ubmoisturizing

28
JURNAL PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA Hari / Jam Praktikum : Rabu / 10.30 12.30 Golongan / Kelompok : U / B Materi : Moisturizing Cream (kombinasi) Anggota Kelompok : Septin Putri A. / 2443012061 Hety Setya / 2443012087 Chrisantus Surya / 2443012102 Eka Fauziah / 2443012104 I. NAMA SEDIAAN KOSMETIKA Krim Pelembab (Moisturizing Cream) II. TINJAUAN TENTANG KRIM PELEMBAB Dari semua keunggulan yang dimiliki oleh krim kosmetik, “moisturizing” atau pelembut yang paling banyak digunakan. Istilah moisturizer berasal dari penemuan bahwa air adalah satu- satunya bahan yang akan melapisi lapisan terluar epidermis sehingga memberikan kesan lembut dan halus pada kulit. Jika air secara cepat berkurang atau hilang dari lapisan stratum korneum kemudian menerima air dari lapisan terendah dari epidermis, maka kulit akan menjadi dehidrasi dan kehilangan kelenturannya (flexibility). Blank menunjukkan lapisan minyak saja tidak akan mengembalikan kelenturan kulit. Ada 2 tipe dasar dari kulit yang kering. Yang pertama disebabkan oleh kontak yang berkepanjangan dari kelembapan kulit yang rendah dan pergerakan udara yang memodifikasi tingkat hidrasi normal dari stratum korneum. Yang kedua disebabkan oleh perubahan kimia atau fisika pada kulit yang disebabkan karena proses seperti penuaan, pengurangan berat badan dll. Perubahan yang disebabkan karena penuaan dianggap lebih dominan karena pengaruh dari sinar ultraviolet, tampaknya dibenarkan bila kita menganggap antara kulit pada bagian tubuh yang biasanya tertutup dan yang tidak tertutup. Pendekatan untuk penyimpanan air pada kulit kering telah diambil 3 rute yang berbeda yaitu : occlusion, humectancy, dan restoration dari kekurangan bahan-bahan-yang mungkin dikombinasikan. Occlusion termasuk dalam pengurangan kecepatan dari kehilangan air transepidermal melalui kulit yang tua atau rusak atau perlindungan kulit yang sehat dari efek lingkungan yang sangat kering Telah ditunjukkan bahwa, sifat occlusi pada kulit merupakan hasil dari penurunan yang terjadi sekaligus dari kecepatan penurunan air melalui epidermis. Efek inilah yang diinginkan yakni menyebabkan stratum corneum menjadi lebih “hydrated” membuatnya lebih lembut dan

Upload: steviniaashika

Post on 18-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

UBMoisturizing

TRANSCRIPT

  • JURNAL PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA

    Hari / Jam Praktikum : Rabu / 10.30 12.30

    Golongan / Kelompok : U / B

    Materi : Moisturizing Cream (kombinasi)

    Anggota Kelompok : Septin Putri A. / 2443012061

    Hety Setya / 2443012087

    Chrisantus Surya / 2443012102

    Eka Fauziah / 2443012104

    I. NAMA SEDIAAN KOSMETIKA

    Krim Pelembab (Moisturizing Cream)

    II. TINJAUAN TENTANG KRIM PELEMBAB

    Dari semua keunggulan yang dimiliki oleh krim kosmetik, moisturizing atau pelembut

    yang paling banyak digunakan. Istilah moisturizer berasal dari penemuan bahwa air adalah satu-

    satunya bahan yang akan melapisi lapisan terluar epidermis sehingga memberikan kesan lembut

    dan halus pada kulit.

    Jika air secara cepat berkurang atau hilang dari lapisan stratum korneum kemudian

    menerima air dari lapisan terendah dari epidermis, maka kulit akan menjadi dehidrasi dan

    kehilangan kelenturannya (flexibility). Blank menunjukkan lapisan minyak saja tidak akan

    mengembalikan kelenturan kulit.

    Ada 2 tipe dasar dari kulit yang kering. Yang pertama disebabkan oleh kontak yang

    berkepanjangan dari kelembapan kulit yang rendah dan pergerakan udara yang memodifikasi

    tingkat hidrasi normal dari stratum korneum. Yang kedua disebabkan oleh perubahan kimia atau

    fisika pada kulit yang disebabkan karena proses seperti penuaan, pengurangan berat badan dll.

    Perubahan yang disebabkan karena penuaan dianggap lebih dominan karena pengaruh dari

    sinar ultraviolet, tampaknya dibenarkan bila kita menganggap antara kulit pada bagian tubuh yang

    biasanya tertutup dan yang tidak tertutup.

    Pendekatan untuk penyimpanan air pada kulit kering telah diambil 3 rute yang berbeda

    yaitu : occlusion, humectancy, dan restoration dari kekurangan bahan-bahan-yang mungkin

    dikombinasikan.

    Occlusion termasuk dalam pengurangan kecepatan dari kehilangan air transepidermal

    melalui kulit yang tua atau rusak atau perlindungan kulit yang sehat dari efek lingkungan yang

    sangat kering

    Telah ditunjukkan bahwa, sifat occlusi pada kulit merupakan hasil dari penurunan yang

    terjadi sekaligus dari kecepatan penurunan air melalui epidermis. Efek inilah yang diinginkan

    yakni menyebabkan stratum corneum menjadi lebih hydrated membuatnya lebih lembut dan

  • lentur. Bagaimanapun efek terakhir dari dari ekstra hidrasi ini adalah untuk meningkatkan

    koefisien difusi dari air yang melewati epidermis, jadi dalam waktu satu jam aplikasi, contohnya

    petroleum jelly untuk kesehatan kulit, kecepatan kehilangan air secara actual meningkat pada nilai

    yang lebih tinggi dari nilai pre-treatmentnya.

    Pada akhirnya, banyak occlusive, substansi-substansi non-water-permeable bisa digunakan,

    di antaranya minyak mineral dan sayuran, lanolin dan silicon. Material-material sederhana

    kadang-kadang telah ditambah dengan penggunaan campuran lipid dan kimia lemak lainnya yang

    telah didesain untuk meniru komposisi sekresi minyak dari kulit. (sekresi tersebut, mungkin telah

    berhenti terjadi pada kulit kering, ini terjadi pada sebagian penyebab kekeringan) Kegunaan dari

    campuran lapisan lemak kulit buatan belum dicatat secara komersial atau bahkan kesuksesan

    ilmuan, karena susah untuk memformulasinya menjadi emulsi yang dapat dipertahankan secara

    mikrobiologi, dan karena campuran lapisan lemak buatan belum ditunjukkan untuk perbaikan

    lebih sederhana, lebih murah, dan minyak tersedia seperti yang dijelaskan di atas. Seperti yang

    diharapkan, komposisi kimia yang diharapkan dari berbagai sekresi-sekresi kulit dengan sisi kulit,

    umur dan waktu.

    Alternativenya, penggunaan bahan simpler film foaming seperti albumin,

    mucopolysacharida, campuran 20 asam amino seperti yang ditemukan di kulit, keratin, gelatin dan

    hydrolisa protein. Jika ekstrak buah dan sayur bernilai, adalah mungkin berdasarkan asam

    poliuronic, gula, amina dan asam amino diklaim dalam paten untuk penggunaan ekstrak bamboo

    untuk hidrasi dan melindungi kulit. Ekstrak kaktus diklaim oleh patent yang lain, sementara

    Massera dan Fayaud memuji penggunaan berbagai macam jus buah sebagai sebuah supplemen

    untuk diet nutrisi. Beberapa dari bahan yang disebutkan sukses digunakan oleh konsultan

    kecantikan tetapi tidak secara umum digunakan dalam produk pasaran (Harrys,2011)

  • III. TUJUAN PEMAKAIAN

    1. Untuk membantu mengurangi kekeringan kulit.

    2. Memperbaiki pertahanan kulit yang rusak.

    3. Meningkatkan jumlah air (melembabkan).

    4. Mengembalikan kehalusan dan kelembutan kulit kasar dan pecah pecah.

    5. Menurunkan laju pengurangan air pada lapisan transepidermal.

    6. Mengembalikan fungsi lapisan air dan lemak.

    IV. KARAKTERISTIK SEDIAAN

    1. Memiliki tipe emulsi minyak dalam air.

    2. Mudah untuk diaplikasikan atau dioleskan.

    3. Mudah tercucikan air.

    4. Dapat melembabkan kulit.

    5. Meningkatkan hidrasi pada kulit sehingga permukaan kulit menjadi halus dan lembut.

  • PERHITUNGAN HLB

    Tabel nilai rentang HLB dan tipe emulsi

    Perhitungan HLB Formula Standar

    Bahan Konsentrasi Nilai

    HLB HLB

    Asam Stearat 15 % 15

    KOH 0,7 % 15,5

    Nilai HLB Formula standart 15,03 sehingga masuk dalam tipe emulsi O/W

    Perhitungan HLB Formula Pembanding

    Tidak dapat dilakukan karena tidak diketahui konsentrasi dari masing-masing bahan

    Perhitungan HLB Formula Modifikasi

    Bahan Konsentrasi Persentase Nilai

    HLB HLB

    Asam Stearat 8 %

    15

    Mineral Oil 10 %

    10,5

    TEA 1,6 %

    12

    Propilen glikol 3 %

    2,5

    BHT 0,1 %

    1,19

    22,7 % 11,0752

    Nilai HLB Formula standart 15,03 sehingga masuk dalam tipe emulsi O/W

    (Lampiran 19)

  • MODIFIKASI FORMULA

    Modifikasi dilakukan terhadap formula standart.

    MODIFIKASI BAHAN AKTIF

    1. Penggantian Konsentrasi Asam Stearat

    a) Asam stearat yang digunakan adalah 15%. Asam stearat dikombinasi dengan KOH

    sehingga membentuk emulgator yang cocok untuk sediaan krim pelembab. Hal ini sesuai

    dengan penelitian yang dilakukan oleh Rao, et al., 2010.

    b) Menurut Rowe, et.al., 2009 asam stearat digunakan untuk emulsifying agent pada

    konsentrasi 1 20 % sehingga konsentrasi yang kami gunakan masuk dalam range (Rowe,

    et.al., 2009).

    2. Penambahan Gliserin

    a) Penambahan gliserin untuk humektan sehingga nyaman digunakan sehari hari.

    b) Gliserin dapat menarik air dari atmosfir, sehingga dapat meningkatkan kadar air pada kulit.

    c) Gliserin tidak hanya meningkatkan hidrasi dari elemen struktural stratum korneum, tapi

    juga menghambat fase transmisi stratum korneum sehingga memberi efek keratolitik

    dengan degradasi desmosom yang mempengaruhi fungsi protektif kulit untuk melawan

    iritasi dan penetrasi zat melalui stratum korneum, memplatisisasi kulit, menurunkan

    pemecahan jaringan, menstabilkan kolagen kulit, dan meningkatkan proses penyembuhan

    (Fluhr, Bronkessel, and Berardesca, 2006).

    d) Gliserin efektif sebagai pelembab jika diberikan pada konsentrasi diatas 3 % (Fluhr,

    Bronkessel, and Berardesca, 2006).

    e) Gliserin menyebabkan rasa berat sehingga untuk menutupi perlu dikombinasi dengan

    humektan lain (Zocchi, 2001).

    f) Konsentrasi gliserin yang digunakan lebih rendah daripada konsentrasi standart, hal ini

    dikarenakan gliserin pada standart tidak dikombinasi dengan humektan lain sehingga dia

    hanya bekerja maksimal untuk humektan. Sedangkan untuk modifikasi, humektan yang

    digunakan ada 2 jenis yaitu propilen glikol dan gliserin sehingga fungsi humektan pada

    gliserin dibantu oleh propilen glikol. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno,

    2012 kombinasi gliserin dan propilen glikol sebagai humektan terbaik adalah 5 % dan 3 %

    Konsentrasi terpilih: 5%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno, 2014

    konsentrasi gliserin sebagai humektan yang terbaik adalah 5% sehingga kami memilih

    konsentrasi 5%

    Alasan: Konsentrasi lazim gliserin sebagai emolien dan humektan adalah kurang dari 30%

    (Rowe, et.al., 2009).

  • 3. Propilen Glikol

    a) Penggunaan kombinasi gliserin dan propilen glikol secara bersamaan dimaksudkan karena

    gliserin memiliki viskositas yang rendah , namun memberikan kelembutan yang nyaman

    digunakan, sedangkan propilen glikol memiliki viskositas yang lebih tinggi tetapi kurang

    nyaman dalam pengaplikasiannya karena menimbulkan rasa lengket (Loden, 2001)

    b) Propilen glikol lebih stabil apabila dikombinasi dengan gliserin karena keduannya saling

    menutupi efek samping (Loden, 2001)

    Propilen glikol digunakan dengan konsentrasi 3 % hal ini sesuai dengan penelitian yang telah

    dilakukan Sutrisno,2014.

    4. Penurunan konsentrasi KOH

    a) KOH berfungsi sebagai alkalizing agent (Rowe, et.al., 2009).

    b) KOH yang digunakan adalah 0,5 % hal ini dikombinasi dengan asam stearat sebanyak

    15%. Sehingga dengan perbandingan konsentrasi tersebut diharapkan dapat membentuk

    sediaan yang bagus dan berfungsi sebagai emulgator pada sediaan krim pelembab. (Rao, et

    al.,2010)

    5. Penambahan Mineral Oil

    c) Mineral oil berfungsi sebagai occlusive, menurut penelitian yang dilakukan oleh

    Widyaningrum, minyak mineral yang digunakan dengan konsentrasi 2 %. Minyak mineral

    dapat digunakan sebagai pengemulsi, dan emolien yang dapat meningkatkan stabilitas.

    Konsentrasi lazim yang dapat digunakan 1 32 % (Rowe, et.al., 2009).

    6. Penambahan Metil paraben dan Propil paraben

    Sediaan yang kami gunakan dalam bentuk minyak dalam air sehingga kami menggunakan

    pengawet supaya tidak terjadi pertumbuhan mikroba dalam sediaan, karena air merupakan

    media utama pertumbuhan mikroba.

    Konsentrasi yang dipilih 0,18 % untuk metyl paraben dan 0,02 untuk propyl paraben, hal

    tersebut sesuai dengan buku HPE edisi 6 (Rowe, et.al., 2009).

    7. Penambahan BHT

    Sediaan yang kami gunakan dalam bentuk minyak dalam air sehingga kami menambahkan

    antioksidan untuk mencegah terjadinya oksidasi dari minyak. Konsentrasi yang kami gunakan

    0,1 % hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Husna, et al,. 2012

  • Berfungsi sebagai antioksidan. Sehingga diharapkan dapat mencegah ketengikan yang

    dihasilkan dari peruraian minyak. BHT berfungsi sebagai antioksidan pada konsentrasi 0,0075

    1 % (Rowe, et.al., 2009).

  • V. MATRIKS

    No. Nama

    Bahan Sifat Kimia Sifat Fisika

    Kadar Fungsi

    Nilai

    HLB OTT Alasan

    Lazim Terpilih

    1. Gliserin PH : 7 Pemerian :

    cairan jernih seperti

    sirup, tidak berwarna;

    rasa manis; hanya boleh

    berbau khas lemah

    (tajam atau tidak enak).

    Higroskopik; netral

    terhadap lakmus

    (Departemen Kesehatan

    RI, 1995).

    30 %

    (Rowe,

    et.al.,

    2009).

    5 % Antimicrobial

    preservative;

    cosolvent;

    emollient;

    humectant;

    plasticizer;

    solvent;

    sweetening

    agent; tonicity

    agent.

    (Rowe, et.al.,

    2009)

    - Gliserin dapat

    meledak jika

    dicampur dengan

    oksidator kuat

    seperti kromium

    trioksida, potasium

    klorat atau kalium

    permanganat.

    Terjadi perubahan

    warna gliserin

    menjadi hitam jika

    terkena cahaya atau

    kontak dengan seng

    oksida atau bismut

    nitrat

    (Rowe, et.al., 2009).

    Gliserin digunakan

    terutama untuk sifat

    humektan dan

    emoliennya dalam

    krim

    (Rowe, et.al., 2009).

    Stabilitas :

    Gliserin bersifat

    higroskopis . Gliserin

    murni tidak rentan

    terhadap oksidasi

    oleh suasana di

    bawah kondisi

    penyimpanan biasa ,

    tetapi terurai pada

    pemanasan dengan

    akrolein . Campuran

    Kelarutan :

    Acetone mudah larut

    Benzene praktis

    tidak larut

    Chloroform praktis

    tidak larut

    Ethanol (95%) larut

    Ether 1 : 500

    Ethyl acetate 1 : 11

    Methanol larut

    Oils praktis tidak

  • gliserin dengan air ,

    etanol ( 95 % ) , dan

    propilen glikol stabil

    secara kimiawi

    (Rowe, et.al., 2009).

    larut

    Water larut

    (Rowe, et.al., 2009).

    3. Propylen

    Glycol

    pH : 7 ** Pemerian :

    cairan kental, jernih,

    tidak berwarna; rasa

    khas; praktis tidak

    berbau; menyerap air

    pada udara lembab

    (Departemen Kesehatan

    RI, 1995).

    15 %

    (Rowe,

    et.al.,

    2009).

    3 % Antimicrobial

    preservative;

    disinfectant;

    humectant;

    plasticizer;

    solvent;

    stabilizing

    agent; water-

    miscible

    cosolvent.

    - Propylene glycol

    tidak kompatibel

    dengan reagen

    pengoksidasi seperti

    kalium permanganat

    (Rowe, et.al., 2009).

    Propylen glycol

    digunakan sebagai

    humectan dan emolien

    dalam sediaan krim

    (Rowe, et.al., 2009).

    Stabilitas :

    Pada suhu dingin,

    propilen glikol stabil

    dalam keadaan

    tertutup, tetapi pada

    suhu tinggi , di

    tempat terbuka , ia

    cenderung untuk

    mengoksidasi,

    sehingga

    menimbulkan produk

    Kelarutan :

    Dapat bercampur

    dengan air, dengan

    aseton, dan dengan

    kloroform; larut dalam

    eter dan dalam

    beberapa minyak

    esensial; tetapi tidak

    dapat bercampur

    dengan minyak lemak

    (Departemen Kesehatan

  • seperti

    propionaldehida ,

    asam laktat , asam

    piruvat , dan asam

    asetat. Propylene

    glycol stabil secara

    kimiawi saat

    dicampur dengan

    etanol ( 95 % ) ,

    gliserin , atau air ;

    larutan air dapat

    disterilkan dengan

    autoklaf.

    Propylene glycol

    higroskopis dan harus

    disimpan dalam

    tempat tertutup ,

    terlindung dari

    cahaya , di tempat

    yang sejuk dan kering

    (Rowe, et.al., 2009).

    RI, 1995).

  • 4. Mineral

    oil

    pH : Pemerian : cairan

    berminyak, jernih, tidak

    berwarna, bebas atau

    praktis bebas dari

    fluoresensi. Dalam

    keadaam dingin tidak

    berbau, tidak berasa dan

    jika dipanaskan berbau

    minyak tanah lemah.

    1 - 32%

    (Rowe, et

    al, 2009)

    2 % Occlusive

    (Rowe, et al,

    2009).

    10,5 Tidak kompatibel

    dengan oksidator

    kuat

    (Rowe, et al, 2009).

    Dapat digunakan

    sebagai pengemulsi,

    dan emolien yang

    dapat meningkatkan

    stabilitas.

    Stabilitas :

    Minyak mineral

    mengalami oksidasi

    bila terkena panas

    dan cahaya .

    Oksidasi dimulai

    dengan pembentukan

    peroksida , yang

    menunjukkan

    ' Periode induksi ' .

    Dalam kondisi biasa ,

    Kelarutan : tidak larut

    dalam air dan dalam

    etanol; larut dalam

    minyak menguap;dapat

    bercampur dengan

    minyak lemak; dengan

    bercampur dengan

    minyak jarak.

    (Rowe, et al, 2009)

  • periode induksi

    mungkin waktu

    berbulan-bulan atau

    bertahun-tahun .

    Namun, setelah jejak

    peroksida

    terbentuk , oksidasi

    lebih lanjut

    autokatalitik dan hasil

    sangat

    secara cepat. Hasil

    oksidasi dalam

    pembentukan aldehid

    dan

    asam organik , yang

    memberi rasa dan bau

    . Stabilizer mungkin

    ditambahkan untuk

    menghambat oksidasi

    ; hydroxyanisole

    butylated , butylated

    hydroxytoluene , dan

    alpha tocopherol

    adalah yang paling

  • umum digunakan

    antioksidan .

    Minyak mineral dapat

    disterilkan dengan

    panas kering .

    Minyak mineral harus

    disimpan dalam

    wadah kedap udara ,

    dilindungi

    dari cahaya , di

    tempat yang sejuk

    dan kering .

    (Rowe, et al, 2009)

    5. Asam

    stearat

    Stabilitas : Asam

    stearat merupakan

    bahan yang stabil,

    mungkin juga dapat

    di tambahkan

    antioksidan

    (Rowe, et.al., 2009)

    Pemerian : Putih

    kekuningan, agak

    mengkilat, kristal putih

    atau serbuk

    kekuningan, sedikit

    berbau.

    1-20%

    (Rowe,

    et.al.,

    2009)

    15% Emulsifying

    agent;

    solubilizing

    agent; tablet and

    capsule

    lubricant

    (Rowe, et.al.,

    2009)

    15 Asam stearat tidak

    kompatibel dengan

    kebanyakan logam

    hidroksida, dan

    mungkin tidak

    kompatibel dengan

    basa, zat pereduksi

    dan oksidator

    Asam stearat

    digunakan sebagai

    pengemulsi dan agen

    pelarut. Ketika

    sebagian dinetralkan

    dengan alkali atau

    trietanolamine, asam

    stearat dapat

  • (Rowe, et.al., 2009 p

    698)

    digunakan dalam

    penyusunan krim

    (Rowe, et.al., 2009 p

    697)

    )

    Kelarutan : larut

    dalam 1 : 5 benzena, 1 :

    6 karbon tetraklorida, 1

    : 2 kloroform, 1: 15

    etanol, 1 : 3 eter, praktis

    tidak larut dalam air.

    Titik leleh : 66 - 69C

    (Rowe, et.al., 2009)

    6. Methyl

    paraben

    pH : 4 - 8

    (Rowe, et.al., 2009)

    Pemerian : Kristal tak

    berwarna atau bubuk

    putih, tidak berbau,

    sedikit pedas

    0.02-0.3%

    (Rowe,

    et.al.,

    2009)

    0,18% Antimicrobial

    (Rowe, et.al.,

    2009)

    - Aktifitas

    antimikroba metil

    paraben dapat

    berkurang dengan

    adanya surfaktan

    nonionik seperti

    polisorbat80 akibat

    dari micellization.

    Berfungsi sebagai

    pengawet. Range

    konsentrasi 0.02-

    0.3%. Paraben

    memiliki efek

    antimikroba spektrum

    luas, meskipun sangat

    efektif terhadap

    Stabilitas : Stabil

    pada larutan air pH 3

    6 sampai sekitar 4

    Kelarutan : larut 1:400

    air, 1:50 air 80C, 1:3

    etanol 95%, 1:10 eter,

  • tahun pada suhu

    kamar (Rowe, et.al.,

    2009)

    1:60 gliserin (Rowe,

    et.al., 2006)

    Titik leleh : 125-128

    C

    (Rowe, et.al., 2009)

    Tidak kompatibel

    dengan bahan lain

    seperti tragakan,

    sorbitol, Natrium

    alginat, atropin.

    (Rowe, et.al., 2009 p

    443)

    kapang dan khamir

    (Rowe, et.al., 2009, ).

    7. Propyl

    paraben

    pH : 4 8

    (Rowe, et.al., 2009).

    Pemerian : Kristal atau

    bubuk putih, tidak

    berbau, tidak berasa

    0.01-0.6%

    (Rowe,

    et.al.,

    2009)

    0,02% Antimicrobial

    (Rowe, et.al.,

    2009)

    Aktifitas

    antimikroba profil

    paraben dapat

    berkurang banyak

    dengan adanya

    surfaktan non ionik

    akibat dari

    micellization.

    (Rowe, et.al., 2009)

    Berfungsi sebagai

    pengawet. Range

    konsentrasi 0.01-

    0.6%. Paraben

    memiliki efek

    antimikroba spektrum

    luas, meskipun sangat

    efektif terhadap

    kapang dan khamir.

    (Rowe, et.al., 2009).

    Stabilitas : Stabil

    pada larutan air pH 3

    6 sampai sekitar 4

    tahun pada suhu

    kamar (Rowe, et.al.,

    Kelarutan : 1:1,1

    etanol 95%, 1:250

    gliserin, 1:225 air 80C

    Titik didih : 295C

    Titik leleh : 96-99C

  • 2009).

    (Rowe, et.al., 2009).

    8. BHT Stabilitas :

    Paparan cahaya ,

    kelembaban , dan

    panas. Butylated

    hydroxytoluene harus

    disimpan dalam

    tempat tertutup,

    terlindung dari

    cahaya , di tempat

    yang sejuk dan kering

    (Rowe, et.al., 2009).

    Pemerian :

    Hablur padat, putih; bau

    khas, lemah

    (Departemen Kesehatan

    RI, 1995).

    Kelarutan :

    Tidak larut dalam air

    dan propilen glikol;

    mudah larut dalam

    etanol, dalam kloroform

    dan dalam eter

    (Departemen Kesehatan

    RI, 1995).

    0,0075 1

    %

    (Rowe,

    et.al.,

    2009).

    0,1 Antioxidant

    (Rowe, et.al.,

    2009).

    - Butylated

    hydroxytoluene

    adalah fenolik dan

    mengalami reaksi

    karakteristik fenol.

    Hal ini tidak sesuai

    dengan agen

    pengoksidasi kuat

    seperti peroksida dan

    permanganates .

    Kontak dengan

    oksidator dapat

    menyebabkan

    pembakaran spontan

    . Garam besi

    menyebabkan

    perubahan warna

    dengan hilangnya

    aktivitas .

    Pemanasan dengan

    katalitik asam

    BHT mempunyai efek

    antioksidan pada

    kadar 0,0075 1 %.

    Sehingga dapat

    mencegah ketengikan

    dari minyak.

  • menyebabkan

    dekomposisi yang

    cepat dengan merilis

    gas

    isobutene yang

    mudah terbakar

    (Rowe, et.al., 2009).

    9. KOH pH :

    Stabilitas :

    Pemerian :

    Kelarutan :

    (Rowe, et.al., 2009).

    (Rowe,

    et.al.,

    2009).

    10. Water pH : 5 7 Pemerian :

    Cairan jernih, tidak

    berwarna, tidak berbau

    (Departemen Kesehatan

    RI, 1995).

    qs qs solvent - - Sebagai pelarut

  • BENTUK SEDIAAN DASAR

    a. Bentuk : Krim

    b. Definisi : Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

    bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah

    ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang

    mempunyai kosistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air

    dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih

    diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau

    dispersi mikrokristal asam asam lemak atau alkohol berantai panjang

    dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk

    penggunaan kosmetika atau estetika. Krim dapat digunakan untuk

    pemberian obat secara vaginal (Departemen Kesehatan RI, 1995).

    c. Persyaratan umum :

    Tidak mengiritasi kulit

    Tidak berbau tengik

    pH netral, mudah dioleskan pada kulit

    (Harrys cosmeticology, p.60).

    BENTUK SEDIAAN KOSMETIK TERPILIH

    a. Bentuk : Moisturizing Cream

    b. Definisi : Campuran yang membentuk barir pada kulit yang akan menghambat

    penguapan air, menyembuhkan luka pada kulit; humektan yang bekerja

    sebagai penyerap kelembapan udara, emollient yang berfungsi sebagai

    lubricant dan menyebabkan kulit kelihatan lebih halus (Holistic Brauty

    From the Inside Out : Your Complete Guide to Natural Health)

    c. Persyaratan umum :

    Oil low content

    Mudah disebarkan

    Mudah merata

    (Harrys Cosmeticology, p.51)

    VI. SUSUNAN FORMULA

    Penentuan bobot sediaan untuk 1 resep

    - Luas permukaan wajah= 565 cm2 0,8 gram 2x sehari

  • - Perkiraan lama penggunaan krim = 2 hari sekali untuk 21 hari

    Bobot sediaan yang dibutuhkan =

    No Nama Bahan Sinonim Titik leleh

    (oC)

    pH

    Konsentrasi 1 Resep

    u/ 30 g

    (gram)

    1 batch

    u/ 5R/

    (gram)

    Awal

    (%)

    Modifikasi

    (%)

    1 Asam Stearat Asam

    stearat 69 - 70 15,00 8,00 2,40 12,00

    2 Gliserin Gliserol 17,8 7 8,00 5,00 1,50 7,50

    3 Lanolin

    4 Urea Urea 135 4 - 8 - 1,00 0,30 1,50

    5 Propilen

    Glikol

    Propilen

    Glikol 59 7 - 3,00 0,90 4,50

    6 Triethanolami

    ne TEA - 1,60 0,48 2,40

    7 Metil Paraben Nipagin 125 128 4 - 8 - 0,18 0,054 0,27

    8 Propil

    Paraben Nipasol 95 98 4 - 8 - 0,02 0,006 0,03

    9 BHT BHT 70 9 - 0,10 0,03 0,15

    10 Air Akuades 7 qs qs Ad 30

    gram

    Ad 150

    gram

    Perhitungan Sisa Air

    Sisa air untuk 1 resep 30 2,4 1,5 3 0,3 0,90 0,48 0,054 0,006 0,03 = 21,33 ml

    Sisa air untuk 1 bets 150 12 7,5 15 1,5 4,5 2,4 0,27 0,03 0,15 = 106,65 ml

  • VII. RANCANGAN CARA PEMBUATAN

    1. BASIS

    a. Preparasi fase minyak

    1. Menimbang asam stearat sebanyak 12 gram menggunakan cawan porselen.

    2. Menimbang lanolin sebanyak .... gram menggunakan cawan porselen

    3. Menimbang trietanolamin sebanyak 2,4 gram menggunakan cawan porselen.

    4. Memanaskan cawan di atas waterbath dengan suhu 75OC (Campuran 1)

    5. Menambahkan BHT sebanyak 0,030 gram ke dalam campuran 1.

    6. Memanaskan di atas water bath dengan suhu 750C

    b. Preparasi Fase Air

    1. Menimbang Nipagin 0.108 gram dan Nipasol 0.012 gram menggunakan kertas

    perkamen.

    2. Melarutkan nipagin dan nipasol dengan propilen glikol.

    3. Menimbang gliserin sebanyak 7,5 gram menggunakan cawan porselen.

    4. Menimbang Urea sebanyak 1,50 gram dengan kertas perkamen.

    5. Mencampurkan fase air (campuran 2)

    6. Mengukur air sebanyak 106 ml menggunakan gelas ukur.

    7. Memanaskan di atas water bath dengan suhu 700C

    2. KRIM

    a. Menyiapkan mortir panas (dengan diberi sedikit alkohol lalu dibakar dengan api).

    b. Memasukkan fase minyak

    c. Memasukkan dengan segera fase air.

    d. Melakukan pengadukan kuat secara terus menerus hingga mortir menjadi dingin

    e. Melanjutkan pengadukan hingga campuran di dalam mortir memadat membentuk krim.

    f. Memasukkan krim kedalam wadah yang telah dipersiapkan.

    g. Meletakkan dalam dus dan diberi label yang sesuai.

  • Fase minyak Fase air

    Asam sterat, Mineral oil, BHT, TEA Gliserin, Urea, nipagin + nipasol di

    propilen glikol

    Panaskan suhu 75 oC Panaskan suhu 75

    oC

    Campurkan fase minyak dan

    air dalam mortir panas, aduk

    konstan

  • VIII. SPESIFIKASI SEDIAAN AKHIR

    No Kriteria Uji Spesifikasi

    1 Organoleptis

    Warna

    Bau

    Bentuk

    Perabaan

    Kuning

    Bau Khas

    Krim opaque

    Lembut

    2 pH 6,0 7,0 (Depkes RI, 1985)

    3 Homogenitas Homogen (Depkes RI, 1985)

    4 Viskositas (25oC) 30000 - 700000 cps (Buhse, 2003).

    5 Daya Sebar Mudah menyebar (Depkes RI, 1985)

    6 Daya Tercucikan Air Mudah tercucikan air (Depkes RI, 1985)

    7 Tipe emulsi Minyak dalam air (Depkes RI, 1985)

    8 Ukuran partikel 1 100 m (Ansel, 1995).

    9. Iritasi kulit Tidak mengiritasi (Wathoni, et al., 2009).

    10. Aseptabilitas

    Mudah diratakan (Panda, 2000)

    Lembut (Panda, 2000)

    Mudah dibersihkan (Sahu, Jha, and Dubey, 2011)

    IX. RANCANGAN EVALUASI

    1. Pengamatan Organoleptis

    Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bentuk luar, dan bau dari sediaan krim.

    Cara mengetahui bentuk penampakan krim (opaque / transluen) adalah dengan menggunakan dua gelas

    arloji datar kemudian meratakan sejumlah sediaan dengan gelas arloji tersebut. Sediaan yang terdapat di

    gelas arloji diterawang dengan menggunakan lampu atau senter (Depkes RI, 1985) Pemeriksaan pH

    Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan cara sediaan krim ditimbang sebanyak 1 gram dan diencerkan

    dengan aquades 10 ml. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sampel krim yang telah diencerkan

    hingga pada monitor jarum menunjukkan angka yang stabil (Depkes RI, 1985)

    2. Penentuan Tipe emulsi

    Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan menimbang 0,1 gram krim kemudian diberi 1 tetes metilen biru

    di amati dibawah mikroskop, jika warna menyebar merata pada krim berarti tipe krim adalah minyak

  • dalam air, tetapi jika warna hanya berupa bintik bintik berarti tipe krim adalah air dalam minyak

    (Depkes RI, 1985)

    3. Pengukuran Ukuran partikel

    Pengukuran dilakukan dengan mengamati obyek dibawah mikroskop yang dilengkapi mikrometer okuler.

    Krim ditimbang sebanyak 0,1 gram, kemudian diencerkan dengan air suling sampai 1 ml. Hasil

    pengenceran tersebut diambil sedikit demi sedikit dan diteteskan pada kaca obyek, lalu dilakukan

    pengukuran partikel sampai dengan 300 partikel (Anggraini, Malik, dan Susiladewi, 2011). Batas ukuran

    partikel emulsi adalah 1 100 m (Ansel, 1995).

    4. Pengujian Viskositas

    Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viscometer Brookfield. Sebanyak 250 ml sediaan

    krim dimasukkan ke dalam beaker glass. Selanjutnya spindel diturunkan hingga batas yang ditentukan ke

    dalam beaker glass yang berisi krim dan selanjutnya dilakukan pengaturan kecepatan (Asswal, Kalra,

    Rout, 2013). Viskositas sediaan krim adalah 30000-70000 cps (Buhse, 2003).

    6. Pengukuran daya sebar

    Pengukuran daya sebar sediaan dilakukan dengan cara 0,5 gram sediaan diletakkan diatas kaca transparan

    yang dilapisi kertas grafik, lalu dibiarkan 15 detik. Selanjutnya dihitung luas daerah yang diberikan oleh

    sediaan lalu ditutup lagi dengan plastik transparan yang diatasnya diberi beban dengan berat tertentu (1,3,

    5, dan 7) dan dibiarkan selama 60 detik lalu dihitung luas yang diberikan oleh sediaan (Voight, 1994)

    Penilaian Keterangan

    5 cm Sangat mudah menyebar

    3-5 cm Mudah menyebar

    3 cm Tidak menyebar

    7. Pengujian Homogenitas

    Pengujian homogenitas dilakukan dengan menimbang sediaan sebnayak 0,1 gram di atas wadah,

    kemudian dioleskan secara merata dan tipis dikaca arloji. Krim harus menunjukkan susunan yang

    homogen dan tidak terlihat adanya bintik - bintik (Depkes RI, 1985).

    8. Daya Tercucikan air

    Pengujian daya tercucikan air dilakukan dengan cara sejumlah 1 g krim dioleskan pada telapak tangan

    kemudian dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan. Air dilewatkan dalam buret

    dengan kecepatan 0,25 tetes per detik, lalu diamati secara visual ada atau tidaknya krim yang tersisa pada

  • telapak tangan. Volume air yang dipakai dicatat (Anggraini, Malik, dan Susiladewi, 2011). Sediaan

    pelembab harus mudah tercucikan air. Kriteria :

    Kriteria Hasil

    20 ml Tidak mudah tercucikan air

    10 20 ml Mudah tercucikan air

    10 ml Sangat mudah tercucikan air

    9. Uji iritasi kulit

    Uji iritasi kulit dilakukan pada 10 orang sukarelawan. Teknik yang digunakan adalah uji tempel terbuka,

    yang dilakukan dengan cara mengoleskan formula pada punggung tangan kanan sukarelawan seluas 2,5

    cm2 dan punggung tangan kiri diolesi dengan formula krim. Uji iritasi dilakukan pada tempat yang sama

    selama 3 hari berturut turut setelah pembuatan dan pada hari terakhir penyimpanan untuk masing

    masing nsediaan. Gejala yang tinbul diamati , kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil olesan pada

    punggung tangan kiri (Wathoni Soebagio dan Rachim,2009). Suatu setidaan harusnya tidak menyebabkan

    iritasi pada kulit.

    10. Uji aseptabilitas

    Evaluasi dilakukan dengan menggunakan responden yang telah menandatangani persetujuan untuk

    menjadi subyek percobaan yang telah mengerti prosedur penggunaan sediaan tersebut. Jumlah responden

    10 orang dengan usia 19 23 tahun yang dipilih secara acak. Respon akan menggunakan sediaan pada

    lengan bagian atas dan diminta pendapartnya tentang kemudahan diratakan, sensasi dingin, dan

    kemudahan dibersihkan (Sahu, Jha, and Dubey, 2011).

  • X. RANCANGAN TABEL HASIL EVALUASI

    1. Organoleptis

    Parameter Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    Bentuk luar Opaque

    Warna Kuning

    Bau Berbau khas

    Perabaan Lembut

    2. Nilai pH

    pH Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    Replikasi 1

    6,0 7,0 Replikasi 2

    Replikasi 3

    3. Homogenitas

    Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    Homogenitas Homogen

    4. Viskositas

    Viskositas Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    Replikasi 1

    30000 - 700000 cps Replikasi 2

    Replikasi 3

    5. Daya sebar

    Daya sebar

    Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    Mudah menyebar

  • 6. Daya tercucikan air

    Daya tercucikan air

    Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    Mudah tercucikan air

    7. Tipe emulsi

    Tipe emulsi

    Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    m/a

    8. Ukuran partikel

    Ukuran partikel

    Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    1 100 m

  • http://apps.kemi.se/flodessok/floden/kemamne_eng/urea_eng.htm

    *: http://ik.pom.go.id/v2014/katalog/Gliserin_upload.pdf

    ** : http://www.ppe.com/msds/Propylene%20glycol.pdf