tutor 28 b.docx
DESCRIPTION
tutorTRANSCRIPT
Nama : Tiara Putri Ramadhani
NIM : 04121401026
Nomor : 5
Analisis masalah
1.a Apa saja kemungkinan penyebab masalah kesehatan yang terjadi pada :
- sesak nafas
Jawab:
Penyebab Sesak Nafas Tiba-Tiba (Akut)
Sesak nafas yang tiba-tiba dan tak terduga kemungkinan besar disebabkan oleh salah satu
kondisi kesehatan berikut ini:
Masalah pada paru-paru atau saluran nafas
- Asma. Pada penderita asma terjadi penyempitan saluran nafas dan tak jarang
menghasilkan lebih banyak dahak (lendir lengket), yang akan menyebabkan mengi
dan batuk.
- Pneumonia (radang paru-paru). Menyebabkan batuk, sesak nafas dan demam. Hal ini
biasanya disebabkan oleh infeksi, sehingga pengobatan akan membutuhkan
antibiotik .
- Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Seseorang yang memiliki penyakit ini
kemudian tiba-tiba sesak nafas maka kemungkinan penyakit PPOKnya ini tiba-tiba
memburuk.
- Sumbatan pada saluran nafas bagian atas
Masalah jantung
- Serangan Jantung. Ada jenis serangan jantung tanpa mengalami semua gejala yang
jelas, seperti nyeri dada dan kecemasan yang luar biasa. Dalam hal ini, sesak napas
mungkin satu-satunya tanda peringatan bahwa seseorang mengalami serangan
jantung.
- Gagal jantung. Kondisi ini juga bisa menjadi penyebab sesak nafas yang mengancam
jiwa dimana jantung mengalami kesulitan memompa cukup darah ke seluruh tubuh,
biasanya karena otot jantung telah menjadi terlalu lemah atau kaku sehingga tak dapat
berfungsi dengan benar. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan air di dalam paru-
paru, sehingga menimbulkan sesak nafas.
- Penyebab Sesak napas lainnya yaitu berhubungan dengan masalah denyut jantung
atau iramanya, seperti fibrilasi atrium (denyut jantung tidak teratur dan cepat) atau
takikardia supraventricular (denyut jantung yang teratur dan cepat).
- Tamponade jantung
Serangan panik atau kecemasan
Serangan panik atau kecemasan dapat menyebabkan sesak napas yang berupa nafas
cepat atau dalam, yang dikenal sebagai hiperventilasi.
Penyebab sesak nafas akut lainnya
- Keracunan karbon monoksida (CO) Collapse (runtuh) sebagian paru-paru yang
disebabkan oleh sobekan kecil di permukaan paru-paru, sehingga udara terjebak
dalam ruang di sekitar paru-paru (pneumotoraks)
- Penyumbatan di salah satu pembuluh darah di paru-paru (pulmonary embolism)
Fibrosis paru idiopatik, suatu kondisi paru-paru yang langka dan kurang dipahami
yang menyebabkan jaringan parut pada paru-paru
- Koleksi cairan di samping paru-paru (efusi pleura)
- Komplikasi diabetes yang dikenal sebagai diabetic ketoacidosis, dimana asam sangat
tinggi kadarnya dalam darah dan urine
Penyebab Sesak Nafas Jangka Panjang (Kronis)
Sesak napas jangka panjang biasanya disebabkan oleh:
- Obesitas atau berat badan berlebih
- Asma yang tidak terkontrol dengan baik Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
yaitu kerusakan permanen pada paru-paru biasanya disebabkan oleh perilaku merokok
dalam kurun waktu tahunan.
- Tuberkulosis (TBC)
- Anemia
- Gagal jantung
- Masalah denyut jantung atau iramanya, seperti fibrilasi atrium (denyut jantung tidak
teratur dan cepat) atau takikardia supraventricular (denyut jantung yang teratur dan
cepat).
Penyebab sesak napas jangka panjang lainnya yang jarang :
- Bronkiektasis. Suatu kondisi paru-paru, di mana saluran napas melebar secara
abnormal dan penderita mengalami batuk berdahak persisten serta sesak napas.
- Penyumbatan berulang di salah satu pembuluh darah di paru-paru (pulmonary
embolism)
- Collapse sebagian paru-paru yang disebabkan oleh kanker paru-paru Koleksi cairan di
samping paru-paru (efusi pleura) yang tak segera teratasi Penyempitan katup jantung
utama, membatasi aliran darah ke seluruh tubuh sering serangan panik , yang dapat
menyebabkan Anda hiperventilasi (mengambil napas cepat atau mendalam)
Bersumber dari: Berbagai Penyebab Sesak Nafas | mediskus.com
http://mediskus.com/penyakit/penyebab-sesak-nafas
1.c Bagaimana prioritas dari masalah kesehatan yang harus diselesaikan terlebih dahulu ?
Jawab:
- Diare
- Sesak nafas
- Cedera terinjak bahan bangunan
- Terjatuh dari tangga
2.a Apa saja masalah yang dapat ditimbulkan dari keadaan lingkungan Fk seperti :
- Karyawan merokok
Jawab:
Masalah yang dapat muncul jika ada karyawan yang merokok di ruang terbuka adalah:
- Pencemaran udara
- Berisiko timbulnya kebakaran jika puntung rokok tidak dimatikan dengan benar
- Sampah puntung rokok yang berserakan
- Karyawan yang merokok bisa berisiko untuk mengalami sesak napas, radang
paru-paru, dan penyakit saluran pernapasan lainnya
2.b Apa solusi untuk menangani masalah-masalah seperti :
- Karyawan merokok
Jawab:
Solusi :
- Ditetapkan suatu regulasi untuk mengurangi karyawan yang merokok
- Diberikan jadwal snack untuk mencegah karyawan bosan dan merokok
3.a Apa saja masalah yang dapat ditimbulkan dari keadaan lingkungan Fk seperti :
- Mahasiswa banyak makan dikantin
Jawab:
Jika banyak mahasiswa yang makan di kantin, hal berikut kemungkinan dapat terjadi:
- menumpuknya piring-piring kotor dan sampah di sekitar kantin
- kebersihan alat dan tempat makan kurang dapat terjaga karena terlalu ramai
- higienitas makanan di kantin belum tentu terjamin sehingga memungkinkan mahasiswa
terkena penyakit
- angka kecukupan gizi makanan di kantin belum tentu memenuhi kebutuhan mahasiswa
3.b Apa solusi untuk menangani masalah-masalah seperti :
- membeli makanan online
Jawab:
Solusi:
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas makanan di kantin fakultas
- Mengimbau mahasiswa untuk membawa dan membuat bekal sendiri dari rumah
- Menyediakan beragam pilihan makanan untuk mahasiswa di kantin
4.b Bagaimana metode promosi kesehatan pada masalah yang ada di FK unsri ?
Jawab:
Metode promosi kesehatan yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan poster,
menetapkan regulasi untuk masalah kesehatan tertentu, mengadakan kegiatan bersih-bersih
bersama, imbauan untuk menggunakan APD atau masker untuk melindungi dari debu dan
bahan-bahan bangunan.
Learning Issue
Negosiasi dan advokasi pada DOGA
POKOK BAHASAN I: ADVOKASI
A. Latar Belakang
Advokasi merupakan suatu rangkaian kegiatan strategis, terencana dan terorganisir yang
ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang
spesifik yang dapat mempengaruhi para pengambil keputusan untuk pemecahan suatu
masalah. Negosiasi merupakan salah satu metode advokasi yang bertujuan untuk
menghasilkan kesepakatan. Koordinasi sebagai suatu proses pengintegrasian tujuan-tujuan
dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang
fungsional) dari suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Istilah advocacy (advokasi) mulai digunakan secara progresif sejak itu, karena advokasi
merupakan upaya untuk menghasilkan kebijakan publik yang merupakan strategi pertama
dalam Ottawa Charter. Dan dalam perkembangannya kelima strategi tersebut dikemas
menjadi Advokasi, Bina Suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Selanjutnya advokasi terus dikembangkan sebagai salah satu strategi global
dan Promosi Kesehatan.
B. Pengertian Advokasi
Advokasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terencana ditujukan kepada para
penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik.
Advokasi selalu ditujukan untuk mempengaruhi, melakukan perubahan terhadap kebijakan
undang-undang peraturan program dan atau pencarian dana. Keputusan yang ditetapkan
umumnya pada tingkat teratas sektor umum maupun sektor swasta.
Advokasi adalah suatu upaya yang terencana dan terorganisir untuk mempengaruhi para
pengambil keputusan.
Advokasi adalah dukungan terhadap suatu permasalahan dan mengajak yang lainnya untuk
mendukungnya.
Advokasi adalah usaha untuk mendapatkan atau menciptakan perhatian terhadap suatu
permasalahan atau isu penting yang mengarahkan para pembuat keputusan untuk langsung
membuat pemecahannya.
Advokasi merupakan suatu proses yang rentang waktunya sulit dibatasi, bisa singkat atau
panjang.
Advokasi merupakan kegiatan yang strategis, terencana, ditujukan kepada stakeholders dan
para penentu kebijakan.
Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa advokasi merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang strategis, terencana dan terorganisir ditujukan kepada para penentu
kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik yang dapat
mempengaruhi para pengambil keputusan untuk pemecahan suatu masalah.
C. Tujuan Advokasi
Dari pengertian advokasi yang telah Anda pelajari, secara inklusif terkandung tujuantujuan
advokasi. yakni : Komitmen Politis (Political Commitment), Dukungan Kebijakan (Policy
Support), Penerimaan Sosial (Social Acceptance), dan Dukungan Sistem (System Support).
Selanjutnya mari kita bahas satu per satu tujuan advokasi tersebut.
1. Komitmen Politis (Political Commitment):
Komitmen Politis adalah komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan
di tingkat wilayah / sektor terhadap permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan
permasalahan kesehatan. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh
kekuasaan politik yang sedang berjalan. Oleh sebab itu pembangunan di sektor
kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi dan situasi politik pada saat ini. Baik
kekuasaan eksekutif maupun legislatif di negara manapun ditentukan oleh proses
politik utamanya hasil pemilihan umum pada waktu yang lampau. Seberapa jauh
komitmen politik para pemangku kepentingan terhadap masalah kesehatan
masyarakat sangat ditentukan oleh pemahaman mereka terhadap masalah-masalah
kesehatan. Demikian pula seberapa jauh mereka mengalokasikan anggaran
pembangunan bagi sektor kesehatan juga tergantung pada cara pandang dan
kepedulian mereka terhadap permasalahan kesehatan. Oleh sebab itu untuk
meningkatkan komitmen para pemangku kepentingan terhadap kesehatan perlu
dilakukan advokasi. Komitmen politik dapat diwujudkan antara lain dengan
pernyataan-pernyataan, baik secara lisan maupun tulisan dari para pemangku
kepentingan mengenai dukungan atau persetujuan terhadap isu-isu kesehatan.
Keputusan politik harus didukung oleh semua pejabat lintas sektor di semua tingkat
administrasi pemerintah dalam pencapaian pelaksanaan kinerjanya.
2. Dukungan Kebijakan (Policy Support)
Dukungan Kebijakan adalah dukungan nyata yang diberikan oleh para pemimpin
institusi di semua tingkat dan semua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan
pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan politik tidak akan berarti tanpa
dilanjutkan dengan dikeluarkan kebijakan yang konkrit dari para pembuat keputusan.
Oleh sebab itu setelah adanya dukungan politik dari pemerintah daerah maka perlu
ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung
program tersebut. Dukungan kebijakan ini dapat berupa Peraturan Daerah, Surat
Keputusan pimpinan institusi baik pemerintah maupun swasta, Instruksi atau Surat
Edaran dari para pemimpin lembaga /institusi, dan sebagainya.
3. Penerimaan Sosial (Social Acceptance)
Penerimaan Sosial adalah diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program
kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program
tersebut yakni masyarakat, terutama tokoh masyarakat. Oleh sebab itu apabila suatu
program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka
langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh
dukungan masyarakat. Untuk sosialisasi program ini maka para petugas tingkat
operasional atau lokal, misalnya Petugas Dinas Kesehatan dan puskesmas mempunyai
peranan yang sangat penting. Oleh sebab itu para petugas tersebut juga memerlukan
kemampuan advokasi. Untuk petugas kesehatan lintas kabupaten/kota, sasaran
advokasi adalah Kepala Daerah, DPRD, pejabat lintas sektor ditingkat kabupaten/kota
dan sebagainya. Sedangkan sasaran advokasi puskesmas antara kepala wilayah
kecamatan, pejabat lintas sektor tingkat sub kabupaten/kota, para tokoh masyarakat
setempat, dan sebagainya.
4. Dukungan Sistem (System Support)
Dukungan sistem teridentifikasi dengan adanya sistem kerja atau organisasi kerja
yang memasukkan unit pelayanan kesehatan atau program kesehatan dalam sektor
pembangunan. Agar suatu program atau kegiatan berjalan baik, maka perlu adanya
sistem, mekanisme, atau prosedur kerja yang jelas untuk mendukungnya. Oleh sebab
itu sistem kerja atau organisasi kerja yang melibatkan kesehatan perlu dikembangkan.
Mengingat bahwa masalah kesehatan adalah segala dampak dari berbagai sektor,
maka program untuk pemecahannya atau penanggulangannya harus bersama-sama
dengan sektor lain. Dengan perkataan lain semua sektor pembangunan yang
mempunyai dampak terhadap kesehatan harus mempunyai sistem atau unit yang
menangani masalah kesehatan di dalam struktur organisasinya. Unit ini secara internal
menangani masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh karyawannya, dan secara
eksternal mengatasi dampak institusi tersebut terhadap kesehatan masyarakat.
Misalnya, suatu industri harus mempunyai poliklinik atau Kegiatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), mempunyai surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup, atau hasil analisis dampak lingkungan (AMDAL).
Dalam mengembangkan organisasi atau sistem kerja suatu institusi terutama yang
mempunyai dampak terhadap kesehatan perlu mempertimbangkan adanya unit
kesehatan tersebut. Terwujudnya unit kesehatan dalam suatu organisasi kerja di
industri-industri atau institusi-institusi kerja tersebut diperlukan pendekatan advokasi
oleh sektor kesehatan di semua tingkat.
D. Sasaran dan Manfaat Advokasi
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan (approches) terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Oleh karena itu orang yang menjadi sasaran atau target advokasi adalah para pemimpin suatu
organisasi atau institusi kerja baik di lingkungan pemerintah maupun swasta dan organisasi
kemasyarakatan. Dari segi yang ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers)
atau para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat dan tatanan nasional. Di
sektor kesehatan, sasaran advokasi adalah para pemimpin sektor lain yang terkait dengan
kesehatan, PEMDA dan lembaga legislatif. Di tingkat pemerintah daerah (local government)
kabupaten/kota, advokasi kesehatan dapat dilakukan terhadap para pejabat pemerintah
daerah. Tujuan utama advokasi di tingkat ini adalah agar program kesehatan memperoleh
prioritas tinggi dalam pembangunan daerah yang bersangkutan. Implikasinya alokasi sumber
daya manusia atau petugas kesehatan, seperti pelatihan-pelatihan dan pendidikan lanjut, maka
untuk sektor kesehatan juga memperoleh prioritas. Advokasi bukan hanya ditujukan kepada
para pembuat keputusan daerah dalam arti pemerintah saja, namun juga dilakukan kepada
pimpinan sektor swasta atau pengusaha, dan para pemimpin Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Dengan kata lain advokasi juga digunakan untuk menjalin kemitraan (partnership)
dengan para pengusaha dan LSM. Tujuan kemitraan dengan kelompok pengusaha dan LSM
adalah untuk memperoleh dukungan program kesehatan dan meningkatnya ketahanan sumber
daya manusia yang produktif.
E. TAHAPAN ADVOKASI
Dalam suatu advokasi kita perlu melakukan tahapan sebagai berikut.
Tahapan 1 Mendefinisikan Isu-Isu dan Topik Kepedulian
Perlu disepakati Isu dan topik kepedulian yang akan menjadi fokus dalam rangka perubahan
kebijakan. Hal ini bisa dilakukan melalui analisa data mengenai pembangunan berwawasan
lingkungan dan masalah-masalah yang membutuhkan aksi kebijakan.
Untuk bisa mengangkat isu yang tepat, ada beberapa hal-hal yang perlu Anda perhatikan
dalam penetapan isu, yaitu: - Mengapa isu tersebut penting waktu itu ? Apa contoh solusi
kebijakan? - Isu mencakup apa saja? seberapa mudah menggalang kemitraan? - Apa saja
dampak yang akan terjadi sekaitan isu terhadap lingkungan eksternal?
Tahapan 2: Menentukan Tujuan Advokasi
Setelah menetapkan isu advokasi, tahapan selanjutnya adalah menentukan tujuan advokasi.
Tujuan advokasi adalah hasil yang ingin dicapai dalam jangka pendek, yakni 1-3 tahun.
Tujuan haruslah memenuhi kriteria spesifik, terukur, dan realistis.
Tahapan 3: Merencanakan, Mengembangkan, Menyampaikan Pesan
Dalam mengembangkan pesan ada formula singkatan sebagai panduan Anda untuk
memudahkan dalam mengingatnya, yaitu BISS-WTS yang kepanjangannya sebagai berikut:
Bahasa
Ide/Isi Pesan
Subyek Sasaran
Si pembawa Pesan/Sumber Pesan
Waktu
Tempat
Saluran komunikasi pesan/jenis atau adonan atau multi-media yang digunakan
1. Bahasa
Harus dipilih bahasa yang cocok dan biasa digunakan oleh sasaran advokasi. Bila
diperlukan bisa menggunakan bahasa, logat atau dialek setempat. Bahasa harus padat,
singkat, jelas dan jangan sampai menimbulkan arti ganda. Selanjutnya jangan
memakai kata-kata emosional. Aksi advokasi yang diharapkan, adalah apa yang ingin
Anda lakukan setelah Anda mendengarkan isi pesan tersebut.
2. Ide Pesan
Isi merujuk pada inti pesan. Sebaiknya berupa ide tunggal yang jelas dan mudah
dipahami serta harapan anda agar sasaran bisa beraksi. Pesan harus efektif, sederhana,
menarik, jelas, dan konsisten berkesinambungan
Ciri pesan yang efektif sebagai berikut:
Sederhana Singkat Bahasa yang cocok
Isi pesan sejalan dengan bentuk pesan Pembawa pesan dihargai, didengar
Nada dan bahasa ejaan pesan menarik Bisa serius, bisa humoris
Ide/isi pesan dapat disiapkan secara artistik dalam bentuk slide (power point atau
film) atau transparasi yang menarik.
3. Subyek Sasaran
Subyek sasaran dalam advokasi ini adalah para penentu kebijakan (pemangku
kepentingan). Usahakan agar pesan advokasi yang disampaikan cukup menarik
perhatian mereka sehingga diharapkan mereka bisa memahami dan dapat memberi
dukungan terhadap isu advokasi. Subyek sasaran antara lain para pejabat pemerintah,
petugas kesehatan, media massa, wartawan, swasta/dunia usaha, dan masyarakat. Bagi
mereka yang menghambat program, sebaiknya dipengaruhi agar menjadi netral
terhadap isu advokasi.
Jadi kesimpulannya, subyek sasaran tergantung tujuan advokasi, yaitu untuk apa?
a. Subyek Sasaran Advokasi: Para penentu kebijakan punya banyak urusan dan waktu
yang terbatas. Maka pesan harus merupakan fakta, dapat memberikan informasi yang
mudah dipahami, dan sebaiknya bisa menggerakkan aksi secepatnya.
b. Form Analisa
Sasaran Primer : Perorangan atau institusi penentu kebijakan.
Sasaran Sekunder : Perorangan atau institusi yang dapat mempengaruhi kebijakan.
Pilihlah skala peringkat 1 (terendah) – 5 (tertinggi) untuk sasaran primer dan sasaran
sekunder.
4. Si Pembawa Pesan / Sumber Pesan
Sangat penting ditentukan siapa yang akan membawa pesan advokasi kepada penentu
keijakan. Petakan dan urutkan siapa yang akan menjadi sasaran untuk tujuan
advokasi. Contoh : Bila ditentukan sasaran lobi adalah Bupati, tentukan : Siapa yang
mempunyai keahlian untuk melobi dan tampaknya mempunyai kredibilitas untuk
berbicara dengan Bupati. Perhatikan juga adat istiadat di daerah tersebut, adakah bias
gender, atau justru wanita lebih efektif menjadi si pembawa pesan advokasi dalam
melobi Bupati.
5. Waktu
Kapankah waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan advokasi? Apakah ada
peristiwa politik tertentu yang dapat dikaitkan dan dipakai sehingga dapat
menimbulkan perhatian yang lebih besar, apakah ada kampanye pemilihan kepala
daerah atau DPRD, sehingga isu pesan advokasi turut diperhitungkan dan didengar
oleh penentu kebijakan pada waktu yang tepat, dan suasana yang cocok. Penting
sekali ditentukan waktu yang sesuai sehingga dapat menimbulkan dampak perhatian
yang jauh lebih besar.
6. Tempat
Penting sekali ditentukan tempat yang sesuai sehingga dapat menimbulkan dampak
perhatian yang lebih besar. Advokasi bisa dilakukan di tempat formal dan informal.
Tempat formal, seperti temu Bupati/Walikota di Balai Kota atau bila perlu temu
DPRD di forum, ruang kerja atau ruang sidang DPRD. Sedangkan tempat informal,
seperti tempat makan dan tempat olah raga, lebih cocok untuk melakukan lobi.
7. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi adalah media penyampaian pesan yang efektif dan efisien,
didukung oleh sumber daya. Pemilihan media sangat ditentukan dengan kesesuaian
pesan advokasi yang akan disampaikan kepada subyek sasaran.
Tahapan 4 : Membuat Pesan Advokasi Satu Menit
Pesan advokasi satu menit harus mencakup 4 komponen, yaitu: Pernyataan + Bukti + Contoh
+ Aksi advokasi yang diharapkan.
Kini kita sampai pada tujuan akhir pembuatan pesan dalam proses advokasi, yaitu
menciptakan pesan advokasi satu menit.
Perkenalkan pentingnya kegiatan menyampaikan pesan yang jelas, singkat, menarik, dan
padat.
Gambarkan pesan satu menit pada lembar berita.
Pelaksana advokasi dapat mengundang wartawan menghadiri beberapa pilihan peristiwa
untuk menampilkan isu dan memastikan pesan yang dapat menjangkau sasaran yang lebih
luas, masyarakat atau publik.
Kalau kita melihat iklan atau sebagainya maka format satu menit ini cukup handal.
Tahapan 5 : Penggalangan Sumber Daya, Termasuk Dana
Kenali dan coba dapatkan sumber daya (uang, tenaga, keahlian, jejaring dan perlengkapan
lainnya) untuk melaksanakan kegiatan advokasi. Petugas jejaring memobilisasi sumber daya.
Bagi pemerintah daerah, persoalan pendanaan untuk program kesehatan haruslah
diperjuangkan oleh daerah. Hal ini merupakan perubahan paradigma, kini jajaran dinas
kesehatan harus berjuang keras untuk mendapatkan porsi dana pendukung program dari
jajaran eksekutif (bupati/walikota) dan jajaran legislatif (DPRD).
Tahapan 6 : Mengembangkan Rencana Kerja
Dalam menyusun rencana kerja advokasi, maka perlu diingat bahwa pelaksanaan kegiatan
tersebut perlu disesuaikan dengan identifikasi kegiatan, tugas pokok dan fungsi dari para
pelaksana advokasi, jangka waktu, serta sumber daya yang dibutuhkan. Pada bagian ini akan
dijelaskan tahapan dalam membuat rencana kerja (plan of actionPOA). Pelaksanaan rencana
kerja disajikan secara sederhana didasarkan atas tujuan advokasi. Mengembangkan rencana
kerja memberikan peluang bagi anggota jejaring bekerja sama dalam kelompok. Rencana
kerja harus bisa menampung aneka masukan anggota dan menggalang konsensus dan
kesepakatan. Sehingga tercipta rasa kepemilikan bersama terhadap rencana kegiatan,
termasuk melaksanakan strategi pelaksanaannya.
Berikut ini adalah panduan dalam membuat rencana kerja advokasi
1. Tetapkan satu isu advokasi untuk satu aksi.
2. Tetapkan tujuan advokasi, mengandung unsur SMART.
SMART S – Specific (Spesifik); M – Measureable (Terukur); A – Achievable (Dapat
dicapai); R – Realistic (Realistik, wajar); T – Time Bound (Batas rentang waktu)
3. Tetapkan dukungan, hambatan dan tentukan sasaran primer dan sekunder.
4. Kembangkan pesan dan praktekkan penyampaian pesan advokasi terhadap anggota utama
sasaran.
5. Lakukan telaah pengumpulan data teknik analisa mendukung pesan advokasi.
6. Tetapkan strategi awal penggalangan dana.
7. Setelah kelompok menetapkan urutan tahapan dan tujuan advokasi, siapkan rencana kerja.
8. Bagikan bahan rencana kerja pelaksanaan advokasi:
Tuliskan relevansi tujuan advokasi pada puncak kertas kerja.
Tetapkan kegiatan yang dibutuhkan mencapai tujuan, rincikan kegiatan, contoh: Masukan
informasi pengembangan pesan dan metode.
Tentukan dukungan sumber daya untuk setiap masa kegiatan.
Tentukan jadual untuk tiap kegiatan.
Lakukan telaah pada kertas kerja.
Ringkaskan dengan komentar dan untuk pengecekan ajukan pertanyaan terakhir terhadap
pelaksanaan. Bila peserta puas dengan rencana, artinya sudah siap dilanjutkan ke pemantauan
dan evaluasi.
Tahapan 7 : Indikator Spesifik
Sewaktu rencana advokasi dilaksanakan, maka diperlukan indikator untuk memandu
kemajuan proses advokasi, dimana indikator kesuksesan adalah terjadinya perubahan
kebijakan akibat aksi advokasi tersebut.
Lakukan pengumpulan data yang sahih, tepat mendukung tiap tahapan proses serta data
untuk pemantauan evaluasi.
Penetapan indikator digunakan sebagai alat pemantauan dan evaluasi hasil kegiatan.
Advokasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang strategis, terencana dan terorganisir
ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang
spesifik yang dapat mempengaruhi para pengambil keputusan untuk Pemecahan suatu
masalah. Untuk mancapai tujuan yang diharapkan, maka kegiatan advokasi harus melalui
berbagai tahapan, mulai dari penetapan isu sampai pada penetapan indikator spesifik. Pada
setiap tahapan banyak hal yang harus dilakukan terutama dalam hal pengelolaan data dan
fakta yang sesuai serta pengembangan jejaring dengan unsur terkait.
POKOK BAHASAN II: NEGOSIASI
Negosiasi merupakan salah satu metode advokasi yang bertujuan untuk menghasilkan
kesepakatan. Dalam hal ini, pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa masing-masing pihak
mempunyai kepentingan yang sama tentang upaya mengatasi permasalahan kesehatan,
sekaligus menyatukan upaya mencapai kepentingan tersebut sesuai tupoksi masing-masing.
A. Pengertian Negosiasi
- Proses interaksi antara dua pihak atau yang lebih yang perlu terlibat secara bersama-sama
untuk mendapatkan hasil akhir, yang pada awalnya mempunyai sasaran yang berbeda,
berusaha menggunakan argumen dan persuasi untuk menghilangkan atau mengurangi
perbedaan tersebut dalam rangka mencari jalan keluar yang dapat diterima bersama.
Proses untuk menyesuaikan pandangan kedua belah pihak tentang hasil ideal menjadi hasil
yang dapat diterima oleh semua pihak.
B. Ciri-ciri negosiasi
ciri–ciri negosiasi sebagai berikut :
1. Melibatkan dua orang atau lebih, tak ada negosiasi sendirian.
2. Pihak-pihak yang bersangkutan harus membutuhkan keterlibatan satu sama lain untuk
mencapai yang diinginkan.
3. Masing-masing pihak harus mulai dari minat dan sasaran yang berbeda pihak-pihak yang
bersangkutan menganggap NEGOSIASI sebagai suatu cara yang lebih memuaskan perbedaan
yang ada.
4. Masing-masing harus beranggapan bahwa ada kemungkinan membujuk pihak lain untuk
merubah posisi awal mereka.
5. Mereka harus punya tingkat kuasa atau kemampuan pihak lain untuk bertindak.
6. Proses negosiasi merupakan salah satu interaksi diantara mereka.
C. Tujuan Negosiasi
Dari pengertian dan ciri – ciri negosiasi, maka anda dapat merumuskan bahwa tujuan
negosiasi adalah untuk mencapai kesepakatan dari kedua belah pihak yang terlibat negosiasi,
baik dalam hal pembagian tugas dan wewenang, pelaksanaan program/kegiatan terpadu, dan
penyelesaian masalah.
D. Elemen Negosiasi
Negosiasi tidak akan berhasil bila tidak didukung dari berbagai hal. Hal–hal tersebut dikenal
sebagai elemen negosiasi, yang terdiri dari :
1. Alternatif
Alternatif adalah kemungkinan jalan keluar yang dipunyai pihak-pihak yang
bernegosiasi apabila tidak diperoleh kesepakatan, yaitu tindakan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa persetujuan pihak lain. Akan tetapi sedapat
mungkin sebuah kegiatan negosiasi dapat menghasilkan kesepakatan yang terbaik
buat semua pihak (win win solution), atau apabila terpaksa melakukan tindakan tanpa
persetujuan pihak lain setidak-tidaknya tidak merugikan pihak lain tersebut.
2. Kepentingan (harapan, keinginan dan kebutuhan)
Kedua belah pihak memiliki kepentingan masing-masing yang menjadi dasar ketika
melakukan negosiasi. Kepentingan yang menyangkut orang banyak hendaknya jangan
dikorbankan ketika melakukan negosiasi, akan tetapi kepentingan yang bersifat
individu atau kelompok sebaiknya tidak mengorbankan kepentingan bersama bersama
(yang bermanfaat bagi orang banyak).
3. Opsi (pilihan)
Di dalam proses negosiasi seringkali menghasilkan tidak hanya satu pilihan, beberapa
pilihan inilah yang disebut opsi. Negosiasi yang baik akan menghasilkan kesepakatan
yang berupa pemilihan Opsi yang terbaik diantara beberapa Opsi yang ada.
4. Legitimasi
Negosiasi dapat dikatakan berlangsung dengan baik, apabila kesepakatan yang
dihasilkannya mendapat legitimasi/ pengakuan baik dari pihak internal (kedua belah
pihak yang melakukan negosiasi) maupun dari pihak eksternal (pihak ketiga).
5. Hubungan kerja
Hubungan kerja dalam negosiasi adalah hubungan antara pihak-pihak yang terlibat
dalam proses negosiasi. Hubungan kerja ini sebaiknya dilandasi saling percaya, saling
menghargai dan tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah
kedudukannya selama proses negosiasi. Hubungan kerja yang baik ini hendaknya
tetap dijaga walaupun tidak tercapai kesepakatan dalam bernegosiasi.
6. Komitmen
a) Komitmen adalah pernyataan lisan maupun tertulis mengenai hal yang diinginkan
atau yang tidak diinginkan oleh pihak-pihak yang melakukan negosiasi.
b) Komitmen dapat berkembang selama proses negosiasi dan dapat dicantumkan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam perjanjian/ kesepakatan yang dihasilkan.
c) Komitmen hendaknya dirancang yang prktis, tahan lama, mudah dipahami
bersama, dan dapat diverifikasi dengan mudah apabila diperlukan.
E. LANGKAH - LANGKAH NEGOSIASI
Negosiasi akan menolong untuk menciptakan solusi yang saling menguntungkan dalam
situasi konflik. Dalam suatu negosiasi kita perlu melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Persiapan
a. Penyamaan pemahaman/persepsi
Sebelum pelaksanaan negosiasi, masing-masing pihak hendaknya melakukan kegiatan
persiapan intern, kegiatan persiapan tersebut pada hakekatnya berupa penyamaan
pemahaman/persepsi diantara anggotanya yang akan terlibat dalam kegiatan negosiasi dengan
pihak lain. Hal-hal yang perlu disamakan pemahaman/persepsinya adalah tujuan negosiasi,
isu yang perlu dibahas, kepentingan, apa saja alternatifnya, Opsi keputusan terbaik, kriteria
keberhasilan, posisi yang akan diajukan dan lain sebagainya.
b. Mencari tahu keadaan pihak lain
Hal-hal yang perlu diketahui dari pihak lain adalah tujuan, kepentingan, opsi, keputusan
terbaik, posisi yang akan diajukan, dan lain sebagainya, untuk memperlancar jalannya
negosiasi.
c. Persiapan fisik meliputi persiapan ruangan pertemuan, akomodasi, transportasi, dan
kegiatankegiatan penunjang lainnya.
2. Pelaksanaan
a. Menyepakati agenda negosiasi, termasuk apa yang akan dibicarakan.
b. Masing-masing mempresentasikan tujuan, isu, ungkapan posisi.
c. Memberi kesempatan pihak lain meminta klarifikasi atau penjelasan tentang apa yang
dikemukakan.
d. Mencermati kepentingan masing-masing untuk dipertemukan dengan kepentingan pihak
lain.
e. Pertemuan hendaknya didasari saling mempercayai dan saling menghargai.
f. Masing-masing pihak hendaknya bersedia menggeser posisinya agar dapat dicapai
kesepakatan.
Sehingga seorang negosiator mempunyai kemampuan 'SHAPE'
o Sincene/ sensitive (tulus/peka)
o Honest/ Humoris (jujur/humoris)
o Attentive/ articulate (menarik/pandai bicara)
o Proficient (pandai/cakap)
o Enthusiastic/ Emphaty (antusias/ tegas)
o Analisis
Negosiasi mungkin dapat berlangsung tidak hanya satu kali, tetapi bisa berkali-kali
tergantung berat ringannya masalah yang dihadapi. Untuk itu maka jika pada pertemuan
pertama belum menunjukkan adanya kemajuan maka perlu dianalisis apa penyebabnya.
Sehingga pada waktu pertemuan berikutnya akan ada kemajuan, demikian seterusnya.
3. Peninjauan
Yang dimaksud disini hasil kesepakatan yang telah dicapai, kemudian diterapkan dan
dilaksanakan, apabila terdapat hal-hal yang menyimpang maka perlu diadakan peninjauan ,
kemudian rencanakan bagaimana meluruskannya dan strategi apa yang akan digunakan untuk
re-negosiasi.
F. KENDALA-KENDALA DALAM NEGOSIASI DAN SOLUSINYA
Menurut William Ury dan Roger Fisher mengemukakan bahwa minimal ada 4 (empat)
kendala utama yang sering dihadapi dalam negosiasi :
1. Reaksi kita.
Bila kita merasa tertekan karena argumen lawan, biasanya kita akan membalas dengan
serangan juga. Hal inilah akan menimbulkan aksi reaksi. Sehingga jika hal ini
berlangsung terus maka kedua belah pihak tidak akan mendapatkan apaapa. Solusinya
kita harus menghentikan ini, bila perlu kita minta untuk menunda negosiasi. Hal ini
untuk merendam konflik di antara kedua belah pihak. Sehingga pikiran kita akan
menjadi tenangdan kita bisa berpikir jernih dan obyektif tidak emosional.
2. Emosi Mereka.
Sikap lawan tidak kooperatif dan selalu mempertahankan posisinya. Hal ini
dilatarbelakangi oleh rasa marah, takut, curiga, sehingga untuk mendengar kitapun
mereka menolak. Solusinya, kita perlu menciptakan atmosfir yang baik pada
pertemuan pertama. Yaitu menetralisir kecurigaan, ketidakpercayaan dari pihak
lawan.
3. Kekuatan Mereka.
Sering kali lawan melihat negosiasi bertujuan untuk menciptakan win-lose. sehingga
mereka berambisi mengalahkan kita. Apabila pihak lawan merasa tanpa negosiasipun
mereka menang maka kita perlu mendidik mereka. cara dengan meyakinkan bahwa
beban yang dipikul mereka sangat besar jika negosiasi ini gagal. tentunya kita sendiri
jelas mempunyai kelebihan juga.
Sumber: http://lrc.bbpkciloto.or.id/userfiles/file/modul/Modul%206%20Advokasi.pdf ,
BBPK Ciloto-Kemenkes RI. Modul 6 : ADVOKASI, NEGOSIASI DAN KOORDINASI
PROGRAM/ KEGIATAN P2NHA.