tutorial dita

Upload: al-amirah-zainab

Post on 10-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dwdw

TRANSCRIPT

Apa hubungan seringnya dipasang kateter dengan infeksi saluran kemih?Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air kemih yang terdapat di dalamnya (Perry & Potter, 2000). Kateterisasi kandung kemih merupakan prosedur perawatan yang sering dilakukan di rumah sakit dimana lebih dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati, 2008). Kateterisasi dilakukan pada seorang pasien jika diperlukan mengingat tindakan ini sering menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Brunner & Suddarth, 2000).Pemasangan kateter akan menurunkan sebagian besar daya tahan pada saluran kemih bagian bawah dengan menyumbat saluran di sekeliling uretra, mengiritasi mukosa kandung kemih dan menimbulkan jalur masuknya kuman ke dalam kandung kemih. Pada pasien yang menggunakan kateter, mikroorganisme dapat menjangkau saluran kemih melalui tiga lintasan utama: (1) dari uretra ke dalam kandung kemih pada saat kateterisasi; (2) melalui jalur dalam lapisan tipis cairan uretra yang berada di luar kateter ketika kateter dan membran mukosa bersentuhan; dan (3) cara yang paling sering melalui migrasi ke dalam kandung kemih di sepanjang lumen internal kateter setelah kateter terkontaminasi (Brunner & Suddarth, 2000).Kolonisasi bakteri akan terjadi dalam waktu 2 minggu pada separuh dari pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, dan dalam waktu 4 hingga 6 minggu sesudah pemasangan kateter pada hampir semua pasien (Brunner & Suddarth, 2000). Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi sebagai agent dengan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun ataupun karena virulensi agent meningkat ( Furqan, 2003).Infeksi saluran kemih pasca kateterisasi ini merupakan salah satu bentuk infeksi nosokomial. Infeksi saluran kemih pasca kateterisasi merupakan porsi terbesar dari infeksi nosokomial (Furqan, 2003). Sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin (Utama, 2006). Tingginya infeksi setelah pemasangan kateter juga sebagai akibat sulitnya pengontrolan dan perawatan serta penggantian kateter pada penderita yang memerlukan pemasangan kateter yang lama (Furqan, 2003).Rasyid (2000) menguraikan bahwa penderita yang mengalami infeksi nosokomial yang salah satunya adalah akibat pemasangan kateter akan mendapatkan perawatan yang lebih lama sehingga penderitaan klien mejadi bertambah biaya, selain itu pihak rumah sakit juga akan menanggung kerugian karena kondisi tersebut yaitu: lama hari perawatan bertambah panjang dan biaya menjadi meningkat. Furqan (2003) menegaskan bahwa infeksi saluran kemih pasca kateterisasi ini dapat membahayakan hidup karena dapat berlanjut pada septikemia dan berakhir pada kematian.

Bagaimana penggolongan serta cara kerja dari antibiotik?1. Penisilin (Penicillins)Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi.Penisilin adalah kelompok agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V, ampisilin, tikarsilin, kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin.Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran pernapasan, dll.Sebagian orang mungkin mengalami alergi terhadap penisilin dengan keluhan ruam atau demam karena hipersensitivitas terhadap antibiotik.Seringkali penisilin diberikan dalam kombinasi dengan berbagai jenis antibiotik lainnya.2. Sefalosporin (Cephalosporins)Sefalosporin, seperti penisilin, bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi. Namun, antibiotik ini mampu mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak dapat diobati dengan penisilin, seperti meningitis, gonorrhea, dll.Dalam kasus dimana orang sensitif terhadap penisilin, maka sefalosporin bisa diberikan sebagai alternatif.Namun, dalam banyak kasus, ketika seseorang alergi terhadap penisilin, maka kemungkinan besar dia akan alergi terhadap sefalosporin juga.Ruam, diare, kejang perut, dan demam adalah efek samping dari antibiotik ini.3. Aminoglikosida (Aminoglycosides)Jenis antibiotik ini menghambat pembentukan protein bakteri.Karena efektif dalam menghambat produksi protein bakteri, aminoglikosida diberikan antara lain untuk mengobati tifus dan pneumonia.Meskipun efektif dalam mengobati bakteri penyebab infeksi, terdapat risiko bakteri semakin tahan terhadap antibiotik ini.Aminoglikosida juga diberikan dalam kombinasi dengan penisilin atau sefalosporin.Aminoglikosida efektif mengendalikan dan mengobati infeksi bakteri, namun berpotensi melemahkan ginjal dan fungsi hati.4. Makrolida (Macrolides)Sama seperti sebelumnya, antibiotik ini mengganggu pembentukan protein bakteri.Makrolida mencegah biosintesis protein bakteri dan biasanya diberikan untuk mengobati pasien yang sangat sensitif terhadap penisilin.Makrolida memiliki spektrum lebih luas dibandingkan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran lambung, dll.Ketidaknyamanan pencernaan, mual, dan diare adalah beberapa efek samping dari makrolida.Selain itu, wanita hamil dan menyusui tidak boleh mengonsumsi makrolida.5. Sulfonamida (Sulfonamides)Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada ginjal.Untuk mencegah pembentukan kristal obat, pasien harus minum sejumlah besar air. Salah satu obat sulfa yang paling sering digunakan adalah gantrisin.6. FluoroquinolonesFluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotik yang secara langsung menghentikan sintesis DNA bakteri.Karena dapat diserap dengan sangat baik oleh tubuh, fluoroquinolones dapat diberikan secara oral.Antibiotik ini dianggap relatif aman dan banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan saluran pernapasan.Namun, fluoroquinolones diduga mempengaruhi pertumbuhan tulang. Itu sebab, obat ini tidak direkomendasikan untuk wanita hamil atau anak-anak.Efek samping yang sering timbul meliputi mual, muntah, diare, dll7. Tetrasiklin (tetracyclines) dan polipeptida (polypeptides)Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi seperti infeksi telinga tengah, saluran pernafasan, saluran kemih, dll.Pasien dengan masalah hati harus hati-hati saat mengambil tetrasiklin karena dapat memperburuk masalah.Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada permukaan kulit saja.Ketika disuntikkan ke dalam kulit, polipeptida bisa menyebabkan efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf.

Bagaimana fisiologi berkemih yang normal?Pengisian Kandung Kemih.Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun dalam serabut- serabut spiral, longitudinal dan sirkuler, tetapi batas yang jelas dari lapisan otot ini tidak terlihat. Kontraksi peristalitik yang reguler terjadi 1-5 kali permenit yang menggerakkan urine dari pelvis ginjal ke kandung kemih, dimana urine masuk dengan cepat dan sinkron sesuai dengan gerakan gelombang peristaltik. Ureter berjalan miring melalui dinding kandung kemih dan walaupun disini tidak terdapat alat seperti spingter uretra, jalannya yang miring cenderung membiarkan ureter tertutup, kecuali sewaktu gelombang peristaltik guna mencegah refluk urine dari kandung kemih (Ganong,1983).Sewaktu pengisisan normal kandung kemih, akan terjadi hal-hal sebagai berikut: Sensasi kandung kemih harus intak Kandung kemih harus tetap dapat berkontraksi dalam keadaantekanan rendah walaupun volume urine bertambah. Bladder outlet harus tetap tertutup selama waktu pengisian ataupunsaat terjadi peninggian tekanan intra abdomen yang tiba-tiba. Kandung kemih harus dalam keadaan tidak berkontraksi involunter,2.2.2.Pengosongan Kandung Kemih.Kandung kemih hanya mempunyai dua fungsi yaitu untuk mengumpulkan (pengisian) dan mengeluarkan (pengosongan) urin menurut kehendak. Aktifitsas sistem saraf untuk kedua sistem ini adalah berbeda. Proses berkemih adalah suatu proses yang sangat komplet dan masih banyak membingungkan. Berkemih dasarnya adalah suatu reflek spinal yang dirangsang dan dihambat oleh pusat-pusat di otak, seperti halnya perangsangan defekasi, dan penghambatan ini volunter. Urine yang masuk kedalam kandung kemih tidak menimbulkan kenaikan tekanan intra vesikal yang berarti, sampai kandung kemih benar-benar terisi penuh. Seperti ototpolos lainnya otot-otot kandung kemih juga mempunyai sifat elastis bila diregangkan. Pengosongan kandung kemih melibatkan banyak faktor, tetapi faktor tekanan intra vesikal yang dihasilkan oleh sensasi rasa penuh adalah merupakan pertama untuk berkontraksinya kandung kemih secara volunter. Selama berkemih otot-otot perineal dan muskulus spingter uretra eksternus mengalami relaksasi, sedangkan muskulus detrusor mengalami kontraksi yang menyebabkan urin keluar melalui uretra. Pita-pita otot polos yang terdapat pada sisi uretra tampaknya tidak mempunyai peranan sewaktu berkemih, dimana fungsi utamanya diduga untuk mencegah refluk semen kedalam kandung kemih sewaktu ejakulasi (Ganong,1983).Mekanisme pengeluaran urine secara volunter, mulainya tidak jelas. Salah satu peristiwa yang mengawalinya adalah relaksasi otot diafragma pelvis yang menyebabkan tarikan otot-otot detrusor kebawah untuk memulai kontraksinya. Otot-otot perineal dan spingter eksterna berkontraksi secara volunter yang mencegah urine masuk kedalam uretra atau menghentikan aliran saat berkemih telah dimulai. Hal ini diduga merupakan kemampuan untuk mempertahankan spingter eksterna dalam keadaan berkontraksi, dimana pada orang dewasa dapat menahan kencing sampai ada kesempatan untuk berkemih. Setelah berkemih uretra wanita kosong akibat gravitasi, sedangkan urine yang masih ada dalam uretra laki- laki dikeluarkan oleh beberapa kontraksi muskulus bulbo kavernosus (Tanagho,1995;Turek,1993).Pada orang dewasa volume urine normal dalam kandung kemih yang mengawali reflek kontraksi adalah 300-400 ml. Didalam otak terdapat daerah perangsangan untuk berkemih di pons dan daerah penghambatan di mesensefalon. Kandung kemih dapat dibuat berkontraksi walau hanya mengandung beberapa milliliter urine oleh perangsangan volunter reflek pengosongan spiral. Kontraksi volunter otot-otot dinding perut juga membantu pengeluaran urine dengan menaikkan tekanan intra abdomen. Pada saat kandung kemih berisi 300-400 cc terasa sensasi kencing dan apabila dikehendaki atas kendali pusat terjadilah proses berkemih yaitu relaksasi spingter (internus dan eksternus) bersamaan itu terjadi kontraksi otot detrusor buli-buli. Tekanan uretra posterior turun (spingter) mendekati 0 cmH2O sementara itu tekanan didalam kandung kemih naik sampai 40 cmH2O sehingga urin dipancarkan keluar melalui uretra (Rochani, 2000).2.2.3. Retensi Urin.Penyebab retensio urine dapat dibagi menjadi 3 kelompok (Rochani,2000) :1.2. 3.Supra VesikaPenyebab supra vesikal adalah hal-hal yang disebabkan karena persarafan kandung kemih misalnya trauma medula spinalis, atau kerusakan syaraf-syaraf sympatis dan para sympatis akibat trauma operasi atau neuropati DM. Obat-obatan anticholinergike, smooth muscle relaksasi. Symphatikomimetik dapat menyebabkan retensi urine.Vesika.Penyebab vesikal adalah kelainan-kelainan kandung kemih yang diakibatkan obstruksi lama atau infeksi kronis yang menyebabkan fibrosis buli-buli sehingga kontraksi buli-buli melemah.Infra VesikalPenyebab infra vesikal adalah penyebab mekanik seperti :A. Klep uretra posterior kongenitalB. Meatus stenosis kongenitalC. Striktur uretraD. Batu uretraE. Prostat hipertropi