tutorial 4.doc

18
Step 1 Menelan : Suatu respons refleks yang dicetuskan oleh impuls aferen di nervus trigemirus, glosofaringeus, dan vagus. (ganong Fisiologi kedokteran, 2013) Tersedak : Mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah makanan melintasi jalur pernafasan (fisiologi tortora ,2014) Mengunyah : mekanisme mekanik memecahkan partikel makanan besar dan mencampur makanan dengan skret kelenjar liur. (Ganong fisiologi kedokteran, 2013) Step 2 1. Mekanisme menelan dan sistem saraf penelanan 2. Mekanisme terjadinya nafsu makan 3. Organ yang berperan dalam proses Menelan 4. Mengapa andi bisa tersedak saat makan dan berbicara

Upload: dewandaru-i-a-b

Post on 13-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tutorial

TRANSCRIPT

Step 1Menelan : Suatu respons refleks yang dicetuskan oleh impuls aferen di nervus trigemirus, glosofaringeus, dan vagus. (ganong Fisiologi kedokteran, 2013)

Tersedak : Mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah makanan melintasi jalur pernafasan (fisiologi tortora ,2014)

Mengunyah : mekanisme mekanik memecahkan partikel makanan besar dan mencampur makanan dengan skret kelenjar liur. (Ganong fisiologi kedokteran, 2013)Step 2

1. Mekanisme menelan dan sistem saraf penelanan

2. Mekanisme terjadinya nafsu makan

3. Organ yang berperan dalam proses Menelan

4. Mengapa andi bisa tersedak saat makan dan berbicara

Step 3

1.)Mekanisme menelan dan sistem saraf penelanan

Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menelan pada dasarnya merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Proses menelan makanan bergerak dari faring menuju esofagus. Proses penelanan terdiri dari tiga fase, yaitu:

1) Fase Volunter

Makanan ditelan secara sadar. Makanan ditekan atau didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah yang bergerak ke atas dan ke belakang terhdap palatum sehingga lidah memaksa bolus masuk ke dalam orofaring. Proses menelan pada fase ini seluruhnya atau hampir seluruhnya terjadi secara otomatis dan biasanya tidak dapat dihentikan.

2) Fase Faringeal

Setelah makanan di dorong ke belakang mulut, makanan tersebut merangsang daerah reseptor penelanan yang terletak di orofaring, khususnya tonsila. Selanjutnya, impuls berjalan ke batang otak untuk memulai serangkaian kontraksi otot faring dengan jalan sebagai berikut.

a. Palatum molle didorong ke atas menutup nares posterior untuk mencegah refluks makanan ke rongga hidung.

b. Arkus palato-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk saling mendekati hingga membentuk celah sagital sebagai jalan masuk makanan ke posterior faring.

c. Pita suara larings menjadi berdekatan dan epiglotis terdorong ke belakang ke atas pintu superior larings. Kedua efek ini mencegah masuknya makanan ke dalam trakea.

d. Seluruh laring ditarik ke bawah dan ke depan oleh otot-otot yang melekat pada os hyoideus. Pergerakan ini meregangkan pintu esofagus.

e. Selanjutnya, bagian atas esophagus (sfingter esophagus atas)berelaksasi sehingga memungkinkan makanan berjalan dari posterior faring ke dalam esofagus bagian atas. Pada saat menelan sfingter tetap berkontraksi secara tonik dengan kuat untuk mencegah udara masuk ke dalam esofagus saat bernafas.

f. Pada saat laring terangkat dan sfingter esofagus atas relaksasi, m. Konstriktor faringeus superior berkontraksi sehingga menimbulkan gelombang peristaltik cepat yang berjalan ke bawah melewati otot-otot faring dan mauk ke dalam esofagus serta mendorong makanan esofagus bagian bawah. Mekanisme penelanan pada fase faringeal ini berlangsung selama 1-2 detik.

Pada fase faringeal ini terjadi :

1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.

2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

Peranan saraf kranial pada fase faringeal

OrganAfferenEfferen

Lidah

Palatum

Hyoid

Nasofaring

Faring

Laring

Esofagus

n.V.3

n.V.2, n.V.3

n.Laringeus superior cab internus (n.X)

n.X

n.X

n.rekuren (n.X)

n.Xn.V :m.milohyoid, m.digastrikus

n.VII : m.stilohyoid

n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

n.XII :m.stiloglosus

n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

n.V :m.tensor veli palatini

n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus

n.VII : m. Stilohioid

n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor faring sup, m.konstriktor ffaring med.

n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

n.IX :m.stilofaring

n.X : m.krikofaring

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m.konstriktor faring.

2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian superior.

3) Fase Esofagus

Fungsi utama esofagus yaitu menghantarkan makanan dari faring ke lambung. Sfingter bagian bawah esofagus berelaksasi setelah makanan melakukan gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung. Sfingter kemudian berkontraki untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung ke dalam esofagus. Gelombang peristaltik esofagus hampir seluruhnya dikontrol oleh refleks vagus, yang merupakan sebagian dari keseluruhan mekanisme menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung kira-kira dalam waktu 5 sampai 10 detik. Refleks ini dihantarkan melalui serat aferen vagus dari esofagus ke medula oblongata dan kembali lagi ke esofagus melalui serat aferen vagus.

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1.Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

2.Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

Peranan sistem saraf dalam proses menelan

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.

3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah2.

Nafsu makan dan rasa lapar muncul sebagai akibat perangsangan beberapa area di hipotalamus yang menimbulkan rasa lapar dan keinginan untuk mencari dan mendapatkan makanan (Guyton dan Hall, 2006).

Nukleus ventromedial pada hipotalamus berperan sebagai pusat rasa kenyang. Pusat ini dipercaya berfungsi memberi sinyal kepuasan nutrisional yang akan menghambat pusat nafsu makan. Stimulasi elektrik pada daerah ini akan menyebabkan rasa kenyang dan puas, yang dengan keberadaan makanan pun akan menyebabkan hewan coba menolak makanan tersebut (aphagia). Sedangkan kerusakan pada daerah ini menyebabkan hewan coba makan secara berlebihan dan terus menerus sehingga menyebabkan keadaan obesitas yang sangat ekstrim (Guyton dan Hall, 2006). Jumlah makanan yang dapat diterima tubuh diatur oleh nukleus paraventrikuler, dorsomedial, dan arkuatus hipotalamus. Lesi pada daerah paraventrikuler akan menyebabkan pola makan yang meningkat secara eksesif, sedangkan lesi pada daerah dorsomedial akan menekan perilaku makan. Nukleus arkuatus sendiri adalah lokasi berkumpulnya hormon-hormon dari saluran gastrointestinal dan jaringan lemak yang kemudian akan mengatur jumlah makanan yang dimakan dan juga penggunaan energi (Guyton dan Hall, 2006). Pusat-pusat nafsu makan tersebut saling terhubung melalui sinyal-sinyal kimia sehingga dapat mengkoordinasikan perilaku makan dan persepsi rasa kenyang. Nukleus-nukleus tersebut juga mempengaruhi sekresi berbagai hormon yang mengatur energi dan metabolisme, termasuk hormon dari kelenjar tiroid, adrenal dan juga pulau-pulau Langerhans dari pankreas (Guyton dan Hall, 2006). Pusat rasa lapar dan kenyang pada hipotalamus tersebut dipadati oleh reseptor untuk neurotransmitter dan hormon yang mempengaruhi perilaku makan. Hormon dan neurotransmitter tersebut terbagi atas substansi orexigenik yang menstimulasi nafsu makan dan anorexigenik yang menghambat nafsu makan

Sinyal yang menuju hipotalamus dapat berupa sinyal neural, hormon, dan metabolit. Informasi dari organ viseral, seperti distensi abdomen, akan dihantarkan melalui nervus vagus ke sistem saraf pusat. Sinyal hormonal seperti leptin, insulin, dan beberapa peptida usus seperti peptida YY dan kolesistokinin akan menekan nafsu makan (senyawa anorexigenic), sedangkan kortisol dan peptida usus ghrelin akan merangsang nafsu makan (senyawa orexigenic). Kolesistokinin, adalah peptida yang dihasilkan oleh usus halus dan memberi sinyal ke otak secara langsung melalui pusat kontrol hipotalamus atau melalui nervus vagus. (Fauci et al. 2008). Selain sinyal neural dan hormonal, metabolit-metabolit juga dapat mempengaruhi nafsu makan, seperti efek hipoglikemia akan menimbulkan rasa lapar. Namun, metabolit-metabolit tersebut bukanlah regulator nafsu makan utama karena melepaskan sinyal-sinyal hormonal, metabolik, dan neural tidak secara langsung, namun dengan mempengaruhi pelepasan berbagai macam peptida-peptida pada hipotalamus (Neuropeptide Y, Agouti-related Peptide,Melanocyte Stimulating Hormone, Melanin Concentrating Hormone). Peptida-peptida tersebut terintegrasi dengan jalur sinyal daripada sistem serotonergik, katekolaminergik, endocannabinoid, dan opioid. (Fauci et al. 2008).

3. Cavum Oris

Labia Superior et inferior: mengatur posisi makanan saat dikunyah.

Dentis : menghancurkan makanan sehingga mudah dicerna secara enzimatis

Lingua : Merupakan organ berotot yang dapat bergerak-gerak dan bentukanya dapat berubah ubah. Fungsi utamannya sebagai merasa makanan, memposisikan makanan untuk dikunyah gigi, membentuk bolus, mendorong makanan ke pharynx.

Glandula Saliva: sekresi saliva yang terdiri dari air, mukus, amilase (ptialin), Garam (bicarbonat dan phosphat menjaga pH, chlorid mengaktifkan amilase, urea, asam urat), IgA

Pharynx : melanjutkan penelanan dari mulut ke esophagus

Esophagus: sekresi mukus memudahkan menelan.

Palatum:

Palatum membentuk atap mulut dan dasar cavitas nasi. Palatum terdiri dari dua bagian ; palatum durum dan palatum molle.

Palatum molle adalah bagian fibromoskuler palatum sebelah posterior yang melekat pada tepi posterior palatum durum. Palatum molle meluas ke posterior dan berakhir dengan membentuk tepi bebas yang lengkung dan memiliki tonjolan berbentuk kerucut yakni, uvula. Sewaktu menelan pallatum molle bergerak ke posterior sampai pada dinding pharynx. Dan dengan demikian mencegah makanan beralih balik kedalam cavitas nasi.

Epiglotis: Menutup trakea untuk mencegah makanan atau partikel lain melintasi saluran pernafasan.

(anatomi klinis dasar, 2002)

4.) Tersedak

Apabila inhibisa pernapasan tidak ada dan atau glottis tidak menutup atau tidak menutup sempurna selama proses menelan, maka akan terjadi refleks tersedak. Hal ini penting untuk melindungi selama pernapasan dari bolus dan bahan-bahan lainnya yang seharusnya melalui saluran pencernaan. Tersedak dapat terjadi antara lain saat makan sambil berbicara, makan terlalu cepat, dll.

Muntah Pengeluaran isi lambung secara ekspulsif melalui mulut dengan bantuan otot-otot perut

Terjadi karena respon lambung berlawanan dengan normal :penurunan tonus esofagus bawah, fundus,dan korpus lambung dan peningkatan peristaltik antrun, tonus pilorus dan duodenum

Step7

1.) Apakah faktor yang mempengaruhi jumlah asupan makanan?Faktor-faktor yang mengatur jumlah asupan makanan.

Pengaturan jumlah asupan makanan dapat dibagi menjadi:

1. Pengaturan jangka pendek, yang terutama mencegah perilaku makan yang berlebihan di

setiap waktu makan.

a.Pengisian saluran cerna menghambat perilaku makan.

Bila saluran cerna teregang, terutama lambung dan duodenum, sinyal inhibisi yang

teregang akan dihantarkan terutama melalui nervus vagusn untuk menekan pusat

makan,sehingga nafsu makan berkurang.

b. Faktor hormonal saluran cerna menghambat perilaku makan

Kolesistokinin terutama dilepaskan sebagai respon terhadap lemak yang masuk ke duodenum

dan memiliki efek langsung ke pusat makan untuk mengurangi perilaku makan lebih lanjut.

Selain itu,adanya makanan dalam usus akan merangsang usus tersebut mensekresikan

peptide mirip glucagon, yang selanjutnya akan meningkatkan sekresi insulin terkait glukosa

dan sekresi dari pancreas, yang keduanya cendrung untuk menekan nafsu makan.

c. Ghrelin, suatu hormone gastrointestinal meningkatkan perilaku makan.

Kadar Ghrelin meningkat disaat puasa, meningkat sesaat sebelum makan, dan menurun

drastic setelah makan yang mengisyaratkan bahwa hormone ini mungkin berperan untuk

meningkatkan nafsu makan.

d. Reseptor mulut mengukur jumlah asupan makanan

Berkaitan dengan perilaku makan, seperti mengunyah, salivasi, menelan, dan mengecap yang

akan mengukur jumlah makanan yang masuk, dan ketika sejumlah makan telah masuk,

maka pusat makan dihipotalamus akan dihambat.

2. Pengaturan jangka panjang, yang terutama berperan untuk mempertahankan energy yang

disimpan di tubuh dalam jumlah normal.

a. Efek kadar glukosa, as.amino, dan lipid dalam darah terhadap rasa lapar dan perilaku

makan.

Penurunan kadar gula dalam darah akan menimbulkan rasa lapar, yang menimbulkan

suatu perilaku yang disebut teori glukostatik pengaturan rasa lapar dan perilaku makan, teori

lipostatik dan teori aminostatik.

b. Peningkatan kadar glukosa darah akan meningkatkan kecepatan bangkitan neuron

glukoreseptor di pusat kenyangdi nucleus ventro medial dan paraventrikulat hipotalamus.

c. Peningkatan kadar gula juga secara bersamaan menurunkan bangkitan neuron glukosensitif

di pusat lapar hipotalamus lateral.

d. Pengaturan suhu dan asupan makan

Saat udara dingin, kecendrungan untuk makan akan meningkat.

e. Sinyal umpan balik dari jaringan adipose mengatur asupan makanan.2.) Terjadinya reflek lapar dan haus?dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar, yang akan mengirimkan impuls

tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya di nucleus bed pada otak

tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus. Otak inilah yang akan menimbulkan rasa lapar pada

manusia. Setelah tubuh mendapat cukup nutrisi yang ditentukan oleh berbagai faktor, maka akan

mengirim impuls ke pusat kenyang yakni di nucleus ventromedial di hipotalamus. Kemudian tubuh akan

merasa puas akan makan, sehingga kita akan berhenti makan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa lapar pada manusia adalah:

1. Hipotesis Lipostatik

Leptin yang terdapat di jaringan adiposa akan menghitung atau mengukur persentase lemak

dalam sel lemak di tubuh, apabila jumlah lemak tersebut rendah, maka akan membuat

hipotalamus menstimulasi kita untuk merasa lapar dan makan.

2. Hipotesis Hormon Peptida pada Organ Pencernaan

Makanan yang ada di dalam saluran gastrointestinal akan merangsang munculnya satu atau

lebih peptida, contohnya kolesitokinin. Kolesitokinin berperan dalam menyerap nutrisi makanan.

Apabila jumlah kolesitokinin dalam GI rendah, maka hipotalamus akan menstimulasi kita untuk

memulai pemasukan makanan ke dalam tubuh.

3. Hipotesis Glukostatik

Rasa lapar pun dapat ditimbulkan karena kurangnya glukosa dalam darah. Makanan yang

kita makan akan diserap tubuh dan sari-sarinya (salah satunya glukosa)akan dibawa oleh darah

dan diedarkan ke seluruh tubuh, jika dalam darah kekurangan glukosa,maka tubuh kita akan

memerintahkan otak untuk memunculkan rasa lapar dan biasanya ditandai dengan pengeluaran

asam lambung.

4. Hipotesis Termostatik

Apabila suhu dingin atau suhu tubuh kita di bawah set point, maka hipotalamus akan

meningkatkan nafsu makan kita. Teori produksi panas yang dikemukakan oleh Brobeck

menyatakan bahwa manusia lapar saat suhu badannya turun, dan ketika naik lagi, rasa lapar

berkurang. Inilah salah satu yang bisa menerangkan mengapa kita cenderung lebih banyak

makan di waktu musim hujan/dingin.

5. Neurotransmitter

Neurotransmitter ada banyak macam, dan mereka berpengaruh terhadap nafsu makan.

Misalnya saja, adanya norepinephrine dan neuropeptida Y akan membuat kita mengkonsumsi

karbohidrat. Apabila adanya dopamine dan serotonine, maka kita tidak mengkonsumsi

karbohidrat.

6. Kontraksi di Duodenum dan Lambung

Kontraksi yaitu kontraksi yang terjadi bila lambung telah kosong selama beberapa jam atau

lebih. Kontraksi ini merupakan kontraksi peristaltik yang ritmis di dalam korpus lambung. Ketika

kontraksi sangat kuat, kontraksi ini bersatu menimbulkan kontraksi tetanik yang kontinius

selama 2-3 menit. Kontraksi juga dapat sangat ditingkatkan oleh kadar gula darah yang rendah.

Bila kontraksi lapar terjadi tubuh akan mengalami sensasi nyeri di bagian bawah lambung yang

disebut hunger pangs (rasa nyeri mendadak waktu lapar. Hunger pans biasanya tidak terjadi

sampai 12 hingga 24 jam sesudah makan yang terakhir. Pada kelaparan, hunger pangs mencapai

intesitas terbesar dalam waktu 3-4 hari dan kemudian melemah secara bertahap pada hari-hari

berikutnya.

7. Psikososial

Rasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui komponen biologis. Sebagai

manusia, kita tidak dapat mengesampingkan bagian prikologis kita, komponen belajar dan

kognitif (pengetahuan) dari lapar. Tak seperti makhluk lainnya, manusia menggunakan jam dalam

rutinitas kesehariannya, termasuk saat tidur dan makan. Penanda waktu ini juga memicu rasa

lapar. Bau, rasa, dan tekstur makanan juga Refleks haus :

Asupan cairan diatur oleh mekanisme rasa haus, yang bersama dengan mekanisme osmoreseptor-ADH, mempertahankan kontrol osmolaritas cairan ekstra seluler dan konsentrasi natrium dengan tepat. Pusat rasa haus berada di sepanjang dinding anteroventral dari ventrikel ketiga (yang juga meningkatkan pelepasan ADH) dan di anterolateral dari nukleus preoptik.3.) Bagaimana mekanisme muntah?

Refleks muntah (gagging reflex) dianggap sebagai suatu melkanisme fisiologis tubuh untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui faring, laring atau trakea. Sumber refleks muntah secara fisiologis dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu: somatik (stimulasi saraf sensoris berasal dari kontak langsung pada daerah sensitif yang disebut trigger zone, misalnya: sikat gigi dan meletakkan benda

di dalam rongga mulut) dan psikogenik (distimulasi di pusat otak yang lebih tinggi tanpa stimulasi secara langsung, misalnya: penglihatan, suara, bau, perawatan kedokteran gigi).

Letak trigger zone pada setiap individu tidak sama. Pada beberapa orang trigger zone dapat ditemukan di bagian lateral lidah, posterior palatum, dinding posterior faring dan lain-lain. Impuls saraf rangsangan ini akan diteruskan ke otak melalui nervus glossofaringeus dan motoriknya dibawa kembali oleh nervus vagus. Selain tempat tersebut, refleks muntah juga dapat disebabkan karena hidung tersumbat, gangguan saluran pencernaan, perokok berat, gigi tiruan, variasi anatomi dari palatum molle, perubahan posisi tubuh yang sangat cepat atau pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.

Mekanisme refleks muntah dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Pada tahap awal iritasi gastrointestinal atau distensi yang berlebihan, akan terjadi gerakan antiperistaltis (beberapa menit sebelum muntah).

2) Antiperistaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik ke duodenum dan lambung dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.

3) Kemudian pada saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama duodenum, menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi faktor pencetus yang menimbulkan muntah.

4) Pada saat muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esofagus bagian bawah, sehngga muntahan mulai bergerak ke esofagus. Selanjutnya, kontraksi otot-otot abdomen akan mendorong muntahan keluar.

5) Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu rangsangan khusus yang menjadi penyebab kuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di medula (terletak dekat traktus solitarius). Reaksi motoris ini otomatis akan menimbulkan refleks muntah. Imuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf kranialis V, VII, IX, X dan XII ke traktus gastro-istestinal bagian atas dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot abdomen.

6) Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma bersama dengan rangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut di antara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragrastik sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya, sfingter esofagus bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat pengeluaran isi lambung ke atas melalui esofagus.

7) Reaksi refleks muntah yang terjadi menimbulkan beberapa efek di dalam rongga mulut yaitu: bernafas dalam, naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingter esofagus bagian atas hingga terbuka, penutupan glotis, pengangkatan palatum molle untuk menutup nares posterior (daearah yang paling sensitif dalam rongga mulut terhadap berbagai rangsangan).

Daftar pustaka1. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 6 ed. Intl: Thomson

Brooks/Cole. 2007.2. Guyton AC. Hall CE. Textbook of medical physiology. 11 ed. Philadelphia: Elsevier. 2006.

3. Barrett KE. Gastrointestinal physio 3. logy. USA: McGraw-Hills. 2006.

4. Ganong WF, 2002, Review of Med. Phys, 22 Ed., 5. Guyton AC and Hall JE, 2000, Textbook of Med. Phys, 10th Ed, Saunders Philadelphia

6. Sherwood, L : Human physiology: from cell to System, 2 ed. Intl. Thomson Publishing Inc. 1996.

7. Woods, S.C dkk : Signal that Regulate Food Intake and Energy Homeostatis, Science (1998)