-benar

memiliki efek yang diinginkan serta berapa dosis efektif yang dibutuhkan

untuk memunculkan efek tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini

praktikan ingin mengetahui apakah Jamu Prourat® benar memiliki efek

analgesik seta bagaimana efek analgesik Jamu Prourat® jika dibandingkan

dengan obat analgesik dari bahan kimia.

Page 4: Uji Analgesik Jamu Prourat

I. Permasalahan

1. Apakah Jamu Prourat® memiliki daya analgesik pada hewan uji mencit

jantan galur Swiss?

2. Bagaimana perbandingan daya analgesik Jamu Prourat® terhadap

Parasetamol?

II. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dapat mengetahui daya analgesik Jamu Prourat® dalam dosis yang

berbeda-beda sehingga dapat diketahui dosis efektif Jamu Prourat®

sebagai obat analgesik.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan informasi mengenai penentukan dosis yang tepat dan

efektif dalam penggunaan Jamu Prourat® oleh pasien dalam kehidupan

sehari-hari.

B. TUJUAN

1. Mengetahui daya analgesik Jamu Prourat® pada hewan uji mencit jantan

galur Swiss.

2. Mengetahui perbandingan daya analgesik Jamu Prourat® terhadap

Parasetamol.

Page 5: Uji Analgesik Jamu Prourat

BAB II

PENELAAH PUSTAKA

A. OBAT TRADISIONAL

Obat bahan alam di Indonesia atau yang lebih dikenal dengan obat

tradisoanla dikelompokkan menjadi 3 golongan yakni jamu, obat herbal

terstandar dan fitofarmaka.Jamu adalah ramuan dari bahan, bahan hewan,

bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman(Wasito, 2011).

Jamu merupakan obat tradisional yang biasanya disediakan secara

tradisional, misalnya dalam bentuk sediaan seduhan, rajangan, pil, dan cairan

yang berisis seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut

serta digunkan secara tradisional (Wasito, 2011).

Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa

kelemahan yang dapat menjadi kendala dalam pengembangan obat tradisional

antara lain efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku yang belum

terstandar, sifat higroskopis dari bahan alam, volumines, belum dilakukannya

uji klinik, sertasifatnya yang mudah tercemar berbagai mikroorganisme.

Upaya-upaya pengembangan obat tradisional dapat ditempuh dengan berbagai

cara melalui pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat

tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, serta secara ilmiah

memenuhi indikasi medis, yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka.

Untuk mendapatkan produk fitofarmaka, harus dilakukan beberapa tahap uji

yaitu uji farmakologi, uji toksisitas dan uji kliniksehingga melalui uji yang

dilakukan tersebut, kelemahan dari obat bahan alam dapat diatasi (Gunawan,

2004).

Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk sediaan padat, cair,

maupun semi padat. Beberapa bentuk sediaan obat tradisional Indonesia yang

banyak beredar di masnyarakat antara lain, berbentuk rajangan, serbuk, pil, dodol

Page 6: Uji Analgesik Jamu Prourat

atau jenang, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat dalam, cairan obat luar, sari jamu,

salep atau krim, koyo, parem, pilis, dan tapel (Wasito, 2011).

Jamu Prourat® merupakan salah satu obat tradisional yang berkhasiat

untuk meredakan nyeri dan pegal linu pada persediaan serta encok akibat

kelebihan asam urat dalam darah. Dalam setiap bungkus jamu

Prourat®mengandung kunyit 1500 mg, rimpang teki 1500 mg, jahe 1500 mg,

daun salam 1000 mg, daun sendok 1000 mg, Bluepleurum falcatum Radix 300

mg, biji kedawung 100 mg, serta lada hitam 100 mg (Anonim b, 2012)

1. Kunyit

Komposisi utama penyususn kunyit yaitu minyak atsiri, fumerol, karvon,

kurkumin, zat pahit, resin, selulosa, kurkuminoid, asam kafeat,

protochatechuic acid, dan ukanon A, B, C serta D. Rimpang kunyit sangat

bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing,

obat asma, penambahan darah, obat sakit perut, diare, usus buntu,

rhematik, bahan campuran kosmetik, bakterisida, fungisida, dan stimulan

otak (Agoes, 2010).

2. Rimpang Teki

Zat berkhasiat dalam rimpang teki adalah minyak atsiri, alkaloida,

glikosida, dan flavonoida. Juga sebagai obat penenang serta mempercepat

pembekuan darah pada luka baru (Kusuma, 2010).

3. Jahe

Jahe mengandung beberapa komponen kimia antara lain minyak atsiri,

oleoresin, amilum, dan air. Jahe berguna untuk pengobatan penyakit

neurologi, radang pembuluh darah, nyeri kepala, penguat jantung, penurun

demam, penghilang nyeri, obat batuk, anti muntah, pelancar empedu, sakit

kuning, obat tukak lambung, obat gigi berlubang, antiagregasi trombosit,

anti kuman TBC, dan anti radang (Agoes, 2010).

4. Daun sendok

Daun sendok mengandung plantagin, aukubin, asam ursolik, beta-

sitosterol, enstrip, hentriakontan, dan plantaglusida yang terdiri atas methil

D-galakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhamnosa, juga

Page 7: Uji Analgesik Jamu Prourat

mengandung tanin, kalium, dan vitamin (B, C, A). Daun sendok dapat

digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit yaitu infeksi saluran

kemih, urine berlemak, urine berdarah, batu ginjal, deman, influenza,

diare, nyeri lambung, mimisan, keputihan, cacingan, nyeri otot, beri-beri,

dan darah tinggi (Agoes, 2010).

5. Daun salam

Daun salam mengandung minyak atsiri, sitrat, eugenol, tannin, dan

flavonoida. Khasiat dari daun salam adalah untuk mengobati diare,

kencing manis, sakit maag, mabuk akibat alkohol, serta tekanan darah

tinggi (Agoes, 2010).

6. Bluepleurum falcatum Radix

Bluepleurum falcatum Radixberkhasiat sebagai relaxan otot, analgesik,

hepatoprotektif, anti inflamasi, obat penurun panas, anti virus, dan

karminatif (Anonim c, 2012).

7. Biji kedaung

Biji kedaung mengandung saponin dan flavonida. Biji yang sudah tua

dapat digunakan untuk mengobati penyakit kolik, sebagai bahan campuran

obat kolera, penyakit kejang pada waktu haid, serta obat penguat lambung

(Agoes, 2010).

8. Lada hitam

Lada hitam mengandung amida asam yang berbau tajam seperti piperin,

dan minyak atsiri. Khasiat lada hitam adalah untuk menambah nafsu

makan, memperbaiki sistem pencernaan, meluruhkan keringat,

meningkatkan sekresi lambung, meluruhkan flatus, mengurangi rasa mual,

mengobati linu sendi dan anti bakteri (Agoes, 2010).

B. NYERI

Analgesik adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan

atau mengurangi rasa nyeri. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai cara :

menekan kepekaan reseptor nyeri terhadap rangsangan mekanik, termik,

listrik, atau kimiawi dipusat atau perifer atau dengan cara menghambat

Page 8: Uji Analgesik Jamu Prourat

pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri (Syamsudin,

2011).

Nyeri adalah suatu rangsangan ke sistem saraf dan somatis serta organ

viseral. Sistem saraf menerima rangsangan tersebut lalu membawanya dari

reseptor sakit menuju ke otak dimana rangsangan diterjemahkan sebagai rasa

sakit. Otak akan terus bereaksi hingga rangsangan sakit berhenti (Fulcher,

2003).

Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala yang fungsinya memberi

tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi

kuman atau kejang otot.Rasa nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanisme

atau kimiawi, kalor atau listrik yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan

dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002).

Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamin, serotonin,

plasmakinin (antara lain bradikinin) dan prostaglandin, juga ion-ion

kalium.Zat-zat tersebut dapat mengakibatkan reaksi-reaksi radang dan kejang-

kejang dari jaringan otot yang selanjutnya mengaktifkan reseptor

nyeri.Plasmakinin merupakan peptida (rangkaian asam-asam amino) yang

terbentuk dari proteinprotein plasma, sedangkan prostaglandin merupakan zat

yang mirip asam lemak dan terbentuk dari asam-asam lemak esensial.Kedua

zat tersebut berkhasiat sebagai vasodilatator kuat dan memperbesar

permeabilitas (daya hablur) kapiler dengan akibat terjadinya radang dan

udema (Tjay dan Rahardja, 2002).

Cara pemberantasan nyeri:

1) Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh

analgetika perifer atau oleh anastetik lokal.

2) Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya

dengan anastetik lokal.

3) Menghalangi pusat nyeri dalam sistem syaraf pusat dengan analgetika

sentral (narkotik) atau dengan anastetik umum (Tjay, 2002).

Page 9: Uji Analgesik Jamu Prourat

C. ANALGETIKA

Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi 2 kelompok

besar, yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik.

1. Analgetika narkotik

Zat ini mempunyai daya penghalau nyeri yang kuat sekali

dengan titik kerja yang terletak di sistem saraf sentral, mereka

umumnya menurunkan kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan)

dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia), serta mengakibatkan

ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan, adiksi) dengan gejala-

gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Analgetika narkotik

atau analgesik opioid merupakan kelompok obat yang mempunyai

sifat-sifat seperti opium atau morfin. Termasuk golongan obat ini

yaitu:

a. obat yang berasal dari opium-morfin,

b. senyawa semi sintetik morfin,

c. semi sintetik yang berefek seperti morfin (Tjay dan Rahardja,

2002).

2. Analgetika non-narkotik

Analgetika non-narkotik bersifat tidak adiktif dan kurang kuat

dibandingkan dengan analgetika narkotik.Obat-obat ini juga

dinamakan analgetika perifer, tidak menurunkan kesadaran dan tidak

mengakibatkan ketagihan secara kimiawi.Obat-obatan ini digunakan

untuk mengobati nyeri yang ringan sampai sedang dan dapat dibeli

bebas.Obat-obatan ini efektif untuk nyeri perifer pada sakit kepala,

dismenore (nyeri menstruasi), nyeri pada inflamasi, nyeri otot, dan

arthritis ringan sampai sedang.Kebanyakan dari analgetika

menurunkan suhu tubuh yang tinggi, sehingga mempunyai efek

antipiretik.Beberapa analgetika seperti aspirin, mempunyai efek

antiinflamasi dan juga efek antikoagulan.Efek samping dari analgetika

yang paling umum adalah gangguan lambung, kerusakan darah,

Page 10: Uji Analgesik Jamu Prourat

kerusakan hati, dan juga reaksi alergi di kulit (Tjay dan Rahardja,

2002).

D. PARASETAMOL

Senyawa ini mempunyai nama kimia N-asetil-p-aminofenol atau p-

asetamidofenol atau 4’-hidroksiasetanilid, dengan bobot molekul 151,16 dan

rumus kimia C8H9NO2(Anonim,2009).

Gambar 2. Parasetamol

Nama lain parasetamol adalah asetaminofen, sedangkan nama dagang

dari parasetamol adalah Panadol®, Tylenol®, Tempra®, Nipe®, derivat

asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak digunakan

sebagai analgetika, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena

efek sampingnya, yaitu nefrotoksisitas dan karsinogen. Khasiatnya sebagai

analgetika dan antipiretik tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya

dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi

(pengobatan sendiri) (Tjay, 2002).

Obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa

mempengaruhi sistem saraf pusat atau menghilangkan kesadaran. Juga tidak

menimbulkan ketagihan (adiktif). Obat anti nyeri parasetamol juga digunakan

pada gangguan demam, infeksi virus atau kuman, salesma, pilek dan rematik

atau encok walaupun jarang (Tjay, 2002).

Indikasi obat parasetamol adalah sebagai antipiretik/analgesik,

termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya

untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan

sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.

Sedangkan parasetamol mempunyai kontra Indikasi yaitu tidak boleh

digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati. Maka sebaiknya

Page 11: Uji Analgesik Jamu Prourat

pemberian parasetamol diberikan pada dosis yang tepat, untuk sekali

pemberian parasetamol antara10-15 mg/kg BB (Anonim,2009).

Efek samping sering terjadi antara lain hipersensitivitas dan kelainan

darah. Penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati,

pada dosis diatas 6 gram mengakibatkan nekrosis hati yang tidak

reversibel.Overdose bisa menimbulkan antara lain mual, muntah dan anorexia.

Hanya parasetamol yang dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui

meskipun dapat mencapai air susu. Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung

tidak terlihat, demikian juga gangguan pernafasan (Tjay dan Rahardja, 2002).

E. ASAM ASETAT

Asam asetat asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH,

dengan berat molekul 60,05. Asam asetat mengandung tidak kurang dari

36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2. Pemerian cairan jernih,

tidak berwarna, bau khas, menusuk dan rasa asam yang tajam (Anonim,

1995).

F. AQUADEST

Aquadest merupakan singkatan dari Aqua Destilata yang dikenal

sebagai air suling. Aquadest dibuat dengan cara menyuling air yang dapat

diminum. Pemerian aquadest; merupakan cairan jernih, tidak berwarna,

tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Penyimpanan aquadest di dalam

wadah tertutup baik (Anonim,1979).

G. LANDASAN TEORI

Nyeri adalah suatu respon tubuh akibat adanya kerusakan jaringan

pada tubuh. Nyeri memberi tanda adanya gangguan-gangguan di tubuh

seperti peradanngan, infeksi kuman atau kejang otot.

Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-

tumbuhan, hewan, mineral dan atau persediaan galeniknya atau campuran

dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis dan

Page 12: Uji Analgesik Jamu Prourat

dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat

bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu yang

merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal

yaitu obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji praklinis, sedangkan

fitofarmaka adalah obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan

klinis (SK Kepala BPOM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004) .

Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk sediaan padat,

cair, maupun semi padat. Beberapa bentuk sediaan obat tradisional

Indonesia yang banyak beredar di masnyarakat antara lain, berbentuk

rajangan, serbuk, pil, dodol atau jenang, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat

dalam, cairan obat luar, sari jamu, salep atau krim, koyo, parem, pilis, dan

lain- lain

Rasa nyeri merupakan suatu gejala yangdisebabkan oleh

rangsangan mekanisme atau kimiawi, kalor atau listrik, fungsinya

memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti

peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.Mediator-mediator nyeri yang

terpenting adalah histamin, serotonin, plasmakinin (antara lain bradikinin)

dan prostaglandin, juga ion-ion kalium.

Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi 2 kelompok

besar, yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik. Analgetika

narkotik berfungsi sebagai penghalau nyeri yang kuat sekali dengan titik

kerja yang terletak di sistem saraf sentral, yang bersifat menimbulkan

perasaan nyaman (euforia) dan menimbulkan efek tidak sadar diri, serta

mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan, adiksi).

Analgetika narkotik atau analgesik opioid merupakan kelompok obat yang

mempunyai sifat-sifat seperti opium atau morfin. Termasuk golongan obat

ini yaitu:

1) obat yang berasal dari opium-morfin,

2) senyawa semi sintetik morfin,

3) semi sintetik yang berefek seperti morfin

Page 13: Uji Analgesik Jamu Prourat

Analgetika non-narkotik bersifat tidak adiktif dan kurang kuat

dibandingkan dengan analgetika narkotik.Obat ini memiliki keuntungan

yakni tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan

secara kimiawi.Obat-obatan ini digunakan untuk mengobati nyeri yang

ringan sampai sedang dan dapat dibeli bebas dan berfungsi untuk untuk

nyeri perifer pada sakit kepala, dismenore (nyeri menstruasi), nyeri pada

inflamasi, nyeri otot, penurun panas dan arthritis ringan sampai

sedang.Efek samping dari analgetika yang paling umum adalah gangguan

lambung, kerusakan darah, kerusakan hati, dan juga reaksi alergi di kulit.

Asetaminofen, atau sering disebut parasetamol, berfungsi untuk

meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem

saraf pusat atau menghilangkan kesadaran, serta tanpa menimbulkan efek

aditif.Khasiatnya sebagai analgetika dan antipiretik tetapi tidak anti

radang.Obat anti nyeri parasetamol juga digunakan pada gangguan

demam, infeksi virus atau kuman, salesma, pilek dan rematik atau encok

walaupun jarang.Parasetamol mempunyaikontra Indikasi yaitu tidak boleh

digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.Maka sebaiknya

pemberian parasetamol diberikan pada dosis yang tepat, untuk sekali

pemberian parasetamol antara10-15 mg/kg BB.

Asam asetat asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH,

dengan berat molekul 60,05. Asam asetat mengandung tidak kurang dari

36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2. Pemerian cairan jernih,

tidak berwarna, bau khas, menusuk dan rasa asam yang tajam.

Aquadest merupakan singkatan dari Aqua Destilata yang dikenal

sebagai air suling. Aquadest dibuat dengan cara menyuling air yang dapat

diminum. Pemerian aquadest; merupakan cairan jernih, tidak berwarna,

tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.Penyimpanan aquadest di dalam

wadah tertutup baik.

Page 14: Uji Analgesik Jamu Prourat

H. HIPOTESIS

1. Pemberian dosis jamu Prourat® yang bervariasi dapat memberikan

daya analgesik pada metode rangsang kimia

2. Jamu Prourat® memiliki daya analgesik yang lebih rendah

dibandingkan dengan daya analgesik Parasetamol pada metode rangsang

kimia

Page 15: Uji Analgesik Jamu Prourat

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian merupakan eksperimental murni, di mana subjek uji

penelitian ini diberi perlakuan yaitu perlakuan berbagai cara pemberian pada

mencit sesuai dengan prosedur kerja yang ditetapkan. Rancangan penelitian

meliputi penetapan dosis parasetamol, penetapan dosis jamu Prourat®, penetapan

dosis asam asetat, penyiapan suspensi jamu Prourat®, penyiapan parasetamol,

pembuatan larutan asam asetat, pemilihan hewan uji, perhitungan volume

pemberian obat, perlakuan hewan uji, pengamatan jumlah geliat, dan perhitungan

persentase daya analgetik.

B. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel utama

a. Variabel bebas

Variasi dosis jamu yang diberikan pada hewan uji mencit

(peringkat I : 0,91mg/g BB; II : 1,82mg/g BB; II:3,64mg/g BB)

b. Variabel tergantung

- Efek analgesik pada mencit

- Jumlah geliat hewan uji mencit yang diberi jamu Prourat®

2. Variabel pengacau

a. Variabel terkendali

- Hewan uji : mencit galur Swiss , jenis kelamin jantan , usia 2-3

bulan dan BB mencit 20-30 gram

- Jamu yang digunakan (Prourat®)

- Dosis parasetamol (0,065 mg/g BB) dan dosis asam asetat (50

mg/g BB)

- Cara pemberian jamu dan parasetamol (per oral) dan cara

pemberian asam asetat (intra peritoneal)

Page 16: Uji Analgesik Jamu Prourat

b. Variabel tidak dikendalikan

- Keadaan patologis mencit

- Makanan mencit

C. DEFINISI OPERASIONAL

Uji efek analgesik yang digunakan adalah metode rangsang kimia

di mana digunakan senyawa kimia yaitu larutan steril asam asetat 1 %

dosis 50 mg /BB sebagai penginduksi nyeri yang dipejankan secara intra

peritoneal pada hewan uji mencit 15 menit setelah pemejanan senyawa uji.

Senyawa analgesik yang diuji adalah jamu Prourat® dengan parasetamol

sebagai senyawa pembanding.

Efek nyeri yang disebabkan asam asetat diamati melalui jumlah

geliat yang dialami oleh mencit setiap selang 5 menit selama 60 menit.

Geliat adalah kelakuan mencit yang mengempiskan perutnya serta

meregangkan kedua kaki depan dan kaki belakangnya dalam waktu

bersamaan sehingga badan terlihat memanjang.

Daya analgesik dari senyawa uji digambarkan melalui perhitungan

persentase daya analgesik.

D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Beaker glass

b. Neraca analitik

c. Kaca pengaduk

d. Pipet tetes

e. Labu ukur 100ml

f. Spuit injeksi (0,1-1ml)

g. Jarum oral (ujung tumpul)

h. Stopwatch

Page 17: Uji Analgesik Jamu Prourat

2. Bahan

a. Jamu Prourat® 11.66% dalam aquadest

- Dosis rendah = 0,91 mg/g BB

- Dosis tengah = 1, 82 mg/g BB

- Dosis tinggi = 3,64 mg/g BB

b. Parasetamol 1% dalam aquadest

Dosis : 0,065 mg/g BB

c. Aquadest

d. Larutan steril asam asetat 1 %

Dosis : 50 mg/kg BB

e. Hewan uji mencit

Kelompok Perlakuan Jumlah ( ekor )

I ( 0,91 mg/G BB Jamu Prourat®)

II ( 1,82 mg/G BB Jamu Prourat® )

III ( 3,64 mg/G BB Jamu Prourat® )

IV ( Kontrol Positif : Parasetamol 0,065 mg/g BB )

V ( Kontrol Negatif : Aquadest )

5

5

5

5

5

Total 25

E. PROSEDUR KERJA

1. Penetapan Dosis Parasetamol

Dosis parasetamol yang digunakan adalah dosis lazim yaitu 500

mg. Dosis tersebut dikonversikan untuk mencit berdasarkan tetapan pada

tabel konversi perhitungan dosis antarjenis hewan Laurence dan Bacarach.

Dosis untuk mencit 20 gram = 0,0026 x 500 mg : 20 g BB mencit

= 0,065 mg/g BB mencit

Berdasarkan perhitungan, dosis parasetamol untuk mencit adalah

sebesar 0,065 mg/g BB dengan konsentrasi 1 %.

Page 18: Uji Analgesik Jamu Prourat

2. Penetapan Dosis Jamu Prourat®

Dosis jamu Prourat® yang digunakan untuk pengobatan

berdasarkan yang tercantum pada kemasan adalah 7 gram x 2 sachet (14

gram). Dosis tersebut dikonversikan untuk mencit dengan metode yang

sama seperti di atas.

Dosis untuk mencit 20 gram = 0,0026 x 14000 mg : 20 g BB

= 1,82 mg/g BB

Dosis untuk mencit adalah 1,82 mg/g BB . Dalam penelitian ini

digunakan tiga variasi perlakuan dosis jamu Prourat®. Dosis untuk mencit

sebesar 1,82 mg/g BB dijadikan sebagai dosis tengah dan dua dosis

lainnya merupakan kelipatan dua dari dosis ini. Dosis I adalah sebesar

0,91 mg/g BB dan dosis III sebesar 3,64 mg/g BB.

Konsentrasi dari jamu Prourat® untuk pengobatan adalah 14 gram

dalam 120 ml air hangat. Maka konsentrasi suspensi jamu Prourat® yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 11,66 %.

3. Penetapan Dosis Asam Asetat

Dosis asam asetat yang digunakan berdasarkan optimasi yang

pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu 50 mg/kg BB.

Konsentrasi assam asetat untuk uji analgesik adalah 1 %.

4. Penyiapan Suspensi Jamu Prourat® 11,66 %

Jamu Prourat® ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 11,66 g.

Jamu dimasukkan ke dalam Beaker glass dan ditambah dengan sedikit

aquadest hangat dan diaduk hingga jamu terlarut . Campuran tersebut

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan aquadest

hingga tanda batas labu ukur.

5. Penyiapan Parasetamol 1 %

Parasetamol ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 1 g .

Kemudian dimasukkan ke dalam Beaker glass dan ditambah dengan

Page 19: Uji Analgesik Jamu Prourat

sedikit aquadest hangat dan diaduk hingga parasetamol terlarut. Campuran

tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan

aquadest hingga tanda batas labu ukur.

6. Penyiapan Larutan Asam Asetat 1 %

Sebanyak 1 ml larutan asam asetat glacial di ambil dari lemari

asam kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah

aquadest hingga tanda batas labu ukur, dihomogenkan dan simpan dalam

lemari es.

.

7. Pemilihan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan, galur Swiss, umur

2-3 bulan dengan bobot 20-30 gram .Lima ekor mencit diambil untuk

setiap sub kelompok percobaan untuk 5 kelompok perlakuan ( 0,91 mg/g

BB Jamu Prourat® ; 1,82 mg/g BB Jamu Prourat® ; 3,64 mg/g BB Jamu

Prourat® ; Parasetamol 0,065 mg/g BB ; aquadest ). Setiap mencit

timbang dan dicatat bobotnya.

8. Perhitungan Volume Pemberian Obat

Volume pemberian obat (jamu Prourat®, parasetamol ) serta asam

asetat dihitung dengan menggunakan rumus :

D x BB = C x V

Keterangan :

D : Dosis ( mg/g BB )

BB : Berat badan hewan uji mencit ( g )

C : Konsentrasi yang digunakan (mg/mL )

V : Volume obat yang digunakan ( mL)

Page 20: Uji Analgesik Jamu Prourat

9. Perlakuan hewan uji mencit

Setiap kelompok melakukan 5 jenis perlakuan, masing-masing:

a. Mencit 1 diberi suspensi jamu Prourat® dengan dosis 0,91 mg/g

BB p.o dengan menggunakan jarum oral.

b. Mencit II diberi suspensi jamu Prourat® dengan dosis 1,82 mg/g

BB p.o dengan menggunakan jarum oral.

c. Mencit III diberi suspensi jamu Prourat® dengan dosis 3,64 mg/g

BB p.o dengan menggunakan jarum oral.

d. Mencit IV diberi parasetamol dengan dosis 0,065 mg/g BB p.o

dengan menggunakan jarum oral.

e. Mencit V diberi larutan aquadest p.o dengan volume pemberian

sama dengan volume pemberian jamu Prourat® terbesar (dosis

tinggi dengan volume terbesar) menggunakan jarum oral.

Setelah 15 menit pemberian perlakuan, seluruh mencit diberi

larutan steril asam asetat 1% dengan dosis 50 mg/kg BB secara intra

peritoneal dengan spuit injeksi.

10. Pengamatan jumlah geliat mencit

Setelah pemberian asam asetat 1 %, hewan uji mencit akan

menggeliat . Geliat yang dimaksud adalah mencit mengempiskan

perutnya dan menarik kedua kaki depan dan kaki belakangnya dalam

waktu bersamaan. Jumlah geliat yang muncul dihitung setiap selang

waktu 5 menit selama 60 menit dan dicatat. Data yang diperoleh

kemudian diolah dengan membuat kurva baku yang menunjukkan

hubungan jumlah kumulatif geliat ¿ kum) setiap perlakuan vs t (menit).

Page 21: Uji Analgesik Jamu Prourat

11. Perhitungan Persentase Daya Analgetik

Perhitungan persentase daya analgetik dilakukan dengan rumus :

% daya analgetik = 100 – (O/K x 100) di mana :

O = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgesik

(Parasetamol / Jamu)

K = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi aquadest

(control)

Page 22: Uji Analgesik Jamu Prourat

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PERHITUNGAN DOSIS

Konsentrasi Prourat = 11,66% = 116,6 mg/ml BB

Dosis Prourat

Dosis I = 0,91 mg/g BB

Dosis II = 1,82 mg/g BB

Dosis III = 3,64 mg/g BB

Dosis Asam asetat = 0,05 mg/g

Konsentrasi Asam asetat = 10 mg/ml

Konsentrasi Paracetamol = 1 g/100 ml = 10 mg/ml

Dosis Paracetamol = 0,065 mg/g BB

Tikus I (BB = 28,15 g)

Prourat Dosis I

V=D x BB

C=

0,91mgg

x 28,15g

116,6mgml

=0,22ml

Asam asetat 1%

V=D x BB

C=

0,05mgg

x 28,15g

10mgml

=0,14ml

Tikus II (BB = 27,72 g)

Prourat Dosis II

V=D x BB

C=

1,82mgg

x27,72 g

116,6mgml

=0,43ml

Asam asetat 1%

Page 23: Uji Analgesik Jamu Prourat

V=D x BB

C=

0,05mgg

x 27,72 g

10mgml

=0,14 ml

Page 24: Uji Analgesik Jamu Prourat

Tikus III (BB = 27,93 g)

Prourat Dosis III

V=D x BB

C=

3,64mgg

x 27,93 g

116,6mgml

=0,87 ml

Asam asetat 1%

V=D x BB

C=

0,05mgg

x 27,93 g

10mgml

=0,14 ml

Tikus IV (BB = 29,49 g)

Paracetamol (Kontrol Positif)

V=D x BB

C=

0,065mgg

x 29,49 g

116,6mgml

=0,19 ml

Asam asetat 1%

V=D x BB

C=

0,05mgg

x 29,49 g

10mgml

=0,14 ml

Tikus V (BB = 30,25 g)

Aquadest (Kontrol Negatif)

Daqua = Dprourat 3

V aqua=V pro

BBpro

x BBaqua=0,87 ml27,93 g

x 30,25 g=0,94 ml

Asam asetat 1%

V=D x BB

C=

0,05mgg

x 30,25 g

10mgml

=0,15 ml

Page 25: Uji Analgesik Jamu Prourat
Page 26: Uji Analgesik Jamu Prourat

B. PERHITUNGAN PERSENTASE DAYA ANALGESIK

Prourat® Dosis I

% dayaanalgesik=100−( 50107,75

x100 % )=53,597 %

Prourat® Dosis II

% dayaanalgesik=100−( 56,75107,75

x100 % )=47,332 %

Prourat® Dosis III

% dayaanalgesik=100−( 49,5107,75

x100 % )=54,060 %

Paracetamol

% dayaanalgesik=100−( 42107,75

x100 % )=61,021 %

C. KURVA MEAN Σ KUMULATIF GELIAT VS WAKTU

0-5 5-10 10-15

15-20

20-25

25-30

30-35

35-40

40-45

45-50

50-55

55-60

0

20

40

60

80

100

120

Mean ∑ Kumulatif Geliat vs Waktu

Prourat(I)Prourat (II)Prourat (III)ParacetamolAquadest

Waktu (menit)

Mea

n ∑

Kum

ulati

f

Page 27: Uji Analgesik Jamu Prourat
Page 28: Uji Analgesik Jamu Prourat

Senyawa

Dosis I Dosis IIDosis III Parasetamol

Aquadest

Menit ke

Σgeliat Mean Σ Kumulatif

Σgeliat Mean Σ Kumulatif

Σgeliat Mean Σ Kumulatif

Σgeliat Mean Σ Kumulatif

Σgeliat Mean Σ Kumulatif1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

0 – 5 3 7 0 2 3 0 0 0 0 0 0 0 1 3 1 0 2 2 0 1 0 0 5 0 1,255-10 14 8 3 14 12,75 5 13 2 8 7 1 3 3 17 7 1 6 6 1 4,5 21 14 18 4 15,5

10-15 13 4 6 15 22,25 8 17 6 7 16,5 3 3 16 11 15,25 5 9 9 8 12,25 30 16 17 13 34,515-20 9 3 3 14 29,5 5 11 11 7 25 6 2 14 9 23 4 7 8 7 18,75 29 18 16 14 53,7520-25 4 2 3 11 34,5 5 5 4 6 30 4 3 11 6 29 5 7 6 4 24,25 17 12 16 8 6725-30 4 3 5 7 39,25 2 5 15 6 37 6 5 6 5 34,5 1 4 5 6 28,25 17 11 10 8 78,530-35 1 1 8 7 43,5 2 4 9 7 42,5 5 3 5 7 39,5 3 5 5 6 33 13 9 7 4 86,7535-40 2 1 2 6 46,25 1 1 5 4 45,25 3 0 7 4 43 3 2 3 5 36,25 8 9 6 3 93,2540-45 2 2 2 2 48,25 2 2 7 3 48,75 2 1 5 3 45,75 1 2 4 5 39,25 4 7 8 8 10045-50 0 0 0 2 48,75 2 2 8 6 53,25 4 1 2 1 47,75 0 0 3 4 41 0 8 3 0 102,7550-55 0 1 0 4 50 1 1 3 3 55,25 3 0 1 1 49 0 1 0 0 41,25 0 7 3 3 10655-60 0 0 0 0 50 0 3 1 2 56,75 2 0 0 0 49,5 0 0 1 2 42 0 0 1 6 107,75

Tabel Hasil Percobaan Efek Analgesik dengan Rangsang Kimia

Page 29: Uji Analgesik Jamu Prourat

D. PEMBAHASAN

Tujuan praktikum ini adalah mengetahui daya analgesik Jamu Prourat®

pada hewan uji mencit jantan galur Swiss serta mengetahui perbandingan daya

analgesik Jamu Prourat® terhadap Parasetamol. Analgesik adalah senyawa

tertentu yang dalam dosis terapeutik dapat meringankan atau menekan rasa nyeri

tanpa memiliki kerja anastesi umum. Pada umumnya potensi daya analgesik

dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang

harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan

terhadap stimulus nyeri atau peranan frekuensi respon nyeri.

Nyeri merupakan gejala penyakit atau kerusakan jaringan atau gangguan

metabolisme tubuh. Rasa nyeri dapat terjadi karena dilepasnya mediator-mediator

nyeri seperti asetil kolin, histamin. Prostaglandin, serotonin atau bronkidi dari

jaringan yang rusak. Mediator-mediator tersebut akan merangsang reseptor nyeri

di korteks celebri oleh saraf sensorik melalui sumsum tulang belakang.

Mekanisme nyeri sebagai berikut rangsangan diterima oleh reseptor nyeri

diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan kepusat nyeri di korteks otak.

Setelah diproses dipusat nyeri, impuls dikembalikan ke pusat perifer dalam bentuk

persepsi nyeri. Rangsangan yang diterima reseptor nyeri dapat berasal dari

berbagai faktor dan diikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu : rangsangan

mekanik (tusukan jarum), rangsangan termal (pengaruh suhu), rangsangan kimia

(asam, enzim). Impuls nyeri dihantarkan ke sistem syaraf pusat melalui sistem

serabut yang dapat terdiri dari AA bernialin halus bergaris tengah 2-5 µm dengan

kecepatan hantaran 6-30m/detik. Dapat pula terdiri dari serabut CC tak bermielin

dengan diamter 0,4-1,2 µm dengan kecepatan hantaran 0,5 – 2 m/detik. Serabut

AA berperan dalam nyeri cepat dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam

dan terlokalisasi, sedang serabut CC menghantarkan nyeri lambat dan

mmenghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perassaan tidak enak.

Page 30: Uji Analgesik Jamu Prourat

Skema mekanisme terjadinya nyeri :

Membran luka

Fosfolipid

Enzim fosfolipase

Asam arakhidonat

Endoperoksida hidroperoksida

Bradikinin,Prostaglandin

reseptor nyeri pada ujung syaraf perifer

SSP

Rasa nyeri

Prinsip metode rangsang kimia ini adalah melihat jumlah geliat mencit

setiap selang 5 menit selama 60 menit setelah pemejanan senyawa uji dan

penginduksi nyeri. Metode rangsang kimia dilakukan dalam praktikum ini karena

sederhana, mudah dalam pengerjaannya dan memiliki kelebihan yaitu lebih

reproduksibel artinya jika percobaan dilakukan berulang kali maka hasilnya akan

mendekati hasil awal. Tetapi terdapat juga kekurangan dari metode rangsang kima

yaitu bersifat tidak spesifik karena dapat juga digunakan untuk uji lain seperti uji

inflamasi sehingga hasil yang didapatkan belum dipastikan merupakan hasil dari

uji analgesik.

Jamu tradisioanal yang digunakan dalam praktikum ini adalah jamu

Prourat® karena ingin membuktikan secara ilmiah bahwa jamu Prourat® yang

selama ini dikonsumsi masyarakat benar-benar memiliki daya analgesik atau tidak

Page 31: Uji Analgesik Jamu Prourat

dan membandingkannya dengan daya analgasik obat analgesik dari bahan kimia.

Dimana jamu Prourat® ini berkhasiat meredakan rasa nyeri pada persendian yang

disebabkan adanya kadar asam urat yang berlebih dalam darah. Jamu Prourat®

mengandung kunyit 1500 mg, rimpang teki 1500 mg, jahe 1500 mg, daun salam

1000 mg, daun sendok 1000 mg, Bluepleurum falcatum Radix 300 mg, biji

kedawung 100 mg, serta lada hitam 100 mg. Masing-masing komposisinya

berkhasiat sebagai berikut:

a. Kunyit : sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing,

obat asma, penambahan darah, obat sakit perut, diare, usus buntu,

rhematik, bahan campuran kosmetik, bakterisida, fungisida, dan stimulan

otak.

b. Rimpang Teki : sebagai obat penenang serta mempercepat pembekuan

darah pada luka baru.

c. Jahe : untuk pengobatan penyakit neurologi, radang pembuluh darah, nyeri

kepala, penguat jantung, penurun demam, penghilang nyeri, obat batuk,

anti muntah, pelancar empedu, sakit kuning, obat tukak lambung, obat gigi

berlubang, antiagregasi trombosit, anti kuman TBC, dan anti radang.

d. Daun sendok : untuk pengobatan berbagai penyakit yaitu infeksi saluran

kemih, urine berlemak, urine berdarah, batu ginjal, deman, influenza,

diare, nyeri lambung, mimisan, keputihan, cacingan, nyeri otot, beri-beri,

dan darah tinggi.

e. Daun salam : untuk mengobati diare, kencing manis, sakit maag, mabuk

akibat alkohol, serta tekanan darah tinggi.

f. Bluepleurum falcatum Radix : sebagai relaxan otot, analgesik,

hepatoprotektif, anti inflamasi, obat penurun panas, anti virus, dan

karminatif.

g. Biji kedaung : biji yang sudah tua dapat digunakan untuk mengobati

penyakit kolik, sebagai bahan campuran obat kolera, penyakit kejang pada

waktu haid, serta obat penguat lambung

h. Lada hitam : untuk menambah nafsu makan, memperbaiki sistem

pencernaan, meluruhkan keringat, meningkatkan sekresi lambung,

Page 32: Uji Analgesik Jamu Prourat

meluruhkan flatus, mengurangi rasa mual, mengobati linu sendi dan anti

bakteri.

Langkah awal yang dilakukan adalah penetapan dosis paracetamol, dosis

jamu Prourat® dan dosis asam asetat. Dosis paracetamol yang digunakan untuk

mencit adalah sebesar 0,065 mg/g BB dengan konsentrasi 1%. Paracetamol

merupakan kontrol positif untuk mengetahui daya analgesik obat analgesik dari

bahan kimia dan sebagai pembanding terhadap jamu Prourat®. Dosis Prourat®

yang digunakan dengan 3 peringkat dosis, di mana dosis pertama sebesar 0,91

mg/g BB, dosis kedua sebesar 1,82 mg/g BB dan dosis ketiga sebesar 3,64 mg/g

BB. Dosis Prourat® dibagi menjadi 3 peringkat dosis dimaksudkan sebagai

variabel bebas untuk dapat membedakan efek analgesik yang dialami masing-

masing mencit untuk didapatkan dosis paling efektif yang diberikan pada mencit.

Sedangkan kontrol negatifnya adalah aquadest yang berguna sebagai pembanding

terhadap kontrol positif dan untuk melihat apakah pelarut memiliki efek

analgesik. Dosis asam asetat yang digunakan sebesar 50 mg/kg BB dengan

konsentrasi 1%. Asam asetat digunakan dengan maksud sebagai perangsang nyeri

pada mencit.

Jamu Prourat® dan paracetamol mula-mula diberikan secara per oral dan

kemudian ditunggu selama 15 menit dengan tujuan agar absorpsi dan distribusi

obat ke seluruh tubuh maksimal sehingga dapat dilihat apakah dapat memberikan

efek analgesik atau tidak. Setelah 15 menit, mencit diberikan larutan asam asetat

secara intra peritoneal sehingga absorbsi dan distribusi lebih cepat. Perbedaan cara

pemberian jamu Prourat®, paracetamol dan asam asetat karena jamu Prourat®

dan paracetamol mempunyai ukuran partikel yang lebih besar sehingga tidak larut

dalam aquadest sehingga diberikan secara per oral. Pada percobaan ini digunakan

perangsang nyeri asam asetat karena berdasarkan penelitian terdahulu bahwa asam

asetat telah terbukti memberikan rangsang nyeri pada mencit.

Mekanisme kerja dari asam asetat tersebut adalah asam asetat akan

memberikan suasana asam dengan melepaskan ion H+. Ion H+ ini akan memicu

rangsang nyeri yang terjadi akibat penurunan pH. Pada metode rangsang kimia

ini, respon yang diberikan oleh mencit adalah menggeliat setelah penyuntikkan

Page 33: Uji Analgesik Jamu Prourat

asam asetat. Gerakan menggeliat ini didefinisikan sebagai kelakuan mencit yang

mengempiskan perutnya serta merenggangkan kedua kaki depan dan kaki

belakangnya dalam waktu bersamaan sehingga badan terlihat memanjang.

Pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 60 menit. Tujuan dari perlakuan

tersebut adalah untuk mengetahui daya analgesik dari obat karena rasa nyeri yang

ditimbulkan oleh asam asetat mempunyai durasi yang cukup lama dan untuk

melihat pada menit ke berapa asam asetat menimbulkan efek nyeri secara hebat.

Paracetamol merupakan golongan analgesik non-narkotik yang bekerja

dengan menghambat sintesis prostaglandin, suatu mediator nyeri. Paracetamol

mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga

menghambat siklooksigenase membentuk prostaglandin. Enzim siklooksigenase

ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu

molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-

inflamasi.

Dari data pengamatan yang didapatkan menunjukkan bahwa presentase daya

analgesik dari paracetamol sebesar 61,021%, sedangkan pada jamu Prourat®

dosis I sebesar 53,597%, dosis II sebesar 47,332% dan dosis III sebesar 54,060%.

Hal ini menunjukkan bahwa paracemtamol memiliki daya analgesik yang paling

tinggi diantara keempat dosis obat yang diberikan. Urutan daya analgesik dari

yang tertinggi ke terendah adalah paracetamol, jamu Prourat® dosis III, jamu

Prourat® dosis II dan jamu Prourat® dosis I. Namun pada praktikum ini

didapatkan urutan daya analgesik dari yang tertinggi ke ternedah adalah

paracetamol, jamu Prourat® dosis III, jamu Prourat® dosis I dan jamu Prourat®

dosis II. Hal ini dapat dikarenakan faktor faktor yang memepengaruhi hasil

percobaan, yaitu:

a. Cara penyuntikan yang tidak akurat menyebabkan dosis seharusnya

yang diterima oleh mencit tidak seutuhnya diabsorbsi oleh mencit.

b. Keadaan patofisiologis mencit yang berbeda- beda dalam menanggapi

rangsang nyeri dan analgesik yang diberikan.

c. Kontaminan pada spuit injeksi dan peralatan lainnya sehingga terjadi

pergeseran fungsi kerja dari alat tersebut.

Page 34: Uji Analgesik Jamu Prourat

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 45, 649, Departemen Republik

Indonesia, Jakarta, pp. 45, 649.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta, 28.

Anonim,2009,http://mapetitelentera.multiply.com/journal/item/93/

tutorial_pemberian_dosis_PARASETAMOL - 54k diakses pada tanggal 7

September 2012.

Fulcher, E.M., 2012, Pharmacology: Principles and Applications, Third Edition,

Elsevier, USA, pp. 241-248.

Gunawan, D., dan Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi.)Jilid I,

Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 78 – 79.

Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan

Efek-efek Sampingnya, Edisi IV, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, pp.

295-296.

Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu,

Yogyakarta, pp. 13-14, 27.

Page 35: Uji Analgesik Jamu Prourat

Yogyakarta, 16 November 2012

Praktikan,

Windy Octavia Boru Hombing

(118114134)

Gregoria Novalia Ambarani

(118114144)

Serlika Rostiana

(118114148)

Marselina Crescentia Tisera

(118114152)

Yolanda Angnes

(118114156)