uas geomek

7

Click here to load reader

Upload: iskan-dar

Post on 28-Jun-2015

204 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: uas Geomek

I. Metode

Dari hasil pemboran Geotechnical drilling yang dilakukan. Diperoleh data log dengan

lithology seperti yang ada pada lampiran, dari hasil data drilling log ini dilakukan pencarian

Rock Mass Rating (RMR) menggunakan klasifikasi dari Bienawski (1989) yang variabelnya

ialah :

Uniaxial Compressive Strength

Rock Quality Designation

Spasi dari Diskontinuitas

Kondisi dari diskontinuitas

Kondisi air tanah

Orientasi dari diskontinuitas

Dari nilai RMR bisa kita tentukan Nilai SMR (Slope Mass Rating) dengan menggunakan

klasifikasi Laubscher untuk keperluan kestabilan lereng.

Dalam mempelajari aspek kekuatan batuan (a.l. Mekanika Batuan), dikenal istilah RQD

rock quality designation yaitu suatu penandaan atau penilaian kualitas batuan berdasarkan

kerapatan kekar. RQD penting untuk digunakan dalam pembobotan massa batuan (Rock Mass

Rating, RMR) dan pembobotan massa lereng (Slope Mass Rating,SMR). Perhitungan RQD biasa

didapat dari perhitungan langsung dari singkapan batuan yang mengalami retakan-retakan (baik

lapisan batuan maupun kekar atau sesar) berdasarkan rumus Hudson (1979, dalam

Djakamihardja & Soebowo, 1996) sbb.:

RQD = 100 (0.1 l + 1) e- 0.1 l

l adalah rasio antara jumlah kekar dengan panjang scan-line (kekar/meter). Makin besar nilai

RQD, maka frekuensi retakannya kecil. Frekuensi retakannya makin banyak, nilai RQD makin

kecil.

Jika frekuensi retakan = 20 kekar/meter, maka RQD = 40,60 %

Jika frekuensi retakan = 11 kekar/meter, maka RQD = 69,90 %

Jika frekuensi retakan = 5 kekar/meter, maka RQD = 90,9 %

Jika frekuensi retakan = 2 kekar/meter, maka RQD = 98,2 %

Page 2: uas Geomek

Dalam penilaian massa batuan (Rock Mass Rating, RMR), prosentase RQD diberikan penilaian

berikut:

RQD (%) Nilai

90-100 20

75-90 17

50-75 13

25-50 8

<25 3

Klasifikasi Geomekanik (Bieniawski, 1973, 1976, 1984, dalam Setiawan 1990)

didasarkan pada hasil penelitian 49 terowongan di Eropa dan Afrika. Klasifikasi ini menilai

beberapa parameter yang kemudian diberi bobot (rating) dan digunakan dalam perencanaan

terowongan. Rock Mass Rating (RMR) adalah pembobotan massa batuan. Sistem pembobotan

dapat dilihat pada Tabel klasifikasi geomekanik (Tabel A, B, C, dan D). Pembobotan adalah

jumlah dari nilai bobot parameter pada Tabel A dan B. Pada tabel C jumlah nilai tersebut

dimasukkan ke dalam kelompok yang sesuai dengan pembobotan masing-masing. Pada Tabel C,

nomer kelas dan pemerian dapat diberikan. Pada Tabel D makna dan kegunaan tiap-tiap nomer

kelas disampaikan di sini. Berdasarkan nilai RMR, jangkauan atap (span) apat direncanakan,

serta keleluasaan waktu yang tersedia agar terowongan tidak runtuh dapat diperkirakan.

Klasifikasi Geomekanik (Bieniawski, 1973, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996),

juga dipakai dalam memperkirakan kestabilan suatu pengupasan lereng massa batuan. Sama

halnya dengan penilaian terowongan, penilaian kestabilan lereng juga menggunakan data hasil

observasi lapangan dan data laboratorium (lihat Tabel) sehingga dalam pembobotan dapat dilihat

nilai RMR. Massa batuan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 3: uas Geomek

Sangat buruk Nilai RMR 0 - 20

Buruk Nilai RMR 21 - 40

Sedang Nilai RMR 41 - 60

Baik Nilai RMR 61 - 80

Sangat baik Nilai RMR 81 - 100

Slope Mass Rating (SMR), adalah penerapan nilai RMR untuk memperkirakan sudut kemiringan

lereng pengupasan. Romano (1990, dalam Djakamihardja & Soebowo,1996) mengaitkan nilai

RMR dengan faktor penyesuaian dari orientasi kekar tehadap orientasi lereng serta sistem

pengupasan lereng dalam bentung angka rating (pembobotan), yaitu:

F1 mencerminkan paralelisme antara arah kekar dan arah lereng

F2 memperlihatkan kemiringan kekar

F3 memperlihatkan hubungan kemiringan kekar dengan kemiringan lereng

F4 merupakan penyesuaian untuk metoda pengupasan.

Romano (1990) memberikan nilai SMR dari keempat faktor tersebut sbb.:

SMR = RMR - ( F1 x F2 x F3 ) + F4

Laubscher (1975, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) membahas hubungan RMR

dan SMR sebagai berikut :

Sudut lereng yang disarankan (pembobotan

massa lereng, SMR)

Untuk nilai RMR (pembobotan massa

batuan) sebesar

75º 81 - 100

65º 61 - 80

55º 41 - 60

45º 21 - 40

35º 00 - 20

Page 4: uas Geomek

Hall (1985, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) memberikannilai SMR, sbb.:

SMR = 0,65 RMR +25

Orr (1992, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) membahas hubungan sbb.:

SMR = 35 ln RMR - 71

II. Interpretasi

Dari hasil data drilling log dan dilakukan pengklasifikasian menggunakan klasifikasi bienawski diperoleh hasil sebagai berikut :

Dari kedalaman 0-71 ditemukan bahwa ada litologi yang hilang, litologi yang ada dalam hasil pemboran adalah sandstone dan mudstone.

Pada hasil pengukuran salah satu variabel RMR yaitu UCS (uniaxial Compressive strength) diperoleh nilai yang kurang dari 200 Mpa, disebabkan karena pada log ini semua bagian telah terlapukan dari moderetely weathered. Nilai UCS seharusnya berada pada kisaran 200 – 250 Mpa (untuk batuan).

Namun untuk pengukuran RQD diperoleh hasil yang cenderung sangat besar. Bisa disimpulkan bahwa pada hasil drilling log ini,kerapatan kekar sangat berjauhan dan ukurannya pun sangat kecil bahkan hampir tidak ada. Ini bisa jadi dikarenakan batuan telah terlapuk sehingga memungkinkan akan kurangnya kerapatan kekar.

Dalam log ini juga ada hasil RQD yang kecil pada kedalaman 0-54 m antara nilai bobotnya 3 yang kurang dari 25 termasuk dalam kelas V (sangat buruk) nilai RMR-nya.

Pada pengukuran Joint space, diperoleh data dari kisaran 6 – 70 cm . umumnya pada kekar dengan spasi 6-70 cm permukaannya agak kasar dan pada beberapa tempat merupakan joint planar (MW), dominan spasi kekar 6 – 70 cm pada spasi yang besar jelas mengurangi penilaian RMR nya.

Kondisi rekahan, ada sebagian yang mempunyai bobot yaitu 25 dengan kondisi permukaan kasar renggangan < 1mm agak lapuk (hard wall), dan ada juga yang mempunyai bobot 0 dengan kondisi gouge lemah, tebal > 5 mm atau renggangan > 5 mm menerus.

Kondisi air tanah pada umumnya basah. Dikarenakan jumlah kekar yang sedikit serta tidak rapat dan juga pada umumnya batuan merupakan softrock yang bersifat impermeabel.

Page 5: uas Geomek

Nilai RMR yang telah dihasilkan pada umumnya berkisar antara kelas II –V (good rock – poor rock) pada sandstone ada yang merupakan good rock dan mudstone di dominasi oleh kelas RMR yang poor rock (kelas IV) meskipun pada parameter RQD memiliki bobot yang besar namun pada parameter lain memiliki nilai yang kecil sehingga mempengaruhi nilai RMR. Pada sandstone yang umumnya merupakan good rock. Nilai RMR yang cukup besar pada sandstone menunjukan bahwa pada batuan batuan ini memiliki kohesi 300 – 400, stand up time 1 tahun lebih untuk setiap 10 m, sudut friksi 35-45. Sedangkan untuk Claystone memiliki kohesi 200-300. stand up time 1 bulan untuk 5 m dan sudut friksi 25-35.

Untuk menentukan Nilai SM diketahui dengan klasifikasi Laubscher . berdasarkan Laubscher Nilai RMR berbanding lurus dengan nilai SMR artinya semakin kecil nilai RMR maka semakin kecil nilai SMR-nya pula. Dari drilling log diatas diperoleh nilai SMR 35 hingga 76 derajat berdasarkan Laubscher, Orr, Hall. Artinya untuk membuka menjadi tambang terbuka diperlukan lereng dengan kemiringan 35 hingga 76 derajat bergantung pada pembobotan diatas.