uin syarif hidayatullah jakarta e yang d pada pasca …...uin syarif hidayatullah jakarta. e....

75
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Efektivitas Antibiotik yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat SKRIPSI R.M. RENDY HIDAYATULLAH NIM: 1110102000045 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA 2014M/1435H

Upload: others

Post on 09-Jul-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Efektivitas Antibiotik yang Digunakan pada Pasca

Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr. Mintohardjo

Jakarta Pusat

SKRIPSI

R.M. RENDY HIDAYATULLAH

NIM: 1110102000045

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

2014M/1435H

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Efektivitas Antibiotik yang Digunakan pada Pasca Operasi

Apendisitis Di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

RM RENDY HIDAYATULLAH

NIM : 1110102000045

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

2014M/1435H

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun

dirujuk telah saya nyatakan dengan benar,

Nama : RM Rendy Hidayatullah

NIM : 1110102000045

Tanda Tangan :

Tanggal : 12 Desember 2014

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : RM Rendy Hidayatullah

NIM : 1110102000045

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Efektivitas Antibiotik Yang Digunakan Pada Pasien Pasca

Operasi Appendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta

Pusat.

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Dr.Delina Hasan,M.Kes.Apt

NIP.195602101987032003

Pembimbing II

Dra.Hefni Warnetty,M.Farm.Apt

NIP. 195503301983032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. Umar Mansur, M.Sc. Apt

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

v

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : RM Rendy Hidayatullah

NIM : 111010200045

Program Studi : Farmasi

Judul : Efektivitas Antibiotik Yang Digunakan Pada Pasien Pasca

Operasi Appendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta

Pusat.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi

pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dr.Delina Hasan, M.Kes,Apt ( ………………. )

Pembimbing II : Dra.Hefni Warnetty, M.Farm, Apt ( ………………. )

Penguji I : Yardi, M.Si, Apt, Ph.D ( ………………. )

Penguji II : Dr. Azrifitria, M.Si, Apt ( ………………. )

Ditetapkan di : Ciputat

Tanggal : 12 Desember 2014

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : RM Rendy Hidayatullah

NIM : 1110102000045

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya dengan judul :

Efektivitas Antibiotik yang digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis

Di RUMKITAL dr. Mintohadjo Jakarta Pusat

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada tanggal : 12 Desember 2014

Yang menyatakan,

RM Rendy Hidayatullah

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

vii

ABSTRAK

Nama : RM Rendy Hidayatullah

Program Studi : Farmasi

Judul :Efektivitas Antibiotik Yang Digunakan Pada Pasien Pasca

Operasi Appendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo

Jakarta Pusat.

Appendisitis adalah penyakit yang ditimbulkan akibat tersumbatnya lumen

apendiks oleh berbagai hal. Tindakan pada kasus apendisitis tanpa komplikasi

adalah pembedahan apendiktomi dimana tindakan ini memiliki resiko infeksi.

Pemberian antibiotik dapat menurunkan resiko infeksi pada luka operasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibiotika yang digunakan

pada pasien pasca operasi apendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta

Pusat yang dilakukan cross sectional dengan pendekatan retrospektif yang

dilakukan pengamatan pada 67 pasien. Jenis antibiotik yang paling banyak

digunakan adalah ceftriaxone sebesar 56,70%. Kelompok usia yang paling banyak

mengalami appendiitis pada rentang 13-40 tahun 79,10%. Berdasarkan jenis

kelamin pasien yang paling banyak terkena appendisitis adalah perempuan

73,13%. Ditinjau dari lama pemberian mulai dari yang terbesar berturut-turut

adalah 3 hari 58,21%, 4 hari 23,88%, kemudian 5 hari 17,91%. Ceftriaxone

memiliki tingkat kesembuhan yang tertinggi yaitu 31,34% pada lama pemberian 3

hari, 11,94% pada lama pemberian 4 hari, dan untuk lama pemberian 5 hari

5,97%. kondisi terakhir pasien appendisitis setelah dilakukan pembedahan dan

perawatan, maka didapat data yang paling besar adalah keadaan luka yang

recovery 86,57% dan keadaan luka tidak recovery 13,43%.

Kata kunci : Antibiotik, Apendisitis, pasca operasi

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

viii

ABSTRACT

Name : RM Rendy Hidayatullah

Departement : Pharmacy

Title : Effectiveness of Antibiotics Used In Patients Post-Surgery

Appendicitis in RUMKITAL dr. Mintohardjo Central

Jakarta.

Appendicitis is a disease caused by blockage of the lumen of the appendix by a

variety of things. Action in cases of uncomplicated appendicitis is surgery

apendiktomi where this action has the risk of infection. Antibiotics can reduce the

risk of surgical site infections. This study aims to determine the effectiveness of

antibiotics used in patients with postoperative appendicitis in RUMKITAL dr.

Mintohardjo Central Jakarta conducted a cross-sectional retrospective approach

was observed in 67 patients. Type most widely used antibiotic is ceftriaxone at

56.70%. The age group most experienced appendiitis in the range of 13-40 years

of 79.10%. Based on the sex of the patients most affected are women 73.13%

appendicitis. Judging from the duration of administration ranging from the largest

row is 58.21% 3 days, 4 days 23.88%, 17.91% and then 5 days. Ceftriaxone has

the highest cure rate is 31.34% in the duration of 3 days, 11.94% in the duration

of 4 days, and for a duration of 5 days 5.97%. last condition appendicitis patients

after surgery and treatment, the importance of the data that most of it is a state of

injury and circumstances recovery 86.57% 13.43% wound did not recovery.

Keywords: Antibiotics, postoperative, Appendicitis

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan

dalam rangka pemenuhan tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

yang senantiasa diberikan sejak masa perkuliah sampai saat penulisan skripsi ini,

sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin ,Sp.And, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Umar Mansur ,M.Sc. Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr.Delina Hasan,M.Kes.Apt selaku pembimbing pertama dan Dra.Hefni

Warnetty,M.Farm.Apt selaku pembimbing kedua yang telah membantu,

membimbing, dan memberikan ilmu kepada penulis, serta meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran dari awal penelitian sampai pada penyusunan

skripsi ini selesai.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Kedua orang tua penulis, ayahanda R Imron Fauzi, ibunda RA Umi Kalsum

dan juga adik-adikku RA Rizka Hidayati dan RA Lailatuistianah yang tak

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

x

henti-hentinya mendoakan dan memberikan bantuan moril, materil, serta

spiritual hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT

memberikan balasan yang sebaik-baiknya atas bantuan kalian.

6. Kepada Diah Novitasari,S.pd yang senantiasa memberikan penulis semangat

dan telah menjadi tempat berkeluh kesah penulis selama proses penyusunan

skripsi ini

7. Kepada Pemprov Sumatera Selatan yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti program beasiswa santri jadi dokter

Sumatera Selatan.

8. Keluarga Besar Santri Jadi Dokter Sumatera Selatan 2010 (Bayu, Harun,

Zata, Ayu, Ana, Rusti, Rosi, Arum, Finti, Iid dkk) yang senantiasa

memberikan penulis dukungan, semangat, dan masukan dalam penyelesaian

skripsi ini.

9. Teman-teman the Pavilion & friends ( Dani, Chandra, Dwikky, Erwin, Farur,

Denny, Mirza, Hadi, Hapit, Atras) yang senantiasa selalu menghibur dan

memberikan support kepada penulis.

10. Teman-teman Andalusia farmasi angkatan 2010 yang telah berjuang bersama-

sama untuk menyelesaikan studi ini.

11. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut

membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar tercapainya

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat baik bagi kalangan akademis dan dunia ilmu pengetahuan, khususnya

bagi mahasiswa farmasi, serta bagi masyarakat pada umumnya.

Jakarta, Desember 2014

Penulis

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................... 4

1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................................. 4

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 4

1.4.1 Teoritis .............................................................................................................. 4

1.4.2. Metodologi ........................................................................................................ 4

1.4.3. Aplikatif ............................................................................................................ 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 6

2.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks .............................................................................. 6

2.1.1 Anatomi Apendiks ............................................................................................ 6

2.1.1. Fisiologi Apendiks ............................................................................................ 7

2.2. Apendisitis ................................................................................................................ 7

2.2.1 Definisi .............................................................................................................. 7

2.2.2. Etiologi .............................................................................................................. 8

2.2.3. Gambaran Klinis dan Gejala Apendisitis .......................................................... 9

2.2.4. Patofisiologi .................................................................................................... 10

2.2.5. Penegakan Diagnosis ...................................................................................... 12

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

xii

2.2.6. Tata Laksana Apendisitis ................................................................................ 15

2.3. Infeksi Luka Operasi............................................................................................... 16

2.3.1 Definisi ............................................................................................................ 16

2.3.2. Patogenesis ...................................................................................................... 17

2.3.3. Klasifikasi Infeksi Luka Operasi..................................................................... 17

2.4. Antibiotik ................................................................................................................ 19

2.4.1 Definisi ............................................................................................................ 19

2.4.2. Resistensi Antibiotik ....................................................................................... 24

2.4.3. Mekanisme Resistensi ..................................................................................... 25

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL ................................. 26

3.1. Kerangka Konsep.................................................................................................... 26

3.2. Definisi Operasional ............................................................................................... 27

BAB IV METODOLOGI PENELITAN ....................................................................... 29

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 29

4.2. Desain Penelitian .................................................................................................... 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................................. 29

4.3.1. Populasi ........................................................................................................... 29

4.3.2. Sampel ............................................................................................................ 29

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel................................................................ 30

4.4. Prosedur Penelitian ................................................................................................. 30

4.4.1. Persiapan ( Permohonan Izin Penelitian) ........................................................ 30

4.4.2. Pelaksanaan Pengumpulan Data ..................................................................... 30

4.4.3. Pengolahan Data ............................................................................................. 31

4.4.4. Analisis Data ................................................................................................... 31

BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 32

5.1. Hasil Penelitian ....................................................................................................... 32

5.1.1. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................................... 32

5.1.2. JumlahPasien Berdasarkan Kelompok Usia ................................................... 33

5.1.3. Jumlah Pasien Berdasarkan Lama Penggunaan Antibiotik Pasca Operasi

Appendisitis .............................................................................................................. 34

5.1.4. Jenis Antibiotik Yang Dipakai pada Pasien Pasca Operasi Apendisitis ......... 35

5.1.5. Kondisi Terakhir Pasien Setelah Dirawat ....................................................... 36

5.1.6. Lama penggunaan dan Jenis Antibiotik yang digunakan pada Pasien yang

Recovery .................................................................................................................... 37

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

xiii

5.1.7. Lama penggunaan dan Jenis Antibiotik yang digunakan pada Pasien yang

tidak Recovery .......................................................................................................... 38

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 39

6.1. Pembahasan ............................................................................................................ 39

6.1.1. Karakteristik Pasien ........................................................................................ 39

6.1.2. Antibiotika ...................................................................................................... 41

6.1.3. Keadaan Terakhir Pasien Pasca Operasi ......................................................... 44

6.1.4. Lama Penggunaan Antibiotik dan Jenis Antibiotik yang Digunakan ............. 45

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 46

7.1. KESIMPULAN ...................................................................................................... 46

7.2. SARAN ................................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 47

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1:

Anatomi Apendiks ......………………………….................................. 6

Gambar 3.1: Kerangka Konsep ................................................................................. 26

Gambar 5.1: Distribusi Subjek yang Mendapatkan Tindakan Apendiktomi

Berdasarkan Jenis Kelamin……………………................................... 32 Gambar 5.2: Distribusi Subjek yang Mendapatkan Tindakan Apendiktomi

Berdasarkan Kelompok Usia ……………………................................ 33 Gambar 5.3: Distribusi Subjek yang Mendapatkan Tindakan Apendiktomi

Berdasarkan Lama Penggunaan Antibiotik…………………............... 34 Gambar 5.4: Jenis Antibiotik yang Dipakai Pada Pasien Apendisitis…......……….. 35

Gambar 5.5: Distribusi Subjek yang Mendapatkan Tindakan Apendiktomi

Berdasarkan Kondisi Terakhir Pasien……………............................... 36 Gambar 5.6: Lama Penggunaan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan pada Pasien

Recovery ............................................................................................... 37 Gambar 5.7: Lama Penggunaan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan pada Pasien

Tidak Recovery ..................................................................................... 38

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Definisi Operasional…………..……………….....………………………… 27

Tabel 1 : Pasien Bedah Apendisitis di Instalasi Rawat Inap RUMKITAL dr.

Mintohardjo….......................................................…..……………………. 53

Tabel 2 : Distribusi Subjek yang Mendapatkan Tindakan Apendiktomi Berdasarkan

Jenis Kelamin…………………….............................................................. 57

Tabel 3 : Distribusi Subjek yang Mendapatkan Tindakan Apendiktomi Berdasarkan

Kelompok Usia ……………………..........................................................

57

Tabel 4 : Distribusi Subjek yang Mendapatkan Tindakan Apendiktomi Berdasarkan

Lama Penggunaan Antibiotik…………………..........................................

58

Tabel 5 : Jenis Antibiotik yang Dipakai Pada Pasien Apendisitis…......………........ 58

Tabel 6 : Distribusi Subjek yang Mendapatkan Tindakan Apendiktomi Berdasarkan

Kondisi Terakhir Pasien……………..........................................................

59

Tabel 7 : Lama Penggunaan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan pada Pasien

Recovery .....................................................................................................

59

Tabel 8 : Lama Penggunaan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan pada Pasien

Tidak Recovery ........................................................................................... 60

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Apendiks veriformis merupakan suatu struktur berbentuk seperti jari

yang menempel pada sekum di kuadran bawah abdomen. Walaupun apendiks

veriformis diketahui tidak mempunyai fungsi apapun, ia dapat meradang dan

menimbulkan penyakit yang disebut apendisitis1.

Apendisitis merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di

Amerika Serikat yang melanda lebih dari seperempat juta pasien pertahun2.

Resiko terjadinya appendisitis adalah sekitar 7 %, yang terjadi pada setiap

kelompok usia, dari anak-anak sampai orang tua, tetapi yang paling lazim

pada remaja dan dewasa muda3.

Apendisitis akut merupakan salah satu penyebab penyakit yang banyak

terjadi pada abdomen dan ditampilkan sebagai akut abdomen. Insiden

apendisitis lebih tinggi pada negara berkembang daripada negara maju,

karena saat ini negara berkembang pola makannya berubah menjadi makanan

kurang serat dibanding negara maju4.

Kemudian dari data yang dirilis oleh Depkes RI pada tahun 2008

jumlah penderita appendicitis di indonesia mencapai 591.819 orang dan

meningkat pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang5.

Tindakan pada kasus apendisitis tanpa komplikasi adalah pembedahan

apendiktomi. Apendiktomi adalah bedah pemotongan apendik yang

mengalami radang atau infeksi6. Apendiktomi konvensional telah menjadi

prosedur operasi standar untuk pengobatan Apendisitis selama lebih dari satu

abad, sejak dijelaskan oleh McBurney pada tahun 1894 dan masih tetap

prosedur pilihan utama. Selanjutnya, karena perkembangan operasi

endoskopi, Semm memperkenalkan usus buntu laparoskopi (LA) di 19817.

Kedua metode tersebut memiliki resiko infeksi luka operasi yang berbeda

setelah pembedahannya, dapat berasal dari faktor pembedahannya: tipe

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

2

prosedur bedah (bersih, bersih terkontaminasi,terkontaminasi, dan kotor),

lama pembedahannya, derajat pencemaran luka selama pembedahan, maupun

faktor penderita itu sendiri.8

Infeksi luka operasi (ILO) telah dilaporkan salah

satu penyebab paling umum dari infeksi nosokomial, 20-25% dari semua

infeksi nosokomial di seluruh dunia adalah infeksi luka operasi. ILO

bertanggung jawab terhadap peningkatan biaya, morbiditas dan mortalitas

yang terkait dengan bedah operasi dan terus menjadi masalah besar di seluruh

dunia. Secara global, tingkat infeksi luka operasi (ILO) dilaporkan berkisar

dari 2,5% menjadi 41,9%. Di Amerika Serikat, sekitar 2% sampai 5% dari 16

juta pasien yang menjalani prosedur bedah setiap tahun memiliki infeksi situs

bedah pasca operasi9.

Penelitian yang dilakukan oleh National Nosocomial Infection

Surveilans (NNIS) dari Center of Desease Control (C.D.C) pada bulan

Januari 1980 sampai Desember 1984 mendapatkan 6,2 per 1000 pasien

terkena ILO dan ini mengakibatkan pertambahan biaya antara 400 US dollar

sampai 2600 US dollar. Kerugian yang diderita Amerika Serikat infeksi luka

operasi (ILO) ini sebesar 130 juta sampai 845 juta US dollar pertahun6.

Menurut penelitian Society for Surgery of the Alimentary Tract (SSAT),

2007 infeksi pada apendisitis adalah polimikrobial dan karakter utama

bakterinya adalah anaerobik dan Gram negatif, sedangkan menurut Richard,

1999 bakteri yang menyebabkan infeksi appendisitis adalah Gram negatif

basili, anaerob. Infeksi juga sering terjadi karena adanya bakteri yang sudah

ada pada feses manusia apabila terjadi timbunan tinja yang keras (fekalit

akibat konstipasi atau penyumbatan jaringan, yaitu Escherichia Coli3.

Warnetty melaporkan bahwa pasien yang menjalani operasi

apendiktomi di Rumah Sakit Mintohardjo selama tahun 2010, terdapat 202

pasien yang menjalani apendiktomi, 136 pasien atau 67,25% diantaranya

adalah pasien perempuan, sedangkan sisanya 66 pasien atau 32,75% adalah

pasien laki-laki11

.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencegah terjadinya ILO

dengan tujuan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien

bedah. Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam upaya pencegahan

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

3

infeksi bedah yaitu teknik pembedahan, perawatan pra dan pasca bedah, serta

penggunaan antibiotik6. Pemberian antibiotik ini dapat menurunkan resiko

luka infeksi sebesar 30-65%. Dalam hal ini untuk menilai efektifitas dari

antibiotik salah satunya dapat dilihat dari jenis antibiotik, dosis, frekuensi,

dan lama perawatan pasien12

.

Penggunaan antibiotik di rumah sakit merupakan pemberian antibiotik

dalam upaya preventif untuk mencegah terjadinya infeksi daerah operasi.

Pemberian antibiotik harus jelas karena resistensi bakteri semakin

berkembang sehubung dengan penggunaan antibiotik tersebut. Oleh karena

itu, sebaiknya antibiotik diberikan seminimal mungkin dan spektrum aktivitas

obat yang digunakan sebaiknya sesempit mungkin. Meskipun prinsip

penggunaan antibiotik dalam operasi telah ditetapkan, masih terdapat

penggunaan yang tidak sesuai13

.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masih tingginya

angka pasien yang menjalani apendiktomi di RUMKITAL dr. Mintohardjo

sehingga resiko terjadinya infeksi luka operasi semakin besar. Selain itu

dengan adanya peningkatan resistensi antibiotik yang mengakibatkan

semakin lamanya rawat inap, peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko

kecacatan dan kematian, serta dapat mengakibatkan tuntutan pasien maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas dari

antibiotik pasca operasi apendisitis yang digunakan di RUMKITAL dr.

Mintohardjo.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Masih tingginya angka kejadian apendisitis di Indonesia, menurut Depkes

RI pada tahun 2008 jumlah penderita appendisitis di indonesia mencapai

591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 596.132 orang.

2. Masih tingginya angka pasien yang menjalani apendiktomi di

RUMKITAL dr. Mintohardjo, menurut Warnetty selama tahun 2010

mencapai 202 pasien yang menjalani apendiktomi.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

4

3. Belum diketahuinya efektivitas penggunaan Antibiotik yang digunakan

pada pasca operasi apendisitis di RUMKITAL dr Mintohardjo Jakarta

Pusat.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya efektivitas antibiotika yang digunakan pada pasien

pasca operasi apendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta

Pusat.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya jeni-jenis antibiotik yang digunakan pada pasien

pasca operasi apendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta

Pusat.

2. Diketahuinya lama penggunaan antibiotik pada pasien pasca

operasi apendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran, menambah ilmu pengetahuan serta wawasan, khususnya

mengenai efektivitas antibiotik yang digunakan pada pasien pasca

operasi apendisitis.

1.4.2. Metodologi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai metode

dalam penanganan kasus-kasus Apendisitis yang ada di Rumah Sakit.

1.4.3. Aplikatif

Secara aplikatif hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

suatu bahan pertimbangan ataupun acuan dalam pemberian dan

peningkatan mutu pelayanan medik terutama pengobatan dalam hal

penatalaksanaan kasus apendisitis di rumah sakit yang terkait.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

5

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Dari uraian latar belakang diatas terlihat banyak sekali masalah tentang

penggunaan antibiotik, namun dalam penelitian ini hanya di batasi pada

efektivitas antibiotik yang digunakan pada pasien pasca operasi apendisitis.

Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan retrospektif

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai Oktober 2014 di

Rumah Sakit Angkatan LAut dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

6 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks

2.1.1 Anatomi Apendiks

Menurut Smeltzer dalam Brunner & Suddarth, apendiks adalah

ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci),

melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi

makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena

pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung

menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendicitis)14

.

Menurut Oswari, apendiks terletak di daerah sekum di ujung tenia (pita

otot). Panjang pendeknya usus buntu itu tidak berpengaruh terhadap

terjadinya peradangan. Ujung usus buntu dapat terletak pada semua

arah caecum misalnya dapat sampai ke panggul, ke sakrum atau melilit

ke usus halus. Letak yang paling banyak ditemui adalah retrosekal (di

belakang sekum)15

.

Gambar 2.1. Anatomi Apendiks

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

7

2.1.1. Fisiologi Apendiks

Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari. Lendir itu secara

normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.

Hambatan aliran lendir dimuara appendiks tampaknya berperan pada

patogenesis appendicitis. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan

oleh Gut Associated Lymfoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang

saluran cerna termasuk appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif

sebagai pelindung terhadap infeksi, namun demikian pengangkatan

appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah

jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan jumlah jaringan

limfa di saluran cerna, dan seluruh tubuh16

.

2.2.Apendisitis

2.2.1 Definisi

Apendisitis adalah penyakit yang ditimbulkan akibat tersumbatnya

lumen apendiks oleh berbagai hal seperti cacing, kotoran penderta yang

mengeras, benda asing (biji), dan tumor usus. Sumbatan ini

menyebabkan produksi lendir apendiks tidak tersalurkan ke usus besar,

dan berakibat pada pembengkakan serta terjadinya infeksi di apendiks.

apendiks hanya mempunyai satu saluran pembuangan yaitu usus besar,

jadi jika salurannya tersumbat maka produksinya akan menumpuk.

Radang usus buntu bersifat akut atau kronis, bila tidak diatasi akan

berakibat pada pecahnya usus buntu dan berakhir dengan kematian

penderita. dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi

banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai

cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,

dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang

terinfeksi hancur17

.

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

8

2.2.2. Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan

sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan

faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia

jaringan limfa, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris terdapat pula

menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat

menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit

seperti E.histolityca15

.

Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering

ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyebab adalah faktor

penyumbatan (obstruksi) oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan

limfoid, sumbatan benda keras termasuk biji-bijian. Sumbatan atau

pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang

biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin

sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia coli, inilah yang

sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus

buntu17

.

Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya

sering kali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap ke saluran

appendiks sebagai benda asing. Begitu pula terjadinya pengerasan

tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada

bagiannya yang terselip masuk ke saluran apendiks yang pada akhirnya

menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai

infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut17

.

Menurut penelitian epidemiologis menunjukkan kebiasaan makan-

makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat

menimbulkan apendisitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan

intrasekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan

meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon17

.

Organisme lain, termasuk anaerob juga dapat menyebabkan

inflamasi apendiks. Kadang-kadang cacing, terutama Enterobius

vermicularis dan Ascaris lumbricoides dapat mempercepat dan

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

9

mengakibatkan terjadinya kolik (rasa nyeri). Setelah terjadinya

obstruksi karena sebab apapun dapat menyebabkan tekanan keluar dari

apendiks dan menghasilkan luka pada jaringan, sehingga menyebabkan

invasi leukosit, pembentukan nanah, dan gangrene apabila tidak segera

ditangani maka apendiks akan mengalami perforasi18

.

2.2.3. Gambaran Klinis dan Gejala Apendisitis

Apendisitis merupakan indikasi yang umumnya diterapi dengan

operasi (klasifikasi bersih terkontamiasi) atau pemotongan apendisitis.

Apabila tidak segera dilakukan pembedahan, maka dapat terjadi

ganggrene atau erforasi sehingga infeksi dapat menyebar dirongga

abdomen. Hal ini dapat mengancam jiwa kerena tingkat komplikasi

yang tinggi. Gejala yang dirasakan penderita tergantung stadium dan

letak apendiks. Gejala awal apendisitis adalah rasa nyeri yang samar

didaerah epigastrium disekitar umbilicus atau peri umbilicus, dimana

nyeri yang terjadi akibat gerakan peristaltik apendiks untuk

menghilangkan benda yang merintangi tersebut. Pada pemeriksaan fisik

pasien terlihat pucat, adanya nyeri tekan, nyeri lepasdan tahan otot

dititik MC Burney18

.

Gejala apendisitis bervariasi tergantung stadiumnya:

a. Apendisitis akut.

Gejala yang ditimbulkan adalah demam tinggi, muntah-

muntah, nyeri perut kanan bawah, untuk berjalan sakit

sehingga agak tebongkok, namun tidak semua orang akan

menunjukan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang

atau muntah-muntah saja (nadiana) kondisi ini memerlukan

intervensi bedah.

b. Apendisitis kronik .

Pada stadium ini gejala yang ditimbulkan sedikit mirip dengan

sakit maag dimana terjadi nyeri samar didaerah sekitar pusar

dan terkadang dmam yang hilang timbul. Sering kali disertai

dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

10

akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang

khas pada apendisitis akut. Biasanya ditandai dengan adanya

penebalan dinding-dinding organ akibat peradangan akut

sebelumnya.

2.2.4. Patofisiologi

Apendiks (usus buntu) pada keadaan inflamasi, menyebabkan

kontrasksi otot apendiks terganggu, pada keadaan normal tekanan

dalam lumen apendiks antara 15-25 cmH2O (satuan untuk mengukur

nafas pada respiratoi dan ventilator) dan meningkat menjadi 30-50

cmH2O pada waktu kontraksi, pada keadaan normal tekanan pada

lumen sekum antara 3-4 cmH2O, sehingga terjadi perbedaan tekanan

yang berakibat cairan didalam lumen apendiks terdorong masuk

kedalam sekum, cairan lendir yang dihasilkan sebanyak 1-2ml perhari.

Sekresi immunoglobulin diproduksi oleh Gus-Associated Lymphoid

Tissues (GALD) dan hasil sekresi yang dominan adala IgA yang

berguna dalam mengontrol prolifasi bakteri, netralisasi virus, dan

mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lain19

.

Faktor utama penyebab terjadinya appendisitis akut pada dasarnya

adalah obstuksi lumen apendiks, obstruksi bagian distal kolon, erosi

mukosa, konstipasi dan diet rendah serat. Konstipasi dapat

menyebabkan peningkatan tekanan intralumen sekum, yang diikuti oleh

obstruksi fungsional apendiks dan berkembang biaknya bakteri.

Penyebab utama konstipasi adalah diet rendah serat, diet rendah serat

dapat menyebabkan feses menjadi memadat, lebih lengket, dan

berbentuk makin besar, sehingga membutuhkan waktu transit yang

lebih lama didalam kolon, juga dapat mengubah kandungan bakteri.

Proses awal appendisitis terjadi 12-24 jam pertama, apabila terjadi

obstruksi terus menerus mukus akan terakumulasi sehingga

menyebabkan tekanan intra lumen meningkat yang dapat memicu

translokasi kuman dan peningkatan jumlah kuman didalam lumen

apendiks, gangguan sirkulasi limfe, menyebabkan udem sehingga

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

11

mempermudah invasi bakteri dari dalam lumen menembus mukosa,

menyebabkan ulserasi mukosa apendiks yang disebut apendisitis fokal.

Obstruksi yang berkelanjutan menyebabkan gangguan sirkulasi

vaskuler yang dapat menyebabkan udem bertambah berat dan

penanahan pada dinding apendiks, ini disebut apendisitis akuta

surpuratif. Pada keadaan lebih lanjut terjadi gangguan sirkulasi arterial

yang menyebabkan terjadinya ganggren yang disebut apendisitis

ganggrenosa. Bila tekanan semakin meningkat akan terjadi perforasi

didaerah yang mengalami ganggrene tersebut, material intralumen yang

infeksius akan keluar kedalam rongga peritonium dan terjadi peritonitis

lokal. Apabila terjadi penanahan maka akan terbentuk suatu rongga

yang berisi nanah disekitar apendiks, terjadi keadaan yang disebut abses

periapendikular, bila keadaan tubuh membaik maka proses akan

terlokalisir, tetapi bila keadaan tubuh tidak membaik maka akan terjadi

peritoniti general. Pemakaian antibiotik dapat mengubah

berlangsungnya proses tersebut sehingga dapat terjadi keadaan seerti

appendisitis rekurens, appendisitis kronis. Apendisitis rekurens adalah

appendisitis yang secara klinis memberikan serangan yang berulang,

sedangkan apendisitis kronis adalah apendisitis yang secara klinis

serangan sudah lebih dari 2 minggu19

.

Kadang-kadang apendisitis terjadi tanpa adanya obstruksi, ia

terjadi karena adanya penyebaran infeksi dari organ lain secara

hematogen ke apendiks. Terjadi abscessmultiple kecil pada apendiks

dan pembesaran lnn.mesentricaregional. Karena terjadi tanpa obstruksi

maka gambaran klinis tentunya berbeda dengan gejala obstruksi

tersebut diatas19

.

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

12

2.2.5. Penegakan Diagnosis

Pemeriksaan dan diagnosa penyakit apendisitis dapat dilakukan

dengan beberapa pemerikasaan yaitu dengan pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi (apendicogram,

ultrasonografi, Ct-Scan) dan Laparoscopy diagnostic20

.

2.2.5.1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada apendisitis akut, dengan

pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga

perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi), pada

perabaan (palpasi) di daerah perut kanan bawah seringkali bila

ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa

nyeri, ini adalah kunci dari diagnosis apendisitis akut. Kemudahan

atau kesulitan pada gerakan mencapai posisi terlentang bias

digunakan sebagai tanda ada atau tidaknya iritasi peritoneum

lokalista, sebelum dilakukan pemeriksaan fisik dilakukan biasanya

pasien ditanya titik area nyeri yang ditimbulkan, sehingga dapat

menjadi bukti tegas bagi iritasi peritoneum lokalista. Palpasi

dilakukan dengan lembut dari sisi kiri ke sisi kanan abdomen untuk

menilai rigiditasnya, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah

pasien mengalami iritasi peritoneum atau tidak, tapi palpasi tidak

bias dijadikan pedoman dikarenakan rasa nyeri yang dirasakan

berdasarkan lokasi apendiks20

.

Karena banyak kemungkinan sebab lain keadaan

intraabdomen akut atau bahkan sistemik bias meniru apendisitis

akut, sehingga tidak mungkin membuat diagnosis spesifik. Macam-

macam pemeriksaan fisik dilakukan20

:

a. Inspeksi

Inspeksi pada apendisitis akut sering ditemukan adanya

abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini

biasanya ditemukan distensi perut

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

13

b. Palpasi

Palpasi dinding abdomen dilakukan dengan ringan dan

hati-hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang

jauh dari lokasi, ditekan dengan sangat pelan dan halus, pada

berbagai tempat pada dinding perut ( dinamakan pemerikasaan

raba dangkal-superfisial), kemudian baru dilakukan

pemeriksaan raba dalam

c. Auskultasi

Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakan

diagnosis appendicitis, tetapi apabila telah terjadi peritonitis

maka tidak terdengar bunyi peristaltic usus

d. Rectal Toucher / colok dubur

Colok dubur juga tidak banyak membantu dalam

penegakan diagnosis appendicitis. Pemeriksaan ini dilakukan

apabila letak apendiks sulit diketahui. Jika saat dilakukan

pemeriksaan ini terasa nyeri kemungkinan letak apendiks yang

meradang didaerah pelvis

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik masih merupakan dasar

diagnosis appendicitis akut. Pemeriksaan tambahan dilakukan

apabila ada keragu-raguan atau untuk menyingkirkan diagnosis.20

2.2.5.2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium pada pasien yang dicurigai

apendisitis biasanya meliputi hitung jumlah dan jenis sel darah

lengkap dan urinalisis. Leukositosis moderat biasanya terjadi pada

pasien apendisitis (75%) dengan jumlah leukosit berkisar antara

10.000-18.000 sel/mL dengan pergeseran ke kiri dan didominasi

oleh sel polimorfonuklear. Sekalipun demikian, tidak adanya

leukositosis tidak menutup kemungkinan terjadinya apendisitis.

Pada urinalisis terdapat peningkatan berat jenis urin, terkadang

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

14

ditemukan hematuria, piuria, dan albuminuria. Obat-obatan

antibiotik dan steroid dapat mempengaruhi hasil laboratorium20

.

2.2.5.3. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu mengevaluasi

pasien dengan kecurigaan apendisitis meliputi foto polos abdomen

dan toraks, ultrasonography (USG), CT-Scan, dan laparoskopi

diagnostik20

.

a. Ultrasonography

Ultrasonography (USG) telah banyak digunakan untuk

diagnosis apendisitis akut maupun appendisitis dengan abses,

ultrasonography sangat bermanfaat terutama bagi wanita hamil

dan anak-anak, tingkat keakuratannya paling tinggi (93-98%),

tetapi sulit dilakukan pada dewasa karena jumlah lemak dan gas

yang banyak sehingga apendiks sulit terlihat.untuk dapat

mendiagnosis appendisitis akut akut diperlukan keahlian,

ketelitian dan sedikit penekanan transduser pada abdomen.

Akurasi penggunaan USG ini sangat dipengaruhi oleh

pengalaman dan kemampuan pemeriksa. Pada pemeriksaan

appendisitis dengan menggunakan USG ditemukan fekalit,

udara intralumen, penebalan dinding apendiks dan adanya

pengumpulan cairan. Apabila apendiks mengalami perforasi

akan sulit untuk dinilai, hanya apabila cukup udara maka abses

apendiks dapat diidentifikasi.

b. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)

CT-scan dapat melihat jelas gambaran apendiks. Namun

dalam pemeriksaan normal apendiks jarang tervisualisasi

dengan pemeriksaan skrinning in, gambaran penebalan dinding

apendiks dan jaringan sekitar yang melekat mendukung

keadaan apendiks yang meradang. CT-scan mempunyai

sensitivitas dan spesifitas yang tinggi serta akurasi yang baik

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

15

untuk mendeteksi appendisitis. Pemeriksaan ini terbatas

digunakan pada wanita hamil dan anak-anak karena

menggunakan radiasi.

c. Laparoskopi Diagnostik

Laparoskopi mulai ada sejak awal abad ke-20, namun

penggunaannya untuk kelainan intraabdominal baru

berkembang sejak tahun 1970-an. Dibidang bedah, laparoskopi

dapat digunakan sebagai alat diagnosis dan terapi, disamping

dapat mendiagnosis appendisitis secara langsung, laparoskopi

juga dapat digunakan untuk melihat keadaan organ

intraabdomen lainnya. Hal ini sangat bermanfaat terutama pada

pasien wanita, pasien obesitas. Pada apendisitis akut,

laparoskopi diagnosis biasa dilanjutkan dengan apendiktomi

laparoskopi.

2.2.6. Tata Laksana Apendisitis

Apendisitis umumnya ditangani dengan membuang apendiks

(operasi), jika ditemukan apendisitis biasanya dokter menyarankan untuk

melakukan pembedahan tanpa diagnosa lebih lanjut. Pembedahan yang

dilakukan segera dapat menurunkan kemungkinan apendiks lebih parah21

.

Apendiktomi adalah operasi pemotongan apendik yang mengalami

radang atau infeksi6. Menurut Krob dikutip dari Warnetty (2012), tata

laksana pada kasus apendisitis tanpa komplikasi adalah apendiktomi,

apendiktomi dibagi menjadi 2 yaitu secara laparotomi (metode

konvensional) atau menggunakan laparoskopi11

.

2.2.5.1.Apendiktomi Konvensional

Cara pembedahan yang konvensional atau terbuka

dilakukan dengan membuat irisan pada bagian perut kanan bawah.

Panjang sayatan kurang dari 3 inci (7,6 cm). Dokter bedah

kemudian mengidentifikasi semua organ-organ dalam perut dan

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

16

memeriksa adanya kelainan organ atau penyakit lainnya. Lokasi

apendiks ditarik ke bagian yang terbuka. Para dokter bedah

memisahkan apendiks dari semua jaringan di sekitarnya dan

diletakan pada cecum kemudian menghilangkannya. Jaringan

tempat apendiks menempel sebelumnya, yaitu cecum, ditutup dan

dimasukkan kembali ke perut. Lapisan otot dan kulit kemudian

dijahit11

.

2.2.5.2.Apendiktomi Laparoskopi

Apendiktomi laparoskopi menggunakan tiga lobang sebagai

akses, lubang pertama dibuat dibawah pusar, fungsinya untuk

memasukkan kamera super mini yang terhubung ke monitor

kedalam tubuh, lewat lubang itu pula sumber cahaya di masukkan,

sementara dua lubang lain di posisikan sebagai jalan masuk

peralatan bedah seperti penjepit atau gunting. Kemudian kamera

dan alat-alat khusus dimasukan melalui sayatan tersebut dengan

bantuan peralatan tersebut, ahli bedah mengamati organ abdominal

secara visual dan mengindetifikasi apendiks. Kemudian apendiks

dipisahkan dari semua jaringan yang melekat, kemudian apendiks

diangkat, dan dipisahkan dari cecum. Apendiks dikeluarkan melalui

salah satu sayatan11

.

Beberapa studi telah melaporkan bahwa

laparoskopi mempunyai resiko ILO lebih rendah daripada operasi

terbuka21

.

2.3.Infeksi Luka Operasi

2.3.1 Definisi

Infeksi Luka Operasi adalah infeksi yang terjadi pada luka akibat

prosedur bedah invasif. Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Infeksi Tempat

Pembedahan (ITP)/ Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada

luka operasi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi

atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada

ILO dapat berasal dari pasien, dokter dan tim, lingkungan, dan

termasuk juga instrumentasi21

. Menurut Djojosugito

10, luka operasi

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

17

dinyatakan infeksi bila didapat pus pada luka operasi, bila temperatur >

37,5°C pada axiler, keluar cairan serous (exudat) dari luka operasi,

sekitar luka operasi oedema dan kemerahan.

2.3.2. Patogenesis

Perkembangan ILO tergantung pada kontaminasi dari situs luka

pada akhir bedah prosedur dan secara khusus berkaitan dengan

patogenisitas dan inokulum mikroorganisme ini, nilai terhadap respon

kekebalan inang. Mikroorganisme yang menyebabkan ILO biasanya

berasal dari pasien (endogen infeksi), yang hadir pada kulit mereka atau

dari viskus dibuka. Infeksi eksogen terjadi ketika mikroorganisme dari

instrumen atau lingkungan teater mencemari situs di operasi, ketika

mikroorganisme dari lingkungan mencemari luka traumatis, atau ketika

mikroorganisme mendapatkan akses ke luka setelah operasi, sebelum

luka tersebut ditutup22

.

2.3.3. Klasifikasi Infeksi Luka Operasi

Klasifikasi SSI menurut The National Nosocomial Surveillence

Infection (NNIS) terbagi menjadi dua jenis yaitu insisional dibagi

menjadi superficial incision SSI yangmelibatkan kulit dan subkutan dan

yang melibatkan jaringan yang lebih dalam yaitu, deep incisional SSI.

Lebih jauh, menurut NNSI, kriteria untuk menentukan jenis SSI

adalahsebagai berikut23

:

a. Superficial Incision SSI ( ILO Superfisial )

Merupakan infeksi yang terjadi pada kurun waktu 30 hari paska

operasi dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan

subkutan pada tempat insisi dengan setidaknya ditemukan salah

satu tanda sebagai berikut :

1) Terdapat cairan purulen.

2) Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan

superfisial.

3) Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflammasi

4) Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat.

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

18

b. Deep Insicional SSI ( ILO Dalam )

Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska

operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1

tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak

berhubungan dengan operasi dan melibatkan jaringan yang lebih

dalam ( contoh, jaringan otot atau fasia ) pada tempat insisi dengan

setidaknya terdapat salah satu tanda :

1) Keluar cairan purulen dari tempat insisi.

2) Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedah karena

ada tanda inflammasi.

3) Ditemukannya adanya abses pada reoperasi, PA atau

radiologis.

4) Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang merawat

c. Organ/ Space SSI ( ITP organ dalam )

Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska

operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1

tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak

berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi

tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka

atau dimanipulasi pada saat operasi dengan setidaknya terdapat

salah satu tanda :

1) Keluar cairan purulen dari drain organ dalam

2) Didapat isolasi bakteri dari organ dalam

3) Ditemukan abses

4) Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

19

2.4.Antibiotik yang digunakan pada Apendisitis

2.4.1 Definisi

Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh

mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer

untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme24

.

Antibiotik yang relatif non-toksik bagi pejamunya digunakan sebagai

agen kemoterapeutik dalam pengobatan penyakit infeksi pada manusia,

hewan, dan tanaman. Istilah ini sebelumnya digunakan terbatas pada zat

yang dihasikan oleh mikroorganisme, tetapi penggunaan istilah ini

meluas meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan aktivitas

kimia yang mirip25

.

Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi

pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif

setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut harus bersifat sangat toksik

untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Namun, sifat

toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin tidak akan

diperoleh25

.

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotik memiliki dua

aktivitas yaitu bakteriostatik dan bakterisid. Bakteriostatik bersifat

menghambat pertumbuhan mikroba sedangkan bakterisid bersifat

membunuh mikroba26

.

a. Cefotaxime

Cefotaxime merupakan antibiotic golongan sefalosporin generasi

ketiga yang lebih aktif terhadap Gram negative, termasuk

Enterobacteriaceaedan pseudomonas, tetapi kurang ktif terhadap

coccus Gram positif dibanding generasi pertama. Spectrum

antibakterinya lebih luas dibandingkan generasi sebelumnya, secara

umum generasi ini aktif terhadap Gram negative yang telah kebal, lebih

tahan terhadap betalaktamase, tetapi kurang aktif terhadap Gram positif.

Mekanisme kerja. Seperti halnya antimikroba betalaktam lain yakni

Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu

atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs)

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

20

yang selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis

peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis

dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis karena aktivitas enzim

autolitik (autolisin dan murein hidrolase) saat dinding sel bakteri

terhambat.

Farmakokinetik. Cefotaxime diberikan dengan injeksi sebagai garam

natrium. Ia secara cepat diabsorbsi setelah injeksi IM dan berarti

konsentrasi puncak plasma 12-20 mikrogram/mL yang telah dilaporkan

30 menit setelah dosis 0,5 dan 1 g Cefotaxime. Waktu paruh plasma

dari Cefotaxime kira-kira 1 jam. Waktu paruh meningkat pada balita

dan pasien dengan beberapa kerusakan ginjal. Efek penyakit hati dari

Cefotaxime dan metabolitnya bervariasi, tapi secara umum penyesuaian

dosisnya tidak harus dipertimbangakan secara cermat.40% Cefotaxime

dilaporkan berikatan dengan protein plasma. Cefotaxime secara luas

didistribusikan alam jaringan tubuh, konsentrasi terapetik diterima

dalam CSF terutama ketika terjadi meningitis. Cefotaxime menyilang

plasenta dan konsentrasi rendah telah dideteksi ada pada air susu.

Efek samping. Efek samping yang paling sering terjadi, gejalanya

mirip dengan reaksi alergi yang ditimbulkan oleh penisilin.Reaksi

mendadak yaitu anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat

terjadi. Reaksi silang umumnya terjadi pada pasien dengan alergi berat,

sedangkan pada alergi penisilin ringan atau sedang kemungkinannya

kecil. Dengan demikian pada pasien dengan pasien alergi penisilin

berat, tidak dianjurkan penggunaan sefalosforin atau kalau sangat

diperlukan harus diawasi sungguh-sungguh.Sefalosforin spectrum

generasi ketiga memiliki potensial untuk kolonisasi dan superinfeksi

dengan organisme resisten seperti Pseudomonas aeruginosa, Candida,

enterococci, pada daerah yang bervariasi dalam tubuh, meskipun secara

umum menjadi rendah dengan sefotaksim.

Indikasi. Infeksi yang disebabkan oleh Gram Positif atau Gram

Negatif, gonore, bedah, Haemophilus epiglottitis dan meningitis32

.

Dosis.1-2g tiap 8-12 jam32

.

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

21

Interaksi obat. Probenecid dapat menurunkan eliminasi sefalosporin

sehingga meningkatkan konsentrasi sefalosporin dalam darah.;

Kombinasi Furosemid, Amonoglikosida dengan Cefotaxim dapat

meningkatkan efek nefrotoksik30

.

b. Ceftazidime

Mekanisme kerja. Ceftazidime merupakan antibiotika sefalosporin

semisintetik yang bersifat bakterisidal. Mekanisme kerja antibakteri

dengan menghambat enzym yang bertanggung jawab terhadap sintesis

dinding sel. Secara in vitro Ceftazidime dapat mempengaruhi

mikroorganisme dalam range/spektrum yang luas, termasuk strain yang

resisten terhadap gentamicin dan aminoglikosid lainnya. Selain itu

Ceftazidime sangat stabil terhadap sebagian besar beta-laktamase,

plasmid dan kromosomal yang secara klinis dihasilkan oleh kuman

gram negatif dan dengan demikian Ceftazidime aktif terhadap beberapa

strain resisten terhadap ampisilin dan sefalosporin lainnya.

Farmakokinetik.Seftazidim diabsorpsi baik setelah pemberian IM,

Ceftazidime didistribusi secara luas menembus plasenta dan memasuki

ASI dalam konsentrasi rendah.>90% dieksresikan oleh ginjal tanpa

perubahan, waktu paruhnya 1,4-2 jam

Efek samping. Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi

parah seperti anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V,

diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal).

Indikasi. Infeksi yang disebabkan oleh Gram Positif atau Gram

Negatif32

.

Dosis. Dewasa : 1- 6 gram/hari, dalam 2 – 3 dosis terbagi32

.

c. Ceftriaxone

Mekanisme kerja. Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan

berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-

binding proteins-PBPs) yang selanjutnya akan menghambat tahap

transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

22

;menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis

karena aktivitas enzim autolitik (autolisin dan murein hidrolase) saat

dinding sel bakteri terhambat.

Farmakokinetik. Absorbsi Ceftriaxone di saluran cerna buruk, karena

itu diberikan secara parentral. Konsentrasi plasma sekitar 40 dan 80µg/

mL telah dilaporkan 2 jam setelah injeksi IM 0,5 dan 1g Ceftriaxone.

t½ eliminasi Ceftriaxone tidak tergantung pada dosis dan bervariasi

antara 6 dan 9 jam, tetapi dapat diperpanjang pada neonatus. t½

eliminasi tidak berubah pada pasien dengan gangguan ginjal, tetapi

mengalami penurunan terutama ketika ada gangguan hati. Ceftriaxone

secara luas didistribusikan dalam jaringan tubuh dan cairan. Umumnya

mencapai konsentrasi terapeutik dalam CSF.Melintasi plasenta dan

konsentrasi rendah telah terdeteksi dalam ASI konsentrasi tinggi

dicapai dalam empedu. Sekitar 33 hingga 67 % Ceftriaxone

diekskresikan dalam urin, terutama oleh filtrasi glomerulus, sisanya

diekskresikan dalam empedu dan akhirnya ditemukan dalam kotoran

(feses)

Efek samping. Gangguan lambung-usus, perubahan hematological,

reaksi kulit, gangguan koagulasi, nyeri pada tempat penyuntikan, sakit

kpela, pusing, agranulositosis

Indikasi. Infeksi yang disebabkan oleh Gram Positif atau Gram

Negatif, gonore, bedah32

.

Dosis. 1-2 gram satu kali sehari32

.

Interaksi obat. Sefalosporin : meningkatkan efek antikoagulan dari

derivat kumarin (Dikumarol dan Warfarin); Agen urikosurik:

(Probenesid, Sulfinpirazon) dapat menurunkan ekskresi sefalosporin,

monitor efek toksik.

d. Cefpiron

Mekanisme kerja. Sefalosporin generasi keempat; memiliki cakupan

gram negatif sebanding dengan ceftazidime tapi gram positif cakupan

yang lebih baik (dibandingkan dengan ceftriaxone); antibiotik yang

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

23

terbaik beta-laktam dalam pemakaian IM; memiliki kapasitas yang

kurang baik untuk menyeberangi penghalang darah-otak dan dengan

demikian tidak digunakan untuk pengobatan meningitis

Farmakokinetik. Penyerapan IM cepat dan lengkap , waktu puncak

dalam plasma: 0.5-1.5 jam (IV); 1-2 jam (IM),

didistribusikanmenembus ke dalam cairan peradangan pada konsentrasi

80% dari tingkat serum dan mukosa bronkial ke pada konsentrasi 60%

dari kadar plasma melintasi penghalang darah-otak. Sedikit

dimetabolisme di hati . Waktu paruh: 2 jam, diekskresi melalui urin

(obat 85% dalam bentuk utuh)

Efek samping. Reaksi hipersensitif, gangguan gastrointestinal, nyeri

dada, takikardi, batuk, sakit tenggorokan, dyspnea, sakit kepala, pusing,

ansietas, kebingungan, reaksi lokal.

Indikasi. Infeksi yang disebabkan oleh Gram Positif atau Gram

Negatif, gonore, bedah32

.

Dosis.1 g IM / IV tiap 12 jam32

.

e. Metronidazole

Metronidazole adalah (1b-hidroksi-etil)2-metil-5-nitriimidazol yang

berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol.

Metronidazole merupakan obat antibakteri dan anti protozoa sintetik

derivat nitroimidazole yang mempunyai aktivitas bakterisid, amebisid

dan trikomonosid. Metronidazol diindikasikan untuk pengobatan

Uretritis & vaginitis, amubiasis, infeksi anaerob (terutama pasca bedah)

dan Giardiasis26

.

Mekanisme kerja. Dalam sel atau mikroorganisme metronidazol

mengalami reduksi menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai

aksi antibakteri dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat,

mempengaruhi anaerob yang mereduksi nitrogen membentuk

intermediet26

.

Farmakokinetik.1 jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg per

oral diperoleh kadar plasma kira-kira 10 μg/mL. Waktu paruhnya 8-10

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

24

jam diekskresikan melalui urin dalam bentuk asal dan bentuk metabolit,

juga diekskresikan melalui air liur, air susu, cairan vagina, dan cairan

seminal dalam kadar yang rendah26

.

Efek Samping. Rasa tidak enak pada mulut, lidah berbulu halus, ggn

sal cerna. Angioedema. Anoreksia, nyeri ulu hati, keiang,neuropati

periter, ruam kulit, pruritus, leukopenia ringan. Jarang, anafilaksis28

.

Indikasi. Gonore, bedah, Haemophilus epiglottitis dan meningitis32

.

Dosis. Dosis dewasa adalah 7,5 mg /kg setiap 6 jam (sekitar 500 mg

untuk orang dewasa 70 kg), maksimum 4 g sehari selama 7-10 hari32

.

Interaksi obat. Efek Cytochrome P450 : menghambat CYP2C8/9

(lemah), 3A4 (moderate);Meningkatkan efek/toksisitas : Etanol dapat

menyebabkan reaksi seperti disulfiram. Warfarin dan metronidazol

dapat meningkatkan bleeding time (PT) yang menyebabkan perdarahan.

Simetidin dapat meningkatkan kadar metronidazol.;Metronidazol dapat

menghambat metabolisme cisaprid, menyebabkan potensial aritmia;

hindari penggunaan secara bersamaan. Metronidazol dapat

meningkatkan efek/toksisitas lithium. Metronidazol dapat

meningkatkan efek/toksisitas;benzodiazepin tertentu, calcium channel

blocker, siklosporin, turunan ergot, HMG-Coa reduktase inhibitor

tertentu, mirtazapine, nateglinid, nefazodon, sildenafil ( dan PDE-5

inhibitor yang lain), takrolimus, venlafaxine, dan substrat CYP3A4

yang lain.;Menurunkan efek: fenobabital, fenobarbital (inducer enzim

yang lain), dapat menurunkan efek dan waktu paro metronidazol29

.

2.4.2. Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik terjadi ketika mikroorganisme mengalami

perubahan yang menyebabkan obat yang diberikan untuk

menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme

tersebut menjadi tidak efektif lagi. Hal ini menjadi perhatian serius

karena dapat menyebabkan kematian, menyebar, dan membebankan

biaya yang besar pada individu dan masyarakat27

.

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

25

2.4.3. Mekanisme Resistensi

Supaya dapat bekerja efektif, antibiotik harus dapat mencapai

target dalam bentuk yang aktif, berikatan dengan target dan dapat

mempengaruhi fungsinya. Bakteri dapat menjadi resisten terhadap

antibiotik secara umum dapat melalui 3 mekanisme 27

:

1. Antibiotik tidak mencapai tempat kerjanya di sel bakteri.

Mekanisme yang terjadi karena bakteri mengurangi kegiatan

transport aktif yang memasukan antibiotik ke dalam sel (misalnya

gentamisin). Mekanisme lain ialah pada bakteri gram negatif,

molekul antibiotik dapat menembus dinding luar dan masuk

melalui lubang-lubang kecil yang disebut porin. Bila lubang kecil

ini menghilang atau bermutasi maka masuknya antibiotik ini akan

terhambat.

2. Antibiotik tidak aktif. Hal ini sering mengakibatkan resistensi

terhadap golongan aminoglikosida dan beta-laktam karena bakteri

mampu membuat enzim yang merusak kedua golongan obat

tersebut.

3. Mikroba mengubah tempat ikatan (binding site). Mekanisme ini

terjadi pada Staphylococcus aureus yang resisten terhadap

metisilin. Bakteri ini mengubah penicillin binding protein

sehingga afinitasnya menurun terhadap metisilin dan antibiotik

beta-laktam lainnya.

Penyebaran resistensi pada bakteri dapat terjadi secara vertikal

(diturunkan ke generasi berikutnya) atau yang lebih sering terjadi

adalah secara horizontal dari suatu sel donor. Sifat resistensi dapat

dipindahkan melalui proses mutasi, transduksi, transformasi dan

konjugasi.

Resistensi antibiotik dapat terjadi disebabkan oleh mekanisme sel

mikroorganisme sendiri, misal mikroorganisme menghasilkan enzim

yang merusak aktivitas obat atau karena penggunaan antibiotik yang

tidak rasional28

.

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

26 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Recovery

Memenuhi Kriteria

Inklusi

Rekam Medik Pasien

Apendisitis Januari – Desember

2013

Pencatatan

rekam medis

Karakteristik Pasien:

- Jenis Kelamin

- Umur

Tidak recovery

Obat Antibiotika:

- Jenis Antibiotik

- Lama penggunaan

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

27

3.2.Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Mengukur Skala

Ukur Keterangan

1

Karakteristik

Pasien

1) Jenis Kelamin

2) Usia

Kondisi fisik yang

menentukan status

seseorang laki-laki

atau perempuan

Usia pasien yang

menjalani operasi

apendisitis

Melakukan

pencatatan status

pasien dengan

tabel Check List

Melakukan

pencatatan usia

pasien dengan

tabel Check List

Nominal

Rasio

1. Laki-laki

2. Perempuan

<15 tahun

15-30 tahun

31-45 tahun

45-60 tahun >60 tahun

31

2

Lama Penggunaan

Antibiotik

Adalah lama waktu

yang digunakan

dalam pemberian

antibiotik ke pasien

sampai antibiotik

tersebut dihentikan

Melakukan

pencatatan lama

waktu pasien

dirawat dengan

penggunaan

antibiotik

kontinyu

3

Antibiotik

Adalah obat yang

digunakan pada

pasien bedah

appendisitis

Melakukan

pencatatan jenis

antibiotik yang

digunakan pasien

dengan tabel

Check List

Nominal

Nama

Antibiotik

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

28

4

Recovery

Jika keadaan luka

membaik, luka

kering, nyeri

berkurang, atau

sudah sembuh

Suhu tubuh normal

(36-37.5oc), kadar

leukosit normal

(5000-10000µl)

Mengamati dan

mencatat status

pasien dengan

tabel Check List

Nominal

1. recovery

2. Tidak

recovery

5 Efektivitas Seberapa baik

terapi antibiotik

yang diberikan

dapat

menyembuhkan

pasien

Mengamati dan

mencatat status

pasien dengan

tabel Check List

Nominal 1. Efektif

2. Tidak efektif

Tabel 3.1.Definisi Operasional

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

29 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

BAB IV

METODOLOGI PENELITAN

4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

pada bulan Mei 2014 sampai Oktober 2014.

4.2.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang),

yaitu pengumpulan data variabel untuk mendapatkan gambaran ketepatan

penggunaan antibiotik pasca operasi pada pasien pada waktu tertentu.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode retrospektif yaitu suatu

penelitian berdasarkan rekam medis pasien, melihat kebelakang pada

peristiwa yang terjadi dimasa lalu, dalam hal ini dilihat dari rekam medis

pasien periode Januari 2013 sampai Desember 2013.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, yaitu

berupa catatan rekam medis pasien apendisitis di Ruang Rawat Inap

RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat selama periode Januari 2013

sampai Desember 2013.

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien apendisitis

yang dirawat RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat pada periode

Januari 2013 sampai Desember 2013.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang

memenuhi kriteria inklusi. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah total sampling, yaitu semua pasien yang

memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai sampel penelitian yaitu

sebanyak 144 pasien.

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

30

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel

a. Kriteria inklusi penelitian ini adalah:

1) Pasien yang menderita penyakit apendisitis kronik

2) Pasien berusia diatas 12 tahun

b. Kriteria ekslusi penelitian ini adalah:

1) Pasien apendisitis yang memiliki penyakit komplikasi

2) Pasien mengalami perforasi

3) Rekam medis yang tidak lengkap, hilang, dan tidak jelas

4.4.Prosedur Penelitian

4.4.1. Persiapan ( Permohonan Izin Penelitian)

Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan

penelitian dari Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah kepada RUMKITAL dr.

Mintohardjo Jakarta Pusat. Penyerahan surat persetujuan penelitian dari

RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat kepada Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

4.4.2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

a. Penelusuran data pasien dirawat di RUMKITAL dr. Mintohardjo

Jakarta Pusat dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan

Desember 2013.

b. Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi.

c. Pengambilan dan pencatatan data hasil rekam medis berupa nomor

rekam medis, identitas pasien (nama dan jenis kelamin), tanggal

perawatan, diagnosa, data penggunaan obat (jenis antibiotik,

regimen dosis, dan lama penggunaan ) diruang Administrasi

Medis.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

31

4.4.3. Pengolahan Data

a. Editing data

Sebelum melakukan penilaian terhadap data mentah,

terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data

yang diperoleh dan mengeluarkan data yang tidak memenuhi

kriteria penelitian.

b. Coding data

Peneliti melakukan coding terhadap data yang terpilih dari

proses seleksi untuk mempermudah analisis di program

Microsoft Excel. Coding berupa kegiatan pemberian kode

numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa

kategori.

c. Entry data

Peneliti memasukan data yang telah dilakukan proses

coding ke dalam program Microsoft Excel dalam bentuk tabel

d. Cleaning data

Kegiatan pembersihan data dilakukan untuk mengecek

kembali sebelum dilakukan analisis lebih lanjut.

4.4.4. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik.

Data-data yang telah dilakukan pengolahannya dengan benar

selanjutnya dianalisis dengan uji statistik untuk memperoleh

gambaran distribusi setiap variabel penelitian. Variabel yang diteliti

meliputi jenis-jenis antibiotik pilihan yang digunakan pasca operasi

apendisitis, dan penggunaan antibiotik pasca operasi apendisitis

meliputi lama penggunaan antibiotik dan kondisi terakhir pasien

sesudah terapi.

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

32 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1.Hasil Penelitian

Didapatkan 58 data rekam medis dari populasi total 144 pasien rawat inap

di RUMKITAL dr Mintohardjo Jakarta Pusat selama Periode Januari sampai

Desember 2013 dan memenuhi kriteria inklusi penelitian, hasil penelitian ini

ditujukan untuk menjawab perumusan masalah dari tujuan penelitian yang

diinginkan, untuk mengetahui efektivitas antibiotik yang digunakan pada

pasca operasi pasien apendisitis.

5.1.1. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil pengamatan data rekam medis tentang jenis kelamin pasien

appendisitis yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Angkatan Laut

dr. Mintohardjo Jakarta Pusat selama Januari sampai Desember 2013

dapat dilihat pada gambar 5.1.

Gambar 5.1. Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan

Appendiktomi Berdasarkan Jenis Kelamin Di RS.

Mintohardjo Periode Januari-Desember 2013

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Laki-Laki

Perempuan

29.31

70.69

%

Jenis Kelamin

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

33

Berdasarkan distribusi jenis kelamin yang terdapat pada gambar

5.1, pasien berkelamin perempuan mempunyai persentase lebih besar

dibandingkan pasien berkelamin laki-laki; yaitu sebanyak 70,69%,

sedangkan sisanya adalah pasien berkelamin laki-laki.

5.1.2. JumlahPasien Berdasarkan Kelompok Usia

Hasil pengamatan data rekam medis tentang kelompok usia pasien

appendisitis yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Angkatan Laut

dr. Mintohardjo Jakarta Pusat selama Januari sampai Desember 2013

dapat dilihat pada gambar 5.2.

Gambar 5.2. Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan

Appendiktomi Berdasarkan Kelompok Usia

Di RS. Mintohardjo Periode Januari-Desember

2013

Pada gambar 5.2, terlihat distribusi kelompok usia pasien. Kategori

mengenai pasien dikelompokan menjadi 5 kelompok usia, antara lain:

usia < 15 tahun, usia 15-30 tahun, usia 31-45 tahun, usia 46-60 tahun,

usia >60 tahun (manula). Persentase pasien terbesar pada kelompok

usia 15-30 tahun yaitu mencapai 55,17%. Umur minimum pasien yang

0

10

20

30

40

50

60

<15 15-30 31-45 46-60 >60

5.17

55.17

24.14

10.34

5.17

%

usia

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

34

menjalani operasi appendiktomi berumur 13 tahun, maksimum berumur

65 tahun, modus terbesar pada umur 30 tahun.

5.1.3. Jumlah Pasien Berdasarkan Lama Penggunaan Antibiotik Pasca

Operasi Appendisitis

Hasil Pengamatan data rekam medis tentang lama perawatan

pasien appendisitis yang telah menjalani rawat inap di Rumah Sakit

Angkatan Laut dr. Mintohardjo Jakarta Pusat selama Jamuari sampai

Desember 2013. Dapat dilihat pada gambar 5.3.

Gambar 5.3. Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan

Appendiktomi Berdasarkan Lama Penggunaan

Antibiotik Di RS. Mintohardjo Periode Januari-

Desember 2013

Berdasarkan lama hari perawatan pada gambar 5.3 dapat dilihat

bahwa lama hari perawatan terbanyak adalah selama 3 hari 62,07 %,

sedangkan lama hari perawatan yang paling sedikit adalah selama 5

hari yaitu 17,24%.

0

10

20

30

40

50

60

70

3 Hari 4 hari 5 hari

62.07

20.69 17.24

%

lama penggunaan

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

35

5.1.4. Jenis Antibiotik Yang Dipakai pada Pasien Pasca Operasi Apendisitis

Pada penelitian ini diamati jenis antibiotik yang paling banyak

digunakan oleh pasien appendisitis yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Angkatan Laut dr. Mintohardjo Jakarta Pusat selama Januari sampai

Desember 2013. Jenis antibiotik yang paling banyak digunakan dapat

dilihat pada gambar 5.4.

Gambar 5.4. Jenis Antibiotik Yang Dipakai pada Pasien Pasca

Operasi Apendisitis Di RS. Mintohardjo Periode Januari-

Desember 2013

Pada gambar 5.4, terlihat distribusi jenis antibiotik yang dipakai di

Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Mintohardjo Jakarta Pusat. Jenis

antibiotik yang dipakai terbagi menjadi 2 golongan terapi yaitu antibiotik

terapi tunggal dan terapi kombinasi. Antibiotik yang paling banyak

digunakan adalah ceftriaxone 55,17%, kemudian diikuti oleh cefotaxime

18,97%, kombinasi cefotaxime + metronidazol 8,62%, setelah itu

kombinasi ceftriaxone + metronidazole 5,17%, selebihnya penggunaan

antibiotik yang digunakan baik tunggal maupun kombinasi rata-rata

dibawah 4%.

0

10

20

30

40

50

60

18.97

55.17

3.45 3.45 8.62

5.17 1.72 3.45

%

jenis antibiotik

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

36

5.1.5. Kondisi Terakhir Pasien Setelah Dirawat

Hasil Pengamatan data rekam medis tentang hasil kondisi pasien

appendisitis yang telah menjalani rawat inap di Rumah Sakit Angkatan

Laut dr. Mintohardjo Jakarta Pusat selama Januari sampai Desember

2013. Dapat dilihat pada gambar 5.5.

Gambar 5.5. Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan

Appendiktomi BerdasarkanKondisi Terakhir Pasien

Setelah Dirawat Di RS. Mintohardjo Periode Januari-

Desember 2013

Dari gambar 5.5 terlihat bahwa kondisi terakhir pasien yang mengalami

keadaan luka pasien recovery adalah 89,66% dan 10,34% tidak recovery.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

recovery tidak recovery

89.66

10.34

%

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

37

5.1.6. Lama penggunaan dan Jenis Antibiotik yang digunakan pada Pasien

yang Recovery

Hasil Pengamatan data rekam medis tentang lama penggunaan dan

jenis antibiotik pada pasien yang recovery di Rumah Sakit Angkatan

Laut dr. Mintohardjo Jakarta Pusat selama Januari sampai Desember

2013. Dapat dilihat pada gambar 5.6.

Gambar 5.6. Lama penggunaan dan Jenis Antibiotik yang digunakan

pada Pasien yang Recovery Di RS. Mintohardjo

Periode Januari-Desember 2013

Pada gambar 5.6 terlihat bahwa antibiotik yang memiliki tingkat

kesembuhan yang paling tinggi pada lama penggunaan 3 hari adalah

ceftriaxone 32,75%, kemudian kombinasi cefotaxime dan metronidazole

10,34% selebihnya tingkat kesembuhan penggunaan antibiotik baik

tunggal maupun kombinasi dibawah 6%, untuk lama penggunaan 4 hari

adalah ceftriaxone 15,52%, setelah itu cefotaxime 6,90%, selebihnya

dibawah 4%, pada lama penggunaan 5 hari antibiotik yang memiliki

tingkat kesembuhan yang paling tinggi adalah ceftriaxone 3,45%.

5.17

0.69

3.45

32.75

15.52

3.45 1.72 1.72

10.34

3.45 3.45 1.72 1.72 1.72

0

5

10

15

20

25

30

35

3 hari 4 hari 5 hari

%

Lama Penggunaan

cefotaxime

ceftriaxone

cifoperazone

cefotaxime+metronidazole

ceftriaxone+metronidazole

ciperazone+metronidazole

ceftadizin+metronidazole

cefpiron

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

38

5.1.7. Lama penggunaan dan Jenis Antibiotik yang digunakan pada Pasien

yang tidak Recovery

Hasil Pengamatan data rekam medis tentang lama penggunaan dan

jenis antibiotik pada pasien yang tidak recovery di Rumah Sakit

Angkatan Laut dr. Mintohardjo Jakarta Pusat selama Januari sampai

Desember 2013. Dapat dilihat pada gambar 5.7.

Gambar 5.7. Lama penggunaan dan Jenis Antibiotik yang digunakan

pada Pasien yang tidak Recovery Di RS. Mintohardjo

Periode Januari-Desember 2013

Pada gambar 5.7 dapat dilihat bahwa pasien yang tidak recovery paling

tinggi adalah cefotaxime dan ceftriaxone yaitu 3,45% pada lama penggunaan 3

hari

3.45

1.72

3.45

1.72 1.72 1.72

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

3 hari 5 hari

%

Lama penggunaan

cefotaxime

ceftriaxone

ceftriaxone+metronidazol

ceflazidine+metronidazole

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

39

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang hanya dapat

memberikan gambaran dari faktor-faktor yang diteliti. Sehingga penelitian ini

tidak dapat memberikan informasi mengenai hubungan korelasi dan hubungan

sebab akibat dari faktor-faktor yang diteliti. Selanjutnya data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini adalah retrospektif yaitu suatu penelitian berdasarkan rekam

medis pasien, melihat kebelakang pada peristiwa yang terjadi dimasa lalu, dalam

hal ini dilihat dari rekam medis pasien periode Januari 2013 sampai Desember

2013.

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data retrospektif dari

medical record. Pencatatan data yang hanya diambil dari medical record sangat

terbatas sehingga masih ada data yang diperlukan untuk mendukung analisis

dalam penelitian ini tetapi tidak tercantum dalam medical record tersebut.Kedua

hal diatas (desain penelitian deskriptif dan pengumpulan data secara retrospektif)

merupakan keterbatasan dalam penelitian tersebut.

6.1.Pembahasan

Appendisitis adalah penyakit yang ditimbulkan akibat tersumbatnya

lumen apendiks oleh berbagai hal seperti cacing, fecalith, benda asing, dan

tumor usus. Sumbatan ini menyebabkan produksi lendir apendiks tidak

tersalurkan kedalam usus besar, dan berakibat pada pembengkakan kemudian

disusul dengan proses infeksi sehingga gejalanya adalah mula-mula suatu

obstruksi ileus ringan yakni : Kolik, mual, muntah, anoreksia dan sebagainya

yang kemudian mereda karena sudah jadi paralitik ileus. Kemudian disusul

oleh gejala keradangan yakni : nyeri tekan, defans muscular, subfebril dan

sebagainya33

.

6.1.1. Karakteristik Pasien

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan analisis deskriptif pada gambar 5.1, mengenai

apendisitis menurut jenis kelamin menunjukan bahwa pasien

apendisitis yang paling banyak adalah perempuan yaitu pasien

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

40

70,69% dan laki-laki sebanyak 29,31%. Hasil tersebut sesuai

dengan penelitian yang dilakukan di Padang tahun 2011, yang

menyatakan apendisitis lebih banyak diderita oleh wanita yaitu

sebesar 51,70% pasien dan laki-laki sebesar 48,30% pasien34

.

Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan di

RUMKITAL dr Mintohardjo Jakarta yang menyatakan bahwa

apendisitis lebih banyak terjadi pada pasien wanita

dibandingkan pasien laki-laki11

. Tetapi, hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anderson et al,

yang menyebutkan bahwa apendisitis lebih banyak terjadi pada

laki-laki dibandingkan dengan perempuan dengan rasio 55,84%

berbanding 44,16% pasien35

.

b. Usia

Berdasarkan analisis data pada gambar 5.2 mengenai

jumlah pasien berdasarkan kelompok usia, maka dapat

diketahui bahwa pada rentang usia 15-30 tahun merupakan

kelompok usia yang paling banyak mengalami appendisitis

yaitu 55,17%. Hasil tersebut sama seperti penelitian yang

dilakukan Hartwig Korner et al36

, dimana kebanyakan pasien

yang menderita apendisitis pada rentang umur 13-40 tahun

dengan median umur pasien yang menjalani apendiktomi

adalah 22 tahun. Selain itu Hamilton dan Rose menyatakan

bahwa apendisitis bisa terjadi pada semua umur dan jenis

kelamin, namun lebih sering terjadi pada laki-laki pada masa

pubertas hingga umur 25 tahun, ini menunjukan bahwa usia

produktif banyak menderita penyakit tersebut. Hal ini

menyebabkan terganggu produktivitas seseorang, sehingga

dapat mengganggu penghasilan orang tersebut37

.

Penyebab paling banyak terjadinya apendisitis adalah

penyumbatan lumen apendiks, pada usia remaja dan dewasa

kemungkinan terjadinya penyumbatan lebih besar, karena

makanan yang kurang terjaga dan kurang diperhatikan. Usia

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

41

remaja dan dewasa adalah saat-saat produktivitas dan aktivitas

yang tinggi, hormon dan kelenjar yang diproduksi apendiks

meningkat, termasuk lendir yang diproduksi oleh apendiks

meningkat dari biasanya ( 1-2 ml per hari ), sehingga pada usia

remaja dan dewasa lebih banyak terjadi apendisitis apabila

apendiks tidak terjaga dengan baik. Sedangkan pada anak-anak

apendisitis banyak terjadi karena omentum (sebagai pertahanan

terhadap radang apabila terjadi infeksi pada apendiks) masih

pendek38

.

6.1.2. Antibiotika

a. Jenis Antibiotik

Berdasarkan gambar 5.4 Antibiotik yang paling banyak

digunakan adalah ceftriaxone 55,17%, kemudian diikuti oleh

cefotaxime 18,97%.

Antibiotik golongan sefalosporin banyak digunakan secara

luas diberbagai instansi kesehatan termasuk rumah sakit, karena

Sefalosporin ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu aktif

terhadap bakteri Gram Positif maupun Gram Negatif, tetapi

spektrum masing-masing antibiotik bervariasi. Generasi pertama

yang paling efektif terhadap gram positif tetapi spektrum

antibakterinya lebih sempit dibandingkan dengan generasi

berikutnya, terutama aktif terhadap Cocus. Kecuali

Enterococcus, E.coli, Salmonella sp., K,pneumoniae38

. Indikasi

untuk generasi pertama adalah untuk mengatasi infeksi kulit

pada tindakan bedah dan kontaminasi karena flora kulit.

Sefalosporin generasi kedua agak kurang aktif terhadap bakteri

Gram Positif tetapi lebih aktif terhadap Bakteri Gram Negatif38

.

Semua antibiotik ini diberikan secara parenteral dan

intramuskular karena tidak tahan asam lambung. Generasi ketiga

lebih aktif lagi terhadap Gram negatif, termasuk

Enterobacteriaceae dan Pseudomonas yang memiliki spektrum

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

42

luas. Spektrum antibiotiknya luas dibanding generasi

sebelumnya, secara umum turunan antibiotik ini aktif terhadap

bakteri Gram negatif yang lebih resisten terhadap beta-

laktamase, tetapi kurang efektif terhadap bakteri Gram positif39

.

Sefalosporin yang digunakan adalah ceftriaxone yang

merupakan sefalosporin generasi ketiga yang aktif melawan

Enterobacteria. Ceftriaxone efektif terhadap infeksi Gram positif

seperti Sthapylococcus sp, dan Streptococcus sp, serta Gram

negatif anaerob B.fragilis. Ceftriaxone tidak tahan terhadap

asam lambung oleh karena itu diberikan secara iv dan im dengan

waktu paruh 8 jam40

. Ceftriaxone paling banyak digunakan

dengan dasar pertimbangan memiliki indeks terapi yang baik,

toksisitas yang rendah, penetrasi jaringan baik, tidak ada

problem koagulase, dan waktu paruhnya paling panjang untuk

semua golongan sefalosporin. Cefotaxime merupakan

sefalosporin generasi ketiga yang diindikasikan sebagai

antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi pada pembedahan

yang aktif melawan bakteri Gram positif dan Gram negatif.41

Aktivitas Cefotaxime lebih besar terhadap bakteri Gram negatif

sedangkan aktivitas terhadap bakteri lebih kecil, tetapi beberapa

streptococcus sangat sensitif terhadap cefotaxime Antibiotik

cefotaxime diabsorpsi kecil di dalam saluran pencernaan,

sehingga diberikan secara iv dan im, serta mempunyai waktu

paruh pendek yaitu 1 jam. Sefotaksim merupakan antibiotik

spektrum luas sehingga dapat mengubah flora normal usus dan

dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih Clostridia42

. Menurut

Wells pada tahun 2009, untuk appendisitis tanpa gangren,

perforasi direkomendasikan hanya diberikan antibiotik yang

aktif melawan bakteri anaerob fakultatif dan obligat anaerob,

serta murah dan efektif pada konsentrasi kecil43

.

Pemilihan antibiotik pada pasien apendisitis di Rumah

Sakit dr. Mintohardjo berbeda dengan antibiotik yang

direkomendasikan Handbook of Antimicrobial Therapy dan

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

43

ASHP dimana antibiotik yang disarankan untuk apendiktomi

tanpa perforasi adalah cefoxitin (sefalosporin generasi kedua),

atau cefotetan (sefalosporin generasi kedua), dan bisa diberikan

cefazolin (sefalsporin generasi pertama) + metronidazole47

.

Pemberian antibiotik yang paling banyak direkomendasikan

untuk bedah apendisitis adalah sefalosporin generasi pertama

dan sefalosporin generasi kedua, sedangkan untuk sefalosporin

generasi ketiga sebaiknya tidak diberikan untuk surgical

prophylaxis karena kurang aktif melawan staphylococci dan

Gram positif, spektrum antibiotiknya luas sehingga dapat

mengganggu flora normal47,48

.

Menurut ASHP mikroorganisme yang banyak menginfeksi

luka paska operasi apendisitis adalah bakteri anaerob dan aerob

gram-negatif, Bacterioides fragilis adalah bakteri anaerob yang

banyak ditemukan dan E.coli merupakan bakteri aerob yang

banyak ditemukan, aerob dan anaerob streptococci,

Staphylococcus spesies dan juga Enterococcus species juga

dilaporkan47

. Sehingga untuk antibiotik yang cocok untuk pasca

bedah apendisitis adalah sefalosporin generasi kedua, yang aktif

melawan bakteri gram-negatif dan gram-positif, sedangkan

untuk sefalosporin generasi ketiga memang lebih aktif melawan

gram-negatif, tetapi untuk gram-positif termasuk

Staphylococcus kurang begitu efektif dibanding kan sefalosporin

generasi kedua oleh karena itu perlu dilakukan kembali evaluasi

dan monitoring terapi untuk masing-masing pasien terhadap

penggunaan antibiotik.

Pemilihan antibiotik pada tindakan bedah membutuhkan

kerjasama dari tenaga kesehatan yang meliputi ahli bedah,

farmasis, dan ahli mikrobiologi. Antibiotik yang dipilih untuk

tujuan pengobatan pasca bedah sebaiknya suatu bakterisid

adalah antibiotik spektrum sempit dan memiliki kemampuan

membunuh kuman yang diperkirakan potensial dapat

menimbulkan infeksi pada luka operasi. Ada tiga faktor utama

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

44

dalam memilih jenis antibiotik yang akan digunakan antara lain

spektrum antibiotik obat, sifat farmakokinetik obat, dan

toksisitas obat. Masih ada faktor penting yang perlu

diperhatikan yaitu flora lazim yang timbuh pada tempat yang

akan dibedah dan pola resistensi kuman dirumah sakit

bersangkutan43

.

b. Lama Penggunaan Antibiotik

Berdasarkan pengamatan pada gambar 5.3 penelitian

mengenai lama penggunaan antibiotik pada pasien pasca

operasi appendisitis, diperoleh data bahwa lama penggunaan

antibiotik pada pasien appendisitis mulai dari yang terbesar

berturut-turut adalah 3 hari 62,07%, 4 hari 20,69% , kemudian

5 hari 17,24%.

Dari jumlah total pasien dan lama penggunaan antibiotik

pasca operasi diperoleh rata-rata lama perawatan pasien sebesar

3 hari. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Daskalakis44

, dimana lama penggunaan antibiotik pasca operasi

pada pasien apendisitis minimal 3 sampai 5 hari. Kriteria klinis

untuk menghentikan antibiotik IV adalah tidak terjadi demam,

tanda-tanda dan gejala peningkatan gerak normal sistem

pencernaan, dan pengembalian fungsi usus, dengan beberapa

ahli bedah juga menggunakan penurunan leukositosis46

.

6.1.3. Keadaan Terakhir Pasien Pasca Operasi

Berdasarkan pengamatan pada gambar 5.6 tentang hasil

kondisi terakhir pasien appendisitis setelah dilakukan

pembedahan dan perawatan, maka didapat data yang paling

besar adalah keadaan luka recovery (termasuk gejala yang

dikeluhkan pasien hilang atau tidak ada, nyeri berkurang, dan

masalah teratasi) yaitu 89,66% dan keadaan luka tidak

recovery ( gejala yang dikeluhkan belum hilang, masih nyeri,

dan masalah belum teratasi) yaitu 10,34%.

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

45

Pada penelitian ini, peneliti tidak bisa menyertakan

informasi tentang infeksi luka yang terjadi setelah operasi

karena pada rekam medis tidak dicantumkan data tersebut.

Kemungkinan infeksi luka operasi disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu co-morbiditas pasien dan durasi operasi.

Sedangkan derajat pencemaran luka selama pembedahan

merupakan penyebab tersering terjadinya infeksi pasca bedah,

derajat pencemaran kebanyakan disebabkan oleh

mikroorganisme dan berhubungan langsung dengan prosedur

yang dilakukan.

6.1.4. Lama Penggunaan Antibiotik dan Jenis Antibiotik yang

Digunakan

Berdasarkan pengamatan pada tabel 5.7 tentang lama

penggunaan dan jenis antibiotik yang digunakan pada pasca

operasi appendisitis dapat diketahui bahwa pada ceftriaxone

memiliki tingkat kesembuhan yang tertinggi yaitu 32,75%

pada lama penggunaan 3 hari, 15,52% pada lama penggunaan

4 hari, dan untuk lama penggunaan 5 hari 3,45%. Dari hasil

pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa antibiotik yang

lebih efektif adalah ceftiaxone. Hal ini didukung sebuah artikel

penelitian oleh Woodfield yang menyimpulkan bahwa

ceftriaxone dan cefotaxime terbukti efektif untuk profilaksis

operasi abdomen, tetapi cefotaxime tidak terlalu efektif untuk

apendiktomi tanpa dikombinasikan dengan metronidazole.

Secara keseluruhan ceftriaxone lebih efektif, terutama untuk

mencegah infeksi Staphylococcus aureus, dan memiliki waktu

paruh yang panjang serta tidak memiliki metabolit aktif.49

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

46

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1.KESIMPULAN

a. Antibiotik yang digunakan pada pasca operasi apendisitis dapat

diketahui bahwa pada ceftriaxone memiliki tingkat kesembuhan

yang tertinggi yaitu 32,75% pada lama penggunaan 3 hari, 15,52%

pada lama penggunaan 4 hari, dan untuk lama penggunaan 5 hari

3,45%.

b. Jenis antibiotik yang digunakan pada pasca operasi apendisitis yaitu

Ceftriaxone, Cefotaxime, Cifoperazone, Cefpiron, dan Metronidazol

c. Lama pemberian antibiotik pada pasca operasi appendisitis di

RUMKITAL dr. Mintohardjo mulai dari yang terbesar adalah 3 hari

58,21 %; 4 hari 23,88%; kemudian 5 hari 17,91%.

7.2.SARAN

a. Antibiotik yang digunakan pada tindakan pasca operasi appendisitis

sebaiknya adalah sefalosporin. Salah satu antibiotik dari golongan ini

adalah seftriaxone yang menjadi pilihan utama dengan dasar

pertimbangan memiliki indeks terapi yang baik, toksisitas yang

rendah, penetrasi jaringan yang baik, waktu paruhnya paling panjang

dari golongan sefalosporin yang lain.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas antibiotik

yang digunakan pada pasca operasi appendisitis di RUMKITAL dr

Mintohardjo dengan menggunakan metode prospektif.

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

47 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

DAFTAR PUSTAKA

1. Sisk JE. Apendicitis. 2004. Diakses dari:

http://www.healthofchildern.com/A/Apendicitis.html. 6 Maret 2014.

2. David GA, Nathan S, Fowler BS, dkk. 2010. American Journal of

Epidemiology.132:910-925 (online) diakses dari:

http//:aje.oxfordjournals.org/cgi/contetnt/short/132/5/910.19 Mei 2014.

3. The Society for Surgery of the Alimentary Tract. 2007. SSAT Patient

Care Guidline Apendicitis. (online) diakses dari:

http://www.GuidelinesAPendicitisEN.Cgi.htm.12 Mei 2014.

4. Anita TS. Apendicitis. Faculty of Medicine-University of Riau (online)

diakses dari: http://download.Ziddu.com/Belibis A17

Apendicitis.pdf.html. 21 Mei 2014

5. Depkes RI, Riskesdas. Prevalensi Appendisitis di Indonesia. 2008.

Diakses dari: http://findpdf.net/documents/about-prevalensi-apendisitis-

di-indonesia-prevalensi-apendisitis-di-indonesia-download.html pada

tanggal 21 Mei 2014

6. Janning Stephen W et al. Antimicrobial Prophylaxis in Surgery

Pharmacoterapy A Pathophysiologic Approach Book five. Third

Edition. Appleton and Lange A Simon and Schuster Company. 1997.

7. Costa-Navarro, David, Montiel Jiménez-Fuertes and Azahara Illán-

Riquelme. Laparoscopic appendectomy: quality care and cost-

effectiveness for today’s economy. World Journal of Emergency

Surgery8:45. 2013.

8. Nadiana. Penyakit Radang Usus Buntu/Apendisitis (online). Diakses

dari: http://www.penyakit_radang-usus-buntu_appendicitis.html. 12

Mei 2014.

9. Mawalla, Brian et al. Predictors of surgical site infections among

patients undergoing major surgery at Bugando Medical Centre in

Northwestern Tanzania. BMC Surgery 11:21. 2011.

10. Djojosugito, Ahmad.M. Infeksi Luka Operasi Nosokomial.Penentuan

Faktor Resiko, Kuman Penyebab dan Cara Surveilans serta Penentuan

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

48

Pengaruhnya Terhadap biaya Langsung Perawatan Rumah sakit.

Disertasi Ilmu Kedokteran, Universitas Indonesia.Jakarta. 1990.

11. Warnetty, Hefni. Analisis Efektivitas dan Efisiensi Biaya Pada

Tindakan Apendiktomi Antara Metode Laparoskopi dan Metode

Konvensional di Rumah Sakit Mintohardjo Jakarta. Tesis Ilmu

Kefarmasian. Universitas Pancasila.Jakarta.2012.

12. Prasetya, Bakti Dika. Efektivitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien

Seksio Sesarea Elektif Di Rumah Sakit X Sidoarjo. Calyptra: Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2. No.2.2013.

13. Post –operative wound care. Education Programme for Infection

Control. USA. 2007.

14. Smeltzer, S.C & Brenda G.B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth Vol.1. Jakarta : EGC. 2001.

15. Oswari. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : PT Gramedia. 1989.

16. Sjamsuhidajat, R. & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.

Jakarta : EGC. 2004.

17. Anonim, 2004. Appendicitis. U.S. Deparment of Health and Human

Service. National Institute of Health. Diakses dari :

http://www.digestive.niddk.nih.gov/. 19 April 2014.

18. Gillman AG, Rall TW, Nies AS, an Taylor P (eds). 1996. Goodman

&Gillman The Pharmacological Basic of Therapeutic 9th

ed. New

York. The MC Graw-Hill Companies

19. C.P., Ivan. Karakteristik Penderita Apendisitis di RSUP H.Adam Malik

Medan Tahun 2009. Skripsi Fakultas Kedokteran USU. Medan.2010.

20. Bongala, dkk. Evidence-Based Clinical Practice Guidelines On The

Diagnosis And Treatment Of Aute Apendicitis. Philippine College of

Surgeons Committe on Surgical Infection. 2002.

21. Brill, Andrew et al. The effects of laparoscopic cholecystectomy,

hysterectomy, and appendectomy on nosocomial infection risks. Surg

Endosc. 22:1112–1118. 2000.

22. Djojoningrat D, Rani HAA, Hardjodisastro D. Pemeriksaan Fisis

Abdomen. Dalam Markum HMS, editor. Penuntun Anamnesis dan

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

49

Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2000.

23. Soybel D. Appendix. In: Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, et al.

Surgery Basic Science and Clinical Evidence. 2nd Ed. New York:

Springer. 2008.

24. National Collaborating Centre for Women and Children’s Health.

Surgical site infection: Prevention and Treatment Surgical Site

Infection. National Institute for Health and Clinical Excellence. 2008

25. L,Laurence, John S.Lazo& Keith L.Parker. Goodman & Gillman’s. The

Pharmacological Basic of Therapeutics. Mc Graw-Hill

Companies.2006

26. Dorland WA,Newman. Kamus kedokteran Dorland.

ed.31.2010.Jakarta:EGC

27. Katzung, Bertram G. Basic & Clinical Farmakologi. 10th

Edition. The

Mc Graw-Hill Companies Inc. 2007

28. Staf Pengajar Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Farmakologi dan terapi ed.5. Jakarta:Balai Penerbit FK

UI.2008

29. Hitner,Henry, Barbara Nagle. Basic Pharmacology. The Mc Graw-Hill

Companies.1999

30. Anonim. Informasi obat dotcom. Diakses dari:

http://www.informasiobat.com/metronidazol. 21 mei 2014

31. Anonim. Metronidazole intavena dosage. Diakses dari

http://mims.com/Indonesia/drug/info/metronidazole-intravena#Dosage.

21 mei 2014

32. Anonim. British National Formulary 57. United Kingdom Medicines

Information Pharmacists Group. 2009

33. Anonim, 2004. Appendicitis. U.S. Deparment of Health and Human

Service. National Institute of Health. Diakses dari :

http://www.digestive.niddk.nih.gov/. 19 April 2014.

34. Rahmadina.ANALISIS COST EFFECTIVENESS PENGGUNAAN

ANTIBIOTIKA PADA TERAPI PROFILAKSIS APENDEKTOMI DI

BANGSAL BEDAH RSUP DR M DJAMIL PADANG. Tesis. Program

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

50

Studi Farmasi Komunitas dan Klinis Program Pasca Sarjana Universitas

Andalas. Padang. 2011

35. Anderson, Hugander, A., Thulin, A,, Nystrom, P.O., Olaison, G., 1994,

Indication for operation in suspected appendicitis an incidens of

perforation, Papers, BMJ; 308:107-108 diakses dari

www.bmjjournal.com

36. Korner, Hatwig et al. Incidence of Acute Nonperforated and Perforated

Appendicitis: Age-spesific and Sex Spesific Analysis. World Journal of

Surgery. 313-317. 1997

37. Hamilton, H.K., Rose, M.B., 1982, Professional Guide to Disease, 687-

689, Intermed Communications Inc., Springhouse

38. The Society for Surgery of the Alimentary Tract. SSAT Patient Care

Guidelines Appendicitis (Online) hhtp://www.Guidelines Appendicitis

EN.Cgi.htm Diakses 11 Juli 2014

39. L,Laurence, John S.Lazo& Keith L.Parker. Goodman & Gillman’s. The

Pharmacological Basic of Therapeutics. Mc Graw-Hill

Companies.2006

40. Katzung, Bertram G. Basic & Clinical Farmakologi. 10th

Edition. The

Mc Graw-Hill Companies Inc. 2007

41. Staf Pengajar Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Farmakologi dan terapi ed.5. Jakarta:Balai Penerbit FK

UI.2008

42. Siswandono, Soekardjo B. Kimia Medisinal: Antibiotika. Airlangga

University Press. 1995.

43. Wells BG, Dipiro JT, Swhinghammer TL, Dipiro CV.Pharmacotherapy

Handbook: Infectious Disease. Seventh ed. Newyork. The MC Graw-

Hill Companies Inc 2009

44. Daskalakis, K , C. Juhlin and L. Påhlman. THE USE OF PRE- OR

POSTOPERATIVE ANTIBIOTICS IN SURGERY FOR

APPENDICITIS: A SYSTEMATIC REVIEW. Department of Surgical

Sciences, Uppsala University, University Hospital, Uppsala, Sweden

Scandinavian Journal of Surgery 0: 1–7, 2013

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

51

45. Anonim. British National Formulary 57. United Kingdom Medicines

Information Pharmacists Group. 2009

46. Taylor E, Dev V, Shah D et al: Complicated appendicitis: Is there a

minimum intravenous antibiotic requirement? A prospective

randomized trial. Am Surg.2000

47. Anonim. Handbook of Antimicrobial Therapy. 19th

edition. The Medical

Letter, Inc.New Rochelle, New York 10801-7537.2011.hal 123

48. W, Dale et al. Clinical Practice Guidelines for Antimicrobial

Prophylaxis in Surgery. Am J Health-SystmPharm.2013;70;195-283

49. Woodfield JC, et al. A comparison of the prophylactic efficacy of

ceftriaxone and cefotaxime in abdominal surgery. Am J Surg. January

2002;185:45–9.

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

52

LAMPIRAN

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

53

Tabel.1 Pasien Bedah Appendisitis di Instalasi Rawat inap

Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

No pasien L/p umur

(tahun)

Suhu

(oC)

Leukosit

(µl) Antibiotik dosis

lama perawatan

(hari) keadaan keluar

1 Ny. I P 26 36 4500 Ceftriaxone 2x1 gr 4 membaik

2 An. A p 14 36 6400 Cefotaxime 2x1 gr 3 membaik

3 Ny. S p 64 36 9900 Cefotaxime 2x1 gr 3 membaik

4 Nn. M p 17 36 8400 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

5 Ny. I p 35 36 9100 Ceftriaxone 2x1 gr 5 membaik

6 Nn. H p 21 36.7 8300 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

7 Tn. S l 19 36.2 9200 Ceftriaxone 2x1 gr 4 membaik

8 Tn. S l 43 36 7000 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

9 Ny. M p 38 36.5 8100 Cefotaxime 2x1 gr 3 membaik

10 Ny. R p 27 36.6 7200 Cefotaxime 2x1 gr 4 membaik

11 Ny. I p 25 36.5 6800 Cefotaxime 2x1 gr 3 membaik

12 An. S p 13 36 6200 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

13 Ny. DE p 30 36.5 8000 Ceftriaxone 2x1 gr 5 membaik

14 Nn. F p 20 36 7400 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

15 Ny. MU

p 36

Ceftriaxone+Metronidazole

2x1 gr

3x500

mg

3

membaik

36 5500 Membaik

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

54

16 Nn. AN p 16

36 9700 cefotaxime 2x1 gr 3 membaik

17 Ny. H p 59 36 8700 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

18 Nn. A p 22 36 6100 Cifoperazone 2x1 gr 5 membaik

19 Nn. A p 21 36.5 8800 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

20 Nn. D p 16 36 6500 Cefotaxime 2x1 gr 5 membaik

21 Ny. ES p 28 36 7000 Cefpiron 2x1 gr 5 membaik

22 Ny. FR p

46

Ceftriaxone+Metronidazole

2x1 gr

3 membaik

36.2 6900 3x500

mg

23 Nn. FY p 17 36 8100 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

24 An. G p 14 36 8600 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

25 Nn. GH p 17 36.5 9500 Ceftriaxone 2x1 gr 4 membaik

26 An. GR

p

15

Ceftriaxone+metronidazole

2x1 gr

4 membaik

36 7600 3x500

mg

27 Nn. K p 23 36 9600 Cifoperazone 2x1 gr 3 membaik

28 Nn. N p 26 36.5 8400 Ceftriaxone 2x1 gr 4 membaik

29 Nn. NO p 23 36 7600 Ceftriaxone 2x1 gr 4 membaik

30 Tn. P l 65 36 8700 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

31 Ny. R p 44 36 9400 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

32 Nn. S p 18 37,9 14900 Ceftriaxone 2x1 gr 3 tidak membaik

33 Ny. H

p 45

Ceflazidine+Metronidazole

2x1 gr

5 tidak membaik 37.6 10200 3x500

mg

3x500 mg

34 Nn. I p 20 37.5 11200 Cefotaxime 2x1 gr 3 tidak membaik

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

55

35 Nn. IL p 21 37.7 12000 Cefotaxime 2x1 gr 5 tidak membaik

36 Nn. L

p

23

36.2 6300 Cefotaxime+Metronidazole

2x1 gr 3

membaik

3x500 mg

37 Nn. M p 25 37.6 10200 Ceftriaxone 1x1 gr 3 tidak membaik

38 Ny. M

p

39

Ceftriaxone+Metronidazole

2x1 gr 5 tidak membaik

37.6 10500 3x500 mg

39 Ny. P p 36 36 8100 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

40 Ny. R p 30 36.5 9300 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

41 An. S p 15 36.5 9700 Ceftriaxone 2x1 gr 4 membaik

42 Ny. Y

p

30

36 8600 Cefotaxime+Metronidazole

2x1 gr 3

membaik

3x500 mg

43 Tn. NY l 49 36 9100 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

44 Tn. R l 48 36.5 9600 Cefotaxime 2x1 gr 4 membaik

45 Ny. N

p

38

36 8900 Cefotaxime+Metronidazole

2x1 gr 3

membaik

3x500 mg

46 Nn. SD p 24 36 7800 Cefotaxime 2x1 gr 5 membaik

47 Tn. MF l 21 36 8300 Cefotaxime 2x1 gr 4 membaik

48 An. Al l 17 36 9200 Ceftriaxone 1x1 gr 3 membaik

49 Tn. A l 30 36 8700 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

50 Tn. D

l

42

36 8800 Cefotaxime+Metronidazole

2x1 gr 3 membaik

3x500 mg

51 Tn. D l 36 36.4 6800 Ceftriaxone 2x1 gr 4 membaik

52 Tn. G l 24 36 7400 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

53 Tn. K l 48 36 9800 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

54 Tn. MF l 35 36.5 8200 Cefladizin+Metronidazole 2x1 gr 4 membaik

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

56

3x500 mg

55 Tn. M

l

47

36 7900 Cefotaxime+Metronidazole

2x1 gr 3 membaik

3x500 mg

56 Tn. S l 31 36 8600 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik

57 Tn. T

l

61

36.5 7400 Ciperazone+Metronidazole

2x1 gr 3 membaik

3x500 mg

58 Tn. Y

l

33

36 7200 Ceftriaxone+Metronidazole

2x1 gr 4

membaik

3x500 mg

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

57 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Tabel 2

Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan Appendiktomi

Berdasarkan Jenis Kelamin Di RS. Mintohardjo Periode Januari-

Desember 2013

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 17 29,31

Perempuan 41 70,69

Jumlah 58 100

Tabel 3

Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan Operasi Appendiktomi

Berdasarkan Kelompok UsiaDi RS. Mintohardjo Periode Januari-

Desember 2013

Kelompok Usia

(tahun) Jumlah

Persentase

(%) <15 3 5,17

15-30 32 55,17

31-45 14 24,14

46-60 6 10,34

>60 3 5,17

Jumlah 58 100

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

58

Tabel 4

Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan Appendiktomi

Berdasarkan Lama Hari Pemberian Antibiotik

Di RS. Mintohardjo Periode Januari-Desember 2013

No

Lama

Pemberian

(hari)

Jumlah Persentase

(%)

1 3 36 62,07

2 4 12 20,69

3 5 10 17,24

Jumlah 58 100

Tabel 5

Jenis Antibiotik Yang Dipakai pada Pasien Pasca Operasi Apendisitis

Di RS. Mintohardjo Periode Januari-Desember 2013

Jenis Antibiotik N Persentase

(%)

Terapi Tunggal cefotaxime 11 18,97

ceftriaxone 32 55,17

cifoperazone 2 3,45

cefpiron 2 3,45

Terapi Kombinasi cefotaxime+metronidazole 5 8,62

ceftriaxone+metronidazole 3 5,17

ciperazone+metronidazole 1 1,72

ceftadizin+metronidazole 2 3,45

Jumlah 58 100

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

59

Tabel 6

Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan Appendiktomi

BerdasarkanKondisi Terakhir Pasien Setelah Dirawat

Di RS. Mintohardjo Periode Januari-Desember 2013

Tabel 7

Lama Penggunaan dan Jenis Antibiotik pada Pasien yang Recovery

Penilaian Klinis Jumlah Persentase

(%)

Keterangan

Recovery 52 89,66

Efektif

Tidak recovery 6 10,34 Tidak Efektif

Jumlah 58 100

Lama Penggunaan Jenis Antibiotik n %

3 hari cefotaxime 3 5,17

ceftriaxone 19 32,75

cifoperazone 1 1,72

cefotaxime+metronidazole 6 10,34

ceftriaxone+metronidazole 2 3,45

ciperazone+metronidazole 1 1,72

4 hari cefotaxime 4 6,90

ceftriaxone 9 15,52

ceftriaxone+metronidazole 2 3,45

ceftadizin+metronidazole 1 1,72

5 hari cefotaxime 2 3,45

ceftriaxone 2 3,45

cifoperazone 1 1,72

cefpiron 1 1,72

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA E yang D pada Pasca …...UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. E. fektivitas. Antibiotik. yang Digunakan pada Pasca Operasi Apendisitis Di RUMKITAL dr

60

Tabel 8

Lama Penggunaan dan Jenis Antibiotik pada Pasien yang Tidak Recovery

Lama Penggunaan Jenis Antibiotik n %

3 hari cefotaxime 2 3,45

ceftriaxone 2 3,45

ceftriaxone+metronidazole 1 1,72

5 hari cefotaxime 1 1,72

ceflazidin+metronidazole 1 1,72

ceftriaxone+metronidazole 1 1,72