Download - fghjScene B.docx
Skenario B
Colek, 11 bulan, dibawa ke UGD oleh ibunya pada pukul 15.00 dengan
keluhan kejang kelonjotan seluruh tubuh selama +/- 5 menit dengan mata
mendelik ke atas. Subuh tadi penderita juga kejang 1x tapi hanya sebentar selama
+/- 1 menit dengan gejala yang sama seperti diatas, sesudah kejang penderita
menangis. Sejak 2 hari lalu Colek menderita demam disertai pilek. Colek adalah
anak ketiga dari 3 bersaudara. Kakak tertuanya juga sering kejang jika badannya
panas tapi sejak umurnya 5 tahun tidak pernah lagi kejang.
Pemeriksaan Fisik di UGD: BB: 8 kg, PB: 70 cm, sensorium: compos
mentis, suhu: 38,5 derajat C (aksilar) RR: 34 x/menit, HR: 106 x/menit, ubun-
ubun besar/UUB datar, strabismus (-) Refleks pupil +/+, gerak rangsang
meningeal/GRM (-), reflex fisiologis: normal, reflex patologis (-).
Pertanyaan :
1. Menurut anda apakah penyakit yang diderita oleh anak ini?
2. Apa diagnosis banding kasus ini?
3. Bagaimana anda menatalaksana kasus ini?
4. Apa prognosis kasus ini?
5. Apa komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus ini?
1
I. Klarifikasi Istilah
1. Demam : Peningkatan temperatur tubuh diatas normal 37
. derajat Celcius.
2. Strabismus : Deviasi mata yang tidak dapat diatasi oleh
pen.................................. penderita.
3. Reflek pupil : Kontraksi unilateral pupil mata yang dikiuti oleh
di......................................dilatasinya setelah penutupan atau usaha
m.......................................menutup kelopak mata yang dipaksa tetap
..........................................membuka.
4. GRM : Gejala rangsang meningeal.
II. Identifikasi Masalah
1. Colek, 11 bulan dibawa ke UGD pada pukul 15.00 dengan kejang
kelonjotan seluruh tubuh selama +/- 5 menit dan mata mendelik ke atas,
subuh tadi menderita kejang 1X selama +/- 1 menit dan gejala sama,
sesudah kejang penderita menangis.
2. Sejak 2 hari lalu, Colek menderita demam disertai pilek.
3. Colek anak ke-3 dari 3 saudara, kakak tertuanya juga sering kejang jika
badannya panas tetapi sejak umur 5 tahun tidak pernah kejang lagi.
4. Pemeriksaan Fisik :
2
- BB= 8kg
- TB= 70cm
- RR= 34x/menit
- HR= 106x/menit
- UUB datar
- GRM (-)
- Strabismus (-)
- Refleks fisio: normal
- Sensorium : compos mentis
- Suhu: 38,5 derajat
- Refleks pupil= +/+
- Refleks patologis (-)
III. Analisis Masalah
1.
a) Apakah ada hubungan antara keluhan Colek dengan umur?
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4
tahun dengan puncak insidensi sekitar 18 bulan. Hampir 3 % anak
yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalaminya (millichap,1968)
dalam IKA UI. Hal ini disebabkan karena anak yang sudah berumur 5
tahun perkembangan atau maturasi sel-sel otak sudah membaik, dan
akan mengurangi resiko kejang.
b) Bagaimana mekanisme dari kejang tersebut?
3
c) Bagaimana hubungan kejang yang dialami colek pada sore hari dan saat
subuh?
4
Sebenarnya tidak ada hubungan kejang yang dialami colek dengan
waktu kejadian. Hal yang berhubungan adalah tingginya demam
yang dialami oleh Colek. Peningkatan suhu secara drastis dan
mendadaklah yang menyebabkan kejang pada Colek.
d) Apa saja jenis-jenis kejang serta apa jenis kejang pada kasus ini?
Jenis kejang demam secara umum ada 2 macam yaitu :
1. Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana) :
kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan
tidak berulang dalam 24 jam.
2. Complex febrile seizures / complex partial seizures
(Kejang Demam Kompleks) : kejang fokal (hanya
melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15
menit, dan atau berulang dalam waktu singkat (selama
demam berlangsung). Di sini anak sebelumnya dapat
mempunyai kelainan neurologi atau riwayat kejang
demam atau kejang tanpa demam dalam keluarga.
Disini kami memilih jenis simple febrile seizures karena kriteria
kejang yang dialami Colek lebih mendekati ke arah Kejang demam
sederhana. Seperti lama waktu kejang yang kurang dari 15 menit
dan kejang yang dialami Colek adalah kejang yang menyeluruh.
Walau kejang kembali terulang dalam kurun waktu 24 jam, namun
di sini anak tidak mempunyai kelainan neurologi dan dapat
dibuktikan dengan tes GRM dengan hasil negatif, serta memunyai
riwayat kejang demam dalam keluarga.
e) Apa saja penyebab kejang?
5
Penyebab tersering kejang pada anak :
Kejang demam
Infeksi: meningitis, ensefalitis
Gangguan metabolik : hipoglikemia, hiponatremia,
hipoksemia, hipokalsemia, gangguan elektrolit,
defisiensi piridoksin, gagal ginjal, gagal hati, gangguan
metabolik bawaan
Trauma kepala
Pemberhentian pemberian obat epilepsi
Lain-lain : enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan
intrakranial, idiopatik
f) Bagaimana anatomi mata?
6
M. rectus superior
O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
I : Permukaan superior bola mata tepat posterior terhadap taut
.......corneo-scleral
S : N. occulomotoris
F : Mengangkat kornea ke atas dan medial
M. rectus inferior
O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
I : Permukaan inferior bola mata tepat posterior terhadap taut
.......corneo-scleral
S : N. occulomotoris
F : Menurunkan kornea ke bawah dan medial
M. rectus medialis
O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
I : Permukaan medial bola mata tepat posterior terhadap taut
........corneo-scleral
S : N. occulomotoris
F : Memutar bola mata sehingga kornea menghadap ke medial
M. rectus lateralis
O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
I : Permukaan lateral bola mata tepat posterior terhadap taut
........corneo-scleral
S : N. abducens
F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke lateral
7
M. obliquus superior
O : Dinding posterior orbita
I : Melalui trochlea dan dilekatkan pada permukaan superior bola
........mata, dibawah m. Rectus superior
S : N trochlearis
F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke bawah dan
.......lateral
M. obliquus inferior
O : Dasar orbita
I : Permukaan lateral bola mata, profunda terhadap m. rectus
........lateralis
S : N. occulomotoris
F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke atas dan
.......lateral
g) Mengapa pada saat kejang, mata Colek mendelik?
Ketidakseimbangan potensial pada membran sel otak dapat
menyebar ke nervus-nervus yang lain, salah satunya dapat
menyebar ke saraf yang mempersarafi otot-otot intrinsik dan
ekstrinsik mata.
8
h) Bagaimana reaksi fisiologis dari kontraksi otot?
2.
a) Apakah hubungan demam disertai pilek sejak 2 hari yang lalu dengan
kejang yang dialami Colek?
Hubungan antara demam yg disertaipilek 2 hari yang lalu memiliki
kaitan yaitu demam yang dialami oleh colek dapat menjadi faktor
pencetus dari kejang. Hubungan dari keduanya ini dapat kita lihat
didalam mekanisme kejang demam sbb: Pada keadaan demam,
kenaikan suhu 1 derajat Celcius akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen 20%.
9
Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak
dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion
Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan
listrik.
Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh
sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter,
sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat
yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya
tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan
infeksi saluran pernafasan lainnya.
b) Apa saja jenis demam? Apa jenis demam pada kasus ini?
Penyebab demam :
Infeksi : virus( flu, cacar dll) , bakteri ( tifus , radang
tenggorokan )
Non infeksi : kangker , tumor , penyakit auto imun
Fisiologis : kekurangan cairan (dehidrasi) , suhu udara
terlalu panas
Disini kami menjadikan demam karena infeksi sebagai penyakit
yang diderita oleh Colek dikarenakan terdapat gejala influenza
yaitu pilek.
10
3.
a) Apakah ada hubungan riwayat keluarga dengan kejang yang dialami
colek?
Ya, ada hubungan riwayat keluarga dengan kejang yang dialami
oleh Colek. Kejang demam dapat diturunkan sifatnya. Hal ini
diperkuat dengan adanya data bahwa kakak pertama Colek juga
mengalami kejang demam.
b) Mengapa kejang pada kakak tertua colek berhenti pada umur 5 tahun?
Anak yang sudah berumur 5 tahun perkembangan atau maturasi
sel-sel otak sudah membaik, dan akan mengurangi resiko kejang.
4.
a) Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik?
b)
o Tinggi dan berat badan : Normal
o Sensorium Compos mentis : Sadar
o Temperatur tubuh 38,5 derajat Celcius : Suhu tubuh tinggi
akibat demam
o Respiratory Rate 34x/min : Normal untuk infant ( dibawah 1
tahun)
o Heart Rate 106x/min : Normal untuk infant
o Ubun-ubun besar/UUB datar : Normal
o Strabismus ( - ) : Normal
o Refleks pupil +/+ : Isokor ( Normal )
o GRM ( - ) : Normal, tidak ada gangguan saraf
o Refleks fisiologis normal : Tidak terjadi gangguan
11
o Refleks patologis ( Negatif ) : Normal
5.
a) Apa diagnosis banding?
Kejang Demam Meningitis Ensefalitis Tetanus Epilepsi
KDS KDK
Kejang + + + + + +
Frekuensi
kejang
dalam 24
jam
Tidak
berulan
g
Berulang
(> 2x)
Berulang berulang Kejang
bila
dirangsang
Kesadaran Kompos
mentis
Kompos
mentis
Penurunan
kesadaran
Penurunan
kesadaran
Tanpa
gangguan
kesadaran
Penurunan
kesadaran
Durasi
kejang
< 15
menit
>15 menit 1 jam
Demam + + + + + -
Riwayat
keluarga
+ + - - - +
Kuku
kuduk
- - + + + -
UUB normal normal Cembung normal normal Normal
12
LCS normal normal Keruh jernih jernih jernih
Jumlah
sel dalam
LCS
normal meningkat meningkat sedikit/- normal normal
Pancaran
LCS
biasa biasa meningkat meningkat - biasa
b) Diagnosis kerja?
Kejang Demam simpleks karena kriteria kejang yang dialami
Colek lebih mendekati ke arah Kejang demam sederhana. Seperti
lama waktu kejang yang kurang dari 15 menit dan kejang yang
dialami Colek adalah kejang yang menyeluruh.
Walau kejang kembali terulang dalam kurun waktu 24 jam, namun
di sini anak tidak mempunyai kelainan neurologi dan dapat
dibuktikan dengan tes GRM dengan hasil negatif, serta memunyai
riwayat kejang demam dalam keluarga.
c) Definisi kejang demam?
Kejang demam adalah kejang yang didahului/ bersamaan dengan
panas, suhu tubuh >38.5ºC (rektal), tanpa adanya bukti infeksi intra
kranial. Biasanya terjadi pada anak berumur 3 bulan – 5 tahun.
13
d) Epidemiologi kejang demam?
o Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi 6 bl - 4 th
o Kejang demam sederhana 80 %, Kejang demam kompleks
20persen
o Kejang > 15 mnt ± 8 %
o Berulang dalam waktu 24 jam ± 16 %
o Resiko menjadi epilepsi 2% - 50%
e) Tatalaksana kejang demam?
Dalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu
dikerjakan, yaitu :
Mengatasi kejang secepat mungkin
Pengobatan penunjang
Memberikan pengobatan rumat
Mencari dan mengobati penyebab
Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan
sampai panas
Pengobatan akut
f) Prognosis kejang demam?
Baik, jika ditangani dengan cepat dan tepat.namun jika tidak
tertangani dengan baik dapat menyebabkan risiko epilepsi,
gangguan motorik, kejang yang berulang dan kematian akibat
komplikasi kejangnya.
g) Komplikasi kejang demam?
Apabila kejang tidak cepat diatasi komplikasinya adalah bayi
tersebut bisa menggigit lidah sendiri dan terputus.
Komplikasi apabila kejang berlangsung selama 15 menit adalah
kerusakan otak dan retardasi mental.
h) Tindakan preventif untuk kejang demam?
o Mencari dan mengobati penyebab kejang
o Pengobatan profilaksis
14
i) Kompetensi Dokter Umum?
o Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran klinik sesuai
penyakit ini ketika membaca literatur. Dalam korespondensi, ia
dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu bagaimana
mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan
overview level. Bila menghadapi pasien dengan gambaran
klinik ini dan menduga penyakitnya, Dokter segera merujuk.
o Tingkat Kemampuan II
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter serta
mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan
dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.
o Tingkat Kemampuan III
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang
diminta oleh dokter. Dokter dapat memutuskan dan
memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis
yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter. Dokter dapat
memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat
darurat).
15
o Tingkat Kemampuan IV
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta
oleh dokter. Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani
problem itu secara mandiri hingga tuntas.
IV. Hipothesis
Colek 11 bulan mengalami kejang demam.
16
V. Kerangka konsep
VI.Learning Issue
a. Kejang Demam
b. Mata mendelik ( anatomi )
c. Refleks Pupil
d. Gejala Rangsang Meningeal
17
rolling back eyesKejang tonik klonik
Kejang
Depolarisasi post sinaps
Peningkatan Eksitasi (inhibasi menurun)
Mutasi GABA-A gamma-2Pelepasan neurotransmitter GABA <<<
dan pelepasan neurotransmitter Glutamat >>>
Meluas ke seluruh sel maupun membrane sel dengan bantuan
neurotransmitter
Perubahan keseimbangan membrane sel neuron
Difusi ion K dan ion Na
Pelepasan muatan listrik
Demam + Riwayat Keluarga + Usia dibawah 5 tahun
e. Refleks Fisiologis
f. Refleks Patologis
Pokok
Bahasan
What I
Know
What I don`t
Know
What I have to
prove
How I
will
Learn
1. Kejang
Demam
Defenisi, Sign
Symptom
Etiologi,
Patofisiologi
diagnosis banding
dan
penatalaksanan
Penyakit yang
diderita Colek textbook
internet
diktat
2. Mata
mendelik
Anatomi,
fisiologi
Penyebab mata
mendelik
3. Refleks
Pupil
Interpretasi Hubungan antara
refleks pupil dan
kejang demam
4. GRM Definisi,
interpretasi
Tidak adanya
gangguan saraf
5. Refleks
Fisiologis
Interpretasi Hubungan dengan
kejang demam
6. Refleks
Patologis
Interpretasi Hubungan dengan
kejang demam
18
VII. Sintesis
Analisis masalah
Kejang Demam
Definisi
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi
atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang
demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk
beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak
tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit
akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera
normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi
walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Kejang demam adalah kejang yang didahului/ bersamaan dengan panas,
suhu tubuh > 38.5ºC (rektal), tanpa adanya bukti infeksi intra cranial atau
gangguan keseimbangan elektrolit. Kejang demam bersifat ekstrakranial>
Biasanya terjadi pada anak berumur 3 bulan – 5 tahun.
Batasan
Livingstone yg dimodifikasi (Ismail, 1975)
Semula Modifikasi
1.Sifat kejang : umum umum
19
2.Lama kejang : < 15 ‘ < 15 ‘
3.Usia : < 6 th 6 bl – 4 th
4.Frek.serangan : 1-4 X/ th < 4 X/ th
5.EEG : normal normal
6.Lama panas : - < 16 jam
7.Neurologis : - normal
Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika
Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Umumnya
kejang demmam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan).
Kejang demam sedikit lebih sering terjadi pada laki-laki.
o Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi 6 bl - 4 th
o Kejang demam sederhana 80 %, Kejang demam kompleks
20persen
o Kejang > 15 mnt ± 8 %
o Berulang dalam waktu 24 jam ± 16 %
o Resiko menjadi epilepsi 2% - 50%
Faktor Resiko
- Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
- Riwayat kejang demam dalam keluarga
- Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu
...sudah relatif normal
20
- Riwayat demam yang sering
- Kejang pertama adalah complex febrile seizure
Jenis-Jenis
K D S (Kejang Demam Sederhana) :
- Kejang bersifat umum
- Lama kejang < 15 menit
- Usia waktu KD pertama < 6 tahun
- Frekwensi serangan 1-4 X dlm 1 th
- EEG normal
K D K ( Kejang Demam Kompleks ) :
- Kejang berlangsung lama, ≥ 15 menit.
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial.
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dlm 24 jam
Kejang fokal merupakan kriteria yang penting.
Klasifikasi
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus
badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang,
klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.
21
1. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat
badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan
bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu
berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik
umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai
deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan
bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai
deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang
disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau
kernicterus.
2. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan
pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis
kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan
baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti
oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio
cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau
oleh ensepalopati metabolik.
3. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi
lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya
22
cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini
merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan
hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak
spesifik.
Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui.
Kejang demam biasanya berhubungan denagn demam yang tiba-tiba tinggi
dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam.
Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Kejang
demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga
melibatkan faktor keturunan (factor genetik). Kadang kejang yang
berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit lain seperti,
keracunan, meningitis atau ensefalitis. Roseola atau infeksi oleh virus
herpes manusia 6 juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-
anak. Disentri karena Shigella juga sering menyebabkan demam tinggi dan
kejang demam pada anak-anak.
Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat C akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan
oksigen 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran
sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun
ion Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan
listrik.
Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh
sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter, sehingga
23
terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi
di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel),
infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya.
Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak
tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit
kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf.
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15
menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari
otak.
Melihat paparan kejadian dalam tubuh diatas, saya tarik benang
merah gejala yang bisa anda lihat saat anak mengalami Kejang Demam
antara lain : anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau
kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik
atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit
(hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang
biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan
relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2
menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,
inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya),
gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.
Manifestasi Klinis
24
1. Anak hilang kesadaran
2. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak
3. Sulit bernapas
4. Busa di mulut
5. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan
6. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.
Setelah kejang, anak akan mulai berangsur sadar. Biasanya, kesadaran
pulih sepenuhnya setelah 10 sampai 15 menit. Dalam masa ini, anak
agak sensitif (irritable) dan mungkin tidak mengenali orang di
sekitarnya.
Diagnosis
- Anamnesis: Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota
keluarga yang lainnya (ayah, ibu, atau saudara kandung).
- Pemeriksaan Neurologis : tidak didapatkan kelainan.
- Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan rutin tidak dianjurkan,
kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab
(darah tepi, elektrolit, dan gula darah).
- Pemeriksaan Radiologi : X-ray kepala, CT scan kepala atau MRI
tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi.
- Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) : tindakan pungsi lumbal
untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil, klinis
meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan
ketentuan sebagai berikut :
o 1.Bayi < 12 bulan : diharuskan.
o 2.Bayi antara 12 – 18 bulan : dianjurkan.
o 3.Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda
meningitis.
25
Pemeriksaan Elektro Ensefalografi (EEG) : tidak
direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas
(misalnya kejang demam komplikata pada anak usia > 6 tahun atau
kejang demam fokal.S.
DIAGNOSIS BANDING
o MENINGITIS
o ENSEFALITIS
o ABSES OTAK
Tata Laksana
Farmakologis :
o Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
o Pemberian oksigen melalui face mask
o Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui
anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
o Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk
meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya
menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang
cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang
berkelanjutan.
Non Farmakologis :
26
o Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi
menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya
tersedak.
o Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti
sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat
menyumbat jalan napas.
o Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
o Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak
memerlukan penanganan khusus.
o Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera
dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain
menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika
kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang
menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat
mungkin tanpa menyatakan batasan menit (4).
o Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa
menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika
ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus
tampak lemas.
PROGNOSIS – KOMPLIKASI
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosa baik dan tidak
menyebabkan kematian. Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang
demam dapat berkembang menjadi :
• Kejang demam berulang
• Epilepsi
• Kelainan motorik
• Gangguan mental dan belajar
27
PREVENTIF
Cara mencegahnya adalah dengan segera menurunkan suhu tubuh si kecil
saat teraba demam dengan cara memberikannya cukup cairan,
mengompres seluruh tubuhnya dengan air hangat, memberinya obat
penurun demam.
Pencegahan berkala ( intermiten ) untuk kejang demam sederhana dengan
Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan anti piretika pada saat anak
menderita penyakit yang disertai demam. Pencegahan kontinu untuk
kejang demam komplikata dengan AsamValproat 15– 40 mg/KgBB/hari
PO dibagi dalam 2 – 3 dosis.
MATA ( ANATOMI )
28
M. rectus superior
O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
I : Permukaan superior bola mata tepat posterior terhadap taut
.......corneo-scleral
S : N. occulomotoris
F : Mengangkat kornea ke atas dan medial
M. rectus inferior
O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
I : Permukaan inferior bola mata tepat posterior terhadap taut
.......corneo-scleral
S : N. occulomotoris
F : Menurunkan kornea ke bawah dan medial
M. rectus medialis
O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
I : Permukaan medial bola mata tepat posterior terhadap taut
........corneo-scleral
S : N. occulomotoris
F : Memutar bola mata sehingga kornea menghadap ke medial
M. rectus lateralis
29
O : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
I : Permukaan lateral bola mata tepat posterior terhadap taut
........corneo-scleral
S : N. abducens
F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke lateral
M. obliquus superior
O : Dinding posterior orbita
I : Melalui trochlea dan dilekatkan pada permukaan superior bola
........mata, dibawah m. Rectus superior
S : N trochlearis
F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke bawah dan
.......lateral
M. obliquus inferior
O : Dasar orbita
I : Permukaan lateral bola mata, profunda terhadap m. rectus
........lateralis
S : N. occulomotoris
F : Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke atas dan
.......lateral.
REFLEKS PUPIL
30
a. Tujuan percobaan : Untuk mengetahui serta memahami reaksi-
reaksi yang terjadi pada pupil mata.
b. Dasar Teori : Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris,
dibelakang iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada
akomodasi dan konversi. Akomodasi adalah kemampuan lensa
mata untuk mencembung akibat kontraksi otot siliaris. Otot siliaris
atau otot polos dapat merenggang dan mengendorkan selaput yang
menggantungkan lensa. Akomodasi dapat menyebabkan daya
pembiasan lensa bertambah kuat. Selain akomodasi, terjadi
konversi sumbu penglihatan dan kontriksi pupil bila seseorang
melihat benda yang dekat.
Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil diatur oleh
iris sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh mata.
Ditempat yang gelap dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil
akan menbesar, agar cahaya dapat lebih banyak masuk kemata.
Ditempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya cukup
tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih
sedikit masuk kemata untuk menghindari mata agar tidak selalu,
bila mata diarahkan kesalah satu mata pupil akan berkontraksi,
kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks cahaya
pupil.
Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan membesarnya pupil.
Akomodasi adalah perubahan dalam lekukan lensa mata dalam
menanggapi satu perubahan dalam melihat jarak dan kemampuan
berakomodasi disebut tempo akomodasi.
Daya akomodasi mata diatur melalui syaraf parasimpatis,
perangsangan syaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot
siliaris yang selanjutnya kan mengendurkan gligamen lensa dan
meningkatkan daya bias. Dengan meningkatkan daya bias, mata
31
mampu melihat objek lebih dekat dibanding waktu daya biasnya
rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata
frekuensi impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan
agar objek tetap dilihat dengan jelas
c. Alat Yang Digunakan : Cermin, senter, tabung dari kertas
sepanjang 15mm dengan lubang pada dasar.
d. Jalannya Percobaan :
salah satu mata subjek di sorot dengan menggunakan
senter secara tiba-tiba.
setelah salah satu mata di sorot dengan menggunakan
senter, maka perhatikan pupi mata yang terkena sinar
senter.
e. Hasil Percobaan : Pupil mata yang terkena cahaya senter secara
tiba-tiba akan mengecil dibanding pupil mata yang tidak terkena
cahaya dari senter. Mata yang terkena cahaya secara tiba-tiba akan
mengecil secara cepat dan iris mendekat secara cepat, sedangkan
mata yang tidak terkena cahaya tiba-tiba, pupil akan mengecil
secara lambat dan iris mendekat secara lambat.
Pupil mata tergantung dari iris atau semacam otot kecil. Iris
mendekati jika cahaya ysng masuk terlalu terang dan iris menjauhi
jika cahaya yang masuk terlalu redup. Jika mata tidak siap saat
terkena cahaya maka pupil mengecil atau meredup secara
langsung, kalau siap maka pupil akan mengecil atau meredup
secara perlahan.
32
Bisa saja terjadi refleks apabila mata kiri yang di senter maka yang
meredup mata kanan. Hal itu disebabkan karena ada kiasma
optikus yaitu persilangan bawah otak.
f. Kesimpulan :
1. Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris,
yang dapat mengecil dan membesar.
2. Pupil dapat melebar pada tempat yang gelap dan
mengecil pada tempat yang terang.
3. Refleks pupil adalah peristiwa mengecilnya pupil karena
diberikan rangsangan cahaya.
4. Akomodasi adalah kemampuan mata untuk
mencembungkan yang terjadi akibat kontraksi otot siliari
REFLEKS FISIOLOGIS
REFLEKS KORNEA
a. Langsung
Pasien diminta melirik kearah laterior superior, kemudian dari arah
lain kapas disentuhkan pada kornea mata, misalnya pasien diminta
melirik kekanan atas maka kapas disentuhkan pada kornea mata kiri
dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian bandingkan
kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri. Saraf aferen
berasal dari N.V/1 (N.Opthalmicus) tetapi eferennya (berkedip)
berasal dari N.VII (N.Facialis).
b. Tak langsung
Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks
menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan
refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya
33
konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen
atau eferen).
REFLEKS TENDO
a. M. Biceps Brachii
Saraf aferen dan eferennya : C5-6 (N.musculocutaneus)
Hasil : Fleksi art.cubiti dengan mengetuk tendo M.biceps brachii,
kontraksi M.biceps brachii
b. M. Triceps Brachii
Saraf aferen dan eferennya : C6,7,8 (N.radialis)
Hasil : Ekstensi art.cubiti dengan mengetuk tendo M.triceps brachii,
kontraksi M.triceps Brachii.
c. M.brachioradialis
Saraf aferen dan eferennya : C5,6,7 (N.radialis)
Hasil : Supinasi art. radioulnaris dengan mengetuk insersi tendo
M.brachioradialis.
d. Tendo patella
Saraf aferen dan eferennya : L2,3,4 (N. femoralis )
Hasil : Ekstensiart.genu bila tendo patella diketuk, kontraksi
M.quadriceps femoris.
e. Tendo Achilles
Saraf aferen dan eferennya : S1-2 (N.tibialis)
Hasil : Plantar fleksi art.talocruralis bila tendo diketuk, kontraksi
M.gastrocnemius.
GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Rangsang Meningeal
a. Kaku kuduk : Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb:
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang
berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar
dagu mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan.
34
Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat
mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat.
b. Kernig sign : Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring
difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut
90°. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut
sampai membentuk sudut lebih dari 135° terhadap paha. Bila teradapat
tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135°, maka
dikatakan Kernig sign positif.
c. Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang
ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan
pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan
sehingga dagu menyentuh dada. Test ini adalah positif bila gerakan
fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul
kedua tungkai secara reflektorik.
d. Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan
pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi
panggul. Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai
kontralateral pada sendi lutut dan panggul ini menandakan test ini
postif.
e. Lasegue sign : Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang
berbaring lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan), kemudian
satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi) persendian
panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan
ekstensi (lurus). Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70° sebelum
timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan
sebelum mencapai 70° maka disebut tanda Lasegue positif. Namun
pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil patokan 60°.
35
REFLEKS PATOLOGIS
Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus
lateralis dari posterior ke anterior
Respon : seperti babinsky
Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon : seperti babinsky
Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
Schaefer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky
Gonda
36
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky
Stransky
Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5
Respon : seperti babinsky
Rossolimo
Cara : pengetukan pada telapak kaki
Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
Mendel-Beckhterew
Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
Respon : seperti rossolimo
Hoffman
Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi
Trommer
Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respon : seperti hoffman
Leri
Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen
diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atas
Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku
Mayer
Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan
Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari
37
38