fghjscene b.docx

53
Skenario B Colek, 11 bulan, dibawa ke UGD oleh ibunya pada pukul 15.00 dengan keluhan kejang kelonjotan seluruh tubuh selama +/- 5 menit dengan mata mendelik ke atas. Subuh tadi penderita juga kejang 1x tapi hanya sebentar selama +/- 1 menit dengan gejala yang sama seperti diatas, sesudah kejang penderita menangis. Sejak 2 hari lalu Colek menderita demam disertai pilek. Colek adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Kakak tertuanya juga sering kejang jika badannya panas tapi sejak umurnya 5 tahun tidak pernah lagi kejang. Pemeriksaan Fisik di UGD: BB: 8 kg, PB: 70 cm, sensorium: compos mentis, suhu: 38,5 derajat C (aksilar) RR: 34 x/menit, HR: 106 x/menit, ubun-ubun besar/UUB datar, strabismus (-) Refleks pupil +/+, gerak rangsang meningeal/GRM (-), reflex fisiologis: normal, reflex patologis (-). Pertanyaan : 1

Upload: prizka-avilia-puspa

Post on 11-Dec-2015

237 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mgfdfdsd

TRANSCRIPT

Page 1: fghjScene B.docx

Skenario B

Colek, 11 bulan, dibawa ke UGD oleh ibunya pada pukul 15.00 dengan

keluhan kejang kelonjotan seluruh tubuh selama +/- 5 menit dengan mata

mendelik ke atas. Subuh tadi penderita juga kejang 1x tapi hanya sebentar selama

+/- 1 menit dengan gejala yang sama seperti diatas, sesudah kejang penderita

menangis. Sejak 2 hari lalu Colek menderita demam disertai pilek. Colek adalah

anak ketiga dari 3 bersaudara. Kakak tertuanya juga sering kejang jika badannya

panas tapi sejak umurnya 5 tahun tidak pernah lagi kejang.

Pemeriksaan Fisik di UGD: BB: 8 kg, PB: 70 cm, sensorium: compos

mentis, suhu: 38,5 derajat C (aksilar) RR: 34 x/menit, HR: 106 x/menit, ubun-

ubun besar/UUB datar, strabismus (-) Refleks pupil +/+, gerak rangsang

meningeal/GRM (-), reflex fisiologis: normal, reflex patologis (-).

Pertanyaan :

1. Menurut anda apakah penyakit yang diderita oleh anak ini?

2. Apa diagnosis banding kasus ini?

3. Bagaimana anda menatalaksana kasus ini?

4. Apa prognosis kasus ini?

5. Apa komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus ini?

1

Page 2: fghjScene B.docx

I. Klarifikasi Istilah

1. Demam : Peningkatan temperatur tubuh diatas normal 37

. derajat Celcius.

2. Strabismus : Deviasi mata yang tidak dapat diatasi oleh

pen.................................. penderita.

3. Reflek pupil : Kontraksi unilateral pupil mata yang dikiuti oleh

di......................................dilatasinya setelah penutupan atau usaha

m.......................................menutup kelopak mata yang dipaksa tetap

..........................................membuka.

4. GRM : Gejala rangsang meningeal.

II. Identifikasi Masalah

1. Colek, 11 bulan dibawa ke UGD pada pukul 15.00 dengan kejang

kelonjotan seluruh tubuh selama +/- 5 menit dan mata mendelik ke atas,

subuh tadi menderita kejang 1X selama +/- 1 menit dan gejala sama,

sesudah kejang penderita menangis.

2. Sejak 2 hari lalu, Colek menderita demam disertai pilek.

3. Colek anak ke-3 dari 3 saudara, kakak tertuanya juga sering kejang jika

badannya panas tetapi sejak umur 5 tahun tidak pernah kejang lagi.

4. Pemeriksaan Fisik :

2

Page 3: fghjScene B.docx

- BB= 8kg

- TB= 70cm

- RR= 34x/menit

- HR= 106x/menit

- UUB datar

- GRM (-)

- Strabismus (-)

- Refleks fisio: normal

- Sensorium : compos mentis

- Suhu: 38,5 derajat

- Refleks pupil= +/+

- Refleks patologis (-)

III. Analisis Masalah

1.

a) Apakah ada hubungan antara keluhan Colek dengan umur?

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering

dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4

tahun dengan puncak insidensi sekitar 18 bulan. Hampir 3 % anak

yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalaminya (millichap,1968)

dalam IKA UI. Hal ini disebabkan karena anak yang sudah berumur 5

tahun perkembangan atau maturasi sel-sel otak sudah membaik, dan

akan mengurangi resiko kejang.

b) Bagaimana mekanisme dari kejang tersebut?

3

Page 4: fghjScene B.docx

c) Bagaimana hubungan kejang yang dialami colek pada sore hari dan saat

subuh?

4

Page 5: fghjScene B.docx

Sebenarnya tidak ada hubungan kejang yang dialami colek dengan

waktu kejadian. Hal yang berhubungan adalah tingginya demam

yang dialami oleh Colek. Peningkatan suhu secara drastis dan

mendadaklah yang menyebabkan kejang pada Colek.

d) Apa saja jenis-jenis kejang serta apa jenis kejang pada kasus ini?

Jenis kejang demam secara umum ada 2 macam yaitu :

1. Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana) :

kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan

tidak berulang dalam 24 jam.

2. Complex febrile seizures / complex partial seizures

(Kejang Demam Kompleks) : kejang fokal (hanya

melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15

menit, dan atau berulang dalam waktu singkat (selama

demam berlangsung). Di sini anak sebelumnya dapat

mempunyai kelainan neurologi atau riwayat kejang

demam atau kejang tanpa demam dalam keluarga.

Disini kami memilih jenis simple febrile seizures karena kriteria

kejang yang dialami Colek lebih mendekati ke arah Kejang demam

sederhana. Seperti lama waktu kejang yang kurang dari 15 menit

dan kejang yang dialami Colek adalah kejang yang menyeluruh.

Walau kejang kembali terulang dalam kurun waktu 24 jam, namun

di sini anak tidak mempunyai kelainan neurologi dan dapat

dibuktikan dengan tes GRM dengan hasil negatif, serta memunyai

riwayat kejang demam dalam keluarga.

e) Apa saja penyebab kejang?

5

Page 6: fghjScene B.docx

Penyebab tersering kejang pada anak :

Kejang demam

Infeksi: meningitis, ensefalitis

Gangguan metabolik : hipoglikemia, hiponatremia,

hipoksemia, hipokalsemia, gangguan elektrolit,

defisiensi piridoksin, gagal ginjal, gagal hati, gangguan

metabolik bawaan

Trauma kepala

Pemberhentian pemberian obat epilepsi

Lain-lain : enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan

intrakranial, idiopatik

f) Bagaimana anatomi mata?

6

Page 7: fghjScene B.docx

M. rectus superior

O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita

I : Permukaan superior bola mata tepat posterior terhadap taut

.......corneo-scleral

S : N. occulomotoris

F : Mengangkat kornea ke atas dan medial

M. rectus inferior

O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita

I : Permukaan inferior bola mata tepat posterior terhadap taut

.......corneo-scleral

S : N. occulomotoris

F : Menurunkan kornea ke bawah dan medial

M. rectus medialis

O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita

I : Permukaan medial bola mata tepat posterior terhadap taut

........corneo-scleral

S : N. occulomotoris

F : Memutar bola mata sehingga kornea menghadap ke medial

M. rectus lateralis

O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita

I : Permukaan lateral bola mata tepat posterior terhadap taut

........corneo-scleral

S : N. abducens

F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke lateral

7

Page 8: fghjScene B.docx

M. obliquus superior

O : Dinding posterior orbita

I : Melalui trochlea dan dilekatkan pada permukaan superior bola

........mata, dibawah m. Rectus superior

S : N trochlearis

F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke bawah dan

.......lateral

M. obliquus inferior

O : Dasar orbita

I : Permukaan lateral bola mata, profunda terhadap m. rectus

........lateralis

S : N. occulomotoris

F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke atas dan

.......lateral

g) Mengapa pada saat kejang, mata Colek mendelik?

Ketidakseimbangan potensial pada membran sel otak dapat

menyebar ke nervus-nervus yang lain, salah satunya dapat

menyebar ke saraf yang mempersarafi otot-otot intrinsik dan

ekstrinsik mata.

8

Page 9: fghjScene B.docx

h) Bagaimana reaksi fisiologis dari kontraksi otot?

2.

a) Apakah hubungan demam disertai pilek sejak 2 hari yang lalu dengan

kejang yang dialami Colek?

Hubungan antara demam yg disertaipilek 2 hari yang lalu memiliki

kaitan yaitu demam yang dialami oleh colek dapat menjadi faktor

pencetus dari kejang. Hubungan dari keduanya ini dapat kita lihat

didalam mekanisme kejang demam sbb: Pada keadaan demam,

kenaikan suhu 1 derajat Celcius akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen 20%.

9

Page 10: fghjScene B.docx

Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak

dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion

Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan

listrik.

Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh

sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter,

sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi

bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat

yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya

tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan

infeksi saluran pernafasan lainnya.

b) Apa saja jenis demam? Apa jenis demam pada kasus ini?

Penyebab demam :

Infeksi : virus( flu, cacar dll) , bakteri ( tifus , radang

tenggorokan )

Non infeksi : kangker , tumor , penyakit auto imun

Fisiologis : kekurangan cairan (dehidrasi) , suhu udara

terlalu panas

Disini kami menjadikan demam karena infeksi sebagai penyakit

yang diderita oleh Colek dikarenakan terdapat gejala influenza

yaitu pilek.

10

Page 11: fghjScene B.docx

3.

a) Apakah ada hubungan riwayat keluarga dengan kejang yang dialami

colek?

Ya, ada hubungan riwayat keluarga dengan kejang yang dialami

oleh Colek. Kejang demam dapat diturunkan sifatnya. Hal ini

diperkuat dengan adanya data bahwa kakak pertama Colek juga

mengalami kejang demam.

b) Mengapa kejang pada kakak tertua colek berhenti pada umur 5 tahun?

Anak yang sudah berumur 5 tahun perkembangan atau maturasi

sel-sel otak sudah membaik, dan akan mengurangi resiko kejang.

4.

a) Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik?

b)

o Tinggi dan berat badan : Normal

o Sensorium Compos mentis : Sadar

o Temperatur tubuh 38,5 derajat Celcius : Suhu tubuh tinggi

akibat demam

o Respiratory Rate 34x/min : Normal untuk infant ( dibawah 1

tahun)

o Heart Rate 106x/min : Normal untuk infant

o Ubun-ubun besar/UUB datar : Normal

o Strabismus ( - ) : Normal

o Refleks pupil +/+ : Isokor ( Normal )

o GRM ( - ) : Normal, tidak ada gangguan saraf

o Refleks fisiologis normal : Tidak terjadi gangguan

11

Page 12: fghjScene B.docx

o Refleks patologis ( Negatif ) : Normal

5.

a) Apa diagnosis banding?

Kejang Demam Meningitis Ensefalitis Tetanus Epilepsi

KDS KDK

Kejang + + + + + +

Frekuensi

kejang

dalam 24

jam

Tidak

berulan

g

Berulang

(> 2x)

Berulang berulang Kejang

bila

dirangsang

Kesadaran Kompos

mentis

Kompos

mentis

Penurunan

kesadaran

Penurunan

kesadaran

Tanpa

gangguan

kesadaran

Penurunan

kesadaran

Durasi

kejang

< 15

menit

>15 menit 1 jam

Demam + + + + + -

Riwayat

keluarga

+ + - - - +

Kuku

kuduk

- - + + + -

UUB normal normal Cembung normal normal Normal

12

Page 13: fghjScene B.docx

LCS normal normal Keruh jernih jernih jernih

Jumlah

sel dalam

LCS

normal meningkat meningkat sedikit/- normal normal

Pancaran

LCS

biasa biasa meningkat meningkat - biasa

b) Diagnosis kerja?

Kejang Demam simpleks karena kriteria kejang yang dialami

Colek lebih mendekati ke arah Kejang demam sederhana. Seperti

lama waktu kejang yang kurang dari 15 menit dan kejang yang

dialami Colek adalah kejang yang menyeluruh.

Walau kejang kembali terulang dalam kurun waktu 24 jam, namun

di sini anak tidak mempunyai kelainan neurologi dan dapat

dibuktikan dengan tes GRM dengan hasil negatif, serta memunyai

riwayat kejang demam dalam keluarga.

c) Definisi kejang demam?

Kejang demam adalah kejang yang didahului/ bersamaan dengan

panas, suhu tubuh >38.5ºC (rektal), tanpa adanya bukti infeksi intra

kranial. Biasanya terjadi pada anak berumur 3 bulan – 5 tahun.

13

Page 14: fghjScene B.docx

d) Epidemiologi kejang demam?

o Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi 6 bl - 4 th

o Kejang demam sederhana 80 %, Kejang demam kompleks

20persen

o Kejang > 15 mnt ± 8 %

o Berulang dalam waktu 24 jam ± 16 %

o Resiko menjadi epilepsi 2% - 50%

e) Tatalaksana kejang demam?

Dalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu

dikerjakan, yaitu :

Mengatasi kejang secepat mungkin

Pengobatan penunjang

Memberikan pengobatan rumat

Mencari dan mengobati penyebab

Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan

sampai panas

Pengobatan akut

f) Prognosis kejang demam?

Baik, jika ditangani dengan cepat dan tepat.namun jika tidak

tertangani dengan baik dapat menyebabkan risiko epilepsi,

gangguan motorik, kejang yang berulang dan kematian akibat

komplikasi kejangnya.

g) Komplikasi kejang demam?

Apabila kejang tidak cepat diatasi komplikasinya adalah bayi

tersebut bisa menggigit lidah sendiri dan terputus.

Komplikasi apabila kejang berlangsung selama 15 menit adalah

kerusakan otak dan retardasi mental.

h) Tindakan preventif untuk kejang demam?

o Mencari dan mengobati penyebab kejang

o Pengobatan profilaksis

14

Page 15: fghjScene B.docx

i) Kompetensi Dokter Umum?

o Tingkat Kemampuan 1

Dapat mengenali dan menempatkan gambaran klinik sesuai

penyakit ini ketika membaca literatur. Dalam korespondensi, ia

dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu bagaimana

mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan

overview level. Bila menghadapi pasien dengan gambaran

klinik ini dan menduga penyakitnya, Dokter segera merujuk.

o Tingkat Kemampuan II

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter serta

mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan

dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.

o Tingkat Kemampuan III

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang

diminta oleh dokter. Dokter dapat memutuskan dan

memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis

yang relevan (bukan kasus gawat darurat).

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pemeriksaan

tambahan yang diminta oleh dokter. Dokter dapat

memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta

merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat

darurat).

15

Page 16: fghjScene B.docx

o Tingkat Kemampuan IV

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta

oleh dokter. Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani

problem itu secara mandiri hingga tuntas.

IV. Hipothesis

Colek 11 bulan mengalami kejang demam.

16

Page 17: fghjScene B.docx

V. Kerangka konsep

VI.Learning Issue

a. Kejang Demam

b. Mata mendelik ( anatomi )

c. Refleks Pupil

d. Gejala Rangsang Meningeal

17

rolling back eyesKejang tonik klonik

Kejang

Depolarisasi post sinaps

Peningkatan Eksitasi (inhibasi menurun)

Mutasi GABA-A gamma-2Pelepasan neurotransmitter GABA <<<

dan pelepasan neurotransmitter Glutamat >>>

Meluas ke seluruh sel maupun membrane sel dengan bantuan

neurotransmitter

Perubahan keseimbangan membrane sel neuron

Difusi ion K dan ion Na

Pelepasan muatan listrik

Demam + Riwayat Keluarga + Usia dibawah 5 tahun

Page 18: fghjScene B.docx

e. Refleks Fisiologis

f. Refleks Patologis

Pokok

Bahasan

What I

Know

What I don`t

Know

What I have to

prove

How I

will

Learn

1. Kejang

Demam

Defenisi, Sign

Symptom

Etiologi,

Patofisiologi

diagnosis banding

dan

penatalaksanan

Penyakit yang

diderita Colek textbook

internet

diktat

2. Mata

mendelik

Anatomi,

fisiologi

Penyebab mata

mendelik

3. Refleks

Pupil

Interpretasi Hubungan antara

refleks pupil dan

kejang demam

4. GRM Definisi,

interpretasi

Tidak adanya

gangguan saraf

5. Refleks

Fisiologis

Interpretasi Hubungan dengan

kejang demam

6. Refleks

Patologis

Interpretasi Hubungan dengan

kejang demam

18

Page 19: fghjScene B.docx

VII. Sintesis

Analisis masalah

Kejang Demam

Definisi

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi

atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang

demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk

beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak

tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit

akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera

normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi

walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

Kejang demam adalah kejang yang didahului/ bersamaan dengan panas,

suhu tubuh > 38.5ºC (rektal), tanpa adanya bukti infeksi intra cranial atau

gangguan keseimbangan elektrolit. Kejang demam bersifat ekstrakranial>

Biasanya terjadi pada anak berumur 3 bulan – 5 tahun.

Batasan

Livingstone yg dimodifikasi (Ismail, 1975)

Semula Modifikasi

1.Sifat kejang : umum umum

19

Page 20: fghjScene B.docx

2.Lama kejang : < 15 ‘ < 15 ‘

3.Usia : < 6 th 6 bl – 4 th

4.Frek.serangan : 1-4 X/ th < 4 X/ th

5.EEG : normal normal

6.Lama panas : - < 16 jam

7.Neurologis : - normal

Epidemiologi

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika

Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Umumnya

kejang demmam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan).

Kejang demam sedikit lebih sering terjadi pada laki-laki.

o Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi 6 bl - 4 th

o Kejang demam sederhana 80 %, Kejang demam kompleks

20persen

o Kejang > 15 mnt ± 8 %

o Berulang dalam waktu 24 jam ± 16 %

o Resiko menjadi epilepsi 2% - 50%

Faktor Resiko

- Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama

- Riwayat kejang demam dalam keluarga

- Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu

...sudah relatif normal

20

Page 21: fghjScene B.docx

- Riwayat demam yang sering

- Kejang pertama adalah complex febrile seizure

Jenis-Jenis

K D S (Kejang Demam Sederhana) :

- Kejang bersifat umum

- Lama kejang < 15 menit

- Usia waktu KD pertama < 6 tahun

- Frekwensi serangan 1-4 X dlm 1 th

- EEG normal

K D K ( Kejang Demam Kompleks ) :

- Kejang berlangsung lama, ≥ 15 menit.

- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang

parsial.

- Kejang berulang 2 kali atau lebih dlm 24 jam

Kejang fokal merupakan kriteria yang penting.

Klasifikasi

Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus

badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang,

klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.

21

Page 22: fghjScene B.docx

1. Kejang Tonik

Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat

badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan

bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu

berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik

umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai

deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan

bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai

deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang

disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau

kernicterus.

2. Kejang Klonik

Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan

pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis

kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan

baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti

oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio

cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau

oleh ensepalopati metabolik.

3. Kejang Mioklonik

Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi

lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya

22

Page 23: fghjScene B.docx

cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini

merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan

hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak

spesifik.

Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui.

Kejang demam biasanya berhubungan denagn demam yang tiba-tiba tinggi

dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam.

Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Kejang

demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga

melibatkan faktor keturunan (factor genetik). Kadang kejang yang

berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit lain seperti,

keracunan, meningitis atau ensefalitis. Roseola atau infeksi oleh virus

herpes manusia 6 juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-

anak. Disentri karena Shigella juga sering menyebabkan demam tinggi dan

kejang demam pada anak-anak.

Patofisiologi

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat C akan

mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan

oksigen 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran

sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun

ion Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan

listrik.

Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh

sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter, sehingga

23

Page 24: fghjScene B.docx

terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan

kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi

di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel),

infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya.

Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak

tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit

kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf.

Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan

tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15

menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari

otak.

Melihat paparan kejadian dalam tubuh diatas, saya tarik benang

merah gejala yang bisa anda lihat saat anak mengalami Kejang Demam

antara lain : anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau

kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik

atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit

(hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).

Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang

biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan

relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2

menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,

inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya),

gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.

Manifestasi Klinis

24

Page 25: fghjScene B.docx

1. Anak hilang kesadaran

2. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak

3. Sulit bernapas

4. Busa di mulut

5. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan

6. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.

Setelah kejang, anak akan mulai berangsur sadar. Biasanya, kesadaran

pulih sepenuhnya setelah 10 sampai 15 menit. Dalam masa ini, anak

agak sensitif (irritable) dan mungkin tidak mengenali orang di

sekitarnya.

Diagnosis

- Anamnesis: Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota

keluarga yang lainnya (ayah, ibu, atau saudara kandung).

- Pemeriksaan Neurologis : tidak didapatkan kelainan.

- Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan rutin tidak dianjurkan,

kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab

(darah tepi, elektrolit, dan gula darah).

- Pemeriksaan Radiologi : X-ray kepala, CT scan kepala atau MRI

tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi.

- Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) : tindakan pungsi lumbal

untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil, klinis

meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan

ketentuan sebagai berikut :

o 1.Bayi < 12 bulan : diharuskan.

o 2.Bayi antara 12 – 18 bulan : dianjurkan.

o 3.Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda

meningitis.

25

Page 26: fghjScene B.docx

Pemeriksaan Elektro Ensefalografi (EEG) : tidak

direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas

(misalnya kejang demam komplikata pada anak usia > 6 tahun atau

kejang demam fokal.S.

DIAGNOSIS BANDING

o MENINGITIS

o ENSEFALITIS

o ABSES OTAK

Tata Laksana

Farmakologis :

o Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

o Pemberian oksigen melalui face mask

o Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui

anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus

o Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk

meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya

menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang

cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang

berkelanjutan.

Non Farmakologis :

26

Page 27: fghjScene B.docx

o Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi

menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya

tersedak.

o Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti

sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat

menyumbat jalan napas.

o Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.

o Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak

memerlukan penanganan khusus.

o Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera

dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain

menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika

kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang

menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat

mungkin tanpa menyatakan batasan menit (4).

o Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa

menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika

ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus

tampak lemas.

PROGNOSIS – KOMPLIKASI

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosa baik dan tidak

menyebabkan kematian. Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang

demam dapat berkembang menjadi :

• Kejang demam berulang

• Epilepsi

• Kelainan motorik

• Gangguan mental dan belajar

27

Page 28: fghjScene B.docx

PREVENTIF 

Cara mencegahnya adalah dengan segera menurunkan suhu tubuh si kecil

saat teraba demam dengan cara memberikannya cukup cairan,

mengompres seluruh tubuhnya dengan air hangat, memberinya obat

penurun demam.

Pencegahan berkala ( intermiten ) untuk kejang demam sederhana dengan

Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan anti piretika pada saat anak

menderita penyakit yang disertai demam. Pencegahan kontinu untuk

kejang demam komplikata dengan AsamValproat 15– 40 mg/KgBB/hari

PO dibagi dalam 2 – 3 dosis.

MATA ( ANATOMI )

28

Page 29: fghjScene B.docx

M. rectus superior

O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita

I : Permukaan superior bola mata tepat posterior terhadap taut

.......corneo-scleral

S : N. occulomotoris

F : Mengangkat kornea ke atas dan medial

M. rectus inferior

O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita

I : Permukaan inferior bola mata tepat posterior terhadap taut

.......corneo-scleral

S : N. occulomotoris

F : Menurunkan kornea ke bawah dan medial

M. rectus medialis

O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita

I : Permukaan medial bola mata tepat posterior terhadap taut

........corneo-scleral

S : N. occulomotoris

F : Memutar bola mata sehingga kornea menghadap ke medial

M. rectus lateralis

29

Page 30: fghjScene B.docx

O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita

I : Permukaan lateral bola mata tepat posterior terhadap taut

........corneo-scleral

S : N. abducens

F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke lateral

M. obliquus superior

O : Dinding posterior orbita

I : Melalui trochlea dan dilekatkan pada permukaan superior bola

........mata, dibawah m. Rectus superior

S : N trochlearis

F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke bawah dan

.......lateral

M. obliquus inferior

O : Dasar orbita

I : Permukaan lateral bola mata, profunda terhadap m. rectus

........lateralis

S : N. occulomotoris

F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke atas dan

.......lateral.

REFLEKS PUPIL

30

Page 31: fghjScene B.docx

a. Tujuan percobaan : Untuk mengetahui serta memahami reaksi-

reaksi yang terjadi pada pupil mata.

b. Dasar Teori : Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris,

dibelakang iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada

akomodasi dan konversi. Akomodasi adalah kemampuan lensa

mata untuk mencembung akibat kontraksi otot siliaris. Otot siliaris

atau otot polos dapat merenggang dan mengendorkan selaput yang

menggantungkan lensa. Akomodasi dapat menyebabkan daya

pembiasan lensa bertambah kuat. Selain akomodasi, terjadi

konversi sumbu penglihatan dan kontriksi pupil bila seseorang

melihat benda yang dekat.

Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil diatur oleh

iris sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh mata.

Ditempat yang gelap dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil

akan menbesar, agar cahaya dapat lebih banyak masuk kemata.

Ditempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya cukup

tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih

sedikit masuk kemata untuk menghindari mata agar tidak selalu,

bila mata diarahkan kesalah satu mata pupil akan berkontraksi,

kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks cahaya

pupil.

Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan membesarnya pupil.

Akomodasi adalah perubahan dalam lekukan lensa mata dalam

menanggapi satu perubahan dalam melihat jarak dan kemampuan

berakomodasi disebut tempo akomodasi.

Daya akomodasi mata diatur melalui syaraf parasimpatis,

perangsangan syaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot

siliaris yang selanjutnya kan mengendurkan gligamen lensa dan

meningkatkan daya bias. Dengan meningkatkan daya bias, mata

31

Page 32: fghjScene B.docx

mampu melihat objek lebih dekat dibanding waktu daya biasnya

rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata

frekuensi impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan

agar objek tetap dilihat dengan jelas

c. Alat Yang Digunakan : Cermin, senter, tabung dari kertas

sepanjang 15mm dengan lubang pada dasar.

d. Jalannya Percobaan :

salah satu mata subjek di sorot dengan menggunakan

senter secara tiba-tiba.

setelah salah satu mata di sorot dengan menggunakan

senter, maka perhatikan pupi mata yang terkena sinar

senter.

e. Hasil Percobaan : Pupil mata yang terkena cahaya senter secara

tiba-tiba akan mengecil dibanding pupil mata yang tidak terkena

cahaya dari senter. Mata yang terkena cahaya secara tiba-tiba akan

mengecil secara cepat dan iris mendekat secara cepat, sedangkan

mata yang tidak terkena cahaya tiba-tiba, pupil akan mengecil

secara lambat dan iris mendekat secara lambat.

Pupil mata tergantung dari iris atau semacam otot kecil. Iris

mendekati jika cahaya ysng masuk terlalu terang dan iris menjauhi

jika cahaya yang masuk terlalu redup. Jika mata tidak siap saat

terkena cahaya maka pupil mengecil atau meredup secara

langsung, kalau siap maka pupil akan mengecil atau meredup

secara perlahan.

32

Page 33: fghjScene B.docx

Bisa saja terjadi refleks apabila mata kiri yang di senter maka yang

meredup mata kanan. Hal itu disebabkan karena ada kiasma

optikus yaitu persilangan bawah otak.

f. Kesimpulan :

1. Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris,

yang dapat mengecil dan membesar.

2. Pupil dapat melebar pada tempat yang gelap dan

mengecil pada tempat yang terang.

3. Refleks pupil adalah peristiwa mengecilnya pupil karena

diberikan rangsangan cahaya.

4. Akomodasi adalah kemampuan mata untuk

mencembungkan yang terjadi akibat kontraksi otot siliari

REFLEKS FISIOLOGIS

REFLEKS KORNEA

a. Langsung

Pasien diminta melirik kearah laterior superior, kemudian dari arah

lain kapas disentuhkan pada kornea mata, misalnya pasien diminta

melirik kekanan atas maka kapas disentuhkan pada kornea mata kiri

dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian bandingkan

kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri. Saraf aferen

berasal dari N.V/1 (N.Opthalmicus) tetapi eferennya (berkedip)

berasal dari N.VII (N.Facialis).

b. Tak langsung

Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks

menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan

refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya

33

Page 34: fghjScene B.docx

konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen

atau eferen).

REFLEKS TENDO

a. M. Biceps Brachii

Saraf aferen dan eferennya : C5-6 (N.musculocutaneus)

Hasil : Fleksi art.cubiti dengan mengetuk tendo M.biceps brachii,

kontraksi M.biceps brachii

b. M. Triceps Brachii

Saraf aferen dan eferennya : C6,7,8 (N.radialis)

Hasil : Ekstensi art.cubiti dengan mengetuk tendo M.triceps brachii,

kontraksi M.triceps Brachii.

c. M.brachioradialis

Saraf aferen dan eferennya : C5,6,7 (N.radialis)

Hasil : Supinasi art. radioulnaris dengan mengetuk insersi tendo

M.brachioradialis.

d. Tendo patella

Saraf aferen dan eferennya : L2,3,4 (N. femoralis )

Hasil : Ekstensiart.genu bila tendo patella diketuk, kontraksi

M.quadriceps femoris.

e. Tendo Achilles

Saraf aferen dan eferennya : S1-2 (N.tibialis)

Hasil : Plantar fleksi art.talocruralis bila tendo diketuk, kontraksi

M.gastrocnemius.

GEJALA RANGSANG MENINGEAL

Rangsang Meningeal

a. Kaku kuduk    : Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb:

Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang

berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar

dagu mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan.

34

Page 35: fghjScene B.docx

Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat

mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat.

b. Kernig sign     : Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring

difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut

90°. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut

sampai membentuk sudut lebih dari 135° terhadap paha. Bila teradapat

tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135°, maka

dikatakan Kernig sign positif.

c. Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)

Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang

ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan

pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk

mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan

sehingga dagu menyentuh dada. Test ini adalah positif bila gerakan

fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul

kedua tungkai secara reflektorik.

d. Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)

Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan

pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi

panggul. Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai

kontralateral pada sendi lutut dan panggul ini menandakan test ini

postif.

e. Lasegue sign  : Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang

berbaring lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan), kemudian

satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi) persendian

panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan

ekstensi (lurus). Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70° sebelum

timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan

sebelum mencapai 70° maka disebut tanda Lasegue positif. Namun

pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil patokan 60°.

35

Page 36: fghjScene B.docx

REFLEKS PATOLOGIS

Babinsky

Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior

Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

Chadock

Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus

lateralis dari posterior ke anterior

Respon : seperti babinsky

Oppenheim

Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal

Respon : seperti babinsky

Gordon

Cara : penekanan betis secara keras

Respon : seperti babinsky

Schaefer

Cara : memencet tendon achilles secara keras

Respon : seperti babinsky

Gonda

36

Page 37: fghjScene B.docx

Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4

Respon : seperti babinsky

Stransky

Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5

Respon : seperti babinsky

Rossolimo

Cara : pengetukan pada telapak kaki

Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal

Mendel-Beckhterew

Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum

Respon : seperti rossolimo

Hoffman

Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien

Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi

Trommer

Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien

Respon : seperti hoffman

Leri

Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen

diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atas

Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku

Mayer

Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan

Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari

37

Page 38: fghjScene B.docx

38