tutorial 2 blok 22

14
Ketua : Amalia Ramdhaniyah Scriber 1 : Virgiawan Scriber 2 : Aryanti 1. Persiapan RS dalam menghadapi bencana ? 2. Komponen apa saja yang dapat digunakan untuk meminimalisir korban ? 3. Manajemen korban bencana ? 4. Bagaimana persiapan respon pada daerah yang rawan bencana ? 5. Apa saja yang di butuhkan dalam penanganan bencana ? 6. Penilaian Korban bencana ? 7. Transpor atau evaluasi korban bencana ? 8. Rujukan korban bencana ? 9. Penyakit yang dapat ditimbulkan saat bencana dan pasca bencana ? 10. Penanganan awal korban bencana pada skenario ? 11. Kebijakan nasional untuk pencegahan bencana gempa? STEP 3 dan 4 9. penyakit yang biasa di alami - Gempa : fraktur , trauma psikis - Banjir : diare, DBD, Malaria, - Gunung meletus : ISPA, luka bakar, trauma inhalasi, tetanus 3. – tangga darurat - Rehabilitasi - Rekonstruksi - Prevalensi - Mitigasi : meminimalkan dampak terjadinya bencana - Prepartness

Upload: shyra-mustakim

Post on 27-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

skenario tutorial

TRANSCRIPT

Page 1: Tutorial 2 Blok 22

Ketua : Amalia Ramdhaniyah

Scriber 1 : Virgiawan

Scriber 2 : Aryanti

1. Persiapan RS dalam menghadapi bencana ?2. Komponen apa saja yang dapat digunakan untuk meminimalisir korban ?3. Manajemen korban bencana ?4. Bagaimana persiapan respon pada daerah yang rawan bencana ?5. Apa saja yang di butuhkan dalam penanganan bencana ?6. Penilaian Korban bencana ?7. Transpor atau evaluasi korban bencana ?8. Rujukan korban bencana ?9. Penyakit yang dapat ditimbulkan saat bencana dan pasca bencana ?10. Penanganan awal korban bencana pada skenario ?11. Kebijakan nasional untuk pencegahan bencana gempa?

STEP 3 dan 4

9. penyakit yang biasa di alami

- Gempa : fraktur , trauma psikis- Banjir : diare, DBD, Malaria, - Gunung meletus : ISPA, luka bakar, trauma inhalasi, tetanus

3. – tangga darurat

- Rehabilitasi- Rekonstruksi- Prevalensi - Mitigasi : meminimalkan dampak terjadinya bencana- Prepartness- Warning

6. Triage

- Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.

- Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan tindakan dan transport segera

- Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat.

Page 2: Tutorial 2 Blok 22

- Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera

1. - Gedung RS : disesuaikan dengan disaster plan- Tenaga RS : disesuaikan dengan disaster plan

7. Tim medis saat bencana : sesuaikan dengan triase

Koordinasi dengan rumah sakit rujukan

Disesuaikan dengan tiap daerah untuk jalur evakuasi

5. - pelayanan medis

- SDM cadangan

- kebutuhan lpogistik

- Jalur evakuasi

- pendataan penduduk

- sarana komunikasi

- transportasi bagi korban

-rehabilitasi pasca bencana

LEARNING OBJECTIVE

1. Persiapan RS dalam menghadapi bencana ?

Pendirian RS lapangan memerlukan tenaga yang sudah terlatih dalam hal operasionalisasi RS lapangan, yang terdiri dari tenaga medis dan non-medis yang akan menjadi tim inti RS lapangan. Tim inti harus dipersiapkan sejak awal dan terdiri dari unsur manajerial, klinisi, keperawatan, penunjang medis, sarana, dan prasarana, biasanya merupakan tim yang melekat pada sistem RS atau dibentuk oleh suatu institusi atau badan dengan melibatkan berbagai unsur. Tenaga medis RS lapangan dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memang menjadi tujuan pendirian RS lapangan. Contoh tenaga medis yang terlibat, antara lain:

a. Tenaga medis: dokter umum, dokter spesialis bedah, dokter spesialis bedah tulang, dokter anestesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anak, dokter spesialis jiwa, perawat mahir (gawat darurat, kamar bedah, intensif,

Page 3: Tutorial 2 Blok 22

rawat bedah), perawat anestesi, perawat umum, radiografer, tenaga analisis laboratorium, apoteker dan asisten apoteker, ahli gizi/dietisien.

b. Obat dan Perbekalan Kesehatan. Pada prinsipnya pelayanan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) kepada pasien di RS lapangan hampir sama dengan pelayanan pada pasien di rumah sakit biasa karena kondisi darurat sistem pelayanannya dibuat lebih sederhana. Kriteria jenis obat yang disediakan di RS lapangan adalah obat untuk penyelamat jiwa (pertolongan pertama atau kondisi emergensi). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Buku Peta Bencana di Indonesia beberapa jenis penyakit dan kelainan yang sering ditemukan pada keadaan bencana dan di tempat pengungsian, antara lain: diare, ISPA, campak, tifoid, stres, hipertensi, penyakit mata, asma, kurang gizi, penyakit kulit, DBD, tetanus

c. Alat Medis, Alat Penunjang Medis, dan Alat Non-Medis: Perlengkapan RS lapangan harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, kemanfaatan, dan layak pakai. Perlengkapan tersebut dapat mencakup alat medis, penunjang medis, dan alat non-medis.

Sumber: DEPKES.2001. Pedoman Penanggulangan Bencana. http://www.depkes.go.id/downloads/Pedoman%20penanggulangan.pdf

2. Komponen apa saja yang dapat digunakan untuk meminimalisir korban ?a. Pemerintah

Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan PB. Secara khusus tanggung jawab itu dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat pemerintah pusat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat pemerintah daerah.

Tugas BNPB antara lain (1) Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap PB, (2) Menetapkan standarisasi dan kebutuhan penyelenggaraan PB, (3) Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat, (4) Melaporkan penyelenggaraan PB kepada Presiden 1 kali per bulan dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana, (5) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional, (6) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), (7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan (8) Menyusun pedoman pembentukan BPBD.

Sementara itu tugas BPBD antara lain (1) Memberikan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan BNPB terhadap PB, (2) Menetapkan standarisasi dan kebutuhan penyelenggaraan PB, (3) Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana, (4) Menyusun dan menetapkan prosedur tetap (protap) PB, (5) Melaksanakan penyelenggaraan PB di wilayahnya, (6) Melaporkan penyelenggaraan PB kepada kepala daerah 1 kali per bulan dalam kondisi normal dan setiap saat dalam  kondisi darurat bencana, (7) Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang, (8) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan (9) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 4: Tutorial 2 Blok 22

b. Tenaga medis: memberikan pertolongan pertama, perawatan dan rehabilitasi pada pasien korban bencana

c. TNI (1) Melakukan pendataan terhadap jumlah penduduk di daerah kemungkinan terjadinya bencana, (2\ Melakukan inventarisasi terhadap tempat-tempat yang dapat digunakan sebagi posko bencana, dapur umum, dan tempat-tempat pengungsian, (3) Bersama-sama     dengan BPBD melaksanakan sosialisasi secara terus menerus dan pengawasan kepada instansi-instansi yang masuk dalam organisasi BPBD sehingga instansi tersebut tahu akan tugas dan fungsinya, (4) Bersama sama dengan BPBD membuat petia rawan bencana di daerah masing-masing kemudian melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang kemungkinan ancaman terjadinya bencana sehingga masyarakat akan selalu tanggap dalam rnenghadapi bencana.(2) Tahap tanggap darurat ( Emergency Respons), Pada tahap ini yang paling berperan adalah Satgas Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana PRC PB Satkowil dengan dibantu oleh Satpur , serta Pemda (BPBD) setempat dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut : (1) Bergerak dengan cepat melaksanakan pencarian korban dan mayat, (2) Melaksanakan evakuasi terhadap masyarakat yang masih terisolir di daerah bencana dan evakuasi terhadap pengungsi, (3) Mendirikan dapur-dapur umum dan posko-posko bencana serta penampungan pengungsian, (4) Bersama-sama dengan BPBD atau Pemda setempat mendistribusikan bantuan logistik, sandang, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan oleh korban bencana,(5) Memberikan lnformasi secara terus menerus kepada masyarakat tentang perkembangan terjadinya bencana, (6) Mengerahkan seluruh potensi dan elemen masyarakat yang ada baik aparat Polri maupun organisasi kemanusiaan yang ada agar pelaksanaan penanggulangan dapat berjalan satu kendali dan sinergis, (6) Melaporkan secara terus menerus perkembangan bencana kepada komando atas.

(3) Tahap pasca bencana. Pada tahap ini yang paling berperan adalah Satkowil dibantu dengan Satbanpur karena untuk Satgas PRC PB ditarik pada saat tahap pasca bencana untuk melakukan rehabilitasi dan rekontruksi pada saat pasca bencana adapun kegiatan pada saat rehabilitasi adalah : (1) Melakukan pendataan terhadap korban manusia serta kerugian-kerugian lain yang diakibatkan oleh bencana, (2) Melaksanakan pendataan terhadap sarana dan prasarana serta infrastruktur yang telah rusak, (3) Bersama-sama dengan Pemda setempat melaksanakan kegiatan medis yakni terapi traumatis untuk mengembalikan kembali kejiwaan masyarakat yang mengalami trauma dan tekanan jiwa akibat bencana. Pada saat tahap rekontruksi kegiatan yang dilaksanakan adalah : (1) Melaksanakan pembangunan infrastrukur dan fasilitas umum seperti sekolah, jalan jembatan, sehingga aktivitas masyarakat segera pulih, (2) Melaksanakan rekontruksi ringan dengan membangun fasilitas umum yang vital yang di pakai oleh masyarakat seperti WC, Kamar mandi Fasilitas kesehatan sehingga kegiatan masyarakat akan segera pulih kembali, (3) Melaksanakan pembangunan dengan menggunakan manejemen pembangunan sehingga pembangunan dapat

Page 5: Tutorial 2 Blok 22

dilaksanakan secara adil dan merata dan berjalan sesuai dengan skala prioritas dan kepentingan publik.

d. Masyarakat Kewajiban masyarakat adalah (1) Menjaga kehidupan sosial masyarakat yang

harmonis, (2) Memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, (3) Melakukan kegiatan penanggulangan bencana, dan (4) Memberikan informasi yang benar kepada publik tentang PB.

Secara nyata peran masyarakat itu terlibat pada pra bencana, saat bencana, dan pascabencana. Peran masyarakat pada saat pra bencana antara lain (1) Berpartisipasi pembuatan analisis risiko bencana, (2) Melakukan penelitian terkait kebencanaan, (3) Membuat Rencana Aksi Komunitas, (4) Aktif dalam Forum PRB, (5) Melakukan upaya pencegahan bencana, (6) Bekerjasama dengan pemerintah dalam upaya mitigasi, (7) Mengikuti pendidikan, pelatihan dan penyuluhan untuk upaya PRB, dan (8) Bekerjasama mewujudkan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.

Peran masyarakat pada saat  bencana antara lain (1) Memberikan informasi kejadian bencana ke BPBD atau iInstansi terkait, (2) Melakukan evakuasi mandiri, (3) Melakukan kaji cepat dampak bencana, dan (4) Berpartisipasi dalam respon tanggap darurat sesuai bidang keahliannya.

Sementara itu peran masyarakat pada saat pascabencana adalah (1) Berpartisipasi dalam pembuatan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi, dan (2) Berpartisipasi dalam upaya pemulihan dan pembangunan sarana dan prasarana umum.

Sumber: http://www.depkes.go.id/downloads/Pedoman%20koordinasi.pdf

3. Bagaimana persiapan respon pada daerah yang rawan bencana ?

a. Menyediakan jalur evakuasi ataupun peta evakuasi

b. Membrikan edukasi kepada masyarakat tindakan yang harus dilakukan pada saat

terjadinya bencana. Misalnya:

SAAT TERJADI GEMPA

Bila berada didalam ruangan: Bila memungkinkan, segera cari jalan keluar yang

aman. Bersembunyi dibawah meja, untuk menghindari reruntuhan. Hindari berada

di dekat lemari, lemari es dan benda-benda yang mungkin bisa rubuh. Jangan

berlari keluar dengan tergesa-gesa/panic

Bila berada di luara bangunan: Hindari bangunan tinggi, jembatan, tiang listrik,

papan reklame, Jangan mendekati pohon-pohon yang tinggi, Cari tempat terbuka,

atau tanah lapang.

Setelah terjadi gempa: Jangan segera masuk ke bangunan setelah terjadi gempa,

karena kemungkinan akan terjadi gempa susulan. Segera berikan pertolongan

Page 6: Tutorial 2 Blok 22

pertama terhadap korban gempa Cari informasi lebih lanjut dari pihak yang

berwenang tentang gempa yang terjadi.

Gempa Bumi Dapat Diikuti Tsunami Apabila: Getaran dirasakan sangat kuat.

Menimbulkan kerusakan hebat. Air laut surut secara drastic dan selang beberapa

menit muncul suara gemuruh dari arah laut.

SIAGA BANJIR  

MENGURANGI DAMPAK BANJIR : Penataan daerah aliran sungai secara terpadu

dan sesuai fungsi lahan. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada

bagian sungai yang sering menimbulkan banjir. Tidak membangun rumah dan

pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir. Tidak membuang sampah kedalam

sungai. Mengadakan program pengerukan sungai. Pemasangan pompa untuk daerah

yang lebih rendah dari permukaan laut. Program penghijauan daerah hulu sungai

harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas dibagian rawan banjir.

YANG HARUS DILAKUKAN SAAT BANJIR : Matikan aliran listrik di dalam

rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena

bencana. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih

memungkinkan untuk disebrangi. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk

menghindari terseret arus banjir. Segera mengamankan barang-barang berharga

ketempat yang lebih tinggi. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait

dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat

YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH BANJIR : Secepatnya membersihkan

rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk

membunuh kuman penyakit. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari

terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.

Sumber: Sudiharto.2011. Manajemen Disaster. Diakses dari

http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp-content/uploads/2011/06/ManajemenDisaster.pdf

4. Penanganan awal korban bencana pada skenario ?

Apabila pada saat terjadinya bencana terdapat korban yang mengalami syok baik itu syok hipovolemik atau syok septik, maka perlu untuk mengetahui penanganannnya.

Tujuan penanganan syok tahap awal adalah mengembalikan perfusi dan oksigenasi jaringan dengan mengembalikan volume dan tekanan darah. Pada syok tahap lebih lanjut, pengembalian perfusi jaringan saja biasanya tidakcukup untuk menghentikan perkembangan peradangan sehingga perlu dilakukan upaya menghilangkan faktor toksik yang terutama disebabkan oleh bakteri.

Page 7: Tutorial 2 Blok 22

Pemberian oksigen merupakan penanganan yang sangat umum, tanpa memperhatikan penyebab syok. Terapi lainnya tergantung pada penyebab syok. Terapi cairan merupakan terapi yang paling penting terhadap pasien yang mengalami syok hipovolemik dan distributif. Pemberian cairan secara IV akan memperbaiki volume darah yang bersirkulai, menurunkan viskositas darah, dan meningkatkan aliran darah vena, sehingga membantu memperbaiki curah jantung. Akibat selanjutnya adalah meningkatkan perfusi jaringan dan memberikan pasokan oksigen kepada sel. Terapi awal dapat berupa pemberian cairan kristaloid atau koloid. Pada hewan yang mengalami hipovolemik dengan fungsi jantung normal, cairan Ringer laktat atau Ringer asetat diberikan dengan cepat. Dosis yang direkomendasikan untuk syok adalah 90 ml/kg IV untuk anjing dan 60 ml/kg IV untuk kucing. Seperempat dari jumlah tersebut diberikan selama 5-15 menit pertama dan bersamaan dengan itu dilakukan evaluasi terhadap respon kardiovaskular (kecepatan denyut jantung, warna membrana mukosa, kualitas pulsus, dan CRT). Kecepatan dan volume terapi cairan harus dapat ditoleransi oleh individu pasien. Kecepatan dan jumlah pemberian cairan dimonitor pada tekanan vena sentral dan pengeluaran urin. Apabila perfusi jaringan berkurang karena kehilangan banyak darah, secara ideal harus dilakukan transfusi darah dengan kecepatan tidak melebihi 22 ml/kg secara IV dan kontrol perdarahan harus dilakukan dengan baik. Bila PCV menurun secara akut menjadi di bawah 20%, transfusi padatan sel darah merah (packed red blood cells) atau darah total secara nyata memperbaiki tekanan darah dan penghantaran oksigen ke jaringan. 6

Pada syok distributif apabila hipotensi tetap terjadi walaupun telah dilakukan terapi cairan yang cukup maka dibutuhkan pemberian vasopresor. Oleh karena curah jantung dan tahanan pembuluh darah sistemik mempengaruhi penghantaran oksigen ke jaringan, maka pada pasien hipotensi harus dilakukan terapi untuk memaksimalkan fungsi jantung dengan terapi cairan dan obat inotropik, dan/atau memodifikasi tonus pembuluh darah dengan agen vasopresor.

Penggunaan glukokortikoid untuk menangani syok masih kontroversial. Namun apabila digunakan, glukokortikoid harus digunakan pada penanganan awal dan tidak diulang penggunaannya. Prednisolon direkomendasikan pada dosis 22-24 mg/kg secara IV. Glukokortikoid kerja cepat (rapid-acting glucocorticoid) yang lain yang tersedia dalam bentuk parenteral adalah deksametason sodium fosfat, direkomendasikan pada dosis 2-4 mg/kg secara IV.

Syok septik sering kali berkaitan dengan bakteri gram negatif, dan antibiotik yang cocok untuk itu misalnya sepalosporin atau aminoglikosida

Page 8: Tutorial 2 Blok 22

dan penisilin. Apabila menggunakan aminoglikosida, hewan harus dalam kondisi hidrasi yang baik, karena aminoglikosida dapat mengakibatkan nefrotoksik. Hewan yang sedang mendapatkan penanganan syok harus terus dimonitor. Dua faktor yang sangat penting untuk dimonitor adalah tekanan dan volume darah. Sebagai petunjuk dalam pemberian terapi dapat digunakan parameter kardiovaskuler (kecepatan denyut jantung, warna membrana mukosa, kualitas pulsus, CRT, tekanan vena sentral), kecepatan pernapasan, temperatur, hematokrit, dan pengeluaran urin. Untuk mengevaluasi terapi cairan pada syok karena perdarahan sangat penting dilakukan pengukuran PCV (packed cell volume) dan TS (total solid). Tekanan gas dalam darah sangat penting dalam penentuan dan memonitor keseimbangan asam-basa.

Sumber: Ronald, Hamidie.2010. Pedoman Pertolongan Pertama. http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_ /197011022000121-HAMIDIE_RONALD_DANIEL_RAY/Bahan_Kuliah/pertolongan_pertama.pdf

5. Kebijakan nasional untuk pencegahan bencana gempa?

Strategi Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai berikut:

1) Pemetaan. Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi kejadian bencana alam.

2) Pemantauan. Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa kawasan rawan bencana.

3) Penyebaran informasi Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Propinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan informasi ke media cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.

4) Sosialisasi dan Penyuluhan: Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada SATKOR-LAK PB, SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah bencana, apa yang perlu ditakukan

Page 9: Tutorial 2 Blok 22

dan dihindarkan di daerah rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana.

5) Pelatihan/Pendidikan Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB, SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.

6) Peringatan Dini: Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-- waktu terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat berupa antana lain pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan lainnya.

Bila tinggal di daerah rawan gempa bumi maka tindakan yang perlu dilakukan adalah :

a. Pahami karakteristik gempa bumi yang meliputi skala gempa, tingkat kerusakan,

frekuensi kejadian.

b. Hindari membangun rumah di dekat atau pada lereng perbukitan yang mungkin

akan longsor pada saat terjadinya gempa bumi.

c. Membangun rumah yang aman terhadap gempa dengan mengiukuti persyarata-

persyaratan teknis yang telah ditetapkan.

d. Sesuaikan jenis dan penataan perabotan rumah sedemikian rupa sehingga tidak

akan membahaykan penghuni rumah. Hindari perabotan yang tinggi, berat dan

mudah terguling jika terjadi guncangan.

e. Berikan informasi tentang upaya penyelamatan ketika terjadi gempa kepada

seluruh anggota keluarga

f. Pelajari bagaimana melakukan pertolopngan pertama pada kecelakaan.

g. Buat daftar alamat kantor yang terkait dengan masalah kebencanaan seperti

Kantor BPBDProvinsi, Kantor BPBD Kab/Kota, Kantor Desa, Kelurahan,

Kecamatan, Kabupaten, PMI, Polsek dan sebagainya yang dapat dihubungi saat

kondisi darurat.

h. Identifikasi daerah sekitar kita yang aman terhadap gempa bumi, yaitu daerah

lapang yang jauh dari bangunan untuk digunakan sebagai tempat penampungan.

Sumber: http://bpbd.sultengprov.go.id/?page_id=61

6. Etika penanggulangan korban bencana di skenario ?

Page 10: Tutorial 2 Blok 22

- Seseorang yang memiliki kompetensi dalam memberikan pertolongan pertama wajib memberikan pertolongan jika menemukan korban yang membutuhkan bantuan, baik itu korban trauma, korban medis (misalnya keracunan atau karena penyakit).

- Menganalisa kondisilingkungan: sebelum memberikan pertolongan penolong terlebih dahulu menganalisa lingkungan apakah cukup aman bagi penolong untuk memberikan bantuan. Penolong tidak dianjurkan memberikan pertolongan apabila lingkungan tersebut berbahaya.

- Meminta bantuan orang lain apabila penolong tidak mampu mengatasi sendiri. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pertolongan yang diberikan.

Sumber: Ronald, Hamidie.2010. Pedoman Pertolongan Pertama. http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_ /197011022000121-HAMIDIE_RONALD_DANIEL_RAY/Bahan_Kuliah/pertolongan_pertama.pdf