tutorial kasus konjungtiva purulenta
TRANSCRIPT
Laboratorium Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Laporan Kasus
Universitas Mulawarman
KONJUNTIVITIS PURULENTA
D
Oleh:
Destina Ribkah St
Lawani Meri
Pembimbing
dr. Yulia Anita, Sp.M
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada
SMF/Lab Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran - Universitas Mulawarman
RSUD A.W. Sjahranie
Samarinda
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau radang selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis purulenta adalah
peradangan konjungtiva yang ditandai dengan sekret purulen seperti nanah, terkadang
disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal.1
Konjungtivitis purulenta ditemukan pada orang dewasa atau pada anak-anak
dan bayi. Tersering pada bayi baru lahir pervaginam yang ibunya menderita penyakit
gonore atau klamidia.
Resiko terjadinya konjungtivitis purulenta pada bayi baru lahir (oftalmia
neonatorum) dari ibu yang tidak mendapat pengobatan gonore adalah sekitar 30%
berdasarkan laporan dari suatu studi di Amerika. Prevalensi terjadinya konjungtivitis
purulenta pada dewasa, baik laki-laki ataupun perempuan adalah sama.
Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis.1 Pembagian konjungtivitis
berdasarkan kausanya yaitu : konjungtivitis bakteri, konjungtivitis virus,
konjungtivitis klamidia, konjungtivitis alergi.2,3 Konjungtivitis juga bisa disebabkan
oleh iritasi yang disebabkan oleh debu, asap dan polusi udara lainnya, pemakaian
lensa kontak terutama dalam jangka panjang juga bisa menyebabkan konjungtivitis .4
Gejala umum pada konjungtivitis adalah mata merah dan pedes seperti
kelilipan, gejala lainnya adalah mata berair, mata terasa nyeri, mata terasa gatal,
pandangan kabur, peka terhadap cahaya, terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika
bangun pada pagi hari. Gejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya
sekret. Sekret merupakan produk kelenjar yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan
oleh sel goblet. Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivitis dapat bersifat :
Air, kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi
Purulen, oleh bakteri atau chlamydia
Lengket, oleh alergi atau vernal, dan
Serous, oleh adenovirus.1
Gejala pada konjungtivitis purulenta pada umumnya sama seperti konjungtivitis yang
lain, hanya sekret yang terjadi adalah purulen.
Penatalaksanaan konjungtivitis purulenta yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis adalah dengan antibiotik.
Prognosis konjungtivitis purulenta yang disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis lebih baik daripada yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Struktur Anatomi dari Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan
dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari
bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi
banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri
dari tiga bagian:
1. Konjungtiva palpebralis : menutupi permukaan posterior dari palpebra
dan dapat dibagi menjadi marginal, tarsal, dan orbital konjungtiva. 6
a. Marginal konjungtiva memanjang dari tepi kelopak mata sampai
sekitar 2mm di belakang kelopak mata menuju lengkung dangkal,
sulkus subtarsalis. Sesungguhnya merupakan zona transisi antara
kulit dan konjungtiva sesungguhnya.
b. Tarsal konjungtiva bersifat tipis, transparan, dan sangat vaskuler.
Menempel ketat pada seluruh tarsal plate pada kelopak mata atas.
Pada kelopak mata bawah, hanya menempel setengah lebar tarsus.
Kelenjar tarsal terlihat lewat struktur ini sebagai garis kuning.
c. Orbital konjungtiva berada diantara tarsal plate dan forniks.
2. Konjungtiva bulbaris : menutupi sebagian permukaan anterior bola mata.
Terpisah dari sklera anterior oleh jaringan episklera dan kapsula Tenon.
Tepian sepanjang 3mm dari konjungtiva bulbar disekitar kornea disebut
dengan konjungtiva limbal. Pada area limbus, konjungtiva, kapsula Tenon,
dan jaringan episklera bergabung menjadi jaringan padat yang terikat
secara kuat pada pertemuan korneosklera di bawahnya. Pada limbus, epitel
konjungtiva menjadi berlanjut seperti yang ada pada kornea. 6 konjungtiva
bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan,
mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah
dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet
yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-
kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.
3. Forniks : bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian
posterior palpebra dan bola mata. Forniks konjungtiva berganbung dengan
konjungtiva bulbar dan konjungtiva palpebra. Dapat dibagi menjasi forniks
superior, inferior, lateral, dan medial forniks. 6
Gambar 2. Struktur anatomi dari conjungtiva
Dikutip dari Khurana AK. Disease of The Conjunctiva. Dalam: Comprehensive
Ophthalmology. 4th edition. New Delhi: New Age International(P) Limited; 2007
2.2. Struktur Histologis dari konjungtiva
- Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari:
a. Marginal konjungtiva mempunyai epitel tipe stratified skuamous lapis 5.
b. Tarsal konjungtiva mempunyai 2 lapis epitelium: lapisan superfisial dari sel
silindris dan lapisan dalam dari sel pipih.
c. Forniks dan bulbar konjungtiva mempunyai 3 lais epitelium: lapisan
superfisial sel silindris, lapisan tengan polihedral sel dan lapisan dalam sel
kuboid.
d. Limbal konjungtiva sekali lagi mempunyai banyak lapisan (5-6 lapis)
epitelium stratified skuamous
- Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu
lapisan fibrosa (profundus).
a. Lapisan adenoid disebut dengan lapisan limfoid dan terdiri dari jaringan ikat
retikulum yang terkait satu sama lain dan terdapat limfosit diantaranya. Lapisan ini
paling berkembang di forniks. Tidak terdapat mulai dari lahir tetapu berkembang
setelah 3-4 bulan pertama kehidupan. Untuk alasan ini, inflamasi konjungtiva pada
bayi baru lahir tidak memperlihatkan reaksi folikuler. 6
b. Lapisan fibrosa Terdiri dari jaringan fiber elastik dan kolagen. Lebih tebal daripada
lapisan adenoid, kecuali di regio konjungtiva tarsal dimana pada tempat tersebut
struktur ini sangat tipis. Lapisan ini mengandung pembuluh darah dan saraf
konjungtiva. Bergabung dengan kapsula tenon pada regio konjungtiva bulbar. 6
- Konjungtiva mempunyai dua macam kelenjar, yaitu:
1. Kelenjar sekretori musin. Mereka adalah sel goblet(kelenjar uniseluler
yang terletak di dalam epitelium), kripta dari Henle(ada apda tarsal
konjungtiva) dan kelenjar Manz(pada konjungtiva limbal). Kelenjar-
kelenjar ini menseksresi mukus yang mana penting untuk membasahi
kornea dan konjungtiva. 6
2. Kelenjar lakrimalis aksesorius, mereka adalah: 6
a. Kelenjar dari Krause(terletak pada jaringan ikat konjungtiva di
forniks, sekitar 42mm pada forniks atas dan 8mm di forniks
bawah). Dan
b. Kelenjar dari Wolfring(terletak sepanjang batas atas tarsus superios
dan sepanjang batas bawah dari inferior tarsus).6
-Suplai arterial konjungtiva:
Konjungtiva palpebra dan forniks disuplai oleh cabang dari arcade arteri
periferal dan merginal kelopak mata. Konjungtiva bulbar disuplai oleh dua set
pembuluh darah: arteri konjungtiva posterior yang merupakan cabang dari
arcade arteri kelopak mata; dan arteri konjungtiva naterior yang merupakan
cabang dari arteri siliaris anterior. Cabang terminal dari arteri konjungtiva
posterior beranastomose dengan arteri konjungtiva anterior untuk membentuk
pleksus perikornea. 6
2.3. Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi
vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi.7,8 yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan
kimia.9
2.4. Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
a. infeksi oleh virus atau bakteri.
b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet.
d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang.
2.5. Klasifikasi Konjungtivitis
1. Berdasarkan waktu:
Akut
kronis
2. Berdasarkan penyebabnya: 1
Konjungtivitis akut bacterial
Konjungtivitis blenore
Konjungtivitis gonore
Konjungtivitis difteri
Konjungtivitis folikuler
Konjungtivitis angular
Konjungtivitis mukokataral
Blefarokonjungivitis
Konjungtivitis akut viral
Keratokonjungtivitis epidemika
Demam faringokonjungtiva
Keratokonjungtivitis herpetik
Keratokonjungtivitis New Castle
Konjungtivitis hemoragik akut
Konjungtivitis akut jamur
Konjungtivitis akut alergik
Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis flikten
Gambar 2. (a,b) konjungtivitis bakteri, © konjungtivitis viral
Gambar 3. (a,b) konjungtivitis alergi, (c,d) konjungtivitis Jamur
Diagnosa Banding Konjungtivitis
a b
dc
a b
c
Tanda Konjungtivitis Iritis Keratitis
Tajam penglihatan Normal Turun nyata Turun nyata
Silau Tidak ada Nyata Nyata
Sakit Pedes, rasa kelilipan Sakit Sakit
Mata merah Injeksi konjungtival Injeksi siliar Injeksi siliar
SekretSerous,
mukos,purulenTidak ada Tidak ada
Lengket kelopak Terutama pagi hari Tidak ada Tidak ada
Pupil Normal Mengecil Mengecil (3)
Tensi Normal, tidak terkena
Biasanya normal
atau rendah (pegal)
normal
Diagnosa Banding Tipe Konjungtivitis yang lazim
Klinik&sitologi Viral Bakteri KlamidiaAtopik
(alergi)
Gatal Minim Minim Minim Hebat
Hiperemia Profuse Sedang Sedang Sedang
Eksudasi Minim Menguncur Menguncur Minim
Adenopati
preurikularLazim Jarang
Lazim hanya
konjungtivitis
inklusi
Tidak ada
Pewarnaan
kerokan &
eksudat
Monosit Bakteri, PMNPMN, Plasma
selEosinofil
Sakit
tenggorokanKadang Kadang Tidak pernah Tak pernah(3)
2.6. Konjungtivitis Purulenta
Infeksi kuman Neisseria gonorrhoeae (gonokok atau meningokok) atau Chlamydia
trachomatis (klamidia okulogenital) harus dipikirkan ketika sekret yang ada adalah
purulen.5
Di klinik kita akan melihat penyakit ini dalam bentuk oftalmia neonatorum
(bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10 hari) dan
konjungtivitis gonore adultorum. Gambaran klinis konjungtivitis purulen adalah
berupa sekret purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari,
disertai perdarahan subkonjungtiva dan konjungtiva kemotik.1
Konjungtivitis dapat menyebar melalui kontak dengan tangan ketika
menggosok mata atau menyentuh kontak lens setelah menyentuh alat kelamin yang
terinfeksi.6
Sekret pada konjungtivitis yang disebabkan baik oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae ataupun Chlamydia trachomatis, adalah purulen seperti nanah. Untuk
membedakan kuman penyebabnya adalah dengan memeriksakan sekretnya.
2.7. Konjungtivitis Gonore
A. Definisi
Konjungtivitis Gonore (GO) adalah radang selaput mata luar, hiperakut dengan
sekret purulen (kuning kental seperti nanah) yang disebabkan oleh kuman
Neisseria gonorrhoeae.7 Neisseria gonorrhoeae yang merupakan bakteri gram-
negatif, intraselular, dan aerobik diplokokus. Gonorrhoeae paling sering
ditransmisikan melalui hubungan seksual, selain itu dapat juga ditransmisikan dari
ibu ke neonatus saat proses kelahiran, neonatus terinfeksi karena melewati traktus
genitalia ibu yang telah terinfeksi Neisseria gonorrhoeae, sehingga menyebabkan
ophthalmia neonatrum dan infeksi neonatal sistemik.
B. Epidemiologi
Risiko terjadinya oftalmia gonokokal pada bayi baru lahir dari ibu yang tidak
mendapat terapi gonore adalah sekitar 30%.10,11
C. Gambaran Klinis
Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif
sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Pada neonatus infeksi
konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi
penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada
orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.
Gejala yang muncul adalah mata merah hiperakut berdurasi kurang dari 4
minggu dengan sensasi benda asing. Mata terasa seperti di ”lem”, sehingga susah
untuk dibuka, terutama saat pagi hari bangun dari tidur, dengan disertai sekret
yang purulen. Periode inkubasi konjungtivitis 2 sampai 7 hari. Papil konjungtiva,
punktat keratitis superficial, dan kemosis juga sering didapati. Selain itu terkadang
dapat ditetemukan perdarahan subkonjungtiva (subconjunctival hemorrhage),
pseudomembran/true membrane, dan nodus preaurikular. Pada keadaan kronis
atau berat dapat terjadi ulserasi marginal dengan uveitis anterior yang disebabkan
oleh infiltrasi subepitel cornea perifer
Oftalmia Gonokokal Neonatorum
Pada periode perinatal, manifestasi klinis gonore yang paling sering adalah
oftalmia gonokokal neonatorum. Gambaran klinis yang terlihat jelas berupa,
konjungtivitis purulen yang terjadi 2 sampai 5 hari setelah kelahiran melalui kanal
vagina ibu yang terinfeksi kuman Neisseria gonorrhoeae. Jika oftalmia gonokokal
neonatorum tidak diobati, dapat berlanjut secara cepat menjadi ulkus kornea,
perforasi bola mata, dan kebutaan. Konjungtivitis gonokokal kronis ringan yang
terjadi selama 3 bulan telah dilaporkan pada seorang bayi usia 4 bulan.8
Konjungtivitis Gonore pada Orang Dewasa
Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit yaitu infiltratif, supuratif dan
penyembuhan.
Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku disertai
rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar
dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang
konjungtiva bulbi merah, kemotik dan menebal. Pada umumnya menyerang satu
mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata
kanannya.
Pada stadium supuratif terdapat sekret. Pada orang dewasa sekret tidak kental
sama sekali, berbeda dengan oftalmia neonatorum yang biasanya mengenai kedua
mata dengan sekret kuning kental yang kemudian menjadi purulen.
Stadium penyembuhan, pada orang dewasa penyakit ini berlangsung selama 6
minggu dan tidak jarang ditemukan pembesaran disertai rasa sakit kelenjar
preaurikel.1
D. Patofisiologi
Neisseria gonorrhoeae menempel pada mukosa sel hos, dalam waktu 24-48
jam, penetrasi melalui dan melewati sel menuju spatium subepitelial. Respon dari
host adalah invasi neutofil, kemudian diikuti pengelupasan epitel, pembentukan
mikroabses submukosa, dan sekret purulen. Jika tidak diberikan terapi, maka
neutrofil akan digantikan dengan infiltrasi makrofag dan limfosit.
Di klinik penyakit ini dijumpai dalam bentuk ophthalmia neonatrum (bayi
berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10 hari), dan
konjungtivitis gonore adultorum.
Pada orang dewasa penyakit ini memiliki tiga stadium, yaitu stadium
infiltrative, stadium supuratif, dan stadium penyembuhan.
Pada stadium infiltrative kelopak mata dan konjungtiva kaku, disertai rasa
sakit saat perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka.
Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior, konjungtiva bulbi
memerah, kemotik, dan menebal. Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada
mata dan gejala infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih
dahulu.
Stadium supuratif, pada stadium ini terdapat sekret kental. Pada bayi mengenai
kedua mata dengan sekret kuning kental. Bila masih dini sekret dapat serous yang
kemudian akan menjadi kental dan purulen. Pada orang dewasa sekret tidak
terlalu kental
E. Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan pemeriksaan sekret dengan
pewarnaan metilen biru atau pewarnaan gram, dimana akan terlihat diplokok
intraselular atau ekstraselular leukosit. Sifat Neisseria gonorrhoeae adalah gram
negatif. Orangtua juga diperiksa duh tubuh di genitalia eksterna.
F. Terapi
Pengobatan segera dimulai bila pada pewarnaan gram terdapat diplokok batang
intraselular gram negatif dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore. Berhubung
seringnya timbul penyulit dan sangat menular, maka penderitasebaiknya dirawat
dan di isolasi serta sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih
(direbus) atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam. Kemudian diberikan salep
mata Gentamisin setiap 30 menit pada 6 jam pertama, setelah itu diberikan setiap 1
jam selama 3 hari. Antibiotik sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan
gonokokus.
Saat ini pemberian konjungtivitis gonore diberi topikal dan sistemik.
Pemberian topikal dengan pemberian salep Tetracycline HCL 1 % atau
Ciprofloxacin 0,3 % yang diberikan minimal 6 kali sehari pada neonatus dan
diberikan tiap 2 jam sekali pada penderita dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali
sampai terjadi resolusi. Sebelum diberikan salep/tetes mata, sekret harus
dibersihkan terlebih dahulu. Pemberian sistemik pada orang dewasa diberikan
penicilin G 4,8 juta IU intramuskular dalam dosis tunggal ditambah dengan
Probenecid 1 gram peroral, atau ampicilin dosis tunggal 3,5 gram peroral. Pada
neonatus dan anak-anak injeksi penicilin diberikan dengan dosis 50.000-100.000
IU/kgBB. Bila penderita tidak tahan atau resisten dengan obat-obat derivat
penicilin bisa diberi Thiamfenikol 3,5 gram dosis tunggal atau tetracycline 1,5
gram dosis intial dilanjutkan dengan 4 kali 500mg/hari atau dapat diberikan
cefriaksone (Rocephin) atau Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi.
Pada stadium penyembuhan semua gejala sangat berkurang. Pengobatan
diberhentikan bila pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan
3 kali berturut-turut negatif (tidak ada diplokok dengan pewarnaan metilen biru
atau pewarnaan gram).
Konjuntivitis gonore dengan penyulit pada kornea, topikal dapat diberikan
ciprofloksasin 0,3% dengan cara pemberian Hari I, 1-2 tetes setiap 15 menit
selama 6 jam; Hari II, 2 tetes tiap 1 jam; Hari III-XIV, 2 tetes tiap 4 jam.
Obat-obat topikal yang lain dapat diberikan bacitracin, Vancomycin,
Cephaloridin, Cephazolin, Gentamycin, Tobramyci, Carbenicilin, dan Polymyxin
B. Pengobatan sistemik diberikan tanpa penyulit selain obat-obat spesifik
Neisseria Gonorea dapat diberikan siklopegik (Scopolamin0,25%) 2-3 kali setiap
hari untuk menghilangkan nyri karena spasme siliar dan mencegah sinekia. Dan
apabila ada bahaya mengancam atau perforasi dapat dilakukakn operasi flap
konjungtiva “partial conjungtival bridge flap”.
Pencegahan secara klasik AgNo3 1 % pada setiap bayi yang baru lahir.
Dengan cara ini dapat terjadi penyulit akibat terteteskan AgNO3 berkonsentrasi
lebih yang terendap pada larutannya sehingga mengakibatkan kerusakan atau luka
bakar kimia pada kornea. Cara yang lebih aman adalah membersihkan mata bayi
segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan salep kloramfenikol.
Konjungtivitis purulen pada bayi sebaiknya dibedakan dengan oftalmia
neonatarum lainnya seperti klamidia konjungtivitis, infeksi bakteri lainnya, virus
dan jamur.
G. Prognosis
Konjungtivitis gonore adalah satu-satunya peradangan selaput mata luar yang
dapat menyebabkan kebutaan, yang dimulai dengan keratitis, tukak kornea sampai
terjadi perforasi kornea dan peradangan bola mata sehingga menimbulkan
kebutaan tanpa didahului oleh trauma. Hal ini disebabkan kuman Neisseria
gonorrhoeae mengandung enzim proteolitik yang dapat merusak/meluluhkan
kornea, sehingga prognosisnya kurang baik.2,6,9
H. Pencegahan
Untuk mencegah konjungtivitis, kepada bayi baru lahir secara rutin diberikan
tetes mata Gentamisin. Kepada bayi yang orangtuanya menderita gonore diberikan
suntikan antibiotik Cefotaxim.10 Cara yang lebih aman ialah dengan membersihkan
mata bayi segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan tetes mata
Gentamisin.1
2.8. Konjungtivitis Inklusi
A. Definisi
Konjungtivitis inklusi merupakan penyakit okulogenital yang disebabkan oleh
kuman Chlamydia trachomatis serotip D sampai K, yang merupakan penyakit
kelamin (uretra, prostat, serviks dan epitel rektum), dengan masa inkubasi 5-10
hari.
B. Epidemiologi
Oftalmia neonatorum infeksi dengan Chlamydia dapat mencapai 15-20%.
Sekitar setengah dari bayi yang lahir dengan ibu yang terinfeksi yang tidak diobati
akan menderita penyakit ini.11,12
C. Gambaran Klinis
Konjungtivitis inklusi, juga dikenal sebagai konjungtivitis inklusi neonatal
pada bayi yang baru lahir. Pada dewasa juga disebut sebagai blennorrhea inklusi,
konjungtivitis klamidia, atau swimming pool conjungtivitis.
Konjungtivitis okulogenital pada bayi timbul 3-5 hari setelah lahir. Pada bayi
dapat memberikan gambaran konjungtivitis purulen.
Pada orang dewasa dapat dalam beberapa bentuk, yaitu konjungtiva hiperemik,
kemotik, pseudomembran, folikel yang nyata terutama pada kelopak bawah, dan
tidak jarang memberikan gambaran seperti hipertrofi papil disertai pembesaran
kelenjar preaurikel.1,13 Dan biasanya juga disertai dengan riwayat mata merah
beberapa minggu sampai beberapa bulan, mata merah yang lengket, dan berair.
Seringkali gejalanya hanya terdapat pada satu mata saja.12
D. Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit konjungtivitis inklusi adalah dengan pulasan epitel,
dimana terdapat pigmen basofil didalam sitoplasma dengan reaksi neutrofil, sel
plasma dan sel mononuklear.
E. Terapi
Semua pasien dengan konjungtivitis inklusi dan pasangan seksualnya diperiksa
dan diobati. Konjungtivitis inklusi secara umum merespon dengan baik pemberian
doxycycline. Terapi dengan dosis harian 1,5 mg/kgBB selama 1 minggu
menghasilkan kesembuhan 100% dari 93 pasien dengan konjungtivitis inklusi
pada orang dewasa. Pada bayi yang baru lahir diberikan tetes mata tetrasiklin 4 x
sehari dan eritromisin dosis oral 40 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis selama 2 – 3
minggu atau eritromisin IV selama 14 hari. Pasien harus kontrol tiap minggu
sehingga dokternya dapat memonitor kesembuhannya.11,12
F. Prognosis
Konjungtivitis inklusi yang tidak diobati pada bayi yang baru lahir dalam 3 –
12 bulan biasanya akan sembuh, tapi biasanya terdapat skar atau neovaskularisasi.
Pada orang dewasa jika tidak diobati maka penyakit akan berlanjut selama
berbulan-bulan dan menyebabkan neovaskularisasi pada kornea. Jika diobatipun,
antibiotik biasanya tidak mengembalikan kerusakan yang ada, tetapi dapat
mencegahnya jika diberikan secepatnya.11
G. Pencegahan
Infeksi pada neonatus dapat dicegah dengan pemberian tetes mata Gentamisin
pada konjungtiva cul-de-sac saat lahir.11
BAB 3LAPORAN KASUS
Masuk Rumah Sakit tanggal 26 November 2013
Pemeriksaan dilakukan tanggal 27 November 2013
Sumber anamnesa : alloanamnesa (ibu)
3.1. Anamnesis
I. Identitas Pasien
Nama : by.M.I
Umur : 10 hari (lahir tanggal 16 november 2013)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Identitas Keluarga/wali
Ibu Ayah
Nama : Ny.SY Nama : Tn.S
Umur : 27 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Bugis Suku : Bugis
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan
Swasta
(pekerja
tambang)
Alamat : Jln. Pemuda RT 31 Palalaran
II. Keluhan Utama : keluar banyak kotoran (belekan) dari mata kiri
III. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan mata kiri mengeluarkan kotoroan (belekan) kental,
berwarna putih dan mata merah, keluhan dialami sejak 6 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit. Empat hari setelah lahir dan dibawa pulang mata
kiri pasien tidak bisa dibuka, mata lengket dan keesokan harinya terdapat
banyak kotoran pada mata pasien. Saat 1 hari setelah lahir, mata kiri pasien
sudah mulai berair hanya saja tidak lengket. Pada usia kehamilan 7 bulan, ibu
mengaku terdapat keputihan namun tidak banyak, tidak berbau, dan putihnya
jernih. Pasien mengaku terakhir berhubungan badan dengan suaminya pada
usia kehamilan 8 bulan. Dan setelah itu pasien mengaku tidak ada keluhan
keputihan yang banyak, demam (-)
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
V. Riwayat Persalinan :
Pasien dilahirkan di rumah sakit dengan operasi sectio cecarea pada
kehamilan 39 minggu dan berat badan 2,9 kg, dilakukan operasi
dikarenakan ibu mengalami hipertensi. Pasien adalah anak ke 3.
Anak ke 1 dilahirkan spontan, cukup bulan dengan berat badan 3 kg pada
tahun 2006.
Anak ke 2 dilahirkan SC, usia kehamilan 38 minggu dengan berat badan 1,9
kg pada tahun 2010.
VI. Riwayat Penyakit Keluarga:
Ibu memilki hipertensi sejak 5 tahun yang lalu
Ibu pasien mengalami keputihan saat trimester awal keputihan
Ayah pasien tidak diketahui riwayat kesehatnnya
Keluarga pasien terdekat tidak diketahui apakah ada yang menderita
penyakit mata menular atau tidak
3.2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan pasien : Sakit sedang, composmentis
Tanda-tanda vital :
Nadi : 140x/menit
Pernafasan : 38x/menit
Suhu : 36,9oC
BB : 3,5 kg
Status Generalis :
Kepala /Leher : anemis (-/-), ikterik (-/-), pembesaran KGB(-),sianosis(-)
Mata tampak hiperemi dan sekret banyak keluar
Thoraks Pulmo : Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : fremitus simetris D=S
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, tidak ada rhonki
Cor : Inspeksi : Iktus Cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus Cordis tidak terlihat
Perkusi : batas kanan : ICS III Para Sternal Line Deksta,
batas kiri : ICS V Mid Clavicula L ine Sinistra
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal dan reguler
Abdomen Inspeksi : perut cembung, simetris
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus normal
VII. Status Opthalmikus
No Pemeriksaan Oculi Dextra Oculi Sinistra
1 Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2 Lapang pandang Sulit dievaluasi sulit dievaluasi
3 Gerakan bola mata Baik kesegala
arah
Baik kesegala arah
4 Palpebra Superior
Edema
Hiperemi
Papil
Enteropion
Silia
Sikatrik
- Sedikit edem
- +
- -
- -
Normal Normal
- -
5 Palpebra inferior
Silia
Trikiasis
Hiperemi
Edema
Normal Normal
- -
- -
- Sedikit edem
6 Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
- Hiperemi, terdapat sekret agak kuning, purulen, lengket
- -
7 Kornea jernih Jernih
8 Bilik mata depan Dalam Dalam
9 Iris Warna coklat
Iridodialisis (-)
Warna coklat
Iridodialisis (-)
10 Pupil
Bentuk
Diameter
Reflex
Regular Regular
3 mm 3 mm
Normal Normal
11 Lensa Jernih Jernih
12 TIO (palpasi) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
13 Slit lamp Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
14 Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gambar :
OD OS
3.3. Diagnosis Sementara
Oculi sinistra Konjungtivitis purulenta
3.4. Diagnosis Banding
- konjungtivitis inklusi neonatal
- konjungtivitis bakteri lainnya
- konjungtivitis virus
3.5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah lengkap 27-11-2013
Hb : 10,3 g/dl, Leukosit : 8500/mm3 , Ht : 30 %, Trombosit 179.000/mm3
Pemeriksaan mikrobiologi sekret konjungtiva
27-11-2013 : ditemukan bakteri diplococus gram negatif
28-11-2013 : ditemukan bakteri diplococus gram negatif
29-11-2013 : ditemukan bakteri diplococus gram negatif
30-11-2013 : ditemukan bakteri diplococus gram negatif
01-12-2013 : tidak ditemukan bakteri diplococus gram negatif
02-12-2013 : tidak ditemukan bakteri diplococus gram negatif
3.6. Diagnosis Kerja
Konjuntivitis gonore oculi sinistra
3.7 Penatalaksanaan
Injeksi Cefotaksim 2x150mg intravena
Baquinor (siprofloksasin 3mg/ml) dalam 1 tetes tiap jam
Irigasi dengan Nacl 0,9 % 3 kali sehari
Mata dibersihkan sesering mungkin (dengan kapas/kasa dibasai NaCl)
3.8. Prognosis
Dubia ad bonam
3.9. Follow up
Tanggal S O A P
27-11-2013 Mata kiri
mengeluarkan
kotoran(+),
perdarahan(-),
Demam(-),
ASI (+)
N : 120xi
RR : 44x/i
T : 36,40C
OS : sekret
purulen (+),
konjungtiva
sedikit
hiperemi
Konjungtivitis
purulenta
- Cefotaxim inj
2x150 mg IV
- Baquinor eye drop
1 tetes tiap jam
- Irigasi mata (kapas
dibasahi NaCl)
- bersihkan mata
sesering mungkin
- Periksa sekret
mata setiap hari
28-11-2013 Kotoran mata
kiri
(+),demam(-),
N : 122xi
RR : 42x/i
Konjungtivitis
purulenta
- Cefotaxim inj
2x150 mg IV
- Baquinor eye drop
ASI (+) T : 36,50C
OS : sekret
purulen (+),
konjungtiva
sedikit
hiperemi
1 tetes tiap jam
- Irigasi mata (kapas
dibasahi NaCl)
- bersihkan mata
sesering mungkin
- Periksa sekret
mata setiap hari
29-11-2013 Kotoran mata
kiri berkurang
, demam (-),
ASI (+)
N : 140xi
RR : 38x/i
T : 36,90C
OS : sekret
purulen (+),
konjungtiva
sedikit
hiperemi
Konjungtivitis
purulenta
(gonoblenorea)
- Cefotaxim inj
2x150 mg IV
- Baquinor eye drop
1 tetes tiap 1 jam
- Irigasi mata
dengan NaCl 3
kali sehari
- bersihkan mata
sesering mungkin
- Periksa sekret
mata setiap hari
30-11-2013 Kotoran mata
kiri<<,
demam (-),
ASI (+)
N : 130xi
RR : 38x/i
T : 36,70C
OS : sekret
purulen (+),
Konjungtivitis
purulenta
(gonoblenorea)
- Cefotaxim inj
2x150mg
(RESISTEN)
dari spesialis
anak amikasin inj.
2x24 mg IV
- Baquinor eye drop
1 tetes tiap jam
- Irigasi mata
dengan NaCl 3
kali sehari
- bersihkan mata
sesering mungkin
- Periksa sekret
mata setiap hari
01-12-2013 Kotoran mata
kiri<<<,
N : 123xi Konjungtivitis
purulenta
- Amikasin inj
demam (-),
ASI (+)
RR : 42x/i
T : 36,90C
OS : sekret
purulen (-),
(gonoblenorea) 2x24 mg IV
- Baquinor eye drop
1 tetes tiap 1 jam
- Irigasi mata (kapas
dibasahi NaCl)
- Periksa sekret
mata setiap hari
02-12-2013 Tidak
mengeluarkan
kotoran mata,
ASI (+)
N : 128xi
RR : 40x/i
T : 36,90C
OS : sekret
purulen (-),
Konjungtivitis
purulenta
(gonoblenorea)
- Amikasin inj
2x24 mg IV
- Baquinor eye drop
1 tetes tiap 2 jam
- Irigasi mata (kapas
dibasahi NaCl)
- Periksa sekret
mata setiap hari
03-12-2013 Tidak
mengeluarkan
koroan mata
kiri yang
lengket,
N : 124xi
RR : 38x/i
T : 36,50C
OS : sekret
purulen (-),
gonoblenorea - Pasie boleh
pulang
- Baquinor eye
drop 4x1 tts
BAB 4PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Kasus Teori
Anamnesis
- bayi 10 hari, mata kiri
mengeluarkan kotoroan
(belekan) kental, berwarna
putih dan mata merah,
sejak 6 hari sebelum masuk
rumah sakit.
- 4 hari setelah lahir, dibawa
pulang mata kiri pasien
tidak bisa dibuka, mata
lengket dan keesokan
harinya terdapat banyak
kotoran pada mata pasien.
Konjuntivitis
peradangan atau infeksi pada konjugtiva
yang disebabkan bakteri, virus, klamidia,
reaksi alergi, dibagi menjadi: konjuntivitis
gonore, konjungtvitis bakteri akut, clamydial
konjungtivitis, konjuntivitis virus
Konjungtivitis purulent : peradangan
konjungtiva yang disertai sekret purulent
biasanya akibat infeksi Neisseria Gonore
Anamnesis
Mata merah
Kelopak mata bengkak
Seperti ada benda asing
Sekret purulent
Seperti nanah kadang bercampur
darah
4.2 Pemeriksaan Fisik
Kasus Teori
palpebra superior dan
inferior mata kiri sedikit
edem dan hiperemi,
konjungtiva bulbi tampak
hiperemi,
Visus normal /
Edeman Palpebra
Injeksi konjungtiva
Sekret purulent
sekret (+) warna putih agak
kekuningan,
kental/purulen,
mata lengket,
mata kiri sulit dibuka.
Perdarahan karena edema
konjungtiva hebat
4.3 Pemeriksaan penunjang
Kasus Teori
Pada pasien ini dilakkan swab dan
ditemukan bakteri diplococus
gram negatif
- pemeriksaan penunjang yang dapat
digunakan Mikrobiologi : Swab sekret +
pengecatan gram diplococus gram
negatif( – ) dengan PMN yang agak bnyak
4.4 Penatalaksanaan
Kasus Teori
Injeksi Cefotaksim
2x150mg intravena
Baquinor
(siprofloksasin 3mg/ml)
dalam 24 jam 1 tetes
tiap jam
Irigasi dengan Nacl 0,9
% setiap 3 kali sehari
Mata dibersihkan
sesering mungkin
(dengan kapas/kasa
dibasai NaCl)
I. Medikamentosa
- topikal : penicillin 50.000 iu/ cc 100.000
iu/cc tetes mata tiap 15 menit, kemudian
dikurangi tergantung klinis.
- Bila infeksi berat, tambah Sulfas atropine
0.5 % - 1 % tetes mata
- Antibiotik per oral atau intravena bila perlu
II. Bedah
Bila terjadi komplikasi perforasi kornea
flap konjungtiva
III. Suportif
Bersihkan sekret dengan kapas dan NaCl
Pada anamnesis diketahui bahwa bayi berumur 10 hari datang dengan mata
kiri mengeluarkan kotoroan (belekan) kental, berwarna putih dan mata merah, dialami
sejak 6 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Empat hari (4) setelah lahir dan
dibawa pulang mata kiri pasien tidak bisa dibuka, mata lengket dan keesokan harinya
terdapat banyak kotoran pada mata pasien.
Dari riwayat penyakit keluarga tidak didapatkan atau tidak diketahui riwayat
penyakit menular seksual pada ayah. Namun pada usia kehamilan 7 bulan, ibu
mengaku terdapat keputihan namun tidak banyak, tidak berbau, dan putihnya jernih.
Pasien mengaku terakhir berhubungan badan dengan suaminya pada usia kehamilan 8
bulan. Ayah pasien merupakan seorang pekerja tambang yang pulang kerumah setiap
2 minggu sekali. Dan setelah itu pasien mengaku tidak ada keluhan keputihan yang
banyak, dan demam. Keluarga terdekat yang lain tidak diketahui apakah ada yang
sedang menderita penyakit infeksi pada mata atau tidak diakui ibu pasien karena saat
pasien dilahirkan banyak keluarga yang datag berkunjung.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan mata kiri palpebra superior dan inferior
sedikit edem dan hiperemi, konjungtiva bulbi tampak hiperemi, sekret (+) warna putih
agak kekuningan, kental/purulen, lengket, mata kiri sulit dibuka.
Diagnosis saat ini ditegakkan konjungtivitis purulenta yang dicurigai akibat
gonokokus berdasarkan gejala klinis yang tampak dan pemeriksaan mikrobiologi
sekret sebelum masuk rumah sakit (25 November 2013).
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sekret konjungtiva
selama 1 minggu berturut-turut dan diketahui terdapat bakteri diplococus gram negatif
hingga hari ke lima perawatan di rumah sakit tidak lagi ditemukan gonokokus. Hal ini
sesuai dengan literatur dimana kasus konjungtivitis purulenta dapat diakibatkan oleh
gonokokus selain bakterial.
Penatalaksanaan pada pasien yaitu irigasi dengan NaCl tiga kali sehari,
dibersihkan dengan kapas yang dibasahin NaCl sesering mungkin, baquinor eye drop
1 tetes tiap jam OS, Cefotaxim 2x150mg dan pemeriksaan sekret konjungtiva setiap
pagi. Terapi ini sesuai dengan teori bahwa sekret dibersihkan dengan kapas atau
larutan garam fisiologis sesering mungkin. Antibiotik yang diberikan dalam bentuk
topikal dan sistemik, dimana pada pasien ini diberikan antibiotik topikal yaitu
baquinor eye drop (ciprofloxacin 3mg/ml) yang digunakan untuk kasus konjungtivitis
yang disebabkan oleh bakteri E.coli, H.influenza, S.Aereus,S. Hemolyticus, dan N.
Gonorehoeae. Antibiotik sistemik yang diberikan adalah cefotaxim, suatu antibiotik
spektrum luas dimana hasil pemeriksaan kultur belum dilakukan. Di literatur
dikatakan bahwa pemakaian antibiotik dapat disesuaikan dengan jenis kuman yang
didapatkan dari hasil kultur,. Pada pasien dilakukan pemeriksaan swab sekret setiap
hari dan hari ke 4 perawatan diketahui hasil kultur resisten dengan cefotaksim dan dari
spesialis anak diganti dengan amikasin intravena 2x 24mg.
Prognosis pasien ini dubia ada bonam, dimana pada hari ke 6 diketahui hasil
swab tidak lagi ditemukan diplococus negatif dan gejala klinis tidak ditemukan yang
menandakan penyakit pasien telah sembuh tanpa adanya komplikasi. Namun keluarga
pasien perlu memperhatikan bahwa penyakit pasien dapat terulang kembali,
dikarenakan penyebabnya yang dapat ditularkan oleh orang lain yang mungkin
diderita orang-orang sekitarnya.
BAB 5KESIMPULAN
Bayi laki-laki 10 hari datang ke poli mata dengan mata kiri mengeluarkan
kotoroan (belekan) kental, berwarna putih dan mata merah yang dialami sejak 6 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit dilakukan perawatan selama 1 minggu dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diketahui dengan diagnosis
konjungtivitis Gonorea.
Pada pasien ini memiliki prognosa baik dikarenakan pemberian antibotik
spektrum luas yang sesuai. Pada pasien ini sebaiknya dilakukan pencegahan untuk
menghindari kontak dari orang sekitar terutama yang memiliki penyakit menular.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2004.
2. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.
Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta. 2002.
3. http://www.NetDoktor.co.uk/Conjunctivitis (inflammation of the eye).htm
4. http://www.indonesiaindonesia.com/f/13201-konjungtivitis/
5. http://www.American Academi of Family physician/conjunctivitis.htm
clinic/conjunctivitis.htm
6. http://www.rsmyap.com/content/view/13/29/
7. http://www.dexa media/infeksi gonore pada anak.htm
8. Ilyas, H.S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005. Hal 68-71
9. http://www.Cleveland http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php? id=&iddtl=402&idktg=19&idobat=&UID=20070718143134125.161.2.9
10. http://www.lifesteps.com/gm/Atoz/ency/inclusion_conjunctivitis_pr.jsp
11. http://www.chlamydiae.com/restricted/docs/infections/adult_conjunctivitis.asp
12. http://www.histopathology-india.net/inclusion_conjunctivitis.htm
13. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum
(General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000.