typoit

41
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tipoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. (M. Ardiansyah, 2012 : 224). Data Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) tahun 2013, memperkirakan terapat sekitar 17 juta kasus kematian tiap tahun. Anak merupakan paling rentan terkena demam tipoid. Di hampir semua daerah endemik, insiden demam tipoid banyak terjadi pada anak usia 3-9 tahun. Morbilitas diseluruh dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga 600 ribu kematian dilaporkan tiap tahunnya. Di negara berkembang, diperkirakan sekitar 150 kasus (juta populasi) 1 tahun di Amerika Latin 1.000 kasus perjuta populasi pertahun dibeberapa negara Asia. Di Indonesia di perkirakan anatara 800-100.000 orang yang terkena penyakit tifus atau demam tipoid sepanjang tahun. Peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun. Berdasarkan hasil-hasil survei

Upload: siti-devi-astutik

Post on 27-Jan-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

typoit

TRANSCRIPT

Page 1: Typoit

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tipoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh

Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang

terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan

urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang

buruk serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. (M.

Ardiansyah, 2012 : 224). Data Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)

tahun 2013, memperkirakan terapat sekitar 17 juta kasus kematian tiap tahun. Anak

merupakan paling rentan terkena demam tipoid. Di hampir semua daerah endemik,

insiden demam tipoid banyak terjadi pada anak usia 3-9 tahun. Morbilitas diseluruh

dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga 600 ribu kematian dilaporkan tiap

tahunnya. Di negara berkembang, diperkirakan sekitar 150 kasus (juta populasi) 1 tahun

di Amerika Latin 1.000 kasus perjuta populasi pertahun dibeberapa negara Asia. Di

Indonesia di perkirakan anatara 800-100.000 orang yang terkena penyakit tifus atau

demam tipoid sepanjang tahun. Peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5

tahun. Berdasarkan hasil-hasil survei yang telah dilakukan peneliti sebelumnya pada

suatu daerah terdapat subjek peneliti berjumlah 196 penderita yang terdiri dari 89 laki-

laki dan 80 perempuan. Angka kejadian tertinggi terjadi pada bulan November 2013

(43,8%) yang diikuti curah hujanyanmg tertinggi. Kecamatan dengan insiden tertinggi

pada kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Genuk dengan 21 kasus (12,4%). Umur

penderita berkisar antara 0-86 tahun dengan angka tertinggi pada kelompok umur 0-10

tahun (43,8%). Profil Kesehatan Prevalensi Demam Typhoid di Sulawesi Selatan tahun

2012 adalah 537.60 kasus. Berdasarkan laporan tahunan bidang P2PL. Pada tahun 2012

penyakit typus tercatat 17.287 penderita, dengan 2 penderita meninggal kasus tertinggi

adalah Kota Makassar (2,379 kasus) dan terendah di Kabupaten Selayar (25 kasus)

insiden rate 2,08%. (hhtp://dinkes-sulsel.go.id/pdF/profil-dinkes,2012.PDF).

Page 2: Typoit

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

Page 3: Typoit

BAB 2

KONSEP PENYAKIT

2.1 Pengertian

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella

Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh

faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman

salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid

dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik

yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara

pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah

suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang

dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

2.2 Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua

sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan

carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi

salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

2.3 Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal

dengan 5F yaitu: Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat),

dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,

dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila

orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan

makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui

Page 4: Typoit

mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh

asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan

limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah

dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan

kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk

limpa, usus halus dan kandung empedu.

Berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan

merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis

typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan

karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen

oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

2.4 Manifestasi Klinik

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari

a. Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan

keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,

obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

b. Minggu II

pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas

(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran

.

2.5 Komplikasi

a. Komplikasi intestinal

1) Perdarahan usus

2) Perporasi usus

3) Ilius paralitik

b. Komplikasi extra intestinal

1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,

trombosis, tromboplebitis.

Page 5: Typoit

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia

hemolitik.

3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis

perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

2.6 Penatalaksanaan

a. Perawatan.

1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah

komplikasi perdarahan usus.

2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada

komplikasi perdarahan.

b. Diet.

1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

c. Obat-obatan.

1) Klorampenikol

2) Tiampenikol

3) Kotrimoxazol

4) Amoxilin dan ampicillin

2.7 Pencegahan

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah

dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum

susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai

mendidih dan hindari makanan pedas

Page 6: Typoit

2.8 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium,

yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering

dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah

tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun

tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit

tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali

normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan

darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini

dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

1) Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,

hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu

pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat

bakteremia berlangsung.

2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan

darah dapat positif kembali.

3) Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan

antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan

darah negatif.

Page 7: Typoit

4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin

negatif.

d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan

typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan

adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan

dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang

disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat

antibodi atau aglutinin yaitu :

1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).

3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya

untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

2.9 Dampak hospitalisasi

Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan

stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan

keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stress meliputi ;

a. Psikososial, Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan

peran

b. Fisiologis, Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri

c. Lingkungan asing, Kebiasaan sehari-hari berubah

d. Pemberian obat kimia

Page 8: Typoit

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan pada An.T dengan Thypoid di ruang Inayah Kamar 11 PKU

Muhammadiyah Gambong

3.1 PENGKAJIAN

Tanggal masuk RS : 10-05-2011

Jam masuk RS : 19.45 WIB

Tanggal pengkajian : 15-05-2011

Jam pengkajian : 20.30 WIB

Pengkaji : Ira Indra Imawati

A. Identitas Klien

Nama Klien : An.T

Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006

Umur : 4,6 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Jawa

Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia

Dx Medis : Thypoid

No Rekam Medis : 0198092

Orang tua/wali :

Nama ayah/ibu/wali : Tn.K

Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh

Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar

B. Keluhan Utama

Pasien panas .

C. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU

Muhammadiyah Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang

lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300

g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol 250mg 3x1).Tanda tanda vital

Page 9: Typoit

Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt. BB: 12Kg Pasien dibawa ke bangsal

inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien tampak lemas,akral

hangat,pusing,pasien mual,tidak mau makan,  tanda tanda vital; S: 3880C, N: 100x/m,

R:20x/m.

D. Riwayat Kesehatan Dahulu

1. Prenatal, selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai

dengan anjuran dari bidan, selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang diderita

ibu klien

2. Perinatal dan post natal, An. T lahir spontan ditolong bidan, BBL 3,2kg, langsung

menangis.

3. Penyakit yang pernah diderita , ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang

mengharuskan dirawat di RS, baru kali ini.

4. Hospitalisasi/tindakan operasi, klien belum pernah mengalami hospitalisasi sebelum

sakit yang sekarang.

5. Injuri/kecelakaan, ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami

kecelakaan.

6. Alergi, ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi demikian juga

dengan keluarga, tidak ada yang mempunyai riwayat alergi.

7. Imunisasi dan tes laboratorium, ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan

imunisasi lengkap.

8. Pengobatan, apabila klien sakit ibu klien membawa ke bidan atau dokter.

E. Riwayat Sosial

1. Yang mengasuhang klien adalah ibunya sendiri

2. Hubungan dengan anggota keluargan dan orang lain baik, komunikasi  masih belum

lancar karena masih dalam taraf perkembangan.

3. Hubungan dengan teman sebaya baik

4. Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut dengan petugas

F. Riwayat Keluarga

1. Sosial ekonomi  : Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga  dan bapak klien sebagai

buruh.

Page 10: Typoit

2. Lingkungan rumah : Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih

dan ventilasi udara cukup, lantai rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah, tidak ada

sumber polusi yang dekat dengan rumahnya.

3. Penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai

penyakit menular ataupun menurun.

G. Pengkajian Tingkat Perkembangan Saat Ini

1. Personal sosial, Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai baju,

gosok gigi dengan bantuan ibunya, cuci dan mengeringkan tangan, menyebutkan nama

temanya.

2. Motorik halus, Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara

dari 6 kubus,meniru garis vertikal.

3. Bahasa, Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengerti,

menyebut 4 gambar, mengatakan 2 nama kegiatan

4. Motorik kasar, Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan

melempar bola lengan ke atas

5. Interpretasi, Pertumbuhan dan perkembangan normal

H. Pengkajian Pola Kesehatan Klien

1. Pemeliharaan kesehatan :

Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga yang sakit maka akan

priksa ke bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter ataupun di bawa ke rumahsakit

2. Nutrisi :

Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan klien susah makan

sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10

sendok makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok.

Ibu klien mengatakan anaknya muntah.

3. Cairan

Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari,  selama sakit klien minum susu 1

gelas dan kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV RL.

Page 11: Typoit

4. Aktivitas :

Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan

teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas

seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat.

5.                   Tidur dan istirahat :

Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x  dengan konsistensi 1 jam ,

pada saat sakit klien tidur sekitar jam 20.00  sampai jam 05.00, tidur siang sekitar 3 jam dengan

konsistensi 1 jam.

6.                   Eliminasi :

Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari

Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat dan BAK 3-4x/hari

7.                   Pola hubungan :

Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik.

8.                   Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan :

Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bermain bersama teman-

temannya asalkan tidak melebihi waktunya  beristirahat.

9.                   Kognitif dan persepsi :

Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan, klien  berumur

4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik,

10.               Konsep diri :

Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat anaknya sakit.

11.               Seksual dan menstruasi :

Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum mengalami menstruasi.

12.               Nilai :

Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.

9.       PEMERIKSAAN FISIK :

1.                   Keadaaan umum :

1.                   Tingkat kesadaran : composmentis.

2.                   S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.

3.                   BB; 11  kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm

Page 12: Typoit

2.                   Kulit :

Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit menurun,

3.                   Kepala :

Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.

4.                   Mata :

Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.

5.                   Telinga :

Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.

6.                   Hidung :

Simetris, discharge (-), bentuk normal,

7.                   Mulut :

Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),

Lidah kotor/ putih

8.                   Leher :

JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.

9.                   Dada :

Paru-paru

I               : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada

P             : tidak ada nyeri tekan

P             : sonor

A             : vesikuler

Jantung

S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).

10.               Payudara :

Tak ada keluhan, simetris.

11.               Abdomen :

I               : terlihat membesar

A             : bunyi bising usus 10x/m

P             :perut kembung, agak keras

P             :bunyi thimpany

Page 13: Typoit

12.               Genetalia :

Tak ada keluhan.

13.               Muskuleskeletal :

Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik.

14.               Neurologi :

Normal, tak ada keluhan.

10.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG

a.Lab darah

Tanggl           :15-05-2011

Pukul             :10.44 WIB

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00

Bilirubin direk0.30 mg/dl < 0,20

SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l

SGPT    23.0 u/l 41.0 u/l

Leokosit 12.61 4.80-10.80

Eritrosit 4.52 4.20- 5.40

Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl

Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl

MCV    77.2 79-99

MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0

Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0

HbSag Negative Negative

Gol. Darah O -

Widal (+)

C. Terapi

Tanggal Per-oral Per-interal

Page 14: Typoit

Paracetamol 250 mg    

         Ctm                      3x1

Curliv 2x1

       Ceftriaxon 2x 3 mg

       Dexa 3 x2 mg

       Sotatic 2x 1 ½

       N. 500 /drip

       Inffus RL 20 tpm

       D5 15 tpm

1.       ANALISA DATA

No Data Etiologi

1 DS : ibu Klien mengatakan anaknya badan nya panas

DO :

       klien tampak lemas,   

       akral teraba hangat

       Suhu: 3880C

       Nadi: 100x/ menit

       RR: 20x/ menit

Proses infekksi salmonella

thypi

2 DS:

P: ibu pasien mengatakan anak nya nyeri bila untuk

beraktifitas/bergerak hilang apabila saat beristirahat.

Q : ibu  pasien mengatakan nyeri anak  nya seperti ditusuk-tusuk

R: ibu Pasien mengatakan nyeri anak nya pada perut bagian kanan

atas.

S: Skala nyeri 4

T: nyeri timbul hingga 5 menit

DO:

Wajah pasien tampak menahan nyeri

N :100x/mnt

S : 38 C

RR: 20x/mnt

Ps lemah, ps    tampak gelisah, ps   merintih kesakitan

Proses inflamasi

Page 15: Typoit

    Nafsu makan menurun, mual (+)

    Konjungtiva  anemis

       Akral hangat

Pasien menangis

3 DS : - ibu klien mengatakan klien makan susah hanya 1-3 sendok.

       Ibu klien mengatakan anaknya muntah ± 2-3x setiap makan

       ibu Klien mengatakan anaknya badan nya panas

DO :

       klien muntah

       BB : 11 kg

      Porsi makan dari RS hanya dimakan 1-3 sendok

Anoreksia ( mual dan muntah)

2.       PRIORITAS MASALAH

1.                                                                                                                             Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

salmonella thypi

2.                                                                                                                             Nyeri b.d proses inflamasi

3.                                                                                                                             Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d

anoreksia ( mual & muntah)

3.       RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnoses Tujuan intervensi

1 Hipertermi berhubungan

dengan proses ifeksi

salmonella thypi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan suhu tubuh normal engan

KH: Mempertahaankan suhu tubuh

dalam batas normal

       Mengobserfasi  tanda – tanda vital

       Pantau aktifitas kejang

       Pantau hidrasi

       Berikan kompres air biasa

       Pemberian terapi 0bat anti piretik sesuai program

2 Nyeri b.d proses

inflamasi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan nyeri berkurang,dengan

a.monitor KU

b.kaji tingkat nyeri intensitas dan skala nyeri

c.jelaskan penyebab nyeri

Page 16: Typoit

KH:

Skala  nyeri menjadi 3

Pasien nampak lebih rileks

       Pasien mampu mengontrol nyeri

d.ajarkan teknik distraksi relaksasi(nafas dalam)

e.posisikan pasien senyaman mungkin

f.kolaborasi dengan tim medis  pemberian obat analgesik

3 Resiko nutrisi kurang

dari kebutuhan b.d

anoreksia ( mual,

muntah)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam

kebutuhan nutrisi adekuat dengan

kriteria hasil :

Klien tidak muntah

3.    Porsi makan yang disediakan habis

       Kaji pola dan kebiasaan makan

       Observasi adanya muntah

       Menganjurkan keluarga untuk memberi makanan dalam

porsi kecil tapi sering dan tidak merangsang produksi asam

(biskuit)

       Memberikan terapi pemberian cairan dan nutrisi sesuai

program

       Memberikan terapi pemberian anti emetik sesuai program

1.       IMPLEMENTASI

1.                   Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi

Tgl Implementasi Respon pasien Ttd

15-05-

2011

       Mengukur   tanda – tanda vital

       Memantau  aktifitas kejang

       Menganjurkan  keluarga untuk

memberikan sedikit minum tapi

sering

       memberikan kompres hangat

       memberikan terapi sesuai

program

       S: 37,80 C, N: 100x/m, R:20x/m.

        

       Pasien tidak mengalami kejang

       Klien sedikit-sedikit mau minum

       Pasien dikompres pake air hangat

Page 17: Typoit

       Terapi diberikan

16-05-

2011

       Mengukur  kembali tanda –

tanda vital

       Memantau  kembali aktifitas

kejang

       Menganjurkan  kembali

keluarga untuk memberikan

sedikit minum tapi sering

       memberikan kompres hangat

       memberikan kembali terapi

sesuai program

       S: 36,8C, N: 100x/m, R:20x/m.

        

       Pasien tidak mengalami kejang

       Klien sedikit-sedikit mau minum

       Pasien sudah tidak dikompres

      Terapi diberikan

       

2. Nyeri b.d proses inflamasi

                                       

Tgl Implementasi Respon pasien

15-05-2011 Monitor KU / TTV

Mengkaji skala nyeri

Memberikan posisi yang nyaman.

Mengajarkan teknik relaksasi

Memberikan motivasi untuk kompres air hangat

pada bagian yang sakit

Memberikan terapi obat analgesik

Keadaan pasien lemah

N : 100 x/mnt

R : 20 x/mnt

S : 37 C

Skala nyeri 4

Page 18: Typoit

-terapi masuk

1.                   Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)

Tgl Implementasi Respon pasien Ttd

15-05-2011

       Mengkaji pola dan kebiasaan

makan

       Mengobservasi  adanya

muntah

       Menganjurkan keluarga untuk

memberi makanan dalam porsi

kecil tapi sering dan tidak

merangsang produksi asam

(biskuit)

       Memberikan terapi

pemberian cairan dan nutrisi

sesuai program

       Memberikan terapi

pemberian anti emetik sesuai

program

Klien makan hanya 1-3sdm

klien sudah muntah 1x

Ibu klien mengatakan anaknya masih

susah makan

Infus RL terpasang  20tpm

Terapi diberikan

16-05-2011       Mengkaji kembali pola dan      Klien menghabiskan ¼  porsi dari RS

Page 19: Typoit

kebiasaan makan

       Mengobservasi  kembali

adanya muntah

       Menganjurkan kembali pada

keluarga untuk memberi

makanan dalam porsi kecil tapi

sering dan tidak merangsang

produksi asam

       Memberikan kembali terapi

pemberian cairan dan nutrisi

sesuai program

      Memberikan kembali terapi

pemberian obat anti emetik

sesuai program

     Klien sudah tidak muntah terus

     Klien terlihat makan biskuit,pisang

     Infus RL terpasang 20 tpm

     Terapi diberikan

2.                   EVALUASI

Hari / tanggal SOAP Ttd

Rabu S: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas

Page 20: Typoit

18-05-2011 O: klien masih tampak lemas,

       klien sudah tdak muntah

       Suhu: 36 C

       Nadi: 90x/ menit

       RR: 20x/ menit

A: masalah teratasi sebagian

P: pertahankan intervensi

Rabu

18-05-2011

S: ibu Pasien mengatakan ,anak nya sudah tidak nyeri

perut

O: pasien nampak rileks

A: Masalah teratasi

P: pertahankan intervensi

Motivasi pasien untuk tetap melakukan teknik

relaksasi distraksi (nafas dalam) bila nyeri timbul

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

Rabu S:

Page 21: Typoit

18-5-2011 - S: ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan

sudah berkurang muntah nya.

O: klien masih muntah 1x

       BB : 11kg

       Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼ porsi

A: masalah teratasi

P: pertahankan intervensi

Page 22: Typoit

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN  THYPOID

DI RUANG INAYAH KAMAR 11

PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

                                                                                                                                                

Disajikan Sebagai Tugas

Pada Pembelajaran Anak

Program Pendidikan S1 Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Gombong

Oleh :

Pupupt Dwi Utmi

( A1.0800462 )

Page 23: Typoit

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2011

PENGESAHAN

Lembar pengesahan  :

                                                                                          Laporan Kasus                    

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN  THYPOID  DI RUANG INAYAH

KAMAR 11 PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG

                                                                                                                                                

Telah disetujui pada hari / tanggal :

Pembimbing lahan                                                                                                          Mahasiswa

( Tulo Bariyem, S.Kep )                                                                                 (Puput Dwi Utami)

                                                                                Pembimbing Akademik

Page 24: Typoit

                                                                                (Tyas, S.kep.Ns)

BAB I

PENDAHULUAN

1.                   Latar Belakang

Di Indonesia demam thypoid jarang dijumpai secara epidemic , tetapi lebih sering

bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu

kasus pada orang-orang serumah. Pasien anak yang ditemukan berumur diatas 1 tahun.

Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan

bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan

mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)

Masa inkubasi demam thypoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)

bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam

keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)

BP RSUD Kebumen adalah salah satu Rumah Sakit daerah yang mengelola berbagai

penyakit, termasuk penyakit thipoid. Bangsal Melati adalah salah satu bangsal di BP RSUD

Kebumen yang mengelola pasien anak. Di Bangsal Melati pada bulan april terdapat 10 pasien

anak yang menderita penyakit thypoid.

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada

umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu

badan yang meningkat.

Page 25: Typoit

Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam

remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan

kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan

yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)

2.                   Konsep Dasar

1.                   Definisi

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.

Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan

urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.

                                                                             ( Bruner and Sudart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella

Thypi

                                                                              ( Arief Maeyer, 1999 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella

thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan

paratyphoid abdominalis

                                                                             ( Syaifullah Noer, 1996 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever,

enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis

                                                                             (.Seoparman, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang

disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral

melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

                                                                            (Mansoer Orief.M. 1999).

Page 26: Typoit

Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah

suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat

menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

2.                   ETIOLOGI

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber

penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier

adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi

dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

C.PATOLOGI ANATOMI

Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus

(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus),  intestinum mayor (usus

besar ), rektum dan anus.    Pada kasus demam tifoid, salmonella typi berkembang biak di usus

halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang

berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya   6 cm, merupakan saluran

paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari  : 

lapisan usus halus, lapisan mukosa  (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan

otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).

Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum.   Duodenum disebut

juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada

lengkungan ini terdapat pankreas.  Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selapu t lendir yang

membukit yang disebut papila vateri.  Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus

koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus).   Dinding duodenum ini

mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar

brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.

Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar   6 meter.  Dua perlima bagian atas adalah

yeyenum dengan panjang 23 meter dari ileum dengan panjang 4 – 5 m.  Lekukan yeyenum dan

ileum  melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang

berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.

Page 27: Typoit

Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena

mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang

membentuk mesenterium.  Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang

tegas.

Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama

orifisium ileoseikalis.  Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian ini

terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan

dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam ileum.

Mukosa usus halus.  Permukaan epitel yang sangata luas melalui lipatan mukosa dan

mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi.  Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub

mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus.  Pada penampang melintang vili dilapisi oleh

epitel dan kripta yag menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang

memegang peranan aktif dalam pencernaan.

Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit.  Disana-sini

terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang  disebut kelenjar soliter.  Di dalam ilium terdapat

kelompok-kelompok nodula itu.  Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis

20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu  sentimeter  sampai beberapa sentimeter. 

Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada

demam usus (tifoid).  Sel-sel Peyer’s  adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa. 

Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum.  ( Evelyn  C. Pearce, 2000)

D.PATOFISIOLOGI

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan

5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui

Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi

kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan

hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang

memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman

salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke

dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk

ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman

Page 28: Typoit

berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel

retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan

bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh

endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia

bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada

patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam

disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat

pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

E..KOMPLIKASI

a. Komplikasi intestinal

1) Perdarahan usus

2) Perporasi usus

3) Ilius paralitik

b. Komplikasi extra intestinal

1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,

tromboplebitis.

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.

3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma

Guillain bare dan sidroma katatonia.

F.PENATALAKSANAAN

1.                  Perawatan

Page 29: Typoit

1.                   Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi

perdarahan usus.

2.                    Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi

perdarahan.

2.                  Diet

                             Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

2.                   Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

3.                   Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.